Transcript
Page 1: JURNAL SKRIPSI (WANDI)

KAJIAN RISIKO KECELAKAAN KERJA

PADA PEKERJAAN KONSTURKSI JALAN

WANDI GUSTIANTO1), IR. M. INDRAYADI, M.T. 2), RIYANNY PRATIWI, S.T., M.T.2) . IR.

NURUL WARDHANI, M.T.3), IR. SYAHRUDIN, M.T. 4)

Fakultas Teknik, Jurusan Teknik Sipil, Universitas Tanjungpura

Email : [email protected]

ABSTRAK

Keselamatan kerja sangat penting dalam pelaksanaan proyek konstruksi karena Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) merupakan program yang dibuat pekerja maupun penguasaha sebagai upaya mencegah timbulnya kecelakaan akibat kerja dengan cara mengenali hal yang berpotensi menimbulkan kecelakaan kerja. Tujuannya adalah untuk menciptakan tempat kerja yang aman serta menekan serendah mungkin risiko kecelakaan kerja. Tingkat keselamatan kerja pada Program Pekerjaan Jalan Kota Pontianak tahun 2014 masih sering terabaikan. Hal ini ditunjukkan dengan masih adanya kecelakaan kerja yang terjadi, tentunya hal ini berdampak pada kinerja proyek itu sendiri.Berdasarkan uraian diatas, maka dirumuskan masalah pada penelitian ini mengenai “Kajian Risiko Kecelakaan Kerja Pada Konstruksi Jalan”. Adapun teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori-teori Manajemen Sumber Daya Manusia yang tentunya berkaitan dengan keselamatan kerja terutama pada proyek konsturksi jalan. Sedangkan metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode pengumpulan data dengan survey langsung ke lapangan, wawancara dengan pihak ahli serta mengadakan kuesioner dan diolah dengan metode Weighted Average Approximation Hasil penelitian menunjukkan bahwa angka kecelakaan kerja pada proyek pekerjaan jalan tergolong besar, artinya prosedur keselamatan kerja tidak dilaksanakan dengan baik, terlebih lingkungan kerja yang berdekatan langsung dengan kepadatan lalu lintas menyebabkan kecelakaan dapat terjadi kepada pekerja maupun pengguna jalan. Maka dari itu pihak penyedia jasa harus menegaskan prosedur keselamatan kerja kepada setiap pekerjanya.

Kata kunci : Keselamatan kerja, Prosedur keselamatan kerja, kecelakaan kerja

1. PENDAHULUAN1.1. Latar BelakangInfrastruktur memegang peranan penting sebagai salah satu roda penggerak pertumbuhan ekonomi dan pembangunan di suatu bangsa. Di Indonesia, keberadaan infrastruktur yang memadai sangat diperlukan. Maka dari itu pemeliharaan infrastruktur jalan menjadi semakin penting mengingat keselamatan dan kenyamanan pengguna transportasi.Infrastruktur jalan akan mengalami kerusakan baik sebagai akibat penggunaan jalan tersebut, yaitu lalu lintas kendaraan selain itu juga dipengaruhi oleh cuaca, serta perkuatan atau faktor kinerja perkerasan jalan itu sendiri. Untuk itulah dilakukan

pemeliharaan secara berkala. Kegiatan pekerjaan jalan diperlukan tenaga kerja, dengan bantuan alat kerja baik manual maupun alat berat .Pekerjaan konstruksi memungkinkan risiko terjadinya kecelakaan kerja, termasuk pekerjaan jalan, meskipun pekerjaan jalan tidak serumit pekerjaan lainnya, tetapi tidak boleh mengesampingkan risiko yang terjadi.Risiko kecelakaan kerja pada proyek konstruksi tidak dapat diabaikan karena selama ini banyak terjadi kecelakaan kerja yang menimbulkan cacat pada tubuh bahkan kematian. Juga dampaknya terhadap keberhasilan proyek.1.2. Permasalahan

Page 2: JURNAL SKRIPSI (WANDI)

Berdasarkan latar belakang diatas, penulis menemukan beberapa permasalahan yang terjadi sebagai berikut :a. Risiko kecelakaan kerja yang dapat

terjadi pada pekerjaan jalan diantaranya pembuatan jalan, rehabilitasi jalan, dan pemeliharaan periodik jalan.

b. Besar kecilnya peluang risiko kecelakaan kerja pada pekerjaan jalan.

c. Prosedur keselamatan kerja khusus untuk pekerjaan jalan.

d. Pengambilan keputusan oleh owner terhadap pelaksana pekerjaan di lapangan yang tidak menjalankan teknis K3.

e. K3 direncanakan sesuai kriteria yang dibuat.

f. Kecelakaan lalu lintas akibat struktur jalan tidak sesuai dengan standar keamanan.

1.3. Tujuan PenelitianAdapun tujuan penulisan yang ingin dicapai dari penulisan tugas akhir ini adalah :1. Mengidentisikasi risiko kecelakaan

kerja yang mungkin terjadi pada suatu proyek pekerjaan jalan

2. Untuk menghitung besarnya peluang terjadinya risiko kecelakaan kerja.

3. Untuk menjelaskan usaha apa saja yang dapat dilakukan untuk meminimalisir terjadinya risiko kecelakaan kerja.

4. Menjelaskan prosedur – prosedur keselamatan kerja yang dapat dilakukan pada suatu pekerjaan konstruksi, khusus nya pada pekerjaan konstruksi jalan.

Menganalisa apakah jalan yang dibuat memenuhi standar keamanan dan keselamatan pengguna jalan seperti dipasang rambu lalu lintas, marka jalan dan fasilitas keamanan jalan lainnya 1.4. Pembatasan Masalah

Untuk mendapatkan hasil yang lebih efektif, maka dilakukan pembatasan masalah seperti hal – hal dibawah ini : 1. Kajian risiko kecelakaan kerja

dilakukan dengan mengambil sampel pada jalan yang telah dilakukan Proyek Pemeliharan Periodik Jalan Kota Pontianak pada bulan Maret sampai dengan Desember tahun 2014.

2. Pembahasan masalah ini termasuk pekerjaan fasilitas jalan seperti pembuatan trotoar dan drainase.

3. Perhitungan terhadap besar kecilnya kemungkinan risiko yang dilakukan dengan metode Weighted Average Approximation.

4. Rekomendasi tindakan terhadap setiap risiko yang muncul pada tiap-tiap item pekerjaan.

2. TINJAUAN PUSTAKA2.1. UmumKecelakaan kerja tidak dapat diabaikan pada suatu proyek pembangunan. Apalagi pada proyek konstruksi yang sifatnya kompleks karena pekerjaannya yang beragam dan menggabungkan peranan berbagai sumber daya di dalamnya. Sifat pekerjaan yang kompleks itu merupakan salah satu penyebab potensial yang dapat menimbulkan risiko kecelakaan kerja.Risiko kecelakaan kerja harus diperhatikan karena berhubungan dengan keselamatan nyawa manusia. Kecelakaan kerja dapat terjadi dimanapun, pada siapapun, kapanpun dan pada pekerjaan apapun. Kecelakaan kerja tidak pernah diinginkan oleh siapapun, baik pengelola proyek maupun pekerja itu sendiri. Kecelakaan kerja hanya memberikan kerugian dan penderitaan saja bagi pengelola proyek maupun pekerja.Oleh karena itu, diketahui dengan jelas mengenai risiko-risiko kecelakaan kerja yang dapat terjadi pada proyek pemeliharaan jalan dengan cara mengidentifikasi risiko-risiko kecelakaan

Page 3: JURNAL SKRIPSI (WANDI)

kerja apa saja, dan faktor penyebabnya agar dapat memikirkan upaya pencegahan risiko-risiko tersebut dan menanganinya dengan baik.2.2. Faktor – Faktor Penyebab

Kecelakaan KerjaKecelakaan kerja merupakan hal yang erat dalam hubungan kerja terhadap perusahaan. Ini berarti setiap kecelakaan kerja yang terjadi pasti karena pekerjaan atau saat ,melakukan pekerjaan tersebut.Bahaya pekerjaan adalah faktor – faktor dalam pekerjaan yang dapat menyebabkan kecelakaan. Dari beberapa penelitian, didapatkan fakta bahwa 80-85% kecelakaan kerja diakibatkan oleh kelalaian atau kesalahan mausia. Tapi, faktor penyebab lain seperti faktor lingkungan kerja dan tata cara kerja juga tidak bias kita remehkan sebagai pemicu terjadinya kecelakaan kerja.Di bawah ini, akan dijelasakan beberapa faktor dari penyebab terjadinya kecelakaan kerja yaitu :1. Pekerja

Sikap kerja yang tidak baik sehingga menyebabkan kejenuhan, kelelahan, dan kelainan fisik.

Adanya tekanan dan ketegangan. Usia, pengalaman dan jenis

kelamin. Gangguan psikologis seperti

kebosanan, jenuh dan tidak bersemangat dalam bekerja.

Kurangnya pengetahuan dan keterampilan dalam bekerja.

Tidak menggunakan pelindung tubuh ketika bekerja.

