Download - Kelompok 6
MAKALAH
OBAT-OBAT CACING , OBAT PENCAHAR,
dan ANALGETIKA
Disusun Oleh :
Nama : 1. Ari Setiani ( 4311411018)
2. Ismi Arinal Haq ( 4311411019)
Mata Kuliah : Kimia Farmasi
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
SEMARANG
2013
KATA PENGANTAR
Assalamu alaikum wr.wb
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga
penulis bisa menyelesaikan makalah yang berjudul “OBAT-OBAT CACING , OBAT
PENCAHAR, dan ANALGETIKA” yang disusun untuk melengkapi tugas Kimia Farmasi
ini dalam waktu yang telah ditentukan.
Dengan adanya makalah ini diharapkan mampu memberikan pengetahuan tentang
obat-obat cacing, obat pencahar, dan analgetika, serta dapat menumbuhkan kesadaran
masyarakat Indonesia untuk hidup lebih bersih dan sehat.
Ucapan terima kasih saya sampaikan kepada bapak Achmad Binadja selaku Dosen
pengampu mata kuliah kimia farmasi serta semua pihak yang telah membantu dalam
penyusunan makalah ini.
Makalah ini penulis susun dengan semaksimal mungkin, namun penulis menyadari
bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna, baik dari segi fisik maupun isi.Oleh karena
itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca.
Wassalamu alaikum wr.wb
Semarang, 1 April 2013
Penyusun
DAFTAR ISI
Halaman Judul...............................................................................................................i
Kata Pengantar.............................................................................................................ii
Daftar isi......................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang.....................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah................................................................................................2
1.3 Tujuan Penulisan..................................................................................................3
1.4 Manfaat Penulisan................................................................................................3
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Obat Cacing..........................................................................................................4
2.2 Obat Pencahar.....................................................................................................10
2.3 Analgetika...........................................................................................................19
BAB III PENUTUP
3.1 Simpulan.............................................................................................................28
3.2 Saran...................................................................................................................29
Daftar Pustaka............................................................................................................30
Lampiran.....................................................................................................................31
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Farmakologi berasal dari kata “pharmacon” (obat) dan logos (ilmu
pngetahuan), sehingga secara harfiah farmakologi berarti ilmu pengetahuan yang
mempelajari obat. Namun, secara umum farmakologi didefinisikan sebagai ilmu yang
mempelajari obat dan cara kerjanya pada sistem biologi. Disamping itu, juga
mempelajari asal-usul (sumber) obat, sifat fisika-kimia, cara pembuatan, efek
biokimiawi dan fisiologi yang ditimbulkn, nasib obat dalam tubuh, dan kegunaan obat
dalam terapi.
Definisi obat adalah zat kimia yang dapat mempengaruhi jaringan biologi, dan
menurut WHO, obt adalah zat yang dapat mempengaruhi atau menyelidiki sistem
fisiologi atau kondisi patologi dalam rangka penetapan diagnosis, pencegahan,
penyembuhan, pemulihan dari rasa sakit, gejala sakit, dan atau penyakit, untuk
meningkatkan kesehatan, dan kontrasepsi. Oleh karena itu, pengertian obat meliputi
bahan dan sediaan obat yang terwadah-kemaskan, diberi label dan penandaan yang
memuat pernyataan dn atau klain. Menurut pengertian KONAS obat meliputi obat
untuk manusia dan hewan. (Priyanto, 2010)
Dalam segi sediaan tidak hanya obat, tetapi juga meliputi obat tradisional dan
kosmetika.Ketentuan ini tercantum dalam pasal 40 UU no. 23/1992 tentang kesehatan.
Dalam makalah ini penulis akan merangkum beberapa informasi medis mengenai
beberapa obat. Yaitu meliputi obat-obat cacing (Anthelmintika), obat-obat pencahar
(Laksantif), dan Analgetika.Obat-obat antelmintik digunakan untuk membasmi
(mengeradikasi) atau mengurangi jumlah parasit-parasit cacing (helminth) dalam
saluran atau jaringan intestinal dalam tubuh.Sebagian besar antelmintik yang
digunakan saat ini aktif terhadap parasit-parasit tertentu dan sebagian bersifat
toksik.Oleh karenanya, parasit harus terlebih dahulu diidentifikasi sebelum
pengobatan dimulai, umumnya dengan jalan menemukan parasit, telur, atau larva
dalam kotoran, urine, darah, air liur, atau jaringan-jaringan tubuh inang
(pasien).Sebagian besar obat cacing diberikan secara oral yaitu pada saat makan atau
sesudah makan dan beberapa obat cacing perlu diberikan bersama pencahar.
Pencahar (laksansia) adalah zat-zat yang dapat mempercepat gerakan-gerakan
peristaltik di dalam usus sebagai refleks dari perangsangan langsung terhadap dinding
usus atau lebih singkatnya memudahkan perlintasan dan pengeluaran tinja dari kolon
dan rektum yang sering disebut dengan pembuangan air besar (defekasi). Pencahar
bermanfaat untuk konstipasi karena efek sampig obat untuk mengeluarkan parasit
(cacing) setelah pemberian antelmintik (obat cacing) atau untuk mengosongkan
saluran pencernaan ketika akan dilakukan tindakan pembedahan atau rontgen
(prosedur radiologi). Pengunaan pencahar sedapat mungkin dihindari kecuali kalau
tidak menggunakannya akan terjadi peningkatan keparahan, seperti pada angina (nyeri
jantung) atau meningkatnya resiko pendarahan di rectal pada penderita hemoroid.
Sedangkan Analgetika adalah obat yang mengurangi atau melenyapkan rasa
nyeri tanpa menghilangkan kesadaran. Obat penghalang nyeri (analgetik)
mempengaruhi proses pertama dengan mempertinggi ambang kesadaran akan
perasaan sakit, sedangkan narkotik menekan reaksi-reaksi psychis yang diakibatkan
oleh rangsangan sakit. Pada pengobatan rasa nyeri dengan analgetika, faktor-faktor
psikis turut berperan, misalnya kesabaran individu dan daya menerima nyeri dari si
pasien.Secara umum analgetika dibagi dalam dua golongan, yaitu analgesik non-
narkotinik atau analgesik non-opioid atau integumental analgesik (misalnya asetosal
dan parasetamol) dan analgetika narkotik atau analgesik opioid atau visceral analgesik
(misalnya morfin).Untuk mengenal lebih dalam mengenai Laksansia, Anthelmintika
dan Analgetika penulis akan menjabarkan informasi yang mengenai hal-hal tersebut
dalam makalah ini. (Katzung, 2004)
B. Rumusan Masalah
a. Apa sajakah pengertian obat Anthelmintika, obat pencahar, dan analgetika ?
b. Bagaimana penggolongan dari obat Anthelmintika, obat Pencahar, dan
analgetika?
c. Bagaimanakah indikasi, penggunaan, kontra indikasi, dan efek samping dari
penggunaan obat Anthelmintika, obat Pencahar, dan analgetika?
C. Tujuan Penulisan
a. Untuk mengetahui pengertian dari obat Anthelmintika, obat Pencahar, dan
analgetika.
b. Untuk mengetahui penggolongan dari obat Anthelmintika, obat Pencahar, dan
analgetika.
c. Untuk mengetahui indikasi, penggunaan, kontra indikasi, dan efek samping dari
penggunaan obat Anthelmintika, obat pencahar, dan analgetika.
D. Manfaat Penulisan
a. Dapat dengan mudah untuk memahami pengertian obat dan mekanisme kerja
obatnya
b. Kita bisa mengetahui lebih dalam lagi tentang obat Anthelmintika, obat Pencahar,
dan obat analgetikaserta efek samping yang didapatkan dari penggunaan obat-
obat tersebut.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Obat Cacing
A.1 Pengertian
Anthelmintika atau obat cacing adalah obat yang digunakan untuk
memberantas atau mengurangi cacing dalam lumen usus atau jaringan tubuh.
Sebagian besar obat cacing efektif terhadap satu macam kelompok cacing,
sehingga diperlukan diagnosis yang tepat sebelum menggunakan obat tertentu.
