Transcript

BAGIAN IKM DAN IKK JUNI 2015FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS HASANUDDIN

ASPEK KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA PADA PEKERJA SALON UNGU DI ABD.DG.SIRUA

MAKASSAR

Disusun oleh :

Irvicha T. Dahri C 111 10 159

A.Vawella Febria C 111 10 296

Riskawaty Salim C 111 10 301

Pembimbing :

dr. Sultan Buraena MS. Sp.OK

DALAM RANGKA TUGAS KEPANITERAAN KLINIK

BAGIAN ILMU KEDOKTERAN KERJA DAN

ILMU KEDOKTERAN KOMUNITAS

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS HASANUDDIN

MAKASSAR

2015

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH

Di era globalisasi dan pasar bebas WTO dan GATT yang akan berlaku tahun

2020 mendatang, kesehatan dan keselamatan kerja merupakan salah satu prasyarat

yang ditetapkan dalam hubungan ekonomi dan perdagangan barang dan jasa antar

negara yang harus dipenuhi oleh seluruh negara anggota, termasukbangsa

Indonesia. Pelaksanaan Kesehatan dan Keselamatan Kerja adalah salah satu

bentuk upaya untuk menciptakan tempat kerja yang aman, sehat, bebas dari

pencemaran lingkungan, sehingga dapat mengurangi dan atau bebas dari

kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja yang pada akhirnya dapat

meningkatkan efisiensi dan produktivitas kerja.

Seiring dengan perkembangan zaman, perkembangan industri di Indonesia

semakin berkembang pesat juga. Tidak hanya industri formal tapi perkembangan

industri informal juga semakin berkembang pesat. Bertolak dari perkembangan

industri penerapan kesehatan dan keselamatan kerja juga harus menjadi perhatian.

Namun dalam penerapan kesehatan dan keselamatan kerja di industri formal jauh

lebih baik dibanding industri nonformal. Dalam sektor formal institusinya jelas

yaitu institusi formal, ada perjanjian ketenagakerjaan serta program perlindungan

K3 sudah ada dan diterapkan. Sedangkan industri nonformal masih jauh dari yang

diharapkan.

Untuk melihat penerapan K3 di industri nonformal kami melakukan

penilaian tentang K3 di industri atau usaha salon. Kami tertarik melakukan

penilaian resiko pada industri atau usaha salon ini karena ini sangat mudah

ditemukan. Selain itu usaha nonformal ini juga belum diketahui tentang tingkat

resiko maupun penyakit yang ditimbulkan dalam usaha salon ini.

Dilihat dari aktivitas pekerjaan yang dilakukan oleh para pekerja salon ini

yang dimana penggunaan tenaga yang banyak dilakukan oleh tangan, posisi kerja

yang canggung (termasuk posisi kerja yang membungkuk), getaran yang

2

berlebihan dari alat kerja yang digunakan, dan kontak fisik dengan konsumen atau

pengguna jasa salon kecantikan ini.

B. RUMUSAN MASALAH

Adapun yang menjadi rumusan masalah dari penelitian ini adalah :

“Faktor hazard apa saja yang mempengaruhi Keselamatan dan Kesehatan Kerja

pada pekerja salon dan apa saja faktor yang menyebabkan kecelakaan kerja pada

pekerja salon”

C. TUJUAN PENELITIAN

I. TUJUAN UMUM

Untuk mengetahui tentang aspek K3 pada pekerja salon.

II. TUJUAN KHUSUS

1. Untuk mengetahui tentang factor hazard yang dialami pekerja salon.

2. Untuk mengetahui tentang alat kerja yang digunakan yang dapat

mengganggu kesehatan pekerja.

3. Untuk mengetahui tentang Alat Pelindung Diri yang digunakan pada saat

bekerja.

4. Untuk mengetahui pemeriksaan kesehatan yang pernah dilakukan sesuai

peraturan.

5. Untuk mengetahui keluhan / penyakit yang dialami yang berhubungan

dengan pekerjaan pada pekerja salon.

6. Untuk mengetahui upaya K3 lainnya yang dijalankan seperti adanya

penyuluhan / pelatihan tentang factor hazard yang pernah dilakukan.

