Download - Kemiskinan (Ok)

Transcript
Page 1: Kemiskinan (Ok)

LINGKUNGAN, KEMISKINAN, DAN PENGANGGURAN(Oleh : Abd. Wahab Hasyim)

Renungan ummat manusia yang paling mendalam pada milinium ke-21 adalah

masyarakat bisnis dunia mengalami “sock” karena terjadi pergeseran arus perdangangan

dunia dari “atlantic area” ke “pacific area” yang ditandai dengan berbagai perlombaan dari

Negara-negara maju dan industri untuk dapat menguasai berbagai potensi (resources) di

wilayah-wilayah negara berkembang dalam zone Asia-Pasifik.

Perlombaan untuk menguasai wilayah Asia- Pasifik dilakukan dengan pendekatan

politik, hubungan internasional, perdagangan internasional, maupun melalui pendekatan

Hak Asasi Manusia (HAM), selain dimaksudkan untuk kemitraan dalam bisnis ekonomi juga

yang tidak kalah penting adalah untuk mendapatkan superioritas Negara adi-ekonomi,

maupun adi-sains/tekhnologi.

Nyaris semua negara maju membicarakan proses penerapan system pasar bebas

(free market system) secara global, melalui pendekatan kerjasama ekonomi regional

maupun global, seperti : World Trade Organization (WTO), European Cooperation (EC),

North American Free Trade Area (NAFTA), sedangkan untuk mengantisipasinya Negara-

negara Asia-Pasifik pun melalui Asia Pasifik economic Cooperation (APEC) dan Asia Free

Trade (AFTA).

Korelasi sinergis trend regionalisasi dan globalisasi perdagangan dunia yang

berada pada level “pure competitive” adalah sebuah revolusi ekonomi terbesar yang

diinjeksi oleh ruh revolusi industri/tekhnologi informasi (Jhon Naisbitt, Global Paradox, 1994

dan Megatrends Asia, 1996). Karena sumberdaya potensialnya sangat banyakdi kawasan

Asia-Pasifik serta pertumbuhan GNP (Gross National Product) dan GDP (Gross Domestic

Product)

beberapa Negara Asia-Pasifik, menjadi dasar alasan optimisme banyak pihak, wilayah ini

diprediksikan akan berkembang sangat pesar bahkan dapat menjadi kawasan yang

1

Page 2: Kemiskinan (Ok)

mempunyai kekuatan ekonomi global yang dapat menyisihkan peran “adi-ekonomi” Jepang

dan Amerika serikat.

Benefid dari globalized economy adalah terhapusnya beberapa boundary atau

“constrain tariff” dan “non tariff” serta revolusi tekhnologi informasi merupakan sebuah free

trade yang dapat dipercaya sebagai : ”angina surga” bagi bisnisman dan pelaku ekonomi

pasar bebas, karena diyakini dapat memberikan “maximum benefit” bagi ummat manusia,

seperti:

1. meletakan expansi industri manufaktur pada basis yang lebih rasional

2. distribusi keuntungan perdagangan ke dalam komunitas yang lebih luas

3. terjadinya efisiensi karena adanya persaingan yang intens

4. mendekatkan pada harapan “welfare globalized stat”

Namun harus disadari bahwa “public discurs” yang telah menyemrakan blantika

pembicaraan ekonomi global dan free trade belum menyentuh beberapa aspek substansial

yang menyangkut implikasi negatif dibalik “euphoria globalized economy” , seperti:

1. meningkatkan biaya eksternalitas (externalitas cost)

2. mekanisme transfer industri kotor dari Negara maju ke Negara sedang berkembang

(NSB)

3. intrik dikotomis antara “development countries” dengan “undevelopment countries”.

4. tingkat pengangguran dan kemiskinan di Negara-negara sedang berkembang.

Untuk itu tulisan ini mencoba mengkaji faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya:

degradasi lingkungan, kemiskinan dan pengangguran yang merupakan dilemma

kebuntuan ekonomi sebagi akibat terjadinya eksploitasi sumberdaya alam.

Sekalipun sebagian besar para ekonom maupun politisi yakin bahwa jika kita bisa

meninkatkan produksi, akan bisa`memecahkan beberapa masalah mendasar yang

meracuni ekonomi nasional maupun internasional, melalui perbaikan pada pertumbuhan

produksi industri dapat menyelesaikan masalah-masalah kemiskinan, kemerosotan

lingkungan dan pengangguran.

2

Page 3: Kemiskinan (Ok)

Namun dilema-dilema esensial tersebut telah mengganas dan dapat mengancam

kelestarian bumi lingkungan hidup dan sustanaible development, terbukti baik secara teori

maupun praktek tidak dapat di pecahkan oleh system perekonomian sekarang karena

ketika strategis dan perencanaan pembangunan didominasi oleh kelompok

developmentalis, semua perhitungan statistikal agregate seperti GNP dan GDP menjadi

parameter penting yang di pandang sanggup menjelaskan segala hal. Padahal GNP dan

GDP bukanlah satu-satunya peralatan yang secara general dapat mencerminkan tingkat

akurat pertumbuhan ekonomi.

Pendekatan pertumbuhan ekonomi atau pembangunan dengan mengunakan

formula GDP dan GNP selalu mengesampingkan biaya ekstrenalitas (externalitas cost),

biaya sosial (social cost), dan biaya masa depan (future cost), croppenvironmental cost

factor, deplesi sumberdaya alam dan kualitas kesehatan, dampak terhadap masyarakat

setempat diabaikan. Pada tataran ini, aktifitas produksi sesunguhnya dapat dikatakan tidak

memberikan kontribusi pertumbuhan ekonomi sebab sumberdaya (resources) yang bersifat

langka (scarcity) di bumi kian menyusut, sementara besarnya penyusutan atau depresiasi

“unrenewable resources” tidak tercantum dalam neraca yang berisi perhitungan

pertumbuhan ekonomi.

Hogendijk Willem (Revolusi ekonomi, 1996) mengibaratkan bumi kita saat ini ibarat

sebuah kereta api yang tengah kencang melaju menuju jurang. Sumberdaya-sumberdaya

langka semakin menipis dan tidak dapat direnewable, sementara aktifitas produksi massal

terus menaikan biaya eksternalitas, yang pada gilirannya rekening tagihan, rusaknya

ekosistem global, pemanasan suhu bumi, munculnya penyakit-penyakit aneh, bencana

alam, hilangnya beberapa spesies menjadi beban generasi mendatang.

