Download - KELENJAR TIROID
Bab I
KELENJAR TIROID
ANATOMI, FAAL KELENJAR TIROID DAN HORMON TIROID
I. Pendahuluan
Kelenjar tiroid mulai terbentuk pada janin berukuran 3,4-4 cm, yaitu
pada akhir bulan pertama kehamilan. Kelenjar tiroid berasal dari lekukan
faring antara branchial pouch pertama dan kedua. Dari bagian tersebut timbul
divertikulum, yang kemudian membesar, tumbuh ke arah bawah mengalami
migrasi ke bawah yang akhirnya melepaskan diri dari faring. Sebelum lepas,
ia berbentuk sebagai duktus tiroglosus, yang berawal dari foramen sekum di
basis lidah. Pada umumnya duktus ini akan menghilang pada usia dewasa,
tetapi pada beberapa keadaan masih menetap, sehingga dapat terjadi
kelenjar di sepanjang jalan tersebut, yaitu antara kartilago tiroid dengan basis
lidah. Dengan demikian, kegagalan menutupnya duktus akan mengakibatkan
terbentuknya kelenjar tiroid yang letaknya abnormal yang disebut persistensi
duktus tiroglosus. Persistensi duktus tiroglosus dapat berupa kista duktus
tiroglosus, tiroid lingual atau tiroid servikal. Sedangkan desensus yang terlalu
jauh akan menghasilkan tiroid substernal. Sisa ujung kaudal duktus tiroglosus
ditemukan pada lobus piramidalis yang menempel di ismus tiroid. Branchial
pouch keempat pun ikut membentuk bagian kelenjar tiroid, dan merupakan
asal mula sel-sel parafolikular atau sel C, yang memproduksi kalsitonin. 1,2,3,5
1
Kelenjar tiroid terletak di bagian bawah leher, terdiri atas dua lobus,
yang dihubungkan oleh ismus yang menutupi cincin trakea 2 dan 3. Kapsul
fibrosa menggantungkan kelenjar ini pada fasia pratrakea sehingga pada
setiap gerakan menelan selalu diikuti dengan gerakan terangkatnya kelenjar
ke arah kranial, yang merupakan ciri khas kelenjar tiroid. Sifat inilah yang
digunakan di klinik untuk menentukan apakah suatu bentukan di leher
berhubungan dengan kelenjar tiroid atau tidak. Setiap lobus tiroid yang
berbentuk lonjong berukuran panjang 2,5-4 cm, lebar 1,5-2 cm dan tebal 1-
1,5 cm. Berat kelenjar tiroid dipengaruhi oleh berat badan dan masukan
yodium. Pada orang dewasa beratnya berkisar antara 10-20 gram.
Vaskularisasi kelenjar tiroid termasuk amat baik. A. tiroidea superior berasal
dari a.karotis komunis atau a.karotis eksterna, a.tiroidea inferior dari
a.subklavia, dan a.tiroid ima berasal dari a.brakiosefalik salah satu cabang
arkus aorta. Ternyata setiap folikel tiroid diselubungi oleh jala-jala kapiler dan
limfatik, sedangkan sistem venanya berasal dari pleksus perifolikular yang
menyatu di permukaan membentuk vena tiroidea superior, lateral dan inferior.
Aliran darah ke kelenjar tiroid diperkirakan 5 ml/gram kelenjar/menit; dalam
keadaan hipertiroidisme aliran ini akan meningkat sehingga dengan stetoskop
terdengar bising aliran darah dengan jelas di ujung bawah kelenjar. 1,2,3
Secara anatomis dari dua pasang kelenjar paratiroid, sepasang
kelenjar paratiroid menempel di belakang lobus superior tiroid dan sepasang
lagi di lobus medius, sedangkan nervus laringeus rekuren berjalan di
sepanjang trakea di belakang tiroid.2,4
Pembuluh getah bening kelenjar tiroid berhubungan secara bebas
dengan pleksus trakealis. Selanjutnya dari pleksus ini kearah nodus pralaring
yang tepat berada di atas ismus menuju ke kelenjar getah bening
brakiosefalik dan sebagian ada yang langsung ke duktus torasikus. Hubungan
getah bening ini penting untuk menduga penyebaran keganasan yang berasal
dari kelenjar tiroid.3,4
Dengan mikroskop terlihat kelenjar tiroid terdiri atas folikel dalam
berbagai ukuran antara 50-500 mm. dinding folikel terdiri dari selapis sel
epitel tunggal dengan puncak menghadap ke dalam lumen, sedangkan
basisnya menghadap ke arah membran basalis. Folikel ini berkelompok-
2
kelompok sebanyak kira-kira 40 buah untuk membentuk lobulus yang
mendapat darah dari end artery. Folikel mengandung bahan yang jika
diwarnai dengan hematoksilin-eosin berwarna merah muda yang disebut
koloid dan dikelilingi selapis epitel tiroid. Ternyata tiap folikel merupakan
kumpulan dari klon sel tersendiri. Sel ini berbentuk kolumnar apabila
dirangsang oleh TSH dan pipih apabila dalam keadaan tidak terangsang/
istirahat. Sel folikel mensintesis tiroglobulin (Tg) yang disekresikan ke dalam
lumen folikel. Tg adalah glikoprotein berukuran 660 kDa, dibuat di retikulum
endoplasmik, dan mengalami glikosilasi secara sempurna di aparat golgi.
Protein lain yang amat penting di sini ialah tiroperoksidase (TPO). Enzim ini
berukuran dengan 103 kDa yang 44%-nya berhomologi dengan
mieloperoksidase. Baik TPO maupun Tg bersifat antigenik seperti halnya
pada penyakit tiroid autoimun, sehingga dapat digunakan sebagai penanda
penyakit. Biosintesis homon T4 dan T3 terjadi di dalam tiroglobulin pada
batas antara apeks sel-koloid. Di sana terlihat tonjol-tonjol mikrovili folikel ke
lumen; dan tonjol ini terlihat juga dalam proses endositosis tiroglobulin.
Hormon utama yaitu tiroksin (T4) dan triiodotironin (T3) tersimpan dalam
koloid sebagai bagian dari molekul tiroglobulin. Hormon ini hanya akan
dibebaskan apabila ikatan dengan tiroglobulin ini dipecah oleh enzim khusus. 1,2,4
Mengingat yodium merupakan unsur pokok dalam pembentukan
hormon tiroid, maka harus selalu tersedia yodium yang cukup dan
berkesimbangan. Yodium dalam makanan berasal dari makanan laut, susu,
daging, telur, air minum, garam beryodium dan sebagainya. Faktor
kandungan yodium dalam lahan setempat sangat penting, khususnya makan
makanan yang berasal dari produksi setempat yang lahannya mempunyai
kandungan yodium rendah. 3
Yodium diserap oleh usus halus bagian atas dan lambung, dan 1/3
hingga ½ ditangkap kelenjar tiroid, sisanya dikeluarkan lewat air kemih.