Infeksi oleh cacing merupakan salah satu penyakit yang paling umum tersebar
di dunia, di Indonesia termasuk penyakit rakyat yang umum dan sampai saat ini
diperkirakan masih cukup banyak anak-anak di Indonesia yang menderita infeksi
cacing sehingga pemerintah perlu mencanangkan pemberantasan cacing secara masal
dengan pemberian obat cacing kepada seluruh siswa sekolah dasar pada momen-
momen tertentu.
Penularan penyakit cacing umumnya terjadi melalui mulut, meskipun ada juga
yang melalui luka dikulit.Larva dan telur cacing ada di mana-mana di atas tanah,
terutama bila sistim pembuangan kotoran belum memenuhi syarat-syarat
hygiene.Gejala penyakit cacing sering kali tidak nyata. Umumnya merupakan
gangguan lambung usus seperti mulas, kejang-kejang kehilangan nafsu makanan pucat
(anemia) dan lain – lain.
Pencegahannya sebenarnya mudah sekali yaitu :
- Menjaga kebersihan baik tubuh maupun makanan
- Mengkomsumsi makanan yang telah di masak dengan benar (daging, ikan
dll)
- Mencuci tangan sebelum makanan.
A.2 Penggolongan
Obat cacing digolongkan berdasarkan khasiatnya terhadap jenis cacing yang
menginfeksi.Banyak obat cacing memiliki khasiat yang efektif terhadap satu atau dua
jenis cacing saja.Hanya beberapa obat saja yang memiliki khasiat terhadap lebih
banyak jenis cacing (broad spectrum) seperti mebendazol.
Mekanisme kerja obat cacing yaitu dengan menghambat proses penerusan
impuls neuromuskuler sehingga cacing dilumpuhkan. Mekanisme lainnya dengan
menghambat masuknya glukosa dan mempercepat penggunaan (glikogen) pada
cacing.
Dari sekian banyak jenis- jenis infeksi cacing yang dikenal, hanya sejumlah
kecil yang paling sering terjadi di Indonesia dan akan dibahas di bawah ini beserta
obat- obat yang terpilih untuk mengatasinya.
a) Cacing kremi (Oxyuris vermicularis)
Termasuk golongan cacing bulat, masa hidup cacing dewasa tidak lebih dari 6
minggu.Cacing betina menempatkan telurnya disekitar anus pada malam hari sehingga
menyebabkan rasa gatal.
Dengan garukan, telur cacing akan pindah ke tangan dan dapat tertelan
kembali .Cara penularan yang demikian disebut reauto infeksi. Obat yang sesuai
adalah mebendazol (obat pilihan untuk semua pasien di atas 2 tahun) dan piperazin.
b) Cacing gelang (Ascaris lumbricoides)
Termasuk cacing bulat yang dapat mencapai ukuran cukup besar dan cukup
berbahaya karena dapat keluar dari usus, menjalar ke organ-organ lain bila tidak
diobat dengan tepat.Obat pilihan yang paling efectif adalah levamisol.
c) Cacing pita (Taenia saginata/Taenia solium/Taenia lata)
Merupakan cacing pipih beruas-ruas, yang penularannya lewat daging yang
mengandung telur cacing pita karena kurang lama dimasak.Taenia saginata terdapat
dalam daging sapi, Taenia solium terdapat dalam daging babi, Taenia lata terdapat
dalam daging ikan.
Taenia sulit dibasmi karena kepala cacing yang memiliki semacam alat hisap
terhunjam dalam selaput lendir usus sehingga sulit kontak dengan obat dan segmen –
segmen (bagian tubuh cacing) yang telah rusak karena obat, dapat dilepaskan dan
cacing kemudian membuat segmen-segmen baru.Gejala yang tampak disamping
gangguan lambung usus adalah anemia .Obat yang paling banyak digunakan untuk
cacing pita adalah niklosamid dan prazikuantel.
d) Cacing tambang (Ankylostoma duodenale dan Necator Americanus)
Adalah dua macam cacing tambang yang menginfeksi manusia, penularannya
melalui Larva yang masuk ke dalam kulit kaki yang terluka cacing tambang hidup
pada usus halus bagian atas dan menghisap darah pada tempat dia menempelkan
dirinya di mukosa usus. Seperti cacing pita, cacing ini menyebabkan anemia karena
defisiensi besi. Pengobatan: mencakup pembasmian cacing sekaligus pengobatan
anemia. Mebendazol merupakan pilihan karena memiliki Spectrum luas dan efektif
terhadap cacing tambang.
e) Filaria
Ditularkan oleh Larva microfilaria dari cacing Wuchereria
bancrofti dan Brugia malaymelalui gigitan nyamuk culex. Microfilaria dari cacing
akan membendung getah bening pada kaki dan daerah sekitar kandung kemih
sehingga mengakibatkan daerah yang diserang menjadi bengkak dan besar sehingga
keadaan ini disebut elephantiasis.
f) Schistosoma
Adalah sebangsa cacing halus yang ditularkan oleh larva yang disebut
myracidium melalui kulit atau siput yang dimakan manusia. Schistosoma
hematobium dewasa hidup dalam vena saluran kemih sedangkan Schistosoma
mansonii hidup di vena kolon.Schistosoma japonicum tersebar lebih luas dalam
saluran cerna dan sistem porta. Gejala penyakit tergantung pada tempat yang terinfeksi
, bisa gatal – gatal, kulit kemerahan, diare berlendir, hematuria dan lain – lain. Obat
pilihan Frazikuantel efektif terhadap semua jenis schistosoma.
g) Cacing benang (Strongiloides stercularis)
Ditularkan melalui kulit oleh larva yang berbentuk benang dan hidup dalam
usus.Larva yang dihasilkan dapat menembus dinding usus dan menyusup ke jaringan,
menimbulkan siklus auto infeksi. Obat pilihan : Tiabendazol, obat alternatif :
albendazol. Invermectin merupakan obat alternatif yang paling efektif untuk infeksi
kronis.
A.3 Obat generik, indikasi, kontra indikasi dan efek samping
1. Mebendazol
Mebendazol merupakan obat cacing yang paling luas
spektrumnya.Obat ini tidak larut dalam air, tidak bersifat higroskopis sehingga
stabil dalam keadaan terbuka (Ganirwarna, 1995).Mebendazol adalah obat
cacing yang efektif terhadap cacing Toxocara canis, Toxocara cati, Toxascaris
leonina.Trichuris vulpis, Uncinaria stenocephala, Ancylostoma caninum,
Taenia pisiformis, Taenia hydatigena, Echinococcus
granulosus dan aeniaformis hydatigena (Tennant, 2002).Senyawa ini
merupakan turunan benzimidazol, obat ini berefek pada hambatan pemasukan
glukosa ke dalam cacing secara ireversibel sehingga terjadi pengosongan
glikogen dalam cacing.Mebendazol juga dapat menyebabkan kerusakan
struktur subseluler dan menghambat sekresi asetilkolinesterase cacing
(Ganirwarna, 1995). Nama kimia mebendazole yaitu methyl [(5-benzoyl-3H-
benzoimidazol-2-yl)amino]formate. Rumus kimia : C16H13N3O3
Indikasi : Infeksi tunggal maupun campuran yang disebabkan cacing
kremi, cacing tambang, cacing gelang, cacing cambuk.
Kontra indikasi : Kehamilan (efek teratogenik) dan ibu menyusui
Efek samping : Kadang-kadang sakit perut, diare, reaksi hipersensitiv
Peringatan : Tidak dianjurkan untuk anak di bawah 2 tahun, kadang-
kadang cacing askaris akan bermigrasi keluar melalui
hidung/ mulut selama pengobatan terutama pada anak dengan
infeksi berat.
Sediaan : Mebendazol (generik) tabl. 100 mg
2. Piperazin
Pada tahun 1950an piperazin diketahui mempunyai efek antinematoda
yang kuat.Semua derivate piperazin bersifat efektif dalam melumpuhkan
cacing akaris pada semua spesies ternak.Efektivitas derivate piperazin sendiri
tergantung dari piperazin basenya, hingga dosis masing-masing derivate juga
berbeda-beda.Diketahui, garam hexahidrat hanya mengandung 43%piperazin
base.Obat ini telah diketahui mempunyai efektivitas pada cacing jenis ascaris,
sedangkan untuk spesies cacing tambang hasilnya bisa tidak menentu.
