PENGARUH PENDIDIKAN AGAMA ORANG TUA
TERHADAP KEPRIBADIAN MUSLIM REMAJA(Study Kasus di Wilayah Rw 01 Kali Abang Nangka Bekasi Utara)
Skripsi
Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Islam
(S.Pd.I) Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
Universitas Islam Syarif Hidayatullah Jakarta
Oleh
NOER AISYAH
NIM:106011000036
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UIN SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2010
ii
ABSTRAK
NOER AISYAH (106011000036), Pengaruh Pendidikan AgamaOrang Tua Terhadap Kepribadian Muslim Remaja (Study Kasus di WilayahRW 01 Kali Abang Nangka Bekasi Utara), Skripsi Jurusan PendidikanAgama Islam, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN SyarifHidayatullah Jakarta, Desember 2010.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah ada pengaruhpendidikan agama orang tua terhadap kepribadian muslim pada remaja. Penelitianini dilakukan di wilayah RW 01 Kali Abang Nangka Bekasi Utara. Subyekpenelitian ini adalah remaja (usia 13-21 tahun) yang ada di wilayah RW 01 KaliAbang Nangka Bekasi Utara yang berjumlah 24 remaja. Dalam penelitian ini,metode yang digunakan adalah metode penelitian kuantitatif. Langkah awalmelakukan pengolahan data dari angket yang diperoleh dengan cara membuatprosentase setiap item pertanyaan. Tahap berikutnya adalah mencari korelasional,untuk mengetahui tingkat hubungan antara pendidikan agama orang tua dengankepribadian muslim pada remaja. Dalam penelitian ini penulis menggunakanteknik korelasi product moment “r” yaitu dengan menghitung nilai angket.Selanjutnya memberikan interpretasi r xy atau ro untuk menarik kesimpulan secara
sederhana.
Dari penelitian yang penulis lakukan, maka sampailah kepada penarikankesimpulan bahwasanya “Terdapat korelasi positif antara variabel X (pendidikanagama orang tua) dan variabel Y (kepribadian muslim remaja) itu termasukkorelasi yang sedang atau cukup. Hal itu diketahui dengan jalanmengkolsultasikan harga “r” yang tercantum pada tabel. Harga “r” yang diperolehdalam perhitungan yang telah dilakukan (0,47) lebih besar dari pada harga “r”yang tercantum pada tabel dengan menggunakan taraf signifikansi 5% (0,361)maupun pada taraf signifikansi 1 % (0,463).
iii
KATA PENGANTAR
Pertama-tama penulis panjatkan puja dan puji serta syukur kehadirat Allah
swt, yang telah memberikan taufik serta hidayah-Nya kepada hamba-Nya.
Shalawat dan salam tak lupa penulis haturkan kepada Nabi Muhammad saw yang
telah memberikan jejak keimanan yang benar kepada kita dan telah membawa kita
dari alam jahiliyyah kepada alam Ilahiyyah yang penuh dengan cahaya ilmu
pengetahuan dan cahaya Al-Qur’an.
Dalam menulis skripsi ini tidak sedikit penulis menemukan kesulitan-
kesulitan, tetapi syukur alhamdulilah berkat taufik dan hidayah-Nya serta
bimbingan dari bapak pembimbing dan juga bantuan dari teman-teman, akhirnya
penulisan skripsi ini dapat terselesaikan juga. Untuk itu sudah sewajarnya dalam
kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya
kepada pihak-pihak yang telah membantu atas terlaksananya penulisan skripsi ini.
untuk itu penulis mengucapkan terima kasih yang tak terhingga kepada:
1. Prof. Dr. Dede Rosyada, MA selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan
Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Bahrissalim, M.Ag selaku ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas
Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta.
3. Drs. Sapiudin Shidiq, M.Ag selaku Sekretaris Jurusan Pendidikan Agama
Islam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta.
4. Dr. M. Zuhdi, M.Ed, Ph.D selaku dosen pembimbing skripsi yang telah
memberikan ilmunya dengan sabar dan teliti dalam mengoreksi dan
membimbing penulis dalam membuat skripsi.
5. Penasehat Akademik Drs. Sapiudin Shidiq, M.Ag selaku dosen penasehat
akademik yang telah memberikan pengarahan dan masukan kepada penulis.
iv
6. Pimpinan dan seluruh staf Perpustakaan Utama dan Perpustakaan Ilmu
Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
7. Ayahanda dan ibunda tercinta, H. Aminuddin Hasyim dan Hj. Bunyati yang
dengan bersusah payah telah mengasuh dan mendidik penulis dari sejak kecil
hingga sekarang.
8. Ketua RW 01 Kali Abang Nangka Bekasi Utara, yang telah memberikan
kesempatan kepada penulis untuk melakukan penelitian serta memberikan
informasi dan masukan kepada penulis selama proses penelitian.
9. Kakakku dan kakak iparku tercinta, Ahmad Rivai, S.S dan Dwi Widiastuti,
A.Md.Kep yang telah banyak membantu dan memberikan dorongan semangat
kepada penulis, baik berupa bantuan moril maupun materil.
10. Adik-adikku yang tercinta, Khoirunnisa, Aini Zahrotul Mawaddah, Ahmad
Rafid Ramadhani, Muthia Zaharani amin, yang telah banyak membantu dan
memberikan dorongan semangat kepada penulis.
11. Tante-tanteku dan paman-pamanku tercinta, Suadah, S.Pd, Saidah S.Pd,I
Misdari S.Pd.I, Abu Bakar S. Pd, Ahmad Muhaemin, M.Pd, Murdiyanto, yang
telah banyak membantu dan memberikan dorongan semangat kepada penulis.
12. Untuk nenek dan kakekku tercinta, H. Masim (Alm) dan Hj. Sium, H. Salam
dan Hj. Nur Aini yang telah banyak memberikan dukungan dan bantuan
kepada penulis, baik berupa bantuan moril maupun materil.
13. Untuk sang inspirasiku Asmawi, S.E yang telah memberikan motivasi dan
dukungan kepada penulis baik moril maupun materil.
14. Teman-temanku, terkhusus teman-teman sohibul alif angkatan 2006. Dan
sahabat-sahabatku (Nunk, Nenk, Nta, Aim, Novi, mas Awen, Indah, Erika,
Nadia, Nenenk, Lulu, Zam-zam) yang telah memberikan semangat dan
masukan kepada penulis.
15. Teman-teman kosanku tercinta Evi, Paul, Tami, Mpeb, Ani yang telah
memberikan motivasi dan dukungan kepada penulis.
16. Kepala sekolah beserta dewan guru SDIT dan TPQ Al-Hikmah yang telah
memberikan semangat kepada penulis.
v
DAFTAR ISI
ABSTRAKS ......................................................................................................... i
KATA PENGANTAR ......................................................................................... ii
DAFTAR ISI........................................................................................................ iv
DAFTAR TABEL ............................................................................................... vi
DAFTAR LAMPIRAN .......................................................................................viii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ......................................................... 1
B. Identifikasi Masalah ............................................................... 5
C. Pembatasan Masalah dan Perumusan Masalah ...................... 6
D. Tujuan dan Manfaat Penelitian............................................... 6
BAB II KERANGKA TEORITIK DAN HIPOTESIS
A. Pendidikan Orang Tua ......................................... 7
1. Pengertian Pendidikan Agama .......................................... 7
2. Dasar Pendidikan Agama Islam........................................ 12
3. Tujuan Pendidikan Agama Islam...................................... 15
4. Pengertian Orang tua......................................................... 16
5. Kedudukan dan Kewajiban Orang Tua ............................. 17
6. Maksud Pendidikan Agama Orang tua ............................. 19
B. Kepribadian Muslim Remaja.............................................. 19
1. Pengertian Remaja ............................................................ 19
2. Ciri-ciri Masa Remaja ....................................................... 21
3. Pengertian Kepribadian Muslim ....................................... 21
4. Unsur-Unsur Kepribadian Muslim.................................... 23
5. Ciri-Ciri Kepribadian Muslim........................................... 24
6. Faktor-Faktor Pembentuk Kepribadian............................. 28
7. Upaya Orang Tua Dalam Membentuk Kepribadian
Muslim Remaja ................................................................. 29
vi
C. Kerangka Berfikir................................................................. 31
D. Hipotesis Penelitian ............................................................... 32
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian ................................................. 33
B. Metode Penelitian.................................................................... 33
C. Populasi dan Sampel ............................................................... 34
D. Teknik Pengumpulan Data...................................................... 34
E. Teknik Analisis Data............................................................... 36
F. Hipotesis Statistik ................................................................... 39
BAB IV HASIL PENELITIAN
A. Gambaran Umum Wilayah ..................................................... 40
1. Kondisi obyektif dan geografis lokasi .............................. 40
2. Kondisi demografis ........................................................... 40
3. Kondisi sosiologis ............................................................ 41
B. Deskripsi Data......................................................................... 41
C. Analisis Data ........................................................................... 56
D. Interpretasi Data ...................................................................... 58
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan ........................................................... 62
B. Saran ..................................................................... 63
DAFTAR PUSTAKA .................................................................... 65
LAMPIRAN-LAMPIRAN
vii
DAFTAR TABEL
Tabel 1 Kisi-Kisi Instrumen..........................................................................35
Tabel 2 Interpretasi Data ...............................................................................38
Tabel 3 Sekolah Dasar Bapak/Ibu.................................................................41
Tabel 4 Sekolah Menengah Pertama Bapak/Ibu ...........................................42
Tabel 5 Sekolah Menengah Atas Bapak/Ibu ................................................. 42
Tabel 6 Perguruan Tinggi Bapak/Ibu ............................................................43
Tabel 7 Ajaran agama diterapkan dalam keluarga ........................................ 43
Tabel 8 Bapak/Ibu mengikuti kegiatan keagamaan ...................................... 44
Tabel 9 Bapak/Ibu mengikuti Majelis Ta’lim ............................................... 44
Tabel 10 Bapak/Ibu mengikuti kegiatan keagamaan ...................................... 45
Tabel 11 Bapak/Ibu mengenyam pendidikan pesantren ................................. 45
Tabel 12 Orang tua menegur, bila lalai dalam beribadah ............................... 46
Tabel 13 Orang tua memberikan perhatian terhadap akhlak atau perilaku .... 46
Tabel 14 Orang tua memberikan arahan ......................................................... 47
Tabel 15 Orang tua menegur bila tidak sopan terhadap seseorang ................ 47
Tabel 16 Bapak/Ibu mengawasi shalat............................................................ 48
Tabel 17 Bapak/Ibu membiasakan berbicara dengan kata-kata yang baik ..... 48
Tabel 18 Bapak/Ibu membiasakan sopan santun pada orang lain................... 49
Tabel 19 Bapak/Ibu membiasakan shalat tepat waktu .................................... 49
Tabel 20 Bapak/Ibu mendorong shalat wajib lima waktu............................... 50
Tabel 21 Melaksanakan perintah orang tua .................................................... 50
Tabel 22 Menutup aurat jika ingin keluar rumah............................................ 51
Tabel 23 Menolong orang lain ........................................................................ 51
Tabel 24 Mengucapkan salam bila bertemu dengan orang yang saya kenal .. 52
Tabel 25 Berbohong kepada orang tua............................................................ 52
Tabel 26 Keluar rumah tanpa seizin orang tua................................................ 53
Tabel 27 Menghadapi masalah dengan tenang ............................................... 53
Tabel 28 Bersyukur ketika mendapatkan nikmat............................................ 54
Tabel 29 Melaksanakan shalat lima waktu tepat waktu.................................. 54
viii
Tabel 30 Mengerjakan shalat-shalat sunnah ................................................... 55
Tabel 31 Melaksanakan puasa ramadhan........................................................ 55
Tabel 32 Membaca al-Qur’an ......................................................................... 56
Tabel 33 Tabel Product Moment..................................................................... 57
ix
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 : Berita wawancara ketua RW 01
Lampiran 2 : Nukilan tabel nilai “r” untuk berbagai df
Lampiran 3 : Angket
Lampiran 4 : Hasil angket
Lampiran 5 : Daftar nama responden
Lampiran 6 : Surat permohonan izin penelitian
Lampiran 7 : Surat permohonan riset/wawancara
Lampiran 8 : Surat bimbingan skripsi
Lampiran 9 : Surat keterangan RW
Lampiran 10 : Surat Pengajuan proposal skripsi
x
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Di era globalisasi sekarang ini, banyak sekali permasalahan yang
menimpa kehidupan manusia khususnya pada masa-masa remaja. Hal tersebut
dikarenakan pada fase ini keadaan jasmani maupun rohani manusia sedang
mengalami pertumbuhan yang menuju kematangan, atau sering kali kita
menyebut fase ini adalah fase transisi antara masa kanak-kanak ke masa
dewasa.
Masa remaja adalah masa peralihan diantara masa kanak-kanak dan
dewasa, pada masa ini anak mengalami perubahan cepat disegala bidang,
sekarang mereka tidak mau lagi disebut anak-anak, karena sudah merasa besar
dan dapat berbuat apapun yang dikehendakinya tanpa harus didikte oleh orang
lain. Gejolak mudanya mulai bangkit dan sangat mempengaruhi terhadap
pertumbuhan badan, sikap dan juga cara berfikir.
Sahilun A. Nasir mengatakan bahwa: masa remaja adalah masa yang
penuh kontradiksi, sebagian orang menyatakan masa remaja adalah masa
energy, heroik, dinamis, kritis dan masa yang paling indah tetapi ada pula
yang menyebutkan bahwa masa remaja sebagai masa badai dan topan, masa
rawan dan nyentrik. Karena masa tersebut berada diambang the best of time
and the worst of time (dapat berada dalam waktu yang baik dan buruk).
2
Masa transisi pasti dialami oleh semua remaja, dimana pada masa
transisi itu para remaja sedang mangalami perubahan dari masa kanak-kanak
ke masa dewasa. Kelabilan pada masa transisi ini membuat mereka sering
membuat sensasi untuk menarik perhatian umum tentang keberadaan mereka.
Ada sensasi yang mereka buat terkadang perbuatan positif. Namun bagi
remaja yang lemah akidah dan mempunyai dasar akhlak yang kurang
memadai, sering kali membuat sensasi-sensasi yang bernada negatif, bahkan
sudah menjurus kedalam kriminalitas. Dan sensasi nagatif inilah yang
membuat remaja terjerumus kedalam lingkaran setan yang ujung-ujungnya
adalah kemaksiatan belaka.
Permasalahan remaja akhir-akhir ini sudah berkembang kearah yang
sangat mengkhawatirkan dan meresahkan masyarakat. Sejak zaman dahulu
remaja telah bermasalah, sekarang pun remaja bermasalah, dan juga pada
masa akan datang remaja mungkin akan bermasalah.
Manusia sepanjang hidupnya selalu akan menerima pengaruh dari tiga
lingkungan pendidikan yang utama yakni keluarga, sekolah, dan masyarakat,
dan ketiganya disebut tri pusat pendidikan.
Menurut Ki Hajar Dewantoro, suasana kehidupan keluarga merupakan
tempat yang sebaik-baiknya untuk melakukan pendidikan orang-seorang
(pendidikan individual) maupun pendidikan sosial. Keluarga itu tempat
pendidikan yang sempurna sifat dan wujudnya untuk melangsungkan
pendidikan kearah pembentukan pribadi yang utuh, tidak saja bagi anak-anak
tapi juga bagi para remaja.1
Dalam lingkungan keluarga, yang berperan menjadi pendidik adalah
orang tua (ayah dan ibu). Orang tua merupakan pendidik yang pertama dan
utama dalam membantu mengembangkan potensi anak-anaknya. Orang tua
dikatakan sebagai pendidik pertama, karena orang tualah yang pertama
mendidik anaknya sejak dilahirkan. Dikatakan sebagai pendidik utama, karena
1 Umar Tirtarahardja dan La Sula, Pengantar Pendidikan, (Jakarta: PT. Rineka Cipta,2000), Cet. 1, h. 169.
3
pendidikan yang diberikan orang tua merupakan dasar dan sangat menentukan
perkembangan anak selanjutnya.
Oleh karena itu, orang tua yang terdiri dari ayah dan ibu bertanggung
jawab terhadap pendidikan anak-anaknya. Pendidikan yang diterima anak
dipengaruhi oleh sikap, pandangan, nilai-nilai dan juga latar belakang
pendidikan orang tuanya. Orang tua menjadi tokoh identifikasi bagi anak-
anaknya sehingga seringkali anak mengatakan saya ingin seperti ayah atau
ibu. Hal ini menunjukan bahwa orang tua harus menjadi panutan bagi anak-
anaknya.
Untuk mencapai akhlak yang baik pada remaja dan tidak melakukan
kenakalan remaja yang sering kita jumpai pada saat ini, maka dibutuhkan
pembinan kepribadian muslim yang konsisten terutama di dalam keluarga.
Akhlak yang ada pada remaja bukanlah pembawaan sejak manusia dilahirkan,
karena itu adalah salah besar jika dikatakan bahwa akhlak pada remaja terjadi
dengan sendirinya dan merupakan sesuatu yang tidak dapat diubah.
Pada dewasa ini kita sering melihat orang tua yang kurang
mementingkan terhadap pendidikan agama untuk mendidik anaknya. Banyak
sekali orang tua membinanya dengan cara model barat. Sehingga remaja tidak
peduli lagi dalam membedakan baik maupun buruk yang dilakukannya.
Seperti yang kita sering jumpai remaja sering melakukan penyimpangan, baik
yang bertentangan dengan norma agama maupun hukum negara serta adat
kebiasan masyarakat. Contohnya: banyak remaja yang kurang bersikap baik
terhadap orang tua, di sekolah suka membolos, tidak sopan santun terhadap
guru, berkelahi, mencuri, berjudi, mengkonsumsi obat-obatan terlarang yang
terkenal dengan narkoba, bahkan sampai melakukan hubungan seksual
sebelum nikah serta sampai ada yang membunuh. Semua itu bisa terjadi
karena dalam kepribadian remaja kurang mendapatkan pembinaan kepribadian
muslim pada orang tuanya sendiri dilingkungan keluarga.
