PUSAT HUKUM DAN HUMAS SJDI HUKUM
KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA
PERATURAN KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 3 TAHUN 2007
TENTANG
KETENTUAN PELAKSANAAN PERATURAN PRESIDEN NOMOR 36 TAHUN 2005
TENTANG PENGADAAN T ANAH BAGI PELAKSANAAN PEMBANGUNAN UNTUK KEPENTINGAN UMUM SEBAGAIMANA TELAH DIUBAH DENGAN PERA TURAN
PRESIDEN NOMOR 65 TAHUN 2006 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN
PRESIDEN NOMOR 36 TAHUN 2005 TENTANG PENGADAAN TANAH BAGI PELAKSANAAN PEMBANGUNAN UNTUK KEPENTINGAN UMUM
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA,
Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 2 dan Pasal 22 Peraturan Presiden Nomor 36 Tahun 2005 tentang Pengadaan Tanah Bagi
Pelaksanaan Pembangunan Untuk Kepentingan Umum sebagaimana
telah diubah dengan Peraturan Presiden Nomor 65 Tahun 2006, perlu menetapkan Peraturan Kepala Badan Pertanahan Nasional tentang
Ketentuan Pelaksanaan Peraturan Presiden Nomor 36 Tahun 2005
tentang Pengadaan Tanah Bagi Pelaksanaan Pembangunan Untuk
Kepentingan Umum sebagaimana telah diubah dengan Peraturan
Presiden Nomor 65 Tahun 2006 Tentang Perubahan Atas Peraturan Presiden Nomor 36 Tahun 2005 Tentang Pengadaan Tanah Bagi
Pelaksanaan Pembangunan Untuk Kepentingan Umum;
Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960. tentang Peraturan Dasar
Pokok-pokok Agraria (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 1960 Nomor 104, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 2043);
2. Undang-Undang Nomor 51 Prp. Tahun 1960 tentang Larangan
Pemakaian Tanah Tanpa Izin yang Berhak atau Kusanya
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1960 Nomor 158,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 2106);
3. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 1961 tentang Pencabutan Hak-
hak Atas Tanah dan Benda-benda yang Ada di Atasnya (Lambaran Negara Republik Indonesia Tahun 1961 Nomor 288, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 2324);
4. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4286);
PUSAT HUKUM DAN HUMAS SJDI HUKUM
5. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Pembendaharaan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor
5, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4355);
6. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437)
sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2005 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-
Undang Nomor 3 Tahun 2005 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah
menjadi Undang-Undang (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2005 Nomor 108, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4548);
7. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 68,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4725);
8. Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 1996 tentang Hak Guna Usaha, Hak Guna Bangunan dan Hak Pakai Atas Tanah (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 1996 Nomor 58, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3643);
9. Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1997 Nomor 28,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 2171);
10. Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 2004 tentang Penatagunaan Tanah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 45, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4385);
11. Peraturan Presiden Nomor 36 Tahun 2005 tentang Pengadaan Tanah
Bagi Pelaksanaan Pembangunan Untuk Kepentingan Umum
sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Presiden Nomor 65 Tahun 2006 tentang Perubahan Atas Peraturan Presiden Nomor 36
Tahun 2005 tentang Pengadaan Tanah Bagi Pelaksanaan Pembangunan Untuk Kepentingan Umum;
12. Peraturan Presiden Nomor 10 Tahun 2006 tentang Badan Pertanahan Nasional;
13. Keputusan Presiden Nomor 34 Tahun 2003 tentang Kebijakan
Nasional di Bidang Pertanahan;
MEMUTUSKAN :
Menetapkan : PERATURAN KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL TENTANG KETENTUAN PELAKSANAAN PERATURAN PRESIDEN NOMOR 36
TAHUN 2005 TENTANG PENGADAAN TANAH BAGI PELAKSANAAN PEMBANGUNAN UNTUK KEPENTINGAN UMUM
SEBAGAIMANA TELAH DIUBAH DENGAN PERATURAN PRESIDEN
NOMOR 65 TAHUN 2006 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN PRESIDEN NOMOR 36 TAHUN 2005 TENTANG
PENGADAAN TANAH BAGI PELAKSANAAN PEMBANGUNAN UNTUK KEPENTINGAN UMUM.
PUSAT HUKUM DAN HUMAS SJDI HUKUM
BAB I KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam peraturan ini yang dimaksud dengan :
1. Instansi pemerintah adalah Lembaga Negara, Departemen, Lembaga Pemerintah Non Departemen, Pemerintah Provinsi atau Pemerintah Kabupaten/ Kota.
2. Pemilik adalah pemegang hak atas tanah, dan/atau pemilik bangunan, dan/atau pemilik tanaman, dan/atau pemilik benda-benda lain yang berkaitan dengan tanah.
