ABSTRAK
Bahtiar, Abd. Gani. 2015. Peningkatan Hasil Belajar Matematika Siswa Melalui Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Team Assisted Individualization Pada Materi Pokok Garis dan Sudut Di Kelas VII MTs Lukmanul Hakim Samarinda Tahun Ajaran 2013/2014. Skripsi, Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Mulawarman. Pembimbing: (I) Dr. Abd Basir A., M.Si, (II) Dr. H. Usfandi Haryaka, M. Pd.
Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas yang bertujuan untuk mengetahui peningkatan hasil belajar matematika siswa setelah pembelajaran Kooperatif Tipe Team Assisted Individualization di kelas VII MTs Lukmanul Hakim Samarinda tahun ajaran 2013/2014 pada materi pokok garis dan sudut.
Penelitian ini dilakukan di MTs Lukmanul Hakim Samarinda tahun ajaran 2013/2014 dengan subjek penelitian siswa kelas VII yang berjumlah 30 siswa dan objek penelitian adalah pembelajaran kooperatif tipe Team Assisted Individualization.
Penelitian ini dilaksanakan sebanyak tiga siklus. Masing-masing siklus dilaksanakan sebanyak tiga kali pertemuan yang terdiri dari dua kali pembelajaran dan satu kali tes. Instrumen yang digunakan dalam pengumpulan data adalah tugas (tugas kelompok dan tugas individu di kelas), tes dan observasi. Teknik analisis data menggunakan statistik deskriptif berupa rata-rata dan persentase. Bertindak sebagai pelaksana pembelajaran adalah peneliti dan sebagai obsevator adalah guru matematika kelas VII MTs Lukmanul Hakim Samarinda dan seorang mahasiswa Program Studi Pendidikan Matematika FKIP Universitas Mulawarman Samarinda angkatan 2009.
Hasil penelitian menunjukkan rata-rata nilai hasil belajar siswa meningkat sebesar 6,75% dari nilai dasar yaitu 58,93. Pada siklus II, nilai rata-rata hasil belajar siswa meningkat sebesar 13,67% dari nilai rata-rata hasil belajar siswa siklus I yaitu 62,91 menjadi 71,51. Pada siklus III, nilai rata-rata hasil belajar siswa meningkat sebesar 9,03% dari nilai rata-rata hasil belajar siswa siklus II yaitu 71,51 menjadi 77,97. Aktivitas guru pada siklus I tergolong cukup, pada siklus II tergolong baik, dan pada siklus III tergolong baik. Aktivitas siswa pada siklus I tergolong cukup, pada siklus II tergolong cukup dan pada siklus III tergolong baik.
Berdasarkan hasil penelitian ini, dapat disimpulkan bahwa peningkatan hasil belajar matematika siswa melalui pembelajaran kooperatif tipe Team Assisted Individualization pada setiap siklusnya pada materi pokok garis dan sudut di kelas VII MTs Lukmanul Hakim Samarinda mengalami peningkatan.
1
PENDAHULUAN
Pembelajaran Matematika di MTs Lukmanul Hakim Samarinda masih
belum maksimal. MTs Lukmanul Hakim Samarinda mempunyai tiga kelas, yaitu
kelas VII sebanyak satu kelas, kelas VIII sebanyak satu kelas dan kelas IX
sebanyak satu kelas yang masing - masing kelas terdiri dari 20-32 siswa. MTs
Lukmanul Hakim Samarinda memiliki dua orang guru Matematika.
Berdasarkan hasil wawancara dengan guru Matematika MTs Lukmanul
Hakim Samarinda, prestasi belajar Matematika siswa kelas VII masih rendah, hal
ini dapat dilihat dari nilai rata-rata siswa yaitu 58,93 pada semester ganjil tahun
ajaran 2013/2014 yang masih di bawah KKM sekolah yaitu 75.
Tabel Persentase Pencapaian KKM Siswa kelas VII
NoJumlahSiswa Persentase Keterangan
1 1 3,12 % Mencapai KKM
2 31 96,88 % Tidak Mencapai KKM
Tabel di atas mengggambarkan persentase pencapaian KKM siswa pada
ujian semester ganjil tahun ajaran 2013/2014. Dari 32 siswa , hanya 3,12% yang
mencapai KKM yaitu sebanyak 1 siswa dan 96,88% tidak mencapai KKM yaitu
sebanyak 31 siswa.
