Download - KENAKALAN REMAJA - revisi_2
KENAKALAN REMAJA
Disusun untuk memenuhi tugas sebagai prasyarat dalam memenuhi nilai mata kuliah Kesehatan Reproduksi.
Dosen pembimbing :
Feni Wilarsih S.ST
Di Susun Oleh ;
Fendi Harif
Darul ‘Ulum
Ahmad Ridwan
Ririn Lailatul . M
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES)
BHAKTI AL-QODIRI
JEMBER
2012
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat , karunia dan
hidayah-Nya kepada kita semua sehingga akhirnya tugas makalah ini dapat terselesaikan.
Shalawat serta salam senantiasa tercurah pada Nabi Muhammad SAW beserta para
pengikutnya yang setia menemani hingga akhir zaman. Tugas makalah yang diberi judul “
Kenakalan Remaja ” ini ialah suatu makalah yang terbentuk dari hasil kerja sama
kelompok dimana tugas ini merupakan prasyarat dari aspek penilaian mata pelajaran
Bahasa Indonesia.
Dalam penyelesain makalah ini , penulis banyak mengalami kesulitan , terutama
disebabkan oleh kurang spesifiknya informasi yang didapatkan penulis karena hanya
mengandalkan pengamatan dilingkungan sekitar sebagai bahan penyusun makalah.Pada
akhirnya makalah ini dapat diselesaikan meskipun masih terdapat banyak kekurangan.
Penyusun makalah ini tak lepas dari dukungan dan bantuan dari berbagai pihak, oleh
karena itu pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:
1. Ibu Feni Wilarsih S.ST selaku dosen pengampu mata kuliah kesehatan reproduksi.
2. Teman-teman seperjuangan kelompok 1.
3. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah banyak membantu,baik
selama penyusunan tugas ini maupun di luar itu.
Semoga Allah SWT selalu mencurahkan rahmat dan karunia-Nya serta keridhoan-
Nya kepada kita semua , amin.
Penulis menyadari bahwa tugas makalah ini masih banyak memiliki
kekurangan.Oleh karena itu segala saran dan kritik yang membangun , penulis harapkan
untuk kemajuan masa-masa mendatang.
Harapan penulis semoga penulis tugas karya tulis ini dapat diambil manfaatnya oleh
pembaca.
Penulis
(kelompok satu)
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Menurut perkembangan sejarah, manusia tidak pernah berhenti dari kesibukannya,
dari pagi sampai malam anak-anak, orang-orang dewasa dan orang-orang tua sibuk dengan
pekerjaannya masing-masing. Di dalam kesibukan-kesibukan tersebut terjalinlah suatu
hubungan timbal balik di dalam usaha dan memenuhi kebutuhan manusia, atau dapat juga
dikatakan manusia adalah makhluk sosaial yaitu makhluk yang selalu membutuhkan
bantuan orang lain dalam hidupnya terutama untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.
Di dalam kegitan manusia sebagian makhluk social menimbulkan ilmu pengetahuan
sendiri. Termasuk di sini adalah kegiatn manusia untuk mendidik generasi-genarasi
mudanya kepada anak cucunya, di dalam karya mendidik inilah manusia berusaha untuk
mengetahui bagaimanakah proses pendidikan itu dilihat dari segi sosialnya, di tinjau dari
konstaelasi sosial. Dimana terjalin karya mendidik itu. Maka disini timbul suatu cabang
ilmu pengetahuan (dari ilmu Jiwa pendidikan) yang membahas proses interaksi social
anak-anak mulai dari keluarga, masa sekolah sampai dewasa serta dengan kondisi-kondisi
sosio kultulir yang terdapt didalam masyarakat dan negaranya.
Kenyataan menunjukan bahwa masyarakat mengalami perubahan sosial yang sangat
cepat, maju dan memperlihatkan gejala disintegratif, yang meliputi berbagai bidang
kehidupan, dan merupakan masalah bagi semua institusi sosial. Seperti : industri, agama,
perkumpulan pemerintahan, keluarga, perkumpulan-perkumpulan dan pendidikan. Masalah
sosial dalam masyarakat itu juga dirasakan oleh dunia pendidikan.
