Demokrasi, Pembangunan dan
Perpajakan
Perpajakan dan pembangunan
bangsa
Pengertian Demokrasi
Demokrasi adalah bentuk atau mekanisme sistem
pemerintahan suatu negara sebagai upaya
mewujudkan kedaulatan rakyat
(kekuasaan warga negara) atas negara untuk
dijalankan oleh pemerintah negara tersebut.
Pilar Demokrasi: Prinsip Trias Politica
Eksekutif Yudikatif legislatif
Kebijakan PublikEndang Wirjatmi Trilestari
3 (Tiga)Jenis Lembaga Negara yang
Independen, sejajar. Kesejajaran &
Independensi untuk saling mengawasi dan
mengontrol: Prinsip Checks and Balances
Demokrasi menempati posisi vital dalam
kaitannya pembagian kekuasaan dalam suatu negara
(umumnya berdasarkan konsep dan prinsip trias
politica) dengan kekuasaan negara yang diperoleh dari
rakyat juga harus digunakan untuk kesejahteraan dan
kemakmuran rakyat. Prinsip semacamtrias politica ini
menjadi sangat penting untuk diperhitungkan ketika
fakta-fakta sejarah mencatat kekuasaan pemerintah
(eksekutif) yang begitu besar ternyata tidak mampu
untuk membentuk masyarakat yang adil dan beradab,
bahkan kekuasaan absolut pemerintah seringkali
menimbulkan pelanggaran terhadap hak-hak asasi
manusia.
Proses Kebijakan Publik
Dalam PerpajakanK-2-3
Kebijakan PublikEndang Wirjatmi Trilestari
Contents: Proses kebijakan publik
dalam Perpajakan
Paradigma Kebijakan Publik
Karakteristik Kebijakan Publik
Perbedaan Sektor Publik dan Profit
Kebijakan Sebagai Suatu Konsep
Pemahaman Administrasi Publik
Kebijakan PublikEndang Wirjatmi Trilestari
APA ITU ADMINISTRASI PUBLIK
Penyelenggaraan semua kepentingan publik dan masalah publik (public interest dan public affairs) yang ada pada suatu
negara merupakan ruang lingkup kegiatan administrasi publik. Seperti diungkapkan oleh Caiden (1982),
administrasi publik merupakan seluruh kegiatan administrasi untuk segenap urusan publik (administration for the public affairs) (Caiden,1982:7) oleh
penyelenggara negara
Kebijakan PublikEndang Wirjatmi Trilestari
Kebijakan PublikEndang Wirjatmi Trilestari
Akuntabilitas Publik
Sektor Publik (Public Sektor)
Barang Publik (Public Goods)
Opini Publik (Public Opinion)
Kepentingan Publik (Public Interest)
PUBLIK
KEBIJAKAN PUBLIK SEBAGAI KONSEP (1)
Transportasi, Pendidikan, Siaran, toilet Publik, dsb.
Ide Kebijakan Publik mengandung anggapan ada satu ruang (domain)
dalam kehidupan yang bukan private atau murni milik individual, tetapi
milik bersama atau umum.
Publik terkait dengan kegiatan manusia yang perlu diatur atau diintervensi.
Sehingga menimbulkan konflik kepentingan ada kekuasaan Publik dan
Private (Habermans, 1989). Cara memaksimalkan kepentingan individu
dan sekaligus mempromosikan “Kepentingan Publik” dengan
menggunakan kekuatan pasar.
KEBIJAKAN PUBLIK SEBAGAI KONSEP (2)
MENINGKAT KAN PASAR
KEPENTING
AN INDIVIDU
Kebijakan PublikEndang Wirjatmi Trilestari
Adam Smith (1776), James Mill, Torrens, Mc. Culloch dalam Habermans:
gagasan tentang publik sebagai ruang yang bebas dari intervensi
aktivitas ekonomi dan bisnis. Batas yang jelas antara:
Sementara Eropa kontonental menanggap ruang publik sebagai ruang
yang mencakup dunia perdagangan dan bisnis. Dan ruang dianggap
jauh lebih luas.
