Pengelolaan Aset dan Pemanfaatan Rumah Khusus i
KATA PENGANTAR
Modul Pengelolaan Aset dan Pemanfaatan Rumah Khusus ini bertujuan untuk
memberikan pemahaman yang lebih mendalam kepada Peserta Pelatihan
tentang bagaimana melakukan pengelolaan aset rumah khusus sebagai Barang
Milik Negara/ Daerah (BMN/BMD), serta melakukan pemanfaatan rumah
khusus sebagai fungsi hunian.
Buku Modul ini disusun dalam 4 (empat) bab, meliputi Pendahuluan,
Pengelolaan Aset Rumah Khusus, Pemanfaatan Rumah Khusus, dan Penutup.
Modul ini disusun secara sistematis agar Peserta Pelatihan dapat mempelajari
materi dengan lebih mudah. Adapun fokus pembelajaran diarahkan pada peran
aktif dari Peserta Pelatihan.
Ucapan terima kasih dan penghargaan kami sampaikan kepada Tim Penyusun
atas tenaga dan pikiran yang dicurahkan untuk mewujudkan Modul Pengelolaan
Aset dan Pemanfaatan Rumah Khususini. Penyempurnaan, maupun perubahan
modul di masa mendatang senantiasa terbuka dan dimungkinkan mengingat
akan perkembangan situasi, kebijakan dan peraturan yang terus menerus
terjadi. Semoga modul ini dapat membantu dan bermanfaat bagi peningkatan
kompetensi para Aparatur Sipil Negara di Pusat dan Daerah dalam bidang
perumahan dan kawasan permukiman, khususnya dalam penyelenggaraan
rumah khusus.
Bandung, September 2017
Kepala Pusat Pendidikan dan Pelatihan
Jalan, Perumahan, Permukiman, dan
Pengembangan Infrastruktur Wilayah
ii Pengelolaan Aset dan Pemanfaatan Rumah Khusus
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ................................................................................................ I
DAFTAR ISI ........................................................................................................... II
DAFTAR TABEL .................................................................................................... IV
DAFTAR GAMBAR ................................................................................................ V
PETUNJUK PENGGUNAAN MODUL ..................................................................... VI
A. Deskripsi .............................................................................................. vi
B. Persyaratan .......................................................................................... vi
C. Metode ............................................................................................... vii
D. Alat Bantu/Media ............................................................................... vii
BAB 1 PENDAHULUAN 1
A. Latar Belakang ..................................................................................... 2
B. Deskripsi Singkat .................................................................................. 3
C. Kompetensi Dasar ................................................................................ 4
D. Indikator Hasil Belajar .......................................................................... 4
E. Materi dan Sub Materi Pokok .............................................................. 4
F. Estimasi Waktu .................................................................................... 4
BAB 2 PENGELOLAAN ASET RUMAH KHUSUS 5
A. Indikator Keberhasilan ......................................................................... 6
B. Pengertian mengenai Barang Milik Negara/ Daerah (BMN/BMD) ....... 6
C. Penetapan Status Penggunaan Rumah Khusus .................................... 8
D. Fasilitasi Pemanfaatan Rumah Khusus ............................................... 29
E. Pengalihan Status Penggunaan Rumah Khusus ................................. 31
F. Hibah Rumah Khusus ......................................................................... 44
G. Latihan ............................................................................................... 56
H. Rangkuman ........................................................................................ 58
BAB 3 PEMANFAATAN RUMAH KHUSUS 63
A. Indikator Keberhasilan ....................................................................... 64
Pengelolaan Aset dan Pemanfaatan Rumah Khusus iii
B. Penghunian Rumah Khusus ................................................................ 64
C. Pemeliharaan dan Perawatan Rumah Khusus .................................... 70
D. Latihan ............................................................................................... 79
E. Rangkuman ........................................................................................ 80
BAB 4 PENUTUP 81
A. Simpulan ............................................................................................ 82
B. Tindak Lanjut ...................................................................................... 83
DAFTAR SINGKATAN ........................................................................................... 85
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................... 86
GLOSARIUM ....................................................................................................... 87
BAHAN TAYANG ................................................................................................. 90
iv Pengelolaan Aset dan Pemanfaatan Rumah Khusus
DAFTAR TABEL
Tabel 1 Beberapa Pengertian terkait dengan Pengelolaan .................................. 8
Tabel 2 Daftar Kelengkapan Data Pendukung untuk Alih Status ........................ 37
Tabel 3 Daftar Data-data Pendukung Hibah Rumah Khusus .............................. 47
Tabel 4 Data Capaian Hibah/Alih Status Rumah Khusus .................................... 55
Pengelolaan Aset dan Pemanfaatan Rumah Khusus v
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1 Lingkup Pengelolaan Barang Milik Negara/ Daerah ........................... 7
Gambar 2 Pelaksanaan Kewenangan Menteri Keuangan ................................... 9
Gambar 3 Tata Cara Penetapan Status Penggunaan BMN ............................... 10
Gambar 4 Pelaksanaan Kewenangan Menteri PUPR ........................................ 11
Gambar 5 Pendelegasian Kewenangan Menteri Keuangan .............................. 12
Gambar 6 Pengalihan Status Penggunaan BMN/BMD dari .............................. 13
Gambar 7 Pencabutan Status Penggunaan BMN/BMD dan ............................. 15
Gambar 8 Skema Kegiatan Penatausahaan ...................................................... 16
Gambar 9 Bagan Organisasi Secara Keseluruhan ............................................. 17
Gambar 10 Bagan Organisasi Penatausahaan Unit Akuntansi ............................ 18
Gambar 11 Bagan Organisasi Penatausahaan Unit Akuntansi Pembantu
Pengguna Barang Eselon-I (UAPPB-E1) ............................................ 18
Gambar 12 Bagan Organisasi Penatausahaan Unit Akuntansi............................ 19
Gambar 13 Bentuk Pemanfaatan BMN/BMD ..................................................... 30
Gambar 14 Skema Proses Penetapan Status dan Alih Status Rumah Khusus ..... 35
Gambar 15 Alur Pengelolaan Rumah Khusus Berdasarkan Alih Status dari
Kementerian PUPR kepada Kementerian/Lembaga Lain ................. 43
Gambar 16 Pemindahtanganan Rumah Khusus (BMN) melalui Hibah ............... 44
Gambar 17 Skema Alur Prosedur Hibah Rumah Khusus..................................... 46
Gambar 18 Alur Pengelolaan Rumah Khusus Berdasarkan Hibah Dari Pemerintah
Daerah kepada Masyarakat ............................................................. 53
Gambar 19 Data Capaian Hibah/Alih Status Rumah Khusus Tahun 2006-2016 .. 55
Gambar 20 Contoh Rumah Khusus untuk hunian Masya-rakat Nelayan, yg
dilengkapi dengan prasarana jalan dan saluran ............................... 64
Gambar 21 Pemanfaatan Rumah Khusus dan PSU-nya ...................................... 65
Gambar 22 Proses Penghunian Sementara Rumah Khusus ................................ 66
Gambar 23 Lingkup Pemeliharaan Bangunan Rumah Khusus ............................ 71
Gambar 24 Lingkup Perawatan Bangunan Rumah Khusus ................................. 73
vi Pengelolaan Aset dan Pemanfaatan Rumah Khusus
PETUNJUK PENGGUNAAN MODUL
A. Deskripsi
Mata pelatihan ini bertujuan untuk memberikan pemahaman yang lebih
mendalam dan membekali Peserta dengan kompetensi tentang pengelolaan
aset rumah khusus dan pemanfaatan rumah khusus. Mata pelatihan ini
disajikan melalui metode ceramah dan diskusi interaktif. Adapun evaluasi
pembelajaran dilakukan melalui penilaian kemampuan Peserta Pelatihan dalam
memahami dan menyelesaikan latihan soal mengenai pengelolaan aset dan
pemanfaatan rumah khusus.
Kegitan belajar kedua yaitu menyajikan topik Pemanfaatan Rumah Khusus, yang
membahas mengenai substansi penghunian rumah khusus, serta menjelaskan
bagaimana melakukan pemeliharaan dan perawatan rumah khusus.
Seluruh Peserta Pelatihan dapat mempelajari keseluruhan Modul ini dengan
cara yang berurutan. Pemahaman setiap materi pada Modul ini sangat
diperlukan karena materi Modul ini menjadi dasar pemahaman untuk mengikuti
pembelajaran Modul Pelatihan yang lain (berikutnya) sehingga para Peserta
Pelatihan akan memperoleh pemahaman mengenai penyelenggaraan rumah
khusus ini secara utuh dan lengkap. Untuk lebih memahami dan mendalami
setiap materi pada Modul ini, maka setiap kegiatan belajar dilengkapi dengan
latihan soal atau evaluasi, untuk mengukur tingkat penguasaan para Peserta
Pelatihan setelah mempelajari materi pada Modul Pelatihan ini.
B. Persyaratan
Dalam mempelajari Modul Pengelolaan Aset dan Pemanfaatan Rumah Khusus
ini, Peserta Pelatihan dilengkapi dengan berbagai peraturan perundang-
undangan dan pedoman yang terkait dengan materi pengelolaan aset rumah
khusus dan pemanfaatan rumah khusus. Di samping itu, disediakan juga bahan
ajar yang dilengkapi dengan gambar-gambar dan tabel-tabel, yang difungsikan
Pengelolaan Aset dan Pemanfaatan Rumah Khusus vii
untuk memudahkan para Peserta Pelatihan agar lebih memahami materi yang
terdapat dalam Modul ini.
C. Metode
Dalam pelaksanaan pembelajaran ini, metode yang dipergunakan adalah
dengan metode ceramah interaktif, yaitu melalui kegiatan pemaparan yang
dilakukan oleh Pemberi Materi (Widyaiswara/ Narasumber). Dalam kegiatan
pembelajaran ini, Peserta Pelatihan diberikan kesempatan untuk melakukan
tanya jawab, curah pendapat, dan juga diskusi.
D. Alat Bantu/Media
Untuk menunjang tercapainya tujuan pembelajaran ini, maka diperlukan Alat
Bantu/Media pembelajaran tertentu, yaitu berupa:
1. LCD/ Proyektor/ Infocus;
2. Laptop;
3. Papan Tulis atau Whiteboard dengan spidol dan penghapusnya;
4. Flip chart;
5. Modul dan/atau Bahan Ajar;
6. Bahan tayang dan film singkat (animasi visual); serta
7. Laser pointer.
2 Pengelolaan Aset dan Pemanfaatan Rumah Khusus
Pendahuluan
A. Latar Belakang
Salah satu upaya untuk memenuhi kebutuhan perumahan masyarakat miskin
(MBR), serta masyarakat yang memiliki kebutuhan khusus adalah melalui
penyelenggaraan rumah khusus, disamping penyelenggaraan rumah susun
sederhana sewa, rumah swadaya dan fasilitasi pembangunan rumah umum
yang melibatkan Pengembang dan Perbankan untuk penyaluran bantuan
maupun KPR. Dalam hal ini, Pemerintah mempunyai tanggung jawab dalam
penyediaan/ pembangunan rumah umum, rumah khusus, dan rumah negara
(amanat dari Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2011).
Dalam Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan
Permukiman, dijelaskan bahwa definisi rumah khusus adalah rumah yang
diselenggarakan untuk memenuhi kebutuhan khusus. Dalam hal ini, Pemerintah
mempunyai tanggung jawab untuk memberikan bantuan dalam penyediaan
rumah khusus bagi kelompok masyarakat yang memiliki kebutuhan khusus dan
belum mampu menyediakan rumah layak huni secara mandiri.
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2011 tersebut, dapat dijelaskan
bahwa tahapan dalam penyediaan rumah khusus meliputi tahap perencanaan,
pembangunan, pemanfaatan, dan pengendalian rumah khusus. Setelah tahap
pembangunan rumah khusus selesai dilaksanakan, maka tahapan selanjutnya
yang sangat penting adalah tahap pemanfaatan rumah khusus, karena pada
tahap ini akan dilakukan proses pengelolaan (serah terima) aset rumah khusus
sebagai Barang Milik Negara (BMN), yang mencakup proses pengalihan status
penggunaan atau hibah rumah khusus, serta pemanfaatan rumah khusus
selanjutnya secara fisik yang berfungsi sebagai hunian (tempat tinggal).
Oleh karena itu, proses pengelolaan (serah terima) aset rumah khusus ini harus
dilakukan secara baik dan tepat waktu karena melibatkan berbagai pihak lain,
yaitu Kementerian Keuangan, Kementerian/ Lembaga lainnya, Pemerintah
Pengelolaan Aset dan Pemanfaatan Rumah Khusus 3
Daerah, Masyarakat, dan Mitra lainnya. Namun, yang terutama adalah
bagaimana menyiapkan kelengkapan dokumen persyaratan administratif yang
relatif banyak dalam jangka waktu yang relatif terbatas (maksimal satu tahun).
Pada proses ini umumnya sering kali menimbulkan permasalahan, terutama
penyiapan dokumen persyaratan administratif yang tidak lengkap, sehingga
dapat menghambat proses pengalihan status penggunaan rumah khusus
maupun hibah rumah khusus. Kondisi tersebut yang masih menjadi tantangan
bagi Direktorat Rumah Khusus hingga saat ini, agar dapat melakukan upaya-
upaya terobosan yang inovatif.
Modul Pengelolaan Aset dan Pemanfaatan Rumah Khusus ini disusun sebagai
salah satu topik dalam Mata Pelatihan Penyelenggaraan Rumah Khusus dengan
tujuan untuk memberikan pemahaman secara menyeluruh (komprehensif)
mengenai penyelenggaraan rumah khusus tersebut. Jadi, dengan melakukan
pembelajaran terhadap kegiatan Pengelolaan Aset dan Pemanfaatan Rumah
Khusus tersebut, maka harapannya adalah sebagai berikut:
1. Aparatur Sipil Negara (Pemerintah) di Pusat maupun di Daerah, yang
melaksanakan program dan kegiatan pembangunan rumah khusus harus
dapat memahami dan menerapkan bagaimana melakukan pengelolaan aset
rumah khusus sebagai Barang Milik Negara/Daerah (BMN/BMD), serta
melakukan pemanfaatan rumah khusus yang berfungsi sebagai hunian.
2. Kelembagaan/ Unit Kerja yang terlibat dalam penyelenggaraan Rumah
Khusus, baik di Pusat maupun Daerah, juga dapat mengikuti pembelajaran
terhadap kegiatan Pengelolaan Aset dan Pemanfaatan Rumah Khusus
tersebut untuk kepentingan lembaga/ unit kerja yang bersangkutan.
3. Pada akhirnya, kelompok masyarakat yang memiliki kebutuhan khusus akan
lebih mudah untuk mendapatkan rumah yang layak huni dan terjangkau,
sehingga diharapkan dapat menjadi pendorong untuk pemenuhan Program
Sejuta Rumah, termasuk mengurangi jumlah rumah tidak layak huni, dan
backlog perumahan.
B. Deskripsi Singkat
Mata pelatihan ini bertujuan untuk memberikan pemahaman yang lebih
mendalam dan membekali Peserta dengan kompetensi tentang pengelolaan
aset rumah khusus dan pemanfaatan rumah khusus. Mata pelatihan ini
4 Pengelolaan Aset dan Pemanfaatan Rumah Khusus
disajikan melalui metode ceramah dan diskusi interaktif. Adapun evaluasi
pembelajaran dilakukan melalui penilaian kemampuan Peserta Pelatihan dalam
memahami dan menyelesaikan latihan soal mengenai pengelolaan aset dan
pemanfaatan rumah khusus..
C. Kompetensi Dasar
Pada akhir pembelajaran, peserta pelatihan diharapkan mampu menerapkan
pengelolaan aset dan pemanfaatan rumah khusus.
D. Indikator Hasil Belajar
Setelah mengikuti pembelajaran Mata Pelatihan ini, maka Peserta Pelatihan
diharapkan mampu:
1. Menjelaskan dan melaksanakan proses pengelolaan aset Rumah Khusus.
2. Menjelaskan dan melaksanakan pemanfaatan Rumah Khusus.
E. Materi dan Sub Materi Pokok
Materi pokok dan sub materi pokok dalam Mata Pelatihan Pengelolaan Aset dan Pemanfaatan Rumah Khusus ini adalah sebagai berikut:
1. Pengelolaan Aset Rumah Khusus, meliputi:
a. Pengertian mengenai Barang Milik Negara/Daerah (BMN/BMD).
b. Penetapan Status Penggunaan Rumah Khusus.
c. Fasilitasi Pemanfaatan Rumah Khusus.
d. Pengalihan Status Penggunaan Rumah Khusus.
e. Hibah Rumah Khusus.
2. Pemanfaatan Rumah Khusus, meliputi:
a. Penghunian Rumah Khusus.
b. Pemeliharaan dan Perawatan Rumah Khusus.
F. Estimasi Waktu
Untuk mempelajari Modul Pengelolaan Aset dan Pemanfaatan Rumah Khusus
pada Pelatihan Penyelenggaraan Rumah Khusus ini, akan dialokasikan waktu
sebanyak 4 (empat) Jam Pelajaran @ 45 Menit (selama 180 Menit).
6 Pengelolaan Aset dan Pemanfaatan Rumah Khusus
Pengelolaan Aset Rumah Khusus
A. Indikator Keberhasilan
Dengan mengikuti pembelajaran ini, Peserta Pelatihan diharapkan mampu
menjelaskan dan melaksanakan proses pengelolaan aset Rumah Khusus, yang
mencakup pengertian mengenai Barang Milik Negara/Daerah, penetapan status
penggunaan rumah khusus, fasilitasi pemanfaatan rumah khusus, pengalihan
status penggunaan rumah khusus, serta hibah rumah khusus.
B. Pengertian mengenai Barang Milik Negara/ Daerah (BMN/BMD)
Mengacu pada Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 27 Tahun 2014
tentang Pengelolaan Barang Milik Negara/ Daerah, dijelaskan bahwa Barang
Milik Negara/Daerah (BMN/BMD) meliputi:
1. Barang yang dibeli atau diperoleh atas beban Anggaran Pendapatan dan
Belanja Negara/Daerah (APBN/ APBD).
2. Barang yang berasal dari perolehan lainnya yang sah, meliputi:
a. Barang yang diperoleh dari hibah/sumbangan atau yang sejenis.
b. Barang yang diperoleh sebagai pelaksanaan dari perjanjian/kontrak.
c. Barang yang diperoleh sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.
d. Barang yang diperoleh berdasarkan putusan pengadilan yang telah
berkekuatan hukum tetap.
Barang tersebut bisa berupa lahan dan/atau bangunan (seperti rumah, kantor,
dan lain-lain), atau berupa selain lahan dan/atau bangunan (seperti mobil,
motor, dan lain-lain). Di Direktorat Rumah Khusus, Ditjen. Penyediaan
Perumahan, Kementerian PUPR, suatu bangunan Rumah Khusus diperoleh
(dibangun) dengan menggunakan dana dari Anggaran Pendapatan dan Belanja
Negara(APBN), yang berarti merupakan Barang Milik Negara (BMN). Apabila
Barang Milik Negara tersebut kemudian dihibahkan kepada Pemerintah Daerah,
maka menjadi Barang Milik Daerah (BMD).
Pengelolaan Aset dan Pemanfaatan Rumah Khusus 7
Rumah Khusus sebagai Barang Milik Negara/Daerah (BMN/BMD) harus dikelola
berdasarkan pada asas fungsional, kepastian hukum, transparansi, efisiensi,
akuntabilitas, dan kepastian nilai. Adapun lingkup pengelolaan Barang Milik
Negara/Daerah, meliputi: 1) Perencanaan kebutuhan dan penganggaran; 2)
Pengadaan; 3) Penggunaan; 4) Pemanfaatan; 5) Pengamanan dan
pemeliharaan; 6) Penilaian; 7) Pemindahtanganan; 8) Pemusnahan; 9)
Penghapusan; 10) Penatausahaan; serta 11) Pembinaan, pengawasan dan
pengendalian.
Gambar 1 Lingkup Pengelolaan Barang Milik Negara/ Daerah (Sumber: Peraturan Pemerintah No. 27 Tahun 2014)
Beberapa pengertian yang terkait dengan pengelolaan aset Rumah Khusus
sebagai Barang Milik Negara/ Daerah (BMN/ BMD) dapat dilihat pada tabel
berikut ini.
8 Pengelolaan Aset dan Pemanfaatan Rumah Khusus
Tabel 1 Beberapa Pengertian terkait dengan Pengelolaan Aset Rumah Khusus
NO. ISTILAH PENGERTIAN
1. Pengelola Barang (Menteri Keuangan)
Pejabat yang berwenang dan bertanggung jawab menetapkan kebijakan dan melakukan pengelolaan BMN/BMD
2. Pengguna Barang (Menteri/ Ka.Lembaga)
Pejabat pemegang kewenangan penggunaan BMN/ BMD
3. Kuasa Pengguna Barang (Ka. Satker atau Ka. Kantor)
Kepala Satuan Kerja atau Pejabat yang ditunjuk oleh Pengguna Barang untuk menggunakan barang yang berada dalam penguasaannya
4. Penggunaan (PMK No. 246/2014 jo PMK No. 87/2016)
Kegiatan yang dilakukan oleh Pengguna Barang dalam mengelola BMN/BMD sesuai dengan tugas dan fungsinya
5. Pemanfaatan (PMK No. 78/2014)
Pendayagunaan BMN/BMD yg tidak digunakan untuk penyelenggaraan tugas dan fungsi lembaga dan/atau optimalisasi BMN/BMD dengan tidak mengubah status kepemilikan
6. Pemindahtanganan (PMK No. 111/2016)
Pengalihan kepemilikan Barang Milik Negara/ Daerah (BMN/BMD)
7. Hibah (PMK No. 111/2016)
Pengalihan kepemilikan barang tanpa memperoleh penggantian
Sumber: PP No. 27/2014 tentang Pengelolaan BMN/BMD dan Dit. Rumah Khusus
Untuk dapat menggunakan Barang Milik Negara/ Daerah tersebut, maka perlu
ditetapkan terlebih dahulu status penggunaannya oleh:
1. Pengelola Barang (Menteri Keuangan), untuk Barang Milik Negara.
2. Gubernur/Bupati/Walikota, untuk Barang Milik Daerah.
C. Penetapan Status Penggunaan Rumah Khusus
Rumah khusus yang dibangun oleh Pemerintah dengan dana APBN merupakan
Barang Milik Negara (BMN), sehingga penggunaannya harus mengacu pada
Peraturan Menteri Keuangan Nomor 246/PMK.06/2014 tentang Tata Cara
Pelaksanaan Penggunaan Barang Milik Negara (BMN). Dalam Peraturan Menteri
Pengelolaan Aset dan Pemanfaatan Rumah Khusus 9
ini akan diatur mengenai tata cara pelaksanaan penggunaan BMN yang berada
pada Pengelola Barang dan Pengguna Barang.
