Download - Kabupaten Aceh Utara (Print)
VII. KABUPATEN ACEH UTARA
VII/1
I. GAMBARAN UMUM
1.1 Administrasi
Gambar 7.1
Peta Administratif Kabupaten Aceh Utara
Kabupaten Aceh Utara merupakan bagian dari wilayah Provinsi Aceh yang beribukota kabupaten Lhoksukon, yang terletak antara 96.52.00o – 97.31.00o Bujur Timur dan 04.46.00o – 05.00.40o Lintang utara, sebagian besar wilayah dalam kabupaten Aceh Utara terdapat pada daerah dataran, sehingga kisaran suhu rata-rata sepanjang tahun 2010 sebesar 20,0oC- 31,0oC, kecepatan angin maksimum berkisar antara 10 – 27 knot walaupun rata – rata kecepatan angin hanya sebesar 4 – 5 knot.
Luas wilayah administratif kabupaten
Aceh Utara sebesar 3.296,86 Km2 dengan batas-batas sebagai berikut :
- Sebelah Utara berbatasan dengan kota Lhokseumawe dan Selat Malaka;
- Sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Bener Meriah
- Sebelah Timur berbatasan dengan kabupaten Aceh Timur
- Sebelah Barat Berbatasan dengan Kabupaten Bireuen.
Kabupaten Aceh Utara terdiri dari 27 Kecamatan, 70 Mukim, 852 Desa atau gampong.
Berikut tabel luas wilayah dalam hitungan Km2 dan nilai persentasinya dari masing-masing
Kecamatan :
Tabel 7.1Luas Wilayah, Jumlah Kemukiman, Gampong dan Kelurahan
Menurut Kecamatan di Kabupaten Aceh Utara Tahun 2010
No Kecamatan Luas(km2)
Jumlah TotalKemukiman Gampong Kelurahan1 Sawang 384,650 2 39 - 392 Nisam 193,470 3 29 - 29
KABUPATEN ACEH UTARA
VII/2
No Kecamatan Luas(km2)
Jumlah TotalKemukiman Gampong Kelurahan3 Nisam Antara 30,000 1 6 - 6
4 Banda Baro 18,000 1 9 - 9
5 Kuta Makmur 151,320 3 39 - 39
6 Simpang Keuramat 79,780 2 16 - 16
7 Syamtalira Bayu 75,360 4 38 - 38
8 Geureudong Pase 271,450 - 11 - 11
9 Meurah Mulia 202,570 3 50 - 50
10 Matangkuli 78,650 4 49 - 49
11 Paya Bakong 418,320 4 39 - 39
12 Pirak Timu 45,990 2 23 - 23
13 Cot Girek 189,000 3 24 - 2414 Tanah Jambo Aye 162,980 4 47 - 47
15 Langkahan 150,520 3 23 - 23
16 Seunuddon 100,630 3 33 - 33
17 Baktiya 158,670 3 57 - 57
18 Baktiya Barat 83,080 3 26 - 26
19 Lhoksukon 243,000 4 75 - 75
20 Tanah Luas 30,640 3 57 - 57
21 Nibong 44,910 2 20 - 20
22 Samudera 43,280 3 40 - 40
23 Syamtalira Aron 28,130 4 34 - 34
24 Tanah Pasir 20,290 1 18 - 18
25 Lapang 19,360 1 11 - 11
26 Muara Batu 33,340 2 24 - 24
27 Dewantara 39,470 2 15 - 15
Jumlah 3.296,860 70 852 - 852Sumber : Aceh Utara Dalam Angka 2009
1.2 Penggunaan Lahan
Berdasarkan data tahun 2010 penggunaan lahan Kabupaten Aceh Utara didominasi lahan
perkebunan yaitu sebesar 18,71% (54.312 Ha), Sedangkan penggunaan lahan yang
kurang menonjol adalah kolam 0,22% (645 Ha).
