Download - KATA PENGANTAR
5/17/2018 KATA PENGANTAR - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/kata-pengantar-55ab595d66f7c 1/14
SEJARAH PERKEMBANGAN BAHASA INDONESIA
Sumber
http://adegustiann.blogsome.com/2009/02/02/sejarah-perkembangan-bahasa-indonesia/
A. PERKEMBANGAN BAHASA INDONESIA SEBELUM MERDEKA
Pada dasarnya bahasa Indonesia berasal dari bahasa Melayu. Pada zaman Sriwijaya,
bahasa Melayu dipakai sebagai bahasa perhubung antar suku di nusantara dan sebagai bahasa
yang digunakan dalam perdagangan antara pedagang dari dalam nusantara dan dari luar
nusantara.
Perkembangan dan pertumbuhan bahasa Melayu tampak lebih jelas dari berbagai
peninggalan – peninggalan, misalnya
1. Tulisan yang terdapat pada batu nisan di Minye Tujoh, Aceh pada tahun 1380 M.
2. Prasasti Kedukan Bukit, di Palembang, pada tahun 683
3. Prasasti Talang Tuo, di Palembang, pada tahun 684.
4. Prasasti Kota Kapur, di Bangka Barat, pada tahun 686.
5. Prasasti Karang Brahi Bangko, Merangi, Jambi, pada tahun 688.
Bahasa Melayu menyebar ke pelosok nusantara bersamaan dengan menyebarnya
agama Islam di wilayah nusantara, serta makin berkembang dan bertambah kokoh
keberadaannya karena bahasa Melayu mudah diterima oleh masyarakat nusantara sebagai
bahasa perhubungan antar pulau, antar suku, antar pedagang, antar bangsa dan antar kerajaan.
Perkembangan bahasa melayu di wilayah nusantara mempengaruhi dan mendorong
tumbuhnya rasa persaudaraan dan rasa persatuan bangsa Indonesia, oleh karena itu para
pemuda Indonesia yang tergabung dalam perkumpulan pergerakan secara sadar mengangkat
bahasa Melayu menjadi bahasa Indonesia menjadi bahasa persatuan untuk seluruh bangsa
Indonesia (Sumpah Pemuda, 28 Oktober 1928)
B. PERKEMBANGAN BAHASA INDONESIA SESUDAH MERDEKA
Bahasa Indonesia lahir pada tanggal 28 Oktober 1928. Pada saat itu, para pemudadari berbagai pelosok nusantara berkumpul dalam rapat, para pemuda berikrar:
1. Kami putra dan putri Indonesia mengaku bertumpah darah yang satu, tanah air
Indonesia.
2. Kami putra dan putri Indonesia mengaku berbangsa yang satu, bangsa Indonesia.
3. Kami putra dan putri Indonesia menjunjung tinggi bahasa persatuan, bahasa Indonesia.
Ikrar para pemuda ini dikenal dengan nama “Sumpah Pemuda”.
Unsur yang ketiga dari “Sumpah Pemuda” merupakan pernyataan tekad bahwa
bahasa Indonesia merupakan bahasa persatuan bangsa Indonesia. Pada tahun 1928 bahasa
Indonesia dikokohkan kedudukannya sebagai bahasa nasional.
Bahasa Indonesia dinyatakan kedudukannya sebagai bahasa negara pada tanggal 18
Agustus 1945, karena pada saat itu Undang – Undang Dasar 1945 disahkan sebagai Undang –
5/17/2018 KATA PENGANTAR - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/kata-pengantar-55ab595d66f7c 2/14
Undang Dasar Negara Republik Indonesia. Di dalam UUD 1945 disebutkan bahwa “Bahasa
Negara Adalah Bahasa Indonesia” (Bab XV, Pasal 36)
Prolamasi kemerdekaan Republik Indonesia pada 17 Agustus 1945, telah
mengkukuhkan kedudukan dan fungsi bahasa Indonesia secara konstitusional sebagai bahasa
negara. Kini bahasa Indonesia dipakai oleh berbagai lapisan masyarakat Indonesia.C. PERANAN BAHASA INDONESIA
Peranan bahasa bagi bangsa Indonesia adalah bahasa merupakan sarana utama untuk
berpikir dan bernalar, seperti yang telah dikemukakan bahwa manusia berpikir tidak hanya
dengan otak. Dengan bahasa ini pula manusia menyampaikan hasil pemikiran dan penalaran,
sikap, serta perasannya. Bahasa juga berperan sebagai alat penerus dan pengembang
kebudayaan. Melalui bahasa nilai – nilai dalam masyarakat dapat diwariskan dari satu generasi
ke generasi selanjutnya.