Dari hasil wawancara dengan guru matematika kelas VII juga diperoleh
informasi bahwa dalam proses pembelajaran guru masih menggunakan metode
tradisional, pembelajaran yang masih didominasi oleh guru. Hal ini
mengakibatkan proses pembelajaran di kelas kurang adanya interaksi aktif siswa
dengan guru atau siswa dengan siswa, sehingga siswa kurang terampil dalam
menjawab pertanyaan atau bertanya tentang konsep yang diajarkan serta kurang
termotivasi dalam belajar.
Dari hasil wawancara dari beberapa siswa juga diperoleh informasi bahwa
dalam pembelajaran banyak siswa yang pasif dalam mengikuti pembelajaran,
merasa bosan, kurang aktif bertanya kepada guru ketika tidak mengerti terhadap
konsep yang dipelajari. Siswa lebih suka bercanda dengan teman ketika
pembelajaran berlangsung. Hal tersebut merupakan penyebab siswa sulit
2
memahami konsep yang dijelaskan guru terutama dalam pengerjaan soal-soal.
Beberapa hal yang memicu munculnya masalah dalam pembelajaran
adalah dalam proses pembelajaran dalam mengajar dan lebih dominan berpusat
pada guru (Teacher Oriented), guru juga tidak bisa memberikan solusi dalam
mengatasi keadaan siswa yang pasif, kurang menanggapi siswa yang kesulitan
memahami konsep, tidak menuntun siswa dalam menyimpulkan konsep. Dalam
proses pembelajaran pun siswa kurang berpartisipasi, aktif dan antusias dalam
mengerjakan soal-soal dari guru.
Berdasarkan hal di atas, guru seharusnya lebih kreatif dalam
menyampaikan konsep matematika, lebih memperhatikan kebutuhan siswa ketika
memperdalam konsep, memberikan ruang keapada siswa untuk berdiskusi sesuai
dengan konsep yang disampaikan.
Model pembelajaran kooperatif dapat mendorong siswa untuk bekerja
sama, saling membantu anggota kelompok yang mengalami kesulitan dalam
memahami materi dengan penuh semangat dan saling bertukar pikiran dalam
memberikan ide gagasan yang sesuai dengan tujuan pembelajaran, sehingga
tercipta pembelajaran yang tidak hanya berpusat pada guru tetapi siswa juga
berperan aktif dalam pembelajaran. Model pembelajaran yang dapat digunakan
adalah model pembelajaran kooperatif tipe Team Assisted Individualization.
Model pembelajaran Team Assisted Individualization merupakan
pembelajaran kooperatif yang merancang guru dapat memberikan bimbingan
kepada setiap kelompok. Model ini dapat menjadikan guru lebih mudah
menjangkau dan mengatasi kelemahan siswa, memperbaiki komunikasi antara
guru dengan siswa terutama bagi siswa yang sulit memahami konsep matematika,
menumbuhkan sikap menerima kekurangan diri dan siswa lain, serta dapat
meningkatkan rasa percaya diri siswa.
Berdasarkan uraian yang telah dipaparkan maka peneliti terdorong untuk
melakukan penelitian tentang “Peningkatan Hasil Belajar Matematika Siswa
Melalui Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Team Assisted
Individualization Pada Materi Pokok Garis dan Sudut Di Kelas VII MTs
Lukmanul Hakim Samarinda Tahun Ajaran 2013/2014.”
3
TINJAUAN PUSTAKA
Menurut Skinner (Baharuddin 2007:67), belajar adalah proses perubahan
perilaku. Edwin R Guthrie (Baharuddin 2007:78) memberikan definisi bahwa
belajar adalah kedekatan hubungan antara stimulus dan respons yang relevan.
Menurut Cronbach (Baharuddin 2007:13), “Learning is shown by change in
behavior as result of experience”
Menurut Bloom dalam Etin Solihatin (2012:5), hasil belajar merupakan
suatu kemampuan yang berupa keterampilan dan perilaku baru sebagai akibat
latihan atau pengalaman. Menurut Aronson dan Briggs (Etin Solihatin, 2012:6)
hasil belajar adalah perilaku yang dapat diamati dan menunjukkan kemampuan
yang dimiliki seseorang.
Menurut Soediarto (Etin Solihatin, 2012:6) hasil belajar tingkat
penguasaan suatu pengetahuan yang dicapai oleh siswa dalam mengikuti program
pembelajaran sesuai dengan tujuan pendidikan yang ditetapkan. Gagne dan Briggs
(Etin Solihatin, 2012:6) mengklasifikasikan hasil belajar menjadi lima kategori,
yaitu keterampilan intelektual, strategi kognitif, informasi verbal, keterampilan
motorik dan sikap.
