Download - Kenakalan Siswa
-
1
SKRIPSI
PROBLEM DAN STRATEGI PENANGGULANGAN KENAKALAN
SISWA DI MTS MUHAMMADIYAH CEKELAN KAUMAN KEMUSU
BOYOLALI TAHUN 2013/2014
Disusun guna Memperoleh Gelar
Sarjana Pendidikan Agama Islam (S. Pd.I.)
Oleh:
ACHMAD SUROJI
NIM : 121 09 001
JURUSAN TARBIYAH
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
2014
-
6
MOTTO
Janganlah menilai orang dari kepandaiannya, cukup
nilailah dari kebaikannya
-
11
3. Usaha Kuratif...51
BAB III PAPARAN DATA HASIL PENELITIAN
A. Gambaran umum lingkungan sekolah80 B. Keadaan lingkungan sekolah..89 C. Profil siswa..90 D. Bentuk-bentuk kenakalan...91 E. Faktor-faktor yang menyebabkan kenakalan96 F. Upaya penanggulangan kenakalan.99
1. Upaya yang dilakukan...99 2. Strategi sekolah dalam penanggulangan.104 3. Progam bimbingan dan penyuluhan106 4. Kendala dalam penanggulangan kenakalan107
BAB IV ANALISIS DATA A. Bentuk-bentuk kenakalan yang dilakukan siswa....................................109 B. Faktor-faktor yang menyebabkan kenakalan siswa117 C. Upaya penanggulangan kenakalan siswa120
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan.............................................................................................128 B. Saran-saran ............................................................................................130
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
ABSTRAK
Suroji, Achmad. 2013. Problem dan Strategi Penanggulangan Kenakalan Siswa
(Studi di MTs Muhammadiyah Cekelan Kauman Kemusu Boyolali).
Jurusan Tarbiyah. Program Studi Pendidikan Agama Islam. Sekolah
Tinggi Agama Islam Negeri Salatiga. Dosen Pembimbing Muna Erawati,
M.Si.
Kata kunci: Bentuk-bentuk kenakalan, Faktor-faktor penyebab kenakalan,
Strategi penaggulangan kenakalan siswa MTs.
Penelitian ini membahas tentang problem dan strategi penanggulangan
kenakalan siswa di MTs Muhammadiyah Cekelan di Desa Kauman Kecamatan
Kemusu Kabupaten Boyolali. Rumusan masalah yang dikaji dalam penelitian ini
adalah apa saja bentuk kenakalan yang dilakukan siswa, faktor apa saja yang
menyebabkan kenakalan siswa, dan bagaimana strategi penanggulangan
kenakalan siswa di MTs Muhamadiyah Cekelan Desa Kauman Kecamatan
Kemusu Kabupaten Boyolali. Rumusan tersebut bertujuan untuk mengetahui
bentuk kenakalan, faktor apa saja penyebab terjadinya kenakalan, dan strategi
penanggulangan kenakalan siswa di MTs Muhammadiyah Cekelan.
Kehadiran peneliti di lapangan sangat penting mengingat skripsi ini adalah
kualitatif. Peneliti bertindak langsung sebagai instrumen langsung dan sebagai
pengumpul data dari hasil observasi yang mendalam serta terlibat aktif dalam
-
12
penelitian. Data yang berbentuk kata-kata diambil dari para informan atau
responden pada waktu mereka diwawancarai. Dengan kata lain data-data tersebut
berupa keterangan dari para informan, sedangkan data tambahan berupa dokumen.
Keseluruhan data tersebut selain diperoleh dari wawancara, juga didapatkan dari
observasi dan dokumentasi. Analisa data dilakukan dengan cara menelaah data
yang ada, lalu mengadakan reduksi data, penyajian data, menarik kesimpulan dan
tahap akhir dari analisa data ini adalah mengadakan keabsahan data dengan
menggunakan member check berdiskusi triangulasi.
Hasil penelitian sebagai berikut: Hasil penelitian ini menunjukakan bahwa
kenakalan siswa di lingkungan sekolah masih sering dijumpai baik dalam katagori
bentuk kenakalan ringan sampai yang berat. Penyebab terjadinya perilaku nakal
sangat komplek, baik itu dari dalam diri siswa (intern) maupun dari luar diri siswa
(ekstern). Penanggulangan terhadap perilaku nakal bisa ditekan dengan adanya
upaya tindakan preventif, refresif maupun kuratif. Adanya koordinasi yang baik
antara kepala sekolah dengan guru BK, guru agama dan lingkungan sekitar serta
mayoritas responden menujukkan arah positif terhadap upaya penanggulangan
yang dilakukannya.
-
13
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Banyaknya masalah yang dihadapi oleh dunia pendidikan yang
menimbulkan banyak ekses negatif yang sangat merisaukan masyarakat. Ekses
tersebut antara lain makin maraknya berbagai penyimpangan norma
kehidupan agama dan sosial masyarakat yang terwujud dalam bentuk
kenakalan siswa atau kenakalan remaja. Kenakalan tersebut di sebabkan
adanya arus informasi yang masuk pada masa kini, baik melalui media cetak
maupun elektronik, untuk itu semakin mengkhawatirkan semua kalangan, baik
orang tua, para pendidik dan masyarakat pada umumnya.
Setiap masyarakat di manapun mereka berada pasti mengalami
perubahan, perubahan itu terjadi akibat adanya interaksi antar manusia.
Perubahan sosial tidak dapat dielakkan lagi, berkat adanya kemajuan ilmu dan
teknologi membawa banyak perubahan antara lain perubahan norma, nilai,
tingkah laku dan pola-pola tingkah laku baik individu maupun kelompok
(Fairuz, 2009:21).
Di kalangan masyarakat sendiri sudah sering terjadi kejahatan seperti
pembunuhan, penganiayaan, pemerkosaan, pemerasan, gelandangan, dan
pencurian. Bagi anak remaja keinginan berbuat jahat kadang timbul karena
bacaan, gambar-gambar dan film. Kebiasaan membaca buku yang tidak baik
(misal novel pornografi), pengaruh tontonan gambar-gambar porno serta
-
14
tontonan film yang tidak baik dapat mempengaruhi jiwa anak untuk
berperilaku negatif.
Pada dasarnya kenakalan remaja menunjuk pada suatu bentuk perilaku
remaja yang tidak sesuai dengan norma-norma yang hidup di dalam
masyarakatnya. Kartini Kartono bahwa secara tegas dan jelas memberikan
batasan kenakalan remaja merupakan gejala sakit secara sosial pada anak-anak
dan remaja yang disebabkan oleh bentuk pengabaian sosial, sehingga mereka
itu mengembangkan bentuk tingkah laku yan menyimpang (Kartono, 2003:6).
Perilaku anak-anak ini menunjukkan kurang atau tidak adanya masukan atau
pengaruh terhadap norma-norma sosial. Dalam Inpres no : 6/1997 buku
pedoman 8, dikatakan bahwa kenakalan remaja adalah kelainan tingkah
laku/tindak remaja yang bersifat anti sosial, melanggar norma sosial, agama
serta ketentuan hukum yang berlaku di masyarakat.
Fuad Hasan merumuskan definisi kenakalan sebagai perilaku anti
sosial yang dilakukan oleh anak remaja yang bila mana dilakukan oleh orang
dewasa dikualifikasikan sebagai tindak kejahatan (Sudarsono, 1999:3).
Keputusan Menteri Sosial (Kepmensos RI No. 23/HUK/1996) menyebutkan
anak nakal adalah anak yang berperilaku menyimpang dari norma-norma
sosial, moral dan agama, merugikan keselamatan dirinya, mengganggu dan
meresahkan ketenteraman dan ketertiban masyarakat serta kehidupan keluarga
dan atau masyarakat. (Subadi, 2009:4).
Tekhnologi yang semula bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan
umat manusia, ternyata berdampak negatif bagi perkembangan generasi muda.
-
15
Keadaan ini dipengaruhi lagi dengan semakin minimnya pengalaman agama
dan kendornya nilai-nilai moral, nilai agama, nilai sosial dan nilai budaya bagi
kebanyakan para remaja. Sekat-sekat antar bangsa seakan-akan telah kabur.
Apa yang terjadi diberbagai belahan dunia dapat disaksikan dalam waktu yang
hampir bersamaan, lebih dari itu internet maupun HP sudah menjamur sampai
ke tingkat pedesaan, sehingga filter-filter yang berbentuk agama maupun
budaya seakan tidak berdaya dalam penyaringannya.
Gambaran kenakalan remaja dapat kita lihat di media cetak maupun
elektronik atau bahkan dapat diketahui langsung oleh kita, tawuran antara
pelajar, pengrusakan gedung-gedung sekolah oleh pelajar, penghadangan
terhadap guru, perkelahian antar pelajar, sering ditemukannya senjata tajam,
buku-buku atau gambar porno, obat-obat terlarang, minuman keras yang
dibawa pelajar baik di sekolah maupun di luar sekolah.
Siswa pada tingkat Madrasah Tsanawiyah sudah digolongkan pada
kelompok remaja masa puberitas. Masa ini merupakan masa penuh
kegoncangan jiwa (gejolak jiwa) yang berada antara masa peralihan yang
menjembatani antara masa kanak-kanak yang penuh ketergantungan dengan
masa dewasa yang matang dan mandiri. Pada masa ini mereka sering
mengalami problem, kesulitan pergaulan yang kadang-kadang menyebabkan
terganggunya jiwa dengan bentuk cemas dan gelisah yang direfleksikan dalam
perilaku yang tidak diharapkan, sering disebut kenakalan remaja. Perilaku
remaja demikian dapat dinamakan berlawanan norma yang berlaku, sehingga
mencari jalan keluar yang menyimpang dari ajaran agama, maka pendidikan
-
16
agama untuk mengarahkan perilaku baik pedoman hidup sehari-hari perlu
diberikan dengan seksama.
Kenyataan sering ditemui siswa-siswi yang enggan mengamalkan
ajaran agama bahkan sering terjadi perilaku yang mereka perbuat berlawanan
tidak sesuai dengan aturan normatif ajaran Islam, padahal dari segi usia,
mereka sudah termasuk akil baligh yang telah berkewajiban melaksanakan
ajaran/normatif secara penuh.
Penulis memilih MTs Muhamadiyah Cekelan Kauman Kemusu
Boyolali sebagai objek penelitian karena beberapa hal, antara lain : 1) MTs
Muhamadiyah Cekelan Kauman Kemusu Boyolali merupakan salah satu
sekolah umum tingkat dasar 9 tahun yang berciri khas agama Islam yang
berada di Kabupaten Boyolali, 2) Masih perlunya penanganan terhadap
tingkah laku kenakalan siswa di MTs Muhamadiyah Cekelan Kauman
Kemusu Boyolali.
Yang dimaksud dengan kenakalan siswa yaitu tindak perbuatan remaja
yang melanggar norma-norma agama, sosial, hukum yang berlaku di
masyarakat di mana perbuatannya itu dapat merugikan dirinya sendiri maupun
orang lain, dan tindakan itu bila dilakukan oleh orang dewasa dikategorikan
tindak kriminal. Yang termasuk kenakalan siswa atau remaja meliputi: a)
perbuatan awal pencurian meliputi perbuatan berkata bohong dan tidak jujur;
b) perkelahian antar siswa termasuk juga tawuran antar pelajar; c)
mengganggu teman; d) memusuhi orang tua dan saudara, meliputi perbuatan
berkata kasar dan tidak hormat pada orang tua dan saudara; e) menghisap
-
17
ganja, meliputi perbuatan awal dari menghisap ganja yaitu merokok; f)
menonton pornografi; dan g) corat-coret tembok sekolah.
Proses sosialisasi yang tidak sempurna atau tidak berhasil karena
seseorang mengalami kesulitan dalam hal komunikasi ketika bersosialisasi.