Di dalam suatu masyarakat, bahasa mempunyai suatu peranan yang penting dalam
mempersatukan anggotanya. Sekelompok manusia yang menggunakan bahasa yang sama akan
merasakan adanya ikatan batin di antara sesamanya.
5/17/2018 KATA PENGANTAR - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/kata-pengantar-55ab595d66f7c 3/14
SEJARAH AWAL BAHASA INDONESIA
Sumber :
http://dqcorps.blogspot.com/2011/10/sejarah-awal-bahas-indonesia.html
Bahasa Indonesia adalah varian bahasa Melayu, sebuah bahasaAustronesia dari cabang bahasa-bahasa Sunda-Sulawesi, yang digunakan sebagai
lingua franca di Nusantara kemungkinan sejak abad-abad awal penanggalan modern.
Aksara pertama dalam bahasa Melayu atau Jawi ditemukan di pesisir
tenggara Pulau Sumatera, mengindikasikan bahwa bahasa ini menyebar ke berbagai
tempat di Nusantara dari wilayah ini, berkat penggunaannya oleh Kerajaan Sriwijaya
yang menguasai jalur perdagangan. Istilah Melayu atau sebutan bagi wilayahnya
sebagai Malaya sendiri berasal dari Kerajaan Malayu yang bertempat di Batang Hari,
Jambi, dimana diketahui bahasa Melayu yang digunakan di Jambi menggunakan
dialek "o" sedangkan dikemudian hari bahasa dan dialek Melayu berkembang secara
luas dan menjadi beragam.
Istilah Melayu atau Malayu berasal dari Kerajaan Malayu, sebuah kerajaan
Hindu-Budha pada abad ke-7 di hulu sungai Batanghari, Jambi di pulau Sumatera,
jadi secara geografis semula hanya mengacu kepada wilayah kerajaan tersebut yang
merupakan sebagian dari wilayah pulau Sumatera. Dalam perkembangannya
pemakaian istilah Melayu mencakup wilayah geografis yang lebih luas dari wilayah
Kerajaan Malayu tersebut, mencakup negeri-negeri di pulau Sumatera sehingga
pulau tersebut disebut juga Bumi Melayu seperti disebutkan dalam Kakawin
Nagarakretagama.
Ibukota Kerajaan Melayu semakin mundur ke pedalaman karena serangan
Sriwijaya dan masyarakatnya diaspora keluar Bumi Melayu, belakangan masyarakat
pendukungnya yang mundur ke pedalaman berasimilasi ke dalam masyarakat
Minangkabau menjadi klan Malayu (suku Melayu Minangkabau) yang merupakansalah satu marga di Sumatera Barat. Sriwijaya berpengaruh luas hingga ke Filipina
membawa penyebaran Bahasa Melayu semakin meluas, tampak dalam prasasti
Keping Tembaga Laguna.
Bahasa Melayu kuno yang berkembang di Bumi Melayu tersebut berlogat "o"
seperti Melayu Jambi, Minangkabau, Kerinci, Palembang dan Bengkulu.
Semenanjung Malaka dalam Nagarakretagama disebut Hujung Medini artinya
Semenanjung Medini.
Dalam perkembangannya orang Melayu migrasi ke Semenanjung Malaysia
(= Hujung Medini) dan lebih banyak lagi pada masa perkembangan kerajaan-
kerajaan Islam yang pusat mandalanya adalah Kesultanan Malaka, istilah Melayu
bergeser kepada Semenanjung Malaka (= Semenanjung Malaysia) yang akhirnya
disebut Semenanjung Melayu atau Tanah Melayu. Tetapi nyatalah bahwa istilah
5/17/2018 KATA PENGANTAR - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/kata-pengantar-55ab595d66f7c 4/14
Melayu itui berasal dari Indonesia. Bahasa Melayu yang berkembang di sekitar
daerah Semenanjung Malaka berlogat "e".
Kesultanan Malaka dimusnahkan oleh Portugis tahun 1512 sehingga
penduduknya diaspora sampai ke kawasan timur kepulauan Nusantara. Bahasa
Melayu Purba sendiri diduga berasal dari pulau Kalimantan, jadi diduga pemakaibahasa Melayu ini bukan penduduk asli Sumatera tetapi dari pulau Kalimantan. Suku
Dayak yang diduga memiliki hubungan dengan suku Melayu kuno di Sumatera
misalnya Dayak Salako, Dayak Kanayatn (Kendayan), dan Dayak Iban yang
semuanya berlogat "a" seperti bahasa Melayu Baku.
Penduduk asli Sumatera sebelumnya kedatangan pemakai bahasa Melayu
tersebut adalah nenek moyang suku Nias dan suku Mentawai. Dalam
perkembangannya istilah Melayu kemudian mengalami perluasan makna, sehingga
muncul istilah Kepulauan Melayu untuk menamakan kepulauan Nusantara.