Ditaksir 95% yodium tubuh tersimpan dalam kelenjar tiroid, sisanya dalam
sirkulasi (0,04 – 0,57%) dan jaringan. 3
Hormon kalsitonin, yang juga dihasilkan oleh kelenjar tiroid, berasal
dari sel parafolikular (sel CO). Hormon ini berperan aktif dalam metabolisme
3
kalsium dan tidak berperan sama sekali dalam metabolisme yodium.
Mengingat asal hormon ini, kalsitonin seringkali digunakan sebagai penanda
untuk mendeteksi adanya carcinoma medullare thyroid.1,4
II. Biosintesis Hormon Tiroid
Hormon tiroid amat istimewa karena mengandung 59 – 65% elemen
yodium. Hormon T4 dan T3 berasal dari yodinasi cincin fenol residu tirosin
yang ada di tiroglobulin. Awalnya terbentuk mono dan diiodotirosin, yang
kemudian mengalami proses penggandengan (coupling) menjadi T3 dan T4.
Proses biosintesis hormon tiroid secara skematis dapat dilihat dalam
beberapa tahap, sebagian besar distimulir oleh TSH, yaitu tahap:
a) Tahap trapping
b) Tahap oksidasi
c) Tahap coupling
d) Tahap penimbunan atau storage
e) Tahap deiyodinasi
f) Tahap proteolisis
g) Tahap pengeluaran hormon dari kelenjar tiroid
Yodida (I-) bersama dengan Na diserap oleh transporter yang terletak
di membran plasma basal sel folikel. Protein transporter ini disebut sodium
iodide symporter (NIS), berada di membran basal, dan kegiatannya
tergantung adanya energi, membutuhkan O2 yang didapatkan dari ATP.
Proses ini distimulir oleh TSH sehingga mampu meningkatkan konsentrasi
yodium intrasel 100 – 500x lebih tinggi dibandingkan kadar ekstrasel. Hal ini
dipengaruhi juga oleh tersedianya yodium dan aktivitas tiroid. Beberapa
bahan seperti tiosianat (SCN) dan perklorat (ClO4-) justru menghambat proses
ini. Beberapa ion lain dapat menghambat pompa yodida ini dengan urutan
kekuatan : TcO4, SeCN, NO2, Br. Baik TcO4 maupun perklorat secara klinis
dapat digunakan dalam memblok uptake yodida dengan cara inhibisi
kompetitif pada pompa yodium. Nitrit (NO2) dan Br dengan kadar yang cukup
tinggi juga dapat menghambat, meskipun kekuatannya lebih lemah.
Berdasarkan hal ini maka perchlorate discharge test dilakukan untuk
diagnosis adanya efek proses yodinasi yang bersifat kongenital. Pertechnetat
4
(TcO4-) juga mampu lewat pompa yang sama, sehingga dalam klinis
Pertechnetat radioaktif digunakan memindai kelenjar tiroid. 1
Tiroglobulin, suatu glikoprotein 660 kDa disintesis di retikulum
endoplasmik tiroid dan glikosilasinya diselesaikan di apparatus golgi. Hanya
molekul Tg tertentu (folded molecule) mencapai membaran apikal, tempat
dimana peristiwa selanjutnya terjadi. Protein kunci lainnya adalah
tiroperoksidase (TPO). Proses di apeks melibatkan Iodide, Tg, TPO, dan
hidrogen peroksida (H2O2). Produksi H2O2 membutuhkan kalsium, NADPH,
dan NADPH oksidase. Yodida dioksidasi oleh H2O2 dan TPO yang selanjutnya
menempel pada residu tirosil yang ada dalam rantai peptida Tg, membentuk
3-monoiodotirosin (MIT) atau 3,5-diiodotirosin (DIT). Dua molekul DIT (masih
berada dan merupakan bagian dari Tg) bergabung menjadi T4, dengan
menggabungkan grup diiodofenil DIT, donor, dengan DIT akseptor dengan
perantaraan diphenyl eter link. Dengan cara yang sama dibentuk T3 dari
donor MIT dengan akseptor DIT. 1,2
Berikut tahap yodinasi Tiroglobulin dalam mensintesis Tiroksin:
NADPH + O2 + Ca2+ -------NADPH oksidase----- H2O2 + NADP
H2O2 + I ------------------- TPO---------------------- I0
I0 + Tg-Tyr ---------------- TPO---------------------- Tg-DIT
Tg-DIT---------------------- TPO---------------------- Tg-T4
Sesudah pembentukan hormon selesai, Tg disimpan ekstrasel yaitu di
lumen folikel kelenjar tiroid. Sepertiga yodium disimpan sebagai T3 dan T4 dan
sisanya dalam MIT dan DIT. Bahan koloid yang ada dalam lumen sebagian
besar terdiri dari Tg. Koloid merupakan tempat menyimpan hormon maupun
yodium, yang akan disekresi bilamana dibutuhkan. Pengeluaran hormon
dimulai dengan terbentuknya vesikel endositotik di ujung vili (atas pengaruh
TSH berubah menjadi tetes koloid) dan digesti Tg oleh enzim endosom dan
lisosom. Enzim proteolitik utama adalah endopeptidase katepsin C, B, L, dan
beberapa eksopetidase. Hasil akhirnya, dilepaskannya T4 dan T3 (yodotironin)
bebas ke sirkulasi, sedang Tg-MIT dan Tg-DIT (yodotirosin) tidak dikeluarkan
tapi mengalami deiodinasi oleh yodotirosin deyodinase, dan iodidanya masuk
5
kembali ke simpanan yodium intratiroid (intrathyroidal pool) untuk konservasi
yodium.1,2,4
Proses katalisasi yodinasi tiroglobulin ini terjadi secara maksimal
pada tiroglobulin yang belum diyodinasi sama sekali dan mengurang pada
yang telah diyodinasi. Proses yodinasi ini dipengaruhi oleh berbagai obat
seperti: tiourea, propil-tiourasil (PTU), metiltiourasil (MTU), semuanya
mengandung grup N C SH. Obat-obat ini efektif menghambat pekerjaan
kelenjar yang hiperaktif. 5
Proses tangkapan yodium, sintesis Tg, proses yodinasi di apeks serta
proses endositosis dipengaruhi oleh jenuhnya yodium intrasel. Akan dibentuk
yodolipid atau yodolakton yang berpengaruh atas generasi H2O2 yang
mempengaruhi keempat proses tersebut. Ini dikenal sebagai autoregulasi
kelenjar tiroid. Pemberian yodium dalam jumlah banyak dan akut
