Download - Jurnal Wahid Togean_Rev
Uji Aktivitas Ekstrak Alga Bornetella oligospora Solms-LaubachSebagai Larvasida Pada Nyamuk Aedes aegypti
Oleh:Abd. Wahid 1)
ABSTRACT
Dengue disease represent the contagion which its spreading through vektor of mosquito of Aedes
aegypti. Abate represent one of prevention effort to kill the larva of Aedes aegypti. But this powder use
continually will generate the resistance to larva of negative impact and mosquito to environment. This
research aim to to test the activity of larvasida of mosquito of Aedes aegypti from extract of dissolve
metanolik Bornetella oligospora Solms-Laubach faction and obtained that is faction of acetate ethyl,
hexane and chloroform with the concentration 10, 100 and 1000 ppm. The others prepared by water Pam
as negative control and abate as positive control. Examination use of larva Aedes aegypti instar III.
Result of examination of extract of metanolik of alga of Bornetella oligospora saw that metanolik
extract of three different concentration have the respon of mortalities equal to 100%. While at dissolve
faction, dissolve faction of chloroform of best activity larvasida from other catalyst liquid. that
Bornetella oligospora Solms-Laubach contain the compound with the highest activity larvasida there are
dissolve faction of chloroform by job larvasida pertained by a stomach poison.
1 Penulis adalah Staf Pengajar Fakultas Pertanian Untad; Staf PPLH Untad Palu
1
1. PENDAHULUAN
1.1. Latar belakang
Penyakit demam berdarah merupakan salah satu jenis penyakit menular yang menjadi perhatian utama
pemerintah dalam penanggulangannya. Penyakit ini disebabkan oleh virus denque yang menyebabkan
gangguan pada pembuluh darah kapiler dan pada sistem pembekuan darah, sehingga mengakibatkan
pendarahan (Sudradjat 2000). Vektor yang berperan dalam penularan penyakit ini adalah nyamuk Aedes
aegypti. Penyebaran dan penularan penyakit ini terus meningkat dari waktu ke waktu.
Berbagai upaya pencegahan telah dilakukan oleh pemerintah dan masyarakat. Salah satu usaha yang
dilakukan adalah penyemprotan asap obat (fogging) dengan menggunakan pestisida berbahan aktif
malathion untuk membunuh Aedes aegypti dewasa dan menaburkan bubuk Abate yang merupakan
pestisida berbahan aktif temephos untuk membunuh larva nyamuk. Abate termasuk insektisida golongan
organofosfat nonsystemic yang mengandung sedikit senyawa-senyawa toxic (EPA toxicity class III)
(Extoxnet, 1996).
Abate merupakan jenis sediaan pembasmi nyamuk yang selama ini digunakan oleh masyarakat luas.
Bubuk ini menunjukkan aktifitas pembasmi larva nyamuk yang potensial. Namun demikian ada
beberapa keluhan yang muncul dalam pengunaannya, seperti timbulnya keratan dalam drum penampung
air. Di samping itu jika dilakukan penggunaan abate terus menerus akan menimbulkan resistensi
terhadap larva nyamuk dan dampak negatif terhadap lingkungan karena abate merupakan insektisida
sintetik yang tidak dapat terurai di alam.
Menurut Extoxnet (1996) penggunaan abate secara terus menerus akan menimbulkan pengaruh ekologi.
Pengaruh ekologi yang ditimbulkan antara lain bersifat racun pada beberapa spesies burung,
berpengaruh pada organisme akuatik misalnya bersifat racun pada udang (LC50 = 0,005 mg/L) dan
lobster (LC50 = 0,019 mg/L) selain itu bersifat racun terhadap lebah. Database program Resistent Pest
Management dari Michigan State University, Amerika Serikat melaporkan bahwa sampai tahun 2003
Aedes aegypti resisten terhadap 16 kelompok pestisida di 44 negara. Sekian banyak kasus yang
dilaporkan, resistensi A. aegypti terhadap malathion dan temephos terjadi di 24 negara seperti di
Malaysia, A. aegypti resisten terhadap malathion pada tahun 1972 dan temephos pada tahun 1976
(Untung, 2004).