A. Lingkungan

Lonceng kematian yang dibunyikan oleh “Roma Club” di awal tahun 1970-an

adalah peringatan kepada ummat manusia penghuni planet bumi tentang batas-batas

pertumbuhan. Degradasi lingkungan dan kemerosotan sumberdaya alam yang mencuat

3

Page 4: Kemiskinan (Ok)

dibatas-batas pertumbuhan telah menjadi kenyataan pada banyak tempat di dunia. Pada

saat yang sama orang mulai sadar bahwa udara bersih, air bersih, tanah yang subur dan

ketenangan, adalah faktor-faktor yang sangat penting bagi kehidupan manusia. Kesadaran

akan pentingnya “clean environment”, ketersediaan sumberdaya alam bagi kelangsungan

hidup, “safety of life” dan pembangunan yang berkelanjutan (sustainable development)

maka pada tanggal 5 sampai 16 Juni 1972 di Stocklhom diadakan konferensi tentang

lingkungan hidup yang lebih dikenal “ The United Nations Conference on the human

Environment” yang melahirkan deklarasi Stocklhom dengan 26 butir principles states the

common conviction, yang melingkupi 5 masalah besar yakni :

(1) mengurangi/menghentikan pencemaran;

(2) melestarikan sumberdaya alam;

(3) menjaga ekosistem; (4) sosial politik; (5) ilmu pengetahuan dan tekhnologi (IPTEK)

yang mempertahankan lingkungan hidup.

Meskipun terdapat perkembangan dengan adanya upaya-upaya konstruktif dari

Negara-negara maju maupun Negara sedang berkembang (NSB) tentang lingkungan

hidup, namun dalam kenyataan selama kurang lebih tiga (3) dasawarsa terakhir ini,

kemerosotan dan degradasi lingkungan memburuk secara drastic di hampir semua Negara.

Salah satu hambatan structural, kurangnya peran aktif eksekutif Negara dalam

menindaklanjuti kesepakatan Stocklhom, sehingga pada tahun 1990 di Washinton D.C

dilaksanakan “ The interparliamentary Conference on the global Environment”

dimaksudkan agar lembaga legislative dapat berperan dalam mengontrol kebijakan-

kebijakan lingkungan yang dilaksanakan eksekutif Negara. Selanjutnya pada tahun 1992

dengan fasilitator Maurice Strong, diadakan konferensi di Brasil yang menyerukan isu-isu

lingkungan dalam pandangan yang lebih jauh ke depan dari pada hasil konferensi

Stocklhom. Konferensi yang dikenal dengan “ United Nations Conferences on Environment

and Development (UNCED) atau “ Earth Summit” di Brasil.

1. Lapisan Ozon

4

Page 5: Kemiskinan (Ok)

Penipisan lapisan ozon merupakan suatu ancaman serius lingkungan terhadap

manusia, vegetasi dan hewan. Menurut Environmental almanac, 1993 dari “World

Resources Institute” penipisan ozon telah melampaui kabut dan hujan asam, dan

merupakan urutan teratas dari perusakan atmosfir bumi yang dapat mengakibatkan kanker

kulit, katarak, merusaktanaman, menganggu rantai makanan yang halus, mengurangi daya

tahan benda-benda yang berada di “open space”. Pada tahun 1987, sebanyak 44 negara

telah menandatangani dokumen penting “Montreal Protocol on Substance that deplete the

ozon layer” untuk mengrangi produksi CFC hingga 50% pada tahun 2000. Tekanan yang

lebih kuat lagi datang setelah akibat yang ditimbulkan dari letusan gunung Pinatubo di

Philipina (1991) yang memuntahkan ± 20 juta ton Aerosolfot Sulfat partikel yang merusak

ozon. Para ahli sejak awal telah menganalisa bahwa untuk menyelamatkan lapisan ozon

perlu pengurangan CFC hingga 90% sampai 95% karena “lag effect” yang tertinggal di

atmosfir mengakibatkan perusakan ozon masih tetap berlangsung sampai pertengahan

abad-21. Untuk mengikut sertakan Negara-negara sedang berkembang, pada tanggal 1

Januari 1991 didirikan dana ozon multinasional (Multinational ozon fund) untuk membantu

pendanaan transfer tekhnologi baru ke Negara-negara dunia ke tiga.

2. Pemanasan Global

Pemanasan suhu bumi adalah musibah fatal bagi ummat manusia, sebab

meningkatnya suhu yang disebabkan terganggunya siklus karbon mengakibatkan

terjadinya akumulasi karbon di udara, kemudian mempengaruhi terjadinya perubahan iklim,

meningkatkan suhu, selanjutnya es di kutub utara mencair yang menyebabkan naiknya

permukaan laut, sehingga banyak pantai yang hilang tergenang air.

Temperatur yang tinggi juga akan mengakibatkan musim kemarau yang lebih

panjang dari biasanya, banjir yang lebih parah, perbedaan kawasan yang lebih dan

kekurangan debit. Gangguan siklus alami ini dapat merusak kemampuan dan

keseimbangan alam dalam menghasilkan sumberdaya alam dan bahan pangan bagi

ummat manusia.

5

Page 6: Kemiskinan (Ok)

3. Hujan Masam

Perhatian terhadap pencemaran lingkungan yang diakibatkan polusi udara juga

harus difokuskan pada masalah hujan masam. Penggunaan cerobong asap pada pabrik-

pabrik industri, adalah memindahkan polusi udara dari satu tempat ke tempat lain sesuai

arah angina bertiup. Sebagai contoh hujan masam yang jatuh di Kanada berasal dari

Amerika Serikat, hampir 85% danau-danau di New Hamsphire tidak mampu menahan

dampak yang diakibatkan jatuhnya hujan masam, sehingga lebi dari 50% jumlah danau

tersebut mengandung Sulfurdioksida yang sangat tinggi. Sedangkan lebih dari 75% hutan-

hutan di eropa mengalami adanya deposit belerang lebih dari ambang batas yang

merusak/membahayakan. Di Belanda hutan tidak lagi tumbuh subur, di Jerman separuh

dari hutan telah rusak kibat hujan masam. Di beberapa Negara Skandinavia hujan masam

telah meracuni ikan-ikan di danau, sedangkan di Swedia diperkirakan kurang lebih 4000

sungai mati secara biologis. Hujan masam dapat melampaui antar Negara karena itu isu ini

menjadi isu global, sehingga parlemen eropa mencanangkan “delta plan” melawan hujan

masam.