2. Tata Cara Kerja Prosedur kerja yang tidak aman Sikap kerja yang tidak baik Tidak mengikuti prosedur kerja

yang aman Bekerja dengan terburu-buru dan

tidak aman Prosedur kerja yang sulit

dipatuhi

Tidak ada teknik baku dalam melaksanakan pekerjaan yang berulang

3. Lingkungan Kerja Kebisingan dan getaran Suhu dan kelembapan yang tidak

baik Keadaan cuaca yang ekstrim Tata ruang kerja yang tidak

sesuai dan tidak terencana dengan baik

2.3. Prosedur Keselamatan KerjaSeiring meningkatnya

perkembangan teknologi dalam bidang pekerjaan, perlu juga Prosedur keamanan kerja yang baik pula, karena semakin banyak peekerjaan yang dijalani, maka perlu pengarahan yang terus ditingkatkan.Prosedur keselamatan kerja yang diberlakukan dalam suatu perusahaan terdiri dari hal-hal berikut : Adanya peraturan yang mengatur

tentang keselamatan kerja baik peraturan perundangan yang mewajibkan perusahaan untuk ikut menjaga keselamatan pekerja dengan merencanakan tempat kerja yang aman maupun peraturan perusahaan yang mewajibkan pekerja menggunakan alat pelindung tubuh saat bekerja dan berada di tempat kerja.

Adanya ketetapan dan peraturan tentang standarisasi terhadap penggunaan alat, mesin, alat perlindungan dan semua yang berkaitan dengan pekerjaan tersebut.

Pekerja diwajibkan menggunakan alat pelindung tubuh yang ditetapkan oleh perusahaahn sesuai standard dan ketentuan

Harus adanya pengawasan yang intensif guna memantau keselamatan dan kesehatan para pekerja selama melakukan pekerjaan.

Perlengkapan pengolahan aspal harus direncanakan dengan alat-alat pengaman agar pekerja tidak terluka oleh baha-bahan yang bersifat panas

Page 4: JURNAL SKRIPSI (WANDI)

seperti api, serta uap dan debu berbahaya.

Kestabilan mesin penggali tanah yang baik seperti Power Shovel harus dijaga, melarang orang-orang yang tidak berkepentingan masuk ke area kerja guna menghindari kejadian-kejadian yang tidak diinginkan.

Operator mesin haruslah orang terlatih, dan harus dengan bidangnya masing-masing.

Semua mesin dan alat berat haruslah dilengkapi pengaman, harus ada perawatan dalam jangka waktu yang ditentukan, dan segera dilakukan perbaikan jika terjadi kerusakan sekecil apapun.

Melarang siapapun yang tidak berkepentingan masuk ke areal proyek, agar mencegah risiko terjadinya kecelakaan yang disebabkan oleh orang non pekerja.

Areal kerja disediakan jalur keluar masuk yang aman dari lalu lintas kendaraan umum.

Dilakukan cek kesehatan dan psikologis semua pekerja, terutama pada pekerja operator yang mengendalikan alat-alat berat.2.4. Upaya Pencegahan Kecelakaan

KerjaPada penjelasan diatas telah diuraikan penyebab kecelakaan kerja datang dari berbagai faktor, dan prosedur pengawasan adalah untuk menertibkan dan mendisiplinkan pekerja agar risiko kecelakaan kerja terminimalisisr dengan baik dan pekerjaan menjadi baik dan teratur.Berikut untuk contoh pencegahan keselamatan kerja yang terdiri dari beberapa faktor penentu seperti konstruksi, penggunaan alat, bahan dan faktor lingkungan.1. Pencegahan kecelakaan akibat

angkutan, alat kerja dan lalu lintas : Alat harus dalam keadaan yang

baik saat digunakan, dilengkapi dengan untilitas penunjang, serta alat keamanan yang baik.

Keterampilan operator untuk berbagai jenis alat berat, menggunakan alat pelindung, perlengkapan kerja dan lain sebagainya.

Cara menggunakan alat mulai dari menghidupka, mengoperasikan dan menempatkan alat-alat.

2. Pencegahan Kecelakaan yang disebabkan tergelincir, terpukul, terkena benda tajam atau keras : Gunakan sepatu kerja yang

berstandar khusus, sarung tangan , pakaian dan helm yang standar saat bekerja.

Jangan menggunakan alat yang tidak sesuai fungsinya.

Posisi dan sikap kerja yang baik dan sesuai aturan.

Jalan dan pijakan kaki harus tetap terjaga agar tidak tergelincir.

3. Pencegahan penyakit kerja yang disebabkan bahan panas, debu dan zat brbahaya lainnya Menggunakan masker untuk

melindungi pernafasan dari daebu dan zat berbahaya yag dapat menimbulkan penyakit dan mengganggu pekerjaan.

Pakaian kerja yang sesuai standar agar terhindar dari zat yang berbahaya.

2.5. Unit Penanganan Risiko Kecelakaan Kerja Jalan

Setiap perusahaan menyadari bahwa risiko kecelakaan kerja sangatlah besar, dan tidak tahu kapan terjadinya, maka dari itu perusahaan perlu memikirkan upaya pencegahan dan penanganan risiko dengan baik. Upaya tersebut dapat dilakukan dengan manajemen risiko. Begitu juga dengan industry konstruksi, angka risiko kecelakaan kerja sangat tinggi dan terkadang akibatnya sangat fatal.Komitmen manajemen puncak dalam menangani risiko ini ditunjukkan dengan membuat suatu unit atau tim dalam

Page 5: JURNAL SKRIPSI (WANDI)

organisasi yang mengurusi masalah risiko kecelakaan kerja. Terdapat 2 cara yang bias dilakukan antara lain :1. Membuat badan atau unit manajemen

khusus menangani risiko kecelakaan kerja

2. Membentuk satu satuan kerja (Team / Komite) manajemen risiko.

Agar manajemen risiko bekerja secara efektif, unti penanganan risiko ditempatkan langsung dibawah direktur, sehingga semua risiko operasional maupun keuangan diperhatikan dengan baik. Jika unit manajemen dibawah direktur utama, maka dia tidak sederajat dengan direktur produksi dan direktur sumber daya manusia. Hal ini lebih baik sehingga unit penanganan risiko memeiliki kewenangan penuh dan dapat menjalankan fungsinya dengan baik tanpa tekanan pihak lain kecuali direktur utama. Pada perusahaan yang belum memiliki badan atau unit khusus penanganan risiko, dapat membuat badan ini. Membuat badan atau unit khusus ini akan efektif jika dilakukan persahaan yang terbilang besar. Perusahaan yang besar biasanya memiliki aktifitas yang sangat banyak dan sangat kompleks sehingga perlu orang-orang khusus yang bekerja pada unit tersebut. Bagi perusahaan besar, membuat unit khusus yang baru berarti menambah anggaran biaya tetap yang besar pula. Oleh karena itu, perusahaan kecil dan menengah dianjurkan untuk membuat satuan kerja yang disebut Risk Management Committee atau satuan kerja manejemen risiko. Satuan kerja juga bekerja sesuai fungsi dalam perusahaan, seperti keuangan, SDA, alat dan aspek lainnya yang digabungkan dalam satu satuan kerja.3. METODOLOGI PENELITIAN3.1. Umum Metodologi penelitian merupakan prosedur untuk mengetahui sesuatu dengan langkah-langkah yang sistematis. Untuk menentukan metode penelitian

harus dipilih metode yang sesuai dengan masalah dan tujuan yang dirumuskan, agar dapat diperoleh pelaksanaan penelitian yang efektif dan efisien serta hasil yang optimal.Pada pelaksanaan proyek bahwa salah satu hal yang harus di perhatikan adalah diberlakukannya sistem K3 (Keselamatan Kerja Konstruksi) pada semua jenis pekerjaan konstruksi, tidak terkecuali pada pekerjaan jalan. Pentingnya sistem keselamatan kerja ini berbanding lurus dengan efektifitas suatu pekerjaan proyek, dan untuk tahun 2014 dan selanjutnya akan diterapkan sistem K3 pada seluruh pekerjaan konstruksi. Penelitian yang dilakukan pada tugas akhir ini bertujuan untuk menggambarkan atau menjelaskan kondisi pekerjaan pada bidang konstruksi jalan seperti faktor-faktor yang dapat menyebabkan terjadinya kecelakaan kerja dan mengidentifikasi risiko apa saja yang dapat ditimbulkan dari pekerjaan tersebut berdasarkan hasil wawancara dan hasil pengamatan langsung dilapangan serta data yang telah dikumpulkan berkaitan dengan hal tersebut.3.2. Lokasi Penelitian Adapun proyek yang akan diteliti adalah :

Nama pekerjaan: Proyek Pemeliharaan Periodik Jalan Kota

Lokasi : Seluruh Jalan di pusat Kota Pontianak

Type bangunan : Jalan Raya Penangung jawab : Dinas

PU Kota Pontianak.3.3. Data Lokasi PenelitianBerikut Lokasi Penelitian yang dilakukan pada tahun 2014 ditampilkan dalam tabel :Tabel 3.1. Data Lokasi Penelitian Pekerjaan Jalan Tahun 2014

Page 6: JURNAL SKRIPSI (WANDI)

Mulai

Identifikasi Masalah

Pengumpulan Data

Studi literatur didapatkan dari :

Bahan kepustakaan,

referensi, makalah yang

berkaitan

Pengambilan data primer

Pengambilan data sekunder

Penulisan kondisi lapangan

pengambilan data yang dilakukan dengan

mengamati langsung kondisi

lapangan mengenai risiko kecelakaan kerja

Identifikasi risiko meliputi :