Pengelola Barang adalah pejabat yang berwenang dan bertanggung-jawab
menetapkan kebijakan dan pedoman serta melakukan pengelolaan BMN, dalam
hal ini adalah Menteri Keuangan, yang memiliki kewenangan dan tanggung
jawab sebagai berikut:
1. Menetapkan status Penggunaan Barang Milik Negara (BMN).
2. Menetapkan status Penggunaan BMN untuk dioperasikan oleh pihak lain.
3. Memberikan persetujuan Penggunaan sementara BMN.
4. Memberikan persetujuan alih status Penggunaan BMN.
5. Melakukan pengawasan dan pengendalian terhadap pelaksanaan Peng-
gunaan BMN.
Kewenangan Menteri Keuangan dalam menetapkan status Penggunaan BMN,
dapat meliputi BMN berupa tanah dan/atau bangunan, serta BMN selain tanah
dan/atau bangunan. Kewenangan dan tanggung jawab Menteri Keuangan
tersebut secara fungsional akan dilaksanakan oleh Direktur Jenderal. Namun
dalam pelaksanaannya, Direktur Jenderal tersebut dapat menunjuk seorang
Pejabat Struktural di lingkungan Direktorat Jenderal untuk melaksanakan
sebagian kewenangan dan tanggung jawabnya sebagaimana dijelaskan di atas.
Gambar 2 Pelaksanaan Kewenangan Menteri Keuangan sebagai Pengelola Barang
(Sumber: Peraturan Menteri Keuangan No. 246/PMK.06/2014)
Penetapan status Penggunaan Barang Milik Negara (BMN) dilakukan dengan
tata cara sebagai berikut:
10 Pengelolaan Aset dan Pemanfaatan Rumah Khusus
1. Pengguna Barang melaporkan Barang Milik Negara (BMN) yang diterimanya
kepada Pengelola Barang, disertai dengan usul Penggunaan.
2. Pengelola Barang meneliti laporan dari Pengguna Barang dan menetapkan
status penggunaannya.
Gambar 3 Tata Cara Penetapan Status Penggunaan BMN
oleh Pengelola Barang (Sumber: Peraturan Menteri Keuangan No. 246/PMK.06/2014)
Di samping itu, ada Pengguna Barang yaitu Pejabat pemegang kewenangan
penggunaan Barang Milik Negara (BMN), yang dalam hal ini Menteri Pekerjaan
Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) atau Menteri/Pimpinan Lembaga lainnya.
Dengan demikian, Menteri PUPR(Menteri/Pimpinan Lembaga lainnya) selaku
Pengguna Barang memiliki kewenangan dan tanggung jawab sebagai berikut:
1. Menetapkan status Penggunaan BMN yang berada dalam penguasaannya.
2. Mengajukan permohonan penetapan status Penggunaan BMN kepada
Pengelola Barang, termasuk penetapan status Penggunaan BMN untuk
dioperasikan oleh pihak lain.
3. Mengajukan permohonan persetujuan Penggunaan BMN kepada Pengelola
Barang.
4. Mengajukan permohonan persetujuan alih status Penggunaan BMN kepada
Pengelola Barang.
5. Melakukan pengawasan dan pengendalian atas Penggunaan BMN yang
berada dalam penguasaannya.
Kewenangan dan tanggung jawab Menteri PUPR (Menteri/ Pimpinan Lembaga)
selaku Pengguna Barang secara fungsional dilaksanakan oleh Pejabat Eselon I
yang membidangi pengelolaan BMN pada Kementerian PUPR (Kementerian/
Lembaga yang bersangkutan). Di samping itu, Menteri PUPR (Menteri/Pimpinan
Lembaga) dapat juga menunjuk Pejabat di lingkungan Kantor Pusat dan/atau
Pengelolaan Aset dan Pemanfaatan Rumah Khusus 11
Pejabat di lingkungan Instansi Vertikal untuk melaksanakan kewenangan dan
tanggung jawabnya selaku Pengguna Barang sebagaimana dijelaskan di atas.
Gambar 4 Pelaksanaan Kewenangan Menteri PUPR sebagai Pengguna Barang
(Sumber: Peraturan Menteri Keuangan No. 246/PMK.06/2014)
Penetapan status Penggunaan BMN tidak dilakukan terhadap:
1. Barang Milik Negara/Daerah, yang berupa: (i) barang persediaan; (ii)
konstruksi dalam pengerjaan; atau (iii) barang yang dari awal
pengadaannya direncanakan untuk dihibahkan.
2. Barang Milik Negara yang berasal dari dana dekonsentrasi dan dana
penunjang tugas pembantuan, yang direncanakan untuk diserahkan.
3. Barang Milik Negara lainnya yang ditetapkan lebih lanjut oleh Pengelola
Barang.
4. Barang Milik Daerah lainnya yang ditetapkan lebih lanjut oleh Gubernur/
Bupati/Walikota.
Rumah Khusus sebagai Barang Milik Negara merupakan barang persediaan, dan
juga dari awal pengajuan usulan (pada tahap perencanaan) direncanakan untuk
dihibahkan kepada Pemerintah Daerah Kabupaten/ Kota sehingga tidak perlu
dilakukan penetapan status Penggunaan Rumah Khusus terlebih dahulu, tetapi
akan dilakukan pada saat yang bersamaan dengan proses serah terima asetnya.
Dalam Peraturan Menteri Keuangan Nomor 4/PMK.06/2015 tentang Pen-
delegasian Kewenangan dan Tanggung Jawab Tertentu dari Pengelola Barang
kepada Pengguna Barang, dijelaskan bahwa Pengelola Barang Milik Negara
dapat mendelegasikan kewenangan dan tanggung jawab tertentu kepada
12 Pengelolaan Aset dan Pemanfaatan Rumah Khusus
Pengguna Barang/Kuasa Pengguna Barang, terutama dalam penetapan status
Penggunaan atas Barang Milik Negara dan Hibah Barang Milik Negara (yang
nilainya kurang dari Rp. 10 Milyar). Dalam hal Rumah Khusus sebagai BMN,
penetapan status Penggunaannya dilakukan melalui pendelegasian kewenangan
dan tanggung jawab dari Menteri Keuangan (Pengelola Barang) kepada Menteri
Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (Pengguna Barang).
Selanjutnya, pendelegasian kewenangan dan tanggung jawab tersebut harus
dilaksanakan oleh Menteri PUPR atau Menteri/ Pimpinan Lembaga selaku
Pengguna Barang. Namun dalam pelaksanaannya, kewenangan dan tanggung
jawab tersebut secara fungsional akan dilakukan oleh Sekretaris Jenderal, atau
Sekretaris Kementerian, atau Sekretaris Utama pada Kementerian/Lembaga,
termasuk Kantor Menteri Koordinator atau Kantor Menteri Negara.
Gambar 5 Pendelegasian Kewenangan Menteri Keuangan
(Pengelola Barang) kepada Menteri PUPR (Pengguna Barang) (Sumber: Peraturan Menteri Keuangan No. 4/PMK.06/2015)
Barang Milik Negara yang telah ditetapkan status penggunaannya pada
Pengguna Barang dapat digunakan sementara oleh Pengguna Barang lainnya
dalam jangka waktu tertentu tanpa harus mengubah status Penggunaan Barang
Milik Negara tersebut, setelah terlebih dahulu mendapatkan persetujuan dari
Pengelola Barang (Menteri Keuangan). Adapun Barang Milik Daerah yang telah
ditetapkan status penggunaannya pada Pengguna Barang dapat digunakan
sementara oleh Pengguna Barang lainnya dalam jangka waktu tertentu tanpa
harus mengubah status Penggunaan Barang Milik Daerah tersebut setelah
terlebih dahulu mendapatkan persetujuan dari Gubernur/ Bupati/Walikota.
Pengelolaan Aset dan Pemanfaatan Rumah Khusus 13
Barang Milik Negara dapat dialihkan status penggunaannya dari Pengguna
Barang kepada Pengguna Barang lainnya untuk penyelenggaraan tugas dan
fungsi berdasarkan persetujuan Pengelola Barang. Pengalihan status Peng-
gunaan Barang Milik Negara dapat pula dilakukan berdasarkan inisiatif dari
Pengelola Barang dengan terlebih dahulu memberitahukan maksudnya tersebut
kepada Pengguna Barang.
Gambar 6 Pengalihan Status Penggunaan BMN/BMD dari Pengguna Barang (Lama) kepada Pengguna Barang (Baru) (Sumber: Peraturan Menteri Keuangan No. 246/PMK.06/2014)
Barang Milik Daerah juga dapat dialihkan status penggunaannya dari Pengguna
Barang kepada Pengguna Barang lainnya untuk penyelenggaraan tugas dan
fungsi berdasarkan persetujuan Gubernur/Bupati/Walikota, atau berdasarkan
inisiatif dari Gubernur/ Bupati/ Walikota, dengan terlebih dahulu memberi-
tahukan maksudnya tersebut kepada Pengguna Barang.
Penetapan status Penggunaan Barang Milik Negara/ Daerah berupa tanah
dan/atau bangunan dilakukan dengan ketentuan bahwa tanah dan/atau
bangunan tersebut diperlukan untuk kepentingan penyelenggaraan tugas dan
fungsi dari Pengguna Barang dan/atau Kuasa Pengguna Barang yang
bersangkutan. Dalam hal ini, Pengguna Barang wajib menyerahkan Barang Milik
Negara/Daerah berupa tanah dan/atau bangunan yang tidak digunakan dalam
penyelenggaraan tugas dan fungsi Pengguna Barang, kepada:
1. Pengelola Barang, untuk Barang Milik Negara.
2. Gubernur/Bupati/Walikota melalui Pengelola Barang Milik Daerah, untuk
Barang Milik Daerah.
14 Pengelolaan Aset dan Pemanfaatan Rumah Khusus
Bagi Pengguna Barang yang tidak menyerahkan Barang Milik Negara berupa
tanah dan/atau bangunan yang telah ditetapkan sebagai Barang Milik Negara,
tetapi tidak digunakan dalam penyelenggaraan tugas dan fungsi Pengguna
Barang akan dikenakan sanksi berupa:
1. Pembekuan dana pemeliharaan Barang Milik Negara berupa tanah dan/atau
bangunan tersebut.
2. Penundaan penyelesaian atas usulan Pemanfaatan, Pemindahtanganan,
atau Penghapusan Barang Milik Negara.
Begitu pula, bagi Pengguna Barang yang tidak menyerahkan Barang Milik
Daerah berupa tanah dan/atau bangunan yang tidak digunakan untuk
kepentingan penyelenggaraan tugas dan fungsi Pengguna Barang kepada
Gubernur/Bupati/Walikota, maka akan dikenakan sanksi berupa pembekuan
dana pemeliharaan Barang Milik Daerah berupa tanah dan/atau bangunan
tersebut. Ketentuan mengenai tata cara pengenaan sanksi kepada Pengguna
Barang yang tidak menyerahkan Barang Milik Negara (BMN) diatur secara
tersendiri melalui Peraturan Menteri Keuangan.
Selanjutnya, tanah dan/atau bangunan yang tidak digunakan atau tidak
dimanfaatkan akan dicabut penetapan status penggunaannya oleh:
1. Pengelola Barang (Menteri Keuangan), untuk Barang Milik Negara.
2. Gubernur/Bupati/Walikota, untuk Barang Milik Daerah.
Pengelola Barang kemudian menetapkan Barang Milik Negara yang harus
diserahkan oleh Pengguna Barang karena tidak digunakan untuk kepentingan
penyelenggaraan tugas dan fungsi Pengguna Barang dan/atau Kuasa Pengguna
Barang dan tidak dimanfaatkan oleh Pihak Lain. Adapun Gubernur/Bupati/
Walikota menetapkan Barang Milik Daerah yang harus diserahkan oleh
Pengguna Barang karena tidak digunakan untuk kepentingan penyelenggaraan
tugas dan fungsi Pengguna Barang dan/atau Kuasa Pengguna Barang dan tidak
dimanfaatkan oleh Pihak Lain.
Dalam menetapkan penyerahan BMN/BMD, Pengelola Barang Milik Negara
atau Gubernur/Bupati/Walikota perlu memperhatikan:
1. Standar kebutuhan tanah dan/atau bangunan untuk menyelenggarakan dan
menunjang tugas dan fungsi instansi bersangkutan.
2. Hasil audit atas penggunaan tanah dan/atau bangunan.
3. Laporan, data, dan informasi yang diperoleh dari sumber lain.
Pengelolaan Aset dan Pemanfaatan Rumah Khusus 15
Gambar 7 Pencabutan Status Penggunaan BMN/BMD dan Penetapan Penyerahan BMN/BMD
(Sumber: Peraturan Menteri Keuangan No. 246/PMK.06/2014)
Sebagaimana telah dijelaskan bahwa rumah khusus sebagai Barang Milik Negara
merupakan barang persediaan, dan juga dari awal pengajuan usulan (pada
tahap perencanaan) direncanakan untuk dihibahkan kepada Pemerintah Daerah
Kabupaten/ Kota sehingga tidak perlu dilakukan penetapan status Penggunaan
Rumah Khusus terlebih dahulu, tetapi akan dilakukan pada saat yang
bersamaan dengan proses serah terima asetnya. Namun, dalam pengelolaan
rumah khusus sebagai Barang Milik Negara, tetap harus dilakukan penata-
usahaan, yang merupakan rangkaian kegiatan meliputi pembukuan, inven-
tarisasi, dan pelaporan Barang Milik Negara/Daerah sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan (Peraturan Pemerintah Nomor 27/2014 tentang
Pengelolaan BMN/BMD dan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 181/PMK.06/2016
tentang Penatausahaan BMN).
Kegiatan Penatausahaan Rumah Khusus
Kegiatan penatausahaan Rumah Khusus ini mengacu pada Peraturan Menteri
Keuangan Nomor 181/PMK.06/2016 tentang Penatausahaan Barang Milik Negara
(BMN), yang menjelaskan bahwa lingkup kegiatan penatausahaan Rumah Khusus ini
terdiri atas 3 (tiga) tahap, yaitu:
1. Pembukuan, yang terdiri atas kegiatan pendaftaran dan pencatatan BMN
ke dalam Daftar Barang.
2. Inventarisasi, yang terdiri atas kegiatan pendataan, pencatatan, dan
pelaporan hasil pendataan BMN.
16 Pengelolaan Aset dan Pemanfaatan Rumah Khusus
3. Pelaporan, yang terdiri atas kegiatan penyusunan dan penyampaian data
dan informasi BMN secara semesteran dan tahunan.
Adapun kegiatan penatausahaan Rumah Khusus ini secara keseluruhan dapat
digambarkan dalam bentuk skema, sebagaimana dapat dilihat pada gambar
skema berikut ini.
Gambar 8 Skema Kegiatan Penatausahaan
(Sumber: Peraturan Menteri Keuangan No. 181/PMK.06/2016)
Penatausahaan Rumah Khusus yang berada di Kementerian Pekerjaan Umum
dan Perumahan Rakyat dilaksanakan oleh:
1. UAKPB (Unit Akutansi Kuasa Pengguna Barang).
2. UAPPB-E1 (Unit Akuntansi Pembantu Pengguna Barang-Eselon I).
3. UAPB (Unit Akutansi Pengguna Barang).
Struktur organisasi penatausahaan Rumah Khusus di Kementerian Pekerjaan
Umum dan Perumahan Rakyat adalah sebagai berikut:
1. Unit Akutansi Pengguna Barang (UAPB)
Pengelolaan Aset dan Pemanfaatan Rumah Khusus 17
UAPB adalah unit penatausahaan pada tingkat Kementerian Negara/
Lembaga yang secara fungsional dilakukan oleh Unit Eselon-I yang
membidangi kesekretariatan, Unit Eselon-II, Unit Eselon-III dan Unit Eselon-
IV yang membidangi BMN. Adapun Penanggung jawab UAPB adalah
Menteri Pekerjan Umum dan Perumahan Rakyat. UAPB ini membawahi
UAPPB-E1 dan UAKPB.
2. Unit Akutansi Pembantu Pengguna Barang–EselonI (UAPPB-E1)
UAPPB-E1 adalah unit penatausahaan pada tingkat Eselon-I, yang secara
fungsional dilakukan oleh Unit Eselon-II yang membidangi kesekretariatan,
Unit Eselon-III dan Unit Eselon-IV yang membidangi BMN. Adapun Penang-
gung jawab UAPPB-E1 adalah Pejabat Eselon-I, yaitu Direktur Jendral
Penyediaan Perumahan. UAPPB-E1 ini membawahi UAKPB.
3. Unit Akuntansi Kuasa Pengguna Barang (UAKPB)
UAKPB adalah unit penatausahaan pada tingkat Satuan Kerja (Kuasa
Pengguna Barang), yang secara fungsional dilakukan oleh Unit Eselon-III,
dan Eselon-IV yang membidangi kesekretariatan dan/atau BMN. Penang-
gung jawab UAKPB adalah Kepala Kantor/ Kepala Satuan Kerja, yaitu
Direktur Rumah Khusus.
Adapun bagan struktur organisasi penatausahaan adalah sebagai berikut:
Gambar 9 Bagan Organisasi Secara Keseluruhan (Sumber: Peraturan Menteri Keuangan No. 181/PMK.06/2016)
18 Pengelolaan Aset dan Pemanfaatan Rumah Khusus
Gambar 10 Bagan Organisasi Penatausahaan Unit Akuntansi Pengguna Barang
(Sumber: Peraturan Menteri Keuangan No. 181/PMK.06/2016)
Gambar 11 Bagan Organisasi Penatausahaan Unit Akuntansi Pembantu Pengguna Barang Eselon-I (UAPPB-E1)
(Sumber: Peraturan Menteri Keuangan No. 181/PMK.06/2016)
Pengelolaan Aset dan Pemanfaatan Rumah Khusus 19
Gambar 12 Bagan Organisasi Penatausahaan Unit Akuntansi
Kuasa Pengguna Anggaran (UAKPB)
(Sumber: Peraturan Menteri Keuangan No. 181/PMK.06/2016)
Tugas Pelaksana Penatausahaan dijabarkan sebagai berikut:
1. Tingkat Unit Akutansi Kuasa Pengguna Barang (UAKPB)
UAKPB bertugas menyelenggarakan penatausahaan Rumah Khusus pada
Kuasa Pengguna Barang, meliputi:
a. Menyusun Daftar Barang Kuasa Pengguna (DBKP).
b. Melakukan Pembukuan Rumah Khusus:
Membukukan dan mencatat semua Rumah Khusus ke dalam Kartu
Identitas Barang (KIB).
Membukuan dan mencatat mutasi Rumah Khusus ke dalam Buku
Barang dan/atau KIB.
Membukukan dan mencatat hasil inventarisasi ke dalam Buku
Barang dan/ atau KIB.
Menyusun Daftar Barang yang datanya berasal dari Buku Barang
dan KIB.
Mencatat perubahan kondisi barang ke dalam Buku Barang.
c. Melakukan inventarisasi Rumah Khusus yang berada dalam penguasa-
annya sekurang-kurangnya 5 (lima) tahun.
d. Melakukan rekonsiliasi data Rumah Khusus dengan Unit Akuntansi
Kuasa Pengguna Anggaran (UAKPA).
e. Melakukan rekonsiliasi antara Daftar Barang Kuasa Pengguna (DBKP)
pada UAKPB dan Daftar Barang Milik Negara – Kantor Daerah (DBMN-
KD) per Kementerian pada Kantor Pelayanan Kekayaan Negara dan
Lelang (KPKNL) jika diperlukan oleh Pengelola Barang.
f. Melakukan Pelaporan Rumah Khusus, meliputi:
20 Pengelolaan Aset dan Pemanfaatan Rumah Khusus
Menyampaikan DBKP untuk pertama kali kepada UAPPB-E1 dan
KPKNL.
Menyampaikan mutasi Rumah Khusus pada DBKP secara periodik
kepada UAPPB-E1 dan KPKNL.
Menyusun dan menyampaikan Laporan Hasil Inventarisasi (LHI)
Rumah Khusus kepada UAPPB-E1 dan KPKNL.
Menyusun dan menyampaikan Laporan Barang Kuasa Pengguna
(LBKP) semesteran dan tahunan secara periodik kepada UAPPB-E1
dan KPKNL.
Menyusun dan menyampaikan Laporan Kondisi Barang (LKB) secara
periodik kepada UAPPB-E1 dan tembusan ke KPKNL.
g. Melakukan pengamanan dokumen, meliputi:
Menyimpan fotokopi dokumen kepemilikan rumah khusus berupa
tanah dan/atau bangunan yang berada dalam penguasaannya.
Menyimpan asli dan/atau fotokopi dokumen penatausahaan rumah
khusus.
2. Tingkat Unit Akutansi Pembantu Pengguna Barang Eselon-I (UAPPB-E1)
UAPPB-E1 bertugas menyelenggarakan penatausahaan Rumah Khusus pada
tingkat Eselon-I, meliputi:
a. Menyusun Daftar Barang Pengguna Eselon-I (DBP-E1).
b. Melakukan pembukuan rumah khusus, meliputi:
Mendaftar dan mencatat semua Rumah Khusus dan PSU ke dalam
Daftar Barang, yang berasal dari UAKPB yang berada di lingkungan
Unit Eselon-I yang bersangkutan.
Mendaftar dan mencatat mutasi Rumah Khusus ke dalam Daftar
Barang yang berasal dari UAKPB yang berada di lingkungan Unit
Eselon-I yang bersangkutan.
Mendaftar dan mencatat hasil inventarisasi Rumah Khusus dan PSU
ke dalam Daftar Barang, yang datanya berasal dari UAKPB yang
berada di lingkungan Unit Eselon-I yang bersangkutan.
c. Mengkoordinasikan pelaksanaan inventarisasi rumah khusus dan BMN
di lingkungan Unit Eselon-I yang bersangkutan.
d. Melakukan pelaporan rumah khusus, meliputi:
Menyampaikan DBP-E1 untuk pertama kali kepada UAPB.
Pengelolaan Aset dan Pemanfaatan Rumah Khusus 21
Menyampaikan mutasi rumah khusus dan PSU pada DBP-E1 secara
periodik kepada UAPB.
Menyusun dan menyampaikan LHI Rumah Khusus yang datanya
berasal dari UAKPB kepada UAPB dengan tembusan kepada Kantor
Pusat Direktorat Jenderal Kekayaan Negara (DJKN).
Menyusun Laporan Barang Pengguna Eselon-I (LBP-E1) semesteran
dan tahunan secara periodik yang datanya berasal dari UAKPB
kepada UAPB dengan tembusan kepada Kantor Pusat DJKN.