Artinya individu tersebut tidak mampu mendalami norma- norma masyarakat
yang berlaku. Kenakalan juga dapat terjadi apabila seseorang sejak masih
kecil mengamati bahkan meniru perilaku menyimpang yang dilakukan oleh
orang-orang dewasa.
Terbentuknya perilaku nakal juga merupakan hasil sosialisasi nilai sub
kebudayaan menyimpang yang di pengaruhi oleh beberapa faktor seperti
faktor ekonomi dan faktor agama. Contoh karena kekurangan biaya seorang
pelajar mencuri dan seseorang yang tidak memiliki dasar agama hidupnya
tanpa arah dan tujuan.
Kenakalan merupakan gejala umum yang dapat muncul pada siapa
saja, kapan saja dan dimana saja. Bila hal tersebut tidak diusahakan langkah-
langkah penanggulangannya, maka dapat berakibat fatal. Karena
menanggulangi kenakalan tidak sama dengan mengobati penyakit, hal ini
disebabkan karena kenakalan adalah perilaku yang sangat komplek dan
banyak ragam dan jenis penyebabnya. Dengan berlandaskan paparan di atas,
dapat dipahami bahwa kenakalan remaja dapat di tanggulangi dengan
pemahaman agama.
-
18
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian tersebut di atas, dapat dirumuskan beberapa
permasalahan yang muncul dengan topik penelitian yaitu :
1. Apa sajakah bentuk-bentuk kenakalan yang dilakukan siswa di MTs
Muhamadiyah Cekelan Kauman Kemusu Boyolali?
2. Faktor-faktor apa saja yang menyebabkan kenakalan pada siswa MTs
Muhamadiyah Cekelan Kauman Kemusu Boyolali?
3. Bagaimana strategi penanggulangan kenakalan siswa di MTs
Muhamadiyah Cekelan Kauman Kemusu Boyolali?
C. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk :
1. Mengetahui intensitas kenakalan yang dilakukan oleh siswa MTs
Muhammadiyah Cekelan Kauman Kemusu Boyolali
2. Mengetahui faktor-faktor penyebab kenakalan yangdilakukan oleh siswa
MTs Muhammadiyah Cekelan Kauman Kemusu Boyolali
3. Mengetahui usaha yang dilakukan untuk menanggulangi dan menangani
terjadinya kenakalan pada siswa MTs Muhammadiyah Cekelan Kauman
Kemusu Boyolali
D. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang diberikan dalam penelitian ini yaitu sebagai berikut:
a. Manfaat teoritis
Untuk menambah khasanah keilmuan dan pengetahuan dalam
pendidikan akhlak siswa MTs.
-
19
b. Manfaat praktis
Sebagai pijakan untuk melaksanakan upaya penanggulangan
kenakalan siswa.
E. Metode Penelitian
Penelitian dapat berhasil dengan baik atau tidak tergantung dari data
yang diperoleh, juga didukung dari proses pengolahan yang dilakukan
terhadap permasalahan. Metode penelitian dianggap paling penting dalam
menilai kualitas hasil penelitian. Hal ini mutlak ada dan tidak dapat dipisahkan
dari keabsahan penelitian.
Adapun metode penelitian yang digunakan oleh penulis, sebagai
berikut :
1. Pendekatan dan jenis penelitian
Berdasarkan jenisnya, penelitian ini menggunakan metode deskriptif
analistik, yaitu mendeskripsikan dan menganalisis masalah-masalah yang
berkaitan dengan objek atau situasi yang diteliti. Berkaitan dengan judul
skripsi, maka penelitian yang akan penulis lakukan bertujuan untuk
membuat deskripsi atau gambaran secara sistematis, faktual dan akurat
mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta fenomena mengenai problem dan
strategi penanggulangan kenakalan siswa di MTs Muhammadiyah Cekelan
Kauman Kemusu Boyolali.
Pendekatan ini bersifat kualitatif, dimana data-data yang penulis
kumpulkan dituangakan dalam bentuk laporan dan uraian. Tidak
mengutamakan angka-angka statistik, walaupun tidak menolak data
-
20
kuantitatif. Seperti yang ditegaskan oleh Bogdan dan Taylor dalam
Moleong bahwa penelitian kualitatif adalah prosedur penelitian yang
menghasilkan dan diskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-
orang dan perilaku yang diamati (Moleoang, 1998:3).
Beberapa pertimbangan atau alasan mengapa penulis menggunakan
pendekatan kualitatif, seperti yang diungkapkan oleh (Moleong, 1998:8)
Adalah: (a) untuk menanggulangi banyaknya informasi yang hilang seperti
yang dialami oleh penelitian kuantitatif, sehingga intisari konsep yang ada
dalam data dapat diungkap; (b) untuk menanggulangi kecenderungan
menggali data empiris dengan tujuan membuktikan kebenaran hipotesis,
akibat dari adanya hipotesis yang disusun sebelumnya, berdasarkan
berfikir deduktif seperti dalam penelitian kuantitatif; (c) untuk
menanggulangi kecenderungan pembatasan variabel yang sebelumnya,
seperti dalam penelitian kuantitatif, padahal permasalahan dan variabel
dalam masalah sosial sangat komplek; dan (d) untuk menanggulangi
adanya kata-kata yang masih belum jelas.
Penelitian sebagai insrumen utama berhubungan langsung dengan
orang dan situasi yang diteliti. Dalam hal ini akan sering berhubungan
dengan siswa sebagai objek yang diteliti, para guru, situasi penyelenggara
pendidikan serta informasi tentang penanggulangan tingkah laku
menyimpang yang dilakukan fihak guru ataupun Madrasah. Untuk
melengkapi data tersebut akan dilakukan pula observasi kelas dan
-
21
pemeriksaan berbagai dokumen yang berkaitan dengan tujuan penelitian
ini.
Dalam penelitian ini, juga dilakukan menentukan objek penelitian
yaitu siswa MTS MUHAMADIYAH CEKELAN KAUMAN KEMUSU
BOYOLALI yang akan menjadi subjek penelitian, Kepala Madrasah serta
para guru dan karyawan terkait.
2. Lokasi penelitian
Penelitian ini dilakukan di MTs Muhamadiyah Cekelan Kauman
Kemusu Boyolali yang beralamat di kelurahan KAUMAN, kecamatan
KEMUSU, kabupaten BOYOLALI
3. Sumber Data
Penelitian ini menggunakan dua sumber yaitu :
a) Data primer
Merupakan sebuah keterangan atau fakta yang secara langsung
diperoleh melalui penelitian lapangan. Data primer diperoleh dari
informan. Informan adalah orang yang dilibatkan untuk memberikan
informasi tentang situasi dan kondisi latar belakang penelitian. Jadi
seorang informan harus mempunyai banyak pengalaman tentang latar
belakang penelitian. Seorang informan berkewajiban secara suka rela
menjadi anggota tim penelitian walaupun hanya bersifat informal.
Dalam penelitian ini yang menjadi informan adalah kepala
madrasah, siswa serta para guru dan karyawan terkait.
-
22
Data yang dicari dari para informan tersebut adalah tentang problem
dan strategi penanggulangan kenakalan siswa di MTs Muhamadiyah
Cekelan Kauman Kemusu Boyolali. Informan diperoleh melalui
tekhnik bola salju (snowball technique).
b) Data sekunder
Data sekunder yang dimaksud dalam penelitian ini meliputi
profil sekolah dan catatan mengenai pelanggaran yang pernah
dilakukan siswa siswa. Data tersebut diperoleh dari arsip yang dimiliki
sekolah.
4. Teknik Pengumpulan Data
Untuk memperoleh data dan informasi yang diperlukan terdapat
masalah yang akan diteliti, maka penulis menggunakan metode berupa:
a. Metode Observasi
Observasi adalah metode pengumpulan data dengan cara
mengamati secara langsung tentang kegiatan, keadaan umum kejadian-
kejadian yang ada dalam obyek penelitian dengan secara sistematis.
Secara umum observasi berarti pengamatan, penglihatan.
Sedangkan secara khusus, dalam dunia penelitian, observasi adalah
mendengar dalam rangka memahami, mencari jawab, mencari bukti
terhadap fenomena sosial keagamaan (perilaku, kejadian-kejadian,
keadaan, benda, dan simbol-simbol tertentu) selama beberapa waktu
tanpa mempengaruhi fenomena yang diobservasi, dengan mencatat,
merekam, mempotret fenomena tersebut guna penemuan data analisis
-
23
(Suprayogo dan Tabroni, 2001:167). Metode observasi dalam penelitian
ini dimanfaatkan untuk mengamati kondisi dan mengetahui bentuk-
bentuk kenakalan siswa di MTs Muhammadiyah Cekelan Kauman
Kemusu Boyolali yang diharapkan dapat membantu untuk melengkapi
data yang diperlukan dengan cara mengamati aktivitas kehidupan
sehari-hari siswa tersebut.
b. Metode Wawancara
Wawancara adalah proses tanya jawab dalam penelitian yang
berlangsung secara lisan yang terdiri atas dua orang dengan cara
bertatap muka secara langsung untuk mendapatkan informasi yang
diperlukan oleh peneliti. Wawancara yang dilakukan adalah wawancara
mendalam. Wawancara mendalam adalah proses memperoleh
keterangan untuk tujuan penelitian dengan tanya jawab sambil bertatap
muka antara pewawancara dengan informan dimana keduanya terlibat
dalam kehidupan sosial yang relatife lama (Bugin, 2007:108).
Wawancara mendalam digunakan untuk mengetahui bentuk
kenakalan, factor penyebab kenakalan dan strategi penanggulangan
kenakalan siswa di MTs Muhammadiyah Cekelan Kauman Kemusu
Boyolali.
c. Metode Dokumentasi
Dokumentasi adalah salah satu metode pengumpulan data
kualitatif dengan melihat atau menganalisis dokumen-dokumen yang
dibuat oleh subjek sendiri atau oleh oran lain tentang subjek. Metode
-
24
dokumentasi digunakan sebagai proses pencarian data mengenai hal-hal
atau variabel yang berupa berupa catatan relevan pada BP dan guru
tentang kenakalan yang dilakukan siswa. Studi dokumentasi digunakan
untuk keperluan penelitian karena alasan-alasan yang dapat
dipertanggungjawabkan sebagai berikut : (1) Dokumentasi digunakan
karena merupakan sumber yang stabil, kaya dan mendorong; (2)
Berhubungan sebagai bukti untuk pengujian; (3) keduanya berguna dan
sesuai dengan penelitian kualitatif karena sifatya sangan ilmiah, sesuai
konteks, lahir dan berada dalam kontek; (4) Recore relatif murah dan
tidak suka diperoleh; tetapi dokumen harus dicari dan temukan; (5)
keduanya tidak reaktif sehingga tidak sukar ditemukan dengan terakhir
kajian isi; (6) Hasil pengkajian isi akan membukan kesempatan untuk
lebih memperluas tubuh pengertian terhadap sesuatu yang diselidiki
(Moleong, 2009:161).
5. Analisis Data
Analisis data penelitian adalah proses mengatur urutan data,
mengorganisasikannya kedalam suatu pola kategori dan suatu uraian
dasar. Ia membedakan dengan penafsiran, yaitu memberikan arti yang
signifikan terhadap analisis, menjelaskan pola uraian dan mencari
hubungan diantara dimensi-dimensi uraian (Moleong, 2009:103).