D. MANFAAT PENELITIAN

1. Bagi peneliti, sebagai suatu pengalaman belajar dalam kegiatan penelitian

sehingga dapat memperoleh pengalaman dan meningkatkan wawasan

peneliti tentang faktor-faktor yang berpengaruh terhadap perilaku pekerja

salon dalam keselamatan dan kesehatan lingkungan kerja.

2. Bagi pekerja salon kecantikan, sebagai bahan informasi tentang manfaat

3

cara pencegahan terjadinya kecelakaan dalam bekerja dan

penanggulangannya.

4

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. TINJAUAN UMUM

Kesehatan kerja adalah suatu kondisi kesehatan yang bertujuan agar

masyarakat pekerjaan memperoleh derajat kesehatan setinggi-tingginya, baik

jasmani, rohani, maupun sosial, dengan usaha pencegahan dan pengobatan

terhadap penyakit atau gangguan kesehatan yang disebabkan oleh pekerjaan dan

lingkungan kerja maupun penyakit umum. Kesehatan dalam ruang lingkup

kesehatan, keselamatan, dan keamanan kerja tidak hanya diartikan sebagai suatu

keadaan bebas dari penyakit. (Menurut Undang-Undang Pokok Kesehatan RI No.

9 Tahun 1960, BAB I pasal 2,keadaan sehat diartikan sebagai kesempurnaan

keadaan jasmani, rohani, dan kemasyarakatan). 1

Keselamatan kerja adalah keselamatan yang bertalian dengan mesin, pesawat,

alat kerja, bahan dan proses pengolahannya, landasan tempat kerja dan

linkungannya serta cara melakukan pekerjaan.1

Perlindungan tenaga kerja meliputi aspek-aspek yang cukup luas, yaitu

perlindungan keselamatan, kesehatan, pemeliharaan moral kerja serta perlakuan

yang sesuai dengan martabat manusia dan moral agama. 1

Perlindungan tersebut bermaksud, agar tenaga kerja secara aman

melakukan pekerjaannya sehari-hari untuk meningkatkan produksi dan

produktivitas nasional. Tenaga kerja harus memperoleh perlindungan dari

perbagai masalah disekitarnya dan pada dirinya yang dapat menimpa dan

mengganggu dirinya serta pelaksanaan pekerjaannya. 1

Jelaslah, bahwa keselamatan kerja adalah satu segi penting dari

perlindungan tenaga kerja. Dalam hubungan ini, bahaya yang dapat timbul dari

mesin, pesawat, alat kerja, bahan dan proses pengolahannya, keadaan tempat

kerja, lingkungan, cara melakukan pekerjaan, karakteristik fisik dan mental

daripada pekerjaannya, harus sejauh mungkin dikendalikan.1

Keselamatan kerja dapat diartikan sebagai keadaan terhindar dari bahaya selama

melakukan pekerjaan. Dengan kata lain keselamatan kerja merupakan salah sau faktor

5

yang harus dilakukan selama bekerja. Tidak ada seorang pun didunia ini yang

menginginkan terjadinya kecelakaan. Keselamatan kerja sangat bergantung .pada jenis,

bentuk, dan lingkungan dimana pekerjaan itu dilaksanakan. Unsur-unsur penunjang

keselamatan kerja adalah sebagai berikut:

a.    Adanya unsur-unsur keamanan dan kesehatan kerja yang telah dijelaskan

diatas.

b.     Adanya kesadaran dalam menjaga keamanan dan kesehatan kerja.

c.     Teliti dalam bekerja.

d.    Melaksanakan prosedur kerja dengan memperhatikan keamanan dan kesehatan

kerja.

Kecelakan tidak terjadi kebetulan melainkan ada sebabnya. Maka

kecelakaan itu dapat dicegah asal kita ada kemauan untuk mencegahnya. Sebab-

sebab kecelakaan akibat kerja ada 2 golongan sebagai berikut :

1.    Faktor mekanis dan lingkungan, meliputi segala sesuatu selain manusia. Faktor

ini dapat pula dibagi-bagi menurut keperluan untuk tujuan apa. Misalnya; sebuah

perusahaan sebab-sebab kecelakaan dapat disusun menurut pengelolaan bahan,

pemakaian alat-alat atau perkakas yang dipegang oleh tangan, jatuh dilantai dan

tertimpa benda jatuh, menginjak atau terbentur barang, luka bakar oleh benda pijar

atau pengangkutan.

