11/9/2011
1
Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral
KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA
Kebijakan Pengembangan Energi Baru Terbarukan dan
Konservasi Energi Untuk Ketahanan Energi Nasional
Dipresentasikan pada :
“Kongres Ilmu Pengetahuan Nasional (KIPNAS) X”
Oleh:
Dr. Kardaya Warnika
Direktur Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi
Jakarta, 2011
Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral
OUTLINE
I. PENDAHULUAN
II. PERMASALAHAN ENERGI FOSIL
III. POTENSI DAN PEMANFAATAN ENERGI BARU
TERBARUKAN
IV. STRATEGI PENGEMBANGAN EBTKE
V. PELUANG PENGEMBANGAN EBTKE
VI. PENUTUP
2
11/9/2011
2
Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral
OUTLINE
I. PENDAHULUAN
II. PERMASALAHAN ENERGI FOSIL
III. POTENSI DAN PEMANFAATAN ENERGI BARU
TERBARUKAN
IV. STRATEGI PENGEMBANGAN EBTKE
V. PELUANG PENGEMBANGAN EBTKE
VI. PENUTUP
3
Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral
1. Hakekat Pengelolaan Energi
� Pengelolaan Energi bertujuan untuk mewujudkan kedaulatan energi, yaitu
kemampuan negara untuk mengendalikan sumber daya energi, harga energi, dan
distribusi energi
� Faktor penting dalam kedaulatan energi adalah kemandirian dan ketahanan energi
KETAHANAN ENERGI
• Kemampuan untuk merespon
dinamika perubahan energi global
(eksternal)
• Kemampuan untuk menjamin
ketersediaan energi dengan harga
yang wajar (internal)
KEMANDIRIAN
ENERGI
11/9/2011
3
Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral
2. Ketahanan Energi
i. Ketersediaan
Kemampuan untuk memberikan jaminan pasokan energi (security
of energy supply)
ii. Aksesibilitas
Kemampuan untuk mendapatkan akses terhadap energi
(infrastructure availability)
iii. Daya beli
Kemampuan untuk menjangkau harga (keekonomian) energi
(willingness to pay)
Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral
OUTLINE
I. PENDAHULUAN
II. PERMASALAHAN ENERGI FOSIL
III. POTENSI DAN PEMANFAATAN ENERGI BARU
TERBARUKAN
IV. STRATEGI PENGEMBANGAN EBTKE
V. PELUANG PENGEMBANGAN EBTKE
VI. PENUTUP
6
11/9/2011
4
Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral
1. Ketergantungan Terhadap Fosil
No ENERGI TAK TERBARUKAN
SUMBER
DAYA
(SD)
CADANGAN
(CAD)
RASIO SD/CAD
(%)
PRODUKSI
(PROD)
RASIO CAD/PROD(TAHUN)*)
1 2 3 4 5 = 4/3 6 7 = 4/6
1 Minyak Bumi (miliar barel) 56.6 7.99 **) 14 0.346 23
2 Gas Bumi (TSCF) 334.5 159.64 51 2.9 55
3 Batubara (miliar ton) 104.8 20.98 18 0.254 83
4 Coal Bed Methane/CBM (TSCF) 453 - - - -
*) Dengan asumsi tidak ada penemuan cadangan baru
**) Termasuk Blok Cepu
Ketergantungan terhadap Energi Fosil masih tinggi,
cadangannya semakin terbatas;
Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral
0.33 0.37
1.00
0.00
0.50
1.00
1.50
2.00
2.50
3.00
3.50
2000 2005 2020
Energy
Industry
Agriculture
Forestry
Waste
Peat Emission
Emisi
(GT CO2e)
2,95
Total emisi meningkat dari 1,42 GT CO2e pada tahun 2000 menjadi 2,95 GT CO2e
pada tahun 2020 atau meningkat menjadi lebih dari dua kali lipat.