4. Biodiversifikasi

Penjarahan dan eksploitasi manusia terhadap biodiversity, menyebabkan dunia

dan ummat manusia kehilangan keanekaragaman hayati. Laporan UNEP (United nations

environment program) dan FAO (Food and agriculture organization) bahwa kurang lebih 40

tahun ke depan 30% sampai 40% spesies yang diketahui sekarang akan musnah.

Kehilangan biodiversity ini akan mengurangi persediaan bahan makanan bagi generasi

sekarang dan mendatang, bahkan mengancam kelestarian lingkungan hidup berbagai

organisme dan manusia. Pembabatan hutan tropis dan hutan basah yang walaupun hanya

7% dari permukaan bumi, namun memiliki 50% spesies dunia, perusakan ekosistem

samudera dan laut, yang lebih berorientasi pada kepentingan ekonomi yang mengejar

6

Page 7: Kemiskinan (Ok)

keuntungan sebesar-besarnya, sudah pada saatnya untuk dirubah dengan memasukan

konsep pengelolaan “sustainable forest management” demi generasi berikut.

5. Hutan dan Pengundulan hutan

Hutan merupakan suatu wilayah bentangan alam yang didalamnya tempat tinggal

dan hidup berbagai jenis tumbuhan (vegetasi), binatang (satwa), burung (unggas), dan

spesies-spesies mikro maupun makro, yang saling berinteraksi membentuk suatu

ekosistem kehidupan. Disamping itu, kawasan hutan merupakan kawasan tempat tinggal

suku-suku asli yang masih mempertahankan isitem budaya para leluhur manusia.

Sesuai Peta Vegetasi Indonesia, sampai tahun 1950 luas tutupan hutan primer di

Indonesia sekita 162 juta Ha. Kemudian, pada tahun 1985 tutupan hutan primer di

Indonesia menjadi 119 juta Ha (Survei RePPProT, 1990). Artinya, selama 35 tahun jumlah

tutupan hutan berkurang seluas 43 juta Ha (27 persen). Selanjutnya, hasil analisis Global

Forest Watch, menunjukkan pada tahun 1997 luasan tutupan hutan Indonesia sebesar 95

juta ha. Berarti, selama 12 tahun tutupan hutan primer di Indonesia berkurang seuas 24

juta Ha (20 persen). Kemudian, FWI melaporkan luas tutupan hutan primer Indonesia

sampai pada tahun 2009 diperkirakan sebesar 88,17 juta Ha. Dengan demikian, selama 12

tahun (1997 sampai 2009) jumlah luasan tutupan hutan Indonesia berkurang sebesar 6,83

juta Ha.

Hasil paduserasi TGHK-RTRWP (Tata Guna Hutan Kesepakatan - Rencana Tata

Ruang Wilayah Propinsi) tahun 2002 sebesar 139.429.694 Ha dengan rincian, sebagai

berikut:

1. Hutan lindung 32.221.389 hektar

2. Hutan suaka alam, hutan wisata dan taman nasional 22.318.463 hektar

3. Hutan produksi terbatas 23.398.154 hektar dan hutan produksi tetap 35.925.314

hektar

4. Hutan produksi yang dapat dikonversi 25.433.485 hektar

5. Hutan dengan fungsi khusus 132.889 hektar.

7

Page 8: Kemiskinan (Ok)

Penafsiran satelit tahun 2005, luas kawasan hutan di indonesia diperkirakan mencapai

93,92 Juta Ha, dengan rincian pemanfaatannya sebagai berikut:

1. Hutan tetap seluas 88,27 juta ha

2. Hutan konservasi seluas 15,37 juta ha

3. Hutan lindung seluas 22,10 juta ha

4. Hutan produksi terbatas seluas 18,18 juta ha

5. Hutan produksi tetap seluas 20,62 juta ha

6. Hutan produksi yang dapat dikonversi seluas 10,69 juta ha

7. Areal penggunaan lain (non-kawasan hutan) seluas 7,96 juta ha

Tabe.1 : Luas Kawasan Hutan Indonesia

No Kawasan HutanLuas Kawasan Hutan (Juta Ha)

Paduserasi TGHK & RTRWP

Penunjukan & TGHK

1 Kawasan Hutan Tetap 112,27 110,892 Hutan Produksi yang dapat dikonversi 8,08 22,803 Total luas kawasan hutan 120,35 133,69

Sumber : Kementrian Kehutanan RI, 2009

Laporan Kementrian Kehutanan, bacaan citra satelit tahun 2007, ditemukan total

luas kawasan hutan Indonesia mencapai 132, 39 juta Ha, namun kawasan yang masih

berhutan hanya seluas 92 juta ha. Kondisi penutupan lahan hutan di Indonesia dapat dilihat

pada tabel berikut:

Tabel 2 : Kondisi Penutupan Lahan Hutan Indonesia

Penutupan Lahan

Kawasan hutan Areal Penggunaan Lain

Jumlah

Areal (Jt Ha)

% Areal (Jt Ha)

% Areal (Jt Ha)

%

Berhutan 92,328 49 8,412 4 100,740 54Tidak berhutan 40,071 21 46,976 25 87,047 46Jumlah 132,399 71 55,388 29 187,787 100

Sumber : Kementrian Kehutanan RI (2009), berdasarkan penafsiran citra satelit (2007)

8

Page 9: Kemiskinan (Ok)

Adanya perbedaan data luas kawasan hutan di Indonesia, disebabkan karena

perbedaan metode dan teknologi yang digunakan. Lepas dari perdebatan tentang

perbedaan luas hutan tersebut, secara kewilayahan Papua memiliki luas hutan terluas di

Indonesia, yaitu 40,46 juta ha; kemudian Kalimantan Tengah (15,30 juta ha) dan

Kalimantan Timur (14,98 juta); menyusul Sumatera (14,65 juta ha); lalu Sulawesi (8,87 juta

ha); selanjutnya Maluku dan Maluku Utara (4,02 juta ha); berikut Jawa (3,09 juta ha), serta

Bali dan Nusa Tenggara (2,7 juta ha). Sementara DKI Jakarta memiliki luas kawasan hutan

yang paling sedikit, yaitu 475 ha.