2.    Faktor manusia itu sendiri. Misalnya seorang penjahit mengalami kecelakaan

tertimpa gunting jatuh tepat mengenai punggung kakinya. Jika ia mengikuti

petunjuk kesehatan dan keselamatan kerja dan tidak meletakkan gunting

sembarangan maka gunting tersebut tidak akan tersenggol dan tidak akan jatuh.

B. TINJAUAN KHUSUS

Sektor informal adalah segala jenis pekerjaan yang tidak menghasilkan

pendapatan yang  tetap, tempat pekerjaan yang tidak terdapat keamanan kerja (job

security), tempat bekerja yang tidak ada status permanen atas pekerjaan tersebut

dan unit usaha atau lembaga yang tidak berbadan hukum. Sedangkan ciri-ciri

kegiatan-kegiatan informal adalah mudah masuk, artinya setiap orang dapat kapan

saja masuk ke jenis usaha informal ini, bersandar pada sumber daya lokal,

6

biasanya usaha milik keluarga, operasi skala kecil, padat karya, keterampilan

diperoleh dari luar sistem formal sekolah dan tidak diatur dan pasar yang

kompetitif. Contoh dari jenis kegiatan sektor informal antara lain pedagang kaki

lima (PKL), becak, penata parkir, pengamen dan anak jalanan, pedagang pasar,

buruh tani dan lainnya.

Usaha salon kecantikan merupakan usaha jasa yang resikonya kecil akan

tetapi hasilnya relatif tetap. Usaha salon kecantikan yang satu ini yaitu usaha

dengan modal sekali namun pendapatan tiap hari.

Dalam usaha salon kecantikan ini terdapat resiko dan bahaya bagi pekerjanya.

Bahaya (Hazard) adalah sesuatu yang berpotensi menjadi penyebab kerusakan. Ini

dapat mencakup substansi, proses kerja, dan atau aspek lainnya dari lingkungan

kerja. Sedangkan resiko adalah peluang atau sesuatu hal yang berpeluang untuk

terjadinya kematian, kerusakan, atau sakit yang dihasilkan karena bahaya.2

Untuk mengetahui bahaya dan resiko dari tempat kerja tersebut maka

dilakukan identifikasi bahaya dan penilaian resiko. Untuk mengetahui bahaya dan

resiko dari tempat kerja tersebut maka dilakukan identifikasi bahaya dan penilaian

resiko. Identifikasi  bahaya adalah upaya yang dilakukan secara sistematis untuk

mengetahui potensi bahaya yang ada di lingkungan kerja. Sedangkan penilaian

resiko adalah upaya yang dilakukan untuk mengevaluasi besarnya resiko serta

skenario dampak yang akan ditimbulkannya.3

7

BAB III

METODE PENELITIAN

A. LOKASI DAN WAKTU

1. Lokasi

Lokasi survei kesehatan dan kedokteran kerja yang kami jalankan adalah

mengevaluasi faktor yang berpengaruh pada kesehatan dan keselamatan

kerja pekerja salon Ungu di Abd.Dg.Sirua Timur Makassar.

2. Waktu

Waktu pelaksanaan survei kesehatan dan kedokteran kerja ini pada tanggal

1 – 2 Juni 2015 dengan agenda sebagai berikut.

B. BAHAN DAN CARA

1. Peralatan yang diperlukan

Peralatan yang diperlukan untuk melakukan walk through survey (survei

jalan sepintas) dalam rangka untuk survei kesehatan dan kedokteran kerja pekerja

salon kecantikan, antara lain :

Alat tulis menulis

Berfungsi sebagai media untuk mencatat selama survei jalan sepintas

Kamera

Digunakan untuk mencatat situasi kerja di dalam salon kecantikan

Check list (kuisioner)

Digunakan untuk mendapatkan data primer mengenai survei yang

dilakukan

Komputer dan printer

2. Cara pemantauan

Kami merencanakan untuk memantau dan mengevaluasi kegiatan yang

dilakukan pekerja salon Ungu yang berhubungan dengan kesehatan dan

keselamatan kerja serta kesehatan lingkungan kerja pada lingkungan salon Ungu.

Pemantauan ini dilakukan dengan metode walk through survey dengan

menggunakan check list.

