Download - jurnal turp

Transcript

HAEMODYNAMIC AND CVP CHANGES IN TURP DURING GENERAL, SPINAL AND EPIDURAL ANAESTHESIA: A COMPARATIVE STUDY

Pendahuluan

BPH terjadi sebanyak 70% dari keseluruhan kondisi penyakit yang membutuhkan prostalektomi. Sekitar 20% dari laki-laki berusia 60tahun membutuhkan intervensi pada tipe ini & 80% dari obstruksi dapat disembuhkan oleh TURP.

Sasaran

Untuk mengevaluasi dan membandingkan perubahan hemodinamik dan CVP selama anestesi umum, anestesi spinal dan epidural untuk TURP. Untuk menilai pilihan anestesi yang memiliki kemungkinan kecil untuk menghasilkan perubahan hemodinamik dan memahami setiap komplikasi yang tidak diinginkan selama penelitian.

Materi dan metode

di pilih secara acak kepada 90 lelaki tua dalam batasan umur 50-85 tahun yang menjalani TURP elektif di HIMS, tanggal 1 Mei 2003-31 Des 2004. Pasien dengan anemia sebelum operasi, kelainan elektrolit serum, koagulopati dan terapi antiplatelet atau antikoagulan dikeluarkan dari penelitian.

Mereka secara acak menerima. Anestesi

umum (kelompok A) subarachnoid block (kelompok B) epidural anestesi (kelompok C).

Semua pasien diberikan premedikasi dengan diazepam 10 mg oral HS. Setelah dipasang infus, dan pemantauan pasien dalam kelompok yang berbeda sesuai induksi. Kelompok A Inj. Morfin1.5g/kg IV, Kelompok B dan C preloaded dengan ringer laktat 1012ml/kg

Grup A :

Pasien menerima 0,2-0,4 mg injeksi Glycopyrrolate, 30 menit sebelum operasi. diinduksi dengan thiopentone (4-7mg/kg) diikuti dengan injeksi IV succinylcholine 1-2 mg/kg IV untuk intubasi endotrakeal dengan ukuran yang sesuai. Anestesi dipertahankan dengan oksigen 33% pada nitrous oxide, halotan 0,5-1,0% dan 0,1 vecuronium mg/kg injeksi IV Pada akhir operasi maso-relaksan otot dikembalikan dengan injeksi neostigmine 0,05 mgkg dengan atropin 0,02 mg/kg dari injeksi IV

Kelompok B

Kelompok C

L3-4 diberikan bupivakain hiperbari 0,5% dosis 2,5-3 ml melalui jarum ukuran 23. Suntikan dilakukan dengan laju sekitar 0,3-0,5 ml / detik setelah injeksi, jarum ditarik, pasien dibaringkan terlentang.

di berikan tindakan aseptik pada L2-3 atau L3-4 ruang intervertebralis Ruang epidural diidentifikasi menggunakan jarum Tuohy ukuran 17 Setelah aspirasi negatif untuk cairan cerebrospinal, pasien menerima 12-16 ml

Setelah terjadinya blok, kelompok B & C, ditempatkan di posisi litotomi, diberikan masker oksigen di 4 L / menit. Sedasi intravena tidak digunakan dalam kelompok C irigasi terus menerus dengan larutan glisin 1,5%, Permukaan cairan dipertahankan pada ketinggian sekitar 60-70 cm di atas meja operasi

Keterangan : - kelompok A : 14% - kelompok B : 21% - kelompok C : 17%

Keterangan : - kelompok A : 11% - kelompok B : -7% - kelompok C : 5%

Keterangan : - kelompok A : 77% - kelompok B : 44% - kelompok C : 12%

Diskusi

TURP masih merupakan Gold Standard Teknik anestesi yang ideal pada TURP: harus

memberikan efek analgesi yang adekuat, menimbulkan gangguan fisiologis yang minimal, musle relaxan yang adekuat untuk irigasi yang baik, relaksasi lantai pelvis, kehilangan darah seminimal mungkin menyadari tanda awal dari over hidrasi, perforasi dan hemolisis.