Dalam pandangan ini Bidang-bidang ruang private meliputi hampirsemua bidang kehidupan social:Pendidikan, Kesehatan,
Kesejahteraan, perumahan, perencanaan kota, dsb. Hal ini secara
keseluruhan diatur dengan intervensi regulasi Negara.
KEBIJAKAN PUBLIK SEBAGAI KONSEP (3)
PUBLIK BISNIS
Kebijakan PublikEndang Wirjatmi Trilestari
Sekalipun Kaynesian berpendapat lebih banyak menjadi masllahn
ketimbang memecahkan masalah, sebab sesungguhnya ada “infisible
hand”
KEBIJAKAN PUBLIK SEBAGAI KONSEP (4)
Sesudah Perang dunia ke II, “gagasanpengambilan kebijakan dilandaskan
keyakinan bahwa peran Negara adalahmengelola (memanaj) ruang “publik”berikut
problema-problemanya dan menanganiaspek-aspek kehidupan social dan ekonomi
yang tak mampu lagi ditangani olehkekuatan pasar.
Menjadi kucimasuk
perkembanganproses kebijakan
danpengambilan
keputusan publikyang sekaranglebih dikenal.
Kebijakan PublikEndang Wirjatmi Trilestari
KEBIJAKAN PUBLIK SEBAGAI KONSEP (5)
Hayek & Friedman menggunakan kebijakan publik untuk
mengungkapkan “Kepentingan Publik”
Woodrow Wilson, merumuskan “Birokrasi sebagai pembela
Kepentingan Publik”
Kebijakan PublikEndang Wirjatmi Trilestari
Endang Wirjatmi Trilestari
KARAKTERISTIK BARANG
PUBLIC GOODS PRIVATE GOODS
NON EXCLUSIVE EXCLUSIVE
NON DIVISIBLE DIVISIBLE
NON RIVALNESS RIVALNESS
Kebijakan Publik
Endang Wirjatmi Trilestari
KONSEP BARANG LAYANAN
SAVAS (1987):
1. Barang yang digunakan untuk memenuhi kepentingan individu dan bersifat privat (privat goods)
2. Barang yang dikonsumsi bersama-sama, dan bila menggunakan barang tersebut harus membayar (toll goods)
3. Barang yang digunakan/dikonsumsi bersama/ kolektif secara terus menerus dan sulit diukur penggunaannya secara individu dan penyediaannya tidak dapat dilakukan melalui pasar,sehingga dibayar melalui pajak (collective goods)
4. Barang yang memunyai karateristik penggunanya tidak mau membayar, dan digunakan secara bersama serta kepemilikan dimiliki secara umum. Tidak ada yag au menyediakan barang tersebut(common pool goods).
Kebijakan Publik
Administrasi publik Denhard
Mengajak kembali untukmemperhatikan kebutuhan
masyarakat yang menyerukan adanya nilai
demokrasi, kewarganegaraan, dan
layanan untuk kepentinganmasyarakat sebagai dasar
normatif dalam bidangadministrasi publik
menyediakan kerangkakerja untuk mengatur
ide-ide tentang prinsip-prinsip, memberi
mereka nama, bentuk, dan suara yang kurang
dipercaya lagi
penegasan..
ke memajukanmartabat dan nilaipelayanan publik,
dan
menegaskan kembalinilai-nilai demokrasi,
kewarganegaraan, dankepentingan umumsebagai nilai-nilai
unggul ilmupemerintahan
Kebijakan PublikEndang Wirjatmi Trilestari
"demokrasi" dan "warga“ diharapkan menjadi lebih umum dan "kebanggaan" dalam perilaku pemerintahan dibandingkan "pasar" dan
"kompetisi" dan "pelanggan“.
Semangat masyarakat dalam pelayanan publik sangat kuat, bahkan melebihi pegawai pemerintah. Warga juga ingin dianggap sebagai
pelayan publik, dan dapat berkontribusi. Namun kemampuan mereka terbatas, karena dibatasinya peran kewarganegaraan.