menyebabkan terbentuknya yodolipid banyak, yang berakibat uptake yodium
dan sintesis hormon berkurang (efek Wolff-Chaikoff). Proses ini akan
berkurang dengan sendirinya karena yodolipid yang dibentuk akan berkurang
dan hilang, dan terjadi escape. Bila tiroid gagal dalam adaptasi ini, misal pada
tiroiditis autoimun atau pada dishormogenesis, terjadilah hipotiroidisme yang
Iodine induced.1,2,3
Goitrogen alamiah berefek di tahap ini, sehingga produksi hormon
berkurang dan memberi reaksi umpan balik berupa gondok. Yodinasi
tiroglobulin ini dipengaruhi kadar yodium plasma, sehingga makin tinggi kadar
yodium intrasel akan makin banyak yodium terikat. Kejadian sebaliknya pada
defisiensi yodium, yodium yang terikat berkurang, akibatnya T3 diproduksi
lebih banyak dari pada T4. Apabila hormon ini disekresikan akan terlihat kadar
T3 di darah meningkat, suatu fenomena yang umumnya ditemukan di daerah
GAKI berat, dikenal sebagai preferential secretion of hormone.1,2,5
III. Transportasi Hormon T3 maupun T4 diikat oleh protein serum. Hanya 0,35% T4 total dan 0,25% T3 total berada pada keadaan bebas. Ikatan
T3 dengan protein, kurang kuat dibandingkan T4, tapi efek hormonnya lebih kuat dan turn overnya lebih cepat, sehingga T3 ini sangat
penting. Ikatan hormon-protein makin melemah dari TBG (thyroxin binding globulin), TBPA yodotironin total menggambarkan kadar
hormon bebas, namun dalam keadaan tertentu jumlah protein binding dapat berubah, meningkat pada neonatus, penggunaan
estrogen termasuk kontrasepsi oral, penyakit hati kronik dan akut, meningkatnya sintesis di hati karena pemakaian kortikosteroid dan
6
pada kehamilan. Menurun pada penyakit ginjal dan hati kronik, penggunaan androgen dan steroid anabolik, obat anti-inflamasi seperti
fenklofenak menyebabkan kadar hormon total menurun, karena obat-obat tersebut mengikat protein secara kompetitif, akibatnya kadar
hormon bebas meningkat. 1
Tabel 2 Beberapa Faktor Penentu Untuk Sintesis dan Pengeluaran Hormon Tiroid
Lokasi pada Fungsi
Tiroid transkrip faktor (TTF) Gen Transkrip gen TG, TPO, TSHr
Reseptor TSH (TSHr) Membran basal Mediasi efek TSH
Na/I symporter (NIS) Membran basal Transpor I- masuk sel
Tiroglobulin (Tg) Sel, lumen folikel Matriks untuk formasi hormon
Tiroperoksidase (TPO) Memberan apikal Katalisis oksidasi I- dan coupling yodotirosin
H2O2 Membran apikal Substrat TPO
Pendrin Membran apikal CI- / I- transporter
Katepsin C, D, L deyodinase Lisosom Digesti Tg
Tiroid yodotirosin deyodinase Sitoplasma Deyodinasi DIT dan MIT
5’-yodotironin deyodinase Membran basal Deyodinasi T4 menjadi T3
IV. Efek Metabolik Hormon Endokrin
Termoregulasi dan kalorigenik
Metabolisme protein
Dalam dosis fisiologis bersifat anabolik, dalam dosis besar bersifat
katabolik
Metabolisme karbohidrat
Bersifat diabetogenik karena resorpsi intestinal meningkat, cadangan
glikogen hati menipis, glikogen otot menipis dan degradasi insulin
meningkat.
Metabolisme lipid
T4 mempercepat sintesis kolesterol, namun proses degradasi kolesterol
dan ekskresinya lewat empedu jauh lebih cepat, sehingga pada
hiperfungsi tiroid kolesterol rendah. Sebaliknya pada hipertiroidisme,
kolesterol total. Kolesterol ester dan fosfolipid meningkat.
Konversi provitamin A menjadi vitamin A
7
Terjadi di hepar. Pada hipertiroidisme dapat dijumpai karotenemia, kulit
kekuningan.
V. Efek Fisiologik Hormon Tiroid
Efeknya membutuhkan waktu beberapa jam sampai beberapa hari.
Efek genomnya menghasilkan panas dan konsumsi O2 meningkat,
pertumbuhan dan maturasi otak dan susunan saraf yang melibatkan
Na+K+ATPase, sebagian lagi karena reseptor beta adrenergik yang
bertambah. Ada juga efek non genomik misalnya, meningkatnya transport
asam amino dan glukosa, menurunnya enzim tipe-2,5’-deyodinasi di hipofisis. 1
Pertumbuhan fetus
Sebelum minggu 11 tiroid belum bekerja, juga TSHnya. Dalam keadaan
ini karena DIII tinggi di plasenta, hormon tiroid bebas yang masuk fetus
amat sedikit, karena diinaktivasi di plasenta. Tidak adanya hormon yang
cukup menyebabkan lahirnya bayi kretin (retardasi mental dan cebol).
Efek pada konsumsi oksigen, panas dan pembentukan radikal bebas
Dirangasang oleh T3 lewat Na+K+ATPase di semua jaringan kecuali otak,
testis dan limpa. Metabolisme basal meningkat. Hormon tiroid
menurunkan kadar superoksida dismutase hingga radikal bebas anion
superoksida meningkat.
Efek kardiovaskuler
T3 menstimulasi:
Transkripsi myosin hc-β dan menghambat miosin hc-β,
akibatnya kontraksi otot miokard menguat.
Transkrip Ca2+ATPase di retikulum sarkoplasma
meningkatkan tonus diastolik.
Mengubah konsentrasi protein G, reseptor adrenergik,
sehingga berefek inotropik positif, yang dalam klinis terlihat
sebagai naiknya curah jantung dan takikardia.
Efek simpatik
Karena bertambahnya reseptor adrenergik-beta miokard, otot skelet,
lemak, dan limfosit, efek pasca dan menurunnya reseptor adrenergik alfa
8
miokard, maka sensitivitas terhadap katekolamin amat tinggi pada
hipertiroidisme dan sebaliknya pada hipotiroidisme.
Efek hematopoeitik
Kebutuhan O2 pada hipertiroidisme menyebabkan eritropoiesis dan
kebutuhan eritropoetin meningkat. Volume darah tetap, namun red cell
turn over meningkat.