Menyusun dan menyampaikan Laporan Kondisi Barang (LKB)
kepada UAPB secara periodik dengan tembusan kepada Kantor
Pusat DJKN.
e. Melakukan pemutakhiran data dalam rangka penyusunan LBP-E1
semesteran dan tahunan dengan UKPB di wilayah kerjanya, jika
diperlukan oleh UAPPB-E1.
f. Melakukan pembinaan penatausahaan rumah khusus kepada UAKPB di
wilayah kerjanya.
g. Melakukan pengamanan dokumen, meliputi:
Menyimpan fotokopi dokumen kepemilikan rumah khusus berupa
tanah dan/atau bangunan yang berada dalam penguasaannya.
Menyimpan asli dan/atau fotokopi dokumen penatausahaan rumah
khusus.
3. Tingkat Unit Akuntansi Pengguna Barang (UAPB)
UAPB bertugas menyelenggarakan penatausahaan rumah khusus pada
tingkat pusat, meliputi:
a. Menyusun Daftar Barang Pengguna (DBP).
b. Melakukan pembukuan, meliputi:
Mendaftarkan dan mencatat semua rumah khusus ke dalam Daftar
Barang yang datanya berasal dari UAPPB-E1.
Mendaftarkan dan mencatat mutasi rumah khusus ke dalam Daftar
Barang yang datanya berasal dari UAPPB-E1.
Mendaftar dan mencatat hasil inventarisasi rumah khusus ke dalam
DBP yang datanya berasal dari UAPPB-E1.
c. Mengkoordinasi pelaksanaan inventarisasi rumah khusus.
d. Melakukan rekonsiliasi DBP pada UAPB dengan DBMN per Kementerian
pada Kantor Pusat DJKN jika diperlukan.
22 Pengelolaan Aset dan Pemanfaatan Rumah Khusus
e. Melakukan pelaporan rumah khusus, meliputi:
Menyampaikan DBP untuk pertama kali kepada Menteri Keuangan
c.q. Kantor Pusat DJKN.
Menyampaikan mutasi Rumah Khusus pada DBP secara periodik
kepada Menteri Keuangan c.q. Kantor Pusat DJKN.
Menyampaikan mutasi Rumah Khusus dan PSU pada DBP secara
periodik kepada Menteri Keuangan c.q. Kantor Pusat DJKN.
Menghimpun dan menyampaikan LHI Rumah Khusus dan PSU yang
datanya berasal dari UAPPB-E1 kepada Menteri Keuangan c.q.
Kantor Pusat DJKN.
Meyusun Laporan Barang Pengguna (LBP) semesteran dan tahunan
secara periodik, yang datanya berasal dari UAPPB-E1 dan menyam-
paikan kepada Menteri Keuangan c.q. Kantor Pusat DJKN.
Menyususn LKB yang datanya berasal dari UAPPB-E1 dan
menyampaikan secara periodik kepada Menteri Keuangan c.q.
Kantor Pusat DJKN.
f. Melakukan pemutakhiran data dalam rangka penyusunan LBP
semesteran dan tahunan dengan UAPPB-E1, jika diperlukan oleh UAPB.
g. Melakukan pemutakhiran dan/atau rekonsiliasi data dalam rangka
penyusunan LBMN semesteran dan tahunan dengan Kantor Pusat DJKN.
h. Melakukan pembinaan penatausahaan rumah khusus kepada UAPPB-E1
di wilayah kerjanya.
i. Melakukan pengamanan dokumen, meliputi:
Menyimpan fotokopi/salinan dokumen kepemilikan rumah khusus
berupa tanah dan/atau bangunan yang berada dalam
penguasaannya.
Menyimpan asli dan/atau fotokopi dokumen penatausahaan rumah
khusus.
Tata Cara Penatausahaan
Tatacara penatausahaan rumah khusus dilakukan melalui tahapan kegiatan
sebagai berikut:
1. Pembukuan
Pembukuan dilakukan dengan maksud agar semua rumah khusus yang
berada dalam penguasaan Kementerian PUPR dapat tercatat dengan baik.
Pengelolaan Aset dan Pemanfaatan Rumah Khusus 23
Tugas dari Pelaksana Penatausahaan dalam hal pembukuan rumah khusus
di antaranya sebagai berikut :
a. Melakukan pendaftaran dan pencatatan rumah khusus ke dalam Daftar
Barang menurut penggolongan dan kodefikasi barang. Pendaftaran dan
pencatatan Rumah Khusus dan PSU ini berkaitan dengan kegiatan
pengelolaan, meliputi: Penggunaan; Pemanfaatan; Pemindahtanganan;
dan Penghapusan.
Pendaftaran rumah khusus ke dalam Daftar Barang pada Pengguna
Barang yang selanjutnya untuk disampaikan kepada Pengelola Barang.
Pencatatan rumah khusus ke dalam Buku Barang pada Kuasa Pengguna
Barang yang untuk selanjutnya disampaikan kepada Pengelola Barang.
b. Melaporkan rumah khusus yang didaftarkan dan dicatat dalam Daftar
Barang kepada Pelaksana Penatausahaan pada Pengelola Barang
apabila terdapat perubahan data terkait dengan pengelolaan sesuai
dengan jenjang kewenangan masing-masing. Pelaporan ini diseuaikan
dengan periode pelaporan.
c. Menyimpan dokumen kepemilikan rumah khusus selain tanah dan/atau
bangunan yang berada dalam penguasaannya.
d. Melakukan penggolongan dan kodefikasi untuk setiap satuan rumah
khusus.
Adapun Daftar Barang sebagaimana disebutkan di atas disajikan dalam
bentuk :
a. Daftar Barang Kuasa Pengguna (DBKP),yaitu daftar barang yang status
penggunaannya berada pada Kuasa Pengguna Barang yang disusun oleh
UAKPB;
b. Daftar Barang Pengguna Eselon I (DBP-E1), yang berupa gabungan
daftar barang dari masing-masing UAKPB yang berada di wilayah
kerjanya yang disusun oleh UAPPB-E1;
c. Daftar Barang Pengguna (DBP),yang berupa gabungan daftar barang
dari masingmasing UAPPB-E1, UAKPB yang berada pada wilayah
kerjanya.
Buku Barang Rumah Khusus, terdiri atas:
a. Buku Barang Intrakompatabel.
b. Kartu Identitas Barang (KIB): KIB tanah dan KIB bangunan.
24 Pengelolaan Aset dan Pemanfaatan Rumah Khusus
Tatacara pembukuan rumah khusus adalah melalui prosedur seperti tertera
berikut ini:
a. Proses pertama kali:
1) Membukukan dan mencatat semua rumah khusus yang telah ada ke
dalam Buku Barang dan/atau Kartu Indentitas Barang.
2) Menyusun dan mendaftarkan semua rumah khusus ke dalam DBKP.
3) Meminta pengesahan DBKP pertama kali kepada penanggung jawab
UAKPB.
b. Proses rutin:
1) Membukukan dan mencatat data rumah khusus ke dalam Buku
Barang Intrakomptabel;
2) Membukukan dan mencatat semua barang dan perubahannya atas
perpindahan barang antar lokasi;
3) Membuat dan/atau memutakhirkan KIB;
4) Membukukan dan mencatat perubahan kondisi barang ke dalam
Buku Barang Intrakomptabel berdasarkan dokumen sumber;
5) Mengarsipkan dokumen penatausahaan dan dokumen kepemilikan
rumah khusus secara tertib.
c. Proses Bulanan:
Melakukan rekonsiliasi data transaksi rumah khusus dengan UAKPA
dan/atau Pejabat Pembuat Komitmen.
d. Proses Semesteran :
1) Mencatat setiap perubahan data rumah khusus ke dalam DBKP
berdasarkan data dari Buku Barang dan KIB.
2) Meminta pengesahan DBKP kepada penanggung jawab UAKPB.
3) Melakukan rekonsiliasi atas DBKP dengan DBMN-KD pada KPKNL,
jika diperlukan.
e. Proses Akhir Periode Pembukuan:
1) Menginstruksikan kepada setiap Penanggungjawab untuk melaku-
kan pengecekan ulang kondisi rumah khusus.
2) Mencatat perubahan kondisi rumah khusus yang telah disahkan ke
dalam DBKP serta Buku Barang dan KIB.
3) Melakukan proses back up data dan tutup tahun.
f. Proses Lainnya
Membukukan dan mencatat hasil inventarisasi ke dalam Buku Barang
dan/atau Kartu Identitas Barang.
Pengelolaan Aset dan Pemanfaatan Rumah Khusus 25
Inventarisasi
Maksud dari kegiatan inventarisasi adalah untuk mengetahui jumlah dan nilai
serta kondisi rumah khusus yang sebenarnya. Adapun tujuan inventarisasi
adalah sebagai berikut:
1. Tersedianya data semua rumah khusus secara baik, dalam upaya
mewujudkan tertib administrasi dan tertib fisik.
2. Mempermudah pelaksanaan pengelolaan rumah khusus.
Kementerian PUPR melakukan inventarisasi yang berada pada penguasa-
annya, yaitu dengan:
a. Melalui pelaksanaan opname fisik sekurang-kurangnya sekali dalam 1
(satu) tahun, untuk Rumah Khusus dalam konstruksi, dalam pengerjaan.
b. Melalui pelaksanaan sensus barang sekurang-kurangnya 5 ( lima ) tahun
untuk rumah khusus.
Tugas dari Pelaksana Penatausahaan Kementerian PUPR dalam hal inventarisasi
diantaranya sebagaimana penjelasan di bawah ini:
1. Menyampaikan rencana pelaksanaan Inventarisasi kepada Menteri
Keuangan.
2. Menyampaikan laporan hasil inventarisasi kepada Menteri Keuangan paling
lama 3 (tiga) bulan setelah selesainya inventarisasi.
3. Pendaftaran, pencatatan dan/atau pemutakhiran Daftar Barang
berdasarkan hasil inventarisasi.
4. Bertanggung jawab penuh atas kebenaran materiil dari laporan hasil
pelaksanaan inventarisasi.
Dalam kegiatan inventarisasi, Menteri Keuangan melakukan monitoring dan
evaluasi atas kesesuaian rencana pelaksanaan Inventarisasi, setelah diterimanya
laporan hasil Inventarisasi dari Menteri PUPR. Monitoring dan evaluasi dilaku-
kan oleh Menteri Keuangan secara berjenjang.
Apabila evaluasi hasil monitoring ditemukan ketidak sesuaian, Menteri
Keuangan menyampaikan kepada Menteri PUPR untuk ditindak-lanjuti sesuai
ketentuan. Pihak yang bertanggung jawab dalam pelaksanaan inventarisasi
harus menyertakan penjelasan atas setiap perbedaan antara data rumah khusus
dalam daftar barang dan hasil inventarisasi.
Tatacara inventarisasi rumah khusus adalah melalui prosedur yang tertera
sebagai berikut:
26 Pengelolaan Aset dan Pemanfaatan Rumah Khusus
1. Tahap persiapan
a. Dalam pelaksanaan inventarisasi, dapat dibentuk Tim Inventarisasi yang
dikoordinir oleh Kanwil DJKN dan dapat dibantu oleh Unit Kerja lain
pada KPKN.
b. Menyusun rencana kerja pelaksanaan inventarisasi.
c. Mengumpulkan dokumen sumber.
d. Melakukan pemetaan pelaksanaan inventarisasi.
e. Menyiapkan kertas kerja inventarisasi beserta tata cara pengisiannya.
2. Tahap pelaksanaan
Tahap pelaksanaan dilakukan melalui:
a. Tahap pendataan:
Menghitung jumlah barang.
Meneliti kondisi barang (baik, rusak ringan atau rusak berat).
Menempelkan label registrasi sementara pada rumah khusus yang
telah dihitung.
Mencatat hasil inventarisasi trsebut pada Kertas Kerja Inventarisasi.
b. Tahap identifikasi:
Pemberian nilai rumah khusus sesuai Standar Akuntansi
Pemerintahan.
Mengelompokkan rumah khusus dan memberikan kode barang
sesuai penggolongan dan kodefikasi barang.
Pemisahan barang-barang berdasarkan kategori kondisi.
Meneliti kelengkapan/ eksistensi barang dengan membandingkan
data hasil inventarisasi dan data awal/dokumen sumber.
c. Tahap pelaporan:
Menyusun daftar barang yang telah diinventarisasi berdasarkan
data kertas kerja dan hasil identifikasi, dengan kriteria: rumah baik
dan rusak ringan, rumah yang rusak berat, rumah yang tidak
diketemukan/hilang, serta rumah yang berlebih.
Membuat surat pernyataan kebenaran hasil inventarisasi.
Menyusun laporan hasil inventarisasi.
Meminta pengesahan atas Laporan Hasil Inventarisasi beserta
Daftar Barang Inventarisasi dan Surat Pernyataan kepada
Penanggung jawab KPKNL.
Menyampaikan laporan hasil inventarisasi kepada Kanwil DJKN.
Pengelolaan Aset dan Pemanfaatan Rumah Khusus 27
d. Tahap evaluasi/tindak lanjut:
Membukukan dan mendaftarkan hasil inventarisasi pada Buku
Barang dan DBMN-KD.
Pelaporan
Maksud pelaporan adalah agar semua data dan informasi mengenai rumah
khusus dapat disajikan dan disampaikan kepada pihak yang berkepentingan
dengan akurat guna mendukung pelaksanaan pengambilan keputusan dalam
rangka pengelolaan rumah khusus dan sebagai bahan penyusunan Neraca
Pemerintah Pusat. Jenis laporan dalam penatausahaan, dalam hal laporan
rumah khusus terdiri atas hal-hal berikut ini:
1. Laporan Barang Kuasa Pengguna.
2. Laporan Barang Pengguna Eselon-I.
3. Laporan Barang Pengguna.
Jenis pelaporan untuk Rumah Khusus dan PSU terdiri dari pelaporan:
1. Di tingkat UAKPB
UAKPB menyusun Laporan Barang Kuasa Pengguna (LBKP) yang terdiri atas:
a. LBKP semesteran, menyajikan posisi rumah khusus pada awal dan akhir
semester serta mutasi yang terjadi selama satu semester.
b. LBKP tahunan, menyajikan posisi rumah khusus pada awal dan akhir
tahun serta mutasi yang terjadi selama tahun tersebut.
UAKPB wajib menyampaikan LBKP kepada UAPPB-E1 dan KPKN.
2. Di tingkat UAPPB-E1
UAPPB-E1 menyusun Laporan Barang Pengguna Eselon-I (LBP-E1) yang
terdiri atas:
a. LBP-E1 semesteran, menyajikan posisi rumah khusus pada awal dan
akhir suatu semester serta mutasi yang tejadi selama semester
tersebut.
b. LBP-E1 tahunan menyajikan LBP-E1 kepada UAPB dan Kantor Pusat
DJKN.
3. Di tingkat UAPB
UAPB menyusun Laporan Barang Pengguna (LBP) yang terdiri atas:
a. LBP semesteran, menyajikan posisi rumah khusus pada awal dan akhir
suatu semester serta mutasi yang terjadi selama semester tersebut.
28 Pengelolaan Aset dan Pemanfaatan Rumah Khusus
b. LBP tahunan, menyajikan posisi rumah khusus pada awal dan akhir
tahun serta mutasi yang terjadi selma tahun tersebut.
c. LBP tahunan audited, menyajikan posisi rumah khusus pada awal dan
akhir tahun serta mutasi yang terjadi selama tahun tersebut setelah
dilakukan audit oleh Badan Pemeriksa Keuangan.
LBP wajib disampaikan kepada Kantor Pusat DJKN, disertai Surat
Pengantar yang ditandatangani oleh Pejabat yang berwewenang.
Tatacara pelaporan Rumah Khusus dan PSU adalah melalui prosedur di bawah
ini:
1. Proses Pertama Kali
Menyampaikan DBKP yang telah disahkan oleh penanggung jawab UAKPB,
yang berisi semua rumah khusus yang telah ada sebelum diterbitkannya
Peraturan Menteri Keuangan ini beserta ADK-nya untuk pertama kali
kepada UAPB-E1, atau UAPB dan KPKNL.
2. Proses Semesteran
a. Menyusun laporan mutasi rumah khusus pada DBKP berdasarkan data
transaksi rumah khusus.
b. Meminta pengesahan laporan mutasi rumah khusus.
c. Menyampaikan laporan mutasi rumah khusus pada DBKP yang telah
disahkan oleh penanggung jawab UAKPB beserta ADK-nya kepada
UAPB-E1, atau UAPB dan KPKNL.
d. Menyusun Laporan Barang Kuasa Pengguna Semesteran (LBKPS) yang
datanya berasal dari Buku Barang, KIB, dan DBKP.
e. Meminta pengesahan LBKPS kepada Pejabat penanggung jawab UAKPB.
f. Menyampaikan LBKPS yang telah disahkan oleh penanggung jawab
UPKPB beserta Arsip Data Komputer (ADK)-nya secara periodik kepada
UAPB-E1, atau UAPB, dan KPKNL.
3. Proses Akhir Periode Pembukuan
a. Menyusun Laporan Barang Kuasa Pengguna Tahunan (LBKPT) yang
datanya berasal dari Buku Barang, KIB, dan Daftar Barang.
b. Meminta pengesahan LBKPT kepada Pejabat penanggung jawab UAKPB.
c. Menyampaikan LBKPT yang telah disahkan oleh penanggung jawab
UAKPB beserta ADK-nya secara periodik kepada UAPB-E1, atau UAPB
dan KPKNL.
d. Menyusun Laporan Kondisi Barang (LKB).
Pengelolaan Aset dan Pemanfaatan Rumah Khusus 29
e. Meminta pengesahan LKB kepada Pejabat penanggung jawab UAKPB.
f. Menyampaikan LKB yang telah disahkan oleh penanggung jawab UAKPB
secara tahunan kepada UAPB-E1, atau UAPB dengan tembusan kepada
KPKNL.
4. Proses Lainnya
a. Menyusun Laporan Hasil Inventarisasi (LHI) rumah khusus.
b. Meminta pengesahan LHI kepada Pejabat penanggung jawab UPKPB.
c. Menyampaikan LHI yang telah disahkan oleh penanggung jawab UAKPB
kepada UAPB-E1, atau UAPB dan KPKNL.
D. Fasilitasi Pemanfaatan Rumah Khusus
Mengacu pada Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 27 Tahun 2014
tentang Pengelolaan Barang Milik Negara/ Daerah, serta Peraturan Menteri
Keuangan Nomor 78/PMK.06/2014 tentang Tata Cara Pelaksanaan Peman-
faatan Barang Milik Negara, dijelaskan bahwa pemanfaatan Barang Milik Negara
(BMN) dapat dilaksanakan oleh:
1. Pengelola Barang, untuk Barang Milik Negara yang berada dalam
penguasaannya.
2. Pengelola Barang dengan persetujuan Gubernur/Bupati/Walikota, untuk
Barang Milik Daerah yang berada dalam penguasaan Pengelola Barang.
3. Pengguna Barang dengan persetujuan Pengelola Barang, untuk Barang Milik
Negara yang berada dalam penguasaan Pengguna Barang.
4. Pengguna Barang dengan persetujuan Pengelola Barang, untuk Barang Milik
Daerah berupa sebagian tanah dan/atau bangunan yang masih digunakan
oleh Pengguna Barang, dan selain tanah dan/atau bangunan.
Pemanfaatan Barang Milik Negara (BMN) tersebut dilaksanakan berdasarkan
pertimbangan teknis dengan memperhatikan kepentingan negara/daerah dan
kepentingan umum. Di samping itu, diatur juga mengenai bentuk pemanfaatan
atas Barang Milik Negara, yang mana seseorang atau kelompok masyarakat bisa
menghuni rumah yang dibangun oleh Pemerintah, yaitu dengan cara Sewa;
Pinjam Pakai; Kerja Sama Pemanfaatan; Bangun Guna Serah atau Bangun Serah
Guna; serta Kerja Sama Penyediaan Infrastruktur.
30 Pengelolaan Aset dan Pemanfaatan Rumah Khusus
Gambar 13 Bentuk Pemanfaatan BMN/BMD
(Sumber: Peraturan Menteri Keuangan RI No. 78/PMK.06/2014)
1. Pemanfaatan BMN dengan cara Sewa, adalah pemanfaatan BMN oleh Pihak
lain dalam jangka waktu tertentu dan menerima imbalan uang tunai.
2. Pemanfaatan BMN dengan cara Pinjam Pakai, adalah penyerahan peng-
gunaan BMN dari Pemerintah Pusat ke Pemerintah Daerah dalam jangka
waktu tertentu tanpa menerima imbalan dan setelah jangka waktu tersebut
berakhir diserahkan kembali kepada Pengelola Barang/ Pengguna Barang.
3. Pemanfaatan BMN dengan cara Kerja Sama Pemanfaatan (KSP), adalah
pendayagunaan BMN oleh Pihak lain dalam jangka waktu tertentu dalam
rangka peningkatan penerimaan negara bukan pajak dan sumber
pembiayaan lainnya.
4. Pemanfaatan BMN dengan cara Bangun Guna Serah (BGS), adalah
pemanfaatan BMN berupa tanah oleh Pihak lain dengan cara mendirikan
bangunan dan/atau sarana berikut fasilitasnya, kemudian didayagunakan
oleh Pihak lain tersebut dalam jangka waktu tertentu yang telah disepakati,
untuk selanjutnya diserahkan kembali tanah beserta bangunan dan/atau
sarana berikut fasilitasnya setelah berakhirnya jangka waktu.
5. Pemanfaatan BMN dengan cara Bangun Serah Guna (BSG), adalah
pemanfaatan BMN berupa tanah oleh Pihak lain dengan cara mendirikan
bangunan dan/atau sarana berikut fasilitasnya, dan setelah selesai
pembangunannya diserahkan untuk didayagunakan oleh Pihak lain tersebut
dalam jangka waktu tertentu yang telah disepakati.
6. Pemanfaatan BMN dengan cara Kerja Sama Penyediaan Infrastruktur
(KSPI) adalah kerja sama antara Pemerintah dan Badan Usaha untuk
kegiatan penyediaan penyediaan infrastruktur sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
Pengelolaan Aset dan Pemanfaatan Rumah Khusus 31
Bentuk-bentuk pemanfaatan Barang Milik Negara tersebut pada dasarnya tidak
dapat diberlakukan pada bangunan rumah khusus yang diselenggarakan oleh
Pemerintah pada saat ini. Namun dalam pengembangannya, ada beberapa
bentuk pemanfaatan BMN yang dapat dilaksanakan pada bangunan rumah
khusus, terutama pada pemanfaatan BMN dengan cara Pinjam Pakai, Bangun
Guna Serah (BGS), dan Kerja Sama Penyediaan Infrastruktur (KSPI).