Denhard menekankan bahwa pemerintah tidak boleh menjalankan Negara seperti bisnis, sehrusnya menjlankan Negara seperti demokrasi,
baik para pejabat politik maupun pejabat pemerintah.
Mereka harus belajar keterampilan baru dalam pengembangan dan implementasi kebijakan, mau mengakui dan menerima kompleksitas
tantangan yang mereka hadapi.
Kebijakan PublikEndang Wirjatmi Trilestari
The Old Public Administration Wilson mengakui bahwa tugas administrasi publik semakin meningkat, oleh
karenanya disarankan dijalankan seperti bisnis. "bidang administrasi adalah
bidang bisnis“. Untuk mengikuti model bisnis, Wilson menyarankan,
Pemerintah harus menetapkan otoritas eksekutif, mengendalikan dasarnya
organisasi hierarkis dan memiliki tujuan dan dapat dicapai seefisien
mungkin.
Pemegang kekuasaan diharapkan bertindak netral dan professional. Administrasi di luar politik.
Dua ide Wilson, yaitu:
Pertama, adalah perbedaan antara politik ( pembuat kebijakan ) dan
administrasi , dengan ide-ide terkait akuntabilitas kepada pemimpin terpilih
dan kompetensi netral pada bagian administrator.
Kedua, ada kekhawatiran untuk menciptakan struktur dan strategipengelolaan administrasi yang mengizinkan publik untuk bertindak dengan
cara yang paling efisien mungkin
Kebijakan PublikEndang Wirjatmi Trilestari
ADMINISTRASI PUBLIK DALAM PRAKTIK
Berawal dari adanya beragam persepsi mengenai “public
administration”.
Administrasi publik (public administration) dipersepsikan sebagai
“administration of public”, menunjukkan peranan pemerintah sebagai agen
/aktor tunggal (regulator) dalam mengambil setiap tindakan/kebijakan bagi
kepentingan masyarakat.
“administration for public” bermakna fungsi pemerintah sebagai penyedia
layanan publik (services provider).
“administration by public” bermakna lebih berorientasi pada
pemberdayaan masyarakat yang bertujuan pada terciptanya kemandirian
dan kemampuan masyarakat.
Kebijakan PublikEndang Wirjatmi Trilestari
PENTINGNYA BIROKRASI
Eisenstaadt (1965), Albrow (1970), Etzioni & Halevy (1985), Blau & Meyer (1987), Dowding (1995), dan Frederickson (1999): Sejak masyarakat modern mengalami diferensiasisosial dalam kehidupan bermasyarakat, peningkatanmoneterisasi ekonomi, munculnya ekonomi kapitalis, perkembangan rasionalitas dan kompleksitas persoalandalam masyarakat, serta adanya demokratisasi danmodernisasi sosial-ekonomi, memungkinkan timbulnyamasalah administratif yang semakin kompleks, dan dalamkonteks itu pula kemudian muncul birokrasi sebagaitanggapan terhadap kebutuhan jaman.
