-
KARAKTER AGRONOMI BEBERAPA VARIETAS DAN DOSISPUPUK KCl TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL
TANAMAN KACANG TANAH (Arachis hypogaea L.)
SKRIPSI
OLEH
T. MUSTAFA YUSUF07C10407167
PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGIFAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS TEUKU UMAR
MEULABOH, ACEH BARAT
2014
-
1
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kacang tanah (Arachis hypogaea L.) merupakan salah satu sumber bahan
pangan yang cukup penting di Indonesia, yaitu sebagai sumber protein nabati.
Kacang tanah juga sangat penting untuk dikembangkan karena dari segi
produktivitasnya, kacang tanah yang dibudidayakan di Indonesia masih rendah,
yaitu hanya sekitar 1,0 ton/ha. Tingkat produktivitas hasil yang dicapai ini baru
setengah dari potensi hasil apabila dibandingkan dengan USA, China, dan
Argentina yang sudah mencapai lebih dari 2.0 ton/ha (Adisarwanto, 2000).
Secara ekonomi kacang tanah merupakan tanaman kacang-kacangan yang
menduduki urutan kedua setelah kedelai, sehingga berpotensi untuk
dikembangkan karena memiliki nilai ekonomi tinggi dan peluang pasar dalam
negeri yang cukup besar. Biji kacang tanah dapat digunakan langsung untuk
pangan dalam bentuk sayur, digoreng atau direbus, dan sebagai bahan baku
industri seperti keju, sabun dan minyak, serta berangkasannya untuk pakan ternak
dan pupuk (Marzuki, 2007).
Upaya untuk peningkatan produksi dan produktivitas kacang tanah
ditempuh salah satunya dengan penggunaan varietas-varietas unggul sehingga
dapat meningkatkan produksi kacang tanah. Pengunaan varietas unggul sangat
berperan dalam peningkatan produktivitas tanaman, karena varietas unggul
merupakan salah satu paket teknologi budidaya yang secara nyata dapat
meningkatkan produktivitas dan pendapatan petani. Dari varietas - varietas unggul
yang telah dilepaskan pemerintah, banyak di usahakan adalah varietas Gajah,
Domba, Jerapah, Naga Umbang dan Bison (Purwono dan Purnawati, 2007).
-
2
Varietas unggul kacang tanah memiliki sifat keunggulan tertentu
dibandingkan dengan varietas lokal. Adapun deskripsi varietas-varietas kacang
tanah seperti varietas Gajah dengan umur tanaman 100-110 hari dan produktivitas
nya 1.2-1.8 ton/ha, umur berbunga 30 hari setelah tanam (HST), tahan terhadap
penyakit layu dan peka terhadap penyakit karat dan bercak daun. Varietas Jerapah
dan Naga Umbang dengan umur panen 90-95 HST juga memiliki ketahanan
terhadap penyakit layu dan peka terhadap penyakit karat dan bercak daun
(Marzuki, 2007). Varietas Bison dan Domba dengan umur panen 90-95 HST,
potensi hasil 3,6 ton/ha, Varietas agak tahan terhadap Aspergilus flafus, agak
tahan karat, bercak daun, toleran kahat Fe dan adaptif di alfisol alkalis (Purwono
dan Purnawati, 2007).
Selain mengunakan varietas unggul juga perlu usaha untuk menambahkan
unsur hara bagi tanaman yaitu dengan penambahan bahan anorganik. Bahan
anorganik dapat menambahkan ketersediaan hara bagi tanaman dan proses
penyerapannya lebih cepat. Hal ini sejalan dengan pendapat Sutejo (2000) bahwa
pemberian pupuk anorganik kedalam tanah dapat menambah ketersediaan hara
yang cepat bagi tanaman.
Pada dasarnya pupuk dapat dibedakan menjadi dua jenis yaitu pupuk
organik dan pupuk anorganik atau pupuk buatan. Pupuk organik adalah bahan
yang dihasilkan dari makhluk hidup dan diberikan kepada tanaman untuk dapat
menyediakan unsur hara terhadap tanaman. Pupuk anorganik adalah bahan yang
berisi unsur yang dibutuhkan tanaman dengan kadar hara tinggi. Beberapa contoh
pupuk anorganik adalah urea, SP-18, KCl, dan NPK (Lingga dan Marsono, 2001).
Kalium adalah unsur hara penting yang dibutuhkan tanaman setelah
Nitrogen dan Phospor. Fungsi Kalium sangat penting dalam proses fisiologis
-
3
tanaman, berperan sebagai katalilisator aktifitas enzim ensensial dalam reaksi-
reaksi metabolisme dan enzim yang terlibat dalam sintesis pati dan protein,
berperan mengatur tekanan turgor sel dalam proses membuka dan menutup
stomata (Lakitan, 1993). Proses fisiologi tanaman berhubungan erat dengan
ketersediaan air tanaman, yang berakibat pada tekanan turgor sel dan proses
membuka stomata.
Pengaruh dari setiap kekurangan atau kelebihan unsur hara tertentu sangat
berdampak terhadap pertumbuhan dan perkembangan berbagai bagian tanaman.
Pada tahap akhir akan bermuara pada pertumbuhan vegetatif maupun bagian
generatif.
Berdasarkan permasalahan yang telah diuraikan di atas maka perlu
dilakukan penelitian, apakah karakter agronomi beberapa varietas dan dosis pupuk
KCl akan menghasilkan pertumbuhan dan produksi tanaman kacang tanah yang
berbeda.
1.2 Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh dosis pupuk KCl
terhadap karakter agronomi beberapa varietas kacang tanah serta nyata tidaknya
interaksi kedua faktor terserbut.
1.3 Hipotesis
1. Varietas berpengaruh terhadap beberapa karakter agronomi kacang tanah
2. Dosis pupuk KCl berpengaruh terhadap karakter agronomi kacang tanah
3. Terdapat interaksi antara varietas dan dosis pupuk KCl terhadap karakter
agronomi kacang tanah.
-
4
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Botani Tanaman Kacang Tanah
2.1.1 Sistematika
Tanaman kacang tanah termasuk suku (famili) papilionaceae tumbuhan
Diklasifikasikan sebagai berikut (Rukmana, 2000) :
Divisi : Spermathophyta
Subdivisi : Angiospermae
Kelas : Dicotyledonae
Ordo : Leguminales
Famili : Papilionaceae
Genus : Arachis
Spesies : Arachis hypegaea L.
2.1.2 Morfologi
a. Akar (Radix)
Perakaran tanaman kacang tanah terdiri atas akar tunggang (radix
primaria). Dan akar cabang (radix lateralis). Pertumbuhan akar menyebar
kesemua arah sedalam lebih dari 30 cm dari permukaan tanah. Akar berfungsi
sebagai organ penyerap unsur hara dan air untuk pertumbuhan tanaman, namun
fungsi tersebut dapat terganggu bila tanah bereaksi masam (pH rendah), kadar
airnya kurang, kandungan senyawa Al dan Mn tinggi, ataupun derajat keasaman
(pH) tanah tinggi. Khusus pada varietas-varietas kacang tanah tipe menjalar pada
masing-masing cabang yang buku-bukunya menyentuh tanah, akan tumbuh juga
akar liar (adventitious root) dengan demikian daerah penyerapan zat hara akan
luas lagi karena itu dengan sistem perakaran kacang tanah bisa bertahan hidup
pada kondisi tanah yang kurus/tidak cukup unsur hara (AAK, 1989).