8

BAB IV

HASIL SURVEY DAN PEMBAHASAN

A. HASIL SURVEY

1. HAZARD LINGKUNGAN KERJA

Faktor fisik

1. Kebisingan

Faktor kebisingan ada dari alat kerja yakni pada hair dryer

(pengering rambut) namun tidak terlalu menimbulkan kebisingan.

2. Sumber cahaya

Sumber cahaya di tempat kerja bersumber dari beberapa lampu.

3. Sumber getaran

Sumber getaran berasal dari alat kerja yang digunakan seperti

clipper (mesin cukur) dan hair dryer.

4. Sumber radiasi

Sumber radiasi pada tempat ini tidak ada sehinggga tidak terlalu

mengganggu kesehatan dan keselamatan kerja.

5. Temperature

Suhu di ruangan tempat kurang baik karena menggunakan 2 kipas

angin sehingga pekerja salon merasa kepanasan saat melakukan

pekerjaannya.

Faktor kimia

1. Bahan kimia yang digunakan

Pekerja menggunakan shampoo dan masker pada saat konsumen

creambath, dan cat rambut saat mengecat rambut konsumen.

2. Debu di ruangan kerja

Tidak terdapat banyak debu di ruangan kerja karena ruangan selalu

dibersihkan.

9

Faktor biologi

1. Sisa rambut

Terdapat sisa rambut di lantai namun dibersihkan jika konsumen

sedang tidak padat.

2. Penyakit tertentu yang diderita konsumen

Kadang – kadang terdapat beberapa konsumen dengan kelainan /

penyakit pada kulit.

2. ALAT KERJA YANG DIGUNAKAN

Menggunakan alat tangan Faktor ergonomis

1. Lama berdiri

Layanan di salon Ungu ini mulai beroperasi pukul 09.00 sampai

20.00 WITA. Lama berdiri setiap pelanggan ± 1 jam. Istirahat pada

hari biasa mencapai 1 jam per konsumen. Biasanya pada waktu

menjelang hari raya ataupun akhir minggu konsumennya banyak

sehingga pekerja hanya beristirahat 15-30 menit per konsumen.

2. Posisi badan miring / membungkuk

Pekerja lebih banyak berdiri saat memotong rambut dan pada saat

melakukan creambath. Kadang-kadang juga pekerja membungkuk

dan duduk pada saat melakukan pekerjaan.

3. Posisi tangan melewati bahu / letak tinggi

Kebanyakan posisi tangan pekerja tidak terlalu tinggi / tidak

melewati bahu, tetapi kadang kalau konsumen yang lebih tinggi dari

petugas menyebabkan posisi tangan lebih tinggi daripada bahu

karena ketinggian kursi yang tidak dapat diatur.

Faktor psikososial

1. Pembagian jadwal jam kerja tidak ada, para pekerja salon hanya

mendapat shift kerja hanya 1 jam di luar jam istirahat .

2. Rasa cemas ataupun gelisah saat bekerja

Pekerja kadang merasa cemas akan penyakit yang kadang-kadang

mereka derita seperti bersin, batuk.

10

3. Hubungan sesama pekerja baik.

4. Gaji para pekerja setiap bulannya tidak tentu karena tergantung dari

banyaknya konsumen yang datang.

Semua alat yang digunakan salon berupa alat tangan.

Mesin pencukur merupakan alat yang juga sering digunakan

Pisau cukur juga sering digunakan

3. ALAT PELINDUNG DIRI YANG DIGUNAKAN

Penggunaan alat pelindung diri

APD yang disediakan untuk para pekerja ada celemek dan sarung

tangan, namun APD ini sangat jarang digunakan oleh pekerja pada saat

bekerja. Pekerja hanya menggunakan baju seragam sebagai pakaian

kerja dan sepatu atau sendal sebagai alat pelindung kaki.

Alat pelindung diri mata tidak digunakan

Alat pelindung pernapasan tidak ada

Pembersihan alat pelindung diri tidak ada

4. PEMERIKSAAN KESEHATAN

Pemeriksaan kesehatan tertentu dilakukan oleh pekerja ke puskesmas

atau klinik.

Pemeriksaan kesehatan rutin tidak dilakukan, pekerja hanya

memeriksakan diri ke puskesmas atau klinik jika ada gejala tertentu.

