1
MAKALAH
PERKEMBANGAN KURIKULUM DAN PEMBELAJARAN SAINS
‘’KAJIAN ELEMEN-ELEMEN PERUBAHAN KTSP 2006 MENJADI KURIKULUM 2013 BERDASARKAN STANDAR NASIONAL PENDIDIKAN DALAM PERATURAN
PEMERINTAH NOMOR 32 TAHUN 2013’’
DOSEN PENGAMPU MATA KULIAH:
Prof. Dr. Sukardjo
DIBUAT OLEH:
ERIE AGUSTA 13708251069
BAGUS BUDIJATMIKO 13708251070
PROGRAM PASCASARJANA PENDIDIKAN SAINS
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
2013/2014
2
BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Pendidikan nasional, sebagai salah satu sektor pembangunan nasional dalam upaya
mencerdaskan kehidupan bangsa, mempunyai visi terwujudnya sistem pendidikan sebagai
pranata sosial yang kuat dan berwibawa untuk memberdayakan semua warga negara Indonesia
berkembang menjadi manusia yang berkualitas sehingga mampu dan proaktif menjawab
tantangan zaman yang selalu berubah.
Penyelenggaraan pendidikan sebagaimana yang diamanatkan dalam Undang-Undang
Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional diharapkan dapat mewujudkan
proses berkembangnya kualitas pribadi peserta didik sebagai generasi penerus bangsa di masa
depan, yang diyakini akan menjadi faktor determinan bagi tumbuh kembangnya bangsa dan
negara Indonesia sepanjang jaman.
Sekian banyak unsur sumber daya pendidikan, kurikulum merupakan salah satu unsur
yang bisa memberikan kontribusi yang signifikan untuk mewujudkan proses berkembangnya
kualitas potensi peserta didik. Jadi tidak dapat disangkal lagi bahwa kurikulum, yang
dikembangkan dengan berbasis pada kompetensi sangat diperlukan sebagai instrumen untuk
mengarahkan peserta didik menjadi: (1) manusia berkualitas yang mampu dan proaktif
menjawab tantangan zaman yang selalu berubah; dan (2) manusia terdidik yang beriman dan
bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif,
mandiri; dan (3) warga negara yang demokratis dan bertanggung jawab. Pengembangan dan
pelaksanaan kurikulum berbasis kompetensi merupakan salah satu strategi pembangunan
pendidikan nasional sebagaimana yang diamanatkan dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun
2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.
Berdasarkan kajian implementasi PP No 19 tahun 2005 yang manjadi acuan KTSP
2006 masih ditemukan beberapa masalah yang terjadi dalam kurikulum tersebut, di antaranya
(i) konten kurikulum yang masih terlalu padat; (ii) belum sepenuhnya memenuhi fungsi dan
tujuan pendidikan nasional; (iii) kompetensi belum menggambarkan secara holistik domain
sikap, keterampilan, dan pengetahuan; (iv) belum peka dan tanggap terhadap perubahan sosial
yang terjadi pada tingkat lokal, nasional, maupun global; (v) standar proses pembelajaran
belum menggambarkan urutan pembelajaran yang rinci; (vi) standar penilaian belum
mengarahkan pada penilaian berbasis kompetensi (vii) KTSP yang lebih masih menimbulkan
multi tafsir. Oleh karena itu, pengembangan Standar Nasional Pendidikan (SNP) sangat
menjadi kebutuhan utama dalam pembentukan kualitas sumber daya manusia, sehingga
diharapkan perubahan ini sesuai dengan fungsi dan tujuan pendidikan nasional yang
diamanatkan dalam pembukaan undang-undang dasar 1945.
3
B. Rumusan Masalah
1. Mengapa terjadi pengembangan Standar Nasional Pendidikan (SNP) dari PP No 19
Tahun 2005 menjadi PP No 32 Tahun 2013?