2. Emisi CO2 Sektor Energi Semakin Tinggi
11/9/2011
5
Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral
2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010
1. Subsidi Listrik 3,93 4,30 4,10 3,36 3,31 10,65 33,90 37,48 78,58 53,72 51,10
2. Subsidi Listrik Fosil *) 3.30 3.55 3.49 2.92 2.86 9.20 29.75 32.63 68.16 46.14 48,65
3. Subsidi BBM 55.64 63.26 31.75 30.04 59.18 103.35 64.21 83.79 139.03 45.04 88,89
4. Subsidi LPG 0 0 0 0 0 0 0 0.15 3.84 7.78 14,38
Total Subsidi Fosil
(2+3+4)58.94 66.81 35.24 32.96 62.04 112.55 93.96 116.57 211.03 98.96 151,92
*) Proporsional dengan peran fosil dalam komposisi energi primer untuk penyediaan tenaga listrik
0
50
100
150
200
250
2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010
Subsidi (Triliun Rupiah)
Perkembangan Subsidi Fosil (dalam triliun Rupiah)
Subsidi energi fosil semakin meningkat
3. Subsidi Energi Semakin Tinggi
Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral
OUTLINE
I. PENDAHULUAN
II. PERMASALAHAN ENERGI FOSIL
III. POTENSI DAN PEMANFAATAN ENERGI BARU
TERBARUKAN
IV. STRATEGI PENGEMBANGAN EBTKE
V. PELUANG PENGEMBANGAN EBTKE
VI. PENUTUP
10
11/9/2011
6
Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral
NO ENERGI BARU- TERBARUKANSUMBER DAYA
(SD)
KAPASITAS
TERPASANG (KT)
RASIO KT/SD(%)
1 2 3 4 5 = 4/3
1 Tenaga Air 75,670 MW 5,705.29 MW 7.54
2 Panas Bumi 29,038 MW 1,189 MW 4.00
3 Mini/Mikro Hydro 769.69 MW 217.89 MW 28.31
4 Biomass 49,810 MW 1,618.40 MW 3.25
5 Tenaga Surya 4.80 kWh/m2/day 13.5 MW -
6 Tenaga Angin 3 – 6 m/s 1.87 MW -
7 Uranium3.000 MW
(e.q. 24,112 ton) for 11 years*)30 MW 1.00
*) Hanya di Kalan – Kalimantan Barat
Potensi energi baru terbarukan cukup besar, sementara pemanfaatannya baru 5%
1. Potensi Sumber Daya Energi Baru Terbarukan Melimpah
Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral
BauranBauran EnergiEnergi Primer Primer NasionalNasional 20102010
1.066 1.066 JutaJuta SBMSBM
1. Akses masyarakat terhadap energi (modern)
masih terbatas:
a. Rasio elektrifikasi tahun 2010 sebesar
67,2% (32,8% rumah tangga belum
berlistrik);
b. Pengembangan infrastruktur energi
(daerah perdesaan/terpencil dan pulau-
pulau terluar pada umumnya belum
mendapatkan akses energi);
2. Pertumbuhan konsumsi energi rata-rata 7%
pertahun, belum diimbangi dengan suplai
energi yang cukup;
3. Ketergantungan terhadap Energi Fosil masih
tinggi (95%), cadangannya semakin terbatas;
Pangsa EBT masih sekitar 5%
2. Peranan EBT BauranBauran EnergiEnergi Primer Primer NasionalNasional 20102010
11/9/2011
7
Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral
OUTLINE
I. PENDAHULUAN
II. PERMASALAHAN ENERGI FOSIL
III. POTENSI DAN PEMANFAATAN ENERGI BARU
TERBARUKAN
IV. STRATEGI PENGEMBANGAN EBTKE
V. PELUANG PENGEMBANGAN EBTKE
VI. PENUTUP
13
Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral
IV. STRATEGI PENGEMBANGAN EBTKE
1. Perubahan Paradigma Pengelolaan Energi
2. Penentuan Target Pengembangan EBTKE
3. Instrumen Kebijakan Pengembangan EBTKE
4. Agenda Pengembangan EBTKE
11/9/2011
8
Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral
ENERGY SUPPLY SIDE MANAGEMENT ENERGY DEMAND SIDE MANAGEMENT
1. PERUBAHAN PARADIGMA PENGELOLAAN ENERGI
SUPPLY SUPPLYDEMAND DEMAND
Saat ini: Ke depan:
1. Kebutuhan energi belum efisien
2. Kebutuhan energi tersebut dipenuhi dengan energi
fosil dengan biaya berapapun dan malah disubsidi
3. Energi terbarukan hanya sebagai alternatif
4. Sumber energi terbarukan yang tidak termanfaatkan
adalah menyia-nyiakan karunia Tuhan
1. Efisienkan kebutuhan energi
2. Maksimalkan penyediaan dan pemanfaatan energi
terbarukan, paling tidak dengan harga pada avoided
fossil energy cost, bila perlu disubsidi
3. Energi fosil dipakai sebagai penyeimbang
4. Sumber energi fosil yang tidak termanfaatkan
adalah sebagai warisan untuk anak-cucu / diekspor
Energi Fosil dengan biaya
berapapun
(Malah Disubsidi)
Energi Terbarukan
Sebagai Alternatif
Kebutuhan Energi
Sektoral
yang belum efisien:
-RumahTangga
- Transportasi
- Industri
- Komersial
Maksimalkan Penyediaan
dan Pemanfaatan Energi
Terbarukan dengan harga
Avoided Fossil Energy
Costs
Energi Fosil sebagai Faktor
Penyeimbang
Kebutuhan Energi
Sektoral yang Efisien:
-RumahTangga
- Transportasi
- Industri
- Komersial
(KONSERVASI)
(DISVERSIFIKASI)
Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral
Oil42%
Coal34%
Gas21%
NRE3%
(updated October 2011)
NRE
Gas
Coal
Oil
21,9%
26,4 %
46,9%
4,8 %
NRE
Gas
Coal
Oil
2010 2015 2020
2025
PRIMARY
ENERGY
CONSERVATION
(15.6%)
EN
ER
GY
DIV
ER
SIF
ICA
TIO
N
BAU
Note: 1 TOE = 7,33 BOE
PERPRES 5/2006 VISI 25/25
25 %
32%
23%
20%
2785
Million BOE
1066
MillionBOE
Oil20%
Coal33%
Gas30%
NRE17%
3200
Million BOE
20%
30%
33%
17%
46,9% Oil
26,4%
Coal
21,9%Gas
4,8%NRE
23%Oil
32%Coal
20%Gas
25%NRE
2419
MBOE
1649
MBOE
20,6%
34.6%
41.7%
3,1%
3298
MBOE
2. TARGET PENGEMBANGAN EBTKE: VISI 25/25
11/9/2011
9
Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral
Target Target BauranBauran EnergiEnergi NasionalNasional((PeraturanPeraturan PresidenPresiden No. 5 Year 2006)No. 5 Year 2006)
Bauran Energi (2025)
Elastisitas Energy< 1
� Mengurangi peran BBM dalam
bauran energi
� Pemenuhan kebutuhan energi
domestik
� Subsidi harga menjadi subsidi
energi langsung
� Rasio elektrifikasi 93% di tahun
2025
� Elastisitas Energy < 1 di 2025
� Optimalisasi Pemanfaatan EBT Porsi EBT : 17 %
Batubara 33%
BBMl
20%
EBT 17%
Biofuel 5%
Panas Bumi 5%
Biomass, Nul;ir, Air, Mataha
ri, Engin 5%
Btubara tercairkan 2%
Gas 30%
Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral
3. Instrumen Kebijakan
i. Instrumen Legal (Perangkat Perundang-undangan) :
• Legislasi: menggunakan UU 30/2007 tentang Energi, UU 30/2009 tentang
Ketenagalistrikan, UU10 /1997 tentang Ketenaganukliran, dan UU 27/2003 tentang Panas
Bumi sebagai dasar dalam pengembangan EBT dan efisiensi pemanfaatan energi; PP
N0.70/2009 tentang Konservasi Energi)
• Regulasi: Menyiapkan Peraturan Pemerintah, Peraturan Presiden dan Peraturan Menteri
ESDM untuk menjabarkan amanat dari peraturan-perundang-undangan tersebut.
ii. Instrumen Fiskal (Perangkat Perpajakan dan Insentif):
• Pemberian insentif untuk pelaksanaan program konservasi energi.