Dalam penelitian ini menggunakan langkah-langkah yang dicetus oleh
Miles dan Huberman, yaitu sebagai berikut:
-
25
a. Reduksi Data
Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang
pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan
polanya serta membuang yang tidak perlu. Reduksi data yang
dilakukan dengan mengkaji strategi dan penanggulangan kenakalan
siswa di MTs Muhammadiyah Cekelan Kauman Kemusuk Boyolali,
dari data kasar yang muncul di lapangan. Dari bentuk ini kemudian
direduksi.
b. Data Display
Data display yaitu mensistematiskan data secara jelas dalam
bentuk yang jelas untuk mengungkap strategi dan penanggulangan
kenakalan siswa di MTs Muhammadiyah Cekelan Kauman Kemusuk
Boyolali. Hal ini dilakukan dengan cara mengkaji data yang
diperoleh kemudian mensistematisi dokumen aktual tentang topik
yang bersangkutan.
c. Pengambilan Kesimpulan
Kesimpulan awal yang dikemukakan masih bersifat
sementara, kemudian diverifikasikan dengan cara mencari data yang
lebih mendalam dengan mempelajari kembali data yang telah
terkumpul.
6. Pengecekan keabsahan data
Validitas dapat dibedakan menjadi dua, yaitu validitas internal
yang mengacu pada seberapa jauh apa yang diamati, diukur dan dianalisis
-
26
sesuai kenyataan, dan validitas eksternal yang mengacu pada kemampuan
generalisasi hasil serta kesimpulan dapat diterapkan untuk memahami
populasi serta seting yang lebih luas (Hajar, 1999:106).
Validitas internal mengupayakan tercapainya aspek kebenaran
hasil penelitian sehingga dapat dipercaya. Untuk mencapai hal tersebut,
maka dalam penelitian ini dilakukan :
a. Triangulasi
Triangulasi diartikan sebagai tehnik pengumpulan data yang bersifat
menggabungkan dari beberapa tehnik pengumpulan data dan sumber
data yang telah ada (Sugiyono, hal:330). Triangulasi ini digunakan
untuk mengecek krdibilitas data dangan berbagai tehnik pengumpulan
data dan berbagai sumber data yang ada.
Triangulasi dapat dilakukan dengan menggunakan teknik yang berbeda
(Nasution, 2003:115) yaitu wawancara, observasi dan dokumen
b.Mengadakan member check
Setiap akhir wawancara atau pembahasan suatu topik diusahakan
melakukan diskusi agar diperoleh persepsi tentang suatu masalah.
Dengan membandingkan informasi yang diperoleh dari siswa dan guru
maka diharapkan kebenaran informasi sehingga kesimpulan yang
diambil tidak meragukan.
c. Berdiskusi dengan pihak-pihak yang berkompeten mengenai problem
dan strategi penanggulangan kenakalan siswa di MTs Muhammadiyah
Cekelan Kauman Kemusu Boyolali.
-
27
7. Tahap-tahap Penelitian
Tahap-tahap yang dimaksudkan dalam penelitian kualitatif dibagi
ke dalam tiga tahap, yaitu: tahap pra-lapangan, tahap pekerjaan lapangan,
dan tahap analisis data (Moleong, 2009:148)
a. Tahap Pra-lapangan
Tahap pra-lapangan adalah sebelum berada di lapangan.
Sebagaimana yang dikutip (Moleong, 2009:147). ada enam kegiatan
yang harus dilakukan oleh peneliti. Dalam tahap ini di tambah satu
pertimbangan yang perlu dipahami yaitu etika penelitian lapangan.
Kegiatan dan pertimbangan antara lain: pertama, menyusun rancangan
penelitian, kedua, memilih lapangan penelitian, ketiga, mengurus
perizinan, keempat, menjajaki dan menilai lapangan, kelima, memilih
dan memanfaatkan informan, keenam, menyiapkan perlengkapan
penelitian.
b. Tahap Pekerjaan Lapangan
Pada tahap ini merupakan tahap penelitian yang sebenarnya.
Tahap ini di bagi atas tiga bagian, yaitu: pertama, memahami latar
penelitian dan persiapan diri, kedua, memasuki lapangan, ketiga,
berperan serta sambil mengumpulkan data.
c. Tahap Analisis Data
Analisis data adalah tahap kegiatan sesudah kembali dari
lapangan. Pada tahap ini analisis data yang sudah tersedia dari sumber
-
28
yaitu dari wawancara, pengamatan yang sudah dituliskan dalam
catatan lapangan, dokumen pribadi dan sebagainya.
Dalam analisis data, terdapat beberapa alur kegiatan yang
terjadi secara bersamaan, yaitu:
1) Pengumpulan Data
Adalah kegiatan analisis yang mengantisipasi kegiatan atau
dilakukan sebelum penelitian lapangan, ketika penelitian di
rancang.
2) Reduksi Data
Adalah proses pemilihan, pemusatan perhatian data kasar
yang muncul dari catatan-catatan tertulis di lapangan. Reduksi data
bukanlah suatu hal yang terpisah dari analisis. Reduksi data
merupakan bagian dari analisis.
3) Penyajian Data
Adalah sekumpulan informasi tersusun yang memberi
kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan
tindakan. Dengan melihat data kita akan memahami apa yang
sedang terjadi dan apa yang harus dilakukan untuk lebih jauh
menganalisis atau mengambil tindakan berdasarkan atas
pemahaman yang di dapat dari penyajian tersebut.
4) Kesimpulan atau Verifikasi Data
-
29
Kegiatan analisis ketiga adalah menarik kesimpulan atau
verifikasi. Dari permulaan pengumpulan data, seorang penganalisis
kualitatif mencari makna, penjelasan, dan sebab akibat.
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa pertahapan dalam
penelitian ini adalah bentuk urutan atau berjenjang yakni dimulai
dari tahap pra-penelitian, tahap pekerjaan lapangan, dan tahap
pasca penelitian. Namun walau demikian, sifat dari kegiatan yang
dilakukan pada masing-masing tahap tersebut tidaklah bersifat
ketat, melainkan sesuai dengan situasi dan kondisi yang ada.
F. Sistematika Pembahasan
Penelitian ini direncanakan terdiri atas lima bab yang masing-masing
saling berkaitan satu sama lain.
Penelitian ini diawali dengan Bab I: membahas tentang pendahuluan,
yang berisi latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian,
manfaat penelitian, penegasan istilah, metode penelitian, dan sistimatika
pembahasan.
Bab II: problem dan strategi penanggulangan kenakalan mengupas
problem dan strategi penanggulangan kenakalan, faktor-faktor yang
mempengaruhi timbulnya kenakalan siswa yang dibahas secara rinci, akibat
dari kenakalan siswa dan usaha-usaha penanggulangan kenakalan siswa.
Bab III: mengupas tentang temuan hasil penelitian. Pada bagian ini
diuraikan ekplorasi data untuk masing-masing aspek dari variabel yang
diteliti. Pada penelitian ini, subjek dipilih secara purposive, artinya penelitian
-
30
subjek didasarkan pada tujuan tertentu atau memiliki karakteristik tertentu
khususnya responden yang berkaitan dengan masalah yang diteliti. Sebagai
responden utamanya adalah siswa sedang responden lainnya dalam penelitian
ini adalah guru dan karyawan. Penyajian hasil penelitian diawali dengan
deskrepsi kontek penelitian, yang meliputi gambaran tempat penelitian. Selain
itu dipaparkan pula tabel-tabel hasil penelitian yang berkaitan dengan
kenakalan yang dilakukan siswa.
Bab IV: yang keempat merupakan pembahasan hasil penelitian dengan
memberikan pemahaman terhadap hasil penelitian yang dilakukan. Upaya ini
didasarkan pada satu persepsi bahwa tujuan utama penelitian kualitatif adalah
untuk memperoleh pemahaman makna atas realita yang terjadi. Pada bab ini
juga dilakukan analisis dengan cara mencari hubungan yang mungkin terjadi
antara kenyataan kenyataan yang ditemukan sehingga hasil penelitian menjadi
lebih bermanfaat. Sistimatika analisisnya diuraikan berdasarkan hasil
penelitian yang diurutkan sesuai dengan permasalahannya.
Bab V: Merupakan penutup yang berisi kesimpulan, saran-saran dan
kata penutup.
-
31
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
Dampak modernisasi dan kemajuan dibidang informasi dan teknologi (IT),
berakibat semakin kompleknya permasalahan muncul ditengah-tengah masyarakat
hingga banyak muncul masalah-masalah sosial dan gangguan mental. Banyak
masyarakat diantaranya remaja tidak mampu melakukan penyesuaian diri dengan
cepat terhadap macam-macam perubahan sosial. Individu yang tidak mampu
melakukan penyesuaian itu selalu tidak conform tindakannya dengan norma-
norma agama dan kebiasaan sosial. Mereka selalu mengalami banyak ketegangan
dan tekanan batin disebabkan oleh sanksi batin sendiri ataupun oleh sanksi-sanksi
sosial.
Remaja dewasa ini sangat sulit dalam menentukan arah pijakan yang tepat,
bila pengetahuan keagamaan mereka minim, tidak heran mereka banyak tidak
terkendali dalam bertingkah laku. Tidak jarang bahkan mereka sengaja berbuat
menyimpang untuk memperlihatkan eksistensi dirinya ditengah-tengah
kelompoknya. Tuntutan sosial dari lingkungan sosial dan proses modernisasi
menjadi semakin banyak dan berat. Misalnya teknologi informasi yang semakin
canggih membuat setiap individu harus mengikuti kebutuhan informasi yang kian
hari kian banyak mengalami kemajuan, rumah dan kendaraan dengan berbagai
macam pilihan, belum lagi dengan hiruk pikuk kehidupan kota yang selalu
-
32
berpacu dan bersaing dalam perlombaan hidup . Suasana kompetitif ini banyak
diwarnai oleh tingkah laku yang tidak wajar.
Kenakalan siswa saat ini sudah cenderung pada perbuatan kriminal yang
cukup meresahkan masyarakat. Di sekolah kenakalan siswa menjadi tanggung
jawab sekolah dalam mengelolanya. Hal ini dimaksudkan untuk membantu siswa
dalam mencapai keberhasilannya. Mengingat semakin kompleknya permasalahan
yang timbul akibat kenakalan siswa, dalam pemecahannya sekolah perlu
melibatkan instansi-instansi terkait seperti lembaga swadaya masyarakat,
kepolisian dan dinas-dinas terkait, upaya ini dimaksudkan untuk mendapatkan
pemecahan masalah yang optimal.
A. Karakteristik Siswa
Manusia adalah mahluk yang paling sempurna, bila dibandingkan
dengan mahluk-mahluk yang lain. Manusia memiliki kelebihan-kelebihan
dalam segi cipta, rasa, karsa, estetika, sosial dan susila serta hal yang lain.
Dalam kehidupannya manusia mengalami suatu perkembangan dan
pertumbuhan. Menurut Kartini Kartono yang dimaksud dengan perkembangan
yaitu: Perkembangan merupakan perubahan-perubahan psikofisis sebagai hasil
proses pematangan fungsi-fungsi psikis dan fisik anak, yang ditunjang oleh
faktor lingkungan dan proses belajar dalam proses waktu tertentu menuju
kedewasaan (Kartono, 2003:29).
Menurut Abin Syamsudin bahawa menuliskan batasan remaja awal
berkisar antara 11-13 tahun sampai 14-15 tahun. Batasan usia remaja awal
-
33
tersebut, usia remaja awal merupakan usia sekolah tingkat SMP (Makmun,
2000:130).
Conger dalam Abin Syamsudin bahwa memberikan penafsiran sebagai
ciri remaja sebagai suatu masa yang amat kritis yang mungkin dapat
merupakan tipe of time and the worst of time (Makmun, 2000:132). Kalau
individu mampu mengatasi berbagai tuntutan yang dihadapinya secara
integratif, ia akan menemukan identitasnya yang akan dibawa menjelang masa
dewasanya. Sebaliknya, kalau gagal ia akan berada pada kritis identitas yang
berkepanjangan.