Rsiiko yang terjadi

dilapangan

Rekomendasi tindakan

Melakukan tindakan penanganan terhadap risiko yang timbul

Rekomendasi tindakan

Melakukan tindakan penanganan terhadap risiko yang timbul

Kesimpulan

Saran

Selesai

LOKASI PEKERJAAN

JENIS

KONSTRU

KSI

PANJANG (M) PELAKSANA

Overlay Jalan Kota PT. ERIA

MAKMUR

- Jl. Tanjung Raya 2 Lataston P=448,65 L=5-8

- Jl. Parit H. husin 1 Lataston P=1175 L=5-5,5

- Jl. Gajah Mada Lataston Pka= 1460 Lka= 8 ;

Pki= 1250 Lki= 8

- Suprapto Lataston P= 442 L= 11-12

- KH. Achmad Dahlan Lataston P= 1049 L= 6,5-11

- Komyos Sudarso Lataston P= 1480 L= 8-15

Pemeliharaan Jl. 28

Oktober Rabat Beton P= 755 L= 9

PT. PUTRANUSA

PILAR SEJATI

Pemeliharaan Jl. Ampera Rabat Beton P= 625 L= 2 PT. MULTI

KARYA ADLI

Pemeliharaan Jl. Dharma

Putra - Budi Utomo Rabat Beton P= 657 L= 5

PT. ARONY

KARYA

Pemeliharaan Jl. Johan

Idrus Rabat Beton P= 465 L= 6,7

PT. ALAM BANA

MAKMUR

Pemeliharaan Jl. Karet Rabat Beton P= 660 L= 7,5 - 8 PT. RAJAWALI

SAKTI KALBAR

Pemeliharaan Jl.

Kebangkitan Nasional Rabat Beton P= 280 L= 5,5

CV. SEDAYA

KARYA

Pemeliharaan Jl. Sei

Landak Rabat Beton P= 999,3 L= 5

PT. VISTA EMAS

SEJATI

Pemeliharaan Jl. Sei.

Sahang

Rabat

Beton P= 480 CV. RATU ASYIFA

Pemeliharaan Jl. Sei.

Selamat B

Rabat

Beton

P= 229 L=

6 CV. DUTA KARYA PERSADA

Pemeliharaan Jl. Sultan

Abdurrahman

Rabat

Beton

P= 385 L=

16 PT. MULTI KARYA ADLI

Pemeliharaan Jl. Budi

Karya

Rabat

Beton

P= 330 L=

5,9 CV. VIRTA PERMATA JAYA

Pemeliharaan Jl. Karya

Usaha

Rabat

Beton

P= 375 L=

3 CV. FATWA JAYA

Pemeliharaan Jl.

Kesehatan

Rabat

Beton

P= 217 L=

7 CV. BELA PRATAMA

Pemeliharaan Jl. Purna

Jaya

Rabat

Beton

P= 223,9

L= 4 CV. BORNEO SARI

Pemeliharaan Jl. Selat

Bali

Rabat

Beton

P= 190 L=

5

CV. ANUGRAH MAHA

PUTRA KONTRAKTOR

Pemeliharaan Jl. Tani Rabat

Beton

P= 225 L=

5 CV JAYA RAYA

Pemeliharaan Jl. Ujung

Pandang

Rabat

Beton

P= 150 L=

4,5-7 CV. OREGON

Pemeliharaan Jl. Wan

Sagaf

Rabat

Beton

P= 188,6

L= 5 CV. ERTANA LESTARI

Penataan Simpang

Alianyang, Suwignyo,

Pangeran Natakusuma,

Uray Bawadi

Rabat

Beton

P= 77,38

L= 8-9

CV. PANGKALAN BANGUN

BORNEO

Rabat

Beton

Pemeliharaan Jl. Karet Rabat

Beton

P= 303 L=

8 CV. DAYA MANDIRI

Pemeliharaan Jl.

Kebangkitan Nasional

Rabat

Beton

P= 459 L=

5,5 CV. GEBET

3.4. Bagan Alir Penelitian

Gambar 3.1 Diagram alur Penelitian4. DATA PENELITIAN DAN

PEMBAHASAN4.1. Pola Arus Lalu Lintas ExistingUntuk bab ini dilakukan identifikasi kecelakaan kerja pada pekerjaan pemeliharaan jalan, dilakukan terhadap

Page 7: JURNAL SKRIPSI (WANDI)

penyebab terjadinya kecelakaan kerja, serta data-data yang mendukung untuk menganalisa kecelakaan kerja yang terjadi. Data yang dikumpulkan bertujuan untuk mengetahui pekerjaan apa saja yang memiliki risiko paling tinggi terjadi kecelakaan dan probabilitas terjadinya kecelakaan berdasarkan pendapat dan perkiraan orang-orang yang berpengalaman dalam bidang pekerjaan jalan dalam bentuk kuisioner.Besar risiko kecelakaan kerja dianalisa menggunakan metode Weight Average Approximation untuk didapatkan besar kemungkinan masing-masing kecelakan kerja pada pekerjaan pemeliharaan jalan. Setelah didapatkan probabilitas terhadap kecelakaan kerja yang terjadi, selanjutnya kecelakaan kerja dikategorikan apakah termasuk kategori kecelakaan keci, sedang, atau besar. Untuk selanjutnya kita dapat menentukan upaya atau tindakan yang paling baik yang dapat dilakukan untuk meminimalisir kecelakaan yang terjadi.4.2. Lingkup PekerjaanProyek pemeliharaan periodik jalan Kota Pontianak dilakukan beberapa tahap, tetapi dalam penelitian ini diambil tahap pengerjaan jalan dari tahap awal samapai akhir sebanyak 7 tahap yaitu :1. Pekerjaan Mobilisasi2. Pekerjaan Drainase3. Pekerjaan Tanah4. Pekerjaan Bahu Jalan5. Pekerjaan perkerasan material

berbutir dan aspal Pekerjaan Aspal6. Pekerjaan Struktur dan Pekerjaan

Minor7. Pasca konstruksi4.3. Struktur Organisasi

Pelakasanaan ProyekOrganisasi proyek atau organisasi pelaksanaan dibentuk dalam rangka penentuan, pengelompokan dan pengaturan berbagai kegiatan untuk mencapai tujuan. Hal diatas meliputi penugasan terhadap orang-orang dalam kegiatan serta menunjukkan hubungan kewenangan yang dilimpahkan kepada

setiap orang yang ditugaskan untuk melaksanakan kegiatan tersebut.Mengenai tugas dan peranan tiap personil tersebut adalah sebagai berikut : 1. Pemilik Proyek ( Owner )Pengguna AnggaranKetua Tim Teknis Pembangunan SekertariatBendaharaTim Teknis2. Konsultan PengawasDivisi Pengawas adalah suatu organisasi atau perorangan yang bersifat multi disiplin yang bekerja untuk dan atas nama pemilik bangunan, dan harus mampu bekerja sama dengan perencana untuk mencapai hasil yang optimum dari suatu proyek.Sebagai pihak yang mewakili owner dalam pelaksanaan proyek, divisi pengawas mempunyai fungsi sebagai berikut :Menjalankan pengawasan dan pengendalian dalam melaksanakan proyek di lapangan serta mengontrol kualitas dan kuantitas dari alat-alat dan bahan bangunan yang digunakan apakah sudah sesuai dengan Rencana Kerja dan Syarat-syarat (RKS).Memberikan persetujuan mengenai laporan harian, laporan mingguan, dan laporan bulanan, dan menyusun Berita Acara Kemajuan Pekerjaan (BAKP) yang merupakan laporan penelitian pengawas atas kemajuan pekerjaan serta mempertanggung jawabkan hasil-hasil tersebut kepada pemilik proyek.3. Konsultan PerencanaPerencana adalah suatu pihak yang ditunjuk oleh owner sebagai pihak yang bertindak selaku perencana dalam pekerjaan pembuatan gedung ini dalam batas-batas yang telah ditentukan baik secara teknis maupun administratif.Konsultan Perencana mempunyai fungsi sebagai berikut :Membuat rencana pelaksanaan dan gambar kerja, merencanakan alat dan bahan yang digunakan serta metode pelaksanaan, dan membuat Rencana

Page 8: JURNAL SKRIPSI (WANDI)

Anggaran Biaya (RAB) sesuai ide dan gagasan dari owner, baik untuk perancangan struktur, arsitektir, maupun mekanikal elektrikal berdasarkan peraturan-peraturan dan syarat-syarat kerja yang telah ada di Indonesia.Merencanakan setiap rencana perubahan dari rencana semula akibat adanya kendala-kendala fisik di lokasi proyek dan mempertanggung- jawabkan hasil rencana perubahan kepada Pemilik Proyek (owner).4. Kontraktor Pelaksana

Gambar 4.1. Bagan Alir Struktur Organisasi Kontraktor Pelaksana Proyek

Project ManagerProject Manager adalah penanggung jawab pada organisasi kontraktor pelaksana.Site ManagerSite Manager merupakan wakil dari Project Manager yang bertugas membantu Project Manager dalam mengendalikan jalannya proyek di lapangan.Site Engineer (Koordinator Pelaksana Proyek)Koordinator pelaksana proyek adalah seorang tenaga ahli yang mengkoordinir berbagai pekerjaan di lapangan dan bertanggung jawab kepada Ketua tim teknis pembangunan atas kemajuan pelaksanaan pekerjaan.Keuangan dan AdministrasiBagian Keuangan dan Administrasi adalah seorang tenaga ahli yang bertanggung jawab dan mengurusi segala sesuatu yang berkaitan dengan pengadaan barang, peralatan dan material untuk pelaksanaan proyek.