Salah satu cara yang dapat menolong anak remaja dari hal-hal yang
negatif adalah dengan adanya pembinaan kepribadian muslim di dalam
keluarga yang diberikan oleh orang tuanya. Melalui hal ini setidaknya mampu
4
memperkenalkan ajaran agama pada anak remaja. Dan pendidikan agama di
keluarga juga dapat dijadikan wahana untuk selalu mengingatkannya pada
ajaran agama dan untuk mencegah perbuatan negatif. Oleh karena itu dalam
mendidik anak haruslah dengan baik, karena orang tua merupakan wadah
pendidikan yang pertama dan utama dalam mendidik anak. Jika menanamkan
pembinaan kepribadian muslim dalam keluarga sangat baik, maka terwujudlah
generasi remaja yang baik pula dan akan menjadi muslim yang baik.
Pendek kata orang tua yang mentaati agama, dapat memberikan
bimbingan hidup yang sekecil-kecilnya sampai kepada yang sebesar-besarnya,
mulai dari hidup pribadi sampai sukses dalam membina kehidupan awal dari
rumah tangganya dan memiliki segala yang diinginkannya, oleh karena itu
hendaknya benar-benar harus dijaga ketaatan beragama yang sudah dimiliki
semasa hidupnya, tetapi akan sebaliknya jika orang tua yang tidak memiliki
ketaatan beragama, akan bencana kepada pribadinya bahkan kepada rumah
tangganya.2
Memang sudah seharusnya jika orang tua memiliki pendidikan agama
tinggi maka ia akan memiliki anak yang berakhlak baik, idealnya memang
demikian. Namun dalam kenyataannya sering kali banyak berbeda, sebab bila
kita amati secara mendalam mungkin ada di antara orang tua yang kurang
bahkan sama sekali tidak menguasai (memahami) tentang agama. Karena
pendidikan agama yang mereka dapatkan dari keluarga maupun lembaga
pendidikan hanya sebatas teori (materi) tanpa pemahaman dan pengamalan
yang mendalam dalam kehidupan sehari-hari.
Melalui proses pendidikan yang dialaminya orang tua yang
berpendidikan agama tinggi akan memiliki wacana pengetahuan, keterampilan
yang luas dan kemampuan emosi yang dapat membantu memecahkan berbagai
permasalahan yang dihadapi oleh anak, baik itu yang berkaitan dengan
pergaulan maupun kepribadiannya.
2 Prof Dr. H. Jalaluddin, Psikologi Agama, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2005),cet.9, h. 272.
5
Hal ini tentunya akan berbeda dengan orang tua yang memiliki latar
belakang pendidikan agama yang rendah. Sebab kapasitas pengetahuan yang
dimiliki, sehingga kemampuan dalam mengasuh dan juga mendidik anak, bisa
menjadi kurang baik walaupun tidak semua orang tua yang berpendidikan
agama rendah dapat dikatakan demikian, sebab ada juga kemungkinan orang
tua yang seperti itu dapat juga bersifat positif terhadap kepribadian anaknya.
Alasan tersebut menimbulkan motivasi penulis untuk mengadakan
penelitian tentang pengaruh pendidikan agama orang tua terhadap kepribadian
remaja. Selain itu melihat dari kenyataan bahwa keluarga yang orang tuanya
berpendidikan agama rendah, ternyata berhasil dalam mendidik anaknya dan
sebaliknya ada keluarga yang orang tuanya berpendidikan agama tinggi
ternyata kurang berhasil dalam mendidik anaknya. Keberhasilan mendidik
anak-anak disini adalah anak-anak yang berkepribadian baik.
Bertitik tolak dari fenomena diataslah yang mendorong penulis untuk
mencoba menyusun skripsi dengan judul “PENGARUH PENDIDIKAN
AGAMA ORANG TUA TERHADAP KEPRIBADIAN MUSLIM
REMAJA”
B. Identifikasi Masalah
Seperti diuraikan dalam latar belakang masalah bahwa adanya
perbedaan kepribadian remaja dari orang tua yang sama-sama memiliki
pendidikan agama yang cukup tinggi, dan banyaknya perbedaan kepribadian
remaja dari orang tua yang berpendidikan agama cukup tinggi dengan orang
tua yang berpendidikan agama rendah. Hal ini tentunya disebabkan oleh
beberapa masalah.
Adapun masalah tersebut dapat di identifikasikan sebagai berikut:
1. Pendidikan agama orang tua yang bervariasi.
2. Kurangnya orang tua yang mementingkan pendidikan agama dalammendidik anaknya.
3. Kepribadian remaja yang berbeda-beda.
4. Banyak remaja yang tidak memiliki kepribadian sebagai seorang muslim.
6
C. Pembatasan dan Perumusan Masalah
Untuk mempermudah dan memperjelas permasalahan yang akan
dibahas, maka di dalam penulisan skripsi ini penulis membatasi masalah pada:
1. Pendidikan agama orang tua yang ada di wilayah RW 01 Kali Abang
Nangka Bekasi Utara.
2. Remaja yang dimaksud disini adalah yang usianya 13-21 tahun yang
berada di wilayah RW 01 Kali Abang Nangka Bekasi Utara.
3. Hubungan antara pendidikan agama orang tua terhadap kepribadian
muslim remaja.
Berdasarkan pembatasan masalah tersebut, maka masalah dapat
dirumuskan sebagai berikut: “Apakah ada pengaruh pendidikan agama
orang tua terhadap kepribadian muslim remaja”.
D. Tujuan dan Manfaat Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ada atau tidaknya pengaruh
pendidikan agama orang tua terhadap kepribadian muslim remaja di wilayah
RW 01 Kali Abang Nangka bekasi Utara.
Adapun manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Masukan bagi para orang tua agar memberikan pendidikan agama yang
baik kepada anak, khususnya mereka yang sudah memasuki remaja.
2. Menjadi bahan masukan bagi orang tua agar lebih memperhatikan sikap
dan perilaku remaja yang kurang sesuai dengan nilai-nilai agama Islam.
3. Penelitian ini bertujuan untuk menambah wawasan bagi penulis.
7
BAB II
KERANGKA TEORITIK DAN HIPOTESIS
A. Pendidikan Agama Orang Tua
1. Pengertian Pendidikan Agama
Pendidikan berasal dari kata “didik” yang artinya melatih atau
memelihara. Pendidikan menurut kamus besar bahasa Indonesia adalah proses
perubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha
mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan.
Abdurrahman al-Nahlawi sebagaimana yang dikutip oleh Ahmad
Tafsir merumuskan definisi pendidikan justru dari kata al-tarbiyyah. Dari segi
bahasa menurut pendapatnya, kata al-tarbiyyah berasal dari tiga kata, yaitu:
pertama, kata raba-yarbu yang berarti bertambah, bertumbuh. Kedua, rabiya-
yarba yang berarti menjadi besar. Ketiga, dari kata rabba-yarubbu yang
berarti memperbaiki, menguasai urusan, menuntun, menjaga, memelihara.3
Dalam bahasa Inggris, education (pendidikan) berasal dari kata
educate (mendidik) artinya memberi peningkatan (to elicit, to give rise to),
dan mengembangkan (to evolve, to develop). Dalam pengertian yang sempit,
education atau pendidikan berarti perbuatan atau proses perbuatan untuk
memperoleh pengetahuan.
3 Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan Dalam Perspektif Islam, (Bandung: PT. RemajaRosdakarya, 1994), Cet. 2, h. 29.
8
Dalam pengertian yang agak luas, pendidikan dapat diartikan sebagai
sebuah proses dengan metode-metode tertentu sehingga orang memperoleh
pengetahuan, pemahaman, dan cara bertingkah laku yang sesuai dengan
kebutuhan.4
Untuk lebih jelas lagi mengenai pengertian pendidikan, nampaknya
perlu dikemukakan pendapat para ahli, diantaranya:
a. Menurut Drs. M. Ngalim Purwanto pendidikan adalah “Pendidikan adalah
segala usaha orang dewasa dalam pergaulan dengan anak-anak untuk
memimpin perkembangan jasmani dan rohaninya kearah kedewasaan”.5
b. Menurut Drs. Ahmad D. Marimba sebagaimana yang dikutip oleh Ahmad
Tafsir merumuskan pendidikan adalah “Bimbingan atau pimpinan secara
sadar oleh pendidik terhadap perkembangan jasmani dan rohani anak didik
menurut terbentuknya kepribadian yang utama”.6
Dari beberapa definisi di atas maka dapat disimpulkan bahwa
pendidikan adalah suatu usaha pemberian bimbingan dan bantuan dari orang
dewasa kepada orang yang masih membutuhkan agar terbentuk kepribadian
utama sehingga memiliki pengetahuan, sikap, keterampilan dan kepribadian
yang luhur.
Sedangkan pengertian pendidikan Agama Islam telah dikemukakan
oleh para ahli dengan beberapa pendapat yang diantaranya adalah:
a. Menurut Prof. Dr. Zakiah Daradjat, dkk. Pendidikan Islam adalah sebagai
berikut:
1) Pendidikan agama Islam adalah usaha berupa bimbingan dan asuhanterhadap anak didik agar kelak setelah selesai pendidikannya dapatmemahami dan mengamalkan ajaran agama Islam serta menjadikannyasebagai pandangan hidup (way of life).
2) Pendidikan agama Islam adalah pendidikan yang dilaksanakanberdasarkan ajaran Islam.
3) Pendidikan agama Islam adalah pendidikan dengan melalui ajaran-ajaran agama Islam, yaitu berupa bimbingan dan asuhan terhadap anak
4 Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru, (Bandung: PT.Remaja Rosdakarya, 1997), Cet. 3, h. 10
5 M. Ngalim Purwanto, Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis, (Bandung: Remaja RosdaKarya, 2007), Cet. 18, h. 11.
6 Ahmad Tafsir, Ilmu pendidikan dalam Perspektif Islam…. .h. 24.
9
didik agar nantinya setelah selesai dari pendidikan ia dapat memahami,menghayati, dan mengamalkan ajaran-ajaran agama Islam yang telahdiyakininya secara menyeluruh, serta menjadikan agama Islam itusebagai suatu pandangan hidupnya demi keselamatan dankesejahteraan hidup di dunia maupun di akhirat kelak.7
b. Menurut Drs. Sahilun A. Nasir Pendidikan Agama Islam adalah:
Suatu usaha yang sistematis dan pragmatis dalam membimbing anak didikyang beragama Islam dengan cara yang sedemikian rupa, sehingga ajaran-ajaran Islam itu benar-benar dapat menjiwai, menjadi bagian yang integraldalam pribadinya, dimana ajaran-ajaran Islam itu benar-benar dipahami,diyakini kebenarannya, diamalkan menjadi pedoman hidupnya, menjadipengontrol terhadap perbuatan, pemikiran dan sikap mentalnya.8
c. Menurut Dra. Hj. Zuhairini bahwa Pendidikan Agama Islam berarti
“Usaha-usaha secara sistematis dan pragmatis dalam membantu anak didik
agar mereka hidup sesuai dengan ajaran Islam”.9
d. Menurut Drs. Ahmad D Marimba pendidikan Islam adalah “Bimbingan
jasmani-rohani berdasarkan hukum-hukum Agama Islam menuju kepada
terbentuknya kepribadian utama menurut ukuran-ukuran Islam”.10
Berdasarkan pendapat-pendapat yang dikemukakan para ahli di atas
maka dapat disimpulkan pendidikan agama Islam adalah suatu proses kegiatan
bimbingan jasmani dan rohani berdasarkan ajaran Islam yang dilakukan
dengan kesadaran untuk mengembangkan potensi anak didik menuju
perkembangannya yang maksimal, agar terbentuk kepribadian-kepribadian
utama menurut ukuran-ukuran Islam.
Dalam pendidikan terdapat jalur, jenjang, dan jenis pendidikan. Hal ini
perlu dijelaskan agar kita mengetahui dan mengerti pendidikan secara
keseluruhan. Selanjutnya akan dijelaskan satu persatu.
7 Zakiah Daradjat, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 2006), Cet. 6, h. 86.8 Sahilun A. Nasir, Peranan Pendidikan Agama Terhadap Pemecahan Problema remaja,
(Jakarta: Kalam Mulia, 2002), Cet. 2, h. 11-12.9 Zuhairini, Metodik Khusus Pendidikan Agama, (Surabaya: Usaha Nasional, 1977), Cet.
1, h. 27.10 Ahmad Marimba, Pengantar FilsafatPendidikan Islam, (Bandung: Al-Maarif, 1974),
Cet. 3, h. 23.
10
a. Jalur Pendidikan
Jalur pendidikan terdiri dari atas pendidikan formal, nonformal dan
informal yang dapat saling melengkapi dan memperkaya pengetahuan.
1) Pendidikan Formal
Pendidikan formal adalah pendidikan yang terstruktur dan
berjenjang yang terdiri atas pendidikan dasar, pendidikan menengah,
dan pendidikan tinggi. Dengan demikian pendidikan formal memiliki
jenjang sebagai berikut :
a) Pendidikan Dasar
Pendidikan dasar merupakan jenjang pendidikan yang melandasi
jenjang pendidikan menengah. Pendidikan dasar berbentuk Sekolah
Dasar (SD) dan Madrasah Ibtidaiyah (MI) atau bentuk lain yang
sederajat serta Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan Madrasah
Tsanawiyah (MTs), atau bentuk lain yang sederajat
b) Pendidikan Menengah
Pendidikan menengah merupakan lanjutan pendidikan dasar,
pendidikan menengah terdiri atas pendidikan menengah umum dan
pendidikan menengah kejuruan. Pendidikan menengah berbentuk
Sekolah Menengah Atas (SMA), Madrasah Aliyah (MA), Sekolah
Menengah Kejuruan (SMK), dan Madrasah Aliyah Kejuruan
(MAK), atau bentuk lain yang sederajat.
c) Pendidikan Tinggi
Pendidikan tinggi merupakan jenjang pendidikan setelah
pendidikan menengah yang mencakup program Pendidikan
Diploma, Sarjana, Magister dan Doktor yang diselenggarakan oleh
pendidikan tinggi.
2) Pendidikan Nonformal
Pendidikan nonformal diselenggarakan bagi warga masyarakat
yang memerlukan layanan pendidikan yang berfungsi sebagai
pengganti, penambah dan atau pelengkap pendidikan formal dalam
rangka mendukung pendidikan sepanjang hayat. Pendidikan nonformal
11
berfungsi mengembangkan potensi peserta didik dan menekankan pada
penguasaan pengetahuan dan keterampilan fungsional serta
pengembangan sikap dan kepribadian profesional.
Pendidikan non formal meliputi pendidikan kecakapan hidup,
pendidikan anak usia dini, pendidikan kepemudaan, pendidikan
pemberdayaan perempuan, pendidikan keaksaraan, serta pendidikan
yang ditujukan untuk mengembangkan kemampuan peserta didik.
Satuan pendidikan nonformal terdiri atas pendidikan lembaga
kursus, lembaga pelatihan, kelompok belajar, pusat kegiatan belajar
masyarakat dan jenis majlis ta’lim, serta satuan pendidikan yang
sejenis.
3) Pendidikan Informal
Pendidikan informal adalah kegiatan pendidikan formal yang
dilakukan oleh keluarga dan lingkungan berbentuk kegiatan belajar
secara mandiri. Hasil pendidikan informal diakui sama dengan
pendidikan formal dan nonformal setelah peserta didik lulus ujian
sesuai dengan standar nasional pendidikan.
b. Jenis Pendidikan
Jenis pendidikan mencakup pendidikan umum, kejuruan,
akademik, profesi, vokasi, keagamaan, dan khusus.
1) Pendidikan Umum
Pendidikan umum merupakan pendidikan yang mengutamakan
perluasan pengetahuan dan peningkatan keterampilan peserta didik
dengan pengkhususan yang diwujudkan pada tingkat-tingkat akhir
masa pendidikan.
2) Pendidikan Kejuruan
Pendidikan kejuruan merupakan pendidikan yang mempersiapkan
peserta didik untuk dapat bekerja dalam bidang tertentu.
3) Pendidikan Akademik
Pendidikan akademik merupakan pendidikan yang diarahkan terutama
pada kesiapan penerapan keahlian tertentu.
12
4) Pendidikan Profesi
Pendidikan profesi merupakan pendidikan yang diarahkan terutama
pada kesiapan penerapan keahlian tertentu.
5) Pendidikan Keagamaan
Pendidikan keagamaan merupakan pendidikan yang mempersiapkan
peserta didik untuk dapat menjalankan peranan yang menuntut
penguasaan pengetahuan khusus tentang ajaran agama yang
bersangkutan, pendidikan keagamaan diselenggarakan oleh pemerintah
dan atau kelompok masyarakat dari pemeluk agama, sesuai dengan
perundang-undangan.
Pendidikan keagamaan berfungsi mempersiapkan peserta didik
menjadi anggota masyarakat yang memahami dan mengamalkan nilai-
nilai ajaran agamanya dan atau menjadi ahli agama. Pendidikan
keagamaan dapat diselenggarakan pada pendidikan jalur formal,
nonformal dan informal. Pendidikan keagamaan berbentuk pendidikan
diniyah, pesantren, dan bentuk lain yang sejenis.11
2. Dasar-dasar Pendidikan Agama Islam
Setiap usaha, kegiatan dan tindakan yang disengaja untuk mencapai
suatu tujuan harus mempunyai landasan tempat berpijak yang baik dan kuat.
Oleh karena itu pendidikan Islam sebagai suatu usaha membentuk manusia,
harus mempunyai landasan ke mana semua kegiatan dan semua perumusan
tujuan pendidikan Islam itu dihubungkan.
Secara umum dasar pelaksanaan pendidikan agama Islam ada tiga, yaitu:
a. Dasar Religius
Yang dimaksud dengan dasar religius yaitu dasar-dasar yang
bersumber dari ajaran Islam itu sendiri, yaitu: Al-qur’an, As-Sunnah, dan
Ijtihad.