Kondisi ini mendorong para peneliti melakukan penelitian-penelitian untuk memperoleh senyawa aktif
yang berasal dari bahan alam dan ramah lingkungan. Eksplorasi senyawa aktif dan ramah lingkungan
terhadap larva nyamuk A. aegypti terus-menerus dilakukan. Berdasarkan hal tersebut di atas maka
penelitian ini diharapkan bermanfaat untuk memperoleh senyawa larvasida nyamuk Aedes aegypti yang
berasal dari bahan alam yakni alga Bornetella oligospora Solms-laubach yang ramah lingkungan.
1.2. Perumusan masalah
Penggunaan insektisida sintetik seperti bubuk abate secara terus-menerus akan menimbulkan resistensi
terhadap Aedes aegypti. Abate mampu memberikan efek pada aktifitas enzim dalam darah manusia dan
efek samping pada tikus, anjing, kucing serta dampak negatif terhadap lingkungan karena tidak dapat
terurai. Oleh karena itu diperlukan insektisida alamiah yang berasal dari bahan alam yang bersifat ramah
lingkungan.
2
Penelitian tentang larvasida alami yang sudah dilakukan menunjukan bahwa bahan alam tertentu
memiliki zat beracun bagi serangga khususnya pada tahap/stadium larva. Alga merupakan bahan alam
yang banyak mengandung substans bioaktif. Melihat peran dan substans bioaktif yang dimiliki alga
maka perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui aktifitas larvasida yang dikandungnya. Penelitian ini
merupakan tahap awal untuk menemukan potensi bahan alam yang memiliki senyawa larvasida dari
produk laut yang ada di sekitar kita yaitu alga Bornetella oligospora Solms-laubach.
1.3. Tujuan
Penelitian ini bertujuan untuk:
1. Mengetahui apakah alga Bornetella oligospora Solms-laubach mengandung senyawa-senyawa
larvasida nyamuk Aedes aegypti.
2. Menelusuri senyawa larvasida pada fraksi-fraksi larut etil asetat, heksan dan kloroform.
2. METODOLOGI
2.1. Tempat dan waktu
Sampel alga diambil dari Perairan Teluk Kilat Kepulauan Togean Kabupaten Tojo Una-una, sedangkan
larva nyamuk Aedes aegypti yang diuji diambil dari genangan air pada ban-ban bekas dan penampungan
air jernih kemudian dipelihara di Laboratorium Proteksi Tanaman UNTAD untuk memperoleh larva
Aedes aegypti instar III yang seragam. Ekstraksi, partisi dan pengujian aktifitas larvasida dari alga
dilakukan di Laboratorium Proteksi Tanaman UNTAD selama 3 (tiga) bulan.
2.2. Pengambilan sampel
Sampel alga diambil dari Perairan Teluk Kilat Kepulauan Togean pada kedalaman 1 m pada saat surut.
Sampel alga diambil kemudian dibersihkan dan disortir lalu dimasukkan ke dalam kantong-kantong
plastik dan dibawa ke Laboratorium Proteksi Tanaman UNTAD kemudian difoto/dokumentasi,
diidentifikasi dan diekstraksi.
2.3. Ekstraksi Bornetella oligospora Solms-laubach
Sampel alga Bornetella oligospora Solms-laubach ditimbang kemudian dimaserasi dengan metanol
selama 3x24 jam dengan perbandingan 1:2 (w/v) dan disaring sehingga diperoleh debris I dan filtrat I.