-
5
b. Batang (caulis)
Batang tanaman kacang tanah berukuran pendek, berbuku-buku dengan
tipe pertumbuhan tegak atau mendatar. Pada mulanya batang tumbuh tunggal,
namun lambat laun cabang banyak seolah-olah merumpun. Panjang batang
berkisar antara 30-40 cm lebih tergantung pada jenis atau varietas kacang tanah
dan kesuburan tanah. Buku-buku (ruas-ruas) batang yang terletak di dalam tanah
merupakan tempat melekat akar, bunga dan buah. Ruas-ruas batang yang berada
diatas permukaan tanah merupakan tempat tumbuh tangkai daun
(Rukmana, 2000).
c. Daun (Folium)
Tanaman kacang tanah mempunyai daun majemuk dan berpasangan
bersirip genap. Setiap tangkai terdiri dari empat helai anak daun. Daun muda
berwarna hijau kekuning-kuningan, setelah tua menjadi hijau tua. Daun-daun tua
akan menguning dan gugur mulai dari bawah keatas bersamaan dengan stadium
polong tua. Helaian daun bersifat nitritopic, yakni mampu menyerap cahaya
matahari sebanyak-banyaknya. Permukaan daunnya memiliki bulu yang berfungsi
sebagai penahan atau penyimpanan debu (Rukmana, 2000).
d. Bunga (Flos)
Bunga kacang tanah berbentuk kupu-kupu, berwarna kuning, dan
bertangkai panjang yang tumbuh dari ketiak daun. Setiap bunga mempunyai
tangkai panjang yang berwarna putih akan tetapi tangkai yang berwarna putih itu
bukan tangkai bunga yang sebenarnya, melainkan tabung kelopak. Bagian
mahkota bunganya berwarna kuning dari semua bunga yang tumbuh, hanya 70
persen – 75 persen yang membentuk bakal polong (Ginofora). Bunga mekar
selama sekitar 24 jam kemudian layu dan gugur. Ujung tangkai bunga akan
-
6
berubah bentuk menjadi bakal polong, tumbuh membengkok ke bawah,
memanjang, dan masuk kedalam tanah sedalam lebih kurang 30 cm (Rukmana,
2000).
e. Buah (Fructus)
Buah kacang tanah terbentuk polong dan dibentuk di dalam tanah. Polong
kacang tanah berkulit keras, dan berwarna putih kecoklat-coklatan. Tiap polong
berisi satu sampai tiga biji atau lebih. Ukuran polong bervariasi, tergantung jenis
atau varietasnya dan tingkat kesuburan tanah. Polong berukuran besar biasanya
mencapai panjang 6 cm dengan diameter 1,5 cm (Rukmana, 2000).
f. Biji (Semen)
Biji kacang tanah berbentuk agak bulat dan lonjong, terbungkus kulit biji
tipis berwarna putih, merah atau ungu. Perbedaan-perbedaan itu tergantung pada
varietas-varietasnya. Misalnya: warna biji kacang tanah dari varietas gajah,
banteng dan macan adalah merah kesumba atau agak putih, sedangkan biji kacang
tanah dari varietas kidang berwarna merah tua. Pada umumnya biji kacang tanah
kurang mangandung unsur-unsur vitamin, namun mengandung sekitar 27 persen
protein dan 45 persen lemak.
Menurut Rukmana (2000) ukuran biji kacang tanah bervariasi, mulai dari
kecil sampai besar. Biji kecil beratnya antara 250g – 400g per 1000 butir,
sedangkan biji besar lebih kurang 500 g per 1.000 butir.
2.2 Syarat Tumbuh Tanaman Kacang Tanah
2.2.1 Iklim
Iklim yang di butuhkan tanaman kacang tanah adalah bersuhu tinggi
(panas) antara 28°C - 32°C. Pada suhu tanah kurang dari 18°C kecepatan
-
7
berkecambah akan lambat. Suhu tanah yang maksimum untuk tanaman kacang
tanah adalah 30°C - 34°C. Suhu udara sangat berpengaruh pada proses
pembungaan (Adisarwanto, 2000).
Curah hujan yang cocok untuk kacang tanah yaitu 800 – 1.300 mm per
tahun. Keragaman dalam jumlah dan distribusi curah hujan sangat berpengaruh
atau dapat menjadi kendala terhadap pertumbuhan dan pencapaian hasil kacang
tanah. Curah hujan yang cukup dan tidak terlalu lembab/basah pada saat tanam
sangat dibutuhkan agar tanaman dapat berkecambah dengan baik. Curah hujan
yang banyak pada awal tumbuh akan menekan pertumbuhan dan dapat
menurunkan hasil. Demikian pula curah hujan agak banyak pada periode
pemasakan polong maka polong akan pecah dan biji akan berkecambah karena
penundaan saat panen. Oleh karena itu, kelembaban tanah yang cukup pada
periode awal tumbuh, saat berbunga, serta saat pembentukan dan pengisian
polong sangat penting untuk memperoleh hasil polong yang tinggi (Adisarwanto,
2000).
2.2.2 Tanah
Tanaman kacang tanah lebih menghendaki jenis tanah lempung berpasir,
liat berpasir. Persyaratan sifat fisik dan kimia tanah berperan terhadap
pertumbuhan dan hasil kacang tanah dipengaruhi oleh keasaman tanah (PH),
kandungan bahan organik, struktur tanah dan kandungan unsur hara, merupakan
faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan hasil kacang tanah. Kacang
tanah dapat tumbuh pada berbagai jenis tanah dengan syarat tanah dapat menyerap
air dengan baik dan dapat pula mengalirkan kembali dengan lancar ( Anonymous,
1989).
-
8
2.3 Varietas
Secara botani varietas adalah suatu populasi tanaman dalam satu spesies
yang menunjukkan ciri yang berbeda yang jelas. Sedangkan secara agronomi
varietas atau disebut juga kultivar adalah sekelompok tanaman yang memiliki satu
atau lebih ciri yang dibedakan secara jelas, dan tetap mempertahankan ciri khas
tersebut jika direproduksi baik secara seksual maupun secara aseksual. Varietas
unggul merupakan faktor utama yang menentukan tingginya produksi yang
diperoleh bila persyaratan lain dipenuhi. Varietas unggul dapat diperoleh melalui
pemuliaan tanaman. Suatu vaietas unggul tidak selamanya akan menunjukkan
keunggulannya, tetapi semakin lama produksi akan semakin menurun tergantung
pada komposisi genetiknya (Mangoendijojo, 2003).
Perbedaan susunan genetik merupakan faktor penyebab keragaman
tanaman. Program genetik yang akan diekspresikan pada suatu fase pertumbuhan
yang berbeda dapat diekspresikan pada suatu sifat tanaman yang mencakup
berbagai bentuk dan fungsi tanaman yang menghasilkan keanekaragaman
pertumbuhan tanaman. Keanekaragaman penampilan tanaman akibat susunan
selalu dan mungkin terjadi sekalipun tanaman yang digunakan berasal dari jenis
yang sama (Sitompul dan Guritno, 1995).
Selain varietas unggul atau hibrida dikenal pula varietas composit.
Varietas sintetik adalah suatu varietas yang merupakan hasil persilangan
campuran (intercross) beberapa breeding materials, baik merupakan galur-galur
inbred, klon, maupun suatu varietas yang sudah diketahui potensi genetiknya
(kemampuan untuk berkombinasi antara satu dengan yang lainnya). Sedangkan
varietas komposit merupakan suatu varietas hasil seleksi pada generasi lanjut dari
-
9
populasi yang merupakan hasil persilangan campuran dari berbagai macam
breeding materials (Mangoendidjojo, 2003).
2.4 Kalium Klorida
Kalium merupakan hara ketiga setelah N dan P. Kalium tergolong unsur yang
mobil dalam tanaman baik dalam sel, dalam jaringan tanaman maupun dalam xylem
dan floem. Umumnya, bila penyerapan kalium tinggi menyebabkan penyerapan unsur
Ca, Na, dan Mg turun (Mapegau, 2001). Kalium diabsorpsi tanaman dalam bentuk
K+. Berbeda dengan N, S, P dan beberapa unsur lain. Kalium tidak dijumpai di dalam
bagian tanaman seperti protoplasma, lemak dan selulosa. Kebutuhan tanaman akan
kalium cukup tinggi dan akan menunjukkan gejala kekurangan apabila kebutuhannya
tidak tercukupi (Ruhnayat, 1995).
Di dalam tanah ada empat macam bentuk kalium yaitu kalium primer,
kalium terfiksasi mineral sekunder tidak dapat diserap secara langsung oleh
tanaman sehingga di lahan menjadi kaliun cadangan (potensial tersedia) yang
suatu saat di ubah menjadi Kalium tersedia (90 – 98 % dari total). Kalium tukar
(1 – 10 % dari total) dan kalium larut (1-2 % dari total ) dapat langsung diserap
tanaman sehingga merupakan Kalium tersedia (segera tersedia). Kalium tersedia
mudah tercuci bersama dengan air drainase (Soepardi, 1983 ; Al- Jabri, 2007).