2. Apa saja yang menjadi substansi essensial pengembangan PP No 19 Tahun 2005
menjadi PP No 32 tahun 2013?
3. Apa perbedaan yang mendasar antara KTSP 2006 dengan Kurikulum 2013 dalam
pelaksanaanya di semua jenjang pendidikan (SD, SMP, dan SMA/SMK)?
4
BAB II PEMBAHASAN
A. Alasan Terjadi Pengembangan Standar Nasional Pendidikan dari PP No 19 Tahun
2005 Menjadi PP No 32 Tahun 2013
Berdasarkan kajian melalui data kementrian pendidikan dan kebudayaan,
penyusunan kurikulum 2013 menitikberatkan pada penyederhanaan, tematik-integratif
yang mengacu pada kurikulum 2006, di mana pada implementasi KTSP 2006 ini masih
ditemukan beberapa permasalahan di antaranya; (i) konten kurikulum yang masih terlalu
padat, ini ditunjukkan dengan banyaknya mata pelajaran dan banyak materi yang keluasan
dan tingkat kesukarannya melampaui tingkat perkembangan usia anak; (ii) belum
sepenuhnya berbasis kompetensi sesuai dengan tuntutan fungsi dan tujuan pendidikan
nasional; (iii) kompetensi belum menggambarkan secara holistik domain sikap,
keterampilan, dan pengetahuan; beberapa kompetensi yang dibutuhkan sesuai dengan
perkembangan kebutuhan (misalnya pendidikan karakter, metodologi pembelajaran aktif,
keseimbangan soft skills dan hard skills, kewirausahaan) belum terakomodasi di dalam
kurikulum; (iv) belum peka dan tanggap terhadap perubahan sosial yang terjadi pada
tingkat lokal, nasional, maupun global; (v) standar proses pembelajaran belum
menggambarkan urutan pembelajaran yang rinci sehingga membuka peluang penafsiran
yang beraneka ragam dan berujung pada pembelajaran yang berpusat pada guru; (vi)
standar penilaian belum mengarahkan pada penilaian berbasis kompetensi (proses dan
hasil) dan belum secara tegas menuntut adanya remediasi secara berkala; dan (vii) dengan
KTSP memerlukan dokumen kurikulum yang lebih rinci agar tidak menimbulkan multi
tafsir. Oleh karena itu, pemerintah merevisi Standar Nasional Pendidikan (SNP) PP No.
19 tahun 2005 menjadi PP No 32 tahun 2013, sehingga perubahan ini dijadikan acuan
dasar dalam pengembangan kurikulum 2013.
B. Substansi Essensial Pengembangan PP No 19 Tahun 2005 Menjadi PP No 32 Tahun 2013
1. Standar Isi
Definisi, jika di PP 32, standar isi adalah kriteria mengenai ruang lingkup materi
dan tingkat Kompetensi untuk mencapai Kompetensi lulusan pada jenjang dan jenis
pendidikan tertentu. Jika di PP 19, standar isi adalah ruang lingkup materi dan
tingkat kompetensi yang dituangka dalam kriteria tentang kompetensi tamatan,
bahan kajian, kompetensi mata pelajaran, dan silabus pembelajaran yang harus di
penuhioleh peserta didik pada jenjang dan jenis pendidikan tertentu.
Ketentuan Pasal 5 diubah sehingga berbunyi sebagai berikut:
Pasal 5
1. Standar Isi mencakup kriteria:
5
a. ruang lingkup materi; dan
b. tingkat kompetensi.
2. Ruang lingkup materi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a
berlaku untuk satuan pendidikan.
3. Tingkat kompetensi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b berlaku
untuk peserta didik pada setiap tingkat kelas.
4. Standar isi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dikembangkan oleh
BSNP dan ditetapkan dengan peraturan menteri.