Masalah pendidikan dalam keluarga, pendidikan di sekolah, dan pendidikan dalam
masyarakat merupakan refleksi maslah-masalah sosial dalam masyarakat.
Kenakalan remaja merupakan salah satu bentuk masalah sosial dalam masyarakat.
Oleh karena itu, penulis mengambil “Gejala Kenakalan Siswa Remaja”.
B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang permasalahan di atas, dapat diambil suatu rumusan masalah sebagai
berikut :
“Apa saja permasalahan pada dunia pergaulan remaja pada masa sekarang ini dan
bagaimana cara mengatasinya ?”
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Teori
a. Menurut Freedman :
1. Adanya kegoncangan sosial yang disebabkan oleh perubahan masyarakat ke arah
industri modern disertai adanya kemajuan teknologi.
2. Mobilitas yang semakin besar dan urbanisasi ke kota-kota besar sebagai pusat industri
tersebut.
b. Menurut Cloward dan Ohlin: (berdasarkan teori Merton)
Kenakalan remaja kemungkinan besar timbul bila beberapa kelompok dalam masyarakat
tidak mampu untuk mencapai tujuan-tujuan budayanya. Ketidak adilan dalam kesempatan
mencapai tujuan budaya tersebut, terutama berkisar pada pendapatan finansial, mendorong
anak-anak dari kelas bawahan untuk melakukan tindakan kriminal, memasuki kelompok
“gang” yang siap tempur atau menarik diri dari realitas yang pahit dengan minum obat-
obat narkotika.
c. Menurut Friedenberg
Kenakalan remaja sering dihubungkan dengan kegagalan sekolah. Anak-anak yang berhasil
sekolahnya, umumnya adalah anak-anak yang mampu membuat sekolahan sebagai pusat
dari kehidupan berkelompok seusia (peer group life) disamping mendapatkan informasi
dan pengetahuan.
e. Menurut Y.M Uttamo Thera, kenakalan remaja dapat ditimbulkan oleh beberapa hal
sebagian di antaranya adalah:
1. Pengaruh teman sepermainan : di kalangan remaja, memiliki banyak kawan adalah
merupakan satu bentuk prestasi tersendiri. Makin banyak kawan, makin tinggi nilai mereka
di mata teman-temannya. Apalagi mereka dapat memiliki teman dari kalangan terbatas.
Misalnya, anak orang yang paling kaya di kota itu, anak pejabat pemerintah setempat
bahkan mungkin pusat, ataupun anak orang terpandang lainnya. Di jaman sekarang,
pengaruh kawan bermain ini bukan hanya membanggakan si remaja saja tetapi bahkan juga
pada orangtuanya. Orangtua juga senang dan bangga kalau anaknya mempunyai teman
bergaul dari kalangan tertentu tersebut. Padahal, kebanggaan ini adalah “semu” sifatnya.
Malah kalau tidak dapat dikendalikan, pergaulan itu akan menimbulkan kekecewaan
nantinya. Sebab kawan dari kalangan tertentu pasti juga mempunyai gaya hidup yang
tertentu pula. Apabila si anak akan berusaha mengikuti tetapi tidak mempunyai modal
ataupun orangtua tidak mampu memenuhinya maka anak akan menjadi frustrasi. Apabila
timbul frustrasi, maka remaja kemudian akan melarikan rasa kekecewaannya itu pada
narkotik, obat terlarang, dan lain sebagainya.
2. Pendidikan : memberikan pendidikan yang sesuai adalah merupakan salah satu tugas
orangtua kepada anak. Agar anak dapat memperoleh pendidikan yang sesuai, pilihkanlah
sekolah yang bermutu. Selain itu, perlu dipikirkan pula latar belakang agama pengelola
sekolah. Hal ini penting untuk menjaga agar pendidikan Agama yang telah diperoleh anak
di rumah tidak kacau dengan agama yang diajarkan di sekolah. Berilah pengertian yang
benar tentang adanya beberapa agama di dunia. Ketika anak telah berusia 17 tahun atau 18
tahun yang merupakan akhir masa remaja, anak mulai akan memilih perguruan tinggi.