Efek gastrointestinal
Pada hipertiroidisme motilitas usus meningkat, hingga kadang ada diare.
Pada hipotiroidisme obstipasi dan transit lambung melambat, yang
menyebabkan menurunnya berat badan.
Efek pada skelet
Turn over tulang meningkat, resorbsi tulang lebih terpengaruh dari pada
pembentukannya. Hipertiroidisme dapat menyebabkan osteopenia. Dalam
keadaan berat dapat terjadi hiperkalsemia, hiperkalsiuria, dan penanda
hidroksiprolin dan cross-link piridium.
Efek neuromuskular
Turn-over yang meningkat juga menyebabkan miopati dan miolisis. Dapat
terjadi kreatinuria spontan, kontraksi serta relaksasi otot meningkat
(hiperrefleksia).
Efek endokrin
Hormon tiroid meningkatkan metabolik turn-over berbagai hormon serta
bahan farmakologik. Maka dari itu hipertiroid dapat menutupi (masking)
atau mempermudah (unmasking) kelainan adrenal.
VI. Pengaturan Faal Kelenjar Tiroid
Ada 3 dasar pengaturan faal tiroid yaitu:
a. Autoregulasi
Terjadi lewat terbentuknya yodolipid pada pemberian yodium banyak
dan akut, dikenal sebagai efek Wolff-Chaikoff. Efek ini bersifat self
9
limiting. Dalam beberapa keadaan mekanisme escape ini gagal dan
terjadilah hipotiroidisme.1
b. TSH (Thyroid Stimulating Hormone)
TSH disintesis oleh sel tirotrop hipofisis anterior. Banyak kesamaan
dengan LH dan FSH. Ketiganya terdiri dari sub unit α – dan β dan
ketiganya mempunyai sub unit α – yang sama namun berbeda sub
unit β. Efek pada tiroid akan terjadi dengan ikatan TSH dengan
reseptor TSH (TSHr) di membran folikel. Sinyal selanjutnya terjadi
lewat protein G (khususnya Gsa). Dari sinilah terjadi perangsangan
protein kinase A oleh cAMP untuk ekspresi gen yang penting untuk
fungsi tiroid seperti pompa yodium, Tg, pertumbuhan sel tiroid dan
TPU, serta faktor transkripsi TTF1, TTF2, dan PAX8. Efek klinisnya
terlihat perubahan morfologi sel, naiknya produksi hormon, folikel dan
vaskularitasnya bertambah oleh pembentukan gondok, dan
peningkatan metabolisme. 1,2,3,5
T3 intratirotrop mengendalikan sintesis dan sekresinya
(mekanisme umpan balik) sedang TRH mengontrol glikosilasi, aktivasi
dan keluarnya TSH. Beberapa obat bersifat menghambat sekresi
TSH: somatostatin, glukokortikoid, dopamin, agonis dopamin
(misalnya bromokriptin), juga berbagai penyakit kronik dan akut. 1
Pada morbus Graves, salah satu penyakit autoimun, TSHr
ditempati dan dirangsang oleh immunoglobulin, antibody – anti TSH
(TSAb = Thyroid Stimulating Antibody, TSI =Thyroid Stimulating
Immunoglobulin), yang secara fungsional tidak dapat dibedakan oleh
TSHr dengan TSH endogen. 1,2
c. TRH (Thyrotrophin Releasing Hormone)
Merupakan tripeptida yang dapat disintesis neuron yang korpusnya
berbeda di nukleus paraventrikularis hipothalamus (PVN). TRH ini
melewati median eminence, tempat ia disimpan dan dikeluarkan lewat
sistem hipotalamohipofiseal ke sel tirotop hipofisis. Akibatnya TSH
meningkat. Meskipun tidak ikut menstimulasi keluarnya growth
hormone dan ACTH, TRH menstimulasi keluarnya prolaktin, kadang
10
FSH dan LH. Apabila TSH naik dengan sendirinya kelenjar tiroid
mengalami hiperplasi dan hiperfungsi.1,2,3,5
Sekresi hormon hipothalamus dihambat oleh hormon tiroid
(mekanisme umpan balik), TSH, dopamin, hormon korteks adrenal,
dan somatostatin, serta stress dan sakit berat (non thyroidal illness). 1,2,5
Kompensasi penyesuaian terhadap umpan balik ini banyak
memberi informasi klinis. Contohnya, naiknya TSH serum sering
menggambarkan produksi hormon tiroid oleh kelenjar tiroid yang
kurang memadai, sebaliknya respon yang rata (blunted response)
TSH terhadap stimulasi TRH eksogen menggambarkan supresi kronik
di tingkat TSH karena kebanyakan hormon, dan sering merupakan
tanda dini hipertiroidisme ringan atau subklinis. 1,5
VII. Hubungan Kelenjar Tiroid Dengan Beberapa Kelenjar Endokrin Lain
Korteks Adrenal
11
Hipotalamus (TRH)
Hipofisis (TSH)
Tipoid (T3/T4)
Ginjal, Hati, Otot, Otak dsb
TSHR-Ab
Iodine
Kortikosteroid dan adrenokortikotropin hormon (ACTH) menghambat
tiroid dengan cara meningkatkan klirens yodium dan menghambat TSH
hipofisis.1
Medulla Adrenal
Banyak gejala klinis hipertirodisme yang dihubungkan dengan
peningkatan sensitisasi jaringan terhadap efek katekolamin dan
bukannya dengan produksi katekolamin yang tinggi.1
Gonad
Kadar tiroid normal sangat diperlukan untuk pengeluaran LH hipofisis,
menstruasi ovulatoar, fertilitas, dan kehidupan fetus. Terlalu banyak
hormon tiroid akan menghambat menarche, meningkatkan infertilitas
dan kematian fetus. Pada hipotiroidisme terjadi menstruasi anovulatoar
dengan menoragia, sedangkan pada hipertiroidisme terjadi hipomenorea
dan ovulatoar. 1
Bab II
HIPERTIROID
12
I. Definisi
Hipertiroid adalah kumpulan dari simptom akibat peningkatan hormon
tiroid pada sirkulasi darah. karena hormon memiliki peranan yang cukup
penting pada banyak organ maka manifestasi klinis yang disebabkan oleh
hipertiroid ini luas dan mengenai banyak organ. Simptom nonspesifik sering
ditemukan pada kasus hipertiroid dan menyebabkan penyakit ini sulit di
diagnosa.