Pemberian obat ini pada cacing pita sama sekali tidak efektif.
Piperazin
Indikasi : Cacing kremi dan cacing gelang
Kontra indikasi : Gangguan fungsi ginjal, epilepsi,kehamilan
Efek samping : Mual, muntah, kolik, diare
Peringatan : Tidak dianjurkan dipakai terus menerus pada anak-anak
(nefrotoksik)
Sediaan : Piperazin (generik) Sirup 1 gr/ 5 ml,
Tablet 300 mg, 500 mg
3. Pyrantel pamoat
Pirantel pamoat adalah obat cacing yang banyak digunakan saat ini.
Mungkin karena cara penggunaannya yang praktis, yaitu dosis tunggal,
sehingga disukai banyak orang. Selain itu khasiatnya pun cukup baik.
Pirantel pamoat dapat membasmi berbagai jenis cacing di usus.
Beberapa diantaranya adalah cacing tambang (Necator
americanus dan Ancylostoma duodenale), cacing gelang (Ascaris
lumbrocoides), dan cacing kremi (Enterobiusvermicularis) (MIMS,1998).
Cara kerja pirantel pamoat adalah dengan melumpuhkan cacing. Cacing
yang lumpuh akan mudah terbawa keluar bersama tinja. Setelah keluar dari
tubuh, cacing akan segera mati.
Pirantel pamoat dapat diminum dengan keadaan perut kosong, atau
diminum bersama makanan, susu atau jus. (Drugs.Com, 2007).Pemakaiannya
berupa dosis tunggal, yaitu hanya satu kali diminum.
Dosis biasanya dihitung per berat badan (BB), yaitu 10 mg / kgBB.
Walaupun demikian, dosis tidak boleh melebihi 1 gr (MIMS,1998). Sediaan
biasanya berupa sirup (250 mg/ml) atau tablet (125 mg /tablet). Bagi orang
yang mempunyai berat badan 50 kg misalnya, membutuhkan 500 mg pirantel.
Jadi jangan heran jika orang tersebut diresepkan 4 tablet pirantel (125 mg)
sekali minum.
Nama dagang pirantel pamoat yang beredar di Indonesia bermacam-
macam, ada Combantrin, Pantrin, Omegpantrin, dll.
Indikasi : Infeksi tunggal/ campuran cacing gelang, cacing kremi,
cacing tambang. Obat pilihan untuk cacing gelang dan kremi
Efek samping : Sangat jarang (sakit kepala, insomnia, mual, muntah, ruam
kulit)
Peringatan : Tidak untuk anak di bawah 2 tahun
Sediaan : Pyrantel Pamoat (generik)tablet 365 mg Suspensi 115 mg/5
ml
4. Dietil karbamazin
Indikasi : Filariasis
Kontra Indikasi : Penyakit hati, ginjal yang berat, kehamilan
Efek samping : Menyebabkan kambuhnya malaria, sakit kepala, pusing,
mual,muntah.
Sediaan : Dietil karbamazin (generik) tabl. 1000 mg.
5. Albendazol
Albendazol berkhasiat membasmi cacing di usus yang hidup sebagai
parasit tunggal atau majemuk. Albendazol efektif untuk pengobatan cacing
gelang (Ascaris lumbricoides), cacing cambuk (Trichuris trichiura), cacing
kremi (Enterobius vermicularis), cacing tambang (Ancylostoma duodenale dan
Necator americanus), cacing pita (Taenia sp.) dan Strongyloides stercoralis.
Indikasi : Terapi tambahan (sesudah operasi) untuk kista hidatid atau
obat primer strongiloides
Kontra Indikasi : kehamilan
Efek samping : Gangguan saluran cerna, sakit kepala, gangguan darah.
Sediaan : Albenazol (generik) tabl. 200 mg
B. OBAT-OBAT PENCAHAR
B.1 Pengertian
Pencahar (laksansia) adalah zat-zat yang dapat mempercepat gerakan-gerakan
peristaltik di dalam usus sebagai refleks dari perangsangan langsung terhadap dinding
usus atau lebih singkatnya memudahkan perlintasan dan pengeluaran tinja dari kolon
dan rektum yang sering disebut dengan pembuangan air besar (defekasi).
Pencahar bermanfaat untuk konstipasi karena efek samping obat untuk
mengeluarkan parasit (cacing) setelah pemberian antelmintik (obat cacing) atau untuk
mengosongkan saluran pencernaan ketika akan dilakukan tindakan pembedahan atau
rontgen (prosedur radiologi). Pengunaan pencahar sedapat mungkin dihindari kecuali
kalau tidak menggunakannya akan terjadi peningkatan keparahan, seperti pada angina
(nyeri jantung) atau meningkatnya resiko pendarahan di rectal pada penderita
hemoroid (Priyanto, 2010).
B.2 Penggunaannya
Konstipasi atau sembelit adalah keadaan dimana defekasi terhenti atau
berlangsung tidak lancar dan tidak teratur.Sembelit dapat disebabkan karena kurang
minum atau terlalu sedikit makan bahan makanan yang dapat memperbesar isi usus,
seperti pada serat-serat dalam sayur-mayur yang tidak dapat dicernakan
(selulosa).Juga ketegangan saraf dan emosi (“stress”) dapat mengakibatkan sembelit,
karena orang yang sedang menderita ketegangan demikian (misalnya marah atau
cemas) mengalami kejang pada ususnya.Pergerakan usus terhenti dan usus besar dapat
kesempatan untuk menyerap kembali terlalu banyak air dari isi usus, sehingga
defekasi terhenti.
Dahulu kala obat-obat pencahar banyak sekali digunakan terhadap segala jenis
penyakit dan yang paling terkenal adalah minyak kastor sebagai obat pencuci
perut.Ketika itu terutama anak-anak dngan segan diharuskan secara periodic minum
minyak kastor dengan tujuan untuk “memelihara kesehatan”.
Sembelit lebih banyak terjadi pada orang-orang yang berusia lanjut
dikarenakan kurangnya pergerakan badan, karena diet tertentu atau kurang minum.
Dalam hal ini kesulitan defekasi dapat diatasi dengan minum dua gelas air hangat
sebelum sarapan pagi.
Sembelit dapat pula timbul akibat efek samping dari penggunaan obat-obat
seperti atropine dan zat-zat parasimpatolitik, candu dan alkaloida-alkaloidanya serta
beberapa garam logam (bismuth, besi, dan kalsium).
Dalam keadaan konstipasi itulah digunakan obat-obat pencahar guna
menstimulir proses defekasi. Begitu pula pada peristiwa keracunan oral yang akut,
guna mengeluarkan zat racunnya dari tubuh segera mungkin, dalam hal ini digunakan
obat-obat pencahar yang bekerja terhadap usus kecil (golongan A,b) dan garam-garam
anorganik seperti magnesium dan natriumsulfat.
Minyak kastor dan garam inggris sering kali digunakan pada pasien-pasien
sebelum menjalani pembedahan atau untuk pemeriksaan dengan sinar Rontgen dari
saluran lambung-usus, kandung empedu, dan sebagainya.
Laksansia juga diberikan sebelum atau sesudah penggunaan obat cacing, untuk
mengekspose parait-parasit terhadap obat cacing atau untuk mengeluarkan cacing dan
sisa-sisa obat cacing jika diberikan sesudahnya.
B.3 Bahayanya
Banyak orang menganggap obat-obat pencahar sebagai obat yang tak
berbahaya dan boleh digunakan setiap waktu.Tetapi, sebenarnya penggunaan laksansia
kerapkali berbahaya.Pertama karena adsorpsi, bahan-bahan gizi di dalam usus kecil
terganggu.Sintesis vitamin-vitamin oleh bakteri di dalm usus besar (vitamin-vitamin K
dan B-kompleks) juga terhambat.Di samping itu mineral-mineral (kalium dan natrium)
yang penting bagi tubuh tidak diadsorpsi kembali dalam usus besar, sehingga dapat
menyebabkan kelemahan otot-otot.
Penggunaan laksansia sebaiknya digunakan pada waktu tertentu saja dan jika
misalnya diet yang dilakukan tidak memberikan hasil.Umumnya meminum laksansia
dulu yang dapat memperbesar isi usus atau melicinkan jalannya tinja.Baru setelah
obat-obat ini tidak memberikan hasil, maka dapat digunakan zat-zat kimia yang
merangsang peristaltik.