Di antara Pasal 5 dan Pasal 6 disisipkan 2 (dua) pasal, yakni Pasal 5A dan Pasal 5B
sehingga berbunyi sebagai berikut:
Pasal 5A
Ruang lingkup materi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (2) dirumuskan
berdasarkan kriteria:
a. muatan wajib yang ditetapkan dalam ketentuan peraturan perundang- undangan;
b. konsep keilmuan; dan
c. karakteristik satuan pendidikan dan program pendidikan.
Pasal 5B
Tingkat Kompetensi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (3) dirumuskan
berdasarkan kriteria:
a. tingkat perkembangan Peserta Didik;
b. kualifikasi Kompetensi Indonesia; dan
c. penguasaan Kompetensi yang berjenjang.
Ketentuan Pasal 6 sampai dengan Pasal 18 dihapus.
2. Standar Proses
Definisi, jika di dalam 32 standar proses adalah kriteria mengenai pelaksanaan
pembelajaran pada satu satuan pendidikan untuk mencapai Standar Kompetensi
Lulusan. Tapi, di dalam 19 standar proses adalah standar nasional pendidikan yang
berkaitan dengan pelaksanaan pembelajaran pada satu satuan pendidikan untuk
mencapai stadart kopetensi lulusan.
Di dalam PP 32, ketentuan Pasal 19 ayat (2) milik PP 19 dihapus, sehingga
berbunyi
Pasal 19
1. Proses Pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan secara
interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi Peserta Didik
untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi
prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan
perkembangan fisik serta psikologis Peserta Didik.
6
2. Dihapus.
3. Setiap satuan pendidikan melakukan perencanaan proses Pembelajaran,
pelaksanaan proses Pembelajaran, penilaian hasil Pembelajaran, dan
pengawasan proses Pembelajaran untuk terlaksananya proses Pembelajaran
yang efektif dan efisien.
Ketentuan Pasal 20 diubah sehingga berbunyi sebagai berikut:
Pasal 20
Perencanaan Pembelajaran merupakan penyusunan rencana pelaksanaan
Pembelajaran untuk setiap muatan Pembelajaran.
Ketentuan Pasal 22 ayat (3) dihapus sehingga Pasal 22 berbunyi sebagai berikut:
Pasal 22
1. Penilaian hasil Pembelajaran sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19 ayat
(3) pada jenjang pendidikan dasar dan menengah menggunakan berbagai
teknik penilaian sesuai dengan Kompetensi Dasar yang harus dikuasai.
2. Teknik penilaian sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat berupa tes
tertulis, observasi, tes praktek, dan penugasan perseorangan atau kelompok.
3. Dihapus.
Ketentuan Pasal 25 ayat (2) dan ayat (4) diubah serta ayat (3) dihapus sehingga
Pasal 25 berbunyi sebagai berikut:
Pasal 25
1. Standar Kompetensi Lulusan digunakan sebagai pedoman penilaian dalam
penentuan kelulusan Peserta Didik dari satuan pendidikan.
2. Standar Kompetensi Lulusan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi
Kompetensi untuk seluruh mata pelajaran atau mata kuliah.
3. Dihapus.
4. Standar Kompetensi Lulusan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan (2)
mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan.
3. Standar Penilaian
Definisi, jika pada PP 32, standar penilaian pendidikan adalah kriteria mengenai
mekanisme, prosedur, dan instrumen penilaian hasil belajar peserta didik. Jika pada
PP 19, standar penilaian pendidikan adalah standar nasional pendidikan yang
berkaitan dengan mekanisme prosedur dan instrument penilaian hasil belajar
peserta didik.
Ketentuan Pasal 64 ayat (1) dan ayat (2) diubah, di antara ayat (2) dan ayat (3)
disisipkan 1 (satu) ayat yakni ayat (2a), serta ayat (3) sampai dengan ayat (7)
dihapus sehingga Pasal 64 berbunyi sebagai berikut:
Pasal 64
7
1. Penilaian hasil belajar oleh pendidik sebagaimana dimaksud dalam Pasal 63
ayat (1) butir a dilakukan untuk memantau proses, kemajuan belajar, dan
perbaikan hasil belajar Peserta Didik secara berkesinambungan.