Orangtua hendaknya membantu memberikan pengarahan agar masa depan si anak
berbahagia. Arahkanlah agar anak memilih jurusan sesuai dengan kesenangan dan bakat
anak, bukan semata-mata karena kesenangan orang tua. Masih sering terjadi dalam
masyarakat, orangtua yang memaksakan kehendaknya agar di masa depan anaknya
memilih profesi tertentu yang sesuai dengan keinginan orangtua. Pemaksaan ini tidak
jarang justru akan berakhir dengan kekecewaan. Sebab, meski memang ada sebagian anak
yang berhasil mengikuti kehendak orangtuanya tersebut, tetapi tidak sedikit pula yang
kurang berhasil dan kemudian menjadi kecewa, frustrasi dan akhirnya tidak ingin
bersekolah sama sekali. Mereka malah pergi bersama dengan kawan-kawannya, bersenang-
senang tanpa mengenal waktu bahkan mungkin kemudian menjadi salah satu pengguna
obat-obat terlarang.
3. Penggunaan waktu luang : kegiatan di masa remaja sering hanya berkisar pada kegiatan
sekolah dan seputar usaha menyelesaikan urusan di rumah, selain itu mereka bebas, tidak
ada kegiatan. Apabila waktu luang tanpa kegiatan ini terlalu banyak, pada si remaja akan
timbul gagasan untuk mengisi waktu luangnya dengan berbagai bentuk kegiatan. Apabila si
remaja melakukan kegiatan yang positif, hal ini tidak akan menimbulkan masalah. Namun,
jika ia melakukan kegiatan yang negatif maka lingkungan dapat terganggu. Seringkali
perbuatan negatif ini hanya terdorong rasa iseng saja. Tindakan iseng ini selain untuk
mengisi waktu juga tidak jarang dipergunakan para remaja untuk menarik perhatian
lingkungannya. Perhatian yang diharapkan dapat berasal dari orangtuanya maupun kawan
sepermainannya. Celakanya, kawan sebaya sering menganggap iseng berbahaya adalah
salah satu bentuk pamer sifat jagoan yang sangat membanggakan. Misalnya, ngebut tanpa
lampu dimalam hari, mencuri, merusak, minum minuman keras, obat bius, dan sebagainya.
Munculnya kegiatan iseng tersebut selain atas inisiatif si remaja sendiri, sering pula karena
dorongan teman sepergaulan yang kurang sesuai. Sebab dalam masyarakat, pada umunya
apabila seseorang tidak mengikuti gaya hidup anggota kelompoknya maka ia akan dijauhi
oleh lingkungannya. Tindakan pengasingan ini jelas tidak mengenakkan hati si remaja,
akhirnya mereka terpaksa mengikuti tindakan kawan-kawannya. Akhirnya ia terjerumus.
Tersesat.
4. Perilaku seksual : pada saat ini, kebebasan bergaul sudah sampai pada tingkat yang
mengkhawatirkan. Para remaja dengan bebas dapat bergaul antar jenis. Tidak jarang
dijumpai pemandangan di tempat-tempat umum, para remaja saling berangkulan mesra
tanpa mempedulikan masyarakat sekitarnya. Mereka sudah mengenal istilah pacaran sejak
awal masa remaja. Pacar, bagi mereka, merupakan salah satu bentuk gengsi yang
membanggakan. Akibatnya, di kalangan remaja kemudian terjadi persaingan untuk
mendapatkan pacar. Pengertian pacaran dalam era globalisasi informasi ini sudah sangat
berbeda dengan pengertian pacaran 15-20 tahun yang lalu. Akibatnya, di jaman ini banyak
remaja yang putus sekolah karena hamil. Oleh karena itu, dalam masa pacaran, anak
hendaknya diberi pengarahan tentang idealisme dan kenyataan. Anak hendaknya
ditumbuhkan kesadaran bahwa kenyataan sering tidak seperti harapan kita, sebaliknya
harapan tidak selalu menjadi kenyataan. Demikian pula dengan pacaran. Keindahan dan
kehangatan masa pacaran sesungguhnya tidak akan terus berlangsung selamanya.