B.4 Kontra indikasi
Pada umumnya pemberian obat pencahar pada seeorang yng sedang menderita
nyeri di perut misalnya ileus, radang usus dan radang usus butu (appendicitis) harus
dihindari, begitu pula pada wanita hamil (bahaya keguguran).Garam inggries
(magnesium sulfat) tak boleh diberikan pada penderita penyakit kandung empedu
karena garam ini dapat menyebabkan kontraksi hebat dari organ tersebut.
B.5 Penggolongan
Dulu laksansia digolongkan menurut intensitas daripada efeknya, yakni dapat
menyebabkan defekasi yang lebih cair (melunakkan). Oleh karena itu, digolongkan
berdasarkan daya kerjanya dan meningkat : laksansia, katarktika, purgative, dan
drastika (Katzung, 2004). Namun lebih tepatnya bila penggolongan dilakukan atas
dasar mekanisme kerja dan sifat kimiawinya, yaitu :
a. Zat-zat perangsang dinding usus
b. Zat-zat pembesar isi usus
c. Zat-zat pelican
A. Zat-zat yang merangsang, yaitu zat-zat yang merangsang secara langsung pada
saluran usus, sehingga mempertinggi peristaltiknya dan mengakibatkan
pengeluaran isi usus dengan cepat. Laksansia dari golongan ini secara kimiawi
terdiri dari persenyawaan difenilmeton (fenolftalein dan bisakodil), dan antrakinon
(Senna, Cascara sagrada dan dioksiantrakinon atau danthron). Laksansia dari
golongan ini dapat pula dibagi dalam dua kelompok, sebagai berikut :
a. Obat-obat yang merangsang dinding usus besar antara lain yaitu tumbuh-
tumbuhan yang mengandung glikosida-glikosida(Cascara sagrada, Senna,
Rhei, dan Aloe), dioksiantrakinon, fenolftalein, bisakodil dan diasatin yang
semuanya terutama digunakan pada keadaan sembelit yang kronis. Zat-zat ini
merangsang dinding usus besar, sehingga pergerakan yang meneruskan
chymus sangat dipercepat.
b. Obat-obat yang merangsang dinding usus kecil, misalnya minyak kastor
dan kalomel.
Tumbuh-tumbuhan seperti Colocynthidis fructus, Podophylli rhizome, dan
Jalapae radix jarang digunakan lagi karena bersifat terlalu merangsang
(drastika). Obat-obat dari golongan ini semuanya mempercepat penerusan
bahan-bahan makanan di usus kecil, sehingga resorpsinya menurun
sekali.Karena obat-obat ini merugikan tubuh maka obat-obat tersebut tidak
cocok untuk dipergunakan pada keadaa sembelit yang kronis.Defekasi timbul
setelah 1-3 jam dan disertai pengeuaran banyak lender.
B. Zat-zat yang memperbesar isi usus
a. Karena menahan air (osmosis) di dalam usus (retensi air), yaitu garam-
garam magnesium sulfat/sitrat, natrium sulfat/fosfat dan sebagainya. Garam-
garam ini memiliki khasiat mencahar karena ion-ionnya lambat sekali
diadsorpsi oleh usus. Akibatnya air dari luar usus ditarik olehnya melalui
dinding ke dalam usus (proses osmosa). Air yang banyak ini merupakan suatu
rangsangan mekanik atas dinding usus yang mempertinggi kegiatan
peristaltiknya dan mengakibatkan pengeluaran isi usus yang telah menjadi cair
dengan sangat cepatnya. Dalam hal ini juga termasuk zat-zat khusus yang
digunakan untuk menimbulkan reflex defekasi di poros usus (rectum),
misalnya gliserol yang digunakan sebagai obat pompa (lavement).
b. Karena mengembang : zat zat lendir sebagai agar-agar, C.M.C. dan Tyose.
Khasiatnya juga berdasarkan retensi air, sedangkan zat-zatnya sendiri tidak
diserap. Keuntungan dari zat-zat lender adalah sifatnya yang melindungi
dinding usus terhadap rangsangan-rangsangan kimiawi walaupun rangsangan-
rangsangan mekanik tetap terpelihara. Inilah sebabnya mengapa zat-zat ini
tidak dapat digunakan serentak dengan laksansia kimia lainnya (misalnya
persenyawaan antrakinon) karena dalam prosesnya sering dihambat olehnya.
c. Karena tidak dicernakan, sayur-mayur, buah-buahan yang mengandung
banyak serat (sisa-sisa selulosa), yang tak dapat dicernakan usus.
C. Zat-zat pelicin, yang mempermudah defekasi karena memperlunak tinja
(emulsifikasi) dan melicinkan jalannya, misalnya paraffin cair.
Kelompok ini termasuk suppositoria dengan gliserin, laksansia yang diberikan
melalui liang dubur atau enema dengan larutan sabun atau minyak mineral dan zat-
zat dengan aktivitas permukaan (detergensia) sebagai
dioktilnatriumsulfosuksinat(Colace, Mead Johnson) untuk melunakkan tinja.
B.6 Zat-zat lainnya
1. Tumbuh-tumbuhan yang mengandung glikosida-glikosida antrakinon
Laksansia ini juga dinamakan pencahar-pencahar emodin, dan hanya
bekerja terhadap usus besar. Proses pencahar diperlambat oleh waktu antara
adsorpsi dan pelepasan zat-zat aktifnya dari ikatan glikosida. Maka efek dari
obat-obat pencahar ini baru tampak setelah kira-kira enam jam bahkan setelah
24 jam.
Penting untuk diketahui bahwa zat-zat ktif dari pencahar-pencahar
emodin ini antara lain dikeluarkan oleh tubuh di dalam air susu sehingga dapat
mempengaruhi bayi. Begitu pula setelah penggunaan Senna dan Rhei radix,
maka ginjal akan mengeluarkan asam-krisofan yang memberikan warna
kuning-coklat kepada air seni yang bersifat asam, dan warna merah-ungu
kepada air seni yang bereaksi alkalis.
a. Rhamni frangulae Cortex dan Rhamni purshianae Cortex (Cascara sagrada)
Kulit-kulit pohon dan kulit-kulit dahan ini diperoleh dari pohon-pohon
Rhamnus frangula (di Eropa) dan Rhamnus purshiana (di Amerika Utara)
dan mengandung glikosida-glikosida dari frangulaemodin.Biasanya
digunakan sebagai obat godokan (decoctum) atau seagai ekstrak cair atau
kering.
Dosis : 1-2 gram kulit pohon
b. Sennae Foliolum
Daun-daun yang diperoleh dari pohon Cassia angustifoia.Sebagai zat-
zat aktif terpenting yang berada dalam tumbuhan ini antara lain ditemukan
oleh Stoll c.s. (1949) dua persenyawaan glikosida isomer :sennosida A dan
B.
Dengan kemungkinan timbulnya efek-efek samping yang berupa
kejang-kejang dan sakit peut karena adanya persenyawaan anthranol bebas
(tidak terikat sebagai glikosida) yang dapat diresorpsi dalam usus kecil,
maka suatu cara kerja tertentu harus diperhatikan dalam pembuatan suatu
sediaan daun Sennae, yakni Infusum Sennae Compositum.Dalam bentuk
serbuk daun Senna digunakan dalam Pulvis Liquiritae composites.Dari
pohon-pohon Casia angustifolia dan Cassia acutifolia juga kacangnya
(Sennae folliculum) dapat digunakan sebagai obat pencahar yang jarang
menimbulkan efek samping kejang-kejang.
c. Rhei Radix
Adalah akar tinggal dari tumbuhan Rheum palmatum (kelembak), yang
asalnya dari R.R.C., dan merupakan suatu obat pencahar yang baik sekali
dan dapat diberikan sebagai bubuk (2-5 gram sehari), sebagai Extractum
Rhei dan Sirupus Rhei (compositus).
d. Aloe
Adalah getah yang dikeringkan dari daun-daun yang diperoleh dari
pelbagai jenis tumbuhan Aloe (Aloe vera), yang terutama terdapat di
Afrika, India Barat dan Indonesia (lidh buaya). Aloe antara lain
mengandung suatu glikosida, aloin yang di dalam usus dihidrolisa menjadi
suatu persenyawaan antrakinon, yang bersifat mencahar. Obat ini
merupakan suatu pencahar yang paling merangsang dari pencahar-pencahar
emodin lainnya dan dapat menyebabkan kejang-kejang perut.Dosis yang
berlebih-lebihan dapat menimbulkan radang ginjal (nefritis).