Menurut Zakiah Daradjat yang dimaksud dengan masa remaja yaitu:
Satu tingkat umur, di mana anak-anak tidak anak-anak lagi, akan tetapi belum
bisa dipandang dewasa. Jadi remaja adalah umur yang belum dapat
menjembatani antara anak-anak dan umur dewasa. Remaja adalah usia dimana
seorang anak mengalami masa transisi atau masa peralihan dalam mencari
identitas diri. Masa peralihan yang dimaksudkan disini adalah peralihan masa
kanak-kanak menuju ke masa dewasa atau merupakan perpanjangan masa
kanak-kanak sebelum mencapai masa dewasa (Daradjat, 1992:28). Pada masa
ini seakan-akan remaja berpijak antara dua kutub yaitu kutub yang lama (masa
anak-anak) yang akan ditinggalkan dan kutub yang baru (masa dewasa) yang
masih akan dimasuki. Dengan keadaan yang belum pasti inilah remaja sering
menimbulkan masalah bagi dirinya dan pada masyarakat sekitarnya, sebab
pribadinya belum stabil dan matang.
-
34
Abin Syamsudin menyebutkan ciri-ciri umum remaja awal dilihat
beberapa aspek, meliputi:
1. Dari aspek perilaku sosial, moralitas dan religius meliputi :
a. diawali dengan kecenderungan ambivalensi keinginan menyendiri dan
keinginan
bergaul dengan banyak teman tetapi bersifat temporer
b. adanya kebergantungan yang kuat kepada kelompok sebaya disertai
semangat konformitas yang tinggi.
c. adanya ambivalensi antara keinginan bebas dominasipengaruh orang
tua dengan kebutuhan bimbingan dan bantuan orang tua
d. dengan sikap dan cara berfikirnya yang kritis mulai menguji kaidah-
kaidah atau sistem nilai etis dengan kenyataannya dalam perilaku
sehari-hari oleh para pendukungnya (orang dewasa)
e. mengidentifikasi dirinya dengan tokoh-tokoh moralitas yang
dipandang tepat dengan tipe idolanya.
f. mengenai keberadaan dan sifat kemurahan dan keadilan Tuhan mulai
dipertanyakan secara kritis dan spektis.
g. penghayatan kehidupan keagamaan sehari-hari dilakukan mungkin
didasarkan pertimbangan asanya semacam tuntutan yang memaksa luar
dirinya; dan
h. masih mencari dan mencoba menemukan pegangan hidup.
2. Dari aspek afektif, kognitif dan kepribadian meliputi:
-
35
a. lima kebutuhan dasar (fisik, rasa aman, afiliasi sosial, penghargaan,
perwujudan diri) mulai menunjukkan arah kecenderungan-
kecenderungan
b. reaksi, reaksi dan ekspresi emosinya masih labil dan belum terkendali
seperti pernyataan marah, gembira atau kesedihannya mungkin masih
dapat berubah-ubah silih berganti dalam tempo yang cepat
c. kecenderungan-kecenderungan arah sikap mulai tampak (teoritis,
ekonomis, estetis, politis, sosial dan religius) meskipun masih dalam
taraf eksplorasi dan coba-coba; dan
d. merupakan masa kritis dalam rangka menghadapi kritis identitasnya
yang sangat dipengaruhi oleh kondisi psikososialnya yang akan
membentuk kepribadiannya (Makmun, 2000:133).
Dengan karakter seperti di atas siswa yang tergolong usia remaja
apabila tidak mendapatkan bimbingan yang baik mudah terjerumus pada
perbuatan yang merugikan dirinya sendiri atau terjerumus dalam kenakalan
remaja. Secara umum tidak dapat berkembang dengan baik sesuai dengan
kebutuhannya akan menimbulkan perilaku menyimpang yang kita kenal
dengan kenakalan remaja.
B. Perilaku kenakalan siswa
1. Pengertian kenakalan
Dalam kehidupan masyarakat, semua tindakan manusia dibatasi
oleh aturan (norma) untuk berbuat dan berperilaku sesuai dengan sesuatu
yang dianggap baik oleh masyarakat. Namun demikian di tengah
-
36
kehidupan masyarakat kadang-kadang masih kita jumpai tindakan-
tindakan yang tidak sesuai dengan aturan (norma) yang berlaku pada
masyarakat, misalnya seorang siswa menyontek pada saat ulangan,
berbohong, mencuri, dan mengganggu siswa lain. Penyimpangan terhadap
norma-norma atau nilai-nilai masyarakat disebut deviasi (deviation),
sedangkan pelaku atau individu yang melakukan menyimpang disebut
devian (deviant). Kebalikan dari perilaku menyimpang adalah perilaku
yang tidak menyimpang yang sering disebut dengan konformitas.
Konformitas adalah bentuk interaksi sosial yang di dalamnya seseorang
berperilaku sesuai dengan harapan kelompok.
Kenakalan yang juga biasa dikenal dengan norma penyimpangan
adalah perilaku yang tidak sesuai dengan nilai-nilai kesusilaan atau
kepatutan, baik dalam sudut pandang kemanusiaan (agama) secara
individu maupun pembenarannya sebagai bagian daripada makhluk sosial.
Definisi dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia prilaku kenakalan diartikan
sebagai tingkah laku, perbuatan, atau tanggapan seseorang terhadap
lingkungan yang bertentangan dengan norma-norma dan hukum yang ada
di dalam masyarakat (Novia, 2006:528).
Menurut Lemert kenakalan dapat dibedakan menjadi dua macam,
yaitu kenakalan primer dan kenakalan sekunder. Kenakalan primer adalah
suatu bentuk perilaku nakal yang bersifat sementara dan tidak dilakukan
terus-menerus sehingga masih dapat ditolerir masyarakat seperti
melanggar rambu lalu lintas, buang sampah sembarangan. Sedangkan
-
37
Kenakalan sekunder yakni perilaku nakal yang tidak mendapat toleransi
dari masyarakat dan umumnya dilakukan berulang kali seperti merampok,
menjambret, memakai narkoba, menjadi pelacur, dan lain-lain.
Menurut A.K. Cohen disebutkan bahwa kenakalan adalah tingkah
laku yang melanggar atau bertentangan, atau menyimpang dari aturan-
aturan normatif, dari pengertian normatif (Satdli, 1977:35). Dalam hal ini
Saparinah Sadli mengemukakan bahwa kenakalan adalah tingkah laku
yang menyimpang dari norma-norma sosial.
Kartono Menjelaskan batasan tingkah laku abnormal/menyimpang
ialah tingkah laku yang tidak adekwat, tidak bisa diterima oleh masyarakat
pada umumnya, dan tidak sesuai dengan norma sosial yang ada (Kartono,
1983:13).
Agar remaja tidak melakukan kenakalan, dibutuhkan norma atau
etika yang mengajarkan tentang apa yang baik dan buruk. Ukuran bagi
sesuatu yang baik dan buruk adalah kata hati, dimana kata hati ini
dipengaruhi faktor-faktor bawaan, lingkungan, agama dan usia.
Norma etika adalah norma-norma yang merupakan keharusan bagi
individu misalnya tidak boleh berbuat jahat, tidak boleh mencuri, tidak
boleh berbohong dan sebagainya. Norma yang dipergunakan pada tesis ini
adalah norma yang didasarkan pada aturan normatif. Yang berlaku yaitu
aturan normative berdasarkan ajaran agama islam. Dimana ajaran Islam itu
sendiri, seperti disebutkan pada Bab I, Islam memiliki beberapa
pembahasan mengenai norma dari berbagai aspek yaitu aspek aqidah,
-
38
ibadah dan akhlak. Aspek yang dipakai untuk menyelesaikan sifat
kenakalan adalah khusus aspek akhlak, mengingat tingkah laku remaja
banyak disoroti dari segi akhlak.
Ahmad Amin berpendapat bahwa Akhlak atau etika diartikan
suatu ilmu yang menjelaskan baik dan buruk, menerangkan apa yang
seharusnya dilakukan oleh manusia kepada yang lainnya, menyatakan
tujuan yang harus dituju oleh manusia didalam perbuatan mereka dan
menunjukkan jalan untuk melaksanakan apa yang harus diperbuat (Amin,
1988:3).
Bila cakupan akhlak menjelaskan tentang baik buruknya suatu
perbuatan yang dilakukan individu, selanjutnya perlu menentukan norma-
norma yang bisa kita pakai untuk menentukan hakikat perbuatan-
perbuatan, mana perbuatan baik, mana perbuatan buruk.
Paspoprodjo mengemukakan bahwa Norma adalah aturan, standart,
ukuran. Norma adalah sesuatu yang sudah pasti yang dapat kita pakai
untuk membandingkan sesuatu yang lain yang kita ragukan hakikatnya,
ukurannya atau kualitasnya. Norma moralitas adalah aturan, standar atau
ukuran yang dapat kita gunakan untuk mengukur kebaikan atau keburukan
suatu perbuatan. Sesuatu perbuatan yang secara positif sesuai ukurannya
dapat disebut moral baik. Apabila secara positif tidak sesuai ukurannya
dapat disebut moral buruk. Dan disebut secara moral indeferen apabila
netral terhadap ukuran tadi.
-
39
Karena begitu luasnya cakupan akhlak atau norma tersebut, maka
dalam meninjau dan menelaah masalah ini, penulis membatasinya kedalam
beberapa masalah saja, dengan pertimbangan keseriusan terhadap
pembahasan sifat kenakalan yang setingkat dengan usia sekolah dasar
menengah dalam hal ini Madrasah Tsanawiyah. Meskipun di setiap
sekolah sudah memiliki tata tertib dalam arti norma yang dibuat dan
diberlakukan disekolah, penulis memadukan atau norma yang ada dengan
norma akhlak yang dipergunakan sebagai acuan pembahasan tesis ini.
2. Jenis kenakalan pada Siswa
Pembatasan yang penulis maksud adalah terbatas pada masalah-
masalah sebagai berikut:
a. Membolos Sekolah
Membolos bagi anak sekolah bukan hal asing, hampir disetiap
sekolah terdapat kejadian siswa membolos sekolah. Berbagai macam
alasan yang mereka kemukakan, karena kepentingan, karena lelah,
karena malas atau ogah-ogahan dalam mengikuti pelajaran tertentu.
b. Merokok
Menurut beberapa pendapat ulama, ada yang menghukumi haram
ada pula yang menghukumi makruh, ada pula yang mengatakan tidak
ada larangan merokok. Namun bila dilihat dari tingkatan usia remaja
yang masih menduduki bangku sekolah dasar menengah, hal semacam
itu tidak pantas untuk dilakukan, karena usia remaja merupakan usia
menuju perkembangan selanjutnya. Bila dalam perkembangan mereka
-
40
terganggu kesehatannya akibat dari merokok maka si anak tersebut
mengidap penyakit paru-paru, sesak nafas, batuk dan gangguan
kesehatan lainnya.
c. Perkelahian
kenakalan dalam hal perkelahian, marak dilakukan remaja saat
ini, mula-mula diawali dengan pertengkaran-pertengkaran kecil, yang
kemudian berkembang menjadi lebih serius dan lebih komplek. Bahkan
sering terjadi perkelahian yang mereka lakukan berkembang menjadi
perkelahan antar kelompok atau geng, mengapa hal ini bisa terjadi?
tentu karena pada diri remaja memiliki dorongan-dorongan primitive
dan sentimen-sentimen hebat yang kemungkinan mereka salurkan lewat
perbuatan kejahatan, kekerasan dan agresi keras yang dianggap
mengandung nilai lebih. Mereka merasa perlu memamerkan energi dan
semangat hidupnya dalam aksi bersama atau perkelahian masal.