Hipertiroidisme adalah kelenjar tiroid yang hiperaktif. Sedangkan
tirotoksikosis adalah peningkatan hormon tiroid yang beredar di dalam
sirkulasi. Apapun sebabnya manifestasi kliniknya sama, karena efek ini akibat
ikatan T3 dengan reseptor T3 inti yang makin penuh. Rangsang oleh TSH
atau TSH-like-substance (TSI, TSAb) autonomi intrinsik kelenjar
menyebabkan tiroid meningkat, terlihat dari radioaktive neck-uptake naik.
Sebaliknya pada destruksi kelenjar misalnya karena radang, inflamasi,
radiasi, akan terjadi kerusakan sehingga hormon yang tersimpan dalam folikel
keluar masuk dalam darah. Dapat pula karena pasien mengkonsumsi tiroid
berlebihan, dalam hal ini justru radioaktive neck-uptake turun. Membedakan
ini perlu, sebab umumya peristiwa kedua ini, toksikosis tanpa hipertiroidisme,
biasanya self-limiting disease.1
Dalam setiap diagnosis penyakit tiroid dibutuhkan deskripsi mengenai
(sehingga diagnosis hendaknya mampu menerangkan) kelainan faalnya
(status tiroid), gambaran anatominya (difus, uni/multi nodule, dsb) dan
etiologinya (auto immune, tumor, radang).1,3
Hipertiroid adalah jaringan tiroid yang overeaktif menyebabkan
produksi hormon tiroid yang berlebihan (tiroksin /T4 atau triiodotrionin/T3).
Hipertiroid dapat menyebabkan tirotoksikosis yang adalah meningkatnya
hormon tiroid dalam darah. Penting bahwa hipertiroid dan tirotoksikosis bukan
hal yang sama.1,3
Krisis tiroid merupakan suatu keadaan klinis hipertiroidisme yang
paling berat mengancam jiwa, umumnya keadaan ini timbul pada pasien
dengan dasar penyakit Graves atau struma multinodular toksik, dan
berhubungan dengan faktor pencetus : infeksi, operasi, trauma, zat kontras
13
beriodium, hipoglikemia, partus, stress emosi, penghentian obat anti tiroid,
ketoasidosis diabetikum, tromboemboli paru, penyakit serebrovaskular/
stroke, palpasi tiroid terlalu kuat.
II. Etiologi
Beberapa etiologi umum dari hipertiroid termasuk1,3,4 :
Penyakit Graves
Functioning adenoma ("hot nodule") dan Toxic Multinodular Goiter
(TMNG)
Pemasukkan yang berlebihan dari hormon-hormon tiroid
Pengeluaran yang abnormal dari TSH
Tiroiditis (peradangan kelenjar tiroid)
Pemasukkan yodium yang berlebihan
1. Penyakit Graves (Graves Disease)
Penyakit Graves, yang disebabkan oleh suatu aktivitas yang berlebihan
dari kelenjar tiroid merupakan penyebab yang paling umum dari
hipertiroid. Pada kondisi ini, kelenjar tiroid berarti telah kehilangan
kemampuannya untuk merespon pada kontrol yang normal oleh kelenjar
pituitari melalui TSH. Penyakit Graves merupakan penyakit yang
diturunkan/diwariskan dan pada umumnya lima kali lebih sering diderita
oleh wanita daripada pria. Penyakit Graves diduga sebagai penyakit
autoimun, dan antibodi-antibodi yang merupakan karakteristik dari
penyakit ini mungkin dapat ditemukan dalam darah. Antibodi-antibodi ini
termasuk thyroid stimulating immunoglobulin (TSI antibodies), thyroid
peroxidase antibodies (TPO), dan antibodi-antibodi reseptor TSH.
Pencetus-pencetus untuk penyakit Graves diantaranya1,2,5:
stres
merokok
radiasi pada leher
obat-obatan
14
organisme-organisme yang menyebabkan infeksi seperti virus-
virus.
Penyakit Graves dapat didiagnosis dengan suatu scan tiroid dengan obat
nuklir yang standart, yang menunjukkan secara jelas pengambilan yang
meningkat dari suatu yodium yang dilabel dengan radioaktif. Sebagai
tambahan, sebuah tes darah mungkin mengungkap tingkat-tingkat TSI
yang meningkat.2,3
Penyakit Grave's mungkin berhubungan dengan penyakit mata (Graves
ophthalmopathy) dan luka-luka kulit (dermopathy). Ophthalmopathy dapat
terjadi sebelum, sesudah, atau pada saat yang sama dengan hipertiroid.
Pada awalnya menyebabkan kepekaan terhadap cahaya dan timbul
keluhan dimana penderita merasa "ada pasir didalam kedua matanya".
Kedua mata mungkin akan menonjol keluar dan penglihatan ganda
(dobel) dapat terjadi. Derajat dari ophthalmopathy diperburuk pada
mereka yang merokok. Jalannya penyakit mata seringkali tidak
tergantung dari penyakit tiroid, dan terapi steroid mungkin perlu untuk
mengontrol peradangan yang menyebabkan ophthalmopathy. Sebagai
tambahan, intervensi secara operasi mungkin diperlukan. Kondisi kulit
(dermopathy) jarang terjadi tetapi dapat menyebabkan timbulnya suatu
ruam kulit yang tanpa sakit, merah, tidak halus, yang tampak pada muka
hingga kaki.1,3,4,5
2. Functioning Adenoma dan Toxic Multinodular Goiter
Kelenjar tiroid menjadi lebih bergumpal-gumpal ketika kita menua. Pada
kebanyakan kasus, gumpalan-gumpalan ini tidak memproduksi hormon-
hormon tiroid dan tidak memerlukan perawatan. Adakalanya, suatu
benjolan mungkin menjadi "otonomi", yang berarti bahwa ia tidak
merespon pada pengaturan pituitari melalui TSH dan memproduksi
hormon-hormon tiroid dengan bebas. Ini menjadi lebih mungkin jika
benjolan lebih besar dari 3 cm. Ketika ada suatu benjolan (nodule)
tunggal yang memproduksi secara bebas hormon-hormon tiroid, itu
15
disebut suatu functioning nodule. Jika ada lebih dari satu functioning
nodule, istilah toxic multinodular goiter (gondokan) digunakan.