LogistikTugas dan kewajiban dari bagian logistik adalah : Mengatur dan mengawasi keluar masuknya barang dari gudang. Membuat pembukuan untuk semua barang yang keluar masuk gudang serta mencatat semua barang di dalam gudang untuk selanjutnya dilaporkan kepada kepala pelaksana proyek. Mengatur tempat penyimpanan material dan merawat barang-barang di dalam gudang. Membuat pembukuan pembelian dan persewaan alat-alat. Mencari informasi sumber dan harga bahan dan mengatur jumlah uang yang digunakan dalam pembelian bahan.PelaksanaPelaksana adalah seorang tenaga ahli yang membantu kepala pelaksana dalam mengerjakan fisik secara keseluruhan.SurveyorSurveyor adalah tenaga ahli yang membantu kepala pelaksana dalam masalah pengukuran.OpperatorOpperator adalah tenaga ahli yang bertanggung jawab atas operasi dan pemeliharaan peralatan di dalam proyek agar seluruh peralatan selalu siap pakai dalam mendukung pelaksanaan pekerjaan.KeamananKeamanan proyek sangat dibutuhkan sekali karena pada suatu proyek kemungkinan besar terjadi gangguan-gangguan yang tidak diinginkan.Mandor/ Pembantu PelaksanaMandor adalah orang yang membantu pelaksana dan memimpin beberapa pekerja untuk menyelesaikan suatu bagian pekerjaan dalam proyek.PekerjaPekerja adalah tenaga kerja yang melaksanakan pekerjaan proyek sesuai dengan perencanaan dan dibawah mandor.4.4. Alat Berat

Page 9: JURNAL SKRIPSI (WANDI)

Dari data yang didapat dari Dinas PU Kota Pontianak, digunakan beberapa alat berat untuk mendukung dan mempercepat pekerjaan pemeliharaan jalan, berikut tabel alat berat yang digunakan untuk masing-masing item pekerjaan yang dilaksanakan. 4.5. Identifikasi RisikoDari peninjauan dan pengambilan data yang dilakukan, baik dari literatur maupun pengamatan langsung dilapangan serta pengalaman meninjau pekerjaan jalan, terdapat beberapa kecelakan yang terjadi pada masing-masing item pekerjaan, kecelakaan yang terjadi tidak hanya kecelakaan yang berakibat instan kepada pekerja, bisa saja dalam jangka waktu lama baru akan terjadi dampak dari kecelakaan kerja tersebut, karena kecelakaan kerja tidak hanya menghambat waktu pekerjaan yang sudah ditargetkan, tetapi juga dapat mengakibatkan pengeluaran yang lebih terhadap pelakasana dan merugikan pekerja karena tidak dapat melanjutkan pekerjaan.4.6. Pengukuran RisikoPengukuran risiko adalah tahap dalam analisis risiko untuk mengetahui seberapa besar kemungkinan terjadinya suatu risiko dan besar kerugian yang ditimbulkannya.Dalam melakukan pengukuran risiko penulis menggunakan metode Weighted Average Approximation. Metode ini adalah salah satu dari beberapa metode yang biasa digunakan untuk mengukur risiko yang menggunakan data dari pendapat orang-orang yang ahli dalam pelaksanaaan proyek konstruksi seperti pengawas, perencana dan pelaksana terutama di bidang jalan.Metode ini digunakan untuk mendapatkan nilai probabilitas masing-masing risiko pada tiap item pekerjaan.Risiko yang diukur berdasarkan metode diatas adalah sebagai berikut :1. Tahap Mobilisasia. Kecelakaan akibat operasional alat berat

b. Risiko kecelakaan lalu lintas (tidak ada rambu)2. Pekerjaan Drainasea. Terluka akibat material (pecahan batu besar, cerucuk)b. Terluka akibat alat manual (penggali, parang dan alat tajam lainnya)c. Kecelakaan akibat operasional alat beratd. Risiko kecelakaan lalu lintas (tidak dipasang rambu, kelalaian pekerja)3. Pekerjaan Tanaha. Terluka akibat material (cerucuk)b. Terluka akibat alat manual (penggali, parang dan alat tajam lainnya)c. Kecelakaan akibat operasional alat beratd. Risiko kecelakaan lalu lintas (tidak dipasang rambu, kelalaian pekerja)4. Pekerjaan Bahu Jalana. Gangguan pernafasan akibat debu materialb. Terluka akibat alat manual (vibro)c. Kecelakaan akibat operasional alat beratd. Risiko kecelakaan lalu lintas (tidak dipasang rambu, kelalaian pekerja)5. Pekerjaan perkerasan material berbutir dan aspala. Terluka akibat material (aspal panas, api pembakaran aspal)b. Terluka akibat alat manual (Pengaduk aspal panas)c. Kecelakaan akibat operasional alat beratd. Risiko kecelakaan lalu lintas (tidak dipasang rambu, kelalaian pekerja)6. Pekerjaan Struktur dan Pekerjaan Minora. Terluka akibat material (serpihan batu besar)b. Terluka akibat alat manual (Pemecah batu, alat tajam lainnya)c. Kecelakaan akibat operasional alat beratd. Terluka akibat alat manual (Pengaduk aspal panas)7. Pasca Konstruksia. Terluka akibat material (pasir, batu, sisa bekisting)

Page 10: JURNAL SKRIPSI (WANDI)

b. Terluka akibat alat manual (penggali, parang, pemecah batu dan alat lainnya)c. Kecelakaan akibat operasional alat beratData yang digunakan adalah hasil kuisioner yang diberikan kepada 50 responden, yaitu pengawas, perencana serta pelaksana yang dibagi dalam semua lokasi pekerjaan Pemeliharaan Periodik Jalan Kota Pontianak tahun 2014. Pengambilan data kuisioner dilakukan pada bulan Juni – Juli 2015. Dari 50 responden di bagi dalam 3 kelompok data dengan rimcian sebagai berikut.- Kelompok M (Mendekati) adalah

orang - orang yang menganggap bahwa setiap pekerjaan jalan pasti memungkinkan untuk terjadinya risiko kecelakaan kerja.

- Kelompok O (Optimis) adalah orang – orang yang menganggap bahwa risiko yang mungkin terjadi sangatlah kecil. Nilai kelompok O memiliki persentase kecelakaan kerja lebih kecil dari kelompik M.

- Kelompik P (Pesimis) adalah orang – orang yang sangat yakin bahwa risiko dalam suatu pekerjaan proyek sangat mungkin terjadi. Nilai kelompok P memiliki persentase yang tinggi dibanding nilai dari kelompok O.

Selanjutnya dari hasil data tersebut dapat ditentukan probabilitas atau besar kemungkinan pada tiap risiko dengan rumus sebagai berikut :

Probabilitas : O+4 M + p

6Probabilitas : Besarnya kemungkinan suatu risiko M : Besar nilai yang mendekati (nilai yang dijadikan acuan)O : Besar nilai rata-rata kelompok optimis (nilai yang lebih rendah dari nilai M P : Besar nilai rata-rata kelompok Pesimis (nilai yang lebih tinggi dari nilai M)

Tabel 4.2. hasil dari kuisioner yang dilakukan pada 50 responden yang

ditampilkan dalam tabel

Page 11: JURNAL SKRIPSI (WANDI)

5.1 Perhitungan Besar Kemungkinan RisikoMenghitung besar kemungkinan risiko kecelakaan kerja yang pada tiap item pekerjaan berdasarkan hasil pengamatan langsung dan wawancara terhadap tim ahli

Tabel 5.1. Analisa Hasil Pengamatan Kecelakaan Kerja

No Pekerjaan Risiko yang mungkin terjadi

Analisa terhadap risiko

1 Tahap Mobilisasi

Kecelakaan akibat operasional alat berat

Jarang Terjadi (40%)

Risiko kecelakaan lalu lintas (tidak ada rambu)

Sangat Jarang Terjadi (20%)

2 Pekerjaan Drainase

Terluka akibat material (pecahan batu besar, cerucuk)

Kemungkinan Terjadinya Kecil

(60%)

Terluka akibat alat manual (penggali, parang dan alat tajam lainnya)

Jarang Terjadi (40%)

Kecelakaan akibat operasional alat berat

Jarang Terjadi (40%)

Risiko kecelakaan lalu lintas (tidak dipasang rambu, kelalaian pekerja)

Jarang Terjadi (40%)

3 Pekerjaan Tanah

Terluka akibat material (cerucuk)

Sangat Jarang Terjadi (20%)

Terluka akibat alat manual (penggali, parang dan alat tajam lainnya)

Kemungkinan Terjadinya Kecil

(60%)

Kecelakaan akibat operasional alat

berat

Kemungkinan Terjadinya Kecil

(60%)Risiko kecelakaan lalu lintas (tidak dipasang rambu,

kelalaian pekerja)