2. Penilaian sebagaimana dimaksud pada ayat (1) digunakan untuk:
a. menilai pencapaian Kompetensi Peserta Didik;
b. bahan penyusunan laporan kemajuan hasil belajar; dan
c. memperbaiki proses pembelajaran.
(2a) Ketentuan lebih lanjut mengenai penilaian hasil belajar oleh pendidik
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dengan Peraturan Menteri.
3. Dihapus.
4. Dihapus.
5. Dihapus.
6. Dihapus.
7. Dihapus.
Ketentuan Pasal 65 ayat (2) dan ayat (5) dihapus, serta ayat (3), ayat (4), dan ayat
(6) diubah sehingga Pasal 65 berbunyi sebagai berikut:
Pasal 65
1. Penilaian hasil belajar oleh satuan pendidikan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 63 ayat (1) butir b bertujuan menilai pencapaian Standar Kompetensi
Lulusan untuk semua mata pelajaran.
2. Dihapus.
3. Penilaian hasil belajar sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
mempertimbangkan hasil penilaian Peserta Didik oleh pendidik sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 64.
4. Penilaian hasil belajar sebagaimana dimaksud pada ayat (1) untuk semua mata
pelajaran dilakukan melalui ujian sekolah/madrasah untuk menentukan
kelulusan Peserta Didik dari satuan pendidikan.
5. Dihapus.
6. Ketentuan lebih lanjut mengenai penilaian akhir dan ujian sekolah/madrasah
diatur dengan Peraturan Menteri.
Di antara ayat (1) dan ayat (2) Pasal 67 disisipkan 1 (satu) ayat, yakni ayat (1a)
sehingga Pasal 67 berbunyi sebagai berikut:
Pasal 67
1. Pemerintah menugaskan BSNP untuk menyelenggarakan Ujian Nasional yang
diikuti Peserta Didik pada setiap satuan pendidikan jalur formal pendidikan
dasar dan menengah, dan jalur nonformal kesetaraan.
8
(1a) Ujian Nasional untuk satuan pendidikan jalur formal pendidikan dasar
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dikecualikan untuk SD/MI/SDLB atau
bentuk lain yang sederajat.
2. Dalam penyelenggaraan Ujian Nasional BSNP bekerja sama dengan instansi
terkait di lingkungan Pemerintah, Pemerintah Provinsi, Pemerintah
Kabupaten/Kota, dan satuan pendidikan.
3. Ketentuan mengenai Ujian Nasional diatur lebih lanjut dengan Peraturan
Menteri.
Ketentuan Pasal 69 ayat (1) diubah dan di antara ayat (2) dan ayat (3) disisipkan 1
(satu) ayat, yakni ayat (2a) sehingga Pasal 69 berbunyi sebagai berikut:
Pasal 69
1. Setiap Peserta Didik jalur pendidikan formal pendidikan dasar dan menengah
dan jalur pendidikan nonformal kesetaraan berhak mengikuti Ujian Nasional
dan berhak mengulanginya sepanjang belum dinyatakan lulus dari satuan
pendidikan.
2. Setiap Peserta Didik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib mengikuti satu
kali Ujian Nasional tanpa dipungut biaya.
a. Peserta Didik jalur pendidikan formal pendidikan dasar sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) dikecualikan untuk Peserta Didik
SD/MI/SDLB atau bentuk lain yang sederajat.
3. Peserta Didik pendidikan informal dapat mengikuti Ujian Nasional setelah
memenuhi syarat yang ditetapkan oleh BSNP.
4. Peserta Ujian Nasional memperoleh surat keterangan hasil Ujian Nasional yang
diterbitkan oleh satuan pendidikan penyelenggara Ujian Nasional.