Secara sudut pandang historis juga dipakai sebagai nama bangsa yang
menjadi nenek moyang penduduk kepulauan Nusantara, yang dikenal sebagai
rumpun Indo-Melayu terdiri Proto Melayu (Melayu Tua/Melayu Polinesia) dan Deutero
Melayu (Melayu Muda). Setelah mengalami kurun masa yang panjang sampai
dengan kedatangan dan perkembangannya agama Islam, suku Melayu sebagai etnik
mengalami penyempitan makna menjadi sebuah etnoreligius (Muslim) yang
sebenarnya didalamnya juga telah mengalami amalgamasi dari beberapa unsur etnis.
M. Muhar Omtatok, seorang Seniman, Budayawan dan Sejarahwan
menjelaskan sebagai berikut: "Melayu secara puak (etnis, suku), bukan dilihat dari
faktor genekologi seperti kebanyakan puak-puak lain. Di Malaysia, tetap mengaku
berpuak Melayu walau moyang mereka berpuak Jawa, Mandailing, Bugis, Keling dan
lainnya. Beberapa tempat di Sumatera Utara, ada beberapa Komunitas keturunan
Batak yang mengaku Orang Kampong - Puak Melayu.
Kerajaan Sriwijaya dari abad ke-7 Masehi diketahui memakai bahasa Melayu
(sebagai bahasa Melayu Kuna) sebagai bahasa kenegaraan. Lima prasasti kuna
yang ditemukan di Sumatera bagian selatan peninggalan kerajaan itu menggunakan
bahasa Melayu yang bertaburan kata-kata pinjaman dari bahasa Sanskerta, suatu
bahasa Indo-Eropa dari cabang Indo-Iran. Jangkauan penggunaan bahasa ini
diketahui cukup luas, karena ditemukan pula dokumen-dokumen dari abad berikutnya
di Pulau Jawa dan Pulau Luzon. Kata-kata seperti samudra, istri, raja, putra, kepala,
kawin , dan kaca masuk pada periode hingga abad ke-15 Masehi.
Pada abad ke-15 berkembang bentuk yang dianggap sebagai bahasa Melayu
Klasik (classical Malay atau medieval Malay ). Bentuk ini dipakai oleh Kesultanan
Melaka, yang perkembangannya kelak disebut sebagai bahasa Melayu Tinggi .
Penggunaannya terbatas di kalangan keluarga kerajaan di sekitar Sumatera, Jawa,
dan Semenanjung Malaya. Laporan Portugis, misalnya oleh Tome Pires,
5/17/2018 KATA PENGANTAR - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/kata-pengantar-55ab595d66f7c 5/14
menyebutkan adanya bahasa yang dipahami oleh semua pedagang di wilayah
Sumatera dan Jawa. Magellan dilaporkan memiliki budak dari Nusantara yang
menjadi juru bahasa di wilayah itu. Ciri paling menonjol dalam ragam sejarah ini
adalah mulai masuknya kata-kata pinjaman dari bahasa Arab dan bahasa Parsi,
sebagai akibat dari penyebaran agama Islam yang mulai masuk sejak abad ke-12.Kata-kata bahasa Arab seperti masjid, kalbu, kitab, kursi, selamat, dan kertas, serta
kata-kata Parsi seperti anggur, cambuk, dewan, saudagar, tamasya, dan tembakau
masuk pada periode ini. Proses penyerapan dari bahasa Arab terus berlangsung
hingga sekarang.
Kedatangan pedagang Portugis, diikuti oleh Belanda, Spanyol, dan Inggris
meningkatkan informasi dan mengubah kebiasaan masyarakat pengguna bahasa
Melayu. Bahasa Portugis banyak memperkaya kata-kata untuk kebiasaan Eropa
dalam kehidupan sehari-hari, seperti gereja, sepatu, sabun, meja, bola, bolu, dan
jendela. Bahasa Belanda terutama banyak memberi pengayaan di bidang
administrasi, kegiatan resmi (misalnya dalam upacara dan kemiliteran), dan teknologi
hingga awal abad ke-20. Kata-kata seperti asbak, polisi, kulkas, knalpot, dan stempel
adalah pinjaman dari bahasa ini.
Bahasa yang dipakai pendatang dari Cina juga lambat laun dipakai oleh
penutur bahasa Melayu, akibat kontak di antara mereka yang mulai intensif di bawah
penjajahan Belanda. Sudah dapat diduga, kata-kata Tionghoa yang masuk biasanya
berkaitan dengan perniagaan dan keperluan sehari-hari, seperti pisau, tauge, tahu,
loteng, teko, tauke, dan cukong.