KABUPATEN ACEH UTARA
VII/3
Tabel 7.2Pola
Penggunaan Lahan Kabupaten Aceh Utara Tahun 2010
Gambar 7.2Grafik Penggunaan Lahan Kabupaten Aceh Utara
KABUPATEN ACEH UTARA
No Pemanfaatan RuangLuas (Ha)
%
1 Perkarangan/Lahan utk Bangunan dan Halaman Sekitar 37,781 13.012 Tegal/Kebun 38,201 13.163 Padang Rumput 5,814 2.004 Tambak 9,217 3.175 Kolam 645 0.226 Hutan Rakyat 34,200 11.787 Hutan Negara 44,898 15.468 Ladang/Huma 21,013 7.249 Perkebunan 54,312 18.71
10 Sawah 44,266 15.25Total 290,347 100.00
VII/4
37,781
38,201
5,814
9,217
64534,200
44,898
21,013
54,312
44,266
Perkarangan/Lahan utk Bangunan dan Halaman Sekitar
Tegal/Kebun
Padang Rumput
Tambak
Kolam
Hutan Rakyat
Hutan Negara
Ladang/Huma
Perkebunan
Sawah
1.3 Karakteristik Kependudukan
Populasi (2010) : 529.751 jiwa
Populasi (2015) : 578.039 jiwa (proyeksi)
Jumlah Kepadatan : 161 jiwa/km2
Jenis Kelamin
Laki : 49,52 %
Perempuan : 50,48 %
Usia Tengah (median) : Tidak ada data distribusi usia
Lulusan Perguruan Tinggi (S1-S3) : Tidak ada data
Lulusan Pendidikan Dasar (SD-SMA) : 5,22 %
Upah Minimum Regional : Rp. 1.400.000,- (SK Gubernur NAD No. 76
Tahun 2011, tanggal 22 Desember 2011
Tabel 7.3
KABUPATEN ACEH UTARA
VII/5
Luas Wilayah, Jumlah Penduduk dan Kepadatan Menurut Kecamatan Kabupaten Aceh Utara
Tahun 2012
No KecamatanLuas Wilayah
%Penduduk
%Kepadatan
%(km2) (Jiwa) (Jiwa/km2)
1 Sawang 384,650
11.67 33,74
8 6.3
7 0.09 1.09
2 Nisam 193,470 5.87 17,11
5 3.2
3 0.09 1.10
3 Nisam Antara 30,000 0.91 12,09
6 2.2
8 0.40 5.03
4 Banda Baro 18,000 0.55 7,37
7 1.3
9 0.41 5.11
5 Kuta Makmur 151,320 4.59 22,02
8 4.1
6 0.15 1.82
6 Simpang Keuramat 79,780 2.42 8,71
0 1.6
4 0.11 1.36
7 Syamtalira Bayu 75,360 2.29 18,95
5 3.5
8 0.25 3.14
8 Geureudong Pase 271,450 8.23 4,44
8 0.8
4 0.02 0.20
9 Meurah Mulia 202,570 6.14 17,61
2 3.3
2 0.09 1.08
10 Matangkuli 78,650 2.39 16,42
4 3.1
0 0.21 2.60
11 Paya Bakong 418,320 12.69 12,69
0 2.4
0 0.03 0.38
12 Pirak Timu 45,990 1.39 7,41
3 1.4
0 0.16 2.01
13 Cot Girek 189,000 5.73 18,34
2 3.4
6 0.10 1.21
14 Tanah Jambo Aye 162,980 4.94 39,14
1 7.3
9 0.24 2.99
15 Langkahan 150,520 4.57 20,93
8 3.9
5 0.14 1.73
16 Seunuddon 100,630 3.05 23,26
7 4.3
9 0.23 2.88
17 Baktiya 158,670 4.81 32,46
5 6.1
3 0.20 2.55
18 Baktiya Barat 83,080 2.52 16,94
3 3.2
0 0.20 2.54
19 Lhoksukon 243,000 7.37 43,99
8 8.3
1 0.18 2.26
20 Tanah Luas 30,640 0.93 22,03
7 4.1
6 0.72 8.97
21 Nibong 44,910 1.36 9,04
7 1.7
1 0.20 2.51
22 Samudera 43,280 1.31 24,38
9 4.6
0 0.56 7.03
23 Syamtalira Aron 28,130 0.85 16,45
6 3.1
1 0.58 7.30
24 Tanah Pasir 20,290 0.62 8,37
6 1.5
8 0.41 5.15
KABUPATEN ACEH UTARA
VII/6
No KecamatanLuas Wilayah
%Penduduk
%Kepadatan
%(km2) (Jiwa) (Jiwa/km2)
25 Lapang 19,360 0.59 7,90
9 1.4
9 0.41 5.09
26 Muara Batu 33,340 1.01 24,38
5 4.6
0 0.73 9.12
27 Dewantara 39,470 1.20 43,44
2 8.2
0 1.10 13.73
Jumlah 3,296,860 100.00 529,7
51 100.0
0 8.0
2 100.00
1.4 Ekonomi
Pada Tabel di bawah ini memperlihatkan PDRB Kabupaten Aceh Utara yang diperoleh
berdasarkan harga dari Tahun 2003 sampai dengan Tahun 2007. PDRB yang diperoleh
memperlihatkan ada tahun yang nilainya naik jika dibandingkan pada Tahun 2003 dan ada
juga PDRD yang nilainya menurun. Naik turunnya PDRB Kabupaten Aceh Utara
disebabkan atas dasar harga yang berlaku selama periode tersebut yang dipengaruhi oleh
perubahan-perubahan harga, disamping melorotnya kegiatan ekonomi daerah yang
dipengaruhi oleh bencana Tsunami dan lain sebagainya.