11 Tim Redaksi Nuansa Aulia, Himpunan Peraturan Perundang-Undangan TentangSISDIKNAS, h. 7-11.
13
1. Al-qur’an
Al-Qur’an adalah firman Allah berupa wahyu yang
disampaikan oleh Jibril kepada Nabi Muhammad SAW. Ajaran yang
terkandung di dalamnya terdapat ajaran pokok yang meliputi seluruh
aspek kehidupan. Ayat al-Qur’an yang pertama kali turun adalah
berkenaan disamping masalah keimanan juga masalah pendidikan. 12
Allah SWT berfirman:
Artinya: “Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yangmenciptakan. Dia telah menciptakan manusia dari segumpaldarah. Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Paling Pemurah.Yang mengajar (manusia) dengan perantaraan kalam. Diamengajarkan kepada manusia apa yang tidak diketahuinya”.(Q.S. Al-Alaq (96): 1-5).13
2. As-Sunnah
As-Sunnah adalah perkataan, perbuatan, ataupun pengakuan
Rasul Allah SWT. Yang dimaksud pengakuan itu adalah kejadian atau
perbuatan orang lain yang diketahui Rasulullah dan beliau membiarkan
saja kejadian atau perbuatan itu berjalan. Sunnah merupakan sumber
ajaran kedua sesudah Al-Qur’an, Sunnah juga berisi aqidah dan
syariah. Sunnah berisi petunjuk (pedoman) untuk kemaslahatan hidup
manusia dalam segala aspeknya, untuk membina umat menjadi
manusia seutuhnya atau muslim yang bertakwa. Untuk itu Rasulullah
menjadi guru atau pendidik yang utama.14
12 Zakiah Daradjat, Ilmu Pendidikan Islam…. h. 20.13 Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, (Bandung: CV. Diponegoro,
2000), h. 1079.14 Zakiah Daradjat, Ilmu Pendidikan Islam,…. h. 20-21.
14
Rasulullah SAW bersabda:
: لهل: )(مللرمع
Artinya: “Dari Abi Sa’id ra. Berkata: Telah bersabda RasulullahSAW: “Menuntut ilmu merupakan suatu kewajiban bagisetiap muslim”.(HR. Baihaqi).15
3. Ijtihad
Ijtihad adalah istilah para fuqaha, yaitu berfikir dengan
menggunakan seluruh ilmu yang dimiliki oleh ilmuwan syari’at Islam
untuk menetapkan/menentukan sesuatu hukum syari’at Islam dalam
hal-hal yang ternyata belum ditegaskan hukumnya oleh Al-Qur’an dan
Sunnah. Ijtihad dalam hal ini dapat saja meliputi seluruh aspek
kehidupan termasuk aspek pendidikan, tetapi tetap berpedoman pada
Al-Qur’an dan Sunnah.16
b. Dasar Yuridis
Dasar-dasar yuridis yaitu dasar-dasar pelaksanaan pendidikan
agama Islam yang berasal dari peraturan perundang-undangan, dasar ini
menjadi pedoman dalam pelaksanaan pendidikan agama Islam di sekolah-
sekolah atau di lembaga-lembaga formal. Dasar yuridis formal di
Indonesia ada tiga, yaitu: dasar ideal, dasar struktural, dan dasar
operasional.17
c. Dasar sosial psikologis
Dasar sosial psikologis yaitu suatu pandangan bahwa manusia di
dalam hidupnya di dunia ini, membutuhkan adanya suatu pegangan hidup
yaitu agama, setiap manusia mempunyai perasaan yang mengakui adanya
Dzat yang Maha Kuasa dibanding dirinya, karena setiap manusia sejak
15 Muhammad Nasirudin al-Abani, Al-Jami’ As-Shogir wa Ziyadatuhu, vol. 2, cet. 3,Bairut: al-Maktab al-Islam, 1988, hal. 727. (3913).
16 Zakiah Daradjat, Ilmu Pendidikan Islam,…. h. 21.17 Zuhairini, Metodik Khusus Pendidikan Agama,…. h. 21
15
dilahirkan mempunyai kemampuan dasar untuk beragama dan memiliki
fitrah agama.18
3. Tujuan Pendidikan Agama Islam
Tujuan merupakan penentu arah dari suatu kegiatan yang kita lakukan,
dalam pendidikan adanya tujuan merupakan hal yang mutlak harus ada, karena
tanpa adanya tujuan pelaksanaan pendidikan menjadi tidak terarah dan tidak
berjalan sebagaimana mestinya.
Berbicara mengenai tujuan pendidikan agama Islam tidak terlepas dari
berbicara mengenai tujuan hidup kita sebagai seorang muslim. Tujuan kita
sebagai muslim yaitu menyembah dan mengabdi kepada Allah swt. Hal ini
sesuai dengan firman Allah swt yang berbunyi:
Artinya: “Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya
mereka menyembah kepada-Ku”. (Q.S. Adz-Dzariyat (51): 56)19
Dengan demikian berdasarkan ayat di atas dapat diketahui bahwa
tujuan pendidikan Islam adalah merealisasikan penghambaan kepada Allah
dalam kehidupan manusia, baik secara individual maupun secara sosial.
Menurut Prof. Mohammad Athiyah Al-Abrosyi sebagaimana yang
dikutip oleh Zuhairini menyebutkan tujuan pendidikan Islam adalah sebagai
berikut:
a. Untuk membantu pembentukan akhlak yang mulia. Islam menetapkan
bahwa pendidikan akhlak adalah jiwa pendidikan Islam dan bahwa
mencapai akhlak yang sempurna adalah tujuan pendidikan sebenarnya.
b. Persiapan untuk kehidupan dunia dan kehidupan akhirat.
c. Menyiapkan pelajar dari segi profesional, teknis dan perusahaan supaya ia
dapat menguasai profesi tertentu.
18 Zuhairini, Metodik Khusus Pendidikan Agama,…. h. 25.19 Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya,…. h. 862.
16
d. Persiapan untuk mencari rezeki dan pemeliharaan segi-segi kemanfaatan.
Pendidikan Islam tidaklah semuanya bersifat agama atau spiritual semata-
mata.
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa tujuan utama pendidikan
Islam adalah pembentukan kepribadian muslim. Dan itulah pendidikan yang
harus kita berikan kepada anak-anak kita kaum muslimin.
4. Pengertian Orang Tua
Orang tua menurut kamus besar bahasa Indonesia diartikan dengan:
a. Ayah dan ibu
b. Orang tua-tua
c. Orang yang dianggap tua (cerdas, pandai, para ahli dan sebagainya)20
Untuk lebih jelas lagi mengenai pengertian orang tua, nampaknya perlu
dikemukakan pendapat para ahli, diantaranya:
a. Menurut Zakiah Daradjat bahwa yang dimaksud orang tua adalah
“Pembina pribadi dalam hidup anak. Kepribadian orang tua, sikap dan cara
hidup mereka, merupakan unsur-unsur pendidikan yang tidak langsung,
yang dengan sendirinya akan masuk ke dalam pribadi anak yang sedang
tumbuh”.21
b. Menurut M. Ngalim Purwanto yang dimaksud orang tua yaitu “Pendidik
yang terutama dan sudah semestinya. Merekalah pendidik asli yang
menerima tugas sebagai kodrat dari Tuhan untuk mendidik anak-
anaknya”.22
Dari beberapa definisi yang dikemukakan di atas dapat disimpulkan
bahwa yang dimaksud dengan orang tua adalah pria atau wanita yang terikat
dalam perkawinan yang bertanggung jawab atas anak-anaknya yang menerima
tugas sebagai pendidik atau Pembina pribadi dalam hidup anaknya.
20 Departemen Pendidikan dan Kebudayaan RI, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta:Balai Pustaka,1999), Cet 10, h. 629.
21 Zakiah Daradjat, Ilmu Jiwa Agama (Jakarta: Bulan bintang, 2003), Cet. 16, h. 56.22 M. Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2002),
Cet. 17, h. 4.
17
5. Kedudukan dan Kewajiban Orang Tua Terhadap Anak
Syariat Islam telah menjadikan orang tua bertanggung jawab terhadap
kelangsungan hidup dan perkembangan anak, dengan dasar bahwa anak
adalah titipan yang dipercayakan Tuhan untuk diperlihara dan dipertanggung
jawabkan di hadapan Tuhan.
Setiap orang tua muslim menyadari bahwa pada hakikatnya anak
adalah amanat Allah yang dipercayakan (diamanatkan) kepada dirinya.
Kesadaran para orang tua muslim akan hakikat anak mereka sebagai
amanat Allah ini sepantasnya ditanggapi dengan penuh tanggung jawab.
Setiap muslim pasti menyadari bahwa Allah memerintahkan kepada hamba-
Nya agar mengemban amanat itu dengan baik. Sebagaimana Firman Allah :
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengkhianati
Allah dan Rasul (Muhammad) dan (juga) janganlah kamumengkhianati amanat-amanat yang dipercayakan kepadamu, sedangkamu mengetahui. (Q.S. Al-Anfaal (8) : 27).
Dapat dikatakan bahwa setiap muslim yang mukmin berkewajiban
mendidik anak-anak dengan pendidikan yang baik dan benar, sehingga mereka
tumbuh dewasa menjadi anak-anak yang saleh.23
Kepribadian orang tua, sikap, dan cara hidup mereka, merupakan
unsur-unsur pendidikan yang tidak langsung, yang dengan sendirinya akan
masuk ke dalam pribadi anak yang sedang tumbuh.24 Dengan demikian orang
tua memegang peranan penting dalam membentuk kepribadian anak didik.
Sesuai dengan hadits Nabi yang berbunyi:
Dari Abi Hurairah ra, ia berkata, Rasulullah saw bersabda:
Artinya: “Tidaklah anak yang dilahirkan itu kecuali telah membawa fitrah(kecendrungan untuk percaya kepada Allah), maka kedua orang
23 M. Nipan Abdul Halim, Anak Saleh Dambaan Keluarga, (Yogyakarta: Mitra Pustaka,2000), Cet. 1, h. 15-16.
24 Zakiah Daradjat, Ilmu Jiwa Agama…. .h.56.
18
tuanyalah yang menjadikan anak tersebut beragama yahudi,nasrani, dan majusi.( HR. Bukhari).
Berdasarkan hadits ini, jika seorang anak mempunyai orang tua
muslim yang baik, mengajarkan pada dirinya prinsip-prinsip Iman dan Islam,
maka ia akan tumbuh dalam akidah Iman dan Islam.25
Menurut al-Ghazaly, melatih anak-anak adalah suatu hal yang sangat
penting sekali, karena anak sebagai amanat bagi orang tuanya. Hati anak suci
bagaikan mutiara cemerlang, bersih dari segala ukiran serta gambaran, ia
dapat atau mampu menerima segala yang diukirkan atasnya dan condong
kepada segala yang dicondongkan kepadanya. Maka bila ia dibiasakan kearah
kebaikan dan diajarkan kebaikan jadilah ia baik dan berbahagia di dunia dan
di akhirat, sedang ayah dan para pendidik-pendidik lainnya turut mendapat
bagian pahalanya. Tetapi bila dibiasakan jelek atau dibiarkan kejelekan, maka
celaka dan rusaklah ia, sedang wali serta pemeliharanya mendapat beban
dosanya. Untuk itu wajiblah wali menjaga anak dari perbuatan dosa dengan
mendidik dan mengajarinya berakhlak bagus.
Disepanjang masa dan waktu orang tua selalu dituntut agar
bertanggung jawab atas pendidikan anak-anaknya, karena celaka dan bahagia
anak adalah terletak di tangan mereka.26
Selain bertanggung jawab dalam pembentukan pribadi anak, orang tua
juga berkewajiban untuk mendidik anak-anaknya dalam hal pendidikan
agama, dan umum termasuk di dalamnya pendidikan keterampilan. Hal ini
dimaksudkan agar anak-anak kelak memperoleh kebahagiaan hidup di dunia
dan di akhirat.
Dan orang tua adalah pusat kehidupan rohani si anak dan sebagai
penyebab berkenalannya dengan alam luar, maka setiap reaksi emosi anak dan
pemikirannya dikemudian hari, terpengaruh oleh sikap orang tuanya
25 Abdullah Nashih Ulwan, Pendidikan Anak Dalam Islam, (Jakarta: Pustaka Amani,1998), Cet. 1, h. 45.
26 M. Arifin, Hubungan Timbal Balik Pendidikan Agama di Lingkungan Sekolah danKeluarga, (Jakarta: Bulan bintang,1975), Cet.1, h. 80-84.
19
dipermulaan hidupnya dahulu. Dengan demikian orang tua memang memiliki
pengaruh yang sangat besar terhadap anak.
6. Maksud Pendidikan Agama Orang Tua
Pendidikan agama orang tua yang dimaksud disini adalah latar
belakang pendidikan agama orang tua yang di dapat dari segala aspek
kehidupan baik formal, informal dan non formal.
Semakin tinggi pendidikan agama yang dilalui orang tua maka
pengetahuan yang dimiliki orang tua semakin luas. Dan pendidikan agama
yang dimilikinya itu sebagai bekal untuk mendidik anak-anaknya dalam
keluarganya, sehingga menghasilkan anak yang baik pula.
B. Kepribadian Muslim Remaja
1. Pengertian Remaja
Dalam memberikan pengertian pada istilah remaja, masing-masing ahli
berbeda pendapat. Remaja disamakan dengan istilah pubertas atau adolesen,
dan pada umumnya pengertian tersebut dikaitkan dengan masa, sehingga bila
digabungkan menjadi masa remaja. Tetapi yang jelas masa remaja merupakan
masa yang pasti dilewati oleh anak yang akan dewasa, terlepas dari normal
atau tidaknya pertumbuhan dan perkembangan seseorang.
Meskipun pengertian remaja tidak sama diantara para ahli yang
masing-masing berbeda pendapat dalam menyoroti para remaja, dalam hal ini
Muhammad Said dan Juminar Affan istilah remaja atau adolesence berasal
dari kata latin “adolescence” (kata bendanya adolencetia yang berarti remaja)
yang berarti tumbuh atau “tumbuh dewasa”.27
Sedangkan dalam kamus besar bahasa Indonesia, kata remaja
mempunyai arti sebgai berikut:
a. Mulai dewasa atau sudah sampai umur untuk kawin, ia sekarang sudah
remaja bukan kanak-kanak lagi.
27 Muh Said dan Juminar Affan, Psikologi dari Zaman ke Zaman, (Jakarta:Bulan Bintang,1993), Cet. 3, h. 67.
20
b. Muda, seperti pengantin perempuannya masih muda benar.
c. Pemudah, seperti pemerintah mendirikan gelanggang pemuda untuk sarana
kegiatan bagi pemuda.28
Menurut Alisuf Sabri mengatakan bahwa remaja adalah masa
pencarian identitas. Kalau pada masa sebelumnya penyesuaian diri dengan
standar kelompok dianggap jauh lebih penting dari pada individualitas, dan
kalau pada masa lalu anak merasa puas apabila dirinya telah menjadi sama
dengan teman-temannya dalam segala hal, akan tetapi sekarang dimasa remaja
ini yang paling penting atau yang paling didampakannya adalah mencari dan
menemukan identitas dirinya sendiri.29
Dari semua definisi di atas jelaslah bahwa pengertian remaja tidak
dapat dipisahkan, yaitu seseorang yang berada dalam suatu masa perubahan
perkembangan secara utuh, baik fisik maupun mental yang merupakan
perkembangan transisi dari anak-anak ke masa dewasa, sesuai pola umum
perkembangan.
2. Ciri-Ciri Remaja
Untuk mengenal lebih lanjut tentang remaja, perlu diketahui ciri-
cirinya, ciri-ciri khusus pada remaja awal dapat dikelompokan sebagai berikut:
a. Perasaan dan emosi remaja tidak stabil.
b. Mengenai status remaja masih sangat sulit ditentukan.
c. Kemampuan mental dan daya pikir mulai agak sempurna.
d. Hal sikap dan moral, menonjol pada menjelang remaja awal.
e. Remaja awal adalah masa kritis.
f. Remaja awal banyak masalah yang dihadapinya.30
Demikianlah ciri-ciri khusus remaja awal. Pada masa ini perasaannya
masih sangat peka, emosi dan perasaannya tidak stabil. Dan timbulnya
28 Depdikbud RI, Kamus Besar Bahasa Indonesia,…. Cet. 1, h. 739.29 Alisuf Sabri, Psikologi Pendidikan, Berdasarkan Kurikulum Nasional, (Jakarta:
Pedoman Ilmu Jaya, 2007), Cet. 3.h. 27.30 Sahilun A. Nasir, Peranan Pendidikan Agama Terhadap Pemecahan Problema
remaja,…. h. 64.
21
dorongan-dorongan seks, sehingga remaja berani menonjolkan dalam
pergaulan bebas.
Kalau ada ciri-ciri remaja awal, tentu ada juga ciri-ciri masa remaja
akhir. Adapun ciri-ciri khusus remaja akhir adalah sebagai berikut:
a. Stabilitas mulai timbul dan meningkat.
b. Citra diri dan sikap pandangan lebih realistis.
c. Perasaannya lebih tenang.
d. Dalam menghadapai masalah yang dihadapi secara lebih tenang.31
Demikianlah ciri-ciri khusus remaja akhir. Pada masa ini perasaannya
sudah mulai stabil, sudah memiliki pandangan yang realistis, dan tenang dalam
menghadapi masalah.
3. Pengertian Kepribadian Muslim
Kepribadian dalam bahasa Inggris disebut dengan personality. Akar
kata personality berasal dari bahasa latin persona yang berarti “topeng” yaitu
topeng yang dipakai aktor drama atau sandiwara.32
Dalam Islam, istilah kepribadian (personality) dalam studi keIslaman
lebih dikenal dengan terjemahan al-syahshiyah. Syakhshiyah berasal dari kata
syakhsh yang berarti “pribadi”. Kemudian diberi ya nisbah sehingga menjadi
kata benda buatan (mashdar shina’iy) Syakhshiyah yang berarti
“kepribadian”.33
Secara definitif kepribadian itu dapat dirumuskan sebagai berikut:
a. Kepribadian adalah suatu perwujudan dari keseluruhan sifat
kemanusiawian yang unik, baik secara lahiriyah maupun batiniyah yang
berhubungan dengan kehidupan sosial dan kehidupan individual seseorang
dalam msyarakat.