Jan Huyghen van Linschoten pada abad ke-17 dan Alfred Russel Wallace
pada abad ke-19 menyatakan bahwa bahasa orang Melayu/Melaka dianggap
sebagai bahasa yang paling penting di "dunia timur". Luasnya penggunaan bahasa
Melayu ini melahirkan berbagai varian lokal dan temporal. Bahasa perdagangan
menggunakan bahasa Melayu di berbagai pelabuhan Nusantara bercampur dengan
bahasa Portugis, bahasa Tionghoa, maupun bahasa setempat. Terjadi proses
pidginisasi di beberapa kota pelabuhan di kawasan timur Nusantara, misalnya di
Manado, Ambon, dan Kupang. Orang-orang Tionghoa di Semarang dan Surabaya
juga menggunakan varian bahasa Melayu pidgin. Terdapat pula bahasa Melayu
Tionghoa di Batavia. Varian yang terakhir ini malah dipakai sebagai bahasa
pengantar bagi beberapa surat kabar pertama berbahasa Melayu (sejak akhir abad
ke-19). Varian-varian lokal ini secara umum dinamakan bahasa Melayu Pasar oleh
para peneliti bahasa.
Terobosan penting terjadi ketika pada pertengahan abad ke-19 Raja Ali Haji
dari istana Riau-Johor (pecahan Kesultanan Melaka) menulis kamus ekabahasa
untuk bahasa Melayu. Sejak saat itu dapat dikatakan bahwa bahasa ini adalah
5/17/2018 KATA PENGANTAR - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/kata-pengantar-55ab595d66f7c 6/14
bahasa yang full-fledged , sama tinggi dengan bahasa-bahasa internasional di masa
itu, karena memiliki kaidah dan dokumentasi kata yang terdefinisi dengan jelas.
Hingga akhir abad ke-19 dapat dikatakan terdapat paling sedikit dua
kelompok bahasa Melayu yang dikenal masyarakat Nusantara: bahasa Melayu Pasar
yang kolokial dan tidak baku serta bahasa Melayu Tinggi yang terbataspemakaiannya tetapi memiliki standar. Bahasa ini dapat dikatakan sebagai lingua
franca , tetapi kebanyakan berstatus sebagai bahasa kedua atau ketiga. Kata-kata
pinjaman
Bahasa Indonesia
Pemerintah kolonial Hindia-Belanda menyadari bahwa bahasa Melayu dapat
dipakai untuk membantu administrasi bagi kalangan pegawai pribumi karena
penguasaan bahasa Belanda para pegawai pribumi dinilai lemah. Dengan
menyandarkan diri pada bahasa Melayu Tinggi (karena telah memiliki kitab-kitab
rujukan) sejumlah sarjana Belanda mulai terlibat dalam standardisasi bahasa.
Promosi bahasa Melayu pun dilakukan di sekolah-sekolah dan didukung dengan
penerbitan karya sastra dalam bahasa Melayu. Akibat pilihan ini terbentuklah
"embrio" bahasa Indonesia yang secara perlahan mulai terpisah dari bentuk semula
bahasa Melayu Riau-Johor.
Pada awal abad ke-20 perpecahan dalam bentuk baku tulisan bahasa
Melayu mulai terlihat. Di tahun 1901, Indonesia (sebagai Hindia-Belanda)
mengadopsi ejaan Van Ophuijsen dan pada tahun 1904 Persekutuan Tanah Melayu
(kelak menjadi bagian dari Malaysia) di bawah Inggris mengadopsi ejaan Wilkinson.
Ejaan Van Ophuysen diawali dari penyusunan Kitab Logat Melayu (dimulai tahun
1896) van Ophuijsen, dibantu oleh Nawawi Soetan Ma’moer dan Moehammad Taib
Soetan Ibrahim.
Intervensi pemerintah semakin kuat dengan dibentuknya Commissie voor de
Volkslectuur ("Komisi Bacaan Rakyat" - KBR) pada tahun 1908. Kelak lembaga ini
menjadi Balai Poestaka. Pada tahun 1910 komisi ini, di bawah pimpinan D.A. Rinkes,
melancarkan program Taman Poestaka dengan membentuk perpustakaan kecil di
berbagai sekolah pribumi dan beberapa instansi milik pemerintah. Perkembangan
program ini sangat pesat, dalam dua tahun telah terbentuk sekitar 700 perpustakaan.
Bahasa Indonesia secara resmi diakui sebagai "bahasa persatuan bangsa" pada saat
Sumpah Pemuda tanggal 28 Oktober 1928. Penggunaan bahasa Melayu sebagai
bahasa nasional atas usulan Muhammad Yamin, seorang politikus, sastrawan, dan
ahli sejarah. Dalam pidatonya pada Kongres Nasional kedua di Jakarta, Yamin
mengatakan, "Jika mengacu pada masa depan bahasa-bahasa yang ada di
Indonesia dan kesusastraannya, hanya ada dua bahasa yang bisa diharapkan
menjadi bahasa persatuan yaitu bahasa Jawa dan Melayu. Tapi dari dua bahasa itu,
5/17/2018 KATA PENGANTAR - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/kata-pengantar-55ab595d66f7c 7/14
bahasa Melayulah yang lambat laun akan menjadi bahasa pergaulan atau bahasa
persatuan."