Selain terdapat sumber daya kayu, kawasan hutan juga memiliki sumber daya non

kayu, seperti : tambang (batu bara, nikel, asbes, pasir besi, mangan, gas, dan lain-lain) ,

satwa, unggas dan spesies lain yang memiliki nilai ekonomi yang tinggi bagi manusia

dalam melangsungkan kehidupan, dan sebagai bahan baku (raw material) pembangunan

ekonomi daerah maupun negara.

Di Indonesia terdapat beberapa suku asli, yang masih memanfaatkan kawasan

hutan sebagai tempat tinggal dan melangsungkan kehidupan. Di Pulau Halmahera

misalnya, kita dapat melihat Suku Tugutil (Tobelo dalam) yang umumnya hidup di kawasan

hutan di Halmahera Timur dan Halmahera Tengah. Demikian halnya, suku Tobaru yang

masih mendiami kawasan Hutan di Halmahera Barat dan kawasan hutan Kepulauan

Tidore. Di Pulau Seram Maluku, masih hidup suku Alifuru, dan di kawasan lain di

Indonesia. Begitu bermanfaatnya fungsi hutan bagi kehidupan manusia, maka pengelolaan

yang baik dan lestari (good forestry).yang tidak bisa dinafikan. Degradasi, atau punahnya

hutan, akan dapat mengurangi kualitas hidup manusia, bahkan mengancam keberadaan

bumi dan pada gilirannya menamatkan kehidupan manusia.

Sebagai negara yang memiliki luas hutan tropis terbesar ketiga di dunia (setelah

Brazil dan Republik Demokratik Kongo), posisi ini menunjukan sebuah anugrah Agung dari

Allah SWT yang mestinya tetap harus dijaga keutuhan dan keberlanjutannya. Anugrah

keberlimpahan komoditas hutan (kayu dan non kayu) terdapat di hampir seluruh pulau

besar dan kecil di Nusantara. Dengan luas tersebut, kekayaan ekosistem dan

9

Page 10: Kemiskinan (Ok)

biodevercitas, Indonesia berada pada posisi kedua dunia setelah Brazil. Natural capital ini

merupakan salah satu asset untuk mensejahterakan rakyat dan menciptakan kemakmuran

bangsa, seperti pesan Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 33 Ayat 1 yang mengamanatkan

bahwa : bumi, air, dan kekayaan alam yang ada di dalamnya dikuasai oleh negara dan

dipergunakan sebesar-besarnya bagi kemakmuran rakyat.

Undang-Undang Pokok Kehutanan Nomor 5 Tahun 1967 membagi hutan menjadi

(1) hutan; kehutanan, dan (3) hasil hutan.

Hutan adalah sekumpulan ekosistem dalam wujud hamparan lahan yang

didalamnya terdapat sumber daya nabati terutama pepohonan dalam persekutuan alam

dan lingkungannya, yang saling berinteraksi dan tidak dapat dipisahkan. Secara ekologis,

hutan merupakan lingkungan hidup manusia, di mana pada kawasan tersebut akan selalu

berlangsung interaksi berkelanjutan, antara manusia dengan hutan (Wirakusuma, 2003).

Pasal 1 Undang-Undang Pokok Kehutanan, menyebutkan “hutan merupakan suatu

lapangan bertumbuhan pohon-pohon yang secara keseluruhan merupakan persekutuan

hidup alam hayati beserta alam lingkungannya.

Kehutanan, merupakan semua bentuk kegiatan (mulai dari fisik biologik sampai

administrasi pengurusan hutan) yang terkait dengan hutan sebagai lingkungan yang dapat

menyediakan berbagai barang dan jasa (good and serrvices) secara tangibles dan

intengibles mampu memberikan nilai ekonomi bagi generasi sekarang dan jika

kelestariannya dapat dipertahankan, akan bermanfaat bagi transgenerasi.

Komoditas hasil hutan meliputi seluruh komoditi barang dan jasa dari lingkungan

hutan baik secara tangibles maupun intengibles. Dilihat dari fungsi ekologi kawasan hutan

hanya dapat dibatasi oleh batas-batas ekologis. Dengan demikian satu ekosistem hutan

dapat memiliki wilayah yang melintasi batas-batas kabupaten, bahkan provinsi. Jadi, hutan,

kehutanan, dan hasil hutan adalah sumber daya yang memiliki potensi sebagai barang dan

jasa ekonomi (economy good and services) yang berguna bagi peningkatan kesejahteraan

masyarakat dan sebagai energi bagi pembangunan daerah serta negara.

10

Page 11: Kemiskinan (Ok)

Nurrochmat dan Hasan (2012) menyatakan sektor kehutanan memegang tiga

peran sentral pada pembangunan ekonomi suatu kawasan, daerah dan negara, karena

mampu memberikan sumbangan (kontribusi) berupa:

(1) membuka lapangan kerja baru;

(2) menaikkan pendapatan masyarakat sekitar;

(3) masuknya investasi sebagai modal

Kehutanan dan industri kehutanan memberi kontribusi pada tersedianya lapangan

kerja baru, meningkatkan pendapatan rumah tangga khususnya rumah tangga

berpenghasilan rendah di perdesaan (Hadianto, 2010). Dilihat dari peran dan kontribusi

sektor kehutanan tersebut, dapat dikatakan bahwa investasi untuk menggerakan

eksploitasi sektor kehutanan dan kegiatan olahan yang berbasis bahan baku kehutanan,

selain meningkatkan perolehan manfaat ekonomi, juga dapat memberikan manfaat sosial

ketenagakerjaan seperti mencegah/menahan terjadinya laju urbanisasi, bahkan dapat

menjadi daya penarik terjadinya reruralisasi kerja dari kota ke desa (Hasyim, 2010).

Selain hasil hutan kayu, di hutan tumbuh beribu-ribu jenis tumbuhan obat-obatan,

damar, buah-buahan alam, sumber mata air, burung, satwa liar, air sungai dengan

ekosistemnya, dan orang hutan. Hutan yang mula-mula menyediakan bahan kayu dan

dedaunan yang dapat dijadikan atap, sebagai bahan rumah tempat hidup, aktifitas dan

manusia berkembang-biak. Hutan merupakan gudang penampung karbon dioksida (carbon

dioxide sink), habitat hewan, modulator arus hidrologi, serta pelestari tanah, dan

merupakan salah satu aspek biosfer bumi yang paling penting. Peranan hutan dalam

proses menyumbang jasa keberlangsungan kehidupan mahluk (termasuk manusia) adalah

menyerap karbon dioksida (CO2) kemudian memproses menjadi oksigen (O2) yang sangat

dibutuh makhluk hidup. Karena fungsi dan perannya yang demikian fital bagi kehidupan

manusia, maka hutan sering disebut paru-paru dunia.

