Download - Kajian Filsafat Bale Banjar Bun
BALE BANJAR BUNBALE BANJAR BUN
BAB I
DESKRIPSI OBJEK
1.1 Lokasi
Banjar Bun terletak di Jalan Ceroring, Kecamatan Denpasar
Barat, Kota Denpasar. Jumlah KK pada banjar ini 186 KK pada
tahun 2010, dengan mayoritas penduduk bekerja sebagai
pegawai swasta maupun PNS. Batas batas Banjar dapat
ditunjukkan pada gambar.
Gambar 1, Lokasi Banjar Bun
Banjar Bun memiliki 4 orang Kelian Adat dan 1 Kelian Dinas.
Kelian Adat dibagai menjadi beberapa tugas yakni, sebagai 2
orang Kelian Gede, Kelian Penyarikan, dan Bendahara.
FILSAFAT ARSITEKTUR FILSAFAT ARSITEKTUR 11
BALE BANJAR BUNBALE BANJAR BUN
Banjar Bun
FILSAFAT ARSITEKTUR FILSAFAT ARSITEKTUR 22
BALE BANJAR BUNBALE BANJAR BUN
Gambar 2, Tampak Depan
1.2 Pengertian nama Banjar
Bale Banjar dibangun kira kira pada tahun 1950, Istilah Bun
pada penggunaan kata Bun, dalam bahasa Bali berasal dari kata
makebunan yang berarti kebersamaan atau saling berbagi.
Namun istilah Bun juga memiliki makna lain yakni Bun yang
dalam bahasa Balinya adalah tanaman merambat yang terkait
antara satu dan lainnya, dimana dapat dijadikan lambang bahwa
masyarakat di Banjar Bun memiliki sifat yang seperti tanaman
merambat tersebut. Yakni saling terikat atau saling memiliki
persatuan yang tinggi antara masyarakatnya. Filosofi tersebut
digunakan sebagai nama dari banjar ini. Hal ini terbukti dari
adanya gotong royong dari masyarakatnya pada jaman dahulu
sangat tinggi pada saat adanya kegiatan sosial antara krama
banjar.
FILSAFAT ARSITEKTUR FILSAFAT ARSITEKTUR 33
BALE BANJAR BUNBALE BANJAR BUN
1.3 Sejarah
Pada masa lalu ketika pembangunan Bale banjar yang
pertama kali pernah diadakan pengerukan tanah di sebelah
utara bale banjar yang dulunya posisi dari tanah bale banjar
berada di level yang lebih di bawah dari tempat diadakannya
pengerukan. Pengerukan tersebut bertujuan mengurug bale
banjar agar lebih tinggi dari sebelumnya.
a. Bentuk Bale Banjar
Bale banjar dulunya berbentuk seperti bale banjar
umumnya pada masa lalu. Yaitu dengan mencerminkan bentuk
bale wantilan namun memiliki ukuran yang lebih kecil. Umumnya
material yang digunakan adalah kayu khususnya pada tiang atau
sakanya. Sedangkan lambang dari bale sendiri materialnya
adalah seseh atau kayu kelapa. Atap terbuat dari genteng. Serta
lantai dari tanah. Bentuk bale banjar yang lama ini dibangun
pada tahun 1950an. Kira kira saat mulai berdirinya banjar ini.
Setelah mengalami renovasi pada tahun 1970an bentuk
dari Banjar Bun lebih mirip seperti gedung serbaguna. Dimana
telah menggunakan gaya gaya dari arsitektur modern. Terlihat
dari penambahan lantai dimana dulunya hanya 1 lantai dan
sekarang menjadi 2 lantai. Penggunaan tembok dari bata
dibeberapa bagian. Tiang tiangnya dibuat dari beton. Serta
menggunakan rolling door sehingga bentuk bangunan menjadi
semi terbuka berbeda dengan Bale banjar dahulu yang terbuka.
Selain itu bentuk seperti gedung serbaguna terlihat juga
dari fasilitas pendukung fungsi samping berupa TK, dan lapangan
Bulutangkis. Misalnya lampu penerangan untuk lapangan bulu
tangkis, tiang tiang besi untuk net, garis lapangan, partisi
pembatas untuk TK, peralatan untuk fasilitas TK dan kantor TK.
FILSAFAT ARSITEKTUR FILSAFAT ARSITEKTUR 44
BALE BANJAR BUNBALE BANJAR BUN
Sedangkan pada lantai 2 terdapat ruangan berupa ruang
untuk STT, dan terdapat pula ruangan untuk menyimpan alat
alat yang digunakan oleh STT pada saat kegiatan tertentu.