31 Sahilun A. Nasir, Peranan Pendidikan Agama Terhadap Pemecahan Problemaremaja…. h. 65.
32 Netty Hartaty dkk, Islam dan Psikologi, (Jakarta: UIN Jakarta Press, 2003), Cet. 1, h.125.
33 Netty hartaty dkk, Islam dan Psikologi,…. Cet. 1, h. 132.
22
b. Kepribadian merupakan bagian dari sistem-sistem psikofisik dalam
individu yang turut menentukan tingkah laku yang unik (khas) dalam
menyesuaikan diri seorang individu dengan lingkungan.34
Sedangkan pengertian kepribadian secara terminologi, ada beberapa
tokoh yang telah mendefinisikannya, diantaranya adalah:
a. Menurut W Stern kepribadian adalah “Suatu kesatuan banyak yang
diarahkan kepada tujuan-tujuan tertentu dan mengandung sifat-sifat khusus
individu, yang bebas menentukan dirinya sendiri”.35
b. Raymond Bernard Catall sebagaimana yang dikutip oleh Abdul Mujib,
M.Ag. menyebutkan “Kepribadian adalah mencakup semua tingkah laku
individu baik yang terbuka (lahiriyah) maupun tersembunyi (batiniyah)”.36
c. G.W. Allport berpendapat sebagaimana oleh Alisuf Sabri yaitu “Suatu
organisasi/susunan yang dinamis dari pada sistem psikofisik dalam diri
individu yang menentukan penyesuaian dirinya yang unik (khas) terhadap
lingkungannya”.37
Dari definsi di atas, diketahui bahwa kepribadian adalah suatu totalitas
yang menjadi ciri khas seseorang, yang meliputi perilaku yang nampak,
perilaku batin, cara berfikir, falsafah hidupnya yang menjadi sifat dan watak
seseorang, baik menyangkut fisik maupun psikis, baik yang tercermin dalam
kehidupan individu maupun sosial.
Adapun istilah muslim yang berarti orang Islam. Kata “Islam” seakar
dengan kata al-salama, al-salam dan al-silm yang berarti menyerahkan diri,
kepasrahan, ketundukan dan kepatuhan; kata “al-salm”, “al-salaam”, dan “al-
salaamah” yang berarti bersih dan selamat dari cacat, baik lahir maupun batin.
Orang yang ber-Islam adalah orang yang menyerah, tunduk, patuh dalam
melakukan perilaku yang baik, agar hidupnya bersih lahir dan batin yang pada
34 Zuhairini, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 2009), Cet. 5, h. 186.35 Jalaluddin dan Ramayulis, Pengantar Ilmu Jiwa Agama, (Jakarta: PT. Kalam Mulia,
1998), Cet. 4, h. 89.36 Abdul Mujib, Fitrah dan Kepribadian Islam, (Jakarta: PT. Darul Falah, 1999), Cet. 1,
h. 78.37 Alisuf Sabri, Pengantar psikologi,…. h. 91.
23
gilirannya akan mendapatkan keselamatan dan kedamaiaan hidup di dunia dan
di akhirat.38
Menurut Rully Hamid, muslim adalah orang yang menerima agama
Islam dengan hatinya dan menyerahkan diri sepenuhnya kepada Allah Yang
Maha Agung dan Maha Kuasa, dan kepada Nabi-Nya di dalam perkataan
maupun perbuatan.39
Sedangkan pengertian kepribadian muslim, ada beberapa tokoh yang
telah mendefinisikannya, diantaranya adalah:
a. Menurut Drs. Ahmad D Marimba kepribadian muslim adalah
“Kepribadian yang memiliki nilai-nilai agama Islam, memilih dan
memutuskan serta berbuat berdasarkan nilai-nilai Islam, dan bertanggung
jawab sesuai dengan nilai-nilai Islam”.40
b. Menurut Dr. Jalaluddin kepribadian muslim dapat diartikan sebagai
“Identitas yang dimiliki seseorang sebagai ciri khas dari keseluruhan
tingkah laku sebagai muslim, baik yang ditampilkan dalam tingkah laku
secara lahiriah maupun sikap batinnya”.41
Dari uraian di atas dapat dikatakan, bahwa kepribadian muslim adalah
kepribadian yang memiliki nilai-nilai agama Islam, berbuat berdasarkan nilai-
nilai Islam, serta kepribadian yang berserah diri dan patuh terhadap Tuhan
Yang Maha Esa.
4. Unsur-Unsur Kepribadian
Menurut Ahmad Marimba, dalam buku “Pengantar Filsafat
Pendidikan Islam” unsur-unsur kepribadian yaitu sebagai berikut:
38 Abdul Mujib, Kepribadian Dalam Psikologi Islam, (PT. Raja Grafindo Persada, 2007),Cet. 2, h. 249.
39 Rully Hamid, Bimbingan Remaja Berakhlak Mulia, (Bandung: Marja, 2004), Cet. 1, h.12.
40 Ahmad Marimba, Pengantar FilsafatPendidikan Islam, … h.24.41 Dr. jalaluddin dan Drs. Usman Said, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: PT. Raja
Grafindo Persada, 1996) Cet. 2, h.92.
24
1. Aspek-aspek kejasmanian, meliputi tingkah laku luar yang mudah Nampak
dan kelihatan dari luar. Misalnya cara-caranya berbuat, berbicara dan
sebagainya. Ini mangandung arti bahwa bagaimana seseorang berbuat baik
dan buruk, atau bagaimana seseorang berbicara kasar atau halus, ini tentu
saja merupakan tingkah laku yang nampak dan dapat dilihat oleh orang
lain. Dari sinilah dapat dinilai kepribadian seseorang itu baik atau buruk.
2. Aspek-aspek kejiwaan, meliputi aspek-aspek yang tidak segera tampak
dilihat dan ketahuan dari luar. Misalnya cara-cara berfikir, sikap dan
minat. Cara seseorang berfikir tentu saja tidak dapat dilihat oleh orang
lain, begitu juga dengan sikap seseorang. Sikap dalam pengertian disini
bukan dimaksudkan apa yang tampak dari luar, melainkan yang berada di
dalam, berupa pendirian atau pandangan seseorang dalam menghadapi
seseorang atau sesuatu hal.
3. Aspek-aspek kerohanian yang luhur, meliputi kejiwaan yang lebih abstrak,
yaitu filsafat hidup dan kepercayaan. Ini meliputi sistim nilai-nilai yang
telah meresap di dalam kepribadian itu, yang telah menjadi bagian dan
mendarah daging dalam kepribadian itu yang mengarahkan dan memberi
corak seluruh kehidupan individu itu. Bagi orang-orang yang beragama,
aspek-aspek inilah yang menuntunnya kearah kebahagiaan, bukan saja di
dunia tetapi juga di akhirat. Aspek-aspek inilah memberi kwalitet
kepribadian keseluruhannya.42
5. Ciri-Ciri Kepribadian Muslim
Pada umumnya manusia sebagai makhluk hidup memahami perubahan
dan perkembangan, baik dari segi jasmani maupun rohani. Pada perubahan
dan perkembangan melalui proses akan nampak ciri-ciri yang membedakan
antara satu manusia dengan yang lainnya, melalui pengalaman yang
diperolehnya.
Islam mengajarkan kepada setiap muslim agar berusaha memiliki
kepribadian yang sempurna, baik lahir maupun batin, sehingga segala sesuatu
42 Ahmad Marimba, Pengantar FilsafatPendidikan Islam, … h. 67
25
yang dilakukannya sesuai dengan tuntutan Islam, ketika mengalami kesulitan
diluar dugaannya ia selalu sabar dan menenangkan hatinya karena dibalik itu
mungkin mengandung hikmah.
Iman tidaklah berarti percaya atau tidak membantah, akan tetapi iman
itu mengucapkan dengan lisan, membenarkan dengan hati dan dilakukan
dengan perbuatan, sedangkan ibadah merupakan bukti keimanan kepada Allah
dengan menjalankan segala ketentuan perbuatan yang harus dilakukan oleh
manusia dalam rangka berhubungan dengan Allah (syahadat, shalat, puasa,
zakat dan haji bagi yang mampu). Jadi, kepribadian muslim itu merupakan
hasil dari pada mempraktekan segala rukun iman, rukun Islam dan tuntutan
Ihsan.
Adapun ciri-ciri kepribadian muslim adalah sebagai berikut:
a. Bersabar dalam cobaan dan bersyukur dalam kebahagiaan.
Bersikap sabar ketika sedang ditimpa cobaan dan mau bersyukur ketika
mendapatkan nikmat, adalah salah satu khas orang yang beriman dan
merupakan sumber ketenangan batinnya.43
b. Menjaga hubungan baik dengan sesama muslim.
Menjaga hubungan baik sesama muslim adalah dengan cara tetap
mempertahankan perasaan saling mencintai, saling mengasihi, saling
menyayangi, dan saling menolong, hal itulah yang menumbuhkan
semangat yang kondusif bagi pembentukan pribadi yang mantap.44
c. Selalu optimis
Selalu merasa optimis dan tidak mudah berputus asa akan dapat
mewujudkan jiwa yang damai dan tenang. Allah berfirman:
d. Bersikap jujur
Kejujuran selalu melekat pada pribadi muslim. Ajaran Islam yang telah
menjadi bagian hidupnya mengajarinya bahwa kejujuran merupakan
puncak segala keutamaan, dan asas kemuliaan akhlak. Kejujuran pada
43 Jamaluddin Mahfuzh, Psikologi Anak dan Remaja, (Jakarta: Pustaka al-Kautsar, 2002),Cet. 1, h. 118.
44 Jamaluddin Mahfuzh, Psikologi Anak dan Remaja,…. Cet. 1, h. 120.
26
gilirannya akan membimbing manusia kearah kebaikan dan mengantarkan
mnusia ke surga.45
e. Berakhlak luhur
Muslim yang benar selalu menampilkan budi yang baik, perangai yang
lembut, perkataan yang halus dan ramah. Nabi Muhammad saw, manusia
yang harus dijadikan panutan dan idola kaum muslimin, telah banyak
mencontohkan perbuatan-perbuatan mulia untuk menuntun umatnya.46
f. Suka memberi nasehat
Seseorang muslim yang benar-benar bertakwa tidak hanya lepas dari sifat-
sifat tercela tetapi ia juga menghiasi dirinya dengan sifat dan akhlak mulia,
positif dan konstruktif yaitu akhlak yang suka memberi nasehat dan jujur
bagi setiap muslim di masyarakatnya dengan kepercayaan bahwa
agamanya adalah nasehat.47
g. Penyayang terhadap sesama
Seorang yang benar-benar memahami hukum-hukum agamanya dan
mengamalkan ajarannya yang penuh toleransi akan senantiasa bersifat
penyayang dari hatinya terpancar mata air rahmat dan kelembutan,
lantaran ia tahu bahwa rahmat dan kasih sayang yang disebarkannya
kepada orang lain menjadi penyebab dirinya memperoleh rahmat kasih
sayang dari Allah swt.48
Menurut Abdul Mujib ciri-ciri kepribadian muslim adalah yang
meliputi lima rukun Islam, yaitu:49
a. Membaca dua kalimat syahadat, yang melahirkan kepribadian syahadatain.
Kepribadian syahadatain adalah kepribadian individu yang didapat setelah
mengucapkan dua kalimat syahadat, memahami hakikat dari ucapannya
serta menyadari akan segala konsekuensi persaksiannya tersebut.
Kepribadian syahadatain meliputi domain kognitif dengan pengucapan dua
45 Muhammad Ali Hasyimi, Apakah Anda Berkepribadian Muslim, (Jakarta: Gema InsaniPress, 1999), Cet. 9, h. 11.
46 Muhammad Ali Hasyimi, Apakah Anda Berkepribadian Muslim,…. Cet. 9, h. 23.47 Muhammad Ali Hasyimi, Jati Diri Muslim, (Jakarta: Pustaka al-Kautsar, 1999), Cet. 1,
h. 17348 Muhammad Ali Hasyim, Jati Diri Muslim,…. Cet. 1, h. 185.49 Abdul Mujib, Kepribadian Dalam Psikologi Islam,…. Cet. 1, h. 250-251.
27
kalimat secara verbal, domain afektif dengan kesadaran hati dengan
kesadaran hati yang tulus, dan domain psikomotorik dengan melakukan
segala perbuatan sebagai konsekuensi dari persaksiannya itu.
b. Menunaikan shalat, yang melahirkan kepribadian mushalli.
Kepribadian mushalli adalah kepribadian individu yang di dapat setelah
melaksanakan shalat dengan baik, konsisten, tertib dan khusyu’, sehingga
ia mendapatkan hikmah dari apa yang dikerjakan. Pengertian ini
didasarkan atas asumsi bahwa orang yang tekun shalat memiliki
kepribadian lebih shaleh ketimbang orang yang tidak mengerjakannya,
sebab ia mendapatkan hikmah dari perbuatannya.
c. Mengerjakan puasa, yang melahirkan kepribadiaan shaa’im.
Kepribadian shaa’im adalah kepribadian individu yang didapat setelah
melaksanakan puasa dengan penuh keimanan dan ketakwaan, sehingga ia
dapat mengendalikan diri dengan baik. Pengertian ini didasarkan atas
asumsi bahwa orang yang mampu menahan diri dari sesuatu yang
membatalkan puasa memiliki kepribadian lebih kokoh, tahan uji dan stabil
ketimbang orang yang tidak mengerjakannya, sebab ia mendapatkan
hikmah dari perbuatannya.
d. Membayar zakat, yang melahirkan kepribadian muzakki.
Kepribadian muzakki adalah kepribadian individu yang didapat setelah
membayar zakat dengan penuh keikhlasan, sehingga ia mendapatkan
hikmah dari apa yang dilakukannya. Pengertian ini didasarkan atas asumsi
bahwa orang yang membayar zakat memiliki kepribadian yang pandai
bergaul, dermawan, terbuka, berani berkorban, tidak arogan, memiliki rasa
empati dan kepekaan sosial serta mudah menyesuaikan diri dengan orang
lain, sekalipun pada orang yang berbeda statusnya.
e. Melaksanakan haji, yang melahirkan kepribadian hajji.
Kepribadian haji adalah kepribadian individu yang didapat setelah
melaksanakan haji semata-mata karena Allah, sehingga ia mendapatkan
hikmah dari apa yang dilakukannya. Pengertian ini didasarkan atas asumsi
bahwa orang yang melaksanakan haji memiliki kepribadian yang sabar
dalam melintasi bahaya dan cobaan, luwes, egaliter, inklusif dan pandai
28
bergaul dengan sesamanya, berani berkorban atau menanggalkan status,
jabatan dan harta bendanya, demi tercapainya kesamaan dan kebersamaan
dengan sesamanya, agar mendapatkan ridha Allah swt.
Menurut al-Ashqar, ciri-ciri kepribadian muslim adalah sebagai
berikut:
a. Selalu menempuh jalan hidup yang didasarkan didikan ketuhanan dengan
melaksanakan ibadah dalam arti luas.
b. Senantiasa berpedoman kepada petunjuk Allah.
c. Merasa memperoleh kekuatan untuk menyerukan dan berbuat benar, dan
selalu menyampaikan kebenaran kepada orang lain.
d. Memiliki keteguhan hati untuk berpegang kepada agamanya.
e. Memiliki kemampuan yang kuat dan tegas dalam menghadapi kebatilan.
f. Tetap tabah dalam segala kondisi.
g. Memiliki kelapangan dan ketentraman hati serta kepuasan batin, hingga
sabar menerima cobaan.
h. Mengetahui tujuan hidup dan menjadikan akhirat sebagai tujuan akhir
yang lebih baik.
i. Kembali kepada kebenaran dengan melakukan taubat dari segala kesalahan
yang pernah dibuat sebelumnya.50
6. Faktor Terbentuknya Kepribadian
Menurut Ngalim Purwanto dalam bukunya “Psikologi Pendidikan”,
bahwa kepribadian itu berkembang dan mengalami perubahan-perubahan,
dan yang mempengaruhi kepribadian itu adalah sebagai berikut:
a. Faktor biologis, berhubungan dengan keadaan jasmani. Faktor biologis ini
sering disebut juga dengan faktor fisiologis. Dalam pembentukan
kepribadian anak dari faktor biologis dikemukakan oleh Ngalim Purwanto
adalah bahwa keadaan fisik baik yang berasal dari keturunan maupun yang
merupakan pembawaan yang dibawa sejak lahir itu memainkan peranan
yang penting pada kepribadian seseorang
50 Dr. jalaluddin dan Drs. Usman Said, Filsafat Pendidikan Islam,....Cet. 2, h.96-97.
29
b. Faktor sosial, yang dimaksud dengan faktor sosial disini adalah
masyarakat, yaitu manusia-manusia lain disekitar individu yang
mempengaruhi individu yang bersangkutan.
c. Faktor kebudayaan, sebenarnya faktor kebudayaan ini termasuk di
dalamnya faktor sosial sebagaimana yang telah diuraikan di atas.
Kebudayaan itu tumbuh dan berkembang di dalam masyarakat.51
Dalam hal ini Islam juga mengajarkan bahwa faktor genetika
(keturunan) ikut berfungsi dalam pembentukan kepribadian muslim.52
7. Upaya Orang Tua Dalam Membentuk Kepribadian Muslim Pada Remaja
Pendidikan dimulai sejak anak dilahirkan. Bahkan pada tahun-tahun
pertama sangat penting, dan sangat tepat apabila disebut sebagai tahun-tahun
yang menentukan kehidupannya. Sayangnya, orang tua banyak mengabaikan
pentingnya masa kanak-kanak meskipun masa ini sangat penting. Karena,
pada umur ini anak-anak berada dalam keadaan bersih. Banyak orang tua
berpendapat bahwa anak-anak tidaklah memahami atau belajar sesuatu
sehingga mereka dengan sembarangan mengucapkan kata-kata yang kotor,
bahasa yang kasar, dan mencaci maki didepan anak. Sesungguhnya, semua itu
terukir di dalam hati dan pikiran anak.53
Oleh karena itu, orang tua hendaknya selalu mengucapkan kata-kata
yang baik dan membicarakan hal-hal yang baik di depan anak. Orang tua
hendaknya selalu mencurahkan perhatiannya terutama kepada masalah-
masalah keIslaman. Apabila aqidah Islam dibicarakan siang dan malam dan
kapan saja ada kesempatan di depan anak, maka aqidah Islam akan terukir ke
dalam jiwanya yang masih murni sehingga aqidah Islam tidak akan terhapus
dari jiwanya bahkan hingga anak mencapai usia lanjut.54
51 Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan,….h. 160.52 Dr. jalaluddin dan Drs. Usman Said, Filsafat Pendidikan Islam,...h. 9753 Maulana Musa Ahmad Olgar, Tips Mendidik Anak bagi Orang Tua Muslim,
(Yogyakarta: Citra Media, 2006), Cet. 1, h. 101.54 Maulana Musa Ahmad Olgar, Tips Mendidik Anak bagi Orang Tua Muslim,…. Cet. 1,
h. 102.