Jika dilihat dari harga konstan, maka PDRD Kabupaten Aceh Utara diperlihatkan pada
Tabel sebagai berikut :
Tabel 7.4
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)Kabupaten Aceh Utara Berdasarkan Harga Konstan
Tahun 2003 – 2007
TAHUNPRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO
(PDRB)(Milyar)
Prosentase
2003 16.381,43 100,002004 14.295,31 -12,732005 7.788,45 -52,462006 7.445,47 -11,042007 6.036,79 -25,87
Berdasarkan data tersebut di atas, PDRB Kabupaten Aceh Utara pada Tahun 2003
diperoleh sebesar 16.381,43 Milyar, pada Tahun 2004 diperoleh nilai sedikit menurun
menjadi sebesar 14.295,31 Milyar, pada Tahun 2005 terjadi penurunan menjadi sebesar
KABUPATEN ACEH UTARA
VII/7
7.788,45, pada Tahun 2006 diperoleh sebesar 7.445,47 dan untuk Tahun 2007 PDRD yang
diperoleh sebesar 6.036,79 Milyar.
Berdasarkan tabel-tabel tersebut di atas, hal ini sangat menimbulkan keprihatinan yang
serius bagi Pemerintah Kabupaten Aceh Utara. Dengan kata lain bahwa kesempatan kerja
dan produktivitas dari sektor migas sudah tidak bisa diharapkan dimasa depan. Untuk
mengantisipasi persoalan pasca gas, kebijakan-kebijakan dibidang ekonomi dan tenaga
kerja perlu dirumuskan segera oleh Pemerintah Kabupaten Aceh Utara.
1.4.1 Kondisi Perekonomian Daerah
Gambaran tentang kontribusi masing-masing sektor terhadap kondisi perekonomian
Kabupaten Aceh Utara tahun 2010 dapat diketahui melalui PDRB menurut lapangan
usaha Kabupaten Aceh Utara tahun 2010 sebagai berikut :
Tabel 7.5Struktur Perekonomian Kabupaten Aceh Utara 2010
Gambar 7.3Kontribusi Sektor terhadap Produk Domestik Regional Brutto (PDRB) Tahun 2010 (Persen)
KABUPATEN ACEH UTARA
No. Lapangan Usaha 2010
1. Pertanian 22,30
2 Pertambangan dan Penggalian 44,07
3 Industri Pengolahan 3,35
4 Listrik dan Air Minum 0,26
5 Bangunan/Konstruksi 5,08
6 Perdagangan, Hotel, dan Restoran 8,83
7 Pengangkutan dan Komunikasi 6,35
8 Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan 2,92
9 Jasa-jasa 6,84
VII/8
22.30
44.07
3.350.26
5.08
8.83
6.35
2.92 6.84Pertanian
Pertambangan dan Penggalian
Industri Pengolahan
Listrik, Gas, dan Air Minum
Bangunan
Perdagangan, Hotel dan Restoran
Pengangkutan dan Komunikasi
Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan
Jasa-jasa
1.4.2 Keuangan Daerah
Realiasi dari pendapatan asli daerah Kabupaten Aceh Utara pada tahun 2012
adalah Rp. 62.523.383.254,- hal ini bersumber dari pajak daerah, dan retribusi
daerah (retribusi jasa umum, retribusi jasa usaha, retribusi perizinan tertentu. Untuk
dana perimbangan yang realisasinya berjumlah Rp. 1.029.445.736.746,- bersumber
dari bagi hasil pajak, bagi hasil bukan pajak (sumber daya alam), DAU dan DAK.