2.2 WOC
Gan
ggua
n se
nsor
i
2.3 Konsep Asuhan keperawatan
I. Pengkajian.
1. Riwayat : tes HIV positif, riwayat perilaku beresiko tinggi, menggunakan obat-
obat.
2. Penampilan umum : pucat, kelaparan.
3. Gejala subyektif : demam kronik, dengan atau tanpa menggigil, keringat malam
hari berulang kali, lemah, lelah, anoreksia, BB menurun, nyeri, sulit tidur.
4. Psikososial : kehilangan pekerjaan dan penghasilan, perubahan pola hidup,
ungkapkan perasaan takut, cemas, meringis.
5. Status mental : marah atau pasrah, depresi, ide bunuh diri, apati, withdrawl,
hilang interest pada lingkungan sekitar, gangguan prooses piker, hilang memori, gangguan
atensi dan konsentrasi, halusinasi dan delusi.
6. HEENT : nyeri periorbital, fotophobia, sakit kepala, edem muka, tinitus, ulser pada
bibir atau mulut, mulut kering, suara berubah, disfagia, epsitaksis.
7. Neurologis :gangguan refleks pupil, nystagmus, vertigo, ketidakseimbangan , kaku
kuduk, kejang, paraplegia.
8. Muskuloskletal : focal motor deifisit, lemah, tidak mampu melakukan ADL.
9. Kardiovaskuler ; takikardi, sianosis, hipotensi, edem perifer, dizziness.
10. Pernapasan : dyspnea, takipnea, sianosis, SOB, menggunakan otot Bantu
pernapasan, batuk produktif atau non produktif.
11. GI : intake makan dan minum menurun, mual, muntah, BB menurun, diare,
inkontinensia, perut kram, hepatosplenomegali, kuning.
12. Gu : lesi atau eksudat pada genital,
13. Integument : kering, gatal, rash atau lesi, turgor jelek, petekie positif.
II. Diagnosa keperawatan
1. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan imunosupresi, malnutrisi dan pola
hidup yang beresiko.
2. Resiko tinggi infeksi (kontak pasien) berhubungan dengan infeksi HIV, adanya
infeksi nonopportunisitik yang dapat ditransmisikan.
3. Intolerans aktivitas berhubungan dengan kelemahan, pertukaran oksigen,
malnutrisi, kelelahan.
4. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake yang
kurang, meningkatnya kebutuhan metabolic, dan menurunnya absorbsi zat gizi.
5. Diare berhubungan dengan infeksi GI
6. Tidak efektif koping keluarga berhubungan dengan cemas tentang keadaan yang
orang dicintai.
III. Perencanaan keperawatan.
Diagnosa Keperawatan
Perencanaan Keperawatan
Tujuan dan kriteria hasil
Intervensi Rasional
Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan imunosupresi, malnutrisi dan pola hidup yang beresiko.
Pasien akan bebas infeksi oportunistik dan komplikasinya dengan kriteria tak ada tanda-tanda infeksi baru, lab tidak ada infeksi oportunis, tanda vital dalam batas normal, tidak ada luka atau eksudat.
1. Monitor tanda-tanda infeksi baru.
2. gunakan teknik aseptik pada setiap tindakan invasif. Cuci tangan sebelum meberikan tindakan.
3. Anjurkan pasien metoda mencegah terpapar terhadap lingkungan yang patogen.
4. Kumpulkan spesimen untuk tes lab sesuai order.
5. Atur pemberian antiinfeksi sesuai order
Untuk pengobatan dini
Mencegah pasien terpapar oleh kuman patogen yang diperoleh di rumah sakit.
Mencegah bertambahnya infeksi
Meyakinkan diagnosis akurat dan pengobatan
Mempertahankan kadar darah yang terapeutik
Resiko tinggi infeksi (kontak pasien) berhubungan dengan infeksi HIV, adanya infeksi nonopportunisitik yang dapat ditransmisikan.