Gejala yang terjadi pada remaja tersebut pada hakekatnya telah
melanggar nilai-nilai terpuji (mahmudah), kasih sayang (ar-rahmah),
perlakuan baik (ihsan) dan penyantun (hilm). Ajaran Islam
menganjurkan berbuat kasih sayang antar sesama, yaitu pada Surah Al
Hujurat ayat 10 :
Artinya : orang-orang beriman itu sesungguhnya bersaudara. Sebab
itu damaikanlah ( perbaikilah hubungan ) antara kedua
-
41
saudaramu itu dan takutlah terhadap Allah, supaya kamu
mendapat rahmat ( QS. Al-Hujuraat 49: 10..)
Penganiayaan, melukai orang lain, didalam ajaran Islam
dipandang sebagai perbuatan-perbuatan yang membahayakan jasmani,
Firman Allah:
Artinya : Barangsiapa yang menyerang kamu, Maka seranglah ia,
seimbang. Dengan serangannya terhadapmu. Al-Baqarah
(2) : 194 ( QS. Al-Baqarah 2: 194).
Dalam ayat yang lain juga dijelasakan dalam surat An-Nisa' ayat 93:
Artinya : Dan barangsiapa yang membunuh seorang mukmin dengan
sengaja Maka balasannya ialah Jahanam, kekal ia di
dalamnya. Dan Allah murka kepadanya, dan mengutukinya
serta menyediakan azab yang besar baginya. (QS. An-
Nisa 4: 93) d. Pencurian
Kenakalan remaja dilakukan sebagai ungkapan dari ketegangan
perasaan, kegelisahan dan kecemasan atau tekanan batin. Adanya
pencurian dikalangan remaja merupakan salah satu bukti dari kenakalan
remaja. (Juvenile delinquency). Jika seorang remaja berasal dari
keluarga kaya dan berpangkat mencuri atau melakukan kejahatan
tertentu, maka kejahatan atau kenakalannya yang dilakukan bukan
karena kekurangan uang, akan tetapi adalah ungkapan rasa tidak puas,
-
42
kecewa atau rasa tertekan, merasa kurang mendapat perhatian dan
mungkin kurang kasih sayang dari orang tuanya. Sebab yang lain dari
perilaku mencuri karena yaitu karena factor ekonomi yang parah,
keinginan foya-foya atau pemenuhan kebutuhan yang tidak mencukupi
karena mereka kurang bisa mengatur keuangan yang telah diberikan
orang tua, misalnya harus beli pulsa, bensin, jajan dan sebagainya.
e. Minum-minuman Keras dan Narkoba
Minuman keras dan narkoba termasuk perbuatan menyimpang
norma, penilaian tersebut didasarkan kepada bahaya buruk yang
diakibatkan bagi kehidupan fisik dan mental yang akan menimpa
peminumnya.ajaran islam menilai minum minuman keras atau
minuman yang memabukan merupakan perbuatan keji yang
disejajarkan dengan perbuatan judi dan berkurban untuk berhala.. Surat
AlMaidah (5): 90:
Artinya: Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya (meminum)
khamar, berjudi, (berkorban untuk)berhala,mengundi nasib
dengan panah,adalah termasuk perbuatan syaitan. Maka
jauhilah perbuatan-perbuatan itu agar kamu mendapat
keberuntungan ( QS. AlMaidah (5): 90).
Pada dasarnya celaan minuman keras/memabukan ataupun
narkoba dititik beratkan pada penderitaan yang akan menimpa
peminumnya yaitu mengakibatkan penyakit jiwa, syaraf otak dan
jantung lemah. Hampir mayoritas remaja dewasa ini mengenal
-
43
minuman keras,mereka mencoba atau mengkonsumsi pada umumnya
untuk pemuasan nafsu belaka, atau untuk memenuhi dorongan mental
yang tidak sehat.
f. Pergaulan bebas
Melihat tayangan TV, CD, HP maupun internet bukan hal yang
sulit ditemukan bagi remaja sekarang ini, mereka bisa melihat kapan
sajadia inginkan. Kurangnya perhatian orang tua atau tidak adanya
pendampingan orang tua saat melihat TV, CD ataupun internet,
menjadikan mereka dengan sesuka hati mengakses ataupun menonton
tayangan-tayangan yang semestinya tidak mereka lihat,seperti video
porno ataupun gambar porno. Mulanya dari melihat,kemudian
memiliki, yang kemudian mereka ingin mencoba apa yang mereka
pikirkan. Kesalahan yang banyak terjadi, mereka belum memiliki
pemahaman yang kuat tentang bagaimana berinteraksi kepada lawan
jenis secara sehat dan direstui oleh norma Islam. Remaja sekarang
mayoritas telah mengenal pacaran, melalui media yang mereka
lihat,pacaran seolah menjadi trend bagi remaja. Pacaran yang tidak
dikendalikan norma, cenderung mengarah pada pergaulan bebas. Tidak
hanya itu,remaja cenderung mudah meniru atau mencontoh tayangan-
tayangan yang mereka lihat misalnya cara berpakaian yang ketat
dengan memperlihatkan lekuk badan, busana yang memperlihatkan
aurat sehingga mengundang lawan jenis untuk menggoda.
-
44
Keselamatan pergaulan mereka, sangat mendukung kelancaran
dalam menempuh studi, oleh karena itu dalam pergaulan mereka,perlu
diwujudkan kondisi lingkungan yang islami. Bagi wanita, cara
berbusana sopan, menjauhkan diri dari berbicara kotor,bertingkah laku
akhlakul karimah merupakan sumbangan positif bagi terwujudnya
kondisi lingkungan yang damai.
C. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi kenakalan remaja
Masa remaja adalah masa dimana mereka mengalami perubahan fisik
maupun mental. Tak jarang pada masa perubahan ini mereka mengalami
banyak permasalahan, kegoncangan, sering pula dalam menghadapi
permasalahan mereka merasa mengalami kekecewaan, kegagalan. Untuk
menghilangkan dan kegelisahan atau tekanan perasaan yang dideritanya
diekpresikan dalam bentuk penyimpangan prilaku, yang dapat menarik
perhatian dan mencemaskan orang-orang disekelilingnya terutama orang tua.
Namun keadaan kenakalan tersebut bukanlah merupakan suatu yang berdiri
sendiri, keadaan tersebut akan muncul karena beberapa sebab:
1. Kemungkinan faktor dari diri anak (intern)
a. Kekurangan penampungan emosional
b. Kelemahan dalam mengendalikan dorongan-dorongan dan
kecenderungannya.
c. Kegagalan prestasi sekolah dan pergaulan.
d. Kekurangan dalam pembentukan hati nurani.
2. Kemungkinan berpangkal pada lingkungan (ekstern)
-
45
a. Lingkungan Keluarga
b. Lingkungan Sekolah
c. Lingkungan Masyarakat
1) Perkembangan tekhnologi yang menimbulkan kegoncangan pada
remaja yang belum memiliki kekuatan mental untuk menerima
perubahan-perubahan baru.
2) Factor sosial politik, sosial ekonomi dengan mobilisasi-mobilisasi
sesuai dengan kondisi secara keseluruhan atau kondisi-kondisi
setempat seperti di kota-kota besar dengan ciri khasnya.
3) Kepadatan penduduk yang menimbulkan persoalan demografis dan
bermacam kenakalan remaja (Gunarsa, 2007:23).
Ada beberapa teori mengenai sebab terjadinya penyimpangan prilaku
(juvenile delinquency). Para sarjana menggolongkan menurut beberapa teori,
yaitu:
1. Teori Biologis
Tingkah laku sosiopatik atau delinkuen pada anak dan remaja dapat
muncul karena faktor-faktor fisiologis dan struktur jasmanilah seseorang,
juga dapat oleh cacat jasmanilah yang dibawa sejak lahir.
2. Teori Psikogenesis
Teori ini menekankan sebab-sebab tingkah laku delinkuen anak-anak dari
aspek psikologis atau isi kejiwaannya. Antara lain factor intelegensi, ciri
kepribadian, motivasi, sikap-sikap yang salah, fantasi, rasionalisasi,
-
46
internalisasi diri yang keliru, konflik batin, emosi yang kontroversal,
kecenderungan psikopatologis dan lain-lain.
3. Teori Sosio Intelegensi
Para sosiolog berpendapat penyebab tingkah laku delinkuen pada anak-
anak remaja adalah murni sosiologis atau sosial psikologis
sifatnya.misalnya disebabkan oleh pengaruh struktur sosial yang deviatif,
tekanan kelompok, peranan sosial, status sosial atau oleh internalisasi
simbolis yang keliru.
4. Teori Subkultur Delinkuensi
Menurut teori subkultur ini, sumber juvenile deliquency ialah sifat-sifat
suatu struktur dengan pola budaya (subkulture) yang khas dari lingkungan
familial,tetangga dan masyarakat yang didiami oleh para remaja delinquen
tersebut (Kartono, 1986:25).
Dari beberapa pendapat tentang kenakalan pada anak-anak remaja
pada prinsipnya dapat dibedakan menjadi dua yaitu: sebab yang datang dari
individu dan sebab yang datang diluar individu. Faktor yang datang dari
individu diantaranya : adanya faktor kelainan yang dibawa sejak lahir baik
cacat keturunan fisik maupun psikis (seperti memiliki kebiasaan untuk meniru
dan mengikuti orang lain), lemahnya pengawasan diri terhadap pengaruh
lingkungan, kurangnya kemampuan menyesuaikan diri terhadap lingkungan
bahkan mungkin kurangnya dasar-dasar keagamaan didalam diri, sehingga
-
47
sukar mengukur norma luar atau memilih norma yang baik dilingkungan
masyarakat. Keadaan individu yang demikian akan mudah terpengaruh oleh
lingkungan yang kurang baik.
Tidak lepas dari pendapat tersebut, terjadinya kenakalan dapat
disebabkan oleh beberapa faktot dari luar individu (ekstern) antara lain:
1. Lingkungan Keluarga
Keluarga merupakan lingkungan terdekat untuk membesarkan,
mendewasakan dan didalamnya anak mendapatkan pendidikan yang
pertama kali. Keluarga memiliki peranan yang penting bagi perkembangan
anak, keluarga yang baik akan memberikan pengaruh positif bagi
perkembangan anak, sebaliknya keluarga yang jelek atau tidak harmonis
akan memberi pengaruh negatif bagi perkembangan anak. Jika dikaji lebih
lanjut, tentang peran keluarga berkaitan dengan penyimpangan prilaku,
salah satu yang menonjol yang menjadi sebab timbulnya tingkah laku
menyimpang adalah kurangnya pendidikan agama didalamnya.
Yang dimaksud dengan didikan agama bukanlah pelajaran agama
yang diberikan secara sengaja dan teratur oleh guru sekolah saja. Akan
tetapi yang terpenting adalah penanaman jiwa agama yang dimulai dari
rumah tangga, sejak sianak masih kecil, dengan jalan membiasakan anak
kepada sifat-sifat dan kebiasaan yang baik (seperti sholat, dan perbuatan
amal maruf nahi munkar). Akan tetapi kita sayangkan, melihat kenyataan
banyak orang tua tidak mengerti ajaran agama yang dianutnya, bahkan
banyak pula yang memandang rendah ajaran agama itu, sehingga
-
48
pendidikan agama itu praktis tidak pernah dilaksanakan dalam banyak
keluarga. Dengan tidak kenalnya si anak akan jiwa agama yang benar,
akan lemahlah hati nuraninya (super ego). Karena tidak terbentuk dari
nilai-nilai masyarakat atau agama yang diterimanya waktu kecil. Jika hati
nuraninya lemah, atau unsur pengontrol dalam diri si anak kosong dari
nilai-nilai yang baik, maka sudah barang tentu akan mudah mereka
terperosok kedalam kelakuan-kelakuan yang tidak baik dan menurut apa
yang menyenangkannya waktu itu saja, tanpa memikirkan akibat
selanjutnya (Daradja, 1989:113).
