Download - Karya tulis ilmiah wiwin wulandari la ode
KARYA TULIS ILMIAH
PERBAIKAN PEMBELAJARAN MATEMATIKA
MENINGKATKAN HASIL BELAJAR BILANGAN BULAT MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF (NHT)
DI KELAS IV SDN 16 KABAWO KABUPATEN MUNA
OLEH
WIWIN WULANDARI LA ODE
NIM : 816463629
POKJAR : KATOBU
Diajukan sebagai Bahan Laporan Pengembangan Kemampuan Profesional
(PKP)
PROGRAM STUDI STRATA SATU (S-1) PGSDFAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS TERBUKAUPBJJ-KENDARI
2014
ABSTRAK
Wiwin Wulandari Wa Ode, NIM. 816463629. Meningkatkan Hasil Belajar BIlangan Bulat Melalaui Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT di Kelas IV SD Negeri 16 Kabawo Kabupaten Muna.
Latar belakang penelitian ini adalah rendahnya prestasi hasil belajar murid kelas IV SDN 16 Kabawo dalam materi Bilangan Bulat. Berdasarkan identifikasi peneliti bahwa hal ini disebabkan faktor pendekatan pembelajaran yang digunakan oleh guru dalam pembelajaran matematika termasuk bilangan bulat. Peneliti meyakini bahwa dengan menggunakan pendekatan pemebelajaran kooperatif tipe NHT ini dapat meningkatkan hasl belajar murid. Rumusan masalah penelitian ini adalah ”Apakah penerapan pembelajaran kooeperatif tipe NHT dapat meningkatkan hasil belajar murid pada materi bilangan bulat pada kelas IV SD Negeri 16 Kabawo?”. Tujuan penelitian ini adalah untuk (1) mengetahui hasil belajar siswa pada pembelajaran matematika, khususnya pada materi pokok perkalian dan pembagian; (2) untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada materi pokok bilangan bulat melalui pendekatan pembelajaran kooperatif tipe NHT di IV SD Negeri 16 Kabawo. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa penerapan pembelajaran kooperatif tipe Kepala Bernomor (NHT) dapat meningkatkan hasil belajar murid kelas IV SD Negeri 16 Kabawo pada materi bilangan bulat. Hal ini terlihat bahwa hasil evaluasi pada pra siklus hanya 6 orang (40%) murid yang mencapai target KKM mata pelajaran Matematika dari 15 orang murid kelas IV SD Negeri 16 Kabawo Tahun Pelajaran 2013/2014. Kemudian, setelah pelaksanaan tindakan sikklus I terdapat 10 murid (66,67%) yang telah mencapai target KKM, dan pada hasil evaluasi siklus II terdapat 13 (86,67%) murid yang telah mencapai nilai KKM. Hasil ini menunjukkan adanya peningkatan hasil belajar matematika murid kelas IV SDN 16 Kabawo dengan diterapkannya pembelajaran kooperatif tipe NHT.
Kata kunci : pembelajaran Koperatif NHT, Motivasi, hasil belajar matematika
v
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kemampuan seorang guru dalam mengelola pembelajaran di kelas
merupakan harapan dan tuntutan setiap perubahan kurikulum. Tujuan dan
orientasi dari pengelolan pembelajaran itu adalah untuk terciptanya kondisi
proses pembelajaran yang interaktif yang berpusat pada murid dan
menyenangkan bagi murid.
Berdasarkan identifikasi peneliti bahwa pelaksanaan pembelajaran
Matematika di kelas IV SDN 16 Kabawo guru masih menggunakan model
pembelajaran konvensional. Hal ini dilihat dari segi kegiatan murid selama
berlangsungnya kegiatan pembelajaran, yakni murid bekerja untuk dirinya
sendiri, pandangan ke arah papan tulis, mendengarkan guru dan belajar dari
guru, serta hanya guru yang mengambil keputusan dan murid hanya pasif.
Yang seharusnya adalah guru perlu mengaktifkan murid daripada guru yang
lebih berperan sebagai subyek pembelajaran.
Kegiatan pembelajaran konvesional oleh guru Matematika
mengakibatkan kurangnya antusias dan motivasi murid dalam proses
pembelajaran di kelas. Murid lebih cenderung menerima apa saja yang
disampaikan oleh guru, diam dan enggan dalam mengemukakan pertanyaan
maupun pendapat. Hal ini disebabkan oleh pembelajaran yang dilakukan oleh
guru cenderung hanya menggunakan metode ceramah, tanya jawab dan
pemberian tugas. Padahal dalam kerangka pembelajaran matematika, murid
mesti dilibatkan secara mental, fisik dan sosial untuk membuktikan sendiri
tentang kebenaran dari teori-teori dan hukum-hukum matematika yang telah
dipelajarinya melalui proses ilmiah. Jika hal ini tidak tercakup dalam proses
pembelajaran dapat dipastikan penguasaan konsep matematika akan kurang dan
akan menyebabkan rendahnya hasil belajar murid yang pada akhirnya akan
mengakibatkan rendahnya mutu pendidikan.