1.4 Struktur Organisasi Banjar
SUSUNAN KEPENGURUSAN BANJAR BUN
STRUKTUR PKK BANJAR BUN
FILSAFAT ARSITEKTUR FILSAFAT ARSITEKTUR 55
Kelian gede
Wakil kelian gede
penyarikan
ANGGOTA
bendahara
KETUA
WAKIL KETUA I
SEKRETARIS
ANGGOTA
WAKIL BENDAHARA
BENDAHARA
WAKIL SEKRETARIS
BALE BANJAR BUNBALE BANJAR BUN
SUSUNAN KEPENGURUSAN YOWANA BIJJA CITTA
SUSUNAN KEPENGURUSAN SEKAA GONG
Kepengurusan organisasi banjar pada Banjar Bun
merupakan kepengurusan yang terbentuk sedikit demi sedikit
karena keberadaan sekehe sekehe yang dinaungi oleh banjar
tersebut tidak langsung terbentuk pada saat banjar terbentuk.
Namun, sekehe yang ada terebntuk pada kurun waktu tertentu.
FILSAFAT ARSITEKTUR FILSAFAT ARSITEKTUR 66
KETUA
WAKIL KETUA
SEKRETARIS
ANGGOTA
WAKIL BENDAHARA
BENDAHARA
WAKIL SEKRETARIS
KETUA
WAKIL KETUA
SEKRETARIS
ANGGOTA
BENDAHARAPENGAJAR
BALE BANJAR BUNBALE BANJAR BUN
1.5 Hubungan dengan Desa Dinas dan Banjar Lain
Pada umumnya tidak ada hubungan yang mengkhusus
antara Banjar Bun dengan banjar lain yang ada di sekitar Banjar
Bun. Namun hubungan kekerabatan antar banjar yang paling
dekat yang disebutkan ádalah adanya Pura paibon yang ada di
Depan banjar dimana penyungsung dari Pura tersebut sebagian
besar berasal dari krama banjar Kayumas kaja.
Kayumas kaja
Bun
1.6 Aspek Arsitektural Bale Banjar
a. Dapur
Pada dapur peralatan yang terdapat berupa peralatan serta
perlengkapan yang digunakan dalam kegiatan meebat
seperti, sumur, lesung, cangkem paon, jambang (panci besar
FILSAFAT ARSITEKTUR FILSAFAT ARSITEKTUR 77
BALE BANJAR BUNBALE BANJAR BUN
bahan dari tembaga), penggorengan, serta peralatan lain
yang digunakan pada saat Meebat.
Gambar 3, Gambar LesungPada saat ini fungsi dapur tersebut dihapus dan digantikan
oleh fungsi gudang. Sumur pada dapur tersebut ditutup dan
digantikan oleh keberadaan air PDAM. Peralihan fungsi
tersebut dikarenakan jarangnya banjar tersebut melakukan
kegiatan meebat seperti pada masa lalu. Peralihan fungsi ini
mulai terjadi pada tahun 1965an.
FILSAFAT ARSITEKTUR FILSAFAT ARSITEKTUR 88
BALE BANJAR BUNBALE BANJAR BUN
Gambar 4, Bekas Sumur yang tidak difungsikan
b. Bale Gede
Fungsi bale gede pada awalnya digunakan sebagai tempat
berkumpul dan berdiskusi. Namun seiring dengan adanya
renovasi dari banjar Bun maka, bentuk Bale Gede ini diganti
oleh ruangan yang fungsinya beralih menjadi kantor Taman
Kanak Kanak.
c. Merajan
Keberadaan merajan pada banjar Bun, merupakan tempat
dari berstananya Ratu Penyarikan. Merajan sendiri telah
mengalami renovasi dari awalnya menggunakan material
berupa bata gosok digantikan dengan batu lahar hitam.
Renovasi ini berlangsung kira kira pada tahun 2002.
FILSAFAT ARSITEKTUR FILSAFAT ARSITEKTUR 99
BALE BANJAR BUNBALE BANJAR BUN
Gambar 5, Gambar Merajan Banjar
d. Bale Kulkul
Bale kulkul pada banjar Bun dulunya terletak di bawah tepat
di depan posisi Bale banjar Bun. Dengan material berupa kayu
untuk saka dan lambangnya. Penutup atap dipergunakan
alang alang. Pada masa sekarang bale Kulkul tersebut
dipindahkan ke lantai 2 dengan alasan efisiensi tempat
dengan material yang sama, namun perbedaannya terletak
pada material penutup atap berupa genteng. Serta
penambahan ornamen ornamen ukiran modern.
Pada bale Kulkul terdapat 3 buah kulkul dan 1 nengneng.
Kulkul yang paling besar berfungsi untuk kegiatan banjar
seperti sangkep, kegiatan adat. Selain itu digunakan juga
sebagai kulkul bulus sebagai penanda bahaya (kebakaran
ataupun bencana alam lainnya). Namun cara memukulnya
berbeda sehingga menghasilkan suara yang berbeda
misalnya dipukul dengan satu panggul dan dua panggul
terkadang tempo pukulan yang berbeda, letak pemukulan
pada kulkul (tergantung kebutuhan). Maka dari itu
masyarakat dapat membedakannya.