Functioning nodules mungkin siap dideteksi dengan suatu thyroid
scan.3,4,5
3. Pemasukkan hormon-hormon tiroid yang berlebihan
Menggunakan terlalu banyak obat hormon tiroid sebenarnya adalah hal
yang biasa. Dosis hormon tiroid yang berlebihan seringkali tidak
terdeteksi disebabkan kurangnya follow-up dari pasien-pasien yang
meminum obat tiroid mereka. Orang-orang lain mungkin
menyalahgunakan obat dalam suatu usaha untuk mencapai tujuan-tujuan
lain seperti menurunkan berat badan. Pasien-pasien ini dapat
diidentifikasikan dengan mendapatkan suatu pengambilan yodium
berlabel radioaktif yang rendah (radioiodine) pada suatu thyroid scan.1,2,5
4. Pengeluaran abnormal dari TSH
Sebuah tumor didalam kelenjar pituitari mungkin menghasilkan suatu
pengeluaran dari TSH (thyroid stimulating hormone) yang tingginya
abnormal. Ini menjurus pada tanda yang berlebihan pada kelenjar tiroid
untuk menghasilkan hormon-hormon tiroid. Kondisi ini sangat jarang dan
dapat dikaitkan dengan kelainan-kelainan lain dari kelenjar pituitari. Untuk
mengidentifikasi kekacauan ini, seorang endokrinologis melakukan tes-tes
terperinci untuk menilai pelepasan dari TSH.2,3,4
5. Tiroiditis (peradangan dari tiroid)
Peradangan dari kelenjar tiroid mungkin terjadi setelah suatu penyakit
virus (subacute thyroiditis). Kondisi ini berhubungan dengan suatu
demam dan suatu sakit leher yang seringkali sakit pada waktu menelan.
Kelenjar tiroid juga lunak jika disentuh. Peradangan kelenjar dengan
suatu akumulasi sel-sel darah putih dikenal sebagai lymphocytes
(lymphocytic thyroiditis) mungkin juga terjadi. Pada kedua kondisi-kondisi
ini, peradangan meninggalkan kelenjar tiroid "bocor", sehingga jumlah
16
hormon tiroid yang masuk ke darah meningkat. Lymphocytic thyroiditis
merupakan yang paling umum terjadi setelah kehamilan, dan sebenarnya
dapat terjadi pada 8 % dari wanita-wanita setelah melahirkan. Pada
kasus ini,fase hipertiroid dapat berlangsung dari 4 sampai 12 minggu dan
seringkali diikuti oleh suatu fase hipotiroid (hasil tiroid yang rendah) yang
dapat berlangsung sampai 6 bulan. Mayoritas dari wanita-wanita yang
terkena dapat kembali ke suatu keadaan fungsi tiroid yang normal.1,2,.4.5
6. Pemasukkan Yodium yang berlebihan
Kelenjar tiroid menggunakan yodium untuk membuat hormon-hormon
tiroid. Suatu kelebihan yodium dapat menyebabkan hipertiroid. Hipertiroid
yang dipengaruhi/diinduksi oleh yodium biasanya terlihat pada pasien-
pasien yang telah mempunyai kelenjar tiroid abnormal yang
mendasarinya. Obat-obat tertentu, seperti amiodarone (Cordarone), yang
digunakan dalam perawatan penyakit jantung, mengandung suatu jumlah
yodium yang besar dan mungkin berkaitan dengan kelainan-kelainan
fungsi tiroid.4,5
17
III. Diagnosis
Diagnosis suatu penyakit hampir pasti diawali oleh kecurigaan klinis.
Untuk fase awal, perlu pemeriksaan T4 (T3) dan TSH, namun pada
pemantauan cukup diperiksa T4 saja, sebab sering TSH tetap tersupresi
padahal keadaan membaik.
Untuk fungsi tiroid diperiksa kadar hormon beredar TT4, TT3 (T-Total)
(dalam keadaan tertentu sebaiknya fT3 dan fT4) dan TSH, ekskresi yodium
urin, kadar tiroglobulin, uji tangkap I131, skintigrafi dan kadang dibutuhkan
pula FNA (fine needle aspiration biopsy), antibodi tiroid (ATPO-Ab, ATg-
Ab), TSI.
Meskipun pemeriksaan darah yang disebutkan sebelumnya dapat
mengkonfirmasi kehadiran dari hormon tiroid yang berlebihan, tetapi
18
Common Forms (85-90% of cases) Radioactive iodine
uptake over neck
Diffuse toxic goiter (Graves disease) Increased
Toxic multinodular goiter (Plummer disease) Increased
Thyrotoxic phase of subacute thyroiditis Decreased
Toxic adenoma Increased
Less Common Forms
Iodide-induced thyrotoxicosis Variable
Thyrotoxicosis factitia Decreased
Pituitary tumors producing thyroid-stimulating hormone Decreased
Uncommon Forms
Excess human chorionic gonadotropin (molar
pregnancy/choriocarcinoma)
Increased
Pituitary resistance to thyroid hormone Increased
Metastatic thyroid carcinoma Decreased
Struma ovarii with thyrotoxicosis Decreased
mereka tidak menunjuk pada suatu penyebab spesifik. Jika ada
keterlibatan yang jelas dari mata, suatu diagnosis dari penyakit Grave’s
adalah hampir pasti. Suatu kombinasi dari screening antibodi (untuk
penyakit Grave's) dan suatu thyroid scan menggunakan yodium yang
dilabel radioaktif (yang berkonsentrasi pada kelenjar tiroid) dapat
membantu mendiagnosis penyakit tiroid yang mendasarinya. Investigasi-
investigasi ini dipilih atas dasar kasus per kasus.1,2,4
IV. Manifestasi Klinik
Pada hipertiroidisme, apapun penyebabnya, terjadi peningkatan fungsi
tubuh:
- Jantung berdetak lebih cepat dan bisa terjadi kelainan irama jantung,
yang bisa menyebabkan palpitasi (jantung berdebar-debar)
- Tekanan darah cenderung meningkat
- Penderita merasakan hangat meskipun berada dalam ruangan yang
sejuk
- Kulit menjadi lembab dan cenderung mengeluarkan keringat yang
berlebihan
- Tangan memperlihatkan tremor (gemetaran) halus
- Penderita merasa gugup, letih dan lemah meskipun tidak melakukan
kegiatan yang berat
- Nafsu makan bertambah, tetapi berat badan berkurang
- Sulit tidur
- Sering buang air besar, kadang disertai diare
- Terjadi perubahan pada mata : bengkak di sekitar mata, bertambahnya
pembentukan air mata, iritasi dan peka terhadap cahaya. Gejala ini akan
segera menghilang setelah pelepasan hormon tiroid terkendali, kecuali
pada penyakit Graves yang menyebabkan gangguan mata khusus.
V. Penatalaksanaan
1. Non Farmakologis
19
a. Diet
Diet yang diberikan harus tinggi kalori, yaitu memberikan kalori 2600-
3000 kalori per hari, baik dari makanan maupun dari
suplemen.Konsumsi protein harus tinggi yaitu 100-125 gr (2,5 gr/kg
berat badan ) per hari untuk mengatasi proses pemecahan protein
jaringan, seperti susu dan telur.