1
Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan peneliti di kelas IV SD
Negeri 16 Kabawo diperoleh informasi bahwa prestasi belajar matematika
murid di sekolah tersebut masih tergolong rendah, khusunya pokok bahasan
Bilangan Bulat. Hal ini dapat dilihat dari dokumen guru kelas bahwa dari 15
murid hanya tidak ada murid yang mendapatkan nilai 85-100 (sangat baik),
hanya 2 murid yang mendapatkan nilai antara 70-84 (Baik), 4 orang
mendapatkan nilai 55-69 (Cukup), 6 orang siswa yang mendapatkan nilai 46-54
(kurang), dan 3 orang murid yang memperoleh nilai 0-45 (sangat kurang). Data
ini bila dibandingkan dengan persentase keberhasilan pencapaian Kriteria
Ketuntasan Minimal (KKM) mata pelajaran Matematika yakni 70, maka dapat
dikatakan bahwa persentase keberhasilan belum mencapai target yang
diharapkan.
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam penelitian perbaikan perbaikan
pembelajaran ini adalah ”Apakah penerapan pembelajaran kooeperatif tipe
NHT dapat meningkatkan hasil belajar murid pada materi bilangan bulat pada
kelas IV SD Negeri 16 Kabawo?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah tersebut, maka tujuan penelitian ini
adalah untuk meningkatkan hasil belajar murid pada materi bilangan bulat
melalui penerapan pembelajaran kooperatif tipe NHT di kelas IV SD Negeri 16
Kabawo.
D. Manfaat Penelitian
a) Bagi Murid. Penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar
Murid pada materi pokok hitung bilangan bulat bagi kelas IV -1 SD Negeri
16 Kabawo.
b) Bagi Guru. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi guru,
terutama dalam memperbaiki dan meningkatkan kualiatas pembelajaran di
kelas.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Pembelajaran Kooperatif
1. Pengertian Pembelajaran Kooperatif
Pembelajaran kooperatif adalah pendekatan pembelajaran yang
berfokus pada penggunaan kelompok kecil bagi murid untuk bekerjasama
dalam memaksimalkan kondisi belajar untuk mencapai tujuan belajar,
(Sugiyanto, 2008:35).
Menurut Trianto (2007: 41) bahwa pembelajaran kooperatif muncul
dari konsep bahwa siswa akan lebih mudah menemukan dan memahami konsep
yang sulit jika mereka saling berdiskusi dengan temannya. Semua anggota
dalam tiap kelompok saling membantu anggota yang lain dalam kelompok
yang sama dan bergantung satu sama lain untuk mencapai keberhasilan
kelompok dalam belajar.
Wina (2006:240) mengatakan bahwa pembelajaran kooperatif
merupakan model pembelajaran kelompok yang melibatkan keaktifan murid
dalam proses pembelajaran di kelas, yang selama ini proses pembelaajran di
dominasi oleh guru dan siswa atau murid lebih banyak yang pasif. Selanjutnya,
Wina menjelaskan bahwa akhir-akhir ini dianjurkan agar para guru
menerapkan pembelaajran kooperatif dalam melaksanakan pembelajaran di
kelas. Dia menegaskan bahwa setidaknya ada dua alasan penting. Pertama,
beberapa penelitian membuktikan bahwa penggunaan pembelajaran kooperatif
dapat meningkatkan hubungan sosial, menumbuhkan sikap menerima
kekurangan diri dan orang lain, serta meningkatkan harga diri. Kedua,
pembelajaran kooperatif dapat merealisasikan kebutuhan dalam belajar
berpikir, memecahkan masalah, dan mengintegrasikan pengetahuan dengan
keterampilan.
Pembelajaran kooperatif dilakukan dengan membentuk kelompok
kecil yang anggotanya heterogen untuk bekerja sebagai sebuah tim dalam
5
menyelesaikan masalah, tugas, atau mengerjakan sesuatu untuk mencapai
tujuan bersama. Pembelajaran kooperatif mencakup suatu kelompok kecil
siswa yang bekerja sebagai sebuah tim untuk menyelesaikan sebuah masalah,
menyelesaikan suatu tugas atau mengerjakan sesuatu untuk mencapai tujuan
bersama lainnya. Suatu pembelajaran dalam kelompok kecil harus terdiri dari
beberapa siswa yang mempunyai sejumlah pengetahuan tentang masalah yang
dipersoalkan.