Hasil pemeriksaan kesehatan dikatakan bahwa pekerja tidak mengalami

sakit berat, hanya karena capek.

5. ADANYA KELUHAN KESEHATAN

Keluhan saluran pernapasan (bersin, batuk) merupakan keluhan yang

kadang-kadang dialami pekerja.

Keluhan pada mata (merah, kering, perih) merupakan keluhan paling

sering pada pekerja salon.

11

Keluhan musculoskeletal pegal-pegal (nyeri bahu, pinggang, paha,

tangan, kaki) adalah keluhan yang sering dialami oleh karena posisi

yang monoton dalam waktu yang lama disertai posisi yang tidak

ergonomis

Perizinan saat sakit didapatkan oleh pekerja dan diberi istirahat kerja

6. UPAYA KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA LAINNYA

Pelatihan atau penyuluhan tentang K3 tidak ada

Kotak P3K di ruang ada

Petugas K3 tidak ada

B. PEMBAHASAN

1. Hazard Lingkungan Kerja potensi bahaya yang dapat menyebabkan

gangguan – gangguan kesehatan terhadap tenaga kerja yang terpapar,

misalnya : terpapar kebisingan intensitas tinggi, suhu ekstrim (panas dan

dingin), intensitas penerangan kurang memadai, getaran, radiasi.5

Faktor fisik

1. Sumber kebisingan.

Kebisingan ada dari alat kerja yakni pada hair dryer (pengering

rambut) namun tidak terlalu menimbulkan kebisingan. Kualitas

suatu bunyi ditentukan oleh frekuensi dan intensitasnya. Frekuensi

dinyatakan dalam jumlah getaran perdetik (Hertz, Hz), sedangkan

intensitas  atau arus energi persatuan luas biasanya dinyatakan

dalam suatu logaritmis yang disebut desibel ditulis dBA atau dB(A).

Telinga manusia mampu mendengar pada frekuensi antara 16 –

20.000 Hz. 4

Sesuai Keputusan Menteri Tenaga Kerja Nomor :

KEP-51/MEN/1999 adalah 85 desi Bell A (dBA), untuk waktu

pemajanan 8 jam perhari. Dan untuk kebisingan lebih dari 140 dBA

walaupun sesaat pemajanan tidak diperkenankan. 4

2. Sumber cahaya

12

Sumber cahaya di tempat kerja bersumber dari beberapa lampu

untuk pencahayaan.

3. Sumber getaran berasal dari alat kerja misalnya mesin cukur yang

digunakan dan pengering rambut.

4. Sumber radiasi tidak ada sehingga pada salon Ungu tidak ditemukan

faktor radiasi yang mengganggu kesehatan dan keselamatan kerja.

5. Temperature di ruangan tempat kurang baik karena hanya

menggunakan 2 kipas angin sehingga para pekerja sering merasa

kepanasan.

Suhu udara yang terlalu panas akan menyebabkan menurunnya

semangat kerja karyawan di dalam melaksanakan pekerja. Di dalam

ruangan kerja dibutuhkan udara yg baik untuk kesegaran fisik

karyawan.4

Suhu udara atau temperatur ruang kerja karyawan dipertahankan

baik pada musim panas maupun di musim dingin adalah dibawah

21oC untuk menekan kelembaban. 4

Faktor kimia

Faktor kimia merupakan potensi bahaya yang berasal dari bahan –

bahan kimia yang digunakan dalam proses produksi. Potensi bahaya ini

dapat memasuki atau mempengaruhi tubuh tenga kerja melalui :

inhalation (melalui pernafasan), ingestion (melalui mulut ke saluran

pencernaan), skin contact (melalui kulit).5

Diperkirakan paparan bahan kimia di tempat kerja mengakibatkan

4% kematian karena kanker, dan bahkan dapat mencapai 80% untuk

jenis kanker tertentu. Sebagian besar pekerja dapat menderita berbagai

jenis penyakit yang disebabkan oleh bahan kimia.4

1. Bahan kimia yang digunakan

Pekerja menggunakan shampoo dan masker pada saat konsumen

creambath, dan cat rambut saat mengecat rambut konsumen namun

zat kimia ini masif relatif aman bagi para pekerja.

2. Debu di ruangan kerja

13

Tidak terdapat banyak debu di ruangan kerja karena ruangan selalu

dibersihkan.