Filtrat I dikumpulkan dalam wadah sedangkan debris I dimaserasi lagi dengan metanol selama 24 jam
lalu disaring sehingga diperoleh debris II dan filtrat II. Debris II diberikan perlakuan yang sama dengan
sebelumnya hingga diperoleh debris III dan filtrat III. Filtrat I, II dan III yang diperoleh disaring dengan
menggunakan kertas saring Whatman No. 42 lalu diuapkan dalam Vacum Rotari Evaporator pada
temperatur 400C hingga diperoleh ekstrak metanolik. Ekstrak metanolik dikering-anginkan, ditimbang
lalu disimpan.
2.4. Partisi
Ekstrak metanolik yang diperoleh selanjutnya dipartisi dengan etil asetat perbandingan 1:3 (v/v).
Tahapan partisi yang dilakukan adalah sebagaimana yang tertera pada Gambar 1.
3
Ekstrak Metanolik
Lapisan Air Fraksi Etil Asetat
Lapisan Air Metanol
Fraksi Heksan
Lapisan Air Metanol Air
Fraksi Kloroform
Gambar 1. Skema Partisi Terhadap Sampel Alga Bornetella oligospora Solms-laubach
2.5. Penyiapan Hewan Uji
Larva nyamuk Aedes aegypti diambil dari wadah penampungan air dan dipindahkan ke dalam wadah
plastik berisi air, selanjutnya ditutupi dengan kain kasa dan dibawa ke laboratorium Proteksi Tanaman
UNTAD untuk dipelihara. Larva kemudian dipisahkan digelas piala menurut ukuran instar larva.
Pada perkembangan larva diberikan makanan berupa pellet ikan yang dihaluskan dan ditaburi 2 hari
sekali pada permukaan air. Larva akan mengalami perubahan instar sampai menjadi pupa. Dalam
pengujian disiapkan kotak kaca, di dalamnya terdapat labu erlenmeyer berisi larutan glukosa 10% yang
diberi sumbu. Pada sudut-sudut dan bagian bawah kotak kaca diletakkan kertas saring. Larva yang telah
menjadi pupa akan dipindahkan kedalam kotak kaca dan akan dipelihara menjadi imago.
Imago nyamuk Aedes aegypti betina diberi makan darah kelinci sedangkan nyamuk jantan
memanfaatkan larutan glukosa 10% yang ada dalam kotak kaca. Setelah berkopulasi, nyamuk Aedes
aegypti akan bereproduksi dan nyamuk betina akan menempelkan telur pada sumbu dan kertas saring
yang tersedia dalam kotak kaca. Sumbu dan kertas saring diambil dan direndam dalam wadah berisi air
bersih untuk mendapatkan larva nyamuk. Dengan demikian diperoleh larva instar III yang seragam
untuk digunakan dalam pengujian.
2.6. Penyiapan Bahan Uji
Dalam pengujian aktifitas larvasida digunakan ekstrak metanolik alga Bornetella oligospora sebagai uji
awal dengan konsentrasi 10, 100 dan 1000 ppm. Setiap konsentrasi dilakukan tiga kali penggulangan.
Abate digunakan sebagai kontrol positif dengan konsentrasi 10, 100 dan 1000 ppm, sedangkan air
PDAM sebagai kontrol negatif.
Pengujian selanjutnya digunakan fraksi larut etil asetat, heksan dan kloroform dengan konsentrasi 10,
100 dan 1000 ppm dengan tiga kali ulangan untuk tiap perlakuan. Konsentrasi abate pada pengujian
fraksi larut adalah sama dengan pengujian ekstrak kasar Bornetella oligospora. Dalam pembuatan
ekstrak dan fraksi-fraksi larut yang diperoleh ditimbang sesuai dengan konsentrasi yang digunakan
kemudian dilarutkan dalam 50 ml air lalu divortex sampai tercampur.