FILSAFAT ARSITEKTUR FILSAFAT ARSITEKTUR 1010
BALE BANJAR BUNBALE BANJAR BUN
Kulkul yang lebih kecil (menegah) berfungsi sebagai kulkul
untuk kematian. Kulkul yang paling kecil diperuntukkan
kepada sekehe angklung agar turun ke banjar. Nengneng
dipergunakan untuk pemberitahu adanya rapat kepada muda
mudi (STT).
Gambar 6, Bale Kulkul
e. Bale Banjar
Perubahan yang mendasar yang terdapat pada bale banjar
yaitu dengan adanya perubahan pada ukuran banjar yakni
dengan berubahnya tiang tiang kayu menjadi tiang beton
karena dibutuhkan ruang yang lebih besar. Selain itu
perubahan dengan adanya panggung/ stage yang dulunya
tidak ada dalam struktur banjar tersebut. Kini panggung
tersebut digunakan sebagai kelas pada Taman Kanak Kanak.
Perubahan akibat kabutuhan ruang juga tampak pada
kenaikan lantai menjadi lantai 2.
FILSAFAT ARSITEKTUR FILSAFAT ARSITEKTUR 1111
BALE BANJAR BUNBALE BANJAR BUN
Gambar 7, Zoning Area pada masa lalu
f. Orientasi
Orientasi banjar ini didasarkan pada catus patha. Dimana
konsep catus patha atau pempatan ini sudah tidak begitu
kelihatan pada saat ini. Dikarenakan jalan utama pada empat
pada jalan ini, dua jalan yang menuju timur dan ke barat
menyempit yakni menjadi gang.
U
T
S
Keterangan:
FILSAFAT ARSITEKTUR FILSAFAT ARSITEKTUR 1212
BALE BANJAR BUNBALE BANJAR BUN
A: Rumah penduduk C: Bale Banjar
B: Rumah Penduduk D: Rumah Penduduk
1.7 Fungsi Bale Banjar
Pada Bale Banjar Bun, fungsi utama tidak mengalami
perubahan yang mendasar yakni tetap sebagai tempat
mengadakan pesamuan atau rapat krama banjar. Namun
terjadi perubahan yang cukup signifikan terhadap fungsi
sampingannya yang merubah tatanan ruang dari Banjar ini.
Perubahan fungsi tersebut antara lain pada saat dahulu
digunakan untuk meebat yakni masak bersama di bale banjar.
Namun kini tradisi tersebut telah hilang. Fungsi lain yang muncul
pada saat ini adalah adanya fasilitas berupa lapangan Bulu
tangkis dan fasilitas berupa TK di dalam Bale Banjar.
a. Fungsi Rapat
Fungsi rapat atau sangkep dilaksanakan 6 bulan sekali yakni
pada hari minggu sebelum hari raya Galungan. Pada masa
lalu sangkep atau rapat banjar ini dilaksanakan bersamaan
dengan hari raya Galungan. Namun dengan berkembangnya
jumlah krama banjar serta banyaknya kegiatan saat hari
tersebut maka dengan kebijaksanaan kelian banjar
dipindahkan pada hari minggu sebelum hari raya Galungan.
o Skema Rapat
Posisi duduk pada saat rapat tidak terlalu banyak
mengalami perubahan. Dimana pada masa lalu
masyarakat duduk di atas taban (tempat duduk
berukuran besar menyerupai bale bale). Dengan jarak
yang berdekatan dan jumlah warga pada masa itu
sedikit sekitar 50 KK sehingga pada saat rapat tidak
diperlukan adanya pengeras suara. Dimana prajuru
FILSAFAT ARSITEKTUR FILSAFAT ARSITEKTUR 1313
BALE BANJAR BUNBALE BANJAR BUN
banjar menghadap ke timur dan anggota/ krama banjar
menghadap ke barat.
Pada saat ini posisi duduk pada saat rapat hampir sama.
Hanya yang membedakan adalah semua krama banjar
termasuk prajuru duduk dibawah. Dimana prajuru
menghadap ke timur dan krama banjar menghadap ke
barat. Dengan di batasi oleh meja yang terdapat di
depan prajuru. Penambahan jumlah warga banjar
berakibat pada hilangnya tradisi rapat duduk di atas
taban. Dan mulai menggunakan pengeras suara karena
lebih banyak jumlah masyarakat yang mengikuti
sangkep.
o Pakaian pada saat Sangkep
Pakaian pada saat sangkep tidak mengalami
perubahan. Yakni tetap menggunakan pakaian adat
ringan.
b. Fungsi Maebat
Pada masa lalu masyarakat masih menggunakan Bale Banjar
sebagai tempat untuk Maebat. Namun karena perkembangan
jaman dan kesibukan masyarakat cenderung untuk membeli
masakan yang sudah jadi sehingga fungsi bale Banjar sebagai
tempat maebat mulai ditinggalkan. Fungsi ini kira kira telah
ditinggalkan sejak tahun 1965an. Dimana fungsi dapur sudah
dihilangkan, sumur ditutup, dan lesung sudah tidak digunakan
lagi.
c.Fungsi TK
Taman Kanak kanak terletak di dalam Bale Banjar, khususnya
terletak pada daerah panggung atau stage dari Bale Banjar.