E. Pengalihan Status Penggunaan Rumah Khusus
Bangunan rumah khusus sebagai Barang Milik Negara (BMN) dapat dialihkan
status penggunaannya dari Pengguna Barang kepada Pengguna Barang lainnya
untuk penyelenggaraan tugas dan fungsi berdasarkan persetujuan Pengelola
Barang (mengacu pada Peraturan Menteri Keuangan Nomor 246/PMK.06/2014
tentang Tata Cara Pelaksanaan Penggunaan Barang Milik Negara). Dalam
pelaksanaannya, apabila bangunan rumah khusus yang diusulkan oleh
Kementerian/ Lembaga lain, seperti Kementerian Kelautan dan Perikanan,
Kementerian Kesehatan, Kementerian Sosial, Kementerian Pembangunan Desa
Tertinggal dan Transmigrasi, dan lain-lain, maka penyerahan bangunan rumah
khusus sebagai Barang Milik Negara dari Kementerian PUPR (sebagai penyedia/
pembangun rumah khusus) kepada Kementerian/Lembaga lain (sebagai
Pengusul dan Penerima Penyediaan Rumah Khusus) dilakukan melalui Alih
Status Rumah Khusus.
Beberapa ketentuan yang harus diperhatikan dan dilaksanakan adalah sebagai
berikut:
1. Pengalihan status Penggunaan BMN dilakukan antar Pengguna Barang
setelah terdapat permohonan dari Pengguna Barang lama dan disetujui
oleh Pengelola Barang.
2. Pengalihan status Penggunaan BMN dapat pula dilakukan berdasarkan
inisiatif dari Pengelola Barang dengan terlebih dahulu memberitahukan
maksudnya tersebut kepada Pengguna Barang.
3. Pengalihan status Penggunaan BMN dilakukan terhadap BMN yang masih
berada dalam penguasaan Pengguna Barang yang tidak digunakan lagi oleh
Pengguna Barang bersangkutan.
4. Pengalihan status Penggunaan BMN dilakukan tanpa kompensasi dan tidak
diikuti dengan pengadaan BMN pengganti.
32 Pengelolaan Aset dan Pemanfaatan Rumah Khusus
5. BMN yang dialihkan status penggunaannya dilakukan penatausahaan dan
pemeliharaan oleh Pengguna Barang yang baru.
Rumah khusus yang merupakan alih status dari Kementerian PUPR kepada
Kementerian/Lembaga Pengusul (sebagai Penerima Penyediaan Rumah Khusus)
diselenggarakan untuk memenuhi kebutuhan khusus yang dibangun di atas
tanah milik Kementerian/Lembaga Pengusul tersebut dengan sumber dana dari
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN). Namun, proses alih status
rumah khusus dari Kementerian PUPR kepada Kementerian/Lembaga Pengusul
tersebut harus dilakukan dalam rangka pengelolaan aset secara lengkap.
Pengelolaan rumah khusus yang dialih-statuskan ke Kementerian/Lembaga
Pengusul setelah FHO melalui proses sebagai berikut:
1. Penatausahaan Rumah Khusus dan PSU sebagai Barang Milik Negara
Kementerian PUPR.
2. Alih status Rumah Khusus dan PSU dari Kementerian PUPR menjadi milik
Kementerian /Lembaga Pengusul.
3. Penghapusan Rumah Khusus dan PSU di Kementerian PUPR.
4. Penatausahaan Rumah Khusus dan PSU di Kementerian/ Lembaga Pengusul.
5. Pemanfaatan.
6. Pembinaan, pengawasan dan pengendalian.
Rumah Khusus yang telah beralih status menjadi milik Kementerian/Lembaga
lain, untuk pengelolaan selanjutnya memakai aturan yang mengacu pada
ketentuan BMN. Pengelolaan Rumah Khusus dimulai setelah Kepala Satuan
Kerja di tingkat Pemerintah Pusat (Kementerian PUPR) melakukan serah terima
akhir Rumah Khusus atau pada tahap Final Hand Over (FHO). Penjelasan
mengenai kegiatan pengelolaan selanjutnya yang telah disebutkan di atas
dilakukan dengan cara di bawah ini.
Pelaksanaan Alih Status Rumah Khusus
Tahapan proses alih status Penggunaan Rumah Khusus yang bernilai kurang dari
Rp. 10 Milyar,- dari Kementerian PUPR (Direktorat Rumah Khusus, Ditjen.
Penyediaan Perumahan) kepada Kementerian/ Lembaga lain (Pengusul dan
Penerima Manfaat Rumah Khusus) secara garis besar adalah sebagai berikut:
Pengelolaan Aset dan Pemanfaatan Rumah Khusus 33
1. Kementerian/Lembaga Pengusul mengajukan permohonan pengalihan
status rumah khusus kepada Kementerian PUPR, yang kemudian diteruskan
kepada Menteri Keuangan. Permohonan sekurang-kurangnya memuat:
a. Data rumah khusus yang akan dialihkan status penggunaannya, antara
lain jenis, nilai perolehan, lokasi, luas, dan tahun perolehan.
b. Calon Pengguna Barang baru, yaitu Kementerian/Lembaga Pengusul
Rumah Khusus.
c. Penjelasan serta pertimbangan pengalihan status Penggunaan Rumah
Khusus.
Permohonan pengalihan status Penggunaan Rumah Khusus tersebut harus
melampirkan:
a. Fotokopi Keputusan Penetapan Status Penggunaan Rumah Khusus.
b. Surat Pernyataan bermaterai cukup, yang ditandatangani oleh Calon
Pengguna Barang baru yang memuat kesediaan menerima pengalihan
status rumah khusus.
c. Fotokopi dokumen penganggaran, seperti Daftar Isian Pelaksanaan
Anggaran (DIPA).
d. Fotokopi dokumen kepemilikan berupa sertifikat.
e. Fotokopi Izin Mendirikan Bangunan (IMB).
f. Fotokopi dokumen perolehan bangunan.
g. Fotokopi dokumen lainnya, seperti Berita Acara Serah Terima (BAST)
Pengadaan Rumah Khusus.
h. Fotokopi Berita Acara Serah Terima (BAST) Pengelolaan Sementara
Rumah Khusus, dalam hal rumah khusus secara fisik sudah tidak berada
dalam penguasaan Kementerian PUPR.
Dalam hal rumah khusus yang belum memiliki dokumen kepemilikan dan
belum memiliki IMB, maka dokumen kepemilikan dan dokumen penunjang
lainnya diganti dengan:
a. Fotokopi dokumen kepemilikan/penguasaan, seperti Akta Jual Beli
(AJB), Girik, Letter C, Berita Acara Serah Terima (BAST) terkait dengan
perolehan barang, dan ledger jalan.
b. Surat Pernyataan Tanggung Jawab bermaterai cukup yang ditanda-
tangani oleh Pejabat Struktural yang berwenang di lingkungan unit
organisasi Eselon-I pada Kementerian/Lembaga yang bersangkutan,
34 Pengelolaan Aset dan Pemanfaatan Rumah Khusus
yang menyatakan bahwa tanah tersebut digunakan dalam rangka
penyelenggaraan tugas dan fungsi Kementerian/Lembaga.
c. Surat Keterangan dari Lurah/Camat setempat yang memperkuat
pernyataan di atas, jika ada.
d. Surat Permohonan Pendaftaran Hak Atas Tanah dari Satuan Kerja pada
Kementerian/Lembaga kepada Kantor Pertanahan, jika ada.
e. Surat Pernyataan Tanggung Jawab bermeterai cukup yang ditanda-
tangani oleh Pejabat Struktural yang berwenang pada Kementerian/
Lembaga yang bersangkutan, yang menyatakan bahwa bangunan
tersebut digunakan dalam penyelenggaraan tugas dan fungsi dari
Kernenterian/ Lembaga.
f. Kementerian Pengusul yang telah menjadi Pengguna Rumah Khusus
wajib tetap menyelesaikan pengurusan dokumen kepemilikan dan
dokumen pendukung lainnya.
2. Menteri Keuangan selaku Pengelola Barang melakukan penelitian terhadap
pengajuan pengalihan status penggunaan rumah khusus tentang keleng-
kapan dan kesesuaian dokumen yang dipersyaratkan.
3. Menteri Keuangan memberikan persetujuan pengalihan status Penggunaan
Rumah Khusus dalam bentuk Surat Persetujuan dengan mendasarkan pada
hasil penelitian. Apabila nilai Rumah Khusus lebih dari Rp. 10 Milyar,- maka
harus meminta Persetujuan dari Presiden.
Surat Persetujuan setidaknya memuat hal-hal berikut ini:
a. Data rumah khusus yang akan dialihkan status penggunaannya.
b. Pengguna Barang lama dan Pengguna Barang baru.
c. Kewajiban Pengguna Barang lama untuk melakukan serah terima
rumah khusus kepada Pengguna Barang baru yang dituangkan dalam
Berita Acara Serah Terima (BAST).
d. Kewajiban Pengguna Barang lama untuk melakukan penghapusan
rumah khusus dari Daftar Barang pada Pengguna Barang dengan
menerbitkan Keputusan Penghapusan.
4. Setelah Menteri Keuangan memberikan persetujuan alih status, kemudian
ditindaklanjuti dengan mekanisme sebagai berikut:
a. Menteri PUPR melakukan serah terima rumah khusus kepada
Kementerian/Lembaga Pengusul, yang dituangkan dalam Berita Acara
Pengelolaan Aset dan Pemanfaatan Rumah Khusus 35
Serah Terima (BAST), paling lama 1 (satu) bulan sejak persetujuan alih
status Penggunaan Rumah Khusus.
b. Menteri PUPR melakukan penghapusan atas rumah khusus yang
dialihkan status penggunaannya kepada Kementerian/Lembaga
Pengusul dari Daftar Barang pada Pengguna Barang dengan
menetapkan Keputusan Penghapusan Rumah Khusus dan PSU paling
lama 2 (dua) bulan sejak tanggal Berita Acara Serah Terima (BAST).
c. Berita Acara Serah Terima (BAST) dan Keputusan Penghapusan Rumah
Khusus dilaporkan kepada Menteri Keuangan dengan tembusan kepada
Kementerian/Lembaga Pengusul paling lama 1 (satu) bulan sejak
Keputusan Penghapusan ditetapkan.
d. Kementerian/Lembaga Pengusul melakukan pembukuan dalam aplikasi
Penatausahaan Rumah Khusus berdasarkan Surat Persetujuan
Pengalihan Status Penggunaan Rumah Khusus, Berita Acara Serah
Terima (BAST) dan Keputusan Penghapusan BMN.
e. Menteri Keuangan menerbitkan Keputusan Penetapan Status
Penggunaan Rumah Khusus kepada Kementerian/ Lembaga Pengusul.
Proses alih status Rumah Khusus dari Menteri PUPR kepada Menteri/ Kepala
Lembaga Pengusul dapat dilihat dan dicermati juga pada gambar berikut ini.
Gambar 14 Skema Proses Penetapan Status dan Alih Status Rumah Khusus
(Sumber: Direktorat Rumah Khusus, Tahun 2017)
36 Pengelolaan Aset dan Pemanfaatan Rumah Khusus
Dalam rangka proses Alih Status Rumah Khusus tersebut, Satker/PPK dan Pihak
terkait di Lingkungan Direktorat Jenderal Penyediaan Perumahan menyiapkan
dokumen sebagai berikut:
1. Catatan Ringkas Barang (CRB) dari Satuan Kerja dengan outline sebagai
berikut:
a. Dasar pelaksanaan usulan.
b. Penerima aset dan peruntukan.
c. Nilai aset (Nomor Kontrak, Pelaksana, Nilai).
d. Surat Pernyataan Kesediaan Menerima Aset.
2. Surat Pengesahan DIPA oleh Kepala Satuan Kerja.
3. Term of Referance (TOR) dibuat oleh Sub Direktorat Perencanaan,
Direktorat Rumah Khusus.
4. Dokumen Kontrak DED, jika tidak ada DED, dapat berupa Surat Pertanggung
jawaban Mutlak.
5. Dokumen Addendum Kontrak DED dari Sub Direktorat Perencanaan,
Direktorat Rumah Khusus (jika ada).
6. Dokumen Kontrak Fisik dan Addendum Kontrak oleh Satuan Kerja.
7. Dokumen Kontrak Manajemen Konstruksi (MK) dan Addendum Kontrak
oleh Satuan Kerja.
8. Dokumen Kontrak Manajemen Pusat (KMP) dan Addendum Kontrak oleh
Direktorat Rumah Khusus.
9. Berita Acara PHO.
10. Berita Acara FHO.
11. Data Pendukung Informasi oleh Petugas BMN Satuan Kerja yang
bersangkutan.
12. As Build Drawing oleh Penyedia Konstruksi.
13. Dokumentasi BMN oleh Penyedia Konstruksi.
14. SK Pengelola BMN oleh Kepala Satuan Kerja (UAKPB).
15. Izin Mendirikan Bangunan (IMB) atau Surat Keterangan Dalam Proses
Pembuatan oleh Kepala Satuan Kerja.
16. Berita Acara Inventarisasi BMN yang akan dihibahkan oleh Kepala Satuan
Kerja.
Dokumen-dokumen persyaratan yang disiapkan oleh Kementerian/Lembaga
Pengusul atau Penerima Penyediaan Rumah Khusus dalam rangka proses Alih
Status Rumah Khusus tersebut, meliputi:
Pengelolaan Aset dan Pemanfaatan Rumah Khusus 37
1. Fotokopi Sertifikat Tanah atau Surat Keterangan Dalam Proses atau Surat
Keterangan dari Lurah dan Camat bahwa Tanah Tempat Membangun dalam
Penguasaan Kementerian/ Lembaga, dan Tidak Dalam Sengketa.
2. Surat Keterangan dari Pemerintah Daerah bahwa lokasi pembangunan
sesuai dengan RTRW.
3. Surat Pernyataan Kesediaan Menerima Alih Status Rumah Khusus, yang
ditandatangani oleh Menteri/ Kepala Lembaga, bermaterai secukupnya.
Keseluruhan daftar kelengkapan data-data pendukung untuk Alih Status Rumah
Khusus ini dapat dilihat dan dicermati pada tabel berikut ini.
Tabel 2 Daftar Kelengkapan Data Pendukung untuk Alih Status Penggunaan Rumah Khusus (BMN)
No. Uraian Kelengkapan Keterangan
1. Surat Pengantar Penyampaian Dokumen Usulan Internal (Satker/Struktural)
2. Catatan Ringkas Barang (CRB) Internal (Satker/Struktural)
3. Surat Pengesahan DIPA Internal (Satker/Struktural)
4. Term of Referance / TOR Pembangunan Internal (Satker/Struktural)
5. Dokumen Kontrak DED Internal (Satker/Struktural)
6. Dokumen Adendum Kegiatan DED Internal (Satker/Struktural)
7. Dokumen Kontrak Fisik Internal (Satker/Struktural)
8. Dokumen Adendum Kontrak Fisik Internal (Satker/Struktural)
9. Dokumen Kontrak Manajemen Konstruksi (MK) Internal (Satker/Struktural)
10. Dokumen Adendum Kontrak Manajemen Konstruksi (MK)
Internal (Satker/Struktural)
11. Dokumen Kontrak Manajemen Pusat (KMP) Internal (Satker/Struktural)
12. Dokumen Adendum Kontrak Manajemen Pusat (KMP)
Internal (Satker/Struktural)
13. Berita Acara Serah Terima PHO Internal (Satker/Struktural)
14. Berita Acara Serah Terima FHO Internal (Satker/Struktural)
15. Data dan Informasi Pendukung Usulan Internal (Satker/Struktural)
16. Kartu Identitas Barang (KIB) Internal (Satker/Struktural)
17. As Built Drawing Internal (Satker/Struktural)
18. Foto/ Dokumentasi BMN Internal (Satker/Struktural)
38 Pengelolaan Aset dan Pemanfaatan Rumah Khusus
No. Uraian Kelengkapan Keterangan
19. SK Pengelola BMN Internal (Satker/Struktural)
20. Izin Mendirikan Bangunan (IMB) atau Surat Keterangan Dalam Proses Pembuatan
Internal (Satker/Struktural)
21. Berita Acara Inventarisasi BMN yang akan Dihibahkan beserta Lampirannya
Internal (Satker/Struktural)
22. Laporan Hasil Audit (LHA) Aparat Pengawas Fungsional
Internal (Satker/Struktural)
23. Sertifikat Tanah / Surat Keterangan Kepemilikan Lainnya (Focopy/ Legalisir)
Eksternal (Pemda)
24. Surat Keterangan Lokasi Pembangunan sesuai dengan RTRW
Eksternal (Pemda)
25. Akta Pendirian Yayasan* Eksternal (Pemda)
26. Pernyataan Kesediaan Menerima Penyerahan BMN
Eksternal (Pemda)
Sumber: Direktorat Rumah Khusus, 2017
Penghapusan Rumah Khusus
Penghapusan Rumah Khusus merupakan tindakan menghapus Rumah Khusus
dari Daftar Barang dengan menerbitkan keputusan dari Pejabat yang
berwenang untuk membebaskan Menteri Keuangan, Menteri PUPR, dan/atau
Kepala Satker dari tanggung jawab administrasi dan fisik atas barang yang
berada dalam penguasaannya. Penghapusan meliputi:
1. Penghapusan dari Daftar Barang Pengguna dan/ atau Daftar Barang Kuasa
Pengguna (Kementerian PUPR).
2. Penghapusan dari Daftar Barang Milik Negara.
Penghapusan dari Daftar Barang Pengguna dan/atau Daftar Barang Kuasa
Pengguna, dilakukan apabila Rumah Khusus sudah tidak berada dalam
penguasaan Pengguna Barang dan/atau Kuasa Pengguna Barang, serta Rumah
Khusus dan PSU sudah beralih kepemilikannya menjadi milik Kementerian/
Lembaga Pengusul. Penghapusan tersebut dilakukan dengan menerbitkan
Keputusan Penghapusan dari Pengguna Barang setelah mendapat persetujuan
dari Pengelola Barang.
Pengelolaan Aset dan Pemanfaatan Rumah Khusus 39
Tatacara Penghapusan Rumah Khusus dari Daftar Barang Kementerian PUPR
adalah sebagaimana penjelasan di bawah ini:
1. Kementerian/Lembaga Pengusul menerbitkan Keputusan Penghapusan
Rumah Khusus paling lama 2 (dua) bulan sejak Berita Acara Serah Terima.
2. Kementerian/Lembaga Pengusul melakukan penghapusan rumah khusus
dari Daftar Barang Kementerian PUPR berdasarkan Keputusan Penghapusan
tersebut.
3. Kementerian/Lembaga Pengusul membuat Laporan Penghapusan Rumah
Khusus dari Daftar Barang Kementerian PUPR kepada Menteri Keuangan
selambat-lambatnya 1 ( satu ) bulan setelah Keputusan Penghapusan BMN
ditanda-tangani dengan melampirkan Keputusan Penghapusan BMN dan
Berita Acara Serah Terima.
4. Berdasarkan Laporan Penghapusan Rumah Khusus ini, Menteri Keuangan
melakukan penghapusan rumah khusus dari Daftar Barang Milik
Kementerian PUPR.
5. Perubahan Daftar Barang Milik Kementerian PUPR akibat penghapusan,
harus dicantumkan dalam Laporan Barang Kementerian PUPR Semesteran
dan Tahunan.
Penatausahaan Menjadi Barang Milik Kementerian/Lembaga Pengusul
Penatausahaan rumah khusus menjadi Barang Milik Kementerian/ Lembaga
pengusul terdiri dari kegiatan pembukuan, inventarisasi dan pelaporan.
Tata cara pembukuan rumah khusus menjadi Barang Milik Kementerian/
Lembaga pengusul adalah melalui prosedur berikut ini:
1. Proses Pertama Kali
a. Membukukan dan mencatat semua rumah khusus yang telah ada ke
dalam Buku Barang dan/atau Kartu Indentitas Barang.
b. Menyusun dan mendaftarkan semua rumah khusus ke dalam DBKP.
c. Meminta pengesahan Daftar Barang Kuasa Pengguna (DBKP) pertama
kali kepada Penanggung jawab Unit Akuntansi Kuasa Pengguna Barang
(UAKPB).
2. Proses Rutin
a. Membukukan dan mencatat data rumah khusus ke dalam Buku Barang
Intrakompatabel.
40 Pengelolaan Aset dan Pemanfaatan Rumah Khusus
b. Membukukan dan mencatat semua barang dan perubahannya atas
perpindahan barang antar lokasi.
c. Membuat dan/atau memutakhirkan Kartu Identitas Barang (KIB).
d. Membukukan dan mencatat perubahan kondisi barang ke dalam Buku
Barang Intrakompatabel berdasarkan dokumen sumber.
e. Mengarsipkan dokumen penatausahaan dan dokumen kepemilikan
rumah khusus secara tertib.
3. Proses Bulanan
Melakukan rekonsiliasi data transaksi rumah khusus dengan Unit Akuntansi
Kuasa Pengguna Anggaran (UAKPA ) dan/atau Pejabat Pembuat Komitmen.
4. Proses Semesteran
a. Mencatat setiap perubahan data rumah khusus ke dalam DBKP
berdasarkan data dari Buku Barang dan KIB.
b. Meminta pengesahan DBKP kepada Penanggung jawab UAKPB.
c. Melakukan rekonsiliasi atas DBKP dengan Daftar Barang Milik Negara-
Kantor Daerah (DBMN-KD) pada Kantor Pelayanan Kekayaan Negara
dan Lelang (KPKNL), jika diperlukan.
5. Proses Akhir Periode Pembukuan
a. Menginstruksikan kepada setiap Penanggungjawab untuk melakukan
pengecekan ulang kondisi rumah khusus.
b. Mencatat perubahan kondisi rumah khusus yang telah disahkan ke
dalam DBKP serta Buku Barang dan KIB.
c. Melakukan proses back up data dan tutup tahun.
6. Proses Lainnya
Membukukan dan mencatat hasil inventarisasi ke dalam Buku Barang
dan/atau Kartu Identitas Barang.
Tatacara inventarisasi rumah khusus setelah rumah khusus menjadi milik
Kementerian/Lembaga Pengusul adalah melalui prosedur berikut ini:
1. Tahap Persiapan
a. Dalam pelaksanaan inventarisasi, dapat dibentuk Tim Inventarisasi yang
dikoordinir oleh Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Kekayaan Negara
(DJKN) dan dapat dibantu oleh Unit Kerja lain pada KPKNL.
b. Menyusun rencana kerja pelaksanaan inventarisasi.
c. Mengumpulkan dokumen sumber.
d. Melakukan pemetaan pelaksanaan inventarisasi.