4
2.7. Pengujian Aktifitas Larvasida
Pengujian awal mengunakan ekstrak metanolik Bornetella oligospora untuk mengetahui aktifitas
larvasida dari ekstrak terhadap larva Aedes aegypti. Pengujian aktivitas larvasida terhadap larva Aedes
aegypti mengunakan metode larvasida menurut Atta dkk., (2001). Larva nyamuk yang digunakan dalam
penelitian ini adalah larva instar III. Dipilihnya instar III karena larva berada pada kondisi yang paling
kuat dibandingkan dengan fase lainnya (Wibowo dkk., 1997).
Pengamatan dilakukan pada jangka waktu 1 jam, 2, 4, 6, 12, 14, 16, 18, 20, 22 dan 24 jam pada setiap
gelas piala yang berisi ekstrak dengan konsentrasi berbeda. Waktu pengamatan dihitung setelah larva
dipindahkan ke dalam gelas piala. Aktivitas larvasida yang diamati adalah efek kematian larva. Efek
kematian yang dimaksud yaitu larva uji mengalami mortalitas akibat adanya aktifitas ekstrak Bornetella
oligospora.
Pengujian larvasida selanjutnya mengunakan fraksi larut etil asetat, heksan dan kloroform hasil partisi
yang dilakukan pada konsentrasi 10, 100 dan 1000 ppm. Prosedur pengujian, periode pengamatan dan
parameter yang diamati sama seperti uji ekstrak metanolik.
3. HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1. Respon Mortalitas Larva Uji A. aegypti pada Ekstrak Metanolik B. oligospora
Gambar 2. Respon Mortalitas Larva Uji Aedes aegypti pada Konsentrasi 10, 100 dan 1000 ppm Ekstrak Metanolik Bornetella oligospora Solms-laubach Selama Pengamatan (Jam).
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
100
1 2 4 6 8 10 12 14 16 18 20 22 24
Waktu Pengamatan (Jam)
Res
po
n M
ort
alit
as L
arva
Uji
(%)
Air Pam Abate (10 ppm)Ekstrak Metanolik (10 ppm) Abate (100 ppm)Ekstrak Metanolik (100 ppm) Abate (1000 ppm)Ekstrak Metanolik (1000 ppm)
5
Respon mortalitas ekstrak metanolik Bornetella oligospora pada konsentrasi 10, 100 dan 1000 ppm
(Gambar 2). Dapat diamati bahwa terjadi peningkatan waktu respon mortalitas ekstrak metanolik pada
konsentrasi 100 dan 1000 ppm. Hal ini mengindikasikan bahwa pada konsentrasi 10 ppm, kandungan
senyawa aktif larvasida dalam ekstrak Metanolik B. oligospora sangat sedikit sehingga memerlukan
waktu yang relatif lama untuk membunuh semua larva uji.
3.2 Respon Mortalitas Larva Uji A. aegypti pada Fraksi Larut Etil Asetat, Heksan & Kloroform
Hasil pengujian aktifitas larvasida B. oligospora dari ketiga fraksi larut dengan konsentrasi 10 ppm
(Gambar 3), 100 ppm (Gambar 4), dan 1000 ppm (Gambar 5) menunjukan bahwa hampir semua fraksi
larut dapat membunuh larva uji sebesar 100% sebelum 24 jam, kecuali fraksi larut kloroform pada
konsentrasi 10 ppm hanya membunuh larva uji sebesar 96,7% (Gambar 3), namun pada konsentrasi 100
dan 1000 ppm terjadi peningkatan waktu respon mortalitas. Secara keseluruhan perlakuan ekstrak
metanolik, fraksi larut etil asetat, fraksi larut heksan dan fraksi larut kloroform dengan tiga konsentrasi
yang berbeda memiliki kemampuan dalam membunuh larva uji.