Fungsi TK ini diwadahi oleh fasilitas berupa ruang yang
disekat dengan partisi dengan material triplek. Dimana triplek
ini dapat dipindah pindah. Dengan tujuan agar lebih mudah
FILSAFAT ARSITEKTUR FILSAFAT ARSITEKTUR 1414
BALE BANJAR BUNBALE BANJAR BUN
digunakan sebagai ruang terbuka jika terdapat acara
kesenian dan kepemudaan. Adapun fungsi TK beraktivitas
sekitar jam 08.00 hingga jam 10.00.
Gambar 8, Ruangan TK
d. Fungsi Olah raga
Arena bulu tangkis pada banjar ini dipakai pada saat sore hari
sehingga tidak mengganggu kegiatan TK pada pagi harinya.
Namun jika ada acara atau ada sangkep dari banjar maka
secara otomatis kegiatan olah raga tersebut dihentikan.
Tentunya dengan koordinasi terlebih dahulu antara prajuru
banjar dengan pengurus lapangan bulu tangkis.
FILSAFAT ARSITEKTUR FILSAFAT ARSITEKTUR 1515
BALE BANJAR BUNBALE BANJAR BUN
Gambar 9, Kegiatan Olah Raga Bulu Tangkis
Table AktivitasJenis
aktivitasWaktu Civitas Peralatan Kapasitas
Sangkep
Setiap
seminggu
sebelum
galungan
Masyarakat
adat
Sound
system180 Org
Sekaa
gongTidak tentu
Angoota
skaa gong,
pengajar
Gong
Angklung26 Org
Sekaa
santi
Tidak
Tentu
Anggota
sekaa
santi,
pengajar
Meja
Buku
kidung
15 Org
Belajar TK
08.30-
10.00
TK besar,
TK kecil,
Alat-alat
belajar
(meja,
kursi, dll)
86 Org
FILSAFAT ARSITEKTUR FILSAFAT ARSITEKTUR 1616
BALE BANJAR BUNBALE BANJAR BUN
Bermain
Bulu
tangkis
Sore hariMasyarakat
sekitar
Alat-alat
olahraga10 orang
OdalanTumpek
Wariga
Masyarakat
adat
Alat-alat
upacara
adat
300 Org
Pembuatan
ogoh-ogoh
Setahun
sekali
Truna-truni
desa adat- Tdk tentu
Pembuatan
layangan
Setahun
Sekali
Truna-truni
desa adat- Tdk tentu
Posyandu Tdk tentu Masyarakat - Tdk tentu
Pemilu5 Tahun
sekali
Masyarakat
adat- Tdk tentu
e. Perubahan Ruang yang terjadi
o Kegiatan pada masa lalu
Kegiatan kegiatan yang terjadi pada masa lalu saat
awal terbentuknya banjar ini pada umumnya
merupakan kegiatan yang berhubungan dengan
kegiatan pertanian serta pengembangan seni dan
budaya. Misalnya kegiatan sangkep, kegiatan odalan,
adanya kegiatan ritual Sang Hyang Jaran, ritual med
medan. Selain itu kegiatan Meebat serta kegiatan
Tajen juga merupakan bagian dari kegiatan pada
masa lalu. Selain itu kegiatan melayangan telah
menjadi tradisi yang mengakar kuat pada banjar ini.
o Kegiatan pada masa Sekarang
Pada masa kini kegiatan pada banjar sudah
mengalami perkembangan akibat dari
perekembangan jaman serta tuntutan akan
kebutuhan masyarakat. Sehingga banjar dijadikan
FILSAFAT ARSITEKTUR FILSAFAT ARSITEKTUR 1717
BALE BANJAR BUNBALE BANJAR BUN
sebagai sentral dari kegiatan yang bersumber dari
kegiatan kedinasan yang bersifat kependudukan
maupun kegiatan yang bersifat adat misalnya agama
dan seni budaya. Sehingga rincian kegaiatn yang
terjadi pada msa sekarang adalah:
Masih dipertahankan kegiatan sangkep
Adanya kegiatan odalan berupa puja wali di
merajan banjar serta adanya kegiatan Sang
Hyang Jaran.
Pusat dari kegiatan seni dan budaya seperti
kegiatan latihan megambel, latihan sekaa
santhi, serta kegiatan bazzar dari sekehe
truna truni. Kegiatan ogoh ogoh serta
kegiatan melayangan.