30
Tanggung jawab membina masa remaja terletak dibahu orang tua
sebagai pendidik, seharusnya orang tua mempunyai keupayaan dan kebolehan
untuk mendidik. Pembinaan kepribadian yang sebenarnya melahirkan
individu yang sholeh, berkualiti, berkemahiran dan berjiwa pemimpin. Orang
tua sering bersedia untuk menangani masalah keluarga dan senantiasa
membimbing keluarganya kearah hidup yang baik dan maju, janganlah orang
tua membiarkan anaknya hidup tanpa tujuan. Dalam hal ini pembinaan
keimanan dan ketaqwaan terhadap Allah swt, harus dibina kepada anak-anak
sejak mereka masih kecil. Menanamkan keimanan dan ketakwaan kepada
Allah secara mendalam ke dalam sanubari anak-anak sehingga ia menjadi
darah daging yang tidak boleh dikikis lagi.55
Pembinaan yang wajib dilatih supaya remaja taat kepada Islam yang
dapat membentuk kepribadian muslim adalah:
a. Remaja hendaklah diajarkan mencintai Allah swt, lebih dari segala-
galanya. Mereka hendaklah dilatih takut akan azab Allah.
b. Remaja juga hendaklah diajari mencintai Nabi Muhammad saw sepenuh
hati, melebihi dari pada makhluk yang lain, mencintai nabi berarti
menurut segala perintah-Nya dan meninggalkan apa yang dilarang-Nya.
c. Remaja hendaklah diajari mempertahankan keIslamannya, mereka harus
sanggup berkorban karena agama. Pengorbanan itu adalah dengan
mentaati perintah Allah dan meninggalkan segala larangan-Nya.
d. Remaja hendaklah senantiasa digalakan mencari ilmu selama itu tidak
bertentangan dengan Islam, mencari ilmu adalah suatu kewajiban yang
dituntut oleh agama. Ilmu yang digalakan adalah ilmu agama dan sains,
kesemua ilmu itu membimbing manusia kearah ketenangan dalam
membentuk keimanan.
e. Remaja hendaklah diajari membesarkan dan menghormati al-Qur’an.
f. Remaja hendaklah diajari memelihara lidah, jangan berdusta dan jangan
mengeluarkan perkataan sia-sia dan kotor.
55 Noor Aminah, Mendidik Anak Pintar Cerdas Bermula dari Alam Rahim, (KualaLumpur: Darul Nu’man, 1995), Cet. 1, h. 87.
31
g. Remaja hendaklah diajari memelihara kehormatan atau farajnya, jangan
melakukan perbuatan-perbuatan yang dilarang oleh agama seperti zina,
liwat, musahakkah dan lain-lain.
h. Remaja hendaklah diberitahu supaya mereka memelihara diri dari makan
minuman yang haram.
i. Remaja hendaklah diajari bersifat pemurah dan suka memberi sedekah.
j. Remaja hendaklah diasuh agar bersifat sabar dalam menghadapi sesuatu
dugaan hidup.56
Dengan demikian pembentukan kepribadian muslim pada dasarnya
merupakan suatu pembentukan kebiasaan yang baik dan serasi dengan nilai-
nilai akhlak al-karimah.57
D. Kerangka Berfikir
Salah satu faktor yang mempengaruhi kepribadian muslim pada remaja
adalah orang tua. Maka kepribadian muslim yang berkembang pada remaja
tidak terjadi begitu saja, tetapi sedikit banyak dipengaruhi oleh orang tua.
Dalam hal ini pendidikan agama orang tua memiliki andil dalam membina
dan menumbuhkan kepribadian muslim pada remaja.
Untuk dapat membina dan menumbuhkan kepribadian muslim pada
remaja, orang tua memerlukan pendidikan agama yang cukup, sebab
pendidikan agama orang tua merupakan bekal ilmu pengetahuan baginya
dalam mendidik anak-anaknya dalam keluarga, baik pengetahuan umum
maupun agama. Dengan pendidikan agama yang cukup dapat mengantarkan
orang tua pada keberhasilan membina kepribadian anaknya.
Dengan demikian penulis berasumsi jika pendidikan agama orang tua
baik dan menguasai pengetahuan agama yang cukup maka memiliki anak
yang kepribadiannya baik, tetapi jika pendidikan agama orang tua tidak baik
56 Noor Aminah, Mendidik Anak Pintar Cerdas Bermula dari Alam Rahim,…. Cet. 1, h.139-143.
57 Dr. Jalaluddin dan Drs. Usman Said, Filsafat Pendidikan Islam,…h.98.
32
dalam arti pendidikan agamanya rendah dan tidak memiliki pengetahuan
agama maka memiliki anak yang kepribadiannya tidak baik.
E. Hipotesis Penelitian
Untuk mengetahui sejauh mana pengaruh pendidikan agama orang tua
dalam pembinaan kepribadian muslim pada remaja, maka dirumuskan
hipotesa sebagai berikut:
Ha = Terdapat hubungan yang signifikan antara pendidikan agama orang tua
dengan kepribadian muslim remaja.
Ha = Tidak adanya hubungan yang signifikan antara pendidikan agama
orang tua dengan kepribadian muslim remaja.
33
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat Penelitian dan Waktu Penelitian
Tempat yang dijadikan objek penelitian di wilayah RW 01, Kali
Abang Nangka Bekasi Utara. Adapun waktu yang diperlukan dalam kegiatan
ini selama 2 minggu dari tanggal 8 Oktober 2010 sampai tanggal 21 Oktober
2010.
B. Metode Penelitian
Metode yang digunakan penulis adalah penelitian kuantitatif.
Penelitian kuantitatif lebih menitikberatkan pada pengumpulan data empiris,
kemudian diolah menggunakan statistik guna menjawab permasalahan yang
ada atau tidak adanya hubungan kedua variabel yang diteliti dan diprediksi
berapa besar kontribusi variabel bebas terhadap variabel terikat. Jenis
penelitian ini adalah penelitian kuantitatif yaitu penelitian yang memerlukan
angka-angka dalam meneliti variabel. Adapun jenis pendekatan yang
digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan Korelasional, untuk
melihat apakah ada korelasi anatara variabel X (Pendidikan agama orang tua)
dengan variabel Y (kepribadian muslim pada remaja), melalui pendekatan
Studi Kasus.
34
C. Populasi dan Sampel Penelitian
1. Populasi
Populasi adalah keseluruhan objek penelitian.58 Populasi juga
merupakan sejumlah masa (manusia atau yang lainnya) yang terdapat dalam
suatu willayah tertentu di dalam satu unit kesatuan atau kumpulan dari
individu dengan kualitas atau ciri-ciri tertentu. Dalam hal ini populasi yang
penulis teliti yaitu seluruh remaja yang berusia 13-21 yang ada di Wilayah
RW 01 Kali Abang Nangka Bekasi Utara. Cluster logisnya adalah rukun
tangga (RT), yaitu jumlah semua RT yang berada diwilayah RW 01.
2. Sampel
Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti.59 Sampel
juga merupakan beberapa bagian atau unit yang dijadikan suatu objek
penelitian. Dalam penelitian ini penulis tidak menjadikan seluruh remaja RW
01 Kali Abang Nangka Bekasi Utara menjadi responden, maka untuk meneliti
objek yang akan diteliti cukup diwakilkan oleh sebagian populasi yaitu
dengan menggunakan sampel. Dalam hal ini penulis ingin mengambil suatu
sampel dari remaja dengan usia 13-21 tahun di RW 01 Kali Abang Nangka
Bekasi Utara yang berjumlah 53 remaja penulis hanya mengambil 45%
sampel saja dalam penyebaran angket yang diacak secara sistematis dengan
menggunakan random sampling (secara acak). Dengan demikian diperoleh
hasil 24 remaja yang menjadi sampel (45% dari 53 =23,85 menjadi 24).
D. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini
meliputi 3 hal yaitu:
1. Angket, yaitu sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk
memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang
pribadinya, atau hal-hal yang ia ketahui. Berikut ini adalah kisi-kisi
instrument angket:
58 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta: RinekaCipta, 2002), Cet. 12, h. 115.
59 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek,….h. 117.
35
36
2. Observasi
Penggunan teknik ini dimaksudkan untuk mengangkat data yang ada di
wilayah Rw 01 dengan mengamati secara langsung. Penggunaan teknik ini
dimaksudkan agar penulis mendapatkan data mengenai kondisi obyektif
lokasi penelitian.
3. Interview (wawancara): Interview adalah alat pengumpulan informasi
dengan cara mengajukan sejumlah pertanyaan secara lisan untuk dijawab
secara lisan pula. Wawancara ini ditujukan kepada ketua RW 01 untuk
memperoleh informasi tentang pengaruh pendidikan agama orang tua
terhadap kepribadian muslim remaja.
E. Teknik Analisis Data
Penggunaan teknik analisis data dalam penelitian ini sesuai dengan
tujuan yang dicapai untuk mengetahui pendidikan agama orang tua terhadap
kepribadian muslim pada remaja (study kasus di wilayah RW 01 Kali Abang
Nangka Bekasi Utara) maka data yang penulis sebarkan diolah menggunakan
langka-langkah sebagai berikut:
1. Editing
Dalam pengolahan data yang pertama kali harus dilakukan adalah editing.
Hal ini berarti semua angket harus diteliti satu persatu tentang
kelengkapan dan kebenaran pengisian angket sehingga terhindar dari
kekeliruan dan kesalahan.
2. Skoring
Setelah selesai tahapan editing maka langkah selanjutnya adalah penulis
memberikan skor terhadap angket. Pada soal nomor 1-4 untuk point a
diberi skor 4 point b diberi skor 2 dan untuk point c diberi skor 0. Pada
soal nomor 5-30 diberi skor 4,3,2,1 untuk pernyataan atau pertanyaan
positif, sedangkan pernyataan atau pertanyaan negatif sebaliknya.
3. Tabulating
Tahap selanjutnya adalah perhitungan terhadap hasil skor yang telah ada
penulis memindahkan jawaban responden ke dalam blanko yang telah
tersusun rapih dan rinci dalam bentuk tabel.
37
Untuk menganalisa setiap variabel digunakan teknik analisa deskriptif
dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
P = %100xN
F
Keterangan: P = Prosentase
F= Frekuensi / jumlah yang mengisi
N = Jumlah Responden60
Sedangkan untuk mengetahui tingkat hubungan antara pendidikan
agama orang tua dengan kepribadian remaja, penulis menggunakan teknik
korelasi product moment yaitu dengan rumus:
r xy =))()()((
))((2222 ΣΥ−ΣΥΣΧ−ΣΧ
ΣΥΣΧ−ΣΧΥ
NN
N
Keterangan:
r xy = Angka Indeks Korelasi “r” Product Moment.
N = Number of Cases.
ΣΧΥ = Jumlah hasil perkalian antara skor X dan skor Y.
ΣΧ = Jumlah seluruh skor X.
ΣΥ = Jumlah seluruh skor Y.61
Selanjutnya memberikan interpretasi r xy atau ro untuk menarik
kesimpulan secara sederhana. Pada umumnya digunakan pedoman sebagai
berikut:
60 Anas Sudijono, Pengantar Statistik Pendidikan, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,2008), h. 43.
61 Anas Sudijono Pengantar Statistik Pendidikan,…., h. 206.
38
Tabel 2Interpretasi Data
Besarnya “r”Product Moment (r xy ) Interpretasi
0,00 – 0,20 Antara Variabel X dan Variabel Y memang terdapatkorelasi, akan tetapi korelasi itu sangat lemah atausangat rendah, sehingga korelasi itu diabaikan.
0,21 – 0,40 Antara Variabel X dan Variabel Y terdapat korelasilemah atau rendah.
0,41 – 0,70 Antara Variabel X dan Variabel Y terdapat korelasaiyang cukup atau sedang.
0,71 – 0,90 Antara Variabel X dan Variabel Y terdapat korelasiyang kuat atau tinggi.
0,91 – 1,00 Antara Variabel X dan Variabel Y terdapat korelasiyang sangat kuat atau sangat tinggi.62
Setelah itu hasilnya dicocokan dengan tabel nilai koefisien korelasi
“r” Product Moment baik pada taraf signifikan 5% ataupun pada taraf 1%,
kemudian dibuat kesimpulan apakah terdapat korelasi positif yang signifikan
atau tidak. Untuk lebih memudahkan pemberian interpretasi angka indeks
korelasi “r” Product Moment, prosedurnya adalah sebagai berikut:
1. Merumuskan hipotesa alternatifnya (Ha) dan hipotesa nihil (Ho).
Ha = Terdapat hubungan yang signifikan antara pendidikan agama orang
tua dengan kepribadian muslim remaja.
Ho = Tidak adanya hubungan yang signifikan antara pendidikan agama
orang tua dengan kepribadian muslim remaja.
Menguji kebenaran atau kepalsuan hipotesa yang telah diajukan,
dengan cara membandingkan besarnya “r” yang tercantum dalam tabel nilai
(db) atau degree of freedom (df).
Adapun rumusnya sebagai berikut:
df = N – nr
62 Anas Sudjiono Pengantar Statistik Pendidikan,…. , h. 193.
39
Keterangan :
df = Degree of freedom
N = Number of cases
nr = Banyaknya variabel yang dikorelasikan.63
F. Hipotesis Statistik
Untuk mengetahui sejauh mana pengaruh pendidikan agama orang tua
terhadap kepribadian muslim remaja, maka dirumuskan hipotesa sebagai
berikut:
Ha = Terdapat hubungan yang signifikan antara pendidikan agama orang tua
dengan kepribadian muslim remaja.
Ho = Tidak adanya hubungan yang signifikan antara pendidikan agama
orang tua dengan kepribadian muslim remaja.
63 Anas Sudjiono Pengantar Statistik Pendidikan,…. , h. 194.
40
BAB IV
HASIL PENELITIAN
A. Gambaran Umum Wilayah RW 01
1. Kondisi obyektif dan geografis lokasi
Wilayah RW 01 Kali Abang Nangka terletak di jalan KH. Muchtar
Thabrani Kelurahan Perwira Kecamatan Bekasi Utara, dengan batas-batas
sebagai berikut:
a. Sebelah utara : Kali Abang Tengah
b. Sebelah selatan :Teluk Buyung
c. Sebelah barat : Rawa Bugel
d. Sebelah timur : Penggilingan Baru
Jarak wilayah RW 01 tersebut dengan pusat pemerintahan kota Bekasi
kurang lebih berjarak 3 KM. Adapun luas wilayah RW 01 Kali Abang
Nangka Bekasi Utara yaitu mencapai 814 M2. Wilayah RW 01 terdiri atas 4
RT.
2. Kondisi demografis
Menurut sensus penduduk tahun 2010, warga masyarakat wilayah RW
01 Kali Abang Nangka Bekasi Utara seluruhnya berjumlah 1.174 jiwa, yang
terdiri dari: laki-laki berjumlah 573 jiwa dan perempuan berjumlah 601 jiwa
dengan jumlah kepala keluarga sebanyak 325 Kepala Keluarga (KK).
41
3. Kondisi sosiologis
Kondisi sosial ekonomi
Mata pencaharian masyarakat wilayah RW 01 Kelurahan Perwira
Kecamatan Bekasi Utara adalah guru, buruh, petani, wiraswasta, jasa
angkutan, pegawai swasta dan pegawai negeri.
B. Deskripsi Data
Dari keseluruhan remaja yang ada diwilayah RW 01 Kelurahan
Perwira Kecamatan Bekasi Utara yang berjumlah 53 jiwa dari 4 RT, diambil
data sampel penelitiannya dengan perhitungan persentase 45%. Maka
diperoleh hasil 24 jiwa yang menjadi sampel (45% dari 53 =23,85 menjadi
24).
Selanjutnya dari remaja yang dijadikan responden, diberikan sebuah
angket penelitian yang didalamnya berisi 30 item pertanyaan atau pernyataan.
Setelah data diperoleh berdasarkan angket yang diberikan kepada
responden maka langkah pertama yang dilakukan adalah mencari angka
prosentase dalam bentuk tabel. Berikut penulis sajikan hasil angket dari 30
pertanyaan yang diberikan kepada 24 responden remaja.
Tabel 3
Sekolah dasar bapak/ibu remaja
No Soal Alternatif Jawaban F P
1 MI
SD
Tidak berpendidikan
5
19
-
20,83%
79,17%
-
Jumlah 24 100%
Dari data di atas menunjukan bahwa orang tua yang berasal dari
Madrasah Ibtidaiyah (MI) dengan prosentase sebesar 20,83%, sedangkan
orang tua yang berasal dari Sekolah Dasar (SD) dengan prosentase 79,17%,
dan 0% orang tua tidak berpendidikan dasar. Ini menunjukan bahwa sebagian
42
besar pendidikan dasar orang tua berasal dari Sekolah Dasar (SD) dengan
prosentase 79,17%.
Tabel 4
Sekolah Menengah Pertama Bapak/Ibu Remaja
No Soal Alternatif Jawaban F P
2 MTs
SMP/SLTP
Tidak berpendidikan
8
14
2
33,33%
58,33%
8,33%
Jumlah 24 100%
Dari data di atas menunjukan bahwa orang tua yang berasal dari
Madrasah Tsanawiyah (MTs) dengan prosentase sebesar 33,33%, sedangkan
orang tua yang berasal dari Sekolah Menengah Pertama (SMP/SLTP) dengan
prosentase 58,33%, dan 8,33% orang tua tidak berpendidikan Sekolah
Menengah Pertama. Ini menunjukan bahwa sebagian besar pendidikan
menengah pertama orang tua remaja berasal dari SMP dengan prosentase
58,33%.
Tabel 5
Sekolah Menengah Atas Bapak/Ibu Remaja
No Soal Alternatif Jawaban F P
3 MA/MAK
SMU/SMA/SMK
Tidak berpendidikan
12
5
7
50%
20,83%
29,17%
Jumlah 24 100%
Dari data di atas menunjukan bahwa orang tua yang berasal dari
MA/MAK dengan prosentase sebesar 50%, sedangkan orang tua yang berasal
dari SMU/SMA/SMK dengan prosentase 20,83%, dan 29,17% orang tua
43
tidak berpendidikan Sekolah Menengah Atas. Ini menunjukan bahwa
sebagian besar pendidikan menengah atas orang tua remaja berasal dari
MA/MAK dengan prosentase 50%.