Infeksi HIV tidak ditransmisikan, tim kesehatan memperhatikan universal precautions dengan kriteriaa kontak pasien dan tim kesehatan tidak terpapar HIV, tidak terinfeksi patogen lain seperti TBC.
1. Anjurkan pasien atau orang penting lainnya metode mencegah transmisi HIV dan kuman patogen lainnya.
2. Gunakan darah dan cairan tubuh precaution bial merawat pasien. Gunakan masker bila perlu.
Pasien dan keluarga mau dan memerlukan informasikan ini
Mencegah transimisi infeksi HIV ke orang lain
Intolerans aktivitas berhubungan dengan kelemahan, pertukaran oksigen, malnutrisi, kelelahan.
Pasien berpartisipasi dalam kegiatan, dengan kriteria bebas dyspnea dan takikardi selama aktivitas.
1. Monitor respon fisiologis terhadap aktivitas
2. Berikan bantuan perawatan yang pasien sendiri tidak mampu
3. Jadwalkan perawatan pasien sehingga tidak mengganggu isitirahat.
Respon bervariasi dari hari ke hari
Mengurangi kebutuhan energi
Ekstra istirahat perlu jika karena meningkatkan
kebutuhan metabolik
Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake yang kurang, meningkatnya kebutuhan metabolic, dan menurunnya absorbsi zat gizi.
Pasien mempunyai intake kalori dan protein yang adekuat untuk memenuhi kebutuhan metaboliknya dengan kriteria mual dan muntah dikontrol, pasien makan TKTP, serum albumin dan protein dalam batas n ormal, BB mendekati seperti sebelum sakit.
1. Monitor kemampuan mengunyah dan menelan.
2. Monitor BB, intake dan ouput
3. Atur antiemetik sesuai order
4. Rencanakan diet dengan pasien dan orang penting lainnya.
Intake menurun dihubungkan dengan nyeri tenggorokan dan mulut
Menentukan data dasar
Mengurangi muntah
Meyakinkan bahwa makanan sesuai dengan keinginan pasien
Diare berhubungan dengan infeksi GI
Pasien merasa nyaman dan mengnontrol diare, komplikasi minimal dengan kriteria perut lunak, tidak tegang, feses lunak dan warna normal, kram perut hilang,
1. Kaji konsistensi dan frekuensi feses dan adanya darah.
2. Auskultasi bunyi usus
3. Atur agen antimotilitas dan psilium (Metamucil) sesuai order
4. Berikan ointment A dan D, vaselin atau zinc oside
Mendeteksi adanya darah dalam feses
Hipermotiliti mumnya dengan diare
Mengurangi motilitas usus, yang pelan, emperburuk perforasi pada intestinal
Untuk menghilangkan distensi
Tidak efektif koping keluarga berhubungan dengan cemas tentang keadaan yang orang dicintai.
Keluarga atau orang penting lain mempertahankan suport sistem dan adaptasi terhadap perubahan akan kebutuhannya dengan kriteria pasien dan keluarga berinteraksi dengan cara yang konstruktif
1. Kaji koping keluarga terhadap sakit pasein dan perawatannya
2. Biarkan keluarga mengungkapkana perasaan secara verbal
3. Ajarkan kepada keluaraga tentang penyakit dan transmisinya.
Memulai suatu hubungan dalam bekerja secara konstruktif dengan keluarga.
Mereka tak menyadari bahwa mereka berbicara secara bebas
Menghilangkan kecemasan tentang transmisi melalui kontak sederhana.
BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Hal-Hal Yang Mempengaruhi Timbulnya Kenakalan Remaja
Kenakalan remaja dapat ditimbulkan oleh bebera hal, sebagai sebagian diantaranya:
1. Krisis identitas
Perubahan biologis dan sosiologis diri remaja memungkinkan terjadinya dua
benytuk integrasi. Pertama, terbentuknya perasaan dan konsistensi dalam kehidupannya.
Kedua, tercapainnya identitas peran. Kenalakan remaja terjadi karena remaja gagal
mencapai masa integrasi kedua.