Realiasi belanja daerah Pemerintah Kota Langsa berjumlah Rp. 1.109.041.618.477,-
yang terdiri atas belanja operasi sebesar Rp. 956.828.342.940,-, belanja modal
sebesar Rp. 132.762.072.075,-, serta belanja tak terduga Rp. 19.451.203.462,-
(kondisi 31 Juni 2012/Laporan Keuangan Semester I).
Tabel 7.6Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten Aceh Utara Tahun 2012
NO
PENDAPATAN JUMLAH (Rp)
1 Pendapatan Asli Daerah 62,523,383,254.00 2 Pendapatan Transfer / Perimbangan 1,029,445,736,746.00 3 Lain-lain Pendapatan Yang Sah 10,673,498,477.00 TOTAL 1,102,642,618,477.00
PENGELUARAN JUMLAH (Rp)
KABUPATEN ACEH UTARA
VII/9
1 Belanja Operasi 956,828,342,940.00 2 Belanja Modal 132,762,072,075.00 3 Belanja Tak Terduga 19,451,203,462.00 4 Transfer - TOTAL 1,109,041,618,477.00
PEMBIAYAAN JUMLAH (Rp)
1 Penerimaan Daerah 6,399,000,000.00 2 Pengeluaran Daerah - TOTAL 6,399,000,000.00
II. INFRASTRUKTUR PERMUKIMAN
2.1 Air Bersih
Pembangunan sektor air bersih di Kabupaten Aceh Utara berhadapan dengan aspek-aspek
ekonomi, sosial dan lingkungan. Dalam aspek ekonomi, sektor air bersih dituntut
menyesuaikan diri dengan kaidah-kaidah ekonomi dalam rangka memandu alokasi
sumberdaya air dan mendorong terselenggaranya sektor usaha selayaknya corporate yang
profesional, berperilaku efisien, dan menghasilkan manfaat bagi sektor ekonomi lainnya.
Dalam aspek sosial, sektor air bersih berhadapan dengan nilai-nilai sosial yang harus
diaspirasikan di dalam pembangunan serta kedudukannya sebagai sektor publik yang
paling mendasar. Muncul kesadaran yang sama yakni sasaran menyediakan sarana dan
air bersih bagi sebanyak-banyaknya penduduk. Sedangkan dalam aspek lingkungan,
sektor air bersih berhadapan dengan implikasi yang bernuansa sosial dan mempengaruhi
alokasi sumberdaya air. Sinergi antara aspek lingkungan dan sosial dapat menentukan
perilaku pengelolaan sumberdaya air dan permintaan air bersih. Secara keseluruhan,
kebijaksanaan sektor air bersih sejalan dengan pencapaian manfaat setinggi-tingginya dari
pembangunan dan konservasi sumberdaya air antara lain (United Nations, 1979): (1)
meningkatkan pendapatan regional atau nasional, (2) meredistribusikan pendapatan di
antara wilayah, (3) meredistribusikan pendapatan di antara berbagai kelompok masyarakat,
(4) memperbaiki keadaan kesehatan masyarakat, dan (5) memperbaiki kualitas lingkungan.
KABUPATEN ACEH UTARA
VII/10
Di Kabupaten Aceh Utara sendiri telah lama berdiri Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM)
Tirta Mon Pase yang melayani kebutuhan air bagi 2 (dua) wilayah pemerintahan, yaitu
Kabupaten Aceh Utara dan Kota Lhokseumawe. Hingga saat ini Kota Lhokseumawe sendiri
belum mempunyai PDAM sendiri sehingga pelayanan air bersih bagi masyarakat di Kota
tersebut harus dilayani oleh PDAM Tirta Mon Pase. Hal ini sudah barang tentu menjadikan
beban pelayanan bagi PDAM Tirta Mon Pase menjadi tinggi. Untuk pelayanan di tingkat
Kabupaten Aceh Utara sendiri belum seluruhnya terlayani, namun mengingat besarnya
ketergantungan Kabupaten Aceh Utara kepada Kota Lhokseumawe, baik itu dari sisi
pemerintahan (karena sebagian besar pusat kegiatan Pemerintahan Kabupaten Aceh Utara
masih berada di Kota Lhokseumawe), sosial hingga perdagangan dan jasa.