Pengelolaan Aset dan Pemanfaatan Rumah Khusus 41
e. Menyiapkan Kertas Kerja Inventarisasi beserta tata cara pengisiannya.
2. Tahap Pelaksanaan
Tahap Pelaksanaan dilakukan melalui:
a. Tahap Pendataan
Menghitung jumlah barang.
Meneliti kondisi barang (baik, rusak ringan atau rusak berat).
Menempelkan label registrasi sementara pada rumah khusus yang
telah dihitung.
Mencatat hasil inventarisasi trsebut pada Kertas Kerja Inventarisasi.
b. Tahap Identifikasi
Pemberian nilai rumah khusus sesuai Standar Akuntansi
Pemerintahan.
Mengelompokkan rumah khusus dan memberikan kode barang
sesuai dengan penggolongan dan kodefikasi barang.
Pemisahan barang-barang berdasarkan kategori kondisi.
Meneliti kelengkapan/eksistensi barang dengan membandingkan
data hasil inventarisasi dan data awal/dokumen sumber.
c. Tahap Pelaporan
Menyusun daftar barang yang telah diinventarisasi berdasarkan
data kertas kerja dan hasil identifikasi, dengan kriteria rumah baik
dan rusak ringan, rumah yang rusak berat, rumah yang tidak
diketemukan/hilang, serta rumah yang berlebih.
Membuat Surat Pernyataan Kebenaran Hasil Inventarisasi.
Menyusun Laporan Hasil Inventarisasi.
Meminta pengesahan atas Laporan Hasil Inventarisasi beserta
Daftar Barang Inventarisasi dan Surat Pernyataan kepada
Penanggung jawab KPKNL.
Menyampaikan Laporan Hasil Inventarisasi kepada Kanwil. DJKN.
d. Tahap Evaluasi/ Tindak Lanjut
Membukukan dan mendaftarkan hasil inventarisasi pada Buku Barang
dan DBMN-KD.
Tata cara pelaporan rumah khusus adalah melalui prosedur berikut ini:
1. Proses Pertama Kali
Menyampaikan DBKP yang telah disahkan oleh Penanggung jawab UAKPB
yang berisi semua Rumah Khusus dan PSU yang telah ada sebelum diterbit-
42 Pengelolaan Aset dan Pemanfaatan Rumah Khusus
kannya Peraturan Menteri Keuangan ini beserta Arsip Data Komputer
(ADK)-nya untuk pertama kali kepada UAPB-E1, atau UAPB dan KPKNL.
2. Proses Semesteran
a. Menyusun Laporan Mutasi Rumah Khusus dan PSU pada DBKP
berdasarkan data transaksi rumah khusus.
b. Meminta Pengesahan Laporan Mutasi Rumah Khusus.
c. Menyampaikan Laporan Mutasi Rumah Khusus pada DBKP yang telah
disahkan oleh Penanggung jawab UAKPB beserta ADK-nya kepada
UAPB-E1, atau UAPB, dan KPKNL.
d. Menyusun Laporan Barang Kuasa Pengguna Semesteran (LBKPS) yang
datanya berasal dari Buku Barang, KIB, dan DBKP.
e. Meminta pengesahan LBKPS kepada Pejabat Penanggung jawab UAKPB.
f. Menyampaikan LBKPS yang telah disahkan oleh Penanggung jawab
UAKPB beserta ADK-nya secara periodik kepada UAPB-E1, atau UAPB
dan KPKNL.
3. Proses Akhir Periode Pembukuan
a. Menyusun Laporan Barang Kuasa Pengguna Tahunan (LBKPT) yang
datanya berasal dari Buku Barang, KIB, dan Daftar Barang.
b. Meminta pengesahan LBKPT kepada Pejabat Penanggung jawab UAKPB.
c. Menyampaikan LBKPT yang telah disahkan oleh Penanggung jawab
UPKPB beserta ADK-nya secara periodik kepada UAPB-E1, atau UAPB
dan KPKNL.
d. Menyusun Laporan Kondisi Barang (LKB).
e. Meminta pengesahan LKB kepada Pejabat Penanggung jawab UAKPB.
f. Menyampaikan LKB yang telah disahkan oleh Penanggung jawab UAKPB
secara tahunan kepada UPPB-E1, atau UPPB dengan tembusan kepada
KPKNL.
4. Proses Lainnya
a. Menyusun Laporan Hasil Inventarisasi (LHI) Rumah Khusus.
b. Meminta pengesahan LHI kepada Pejabat Penanggung jawab UAKPB.
c. Menyampaikan LHI yang telah disahkan oleh Penanggung jawab UAKPB
kepada UAPB-E1, atau UAPPB dan KPKNL.
Sesuai dengan penjelasan Tatacara Pengelolaan di atas maka Alur Pengelolaan
Rumah Khusus yang merupakan Alih Status dari Kementerian PUPR ke
Kementerian/Lembaga Pengusul, dapat dilihat pada gambar berikut ini.
Pengelolaan Aset dan Pemanfaatan Rumah Khusus 43
Gambar 15 Alur Pengelolaan Rumah Khusus Berdasarkan Alih Status dari
Kementerian PUPR kepada Kementerian/Lembaga Lain
(Sumber: Direktorat Rumah Khusus, Tahun 2017)
44 Pengelolaan Aset dan Pemanfaatan Rumah Khusus
F. Hibah Rumah Khusus
Mengacu pada Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 27 Tahun 2014
tentang Pengelolaan Barang Milik Negara/ Daerah, serta Peraturan Menteri
Keuangan Nomor 111/PMK.06/2016 tentang Tata Cara Pelaksanaan Pemindah-
tanganan Barang Milik Negara, dijelaskan bahwa rumah khusus sebagai Barang
Milik Negara (BMN) yang tidak diperlukan bagi penyelenggaraan tugas
pemerintahan negara/ daerah dapat dipindahtangankan.
Gambar 16 Pemindahtanganan Rumah Khusus (BMN) melalui Hibah (Sumber: Peraturan Menteri Keuangan RI No. 111/PMK.06/2016)
Adapun pemindah-tanganan rumah khusus tersebut, salah satunya dapat
dilakukan dengan cara Hibah Rumah Khusus (lihat Gambar-10). Sebagaimana
telah dijelaskan bahwa pengertian hibah merupakan pengalihan kepemilikan
barang dari Pemerintah Pusat kepada Pemerintah Daerah atau kepada Pihak
lain tanpa memperoleh penggantian.
Dalam pelaksanaannya, penyediaan rumah khusus dari Pemerintah Pusat
kepada Pemerintah Daerah dapat bersifat hibah berdasarkan pada Peraturan
Menteri Keuangan Nomor 52/PMK-010/2006. Adapun prinsip-prinsip yang
terkait dalam pemberian hibah ini adalah:
1. Hibah kepada Daerah bersifat bantuan untuk menunjang program
pembangunan sesuai dengan prioritas dan kebijakan Pemerintah, serta
merupakan urusan daerah.
2. Dalam hal Hibah kepada Daerah yang bersumber dari pendapatan dalam
negeri, kegiatannya merupakan kebijakan Pemerintah atau dapat diusulkan
oleh Kementerian/ Lembaga Negara.
3. Hibah kepada Daerah ditetapkan oleh Menteri Keuangan setelah ber-
koordinasi dengan Menteri pada Kementerian Negara/Pimpinan Lembaga
terkait.
4. Pemberian Hibah kepada Daerah sejalan dengan Rencana Pembangunan
Jangka Menengah (RPJM).
Pengelolaan Aset dan Pemanfaatan Rumah Khusus 45
5. Hibah diberikan kepada Daerah dalam kerangka hubungan keuangan antara
Pemerintah dan Daerah.
6. Hibah diberikan kepada Daerah dengan mempertimbangkan kinerja
pengelolaan Hibah sebelumnya, akumulasi Hibah yang pernah diterima
dan/atau kegiatan sejenis yang telah dilaksanakan oleh Daerah.
Hibah yang bersumber dari pendapatan dalam negeri, diberikan kepada Daerah
dengan kriteria sebagai berikut:
1. Untuk melaksanakan kegiatan yang menjadi urusan Daerah, yaitu pening-
katan fungsi pemerintahan, layanan dasar umum, dan pemberdayaan
Aparatur Daerah.
2. Untuk kegiatan dengan kondisi tertentu yang berkaitan dengan
penyelenggaraan kegiatan Pemerintah yang berskala nasional/internasional
di Daerah.
3. Untuk melaksanakan kegiatan sebagai akibat kebijakan Pemerintah yang
mengakibatkan penambahan beban APBD.
Prinsip-Prinsip Pengelolaan Aset/Barang Milik Daerah yang telah dihibahkan
dari Kementerian Keuangan, yaitu Azas Fungsional, Azas Kepastian Nilai, Azas
Kepastian Hukum, Azas Akuntabilitas, Azas Transparansi, dan Azas Efisiensi.
Adapun pelaksanaan Hibah BMN (Rumah Khusus) berdasarkan Peraturan
Menteri Keuangan Nomor 111/PMK.06/2016 tentang Tata Cara Pelaksanaan
Pemindah-tanganan Barang Milik Negara, secara garis besar dapat dilakukan
dengan tahapan sebagai berikut:
1. Pengguna Barang membentuk Tim Internal untuk melakukan persiapan
permohonan persetujuan Hibah dengan melakukan penelitian data
administratif dan fisik, yang dituangkan dalam Berita Acara Penelitian.
2. Tim Internal menyampaikan Berita Acara Penelitian kepada Pengguna
Barang (Menteri PUPR/ Sekretaris Jenderal Kementerian PUPR).
3. Pengguna Barang (Menteri PUPR/ Sekretaris Jenderal Kementerian PUPR)
mengajukan permohonan persetujuan Hibah kepada Pengelola Barang
(Menteri Keuangan), dilengkapi dengan Dokumen (Data-data) Pendukung.
4. Pengelola Barang (Menteri Keuangan) melakukan penelitian atas
permohonan tersebut, termasuk melakukan penelitian fisik, dan
mengajukan permohonan Persetujuan Hibah kepada Dewan Perwakilan
Rakyat (apabila diperlukan).
46 Pengelolaan Aset dan Pemanfaatan Rumah Khusus
ALUR/PROSEDUR HIBAH RUMAH KHUSUS
Kementerian
PUPR
Pengelola Barang
c.q. DJKN
Persetujuan/ Penolakan Hibah
Dit. PKNSI
Pengajuan usul
Persetujuan/ Penolakan Presiden
1 3
4
2
5 6 RI
Presiden
Nilai >10 M
Penerima Hibah
BAST
Alur Persetujuan:
1. Permohonan Hibah disertai dengan
Dokumen Pendukung;
2. Penelitian kelengkapan dokumen dan
penelitian fisik;
3. Jika nilai BMN yg dihibahkan >10M è
terlebih dahulu memintakan izin
Presiden.
4. Persetujuan/Penolakan dari Presiden
5. M e n k e u m e n e r b i t k a n S u r a t
Persetujuan Hibah dan Penghapusan
BMN.
6. Berita Acara Serah Terima (BAST)
dengan Pemerintah Daerah
5. Apabila Rumah Khusus (BMN) memiliki nilai lebih dari Rp l0.000.000.000,00
(sepuluh miliar rupiah), maka Pengelola Barang (Menteri Keuangan) terlebih
dahulu mengajukan permohonan persetujuan Hibah kepada Presiden.
6. Apabila permohonan Hibah tidak disetujui, maka Pengelola Barang (Menteri
Keuangan) memberitahukan kepada Pengguna Barang (Menteri PUPR),
disertai dengan alasannya.
7. Apabila permohonan Hibah disetujui, maka Pengelola Barang (Menteri
PUPR) menerbitkan Surat Persetujuan Pelaksanaan Hibah.
8. Berdasarkan persetujuan Hibah tersebut, maka Pengguna Barang (Menteri
PUPR) membuat naskah Hibah yang ditandatangani oleh Pengguna Barang
dan Penerima Hibah (Pemerintah Kabupaten/Kota); melakukan Serah
Terima BMN kepada Penerima Hibah, yang dituangkan dalam Berita Acara
Serah Terima; serta melakukan Penghapusan BMN yang telah dihibahkan
dari Daftar Barang Pengguna.
Alur/prosedur hibah Rumah Khusus dan dokumen persyaratan (data-data)
pendukungnya dapat dilihat juga pada gambar skema berikut ini.
Gambar 17 Skema Alur Prosedur Hibah Rumah Khusus (Sumber: Direktorat Rumah Khusus, 2017)
Pengelolaan Aset dan Pemanfaatan Rumah Khusus 47
Adapun dokumen (data-data) pendukung yang harus disiapkan dapat dilihat
dan dicermati pada tabel berikut ini.
Tabel 3 Daftar Data-data Pendukung Hibah Rumah Khusus
No. Dokumen Pendukung Tanah dan/atau
Bangunan
1. Pertimbangan/ Alasan Hibah V
2. Calon Penerima Hibah V
3. Rincian BMN yang akan Dihibahkan V
4. Nilai BMN V
5. SK Pembentukan Tim Internal Pengguna Barang dan Laporan Hasil Penelitian Administrasi dan Fisik dari Tim Internal Pengguna Barang
V
6. Dokumen Penganggaran yang menunujukkan bahwa BMN tersebut untuk Dihibahkan
V
7. Akte Pendirian dan IMB V
8. Hasil Audit Aparat Pengawas Fungsional V
9. Status dan Bukti Kepemilikan BMN V
10. Kartu Identitas Barang (KIB) yang memuat informasi, antara lain Lokasi dan Gambar Situasi; Tahun Perolehan; dan Jenis/ Spesifikasi/ Luas BMN
V
11. Surat Pernyataan Tidak Berkeberatn Menerima Hibah dari Calon Penerima Hibah (Kesediaan Menerima Hibah)
V
Sumber: Direktorat Rumah Khusus, 2017
Untuk selanjutnya, ada proses hibah rumah khusus dari Pemerintah Daerah
kepada Masyarakat (Penerima Manfaat). Oleh karena itu, kegiatan pengelolaan
rumah khusus yang merupakan hibah dari Pemerintah Daerah kepada
Masyarakat (Penerima Manfaat) harus dilakukan dengan tahapan sebagai
berikut:
1. Penatausahaan rumah khusus menjadi Barang Milik Daerah setelah proses
hibah dari Kementerian/ Lembaga Pengusul.
2. Pemeliharaan rumah khusus sebelum proses hibah kepada Masyarakat.
48 Pengelolaan Aset dan Pemanfaatan Rumah Khusus
3. Hibah rumah khusus dari Pemerintah Daerah kepada Masyarakat Penerima
Manfaat yang memenuhi syarat dapat menerima hibah.
4. Penghapusan rumah khusus dari kepemilikan atas nama Pemerintah
Daerah.
5. Pembinaan, pengawasan dan pengendalian.
Pemindahtanganan rumah khusus dapat diperuntukkan bagi kepentingan
umum, yaitu masyarakat yang tinggal di daerah yang terkena dampak
pembangunan nasional, masyarakat sosial dan masyarakat yang terkena
bencana alam. Hibah rumah khusus dilaksanakan dengan pertimbangan untuk
kepentingan sosial, kepentingan budaya, kepentingan keagamaan, kepentingan
kemanusiaan, kepentingan pendidikan yang bersifat non komersial, serta
penyelenggaraan pemerintahan negara/daerah.
Pihak-pihak yang dapat menerima hibah sesuai dengan Peraturan Menteri
Dalam Negeri Nomor 19 Tahun 2016, pasal 399 adalah sebagai berikut:
1. Lembaga sosial, lembaga budaya, lembaga keagamaan, lembaga
kemanusiaan, atau lembaga pendidikan yang bersifat non komersial
berdasarkan akta pendirian, anggaran dasar/rumah tangga, atau pernya-
taan tertulis dari Instansi teknis yang kompeten bahwa lembaga yang
bersangkutan adalah sebagai lembaga dimaksud.
2. Pemerintah Pusat.
3. Pemerintah Daerah lainnya.
4. Pemerintah Desa.
5. Perorangan atau masyarakat yang terkena bencana alam dengan kriteria
masyarakat berpenghasilan rendah (MBR) sesuai ketentuan peraturan
perundang-undangan.
6. Pihak lain sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.
Namun demikian, kelompok masyarakat yang dapat menerima hibah rumah
khusus dari Pemerintah Daerah sudah ditetapkan dalam Peraturan Menteri
Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Nomor 20/PRT/M/2017 tentang
Penyediaan Rumah Khusus.
Dokumen Persyaratan Hibah Rumah Khusus kepada Masyarakat
Untuk dapat terlaksananya proses hibah rumah khusus, maka ada beberapa
dokumen yang perlu dipersiapkan adalah sebagai berikut:
Pengelolaan Aset dan Pemanfaatan Rumah Khusus 49
1. Dokumen Internal Pemerintah Daerah, meliputi:
a. Sertifikat tanah (bukti kepemilikan).
b. Izin Mendirikan Bangunan (IMB).
c. Kartu Identitas Barang (KIB) atau Daftar Barang Lainnya (DBL).
d. Rincian Barang.
e. Hasil Audit Pengawas Fungsional dari Inspektorat Jenderal/BPKP.
f. SK Tim Internal dan Berita Acara Tim Internal.
2. Dokumen Eksternal (Penerima Manfaat) adalah Pernyataan Bersedia
Menerima Rumah Khusus dari Penerima Manfaat.
Berdasarkan tatacara pengelolaannya, maka pemindahtanganan dengan cara
hibah kepada masyarakat dilakukan melalui beberapa tahapan berikut ini.
Pengelolaan Rumah Khusus dari Hibah di Atas Tanah Milik Pemerintah Daerah
Tatacara pengelolaan sistem hibah dari Pemerintah Daerah kepada Masyarakat
dimana rumah khusus dibangun di atas tanah milik Pemerintah Daerah, yang
pengelolaannya dilakukan sebagai berikut:
1. Kegiatan penatausahaan rumah khusus di tingkat Pemerintah Daerah
dimulai dengan pembukuan rumah khusus, yang terdiri atas kegiatan-
kegiatan berikut ini:
a. Pemerintah Daerah harus melakukan pendaftaran dan pencatatan
Rumah Khusus yang status kepemilikannya berada pada Pemerintah
Daerah.
b. Memasukkan rumah khusus ke dalam Daftar Barang Pengguna/ Daftar
Barang Kuasa Pengguna menurut penggolongan dan kodefikasi barang.
c. Menyimpan dokumen kepemilikan.
d. Pemerintah Daerah melakukan inventarisasi rumah khusus yang belum
disewakan/ dihibahkan paling sedikit 1 (satu) kali dalam 5 (lima) tahun.
Laporan Inventarisasi disampaikan paling lambat selama 3 (tiga) bulan
setelah kegiatan inventarisasi.
e. Pemerintah Daerah menghimpun laporan mengenai Rumah Khusus
Semesteran dan Tahunan sebagai bahan penyusunan Laporan Barang
Pengguna Semesteran dan Tahunan.
f. Apabila rumah khusus telah dihibahkan kepada Masyarakat, dan telah
dihapuskan sebagai Barang Milik Daerah sebelum ketentuan periode di
50 Pengelolaan Aset dan Pemanfaatan Rumah Khusus
atas, maka pelaporan yang dilakukan adalah pelaporan mengenai
Rumah Khusus yang telah dihibahkan.
2. Pemeliharaan dilakukan untuk memelihara rumah khusus selama proses
hibah masih berlangsung dan rumah khusus belum diserahterimakan
kepada Masyarakat Penerima Manfaat.
3. Langkah selanjutnya adalah pembentukan Tim Internal pada OPD untuk
melakukan penelitian dalam rangka pengajuan hibah. Penelitian tersebut
meliputi:
a. Penelitian data administratif dilakukan untuk meneliti:
Status dan bukti kepemilikan, gambar situasi termasuk lokasi tanah,
luas, kode barang, kode register, nama barang, nilai perolehan, dan
peruntukan tanah lokasi rumah khusus.
Tahun pembangunan, konstruksi, luas, kode barang, kode register,
nama barang, nilai perolehan, nilai buku, dan status kepemilikan
untuk data rumah khusus.
Data calon penerima hibah.
b. Penelitian fisik dilakukan dengan cara mencocokkan fisik rumah khusus
yang akan dihibahkan dengan data administratif.
4. Hasil penelitian dituangkan dalam Berita Acara Penelitian dan selanjutnya
disampaikan Tim kepada Kepala OPD. Berdasarkan Berita Acara Hasil
Penelitian, Kepala SKPD mengajukan permohonan hibah kepada Gubernur/
Bupati/ Walikota yang memuat:
a. Data calon penerima hibah.
b. Alasan untuk menghibahkan.
c. Data dan dokumen atas tanah dan/atau bangunan.
d. Peruntukan hibah.
e. Tahun perolehan.
f. Status dan bukti kepemilikan.
g. Nilai perolehan.
h. Jenis/ spesifikasi Barang Milik Daerah yang dimohonkan untuk
dihibahkan.
i. Lokasi.
Penyampaian Surat Permohonan disertai dengan Surat Pernyataan
Kesediaan Menerima Hibah.
Pengelolaan Aset dan Pemanfaatan Rumah Khusus 51
5. Kepala SKPD dan Sekretaris Daerah mengajukan permohonan persetujuan
hibah kepada Gubernur/Bupati/ Walikota, apabila diperlukan diajukan
kepada DPRD.
6. Apabila permohonan Hibah disetujui oleh Gubernur/Bupati/Walikota atau
disetujui DPRD, maka Gubernur/Bupati/Walikota menetapkan Keputusan
Pelaksanaan Hibah, yang sekurang-kurangnya memuat:
a. Penerima hibah.
b. Objek hibah.
c. Nilai perolehan dan nilai buku terhadap barang yang dapat dilakukan
penyusutan, untuk tanah dan/atau bangunan.
d. Nilai perolehan dan nilai buku terhadap barang yang dapat dilakukan
penyusutan, untuk selain tanah dan/atau bangunan.
e. Peruntukan hibah.
7. Apabila permohonan Hibah tidak disetujui, Gubernur/Bupati/Walikota
melalui Sekretaris Daerah menerbitkan Surat Penolakan kepada Kepala OPD
yang mengajukan permohonan disertai dengan alasannya.
8. Berdasarkan Penetapan Pelaksanaan Hibah, Sekretaris Daerah dan pihak
Penerima Hibah menandatangani Naskah Hibah, yang memuat sekurang-
kurangnya:
a. Identitas para Pihak.
b. Jenis dan nilai barang yang dilakukan hibah.
c. Tujuan dan peruntukan hibah.
d. Hak dan kewajiban para pihak.
e. Klausul beralihnya tanggung jawab dan kewajiban kepada Pihak
Penerima Hibah.
f. Penyelesaian perselisihan.