Kalium memiliki fungsi yang berkaitan dengan 1) membantu fotosintesis
tanaman, 2) translokasi gula, 3) mengaktifkan kerja enzim dan 4) mengatur
tekanan potensial air dalam sel penjaga berpengaruh terhadap membuka dan
menutupnya stomata (Ashari, 1995) dan menurut sumber lain bahwa kalium dapat
5) meningkatakan perakaran, 6) menghalangi efek rebah tanaman, 7) melawan
efek buruk N, 8) memberikan efek keseimbangan antara N dan P dan 9) penting
-
10
untuk perkembangan klorofil (Buckman dan Brandy, 1982). Menurut Soepardi
(1983) kalium dapat mengeraskan batang sehingga efektif dalam pencegahan
terhadap hama dan penyakit. Selain itu kalium dapat mengoptimalkan
keseimbagan ion di dalam tanaman serta berperan menyusun jerami tanaman
(Hanafiah, 2005).
Kekurangan kalium pada tanaman antara lain daun akan kering dan
terbakar pada sisi-sisinya, permukaan daun memperlihatkan gejala klorosis tidak
tidak merata sehingga dapat mengetahui fotosintesis yang berdampak pada
produktifitas hasil. Kelebihan kalium pada tanaman akan menurunkan serapan
magnesium sehingga akan tampak gejala kekurangan magnesium tanaman terlihat
klorosis pada daerah antar pertulangan daun (Soepardi, 1983). Penyerapan kalium
yang berlebihan juga dapat menimbulkan konsumsi mewah yang tidak memacu
peningkatan produksi sehingga pemberian kalium menjadi tidak efektif (Gardner,
el al., 1991).
-
11
III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN
3.1 Tempat dan Waktu
Penelitian ini dilaksanakan di kebun Percobaan Fakultas Pertanian
Universitas Teuku Umar Meulaboh, Aceh Barat mulai dari tanggal 5 Desember
2012 sampai dengan 26 April 2013.
3.2 Bahan dan Alat
1. Bahan
Bahan – bahan yang digunakan dalam penelitian adalah berupa :
a. Benih
Benih kacang tanah yang digunakan adalah varietas Bison, Domba, Gajah,
Jerapah, dan Naga Umbang.
b. Kapur Dolomit
Kapur Dolomit digunakan dengan dosis 2 ton ha-1. Adapun kadar CaO 30
% dan MgO 19 %.
c. Pupuk
Pupuk yang digunakan adalah Urea, SP-36 dan KCl.
2. Alat
Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah cangkul, parang,
skrop, hand spayer, garu, meteran, timbangan analitik, papan nama, tali ajir dan
alat-alat tulis.
3.3 Rancangan Percobaan
Rancangan percobaan yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah
Rancangan Acak Kelompok (RAK) pola faktorial 5 x 3 dengan 3 ulangan. Faktor
-
12
yang diteliti adalah faktor varietas (V) dan dosis pupuk KCl (K).
Faktor varietas (V) yang terdiri atas 5 taraf yaitu :
V1 : Bison
V2 : Domba
V3 : Gajah
V4 : Jerapah
V5 : Naga Umbang
Faktor dosis pupuk KCl (K) yang terdiri dari 3 taraf yaitu :
K1 : 87 kg ha -1 (130,0 g plot -1)
K2 : 112 kg ha -1 (168,0 g plot -1)
K3 : 137 kg ha -1 (205,5 g plot -1)
Dengan demikian terdapat 15 kombinasi perlakuan. Sedangkan susunan
kombinasi perlakuan antara perbandingan varietas dan dosis pupuk KCl dapat
dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Susunan Kombinasi Perlakuan antara Varietas dan Dosis KCl.
No Kombinasi Perlakuan VarietasDosis pupuk KCl
(kg ha-1)
123
V1K1V1K2V1K3
BisonBisonBison
87112137
456
V2K1V2K2V2K3
DombaDombaDomba
87112137
789
V3K1V3K2V3K3
GajahGajahGajah
87112137
101112
V4K1V4K2V4K3
JerapahJerapahJerapah
87112137
131415
V5K1V5K2V5K3
Naga UmbangNaga UmbangNaga Umbang
87112137
-
13
Model matematika yang digunakan adalah :
Yijk = µ + βi+ Vj + Kk + (VK)jk + εijkDimana :
Yijk = Hasil pengamatan untuk varietas (V) pada taraf ke-j dan Dosispupuk KCl (K) pada taraf ke-k pada ulangan ke-i.
µ = Rata-rata umumβi = Pengaruh ulangan ke-i ( i = 1, 2 dan 3 )Vj = Pengaruh faktor varietas (V) taraf ke-j (j = 1, 2, 3, 4 dan 5).
Kk = Pengaruh faktor dosis pupuk KCl (K) taraf ke-k (k = 1, 2 dan 3).(VK)jk = Pengaruh interaksi faktor varietas taraf ke-j dan faktor dosis pupuk
KCl taraf ke-k
εijk = Galat percobaan
Bila hasil uji F menunjukan pengaruh yang nyata maka akan dilanjutkan
dengan uji lanjut BNJ pada lever 5% (BNJ 0.05).
BNJ0,05 = q0.05 (p;dbg)
Keterangan :
BNJ0.05 = beda Nyata Jujur pada level 5%q0.05 (p;dbg) = Nilai baku q pada level 5%KT g = Kuadrat Tengah Galatr = Jumlah Ulangan
3.4 Pelaksanaan Penelitian
1. Pengolahan lahan
Lahan yang diolah terlebih dahulu dibersihkan dari sisa-sisa rerumputan
atau tanaman sebelumnya, kemudian diolah dengan mengunakan cangkul dan
pembuatan bedengan dengan ukuran 5 m x 3 m, jarak antar blok 50 cm.
2. Pengapuran
Pengapuran dilakukan dengan cara menabur kapur dolomit diatas
bedengan yang sudah disiapkan dengan dosis 2 ton ha-1 (3 kg/plot) yang diberikan
satu minggu sebelum tanam.
-
14
3. Pemupukan
Pemupukan yang diberikan yaitu pupuk Urea, SP-36 dan KCl. Pupuk Urea
diberikan dengan dosis 75 kg ha-1 (112.5 g/plot), SP-36 112 kg ha-1 (168.00
g/plot) dan KCl dengan tiga perlakuan dosis diberikan dengan dosis 87 kg ha-1
(130.50 g/plot), 112 kg ha-1 (168.00 g/plot) dan 137 kg ha-1 (205.50 g/plot) pupuk
tersebut masing-masing diberikan 3 hari sebelum tanam.
4. Penanaman
Penanaman dilakukan dengan cara membuat lubang tanam dan ditanam
satu bibit perlubang tanam dengan jarak tanam 35 cm x 15 cm. Tanaman yang
akan diambil sampel 5 tanaman dalam satu plot percobaan.
5. Pemeliharaan
Pemeliharaan tanaman kacang tanah yaitu : penyulaman, penyiangan
gulma dan pengendalian hama dan penyakit. Penyulaman dilakukan pada umur 1
minggu setelah tanam (MST), dengan bibit yang sama, apabila tanaman ada yang
mati. Penyiangan gulma dilakukan terhadap rumput-rumput liar yang tumbuh
disekitar tanaman kacang tanah, Penyiangan gulma dilakukan dengan cara
mencabut rumput-rumputan menggunakan tangan atau cangkul kecil.
Pengendalian hama dan penyakit pada tanaman kacang tanah dilakukan bila
terdapat gejala serangan.
6. Pemanenan
Panen kacang tanah dengan ciri-ciri : daun sudah banyak menguning dan
sebagian telah berguguran, batang sudah mengeras, polong sudah berisi penuh dan
keras, polong berwarna cokelat kehitam-hitaman dan mudah dikupas.
-
15
3.5 Pengamatan
1. Tinggi Tanaman (cm)
Tinggi tanaman diukur mulai dari pangkal batang di atas permukaan tanah
sampai ke titik tumbuh tertinggi dengan menggunakan meteran dalam satuan
centimeter yang di ukur pada saat tanaman berumur 15, 30, dan 45 HST.