Hingga saat ini PDAM Tita Mon Pase telah mempunyai 1 WTP yang terletak di Lhoksukon
dan beberapa SWTP pembantu yang melayani ke kecamatan-kecamatan dalam wilayah
Kabupaten Aceh Utara dan Kota Lhokseumawe. Namun kebutuhan akan air bersih hingga
saat ini belum mencakup seluruh kecamatan-kecamatan di Kabupaten Aceh Utara. Banyak
kecamatan-kecamatan yang belum terlayani akan kebutuhan air bersih tersebut. Selain
belum adanya jaringan-jaringan pipa air yang memadai, hal ini juga disebabkan kurangnya
sumber air yang digunakan oleh PDAM Tirta Mon Pase serta masih minimnya fasilitas-
fasilitas yang dimiliki, sehingga tingkat kebutuhan yang semakin meningkat tidak diimbangi
dengan peningkatan sarana dan prasarana yang memadai.
Pengembangan Air Minum di Kabupaten Aceh Utara adalah agar terpenuhinya kebutuhan
air bersih dan air minum bagi seluruh penduduk di daerah ini, khususnya pada daerah-
daerah perkotaan dan daerah-daerah yang kritis akan air bersih, mengingat hampir
sebagian wilayah di Kabupaten Aceh Utara merupakan daerah rawan air bersih.
Strategi peningkatan kuantitas dan kualitas air bersih di Kabupaten Aceh Utara memiliki
dua sasaran. Pertama, pengembangan sumber-sumber air baku baru. Secara umum
kapasitas produksi air bersih berdasarkan sumber-sumber air baku yang ada tidak akan
cukup memenuhi permintaan air bersih pada masa mendatang. Oleh karena itu langkah
operasional terencana dan terpadu dalam jangka panjang khususnya di sekitar
KotaLhoksukon tidak dapat dikerjakan oleh sektor air bersih sendiri. Sistem penyediaan
dan upaya peningkatan air baku di wilayah tersebut pada mas yang akan datang bisa
ditunjang dengan adanya DAS Krueng Keuruto dan DAS Peusangan. Sistem pengelolaan
kedua DAS tersebut diharapkan mampu memanfaatkan air baku sekitar 50 persen dari
KABUPATEN ACEH UTARA
VII/11
kapasitas maksimumnya, dan diharapkan mampu untuk memenuhi kebutuhan air bersih
untuk seluruh Kabupaten Aceh Utara.
Sumber air yang menggunakan air baku dari sumur dalam atau mata air relatif tidak
bermasalah dalam memelihara kualitas air, yakni cukup dengan sistem injeksi desinfektan
kaporit sejumlah 0.2 hingga 0.4 mg per liter di dalam sistem pengolahan air yang relatif
sederhana. Sedangkan sumber air yang menggunakan bahan baku air permukaan, oleh
karena keadaannya relatif terbuka terhadap gangguan sifat-sifat kimia, fisika dan biologi air,
memerlukan proses pengolahan yang canggih dan rumit—meliputi sedimentasi awal,
aerator (proses oksidasi), flokulasi, sedimentasi akhir, dan penyaringan—untuk
memperbaiki kualitas air. Langkah operasional yang perlu segera diberlakukan adalah
menerapkan sistem monitoring dini kualitas air. Hal ini relevan pada PDAM Tirta Mon Pase
karena relatif sering menghadapi penurunan kualitas air bersih yang tidak terduga pada
musim kemarau. Di sisi lain, perbaikan teknologi pengolahan perlu diupayakan terus
menerus selain alasan efisiensi.
Strategi pengembangan sektor air bersih di Aceh Utara memerlukan integrasi dalam aspek
sosial, ekonomi dan lingkungan. Strategi tersebut diharapkan akan menghasilkan dampak
positif dalam masing-masing aspek secara proporsional, berkelanjutan, dan membawa
peningkatan kesejahteraan (social benefit). Pengembangan sektor air bersih di Aceh Utara
agaknya terkonsentrasi pada pengembangan wilayah DAS Krueng Keureuto dan
Peusangan, yakni untuk menyediakan air baku khususnya bagi penyediaan air bersih di
wilayah hilir.