Naskah Hibah paling lambat ditanda-tangani 3 (tiga) bulan setelah
Keputusan Hibah dikeluarkan. Naskah Hibah merupakan dokumen penting
yang harus memuat segala hal yang berhubungan dengan proses pemindah-
tanganan. Naskah Hibah sebaiknya juga memuat sasaran yang diharapkan
dari pelaksanaan hibah sehingga menghasilkan efek jangka panjang yang
baik dan tepat sasaran. Untuk tercapainya tujuan dan sasaran penyediaan
rumah khusus, Penerima Manfaat tidak boleh memindah-tangankan rumah
khusus selama jangka waktu 5 tahun terhitung sejak ditanda tangani Berita
52 Pengelolaan Aset dan Pemanfaatan Rumah Khusus
Acara Serah Terima. Hal ini ditujukan agar tidak ada penyalahgunaan
pemanfaatan rumah khusus.
Dalam Naskah Hibah ini juga disebutkan, bahwa yang menanda-tangani
Naskah Hibah dan Berita Acara Serah Terima Rumah Khusus dari pihak
Penerima Hibah adalah merupakan perwakilan dari Kelompok Masyarakat
Penerima Manfaat Hibah Rumah Khusus. Yang kemudian, Perwakilan
Kelompok Masyarakat ini yang akan menyerahkan rumah khusus kepada
Masyarakat perorangan yang telah ditetapkan pada seleksi Calon Penerima
Manfaat.
9. Berdasarkan Naskah Hibah, maka Sekretaris Daerah melakukan serah
terima rumah khusus kepada Penerima Hibah yang dituangkan dalam
Berita Acara Serah Terima (BAST).
10. Dalam hal Serah Terima Rumah Khusus belum selesai, Penerima Penyediaan
Rumah Khusus mengajukan kepada Gubernur/Bupati/Walikota untuk
menerbitkan Izin Penghunian Sementara.
11. Berdasarkan Berita Acara Serah Terima (BAST), maka Sekretaris Daerah
mengajukan usulan Penghapusan Rumah Khusus dari Daftar Barang Milik
Daerah yang telah dihibahkan kepada Masyarakat Penerima Manfaat.
12. Pelaksanaan Penghapusan Rumah Khusus dari Daftar Barang Milik Daerah
yang telah dihibahkan kepada Masyarakat Penerima Manfaat.
13. Pelaksanaan Hibah Rumah Khusus dan PSU harus mengikuti ketentuan
peraturan perundang-undangan.
Alur Pengelolaan Rumah Khusus yang merupakan Hibah dari Pemerintah
Daerah kepada Masyarakat Penerima Manfaat, dapat dilihat dan dicermati pada
gambar berikut.
Pengelolaan Aset dan Pemanfaatan Rumah Khusus 53
Gambar 18 Alur Pengelolaan Rumah Khusus Berdasarkan Hibah Dari
Pemerintah Daerah kepada Masyarakat (Sumber: Direktorat Rumah Khusus, 2017)
54 Pengelolaan Aset dan Pemanfaatan Rumah Khusus
Pengelolaan Rumah Khusus dari Hibah di Atas Tanah Kas Desa atau Tanah Masyarakat Desa
Tatacara pengelolaan sistem hibah dari Pemerintah Daerah kepada Masyarakat
dimana rumah khusus dibangun di atas tanah Kas Desa atau milik Masyarakat
Desa adalah kurang lebih sama dengan proses hibah rumah khusus yang
dibangun di atas tanah milik Pemerintah Daerah.
Perbedaannya terletak pada proses penguasaan tanah milik Kas Desa atau milik
Masyarakat Desa menjadi milik Pemerintah Daerah berdasarkan kesepakatan
antara Kepala Desa dan Pemerintah Daerah. Sebagaimana tercantum pada
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 19/2016, pasal 399 ayat 2.b., yang
menyebutkan:
Barang milik Desa yang telah diambil dari Desa, oleh Pemerintah Daerah
Kabupaten/Kota dikembalikan kepada Desa, kecuali yang sudah digunakan
untuk fasilitas umum.
Berdasarkan hal di atas, maka tanah milik Kas Desa atau milik Masyarakat Desa
dapat dibangun rumah khusus setelah tanah tersebut dikuasai oleh Pemerintah
Daerah.
Pengelolaan Rumah Khusus dari Hibah di Atas Tanah Milik Lembaga Berbadan Hukum
Tatacara pengelolaan sistem hibah dari Pemerintah Daerah kepada Masyarakat
dimana rumah khusus dibangun di atas tanah Lembaga Berbadan Hukum adalah
kurang lebih sama dengan proses hibah rumah khusus yang berdiri di atas tanah
milik Pemerintah Daerah. Perbedaannya terdapat pada proses perubahan
status kepemilikannya menjadi milik Pemerintah Daerah berdasarkan pada
kesepakatan antara Lembaga tersebut dan Pemerintah Daerah.
Data Capaian Hibah/Alih Status Rumah Khusus Tahun 2006-2016
Berdasarkan pada data-data mengenai pelaksanaan proses Hibah Rumah
Khusus/ Alih Status Penggunaan Rumah Khusus dari Tahun 2006 hingga Tahun
2016 dapat diinformasikan bahwa Bangunan Rumah Khusus yang berstatus
Sudah Hibah/ Alih Status (sudah dihibahkan/ pengalihan status) masih relatif
sedikit, yaitu sekitar 1,65 %.
Pengelolaan Aset dan Pemanfaatan Rumah Khusus 55
Gambar 19 Data Capaian Hibah/Alih Status Rumah Khusus Tahun 2006-2016
(Sumber: Direktorat Rumah Khusus, September 2017)
Tabel 4 Data Capaian Hibah/Alih Status Rumah Khusus Tahun 2006-2016
Sumber: Direktorat Rumah Khusus, Data September 2017.
56 Pengelolaan Aset dan Pemanfaatan Rumah Khusus
Dapat dicermati bahwa Rumah Khusus yang berstatus Dalam Proses
Pengurusan Hibah/Alih Status adalah sebanyak 16,24 %, sedangkan yang
berstatus Belum Proses Hibah/Alih Status (belum diproses) adalah yang paling
banyak, yaitu sekitar 82,11 %. Capaian proses Hibah/ Alih Status Penggunaan
Rumah Khusus tersebut, secara keseluruhan dapat dilihat dan dicermati juga
pada gambar dan tabel di atas.
Adapun permasalahan dan kendala yang sering dihadapi dalam proses Hibah
Rumah Khusus ini adalah ketidak-lengkapan dokumen (data-data) yang harus
dipenuhi sesuai dengan persyaratan administratifnya. Hal tersebut akan
mempengaruhi dan mengakibatkan penyelesaian proses hibah akan terhambat
sehingga dapat melebihi waktu yang telah ditentukan, yaitu maksimal 1 (satu)
tahun.
Adanya keterlambatan dalam penyelesaian proses Hibah Rumah Khusus ini,
sebenarnya dapat menimbulkan masalah baru, terutama kondisi bangunan
Rumah Khusus yang mulai rusak, sehingga harus dilakukan revitalisasi. Oleh
karena itu, dengan Pelatihan Penyelenggaraan Rumah Khusus ini diharapkan
dapat mendorong percepatan proses alih status maupun hibah rumah khusus
dari penyediaan rumah khusus yang telah dibangun.
G. Latihan
Setelah Anda mempelajari materi di atas, selanjutnya untuk memantapkan
pemahaman Anda tentang topik tersebut, silakan kerjakan beberapa soal
latihan berikut ini.
1. Mengapa Rumah Khusus ditetapkan sebagai Barang Milik Negara (BMN) ?
2. Sebutkan dua kriteria barang yang ditetapkan sebagai Barang Milik
Negara/Daerah ?
3. Dalam hal rumah khusus, siapa yang menjadi Pengelola Barang dan
Pengguna Barang ?
4. Mengapa rumah khusus sebagai Barang Milik Negara perlu ditetapkan
status penggunaannya ?
5. Sebutkan dan jelaskan jenis kegiatan penatausahaan rumah khusus sebagai
BMN ?
Pengelolaan Aset dan Pemanfaatan Rumah Khusus 57
6. Mengapa tahap inventarisasi menjadi penting dan jelaskan apa saja yang
harus dilakukan ?
7. Ada berapa jenis laporan dalam penatausahaan rumah khusus dan jelaskan
secara singkat ?
8. Apa perbedaan yang prinsip antara pengalihan status penggunaan dengan
hibah pada penyediaan rumah khusus ?
9. Jelaskan proses pengelolaan rumah khusus yang dialihstatuskan kepada
Kementerian/Lembaga Pengusul setelah FHO ?
10. Sebutkan dokumen apa saja yang perlu dilampirkan pada saat Kementerian
PUPR mengajukan permohonan alih status kepada Menteri Keuangan ?
11. Ada berapa jenis penghapusan, jelaskan secara singkat ?
12. Jelaskan jenis kegiatan pengelolaan yang dilakukan pada saat hibah rumah
khusus dari Pemerintah Daerah kepada Masyarakat ?
13. Pertimbangan apa yang dipergunakan untuk menghibahkan rumah khusus ?
14. Dokumen apa saja yang dibutuhkan agar rumah khusus dapat dihibahkan
kepada masyarakat ?
15. Mengapa proses alih status/ hibah rumah khusus seringkali tidak lancar
atau terhambat ?
DISKUSI KELOMPOK
Dari data-data dapat dicermati bahwa Rumah Khusus yang berstatus Dalam
Proses Pengurusan Hibah/ Alih Status sebanyak 16,24 %, sedangkan yang
berstatus Belum Proses Hibah/ Alih Status sebesar 82,11 %. Hal tersebut
menunjukkan adanya permasalahan dan kendala dalam proses penyelesaian
Alih Status Penggunaan Rumah Khusus dan Hibah Rumah Khusus ini, yang dapat
mengakibatkan proses penyelesaian menjadi relatif lama melebihi waktu yang
telah ditentukan, yaitu maksimal 1 (satu) tahun, dan bahkan tidak selesai.
Peserta Pelatihan dibagi dalam beberapa Kelompok (tiga atau empat Kelompok)
untuk mendiskusikan permasalahan dan kendala dalam proses penyelesaian
Alih Status Penggunaan Rumah Khusus dan Hibah Rumah Khusus tersebut.
Adapun materi yang didiskusikan adalah:
Identifikasi permasalahan dan kendala yang terjadi/ dihadapi dalam proses
penyelesaian Alih Status Penggunaan Rumah Khusus maupun Hibah Rumah
Khusus, yang rinci dan spesifik.
58 Pengelolaan Aset dan Pemanfaatan Rumah Khusus
Memberikan masukan berupa solusi-solusi yang inovatif dan bersifat
terobosan, agar dapat mendorong percepatan proses Alih Status maupun
Hibah dari penyediaan rumah khusus yang telah dibangun.
Pelaksanaan Diskusi disediakan waktu selama 15 Menit. Hasil Diskusi harus rinci
dan spesifik, yang akan ditulis, dan dipresentasikan. Setiap Kelompok dapat
melakukan presentasi selama 5 menit.
H. Rangkuman
Dalam penjelasan mengenai Pengelolaan Aset Rumah Khusus ini, beberapa hal
yang dapat dirangkum dapat dicermati pada uraian berikut ini.
1. Rumah khusus yang dibangun oleh Pemerintah dengan dana Anggaran
Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) merupakan Barang Milik Negara
(BMN), sehingga dalam pengelolaan dan penggunaannya harus mengacu
pada Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 27 Tahun 2014
tentang Pengelolaan Barang Milik Negara/ Daerah, serta Peraturan Menteri
Keuangan Nomor 246/PMK.06/2014 tentang Tata Cara Pelaksanaan
Penggunaan Barang Milik Negara.
2. Sebelum digunakan, Rumah Khusus sebagai BMN perlu terlebih dahulu
dilakukan Penetapan Status Penggunaannya oleh Menteri Keuangan
sebagai Pengelola Barang, yang memiliki kewenangan dan tanggung jawab
untuk menetapkan status Penggunaan Rumah Khusus.
3. Rumah Khusus sebagai BMN juga perlu dilakukan penatausahaan. Ada 3
(tiga) kegiatan penatausahaan rumah khusus sebagai BMN, yaitu
pembukuan, inventarisasi dan pelaporan, yang dilaksanakan secara
berjenjang oleh UAKPB (Unit Akutansi Kuasa Pengguna Barang), UAPPB-E1
(Unit Akuntansi Pembantu Pengguna Barang Eselon-I), dan UAPB (Unit
Akutansi Pengguna Barang). Di samping itu, ada 6 (enam) proses dalam tata
cara pembukuan, yaitu proses pertama kali, proses rutin, proses bulanan,
proses semesteran, proses akhir proses pembukuan dan proses lainnya,
sedangkan dalam kegiatan pelaksanaan inventarisasi terdapat 4 (empat)
tahap, yaitu tahap pendataan, tahap identifikasi, tahap pelaporan dan tahap
evaluasi. Adapun pada tahap pelaporan terdapat 3 (tiga) jenjang pelaporan,
yaitu pada tingkat UAKPB, tingkat UAPPB-E1 dan pada tingkat UAPB.
Pengelolaan Aset dan Pemanfaatan Rumah Khusus 59
4. Pemanfaatan Rumah Khusus sebagai Barang Milik Negara (BMN) mengacu
pada Peraturan Menteri Keuangan Nomor 78 Tahun 2014 tentang Tata Cara
Pelaksanaan Pemanfaatan Barang Milik Negara. Pemanfaatan Barang Milik
Negara tersebut dilaksanakan berdasarkan pertimbangan teknis dengan
memperhatikan kepentingan negara/daerah dan kepentingan umum. Di
samping itu, diatur juga mengenai bentuk pemanfaatan atas Barang Milik
Negara, yang mana seseorang atau kelompok masyarakat bisa menghuni
rumah yang dibangun oleh Pemerintah, yaitu dengan cara Sewa; Pinjam
Pakai; Kerja Sama Pemanfaatan (KSP); Bangun Guna Serah atau Bangun
Serah Guna; serta Kerja Sama Penyediaan Infarstruktur (KSPI). Namun,
bentuk pemanfataan BMN tersebut belum dapat diberlakukan pada rumah
khusus yang diselenggarakan oleh Pemerintah pada saat ini.
5. Bangunan rumah khusus yang diusulkan oleh suatu Kementerian/ Lembaga,
seperti Kementerian Kelautan dan Perikanan, Kementerian Kesehatan,
Kementerian Sosial, Kementerian Pembangunan Desa Tertinggal dan
Transmigrasi, dan lain-lain, maka penyerahan bangunan rumah khusus
sebagai BMN dari Kementerian PUPR (sebagai yang menyediakan rumah
khusus) kepada Kementerian/ Lembaga lainnya (sebagai pengusul dan
penerima manfaat) dilakukan melalui Alih Status Penggunaan Rumah
Khusus. Dalam melakukan proses pengalihan status penggunaan rumah
khusus (sebagai Barang Milik Negara) tersebut harus dilengkapi dengan
data-data pendukung.
6. Proses alih status rumah khusus dari Kementerian Pekerjaan Umum dan
Perumahan Rakyat kepada Kementerian/ Lembaga atau Pemerintah Daerah
merupakan hal yang penting agar dapat dimanfaatkan oleh Masyarakat
yang membutuhkan, serta diperlukan juga untuk:
Tertib pengelolaan rumah khusus sebagai aset negara.
Mencegah agar rumah tidak rusak oleh alam maupun penjarahan oleh
masyarakat, akibat tidak dihuni.
Mengalihkan beban pemeliharaan dan perawatan bangunan dari
Kementerian PUPR kepada Kementerian/Lembaga dan Pemerintah
Daerah.
Jadi, Rumah Khusus sebagai BMN perlu dilakukan penatausahaan secara
lengkap, melalui tata cara pembukuan, tata cara inventarisasi, dan tata cara
pelaporan. Untuk itu pengamanan dokumen administrasi dan dokumen
60 Pengelolaan Aset dan Pemanfaatan Rumah Khusus
teknis rumah khusus menjadi penting sebagai salah satu bahan untuk
keperluan Serah Terima Pengelolaan Rumah Khusus kepada Kementerian/
Lembaga dan Pemerintah Daerah, untuk selanjutnya dimanfaatkan oleh
masyarakat. Setelah itu, rumah khusus diserahkan kepada masyarakat
untuk dimanfaatkan/ dihuni. Masyarakatpun harus dibekali dengan
pengetahuan dan kemampuan untuk mengelola rumah khusus, termasuk
memelihara dan merawat bangunan rumah khusus.
7. Rumah Khusus sebagai Barang Milik Negara (BMN) dapat juga dipindah-
tangankan. Adapun pemindah-tanganan rumah khusus tersebut, salah
satunya dapat dilakukan dengan cara hibah, dengan mengacu pada
Peraturan Menteri Keuangan Nomor 111/PMK.06/2016 tentang Tata Cara
Pelaksanaan Pemindah-tanganan Barang Milik Negara. Dalam melakukan
proses hibah rumah khusus tersebut, harus dilengkapi juga dengan data-
data pendukung.
Rumah Khusus yang dihibahkan kepada Pemerintah Daerah untuk kemu-
dian dihibahkan kembali kepada Masyarakat oleh Pemerintah Daerah, harus
dilakukan dengan persyaratan dan prosedur yang benar, mengingat status
tanah dimana rumah khusus dibangun dapat saja berupa tanah Pemerintah
Daerah, tanah Lembaga Sosial atau tanah Masyarakat. Hibah Rumah Khusus
kepada Pemerintah Daerah atau Masyarakat sebaiknya dilakukan bertahap,
dimana Pemerintah Daerah merupakan pihak pertama yang menerima
hibah.
Apabila rumah khusus yang akan dihibahkan kepada Masyarakat berada di
atas tanah Pemerintah Daerah, maka status tanah sebaiknya adalah HPL
Pemerintah Daerah, dan kepada masyarakat dapat diberikan sertifikat Hak
Guna Bangunan (HGB) dengan perjanjian bahwa Pemerintah Daerah selaku
Pemegang HPL. Ada baiknya Masyarakat Pemegang HGB memberikan
kompensasi kepada Pemerintah Daerah, berapapun nilainya, untuk
mengingatkan Masyarakat bahwa tanah rumah khusus tersebut bukan
berada di tanah mereka. Adapun dokumen administrasi hibah sebaiknya
disimpan dengan baik dan tertib oleh Pemerintah Daerah, agar tidak
membawa masalah di kemudian hari (misalnya terjadi pergantian
kepemimpinan), baik di Pemerintah Pusat maupun Pemerintah Daerah.
Hibah rumah khusus kepada Masyarakat seringkali ditanggapi kurang benar
oleh Masyarakat, sebagaimana gambaran berikut ini:
Pengelolaan Aset dan Pemanfaatan Rumah Khusus 61
Sebagian Pemerintah Daerah maupun Masyarakat tidak segera meman-
faatkan rumah khusus, sehingga terjadi kerusakan.
Sebagian Pemerintah Daerah maupun Masyarakat masih bergantung
pada Kementerian PUPR untuk pemeliharaan dan perawatannya.
Sebagian Pemerintah Daerah dan Masyarakat berharap bantuan rumah
khusus lebih besar untuk dapat memenuhi seluruh kebutuhan Masya-
rakat atau PNS, sementara itu ketersediaan anggaran dari Kementerian
PUPR relatif terbatas.
8. Permasalahan dan kendala yang dihadapi dalam proses pengalihan status
penggunaan/ hibah ini adalah ketidak-lengkapan dokumen pendukung yang
menjadi persyaratan administratifnya. Hal tersebut akan mengakibatkan
penyelesaian proses alih status/ hibah rumah khusus akan menjadi
terhambat sehingga dapat melebihi waktu yang telah ditentukan, yaitu
maksimal 1 (satu) tahun.
Permasalahannya adalah dalam kurun waktu 1 (satu) tahun tersebut,
bangunan Rumah Khusus (BMN) sudah terjadi kerusakan sehingga harus
dilakukan perbaikan (revitalisasi). Oleh karena itu, Pelatihan Penyeleng-
garaan Rumah Khusus ini diharapkan dapat mendorong terjadinya
percepatan dalam proses alih status penggunaan rumah khusus, maupun
hibah rumah khusus yang telah dibangun.
64 Pengelolaan Aset dan Pemanfaatan Rumah Khusus
Pemanfaatan Rumah Khusus
A. Indikator Keberhasilan
Dengan mengikuti pembelajaran ini, Peserta Pelatihan diharapkan mampu
menjelaskan dan melaksanakan mengenai pemanfaatan rumah khusus sebagai
fungsi hunian, yang mencakup penghunian rumah khusus, serta pemeliharaan
dan perawatan rumah khusus.
B. Penghunian Rumah Khusus
Berdasarkan pada Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2011
tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman, serta Peraturan Pemerintah
Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2016 tentang Penyelenggaraan Perumahan
dan Kawasan Permukiman, dijelaskan bahwa pemanfaatan perumahan dan
kawasan permukiman adalah suatu proses untuk memanfaatkan perumahan
dan kawasan permukiman sesuai dengan rencana yang ditetapkan, termasuk
kegiatan pemeliharaan, perawatan, dan pemeriksaan secara berkala.
Pemanfaatan perumahan di lingkungan hunian meliputi pemanfaatan rumah,
beserta pemanfaatan prasarana dan sarananya. Apabila dilihat dari fungsinya,
maka pemanfaatan Rumah Khusus (perumahan) yang utama adalah digunakan
untuk hunian (tempat tinggal). Namun demikian, pemanfaatan Rumah Khusus
dapat digunakan juga sebagai kegiatan usaha secara terbatas tanpa
membahayakan dan tidak mengganggu fungsi huniannya.
Gambar 20 Contoh Rumah Khusus untuk hunian Masya-rakat Nelayan, yg dilengkapi dengan prasarana jalan dan saluran (Sumber: Direktorat Rumah
Khusus, 2017)
Pengelolaan Aset dan Pemanfaatan Rumah Khusus 65
Oleh karena itu, pemanfaatan Rumah Khusus selain digunakan untuk fungsi
hunian, harus dapat memastikan terpeliharanya perumahan dan lingkungan
huniannya. Hal ini menunjukkan bahwa di samping memperhatikan
pemanfaatan rumah khusus, maka yang perlu diperhatikan juga adalah
pemanfaatan Prasarana, Sarana dan Utilitas Umum (PSU) yang dibangun untuk
mendukung kawasan Rumah Khusus, seperti jalan, saluran/ drainase, jaringan
air bersih, dan jaringan listrik. Pemanfaatan PSU tersebut didasarkan pada jenis
PSU Rumah Khusus yang sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan, serta diharapkan tidak mengubah fungsi dan status kepemilikannya.