3. Lembaga Penilai Harga Tanah adalah lembaga professional dan independen yang mempunyai keahlian dan kemampuan di bidang penilaian harga tanah.
4. Tim Penilai Harga Tanah adalah tim yang dibentuk dengan Keputusan Bupati/Walikota atau Gubernur untuk wilayah Daerah Khusus Ibukota Jakarta untuk menilai harga tanah, apabila di wilayah kabupaten/ kota yang bersangkutan atau sekitarnya tidak terdapat
Lembaga Penilai Harga Tanah.
BAB II PERENCANAAN
Pasal 2
(1) untuk memperoleh tanah bagi pelaksanaan pembangunan untuk kepentingan umum, instansi pemerintah yang memerlukan tanah menyusun proposal rencana pembangunan
paling lambat 1 (satu) tahun sebelumnya, yang menguraikan :
a. maksud dan tujuan pembangunan;
b. letak dan lokasi pembangunan;
c. luasan tanah yang diperlukan; d. sumber pendanaan;
e. analisis kelayakan lingkungan per.encanaan pembangunan, termasuk dampak
pembangunan berikut upaya pencegahan dan pengendaliannya. (2) Penyusunan proposal rencana pembangunan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf
b dan huruf c, instansi pemerintah yang memerlukan tanah dapat meminta pertimbangan
Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia.
Pasal 3 Proposal rencana pembangunan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 tidak diperlukan dalam
hal pelaksanaan pembangunan untuk kepentingan umum dipergunakan untuk fasilitas keselamatan umum dan penanganan bencana yang bersifat mendesak.
BAB III
PENETAPAN LOKASI
Pasal 4 Berdasarkan proposal rencana pembangunan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2,
instansi pemerintah yang memerlukan tanah mengajukan permohonan penetapan lokasi
kepada Bupati/Walikota atau Gubernur untuk wilayah Daerah Khusus Ibukota Jakarta
dengan tembusan disampaikan kepada Kepala Kantor Pertanahan Kabupaten/Kota.
Pasal 5
(1) Setelah menerima permohonan penetapan lokasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4, Bupati/Walikota atau Gubernur untuk wilayah Daerah Khusus Ibukota Jakarta melakukan
pengkajian kesesuaian rencana pembangunan dari aspek :
a. tata ruang; b. penatagunaan tanah;
c. sosial ekonomi; d. lingkungan; serta
PUSAT HUKUM DAN HUMAS SJDI HUKUM
e. penguasaan, pemilikan, dan pemanfaatan tanah.
(2) Pelaksanaan pengkaj ian kesesuaian rencana pembangunan sebagaimana dimaksud pada ayat (I), didasarkan atas rekomendasi instansi terkait dan Kantor Pertanahan
Kabupaten/Kota. (3) Berdasarkan rekomendasi sebagaimana dimaksud pada ayat (2), BupatilWalikota atau
Gubernur , untuk wilayah Daerah Khusus Ibukota Jakarta menerbitkan keputusan
penetapan lokasi. (4) Keputusan penetapan lokasi sebagaimana dimaksud pada ayat (3) disampaikan kepada
instansi pemerintah yang memerlukan tanah yang tembusannya disampaikan kepada Kantor Pertanahan Kabupaten/Kota dan instansi terkait.
(5) Keputusan penetapan lokasi sebagaimana dimaksud pada ayat (3) berlaku juga sebagai ijin perolehan tanah bagi instansi pemerintah yang memerlukan tanah.
Pasal 6 (1) Keputusan penetapan lokasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (3)
diberikan untuk jangka waktu: a. Satu tahun, bagi pengadaan tanah yang memerlukan tanah seluas sampai
dengan 25 (dua puluh lima) hektar;
b. Dua tahun, bagi pengadaan tanah yang memerlukan tanah seluas lebih dari 25 (dua puluh lima) hektar sampai dengan 50 (lima puluh) hektar;
c. Tiga tahun, bagi pengadaan tanah yang memerlukan tanah seluas lebih dari 50 (lima puluh) hektar.
(2) Apabila dalam jangka waktu penetapan lokasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) perolehan tanah belum selesai, namun telah memperoleh paling sedikit 75%
(tujuh puluh lima persen) dari rencana pembangunan, BupatilWalikota atau
Gubernur untuk wilayah Daerah Khusus Ibukota Jakarta hanya dapat
menerbitkan I (satu) kali perpanjangan penetapan lokasi untuk jangka waktu
paling lama 1 (satu) tahun.
Pasal 7
Dalam hal rekomendasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (2) tidak sesuai dengan Rencana Tata Ruang Wilayah atau perencanaan ruang wilayah atau kota
yang telah ada, dan tidak dapat dilaksanakan pada lokasi sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 2 ayat (1), Bupati/Walikota atau Gubemur untuk wilayah Daerah
Khusus Ibukota Jakarta memberikan saran lokasi pembangunan lain kepada
inst