2. Jumlah Cabang
Perhitungan jumlah cabang dilakukan dengan cara menghitung seluruh
cabang per rumpun dari setiap tanaman sampel pada umur 15, 30, dan 45 HST.
3. Persentase Polong Berisi (%)
Pengamatan dilakukan pada saat panen dengan cara menghitung seluruh
polong bernas pada setiap perlakuan, dengan menggunakan rumus :
Persentase polong berisi = x 100%4. Persentase Polong Hampa (%)
Pengamatan dilakukan pada saat panen dengan cara menghitung seluruh
polong hampa pada setiap perlakuan, dengan mengunakan rumus :
Persentase polong hampa = x 100%5. Berat 100 Biji Kering (g)
Penimbangan dilakukan dengan menggunakan timbangan analitik yang
dilakukan setelah polong dikeringkan selama 4 hari dan biji dipipil lalu diambil
secara acak dari setiap unit percobaan sebanyak 100 biji.
6. Persentase Ginofor Gagal
Pengamatan dilakukan pada saat panen dengan cara menghitung seluruh
ginofor yang tidak menghasilkan biji dengan menggunakan rumus :
-
16
Persentase ginofor gagal = x 100%7. Berat Polong Per Plot netto (g)
Penimbangan dilakukan menggunakan timbangan analitik yang dilakukan.
terhadap berat polong per plot netto dari setiap unit percobaan.
8. Produksi Per Hektar (ton )
Produksi per hektar dilakukan dengan mengkonversikan berat polong per
plot.
-
17
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Pengaruh Varietas
Hasil uji F pada analisis ragam (Lampiran bernomor genap 2 sampai
dengan 24) menunjukkan bahwa varietas berpengaruh sangat nyata terhadap
tinggi tanaman umur 15 HST, jumlah cabang umur 30 dan 45 HST dan berat
kering 100 biji. Berpengaruh nyata terhadap jumlah cabang umur 15 HST namun
berpengaruh tidak nyata terhadap tinggi tanaman 30 dan 45 HST, persentase
polong berisi, persentase polong hampa, persentase ginofor gagal, berat polong
per plot dan produksi per hektar.
4.1.1 Tinggi Tanaman
Hasil uji F pada analisis ragam (Lampiran 2, 4 dan 6) menunjukkan bahwa
varietas berpengaruh sangat nyata terhadap tinggi tanaman umur 15 HST, namun
berpengaruh tidak nyata terhadap tinggi tanaman umur 30 dan 45 HST. Rata-rata
tinggi tanaman kacang tanah pada berbagai varietas umur15, 30 dan 45 HST,
dapat disajikan pada Tabel 2.
Tabel 2. Rata-rata Tinggi Tanaman Kacang Tanah pada Berbagai Varietas Umur15, 30 dan 45 HST
Perlakuan Tinggi Tanaman (cm)
Simbol Varietas 15 HST 30 HST 45 HST
V1 Bison 4,43 a 14,78 28,98
V2 Domba 4,37 a 14,64 31,66
V3 Gajah 4,56 ab 16,19 30,99
V4 Jerapah 5,21 b 16,98 33,39
V5 Naga Umbang 4,79 ab 15,43 28,27BNJ 0,05 0,70 - -
Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom sama berbeda tidaknyata taraf 5% (uji BNJ)
-
18
Tabel 2 menunjukkan bahwa tanaman tertinggi pada umur 15 HST
ditunjukkan pada variertas Jerapah (V4) yang berbeda nyata dengan varietas Bison
(V1), Domba (V2). Namun berbeda tidak nyata dengan varietas Gajah (V3) dan
Naga Umbang (V5). Sedangkan umur 30 dan 45 HST ditunjukkan tanaman
tertinggi pada varietas Jerapah (V4) meskipun secara stastistik menunjukkan
perbedaan yang tidak nyata dengan pelakuan lainnya.
Hubungan antara tinggi tanaman kacang tanah pada berbagai varietas
umur 15, 30 dan 45 HST dapat dilihat pada Gambar 1.
Gambar 1. Tinggi Tanaman Kacang Tanah pada berbagai Varietas Umur 15, 30dan 45 HST.
Gambar 1 menunjukkan bahwa meningkat tinggi tanaman kacang tanah
pada varietas Jerapah (V4), diduga karena pada varietas Jerapah mempunyai
tingkat pertumbuhan yang baik dan sesuai pada kondisi lingkungan serta daya
adaptasinya lebih baik pada tanah gambut. Sehingga mempunyai tinggi tanaman
lebih tinggi dengan varietas lainnya. Hal ini sejalan dengan pendapat Adisarwanto
(2000) menyatakan bahwa varietas kacang tanah yang adaptasi terhadap serangan
penyakit, mampu berproduksi lebih tinggi. Harjadi (1996) menambahkan bahwa
setiap varietas selalu terdapat perbedaan karakter genotip pada kondisi lingkungan
tempat tumbuhnya.
4.43 4.37 4.56 5.21 4.79
14.78 14.64 16.19 16.98 15.43
28.9831.66 30.99
33.3928.27
05
10152025303540
Bison Domba Gajah Jerapah N. Umbang
Tin
ggiT
anam
a(c
m)
Varietas
15 HST30 HST45 HST
-
19
4.1.2 Jumlah Cabang
Hasil uji F pada analisis ragam (Lampiran 8,10 dan 12) menunjukkan
bahwa varietas berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman umur 15 HST, namun
berpengaruh sangat nyata terhadap umur 30 dan 45 HST. Rata-rata jumlah cabang
kacang tanah pada berbagai varietas umur 15, 30 dan 45 HST setelah di uji
dengan BNJ 0,05 disajikan pada Tabel 3.
Tabel 3. Rata-rata Jumlah Cabang Tanaman Kacang Tanah Pada BerbagaiVarietas Umur 15, 30 dan 45 HST.
Perlakuan Jumlah Cabang (buah)
Simbol Varietas 15 HST 30 HST 45 HST
V1 Bison 3,46 ab 10,79 bc 11,71 bc
V2 Domba 2,83 a 9,78 a 10,21 a
V3 Gajah 3,43 ab 10,54 b 11,41 b
V4 Jerapah 3,60 b 11,37 c 12,59 c
V5 Naga Umbang 3,24 ab 10,68 bc 12,27 c
BNJ0,05 0,64 0,74 0,81
Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom sama berbeda tidaknyata taraf 5% (uji BNJ).
Tabel 3 menunjukkan bahwa jumlah cabang terbanyak terlihat pada umur
15 HST ditunjukkan pada varietas Jerapah (V4) yang berbeda nyata dengan
varietas Domba (V2), namun berbeda tidak nyata denganBison (V1), Gajah (V3)
dan Naga Umbang (V5). Pada umur 30 HST jumlah cabang terbanyak ditunjukkan
pada varietas Jerapah (V4) yang berbeda sangat nyata dengan varietas Domba (V2)
dan Gajah (V3), namun tidak berbeda nyata dengan varietas Naga Umbang (V5)
dan Bison (V1). Adapun pada umur 45 HST juga ditunjukkan pada varietas
Jerapah (V4) yang berbeda sangat nyata dengan varietas Domba (V2) dan Gajah
(V3), namun berbeda tidak nyata dengan varietas Bison (V1) dan Naga Umbang
(V5).
-
20
Hubungan antara jumlah cabang tanaman kacang tanah pada berbagai
varietas umur 15, 30 dan 45 HST dapat dilihat pada Gambar 2.
Gambar 2. Jumlah Cabang Tanaman Kacang Tanah pada Berbagai Varietas umur15, 30 dan 45 HST.
Gambar 2 menunjukkan bahwa jumlah cabang terbanyak pada umur 15,
30 dan 45 HST pada varietas Jerapah (V4) dan menurun pada varietas Domba
(V2). Dari berbagai varietas yang dicobakan, jumlah cabang tanaman kacang
tanah umur 15, 30 dan 45 HST terbanyak dijumpai pada varietas Jerapah (V4)
diduga karena pada varietas Jerapah memiliki pertumbuhan lebih baik yang
berbeda dengan varietas lainnya dan berdasarkan umurnya perbedaan respon
genotipe pada kondisi lingkungan tempat tumbuhnya. Hal ini sesuai dengan
pendapat Harjadi (1996) menyatakan bahwa pada setiap varietas tanaman selalu
terdapat perbedaan respon genotipe pada kondisi lingkungan tempat tumbuh
meskipun pada kondisi yang sama.