Kata lain: suatu struktur birokrasi muncul karenaadanya fungsi-fungsi yang harus ditangani, yaitu fungsiteknis-administratif untuk mengkoordinasikan berbagaiunsur yang makin lama makin kompleks dalam proses
penyelenggaraan negaraKebijakan PublikEndang Wirjatmi Trilestari
PENTINGNYA BIROKRASI
JADI semakin kompleks persoalan dalam masyarakatmodern, peran birokrasi dapat dikatakan semakin
penting (BUKAN DOMINAN)
BIROKRASI ADA UNTUK MELAYANI KEBUTUHAN MASYARAKAT MODERN. Hal itu dipertegas oleh pandangan kaum Pluralis,
yang menyatakan bahwa birokrasi sebagai salah satuelemen negara yang merupakan bagian terdepan, yang
menjalankan fungsi pelayanan masyarakat yang dibebankan oleh negara melalui kebijakan-kebijakan yang
ditetapkan dan kegiatan-kegiatan yang dilakukannya. KaumPluralis adalah para cendekiawan yang lahir hampir
bersamaan dengan gelombang pencerahan (aufklarung) yang melanda daratan Eropa. Mereka itu antara lain : Marthin Luther, John Locke, Montesquieau, dan Jean
Jacques Rousseau (dalam Hariandja, 2003)Kebijakan PublikEndang Wirjatmi Trilestari
PERBEDAAN SEKTOR PUBLIK DENGAN SEKTOR
NON PROFIT (1)
SEKTOR PUBLIK
Kompleks dan mengembang
tugas-tugas mendua (ambigu)
Banyak Prolem dalam
implementasi Keputusan
Memanfaatkan lebih banyak
orang dengan motivasi yang
beragam
Lebih banyak memperhatikanusaha mempertahankan peluang
dan kapasitas
SEKTOR NON PROFIT
Tidak Megejar Keuntungan
Cendenrung menjadiorganisasi Pelayan
Ada batasan yang lebih
besar dalam dan strategi
yang mereka susun
Tergantung kepada kien
untuk mendapatsumberdaya finansialnya
Kebijakan PublikEndang Wirjatmi Trilestari
PERBEDAAN SEKTOR PUBLIK DENGAN SEKTOR
NON PROFIT(2)
SEKTOR PUBLIK
Lebih banyak memperhatikan
kompensasi dan kegagalan pasar
Banyak aktfitas yang
mengandung signifikansi simbolik
Lebih ketat menjaga standar
komitmen dan legalitas
Berpeluang besar untuk
merespon isu-isu keadilan dankejujuran (fairness)
SEKTOR NON PROFIT
Lebih didominasi oleh
kelompok professional
Akuntabilitasnya berbeda
dengan akuntabilitas
organisasi prifat
Manajemen puncak tidak
punya tanggung jawab
dan imbalan yang sama
Kebijakan PublikEndang Wirjatmi Trilestari
PERBEDAAN SEKTOR PUBLIK DENGAN SEKTOR
NON PROFIT(3)
SEKTOR PUBLIK
Beroperasi demi
kepentingan publik
Mempertahankan level
dukungan publik, miniman di
ayas level yang dibutuhkan
oleh industry swasta
SEKTOR NON PROFIT
Organisasi Sektor Publik
bertnggung jawab
kepada elektorat dan
proses politik.
Tradisi kontrol
manajemen kurang.
Kebijakan PublikEndang Wirjatmi Trilestari
KEBIJAKAN PUBLIK
Kebijakan bukan merupakan istilah yang pasti (Heclo; 1972)
Makna modern “kebijakan” seperangkat aksi atau rencana yang mengandung tujuan politik yang berbeda dengan makna “administration” (Wilson 1887)
Hogwood dan Gunn (1984) menyebut 10penggunaan istilah kebijakandalam pengertian modern, yaitu sebagai:
label untuksebuahbidang
aktivitas,
ekspresitujuanumumatau
aktivitasNegara
yang diharap
kan
Proposal spesifik
Keputusanpemerin
tah
Otorisasi formal
Sebuah program
Output,hasil
(outcome)
Teori dan model
Sebagai proses
Kebijakan PublikEndang Wirjatmi Trilestari
Karakteristik Ilmu Kebijakan
Multi-disiplin
Pemecahan masalah
normatif
Ilmu kebijakan memiliki tiga karakteristik
yang berbeda yang membedakannya
dari disiplin lain, (Harold Lasswell) yaitu:
Kebijakan PublikEndang Wirjatmi Trilestari
KEBIJAKAN PUBLIK
Kata “kebijakan” (policy) umumnya dipakai untuk
menunjukan pilihan terpenting yang diambil baik dlam
kehidupan organisasi private … ”Kebijakan” bebas dari
konotasi yang dicakup dalam kata politis (political)
yang sering kali diyakini mengandung makna
“Keberpihakan” dalam “korupsi” (laswell 1951b:5)
Kebijakan PublikEndang Wirjatmi Trilestari
Defining Public Policy
“a set of inter-related decisions taken by a political
actor or group of actors concerning the selection of
goals and the means of achieving them within a specified situation where those decisions should, in
principle, be within the power of those actors to achieve”
(Jenkins, 1978))
Ke
bija
ka
n
Pu
blik
En
da
ng
Wirja
tmi Trile
stari
Conceptualizing Public Policy
“Policy” is a special kind of response, the central ordering element of which is an
explicit statement of intent regarding future actions.