Selanjutnya perkembangan bahasa dan kesusastraan Indonesia banyak
dipengaruhi oleh sastrawan Minangkabau, seperti Marah Rusli, Abdul Muis, Nur
Sutan Iskandar, Sutan Takdir Alisyahbana, Hamka, Roestam Effendi, Idrus, dan
Chairil Anwar. Sastrawan tersebut banyak mengisi dan menambah perbendaharaan
kata, sintaksis, maupun morfologi bahasa Indonesia.(miB/dari berbagai sumber)
5/17/2018 KATA PENGANTAR - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/kata-pengantar-55ab595d66f7c 8/14
PERKEMBANGAN BAHASA INDONESIA
Sumber:
http://indonesiaindonesia.com/f/52479-sejarah-bahasa-indonesia/
Bahasa Indonesia mempunyai sejarah jauh lebih panjang daripada Republik inisendiri. Bahasa Indonesia telah dinyatakan sebagai bahasa nasional sejak tahun
1928, jauh sebelum Indonesia merdeka. Saat itu bahasa Indonesia dinyatakan
sebagai bahasa persatuan dan menggunakan bahasa Indonesia sebagai perekat
bangsa. Saat itu bahasa Indonesia menjadi bahasa pergaulan antaretnis (lingua
franca) yang mampu merekatkan suku-suku di Indonesia. Dalam perdagangan dan
penyebaran agama pun bahasa Indonesia mempunyai posisi yang penting.
Deklarasi Sumpah Pemuda membuat semangat menggunakan bahasa
Indonesia semakin menggelora. Bahasa Indonesia dianjurkan untuk dipakai sebagai
bahasa dalam pergaulan, juga bahasa sastra dan media cetak. Semangat
nasionalisme yang tinggi membuat perkembangan bahasa Indonesia sangat pesat
karena semua orang ingin menunjukkan jati dirinya sebagai bangsa.
Pada tahun 1930-an muncul polemik apakah bisa bahasa Indonesia yang hanya
dipakai sebagai bahasa pergaulan dapat menjadi bahasa di berbagai bidang ilmu.
Akhirnya pada tahun 1938 berlangsung Kongres Bahasa Indonesia yang pertama di
Solo. Dalam pertemuan tersebut, semangat Anti Belanda sangat kental sehingga
melahirkan berbagai istilah ilmu pengetahuan dalam bahasa Indonesia. Istilah belah
ketupat, jajaran genjang, merupakan istilah dalam bidang geometri yang lahir dari
pertemuan tersebut.
Bahasa Indonesia diresmikan pada kemerdekaan Indonesia, pada tahun 1945.Bahasa Indonesia adalah bahasa dinamis yang hingga sekarang terus menghasilkan
kata-kata baru, baik melalui penciptaan, maupun penyerapan dari bahasa daerah dan
asing. Bahasa Indonesia adalah dialek Baku dari bahasa Melayu. Fonologi dan tata
bahasa dari bahasa Indonesia cukuplah mudah, dasar-dasar yang penting untuk
komunikasi dasar dapat dipelajari hanya dalam kurun waktu beberapa minggu.
Bahasa Indonesia merupakan bahasa yang digunakan sebagai pengantar pendidikan
di sekolah di Indonesia.
Bahasa Indonesia adalah bahasa Melayu, sebuah bahasa Austronesia yang
digunakan sebagai lingua franca di Nusantara kemungkinan sejak abad-abad awal
penanggalan modern, paling tidak dalam bentuk informalnya. Bentuk bahasa sehari-
hari ini sering dinamai dengan istilah Melayu Pasar. Jenis ini sangat lentur sebab
5/17/2018 KATA PENGANTAR - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/kata-pengantar-55ab595d66f7c 9/14
sangat mudah dimengerti dan ekspresif, dengan toleransi kesalahan sangat besar
dan mudah menyerap istilah-istilah lain dari berbagai bahasa yang digunakan para
penggunanya.
Bentuk yang lebih formal, disebut Melayu Tinggi, pada masa lalu digunakankalangan keluarga kerajaan di sekitar Sumatera, Malaya, dan Jawa. Bentuk bahasa
ini lebih sulit karena penggunaannya sangat halus, penuh sindiran, dan tidak
seekspresif bahasa Melayu Pasar.