Sehingga pada salon Ungu ini tidak ditemukan factor kimia yang

potensial yang dapat menganggu kesehatan dan keselamatan kerja.

Faktor biologi

Faktor biologi merupakan bahan organik yang berasal dari sumber –

sumber biologi yang berbeda seperti virus, bakteri, jamur, protein dari

binatang atau bahan-bahan dari tumbuhan seperti produk serat alam yang

terdegradasi.4

1. Sisa rambut

Terdapat sisa rambut di lantai namun dibersihkan jika konsumen

sedang tidak padat

2. Penyakit tertentu yang diderita konsumen

Kadang – kadang terdapat beberapa pasien dengan kelainan /

penyakit pada kulit

Sehingga dari factor biologi salon Ungu ini masih kurang baik.

Fakto ergonomic

Faktor ergonomi merupakan potensi bahaya yang berasal atau yang

disebabkan oleh penerapan ergonomi yang tidak baik atau tidak sesuai

dengan norma – norma ergonomi yang berlaku, dalam melakukan

pekerjaan serta peralatan kerja, termasuk : sikap dan cara kerja yang

tidak sesuai, pengaturan kerja yang tidak tepat, beban kerja yang tidak

sesuai dengan kemampuan pekerja ataupun ketidakserasian antara

manusia dan mesin.5

1. Lama berdiri

Layanan di salon Yoipe ini mulai beroperasi pukul 09.00 sampai

20.00 WITA. Lama berdiri setiap pelanggan ± 1 jam. Istirahat pada

hari biasa mencapai 1 jam per konsumen. Biasanya pada waktu

menjelang hari raya ataupun akhir minggu konsumennya banyak

sehingga pekerja hanya beristirahat 15-30 menit per konsumen.

14

2. Posisi badan miring / membungkuk

Pekerja lebih banyak berdiri saat memotong rambut dan pada saat

melakukan creambath. Kadang-kadang juga pekerja membungkuk

dan duduk pada saat melakukan pekerjaan.

3. Posisi tangan melewati bahu / letak tinggi

Kebanyakan posisi tangan pasien tidak terlalu tinggi / tidak

melewati bahu, tetapi kadang kala konsumen yang lebih tinggi dari

petugas menyebabkan posisi tangan lebih tinggi daripada bahu

karena ketinggian kursi yang tidak dapat diatur.

Sehingga berdasarkan hasil observasi terlihat bahwa factor ergonomi

pada salon Ungu ini belum memadai karena pekerja juga sangat mengeluhkan

seringnya gangguan musculoskeletal berupa pegal-pegal (nyeri bahu,

pinggang, tangan, paha dan kaki) yang dialaminya.

Faktor psikososial

Faktor psikososial merupakan potensi bahaya yang berasal atau

ditimbulkan oleh kondisi aspek-aspek psikologis ketenagakerjaan yang

kurang baik atau kurang mendapatkan perhatian.5

Respon tubuh yang sifatnya non-spesifik terhadap setiap tuntutan.

Jika respon terhadap tubuh berlebihan maka akan menimbulkan stress.

Gangguan emosional yg ditimbulkan adalah : cemas, gelisah, gangguan

kepribadian, penyimpangan seksual, pecandu alkohol/psikotropika.

Penyakit-penyakit psikosomatis antara lain : jantung koroner, tekanan

darah tinggi, gangguan pencernaan, luka usus besar, gangguan pernapasan,

asma bronkial, penyakit kulit seperti eksim,dll.4

Jam kerja yang lama/ istirahat kurang dan kurang baiknya

komunikasi antara sesama pegawai juga dapat menyebabkan timbulnya

permasalahan dari faktor psikososial.6

Pembagian jadwal jam kerja tidak ada, para pekerja salon hanya

mendapat shift kerja hanya 1 jam di luar jam istirahat .

Rasa cemas ataupun gelisah saat bekerja. Pekerja kadang merasa

cemas akan penyakit yang kadang-kadang mereka derita seperti bersin,

15

batuk. Hubungan sesama pekerja baik. Gaji para pekerja setiap bulannya

tidak tentu karena tergantung dari banyaknya konsumen yang datang.

Sehingga dari hasil observasi didapatkan ada beberapa factor

psikososial yang terganggu.