Ketentuan Pasal 70 ayat (1) dan ayat (2) dihapus serta ayat (4) diubah sehingga
Pasal 70 berbunyi sebagai berikut:
Pasal 70
1. Dihapus.
2. Dihapus.
3. Pada jenjang SMP/MTs/SMPLB, atau bentuk lain yang sederajat, Ujian
Nasional mencakup pelajaran Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, Matematika,
dan Ilmu Pengetahuan Alam (IPA).
4. Pada program paket B, Ujian Nasional mencakup mata pelajaran Bahasa
Indonesia, Bahasa Inggris, Matematika, Ilmu Pengetahuan Alam (IPA), Ilmu
Pengetahuan Sosial (IPS) dan Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan.
5. Pada SMA/MA/SMALB atau bentuk lain yang sederajat, Ujian Nasional
mencakup mata pelajaran Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, Matematika, dan
mata pelajaran yang menjadi ciri khas program pendidikan.
9
6. Pada program paket C, Ujian Nasional mencakup mata pelajaran Bahasa
Indonesia, Bahasa Inggris, Matematika, dan mata pelajaran yang menjadi ciri
khas program pendidikan.
7. Pada jenjang SMK/MAK atau bentuk lain yang sederajat, Ujian Nasional
mencakup pelajaran Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, Matematika, dan mata
pelajaran kejuruan yang menjadi ciri khas program pendidikan.
Ketentuan Pasal 72 ayat (1) diubah dan di antara ayat (1) dan ayat (2) disisipkan 1
(satu) ayat, yakni ayat (1a) sehingga Pasal 72 berbunyi sebagai berikut:
Pasal 72
1. Peserta Didik dinyatakan lulus dari satuan pendidikan pada pendidikan dasar
dan menengah setelah:
a. menyelesaikan seluruh program Pembelajaran;
b. memperoleh nilai minimal baik pada penilaian akhir untuk seluruh mata
pelajaran;
c. lulus ujian sekolah/madrasah; dan
d. lulus Ujian Nasional.
(1a) Khusus Peserta Didik dari SD/MI/SDLB atau bentuk lain yang sederajat
dinyatakan lulus setelah memenuhi ketentuan pada ayat (1) huruf a, huruf b,
dan huruf c.
2. Kelulusan Peserta Didik dari satuan pendidikan ditetapkan oleh satuan
pendidikan yang bersangkutan sesuai dengan kriteria yang dikembangkan oleh
BSNP dan ditetapkan dengan Peraturan Menteri.
4. Standar Kompetensi Lulusan
Definisi, jika pada PP 32 standar kompetensi lulusan adalah kriteria mengenai
kualifikasi kemampuan lulusan yang mencakup sikap, pengetahuan, dan
keterampilan. Jika pada PP 19 kualifikasi kemampuan lulusan yang mencakup
sikap, pengetahuan, dan keterampilan.
Ketentuan Pasal 25 ayat (2) dan ayat (4) diubah serta ayat (3) dihapus sehingga
Pasal 25 berbunyi sebagai berikut:
Pasal 25
1. Standar Kompetensi Lulusan digunakan sebagai pedoman penilaian dalam
penentuan kelulusan Peserta Didik dari satuan pendidikan.
2. Standar Kompetensi Lulusan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi
Kompetensi untuk seluruh mata pelajaran atau mata kuliah.
3. Dihapus.
4. Standar Kompetensi Lulusan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan (2)
mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan.
10
C. Perbedaan yang Mendasar antara KTSP 2006 dengan Kurikulum 2013 dalam Pelaksanaanya di Semua Jenjang Pendidikan (SD, SMP, dan SMA/SMK).