Dosis : oral, Aloe 50-300 mg ; Aloin 15 mg ; ekstrak Aloe 50-200 mg.
2. Dantron : dioksiantrakinon, Istizin (Bayer)
Persenyawaan sintesis yang jauh kurang aktif daripada glikosida-
glikosida yang telah diuraikan di atas.
Efek sampingnya yang terpenting adalah kejang-kejang.
Dosis : 150-600 mg sekaligus setelah makan malam.
3. Fenolftalein
Suatu serbuk putih kekuning-kuningan, sukar melarut dalam air, tidak
mempunyai rasa dan tidak berbu, sehingga merupakan suatu obat pencahar
yang dapat digunakan dengan baik.Terkadang dapat menimbulkan reaksi
kepekaan pada kulit.
Di dalam usus kecil persenyawaan ini dilarutkan oleh garam-garam dan
empedu; sifat mencaharnya berdasarkan rangsangan terhadap usus
besar.Fenolftalein bekerja berdasarkan rangsangan terhadap usus
besar.Fenolftalein bekerja 4-8 jam setelah pemberiannya tanpa menyebabkan
rasa sakit perut atau kejang-kejang.
Dosis: oral 100-200 mg, diberikan pada malam hari sebelum tidur.
4. Oksifenisatin : diasatin, Isacen (Roche)
Defekasi terjadi setelah kira-kira 8 jam. Karena berefek samping pada
hati (icterus) jika dalam penggunaan lama, maka kini di beberapa Negara tidak
diedarkan lagi antara lain negeri Belanda.
Dosis: oral 5-20 mg
5. Bisakodyl : Dulcolax (Boehr.)
Zat ini merupakan laksans-kontak yang bekerja langsung terhadap
dinding usus besar dengan memperkuat peristaltiknya.Dalam usus halus
diresorpsi sampai 50% dan setelah desasetilasi dalam hati sebagian dikeluarkan
dengan empedu dan mengalami siklus enteroheptik; metabolit ini juga aktif.
Sisanya diekskresi melalui ginjal. Bagian yang tak diresorpsi melakukan
khasiatnya terhadap dinding usus. Karena resorpsi tidak digunakan dan tidak
akan membebankan hati, maka tablet diberikan enteric coating tahan-asam
yang bereaksi dibagian bawah usus halus; dengan demikian resorpsi dibatasi
sampai jumlah yang kecil saja. Defekasi terjadi setelah lebih kurang 7 jam,
pada penggunaan rectal setelah kurang lebih 30 menit.Laksans yang aman ini
banyak digunakan.
Efek sampingnya jarang terjadi dan berupa kejang-kejang di perut,
secara rectal dapat merangsang selaput lender rektum.Tidak boleh digunakan
bersama zat-zat yang bereaksi alkalis.
Dosis: sebelum tidur 1-2 drag dari 5 mg (utuh), suppositoria 10 mg (asetat)
pada pagi hari.
Natriumpikosulfat(Laxoberon, Boehr.) adalah derivate-sulfat dengan
khasiat dan sifat-sifat yang sama. Zat ini baru aktif setelah dihidrolisa
oleh enzim-enzim didalam coccum (usus buntu) menjadi metabolit-
metabolitnya. Resorpsinya dari usus halus dan dikeluarkan sebagai
glukuronidanya melalui ginjal.
Dosis: malam hari sebelum tidur 5-10 mg, anak-anak 4-6 tahun 2,5-5
mg
6. Laktulosa : Duphalac (Ph.D.)
Disaccharida sintesis ini terdiri dari 1 molekul fruktosa dan 1 molekul
galaktosa dan dalam usus halus tidak dihidrolisa karena tidak terdapat enzim
yang tepat, maka tidak diresorpsi juga. Baru pada usus besar diuraikan oleh
bakteri-bakteri tertentu, antara lain Lactobacillus, menghasilkan asam-asam
asetat dan laktat. Asam-asam organik ini menstimulir peristaltik dan disamping
itu juga menahan air dengan jalan osmosis, hingga tinja menjadi lunak.
Efek sampingnya berupa perut kembung dan banyak gas, terutama
selama hari-hari pertama, jika overdosis terjadi nyeri perut dan diarrhea.
Dosis: pemula 15-30 gr larutan 50% (pagi hari), dosis pemeliharaan 5-15 g
7. Minyak kastor: Oleum Ricini, minyak jarak
Diperoleh dari biji pohon jarak (Ricinus communis) dan mengandung
trigliserida dari asam risinolat, suatu asam lemak tidak jenuh.
Dosis: orang dewasa oral 15-30 ml; anak-anak 4-15 ml.
8. Kalomel (F.I.) : merkurolorida; Hg2Cl2
Kalomel adalah suatu persenyawaan raksa yang sangat sukar larut
dalam air.Maka zat ini melewati lambung tanpa perubahan apapun, dan baru di
dalam usus sebagian kecil dari ion-ion merkuri.Ion-ion ini yang dapat larut dan
sangat beracun, merangsang saluran usus dan memperkuat peristaltiknya
sehingga mempercepat defekasi.
Bersamaan dengan ini, kalomel yang berlebihan juga dikeluarkan dari
usus. Keracunan dapat terjadi jika persenyawaan ini, yang sendirinya tidak
beracun, oleh satu dan lain sebab tertinggal terlalu lama dalam tubuh, sehingga
pengubahan menjadi ion-ion merkuri yang sangat beracun itu berlangsung
terus.
Guna mencegah bahaya ini dan mengeluarkan sisa kalomel, mala
biasanya diberikan pula obat pencahar lain (garam inggries). Berhubung
bahaya keracunan ini, maka kalomel yang dahulu sangat popular sebagai obat
pencahar, sekarang eringkali diganti oleh obat-obat pencahar yang lebih aman
dan sama efektifnya.
Dosis: oral 15-50 mg sekaligus
9. Garam-garam anorganik
a. Magnesiumsufat :MgSO4.7H2O;garam inggries, garam Epsom.
Dosis : 15-30 g sekaligus
b. Magnesiumsitrat
Sediaan-sediaan :Magnesii citras effervescens; Mixtura Magnesii Citratis
(Limonade purgative).
c. Natriumsulfat: Na2SO4.10H2O; garam Glauber.
Dosis: 15 g dalam 150-500 ml air.
Dosis yang lebih besar dapat mengakibatkan muntah-muntah
d. Natriumfosfat: dinatriumfosfat.
Dosis: 10-30 g
10. Zat-zat yang mengembang
a. Agar-agar
Terutama terdiri dari hemiselulosa yang tak dapat dicernakan.
Dosis: 10-40 g
b. Metilselulosa: Tylose (Kalle), Methocel (Dow)
Dosis: 2-5 g
c. Karboksimetilselulosa (C.M.C.)
Dipergunakan sebagai garam natriumnya
Daya viskositasnya tergantung daripada type-nya. Persenyawaan semi-
sintesis ini di dalam tubuh sama sekali tak bereaksi (indifferen).
d. Psyllium atau Plantago
Benih-benih ini diperoleh dari pelbagai jenis tumbuhan Plantago, yang
mengandung zat lender (mucilage) dalam jumlah besar dan dapat
membentuk suatu gel jika bersentuhan dengan air.
Dosis: 1-3 kali sehari 4-10 g dalam air
Metamucil powder (Searle) di samping psyllium, juga mengandung
dektrosa sebagai penyebar.
11. Parafinum cair: Paraffinum liquidum (spissum), white mineral oi, liquid
petrolatum, Agarol (Substantia)
Terdiri atas campuran persenyawaan-persenyawaan hidrokarbon cair
yang diperoleh dari minyak bumi.Zat ini tak dicernakan dalam saluran
lambung-usus dan diabsorpsi dalam jumlah yang sedikit.
Kerugian dari paraffin cair adalah sifatnya yang mengurangi absorpsi oleh
tubuh dari vitamin-vitamin yang larut dalam lemak, sehingga penggunaanya
tidak baik untuk jangka waktu yang lama.