Gambar 21 Pemanfaatan Rumah Khusus dan PSU-nya
(Sumber: Peraturan Pemerintah RI No. 14 Tahun 2016)
Adapun yang terkait dengan penghunian Rumah Khusus, maka acuannya adalah
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2011 tentang Perumahan
dan Kawasan Permukiman, serta Peraturan Pemerintah Republik Indonesia
Nomor 14 Tahun 2016 tentang Penyelenggaraan Perumahan dan Kawasan
Permukiman, yang menjelaskan bahwa setiap orang berhak untuk bertempat
tinggal atau menghuni rumah. Hak untuk menghuni rumah atau penghunian
tersebut dapat dilakukan dengan berbagai cara, yaitu melalui hak milik, cara
sewa menyewa, atau cara bukan sewa menyewa.
Agar proses penghunian rumah khusus ini dapat terlaksana dengan baik dan
lancar maka setiap Pemerintah Kabupaten/ Kota sebagai Penerima Program
Penyediaan Rumah Khusus diharapkan dapat mengacu pada Surat Edaran
Direktorat Jenderal Penyediaan Perumahan yang memberikan pedoman untuk
melakukan Penghunian Sementara Rumah Khusus. Pelaksanaan penghunian
sementara tersebut merupakan suatu kegiatan untuk pemindahan hunian atau
tempat tinggal untuk Masyarakat Kelompok Sasaran Usulan dari Penerima
66 Pengelolaan Aset dan Pemanfaatan Rumah Khusus
Program Penyediaan Rumah Khusus pada rumah khusus yang telah selesai
dibangun.
Arahan lebih lanjut mengenai proses Penghunian Sementara Rumah Khusus ini
akan meliputi penetapan penghunian sementara rumah khusus, proses
penghunian, serta hak, kewajiban, dan larangan Penghuni.
Gambar 22 Proses Penghunian Sementara Rumah Khusus (Sumber: Direktorat Rumah Khusus, Tahun 2017)
Adapun penjelasan selengkapnya yang lebih rinci dapat dilihat dan dicermati
pada uraian berikut ini.
1. Penetapan Penghunian Sementara
Proses penetapan penghunian sementara rumah khusus, adalah sebagai
berikut:
a. Setelah pembangunan Rumah Khusus selesai dilaksanakan, maka akan
dilakukan Serah Terima Pertama Pekerjaan, yang dilengkapi dengan
pembuatan Berita Acara Serah Terima Pertama Pekerjaan (PHO).
b. Kepala Satuan Kerja menyampaikan Laporan Penyelesaian Pemba-
ngunan Rumah Khusus beserta dokumen kelengkapannya kepada
Direktur Jenderal Penyediaan Perumahan, yang paling sedikit memuat
jumlah rumah beserta kelengkapan PSU-nya, penerima penyediaan
rumah khusus, alamat lokasi pembangunan rumah khusus, dasar
Pengelolaan Aset dan Pemanfaatan Rumah Khusus 67
kontrak pembangunan rumah khusus, identitas penyedia jasa kons-
truksi, dan tahun anggaran.
c. Berdasarkan Laporan Penyelesaian Pembangunan Rumah Khusus
tersebut maka dilakukan Penetapan Penghunian Sementara Rumah
Khusus oleh Direktur Jenderal Penyediaan Perumahan.
2. Proses Penghunian
Setelah dilakukan Penetapan Penghunian Sementara Rumah Khusus oleh
Direktur Jenderal Penyediaan Perumahan maka Penerima Program
Penyediaan Rumah Khusus menindaklanjuti dengan proses penghunian,
meliputi:
a. Seleksi Calon Penghuni
Seleksi Calon Penghuni (Penerima Manfaat) Rumah Khusus dilakukan
oleh Unit Pelaksana Teknis (UPT) dengan ketentuan sebagai berikut:
1) Apabila UPT belum dibentuk maka dilakukan oleh Satuan Kerja
Perangkat Daerah (SKPD) dan/atau Unit yang diberi mandat oleh
Gubemur/Walikota/Bupati untuk menangani pengelolaan dan
pemanfaatan Rumah Khusus.
2) Cara melakukan seleksi Penghuni menggunakan aturan yang
ditetapkan oleh masing-masing Pemerintah Daerah Kabupaten/
Kota Penerima Program Penyediaan Rumah Khusus.
3) Seleksi Calon Penghuni dilakukan berdasarkan prioritas kebutuhan
bagi Penerima Manfaat yang akan menghuni atau bertempat tinggal
pada Rumah Khusus yang telah selesai pembangunannya.
b. Penetapan Calon Penghuni
Penetapan Calon Penghuni (Penerima Manfaat) Rumah Khusus
dilakukan dengan tata cara sebagai berikut:
1) Penentuan urutan prioritas kebutuhan bagi Penerima Manfaat yang
memenuhi syarat sebagai Calon Penghuni.
2) Penetapan Penerima Manfaat yang memenuhi syarat untuk
menghuni Rumah Khusus, sebanyak jumlah unit hunian Rumah
Khusus yang tersedia dan siap dihuni.
3) Penentuan nomor unit Rumah Khusus, berdasarkan pertimbangan
sosial, dan lain-lain, yang dibuat dalam Daftar Penetapan Penghuni.
68 Pengelolaan Aset dan Pemanfaatan Rumah Khusus
Selanjutnya, UPT wajib mengiventarisasi Penghuni, unit yang
ditempati, pekerjaan Penghuni dan jumlah Penghuni dalam Daftar
Penghuni.
c. Sosialisasi Penghunian
Sosialisasi tata cara penghunian sementara rumah khusus dilakukan
kepada para Penghuni agar dapat beradaptasi dalam sikap dan perilaku
menghuni Rumah Khusus sesuai dengan aturan penghunian. Para
Penghuni terpilih akan diberi informasi dan pengetahuan tentang
penghunian dan pengelolaan Rumah Khusus, terutama mengenai hak,
kewajiban, dan larangan bagi Penghuni.
3. Hak, Kewajiban, dan Larangan Penghuni
Dalam penghunian Rumah Khusus ini akan disepakati juga mengenai hak-
hak Penghuni, kewajiban Penghuni, dan larangan bagi Penghuni. Penjelasan
selengkapnya dapat dilihat dan dicermati pada uraian berikut ini.
a. Hak-hak Penghuni
Penghuni Rumah Khusus mempunyai hak-hak sebagai berikut:
1) Menghuni dan memanfaatkan rumah khusus, serta prasarana,
sarana, dan utilitas umum (PSU) yang ada sesuai peruntukan dan
fungsinya.
2) Mendapatkan kenyamanan dan ketenteraman dalam menghuni
rumah khusus.
3) Memanfaatkan rumah khusus untuk kegiatan usaha secara terbatas
tanpa membahayakan atau mengganggu fungsi huniannya.
b. Kewajiban Penghuni
Penghuni Rumah Khusus mempunyai kewajiban sebagai berikut:
1) Menghuni rumah khusus setelah ditetapkan sebagai Penerima
Manfaat Rumah Khusus.
2) Mengikuti sosialisasi dan bimbingan teknis dari Penerima Bantuan
Penyediaan Rumah Khusus tentang tata cara penghunian rumah
khusus sebagai Penghuni.
3) Melakukan pemeliharaan rumah khusus, serta prasarana, sarana,
dan utilitas umum yang ada sehingga terpelihara dengan baik.
Pengelolaan Aset dan Pemanfaatan Rumah Khusus 69
4) Memperbaiki kerusakan-kerusakan yang wajar, baik perorangan
maupun kelompok tanpa mengubah desain dan bentuk bangunan.
5) Membuang sampah setiap hari pada tempat yang telah disediakan
secara baik dan rapi.
6) Menyampaikan kepada Pejabat Pembuat Komimen (PPK) dalam hal
terjadi kerusakan di masa pemeliharaan atau sebelum dilakukan
Serah Terima Akhir.
7) Menyampaikan laporan kepada Penerima Bantuan Penyediaan
Rumah Khusus apabila terdapat kerusakan pada rumah khusus yang
membutuhkan perawatan akibat terjadinya kesalahan konstruksi
atau keadaan kahar (forse majeure).
8) Dalam hal habisnya jangka waktu hunian atau memutuskan
kesepakatan dalam menghuni rumah khusus maka Penghuni wajib
mengembalikan rumah khusus dalam keadaan baik, paling lambat 1
(satu) bulan setelah berakhirnya penghunian.
c. Larangan bagi Penghuni
Penghuni Rumah Khusus mempunyai larangan sebagai berikut:
1) Menyerahkan atau memindahtangankan sebagian atau seluruhnya
bangunan rumah khusus serta prasarana, sarana, dan utilitas umum
kepada Pihak lain.
2) Mengubah sebagian atau seluruh bentuk bangunan rumah khusus
serta prasarana, sarana, dan utilitas umum.
3) Memanfaatkan rumah khusus tidak sesuai dengan peruntukan dan
fungsinya.
4) Menyewakan atau mengalihfungsikan bangunan rumah khusus
serta prasarana, sarana, dan utilitas umum kepada Pihak lain
dengan alasan apapun.
5) Memusnahkan/ menghilangkan bentuk rumah khusus serta
prasarana, sarana, dan utilitas umum.
6) Merusak seluruh atau sebagian komponen rumah khusus.
7) Membuat keributan yang dapat mengganggu keamanan dan
kenyamanan lingkungan.
8) Menjual/memakai/memproduksi narkoba dan minuman keras,
berjudi, serta berbuat maksiat.
70 Pengelolaan Aset dan Pemanfaatan Rumah Khusus
C. Pemeliharaan dan Perawatan Rumah Khusus
Pada dasarnya, dalam pemanfaatan bangunan rumah khusus akan sangat
diperlukan kegiatan pemeliharaan dan perawatan bangunan rumah khusus,
yang secara teknis dapat mengacu pada Peraturan Menteri Pekerjaan Umum
Nomor 24/PRT/M/2008 tentang Pedoman Pemeliharaan dan Perawatan
Bangunan Gedung.
Dari pengertiannya dapat dijelaskan bahwa kegiatan pemeliharaan bangunan
rumah khusus adalah kegiatan untuk menjaga keandalan bangunan rumah
beserta kelengkapannya agar bangunan rumah khusus tersebut selalu layak
fungsi. Adapun kegiatan perawatan bangunan rumah khusus adalah kegiatan
untuk memperbaiki dan/atau mengganti bagian bangunan rumah, komponen,
bahan bangunan, dan/atau kelengkapannya agar bangunan rumah khusus
tersebut tetap layak fungsi.
Dalam penyelenggaraan rumah khusus, kelembagaan yang bertanggung jawab
dalam melakukan pemeliharaan dan perawatan rumah khusus, adalah sebagai
berikut:
Apabila terjadi kerusakan pada masa pemeliharaan atau sebelum
dilakukan Serah Terima Akhir bangunan rumah khusus, maka tugas
pemeliharaan dan perawatan rumah khusus tersebut masih menjadi
kewajiban dan tanggung jawab Pejabat Pembuat Komitmen (Direktorat
Rumah Khusus) dan Penyedia Jasa Konstruksi.
Apabila terjadi kerusakan setelah dilakukan Serah Terima Akhir atau Serah
Terima Aset bangunan rumah khusus, maka tugas pemeliharaan dan
perawatan rumah khusus menjadi kewajiban dan tanggung jawab Penerima
Bantuan Penyediaan Rumah Khusus (Kementerian/ Lembaga atau
Pemerintah Daerah).
Lingkup Pemeliharaan Bangunan Rumah Khusus
Pekerjaan permeliharaan meliputi jenis pembersihan, perapihan, pemeriksaan,
pengujian, perbaikan dan/atau penggantian bahan atau perlengkapan
bangunan rumah khusus, dan kegiatan sejenis lainnya berdasarkan pedoman
pengoperasian dan pemeliharaan bangunan gedung. Lingkup pemeliharaan
bangunan rumah khusus meliputi aspek arsitektural, struktural, mekanikal,
elektrikal, tata ruang luar, dan tata graha.
Pengelolaan Aset dan Pemanfaatan Rumah Khusus 71
Gambar 23 Lingkup Pemeliharaan Bangunan Rumah Khusus
(Sumber: Peraturan Menteri PU No. 24/PRT/M/2008)
1. Arsitektural
Pemeliharaan pada aspek Arsitektural, meliputi:
a. Memelihara secara baik dan teratur jalan keluar sebagai sarana
penyelamat (egress) bagi pemilik dan pengguna bangunan.
b. Memelihara secara baik dan teratur unsur-unsur tampak luar bangunan
sehingga tetap rapih dan bersih.
c. Memelihara secara baik dan teratur unsur-unsur dalam ruang, serta
perlengkapannya.
d. Menyediakan sistem dan sarana pemeliharaan yang memadai dan
berfungsi secara baik, berupa perlengkapan/peralatan tetap dan/atau
alat bantu kerja (tools).
e. Melakukan cara pemeliharaan ornamen arsitektural dan dekorasi yang
benar oleh Petugas yang mempunyai keahlian dan/atau kompetensi di
bidangnya.
2. Struktural
Pemeliharaan pada aspek Struktural, meliputi:
a. Memelihara secara baik dan teratur unsur-unsur struktur bangunan
gedung dari pengaruh korosi, cuaca, kelembaban, dan pembebanan di
luar batas kemampuan struktur, serta pencemaran lainnya.
b. Memelihara secara baik dan teratur unsur-unsur pelindung struktur.
c. Melakukan pemeriksaan berkala sebagai bagian dari perawatan
preventif (preventive maintenance).
72 Pengelolaan Aset dan Pemanfaatan Rumah Khusus
d. Mencegah dilakukan perubahan dan/atau penambahan fungsi kegiatan
yang menyebabkan meningkatnya beban yang berkerja pada bangunan
gedung, di luar batas beban yang direncanakan.
e. Melakukan cara pemeliharaan dan perbaikan struktur yang benar oleh
Petugas yang mempunyai keahlian dan/atau kompetensi di bidangnya.
f. Memelihara bangunan agar difungsikan sesuai dengan penggunaan
yang direncanakan.
3. Mekanikal (Tata Udara, Sanitasi, Plambing dan Transportasi)
Pemeliharaan pada aspek Mekanikal, meliputi:
a. Memelihara dan melakukan pemeriksaan berkala sistem tata udara,
agar mutu udara dalam ruangan tetap memenuhi persyaratan teknis
dan kesehatan yang disyaratkan meliputi pemeliharaan peralatan
utama dan saluran udara.
b. Memelihara dan melakukan pemeriksaan berkala sistem distribusi air
yang meliputi penyediaan air bersih, sistem instalasi air kotor, sistem
hidran, sprinkler dan septik tank, serta unit pengolah limbah.
c. Memelihara dan melakukan pemeriksaan berkala sistem transportasi
dalam bangunan, baik berupa tangga, dan lain-lain.
4. Elektrikal (Catu Daya, Tata Cahaya, Telepon, Komunikasi dan Alarm)
Pemeliharaan pada aspek Elektrikal, meliputi:
a. Melakukan pemeriksaan periodik dan memelihara pada perlengkapan
pembangkit daya listrik cadangan.
b. Melakukan pemeriksaan periodik dan memelihara pada perlengkapan
penangkal petir.
c. Melakukan pemeriksaan periodik dan memelihara sistem instalasi
listrik, baik untuk pasokan daya listrik maupun untuk penerangan
ruangan.
d. Melakukan pemeriksaan periodik dan memelihara jaringan instalasi tata
suara dan komunikasi (telepon), serta data.
e. Melakukan pemeriksaan periodik dan memelihara jaringan sistem tanda
bahaya dan alarm.
5. Tata Ruang Luar
Pemeliharaan pada aspek Tata Ruang Luar, meliputi:
Pengelolaan Aset dan Pemanfaatan Rumah Khusus 73
a. Memelihara secara baik dan teratur kondisi dan permukaan tanah
dan/atau halaman luar bangunan rumah.
b. Memelihara secara baik dan teratur unsur-unsur pertamanan di luar
dan di dalam bangunan rumah, seperti vegetasi (landscape), bidang
perkerasan (hardscape), perlengkapan ruang luar (landscape furniture),
saluran pembuangan, pagar dan pintu gerbang, lampu penerangan luar,
serta pos/gardu jaga.
c. Menjaga kebersihan di luar bangunan rumah, pekarangan dan
lingkungannya.
d. Melakukan cara pemeliharaan taman yang benar oleh Petugas yang
mempunyai keahlian dan/atau kompetensi di bidangnya.
6. Tata Graha (Housekeeping)
Pemeliharaan pada aspek Tata Graha meliputi seluruh kegiatan house-
keeping yang membahas hal-hal terkait dengan sistem pemeliharaan dan
perawatan bangunan rumah, antara lain mengenai cleaning service,
landscape, pest control, general cleaning mulai dari persiapan pekerjaan,
proses operasional sampai kepada hasil kerja akhir.
Lingkup Perawatan Bangunan Rumah Khusus
Pekerjaan perawatan meliputi perbaikan dan/atau penggantian bagian
bangunan, komponen, bahan bangunan, dan/atau prasarana dan sarana
berdasarkan dokumen rencana teknis perawatan bangunan gedung, dengan
mempertimbangkan dokumen pelaksanaan konstruksi. Lingkup perawatan
bangunan rumah khusus meliputi rehabilitasi, renovasi, restorasi, dan tingkat
kerusakan.
Gambar 24 Lingkup Perawatan Bangunan Rumah Khusus
(Sumber: Peraturan Menteri PU No. 24/PRT/M/2008)
74 Pengelolaan Aset dan Pemanfaatan Rumah Khusus
1. Rehabilitasi
Pekerjaan rehabilitas adalah memperbaiki bangunan yang telah rusak
sebagian dengan maksud menggunakan sesuai dengan fungsi tertentu yang
tetap, baik arsitektur maupun struktur bangunan tetap dipertahankan
seperti semula, sedangkan utilitas dapat berubah.
2. Renovasi
Pekerjaan renovasi adalah memperbaiki bangunan yang telah rusak berat
sebagian dengan maksud menggunakan sesuai fungsi tertentu yang dapat
tetap atau berubah, baik arsitektur, struktur maupun utilitas bangunannya.
3. Restorasi
Pekerjaan restorasi adalah memperbaiki bangunan yang telah rusak berat
sebagian dengan maksud menggunakan untuk fungsi tertentu yang dapat
tetap atau berubah dengan tetap mempertahankan arsitektur bangunannya
sedangkan struktur dan utilitas bangunannya dapat berubah.
4. Tingkat Kerusakan
Beberapa hal yang harus diperhatikan, meliputi:
a. Perbaikan dan/atau penggantian dalam kegiatan perawatan bangunan
rumah dengan tingkat kerusakan sedang dan berat dilakukan setelah
dokumen rencana teknis perawatan bangunan rumah disetujui oleh
Pemerintah Daerah.
b. Kerusakan bangunan adalah tidak berfungsinya bangunan atau
komponen bangunan akibat penyusutan/ berakhirnya umur bangunan,
atau akibat ulah manusia atau perilaku alam, seperti beban fungsi yang
berlebih, kebakaran, gempa bumi, atau sebab lain yang sejenis.
c. Intensitas kerusakan bangunan dapat digolongkan atas tiga tingkat
kerusakan, yaitu:
1) Kerusakan Ringan
a) Kerusakan ringan adalah kerusakan terutama pada komponen
non-struktural, seperti penutup atap, langit-langit, penutup
lantai, dan dinding pengisi.
b) Perawatan untuk tingkat kerusakan ringan, biayanya maksimum
adalah sebesar 35% dari harga satuan tertinggi pembangunan
Pengelolaan Aset dan Pemanfaatan Rumah Khusus 75
bangunan gedung baru yang berlaku, untuk tipe/klas dan lokasi
yang sama.
2) Kerusakan Sedang
a) Kerusakan sedang adalah kerusakan pada sebagian komponen
non-struktural, dan/atau komponen struktural, seperti struktur
atap, lantai, dan lain-lain.
b) Perawatan untuk tingkat kerusakan sedang, biayanya
maksimum adalah sebesar 45% dari harga satuan tertinggi
pembangunan bangunan gedung baru yang berlaku, untuk
tipe/klas dan lokasi yang sama.
3) Kerusakan Berat
a) Kerusakan berat adalah kerusakan pada sebagian besar
komponen bangunan, baik struktural maupun non-struktural
yang apabila setelah diperbaiki masih dapat berfungsi dengan
baik sebagaimana mestinya.
b) Biayanya maksimum adalah sebesar 65% dari harga satuan
tertinggi pembangunan bangunan gedung baru yang berlaku,
untuk tipe/klas dan lokasi yang sama.
4) Perawatan Khusus
Untuk perawatan yang memerlukan penanganan khusus atau dalam
usaha meningkatkan wujud bangunan, seperti kegiatan renovasi
atau restorasi (misalnya yng berkaitan dengan perawatan bangunan
gedung bersejarah), besarnya biaya perawatan dihitung sesuai
dengan kebutuhan nyata dan dikonsultasikan terlebih dahulu
kepada Instansi Teknis setempat.
d. Penentuan tingkat kerusakan dan perawatan khusus dilakukan setelah
berkonsultasi dengan Instansi Teknis setempat.
e. Persetujuan rencana teknis perawatan bangunan gedung tertentu dan
yang memiliki kompleksitas teknis tinggi dilakukan setelah mendapat
pertimbangan dari Tim Ahli Bangunan Gedung.
f. Pekerjaan perawatan ditentukan berdasarkan bagian mana yang
mengalami perubahan atau perbaikan.
76 Pengelolaan Aset dan Pemanfaatan Rumah Khusus
Panduan Pemeliharaan dan Perawatan Bangunan Rumah
Beberapa hal yang diperlukan terkait dengan kegiatan pemeliharaan dan
perawatan bangunan rumah khusus, adalah sebagai berikut:
1. Tenaga Kerja/ Tenaga Sukarela, meliputi:
a. Penghuni bangunan rumah.
b. Tenaga gotong royong/ swadaya masyarakat.
c. Pekerja harian lepas/ musiman.
2. Alat dan Bahan, meliputi:
a. Alat, yaitu lap untuk pembersih, sapu lantai dan sapu lidi, peralatan
kayu, ember, peralatan tembok/ batu, kuas cat, amplas, dan lain-lain.
b. Bahan, yaitu batu bata, pasir, semen, air, cat, genteng, paku, pelitur,
seng, dan lain-lain.
3. Biaya, meliputi:
a. Bersumber dari anggaran Pengelola.
b. Bantuan hasil swadaya Masyarakat.
c. Bantuan kas Desa/ Kelurahan.
d. Bantuan dari Pemerintah Kota/ Kabupaten.