2. ALAT KERJA YANG DIGUNAKAN

Menggunakan alat tangan

Semua alat yang digunakan pekerja salon Ungu berupa alat tangan.

Mesin pencukur merupakan alat yang juga sering digunakan

Pisau cukur juga sering digunakan

Alat – alat yang digunakan dapat berbahaya bagi pekerja jika tidak

menggunakan APD atau jika tidak menggunakan alat tersebut dengan

hati-hati. Sehingga dibutuhkan pengalaman kerja dan pengetahuan

mengenai perlatannya serta dampak yang dapat timbul oleh alat – alat

tersebut.

3. ALAT PELINDUNG DIRI YANG DIGUNAKAN

Alat pelindung diri didefinisikan sebagai alat yang digunakan

untuk melindungi pekerja dari luka atau penyakit yang diakibatkan oleh

adanya kontak dengan bahaya (hazards) di tempat kerja, baik yang bersifat

kimia, biologis, radiasi, fisik, elektrik, mekanik dan lainnya.4

Berikut ini akan disebutkan beberapa perlengkapan APD yang

digunakan di industri baik formal maunpun informal mulai dari kaki

sampai kepala.

a. Pelindung kepala, seperti helm yang dilengkapi oleh perisai dan

lain sebagainya.

b. Pelindung mata, seperti kaca mata dan kaca pengaman yang

dimana kaca mata atau kaca pengeman ini tidak mudah hancur

c. Pelindung pendengaran, seperti earplugs dan earmuffs

d. Pelindung muka, seperti perisai yang biasa digunakan pada usaha

las

16

e. Pelindung pernafasan

f. Pelindung badan

g. Pelindung jari dan tangan, seeperti kaos tangan yang terbuat dari

asbes atau yang lainnya

h. Pelindung kaki

i. Pengaman dari kejatuhan, seperti tali penolong, atau ikat pinggang

pengaman, pakaian pengaman dan jarring

Sedangkan pada salon Ungu ini pekerja hanya menggunakan baju

seragam sebagai pakaian kerja dan sandal atau sepatau sebagai pelindung kaki.

Di salon tersebut disediakan celemek dan sarung tangan bagi pekerja namun

APD tersebut sangat jarang digunakan oleh para pekerja saat bekerja. Pekerja

sebenarnya mengetahui alat – alat pelindung diri dan mengetahui fungsinya

masing – masing namun kesadaran pekerja yang masih kurang untuk

menggunakan alat pelindung diri tersebut.

4. PEMERIKSAAN KESEHATAN

Upaya pengendalian agar sumber yang dapat menimbulkan gangguan

dapat dikurangi agar tidak menimbulkan efek terhadap orang sekelilingnya.

Upaya yang dapat dilakukan dapat berupa pendekatan teknis, administratif,

dan medis.4

Pemeriksaan kesehatan tertentu dilakukan oleh pekerja ke puskesmas

atau ke klinik.

Pemeriksaan kesehatan rutin tidak dilakukan, pekerja hanya

memeriksakan diri ke puskesmas atau klinik jika ada gejala tertentu.

Hasil pemeriksaan kesehatan dikatakan bahwa pekerja tidak mengalami

sakit berat, hanya karena capek.

Sehingga upaya penanganan permasalahan penyakit yang timbul

akibat kerja kerja sudah dilaksanakan cukup baik oleh pekerja dengan

melakukan pemeriksaan kesehatan ke puskesmas atau klinik saat sakit.

5. ADANYA KELUHAN KESEHATAN

Keluhan saluran pernapasan (bersin, batuk, sesak napas) merupakan

17

keluhan yang kadang-kadang dialami pekerja.

Keluhan pada mata (merah, kering berair) merupakan keluhan paling

sering pada pekerja kasir.

Keluhan musculoskeletal pegal-pegal (nyeri bahu, pinggang, tangan,

paha, kaki) adalah keluhan yang sering dialami oleh karena posisi yang

monoton dalam waktu yang lama disertai posisi yang tidak ergonomis

Perizinan saat sakit didapatkan oleh pekerja dan diberi istirahat kerja

Hal tersebut diatas disebabkan oleh kurangnya pengetahuan dan

kepatuhan pekerja tentang kesehatan dan keselamatan kerja, seperti

tidak menggunakan alat pelindung diri.