4.1.3 Persentase Polong Berisi dan Hampa
Hasil uji F pada analisis ragam (Lampiran 14 dan 16) menunjukkan bahwa
varietas berpengaruh tidak nyata terhadap persentase polong berisi dan persentase
polong hampa. Rata-rata persentase polong berisi dan hampa pada berbagai
varietas dapat disajikan pada Tabel 4.
3.46 2.83 3.43 3,60 3.24
10.799.78 10.54
11.37 10.6811.71
10.21 11.4112.59 12.27
02468
101214161820
Bison Domba Gajah Jerapah N. Umbang
Jum
lah
Cab
ang
(bua
h)
Varietas
15 HST30 HST45 HST
-
21
Tabel 4. Rata-rata Persentase Polong Berisi dan Hampa Tanaman Kacang Tanahpada Berbagai Varietas
Perlakuan Persentase Polong
Simbol Varietas Berisi Hampa
V1 Bison(63,48)79,92
(26,50)20,08
V2 Domba(61,20)76,55
(28,78)23,45
V3 Gajah(62,44)78,31
(27,53)21,69
V4 Jerapah(65,19)82,19
(24,78)17,81
V5 Naga Umbang(55,33)67,20
(34,65)32,80
Keterangan : ( ) Rata-rata transformasi Arsin √ ×
Tabel 4 menunjukkan bahwa persentase polong berisi tertinggi cenderung
ditujukkan pada varietas Jerapah (V4) namun berbeda tidak nyata dengan varietas
Bison(V1), Domba(V2) Gajah (V3) dan Naga umbang (V5). Sedangkan persentase
polong hampa tertinggi cenderung ditunjukkan pada varietas NagaUmbang (V5)
yang berbeda tidak nyata dengan varietas Bison (V1), Domba (V2), Gajah (V3)
dan Jerapah (V4). Dengan meningkatnya persentase polong berisi dan rendahnya
polong hampa pada varietas jerapah (V4). Hal ini diduga karena varietas Jerapah
mempunyai daya adaptasi yang lebih cepat dan lebih baik terhadap tanah gambut
serta terhadap kondisi lingkungan yang berbeda, namun perbedaan sifat genetik
dari varietas yang digunakan. Menurut Adisarwanto (2001) yang menyatakan
bahwa produksi yang tinggi akan dicapai apabila varietas tanaman yang ditanam
memiliki potensi hasil yang tinggi dan didukung teknik budidaya yang benar dan
lingkungan tumbuh yang baik.
4.1.4 Bobot 100 Biji Kering
Hasil uji F pada analisis ragam (Lampiran 18) menunjukkan bahwa
varietas berpengaruh sangat nyata terhadap bobot 100 biji kering tanaman kacang
tanah.
-
22
Rata-rata bobot 100 biji kering kacang tanah pada berbagai varietas setelah
diuji dengan BNJ 0,05 disajikan pada Tabel 5.
Tabel 5. Rata-rata Bobot 100 biji Kering Tanaman Kacang Tanah pada BerbagaiVarietas.
PerlakuanBobot 100 Biji Kering (g)
Simbol Varietas
V1 Bison 40,69 b
V2 Domba 31,22 a
V3 Gajah 53,96 c
V4 Jerapah 44,25 b
V5 Naga Umbang 43,49 b
BNJ 0,05 6,67
Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom sama berbeda tidaknyata pada taraf 5% (uji BNJ ).
Tabel 5 menunjukkan bahwa bobot 100 biji kering tertinggi dijumpai pada
varietas Gajah(V3) yang berbeda sangat nyata dengan varietas Domba (V2),
Bison(V1) Jerapah (V4) dan Naga Umbang (V5).
Hubungan antara bobot 100 biji kering terbanyak pada berbagai varietas
dapat lihat pada Gambar 3.
Gambar 3. Bobot Kering Kacang Tanah Pada Berbagai Varietas.
40.69
31.22
53.96
44.25 43.49
0
10
20
30
40
50
60
Bison Domba Gajah Jerapah Naga Umbang
Bob
ot 1
00 B
iji k
erin
g (g
)
Varietas
-
23
Gambar 3 menunjukkan bahwa bobot 100 biji tertinggi pada varietas
Gajah (V3) dan terendah pada varietas Domba (V2). Meningkatnya bobot 100 biji
kering kacang tanah pada varietas Gajah (V3) diduga karena pada varietas gajah
mempunyai kemampuan beradaptasi terhadap lingkungan tempat tumbuhnya dan
memiliki potensi produksi yangt lebih baik. Hal ini sesuai dengan pendapat
Simatupang (1997) yang menjelaskan bahwa perbedaan pertumbuhan dan
produksi suatu varietas dipengaruhi oleh kemampuan suatu varietas beradaptasi
terhadap lingkungan tempat tumbuhnya. Meskipun secara genetis ada varietas
yang memiliki potensi produksi yang lebih baik, tetapi karena dipengaruhi oleh
faktor lingkungan tempat tumbuhnya sangat dapat menurunkan produksi.
4.1.5. Persentase Ginofor Gagal
Hasil uji F pada analisis ragam (lampiran 20) menunjukkan bahwa varietas
berpengaruh tidak nyata terhadap persentase ginofor gagal.
Rata-rata persentase ginofor gagal tanaman kacang tanah dapat disajikan
pada tabel 6.
Tabel 6. Rata-rata Persentase Ginofor Gagal Kacang Tanah pada berbagaiVarietas
PerlakuanPersentase Ginofor Gagal
Simbol Varietas
V1 Bison(56,78)69,58
V2 Domba(69,95)87,67
V3 Gajah(54,27)65,59
V4 Jerapah(59,50)74,15
V5 Naga Umbang(57,83)71,46
Keterangan : ( ) Rata-rata transformasi Arsin √ ×
-
24
Tabel 6 menunjukkan bahwa persentase ginofor gagal tertinggi dijumpai
pada varietas Domba (V2) yang berbeda tidak nyata dengan varietas Bison (V1),
Gajah (V3), Naga Umbang (V5) dan varietas Jerapah (V4). Persentase ginofor
gagal meningkat pada varietas Domba (V2) dan menurun pada varietas Gajah
(V3). Dari berbagai varietas yang digunakan, meningkatnya persentase genofor
gagal tertinggi dijumpai pada varietas Domba (V2). Hal ini diduga karena ginofor
yang terbentuk tidak masuk kedalam tanah dan gagal terbentuknya polong dan
juga dipengaruhi oleh faktor cuaca. Deptan (2006) menyatakan bahwa bagian
ginofor yang terbentuk dibagian cabang atas dan tidak masuk kedalam tanah akan
gagal membentuk polong. Sumarno (2003) menyatakan bahwa pertumbuhan
kacang tanah dilahan kering sangat baik apabila ada hujan dalam seminggu sekali
diselingi hari yang cerah. Kekeringan yang berkepanjangan dapat menghambat
pertumbuhan vegetatif, pembungaan dan pengisian polong tanaman kacang tanah
yang akan mempengaruhi hasil produksi.
4.1.6 Berat Polong Per Plot
Hasil uji F pada analisis ragam (lampiran 22) menunjukkan bahwa varietas
berpengaruh tidak nyata terhadap berat polong per plot. Rata-rata berat polong
per plot kacang tanah pada berbagai varietas dapat disajikan pada tabel 7.
Tabel 7. Rata-rata Berat Polong Per Plot Kacang Tanah Pada Berbagai Varietas.
Perlakuan Berat PolongPer Plot(kg)Simbol Varietas
V1 Bison 5,06
V2 Domba 3,12
V3 Gajah 5,13
V4 Jerapah 3,96
V5 Naga Umbang 4,35
-
25
Tabel 7 meunjukkan bahwa berat polong per plot meningkat pada varietas
Gajah (V3) yang berbeda tidak nyata dengan varietas Domba (V2) Naga Umbang
(V5), Bison (V1) dan Jerapah (V4).