2. Kontrol diri yang lemah
Remaja yang tidak bisa mempelajari dan membedakan tingkah laku yang dapat
diterima dengan tidak dapat diterima akan terseret pada perilaku “nakal”. Begitupun bagi
mereka yang telah mengetahui perbedaan dua tingkah laku tersebut, namun tidak bisa
mengembangkan control diri untuk bertingkahlaku sesuai dengan pengetahuannya.
3. Keluarga
Percerian orang tua, tidak adanya komunikasi antar anggota keluarga, atau
perselisihan anntar anggota keluarga bisa memicu perilaku negataif pada remaja.
Pendidikan yang salah di keluargapun, seperti terlalu memanjakan anak, tidak
memberikan pendidikan agama atau penolakan terhadap eksistensi anak, bisa menjadi
penyebab kenakalan remaja.
4. Teman sebaya yang kurang baik
Pengaruh teman sering diumpamakan sebagai segumpal daging busuk, apabila
dibungkus dengan segunpal daun, maka daun itupan akan berbau busuk, sedangkan bila
sebatang kayu cendana di bungkus dengan selembar kertas, kertas itupun akan wangi
baunya. Perumpamaan ini merupakan sedemikian besarnya pengaruh pergaulan dalam
membentuk watak dan kepribadian seseorang ketika remaja berhati-hati dan bijaksana
dalam memberikan kesempatan anaknya bergaul. Jangan biarkan anak bergaul dengan
kawan-kawan yang tidak benar. Memiliki teman bergaul yang tidak sesuai, anak
dikemudian hari akan banyak masalah bagi dirinya sendiri dan orang tuanya.
5. Pendidikan
Memberikan pendidikan yang sesuai dengan anak adalah merupakan salah satu
tugas orang tua kepada anak, maka pilihkan lah sekolah yang bermutu. Namun, masih
sering terjadi dalam masyarakat, orang tua memaksanakan kehendaknya, agar di masa
depan anaknya memilih fropesi tertentu yang sesuai dengan keinginan orang tua.
Pemaksaan ini justru kan berakhir dengan kekecewaan, sebab, meski memang sebagian
anak yang berhasil mengikuti kehendak orang tua tersebut, tetapi tidak sedikit pula yang
kurang berhasil dan kemudain kecewa, frustasi dan akhirnya tidak ingin bersekolah sama
sekali. Mereka mudah pergi bersama kawan-kawannya, bersenang-senang tanpa mengenal
waktu bahkan mungkin kemudian menjadi salah satu pengguna obat-obat terlarang.
6. Penggunaan waktu luang
Kegiatan di masa remaja sering hanya berkisar pada kegiatan sekolah dan seputar
usaha menyelesaikan urusan di rumah, selain itu mereka bebas, tidak ada kegiatan.
Apabila waktu luang tanpa kegiatan ini terlalu banyak pada sisi remaja akan timbul
gagasan untuk mengisi waktu luangnya dengan berbagai bentuk kegiatan. Apabila bentuk
kegiatan itu positif, hal ini tidak akan menimbulkan masalah. Namun, jika ia melakukan
kegiatan yang negative maka lingkungan akan tergangu. Seringkali perbuatan negative ini
hanya terdorong rasa iseng saja. Tindakan iseng ini selain untuk mengisi waktu juga tidak
jarang dipergunakan para remaja untuk menarik perhatian lingkungannya, perhatian yang
diharapkan dapat berasal dari orang tuanya maupun teman seperjuangannya.
Celakanya, kawan sebaya sering menganggap iseng berbahaya adalah salah satu
bentuk pamer sifat jagoan yang sangat membanggakan. Misalnya, ngebut tanpa lampu
malam hari, mencuri, merusak, minum-minuman keras, obat bius, dan sebaginya.
7. Komunitas/lingkungan tempat tinggal yang kurang baik
3.2 Cara-Cara Mengatasi Kenakalan Remaja
Ada beberapa hal yang bisa dilakukan untuk mengatasi kenakalan remaja, yaitu sebagai
berikut :
1.Kegagalan menghadapi identisan peran dan lemahnya control diri bisa dicegah atau
bisa diatasi dengan prinsif keteladanan. Remaja harus bisa mendapatkan sebanyak
mungkin figur orang-orang dewasa yang telah melampaui masa remajanya dengan baik,
juga mereka berhasil memperbaiki diri setelah sebelumnya gagal pada tahap ini.