Tabel 6
Perguruan Tinggi Bapak/Ibu Remaja
No Soal Alternatif Jawaban F P
4 Perguruan tinggi agama
Perguruan tinggi umum
Tidak berpendidikan
8
2
14
33,33%
8,33%
58,33%
Jumlah 24 100%
Dari data di atas menunjukan bahwa orang tua yang berasal dari
Perguruan Tinggi Agama dengan prosentase sebesar 33,33%, sedangkan
orang tua yang berasal dari Perguruan Tinggi Umum dengan prosentase
8,33%, dan 58,33% orang tua tidak melanjutkan Perguruan Tinggi. Ini
menunjukan bahwa sebagian besar orang tua remaja tidak melanjutkan
Perguruan Tinggi dengan prosentase 58,33%.
Tabel 7
Ajaran Agama Diterapkan Dalam Keluarga
No Soal Alternatif Jawaban F P
5 Selalu
Sering
Kadang-kadang
Tidak pernah
18
6
-
-
75%
25%
Jumlah 24 100%
Dari data di atas dapat diketahui bahwa 18 responden (75%)
menjawab selalu (SL), 6 responden (25%) menjawab sering (SR), 0%
menjawab kadang-kadang (KK), dan 0 % menjawab tidak pernah (TP). Ini
44
menunjukan bahwa lebih dari setengah responden (75%), ajaran agama
selalu diterapkan dalam keluarga.
Tabel 8
Bapak/Ibu Mengikuti Kegiatan Keagamaan yang Diadakan
Di lingkungan Masyarakat
No Soal Alternatif Jawaban F P
6 Selalu
Sering
Kadang-kadang
Tidak pernah
11
7
6
-
45,83%
29,17%
25%
-
Jumlah 24 100%
Dari data di atas dapat diketahui bahwa 11 responden (45,83%)
menjawab selalu (SL), 7 responden (29,17%) menjawab sering (SR), 6
responden (25%) menjawab kadang-kadang (KK), dan 0 % menjawab tidak
pernah (TP). Ini menunjukan bahwa sebagian besar orang tua remaja
mengikuti kegiatan keagamaan yang diadakan dilingkungan masyarakat.
Tabel 9
Bapak/ibu mengikuti majelis ta’lim
No Soal Alternatif Jawaban F P
7 Selalu
Sering
Kadang-kadang
Tidak pernah
9
8
6
-
37,5%
33,33%
25%
-
Jumlah 24 100%
Dari data di atas dapat diketahui bahwa 9 responden (37,5%)
menjawab selalu (SL), 8 responden (33,33%) menjawab sering (SR), 6
45
responden (25%) menjawab kadang-kadang (KK), dan 0 % menjawab tidak
pernah. Ini menunjukan bahwa lebih dari setengah responden (75%), ajaran
agama selalu diterapkan dalam keluarga.
Tabel 10
Bapak/Ibu Mengikuti Kegiatan Keagamaan Yang Dilaksanakan
Secara Rutin oleh Majelis Ta’lim
No Soal Alternatif Jawaban F P
8 Selalu
Sering
Kadang-kadang
Tidak pernah
11
7
6
-
45,83%
29,17%
25%
-
Jumlah 24 100%
Dari data di atas dapat diketahui bahwa 11 responden (45,83%)
menjawab selalu (SL), 7 responden (29,17%) menjawab sering (SR), 6
responden (25%) menjawab kadang-kadang (KK), dan 0 % menjawab tidak
pernah (TP). Ini menunjukan bahwa sebagian besar orang tua remaja selalu
mengikuti kegiatan keagamaan yang dilaksanakan secara rutin oleh majelis
ta’lim dengan prosentase 45,83%.
Tabel 11
Bapak/Ibu Mengenyam Pendidikan Di Pesantren
No Soal Alternatif Jawaban F P
9 Ya
Tidak
2
22
8,33%
91,67%
Jumlah 24 100%
Dari data di atas dapat diketahui bahwa 2 responden (8,33%)
menjawab ya, 22 responden (91,67%) menjawab tidak. Ini menunjukan
46
bahwa sebagian besar orang tua remaja tidak mengenyam pendidikan
pesantren dengan prosentase 91,67%.
Tabel 12
Orang Tua Menegur, Bila Lalai dalam Beribadah
No Soal Alternatif Jawaban F P
10 Selalu
Sering
Kadang-kadang
Tidak pernah
13
9
2
-
54,17%
37,5%
8,33%
-
Jumlah 24 100%
Dari data di atas dapat diketahui bahwa 13 responden (54,17%)
menjawab selalu (SL), 9 responden (37,5%) menjawab sering (SR), 2
responden (8,33%) menjawab kadang-kadang (KK), dan 0 % menjawab tidak
pernah (TP). Ini menunjukan bahwa lebih dari setengah orang tua selalu
menegur bila anaknya lalai dalam shalat.
Tabel 13
Orang Tua Memberikan Perhatian terhadap Akhlak atau Perilaku
No Soal Alternatif Jawaban F P
11 Selalu
Sering
Kadang-kadang
Tidak pernah
14
10
-
-
58,33%
41,67%
-
-
Jumlah 24 100%
Dari data di atas dapat diketahui bahwa 14 responden (58,33%)
menjawab selalu (SL), 10 responden (41,67%) menjawab sering (SR), 0%
menjawab kadang-kadang (KK), dan 0 % menjawab tidak pernah (TP). Ini
47
menunjukan bahwa lebih dari setengah orang tua remaja selalu memberikan
perhatian terhadap akhlak atau perilaku anaknya.
Tabel 14
Orang Tua Memberikan Arahan, bila Melakukan
Perbuatan Tidak Baik
No Soal Alternatif Jawaban F P
12 Selalu
Sering
Kadang-kadang
Tidak pernah
14
9
1
-
58,33%
37,5%
4,17%
-
Jumlah 24 100%
Dari data di atas dapat diketahui bahwa 14 responden (58,33%)
menjawab selalu (SL), 9 responden (37,5%) menjawab sering (SR),
1 responden (4,17%) menjawab kadang-kadang (KK), dan 0 % menjawab
tidak pernah (TP). Ini menunjukan bahwa lebih dari setengah orang tua
remaja selalu memberikan arahan bila anaknya melakukan perbuatan tidak
baik.
Tabel 15
Orang Tua Akan Menegur bila Tidak Sopan terhadap Seseorang
No Soal Alternatif Jawaban F P
13 Selalu
Sering
Kadang-kadang
Tidak pernah
17
7
-
-
70,83%
29,17%
-
-
Jumlah 24 100%
Dari data di atas dapat diketahui bahwa 17 responden (70,83%)
menjawab selalu (SL), 7 responden (29,17%) menjawab sering (SR), 0%
48
menjawab kadang-kadang (KK), dan 0 % menjawab tidak pernah (TP). Ini
menunjukan bahwa lebih dari setengah orang tua remaja selalu menegur
anaknya bila tidak sopan terhadap seseorang.
Tabel 16
Bapak/Ibu Mengawasi Shalat
No Soal Alternatif Jawaban F P
14 Selalu
Sering
Kadang-kadang
Tidak pernah
2
14
8
-
8,33%
58,33%
33,33%
-
Jumlah 24 100%
Dari data di atas dapat diketahui bahwa 2 responden (8,33%)
menjawab selalu (SL), 14 responden (58,33%) menjawab sering (SR), 8
responden (33,33%) menjawab kadang-kadang (KK), dan 0 % menjawab
tidak pernah (TP). Ini menunjukan bahwa lebih dari setengah orang tua
remaja sering memberikan arahan bila anaknya melakukan perbuatan tidak
baik.
Tabel 17
Bapak/Ibu Membiasakan Berbicara dengan Kata-kata yang Baik
No Soal Alternatif Jawaban F P
15 Selalu
Sering
Kadang-kadang
Tidak pernah
20
4
-
-
83,33%
16,67%
-
-
Jumlah 24 100%
Dari data di atas dapat diketahui bahwa 20 responden (83,33%)
menjawab selalu (SL), 4 responden (16,67%) menjawab sering (SR), 0%
49
menjawab kadang-kadang (KK), dan 0 % menjawab tidak pernah (TP). Ini
menunjukan bahwa lebih dari setengah orang tua remaja selalu membiasakan
berbicara dengan kata-kata yang baik.
Tabel 18
Bapak/ibu membiasakan sopan santun pada orang lain
No Soal Alternatif Jawaban F P
16 Selalu
Sering
Kadang-kadang
Tidak pernah
19
5
-
-
79,17%
20,83%
-
-
Jumlah 24 100%
Dari data di atas dapat diketahui bahwa 19 responden (79,17%)
menjawab selalu (SL), 5 responden (20,83%) menjawab sering (SR), 0%
menjawab kadang-kadang (KK), dan 0 % menjawab tidak pernah (TP). Ini
menunjukan bahwa lebih dari setengah orang tua remaja selalu membiasakan
sopan santun pada orang lain.
Tabel 19
Bapak/ibu membiasakan shalat tepat waktu
No Soal Alternatif Jawaban F P
17 Selalu
Sering
Kadang-kadang
Tidak pernah
11
10
3
-
45,83%
41,67%
12,5%
-
Jumlah 24 100%
Dari data di atas dapat diketahui bahwa 11 responden (45,83%)
menjawab selalu (SL), 10 responden (41,67%) menjawab sering (SR), 3
responden (12,5%) menjawab kadang-kadang (KK), dan 0 % menjawab tidak
50
pernah (TP). Ini menunjukan bahwa sebagian besar orang tua remaja selalu
membiasakan shalat tepat waktu.
Tabel 20
Bapak/ibu mendorong shalat wajib lima waktu
No Soal Alternatif Jawaban F P
18 Selalu
Sering
Kadang-kadang
Tidak pernah
17
6
1
-
70,83%
25%
4,17%
-
Jumlah 24 100%
Dari data di atas dapat diketahui bahwa 17 responden (70,83%)
menjawab selalu (SL), 6 responden (25%) menjawab sering (SR), 1
responden (4,17%) menjawab kadang-kadang (KK), dan 0 % menjawab tidak
pernah (TP). Ini menunjukan bahwa lebih dari setengah orang tua remaja
selalu mendorong shalat wajib lima waktu.
Tabel 21
Melaksanakan perintah orang tua
No Soal Alternatif Jawaban F P
19 Selalu
Sering
Kadang-kadang
Tidak pernah
6
8
10
-
25%
33,33%
41,67%
-
Jumlah 24 100%
Dari data di atas dapat diketahui bahwa 6 responden (25%) menjawab
selalu (SL), 8 responden (33,33%) menjawab sering (SR), 10 responden
(41,67%) menjawab kadang-kadang (KK), dan 0 % menjawab tidak pernah
51
(TP). Ini menunjukan bahwa sebagian besar remaja kadang-kadang
melaksanakan perintah orang tua.
Tabel 22
Menutup aurat jika ingin keluar rumah
No Soal Alternatif Jawaban F P
20 Selalu
Sering
Kadang-kadang
Tidak pernah
6
6
12
-
25%
25%
50%
-
Jumlah 24 100%
Dari data di atas dapat diketahui bahwa 6 responden (25%) menjawab
selalu (SL), 6 responden (25%) menjawab sering (SR), 12 responden (50%)
menjawab kadang-kadang (KK), dan 0 % menjawab tidak pernah (TP). Ini
menunjukan bahwa sebagian besar remaja kadang-kadang menutup aurat jika
ingin keluar.
Tabel 23
Menolong orang lain
No Soal Alternatif Jawaban F P
21 Selalu
Sering
Kadang-kadang
Tidak pernah
-
17
7
-
-
70,83%
29,17%
-
Jumlah 24 100%
Dari data di atas dapat diketahui bahwa 0% menjawab selalu (SL), 17
responden (70,83%) menjawab sering (SR), 7 responden (29,17%) menjawab
52
kadang-kadang (KK), dan 0 % menjawab tidak pernah (TP). Ini menunjukan
bahwa lebih dari setengah remaja sering menolong orang lain.
Tabel 24
Mengucapkan salam bila bertemu dengan orang yang saya kenal
No Soal Alternatif Jawaban F P
22 Selalu
Sering
Kadang-kadang
Tidak pernah
-
5
19
-
-
20,83%
79,17%
-
Jumlah 24 100%
Dari data di atas dapat diketahui bahwa 0% menjawab selalu (SL), 5
responden (20,83%) menjawab sering (SR), 19 responden (79,17%)
menjawab kadang-kadang (KK), dan 0 % menjawab tidak pernah (TP). Ini
menunjukan bahwa lebih dari setengah remaja kadang-kadang mengucapkan
salam bila bertemu dengan orang yang dikenal.
Tabel 25
Berbohong kepada orang tua
No Soal Alternatif Jawaban F P
23 Selalu
Sering
Kadang-kadang
Tidak pernah
-
-
24
-
-
-
100%
-
Jumlah 24 100%
Dari data di atas dapat diketahui bahwa 0% menjawab selalu (SL), 0%
menjawab sering (SR), 24 responden (100%) menjawab kadang-kadang
(KK), dan 0 % menjawab tidak pernah (TP). Ini menunjukan seluruh remaja
kadang-kadang berbohong pada orang tua.
53
Tabel 26
Keluar rumah tanpa seizin orang tua
No Soal Alternatif Jawaban F P
24 Selalu
Sering
Kadang-kadang
Tidak pernah
-
6
17
1
-
25%
70,83%
4,17%
Jumlah 24 100%
Dari data di atas dapat diketahui bahwa 0% menjawab selalu (SL), 6
responden (25%) menjawab sering (SR), 17 responden (70,83%) menjawab
kadang-kadang (KK), dan 1 responden (4,17%) menjawab tidak pernah (TP).
Ini menunjukan bahwa lebih dari setengah remaja kadang-kadang keluar
rumah tanpa seizin orang tua.
Tabel 27
Menghadapi masalah dengan tenang
No Soal Alternatif Jawaban F P
25 Selalu
Sering
Kadang-kadang
Tidak pernah
-
7
17
-
-
29,17%
70,83%
-
Jumlah 24 100%
Dari data di atas dapat diketahui bahwa 0% menjawab selalu (SL), 7
responden (29,17%) menjawab sering (SR), 17 responden (70,83%)
menjawab kadang-kadang (KK), dan 0 % menjawab tidak pernah (TP). Ini
menunjukan bahwa lebih dari setengah remaja kadang-kadang menghadapi
masalah dengan tenang.
54
Tabel 28
Bersyukur ketika mendapatkan nikmat
No Soal Alternatif Jawaban F P
26 Selalu
Sering
Kadang-kadang
Tidak pernah
5
15
4
-
20,83%
62,5%
16,67%
-
Jumlah 24 100%
Dari data di atas dapat diketahui bahwa 5 responden (20,83%)
menjawab selalu (SL), 15 responden (62,5%) menjawab sering (SR), 4
responden (16,67%) menjawab kadang-kadang (KK), dan 0 % menjawab
tidak pernah (TP). Ini menunjukan bahwa lebih dari setengah remaja sering
bersyukur ketika mendapatkan nikmat.
Tabel 29
Melaksanakan shalat lima waktu tepat waktu
No Soal Alternatif Jawaban F P
27 Selalu
Sering
Kadang-kadang
Tidak pernah
-
7
17
-
-
29,17%
70,83%
-
Jumlah 24 100%
Dari data di atas dapat diketahui bahwa 0% menjawab selalu (SL), 7
responden (29,17%) menjawab sering (SR), 17 responden (70,83%)
menjawab kadang-kadang (KK), dan 0 % menjawab tidak pernah (TP). Ini
menunjukan bahwa lebih dari setengah remaja kadang-kadang melaksanakan
shalat lima waktu tepat waktu.
55
Tabel 30
Mengerjakan shalat-shalat sunnah
No Soal Alternatif Jawaban F P
28 Selalu
Sering
Kadang-kadang
Tidak pernah
-
7
17
-
-
29,17%
70,83%
-
Jumlah 24 100%
Dari data di atas dapat diketahui bahwa 0% menjawab selalu (SL), 7
responden (29,17%) menjawab sering (SR), 17 responden (70,83%)
menjawab kadang-kadang (KK), dan 0 % menjawab tidak pernah (TP). Ini
menunjukan bahwa lebih dari setengah remaja kadang-kadang melaksanakan
shalat-shalat sunnah.
Tabel 31
Melaksanakan puasa ramadhan
No Soal Alternatif Jawaban F P
29 Selalu
Sering
Kadang-kadang
Tidak pernah
22
2
-
-
91,67%
8,33%
-
-
Jumlah 24 100%
Dari data di atas dapat diketahui bahwa 22 responden (91,67%)
menjawab selalu (SL), 2 responden (8,33%) menjawab sering (SR), 0%
menjawab kadang-kadang (KK), dan 0 % menjawab tidak pernah (TP). Ini
menunjukan bahwa lebih dari setengah remaja selalu melaksanakan puasa
ramadhan.
56
Tabel 32
Membaca Al-qur’an
No Soal Alternatif Jawaban F P
30 Selalu
Sering
Kadang-kadang
Tidak pernah
-
8
16
-
-
33,33%
66,67%
-
Jumlah 24 100%
Dari data di atas dapat diketahui bahwa 0% menjawab selalu (SL), 8
responden (33,33%) menjawab sering (SR), 16 responden (66,67%)
menjawab kadang-kadang (KK), dan 0 % menjawab tidak pernah (TP). Ini
menunjukan bahwa lebih dari setengah remaja kadang-kadang membaca al-
Qur’an.
C. Analisis Data
Langkah berikutnya adalah mencari angka indeks korelasi antara
variabel X (Pendidikan Agama Orang Tua) dan variabel Y (Kepribadian
Muslim Remaja) dengan menggunakan rumus korelasi Product Moment.