Jadi secara keseluruhan terdapat gangguan kesehatan yang berhubungan

dengan pekerjaan pada pekerja salon Ungu ini.

6. UPAYA KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA LAINNYA

Pelatihan atau penyuluhan tentang K3 tidak ada

Kotak P3K di ruang kerja ada

Petugas K3 tidak ada

Pada salon Ungu ini sudah mulai terlaksana upaya kesehatan dan

keselamatan kerja lainnya karena telah disediakan kotak P3K namun hal

ini masih kurang karena tidak adanya pelatihan atau penyuluhan untuk

kepentingan kesehatan dan keselamatan pekerja.

18

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil observasi walk through survey yang dilakukan di salon

Ungu maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :

1. Faktor hazard yang dialami petugas salon Ungu berupa faktor biologi yang

berupa sisa – sisa rambut, faktor psikososial serta faktor ergonomi yang

menyebabkan ganggguan muskuloskletal pada pekerja seperti berdiri dan

membungkuk dalam waktu yang lama.

2. Alat kerja yang digunakan dapat mengganggu kesehatan petugas namun

karena pekerja salon Ungu tersebut sudah sering menggunakan alat – alat

tersebut sehingga cenderung aman untuk digunakan.

3. Alat Pelindung Diri yang digunakan pada saat bekerja hanya berupa baju

seragam sebagai pakaian kerja dan sandal atau sepatu sebagai alat

pelindung kaki sehingga resiko kecelakaan kerja dan terganggunya

kesehatan akibat kerja dapat terjadi.

4. Pemeriksaan kesehatan yang pernah dilakukan sesuai peraturan.

5. Keluhan / penyakit yang dialami yang berhubungan dengan pekerjaan

pada pekerja salon Ungu yaitu berupa gangguan saluran pernapasan

(bersin, batuk), gangguan mata (mata merah, kering, berair) dan gangguan

musculoskeletal (pegal dan nyeri pada bahu, pinggang tangan, paha, kaki)

sering dialami pekerja.

6. Upaya K3 lainnya yang dijalankan seperti adanya penyuluhan / pelatihan

tentang factor hazard belum pernah dilakukan oleh pekerja.

B. SARAN

1. Sebaiknya para pekerja salon Ungu diberikan pengetahuan tentang

kesehatan dan keselamtan kerja.

2. Menyediakan kursi yang dapat diatur tingginya di mana kaki harus di

topang.

19

3. Sebaiknya alat kerja yang digunakan selalu dibersihkan setiap satu

konsumen agar tidak menjadi penyebaran penyakit terutama terhadap

pekerja sendiri.

4. Menyediakan dan menggunakan alat pelindung diri seperti masker,

penutup kepala, sarung tangan dan alas kaki yang sesuai untuk pekerja

salon.

20

DAFTAR PUSTAKA

1. Suma’mur. Higien Perusahaan dan Kesehatan Kerja (Hiperkes). Jakarta :

Sagung Seto. 2009. P.104

2. Soehatman R. Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja.

Jakarta : Dian Rakyat. 2010

3. Rudi S. Sistem Manajemen dan Kesehatan dan Keselamatan Kerja. Jakarta

: PPM. 2007

4. Takwa A. makalah k3 industri sector informal. available on http://kesmas-

uinmks.blogspot.com/2012/04/makalah-k3-industri-sektor-

informal_16.html

5. Desmayasari AC. Makalah K3 indstri sector informal. [cited 02 Juni 2014]

available at http://kesmasuinmks.blogspot.com

/2012/04/makalah-k3-industri-sektor-informal_7089.html

6. Abi. Hazard Memangkas rambut. [cited 02 Juni 2014] available

http://lingkunganhidups.wordpress.com/2013/06/12/hazard-memangkas-

rambut/

21

L

A

M

P

I

R

A

N

22

FOTO – FOTO WALK THROUGH SURVEY

Gambar 1. Tampak depan Gambar 2. Kasir

Gambar 3. Alat dan bahan kerja

23

Gambar 4. Ruang Creambath Gambar 5. Posisi saat bekerja

Gambar 6. Posisi saat bekerja Gambar 7. Posisi saat kerja

Gambar 8. Posisi saat kerja

24

25


Top Related