• Pembebasan bea masuk, pajak impor, pembebasan PPN dan pajak ditanggung negara (
PMK No.21/PMK 011/2010; PMK No. 24/ PMK. 011/2010)
• Penetapan harga EBT, feed-in tariff, dan pengalihan subsidi dari energi fosil ke energi
baru terbarukan
18
11/9/2011
10
Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral
iii. Instrumen Kelembagaan (Perangkat Organisasi) :
• Memberdayakan peran Pemangku Kepentingan (Asosiasi Pengusaha dan Profesi)
• Sinergi program dan kerjasama Pusat dan Pemda
iv. Instrumen Pendanaan
• Biaya untuk mitigasi ini diupayakan dari dana sendiri (APBN, anggaran badan Usaha)
• Diupayakan pendanaan dari Clean Development Mechanism (CDM)
• Diupayakan pendanaan Bantuan Negara Donor dengan program kemitraan, Public-Private Patnership
• Diupayakan dari APLN, SLA, Obligasi, Pinjaman dan Revenue
19
3. Instrumen Kebijakan (lanjutan)
Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral
i. Penyempurnaan dan Harmonisasi Peraturan Perundang-undangan bidang EBTKE
Pengembangan EBTKE terkait dengan sektor dan otoritas lain sehingga diperlukan
penyempurnaan dan harmonisasi untuk mendorong percepatan implementasi
dengan tetap memperhatikan kepentingan masing-masing sektor.
ii. Penyempurnaan Rencana Induk/Blueprint Pengembangan EBTKE
iii. Peningkatan Efisiensi Pemanfaatan Energi
Pergeseran paradigma dari SSM menjadi DSM diimplementasikan melalui agenda
peningkatan efisiensi energi melalui penerapan manajemen energi.
iv. Pengembangan Panas Bumi
Potensi pemanfataan uap panas bumi untuk pembangkitan listrik baru mencapai sekitar 4%
pada tahun 2010. Target Pengembangan EBT Pada Program Percepatan 10.000 MW Tahap
II
- Pengembangan Tenaga Panas Bumi : 3.967MW
- Pengembangan Tenaga Air : 1.204 MW
Total Kapasitas Pembangkit EBT 5.171 MW
4. Agenda Pengembangan EBTKE
20
11/9/2011
11
Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral
v. Pengembangan Bioenergi
Pengembangan bioenergi meliputi bahan bakar nabati, biogas, biomasa, limbah (sampah kota, sampah
kelapa sawit, limbah jagung, limbah tebu, limbah padi) serta mulai mengidentifikasi pengembangan
bahan bakar generasi kedua untuk meningkatkan realibilitas dan ketersediaan secara berkelanjutan.
vi. Pengembangan Energi Baru Terbarukan Non-Fosil
Agenda pengembangan dilakukan melalui dua pendekatan yaitu secara publik untuk membantu
penyediaan akses energi modern kepada masyarakat dan komersial melalui penerbitan insentive dan
kemudahan investasi EBT.
vii. Pengembangan dan Penerapan Teknologi Energi Bersih
Penerapan teknologi energi bersih diarahkan untuk peningkatan efisiensi pemanfaatan dengan tetap
berupaya mengurangi dampak negatif terhadap lingkungan.
viii. Peningkatan Kandungan Lokal dan Industri Penunjang EBTKE
Sektor EBTKE diarahkan untuk menjadi salah satu sektor ekonomi nasional yang dapat menjadi sumber
peneriimaan negara. Hal ini dilaksanakan melalui upaya peningkatan kandungan lokal, pengembangan
kapasitas nasional dan pengembangan industri penunjang.