Bale banjar juga dijadikan sebagai sentra dari
kegiatan yang bersumber dari kegiatan
kedinasan misalnya pemilu, posyandu, serta
kegiatan yang berasal dari pemerintah.
Bale banjar juga dijadikan sebagai tempat
kegiatan olah raga yakni kegiatan olah raga
bulutangkis.
Sebagai pengembangan kegiatan anak anak
pada usia dini, dengan adanya TK serta
Adanya kegiatan adat seperti kegiatan
metektekan pada saat kematian.
o Kegiatan baru yang terjadi pada masa kini
Adanya kegiatan TK
Adanya kegiatan Pemilu, Posyandu serta
kegiatan yang bersifat kedinasan lainnya.
Adanya kegiatan olahraga berupa olahraga
badminton.
FILSAFAT ARSITEKTUR FILSAFAT ARSITEKTUR 1818
BALE BANJAR BUNBALE BANJAR BUN
o Kegiatan yang Hilang pada Bale Banjar
Kegiatan yang hilang pada bale banjar,
kegiatan medmedan yakni kegiatan tarik
tambang yang digelar menjelang nyepi.
Kegiatan meebat pada banjar yang
dihapuskan karena sudah tidak sesuai
dengan tuntutan jaman.
Kegiatan sosial seperti tajen.
Serta kegiatan yang berhubungan dengan
kegiatan pertanian seperti ngayahan tanah
sawah banjar.
o Kegiatan yang Prosesi serta kegiatannya berubah
Kegiatan meebat/ ngelawar telah mengalami
perubahan digantikan dengan membeli lawar.
Kegiatan sangkep yang dulunya dilakukan
secara rutin 3 bulan kini dilakukan setiap 6
bulan sekali, yakni pada saat minggu
sebelum galungan.
f. Kegiatan Budaya
Pada tahun 1960an terdapat budaya med medan
dimana kegiatan ini lebih mirip seperti tarik tambang, bukan
seperti kegatan med medan yang ada di daerah sesetan.
Namun dengan mulai diaspalnya jalan yang berada di depan
banjar maka kegiatan ini berangsur angsur berkurang dan
hilang pada saat ini.
Pada tahun 1950an di banjar Bun masih mengenal
budaya dedosan pada saat adanya kegiatan banjar. Budaya
dedosan tersebut berupa pembayaran denda kepada
masyarakat banjar yang tidak mengikuti kegiatan banjar. Dulu
alasan masyarakat yang tidak mengikuti kegiatan banjar
adalah karena adanya kegiatan berupa bertani. Namun
FILSAFAT ARSITEKTUR FILSAFAT ARSITEKTUR 1919
BALE BANJAR BUNBALE BANJAR BUN
seiring perkembangan jaman dan kesibukan budaya dedosan
sudah dihapuskan hanya ada pembayaran iuran Rp. 10.000
kepada banjar setiap sangkep.
Dikenal juga budaya numbas ayah, yakni budaya
pembayaran sejumlah Rp. 250.000 kepada banjar. Numbas
ayah ini hanya diperbolehkan dilakukan oleh krama banjar
yang sedang menjalankan tugas negara yang dilakukan di
luar daerah.
FILSAFAT ARSITEKTUR FILSAFAT ARSITEKTUR 2020
BALE BANJAR BUNBALE BANJAR BUN
Gambar 10, Site Plan Banjar Bun Masa Kini
Penancapan penjor pada masa lalu dilakukan tepat di depan
banjar. Namun kini penjor tersebut ditancapkan pada posisi tepat
di depan merajan karena ditempat tersebut masih terdapat
tanah yang bisa di gali sebagai lubang penancapan penjor.
Pemindahan posisi penancapan di karenankan di depan banja
telah dialkukan pemavingan beton. Sehingga paving tersebut
sayang untuk dibongkar untuk penancapan penjor.
g. Peralatan Modern
Peralatan modern yang terdapat pada masa sekarang antara
lain :
a. Telepon Umum
FILSAFAT ARSITEKTUR FILSAFAT ARSITEKTUR 2121
BALE BANJAR BUNBALE BANJAR BUN
Telepon umum ini terdapat pada depan banjar sebagai akses
komunikasi bagi warga banjar sebelum mulai
memasyarakatnya ponsel/ hp.
Gambar 11, Peralatan modern sekitar banjar
b. Rolling Door
Rolling door pada banjar ini berfungsi sebagai pembatas
sekaligus penutup akses masuk ke dalam ruangan banjar.
Pada pagi hari rolling door ini di buka saat mulai kegiatan TK,
kemudian ditutup kembali pada saat digunakan sebagai
lapangan bulu tangkis. Rolling door juga dibuka saat diadakan
sangkep banjar.