Pengaturan gizi juga diperlukan pada penyakit tiroid. Pengaturan
tersebut diperlukan untuk mencegah komplikasi berbahaya yang
mungkin timbul. Pada hipertiroid dapat terjadi penurunan berat badan
berlebih karena metabolisme tubuh yang meningkat. Bahayanya
adalah banyak turun bukan lemaknya melainkan massa otot. Massa
otot adalah protein yang jika turun terlalu banyak dapat menyebabkan
kematian.
Penderita hipertiroid harus menghindari penurunan berat badan yang
terlalu drastis dengan menunjang pengobatannya. Waktu meminum
obat harus benar-benar dipantau karena obat dapat mempengaruhi
penyerapan zat gizi, contohnya seng, besi, dan yodium akan terganggu
penyerapannya jika dimakan bersama obat. Jarak antara makan dan
minum obat paling tidak antara 2-4 jam.
Pada hipertiroid dianjurkan menghindari makanan yang menyebabkan
peningkatan aliran darah seperi kopi, coklat, teh kental. Peningkatan
aliran darah akan menyebabkan naiknya laju metabolisme.
b. Olahraga secara teratur
c. Mengurangi rokok, alkohol dan kafein yang dapat meningkatkan
kadar metabolisme.
2. Farmakologis
a. Obat-obat Anti-Tiroid
Obat-obat yang termasuk golongan ini adalah thionamide, yodium,
lithium, perchlorat dan thiocyanat. Obat yang sering dipakai dari
golongan thionamide adalah propylthiouracyl (PTU), 1 – methyl – 2
mercaptoimidazole (methimazole, tapazole, MMI), carbimazole. Obat
ini bekerja menghambat sintesis hormon tetapi tidak menghambat
20
sekresinya, yaitu dengan menghambat terbentuknya monoiodotyrosine
(MIT) dan diiodotyrosine (DIT), serta menghambat coupling
diiodotyrosine sehingga menjadi hormon yang aktif. PTU juga
menghambat perubahan T4 menjadi T3 di jaringan tepi, serta harganya
lebih murah sehingga pada saat ini PTU dianggap sebagai obat pilihan.
Obat antitiroid diakumulasi dan dimetabolisme di kelenjar gondok
sehingga pengaruh pengobatan lebih tergantung pada konsentrasi
obat dalam kelenjar dari pada di plasma. MMI dan carbimazole sepuluh
kali lebih kuat daripada PTU sehingga dosis yang diperlukan hanya
satu persepuluhnya. Dosis obat antitiroid dimulai dengan 300 – 600 mg
perhari untuk PTU atau 30 – 60 mg per hari untuk MMI/carbimazole,
terbagi setiap 8 atau 12 jam atau sebagai dosis tunggal setiap 24 jam.
Dalam satu penelitian dilaporkan bahwa pemberian PTU atau
carbimazole dosis tinggi akan memberi remisi yang lebih besar. Secara
farmakologi terdapat perbedaan antara PTU dengan MMI/CBZ, antara
lain adalah :1,3,5
1. MMI mempunyai waktu paruh dan akumulasi obat yang lebih lama
dibanding PTU di dalam kelenjar tiroid. Waktu paruh MMI ± 6 jam
sedangkan PTU ± 12jam.
2. Penelitian lain menunjukkan MMI lebih efektif dan kurang toksik
dibanding PTU.
3. MMI tidak terikat albumin serum sedangkan PTU hampir 80% terikat
pada albumin serum, sehingga MMI lebih bebas menembus barier
plasenta dan air susu,sehingga untuk ibu hamil dan menyusui PTU
lebih dianjurkan. Jangka waktu pemberian tergantung masing-masing
penderita (6 – 24 bulan) dan dikatakan sepertiga sampai setengahnya
(50 – 70%) akan mengalami perbaikan yang bertahan cukup lama.
Apabila dalam waktu 3 bulan tidak atau hanya sedikit memberikan
perbaikan, maka harus dipikirkan beberapa ke-mungkinan yang dapat
menggagalkan pengobatan (tidak teratur minum obat, struma yang
21
besar, pernah mendapat pengobatan yodium sebelumnya atau dosis
kurang)1,2
Efek samping ringan berupa kelainan kulit misalnya gatal-gatal, skin
rash dapat ditanggulangi dengan pemberian anti histamin tanpa perlu
penghentian pengobatan. Dosis yang sangat tinggi dapat
menyebabkan hilangnya indera pengecap, cholestatic jaundice dan
kadang-kadang agranulositosis (0,2 – 0,7%), kemungkinan ini lebih
besar pada penderita umur di atas 40 tahun yang menggunakan dosis
besar.1,2,3
Efek samping lain yang jarang terjadi. a.l. berupa : arthralgia, demam
rhinitis, conjunctivitis, alopecia, sakit kepala, edema, limfadenopati,
hipoprotombinemia, trombositopenia,gangguan gastrointestinal.
Biasanya, terapi antitiroid jangka panjang hanya digunakan untuk
pasien-pasien dengan penyakit Graves, karena penyakit ini mungkin
sebenarnya sembuh dibawah perawatan tanpa memerlukan radiasi
tiroid atau operasi. Jika dirawat dari satu sampai dua tahun, data
menunjukkan angka-angka kesembuhan dari 40%-70%. Ketika
penyakitnya sembuh, kelenjarnya tidak lagi aktif berlebihan, dan obat
antitiroid tidak diperlukan. 1,2
Studi-studi akhir-akhir ini telah menunjukkan bahwa menambah suatu
pil hormon tiroid pada obat antitiroid sebenarnya berakibat pada angka-
angka kesembuhan yang lebih tinggi. Dasar pemikiran untuk ini
mungkin adalah bahwa dengan menyediakan suatu sumber luar untuk
hormon tiroid, dosis-dosis obat-obat antitiroid yang lebih tinggi dapat
diberikan, yang mungkin menekan sistim imun yang aktif berlebihan
pada orang-orang dengan penyakit Graves, tetapi tipe terapi ini tetap
kontroversial. Ketika terapi jangka panjang ditarik, pasien-pasien harus
terus menerus ditemui oleh dokter setiap tiga bulan untuk tahun
pertama, karena suatu kekambuhan dari penyakit Graves adalah
mungkin dalam waktu periode ini. Jika seorang pasien kambuh, terapi
22
obat antitiroid dapat dimulai kembali, atau yodium ber-radioaktif atau
operasi mungkin dipertimbangkan. 1,3,4
b. Yodium radioaktif
Yodium ber-radioaktif diberikan secara oral (melalui mulut, dengan pil
atau cairan) pada suatu dasar satu kali untuk mengablasi (ablate)
suatu kelenjar yang hiperaktif. Yodium yang diberikan untuk perawatan
ablasi (ablative treatment) adalah berbeda dengan yodium yang
digunakan pada suatu scan. Untuk perawatan, isotop yodium 131
digunakan, dimana untuk suatu scan rutin, yodium 123 digunakan.