Sangat Jarang Terjadi (20%)

4 Pekerjaan Bahu Jalan

Gangguan pernafasan akibat

debu material

Jarang Terjadi (40%)

Terluka akibat alat manual (vibro)

Jarang Terjadi (40%)

Kecelakaan akibat operasional alat

berat

Jarang Terjadi (60%)

Risiko kecelakaan lalu lintas (tidak dipasang rambu,

kelalaian pekerja)

Kemungkinan Terjadinya Kecil

(60%)

5 Pekerjaan perkerasan

material berbutir dan

aspal

Terluka akibat material (aspal

panas, api pembakaran aspal)

Kemungkinan Terjadinya Kecil

(60%)

Terluka akibat alat manual (Pengaduk

aspal panas)

Jarang Terjadi (40%)

Kecelakaan akibat operasional alat

berat

Jarang Terjadi (40%)

Risiko kecelakaan lalu lintas (tidak dipasang rambu,

kelalaian pekerja)

Jarang Terjadi (40%)

6 Pekerjaan Struktur dan

Terluka akibat material (serpihan

Jarang Terjadi (40%)

Pekerjaan Minor

batu besar)Terluka akibat alat manual (Pemecah batu, alat tajam

lainnya)

Sangat Jarang Terjadi (20%)

Kecelakaan akibat operasional alat

berat

Sangat Jarang Terjadi (20%)

Terluka akibat alat manual (Pengaduk

aspal panas)

Sangat Jarang Terjadi (20%)

7 Pasca Konstruksi

Terluka akibat material (pasir,

batu, sisa bekisting)

Sangat Jarang Terjadi (20%)

Terluka akibat alat manual (penggali, parang, pemecah

batu dan alat lainnya)

Jarang Terjadi (40%)

Berdasarkan hasil analisa yang diambil dari pengamatan secara langsung di lapangan serta wawancara terhadap tim ahli didapat bahwa item pekerjaan yang paling berisiko didapat dari rata-rata risiko tiap-tiap item pekerjaan ditampilkan dalam tabel berikut :Tabel 5.2. Penilaian Risiko Pada Masing-Masing tahap pekerjaanNo Item pekerjaan Besarnya risiko1 Tahap Mobilisasi 30%2 Pekerjaan Drainase 45%3 Pekerjaan Tanah 40%4 Pekerjaan Bahu Jalan 50%5 Pekerjaan perkerasan material

berbutir dan aspal45%

6 Pekerjaan Struktur dan Pekerjaan Minor

25%

7 Pasca Konstruksi 30%

Dari hasil pengamatn per item pekerjaan, didapat item pekerjaan paling berisiko terjadi kecelakaan kerja adalah pekerjaan bahu jalan sebesar 50% mengingat pekerjaan bahu jalan berbatasan langsung dengan badan jalan yang sangat padat lalu lintas, jadi risiko kecelakaan kerja sangat mungkin terjadi terutama kecelakaan lalu lintas.Dari hasil pengamatan langsung dilapangan serta hasil wawancara terhadap pekerja di lapangan di tampilkan dalam tabel kecelakaan yang pernah terjadi untuk semua lokasi pekerjaan Pemeliharaan Jalan di Kota Pontianak Tahun 2014.Tabel 5.3. Kecelakaan yang Terjadi tiap tahap item pekerjaanNo Pekerjaan Risiko yang

mungkin terjadiPernah terjadi / tidak pernah terjadi

1 Tahap Mobilisasi

Kecelakaan akibat operasional alat berat

Tidak pernah Terjadi

Page 12: JURNAL SKRIPSI (WANDI)

Risiko kecelakaan lalu lintas (tidak ada rambu)

Tidak Pernah Terjadi

2 Pekerjaan Drainase

Terluka akibat material (pecahan batu besar, cerucuk)

Pernah Terjadi (Pekerja terkena pecahan batu besar)

Terluka akibat alat manual (penggali, parang dan alat tajam lainnya)

Pernah terjadi (kaki pekerja terkena penggali tanah manual)

Kecelakaan akibat operasional alat berat

Tidak Pernah Terjadi

Risiko kecelakaan lalu lintas (tidak dipasang rambu, kelalaian pekerja)

Tidak Pernah Terjadi

3 Pekerjaan Tanah

Terluka akibat material (cerucuk)

Tidak Pernah Terjadi

Terluka akibat alat manual (penggali, parang dan alat tajam lainnya)

Tidak Pernah Terjadi

Kecelakaan akibat operasional alat berat

Tidak Pernah Terjadi

Risiko kecelakaan lalu lintas (tidak dipasang rambu, kelalaian pekerja)

Tidak Pernah Terjadi

4 Pekerjaan Bahu Jalan

Gangguan pernafasan akibat debu material

Tidak Pernah Terjadi

Terluka akibat alat manual (vibro)

Tidak Pernah Terjadi

Kecelakaan akibat operasional alat berat

Pernah Terjadi (alat berat ringsek kedalam tanah)

Risiko kecelakaan lalu lintas (tidak dipasang rambu, kelalaian pekerja)

Pernah Terjadi (Pengendara motor menabrak trotoar)

5 Pekerjaan perkerasan material berbutir dan aspal

Terluka akibat material (aspal panas, api pembakaran aspal)

Pernah Terjadi (Pekerja Terkena Aspal Panas)

Terluka akibat alat manual (Pengaduk aspal panas)

Tidak Pernah Terjadi

Kecelakaan akibat operasional alat berat

Tidak Pernah Terjadi

Risiko kecelakaan lalu lintas (tidak dipasang rambu, kelalaian pekerja)

Tidak Pernah Terjadi

6 Pekerjaan Struktur dan Pekerjaan Minor

Terluka akibat material (serpihan batu besar)

Tidak Pernah Terjadi

Terluka akibat alat manual (Pemecah batu, alat tajam lainnya)

Tidak Pernah Terjadi

Kecelakaan akibat operasional alat berat

Tidak Pernah Terjadi

Terluka akibat alat manual (Pengaduk aspal panas)

Tidak Pernah Terjadi

7 Pasca Konstruksi

Terluka akibat material (pasir, batu, sisa bekisting)

Tidak Pernah Terjadi

Terluka akibat alat Tidak Pernah

manual (penggali, parang, pemecah batu dan alat lainnya)

Terjadi

Dari hasil tabel pengamatan kecelekaan kerja pada pekerjaan jalan, dilakukan identifikasi mengenai penyebab kecelakaan yang terjadi tiap item pekerjaan yang ditampilkan dalam tabel berikut.Tabel 5.4. Faktor Penyebab Kecelakaan yang Terjadi tiap tahap item pekerjaanNo

Item Pekerjaan

Jenis risiko yang terjadi

Faktor penyebab terjadinya risiko

1 Pekerjaan Drainase

Terluka akibat material (pecahan batu besar, cerucuk)

- Tata Cara Kerja : Prosedur kerja yang tidak aman, sikap kerja yang tidak baik, tidak mengikuti prosedur kerja yang aman

Terluka akibat alat manual (penggali, parang dan alat tajam lainnya)

- Pekerja : Sikap kerja yang tidak baik sehingga menyebabkan kejenuhan, kelelahan, dan kelainan fisik, kurangnya pengetahuan dan ketermpilan dalam bekerja

- Tata Cara Kerja : Prosedur kerja yang tidak aman, sikap kerja yang tidak baik, tidak mengikuti prosedur kerja yang aman, tidak ada teknik baku dalam melaksanakan pekerjaan yang berulang

- Lingkungan Kerja : tata ruang kerja yang tidak sesuai dan tidak terncana dengan baik

2 Pekerjaan Bahu Jalan

Kecelakaan akibat operasional alat berat

- Lingkungan Kerja : tata ruang kerja yang tidak sesuai dan tidak terncana dengan baik

Risiko kecelakaan lalu lintas (tidak dipasang rambu, kelalaian pekerja)

- Tata Cara Kerja : Prosedur kerja yang tidak aman, sikap kerja yang tidak baik, tidak mengikuti prosedur kerja yang aman

3 Pekerjaan perkerasa

Terluka akibat

- Pekerja : Sikap kerja yang tidak

Page 13: JURNAL SKRIPSI (WANDI)

n material berbutir dan aspal

material (aspal panas, api pembakaran aspal)

baik sehingga menyebabkan kejenuhan, kelelahan, dan kelainan fisik, kurangnya pengetahuan dan ketermpilan dalam bekerja

- Tata Cara Kerja : Prosedur kerja yang tidak aman, sikap kerja yang tidak baik, tidak mengikuti prosedur kerja yang aman, tidak ada teknik baku dalam melaksanakan pekerjaan yang berulang

- Lingkungan Kerja : tata ruang kerja yang tidak sesuai dan tidak terncana dengan baik

Dari hasil kuisioner didapat data yang juga akan dipergunakan untuk mengukur probabilitas kemungkinan terjadinya risiko kecelakaan kerja pada tiap item pekerjaan. Untuk menentukan hasil dari nilai kelompok M,O dan P adalah sebagai berikut :Probabilitas Pada Masing - Masing RisikoNo. Risiko Probabilitas1.A Kecelakaan akibat operasional alat

berat52,12%

1.B Risiko kecelakaan lalu lintas (tidak ada rambu)

39,05%

2.A Terluka akibat material (pecahan batu besar, cerucuk)