Dosis: oral 15-45ml, diberikan pada malam hari sebelum tidur
C. ANALGETIKA
C.1 Pengertian
Analgetika atau obat penghilang nyeri adalah zat-zat yang mengurangi atau
menghalau rasa nyeri tanpa menghilangkan kesadaran (perbedaan dengan anestetika
umum) (Tjay, 2007).
Nyeri adalah perasaan sensoris dan emosional yang tidak nyaman, berkaitan
dengan (ancaman) kerusakan jaringan.keadaan psikis sangat mempengaruhi nyeri,
misalnya emosi dapat menimbulkan sakit (kepala) atau memperhebatnya, tetapi dapat
pula menghindarkan sensasi rangsangan nyeri. nyeri merupakan suatu perasaan
seubjektif pribadi dan ambang toleransi nyeri berbeda-beda bagi setiap orang. batas
nyeri untuksuhu adalah konstan, yakni pada 44o-45oC (Tjay, 2007).
Ambang nyeri didefinisikan sebagai tingkat (level) pada mana nyeri dirasakan
untuk pertama kalinya. Dengan kata lain, intensitas rangsangan yang terendah saat
orang merasakan nyeri. Untuk setiap orang ambang nyerinya adalah konstan (Tjay,
2007).
Rasa nyeri dalam kebanyakan hal hanya merupakan suatu gejala yang
berfungsi melindungi tubuh.Nyeri harus dianggap sebagai isyarat bahaya tentang
adanya ganguan di jaringan, seperti peradangan, infeksi jasad renik, atau kejang
otot.Nyeri yang disebabkan oleh rangsangan mekanis, kimiawi atau fisis dapat
menimbulkan kerusakan pada jaringan.Rangsangan tersebut memicu pelepasan zat-zat
tertentu yang disebut mediator nyeri. Mediator nyeri antara lain dapat mengakibatkan
reaksi 2 radang dan kejang-kejang yang mengaktivasi reseptor nyeri di ujung saraf
bebas di kulit, mukosa dan jaringan lain. Nocireseptor ini terdapat diseluruh jaringan
dan organ tubuh, kecuali di SSP. Dari sini rangsangan di salurkan ke otak melalui
jaringan lebat dari tajuk-tajuk neuron dengan amat benyak sinaps via sumsumtulang
belakang, sumsum lanjutan, dan otak tengah.Dari thalamus impuls kemudian
diteruskan ke pusat nyeri di otak besar, dimana impuls dirasakan sebagai nyeri (Tjay,
2007).
C.2 Pengelompokan Anelgetika
Atas dasar kerja farmakologisnya, analgetika dibagi dalam dua kelompok
besar, yakni:
1. Analgetika perifer (non-narkotik), yang terdiri dari obat-obat yang tidak
bersifat narkotik dan tidak bekerja sentral. Analgetika antiradang termasuk
jenis ini.Secara kimiawi analgetika perifer dapat dibagi dalam beberapa
kelompok, yakni:
a. parasetamol
b. salisilat: astosal, salisilamida,dan benorilat
c. penghambat prostaglandin (nsaid): ibuprofen, dll
d. derivat-antranilat: mefenaminat, glafenin
e. derivat-pirazolinon: propifenazon, isopropilaminofenazon dan
metamizol
f. lainnya: benzidamin (tantum)
Co-analgetika adalah obat yang khasiat dan indikasi utamanya
bukanlah menghalau nyeri,misalnya antidepresiva trisiklis (amitripilin)
dan antiepileptika(karbamazepin, pregabalin, fenytoin, valproat). Obat-obat
ini digunakan tunggal atau terkombinasi dengan analgetika lain pada
keadaan-keadaan tertentu, seperti pada nyeri neuropatis.
Obat-obat ini mampu meringankan atau menghilangkan rasa nyeri
tanpa mempengaruhi SSP atau menurunkan kesadaran, juga tidak
menimbulkan ketagihan.Kebanyakan zat ini juga berdaya antipiretis dan
atau antiradang.Oleh karena itu tidak hanya digunakan sebagai obat
antinyeri, melainkan juga pada demam (infeksi virus/kuman, pilek) dan
peradangan seperti rema dan encok. Obat-obat ini banyak diberikan
untuk nyeri ringan atau sedang, yang penyebabnya beraneka ragam,
misalnya nyeri kepala, gigi, otot atau sendi (rema,encok), prut, haid
(dysmenorroe), nyeri akibat benturan atau kecelakaan (trauma).
Daya antipiretisnya berdasarkan rangsangan terhadap pusat pengtu
kalorhypothalamus yang mengakibatkan vasodilatasi perifer (di kulit)
dengan bertambahnya pengeluaran kalor yang disetai keluarnya banyak
keringat.
Daya antiradang (antiflogistis) kebanyakan analgetika memiliki daya
antiradang khususnya kelompok besar dari zat-zat penghambat
(NSAIDs, termasuk asetosal), begitu pula benzidamin.Zat-zat ini banyak
digunakan untuk rasa nyeri yang disertai peradangan.
Kombinasi dari dua atau lebih analgetika sering kali digunakan karena
terjadi efekpotensiasI Lagi pula efek sampingnya yang berlainan, dapat
berkurang karena dosis dari masing-masing komponenya dapat
diturunkan.Kombinasi analgetika dengan kofein dan kodein sring kali
digunakan khususnya dalam sediaan dngan parasetamol dan asetosal.
Efek sampingnya yang paling umum adalah gangguan lambung-usus,
kerusakan darah, kerusakan hati dan ginjal, dan juga reaksi alergi
kulit.Efek-efek samping ini terutama terjadi pada penggunaan lama atau
dalam dosis tinggi.Oleh karena itu penggunaan analgetika scara kontinu
tidak dianjurkan.Interaksi analgetikamemperkuat efek antikoagulansia,
kecuali parasetamol dan glafenin.Kedua obat ini pada dosis biasa dapat
dikombinasi dengan aman untuk waktu maksimal dua minggu.hanya
parasetamol yang dianggap aman bagi wanita hamil dan menyusui,
walaupun dapat mencapai air susu. Asetosal dan salisilat, NSAIDs dan
metamizol dapat mengganggu perkembangan janin,sebaiknya dihindari.
Dari aminofenazon belum terdapat cukup data.
Zat-zat yang Terkandung
1. Aminofenazon : Aminopyrin, Pyramidon
Derivat-pirazolinon ini berkhasiat untuk analgetis,
antipiretis dan antiradang. Resorpsinya di usus cepat, mulai kerjanya
sesudah 30-45 menit.Bila timbul borok-borok kecil, di mulut, nyeri
tenggorokkan atau demam (tanda-tanda agranulositosis) pengobatan
harus segera dihentikan.
a. Isopropilaminofenazon (isopirin, *Pehazon,*Migran) adalah derivat-
aminopirin dengan khasiat yang sama,disamping itu zat ini
juga berdaya sedatifdan pada dosis tinggi berdaya hipnotis.
b. Fenazon (antipirin) adalah senyawa induk dari obat-obat tersebut di
atas tanpa khasiat antiradang. Karena berkhasiat lebih lemah dan
lebih sering menimbulkan reaksi kulit, obat ini kini praktis sudah di
tinggalkan.adakalanya fenazon masih digunakan dalam obat kumur
pada nyeri tenggorokan, berdasarkan efek lokal-anestetis (lemah)
dan kerja vasokonstriksinya.
c. Propifenazon (propilantipirin, *Saridon) adalah derivat fenazon
tanpa daya antiradang dengan sifat sama. Resiko agranulositosis
lebih ringan.
d. Metamizol (antalgin, dipiron, novaminsulfon, metampiron, *Dolo
Neurobion, Novalgin, *Unagen) adalah derivat-sulfonat dari
aminofenazonyang larut dalam air. Khasiat dan efek sampingnya
adalah sama. Obat ini sering dikombinasi dengan obot-obat lain.
Obat ini dapat secara mendadak dan tak terduga menimbulkan
kelainan darah yang ada kalanya fatal.