Pemerintah kolonial Belanda yang menganggap kelenturan Melayu Pasar
mengancam keberadaan bahasa dan budaya. Belanda berusaha meredamnya
dengan mempromosikan bahasa Melayu Tinggi, di antaranya dengan penerbitan
karya sastra dalam bahasa Melayu Tinggi oleh Balai Pustaka. Tetapi bahasa Melayu
Pasar sudah terlanjur diadopsi oleh banyak pedagang yang melewati Indonesia.
Penyebutan pertama istilah “Bahasa Melayu” sudah dilakukan pada masa
sekitar 683-686 M, yaitu angka tahun yang tercantum pada beberapa prasasti
berbahasa Melayu Kuna dari Palembang dan Bangka. Prasasti-prasasti ini ditulis
dengan Aksara Pallawa atas perintah raja Sriwijaya, kerajaan maritim yang berjaya
pada abad ke-7 dan ke-8. Wangsa Syailendra juga meninggalkan beberapa prasasti
Melayu Kuna di Jawa Tengah. Keping Tembaga Laguna yang ditemukan di dekat
Manila juga menunjukkan keterkaitan wilayah itu dengan Sriwijaya.
Karena terputusnya bukti-bukti tertulis pada abad ke-9 hingga abad ke-13, Ahli
bahasa tidak dapat menyimpulkan apakah bahasa Melayu Klasik merupakan
kelanjutan dari Melayu Kuna. Catatan berbahasa Melayu Klasik pertama berasal dari
Prasasti Terengganu berangka tahun 1303. Seiring dengan berkembangnya agamaIslam dimulai dari Aceh pada abad ke-14, bahasa Melayu klasik lebih berkembang
dan mendominasi sampai pada tahap di mana ekspresi “Masuk Melayu” berarti
masuk agama Islam.
Bahasa Melayu di Indonesia kemudian digunakan sebagai lingua franca
(bahasa pergaulan), namun pada waktu itu belum banyak yang menggunakannya
sebagai bahasa ibu. Biasanya masih digunakan bahasa daerah (yang jumlahnya bisa
sampai sebanyak 360).
Awal penciptaan Bahasa Indonesia sebagai jati diri bangsa bermula dari
Sumpah Pemuda pada tanggal 28 Oktober 1928. Di sana, pada Kongres Nasional
kedua di Jakarta, dicanangkanlah penggunaan Bahasa Indonesia sebagai bahasa
5/17/2018 KATA PENGANTAR - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/kata-pengantar-55ab595d66f7c 10/14
untuk negara Indonesia pascakemerdekaan. Soekarno tidak memilih bahasanya
sendiri, Jawa (yang sebenarnya juga bahasa mayoritas pada saat itu), namun beliau
memilih Bahasa Indonesia yang beliau dasarkan dari Bahasa Melayu yang dituturkan
di Riau.
Bahasa Melayu Riau dipilih sebagai bahasa persatuan Negara Republik
Indonesia atas beberapa pertimbangan sebagai berikut:
1. Jika bahasa Jawa digunakan, suku-suku bangsa atau puak lain di Republik
Indonesia akan merasa dijajah oleh suku Jawa yang merupakan puak (golongan)
mayoritas di Republik Indonesia.
2. Bahasa Jawa jauh lebih sukar dipelajari dibandingkan dengan bahasa Melayu
Riau. Ada tingkatan bahasa halus, biasa, dan kasar yang dipergunakan untuk orang
yang berbeda dari segi usia, derajat, ataupun pangkat. Bila pengguna kurang
memahami budaya Jawa, ia dapat menimbulkan kesan negatif yang lebih besar.
3. Bahasa Melayu Riau yang dipilih, dan bukan Bahasa Melayu Pontianak,
Banjarmasin, Samarinda, Maluku, Jakarta (Betawi), ataupun Kutai, dengan
pertimbangan pertama suku Melayu berasal dari Riau, Sultan Malaka yang terakhir
pun lari ke Riau selepas Malaka direbut oleh Portugis. Kedua, ia sebagai lingua
franca, Bahasa Melayu Riau yang paling sedikit terkena pengaruh misalnya dari
bahasa Cina Hokkien, Tio Ciu, Ke, ataupun dari bahasa lainnya.
4. Pengguna bahasa Melayu bukan hanya terbatas di Republik Indonesia. Pada
tahun 1945, pengguna bahasa Melayu selain Republik Indonesia masih dijajah
Inggris. Malaysia, Brunei, dan Singapura masih dijajah Inggris. Pada saat itu, dengan
menggunakan bahasa Melayu sebagai bahasa persatuan, diharapkan di negara-
negara kawasan seperti Malaysia, Brunei, dan Singapura bisa ditumbuhkan
semangat patriotik dan nasionalisme negara-negara jiran di Asia Tenggara.