The policy response concept denotes what the agencies do in responding to environmental and structural stimuli. This concept is subdivided into
policy statements, policy actions, and policy results
Ke
bija
ka
n
Pu
blik
En
da
ng
Wirja
tmi Trile
stari
Conceptualizing Public Policy
a policy statement is the intent of the government to do something about some
issue
a policy action is what an agency does to accomplish the goals identified in the
statement
a policy result is what happens in the environment (or, less importantly, in the
structure) following the agency’s efforts to achieve the goal identified in the statements.
Ke
bija
ka
n
Pu
blik
En
da
ng
Wirja
tmi Trile
stari
ANALISIS DAN PROSES KEBIJAKAN
1. Analisis determinasiKebijakan: Cara
pembuatankebijakan: Mengapa, Kapan: untuk siapakebijakan itu dibuat
2. Analisis Isi Kebijakan: Deskripsitentang kebijakan
tertentu bagaimanaperkembangan
dalam hubungandengan kebijakan
sebelumnya
3. Monitoring danEvaluasi Kebijakan:
Advokasi danInfprmasi untuk
kebijakan
4. Informasi UntukKebijaka
5. AdvokasiKebijakan
Analisis
Kebijakan
Analisis untuk
Kebijakan
Diadabtasi dari Gordon, et.al (1977)
Kebijakan PublikEndang Wirjatmi Trilestari
PARADIGMA PENELITIAN
Guba mengembangkan 4 “Paradigma Utama” yang
dipakai dalam Penelitian Sosial:
Positivisme
Post-Positivisme
Teori Kritis
Konstruktivisme
Kebijakan PublikEndang Wirjatmi Trilestari
PARADIGMA PENELITIAN (1)
Positivisme:
1. Realita eksis dan diatur oleh hokum sebab akibat yang bisa diketahui
2. Penelitian bisa bebas nilai (free of value)
3. Hiporesis dapat diuji secara empiris
Post-Positivisme:
1. Realita eksis, tetapi tidak bisa dipahami atau dijelaskan secara
menyeluruh (ada multisiplitas sebab akibat)
2. Obyektivitas adalah sesuatu yang iseal, teta[I membutuhkan
komunitas yang kritis
3. Post Positivisme merupakan kritik terhadap ekperimentalisme, dan
menekankan pada pendekatan,teori dan penemuan yang besifat
kuantitatif
Kebijakan PublikEndang Wirjatmi Trilestari
PARADIGMA PENELITIAN (2)
Teori Kritis:
1. Realita eksis tetapi tidak bisa dipahami atau dijelaskan secara
menyeluruh. Ada multisiplisitas sebab akibat
2. Nilai memediasi penelitian
3. Teori kritis mengajukan usul eliminasi kesadaran semu dan menfasilitasi
transformaasi dan partisipasi itu.
Konstruktivisme:
1. Realita eksis, sebagai konstruk mental dan relative terhadap siapa
yang menganutnya.
2. Pengetahuan Pihak yang mengetahui adalah bagian dari entitas
subyektif yang sama. Temuan adalah hasil dari interaksi keduanya.
3. Konstruktiviame: mengidentifikasi, membandingkan dan
mendiskripsikan berbagai konstruksi yang eksis (Hermeneutikal dan
dialektikal).
Kebijakan PublikEndang Wirjatmi Trilestari
Kebijakan PublikEndang Wirjatmi Trilestari
Evaluasi
Identifikasi/Respon/ solusi/
alternatif Evaluasi Opsi
Seleksi OpsiKebijakan
Implementasi
SIKLUS HUDUP KEBIJAKAN
DEFINISI PROBLEM
Kebijakan PublikEndang Wirjatmi Trilestari
Indicators for Policy Action
1) Rhetorical attention (attention given to specific programs and agencies) [i.e. paragraph/page counts of testimony presented by agency personnel at hearings, agency reports, administrators’
speeches, etc.]