Selain kebutuhan pendidikan agama, orang tua perlu mengetahui
kebutuhan-kebutuhan anaknya, baik yang bersifat biologis misalnya
makan, minum, pakaian dan sebagainya, maupun kebutuhan psikologis
seperti kebutuhan cita kasih, rasa aman dalam keluarga, perlakuan adil dari
kedua orang tua sangat diharapkan. Keluarga juga memiliki peranan untuk
menanamkan disiplin bagi anak-anaknya sejak kecil agar setelah dewasa
hal tersebut dapat menjadi kebiasaan.
2. Lingkungan Sekolah
Sekolah merupakan lingkungan pendidikan kedua setelah
lingkungan keluarga bagi anak remaja. Pada masa remaja, umumnya
mereka masih duduk dibangku sekolah menengah pertama. Selama mereka
menempuh pendidikan formal di sekolah terjadi interakaksi antara remaja
dengan sesamanya, juga interaksi remaja dengan pendidik. Interaksi yang
mereka lakukan disekolah antar sesama, kadang-kadang menimbulkan
-
49
dampak negatif bagi perkembangan mental sehingga terjadi perilaku
menyimpang. Fenomena yang sering muncul misalnya adanya anak-anak
yang berasal dari keluarga yang kurang memperhatikan dan mementingkan
pendidikan anak, biasanya mereka akan bersikap acuh terhadap tugas-
tugas sekolah, bersikap masa bodoh terhadap peraturan atau tata tertib
sekolah dan kehilangan rasa tanggungjawab didalamnya. Sikap tersebut
biasanya mudah ditiru oleh anak-anak lain. Fenomena lain yang sering
terjadi bila terjadi jam kosong, atau karena pendidik tidak bisa hadir dan
dialihkan dengan mengerjakan tugas, sering anak mengalihkannya dengan
kegiatan-kegiatan yang kurang mendukung kemajuan belajar, terkadang
mereka mengisinya dengan kegaduhan dan menganggu kelas lain yang
sedang melangsungkan proses pembelajaran. Dengan keadaan tersebut,
maka sekolah sebagai tempat atau ajang pendidikan anak dapat pula
menjadi sumber terjadinya konflik-konflik kejiwaan, sehingga
memudahkan anak-anak menjadi berperilaku delinquent atau menyimpang.
3. Lingkungan Masyarakat
Keadaan masyarakat dalam berbagai bentuk dan coraknya akan
berpengaruh baik secara langsung maupun tidak langsung terhadap anak
remaja dimana mereka hidup didalamnya. Kondisi ekonomi global
memiliki hubungan erat dengan timbulnya kejahatan, remaj yang berasal
dari kondisi keluarga miskin, memiliki perasaan rendah diri dalam
masyarakat sehingga anak-anak tersebut melakukan perbuatan melawan
norma terhadap hak milik orang lain, seperti mencuri, penipuan dan
-
50
penggelapan. Tingkah laku meresahkan tersebut lebih muda terjangkit
pada remaja yang memiliki lingkungan masyarakat yang kurang sekali
dalam melaksanakan ajaran-ajaran agama yang dianutnya, bahkan
melupakan ajaran agama dalam hidup sehari-hari. Dengan demikian bahwa
penyimpangan yang dilakukan oleh anak-anak remaja juga menjadi
tanggung jawab semua anggota masyarakat.
D. Akibat Melakukan kenakalan.
Setiap perbuatan selalu membawa dampak, baik untuk dirinya
maupun yang berkaitan disekitarnya. Demikian pula dengan penyimpangan
prilaku norma agama yang dilakukan anak-anak remaja. Beberapa hal yang
berkaitan dengan akibat yang ditimbulkan dari penyimpangan prilaku yang
dilakukan antara lain:
1. Perasaan
Tidak seorangpun yang tidak ingin menikmati ketenangan dan
kebahagiaan hidup, seseorang akan berusaha mencarinya, meskipun tidak
semua dapat tercapai apa yang diinginkannya. Syariat Islam yang
bertujuan mewujudkan kebahagiaan dan kemaslahatan umum nampak
dalam dasar hukum muamalat, sistem sosial ekonomi maupun politik
negaranya. Kebahagiaan umat akan terwujud jika didalamnya tidak
terjadi pertumpahan darah, penganiayaan, penipuan, peralihan hak milik
yang melanggar hukum maupun penyimpangan-penyimpangan
kesusilaan dan lainnya. Kejahatan-kejahatan atau perilaku menyimpang
yang sering dilakukan anak-anak remaja ditengah-tengah masyarakat
-
51
dapat mengakibatkan hilangnya kebahagiaan, ketentraman dan
kedamaian hidup. Suasana hati tersebut sangat jauh dari tujuan syariat
Islam yang tujuan utamanya yang ingin dicapai oleh metode Islam dalam
jaminan sosial adalah menghilangkan kemiskinan dan kekurangan,
menjaga kehormatan manusia, mengeratkan tali persaudaraan,
menggagalkan cara-cara penyalah gunaan, mengeratkan kasih sayang,
setia kawan dan rasa senasib antara anggota-anggota dan kelompok-
kelompok dalam masyarakat.
2. Kecerdasan
Banyak penelitian mengatakan bahwa keturunan atas kecerdasan
dapat diwarisi (dipengaruhi) oleh kecerdasan orang tuanya (ibu
bapaknya), akan tetapi jika tidak mendapatkan kesempatan dan
lingkungan yang baik untuk berkembang, maka kecerdasan tidak akan
mencapai kemampuan yang maksimal. Timbulnya kenakalan remaja
bukan hanya berakibat pada keresahan masyarakat, akan tetapi juga
berakibat pada diri remaja yaitu terhadap kecerdasannya, sehubungan
dengan hal tersebut, delinquency pada remaja terjadi bersamaan dengan
masa usia sekolah, dimana mereka pada saat itu sangat membutuhkan
banyak bimbingan dan pengarahan. Keadaan yang berlawanan itu (situasi
delikuensi) sangat berpengaruh terhadap kecerdasan mereka misalnya
kebiasaan terhadap minuman keras, mengkonsumsi narkoba, senang
membawa gambar porno, yang memberikan kesan sangat kuat terhadap
kehidupan yang serba bebas, keadaan remaja yang demikian biasanya
-
52
kurang mengutamakan atau mementingkan belajar, mereka biasanya
acuh tak acuh terhadap tugas sekolah dan kehilangan rasa tanggung
jawab didalamnya. Kepentingan dalam mencerdaskan diri menjadi hilang
karena mereka disibukkan dengan tingkah laku yang membuat dirinya
terjerumus pada dunia kebebasan, sehingga banyak remaja yang terlibat
dalam dunia bebas tersebut menjadi pemalas belajar dan bodoh.
3. Kesehatan Badan
Banyak kenakalan yang dilakukan remaja usia sekolah, maraknya
perkelahian antar pelajar menjadi penyebab timbulnya hal-hal yang
membahayakan keselamatan jasmani, bahkan perbuatan tersebut banyak
menjurus pada perbuatan yang tidak manusiawi mengingat tidak hanya
melukai bahkan sampai berakibat hilangnya jiwa. Bentuk penyimpangan
prilaku yang sering pula terjadi pada remaja seperti minuman
memabukkan dapat merusak jiwa, rusaknya syaraf otak bahkan jantung.
Demikian pula dengan pecandu narkotik yang bisa menyebabkan
pengguna berpotensi terhadap timbulnya beberapa jenis kejahatan lain
seperti pencurian, pembunuhan, pemerasan bahkan kejahatan terhadap
kehormatan (pemerkosaan) yang kesemuanya berakibat mengancam
keselamatan atau kesehatan badan individu yang terlibat dalam perbuatan
tersebut. Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa berbagai macam
bentuk penyimpangan prilaku yang dilakukan remaja banyak membawa
dampak negatif, baik dari segi jasmani maupun rohaninya, bahkan
-
53
kenakalan tersebut membuat keresahan bagi keluarga dan masyarakat
umum.
E. Usaha-usaha Penanggulangan kenakalan pada siswa
Keresahan yang ditimbulkan oleh anak-anak remaja sebenarnya
menjadi tanggungjawab seluruh anggota masyarakat. Ditinjau dari segi
penyebabnya, masyarakat terlibat didalamnya dan jika dilihat dari segi lain
masyarakat yang memikul beban kerugian. Akan tetapi menanggulangi
kenakalan remaja atau penyimpangan prilaku tidak sama dengan mengobati
suatu penyakit, hal ini disebabkan karena kenakalan merupakan permasalahan
yang komplek dan banyak ragam serta jenis penyebabnya. Maka usaha
penanggulangannya tidak dapat dilakukan oleh tenaga ahli saja seperti
psikologdan pendidik, melainkan perlu kerja sama semua pihak antara lain
guru, orang tua, lembaga pendidikan, pemerintah, masyarakat tenaga ahli dan
remaja itu sendiri.
Sehubungan dengan hal tersebut, maka usaha penanggulangan
penyimpangan prilaku dapat dilakukan dengan tiga bagian yaitu :
1. Usaha Preventif
Usaha preventif adalah segala tindakan yang bertujuan mencegah
timbulnya kenakalan-kenakalan (Singgih, 2007:140). Usaha pencegahan
ini bisa dilakukan secara sistematis terencana dan terarah kepada tujuan
untuk menjaga agar kenakalan itu tidak terjadi. Usaha secara preventif
-
54
lebih besar manfaatnya karena sebelum kenakalan itu meluas dan
mempengaruhi yang lain, dapat ditekan semaksimal mungkin. Kartini
Kartono menyebutkan beberapa tindakan preventif yang dilakukan antara
lain:
a. Meningkatkan kesejahteraan keluarga
b. Perbaikan lingkungan, yaitu daerah slum, kampung-kampung miskin
c. Mendirikan klinik bimbingan psikologis dan edukatif untuk
memperbaiki tingkah laku dan membantu dari kesulitan mereka
d. Menyediakan tempat rekreasi yang sehat bagi remaja
e. Membentuk badan kesejahteraan anak-anak
f. Mengadakan panti asuhan
g. Mengadakan lembaga reformatif untuk memberikan latihan korektif,
pengoreksian dan asistensi untuk hidup mandiri dan susila kepada
anak-anak dan para remaja yang membutuhkan
h. Membuat badan supervisi dan mengontrol terhadap kegiatan anak-
anak delinkuen, disertai program yang korektif
i. Mangadakan pengadilan anak
j. Menyusun undang-undang khusus untuk pelanggaran dan kejahatan
yang dilakukan oleh anak-anak remaja
k. Mendirikan sekolah bagi anak miskin ( gembel )
l. Mengadakan rumah tahanan khusus untuk anak dan remaja
m. Mengadakan diskusi kelompok dan bimbingan kelompok untuk
membangun kontak manusiawi diantara para remaja delinkuen dengan
-
55
masyarakat luar. Diskusi tersebut akan sangat bermanfaat bagi
pemahaman kita mengenai jenis kesulitan dan gangguan pada diri
remaja
n. Mendirikan tempat untuk menyalurkan kreativitas para remaja
delinkuen dan yang non delinkuen. Misalnya berupa latihan
vokasional, latihan hidup bermasyarakat, latihan persiapan untuk
bertransmigrasi dan lain-lain (Kartono, 2003:98).
Usaha preventif terhadap penyimpangan prilaku atau kenakalan
tersebut masih perlu dijabarkan lagi dan dikelompokkan menjadi tiga
bagian, mengingat remaja memiliki tiga lingkungan yang turut
membesarkannya dan mempengaruhi segala aktivitasnya, yaitu :
a. Usaha yang dilakukan dilingkungan keluarga
Jika lingkungan keluarga merupakan tempat dimulainya
pendidikan, sangatlah efektif jika tindakan preventif terhadap
penyimpangan prilaku dapat diupayakan dari lingkungan keluarga,
yaitu:
1) Menciptakan kehidupan keluarga yang beragama, artinya membuat
suasana keluarga orang menjadi kehidupan yang taat dan taqwa
kepada Allah SWT. Didalam kegiatan sehari-hari. Orang tua
hendaknya membimbing anak sejak lahir kearah hidup yang sesuai
dengan ajaran agama, sehingga anak akan terbiasa hidup sesuai
dengan nilai-nilai akhlak yang diajarkan agama.