Studi besar yang dilakukan LANGE R

RA yg dilakukan sampai setinggi T10 adalah pilihan ideal krn dikaitkan dengan minimnya perubahan fisiologis yg terjadi, pernapasan sedikit terpengaruhi dan tidak menutupi tanda-tanda hiponatremi. membatasi penyebaran blok tidak meningkatkan fungsi haemodinamik dan fungsi paru.

WALSH KH et al

REEVES, HOSKING MP

melaporkan bahwa selama pemberian spinal anestesi dan ditambah dengan general anestesi dihubungkan dengan insiden efek samping negatif yang lebih besar

MEBUST menyarankan

pasien yang memerlukan anestesi harus disesuaikan berdasarkan kebutuhannya.

Epidural anestesi

spinal anestesi

anestesi sulit untuk dilakukan dan memiliki onset waktu yang lebih lambat

Pasien yang bernapas spontan tekanan vena nya mungkin akan meningkat saat menggigil, mengedan dan batuk.

lebih mudah dilakukan, memiliki onset dan waktu penyembuhan yang lebih pendek tetapi lebih mungkin menyebabkan hipotensi mendadak.

Pada studi ini, tidak ada perbedaan signifikan pada semua kelompok terhadap usia, BB, TB, tingkat ASA. Kebanyakan pasien memiliki penyakit HT (28,8%), DM (18,8%). Tidak ada perbedaan signifikan pada beratnya prostat sebelum operasi dan beratnya prostat yang direseksi. Cairan IV lebih banyak diberikan pada kelompok B daripada kedua kelompok lainnya. Cairan irigasi lebih banyak digunakan di kelompok C karena waktu operasi lebih panjang.

MAP bervariasi mulai dari preinduksi sampai operasi selesai pada ketiga kelompok tetapi pada kelompok epidural lebih sedikit perubahan MAP-nya.

Pada studi ini dituliskan bahwa penurunan MAP dan HR dari awal waktu induksi pada kelompok A karena terjadinya penurunan pada vena sekunder saat IPPV manual. Tidak ada bradikardi antara intubasi dan posisi litotomi. DOBSON et al mengalami penurunan yang signifikan pada HR yg terjadi antara intubasi dan litotomi mungkin karena hilangnya repon positif induksi dan intubasi dan juga pada perubahan kedalaman anestesi.

Para peneliti ini meneliti 15% dari penurunan HR dari awal reseksi tidak seperti LAWSON dan DOBSON yg meneliti penurunan MAP dan HR saat induksi. Perbedaan dalam observasi ini dapat disebabkan karena posisi Trendelenberg, bbukan pada posisi litotomi seperti pada penelitian ini. DOBSON menginduksi menggunakan etomidate, fentanil, vecuronium dan enfluran. Etomidate ketikla dikombinsikan dengan fentanil akan menyebabkan penurunan secara

EVAN et al pada studinya meneliti penurunan HR dapat disebabkan karena penggunaan cairan irigasi yang banyak (>11 lt) Pada kelompok B dan C terjadi penurunan MAP sebanyak 9% dan 8% pada saat blok bekerja. Tidak ada penurunan TD yg drastis pada pasien di kedua kelompok yg mendapatkan preload 10ml/kg RL selama 10 mnt.

TOLKSDOLF W et al meneliti bahwa selama GA, TD dan MAP mencapai maksimal 10 mnt kemudia dan secara signifikan lebih tinggi dari kasus pemberian RA. Penelitian GEHRING et al menunjukkan bahwa penyerapan intravaskular cairan irigasi terhambat pada GA yg menggunakan ventilator dibandingkan pasien yg bernafas spontan pada SA.

Pada penelitian ini ditemukan tidak ada perubahan satursasi O2 pada semua kelompok di setiap saat. Pada kelompok B, manifestasi awal seperti mual, muntah dan bradikardi ditemukan pada sedikit pasien dimana pasien ini menjalankan operasi lebih dari 60 menit dan berat prostat lebih dari 50 gram. Pada kelompok A, bradikardi ditemukan pada awal manifestasi (26,67% pasien) Pada kelompok C terjadi hipotensi secara berkala (23,33% pasien) dimana dapat disebabkan karena kehilangan darah.

Kesimpulan

Jurnal ini menyimpulkan bahwa epidural anestesi lebih sedikit menyebabkan perubahan haemodinamik


Top Related