41,78%

2.B Terluka akibat alat manual (penggali, parang dan benda tajam lainnya)

52,37%

2.C Kecelakaan akibat operasional alat berat

53,37%

2.D Risiko kecelakaan lalu lintas (tidak dipasang rambu)

54,76%

3.A Terluka akibat material (cerucuk) 39,51%3.B Terluka akibat alat manual (penggali,

parang dan alat tajam lainnya)43,19%

3.C Kecelakaan akibat operasional alat berat

44,42%

3.D Risiko kecelakaan lalu lintas (tidak dipasang rambu, kelalaian pekerja)

43,26%

4.A Gangguan pernafasan akibat debu material

48,19%

4.B Terluka akibat alat manual (vibro) 44,69%4.C Kecelakaan akibat operasional alat

berat49,88%

4.D Risiko kecelakaan lalu lintas (tidak dipasang rambu, kelalaian pekerja)

38,49%

5.A Terluka akibat material (aspal panas, api pembakaran aspal)

48,59%

5.B Terluka akibat alat manual (Pengaduk aspal panas)

37,86%

5.C Kecelakaan akibat operasional alat berat

40,76%

5.D Risiko kecelakaan lalu lintas (tidak 56%

dipasang rambu, kelalaian pekerja)6.A Terluka akibat material (serpihan batu

besar)39,54%

6.B Terluka akibat alat manual (Pemecah batu, alat tajam lainnya)

44,22%

6.C Kecelakaan akibat operasional alat berat

48,19%

6.D Terluka akibat alat manual (Pengaduk aspal panas)

42%

7.A Terluka akibat material (pasir, batu, sisa bekisting)

44,7%

7.B Terluka akibat alat manual (penggali, parang, pemecah batu dan alat lainnya)

41,81%

7.C Kecelakaan akibat operasional alat berat

40,93%

Dari semua hasil perhitungan yang diperoleh, dapat disimpulkan bahwa kecelkaan kerja pada proyek pekerjaan jalan mencapai 40-50%, ini berarti risiko yang mungkin terjadi cukup besar, pada pekerjaan proyek jalan, perlu antisipasi dan penanganan terhadap risiko yang mungkin terjadi. Menurut Ronny Kountur, D.M.S, Ph.D dalam strategi penanganan risiko kecelakaan kerja, diambil tiga strategi penanganan yaitu menghindar, mencegah, dan mengurangi kerugian.5.2. Analisa Risiko Kecelakaan Kerja Tiap Tahap Pekerjaan dan Antisipasinya

5.2.1. Tahap MobilisasiPekerjaan Mobilisasi dan Demobilisasi mempunyai potensi bahaya terhadap tenaga kerja yaitu : Kecelakaan dan gangguan

kesehatan tenaga kerja akibat tempat kerja kurang memenuhi syarat,

Kecelakaan dan gangguan kesehatan pekerja akibat penyimpanan peralatan dan bahan atau material kurang memenuhi syarat,

Kecelakaan dan gangguan kesehatan pekerja akibat penyimpanan peralatan dan bahan atau material kurang memenuhi syarat kecelakaan atau gangguan kesehatan akibat kegiatan pembongkaran tempat kerja, instalasi listrik, peralatan dan perlengkapan, pembersihan dan

Page 14: JURNAL SKRIPSI (WANDI)

pengembalian kondisi yang kurang baik.

Antisipasi pencegahan terhadap bahaya yang ditimbulkan akibat Pekerjaan Mobilisasi dan demobilisasi yaitu : Menyediakan kantor lapangan dan

tempat tinggal pekerja yang memenuhi syarat,

Menyediakan lahan,gudang dan bengkel yang memenuhi syarat,

Pelaksanaan pembongkaran bangunan, instalasi serta pembersihan tempat kerja dan pengembaliankondisi harusmemenuhi syarat.

5.2.2. Pekerjaan DrainasePekerjaan Penggalian pada Pekerjaan Pasangan Batu dengan Mortar untuk Selokan dan Saluran Air mempunyai potensi bahaya terhadap tenaga kerja yaitu: Kecelakaan terkena alat gali

(cangkul, balencong dll.) akibat jarak antar penggali terlalu dekat,

Bahaya akibat lereng galian longsor.

Antisipasi pencegahan terhadap bahaya yang ditimbulkan akibat Pekerjaan Penggalian pada Pekerjaan Pasangan Batu dengan Mortar untuk Selokan dan Saluran Air yaitu : Jarak antara penggali harus aman, Bila penggalian dilakukan pada

malam hari harus menggunakan lampu penerangan yang cukup,

Membuat dan mempertahankan kemiringan yang stabil,

Pengeringan pada bekas galian yang terendam air.Pekerjaan Pemasangan pada

Pekerjaan Pasangan Batu dengan Mortar untuk Selokan dan Saluran Air mempunyai potensi bahaya terhadap tenaga kerja yaitu: Luka terkena mortar dan batu

jatuh, Luka terkena pecahan batu,

Kecelakaan akibat penempatan stok material terutama batu yang tidak tepat.Antisipasi pencegahan terhadap

bahaya yang ditimbulkan akibat Pekerjaan Pemasangan pada Pekerjaan Pasangan Batu dengan Mortar untuk Selokan dan Saluran Air yaitu : Metode pelaksanaan harus sesuai

dengan persyaratan, Tidak dengan sengaja melakukan

kontak langsung dengan mortar, Menempatkan batu pada jarak

yang sesuai untuk kerja, Metode pemecahan dan

pembentukan permukaan batu sesuai dengan persyaratan,

Stok material harus ditempatkan pada tempat yang aman dan tidak mengganggu lalu lintas kerja.5.2.3. Pekerjaan TanahPekerjaan Penggalian pada Pekerjaan Galian Biasa mempunyai potensi bahaya terhadap tenaga kerja yaitu : Kecelakaan terkena alat gali

(cangkul, balencong dll.) akibat jarak antar penggali terlalu dekat,

Bahaya akibat lereng galian longsor,

Kecelakaan akibat operasional alat berat baik di tempat lokasi galian, transportasi maupun ditempat pembuangan.

Antisipasi pencegahan terhadap bahaya yang ditimbulkan akibat Pekerjaan Penggalian pada Pekerjaan Galian Biasa yaitu : Jarak antara penggali harus dijaga

agar selalu pada jarak yang aman, Bila penggalian dilakukan pada

malam hari harus menggunakan lampu penerangan yang cukup,

Membuat dan mempertahankan kemiringan yang stabil.5.2.4. Pekerjaan Bahu JalanPekerjaan Pemadatan pada Pekerjaan Perbaikan pada Bahu Jalan dan Pekerjaan Minor Lainnya mempunyai potensi bahaya terhadap tenaga kerja yaitu:

Page 15: JURNAL SKRIPSI (WANDI)

Terjadi iritasi pada mata,kulit dan paru-paru akibat uapdan panas dari aspal,

Terjadi gangguan lalu lintas kendaraan,

Terjadi kecelakaan oleh robohnya tanah dipinggir bahu akibat tanah tidak stabil,

Terluka oleh Mesin pemadat aspal ( Tandem roller/ Pneumatic Tire Roller, Tamperdll).

Terjadi kerusakan sarana dan prasarana Utilitas Jalan,

Kecelakaan oleh karena jarak antar pekerja yang merapikan hasil pemadatan terlalu dekat,

Terjadi gangguan lalu lintas penduduk sekitar.

Antisipasi pencegahan terhadap bahaya yang ditimbulkan akibat Pekerjaan Pemadatan pada Pekerjaan Perbaikan pada Bahu Jalan dan Pekerjaan Minor Lainnya yaitu : Petugas harus mengenakan

pakaian dan perlengkapan seperti, sepatu boot, sarung tangan, helm,masker,kacamata dan lain-lain yang sesuai dengan standar,

Memasang rambu-rambu pada lokasi pekerjaan untuk melindungi personel yang bekerja dari kendaraan yang melintasi proyek dan menempatkan petugas bendera disemua tempat kegiatan pelaksanaan serta mengatur lalu lintas agar tetap berjalan dengan lancar dengan cara mengerjakan pekerjaan ½ bagian terlebih dahulu,

Sebelum dilakukan pemadatan, harus dilakukan pemeriksaan stabilitas tanahnya terlebih dahulu,

Pengoperasian mesin pemadat harus dilakukan oleh petugas terampil dan berpengalaman dibidangnya serta menjaga agar tidak ada orang luar maupun pekerja yang lain di tempat pemadatan pada waktu mesin

pemadat aspal (Tandem) bekerja memadatkan Hotmix,

Senantiasa menjaga jarak aman antar pekerja satu dan pekerja lainnya,

Menyediakan jalan sementara bagi penduduk setempat.

5.2.5. Pekerjaan PerkerasanPekerjaan Persiapan Pengecoran

pada Pekerjaan Perkerasan Beton mempunyai potensi bahaya terhadap tenaga kerja yaitu : Terjadi iritasi pada kulit, mata dan

paru-paru akibat debu semen yang terhisap oleh para pekerja yang mengerjakan semen dan beton,

Terluka oleh alat-alat pengecoran (kerekan, peluncur muatan, dll),

Kecelakaan atau terluka akibat jarak antara pekerja yang satu dan lainnya tidak dalam jarak yang aman.