-
56
Pendidikan akhlak berkaitan erat dengan pendidikan agama.
Tidak berlebihan kalau dikatakan bahwa pendidikan akhlak dalam
pengertianIslam adalah bagian yang tidak dapat dipisahkan dari
pendidikan agama, yang baik menurut akhlak adalah apa yang baik
menurut ajaran agama, dan yang buruk adalah apa yang dianggap
buruk oleh ajaran agama. Hampir sepakat para filosof pendidikan
Islam bahwa pendidikan akhlak adalah jiwa pendidikan Islam,
sebab tujuan tertinggi pendidikan Islam adalah mendidik jiwa dan
akhlak (Langgulung, 1989:373).
2) Menciptakan kehidupan keluarga yang harmonis, dimana
hubungan antara ayah, ibu dan anak tidak terdapat percekcokan
atau pertengkaran. Setiap orang tua akan menjaga keutuhan
keluarga, maka saling mengerti, menghargai dan mencintai antara
ibu dan bapak harus terujud secara nyata, agar bisa dirasakan anak
sejak lahirnya. Suasana yang penuh kasih sayang dan keserasian
akan memberikan rasa hangat kepada anak-anak sehingga anak
merasa bahagia berada dalam keluarga.
3) Memberikan perhatian yang memadai terhadap kebutuhan anak-
anak.
4) Memberikan pengawasan secara wajar terhadap pergaulan anak
remaja di lingkungan masyarakat. Hal-hal yang perlu diawasi
antara lain teman-teman sebaya dalam pergaulan, disiplin waktu,
pemakaian uang dan ketaatan melakukan ibadah kepada tuhan.
-
57
b. Usaha dilakukan dilingkungan sekolah
Sekolah merupakan lingkungan yang menengahi antara
lingkungan keluarga dan lingkungan masyarakat. Harapan orang tua,
lingkungan sekolah dapat ikut membentuk kepribadian anak dengan
baik, orang tua memilihkan lembaga pendidikan yang dipercaya dapat
meningkatkan kemampuannya. Karena hal tersebut, usia preventif
sekolah untuk mencegah timbulnya penyimpangan prilaku antara lain:
1) Pendidik hendaknya memahami aspek-aspek psikis murid dengan
memiliki ilmu-ilmu tertentu antara lain : psikologi perkembangan
anak, bimbingan penyuluhan serta ilmu mengajar. Dengan usaha
tersebut diharapkan dapat mengenal dan mengetahui ciri umum
dan khs remaja, juga mengetahui kesulitan-kesulitan yang secara
umum dialami oleh remaja, sebab kesulitan-kesulitan yang secara
umum dialami remaja, sebab kesulitan-kesulitan biasanya dapat
menjadi sebab timbulnya penyaluran dalam bentuk kenakalan atau
penyimpangan prilaku.
2) Mengintensifkan pelajaran pelajaran agama dan mengadakan
tenaga guru agama yang ahli dan berwibawa serta mampu bergaul
secara harmonis dengan guru-guru lain
3) Mengintensifkan guru bimbingan dan penyuluhan Sekolah /
Madrasah dengan jalan mengadakan tenaga ahli atau penataran
-
58
guru-guru untuk mengelola bagian ini. Mengingat tugas bimbingan
dan penyuluhan tidak mudah, sedang hal itu sangat diperlukan
khusunya bagi golongan remaja baik dilingkungan sekolah maupun
luar sekolah. Karena hal tersebut maka para counselor dituntut
memiliki syarat-syarat mental pribadi tertentu antara lain:
a) Memiliki pribadi yang menarik serta rasa berdedikasi tinggi
dalam tugasnya
b) Meyakini tentang mungkinnya anak bimbingan
c) Memiliki rasa comited dengan nlai-nilai kemanusiaan
d) Memiliki kemampuan untuk mengadakan komunikasi baik
dengan anak bimbing maupun lainya
e) Bersikap terbuka artinya tidak memiliki watak yang suka
menyembunyikan sesuatu maksud yang tidak baik
f) Memiliki keuletan dalam lingkungan tugasnya termasuk pula
lingkungan sekitarnya
g) Memiliki rasa cinta terhadap orang lain dan suka bekerja sama
dengan orang lain
h) Memiliki rasa sensitif (peka) terhadap kepentingan anak
bimbing
i) Memiliki kecekatan berfikir, cerdas sehingga mampu
memahami yang dikehendaki client
j) Memiliki personality yang sehat dan bulat,tidak terpecah-pecah
jiwanya (frustasi)
-
59
k) Memiliki kematangan jiwa (kedewasan) dalam segala
perbuatan lahiriyah dan batiniyah
l) Memiliki sikap mental suka belajar dalam ilmu pengetahuan
yang berhubungan dengan tugasnya
m) Bila concelor tersebut bertugas dibidang pembinaan
agama,maka dia harus memiliki pengetahuan
agama,berakhlakul mulia serta aktif menjalankan agama,dan
sebagainya (Arifin, 1978:49).
Dari beberapa syarat tersebut, conselor dalam
menyelesaikan permasalahan yang dihadapi siswa perlu
mengadakan dekatan secara agama,dimana proses pemecahan
lewat potensi keimanan akan memberikan pengaruh yang kuat
dalam pribadi siswa.
Beberapa ahli kedokteran jiwa menyakini bahwa penyembuhan
penyakit pasien dapat dilakukan lebih cepat jika digunakan metoda
yang berdasarkan pendekatan keagamaan,yaitu dengan
mrmbangkitkan potensi keimanan kepada Tuhan,lalu
menggerakkannyakearah pencerahan batinnya yang pada akhirnya
menimbulkan kepercayaan diri bahwa Tuhan Yang Maha Kuasa
adalah satu-satunya kekuatan penyembuhan dari penyakit yang di
derita (Arifin, 2003:63).
4) Adanya kesamaan norma-norma yang dipegang guru-guru,
sehingga menimbulkan kekompakkan dalam membimbing siswa
-
60
5) Melengkapi fasilitas pendidikan seperti gedung, laboratorium,
masjid, alat-alat pelajaran, alat-alat olah raga, kesenian, alat
ketrampilan dan sebagainya, hal ini akan dapat digunakan untuk
mengisi luang siswa kearah yang mendidik
6) Perbaikan ekonomi guru yaitu menyelaraskan gaji guru dengan
kebutuhan hidup sehari-hari, agar guru tidak banyak absen
mengajar hanya karena mengurus keperluan honor tambahan
c. Usaha yang dilakukan dilingkungan masyarakat
Masyarakat adalah tempat pendidikan setelah keluarga dan
sekolah, ketiganya haruslah mempunyai keseragaman dalam
mengarahkan anak untuk mencapai tujuan pendidikan. Keterlibatan
masyarakat didalam menanggulangi delinquent anak dapat berupa :
1) Memberikan nasehat secara langsung kepada anak yang
bersangkutan agar anak tersebut meninggalkan kegiatannya yang
tidak sesuai dengan seperangkat norma yang berlaku
2) Membicarakan dengan orang tua/wali yang bersangkutan dan
membicarakan jalan keluarnya
2. Usaha Represif
Usaha represif adalah tindakan untuk menindas dan menahan
kenakalan remaja sering mungkin atau menghalangi timbulnya peristiwa
kenakalan yang lebih hebat (Singgih, 2007:140).
Dirumah atau lingkungan keluarga, remaja seusia siswa MTs harus
mentaati peraturan dan tata tertib yang berlaku, apabila peraturan itu tidak
-
61
diindahkan maka orang tua perlu memberikan hukuman atas pelanggaran
tersebut. Di sekolah atau lingkungan sekolah, kepala sekolah berwenang
dalam melaksanakan hukuman terhadap pelanggaran tata tertib sekolah.
Dalam penanganan ini guru BP maupun guru lain berhak menindak siswa
yang melanggar tata tertib sesuai ketentuan yang telah disepakati pihak
sekolah.
Pendidik dalam menjatuhkan hukuman kepada subjek didik
diharapkan agar anak jera untuk mengulangi perbuatan yang diinginkan
dengan tujuan agar anak mau memperbaiki dan mengubah tingkah laku
yang tidak sesuai dengan aturan yang berlaku, serta menumbuhkan sikap
disiplin bagi remaja lain untuk tidak ikut serta terlibat dalam tingkah laku
melanggar aturan tersebut. Tindakan ini harus dijiwai dengan rasa kasih
sayang dan bersifat mendidik terhadap mereka, contohnya jika siswa
terlambat masuk kelas 10 menit di luar waktu toleransi, maka waktu untuk
istirahat siswa dipotong 10 menit untuk mencatat atau mengejar pelajaran
yang hilang selama ia terlambat akan tetapi selama memberikan hukuman,
guru tidak boleh berkesan menghakimi. Oleh karena perilaku menyimpang
yang mereka perbuat adalah akibat dari berbagai faktor, baik intern
maupun ekstern remaja yang tidak disadari dapat berakibat merugikan
pribadinya sendidi dan masyarakat.
Syarat-syarat memberikan hukuman:
a. Hukuman harus selaras dengan kesalahannya;
b. Hukuman harus seadil-adilnya;
-
62
c. Hukuman harus lekas dijalankan agar anak mengerti benar apa
sebabnya ia dihukum dan apa maksud hukuman itu;
d. Memberi hukuman harus dalam keadaan yang tenang, jangan dalam
keadaan yang emosional (marah);
e. Hukuman sesuai dengan umur anak;
f. Hukuman harus diikuti dengan penjelasan, sebab bertujuan untuk
memberikan kata hati, tidak hanya menghukum saja;
g. Hukuman harus diakhiri dengan ampunan;
h. Hukuman kita gunakan jika terpaksa, atau hukuman merupakan alat
pendidikan yang terakhir karena menggunakan alat-alat pendidikan
yang lain sudah tidak dapat lagi;
i. Yang berhak memberikan hukuman hanyalah mereka yang cinta pada
anak saja, sebab jika tidak berdasarkan cinta, maka hukuman akan
bersifat balas dendam;
j. Hukuman harus menimbulkan penderitaan pada yang dihukum dan
yang menghukum ( sebab yang menghukum terpaksa ) (Suwarno,
1998:116). Sanksi yang diberikan oleh guru tanpa terasa membuat
siswa jera dengan tidak melakukan pelanggaran tatatertib sekolah lagi,
akan tetapi pada waktu proses pemberian sanksi tersebut tiada niatan
dari guru untuk menghakimi.
Hukuman merupakan salah satu usaha pembinaan terhadap siswa
yang telah melakukan penyimpangan prilaku norma agama, hukuman
-
63
memiliki tiga tingkatan sesuai dengan perkembangan anak, W. Stern
mengemukakan hal tersebut sebagai berikut:
a. Hukuman Asosiatif. Hukuman yang ditimbulkan akibat hukuman ada
sesuai dengan kesalahan anak
b. Hukuman Logis. Dimana anak yang dihukum hingga mengalami
penderitaan yang ada hubungan logis dengan kesalahannya, hukuman
ini dilakukan pada anak-anak yang sudah agak besar yang sudah
mampu memahami hubungan antara kesalahan yang diperbuat dengan
hukuman yang diterima
c. Hukuman Moril. Tingkatan ini tercapai pada anak-anak yang lebih
beasar, anak tidak hanya sekedar menyadari hubungan logis antara
kesalahan dan hukumannya, tetapi tergugah perasaan kesusilaannya
atau terbangun kata hatinya, ia harus menerima hukuman sebagai
sesuatu yang harus dialaminya (Suwarno, 1998:117).