2) Planning actions [number of formal plans announced by agency]
3) Acquisitive Actions [number of authorization statutes & amendments enacted; # of executive orders, department
delegations, amount of appropriations, new personnel granted, acquisition of physical resources]
4) Implementing actions [ disbursal of resources: expenditures, grants, loans, personnel assigned; directives issued, directives
enforced (“cases”); information collected and disseminated by agency; contractual relations entered into, etc.]
Ke
bija
ka
n
Pu
blik
En
da
ng
Wirja
tmi Trile
stari
Ke
bija
ka
n
Pu
blik
En
da
ng
Wirja
tmi Trile
stari
PERBANDINGAN KONSEP DAN TEORI DALAM
IMPLEMENTASI KEBIJAKAN
KAPAN TIMBULNYA MASALAH
DALAM IMPLEMENTASI KEBIJAKAN?
TERJADI KETIDAKSESUAIAN
ANTARA APA YG
DIHARAPKAN DARI
KEBIJAKAN DENGAN APA YG
TERJADI DARI PELAKSANAAN
KEBIJAKAN
IMPLEMENTATION GAPKebijakan PublikEndang Wirjatmi Trilestari
KEGAGALAN IMPLEMENTASI KEBIJAKAN
MENURUT GUNN DAN HOGWOOD
NON
IMPLEMENTATION
Kebijakan tidak dilaksanakan secara efektif.
Sebabnya : (1) kebijakan tidak
dilaksanakan sesuai dengan rencana; (2)
pihak pelaksana tidak mampu
bekerjasama; (3) Tidak menguasai
permasalahan; (4). Permasalahan di luar
jangkauan kewenangan
UNSUCCESFUL
IMPLEMENTATION
kebijakan telah dilaksanakan sesuai dengan
rencana, namun dalam pelaksanaan terjadi
hal-hal diluar kehendak pelaksana, seperti
adanya pergantian kekuasaan, bencana
alam, dsbnya, sehingga akibat atau dampak
yg diharapkan belum terwujudkan
Kebijakan PublikEndang Wirjatmi Trilestari
KEGAGALAN IMPLEMENTASI KEBIJAKAN
Kegagalan implementasi dapat terjadi karena:
Pelaksanaannya jelek (bad execution): PenanganKemacetan lalu lintas Di Jakarta
Kebijakan sendiri memang jelek (bad policy) :Kebijakan kenaikan harga BBM pada saat krisisekonomi, Kebijakan Tera/Tera ulang
Kebijakan itu bernasib jelek (bad luck policy):Kebijakan PP No.37/2006, Kebijakan Mobnas,Kebijakan Kedirgantaraan (pesawat)
Kebijakan PublikEndang Wirjatmi Trilestari
FAKTOR PENGHAMBAT/KEBERHASILAN IMPLEMENTASI
KEBIJAKAN (Gow dan Morss, dalam Turner dan Hulme:
1997), dan Williams (1971)Hambatan politik,
ekonomilingkunganKelemahan institusi
Ketidakmampuan SDM di
bidang
teknis dan administratif
Kekurangan dalam bantuan
teknis
Kurangnya desentralisasi dan
partisipasi
Pengaturan waktuSistem informasi yang kurang
mendukung
Perbedaaan agenda tujuan
antar
aktor pelaksanaDukungan yg
berkesinambungan
Implementation Capacity
Implementation Capacity
Hambatan politik, ekonomi
Kelemahan institusi pelaksana
Ketidakmampuan SDM di bidang
teknis dan administratif
Kekurangan dalam bantuan teknis
Kurangnya desentralisasi dan
partisipasi
Pengaturan waktu yg tidak tepat
Sistem informasi yang kurang
mendukung
Perbedaaan agenda tujuan antar
aktor pelaksana