21
5. Agenda Pengembangan EBTKE (lanjutan)
Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral
ix. Peningkatan Swadaya Masyarakat untuk Desa Mandiri Energi
Desa Mandiri Energi merupakan program diversifikasi energi tingkat masyarakat perdesaan untuk
mendorong peningkatan perekonomianmelalui implementasi teknologi pembangkit energi, pengelolaan
dan pengembangan kegiatan produktif.
x. Peningkatan Swadaya Masyarakat di kota melalui low carbon city
(mis. Penggunaan solar cell dll)
xi. Peningkatan kelitbangan EBTKE
Implementasi EBTKE hampir selalu memerlukan penguasaan teknologi. Litbang diarahkan untuk
mempercepat alih teknologi dan peningkatan efiiensi serta mendorong rekayasa teknologi penyediaan
dan pemanfaatan energi.
xii. Peningkatan kediklatan EBTKE
Peningkatan kapasitas SDM pengelola EBTKE mutlak diperlukan untuk setiap unit kompetensi dan
berbagai tingkatan keahlian. Pengembangan diklat didasarkan pada pengembangan kompetensi.
22
5. Agenda Pengembangan EBTKE (lanjutan)
11/9/2011
12
Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral
OUTLINE
I. PENDAHULUAN
II. PERMASALAHAN ENERGI FOSIL
III. POTENSI DAN PEMANFAATAN ENERGI BARU
TERBARUKAN
IV. STRATEGI PENGEMBANGAN EBTKE
V. PELUANG PENGEMBANGAN EBTKE
VI. PENUTUP
23
Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral
V. PELUANG PENGEMBANGAN EBTKE
• Secara global, pengaruh Isu lingkungan dan prinsip pembangunan
berkelanjutan semakin mendorong pengembangan dan
pemanfaatan energi alternatif EBT dalam berbagai skala;
• Kondisi keenergian nasional saat ini, mengharuskan terjadinya
perubahan pendekatan dalam pengelolaan energi nasional (tekanan
subsidi energi fosil terhadap anggaran Pemerintah semakin
meningkat, kebutuhan energi yang tinggi, dll.);
• Pemahaman masyarakat mulai meningkat untuk memanfaatkan EBT
dan melakukan penghematan energi;
• Potensi sumber daya energi baru terbarukan di Indonesia melimpah;
• Potensi penghematan energi cukup tinggi sehingga pendekatan
kebijakan insentif yang tepat akan mendorong investasi di bidang
konservasi energi. 24
11/9/2011
13
Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral
OUTLINE
I. PENDAHULUAN
II. PERMASALAHAN ENERGI FOSIL
III. POTENSI DAN PEMANFAATAN ENERGI BARU
TERBARUKAN
IV. STRATEGI PENGEMBANGAN EBTKE
V. PELUANG PENGEMBANGAN EBTKE
VI. PENUTUP
25
Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral
VIII. PENUTUP
• Target pangsa EBT pada tahun 2025 adalah 25%
• Peran EBT sangat penting untuk mendukung
tercapainya kedaulatan energi
• Diperlukan upaya terintegrasi dengan melibatkan
seluruh stakeholder yaitu Pemerintah Pusat dan
Daerah, Swasta, akademisi dan lembaga
kelitbangan, asosiasi pengembang energi baru
terbarukan, asosiasi pengusaha konservasi energi,
serta peran aktif masyarakat
26
11/9/2011
14
Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral
Go Green Indonesia !Energi Hijau, Energi Masa Depan
www.ebtke.esdm.go.id www.energiterbarukan.net www.konservasienergi.net
Jalan Jenderal Gatot Subroto, Kav. 49 Jakarta 12950; Phone/Fax : 021-5250575
Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral
Direktorat Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi
Terima Kasih
Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral
FLOW OF THINKING
“CLEAN ENERGY INITIATIVE”
ENERGY
POLICY:
Energy Security