11

Page 12: Kemiskinan (Ok)

Kawasan hutan, meliputi hutan pelestarian alam, hutan lindung, hutan wisata,

hutan produksi, dan kawasan lainnya. Hutan sangat vital bagi kehidupan manusia, dengan

peranannya sebagai berikuti :

Pertama; hutan memiliki peranan ekologik, seperti :

1. sebagai pelindung daerah tangkapan air (cutchment area).

2. pengendali laju aliran permukaan (run off).

3. irigasi alam, air tampungan (resapan) yang terdapat di kawasan-kawasan hutan,

mengalir masuk ke badan sungai dan danau, selanjutnya mengalir ke dataran rendah

(sawah dan lahan pertanian)

4. menjaga keseimbangan hara tanah.

5. sebagai wadah produksi dan penyimpan oksigen;

6. sebagai tempat konservasi ekologi dan tempat hidup-berkembang satwa liar, tempat

rekreasi-wisata alam, taman nasional, serta kawasan perlindungan flora dan fauna

7. hutan berperan menahan laju erosi, serta penghambat dan pemecah laju angin.

Kedua, kawasan hutan yang terdapat di pulau besar maupun pulau-pulau kecil

merupakan “supermarket” bahan pangan alam untuk konsumsi masyarakat lokal,

seperti:

1. bahan nabati, seperti pohon sagu, sayur-sayuran, buah, ikan air sungai, dan

hewan dapat diperoleh di hutan

2. bahan kayu bakar dan arang

3. lahan pertanian, perkebunan, pengembalaan ternak, dan kawasan penghasil

nitrogen

4. bahan kayu untuk (rumah masyarakat dan, kantor), bahan tenun (tali-temali), rotan

(keranjang dan perabot rumah)

12

Page 13: Kemiskinan (Ok)

5. di hutan juga terdapat madu, bahan lilin, lak, dan apotik alam (bahan obat dan

jamu tradisional)

Ketiga, hutan memiliki peran sebagai penyedia bahan baku (raw materials), baik

hasil hutan kayu maupun hasil hutan bukan kayu, seperti : (a) karet, resin, minyak kayu

putih, dan lain-lain; (b) arang kayu untuk bahan besi baja, sel kering, dll; (c) kayu, untuk

industri meubel, kapal-motor, kayu lapis, kertas, bangunan, dan tekstil;

Keempat, tempat hidup dan berkembang biak orang hutan. Beberapa kawasan

hutan di Indonesia, diantaranya di Kalimantan masih terdapat satwa orang hutan yang

oleh pemerintah kawasan tersebut telah lindungi.

Kelima, tempat hidup suku-suku terasing dan cagar alam budaya masyarakat

tradisional/terasing. Hampir semua pulau-pulau besar di Indonesia, masih terdapat

komunitas suku asli yang penghidupannya sangat tradisional mengacu pada kondisi alam

dengan sistem pengelolaan yang natural dan yang penghidupannya sangat tradisional

mengacu pada kondisi alam dengan sistem pengelolaan yang natural dan local wisdom.

Pengrusakan Hutan

Pengundulan hutan dan erosi merupakan dua hal yang paling kritis dari perusakan

ekologis di Negara-negara berkembang. Meskipun telah mendapat perhatian besar pada

saat ini, namun perhatian ekstra tersebut belum menghentikan pengrusakan. Pad athun

1989 para pekerja telah menebang dan membakar pohon yang luasnya sebanding dengan

tiga setengah kali permukaan danau Ontario di Kanada atau Negara bagian Vermont,

Amerika Serikat, dan pengundulan hutan yang terjadi antara tahun 1979 sampai 1989

meningkat 90%. Jika kecepatan perusakan hutan tidak dapat dikendalikan, maka

diperkirakan kurang lebih 28 tahun mendatang hutan Amazona di Brasil akan musnah

(Norman Myers). Perusakan juga terjadi di Philipina, Indonesia, Serawak, India, Thailand,

Madagaskar, Pantai Gading, dan Zaire. Dampaknya tingkat erosi yang tinggi, banjir dan

perubahan iklim, terjadinya perluasan padang pasir yang diperkirakan enam (60 juta hektar

pertahun di seluruh dunia atau 35% permukaan tanah dunia berada dalam penggurunan

13

Page 14: Kemiskinan (Ok)

pasir (UNEP). Dan sekitar 25% karbondioksida yang dilepas ke atmosfir adalah berasal

dari penebangan dan pembakaran hutan (environmental almanac, 1993).

Tidak dapat dimungkiri bahwa eksploitasi sumber daya hutan yang terjadi

berpuluh-puluh tahun sejak kemerdekaan, telah banyak mengantarkan negara pada

penerimaan negara, dan untuk masyarakat telah menambah dan menaikan pendapatan.

Namun, kesejahteraan di bidang ekonomi dan penerimaan negara tersebut telah

menambah daftar panjang angka kerusakan lahan di Indonesia. Hal ini ditandai dengan

semakin berkurangnya luas kawasan hutan lindung, hilangnya keanekaraagaman hayati

dan spesies-spesies endemik, deplesi kualitatif sumberdaya air, pendangkalan sungai dan

kerusakan ekosistemnya dalam skala yang sangat mengharubirukan perwajahan

pengelolaan sumberdaya hutan dan lingkungan di Indonesia.

Era sebelum reformasi, kerusakan hutan yang terjadi di Propinsi Kalimantan Barat

diperkirakan seluas 1,6 juta hektar; Propinsi Jawa Tengah seluas 914 ribu hektar; Propinsi

Kalimantan Timur seluas 11 ribu hektar; Sulawesi Selatan seluas 502 ribu hektar; dan

Propinsi Lampung seluas 310 ribu hektar. Rata-rata laju kerusakan hutan Indonesia tahun

2000 - 2005 mencapai 1,8 Juta hektar per tahun (Kantor Kementerian Kehutanan). Dalam

kurun waktu 1985-1997 luas hutan yang berkurang mencapai 21,65 juta hektar

(Handadhari, 2001). Akibatnya, selain kerugian secara ekonomi, kerusakan hutan telah

menyebabkan hilangnya keanekaragaman hayati. Sejumlah spesies yang terancam punah,

meliputi: 126 jenis burung; 63 jenis mamalia; dan 21 jenis reptil; dan 36 jenis kayu di

Indonesia terancam punah (laporan Kementerian Negara Lingkungan Hidup).