Nasution (2006 : 201).
Menurut Lie (2010) pembelajaran kooperatif merupakan salah satu
pembelajaran yang bersifat gotong royong atau kerja sama. Dalam
pembelajaran kooperatif ini ada beberapa teknik yang dilakukan dalam
melakukan kegiatan diskusi, sehingga dalam kegiatan diskusi menjadi lebih
menyenangkan. Menurut Lie (2010: 18) berbagai dampak negatif dalam
penggunaan metode kerja kelompok tersebut seharusnya bisa dihindari, jika
saja guru mau meluangkan lebih banyak waktu dan perhatian dalam persiapan
dan penyusunan metode kerja kelompok. Yang diperkenalkan dalam metode
pembelajaran kooperatif bukan sekadar kerja kelompoknya, melainkan pada
penstrukturannya. Hal ini sejalan dengan pendapat Etin Solihatin (2005:4)
bahwa pembelajaran kooperatif adalah suatu sikap atau perilaku bersama dalam
bekerja atau membantu di antara sesama dalam struktur kerja sama yang teratur
dalam kelompok, yang terdiri dari dua orang atau lebih di mana keberhasilan
kerja sangat dipengaruhi oleh keterlibatan dari anggota kelompok itu sendiri.
Selanjutya, Etin Solihatin (2005:5) dalam dalam penerapan pembelajaran
kooperatif ada beberapa teknik atau tipe yang dapat digunakan oleh guru,
antara lain :
1) tipe mencari pasangan
2) bertukar pasangan
3) berpikir-berpasangan-berempat
4) berkirim salam dan soal
5) kepala bernomor
6) dua tinggal dua tamu
7) keliling kelompok
8) kancing gemerincing
9) keliling kelas
10) lingkaran kecil dan lingkaran besar
11) tari bambu
12) jigsaw
13) bercerita
14) nik yang disebutkan diatas, penulis mengambil satu tipe dalam
melaksanakan berpasangan
Beberapa tipe pembelajaran kooperatif yang telah dikemukakan di
atas, peneliti memilih pembelajaran kooperatif tipe kepala bernomor
(Numbered Heads Together) atau NHT. Tujuan peneliti menggunakan tipe
tersebut adalah agar para murid yang kemampuan rendah dapat mengerjakan
tugas dengan dibantu oleh murid yang kemampuan tinggi. Dalam melakukan
kegiatan diskusi siswa selalu melakukan pengelompokkan sendiri sehingga
siswa yang memiliki kemampuan yang kurang hanya duduk dan diam. Oleh
karena itu seorang guru melakukan cara dengan menggunakan teknik kepala
bernomor dalam pembelajaran kooperatif. Sehingga dengan metode atau
teknik yang dilakukan siswa yang memiliki kemampuan dapat membantu
siswa yang kurang memahami. Hal ini dapat saling berkomunikasi antar
anggota. Pembelajaran kooperatif menampilkan wujudnya dalam belajar
kelompok. Penilaian ditujukan untuk mengetahui penguasaan siswa terhadap
materi pelajaran secara individual. Hasil penilaian secara individual
selanjutnya disampaikan oleh guru kepada kelompok agar semua anggota
kelompok mengetahui siapa anggota kelompok yang memerlukan bantuan dan
siapa yang dapat memberikan bantuan.
Dalam penilaian, siswa mendapat nilai pribadi dan nilai kelompok
siswa bekerja sama dengan metode pembelajaran kooperatif. Mereka saling
membantu dalam mempersiapkan diri untuk tes. Kemudian, masing-masing
mengerjakan tes sendiri dan menerima nilai pribadi. Nilai kelompok bisa
dibentuk dengan beberapa cara. Pertama, nilai kelompok bisa diambil dari
7
BAB III
PELAKSANAAN PENELITIAN
A. Subyek, Tempat, Waktu, dan Pihak yang Membantu
Subyek penelitian ini adalah murid kelas IV SD Negeri 16 Kabawo
Kabupaten Muna dengan jumlah murid 15 orang. Penelitian perbaikan
pembelajaran ini dilaksanakan pada bulan Mei Tahun Pelajaran 2013/2014.
Dalam melaksanakan penelitian perbaikan pembelajaran ini, peneliti dibantu
oleh salah seorang rekan guru di SD Negeri 16 Kabawo. Hal ini sangat penting
untuk mengamati kegiatan murid dan guru dalam kegiatan proses pembelajaran
di kelas.