CAUSES OF
CLIMATE CHANGE
NATURAL ANTHROPOGENIC
FORESTRYENERGY
(Fossil Fuel Burning)WASTES
“CLEAN ENERGY INITIATIVE”
Integrated Program on “REFF-
Burn” *)
Pre-Fossil Combustion
(Avoid Fossil Fuel Utilization)
During Fossil Combustion
(Mitigate GHGs Emission)
Post-Fossil Combustion
(Reduce GHGs
concentration)
*) REFF-Burn : Reducing Emission from Fossil Fuel Burning
CARBON POLICY:
Carbon
Sovereignty
11/9/2011
15
Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral
SUMBER EMISI GAS RUMAH KACA DARI
SEKTOR ENERGIPenyediaan Energi
� Pembangkit energi listrik berbasisenergi fosil: 112 juta Ton CO2
Pemanfaatan Energi:
� Pemakaian langsung bahan bakarberbasis fosil (BBM, gas, batubara) di sektor:
- Transportasi : 90 million Ton CO2
- Industri : 109 million Ton CO2
- Rumah Tangga : 22 million Ton CO2
- Komersial : 18 million Ton CO2
TOTAL EMISI CO2 DARI SEKTOR ENERGI
TAHUN 2008 : 351 MILLION TON
Reducing Emission from Fossil Fuel Burning - GHGs Emission Reduction Potential
in the year 2020 is 166 milion Ton CO2
Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral
Untuk mencapai target tersebut, bebagai kebijakan yang sedang disusun
yaitu :
� Sistem Investasi dan Pendanaan yang mendukung pengembangan
EBTKE;
� Penyiapan mekanisme Insentif dan disinsentive untuk penerapan
teknologi EBTKE;
� Penerapan sistem pricing (feed-in tariff) yang mendorong
pengembangan EBTKE;
� Penyusunan Harga energi yang memperhitungkan biaya eksternal
seperti biaya lingkungan, carbon tax, biaya pengganti;
� Standardisasi Peralatan Pemanfaat Energi dan Teknologi EBTKE;
� Penelitian dan Pengembangan (Litbang) dan Pendidikan dan Latihan
(Diklat) EBTKE;
� Peningkatan Kapasitas Kelembagaan EBTKE.30
3. Arah Kebijakan Pengembangan EBTKE
11/9/2011
16
Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral
1. Biaya Investasi dan Harga Energi
• Biaya Investasi EBTKE relatif tinggi;
• Biaya eksternalitas belum diperhitungkan dalam biaya produksi energi;
• Penetapan harga energi fosil belum mencerminkan harga keekonomiannya, sehingga harga
energi terbarukan masih sulit bersaing;
2. Kurang Harmonisnya Kebijakan di Bidang Energi
• Regulasi nasional yang belum harmonis dan mendukung penyediaan dan pemanfaatan
EBTKE, misalnya tentang pemanfaatan hutan kawasan;
• Mekanisme insentif untuk penggunaan EBT dan pemanfaatan teknologi energi yang efisien
belum memadai;
• Kurangnya sistem dan mekanisme pendanaan/kebijakan fiskal yang mendorong kegiatan
penyediaan dan pemanfaatan EBT serta pengembangan dan penerapan konservasi energi;
31
Permasalahan EBTKE
Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral
3. Sumber Daya Energi Baru Terbarukan adalah Site Specific
• Secara nasional, ketersediaan sumber EBT tersebar dan untuk beberapa jenis energi
misalnya panas bumi dan air skala besar terletak pada daerah yang konsumsi energinya
masih rendah;
4. Pemahaman, Penguasaan Teknologi dan Informasi Masih Rendah
• Kapasitas nasional terhadap penguasaan teknologi EBT dan konservasi energi masih
terbatas, sehingga sebagian besar masih tergantung pada teknologi negara maju;
• Rendahnya pemahaman masyarakat mengenai EBT dan budaya hemat energi;
• Terbatasnya ketersediaan data potensi dan informasi EBT yang siap implementasi;
• Masih terbatasnya diklat teknis untuk tenaga teknik di bidang EBTKE;
32