Kebakaran hutan yang cenderung berkorelasi dengan El-Nino, juga turut

memperburuk kondisi ekologi, kesehatan manusia, dan aktifitas ekonomi sosial. Tahun

1997 terjadi kebakaran hutan di 25 propinsi dengan luas 383.870 hektar. Berdasarkan

laporan State of the World's Forests 2007 yang dikeluarkan the UN Food & Agriculture

Organization's (FAO), setiap hari kerusakan hutan di Indonesia kira-kira 51 kilometer

persegi, setara dengan luas 300 lapangan bola setiap jam. Dalam pandangan

Greenpeace, Indonesia pantas masuk di dalam the Guinness Book of World Records

14

Page 15: Kemiskinan (Ok)

sebagai negara penghancur hutan tercepat di dunia. Selanjutnya oleh Badan Planologi

(2004), ditemukan kerusakan hutan di kawasan produksi mencapai 44,42 juta Ha; di

kawasan hutan lindung mencapai 10,52 juta Ha; dan di kawasan hutan konservasi

mencapai 4,69 juta Ha. Tingkat kerusakan hutan yang sangat mengerikan ini, perlu

dilakukan pengelolaan yang mengacu pada sustainable forest management agar sumber

daya hutan dan ekosistemnya dapat berkelanjutan.

Tabel : Luas Lahan Kritis di Indonesia, Tahun 2006

No Fungsi Hutan/Lahan Lahan Kritis

(Ha)

Lahan Kritis

Prioritas (Ha)

1 Hutan Konservasi 4.355.352,43 1.353.091,30

2 Hutan Lindung 9.303.698,60 3.251.934,28

3 Hutan Produksi 15.255.894,70 6.336.785,36

4 Hutan Produksi Dapat

di Konversi

10.549.322,68 5.181.954,31

5 Hutan Produksi Terbatas 11.569.367,32 3.382.722,94

Jumlah dalam kawasan 51.033.635,73 19.506.488,19

6 Areal Penggunaan Lain 26.773.245,05 10.690.311,73

Total 77.806.880,78 30.196.799,92

B. Kemiskinan

Mahatma Ghandi pernah berucap “Bumi cukup persediaan untuk memenuhi

kebutuhan manusia, tetapi tidak akan cukup untuk memenuhi keserakahan kita”. Lester R.

Brown dalam bukunya yang berjudul Twenty Ninth Day (1978), mengutip teka-teki

matematis Perancis yang berkisar tentang kolam yang berisi teratai. Kolam itu berisi

sehelai daun teratai di hari pertama, kemudian setiap hari daunnya bertambah dua kali

lipat, hari kedua bertambah dua helai, empat helai di hari ketiga, enam belas helai di hari

ke empat, dan seterusnya. Jika kolam tersebut penuh pada hari ke-30, pada hari keberapa

kolam itu berisi separuh. Jawabnya, di hari ke-29.

Menurut Brown, dewasa ini generasi kita berada pada hari ke-29 di kolam teratai

yang bernama planet bumi. Pada generasi berikut, kolam bumi telah penuh dan mungkin

15

Page 16: Kemiskinan (Ok)

akan habis. Sumber-sumber energi, sumberdaya alam, pangan, hutan kini mulai menipis,

berkurang bahkan merosot kualitas, mungkin generasi mendatang sudah licin tandas.

Masalah lingkungan dan kemiskinan merupakan dua hal yang tidak berdiri sendiri dan

selalu eksis bersamaan dengan problem lainnya, misalnya ketimpangan.

Di awal tahun 1950-an pembicaraan tentang pembangunan menjadi sangat intens

pada pertemuan-pertemuan internasional. Dalam empat butir pidato Presiden Amerika

Serikat, Harry Truman menguraikan tanggungjawab Negara barat dan Amerika Serikat,

Harry Truman, menguraikan tangung jawab Negara barat dan amerika serikat terhadap

kemiskinan. Transfer modal secara ekstensif dalam bentuk pinjaman jangka dua puluh (20)

sampai tiga puluh (30) tahun dapat mengatasi kemiskinan. Selain untuk mengatasi

keterbatasan faktor-faktor produksi, manfaat lain yang diharapkan yang dapat di

kembangkan oleh Negara. Donor adalah perkembangan sumberdaya manusia yang

professional dalam bidang teknologi. Penekanan Truman, adalah Negara–negara barat

(development countries) harus membentuk mesin ekonomi bagi Negara-negara

berkembang (undevelopment countries) dan Negara-negara miskin (underdevelopment

countries) dengan sebuah dorongan yang kuat (big push) yang lebih menekankan pada

pembangunan ekonomi dan sosial (social economic overhead capital).

Selama kurun waktu 40 tahun (sejak 1950-an sampai sekarang ) “big push” telah

memunculkan lima (5) tema utama, yaitu:

1. Meningkatkan produksi, penurunan pendapatan. Pertumbuhan produksi di Negara-

negara berkembang rata-rata 3, 3% perkapita pada tahun 1960 dan 2,4% pada tahun

1970-an, produksi pertanian dan beberapa sector industri meningkat. Namun, tahun

1980-an pendapatan dalam hubungannya dengan pertumbuhan produksi mengalami

penurunan. Secara keseluruhan pada tahun 1990 pendapatan perkapita Negara-

negara berkembang di Sub Sahara Afrika rata-rata 0,9%, di Timur Tengah 2,5%, Afrika

Utara, Amerika Latin dan Karibia,5%, ini terjadi karena adanya resesi pada tahun 1970-

an yang bagi Negara-negara dunia ke tiga merupakan kemerosotan antara 30% s/d

50% dalam nilai ekspornya. Sekalipun pada saat yang bersamaan terjadi peningkatan

16

Page 17: Kemiskinan (Ok)

produksi di beberapa Negara dunia ke tiga terutama di asia dan amerika Latin, namun

tidak sebanding dengan derita yang dialami oleh Afrika.