Dengan memilih Bahasa Melayu Riau, para pejuang kemerdekaan bersatu lagi
seperti pada masa Islam berkembang di Indonesia, namun kali ini dengan tujuan
persatuan dan kebangsaan. Bahasa Indonesia yang sudah dipilih ini kemudian
distandardisasi (dibakukan) lagi dengan nahu (tata bahasa), dan kamus baku juga
diciptakan. Hal ini sudah dilakukan pada zaman Penjajahan Jepang.
Mulanya Bahasa Indonesia ditulis dengan tulisan Latin-Romawi mengikuti ejaan
Belanda, hingga tahun 1972 ketika Ejaan Yang Disempurnakan (EYD) dicanangkan.
5/17/2018 KATA PENGANTAR - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/kata-pengantar-55ab595d66f7c 11/14
Dengan EYD, ejaan dua bahasa serumpun, yakni Bahasa Indonesia dan Bahasa
Malaysia, semakin dibakukan.
Berikut perubahannya:
Dibandingkan dengan bahasa-bahasa Eropa, bahasa Indonesia tidak banyak
menggunakan kata bertata bahasa dengan jenis kelamin. Sebagai contoh kata ganti
seperti “dia” tidak secara spesifik menunjukkan apakah orang yang disebut itu lelaki
atau perempuan. Hal yang sama juga ditemukan pada kata seperti “adik” dan “pacar”
sebagai contohnya. Untuk menspesifikasi sebuah jenis kelamin, sebuah kata sifat
harus ditambahkan, “adik laki-laki” sebagai contohnya.
Ada juga kata yang berjenis kelamin, seperti contohnya “putri” dan “putra”.
Kata-kata seperti ini biasanya diserap dari bahasa lain (pada kasus di atas, kedua
kata itu diserap dari bahasa Sanskerta melalui bahasa Jawa Kuno.
Untuk mengubah sebuah kata benda menjadi bentuk jamak digunakanlah
reduplikasi (perulangan kata), tapi hanya jika jumlahnya tidak terlibat dalam konteks.
Sebagai contoh “seribu orang” dipakai, bukan “seribu orang-orang”. Perulangan kata
juga mempunyai banyak kegunaan lain, tidak terbatas pada kata benda.
Bahasa Indonesia menggunakan dua jenis kata ganti orang pertama jamak,
yaitu “kami” dan “kita”. “Kami” adalah kata ganti eksklusif yang berarti tidak termasuk
sang lawan bicara, sedangkan “kita” adalah kata ganti inklusif yang berarti kelompok
orang yang disebut termasuk lawan bicaranya.
Susunan kata dasar adalah Subjek – Predikat – Objek (SPO), walaupun
susunan kata lain juga mungkin. Kata kerja tidak di bahasa berinfleksikan kepada
orang atau jumlah subjek dan objek. Bahasa Indonesia juga tidak mengenal
kala/waktu (tense). Waktu dinyatakan dengan menambahkan kata keterangan waktu
(seperti, “kemarin” atau “besok”), atau indikator lain seperti “sudah” atau “belum”.
5/17/2018 KATA PENGANTAR - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/kata-pengantar-55ab595d66f7c 12/14
Dengan tata bahasa yang cukup sederhana bahasa Indonesia mempunyai
kerumitannya sendiri, yaitu pada penggunaan imbuhan yang mungkin akan cukup
membingungkan bagi orang yang pertama kali belajar bahasa Indonesia.
Di samping itu, ketika penjajah Jepang mulai masuk ke Indonesia, mereka
semakin mendorong penggunaan bahasa Indonesia. Pada tahun 1953,Poerwodarminta mengeluarkan Kamus Bahasa Indonesia yang pertama. Di situ
tercatat jumlah lema (kata) dalam bahasa Indonesia mencapai 23.000. Pada tahun
1976, Pusat Bahasa menerbitkan Kamus Bahasa Indonesia, dan terdapat 1.000 kata
baru. Artinya, dalam waktu 23 tahun hanya terdapat 1.000 penambahan kata baru.
Tetapi pada tahun 1988, terjadi loncatan yang luar bisa. Dari 24.000 kata, telah
berkembang menjadi 62.000. Selain itu, setelah bekerja sama dengan Dewan
Bahasa dan Pustaka Brunei, berhasil dibuat 340.000 istilah di berbagai bidang ilmu.
Malahan sampai hari ini, Pusat Bahasa berhasil menambah 250.000 kata baru.
Dengan demikian, sudah ada 590.000 kata di berbagai bidang ilmu. Sementara kata
umum telah berjumlah 78.000.