Dari uraian tersebut, kita dapat melaksanakan hukuman sebagai
upaya penanggulangan kenakalan siswa dengan baik, yaitu dengan
memperhatikan syarat-syarat memberikan hukuman dan cara memberi
hukuman secara bijaksana, sehingga dapat menghasilkan keberhasilan
dalam usaha menanggulangi kesalahan yang diperbuat mereka.
Tindakan represif harus bersifat paedagogis, bukan hanya bersifat
menghukum saja terhadap mereka yang melakukan kenakalan atau
melanggar tata tertib.
3. Usaha kuratif
-
64
Usaha kuratif adalah usaha dalam menanggulangi masalah
kenakalan remaja/penyimpangan prilaku. Pencegahan ini dimaksudkan
agar kenakalan tidak meluas dan merugikan baik pribadi maupun
masyarakat sekitarnya. Tindakan kuratif dilakukan setelah tindakan
pencegahan lainnya dilaksanakan dan dianggap perlu mengubah tingkah
laku si pelanggar dengan memberikan pendidikan lagi. Pendidikan
dilakukan secara khusus yang ditangani oleh lembaga khusus maupun
perorangan yang ahli dalam bidang ini, misalnya BP atau psikolog.
Tindakan kuratif yang bisa dilakukan dalam usaha penyembuhan antara
lain:
a. Menghilangkan semua sebab musabab timbulnya kejahatan remaja,
baik yang berupa pribadi, familial, sosial ekonomi dan kultural.
b. Melakukan perubahan lingkungan dengan jalan mencarikan orang tua
angkat/orang tua asuh dan memberikan fasilitas yang diperlukan bagi
perkembangan jasmani dan rohani yang sehat bagi anak-anak remaja.
c. Memindahkan anak-anak nakal ke sekolah yang lebih baik, atau ke
tengah lingkungan sosial yang baik.
d. Memberikan latihan bagi remaja untuk hidup teratur, tertib dan
disiplin.
e. Memanfaatkan waktu senggang di kamp latihan, untuk membiasakan
diri bekerja, belajar dan melakukan rekreasi sehat dengan disiplin
tinggi.
-
65
f. Menggiatkan organisasi pemuda dengan program-program latihan
vokasional untuk mempersiapkan anak remaja delinkuen itu bagi
pasar kerja dan hidup di tengah masyarakat.
g. Memperbanyak lembaga latihan kerja dengan program kegiatan
pembangunan.
h. Mendirikan klinik psikologi untuk meringankan dan memecahkan
konflik emosional dan gangguan kejiwaan lainnya. Memberikan
pengobatan medis dan terapi psikoanalitis bagi mereka yang
menderita gangguan jiwa (Kartono, 1998:98).
Penanggulangan terhadap kenakalan ini ditekankan pada usaha
tercapainya kepribadian yang mantap, serasi dan dewasa. Remaja atau
siswa yang masih mengenyam pendidikan dipersiapkan menjadi orang
dewasa yang berkepribadian kuat, sehat jasmani dan rohani, teguh dalam
kepercayaan dan keimanan.
Dari beberapa cara usaha yang dilakukan untuk menanggulangi
kenakalan remaja, pembinaan akhlak siswa harus dilakukan secara terus
menerus oleh pihak sekolah/madrasah, bisa dilakukan oleh guru-guru
agama, meskipun dalam usaha preventif telah disebutkan, namun
pentingnya akhlak siswa merupakan hal yang sangat urgen/pokok.
Dalam dunia pendidikan telah dikemukakan bahwa pendidikan
merupakan kegiatan yang membentuk sikap mental dan kepribadian anak
(subjek) didik. Sedangkan kegiatan mengajar (instruction) dan latihan
(training) sebagai salah satu bentuk yang lebih erat hubunganya dengan
-
66
aspek intelektual dan ketrampilan. Akan tetapi harus di akui bahwa
mengajar yang baik pada dasarnya berararti juga sebagai kegiatan
mendidik . Kondisi itu dapat terjadi terutama jika dalam situasi terutama
jika dalam situasi belajar mengajar, guru dengan mengunakan materi yang
harus diajarkan atau ketrampilan yang harus di aplikasikan, sehingga
mampu menciptakan sentuhan pendidikan dan kepribadian dalam
berinteraksi terhadap anak sejak anak berada di usia di bawah lima tahun.
Dalam situasi seperti itu berarti anak berusia dini, tidak sekedar mengalami
perubahan, perkembangan dan berhubungan dengan ranah kognitif,tetapi
juga dalam cara berfikir, sikap dan tingkah laku. Sebagai wujud dari
perubahan berkembangan ranah affektif dan psikomotor. Dengan kata lain
situasi belajar mengajar itu, mampu melatih sikap mental dan kepribadian
anak yang baru mengalami perkembangan.
Kalau dikaji tujuan pendidikan adalah untuk mendidik dari
kebodohan sehingga anak dapat memahami suatu persoalan, pendidikan
dapat diartikan mengarahkan manusia dari yang tidak tahu menjadi tahu.
Tujuan pendidikan berfungsi untuk mengarahkan,mengontrol dan
memudahkan evaluasi suatu aktivitas (Zaini, 1986:35). Pendidikan yang
baik memberikan sumbangan pada semua bidang pertumbuhan individu,
baik dalam pertumbuhan jasmani structural dan fungsional, ia juga
membantunya menumbuhkan bakat ketrampilan,dan kekuatan jasmaninya,
untuk memperoleh pengetahuan ketrampilan,sikap yang betul dan
memperbolehkanya mencapai kesehatan jasmani yang wajar (Langgulung,
-
67
2000:35). Maka dalam kerangka teori Islam pendidikan haruslah dapat
mengarahkan anak didikanya untuk memahami pengetahuan dari konsep
jasmani dan rohani.Pendidik harus dapat memberikan penanaman akhlak
dengan berbagai metode, dalam Al-Quran telah banyak disebutkan yaitu:
a. Metode Teladan (Uswatun Hasanah)
Dapat dilihat dalam kehidupan manusia sehari-hari bahwa
manusia diciptakan oleh Allah tidak lepas dari keterkaitan antara
manusia yang satu dengan manusia yang lain. Menurut Muhammad
Qutub, metode teladan itu memberikan isyarat pada diri Nabi
Muhammad SAW, karena Allah membentuk kepribadian Nabi
Muhammad menjadi teladan sepanjang sejarah kehidupan manusia
(Qutub, 1984:183).
Metode ini sangat penting untuk dilaksanakan dalam pembinaan
akhlak siswa karena aspek agama yang terpenting adalah akhlak yang
termasuk ranah afektif yang diwujudkan dalam bentuk tingkah laku
(behavioral). Sebagai contoh uswatun hasanah adalah Nabi Muhammad
SAW, Nabi Ibrahim dan kaum yang beriman dan taat kepada Allah
SWT.
Kecenderungan mencontoh itu sangat besar perananya pada
anak apalagi pada usia masih dibawah umur kecenderungan untuk
mencontoh sangatlah besar sehingga sangat besar pengaruhnya bagi
perkembangan. Sesuatu yang di contoh, ditiru atau di teladani itu
-
68
mungkin bersifat baik dan mungkin juga bernilai buruk. Untuk itu bagi
umat Islam, keteladanan yang paling baik dan utama, terdapat dalam
diri pribadi Rosulullah Muhamad SAW. Seperti didalam Al-Quran
disebutkan:
Artinya:Sesungguhnya Telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang
mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat
dan dia banyak menyebut Allah. (Q.S. Al-Ahzab (33): 21.).
Potret keteladanan pada diri Rosulullah merupakan petunjuk bagi
kaum muslim dalam rangka menjalankan peranan mereka dalam
melakukan amanah untuk mendidik anaknya (Nawawi, 2005:214). Jika
dikaji lebih dalam proses pendidikan berarti setiap pendidik harus
berusaha menjadi teladan bagi anak didiknya. Teladan dalam semua
kebaikan bukan teladan yang mengarah dalam hal keburukan, dalam
pembinaan anak. Keteladanan sangat penting, karena dalam interaksi
pendidikan, anak tidak sekedar menangkap atau memperoleh makna
suatu ucapan pendidikan, akan tetapi justru melalui keseluruhan pribadi,
yang tergambar pada sikap dan tingkah laku para pendidiknya.
b. Metode Kisah-kisah melalui nasehat dan cerita
Nasehat dan cerita merupakan cara mendidik yang mengandalkan
bahasa, baik lisan maupun bahasa tulisan dalam mewujudkan interaksi
antara pendidik dengan anak didik (Nawawi, 2005:221). Kedua cara ini
-
69
banyak di ketemukan didalam Al-Quran, karena nasihat dan cerita
pada dasarnya menyampaikan pesan (message/informasi) dari sumber
kepada pihak yang memerlukan atau di pandang memerlukan. Didalam
Al-Quran banyak nasehat mengenai para rosul atau nabi terdahulu
sebelum nabi Muhamad SAW, yang bermaksud menimbulkan
kesadaran bagi yang mendengarkan atau membacanya,agar
meningkatkan iman dan berbuat amal kebaikan dalam menjalani
kehidupan masing-masing sehingga dia dapat mengisi atau
menggunakan waktunya dengan melakukan perbuatan-perbuatan yang
baik sebagaimana di tegaskan dalam surat Al-Ashr 3:
Artinya:Kecuali orang yang beriman dan mengerjakan amal soleh dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan
nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran ( QS, Al-Ashr, 103: 3).
Demikian banyaknya cerita yang banyak mengandung nasehat
sehingga efektif digunakan bagi terjadinya interaksi pendidikan. Cerita
dan nasehat bila disampaikan dengan baik akan berpengaruh besar
terhadap perkembangan psikologis anak yang nantinya dapat di jadikan
contoh dan dapat di aplikasikan dalam kehidupan sehari-hari misal
cerita dan nasehat para nabi dan rosul sebelum Muhamad SAW, kapal
Nabi Nuh, Mujizat Nabi Ibrahim, dan cerita tokoh-tokoh yang dzalim:,
sepetri Firaun, cerita Habil dan Khobil, kebodohan dan ketamakan
Qorun dan lain sebagainya.
-
70
Kesemua cerita ini dapat dipetik sebagai tuladan bagi kita,
cerita dan nasehat tidak terbatas pada anak-anak saja tapi juga untuk
orang dewasa dalam melakukan belajar se umur hidup, karena setiap
orang masih mempunyai kesempatan untuk mengoreksi mengevaluasi
kekurangan dan kelemahan dirinya sehingga dia dapat melakukan
perbaikan atau penyempurnaan bagi proses kehidupanya.
Mendidik dengan nasehat dan cerita sangatlah tinggi nilainya
dalam proses pendidikan Islam, yang di gunakan untuk membantu dan
mengarahkan anak didik agar tumbuh sifat kedewasaan dalam
kehidupannya, juga menjadi orang yang beriman dan bermanfaat bagi
agama dalam mengerjakan sesuatu yang di ridloi oleh Allah Swt untuk
menuju kebahagiaan dunia maupun kebahagiaan akherat. Didalam
mendidik anak sangatlah penting adanya suatu cerita yang dapat di
sajikan kepada anak didik terutama. Dalam Al-Quran Surat Ali Imran
138:
Artinya:Al-Quran itu adalah penerangan bagi seluruh manusia,petunjuk serta pelajaran bagi orang-orang yang
bertaqwa ( QS. Ali Imran, 3: 138).
Dari ayat di atas jelas bahwa cerita yang dapat di manfaatkan
untuk pendidikan adalah cerita yang mengandung nasehat agar tumbuh
kesadara