FILSAFAT ARSITEKTUR FILSAFAT ARSITEKTUR 2222
BALE BANJAR BUNBALE BANJAR BUN
Gambar 12, Rolling door penutup bale banjar
c. Pagar Besi
Pagar besi terdapat pada lantai dua sebagai railing dari lantai
dua.
h. Ritual
Ritual pada Banjar Bun berupa kegiatan odalan yang jatuh
tepat pada rahinan tumpek bubuh/ tumpek wariga. Pada
kegiatan ini diadakan persembahan kepada yang melinggih pada
merajan di banjar. Persembahan berupa banten yang di buat
oleh masyarakat banjar Bun secara gotong royong. Ritual ini juga
terdapat kegiatan persembahyangan bersama yang
dilaksanakan oleh krama banjar.
FILSAFAT ARSITEKTUR FILSAFAT ARSITEKTUR 2323
BALE BANJAR BUNBALE BANJAR BUN
Gambar 13, Ritual sang hyang JaranRitual lain adalah berupa ritual Sang Hyang Jaran. Ritual Sang
Hyang Jaran ini sama seperti ritual Sang Hyang Jaran yang
dilakukan masyarakat di Bali lainnya. Penari dari Sang Hyang
Jaran ini sebagian besar berasal dari penari yang berdomisili di
Banjar Bun sendiri. Ritual Sang Hyang Jaran berupa tarian
dimana penarinya tidak sadarkan diri dengan menginjak injak
bara yang berisi api panas.
FILSAFAT ARSITEKTUR FILSAFAT ARSITEKTUR 2424
BALE BANJAR BUNBALE BANJAR BUN
NARASUMBER:
1. I Nyoman Puguh (77 tahun)
2. I Made Redi (66 tahun)
FILSAFAT ARSITEKTUR FILSAFAT ARSITEKTUR 2525
BALE BANJAR BUNBALE BANJAR BUN
3. I Wayan Sadya (78 tahun)
BAB II2.1 Keseimbangan Kosmologi (Tri Hita Karana)
Pada pengertiannya Tri Hita Karana memiliki makna Tri berarti tiga, Hita berati kemakmuran, baik, gembira, senang, dan lestari, sedangkan Karana berarti sebab, sumber(penyebab).
ParahyanganPada pengertiannya Parahyangan berarti hubungan harmonis
antara manusia dengan Tuhan Yang Maha Esa. Dalam pengaplikasiannya pada bale banjar yaitu di setiap kawasan bale banjar pasti terdapat merajan bale banjar. Dimana pada stiap merajan bale banjar biasanya terdapat pelinggih Bhagawan Penyarikan. Kalu dilihat dari aspek kegiatan yang terjadi di bale banjar. Dimana pada bale banjar terdapat kegiatan berupa piodalan pada kawasan bale banjar. Pada kawasan bale banjar bun terdapat ritual tarian Sang Hyang Jaran yang dimana tarian tersebut di tarikan di depan bale banjar dan biasanya penarinya dari masyarakat sekitar. Dimana ritual tersebut masih bertahan sampai sekarang.
FILSAFAT ARSITEKTUR FILSAFAT ARSITEKTUR 2626
BALE BANJAR BUNBALE BANJAR BUN
PawonganPada pengertiannya pawongan merupakan hubungan harmonis
antara manusia dengan manusia. Dalam pengaplikasiannya pada kawasan bale banjar yaitu terlihat pada bangunan bale banjarnya. pada bangunan bale banja, masyarakat melakukan aktifitas pesamuan (rapat) dimana masyarakat saling berdiskusi tentang kegiatan – kegiatan banjar ataupun masalah – masalah yang terjadi di banjar. Baik pada kalangan warga banjar yang utama(kepala keluarga) ataupun muda – mudi(STT). Pada masa lalu di bale banjar bun gterdapat kegiatan mebat. Diman warga bergotong royong saling bantu – membantu melaksakan kegiatan memasak di bale banjar baik dalam rangka kegiatan banjar ataupun kegiatan pribadi masyarakat. Namun budaya mebat ini telah memudar karena masyarakat cenderung membeli masakan untuk kegiatan – kegiatan tersebut. Yang masih bertahan adalah kegiatan bergotong royong mejejaitan oleh ibu – ibu yang masih dilaksakan di bale banjar. Pada masa sekarang terdapat kegiatan Taman kanak – kanak dan olah raga bulu tangkis yang menunjukan juga konsep Pawongan pada bangunan bale banjar. Kemudian pada kawasan bale banjar jga digunakan sebagai tempat hanya untuk sekedar bercengkrama atar warga pada sore hari.