Adapun perbedaan-perbedaan yang mendasar antara KTSP 2006 dengan Kurikulum 2013 dalam semua jenjang pendidikan, adalah sebagai berikut:
Tabel 1. Perbedaan yang Mendasar antara KTSP 2006 dengan Kurikulum 2013
KTSP 2006 Kurikulum 2013 Ket
Mata pelajaran tertentu mendukung kompetensi tertentu
Tiap mata pelajaran mendukung semua kompetensi [sikap, keterampilan, pengetahuan]
Semua Jenjang
Mata pelajaran dirancang berdiri sendiri dan memiliki kompetensi dasar sendiri
Mata pelajaran dirancang terkait satu dengan yang lain dan memiliki kompetensi dasar yang diikat
oleh kompetensi inti tiap kelas
Semua Jenjang
Bahasa Indonesia sejajar dengan mapel lain Bahasa Indonesia sebagai penghela mapel lain [sikap dan keterampilan berbahasa}
SD
Tiap mata pelajaran diajarkan dengan pendekatan berbeda
Semua mata pelajaran diajarkan dengan pendekatan yang sama [saintifik] melalui
mengamati, menanya, mencoba, menalar,....
Semua Jenjang
Tiap jenis konten pembelajaran diajarkan terpisah [separated curriculum]
Bermacam jenis konten pembelajaran diajarkan terkait dan terpadu satu sama lain [cross curriculum atau integrated curriculum]
SD
Konten ilmu pengetahuan diintegrasikan dan dijadikan penggerak konten pembelajaran lainnya
SD
Tematik untuk kelas I – III [belum integratif] Tematik Integratif untuk Kelas I – VI SD
TIK adalah mata pelajaran sendiri TIK merupakan sarana pembelajaran, dipergunakan sebagai media pembelajaran mata
pelajaran lain
SMP
Bahasa Indonesia sebagai pengetahuan Bahasa Indonesia sebagai alat komunikasi dan carrier of knowledge
SMP/ SMA/SMK
Untuk SMA, ada penjurusan sejak kelas XI Tidak ada penjurusan di SMA. Ada mata pelajaran wajib, peminatan, antar minat, dan
pendalaman minat
SMA/SMK
SMA dan SMK tanpa kesamaan kompetensi SMA dan SMK memiliki mata pelajaran wajib yang sama terkait dasar-dasar pengetahuan,
keterampilan, dan sikap.
SMA/SMK
Penjurusan di SMK sangat detil [sampai keahlian]
Penjurusan di SMK tidak terlalu detil [sampai bidang studi], didalamnya terdapat
pengelompokkan peminatan dan pendalaman
SMA/SMK
Sumber : Dokumen Sosialisasi Kurikulum 2013
11
BAB III KESIMPULAN
Adapun simpulan yang di dapat adalah:
1. Perubahan PP dari No 19 ke 32 didasari oleh upaya pemerintah untuk menyelaraskan
standar nasional pendidikan dengan dinamika perkembangan masyarakat, lokal,
nasional, dan global guna mewujudkan fungsi dan tujuan pendidikan nasional.
2. Perubahan PP dari No 19 ke 32 juga didasari oleh upaya pemerintah dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa untuk meningkatkan mutu dan daya saing bangsa
melalui pengaturan kembali standar kompetensi lulusan, standar isi, standar proses,
dan standar penilaian serta pengaturan kembali kurikulum.
3. Perubahan ini menjadi dasar pertimbangan pemerintah dalam penyusunan kurikulum
2013 di semua jenjang pendidikan (SD, SMP, SMA/SMK).
12
DAFTAR PUSTAKA
Depdikbud.(2005).(2005). Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 2005 Tentang Standar
Nasional Pendidikan. Jakarta: Depdikbud.
_________. (2013). Peraturan pemerintah republik indonesia nomor 32 tahun 2013 Tentang perubahan atas peraturan pemerintah nomor 19 tahun 2005 tentang standar nasional pendidikan Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional No 20 Tahun 2003. Jakarta: Depdikbud.
Kemdikbud. 2013. Uji Publik Kurikulum 2013; Penyederhanaan Tematik Integratif. (online)
http://kemdikbud.go.id/uji-publik-kurikulum-2013-1.html, diakses tanggal 16 November 2013.