Dari berbagai varietas yang digunakan, meningkatnya berat polong kering
per plot terbaik dijumpai pada varietas Gajah (V3). Diduga karena varietas Gajah
mempunyai daya adaptasi yang lebih cepat terhadap kondisi lingkungan yang
berbeda. Hal ini sesusai dengan pendapat Adisarwanto (2001) yang menyatakan
bahwa produksi yang tinggi akan dicapai apabila varietas tanaman yang ditanam
memiliki potensi hasil yang tinggi dan didukung teknik budidaya yang benar dan
lingkungan tumbuh yang baik.
4.1.7. Produksi Per Hektar
Hasil uji F pada analisis ragam (lampiran 24) menunjukkan bahwa varietas
berpengaruh tidak nyata terhadap produksi per hektar. Rata-rata produksi per
hektar kacang tanah pada berbagai varietas disajikan pada Tabel 8
Tabel 8. Rata-rata Produksi Per Hektar Kacang Tanah Pada Berbagai Varietas
PerlakuanProduksi Per Hektar (Ton)
Simbol VarietasV1 Bison 4,83V2 Domba 2,98V3 Gajah 4,89V4 Jerapah 3,77V5 Naga Umbang 4,15
Tabel 8 menunjukkan bahwa produksi per hektar tertinggi dijumpai pada
varietas Gajah (V3) yang berbeda tidak nyata dengan varietas Bison (V1), Domba
(V2), Jerapah (V4) dan Naga Umbang (V5).
Dari setiap varietas tanaman selalu terdapat perbedaan respon genotipe
pada kondisi lingkungan tempat tumbuhnya. Hal ini memberikan pengaruh pada
penampilan fenotipe dari setiap varietas terhadap lingkungan tumbuhnya sehingga
-
26
kondisi ini juga dapat mempengaruhi tingkat pertumbuhanya dan produksinya.
Sehingga dapat menurunkan produksi dari suatu tanaman. Selain itu tinggi
rendahnya pertumbuhan serta hasil tanaman kacang tanah dipengaruhi oleh dua
faktor yaitu faktor internal dan faktorekternal. Faktor internal merupakan faktor
yang dipengaruhi oleh sifat genetik atau sifat turunan seperti umur tanaman,
morfologi tanaman, daya hasil, kapasitas menyimpan cadangan makanan,
ketahanan terhadap penyakit dan lain-lain. Faktor ekternal merupakan faktor
lingkungan, seperti iklim, tanah dan biotik (Gardner et al., 1991).
4.2 Pengaruh Dosis Pupuk KCl
Hasil uji F pada analisis ragam (Lampiran bernomor genap 2 sampai
dengan24)menunjukkan bahwa dosis pupuk KCl berpengaruh nyata terhadapberat
polong per plot dan produksi per hektar. Namunberpengaruh tidak nyata terhadap
tinggi tanaman 15, 30 dan 45 HST,jumlah cabang 15, 30 dan 45, bobot100 biji
kering, persentase polong berisi, persentase polong hampa dan persentase ginofor
gagal.
4.2.1 Tinggi Tanaman
Hasil uji F pada analisis ragam (Lampiran 2, 4 dan 6) menunjukkan bahwa
dosis pupuk KCl berpengaruh tidak nyata terhadap tinggi tanman umur 15 ,30
dan 45 HST. Rata-rata tinggi tanaman kacang tanah pada berbagai dosis pupuk
KCl umur 15, 30 dan 45 HST pada berbagai dosis pupuk KCl disajikan pada
Tabel 9.
-
27
Tabel 9. Rata-rata Tinggi Tanaman Kacang Tanah pada Berbagai Dosis PupukKCl Umur 15, 30 dan 45 HST.
Dosis Pupuk KCl Tinggi Tanaman (cm)Simbol kg ha-1 15 HST 30 HST 45 HST
K1 87 4,65 15,38 30,62K2 112 4,70 15,19 29,57K3 137 4,67 16,25 31,79
Tabel 9 menunjukkan bahwa tanaman tertinggi umur 15HST cenderung
ditunjukkan pada dosis pupuk KCl 112 kg ha-1(K2), namuntanaman tertinggi pada
umur 30, 45 HST cenderung ditunjukkan pada dosis pupuk KCl 137 kg ha-1(K3),
meskipun secara statistik menunjukkan perbedaan yang tidak nyata dengan dosis
pupuk KCl lainnya. Hal ini diduga bahwa pupuk KCl yang dibutuhkan oleh
tanaman kacang tanah dalam jumlah yang optimal sehingga dapat dimafaatkan
oleh tanaman secara efisien. Hal tersebut sejalan dengan pendapat Dwidjiseputro
(1986) menyatakan bahwa tanaman akan tumbuh dengan subur apabila unsur hara
yang dibutuhkan tanaman berada dalam jumlah yang cukup serta berada dalam
bentuk yang siap diabsorbsi.
4.2.2 Jumlah Cabang
Hasiluji F pada analisis ragam (Lampiran 8, 10 dan 12) menunjukkan
bahwa dosis pupuk KCl berpengaruh tidak nyata terhadap jumlah cabang umur
15,30 dan 45 HST. Rata-rata jumlah cabang kacang tanah pada berbagai dosis
pupuk KCl umur 15, 30 dan 45 HST disajikan pada Tabel 10.
Tabel 10. Rata-rata Jumlah Cabang Tanaman Kacang Tanah pada berbagai DosisPupuk KCl Umur 15, 30 dan 45 HST.
Dosis KCl Jumlah Cabang (buah)Simbol kg ha-1 15 HST 30 HST 45 HST
K1 87 3,19 10,75 11,85K2 112 3,33 10,46 11,49K3 137 3,41 10,69 11,58
-
28
Tabel 10 menunjukkan bahwa jumlah cabang terbanyak umur 15 HST
ditunjukkan pada dosis KCl 137 kg ha-1(K3), namun jumlah cabang terbanyak
umur 30, 45 HST ditunjukkan pada dosis KCl 87 kg ha-1(K1) meskipun secara
statistik menunjukkan perbedaan yang tidak nyata dengan dosis KCl lainnya. Hal
ini karena pada awal pertumbuhan tanaman kacang tanah, Kalium sangat berperan
dalam jaringan yang aktif melakukan pembelahan pada bagian jaringan tanaman.
Hal ini sesuai dengan pendapat Agustina (2004) yang menyatakan bahwa KCl
berfungsi memacu translokasi karbohidrat dari daun ke organ tanaman yang lain,
terutama organ penyimpan karbohidrat.
4.2.3 Persentase Polong Berisi dan Hampa
Hasil uji F pada analisis ragam (Lampiran 14 dan 16) menunjukkan bahwa
dosis pupuk KCl berpengaruh tidak nyata terhadap persentase polong berisi, dan
persentase polong hampa. Rata-rata persentase polong berisi dan hampa pada
berbagai dosis pupuk KCl disajikan pada Tabel 11.
Tabel 11. Rata-rata Persentase Polong Berisi dan Hampa Tanaman Kacang Tanahpada Berbagai Dosis Pupuk KCl.
Dosis Pupuk KCl Persentase Polong (%)Simbol kg ha-1 Berisi Hampa
K1 87( 64,25)80,71
( 25,73)19,29
K2 112(60,32)75,05
( 29,65)24,95
K3 137(60,01)74,74
(29,96 )25,26
Tabel 11 menunjukkan bahwa persentase polong berisi tertinggi cenderung
ditunjukkan pada dosis pupuk KCl 87 kg ha-1(K1) yang berbeda tidak nyata
dengan dosis pupuk KCl 112 kg ha-1(K2) dan dosis pupuk KCl 137 kg ha-1(K3).