Antisipasi pencegahan terhadap bahaya yang ditimbulkan akibat Pekerjaan Persiapan Pengecoran pada Pekerjaan Perkerasan Beton yaitu : Pekerja harus memakai baju kerja,

sarung tangan, helm, atau topi baja, kaca mata pengaman dan sepatu sesuai standar, bila perlu untuk mencegah bahaya gangguan paru-paru pekerja juga harus memakai alat pengatur pernafasan (respirator) tutup mulut (masks). Pengontrolan terhadap mesin yang memproses semen, kapur dan bahan-bahan berdebulainnya harus dari tempat yang bebas debu Elevator, kerekan, layar, peluncur muatan (chutes)dan perlengkapan-perlengkapan untuk penyimpanan, pengangkutan, dan lain-lain, harus dipagar untuk mencegah benturan dengan bendabergerak yang posisinya tidak aman,

Senantiasa menjaga jarak aman antar pekerja satu dan pekerja lainnya.

Page 16: JURNAL SKRIPSI (WANDI)

Pekerjaan Pengecoran pada Pekerjaan Perkerasan Beton mempunyai potensi bahaya terhadaptenagakerjayaitu : Terjadi gangguan fisik akibat

pekerja tidak memakai pakaian dan peralatan yang sesuai dengan standar,

Terjadi iritasi padakulit dan mata akibat percikan adukan yang mengandung semen,

Terluka atau kecelakaan akibat papan acuan pengecoran tidak kuat atau rusak,

Terluka akibat terkena percikan beton pada saat penuangan beton dari bak muatan,

Kecelakaan oleh ambruknya beton yang sedang mengeras akibat getaran, bahan kimia atau pembebanan,

Terjadi kecelakaan atau terluka oleh mesin penggetar ketika pengecoran dilakukan,

Kecelakaan ataupun terluka oleh mesin pemompa beton,

Terjadi kecelakaan oleh mesin penghampar dan pengaduk beton,

Terluka oleh mesin Water Tanker,

Terjadi kecelakaan pada orang luar /bukan pekerja dan penduduk yang sedang melintas,

Terjadi kecelakaan pekerja yang melakukan pekerjaan pada kondisi gelap atau malam hari,

Kecelakaan akibat papan lantai kerja sementara roboh,

Kecelakaan akibat pipa penyalur beton terlepas,

Kecelakaan akibat pembersihan pipa pemompa beton.

Antisipasi pencegahan terhadap bahaya yang ditimbulkan akibat Pekerjaan Pengecoran pada Pekerjaan Perkerasan Beton yaitu : Pekerja harus memakai baju kerja,

sarung tangan, helm, topi baja, kaca mata pengaman dan sepatu yang sesuai dengan standar, bila perlu untuk mencegah bahaya

terhadap gangguan paru-paru maka pekerja harus memakai alat pengatur pernafasan (respirator) tutup mulut (masker),

Pencampuran bahan-bahan kering dari beton harus dilakukan pada ruang yang tertutup, debu yang ditimbulkan harus dapat terbuang keluar, bila debu tidak dapat terbuang keluar, maka para pekerja harus menggunakan alat pernapasan yang sesuai dengan standar,

Selama pengecoran papan acuan dan penumpunya harus kuat dan dicegah dari kerusakan,

Bila beton sedang dituang dari bak muatan, maka pekerja harus berada pada jarak yang aman terhadap setiap percikan beton,

Bila beton mulai mengeras maka harus dilindungi terhadap arus air yang mengalirkan bahan-bahan kimia, dan getaran serta tidak boleh meletakkan beban di atas beton yang sedang mengeras,

Pelaksanaan penggetaran adukan beton harus dilakukan oleh pekerja yang ahli dibidangnya serta menjaga agar tidak ada orang luar maupun pekerja lain yang tidak ahli berada ditempat dimanadilakukanpengecoran,

Operator mesin pompa beton harus sudah berpengalaman dan ahli dibidangnya serta senantiasa menjaga agar tidak ada orang luar maupun pekerja lain yang tidak ahli berada ditempat dimanadilakukanpengecoran,

Pengadukan dan penghamparan beton harus dilakukan oleh tenaga yang berpengalaman dan ahli dibidangnya serta selalu menjaga agar tidak ada orang luar maupun pekerja lain yang tidak ahli berada ditempat dimanadilakukanpengecoran,

Operator Water Tankerharus berpengalaman dan ahli

Page 17: JURNAL SKRIPSI (WANDI)

dibidangnya serta selalu menjaga agar tidak ada orang luar maupun pekerja lain yang tidak ahli berada di tempat dimana dilakukan pengecoran,

Membatasi daerah pekerjaan yang akan dilakukan pengecoran dengan pagar atau rambu yang informatif, menyiapkan jalan sementara bagi penduduk sekitar untuk melintasi jalan,

Menyiapkan penerangan yang memenuhi syarat apabila harus bekerja pada malam hari,

Lantai kerja sementara yang menahan pipa pemompa beton harus kuat untuk menumpu pipa yang sedang berisi dan semua pekerjaan sekaligus pada waktu yang bersamaan,

Pipa penyalur beton pompaan harus diangker pada ujung dan lengkung-lengkungnya, di ujung atas diberi keran penyalur udara, terikat kuat dengan ujung mulut penyemprot dengan menggunakan kerah terpakau atau dengan cara lain dengan kekuatan yang sebanding,

Bila pipa pemompa beton sedang dibersihkan dengan air atau udara bertekanan tinggi, tidak boleh disambung atau dalam keadaan terlepas. Bila pipa pemompa sedang disemprot dengan udara bertekanan tinggi maka pekerja-pekerja yang tidak berkepentingan harus berada ditempat yang aman.5.2.6. Pekerjaan MinorPekerjaan Penyiraman pada Pekerjaan Perbaikan pada Bahu Jalan dan Pekerjaan Minor Lainnya mempunyai potensi bahaya terhadap tenaga kerja yaitu: Terjadi iritasi pada kulit dan paru-

paru akibat penyiraman yang berbau,

Terluka oleh pengoperasian mesin water tanker,

Terjadi gangguan lalu lintas kendaraan.

Antisipasi pencegahan terhadap bahaya yang ditimbulkan akibat Pekerjaan Penyiraman pada Pekerjaan Perbaikan pada Bahu Jalan dan Pekerjaan Minor Lainnya yaitu : Petugas harus mengenakan

pakaian dan perlengkapan seperti, sepatu boot, sarung tangan, helm, masker, kacamata dan lain-lain yang sesuai dengan standar,

Operator mesin penyiram harus dilakukan oleh tenaga yang terampil dan berpengalaman dibidangnya dan menjaga agar tidak ada orang luar maupun pekerja lain berada ditempat penyiraman ketika mesin penyiram sedang bekerja,

Memasang rambu-rambu pada lokasi pekerjaan untuk melindungi personel yang bekerja dari kendaraan yang melintasi proyek dan menempatkan petugas bendera disemua tempat kegiatan pelaksanaan serta mengatur lalu lintas agar tetap berjalan dengan lancar dengan cara mengerjakan pekerjaan ½ bagian terlebih dahulu.5.3. Jenis-Jenis Cedera Pada Pekerjaan Jalan5.3.1. KomaGejala yang terjadi pada kecelakaan ini Keringat dingin Badan pucat Denyut nadi lemah Telinga berdenging Mual Mata berkunang-kunang Badan lemasPertolongan pada kecelakaan ini dengan cara menidurkan korban dengan kepala direndahkan, dengan melonggarkan pakaian korban agar aliran darah lancer, usahakan korban berada ditempat dengan udara segar, bawa ke dokter atau rumah sakit terdekat

5.3.2. Shock (Gugat)

Page 18: JURNAL SKRIPSI (WANDI)

Hal ini disebabkan oleh suatu keadaan yang timbul karena jumlah darah yang beredar dalam pembuluh darah sangat berkurang yang dapat disebabkan oleh Pendarahan keluar atau ke dalam dan Luka bakar yang luas yang menyebabkan banyak cairan/serum darah yang keluar. Biasanya gejala ini ditandai dengan beberapa hal berikut : Nadi berdenyut cepat, lebih

100 kali/menit kemudian melemah, lambat dan menghilang,

Pernafasan dangkal dan tidak teratur,

Bila keadaan tambah lanjut penderita jadi pingsan,

Penderita pucat dan dingin, Penderita merasa mual,

lemas,mata berkunang, Pandangan hampa dan tidak

bercahaya.Pertolongan yang dapat diberikan pada penderita shock adalah dengan cara membersihkan mulut dan hidung penderita dari sumbatan, hentikan pendarahan jika terjadi pada penderita, longgarkan pakaian untuk memperlancar peredaran darah, jangan memberikan member minum pada penderita shock, disarankan bawa ke dokter dan rumah sakit terdekat.5.3.3. PingsanGejala yang terjadi jika penderita pingsan adalah sebagai berikut : Tidak sadarkan diri Tidak ada reaksi terhadap

rangsangan Tetapi pernafasan dan denyut nadi

masih dapat dirasakanPertolongan yang dapat dilakukan jika penderita kecelakaan pingsan adalah dengan baringkan di tempat aman dan tanpa alas kepala, longgarkan pakaian agar peredaran darah lancar, beri minyak kayu putih agar tersadar dari pingsan, jika masih pingsan dibawa kerumah sakit terdekat.