Pelemahan Pada pengertiannya Palemahan diartikan sebagai hubungan
harmonis antara manusia dengan lingkungan sekitar. Pada pengaplikasiannya pada bangunan di kawasan bale banjar terliahat pada bangunan Bale kul – kul. Dimana bale kul – kul berfungsi sebagai pemberi isyarat bagi masya rakat sekitar apabila ada kegiatan bale banjar, kematian dan apabila terjadi bencana alam. Selain itu pada bale banjar bun terdapat got yang dibuat pada tahun 1970an saat jalan diaspal. Jelinjingan ataupun got ini di buat demi keasrian lingkungan yang berhubungan dengan aliran air kotor agar tidak mengganggu kelangsungan hidu masyarakat berupa kebersihan lingkungan dari limbah. Walaupun pada bale banjar ini tidak terdapat vegetasi besar yang mencolok namun terdapat sedikit taman kecil di depan merajan banjar yang memperlihatkan usaha masyarakat untuk tetap menjaga keasrian tampilan bale banjar.
2.2 Desa Kala PatraPada pengertiannya desa kala patra berarti perbedaan dresta
pada masing – masing desa adat yang melahirkan pola – pola ritual dan adat istiadat yang berbeda. Dimana Desa berarti tempat, kala berarti waktu dan patra berarti keadaan.
Pada bale banjar bun terdapat ritual Sang Hyang Jaran yang dimana dilakukan di depan bale banjar. Dimana ritual ini
FILSAFAT ARSITEKTUR FILSAFAT ARSITEKTUR 2727
BALE BANJAR BUNBALE BANJAR BUN
menyesuakan dengan adat istiadat dari masyarakat banjar bun yang berbeda dengan masyarakat lain di sekitar banjar bun dan telah menjadi ritual turun - temurun. Kalau dilihat dari aspek budaya, pada panjar Bun terdapat tradisi med medan yang juga sama menyesuakan dengan masyarakat banjar bun walaupun tradisi ini telah mengghilang. Selain itu terdapat juga tradisi numbas ayah dimana tradisi ini disesuakan dengan keadaan masyarat banjar Bun yang dimana terdapat masyarakat banjar Bun yang bekerja di luar daerah yang tidak sempat mengikuti kegiatan – kegiatan banjar.
2.3 Panca Maha Bhuta
2.4 Tri AnggaPada pengertiannya Tri Angga memiliki arti, Tri berarti tiga dan
Angga berarti badan. Dimana menekankan pada tiga aspek fisik yaitu Utama Angga(kepala), Madya Angga(badan) dan Nista Angga(kaki).
Utama AnggaPada bangunan bale banjar, teraplikasikan pada atap bangunan
sebagai perlambangan dari kepala pada bangunan. Terletak diatas bangunan dimana atap bersifat utama. Atap juga memberikan fungsi sebagai perlindunagan aktifitas yang terjadi di bawahnya.
Madya AnggaTeraplikasikan pada tembok bangunan bale banjar. Dimana
tembok dilambangkan sebagai badan dari bangunan yang berfungsi menopang atap bangunan. Selain itu memberikan kesan layaknya badan dimana memberikan kesan pada tampak bangunan. Selain itu tembok juga berfungsi sebagai pemberi wadah pada aktifitas yang terjadi di dalamnya. Sifat ruang yang di timbulkan adalah semi prifat. Dimana kegiatan yang terjadi di dalamnya tidak boleh sembarangan orang yang memasukinya tergantung pada waktu dan kegiatan yang terjadi pada ruangan tersebut.
Nista AnggaNista Angga teraplikasikan pada lantai bangunan bale banjar.
Dimana tambok dilambangkan sebagai kaki bangnan. Yang dimana segala kegiatan yang ada terjadi dan bergerak diatasnya dan menyesuakan dengan fungsi yang ada. Misalnya pada fungsi olah raga bulu tangkis, lantai bale banjar di beri garis yang sesuai dengan fungsi. Selain itu karena sudah mulai hilangnya penggunaan taban pada bale banjar, maka di gunakanlah semen agar padasaat rapat atau samua, msyarakat nyaman dalam menjalaninya.
2.5 Ulu Teben dan Sangamandala
FILSAFAT ARSITEKTUR FILSAFAT ARSITEKTUR 2828
BALE BANJAR BUNBALE BANJAR BUN
Konsep Sanga Mandala merupakan pembagian wilayah bale banjar menjadi 9 daerah, yang merupakan pengembangan dari konsep Tri Mandala yaitu Utama, Madya, Dan Nista.
Konsep Hulu-Teben pada Sanga Mandala ini kemudian mempunyai beberapa orientasi-orientasi, antara lain :- Orientasi dengan konsep sumbu ritual Kangin-Kauh
Kangin (matahari terbit)-luan, nilai utamaKauh (matahari terbenam)-teba, nilai nista
- Orientasi dengan konsep sumbu bumi/natural Kaja-Kelod Kaja (ke arah gunung)-luan, nilai utamaKelod (ke arah laut)-teba, nilai nista
2.6 Sakral,Sekuler, dan Profan2.7 Rwa Bhineda (Sekala dan Niskala)
Rwa Bhineda merupakan konsep dua hal yang saling bertolak belakang namun saling keterkaitan satu sama lainnya dalam mencapai keseimbangan. Pada pembahasan ini kosep Rwa Bhineda di khususkan pada Sekala dan Niskala. Pada pengertiannnya Sekala merupakan hal yang bersifat nyata, dapat digambarkan, dapat dilihat dan bersifat fisik. Sedangkan Niskala lebih cendrung bersifat imaginer/ tidak nyata, dan lebih di lambangkan pada hal magis.