Yodium ber-radioaktif diberikan setelah suatu scan yodium rutin, dan
pengambilan yodium ditentukan untuk mengkonfirmasi hipertiroid.
Yodium ber-radioaktif diambil oleh sel-sel aktif dalam tiroid dan
menghancurkan mereka. Karena yodium diambil hanya oleh sel-sel
tiroid, penghancuran hanya lokal, dan tidak ada efek-efek sampingan
yang menyebar luas dengan terapi ini. 4,5
Ablasi (ablation) yodium ber-radioaktif telah digunakan dengan aman
untuk lebih dari 50 tahun, dan penyebab-penyebab utama untuk tidak
menggunakannya hanya adalah kehamilan dan menyusui. Bentuk dari
terapi ini adalah pilihan perawatan untuk kekambuhan penyakit
Graves, pasien-pasien dengan kelibatan penyakit jantung yang parah,
mereka yang dengan multinodular goiter atau toxic adenomas, dan
pasien-pasien yang tidak dapat mentoleransi obat-obat antitiroid.
Yodium ber-radioaktif harus digunakan dengan hati-hati pada pasien-
pasien dengan penyakit Graves yang berkaitan dengan mata karena
studi-studi akhir-akhir ini telah menunjukkan bahwa penyakit mata
mungkin memburuk setelah terapi. Jika seorang wanita memilih untuk
hamil setelah ablation, adalah direkomendasikan ia menunggu 8-12
bulan setelah perawatan sebelum hamil. 1,2,4
Pada umumnya, lebih dari 80% dari pasien-pasien disembuhkan
dengan suatu dosis tunggal yodium ber-radioaktif. Itu memakan waktu
antara 8 sampai 12 minggu untuk tiroid menjadi normal setelah terapi.
23
Hipotiroid adalah komplikasi utama dari bentuk perawatan ini. Ketika
suatu keadaan hipotiroid yang sementara mungkin terlihat sampai
dengan enam bulan setelah perawatan dengan yodium ber-radioaktif,
jika ia menetap dengan gigi lebih lama dari enam bulan, terapi
penggantian tiroid (dengan T4 atau T3) biasanya dimulai. 4,5
c. Beta bloker
Terjadinya keluhan dan gejala hipertiroidi diakibatkan oleh adanya
hipersensitivitas pada sistim simpatis. Meningkatnya rangsangan
sistem simpatis ini diduga akibat meningkatnya ke-pekaan reseptor
terhadap katekolamin.Penggunaan obat-obatan golongan simpatolitik
diperkirakan akan menghambat pengaruh hati.Reserpin, guanetidin
dan penyekat beta(propranolol) merupakan obat yang masih
digunakan.Berbeda dengan reserpin/guanetidin, propranolol lebih
efektif terutama dalam kasus-kasus yang berat.Biasanya dalam 24 –
36 jam setelah pemberian akan tampak penurunan gejala.
Di samping pengaruh pada reseptor beta, propranolol dapat
menghambat konversi T4 ke T3 di perifer. Bila obat tersebut
dihentikan, maka dalam waktu ± 4 – 6 jam hipertiroid dapat kembali
lagi. Hal ini penting diperhatikan, karena penggunaan dosis tunggal
propranolol sebagai persiapan operasi dapat menimbulkan krisis tiroid
sewaktu operasi. Penggunaan propranolol a.l. sebagai : persiapan
tindakan pembedahan atau pemberian yodium radioaktif, mengatasi
kasus yang berat dan krisis tiroid.1,2,5
d. Operasi
Operasi untuk mengangkat sebagian dari kelenjar tiroid (partial
thyroidectomy) pernah sekali waktu dahulu adalah suatu bentuk yang
umum perawatan hipertiroid. Tujuannya adalah untuk mengangkat
jaringan tiroid yang memproduksi hormon tiroid yang berlebihan.
Bagaimanapun, jika terlalu banyak jaringan yang diangkat, suatu
produksi hormon tiroid, mungkin akan berakibat tidak memadai
24
(hipotiroid). Pada kasus ini, terapi penggantian tiroid dimulai.
Komplikasi utama dari operasi adalah gangguan/kekacauan dari
jaringan sekitarnya, termasuk syaraf-syaraf yang menyediakan pita-pita
suara (vocal cords) dan empat kelenjar-kelenjar kecil pada leher yang
mengatur tingkat-tingkat kalsium dalm tubuh (kelenjar-kelenjar
paratiroid). Pengangkatan kelenjar-kelenjar ini yang secara kebetulan
mungkin berakibat pada tingkat-tingkat kalsium yang rendah dan
memerlukan terapi penggantian kalsium. 4
Dengan perkenalan dari terapi yodium radioaktif dan obat-obat
antitiroid, operasi untuk hipertiroid adalah tidak seumum seperti
sebelumnya. Operasi adalah memadai untuk:
pasien-pasien hamil dan anak-anak yang mempunyai reaksi-reaksi
utama yang kurang baik terhadap obat-obat antitiroid.
pasien-pasien dengan kelenjar-kelenjar tiroid yang sangat besar
dan pada mereka yang mempunyai gejala-gejala yang bersumber
dari penekanan dari jaringan-jaringan yang berdekatan pada tiroid,
seperti kesulitan menelan, keparauan suara, dan sesak napas.
VI. Komplikasi
Komplikasi hipertiroidisme yang dapat mengancam nyawa adalah krisis
tirotoksik (thyroid storm). Hal ini dapat berkernbang secara spontan pada
pasien hipertiroid yang menjalani terapi, selama pembedahan kelenjar
tiroid, atau terjadi pada pasien hipertiroid yang tidak terdiagnosis.
Akibatnya adalah pelepasan hormon tiroid dalam jumlah yang sangat
besar yang menyebabkan takikardia, agitasi, tremor, hipertermia (sampai
106oF), dan, apabila tidak diobati dapat menyebabkan kematian. 1,2,3,5
Komplikasi lainnya adalah penyakit jantung Hipertiroid, oftalmopati
Graves, dermopati Graves, infeksi karena agranulositosis pada
pengobatan dengan obat antitiroid. Komplikasi terhadap jantung,
termasuk fibrilasi atrium dan kelainan ventrikel akan sulit dikontrol. Pria
25
dengan hipertiroid dapat mengalami penurunan libido, impotensi,
berkurangnya jumlah sperma, dan ginekomastia. 2,4,5
VII. Prognosa
PENUTUP
26