Gambar 3. Respon Mortalitas Larva Uji Aedes aegypti Fraksi Larut Etil asetat, Heksan dan Kloroform pada Konsentrasi 10 ppm Selama Pengamatan (Jam)
Gambar 4. Respon Mortalitas Larva Uji Aedes aegypti Fraksi Larut Etil asetat, Heksan dan Kloroform pada Konsentrasi 100 ppm Selama Pengamatan (Jam)
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
100
0 1 2 4 6 8 10 12 14 16 18 20 22 24
Waktu Pengamatan (Jam)
Res
po
n M
ort
alit
as L
arva
Uji
(%
)
Air P am
Abate
Etil Asetat
Heksan
Kloroform
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
100
0 1 2 4 6 8 10 12 14 16 18 20 22 24
Waktu Pengamatan (Jam)
Res
po
n M
ort
alit
as L
arva
Uji
(%
)
Air P amAbateEtil AsetatHeksanKloroform
6
Gambar 5. Respon Mortalitas Larva Uji Aedes aegypti Fraksi Larut Etil asetat, Heksan dan Kloroform pada Konsentrasi 1000 ppm Selama Pengamatan (Jam)
Data yang diperoleh terlihat bahwa abate mempunyai nilai persentase mortalitas larva uji yang
meningkat tajam. Extoxnet (1996) menyatakan bahwa abate mampu menghambat atau menurunkan
aktivitas enzim cholinesterases dalam darah dan otak mamalia selama periode waktu yang lama, dapat
menyebabkan mutasi, serta bersifat racun pada organ tubuh yaitu sistem saraf dan hati.
Hasil pengujian aktivitas larvasida B. oligospora pada tiga fraksi larut dengan konsentrasi 10 ppm
(Gambar 3), 100 ppm (Gambar 4), dan 1000 ppm (Gambar 5) menunjukan bahwa fraksi larut kloroform
mempunyai aktivitas larvasida tertinggi terhadap Aedes aegypti.
Menurut Przybytek (1984), indeks polaritas kloroform adalah 4,1. Berdasarkan indeks polaritas
kloroform berfungsi menarik senyawa-senyawa yang bersifat semipolar artinya senyawa-senyawa yang
dapat larut dalam air. Lobban & Wynne (1981), mengatakan bahwa pelarut kloroform berfungi menarik
senyawa-senyawa alkaloid. Senyawa alkaloid biasanya terdapat dalam tumbuhan sebagai garam dari
berbagai asam organik.
Berdasarkan prinsip kerja atau cara masuk kedalam tubuh larva, Rozendaal (1997) mengatakan bahwa
sebagian besar larvasida digolongkan sebagai racun perut yang masuk kedalam tubuh larva melalui
organ pencernaan. Menurut Matsumura (1976), berdasarkan cara kerja larvasida, insektisida golongan
organofosfat seperti abate digolongkan sebagai racun perut dan kontak. Mortalitas larva uji pada
perlakuan abate terlihat adanya gejala pembengkakan pada seluruh permukaan tubuh larva berupa
selaput tipis berwarna putih terutama bagian abdomen, sedangkan bagian toraks sampai abdomen
berwarna hitam (Gambar 6e).
Berdasarkan hasil pengujian aktivitas larvasida dari ekstrak metanolik dan fraksi larut B. oligospora
telah diperoleh nilai LC50 seperti yang disajikan pada Tabel 1, sebagai berikut:
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
100
0 1 2 4 6 8 10 12 14 16 18 20 22 24
Waktu Pengamatan (Jam)
Res
po
n M
ort
alit
as L
arva
Uji
(%
) Air P am
Abate
Etil Asetat
Heksan
Kloroform
7
a. Ekstrak Metanolik b. Etil Asetat c. Heksan
d. Kloroform e. Abate f. Air PDAM
Tabel 1. Perolehan Nilai LC50 terhadap Hasil Pengujian Aktivitas Larvasida dari Ekstrak Metanolik dan Fraksi Larut B. oligospora Selama Periode Pengamatan (1 s/d 24 Jam).