Gambar 7.4
Prasarana Air Bersih yang dibangun dengan Dana APBN
di Kabupaten Aceh Utara
KABUPATEN ACEH UTARA
VII/12
2.2 Persampahan
Kota-kota kecamatan yang ada di Kabupaten Aceh Utara umumnya sudah menjadi kota-
kota yang tidak memiliki daya tarik lingkungan. Hal ini dikarenakan oleh banyaknya
sampah-sampah yang bertebaran yang salah satunya diakibatkan oleh kurangnya
kesadaran masyarakat dan kurangnya daya tampung tempat pembuangan sementara dan
akhir yang dimiliki. Beberapa inisiatif telah dilakukan oleh sektor pemerintah dan swasta,
akan tetapi hasilnya masih belum maksimal. Sampah berserakan di mana-mana,
sepanjang jalan, saluranl, sungai dan pantai yang menyebabkan terkontaminasinya air dan
perairan. Pemeliharaan selokan dan saluran drainase menurunkan kapasitas drainase dan
menyebabkan genangan dan banjir di tempat-tempat yang rendah. Karena tidak terdapat
Instalasi Pengolahan Air Limbah Domestik, maka kontaminasi akan semakin buruk jika
tidak segera diambil tindakan yang tepat, baik oleh pemerintah maupun oleh penduduk
setempat.
Dengan memperhatikan keseluruhan uraian di atas, untuk mengatasi berbagai
permasalahan aktual dalam pembangunan Kota di Kabupaten Aceh Utara, maka prinsip-
prinsip penataan ruang tidak dapat diabaikan lagi. Dalam konteks ini, upaya pengendalian
KABUPATEN ACEH UTARA
VII/13
pembangunan dan berbagai dampaknya perlu diselenggarakan secara terpadu lintas
sektor dan lintas wilayah melalui instrumen penataan ruang. Melalui instrumen ini pula,
maka daya dukung lingkungan dari suatu wilayah menjadi pertimbangan yang sangat
penting.
Penanganan masalah sampah sebagai wujud pelestarian lingkungan di Kabupaten Aceh
Utara direncanakan dengan Proyek Pembangunan TPA Teupin Keubeu untuk pengelolaan
limbah padat yang merupakan contoh model untuk mengatasi masalah persampahan di
daerah ini.
2.3 Sanitasi dan Air Limbah
Kawasan-kawasan permukiman dan insdustri di Kabupaten Aceh Utara pada umumnya
pembuangan air limbah dilakukan langsung ke saluran-saluran air yang bermuara pada
drainase atau sungai-sungai. Pembuangan air limbah baik yang bersumber dari kegiatan
domestik (rumah tangga) maupun industri tersebut ke badan air dapat menyebabkan
pencemaran lingkungan apabila kualitas air limbah tidak memenuhi baku mutu limbah.
Sebagai contoh, pada daerah-daerah perkotaan yang padat sering kali terlihat letak septic
tank, cubluk (balong), dan pembuangan sampah berdekatan dengan sumber air tanah. Hal
ini dikhawatirkan sumber air tanah akan tercemar oleh bakteri coli. Secara kimiawi, sumber-
sumber air di daerah perkotaan di Kabupaten Aceh Utara tidak memehenuhi baku mutu air
minum yang parameternya dinilai dari unsur nitrat, nitrit, besi, dan mangan.
Demikian juga hal nya dengan dunia industri di Kabupaten Aceh Utara. Dalam kegiatan
industri, air limbah akan mengandung zat-zat/kontaminan yang dihasilkan dari sisa bahan
baku, sisa pelarut atau bahan aditif, produk terbuang atau gagal, pencucian dan
pembilasan peralatan, blowdown beberapa peralatan seperti kettle boiler dan sistem air
pendingin, serta sanitary wastes. Agar dapat memenuhi baku mutu, industri harus
menerapkan prinsip pengendalin limbah secara cermat dan terpadu baik di dalam proses
produksi (in-pipe pollution prevention) dan setelah proses produksi (end-pipe pollution
prevention). Pengendalian dalam proses produksi bertujuan untuk meminimalkan volume
limbah yang ditimbulkan, juga konsentrasi dan toksisitas kontaminannya. Sedangkan
pengendalian setelah proses produksi dimaksudkan untuk menurunkan kadar bahan
peencemar sehingga pada akhirnya air tersebut memenuhi baku mutu yang sudah
ditetapkan.