Persentase polong hampa tertinggi cenderung ditunjukkan pada dosis pupuk KCl
137 kg ha-1(K3) yang berbeda tidak nyata dengan dosis pupuk KCl 87 kg ha-1(K1)
-
29
dan dosis pupuk KCl 112 kg ha-1(K2). Persentase polong berisi tanaman kacang
tanah pada dosis pupuk KCl 87 kg ha-1(K1) yang berbanding terbalik dengan
persentase polong hampa pada dosis pupuk KCl 112 kg ha-1(K2). Hal ini sesuai
dengan pendapat Yudiwanti dan Ghani (2002) bahwa, perbedaan jumlah polong
ini dipengaruhi oleh jumlah cabang produktif dan persentase bunga yang
membentuk polong. Selain itu, dilanjutkan kembali oleh Yudiwanti dan Ghani
(2002) bahwa pembentukan polong dipengaruhi juga oleh ketersediaan hara
dalam tanah, terutama kandungan unsur P, K dan Ca. Ronoprawiro (1996)
menambahkan bahwa kacang tanah memerlukan pasokan kalium yang cukup,
apabila tidak tercukupi maka biji tidak jadi dihasilkan (polong kosong ).
4.2.4 Bobot 100 Biji Kering
Hasil uji F pada analisis ragam (Lampiran 18) menunjukkan bahwa dosis
pupuk KCl berpengaruh tidak nyata terhadap bobot 100 biji kering.Rata-rata
bobot 100 biji kering kacang tanah pada berbagai dosis pupuk KCl disajikan pada
Tabel 12.
Tabel 12. Rata-rata Bobot 100 biji Kering Tanaman Kacang Tanah pada Berbagaidosis pupuk KCl
Dosis Pupuk KClBobot 100 Biji Kering (g)
Simbol kg ha-1
K1 87 43,27K2 112 42,24K3 137 42,66
Tabel 12 menunjukkan bahwa bobot 100 biji kering tertinggi dijumpai
pada dosis pupuk KCl 87 kg ha-1(K1) yang berbeda tidak nyata dengan dosis
pupuk KCl 137 kg ha-1(K3) dan dosis pupuk KCl 112 kg ha-1(K2). Meningkatnya
bobot 100 biji kering kacang tanah pada dosis pupuk KCl 87 kg ha-1(K1). Hal ini
sejalan dengan pendapat Lingga dan Marsono (2001) yang menyatakan bahwa
-
30
unsur K berperan penting dalam pembentukan karbohidrat dan aktivitas enzim.
Sementara Kasniari dan Supadma (2007) menambahkan bahwa unsur K berperan
penting dalam meningkatkan ukuran dan berat biji.
4.2.5 Persentase Ginofor Gagal
Hasil uji F pada analisis ragam (lampiran 20) menunjukkan bahwa dosis
pupuk KCl berpengaruh tidak nyata terhadap persentase ginofor gagal. Rata-rata
persentase ginofor gagal kacang tanah pada berbagai varietas disajikan pada Tabel
13.
Tabel 13. Rata-rata Persentase Ginofor Gagal Kacang Tanah Pada BerbagaiDosis Pupuk KCl.
Dosis Pupuk KClPersentase Ginofor Gagal (%)
Simbol kg ha-1
K1 87(59,05)72,94
K2 112(58,86)72,35
K3 137(61,09)75,77
Keterangan : ( ) Rata-rata transformasi Arsin √ ×
Tabel 13 menunjukkan bahwa persentase ginofor gagal tertinggi dijumpai
pada dosis pupuk KCl 137 kg ha-1(K3) dan terendah pada dosis pupuk KCl 112 kg
ha-1(K2). Meskipun secara statistik menunjukkan perbedaan yang tidak nyata
dengan varietas lainnya. Hal ini menunjukkan bahwa jumlah ginofor yang mampu
dihasilkan pada dosis tersebut sangat tinggi sehingga potensi peningkatan hasil
masih mungkin untuk di tingkatkan. Menurut Andoko (2002), hal ini ada
keterkaitannya dengan kebutuhan akan unsur hara makro dan mikro dalam jumlah
optimal yang akan mendorong hasil tanaman yang lebih baik.
-
31
4.2.6 Berat Polong Per Plot
Hasil uji F pada analisis ragam (lampiran 22) menunjukkan bahwa dosis
pupuk KCl berpengaruh tidak nyata terhadap berat polong kering per plot. Rata-
rata berat polong per plot kacang tanah pada berbagai dosis pupuk KCl setelah di
uji dengan BNJ 0.05 disajikan pada Tabel 14.
Tabel 14. Rata-rata Berat Polong Per Plot Netto Kacang Tanah Pada BerbagaiDosis Pupuk KCl.
Dosis Pupuk KCl Berat PolongPer Plot (kg)Simbol kg ha-1
K1 87 5,11bK2 112 3,41 aK3 137 4,44 ab
BNJ 0,05 1,25
Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom sama berbeda tidaknyata pada taraf 5% (uji BNJ )
Tabel 14 menunjukkan bahwa berat polong kering plot tertinggi dijumpai
pada dosis pupuk KCl 87 kg ha-1(K1) yang berbeda nyata dengan dosis pupuk KCl
112 kg ha-1 (K2) dan dosis pupuk KCl 137 kg ha-1 (K3). Berat polong per plot
kacang tanah terbanyak pada berbagai dosis pupuk KCl dapat dilihat pada gambar
4.
Gambar 4. Berat Polong Per Plot Kacang Tanah pada berbagai Dosis Pupuk KCl.
5,11
3,41
4,44
0.0
1.0
2.0
3.0
4.0
5.0
6.0
87 112 137
Ber
at P
olon
g pe
r P
lot
nett
o (k
g)
Dosis Pupuk KCl (kg ha-1)
-
32
Gambar 4 meunjukkan bahwa berat polong per plot meningkat pada dosis
pupuk KCl 87 kg ha-1 (K1), menurun pada dosis pupuk KCl 112 kg ha-1 (K2) dan
dosis pupuk KCl 137 kg ha-1(K3). Hal ini diduga karena pada dosis tersebut
tanaman mencukupi unsur hara yang dibutuhkan sehingga dapat merangsang
pertumbuhan yang baik serta hasil yang diperoleh juga tinggi. Seperti pendapat
Leiwakabessy (1977) yang menyatakan bahwa produksi suatu tanaman
dipengaruhi oleh unsur hara yang tersedia. Wibawa (1998) menambahkan bahwa
pertumbuhan tanaman yang baik dapat tercapai apabila unsur hara yang
dibutuhkan untuk pertumbuhan dan hasil tanaman berada dalam bentuk tersedia,
seimbang dan dalam dosis yang optimum.
4.2.7 Produksi Per Hektar
Hasil uji F pada analisis ragam (lampiran 24) menunjukkan bahwa dosis
pupuk KCl berpengaruh nyata terhadap produksi per hektar. Rata-rata produksi
per hektar kacang tanah pada berbagai dosis KCl setelah diuji BNJ 0,05 disajikan
pada Tabel 15.
Tabel 15. Rata-rata Produksi Per Hektar Kacang Tanah Pada Berbagai DosisPupuk KCl
Dosis Pupuk KClProduksi Per Hektar (Ton)
Simbol kg ha-1
K1 87 4,88 bK2 112 3,26 aK3 137 4,24 ab
BNJ 0,05 1,19
Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom sama berbeda tidaknyata pada taraf 5% (uji BNJ )
Tabel 15 menunjukkan bahwa produksi per hektar tertinggi dijumpai pada
dosis pupuk KCl 87 kg ha-1(K1) yang berbeda nyata dengan dosis pupuk KCl 112
kg ha-1 (K2), namun berbeda tidak nyata dosis pupuk KCl 137 kg ha-1 (K3).
-
33
Produksi per hektar kacang tanah terbanyak pada berbagai dosis pupuk KCl dapat
dilihat pada gambar 5.
Gambar 5 Produksi per hektar kacang tanah pada berbagai dosis pupuk KCl.
Gambar 5 meunjukkan bahwa produksi per hektar meningkat pada dosis
pupuk KCl 87 kg ha-1 (K1), menurun pada dosis pupuk KCl 112 kg ha-1 (K2) dan
dosis pupuk KCl 137 kg ha-1(K3). Pemberian pupuk KCl yang tepat dapat
merangsang perkembangan tanaman sehingga produksi tanaman yang diperoleh
juga tinggi dan meningkatkat kualitas biji yang dihasilkan. Sejalan dengan hal
tersebut Leiwakabessy (1977) menyatakan bahwa produksi suatu tanaman sangat
dipengaruhi oleh unsur hara yang tersedia. Hardjowigeno (1983) menambahkan
bahwa agar tanaman dapat tumbuh dan berproduksi maksimum perlu adanya
keseimbangan unsur hara sesuai kebutuhan tanaman.