Apabila tidak dilakukan pemeliharaan, maka akibatnya adalah sebagai berikut:
1. Kondisi bangunan akan merosot/ cepat rusak.
2. Fungsi dari bangunan serta kegiatan sehari-hari akan terganggu.
3. Berbahaya untuk keamanan Penghuni.
4. Diperlukan biaya rehabilitasi yang lebih mahal.
5. Sarana Kamar Mandi/ WC akan menjadi tidak sehat dan menimbulkan
penyakit.
Pekerjaan pemeliharaan dan perawatan pada umumnya dilaksanakan terhadap
bagian-bagian bangunan rumah, meliputi atap, kusen dan pintu, dinding, kaca,
lantai, kamar mandi/ wc, listrik dan air bersih, furniture, saluran pembuangan/
drainase/ air kotor, peralatan yang menyangkut pekerjaan besi, halaman dan
taman, serta pagar. Penjelasan selengkapnya dapat dicermati pada uraian
berikut ini.
Pengelolaan Aset dan Pemanfaatan Rumah Khusus 77
Pekerjaan Atap
1. Genteng/ penutup atap lainnya harus berkualitas baik, tidak mudah
retak/ pecah sehingga menyebabkan kebocoran.
2. Apabila mengalami kebocoran, harus segera diganti agar tidak merusak
yang lainnya, seperti plafond dan dinding.
Pekerjaan Kusen dan Pintu
1. Kayu kusen dan pintu harus dimeni dulu sebelum dicat, agar lebih
tahan terhadap rayap.
2. Kusen, pintu, dan jendela harus sering dibersihkan.
3. Kusen, pintu dan jendela selalu dalam kering.
4. Cat atau pelitur yang terkelupas harus segera diperbaiki agar kusen,
daun pintu dan jendela terpelihara dengan baik.
Pekerjaan Dinding
1. Dinding harus selalu bersih dari kotoran dan harus selalu kering.
2. Dinding yang terkelupas harus segera diperbaiki dan segera dicat kembali.
Pekerjaan Kaca dan Lantai
1. Kaca harus dibersihkan setiap hari dari segala kotoran.
2. Kaca yang retak/ pecah, harus segera diganti agar tidak membahayakan.
3. Lantai harus dalam keadaan bersih dan kering.
4. Lantai yang pecah/ lepas segera diganti agar tidak merusak yang lain.
Pekerjaan Kamar Mandi/ WC
1. Dibersihkan setiap hari.
2. Jangan membuang air sabun dan kotoran yang bisa menyumbat ke dalam
Kloset.
3. Kotoran yang ada di lantai (seperti tanah, daun, dll.) jangan dibuang ke
dalam saluran buangan karena akan menyumbat saluran tersebut.
4. Ubin yang pecah segera diganti untuk menghindari kerusakan yang lebih
parah.
Pekerjaan Listrik dan Air Bersih
1. Sambungan-sambungan listrik harus benar-benar tertutup rapat untuk
menghindari hubungan pendek apabila terkena air bocoran dan tidak
membahayakan.
78 Pengelolaan Aset dan Pemanfaatan Rumah Khusus
2. Instalasi listrik harus diperiksa setiap 5 tahun sekali.
3. Kabel sekring tidak boleh terlalu besar, sebaiknya dipergunakan yang sesuai
dengan daya listrik.
4. Apabila tidak digunakan sebaiknya dimatikan, selain untuk menghemat
biaya operasional juga memperpanjang umur daripada instalasi tersebut.
5. Sumber air bersih sebaiknya diletakkan minimal dengan jarak 20 meter dari
septictank/ resapan.
6. Saluran air bersih harus mempergunakan pipa PVC yang baik mutunya dan
tahan lama.
7. Untuk saluran yang bocor segera diperbaiki/ diganti.
Pekerjaan Furniture
1. Furniture (meja, kursi, lemari, dan sebagainya) harus dibersihkan setiap
hari, untuk menjaga supaya kotoran-kotoran tersebut tidak merusak
furniture tersebut.
2. Apabila ada yang rusak segera diperbaiki. Kalau lepas dipaku kembali. Kalau
kerusakannya parah segera diganti.
3. Apabila cat pelitur sudah mengelupas, segera dicat/ pelitur kembali untuk
mencegah rayap dan sebagainya yang akan merusak furniture tersebut.
Pekerjaan Saluran Pembuangan/ Drainase
1. Dalam pembuatan saluran pembuangan harus benar-benar diperhatikan
kemiringannya karena sangat berpengaruh kepada kelancaran aliran airnya.
2. Saluran pembuangan harus sering dibersihkan agar tidak ada penyumbatan.
3. Bagian yang retak/ pecah harus segera diperbaiki agar kotoran atau sampah
tidak tersangkut di bagian tersebut.
Peralatan yang Menyangkut Pekerjaan Besi
1. Dilakukan pengecekan berkala setiap bulan untuk memastikan bahwa
peralatan tersebut masih layak dipergunakan.
2. Cat yang terkelupas segera diperbaiki agar tidak berkarat.
3. Bagian besi yang patah diperbaiki dan dilakukan pengecatan kembali.
4. Semua peralatan tersebut selalu dibersihkan untuk menghindari karat.
Pekerjaan Halaman dan Taman
1. Dilakukan pembersihan setiap hari agar tidak ada sampah yang membusuk,
yang dapat menimbulkan bau tidak enak atau binatang yang bersarang.
Pengelolaan Aset dan Pemanfaatan Rumah Khusus 79
2. Dilakukan pemotongan rutin terhadap rumput dan tanaman untuk
menghidari binatang-binatang yang akan bersarang dan bersembunyi.
3. Dilakukan penyiraman yang teratur agar tanaman-tanaman tersebut
tumbuh dengan baik dan subur.
4. Sediakan tempat sampah agar tampak bersih dan memudahkan di dalam
pembuangannya.
5. Rumput/ tanaman yang mati segera dipotong agar tidak mempengaruhi
yang lain.
Pekerjaan Pagar
1. Pada umumnya pemeliharaan pagar sama dengan pemeliharaan dinding.
2. Karena letaknya di luar, harus sering dibersihkan.
3. Rumput-rumput yang tumbuh dan menempel di pagar harus secepatnya
dibersihkan.
D. Latihan
Setelah Anda mempelajari materi di atas, selanjutnya untuk memantapkan
pemahaman Anda tentang topik tersebut, silakan kerjakan beberapa soal
latihan berikut ini.
1. Apakah rumah khusus dapat dimanfaatkan untuk selain hunian ? Sebutkan
alasannya ?
2. Bagaimana proses penghunian rumah khusus dapat dilakukan ?
3. Sebutkan masing-masing 3 (tiga) hal yang merupakan Hak Penghuni,
Kewajiban Penghuni, dan Larangan bagi Penghuni Rumah Khusus ?
4. Diskusikan mengapa kegiatan pemeliharaan dan perawatan bangunan
rumah khusus sangat penting untuk dilakukan ?
5. Aspek-aspek apa saja yang termasuk dalam lingkup pemeliharaan, maupun
lingkup perawatan bangunan rumah khusus ?
6. Sebutkan 2 (dua) contoh bagian dari bangunan rumah yang memerlukan
perbaikan dan perawatan, jelaskan apa yang harus dilakukan ?
80 Pengelolaan Aset dan Pemanfaatan Rumah Khusus
E. Rangkuman
Dalam penjelasan mengenai Pemanfaatan Rumah Khusus ini, beberapa hal yang
dapat dirangkum dapat dicermati pada uraian berikut ini.
1. Pemanfaatan perumahan dan kawasan permukiman adalah suatu proses
untuk memanfaatkan perumahan dan kawasan permukiman sesuai dengan
rencana yang ditetapkan, termasuk kegiatan pemeliharaan, perawatan, dan
pemeriksaan secara berkala. Adapun pemanfaatan Rumah Khusus pada
umumnya digunakan sebagai fungsi hunian.
2. Berdasarkan pada Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2011
tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman, serta Peraturan Pemerintah
Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2016 tentang Penyelenggaraan
Perumahan dan Kawasan Permukiman, dijelaskan bahwa setiap orang
berhak untuk bertempat tinggal atau menghuni rumah. Hak untuk
menghuni rumah atau penghunian tersebut dapat dilakukan dengan
berbagai cara (hak milik; sewa menyewa; atau bukan sewa menyewa).
3. Ketentuan mengenai proses penghunian untuk Rumah Khusus akan
meliputi penetapan penghunian sementara, proses penghunian, serta hak,
kewajiban, dan larangan Penghuni.
4. Dalam proses pemanfaatan Rumah Khusus, sangat diperlukan kegiatan
pemeliharaan dan perawatan bangunan rumah khusus yang secara teknis
mengacu pada Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 24/Prt/M/2008
tentang Pedoman Pemeliharaan dan Perawatan Bangunan Gedung.
Dijelaskan juga mengenai lingkup kegiatan pemeliharaan dan perawatan
bangunan rumah khusus.
5. Pekerjaan pemeliharaan dan perawatan bangunan rumah pada umumnya
dilaksanakan terhadap bagian-bagian bangunan rumah, meliputi atap,
kusen dan pintu, dinding, kaca, lantai, kamar mandi/ wc, listrik dan air
bersih, furniture, saluran pembuangan/ drainase/ air kotor, peralatan yang
menyangkut pekerjaan besi, halaman dan taman, serta pagar.
82 Pengelolaan Aset dan Pemanfaatan Rumah Khusus
Penutup
A. Simpulan Rumah khusus yang dibangun oleh Pemerintah dengan dana Anggaran
Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) merupakan Barang Milik Negara (BMN),
sehingga dalam pengelolaan dan penggunaannya harus mengacu pada
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 27 Tahun 2014 tentang
Pengelolaan Barang Milik Negara/ Daerah, serta Peraturan Menteri Keuangan
Nomor 246/PMK.06/2014 tentang Tata Cara Pelaksanaan Penggunaan Barang
Milik Negara. Sebelum digunakan, BMN perlu terlebih dahulu dilakukan
Penetapan Status Penggunaannya oleh Menteri Keuangan sebagai Pengelola
Barang, yang memiliki kewenangan dan tanggung jawab untuk menetapkan
status Penggunaan BMN. Namun, Rumah Khusus sebagai Barang Milik Negara
merupakan barang persediaan, dan juga dari awal pengajuan usulan (pada
tahap perencanaan) direncanakan untuk dihibahkan kepada Pemerintah Daerah
Kabupaten/ Kota sehingga tidak perlu dilakukan penetapan status Penggunaan
Rumah Khusus terlebih dahulu, tetapi akan dilakukan pada saat yang
bersamaan dengan proses serah terima asetnya.
Bangunan rumah khusus yang diusulkan oleh suatu Kementerian/ Lembaga,
seperti Kementerian Kelautan dan Perikanan, Kementerian Kesehatan,
Kementerian Sosial, Kementerian Pembangunan Desa Tertinggal dan
Transmigrasi, dan lain-lain, maka penyerahan bangunan rumah khusus sebagai
BMN dari Kementerian PUPR (sebagai yang menyediakan rumah khusus)
kepada Kementerian/ Lembaga lainnya (sebagai pengusul dan penerima
manfaat) dilakukan melalui Alihan Status Penggunaan Rumah Khusus. Dalam
melakukan proses alih status penggunaan rumah khusus (sebagai Barang Milik
Negara) tersebut harus dilengkapi dengan data-data pendukung.
Rumah Khusus sebagai Barang Milik Negara (BMN) dapat juga dipindah-
tangankan. Adapun pemindah-tanganan rumah khusus tersebut, salah satunya
dapat dilakukan dengan cara hibah, dengan mengacu pada Peraturan Menteri
Keuangan Nomor 111/PMK.06/2016 tentang Tata Cara Pelaksanaan Pemindah-
tanganan Barang Milik Negara. Dalam melakukan proses hibah rumah khusus
Pengelolaan Aset dan Pemanfaatan Rumah Khusus 83
tersebut, harus dilengkapi juga dengan data-data pendukung. Permasalahan
dan kendala yang dihadapi dalam proses pengalihan status penggunaan/ hibah
rumah khusus ini adalah ketidak-lengkapan dokumen pendukung yang menjadi
persyaratan administratifnya sehingga penyelesaian proses pengalihan status
penggunaan/hibah rumah khusus tersebut akan menjadi terhambat melebihi
waktu yang telah ditentukan (1 tahun).
Secara fungsional, pemanfaatan Rumah Khusus pada umumnya digunakan
untuk hunian (tempat tinggal). Begitu pula dengan prasarana, sarana, dan
utilitas umum (PSU) yang dibangun untuk mendukung kawasan rumah khusus,
harus dimanfaatkan sesuai dengan fungsi dan status kepemilikannya.
Berdasarkan pada Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2011
tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman, serta Peraturan Pemerintah
Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2016 tentang Penyelenggaraan Perumahan
dan Kawasan Permukiman, dijelaskan bahwa setiap orang berhak untuk
bertempat tinggal atau menghuni rumah. Hak untuk menghuni rumah atau
penghunian tersebut dapat dilakukan dengan berbagai cara (hak milik, sewa
menyewa, atau bukan sewa menyewa).
Ketentuan mengenai proses penghunian untuk Rumah Khusus akan meliputi
penetapan penghunian sementara, proses penghunian, serta hak, kewajiban,
dan larangan Penghuni. Kegiatan penghunian Rumah Khusus juga mencakup
kegiatan pemeliharaan dan perawatan bangunan rumah yang secara teknis
mengacu pada Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 24/Prt/M/2008
tentang Pedoman Pemeliharaan dan Perawatan Bangunan Gedung.
Pekerjaan pemeliharaan dan perawatan bangunan rumah pada umumnya
dilaksanakan terhadap bagian-bagian bangunan rumah, meliputi atap, kusen
dan pintu, dinding, kaca, lantai, kamar mandi/ wc, listrik dan air bersih,
furniture, saluran pembuangan/drainase/air kotor, peralatan yang menyangkut
pekerjaan besi, halaman dan taman, serta pagar.
B. Tindak Lanjut
Sebagai tindak lanjut dari pelatihan ini, diharapkan ada beberapa upaya yang
dapat dilakukan, antara lain:
84 Pengelolaan Aset dan Pemanfaatan Rumah Khusus
1. Perlunya disusun suatu pedoman atau petunjuk pelaksanaan mengenai
pengelolaan aset rumah khusus, serta pemanfaatan rumah khusus pada
tahap penghunian, terutama pemeliharaan dan perawatan rumah khusus.
2. Perlunya dilakukan forum diskusi yang membahas mengenai percepatan
proses alih status penggunaan rumah khusus, maupun hibah rumah khusus.
3. Perlunya dibuat langkah-langkah terobosan untuk mempercepat penyiapan
dokumen (data-data) pendukung yang menjadi persyaratan dalam proses
alih status penggunaan rumah khusus, maupun hibah rumah khusus.
Pengelolaan Aset dan Pemanfaatan Rumah Khusus 85
DAFTAR SINGKATAN
AJB : Akte Jual Beli
BAST : Berita Acara Serah Terima
BMD : Barang Milik Daerah
BMN : Barang Milik Negara
BUMN : Badan Usaha Milik Negara
DBKP : Daftar Barang Kuasa Pengguna
DED : Detail Engineering Drawing
DIPA : Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran
DJKN : Direktorat Jenderal Kekayaan Negara
FHO : Final Hand Over
IMB : Izin Mendirikan Bangunan
LBKP : Laporan Barang Kuasa Pengguna
LKB : Laporan Kondisi Barang
KIB : Kartu Identitas Barang
KPKNL : Kantor Pelayanan Kekayaan Negara dan Lelang
PHO : Provisional Hand Over
PSU : Prasarana, Sarana, dan Utilitas
PUPR : Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat
Rusus : Rumah Khsuus
Satker : Satuan Kerja
UAKPA : Unit Akutansi Kuasa Pengguna Anggaran
UAKPB : Unit Akutansi Kuasa Pengguna Barang
UAPB : Unit Akutansi Pengguna Barang
UAPPB-E1 : Unit Akutansi Pembantu Pengguna Barang – E1
86 Pengelolaan Aset dan Pemanfaatan Rumah Khusus
DAFTAR PUSTAKA
Undang-Undang RI No. 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara;
Undang-Undang RI No. 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara;
Undang-Undang RI No. 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan
Permukiman;
Peraturan Pemerintah RI No. 27 Tahun 2014 tentang Pengelolaan Barang Milik
Negara/Daerah;
Peraturan Pemerintah RI Nomor 14 Tahun 2016 tentang Penyelenggaraan
Perumahan dan Kawasan Permukiman;
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum RI Nomor 24/PRT/M/2008 tentang
Pedoman Pemeliharaan dan Perawatan Bangunan Gedung;
Peraturan Menteri Keuangan RI Nomor 78/PMK.06/2014 tentang Tata Cara
Pelaksanaan Pemanfaatan Barang Milik Negara;
Peraturan Menteri Keuangan RI Nomor 181/PMK.06/2014 tentang
Penatausahaan Barang Milik Negara;
Peraturan Menteri Keuangan RI Nomor 246/PMK.06/2014 tentang Tata Cara
Pelaksanaan Penggunaan Barang Milik Negara;
Peraturan Menteri Keuangan RI Nomor 04/PMK.06/2015 tentang Pendelegasian
Kewenangan dan Tanggung Jawab dari Pengelola Barang kepada
Pengguna Barang;
Peraturan Menteri Keuangan RI Nomor 111/PMK.06/2016 tentang Tata Cara
Pemindahtanganan Barang Milik Negara;
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat RI Nomor 20/
PRT/M/2017 tentang Penyediaan Rumah Khusus;
Surat Edaran Direktorat Jenderal Penyediaan Perumahan, Kementerian
Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat RI Nomor.....tentang
Penghunian Sementara Rumah Khusus.
Pengelolaan Aset dan Pemanfaatan Rumah Khusus 87
GLOSARIUM
Kawasan Permukiman Bagian dari lingkungan hidup di luar kawasan lindung, baik berupa kawasan perkotaan maupun perdesaan, yang berfungsi sebagai lingkungan tempat tinggal atau lingkungan hunian dan tempat kegiatan yang mendukung perikehidupan dan penghidupan.
Lingkungan Hunian Bagian dari kawasan permukiman yang terdiri atas lebih dari satu satuan permukiman.
Permukiman Bagian dari lingkungan hunian yang terdiri atas lebih dari satu satuan perumahan yang mempunyai pra-sarana, sarana, utilitas umum, serta mempunyai penunjang kegiatan fungsi lain di kawasan perkotaan atau kawasan perdesaan.
Perumahan Kumpulan rumah sebagai bagian dari permukiman, baik perkotaan maupun perdesaan, yang dilengkapi dengan prasarana, sarana, dan utilitas umum sebagai hasil upaya pemenuhan rumah yang layak huni.
Rumah Bangunan gedung yang berfungsi sebagai tempat tinggal yang layak huni, sarana pembinaan keluarga, cerminan harkat dan martabat penghuninya, serta aset bagi pemiliknya.
Rumah Swadaya Rumah yang dibangun atas prakarsa dan upaya masyarakat.
Rumah Umum Rumah yang diselenggarakan untuk memenuhi kebutuhan rumah bagi masyarakat berpenghasilan rendah.
Rumah Khusus Rumah yang diselenggarakan untuk memenuhi
kebutuhan khusus.
Rumah Negara Rumah yang dimiliki negara dan berfungsi sebagai tempat tinggal atau hunian dan sarana pembinaan keluarga serta penunjang pelaksanaan tugas pejabat dan/atau pegawai negeri.
Prasarana Kelengkapan dasar fisik lingkungan hunian yang
88 Pengelolaan Aset dan Pemanfaatan Rumah Khusus
memenuhi standar tertentu untuk kebutuhan
bertempat tinggal yang layak, sehat, aman, dan
nyaman.
Sarana Fasilitas dalam lingkungan hunian yang berfungsi
untuk mendukung penyelenggaraan dan
pengembangan kehidupan sosial, budaya, dan
ekonomi.
Utilitas Umum Kelengkapan penunjang untuk pelayanan lingkungan
hunian.
Barang Milik Negara
atau BMN
Semua barang yang dibeli atau diperoleh atas beban
APBN atau berasal dari perolehan lainnya yang sah.
Barang Milik Daerah atau BMD
Semua barang yang dibeli atau diperoleh atas beban APBD atau berasal dari perolehan lainnya yang sah.
Pengelola Barang Pejabat yang berwenang dan bertanggungjawab menetapkan kebijakan dan pedoman, serta melakukan pengelolaan BMN/ BMD.
Pengguna Barang Pejabat pemegang kewenangan penggunaan BMN/ BMD.
Kuasa Pengguna Barang Kepala Satuan Kerja atau Pejabat yang ditunjuk oleh Pengguna Barang untuk menggunakan barang yang berada dalam penguasaannya.
Penggunaan Kegiatan yang dilakukan oleh Pengguna Barang dalam mengelola BMN/ BMD sesuai dengan tugas dan fungsinya.
Pemanfaatan Pendayagunaan BMN/BMD yang tidak digunakan untuk penyelenggaraan tugas dan fungsi lembaga dan/atau optimalisasi BMN/BMD dengan tidak mengubah status kepemilikan.
Pemindahtanganan Pengalihan kepemilikan Barang Milik Negara/ Daerah (BMN/BMD).
Hibah Pengalihan kepemilikan barang dari Pemerintah Pusat kepada Pemerintah Daerah, dari Pemerintah Daerah kepada Pemerintah Pusat, antar Pemerintah Daerah, atau dari Pemerintah Pusat/ Pemerintah Daerah kepada Pihak Lain, tanpa memperoleh
Pengelolaan Aset dan Pemanfaatan Rumah Khusus 89
penggantian.
Penatausahaan Rangkaian kegiatan yang meliputi pembukuan, inventarisasi, dan pelaporan Barang Milik Negara/ Daerah sesuai dengan ketentuan Peraturan Perundang-undangan.
Penghapusan Tindakan menghapus Barang Milik Negara/Daerah dari daftar barang dengan menerbitkan keputusan dari Pejabat yang berwenang untuk membebaskan Pengelola Barang, Pengguna Barang, dan/atau Kuasa Pengguna Barang dari tanggung jawab administrasi dan fisik atas barang yang berada dalam penguasa-annya.
Pemeliharaan Bangunan Gedung
Kegiatan menjaga keandalan bangunan beserta kelengkapannya agar bangunan tersebut selalu layak fungsi.
Perawatan Bangunan Gedung
Kegiatan memperbaiki dan/atau mengganti bagian bangunan, komponen, bahan bangunan, dan/atau kelengkapannya agar bangunan tersebut tetap layak fungsi.