KABUPATEN ACEH UTARA
VII/14
Namun demikian, permasalahan air limbah di Kabupaten Aceh Utara tidak sesederhana
yang dibayangkan karena pengolahan air limbah memerlukan biaya investasi yang besar
dan biaya operasi yang tidak sedikit, sementara daerah tidak mampu untuk menanggu
semua biaya tersebut. Untuk itu, pengolahan air limbah harus dilakukan dengan cermat,
dimulai dari perencanaan yang teliti, pelaksanaan pembangunan fasilitas instalasi
pengolahan air limbah (IPAL) atau unit pengolahan limbah (UPL) yang benar, serta
pengoperasian yang cermat
2.4 Drainase
Kabupaten Aceh Utara dialiri oleh beberapa buah krueng (sungai) dengan pola aliran
kurang lebih dari barat daya ke timur laut, dengan hulu utama di daerah atas yaitu
Kabupaten Aceh Tengah dan Bener Meriah. Adapun beberapa sungai besar yang melintasi
Kabupaten Aceh Utara adalah Sungai Kuala Keuruto dan Sungai Krueng Pase.
Keberadaan sungai-sungai besar ini sangat berpengaruh dan berdampak terhadap
drainase yang ada di kota-kota di Kabupaten Aceh Utara.
Pada umumnya sistim drainase Kabupaten Aceh Utara berawal dari saluran-saluran
drainase kwarter di perumahan yang mengalir ke saluran tersier drainase jalan, lalu
mengalir ke sungai-sungai tersebut diatas, baik secara langsung, ataupun melalui saluran
irigasi yang kemudian menjadi saluran pembuang persawahan terlebih dahulu.
Kebanyakan kota-kota kecamatan di Kabupaten Aceh Utara yang berada di daerah pesisir
sangat rentan terhadap banjir genangan akibat dari kapasitas drainase yang tidak
memadai. Selain itu hal tersebut juga diakibatkan karena gravitasi jalannya aliran drainase
yang tidak dapat terlalu diandalkan oleh karena banyaknya daerah-daerah pesisir yang
daratannya sudah berada beberapa centimeter dibawah permukaan laut (DPL). Namun
untuk kota-kota kecamatan yang berada di bagian tengah dan atas kondisi topografinya
sudah cukup menunjang, kepadatan rumah yang umumnya masih jarang, kecuali di
kecamatan-keacamatan sepanjang jalan utama (jalan negara Banda Aceh – Medan), dan
tata guna lahan yang masih teratur. Namun demikian masih juga terdapat genangan-
genangan di beberapa tempat di Kabupaten Aceh Utara.
Gambar 7.5
Perbaikan Drainase di Kabupaten Aceh Utara
KABUPATEN ACEH UTARA
VII/15
2.5 Permukiman Kumuh dan Rusunuwa
Pembangunan Rumah Susun Sederhana Sewa (Rusunawa) merupakan salah satu wujud
program penanganan kawasan permukiman kumuh di perkotaan dengan pendekatan
peremajaan kota atau urban renewal. Hal tersebut diharapkan dapat meningkatkan kualitas
kawasan permukiman dan mengurangi proporsi kawasan kumuh dan tidak layak huni di
perkotaan . Selain itu bagi warga yang tinggal di Rusunawa dapat lebih meningkatkan
produktivitasnya sekaligus kesejahteraannya.
Karena alasan itu, pembangunan Rusunawa dirasakan sudah sangat mendesak
keberadaannya. Pembangunan Rusunawa tidak dapat berdiri sendiri, melainkan harus
terpadu dan disiapkan melalui tahapan dalam kemasan Perencanaan Peremajaan
Kawasan Permukiman Kumuh yang ditetapkan dalam program pengembangan
permukiman perkotaan dan oleh karenanya merupakan salah satu agenda prioritas dalam
Strategi Pengembangan Kota yang diamanatkan dalam RTRW – Kabupaten Aceh Utara.
Pembangunan Rusunawa sangat sesuai untuk hunian di kota-kota besar mengingat
keterbatasan lahan selain diperuntukkan untuk perbaikan kawasan permukiman di
perkotaan. Dengan konsep bangunan vertikal, maka diharapkan lahan untuk ruang terbuka
hijau dan daerah resapan air jumlahnya akan bertambah sehingga dapat mencegah
terjadinya banjir dan mengurangi kepadatan perumahan diperkotaan.
Maksud dari Pembangunan Rusunawa adalah :
KABUPATEN ACEH UTARA
VII/16
Memfasilitasi dan memenuhi kebutuhan perumahan bagi MBR yang semula di
kawasan padat dan tanah Negara.