Areal SekalaDalam areal bale banjar areal Sekala terlihat pada bangunan Bale
banjarnya. Dimana secara fisik bangunan bale banjar dapat dilihat, bgitu juga aktivitas yang di wadahinya dimana interaksi antara warga banjar terlihat pula secara nyata.
Areal NiakalaAreal Sekala tedapat pada merajan bale banjar, dimana kegiatan
yang diwadahinya merupakan aktifitas interaksi atau hubungan manusia dalam menjalani kegiatan agama (mendekatkan diri kepada Tuhan Yang Maha Esa) dimana kegiatan yang terjadi tidak dapat digambarkan secara fisik dan cenderung bersifat magis.
2.8 Bapa Akasa Ibu PertiwiKonsep Akasa-Pertiwi, Atas-Bawah
Alam Atas-Akasa, Purusa(pemilik/pemberi), dalam bentuk fisik berupa tanah/bumi.
Alam Bawah-Pertiwi, Pradana(pembawa/penerima), dalam bentuk fisik berupa angin/langit.
Konsep Akasa-Pertiwi ini diterapkan dalam pola ruang kosong (open space) dalam perumahan atau lingkungan di Bali dikenal dengan natah.
Konsep ini hanya terlihat pada tata peletakan bangunan pada areal bale banjar Bun pada masa lalu dimana pada saat itu masih
FILSAFAT ARSITEKTUR FILSAFAT ARSITEKTUR 2929
BALE BANJAR BUNBALE BANJAR BUN
terdapat natah. Sedangkan pada arel bale banjar Bun masa sekarang sudah tidalk lagi terlihat adanya natah.
2.9 Menyama BrayaHubungan menyama beraya pada bale banjar Bun tidak terlihat.
Karena kalau dilihat dari latar belakang ter bentuknya banjar Bun yang penduduknya adalah kumpulan dara berbagai banjar di seputaran denpasar, bale banjar Bun tidak memiliki hubungan Menyama Braya dengan banjar lain.
2.10 Catur AsramaDalam ajaran agama hindu mengenal adanya empat macam
sistem kehidupan yang disebut dengan Catur Asrama. Catur asrama yaitu empat macam tingkatan hidup dalam hubungannya mencapai tujuan agama. Catur asrama dapat dibagi menjadi 4, yaitu :
1. BrahmacariBrahmacari adalah suatu tingkatan berguru untuk mendapatkan ilmu pengetahuan. Dalam hal ini pengetahuan bersumber dari Weda. Yang menjadi pokok dalam tingkat Brahmacari adalah menuntut ilmu pengetahuan dan mendidik diri untuk mencapai kesempurnaan rohani. Seperti slogan yang disebutkan pada kitab Dharmasastra yaitu “Takitakining sewaka guna widya” yang artinya seorang siswa wajib menuntut ilmu pengetahuan semasa muda.
2. GrehasthaMerupakan tingkatan hidup pada masa berumah tangga. Grehasta berasal dari kata greha dan sta. Greha artinya rumah tangga, sta artunya membina. Jadi grehasta artinya masa membina rumah tangga yang pada tingkat hidup Grehasta inu tujuan hidup yang diprioritaskan yaitu untuk mendapatkan artha dan memenuhi kama. Kewajiban–kewajiban yang harus dilakukan untuk seorang grehastin adalah bekerja mencari harta, menjadi pemimpin rumah tangga. Dan menjadi anggota masyarakat yang baik.
3. Wanaprasta Dari arti katanya, wanaprasta berarti mengasingkan diri ke dalam hutan dengan mendirikan suatu pertapaan. Kalau dibandingkan dengan masa sekarang, masa wanaprasta dapat disamakan dengan masa pensiun. Ia akan mengurangi keterlibatannya dalam kegiatan masyarakat dan tinggal di tempat yang tenang. Secara umum, wanaprasta merupakan tingkat hidup manusia pada masa persiapan untuk melepas diri dari ikatan keduniawian.
4. Bhiksuka/sanyasin
FILSAFAT ARSITEKTUR FILSAFAT ARSITEKTUR 3030
BALE BANJAR BUNBALE BANJAR BUN
Merupakan masa hidup melepaskan diri dari ikatan kduniawian dengan mengabdi hanya kepada Sang Hyang Widhi untuk mencapai kesempurnaan hidup.
FILSAFAT ARSITEKTUR FILSAFAT ARSITEKTUR 3131