2. Asam asetilsalisilat: Asetosal, Aspirin, Cafenol, Naspro
Asetosal adalah obat anti nyeri tertua yang paling banyak
digunakan diseluruh dunia.Zat ini berkhasiat anti-demam kuatdan pada
dosis rendah sekali berdaya menghambat agregasi trombosit. pada
dosis lebih besar darinormal obat ini juga berkhasiat antiradang akibat
gagalnya sintesa prostaglandin.
Selain merupakan analgetikum asetosal dewasa ini banyak
digunakan sebagai alternatif dari antikoagulansia untuk obat pencegah
infark kedua setelah terjadi serangan.Hal ini berkat daya
antitrombotisnya.Obat inijuga efektif untuk prokfilaksis serangan
stroke kedua setelah menderita TIA (serangan kekurangan darah
sementara di otak), terutama pada pria.
Efek samping yang paling sering terjadi berupa iritasi mukosa
lambung dengan resiko tukak lambung dan perdarahan samar. Selain
itu juga, asetosal menimbulkan efek spesifik, seperti reaksi alergi
kulit dan tinnitus.Efek yang lebih serius adalah kejang-kejang bronchi
hebat, yang pada pasien asma dapat menimbulkanserangan, walaupun
dalam dosis rendah. Anak-anak kecil yang menderita cacar air atau
flu/selesma sebaiknya jangan diberikan asetosal (melainkan
parasetamol) karena beresikoterkena Sindroma Rye yang
berbahaya.Sindroma ini bercirikan muntah hebat, termangu-mangu,
gangguan pernapasan, konvulsi dan adakalanya koma.Wanita hamil
tidak dianjurkan menggunakan asetosal dalam dosis tinggi terutama
pada triwulan terakhir dan sebelmum persalinan karena lama kehamilan
dan persalinan dapat diperpanjang juga kecenderungan perdarahan
meningkat. Kendati masuk ke dalam air susu,ibu dapat menggunakan
asetosalselama laktasi, tetapi sebaiknya secara insidentil.
a. Diflunsial (Diflonid, Dolocid) adalah derivat-difluorfenil dengan
khasiatnyaanalgetis, antiradang, dan urikosuris (mengeluarkan asam
urat). jarang mengakibatkan pendarahan lambung-usus.
b. Benorilat (Bentu, Benortan) adalah ester-asetosal dengan
parasetamol. Setelah resorpsi segera dihidrolisa menjadi asam
salisilat dan parastamol.Gangguan lambung-usus lebih jarang terjadi
dibanding dengan asetosal.
c. Salisilamida (Salimid, *Neozep, *Refagan) adalah derivat-salisilat
dengan khasiat lebih lemah disemua bidang. Efeknya kurang dapat
dipercaya.Di dinding-usus mengalami FPE besar, sehingga dosisnya
harus tinggi. Zat ini sering mengganggu pencernanan, perdarahan
samar jantung timbul dibandingkan dengan asetosal.
d. Natriumsalisilat (*Nephrolit, Enterosalicyl) lebih lemah khasiatnya
dibanding kan dengan asetosal. Efek sampingnya lebih kurang sama,
kecuali tidak menghambatagregasi trombosit.
e. Metilsalisilat (Wintergreen oil, *Sloan’s liniment) adalah cairan
dengan bau khas yang diperoleh dari daun dan akar tumbuhan akar
wangi. Metilasilat diresorpsi baik oleh kulit dan banyak digunakan
dalam obat gososk dan krem untuk nyeri otot, sendi, dll.
3. Fenilbutazon Butazolidin (*New Skelan, *Pehazone/Forte) adalah
derivat-pyrazolidin yang khasiatnya sebagai antiradang lebih kuat
daripada analgetisnya. Efek sampingnya serius terhadap darah dan
lambung.
4. Glafenin (Glaphen, Glifanan) adalah suatu derivat-aminokinolin
(seperti obat rema klorokuin). Pada dosis biasa obat ini tidak berdaya
antipiretis atau antiradang; potensi kerja analgetisnya dapat disamakan
dengan asetosal. Repsorpsinya diusus cepat; didalam hati zat ini
dirombak menjadi asam glafeninat, yang mungkin berperan utama bagi
efek anti nyerinya. Efek sampingnya adalah gangguan lambung-usus,
rasa kantuk dan pusing. Yang lebih serius adalah reaksi anafilaktis,
kerusakan hati dan anemia hemolitis, yang adakalanya berakibat fatal.
5. Parasetamol (Asetaminofen, Panadol, Tylenol, Tempra, *Nipe) adalah
derivat-asetanilida. Khasiatnya analgetis dan antipiretis tetapi tidak
antiradang. Efek samping tak jarang terjadi, antara lain reaksi
hipersensitivitas dan kelainan darah . Wanita hamil dapat menggunakan
parasetamol dengan aman, juga selama laktasi walaupun mencapai air
susu ibu.
6. Tramadol (Tramal, Theradol) analgetikum opiat ini tidak menekan
pernapasan dan tidak mempengaruhi sistem kardiovaskuler dan
mobilitas lambung-usus. Obat ini digunakan untuk nyeri tidak
terlampau hebat bila kombinasi parasetamol-kodein dan NSAIDs
kurang efektif atau tidak dapat digunakan.
2. Analgetika narkotik khusus digunakan untuk menghalau rasa nyeri hebat,
seperti pada fractura hebat dan kanker.
Analgetika narkotik, kini disebut juga opioida ( = mirip opiati) adalah
obat-obat yang daya kerjanya meniru (mimic) opioid endogen dengan
memperpanjang aktivasi dari reseptor-reseptor opioid (biasanya µ-
reseptor). Zat-zat ini bekerja terhadap reseptor opioid khas di SSP, hingga
persepsi nyeri dan respons emosional terhadap nyeri berubah
(dikurangi).Daya kerjanya diantagonir oleh a.1.nalokson. Minimal ada 4
jenis reseptor, yang pengikatan padanya menimbulkan analgesia. Tubuh
dapat mensintesa zat-zat opioidnya sendiri, yakni zat-zat endorfin,yang
juga bekerja melalui reseptor opioid tersebut.
Endorfin (morfin endogen) adalah kelompok polipeptoda yang terdapat
di CCS dan dapat menimbulkan efek yang menyerupai efek morfin.Zat-zat
ini dapat dibedakan antara β-endorfin,
dynorfin dan enkefalin (Yun. Enkephalos = otak), yang menduduki
reseptor-reseptor berlainan. Secara kimiawi zat-zat ini berkaitan dengan
hormon-hormon hipofisis dan berdaya menstimulasi pelepasan
dari kortikotropin(ACTH), juga dari somatropin dan prolaktin. Sebaliknya,
pelepasan LH dan FSH dihambat oleh zat-zat ini. β-endorfin pada hewan
berkhasiat menekan pernapasan, menurunkan suhu
tubuh dan menimbulkan ketagihan. Lagi pula berdaya analgetik kuat,
dalam arti tidak mengubah persepsi nyeri, melainkan memperbaiki
“penerimaannya”. Rangsangan listrik dari bagian-bagian tertentu otak
mengakibatkan peningkatan kadar endorfin dalam CCS. Mungkin hal ini
menjelaskan efek analgesia yang timbul selama elektrostimulasi pada
akupunturatau pada stress, misalnya pada cedera hebat.Peristiwa efek
plasebo juga dihubungkan dengan endorfin.
Penggolongan
Atas dasar cara kerjanya, obat-obat ini dapat dibagi dalam 3 kelompok,
yakni :
Agonis opiat, yang dapat dibagi dalam
Alkaloida candu : morfin, kodein, heroin, nikomorfin
Zat-zat sintetis : metadon dan derivat (dekstromoramida,
propoksiten, bezitramida), petidin dan derivatnya (fentanil,
sufentanil ) dan tramadol.
Cara kerja obat-obat ini sama dengan morfin, hanya berlainan
mengenai potensi dan lama kerjanya, efek samping dan risiko akan
kebiasaan dengan ketergantungan fisik.
Antagonis opiat : nalokson, nalofin, fentazosin dan buprenofin
(Temgesic). Bila digunakan sebagai analgetikum, obat-obat ini dapat
menduduki salah satu reseptor.