Dukungan yg tdk berkesinambungan
Kebijakan PublikEndang Wirjatmi Trilestari
MODEL SMITH (1977)
POLICY
MAKING
PROCESS
IMPLEMENTING
ORGANIZATIONTARGET GROUP
IDEALIZED POLICY
ENVIRONMENTAL FACTORS
TENSIONS
TRANSACTIONS
INSTITUTIONSFEEDBACK Kebijakan PublikEndang Wirjatmi Trilestari
URAIAN (LANJUTAN SMITH)
Kempat variabel bukan variabel yang independen (mandiri),
tetapi saling berinteraksi dan saling mempengaruhi, sehinggakecenderungan terjadinya ketegangan/konflik
memungkinkan timbulnya Institusi lain untuk mewujudkan
tujuan dan sasaran dari kebijakan dan/atau menjadi
feedback bagi proses formulasi kebijakan
Faktor-faktor tersebut:
1. Idealized Policy
2. Kelompok sasaran
3. Organisasi Pelaksana / Birokrasi Pemerintah
4. Faktor lingkungan: budaya,sosial, ekonomi, politik
Kebijakan PublikEndang Wirjatmi Trilestari
GEORGE EDWARDS III (1980)
BUREAUCRATIC
STRUCTURE
RESOURCES
COMMUNICA-
TIONS
DISPOSITIONS
IMPLEMENTATION
PERFORMANCE
Kebijakan PublikEndang Wirjatmi Trilestari
URAIAN (LANJUTAN EDWARDS III)
VARIABEL 1. KOMUNIKASI
Implementor harus mengetahui apa yang harusdilakukannya terkait dengan kebijakan (tujuan dansasaran kebijakan).
Kelompok sasaran (target group) harusmengetahui tujuan dan sasaran suatu kebijakan.
Akibat : terjadi RESISTENSI dari kelompok sasaran
Contoh: keberhasilan Intensifikasi pajak akan berhasilapabila stakeholder memahami funsi danpenggunaan pajak secara transparent, melaluiberbagai media.
Kebijakan PublikEndang Wirjatmi Trilestari
URAIAN (LANJUTAN EDWARDS III)VARIABEL 2 . SUMBER DAYA
Sumber daya manusia (kompetensi implementor) dan sumber
daya finansial . Contoh: kebijakan IDT
VARIABEL 3. DISPOSISI
Disposisi terkait: watak dan karakteristik yang dimiliki
implementor: komitmen, kejujuran dan sifat demokratis.
sama dengan policy makers : ok
berbeda dg policy makers : tidak efektif dan bisa gagal
contoh: banyak kasus korupsi dalam kebijakan/ program-
program pembangunan ekonomi
VARIABEL 4. STRUKTUR BIROKRASI
Struktur birokrasi yang panjang dapat menimbulkan
LEMAHNYA CONTROL dan menimbulkan RED-TAPE SOP
(standard operating procedure).Kebijakan PublikEndang Wirjatmi Trilestari
MODEL MERILE GRINDLE (1980)
A. CONTENT OF POLICY1. INTEREST AFFECTED2. TYPE OF BENEFITS3.EXTED OF CHANGE ENVISIONED4.SITE OF DECISION MAKING5.PROGRAM IMPLEMENTORS6.RESOURCES COMMITTED
B. CONTEXT OF IMPLEMENTATIONS
1. POWER, INTEREST, AND STRATEGIES OF ACTORS INVOLVED
2. INTITUTIONS AND REGIME CHARACTERISTICS
3. COMPLIANCE AND RESPONSIVENESS
A. IMPACT ON INDIVIDUALS AND
GROUPS
B. CHANGE AND ITS
ACCEPTANCE
ACTIONS
PROGRAMS
AND
INDIVIDUAL
PROJECTS
DESIGNED
AND
FUNDED
POLICY GOALS
GOALSARCHIEVED?
PROGRAM DELIVERES DESIGNED
?
FORMULATION POLICY IMPLEMENTING ACTIVITIES
INFLUENCE BY:OUTCOMES
MEASURING SUCCES
Kebijakan PublikEndang Wirjatmi Trilestari