5/17/2018 KATA PENGANTAR - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/kata-pengantar-55ab595d66f7c 13/14
SEJARAH BAHASA INDONESIA
Sumber :http://www.situsbahasa.info/2011/09/sejarah-bahasa-indonesia.html
Berbicara tentang sejarah tentu yang pertama terpikir adalah asal-usul atau
asal mula sesuatu. Jika berkaitan dengan bahasa yang terpeikir adalah dari mana
asal dan bagaimana perkembangan bahasa itu sesungguhnya. Untuk bahasa
Indonesia, para ahli berpendapat bahwa bahasa Indonesia diambil dari bahasa
melayu. Artinya bahasa melayu merupakan bahasa nyang menjadi dasar bahasa
Indonesia sekarang ini. bahasa Indonesia sekarang ini telah megalami perubahan
yang cukup signifikan jika diperbandingkan dengan bahasa melayu pada masa itu.
Hal ini karena memang adanya perkembangan bahasa setelah pemakaian dalam
jangka waktu lama.
Istilah Melayu sendiri memiliki beberpa versi dalam sejarah. Menurut beberapa
ahli Melayu didefinisikan sebagai berikut:
1. Nama melayu mungkin berasal dari kata Melayu Na Idu, yaitu nama sebuah
kerajaan di Semenanjung (Vogel)
2. Kata melayu diambil dari ucapan Wong Melayu (bahasa jawa = orang berlari) yaitu
kata bahasa Jawa yang diucapkan oleh bala tentara jawa ketika menyerang Sriwijaya
takala melihat orang Sriwijaya habis berlarian (Van der Tuuk).
3. Kern berpendapat nama melayu mungkin berasal dari malay pura, yaitu suatu
daerah di semenanjung Malaka yang bermakna kota di atas angin.
4. Krom berpendapat bahwa nama melayu (Mo-lo-yeu) adalah nama sebuahkerajaan pada abad ke-7 yang lokasinya di Jambi sekarang, dll.
Beradasarkan beberapa pendapat di atas dapat di ambil kesimpulan bahwa
bahasa Indonesia yang dulunya bahasa melayu merupakan bahasa nyang berasal
dari daerah di wilayah Indonesia sendiri yaitu di wilayah pulau Sumatra yang sudah
digunakan sejak berabad-abad dulu.
Bahasa melayu sebagai bahasa asal bahasa Indonesia sendiri sesungguhnya
mungkin juga merupakan hasil perkembangan dari bahasa lain atau bahasa yang
mendapat pengaruh dari bahasa lain. Hal itu terlihat dari beberapa tulisan dalam
prasasti seperti (1) prasasti Kedukan Bukit (Palembang tahun 605 caka/683 M), (2)
Talang Tuo (Palembang berangka tahun 606 Caka), (3) Prasasti Kota Kapur (Bangka
berangka tahun 608 Caka), dan (4) Prasasti Karang Berahi di Jambi yang berangka
5/17/2018 KATA PENGANTAR - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/kata-pengantar-55ab595d66f7c 14/14
tahun 614 Caka). Dalam prasasti-prasasti itu tulisan bertuliskan bahasa melayu yang
banyak mengandung kata-kata sansekerta.
Setelah mengetahui asal mula bahasa Indonesia yaitu berasal dari bahasa
Melayu, sekarang yang jadi pertanyaan adalah mengapa bahasa Melayu yangdiambil sebagai bahasa dasar dari bahasa Indonesia? Padahal sudah sejak Zaman
dahulu wilayah Indonesia terdiri atas banyak sekali suku bangsa yang memiliki
bahasa sendiri-sendiri pula. Selain itu bahasa suku Jawa yang merupakan penutur
terbanyak di wilayah Indonesia kenapa tidak dijadikan pilihan sebagai bahasa dasar
dari bahasa Indonesia?
Untuk menjawab beberapa ada beberapa alas an yang perlu kita ketahui yaitu:
1. Bahasa melayu sudah merupakan bahasa perhubungan antarpulau (linguafranca)
2. System bahasa melayu sangat sederhana, mudah dipelajari karena dalam bahasa
melayu tidak mengenal tingkatan bahasa seperti dalam bahasa Jawa yang mengenal
bahasa jawa ngoko dan karma atau dalam sunda adanya bahasa sunda kasar dan
lemes.
3. Bahasa melayu memiliki kesanggupan dipakai menjadi bahasa kebudayaan dalam
arti luas
4. Suku bangsa jawa, sunda dan suku lain dapat menerima
Peresmian Nama Bahasa Indonesia
Berbicara tentang sejarah bahasa Indonesia tentunya kita tidak akan lepas
dari peristiwa 28 oktober 1988 yaitu sumpah pemuda. Pada tanggal tersebut
diikrarkan sebuah kebulatan tekad hasil Konggres Pemuda yang salah satu diantara
3 ikrar tersebut menyebutkan bahasa persatuan yaitu bahasa Indonesia. Keajadian
tersebut dianggap sebagai peresmian bahasa Melayu yang telah dipakai sejak abad
7 menjadi Bahasa Indonesia.