Mendukung pengembangan kawasan industri, perniagaan, jasa di perkotaan dengan
adanya optimalisasi lahan .
Mengurangi terjadinya kemacetan dan permasalahan lalu lintas.
Tujuan yang ingin dicapai adalah :
Tercapainya penyediaan perumahan susun sewa bagi MBR yang semula tinggalpada
lokasi / kawasan padat dan kumuh dengan harga terjangkau.
Tertatanya lingkungan perumahan di sekitar kawasan kota dan terjaganya
keseimbangan lingkungan hidup.
Tercapainya peningkatan kesejahteraan masyarakat MBR.
Tercapainya peningkatan produktifitas kerja dan efisiensi pemanfaatan ruang dan
waktu.
Berkurangnya permasalahan lalu lintas, akibat besarnya biaya transportasi pergerakan
tenaga kerja dari kawasan permukiman menuju lokasi kerja.
Pemilihan lokasi rusunawa diarahkan pada lokasi-lokasi atau kawasan-kawasan yang
potensial dikembangkan sebagai penanggulangan kawasan kumuh perkotaan dan
diprioritaskan kepada Masyarakat Berpenghasilan Rendah dan pekerja yang berada dan
tinggal dikawasan tersebut berdasarkan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten
Aceh Utara.
Fasilitas rusunawa seperti:
1. Unit hunian (kamar) 192 unit (2 blok)
2. Unit hunian difable (penyandang cacat ) 4 unit
3. Mushalla
4. Ruang Pertemuan
5. Ruang komersil
6. Parkir Kendaran roda 2
Tabel 7.7Data Rusunawa Kabupaten Aceh Utara s.d Tahun 2012
No LokasiJumlah Twin
BlokJumlah
UnitJumlah Penghuni
KK Jiwa
KABUPATEN ACEH UTARA
VII/17
1PP Ma’hadul ulumdiniah Islamiyah mesjid raya Samalanga
1 TB 192(tdk ada data, Kemenpera)
(tdk ada data, Kemenpera)
Sumber : UPTD Rusunawa Dinas PU Kota Banda Aceh
III. PEMBIAYAAN BIDANG CIPTA KARYA
Pembiayaan bidang Cipta Karya dari tahun 2010 sampai dengan 2012 mengalami
peningkatan untuk sumber dana APBA propinsi, sedangkan sumber dana APBN
mengalami fluktuasi yaitu adanya kenaikan pada tahun 2011 dan penurunan kembali
pada tahun 2012.
Pembiayaan bidang Cipta Karya pada tahun 2010 adalah Rp. 2.015.858.000,- (APBN
Murni), Rp. 24.925.136.000,- (APBA Propinsi) dan Rp. 1.597.237.000,- (DAK). Pada
tahun 2011 adalah Rp. 5.344.221.000,- (APBN Murni), Rp. 73.219.000.000,- (APBA
Propinsi), dan Rp. 1.050.600.000,- (DAK). Sedangkan pada tahun 2012 adalah Rp.
4.480.413.000,- (APBN Murni), Rp. 117.485.000.000,- (APBA Propinsi), dan Rp.
1.514.770.000,- (DAK).
KABUPATEN ACEH UTARA
VII/18
Tabel 7.8Pengalokasian Pendanaan Bidang Cipta Karya Kabupaten Aceh Utara
TAHUN KEGIATANAPBN APBD
CSR & KPS
DAKSUMBER
PENDANAAN LAINNYARM PHLN PROVINSI KAB/KOTA
2010 Bangkim - - 11,968,136 -PBL - - 7,197,000 -PLP - - - 764,600AM 2,015,858 - 5,760,000 832,637
TOTAL 2,015,858 24,925,136 1,597,2372011 Bangkim 1,357,000 - 66,729,000 -
PBL 150,000 - 1,400,000 -PLP - - - -AM 3,837,221 - 5,090,000 1,054,600
TOTAL 5,344,221 73,219,000 1,054,6002012 Bangkim 1,050,000 - 109,835,000 -
PBL - - 2,400,000 -PLP - - - -AM 3,430,413 - 5,250,000 1,514,770
TOTAL 4,480,413 - 117,485,000 1,514,770
KABUPATEN ACEH UTARA
(Dalam Ribuan)