Indeks korelasi dihitung berdasarkan Skoring masing-masing jawaban tiap
responden untuk variabel X (pendidikan agama orang tua) pertanyaan no. 1-4
untuk poin a diberi skor 4 dan untuk point b diberi skor 2, pertanyaan no. 5-
18 diberi skor 4,3,2,1 untuk pertanyaan atau pernyataan positif, sedangkan
untuk pertanyaan atau pernyataan negatif sebaliknya. Untuk variabel Y
(kepribadian muslim remaja) pertanyaan no. 19-30 diberi skor 4,3,2,1 untuk
pertanyaan atau pernyataan positif, sedangkan untuk pertanyaan atau
pernyataan negatif sebaliknya. Setelah memperoleh angka dari pertanyaan
atau pernyataan yang dijawab oleh responden kemudian angka tersebut diolah
dengan menggunakn rumus korelasi product moment, sebagai berikut:
57
Tabel 33
Product Moment
Subyek X Y XY X2 Y2
1 67 39 2613 4489 1521
2 63 35 2205 3969 1225
3 50 28 1400 2500 784
4 54 37 1998 2916 1369
5 67 30 2010 4489 900
6 47 39 1833 2209 1521
7 58 32 1856 3364 1024
8 49 30 1470 2401 900
9 53 32 1696 2809 1024
10 53 30 1590 2809 900
11 65 32 2080 4225 1024
12 62 34 2108 3844 1156
13 46 27 1242 2116 729
14 57 29 1653 3249 841
15 64 33 2112 4096 1089
16 56 29 1624 3136 841
17 46 31 1426 2116 961
18 48 28 1344 2304 784
19 39 27 1053 1521 729
20 56 32 1792 3136 1024
21 69 35 2415 4761 1225
22 71 40 2840 5041 1600
23 51 31 1581 2601 961
24 51 39 1989 2601 1521
Jumlah 1342 779 43930 76702 25653
Setelah keseluruhan data dihitung dan diletakan dalam tabel korelasi,
selanjutnya hasil perhitungan tersebut akan diuji keabsahannya dengan
menggunakan rumus korelasi product moment, sebagai berikut:
58
Dik: N = 24
ΣΧΥ = 43930
ΣΧ = 1342
YΣ = 779
2ΣΧ = 76702
2YΣ = 25653
Dit: r xy …?
Rumus: r xy =])()()([(
))((2222 ΣΥ−ΣΥΣΧ−ΣΧ
ΣΥΣΧ−ΣΧΥ
NN
N
r xy =]))779(25653.24).()1342(76702.24[(
)779)(1342()43930(2422 −−
−
r xy =)]606841615672).(18009641840848[(
10454181054320
−−−
r xy =)8831).(39884(
8902
r xy =352215604
8902
r xy =41,18767
8902
r xy = 0,47
D. Interpretasi Data
Berdasarkan hasil perhitungan dari nilai rxy maka penulis memberikan
interpretasi terhadap angka indeks korelasi “r” product moment melalui dua
cara:
a. Interpretasi dengan cara sederhana atau secara kasar
Interpretasi terhadap rxy dari perhitungan di atas ternyata angka
korelasi antara variabel X (pendidikan agama orang tua) dan variabel Y
59
(kepribadian muslim remaja) tidak bertanda negatif, berarti diantara kedua
variabel tersebut terdapat korelasi positif (korelasi yang berjalan searah).
Dengan memperhatikan besarnya r xy (yaitu=0,47) yang berkisar antara
0,40-0,70 berarti terdapat korelasi positif antara variabel X (pendidikan
agama orang tua) dan variabel Y (kepribadian muslim remaja) itu
termasuk korelasi yang sedang atau cukup.
b. Interpretasi dengan menggunakan Tabel Nilai “r” Product Moment
Rumusan Hipotesa Kerja (Ha) dan hipotesa nihil (Ho), yang
penulis ajukan di awal adalah:
Ha = Terdapat hubungan yang signifikan antara pendidikan agama orang
tua dengan kepribadian muslim pada remaja.
Ho = Tidak adanya hubungan yang signifikan antara pendidikan agama
orang tua dengan kepribadian muslim pada remaja.
Adapun kriteria pengajuannya adalah: jika r hitung > r tabel maka
Ha diterima dan Ho ditolak. Sebaliknya, jika r hitung < r tabel maka Ha
ditolak dan Ho diterima. Kemudian penulis mencari derajat besarnya (df
dan db), rumusnya sebagai berikut:
Df = N – nr
= 30 – 2 = 28
Dengan memeriksa tabel “r” Product Moment ternyata dengan df
sebesar 28 dan taraf signifikansi 5% diperoleh tabel = 0,361, karena r xy
atau ro pada taraf signikansi 5% lebih besar dari pada r tabel atau rt (0,47
> 0,361), maka pada taraf signifikansi 5% Hipotesa Alternatif (Ha)
diterima, sedangkan Hipotesa Nihil (Ho) ditolak, berarti bahwa pada
taraf signifikansi 5% itu terdapat korelasi positif (searah) yang signifikan
antara variabel X (pendidikan agama orang tua) dengan Variabel Y
(kepribadian muslim remaja).
Berdasarkan data keseluruhan yang telah diuraikan pada penemuan
penelitian di atas, dapat diketahui bahwa pendidikan agama orang tua terhadap
kepribadian muslim pada remaja diwilayah RW 01 Kali Abang Nangka Bekasi
60
Utara, diantaranya adalah dari segi faktor internal dirumah (lingkungan
keluarga) seperti pendidikan agama yang dimiliki orang tua dalam membentuk
kepribadian remaja sudah cukup baik, yang sebagian besar orang tua memiliki
atau memperoleh pendidikan agama yang cukup baik, pendidikan agama yang
dimiliki orang tua tidak hanya diperoleh dari lembaga formal saja, tetapi juga
dari lembaga informal dan non formal, hal ini terbukti dari sebagian besar
responden menjawab 20,8 % orang tua berpendidikan dasar di Madrasah
Ibtidaiyah (MI), 79,2 % orang tua berpendidikan dasar di Sekolah Dasar (SD),
33,3 % orang tua yang berpendidikan menengah pertama di Madrasah
Tsanawiyah (MTs), 58,3 % orang tua yang berpendidikan sekolah menengah
pertama di Sekolah Menengah Pertama (SMP), 8,3 % orang tua tidak
berpendidikan sekolah menengah pertama, 50 % orang tua berpendidikan
sekolah menengah atas di Madrasah Aliyah (MA), 20,8 % orang tua yang
berpendidikan sekolah menengah atas di Sekolah Menengah Umum (SMU),
29,2 % orang tua yang tidak berpendidikan sekolah menengah atas, 33,3 %
orang tua yang berpendidikan tinggi di perguruan tinggi agama, 8,3 % orang
tua yang berpendidikan tinggi di perguruan tinggi umum, 58,3 % orang tua
tidak berpendidikan di perguruan tinggi. 45,8 % orang tua selalu mengikuti
kegiatan keagamaan yang diadakan di lingkungan masyarakat, 37,5 % orang
tua selalu mengikuti majelis ta’lim, 45,8 % orang tua selalu mengikuti kegiatan
keagamaan yang dilaksanakan secara rutin oleh majelis ta’lim, 8,3 % orang tua
mengenyam pendidikan di pesantren, 91,7 % orang tua tidak mengenyam
pendidikan di pesantren.
Selanjutnya, upaya yang dilakukan orang tua dalam membentuk
kepribadian remaja sudah cukup baik, hal ini terbukti dari sebagian besar
responden menjawab 54,2 % orang tua selalu menegur anaknya bila lalai dalam
beribadah, 58,3 % orang tua selalu memberikan perhatian terhadap akhlak
anaknya, 58,3 % orang tua selalu memberikan arahan bila anaknya melakukan
perbuatan tidak baik, 70,8 % orang tua selalu menegur anaknya bila tidak
sopan terhadap orang lain, 58,3 % orang tua sering mengawasi anaknya shalat,
83,3 % orang tua selalu membiasakan anaknya berbicara dengan kata-kata
61
yang baik, 79,2 % orang tua selalu membiasakan anaknya sopan santun kepada
orang lain, 45,8 % orang tua selalu membiasakan anaknya shalat tepat waktu,
70,8 % orang tua selalu mendorong anaknya untuk shalat wajib lima waktu.
Faktor yang mendukung dalam pembentukan kepribadian muslim
remaja yang timbul diluar lingkungan rumah (lingkungan keluarga), seperti
halnya faktor eksternal di lingkungan masyarakat, hal ini bisa dibuktikan dalam
wawancara penulis kepada tokoh masyarakat tentang kegiatan remaja
dilingkungan masyarakat, beliau menjawab alhamdulilah bahwa orang tuanya
mengawasi dan mendukung anaknya untuk mengikuti aktivitas kegiatan
remaja, dilingkungan RW 01 sudah terbentuk organisasi kepemudaan Islam
dalam segala aktifitas positif seperti pengajian mingguan IRENA (Ikatan
Remaja Masjid Nurul Jannah) di bawah naungan masjid yang dilaksanakan
pada hari jum’at malam sabtu pukul 19.30 sampai selesai, selain organisasi
kepemudaan Islam ada juga organisasi di bawah naungan kelurahan seperti
karang taruna yang memiliki program kerja positif. Dan antusias remaja dalam
mengikuti kegiatan keagamaan cukup baik, hal tersebut dapat dilihat dari
jumlah peserta yang ikut dalam kegiatan kepemudaan yang dilakukan setiap
seminggu sekali berupa pengajian mingguan yang dilaksanakan pada hari
jum’at malam sabtu pukul 19.30 sampai selesai.
Berdasarkan data yang diperoleh penulis dapat mengambil kesimpulan
bahwa pendidikan agama orang tua yang ada di wilayah RW 01 Kali Abang
Nangka Bekasi Utara sudah cukup baik dan sudah dapat membentuk kesadaran
remaja, tetapi belum membentuk kepribadian muslim remaja, maka dari itu
perlu dibantu oleh faktor eksternal, maksudnya selain pihak keluarga,
lingkungan masyarakat pun berperan penting terhadap pembentukan
kepribadian muslim pada remaja.
62
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Setelah penulis melakukan pengolahan data dengan hasil perhitungan
yang menggunakan rumus korelasi product moment, dihasilkan perolehan
angka korelasi 0,47 yang berada pada kisaran 0,40-0,70, maka antara variabel
X dan Y termasuk korelasi positif yang cukup. Dengan melihat tabel “r”
product moment, ternyata dengan df sebesar 28 pada taraf signifikan 5%
diperoleh r tabel = 0,361, pada taraf signifikan 1% diperoleh r tabel = 0,463,
karena r xy atau ro pada taraf signifikansi 5% ataupun 1% lebih besar dari
pada r tabel atau rt (0,47 > 0,361), maka pada taraf signifikan 5% ataupun 1%
Hipotesa Alternatif (Ha) diterima, sedangkan Hipotesa Nihil (Ho) ditolak,
berarti bahwa pada taraf signifikansi 5% ataupun 1% itu terdapat korelasi
positif (searah) yang signifikan antara variabel X dengan variabel Y.
Dari data yang dihimpun, ditabulasikan, dan diinterpretasikan, maka
dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:
1. Setelah melakukan penelitian ternyata hipotesis alternatif diterima,
sedangkan hipotesis nihil ditolak yang menyatakan korelasi positif antara
Pendidikan Agama Orang Tua dengan Kepribadian Muslim Remaja.
Artinya, pendidikan agama orang tua memiliki pengaruh yang sangat
penting terhadap kepribadian muslim remaja di wilayah RW 01 Kali
Abang Nangka Bekasi Utara. Karena orang tua merupakan pendidikan
63
yang pertama bagi anak, oleh sebab itu orang tua harus bisa mendidik
anaknya dengan sebenar-benarnya. Agama sangat pengaruh bagi orang tua
tersebut, apabila orang tua tersebut tidak bisa memahami tentang agama
yang dianutnya. Maka anaknya pun tidak bisa memahami ajaran agama
tersebut, dikarenakan orang tuanyalah yang tidak bisa mendidik anaknya
dengan selayaknya, oleh karena itu agama sangat perlu, baik bagi orang
tua maupun bagi anak-anaknya.
2. Pendidikan agama orang tua sudah membentuk kesadaran, tetapi belum
mampu membentuk kepribadian muslim remaja, karena remaja yang
berada diwilayah RW 01 Kali Abang Nangka Bekasi Utara masih banyak
yang belum melaksanakan shalat lima waktu, membaca al-Qur’an, dan
menutup aurat ketika keluar rumah, maka dari itu perlu adanya kerja sama
pihak keluarga dan lingkungan masyarakat yang juga berperan penting
terhadap pembentukan kepribadian muslim pada remaja.
B. Saran
1. Hendaknya pendidikan agama yang dimiliki orang tua dapat dijadikan alat
untuk membentuk kepribadian muslim yang bersikap dan bertingkah laku
sesuai dengan nilai-nilai Islam yang diberikan kepada anak sejak mereka
kecil melalui pembiasaan-pembiasaan dari rumah.
2. Hendaknya pihak orang tua lebih memperhatikan sikap dan perilaku
remaja yang kurang sesuai dengan nilai-nilai agama Islam, agar
pendidikan agama yang diberikan kepada remaja sangat berpengaruh
dengan sikap dan perilaku. Dengan itu orang tua berusaha semaksimal
mungkin menegur, menasehati, membimbing serta membina mereka agar
selalu bersikap dan berperilaku sesuai dengan nilai-nilai Islam.
3. Bagi remaja hendaknya senantiasa terus menerus menghormati kedua
orang tuanya karena dari merekalah anak mula-mula menerima
pendidikan. Dengan demikian bentuk pertama dari pendidikan terdapat
dalam kehidupan keluarga, remaja harusnya mendekati diri kepada Allah,
menjalankan perintahnya dan menjauhi larangannya, hingga akhirnya akan
64
menjadi manusia yang bermanfaat bagi dirinya sendiri di dunia maupun di
akhirat kelak nanti.
4. Ketua RW 01 dan pengurusnya (RT) harus lebih perhatian lagi kepada
remaja, walaupun dalam wawancara sudah cukup baik memberikan
perhatian terhadap pembinaan perilaku remaja, untuk mencapai akhlak
yang baik pada remaja, maka dibutuhkan kerja sama antara pihak keluarga
dengan tokoh masyarakat luas. Akhlak yang ada pada remaja bukanlah
pembawaan sejak manusia dilahirkan, karena itu adalah salah besar jika
dikatakan bahwa akhlak pada remaja terjadi dengan sendirinya dan
merupakan sesuatu yang tidak dapat diubah.
65
DAFTAR PUSTAKA
Abdul Halim, M. Nipan, Anak Saleh Dambaan Keluarga, Yogyakarta: Mitra
Pustaka, 2000.
Ahmad Olgar, Maulana Musa, Tips Mendidik Anak bagi Orang Tua Muslim,
Yogyakarta: Citra Media, 2006.
Aminah, Noor, Mendidik Anak Pintar Cerdas Bermula dari Alam Rahim, Kuala
Lumpur: Darul Nu’man, 1995.
Arifin, M, Hubungan Timbal Balik Pendidikan Agama di Lingkungan Sekolah
dan Keluarga, Jakarta: Bulan bintang,1975.
Arikunto, Suharsimi, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Jakarta: PT.
Rineka Cipta, 2002.
Daradjat, Zakiah, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Bumi Aksara, 2006.
____, Ilmu Jiwa Agama, Jakarta: Bulan bintang, 2003.
____, Membina Nilai-Nilai Moral Indonesia, Jakarta: Bulan Bintang, 1997.
____, Pembinaan Remaja, Jakarta: Bulan Bintang, 1982.
Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, Bandung: CV. Diponegoro,
2000.
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan RI, Kamus Besar Bahasa Indonesia,
Jakarta: Balai Pustaka,1999.
Hamid, Rully, Bimbingan Remaja Berakhlak Mulia, Bandung: Marja, 2004.
Hartaty, Netty, dkk, Islam dan Psikologi, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,
2004.
Heny Narendrany Hidayah dan Andri Yudiantoro, Psikologi Agama, Jakarta: UIN
Jakarta Press, 2007.
Ibn Rusn, Abiding, Pemikiran al-Ghazali Tentang Pendidikan, Yogyakarta:
Pustaka Pelajar, 1998.
Jalaluddin dan Ramayulis, Pengantar Ilmu Jiwa Agama, Jakarta: PT. Kalam
Mulia, 1998.
Mujib, Abdul, Fitrah dan Kepribadian Islam, Jakarta: PT. Darul Falah, 1999.
66
____, Kepribadian Dalam Psikologi Islam, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,
2006.
Mustaqim, Abdul, Menjadi Orang Tua Bijak, Bandung: PT. al-Bayan, 2005.
Nasir, Sahilun. A, Peranan Pendidikan Agama Terhadap Pemecahan Problema
remaja, Jakarta: Kalam Mulia, 1999.
Panuju, Panut dan Umami, Ida, Psikologi Remaja, Yogyakarta: Tiara Wacana
Yogya, 1999.
Purwanto, M. Ngalim, Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis, Bandung: Remaja
Rosda Karya, 1992.
____, Psikologi Pendidikan, Bandung: Remaja Rosdakarya, 1995.
Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Kalam Mulia, 2002.
Sabri, Alisuf, Psikologi Pendidikan, Berdasarkan Kurikulum Nasional, Jakarta:
Pedoman Ilmu Jaya, 1995.
Said, Muh dan Affan, Juminar, Psikologi dari Zaman ke Zaman, Jakarta:Bulan
Bintang, 1993.
Sudijono, Anas, Pengantar Statistik Pendidikan, Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada, 2008.
Syah, Muhibbin, Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru, Bandung: PT.
Remaja Rosdakarya, 2001.
Tafsir, Ahmad, Ilmu Pendidikan Dalam Perspektif Islam, Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya, 2004.
Tim Fokus Media, Himpunan Peraturan Perundang-Undangan Tentang
SISDIKNAS.
Ulwan, Abdullah Nasih, Pendidikan Anak Dalam Islam, Jakarta: Pustaka Amani,
1998.
Zahara Idris, Dasar-Dasar Kependidikaan, Bandung: Angkasa, 1982.
Zuhairini, Filsafat Pendidikan Islam, Jakarta: Bumi Aksara, 1995.
____, Metodik Khusus Pendidikan Agama, Surabaya: Usaha Nasional, 1983.
67
SURAT PERNYATAAN KARYA SENDIRI
Saya yang bertanda tangan di bawah ini,
Nama : Noer Aisyah
Tempat/Tanggal Lahir : Bekasi, 04 Oktober 1987
NIM : 106011000036
Jurusan/Prodi : Pendidikan Agama Islam
Judul Skripsi : “Pengaruh Pendidikan Agama Orang Tua
terhadap Kepribadian Remaja (Study Kasus di
Wilayah RW 01 Kali Abang Nangka Bekasi
Utara)”
Dosen Pembimbing : Dr. M. Zuhdi, M.Ed, Ph.D
Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang saya buat benar-benar hasil
karya sendiri dan saya bertanggung jawab secara akademis atas apa yang saya
tulis. Pernyataan ini dibuat sebagai salah satu syarat menempuh Ujian Munaqasah.
Jakarta, 05 November 2010
Mahasiswa Ybs,
Noer Aisyah
NIM: 106011000036
68
BERITA WAWANCARA
Hari/Tanggal : Minggu/17 Oktober 2010
Responden : H. Aminuddin
Jabatan : Ketua RW
Tempat : Di kediaman ketua RW 01
Pertanyaan:
1. Berapa banyak para remaja yang melanggar hukum dalam kenakalan remaja
di wilayah bapak?