2. Kemauan orang tua untuk membenahi kondisi keluarga sehingga tercipta keluarga yang
harmonis, komunikatif, dan nyaman bagi mereka.
3. Kehidupan beragama keluarga dijadikan salah satu ukuran untuk melihat keberfungsian
sosila keluarga yang menjalankan kewajiban agamanya secara baik berarti mereka akan
menanamkan nilai-nilai dan norma yang baik. Artinya secara teoritis bagi keluarga
yang menjalankan kewajiban agamanya secara baik, maka anak-anaknyapun akan
melalukan hal-hal yang baik sesuai dengan norma-norma agama.
4. untuik menghindari masalah yang timbul akibat pergaulan, selain mengarahkan untuk
mempunyai teman bergaul yang sesuai, orang tua juga hendaknya memberikan
kesibukan dan mempercfayakan tanggungjawab rumah tangga kepada si remaja.
Pemberian tanggungjawab ini hendaknya tidak dengan pemaksaan maupun mengada-
ada. Berilah pengertian yang jelas dahulu, sekaligus berilah teladan pula. Sebab dengan
memberikan tanggungjawab dalam rumah akan dapat mengurangi waktu anak
“Keluyuran” tidak karuan dan sekaligus dapat melatih anak mengetahui tugas dan
kewajiban serta tanggungjawab dalam ruamh tangga. Mereka dilatih untuk disiplin
serta mampu memecahkan masalah sehari-hari. Mereka dididik untuk mandiri. Selain
itu, berilah pengarahan kepada mereka tentang batasab teman yang baik.
5. Orang tua hendaknya membantu memberikan pengarahan agar anak memilih jurusan
sesuai dengan bakat, kesenangan, dan hobi si anak. Tetapi apabila anak tersebut tidak
ingin bersekolah yang sesuai dengan hobinya, maka berilah pengertian kepadanya
bahwa tugas utamanya adalah bersekolah sesuai dengan pilihanya. Sedangkan hobi
adalah kegiatan sampingan yang boleh dilakukan bila tugas utama telah selesai.
6. Mengisi waktu luang diserahkan kepada kebijaksanaan remaja. Remaja selain
membutuhkan materi, juga membutuhkan perhatian dan kasih sayang dari orang
tuanya. Oleh karena itu. Waktu luang yang dimiliki remaja dapat diisi dengan kegiatan
keluarga sekaligus sebagai sarana rekreasi. Kegiatan dapat berupa melakukan berbagai
bentuk permainan bersama, misalnya scrabble, monopoli, catur dan lain sebagainya.
Selain itu, dapat pula berupa tukar pikiran berbicara dari hati ke hati, misalnya makan
malam bersama atau duduk santai di ruang keluarga. Kegiatan keluarha ini hendaknya
dapat diikuti oleh seluruh anggota keluarga.
7. Remaja hendaknya pandai memilih lingkungan pergaulan yang baik serta orang tua
memberi arahan arahan di komunitas nama remaja harus bergaul.
8. Remaja membentuk ketahanan diri agar tidak mudah terpengaruh jika ternyata teman-
teman sebaya atau komunitas yang ada tidak sesuai dengan harapan.
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
4.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
Drs. H. Abu Ahmadi. (2004). SOSIOLOGI PENDIDIKAN Jakarta: Rineka Cipta
Drs. Kuswanto, M.M. Bambang Siswanto, S.H. (2003). SOSIOLOGI Solo: PT Tiga
Serangkai Pustaka Mandiri
H4b13’S Weblog. HAL-HAL YANG MEMPENGARUHI KENAKALAN REMAJA
http://www.anakciremai.com/2009/07/gejala-kenakalan-siswa-remaja-akhir_20.htm diakses
sabtu tgl 21 april 2012-04-22