B. Desain Prosedur Perbaikan Pembelajaran
Prosedur yang dijalankan dalam pelaksanaan perbaikan pembelajaran ini
adalah mengacu pada desain prosedur penelitian tindakan. Dalam hal ini
peneliti mengacu pada prosedur Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang
digambarkan oleh Ahmad (1999) dalam Saminanto (2010:8), yaitu sebagai
berikut:
Berdasarkan alur penelitian tindakan pada bagan atau gambar 1 di atas,
maka dapat dijelaskan bahwa alur penelitian tindakan kelas ini adalah sebagai
berikut:
1. Identifikasi masalah. Identifikasi masalah merupakan tahap pertama dalam
pelaksanaan perbaikan pembelajaran. Hal ini berkaitan dengan bagaimana
SIKLUS
PTK
PelaksanaanAlternatifPemecahan
Masalah
IndentifikasiPermasalahan
Observasi IAnalisis DataRefleksi I
Catatan: Apabila Siklus 1 belum behasil lanjut ke siklus ke 2 Gambar 1. Alur Penelitian tindakan oleh Saminanto (2010:8)
21
upaya guru untuk meningkatkan hasil belajar murid kelas IV SD Negeri 16
Kabawo dalam materi operasi hitung bilangan bulat.
2. Alternatif pemecahan masalah. Tahapan selanjutnya setelah identifikasi
masalah adalah alternatif pemecahan masalah, yakni upaya-upaya apa yang
akan dilakukan oleh guru atau peneliti dalam meningkatkan hasil belajar murid
dalam materi operasi hitung bilangan bulat. Salah satu di antaranya adalah
dengan memperbaiki proses pebelajaran melalui penggunaan metode
pembelajaran kooperatif tipe Kepala Bernomor (NHT). Langkah-langkah
aletrnatif pemecahan masalah adalah sebagai berikut:
1. Menyiapkan atau membuat Rencana Perbaikan Pembelaajran (RPP)
2. Menyiapkan atau membuat Lembar Observasi untuk Murid
3. Melakukan atau membuat Lembar Observasi untuk Guru
4. Menyiapkan tes untuk mengetahui hasil belajar murid pada materi operasi
hitung bilangan bulat.
3. Pelaksanaan tindakan. Pelaksanaan tindakan ini adalah berkaitan dengan
langkah-langkah guru atau peneliti untuk solusi pemecahan masalah yang telah
diidentifikasi, yakni pelaksanaan kegiatan pembelajaran di kelas dengan
menerapkan metode pembelajaran kooperatif tipe Kepala Bernomor (NHT).
4. Observasi. Observasi merupakan rangkaian pelaksanaan tindakan, yakni
mengamati kegiatan murid dan guru apakah sudah sesuai dengan skenario
pembelajaran atau belum, sebagaimana yang telah dicantumkan dalam Rencana
Perbaikan Pembelajaran (RPP) yang dipersipkan.
5. Analisis data. Dalam tahapan ini, guru atau peneliti menganalis data-data yang
telah dicatat dan dikumpulkan selama pelaksanaan tindakan. Tujuannya adalah
untuk mengetahui apakah telah atau sudah mencapai sesuai dengan indikator
atau target yang dicapai.
6. Refleksi. Dalam tahapan ini guru atau peneliti merefleksi seluruh kegitan atau
peristiwa selama pelaksanaan tindakan berlangsung. Mengidentifikasi kembali
hal-hal yang masih kurang dalam pelaksanaan tindakan dan mempertahankan
hal-hal yang dianggap baik. Dan apabila pelaksanaan tindakan ini belum
22
berhasil, maka akan ditindak lanjuti lagi pada siklus berikutnya, sampai tujuan
berhasil atau tercapai.
C. Teknik Analisis Data dan Indikator Ketercapaian Tindakan
Data yang dikumpul pada setiap siklus dianalisis dengan menggunakan
teknik deskriptif kuantitatif. Teknik ini digunakan untuk menganalisis
kelebihan atau kelemahan dalam pelaksanaan tindakan, serta untuk merefleksi
proses pelaksanaan pembelajaran secara keseluruhan dan untuk memperoleh
kesimpulan, dan selanjutnya untuk program perbaikan pada siklus berikutnya.
Ada dua indikator keberhasilan dalam penelitian ini, yakni (1)
keberhasilan individual, yakni apabila nilai murid telah mencapai KKM 68, dan
(2) Keberhasilan kelompok, yakni tindakan perbaikan pembelajaran ini
dikategorikan berhasil apabila minimal 80% murid telah memperoleh nilai ≥ 68
sesuai dengan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) mata pelajaran Matematika
pada kelas IV SDN 16 Kabawo.