2. Meningkatnya jumlah kemiskinan, bank dunia memperkirakan jumlah penduduk miskin

dunia terus meningkat. Pada tahun 1990 jumlah penduduk miskin dunia sebesar 1,1

miliar jiwa, naik sebesar 0,1 miliar jiwa dari tahun 1985 (miskin menurut indicator

WHO). UNICEF memprediksikan 40.000 anak meninggal setiap hari atau sekitar 17

juta pertahun karena kekurangan makanan. Laporan dari Hunger 1992 dalam majalah

“The bread for the world institute of hunger and development” sepertiga dari semua

anak balita di Negara berkembang atau 177 juta anak di seluruh dunia menderita

kekurangan makan sehingga pertumbuhannya terganggu secara permanent. Akan

tetapi pada Negara tertentu sekalipun produksinya meningkat secara signifikan, namun

kemiskinan absolute masih tetap terjadi. Di Brasil sekalipun merupakan Negara

pengekspor makanan nomor 4 di dunia, namun merupakan Negara ke 6 kekurangan

gizi dan sebanyak 7 dari 10 orang menganggur.

3. Melebarnya jurang kemiskinan, sebagian besar Negara berkembang pertumbuhan

produksi tidak menguntungkan semua penduduk, yang kaya semakin kaya, dan yang

miskin semakin miskin. Akibatnya perbedaan kepentingan banyak timbul di Negara-

negara berkembang. Bukan hanya pendapatan penduduk yang sangat rendah, tetapi

mereka juga terus bertambah secara absolute. Selama priode empat puluh tahun ini

juga menandai awal perbedaan antara Negara-negara dunia ketiga yang miskin secar

relative dan miskin absolute. Human development report, 1992 oleh UNDP. Pada

tahun1960 sebanyak 20% penduduk dunia yang terkaya mempunyai pendapatan 30

kali dari 20% yang termiskin. Pada tahun 1990 sebanyak 20% penduduk terkaya itu

telah mendapakan 60 kali. Sementara sebanyak 20% penduduk termiskin

memperoleh hanya 0,2% dari pinjaman bank perdagangan, 1,3% dari investasi global,

1% dari perdagangan global, dan 1,4% dari pendapatan global. Dari pernyataan panitia

anggaran Senat Amerika Serikat, pada tahun 1980-an direktur utama sebuah

17

Page 18: Kemiskinan (Ok)

perusahaan berpenghasilan kurang lebih 29 kali rata-rata penghasilan buruh, namun di

awal tahun 2000-an sudah mendekati 100 kali.

4. Meningkatnya hutang, kemiskinan berhubungan dengan banyaknya hutang yang harus

dipikul oleh Negara berkembang/miskin. Sejak tahun 1982, jumlah pembayaran bunga

dan pokok hutang oleh Negara peminjam lebih besar dari investasi, kredit dan bantuan

yang mereka terima. Menurut human development report, 1992 transfer neto loan dari

Negara berkembang ke Negara maju mencapai 50 miliar dolar pertahun, dengan kata

lain meningkatnya standar hidup Negara kaya adalah subsidi Negara

berkembang/miskin. Pad athun 1990, total hutang eksternal Negara berkembang $1,35

triliun AS, ini berarti setiap penduduk Utara mempunyai saham sekitar $1.110 AS

kepada Negara Selatan, atau sama dengan setiap penduduk Utara menerima laba $

150 s/d $200 AS dari Negara-negara Selatan. Utang Negara yang paling miskin

mencapai $81 milar AS, rata-rata hutang setiap penduduk $ 176 AS kepada negara

kaya.

Gambaran statis hutang Negara ini merupakan dinamika yang mengungkap

kemiskinan yang sangat akut pada Negara-negara dunia ketiga. Terdapat empat ‘hukum”

yang mengatur dinamika hutang saat ini: (1) Negara miskin harus menanggung pukulan

terberat dari kejutan-kejutan eksternal diluar kendali mereka, seperti proteksi, kendala

ekspor dan harga impor; (2) hutang-hutang meningkat meskipun ada usaha-usaha yang

signifikan dari Negara-negara miskin untuk membayarnya; (3) hutang-hutang meningkat

karena ada usaha Negara-negara miskin untuk membayar hutangnya (Hukum Irving

Fischer); (4) kemiskinan meningkat di saat hutang harus dibayar. Menghadapi

ketidakmampuan membayar, Negara-negara kriditor mengharuskan Negara-negara miskin

untuk menyesuaikan ekonomi mereka secara structural; (5) Turunnya harapan, harapan-

harapan yang tertuang dalam ratifikasi “Charter of Economic Rights dan Duties of States”

(1989), dengan visi menuju tatanan ekonomi internasonal yang lebih baik, melalui upaya

pengentasan kemiskinan antar lembaga internasional, antar swasta, dan antar Negara,

serta upaya mendorong kesadaran internasional bahwa idologi invisible hand telah

18

Page 19: Kemiskinan (Ok)

menyebabkan derita ummat manusia, serta struktur ekonomi internasional telah salah jalur,

upaya ini tidak tercapai karena. Pertama, negara-negara berkembang liberalisasi politik

tidak mengarah kepada terbentuknya hubungan baru dan berbeda dengan struktur

ekonominya. Kedua, pembangunan menghasilkan ide-ide masa depan yang terencana

baik, namuntidak ada “political will” untuk implementasi konstruktif, terutama dari Negara-

negara Barat.

C. Pengangguran

Salah satu dari enam paradoks yang muncul di tengah-tengah Negara

berkembang adalah paradoks ketenagakerjaan, yakni: “kebutuhan akan tenaga kerja

sangat mendesak namun penggangguran terus meningkat” . peringatan tampaknya bukan

hanya masalah biosfir, tetapi masalah “sosiosfer” merupakan hal yang sangat signifikan

terhadap berbagai persoalan lingkungan. Pengangguran dan kemiskinan secara langsung

maupun tidak langsung telah menyebabkan degradasi lingkungan. Lingkungan yang telah

terkuras, melahirkan kesenjangan sosial berupa kemiskinan dan pengangguran. Jadi

merupakan mata rantai yang saling ketergantungan dan saling berpengaruh. Konflik sosial,

budaya kekerasan (culture of violence), penjarahan, penggurunan lahan, penggundulan

hutan, lingkungan yang kotor, dan lain-lain adalah tidak terlepas dari efek pengangguran.