Campuran : nalorfin, nalbufin (nubain). Zat-zat ini dengan kerja
campuran juga mengikat pada reseptor opioid, tetapi tidak atau hanya
sedikit mengaktivasi daya kerjanya.Kurva dosis/efeknya memperlihatkan
plafon, sesudah dosis tertentu peningkatan dosis tidak memperbesar lagi
efek analgetiknya.Praktis tidak menimbulkan depresi pernapasan.
Potensi analgetik
Khasiat analgetik dari morfin oral 30-60 mg dapat disamakan dengan
dekstromoramida 5-10 mg, metadon 20 mg, dekstropropoksifen 100 mg,
tramadol 120 mg, pentazosin 100/180 mg dan kodein 200 mg.
Khasiat analgetik dari morfin subkutan/ i.m 10 mg adalah kurang lebih
ekivalen dengan fentanil 0,1 mg, heroin 5 mg, metadon 10 mg, nalfubin 10
mg, petidin 75/100 mg, pentazosin 30/60 mg dan tramadol 100 mg.
Undang-undang narkotika. Dikebanyakan negara, beberapa unsur dari
kelompok obat ini, seperti propoksifen, pentazosin, dan tramadol tidak
termasuk dalam Undang-undang narkotika karena bahaya kebiasaan dan
adikisnya ringan sekali.Namun penggunaannya untuk jangka waktu lama
tidak di anjurkan.Sejak tahun 1978 sediaan-sediaan dengan kandungan
propoksifen di atas 135 mg di negeri Belanda dimasukkan dalam opiumwat
(Undang-undang opiat).
Mekanisme kerja
Endorfin bekerja dengan jalan meduduki reseptor-reseptor nyeri
di SSP, hingga perasaan nyeri dapat diblokir.Khasiat analgetik opiopida
berdasarkan kemampuannya untuk menduduki sisa-sisa reseptor nyeri
yang belum ditempati endorfin.Tetapi bila analgetika tersebut
digunakan terus-menerus, pembentukanreseptor-reseptor
baru distimulasi dan diproduksi endorfin di ujung saraf otak.Akibatnya
terjadilah kebiasaan dan ketagihan.
Penggunaan
Rasa nyeri hebat (seperti pada kanker).Ada banyak penyakit
yang disertai rasa nyeri, yang terkenal adalah influenza dan kejang-
kejang (pada otot atau organ), artrose dan renal (pada sendi) dan
migrain.Untuk gangguan-gangguan ini tersedia obat-obat khasiat
(parasetamol, NSAID’s, sumatriptan) tetapi yang paling hebat dan
mencemaskan adalah rasa sakit pada kanker, walaupun sebetulnya
hanya k.1.dua per tiga dari penderita yang mengalaminya. Begitu pula
hanya k.1.70% disebabkan langsung oleh penyakit ganas ini, diluar ini
perasaan sakit memiliki etiologi lain, misalnya artritis. Oleh karena itu
prinsip untuk menghilangkan atau mengurangi rasa sakit berupa
penelitian dengan saksama penyebabnya, obat-obat apa yang layak
digunakan sesuai tangga analgetika dan memantaunya secara periodik
untuk mendapatkan cara pengendalian rasa sakit yang optimal.
Rasa sakit merupakan suatu pengalaman yang rumit dan unik
untuk tiap individu yang juga dipengaruhi oleh faktor-faktor
psikososial dan spiritual dari yang bersangkutan.Oleh karena itu untuk
kasus-kasus perasaan nyeri yang tidak/sukar terkendalikan adalah
penting untuk memperhitungkan faktor-faktor tersebut.
BAB III
PENUTUP
A. Simpulan
1. Anthelmintika atau obat cacing adalah obat yang digunakan untuk memberantas
atau mengurangi cacing dalam lumen usus atau jaringan tubuh.
2. Cara pencegahannya dari penyakit cacing diantaranya yaitu :
- Menjaga kebersihan baik tubuh maupun makanan
- Mengkomsumsi makanan yang telah di masak dengan benar (daging, ikan
dll)
- Mencuci tangan sebelum makanan.
3. Beberapa obat cacing yang efektif dalam penggunaannya adalah mebendazol,
piperazin, pyrantel pamoat,dietil karbamanzil, albendazol.
4. Pencahar (laksansia) adalah zat-zat yang dapat memudahkan perlintasan dan
pengeluaran tinja dari kolon dan rektum yang sering disebut dengan pembuangan
air besar (defekasi).
5. Penggolongan obat pencahar dibagi menjadi 3 yaitu :
a. Zat-zat perangsang dinding usus
b. Zat-zat pembesar isi usus
c. Zat-zat pelicin
6. Analgetika atau obat penghilang nyeri adalah zat-zat yang mengurangi atau
menghalau rasa nyeri tanpa menghilangkan kesadaran (perbedaan dengan
anestetika umum).
7. Atas dasar kerja farmakologisnya, analgetika dibagi dalam dua kelompok besar,
yakni:
a. Analgetika perifer
b. Analgetika narkotika
B. Saran
1. Pembaca diharapkan selalu menjaga kebersihan diri dan makanan.
2. Pembaca diharapkan selalu menjaga kesehatan dengan memperhatikan makanan
dan menjaga daya tahan tubuh agar selalu terhindar dari penyakit.
3. Pembaca diharapkan selalu memperhatikan dosis obat yang diberikan dan tidak
menggunakan obat – obatan secara terus – menerus.
DAFTAR PUSTAKA
Katzung BG.2004.Basic and Clinical Pharmacology, ninth (international) editions.
Singapore: Mc Graw Hill.
Priyanto.2010.Farmakologi Dasar Untuk Mahasiswa Farmasi &Keperawatan. Jakarta:
LESKONFI.
Suwandono & Bambang Soekardjo.1995. Buku Kimia Medisinal. Surabaya: Airlangga
University Press.
Tjay, Tan Hoan & Kirana Rahardja. 2007. Obat – Obat Penting Khasiat dan
Penggunaannya. Jakarta :PT Elex Media Komputindo.
Lampiran
Pertanyaan
1. Berikut ini adalah macam – macam penggolongan obat pencahar, kecuali :
a. Zat-zat perangsang dinding usus
b. Zat-zat pembesar isi usus
c. Zat-zat pelicin
d. Zat-zat penghancur feses
2. Obat di bawah ini yang merupakan golongan analgetika perifer adalah :
a. Morfin
b. Ibuprofen
c. Metadon
d. Fentanil
3. Berciri gatal – gatal sekitar dubur ( anus ) dan kejang – kejang hebat pada anak
– anak, dan adakalanya mengakibatkan radang umbai – umbai usus buntu yang
akut ( appendicitis ) . Pernyataan di atas merupakan ciri – ciri penderita
penyakit :
a. Oxyuris vermicularis
b. Ascaris lumbricoides
c. Necator Americanus
d. Strongiloides stercularis
4. methyl [(5-benzoyl-3H-benzoimidazol-2-yl)amino]formate adalah nama kimia
dari obat cacing :
a. pyrantel pamoat
b. albendazol
c. mebendazol
d. piperazin
5. Tumbuh – tumbuhan di bawah ini mengandung glikosida-glikosida
antrakinon, kecuali :
a. Sennae Foliolum
b. Rhei Radix
c. Aloe
d. Dantron
6. Taenia solium/saginata sulit dibasmi karena :
a. memendam kepalanya (scolex) di dalam selaput lendir usus sehingga
sehingga sulit kontak dengan obat
b. mempunyai kemampuan membelah diri
c. memiliki banyak telur sehingga sulit mati
d. membendung getah bening pada kaki dan daerah sekitar kandung kemih
7. Analgetik narkotik yang masih digunakan di Indonesia, kecuali :
a. Morfin HCl
b. Kodein
c. Khatinon
d. Tramadol
8. Dosis yang harus diberikan kepada orang dewasa untuk obat pencahar jenis
minyak kastor adalah
a. 15 g dalam 150-500 ml air.
b. 1-3 kali sehari 4-10 g dalam air
c. oral 15-30 ml
d. 5-10 mg
9. Mebendazole adalah obat cacing yang baik digunakan untuk cacing jenis, kecuali :
a. Toxocara canis
b. Toxocara cati
c. Toxascaris leonine
d. Ascaris lumbrocoides
10. Efek samping dari Albendazole adalah, kecuali :
a. Gangguan saluran cerna
b. sakit kepala
c. gangguan darah
d. gangguan pernafasan