23
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Hasil Penelitian Perbaikan Pembelajaran
Penelitian ini diawali dengan kegiatan pra tindakan. Pra tindakan ini
dilakukan untuk mendapatkan fakta atau data berkaitan dengan proses
pembelajaran Matematika di kelas IV SD Negeri 16 Kabawo. Dari hasil
kegiatan pra tindakani ini, peneliti memperoleh gambaran bahwa (1) penerapan
pembelajaran Matematika yang dilakukan oleh guru kelas IV SD Negeri 16
Kabawo masih menggnakan model pembelajaran yang konvensional, yakni
guru menjalaskan materi operasi hitung bilangan bulat hanya menceremai
murid, sehingga murid hanya mendengarkan penjelasan guru. Murid hanya
diberikan kesempatan untuk bertanya bila belum mengerti atas penjelasan guru.
Murid hanya hanya diberi kesempatan menyesaikan soal di papan tulis, tetapi
hanya kepada murid yang telah mengerti atas penjelasan guru dengan cara
mengancungkan tangan terlebih dahulu. Model pembeljaran seperti ini
tentunya tidak menumbuhkan partisipasi murid, karena hanya murid berani dan
mengerti saja yang diberi kesempatan untuk maju ke papan tulis mengerakan
soal operasi hitung bilangan bulat sedangkan murid yang lainnya menjadi
penonton.
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN TINDAK LANJUT
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis data yang telah dipaparkan pada bab
sebelumnya, peneliti dapat simpulkan bahwa penerapan pembelajaran
kooperatif tipe Kepala Bernomor (NHT) dapat meningkatkan hasil belajar
murid kelas IV SD Negeri 16 Kabawo pada materi bilangan bulat. Hal ini
terlihat bahwa hasil evaluasi pada pra siklus hanya 6 orang (40%) murid yang
mencapai target KKM mata pelajaran Matematika dari 15 orang murid kelas IV
SD Negeri 16 Kabawo Tahun Pelajaran 2013/2014. Kemudian, setelah
pelaksanaan tindakan sikklus I terdapat 10 murid (66,67%) yang telah
mencapai target KKM, dan pada hasil evaluasi siklus II terdapat 13 (86,67%)
murid yang telah mencapai nilai KKM. Hasil ini menunjukkan adanya
peningkatan hasil belajar matematika murid kelas IV SDN 16 Kabawo dengan
diterapkannya pembelajaran kooperatif tipe NHT.
B. Saran Tindak Lanjut
Berdasarkan kesimpulan di atas, maka peneliti menyarankan hal-hal
sebagai berikut:
1. Kepada guru-guru lain, kiranya dapat menerapkan pembelajaran kooperatif
dalam pembelajaran matematika.
2. Seorang guru harus kreatif dan berusaha menggunakan model pembelajaran
yang sesuai dengan karakteristik murid dan materi agar murid aktif dalam
proses pembelajaran.
3. Kepada para peneliti berikutnya, diharapkan hasil peneliti ini dapat
dijadikan sebagai bahan rujukan dalam melaksanakan penelitian serupa.
4. Kepada SD Negeri 16 Kabawo diharapkan membuat kebijakan untuk
menerapkan pendekatan pembelajaran kooperatif pada mata pelajaran
Matematika.
41
DAFTAR PUSTAKA
Cece Widjaja dan A.Tabrani. 1992. Kemampuan Dasar Guru Dalam Proses
Belajar Mengajar. Bandung : PT. Remaja Rosda Karya
Etin Solihatin. 2005. Pengaruh Kooperatif Learning terhadap Belajar IPS
ditinjau dari Gaya Belajar. Jakarta: Bumi Aksara
Hamalik, Oemar, 2001. Proses Belajar Mengajar. Bandung Bumi Aksara.
Ibrahim, Muslimin,dkk. 2000. Pembelajaran Kooperatif. Surabaya: Unesa-
University Press.
Iqbal Ali. 2010. Numbered Head Together Artikel On-line. http://iqbalali.com.
diakses tanggal 22-04-2011.
Kasmadi, Hartono, 1991. Taktik Mengajar (Bagian dari Diskusi Tentang Teknik
Mengajar). Semarang.: PT. IKIP Semarang Press.
Lie, Anita. 2010. Cooperative Learning. Jakarta : PT. Gramedia Widiasarana
Indonesia
Uzer Usman, Drs, Muh. Menjadi Guru Profesional. 2001. Bandung : PT. Remaja
Rosdakary
Wina Sanjaya, 2007. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses
Pendidikan. Jakarta: Kencana