Di Negara-negara industri prosentase pengangguran jauh lebih sedikit dibanding

dengan negara-negara berkembang. Di Amerika Serikat, pengangguran kira-kira 7,8%, di

Kanada sekitar 11%, Negara-negara belahan barat eropa 10%, dibelahan timur eropa lebih

besar disbanding eropa barat, sedangkan di Negara-negara brkembang berkisar 30% s/d

40%. Di Negara-negar industri barat, pada tahun 1980-an prosentase pengangguran

mengalami penurunan, namun pada tahun 1990-an terjadi kenaikan relative yang

signifikan. Menurunnya pengangguran karena berhubungan dengan meningkatnya

pekerjaan paruh waktu (Goods jobs dari economic Council Kanada). Kemajuan kombinasi

metode produksi dan inovasi tekhnologi memberi dampak berkurangnya lapangan kerja,

19

Page 20: Kemiskinan (Ok)

sepert tahun 1980-1990. Sungguh tampaknya kita sedang menuju pada masyarakat kerja

tanpa pekerjaan (Hannah Arendt).

Hubungan Degradasi Lingkungan, kemiskinan, dan Pengangguran

Pemikiran ekonomi klasik, tidak dapat memecahkan dilemma ekonomi yang ada

saat ini, terutama masalah kemiskinan, pengangguran, dan dampak eksternalitas kegiatan

ekonomi. Dengan tidak teridentifikasinya masalah-masalah tersebut oleh pasar, berbagai

instrument ekonomi yang telah dan pernah dipakai, ternyata masalah kemiskinan,

pengangguran dan dampak lingkungan hidup semakin memprihatinkan ummat manusia.

Dengan menggunakan konsep ekonomi alternative yang didukung dengan pemikiran-

pemikiran Fred Hirsch dan Herman daly, dapat dilihat pada diagram berikut.

Dalam tatanan ekonomi, faktor produksi dikombinasikan dengan proses produksi

menghasilkan barang dan jasa. Proses produksi menggunakan faktor lingkungan untuk

menghasilkan pendapatan. Secara progresif produksi dan konsumsi meningkat yang

kemudian berpengaruh kepada kecepatan eksploitasi sumberdaya alam, lingkungan,

energi, tenaga kerja, secara missal.

Kegiatan ekonomi yang pada akhirnya terjadi penipisan (kelangkaan) akan

sumberdaya alam dan bahan mentah, akibatnya masyarakat Negara menjadi miskin dan

menganggur, karena ketiadaan makanan dan lapangan kerja. Penggunaan tekhnologi

dalam skala luas dan ketidaktepatan penggunaannya serta capital intensive menyebabkan

timbulnya stagnasi pertumbuhan tenaga kerja; pengusahaan lahan menyebabkan para

petani terusir dari lahan garapan mereka, yang kemudian terjadi urbanisasi.

Penyebab dan akibat kemiskinan

Di Negara-negara miskin dan berkembang degradasi lingkungan, pertumbuhan

penduduk, kelangkaan (scarcity), dan deplesi sumberdaya alam (land resources) serta

ketidakmertaan distribusi sumberdaya adalah variable-variabel yang sangat signifikan

dalam menentukan membiaknya problema kemiskinan dan ketimpangan. Faktor-faktor

20

Page 21: Kemiskinan (Ok)

tersebut saling berintekrasi dalam satu mata rantai “vicious circle” jaringan problematika

yang harus disandang ummat manusia. Karena itu kelaparan, kebodohan dan

memburuknya kesehatan buka hanya sebuah “even” tau produk dari sebuah prose salami,

melainkan sebuah proses pemiskinan, yang berawal dari krisis lingkungan dan kelangkaan

sumberdaya.

Ketika ada sebagian masyarakat “the have” menikmati hampir sebagian besar

sumberdaya, pangan dan papan, serta menikmati lingkungan yang sehat, disisi lain

mayoritas penduduk miskin mendapatkan kelangkaan sumberdaya, kekurangan gizi, air

bersih, udara bersih, sanitasi lingkungan yang tidak layak, serta lingkungan yang rawan

konflik. Adalah suatu paradoks bahwa ketimpangan sosial ekonomi membuat lapisan

masyarakat tertentu melakukan tindakan yang memboroskan sumberdaya lebih dari

kelompok masyarakat lain. Lebih paradoks lagi, ketika dalam kasus air bersih misalnya,

kelompok miskin perkotaan harus membayar harga air lebih mahal disbanding dengan

orang kaya yang biasa dengan mudah mendapatkan layanan air minu, milik Negara yang

bersubsidi.

Jack Goldstone (1991) memperkirakan akibat-akibat tekanan krisis lingkungan

dapat mengancam stabilitas sosial. Tekanan demografi, kelangkaan sumberdaya,

timpangnya distribusi sumberdaya, telah memperlihatkan munculnya berbagai konflik baik

di level internasional maupun level nasinal. Di level nasional kerusuhan local yang

kemudian diinjeksi dengan kemauan politik hirkan upaya-upaya disintegrasi, perpecahan

dan konflik horizontal (ras, dan agama).

Penguasaan hutan oleh pemilik HPH yang menyebabkan terjadinya kemerosotan

biodiversity, genetic hayati dan hewan, hilangnya persediaan sumberdaya alam untuk

generasi sekarang dan masa depan, hilang dan berkurangnya persediaan sumber bahan

makanan, hilangnya sumber mata air bersih, polusi udara. Sementara pembangunan

property yang lebih bayak menggusur habitat hidup masyarakat marginal, kurangnya lahan

pemukiman, pembuangan limbah ke sungai adalah cermin ketidakpedulian masyarakat

kelas atas terhadap problema ekologis dan kehidupan masyarakat miskin.

21

Page 22: Kemiskinan (Ok)

Daftar Pustaka

Bob Goudzwaard and Harry de Lange, 1995. Beyond Povverty and Affluence. Genewa. WW Publications.

Brown, Lester R, 1978. The Twenty Ninth Day. New York

Hari Purwanto, 2000. Kebudayaan dan Lingkungan, Dalam Perspektif Antropologi. Penerbit Pustaka Pelajar Yogjakarta.

Hogendijk, Willem, 1996. Revolusi Ekonomi Menuju Masa Depan Berkelanjutan dengan Membebaskan Perekonomian dar Pengejaran Uang Semata. Yayasan Obor Indonesia Jakarta.

Indra Ismawan, 1999. Resiko Ekologis. Di Balik Pertumbuhan Ekonomi. Penerbit Media Presinda. Yogjakarta.

Goldstone, Jack. 1997. Revolution and Rebellion in The Early Modern World. Berkeley University California Press.

22


Top Related