5.3.4. Pendarahan

Untuk memberikan pertolongan terhadap penderita yang mengalami pendarahan dapat dilakukan dengan bermacam - macam cara diantaranya :Cara pertama: Penderita didudukan atau

ditidurkan tergantung dari hebatnya pendarahan,

Bagian tubuh yang mengalami luka ditinggikan,

Hentikan pendarahan dengan menekan anggota bagian diatas luka,

Bersihkan luka dari kotoran yang ada,

Letakkan diatas luka, sepotong kain kasa steril berlipat dan tekan sampai darah berhenti keluar, kemudian pasang pembalut tekan (plester).

Untuk pendarahan yang hebat ditangan atau kaki dapat digunakan cara tourniquet (torniket, penarat darah). Torniket adalah balutan yang menjepit sehingga aliran daerah di bawahnya terhenti sama sekali.Perhatikan bila menggunakan penarat darah: Tiap 10 menit harus

dikendorkan dengan memutar kayunya,

Memasang penarat darah antara luka dan jantung,

Penderita harus segera dibawa ke rumah sakit untuk pertolongan lebih lanjut dan harus mendapat prioritas pertama,5.3.5. Luka - LukaLuka adalah jaringan kulit yang terputus atau rusak oleh suatu sebab, banyak sebab luka yang timnul akibat pekerjaan jalan, beberapa cara menangani penderita luka ringan adalah dengan menghentikan pendarahan, mencegah infeksi dan mencegah semakin parahnya luka yang ditimbulkan.

5.4. Pertolongan Pertama pada Kecelakaan (P3K)

Page 19: JURNAL SKRIPSI (WANDI)

5.4.1. UmumSuatu kecelakaan kerja dapat saja terjadi menimpa operator atau orang sekitarnya pada saat pengoperasian peralatan dan tindakan pertama adalah memberikan pertolongan sesegera mungkin sebelum penderita mendapat perawatan medis lebih lanjut dari ahlinya (rumah sakit, poliklinik).Dari sisi peraturan keselamatan kerja, hal tersebut merupakan hak setiap tenaga kerja untuk mendapatkan pertolongan pertama bila terjadi kecelakaan kerja dan oleh sebab itu pihak perusahaan diwajibkan menyediakan obat-obatan untuk pertolongan pertama tersebut dalam kotak P3K pada setiap alat.Disamping itu perlu ada suatu pelatihan khusus dalam menangani kecelakaan kerja tersebut, sehingga pada saat terjadi kecelakaan telah dapat dilakukan pertolongan pertama dengan benar dan baik.5.4.2. Maksud dan TujuanPertolongan Pertama Pada Kecelakaan (PPPK) diselenggarakan untuk memberikan pertolongan permulaan yang diperlukan sebelum penderita dibawa ke Rumah Sakit/Poliklinik terdekat. Pertolongan pertama ini memegang peranan yang penting, karena tanpa pertolongan pertama yang baik, korban mungkin tidak akan tertolong lagi kalau harus menunggu pengangkutan kerumah sakit. Maksud dan tujuan meliputi : Mengurangi kemungkinan

terjadinya bahaya kematian, jika bahaya tersebut sudah ada, seperti pada korban yang shock, terjadi pendarahan yang luar biasa atau pada korban yang pingsan,

Mencegah bahaya cacat, baik cacat rohani ataupun cacat jasmani,

Mencegah infeksi, artinya berusaha supaya infeksi tidak bertambah parah yang disebab

kanperbuatan-perbuatan atau pertolongan yang salah,

Meringankan rasa sakit.5.5. Pedoman Umum Untuk Penolong5.5.1. Menilai Situasi Memperhatikan apa yang terjadi

secara cepat dan tenang, Apakah korban pingsan, henti

jantung atau henti nafas, Apakah korban mengalami

pendarahan atau luka, Apakah korban mengalami

patah tulang, Apakah korban mengalami

rasa sangat sakit yang berlebihan,

Apakah korban mengalami luka bakar.

Memperhatikan apakah ada bahaya tambahan yang mengancam korban atau penolong.

Harus selalu ingat jangan terlalu berani mengambil resiko, perhatikan keselamatan diri penolong.

5.5.2. Mengamankan Tempat Kejadian Melindungi korban dari bahaya, Jika perlu meminta orang lain

untuk membantu atau laporkan kepada bagian terkait (misal 118 atau Rescue Team Perusahaan).

5.5.3. Memberi PertolonganRencanakan dan lakukan

pertolongan berdasarkan tujuan P3K sebagai berikut : Menciptakan lingkungan yang

aman, Mencegah kondisi korban

bertambah buruk, Mempercepat kesembuhan, Melindungi korban yang

tidak sadar, Menenangkan

korban/penderita yang terluka,

Mempertahankan daya tahan tubuh korban menunggu

Page 20: JURNAL SKRIPSI (WANDI)

pertolongan yang lebih tepat dapat diberikan

Jika pertolongan pertama telah dilakukan, maka segera angkut korban tapi jangan terburu-buru atau serahkan pertolongan selanjutnya kepada yang lebih ahli atau bagian yang bertugas menangani kecelakaan atau kirim ke Dokter atau rumah sakit terdekat.6.1. KesimpulanKesimpulan yang didapat dari hasil analisis dan pembahasan yang dilakukan adalah sebagai berikut.1. Dari hasil pengamatan langsung

dilapangan dan hasil wawancara didapat item pekerjaan yang paling sering terjadi risiko kecelakaan adalah pekerjaan bahu jalan yaitu :- Kecelakaan akibat operasional

alat berat sebesar 60%- Risiko kecelekaan lalu lintas

sebesar 60%2. Faktor – factor penyebab kecelakaan

kerja berdasarkan risiko yang telah terjadi :- Lingkungan Kerja : tata ruang

kerja yang tidak sesuai dan tidak terncana dengan baik

- Tata Cara Kerja : Prosedur kerja yang tidak aman, sikap kerja yang tidak baik, tidak mengikuti prosedur kerja yang aman

3. Untuk Pekerjaan yang paling berisiko terjadinya kecelakaan kerja adalah pekerjaan Pekerjaan bahu jalan sebesar 50% dan pekerjaan yang paling kecil risiko kecelakaannya adalah pekerjaan struktur dan pekerjaan minor sebesar 25%

6.2. SaranUntuk mencegah dan mengurangi tingkat risiko kecelakaan kerja, disarankan untuk mempertimbangkan beberapa hal berikut :1. Alat harus dalam keadaan yang baik

saat digunakan, dilengkapi dengan untilitas penunjang, serta alat keamanan yang baik.

2. Keterampilan operator untuk berbagai jenis alat berat, menggunakan alat pelindung, perlengkapan kerja dan lain sebagainya.

3. Cara menggunakan alat mulai dari menghidupkan, mengoperasikan dan menempatkan alat-alat.

4. Gunakan sepatu kerja yang berstandar khusus, sarung tangan , pakaian dan helm yang standar saat bekerja.

5. Jangan menggunakan alat yang tidak sesuai fungsinya.

6. Posisi dan sikap kerja yang baik dan sesuai aturan.

7. Jalan dan pijakan kaki harus tetap terjaga agar tidak tergelincir.

8. Menggunakan masker untuk melindungi pernafasan dari daebu dan zat berbahaya yang dapat menimbulkan penyakit dan mengganggu pekerjaan.

9. Harus adanya pengawasan yang intensif guna memantau keselamatan dan kesehatan para pekerja selama melakukan pekerjaan.

Melarang siapapun yang tidak berkepentingan masuk ke areal proyek, agar mencegah risiko terjadinya kecelakaan yang disebabkan oleh orang non pekerja.DAFTAR PUSTAKADarmawi, Drs Herman. 2002. Manajemen Resiko Edisi 1 Cetakan ke 7. Jakarta : Bumi Aksara

Frick, Ir Heinz. 1983. Mencegah Kecelakaan Kerja Pekerja Dalam Pembangunan terbitan Pertama. Yogyakarta : Yayasan Kanisius.

Soeharto, Imam. 2001. Manajemen Proyek Jilid 2. Jakarta : Erlangga

Umar, Husein. 2000. Manajemen Resiko Bisnis. Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama

Page 21: JURNAL SKRIPSI (WANDI)

Setyawan, Heru. “Prosedur Keselamatan Kerja”. 15 Desember 2014. http://k3smk.blogspot.com/search/label/K3

Astika, I Made Buda. “Melaksanakan prosedur Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)”. 15 Desember 2014. http://mudiasa.blogspot.com/2012/05/prosedur-k3.html

S, Dewi. “Peningkatan Jalan Lingkungan”. 16 Desember 2014. http://bappeda.pontianakkota.go.id/index.php/peningkatan-jalan-lingkungan

Ahyar, 2013. “Cara membuat dan Contoh Daftar Pertanyaan Penelitian (Kuesioner)”. http://www.ronamasa.com/(12 Jan 2013)

Ketut Sucita, I., dan Budi Broto, A. 2010. Identifikasi dan Penanganan Risiko K3 Pada Proyek Pembangunan Konstruksi Gedung (Studi Kasus Proyek Gedung Centro City Residence). Jakarta: Jurusan Teknik Sipil Politeknik Negeri. (Online).


Top Related