Waktu Pengamatan (Jam)
AbateEkstrak
MetanolikEtil Asetat Heksan Kloroform
1 - - - - -
2 - - - - -
4 - - - - -
6 120,692 - 970,880 - -
8 21,342 - 118,960 - -
10 11,264 1000 32,221 115,580 1000
12 6,723 500,038 15,561 17,501 120,259
14 4,353 120,023 9,622 8,887 55,834
16 1,945 10,956 5,825 5,029 13,520
18 1,945 7,779 4,951 4,154 7,349
20 1,945 6,006 3,317 2,685 3,476
22 1,945 4,255 1,942 2,004 2,896
24 1,945 3,272 1,942 2,004 2,836
Hal ini menunjukkan bahwa fraksi larut dari B. oligospora memiliki aktivitas larvasida yang baik.
Berdasarkan hasil pengujian aktivitas larvasida dari B. oligospora pada tiga fraksi larut dengan
konsentrasi 10, 100, 1000 ppm fraksi larut kloroform menunjukkan aktivitas larvasida terbaik terhadap
A. aegypti dibandingkan fraksi larut lainnya dan tidak jauh berbeda.
Gambar 6. Kondisi Mortalitas Larva Uji Nyamuk A. aegypti Pada Uji Ekstrak Metanolik, Uji Fraksi Larut, Abate dan Air PDAM.
8
4. KESIMPULAN DAN SARAN
4.1. Kesimpulan
Berdasarkan pengujian yang dilakukan, telah diperoleh suatu senyawa yang berasal dari bahan alam alga Bornetella oligospora dengan aktifitas larvasida terhadap larva nyamuk Aedes aegypti. Aktivitas larvasida tertinggi dari ketiga fraksi larut terdapat pada fraksi larut kloroform, walaupun pada konsentrasi 10 ppm fraksi larut kloroform hanya mempunyai respon mortalitas sebesar 96,7% namun terjadi peningkatan respon mortalitas pada konsentrasi 100 dan 1000 ppm bila dibandingkan dengan fraksi larut lainnya.
4.2. Saran
Perlu dilakukan pemurnian terhadap fraksi larut etil asetat, heksan dan kloroform alga Bornetella oligopora untuk mengetahui jenis senyawa dengan aktivitas larvasidanya, perlu dilakukan uji toksisitas terhadap organisme non target dan waktu peluruhan di alam.
DAFTAR PUSTAKA
Atta, R.V, M. I. Chundary dan W. J. Thompson. 2001. Bioassay Technigues for Drug Development. Harvard Academic Publishers. Singapura. Hal 51-52.
Extoxnet.1996. Pesticide Information Profiles. (Http://ace.orst.edu/cgi-bin/mfs/01/pips/temephos.htm). Kunjungan 02 Juni 2007.
Lobban,C.S dan Wynne, M.T. 1981. The Biology of Seaweeds. Botanical Monographs.Volume 17. University of California Press.Berkeley dan Los Angeles. 553 Hal.
Matsumura, F. 1976. Toxicology of Insecticides. Plenum Press.New York dan London. 480 Hal.
Przybytek, J.T. 1984. Solvent Guide. Second Edition. Burdick dan Jakson Laboratories, Inc. 153 Hal.
Rozendaal, J.A.1997. Vector Control, Method For Use By Individuals and Communities. World Health Organization. Geneva. 412 Hal.
Sudradjat. 2000. Demam Berdarah Dengue (DBD). (http://www.geocities.com/mitra-sejati-2000/ dbd.html). Kunjungan 26 Mei 2007.
Untung,K. 2004. Ketahanan Aedes aegypti Terhadap Pestisida di Indonesia. (http://www.kompas.com/kompas-cetak/0404/06/humaniora /95/294.htm-43k). Kunjungan 26 Mei 2007.
Wibowo, A.E., W. Sumaryono dan Minaldi. 1997. Uji Aktifitas Larvasida Dan Identifikasi Senyawa Ekstrak Rimpang Temulawak Terhadap Larva Nyamuk Aedes aegypti. Seminar Nasional Hasil Dalam Bidang Farmasi. Hal 641-649.
9