4.3 Interaksi
Hasil uji F pada analisis ragam (lampiran bernomor genap) menunjukkan
bahwa terdapat interaksi yang tidak nyata antara varietas dan dosis pupuk KCl
terhadap semua peubah pertumbuhan dan hasil tanaman kacang tanah yang
diamati. Hal ini menunjukkan bahwa perbedaan karakter agronomi beberapa
varietas tanaman kacang tergantung pada dosis pupuk KCl begitupun sebaliknya.
4.88
3.264.24
0
1
2
3
4
5
6
87 112 137
Pro
duks
i Per
Hek
tar
(Ton
)
Dosis Pupuk KCl (kg ha-1)
-
34
V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
1. Varietas berpengaruh sangat nyata terhadap tinggi tanaman umur 15 HST ,
jumlah cabang umur 30, 45 HST dan bobot 100 biji kering. Berpengaruh
nyata terhadap jumlah cabang umur 15 HST namun berpengaruh terhadap
tinggi tanaman umur 30, 45 HST, persentase polong bernas, persentase
polong hampa, persentase ginofor gagal, berat polong kering per plot dan
produksi perhektar. Pertumbuhan dan produksi tanaman kacang tanah
terbaik dijumpai varietas Gajah.
2. Dosis pupuk KCl berpengaruh nyata terhadap berat polong kering per plot
dan produksi perhektar. Berpengaruh tidak nyata terhadap tinggi tanaman
15, 30, 45 HST, jumlah cabang 15, 30, 45 HST, bobot 100 biji kering,
persentase polong bernas, persentase polong hampa dan persentase ginofor
gagal. Pertumbuhan dan hasil tanaman kacang tanah terbaik dijumpai pada
dosis pupuk KCl 87 kg.
3. Terdapat Interaksi yang tidak nyata antara varietas dan dosis pupuk KCl
terhadap semua peubah pertumbuhan dan hasil tanaman kacang tanah yang
diamati.
5.2 Saran
Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut tentang penggunaaan varietas-
varietas unggul dan pengunaan pupuk KCl pada tanaman kacang tanah untuk
memperoleh pertumbuhan dan hasil yang baik pada lahan gambut.
-
35
DAFTAR PUSTAKA
AAK. 1989. Dasar-Dasar Bercocok Tanam. Kanisius, Yogjakarta.
Anonymous, 1989. Laporan Dinas Pertnian Tanaman Pangan. Daerah IstimewaAceh, Banda Aceh. 20 Hal
Adisarwanto, T. 2000. Meningkatkan Produksi Kacang Tanah di Lahan Sawahdan Lahan Kering. Penebar Swadaya, Malang.
_____ T. 2001. Meningkatnya Hasil Panen Kacang Tanah di Lahan Sawah danLahan Kering. Penerbar Swadaya, Jakarta.
Andoko, A. 2002. Budidaya Padi Secara Organik. Penebar Swadaya. Jakarta.
Agustina, L., 2004. Dasar Nutrisi Tanaman, Jakarta : Rineka Cipta, Jakrta.
Buckman, H. O and N. C. Brandy. 1982. Ilmu Tanah. Bhratara Karya Aksara,Jakarta. 721 hal.
Dwidjoseputro, D. 1986. PengantarFisiologiTumbuhan.Gramedia, Jakarta.
Gadner, F. P., R. B. Pearce, and R. L. Mitchell, 1991. FisiologiTanamanBudidaya. Terjemahan oleh : Herawati Susilo. University ofIndonesia Press, Jakarta.
______Pearce, and R. L. Mitchell, 2008. Fisiologi Tanaman Budidaya H. Susilo(Penerjemah). Penerbit Universitas Indonesia. Jakarta. 428 hal.Terjemahan dari : Psyiology of Crop Plants.
Hanafiah, 2005, K A. 2005. Dasar-Dasar Ilmu Tanah.Raja Grafindo, Jakarta.355hal.
Hardjowigeno. M. 1983, Ilmu Tanah. Mediatama Sarana Perkasa, Jakarta.
Harjadi, M. 1996. Pengatar Agronomi. Gramedia, Jakarta.
Kasniari, D. N. & Nyoman Supadma, A. A., 2007. Pengaruh Pemberian BeberapaDosis Pupuk (K) dan Jenis Pupuk Alternatif terhadap Hasil Tanamankacang (ArachishypogaeaL.) dan Kadar K Inceptisol Selemadeg Tabanan.Jurnal Agritrop. Fakultas Pertanian Universitas Udayana. Bali. 26 (4),2007 : 168-176.
Lakitan, B. 1993. Dasar-dasar fisiologi tumbuhan. Raja Grafindo Persada, Jakarta.
-
36
Leiwakabessy, F.M. 1977. Ilmu Kesuburan Tanah. Lembaga Penelitian Tanah,Intitut Pertanian Bogor
Lingga dan Marsono, 2001. Petunjuk Penggunaan Pupuk. Penebar Swadaya,Jakarta
______P. Dan Marsono, 2008. PetunjukPenggunaan Pupuk. Edisi Revisi PenebarSwadaya, Jakarta. Hal : 89.
Mangoendidjojo, 2003. Mafaat Varietas Unggul Tanaman Kacang Tanah,Jakarta.
Mapegau. 2001. Pengaruh Pupuk Kalium dan Kadar Air Tanah Tersedia TerhadapSerapan Hara. Jumal Ilmu-Ilmu Pertanian Indonesia. 3(2):107-110
Marzuki, R. 2007. Bertanam Kacang Tanah. Penebar Swadaya, Jakarta.
Purwono dan Purnawati, H. 2007. Budidaya 8 Jenis Tanaman Pangan Unggul.Penebar Swadaya, Jakarta.
Rosmarkum, A., dan N. M Yuwono. 2002. Balai Kesuburan Tanah.Kanius,Yokyakarta.
Ruhnayat, A. 1995. Peranan Unsur Hara Kalium dalammeningkatkanPertumbuhan, Hasil, dan Daya TahanTanaman Rempah dan Obat. JurnalLitbangPertanian 14(1): 10-5.
Ronoprawiro, S. 1996. Pupuk dan Pemupukan. Jakarta:Rineka Cipta
Rukmana, R. 2000. Kacang Tanah. Kanisius, Yokjakarta. 77 hal
Salisbury F.B. Rossa Cw. 1995. Fisiologi Tumbuhan, jilid 3, PerkembanganTumbuhan dan Fisiologi Lingkungan, Edisi Keempat, Terjemahan Diah R.Lukman dan Surmaryono ITB, Bandung. 343 hal.
Simatupang, S. 1997. Sifat dan ciri-ciri tanah. Institusi Pertanian Bogor, Bogor. 86hal.
Sitompul, S. M dan B. Guritno. 1995. Analisis Pertumbuhan Tanaman. GadjahMada University Press, Yogyakarta. 417 hal
Singh, M. And R.S. G. Rao. 2009. Influence of sources and dosages of N and K onherbage, oil yield, and nutrient uptake of patcholi (Pogostemon CablinBlanco Benth) in semiarid tropics. J. Indust. Crops and Prod. INDCRO.5161 : 1-6.
Soepardi, G. 1983. Sifat dan Ciri Tanah. IPB, 591 hal
Sumarno, 2003. Teknik Budidaya Kacang Tanah. Sinar Baru Algesindo, Bogor.
-
37
Sutejo, M. 2002. Pupuk dan Cara Pemupukan. Rineka Cipta, Jakarta.
Wibawa, A. 1998. Intensifikasi Pertanaman Melalui Pemupukan. Warta PusatPenelitian Kopi dan Kakau. 14 (3) : 245-26.
Yudiwanti, dan M.A. Ghani. 2002. Keragaan Daya Hasil Galur-GalurKacangTanah Hasil Persilangan Varietas Gajah dengan Galur GPNC-WS4. MakalahSeminar NasionalAgronomi. Perhimpunan AgronomiIndonesia (PERAGI). Bogor.
1234567