Menurut buku catatan Rw 01 yang berada di sekretariat yang mengenai kasuskenakalan remaja dari tahun 2008 sampai sekarang ini tercatat berjumlah 15orang yang melakukan pelanggaran hukum dalam kenakalan remajacontohnya narkoba, minum-minuman keras, pencurian, dan tawuran.
2. Apakah orang tua mengawasi anaknya dalam kehidupan sehari-hari di
lingkungan keluarganya?
Di lingkungan saya ini, alhamdulilah orang tua mengawasi dan mendukung
anaknya untuk mengikuti aktifitas kegiatan remaja, dilingkungan saya ini
sudah terbentuk organisasi kepemudaan Islam dengan segala aktifitas positif
seperti pengajian mingguan IRENA (Ikatan Remaja Masjid Nurul Jannah),
dibawah naungan masjid. Selain organisasi kepemudaan Islam ada juga
organisasi dibawah naungan kelurahan seperti karang taruna yang memiliki
program kerja yang positif.
3. Bapak selaku tokoh masyarakat apakah ikut berperan aktif dalam proses
pembentukan kepribadian muslim pada remaja
Peranan yang selama ini saya lakukan adalah dengan memberikan bimbingan
pada remaja tentang hal-hal positif dan negatif melalui media pertemuan
remaja serta mengajak kepada seluruh remaja untuk berperan aktif menjaga
lingkungan dari hal-hal yang negatif. Dan mendukung kegiatan kepemudaan
seperti halnya peringatan hari besar Islam misal: Isra’ Mi’raj, Tabligh akbar,
dan lain sebagainya.
69
4. Apakah remaja aktif dalam melaksanakan kegiatan keagamaan?
Sejauh yang saya amati antusias remaja dalam mengikuti kegiatan keagamaan
cukup baik, hal tersebut dapat dilihat dari jumlah peserta yang ikut dalam
kegiatan kepemudaan yang dilakukan setiap seminggu sekali berupa pengajian
mingguan yang dilaksanakan pada hari jum’at malam sabtu pukul 19.30
sampai selesai.
Bekasi, 17 Oktober 2010
Interview Interviewer
Noer Aisyah H. AminuddinKetua RW 01
70
Nukilan Tabel Nilai “r”
Banyak variabel yang dikorelasikan
2
Harga “r” pada taraf signifikan
df
(degree of freedom)
atau db (derajat
bebas) 5 % 1 %
1 0,997 1,000
2 0,950 0,990
3 0,878 0,959
4 0,811 0,917
5 0,754 0,874
6 0,707 0,834
7 0,666 0,798
8 0,632 0,765
9 0,602 0,735
10 0,576 0,708
11 0,553 0,684
12 0,532 0,661
13 0,514 0,641
14 0,497 0,623
15 0,482 0,606
16 0,468 0,590
17 0,456 0,575
18 0,444 0,561
19 0,433 0,549
20 0,423 0,537
21 0,413 0,526
22 0,404 0,515
23 0,396 0,505
71
24 0,388 0,496
25 0,381 0,487
26 0,374 0,478
27 0,367 0,470
28 0,361 0,463
29 0,355 0,456
30 0,349 0,449
35 0,325 0,418
40 0,304 0,393
45 0,288 0,372
50 0,273 0,354
60 0,250 0,325
70 0,232 0,302
80 0,217 0,283
90 0,205 0,267
100 0,195 0,254
125 0,174 0,228
150 0,159 0,208
200 0,138 0,181
300 0,113 0,148
400 0,098 0,128
500 0,088 0,115
1000 0,062 0,081
72
IDENTITAS MAHASISWA
Nama : Noer Aisyah
Nim : 106011000036
Fakultas/Jurusan : FITK/PAI
Semester : IX
Pengaruh Pendidikan Agama Orang Tua Terhadap Kepribadian Muslim
pada Remaja
IDENTITAS REMAJA
Nama :
Jenis Kelamin :
Umur :
Pekerjaan :
Pendidikan terakhir orang tua :
1. Petunjuk Pengisian
Bacalah “basmalah” terlebih dahulu dan pahami dengan teliti pernyataan di
bawah ini sebelum mengisi angket.
Berilah tanda (X) pada setiap pernyataan dengan cara memilih salah satu
jawaban yang paling sesuai menurut anda.
Jawablah angket ini dengan jujur dan sesuai dengan hati anda.
Dengan memberikan jawaban yang obyektif, berarti anda telah membantu
peneliti dalam memperoleh data yang benar.
Akhiri pengisian angket ini dengan mengucapkan “hamdalah”.
A. Berilah tanda silang (X) pada salah satu huruf a,b,c, dan d pada lembar
jawaban yang sesuai dengan pilihan dan kenyataan anda
1. Sekolah dasar bapak/ibu anda adalah…
a. MI /Diniyah
b. SD
c. Tidak berpendidikan
73
2. Sekolah menengah pertama bapak/ibu anda adalah…
a. MTs
b. SMP
c. Tidak bependidikan
3. Sekolah menengah atas bapak/ibu annda adalah…
a. MA/MAK
b. SMA/SMU/SMK
c. Tidak berpendidikan
4. Bentuk perguruan tinggi yang diikuti bapak/ibu anda adalah…
a. Perguruan tinggi Islam
b. Perguruan tinggi umum
c. Tidak berpendidikan
5. Ajaran agama diterapkaan dalam keluarga
a. Selalu c. Kadang-kadang
b. Sering d. Tidak pernah
6. Bapak/ibu saya mengikuti kegiatan keagamaan yang diadakan
dilingkungan masyarakat
a. Selalu c. Kadang-kadang
b. Sering d. Tidak pernah
7. Bapak/ibu saya mengikuti majelis ta’lim
a. Selalu c. Kadang-kadang
b. Sering d. Tidak Pernah
8. Bapak/ibu saya mengikuti kegiatan keagamaan yang dilaksanakan secara
rutin oleh majelis ta’lim
a. Selalu c. Kadang-kadang
b. Sering d. Tidak pernah
9. Bapak/ibu saya mengenyam pendidikan dipesantren
a. Ya
b. Tidak
10. Orang tua menegur saya, bila lalai dalam beribadah
a. Selalu c. Kadang-kadang
74
b. Sering d. Tidak pernah
11. Orang tua memberikan perhatian terhadap akhlak atau perilaku saya
a. Selalu c. Kadang-kadang
b. Sering d. Tidak pernah
12. Orang tua memberikan arahan, bila saya melakukan perbuatan tidak baik
a. Selalu c. Kadang-kadang
b. Sering d. Tidak pernah
13. Orang tua akan menegur saya bila tidak sopan terhadap seseorang
a. Selalu c. Kadang-kadang
b. Sering d. Tidak pernah
14. Bapak/ibu mengawasi saya shalat
a. selalu b. sering c. kadang-kadang d. tidak pernah
15. Bapak/ibu membiasakan saya berbicara dengan kata-kata yang baik
a. selalu b. sering c. kadang-kadang d. tidak pernah
16. Bapak/ibu membiasakan saya sopan santun pada orang lain
a. selalu b. sering c. kadang-kadang d. tidak pernah
17. Bapak/ibu membiasakan saya shalat tepat waktu
a. selalu b. sering c. kadang-kadang d. tidak pernah
18. Bapak/ibu mendorong saya shalat wajib lima waktu
a. selalu b. sering c. kadang-kadang d. tidak pernah
19. Saya melaksanakan perintah orang tua
a. Selalu c. Kadang-kadang
b. Sering d. Tidak pernah
20. Saya menutup aurat jika ingin keluar rumah
c. Selalu c. Kadang-kadang
d. Sering d. Tidak pernah
21. Saya menolong orang lain
a. Selalu c. Kadang-kadang
b. Sering d. Tidak pernah
22. Saya mengucapkan salam bila bertemu dengan orang yang saya kenal
c. Selalu c. Kadang-kadang
75
d. Sering d. Tidak pernah
23. Saya berbohong kepada orang tua
a. Selalu c. Kadang-kadang
b. Sering d. Tidak pernah
24. Saya keluar rumah tanpa siizin orang tua
a. Selalu c. Kadang-kadang
b. Sering d. Tidak pernah
25. Saya menghadapi masalah dengan tenang
a. Selalu c. Kadang-kadang
b. Sering d. Tidak pernah
26. Saya bersyukur ketika mendapatkan nikmat
a. Selalu c. Kadang-kadang
b. Sering d. Tidak pernah
27. Saya melaksanakan shalat lima waktu tepat waktu
a. Selalu c. Kadang-kadang
b. Sering d. Tidak pernah
28. Saya mengerjakan shalat-shalat sunnah
a. Selalu c. Kadang-kadang
b. Sering d. Tidak pernah
29. Saya melaksanakan puasa ramadhan
a. Selalu c. Kadang-kadang
b. Sering d. Tidak pernah
30. Saya membaca al-qur’an
a. Selalu c. Kadang-kadang
b. Sering d. Tidak pernah
76
IDENTITAS MAHASISWA
Nama : Noer Aisyah
Nim : 106011000036
Fakultas/Jurusan : FITK/PAI
Semester : IX
Angket Untuk Orang Tua Mengenai Pengaruh Pendidikan Agama Orang
Tua dalam Pembinaan Kepribadian Muslim pada Remaja
IDENTITAS ORANG TUA
Nama :
Jenis Kelamin :
Pekerjaan :
Alamat :
1. Petunjuk Pengisian
Bacalah “basmalah” terlebih dahulu dan pahami dengan teliti pernyataan di
bawah ini sebelum mengisi angket.
Berilah tanda (X) pada setiap pernyataan dan pertanyaan dengan cara
memilih salah satu jawaban yang paling sesuai menurut anda.
Jawablah angket ini dengan jujur dan sesuai dengan hati anda.
Dengan memberikan jawaban yang obyektif, berarti anda telah membantu
peneliti dalam memperoleh data yang benar.
Akhiri pengisian angket ini dengan mengucapkan “hamdalah”.
A. Berilah tanda silang (X) pada salah satu huruf a,b,c, dan d pada lembar
jawaban yang sesuai dengan pilihan dan kenyataan anda
31. Sekolah dasar bapak/ibu saya adalah…
d. MI /Diniyah
e. SD
77
32. Sekolah menengah pertama bapak/ibu saya adalah…
d. MTs
e. SMP
33. Sekolah menengah atas bapak/ibu saya adalah…
d. MA/MAK
e. SMA/SMU/SMK
34. Bentuk perguruan tinggi yang diikuti bapak/ibu saya adalah…
d. Perguruan tinggi Islam
e. Perguruan tinggi umum
35. Ajaran agama diterapkaan dalam keluarga
c. Selalu c. Kadang-kadang
d. Sering d. Tidak pernah
36. Bapak/ibu saya mengikuti kegiatan keagamaan yang diadakan
dilingkungan masyarakat
a. Selalu c. Kadang-kadang
b. Sering d. Tidak pernah
37. Bapak/ibu saya mengikuti majelis ta’lim
c. Selalu c. Kadang-kadang
d. Sering d. Tidak Pernah
38. Bapak/ibu saya mengikuti kegiatan keagamaan yang dilaksanakan secara
rutin oleh majelis ta’lim
c. Selalu c. Kadang-kadang
d. Sering d. Tidak pernah
39. Dilingkungan saya terdapat pesantren
a. Ya
b. Tidak
40. Bapak/ibu saya mengenyam pendidikan dipesantren
c. Ya
d. Tidak
78
WAWANCARA KETUA RW
1. Berapa banyak para remaja yang melanggar hukum dalam kenakalan remaja
di wilayah bapak?
Menurut buku catatan Rw 01 yang berada di secretariat yang mengenai kasus
kenakalan remaja dari tahun…sampai sekarang ini tercatat berjumlah…orang
yang melakukan pelanggaran hukum dalam kenakalan remaja contohnya
narkoba, minum-minuman keras dan pencurian
2. Apakah orang tua sangat mendukung dalam pengembangan bakat atau masa
depan remaja?
Mayoritas orang tua yang berada di lingkungan kami sangat mendukung
pengembangan bakat atau masa depan pada anaknya contohnya kegiatan
keterampilan dan kesenian dibawah naungan karang taruna.
79
Nama-Nama Remaja yang Menjadi Sampel
Jenis kelaminNo Nama UmurLk Pr
1 Yuli Rahmawati 19 th 2 Siti Zakiah 15 th 3 Hafidz Murdiyanto 15 th 4 Rizal Ramadhan 20 th 5 Alfi Adip Noval 15 th 6 Rismawati 19 th 7 Aini Zahrotul. M 14 th 8 Ahmad Luthfi 15 th 9 Lady Thalia AN 13 th 10 Khoirunnisa 19 th 11 Nurhasanah 20 th 12 Fujiyanti 17 th 13 M. Reza Pahlevi 17 th 14 Tuti Alawiyah 21 th 15 Marsya SN 14 th 16 Rangga Aditiya 13 th 17 M. Riyan 20 th 18 Vivi Nuralfi Lail 16 th 19 Riski Farid 14 th 20 Adelia 15 th 21 Lukman Hakim 21 th 22 Fitriyanti 18 th 23 Nurhalimah 21 th 24 Laila Nurjanah 18 th 25 Mu’thi Armendia Dito 20 th 26 Rina Nafisah 17 th 27 Hafsah 16 th 28 M. Zakhwan 13 th 29 M. Ali Zaidan 14 th 30 Eti Rahmawati 16 th 31 M. Fadhil Setiawan 13 th 32 Ita Khairunnisa 17 th 33 Dina Putriyanti 20 th 34 Abdul Rohman 16 th 35 Garnis Salindri 19 th 36 Dwi Hariyanto 13 th 37 Ahmad Syafi’i 15 th 38 Igham 15 th 39 Desy Wulandari 18 th 40 Nuraini 17 th 41 Anindiyati Rahman 16 th
80
42 Leni Widya 14 th 43 Muhammad Fatih 13 th 44 Djanur Wulandoko 14 th 45 Yudhi Handoko 20 th 46 Lia Muzdalifah 18 th 47 Fitriyanti 14 th 48 Maisaroh 15 th 49 Irfan Caesar Hasani 16 th 50 Dita Purnamasari 16 th 51 Riski Abdul 13 th 52 Vivi Luthfiati 21 th 53 Rikza 19 th
No. Dokumen : FITK-FR-AKD-082Tgl. Terbit : 01 Maret 2010No. Revisi : 002
DEPARTEMEN AGAMAUIN JAKARTAFITKJl. Ir. H. Juanda No. 95 Ciputat 15412 Indonesia
Form (FR)Hal : 1/1
SURAT PERMOHONAN RISET/WAWANCARA
Nomor : Un.01/F.1/PP.009/……../ 2010 Jakarta, 8 Oktober2010Lamp : -Hal : Riset/Wawancara
Kepada Yth.Ketua RW 01Di Bekasi
Assalamu’alaikum wr.wb
Dengan hormat kami sampaikan bahwa,
Nama : Noer AisyahNIM : 106011000036Semester : IX (Sembilan)Jurusan : Pendidikan Agama IslamJudul : “Pengaruh Pendidikan Agama Orang Tua Terhadap
Kepribadian Muslim Remaja (Study Kasus di WilayahRW 01 Kali Abang Nangka Bekasi Utara)”
81
Adalah benar mahasiswa/i Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UINJakarta yang sedang menyusun skripsi, dan akan mengadakan penelitian(riset) di instansi yang Saudara pimpin. Untuk itu kami mohon Saudaradapat mengizinkan mahasiswa tersebut melaksanakan penelitiandimaksud.Oleh karena itu, kami mohon kesediaan Saudara untuk menerimamahasiswa tersebut dan memberikan bantuannya.
Demikianlah atas perhatian dan kerja sama Saudara, kami ucapkan terimakasih.
Wassalamu’alaikum wr.wb
No. Dokumen : FITK-FR-AKD-082Tgl. Terbit : 01 Maret 2010No. Revisi : 002
DEPARTEMEN AGAMAUIN JAKARTAFITKJl. Ir. H. Juanda No. 95 Ciputat 15412 Indonesia
Form (FR)Hal : 1/1
SURAT PERMOHONAN IZIN PENELITIAN
Nomor : Un.01/F.1/PP.009/……../ 2010 Jakarta, 8 Oktober2010Lamp : -Hal : Permohonan Izin Penelitian
Kepada Yth.Ketua RW 01Di Bekasi
Assalamu’alaikum wr.wb
Dengan hormat kami sampaikan bahwa,
Nama : Noer AisyahNIM : 106011000036Semester : IX (Sembilan)Jurusan : Pendidikan Agama IslamJudul : “Pengaruh Pendidikan Agama Orang Tua Terhadap
Kepribadian Muslim Remaja (Study Kasus di WilayahRW 01 Kali Abang Nangka Bekasi Utara)”
82
Adalah benar mahasiswa/i Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UINJakarta yang sedang menyusun skripsi, dan akan mengadakan penelitian(riset) di instansi yang Saudara pimpin. Untuk itu kami mohon Saudaradapat mengizinkan mahasiswa tersebut melaksanakan penelitiandimaksud.
Demikianlah atas perhatian dan kerja sama Saudara, kami ucapkan terimakasih.
Wassalamu’alaikum wr.wb
Tembusan:1. Dekan FITK2. Pembantu Dekan Bidang Akademik3. Mahasiswa yang bersangkutan
SURAT KETERANGANNomor : 15/RW 21/X/2010
Yang bertanda tangan di bawah ini ketua RW 01 Kali Abang Nangka
Bekasi Utara menerangkan bahwa:
Nama : Noer Aisyah
Nim : 106011000036
Fakultas : Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Jakarta
Jurusan : Pendidikan Agama Islam
Judul skripsi : “Pengaruh Pendidikan Agama Orang tua Terhadap
Kepribadian Muslim Remaja”
Benar bahwa nama tersebut di atas telah mengadakan penelitian dan
wawancara di wilayah kami RW 01 Kali Abang Nangka Bekasi Utara. Kegiatan
tersebut dilaksanakan pada tanggal 8 Oktober 2010 sampai dengan 21 Oktober
2010
Demikian surat keterangan yang kami utarakan, untuk itu atas
perhatiannya kami ucapkan terima kasih.
Bekasi, 21 Oktober 2010
83
H. AminuddinKetua RW 01