Isjoni (2012:11) mengemukakan bahwa pembelajaran adalah sesuatu yang
dilakukan oleh siswa, bukan dibuat untuk siswa. Pembelajaran pada dasarnya
merupakan upaya pendidik (guru) untuk membantu peserta didik melakukan
kegiatan belajar.
Pembelajaran kooperatif menurut Slavin (dalam Isjoni, 2012:12) adalah
suatu model pembelajaran dimana siswa belajar dan bekerja dalam kelompok-
kelompok kecil secara kolaboratif yang anggotanya 4-6 orang dengan struktur
kelompok heterogen. Menurut Sunal dan Hans (dalam, Isjoni, 2102:12)
Pembelajaran Kooperatif merupakan suatu cara pendekatan atau serangkaian
strategi khusus dirancang untuk member dorongan kepada peserta didik agar
bekerja sama. Menurut Suryadi (dalam Isjoni, 2012:12) pada pembelajaran
Matematika menyimpulkan bahwa salah satu model pembelajaran yang efektif
untuk meningkatkan kemampuan berpikir siswa adalah Pembelajaran Kooperatif.
Rusman (2012:208) menyatakan model pembelajaran kooperatif memiliki
4
ciri-ciri:
1) Siswa belajar dalam kelompok secara kooperatif, untuk menuntaskan materi
belajarnya,
2) Kelompok dibentuk dan siswa yang memiliki kemampuan tinggi, sedang dan
rendah.
3) Bilamana mungkin, anggota kelompok berasal dan ras, budaya,suku, jenis
kelamin berbeda-beda.
4) Penghargaan lebih diutamakan pada kerja kelompok dari pada perorangan.
Dalam pembelajaran kooperatif, dua atau lebih individu saling tergantung satu
sama lain untuk mencapai suatu tujuan bersama.
Rusman (2012:212) mengungkapkan prosedur pembelajaran kooperatif
pada prinsipnya terdiri atas empat tahap, yaitu:
1) Penjelasan Materi, tahap ini diartikan sebagai proses penyampaian pokok-
pokok materi pelajaran sebelum siswa belajar dalam kelompok.
2) Belajar Kelompok, tahapan ini dilakukan setelah guru memberikan penjelasan
materi, siswa bekerja dalam kelompok yang telah dibentuk sebelumnya.
3) Penilaian, penilaian dalam pembelajaran kooperatif bisa dilakukan dengan tes
atau kuis, tes atau kuis dilakukan baik secara individu maupun kelompok.
4) Pengakuan Tim, pengakuan tim adalah penetapan tim yang dianggap paling
menonjol atau tim paling berprestasi untuk kemudian di berikan penghargaan.
Slavin (2005:15) mengemukakan bahwa pembelajaran Team Assisted
Individualization dirancang khusus untuk mengajarkan matematika. Slavin
(2005:187) menjelaskan bahwa perlunya semacam individualisasi telah
dipandang penting khususnya dalam pelajaran matematika, dimana pembelajaran
dari tiap kemampuan yang diajarkan sebagian besar tergantung pada kemampuan
yang dipersyaratkan.
Team Assisted Individualization (TAI) (Dedi Rohendi dalam Jurnal,
2010:1) merupakan salah satu tipe pembelajaran kooperatif. Terjemahan bebasnya
adalah Bantuan Dalam Kelompok (BIDak). Model yang diprakarsai oleh Robert
Slavin ini merupakan perpaduan antara pembelajaran kooperatif dan pengajaran
Individual. Dasar pemikiran Slavin merancang metode ini adalah untuk
5
mengadaptasikan pengajaran terhadap perbedaan individual berkaitan dengan
kemampuan siswa maupun pencapaian prestasi siswa.
Model pembelajaran tipe Team Assisted Individualization menurut Slavin
(2005:195), memiliki 8 komponen, kedelapan komponen tersebut adalah sebagai
berikut:
1) Teams yaitu pembentukan kelompok heterogen yang terdiri dari 4 sampai 5
siswa.
2) Placement Test yaitu pemberian pre-test kepada siswa atau melihat rata-
rata nilai harian siswa agar guru mengetahui kelemahan siswa pada bidang
tertentu.
3) Student Creative yaitu melaksanakan tugas dalam suatu kelompok dengan
menciptakan dimana keberhasilan individu ditentukan oleh keberhasilan
kelompoknya.
4) Team Study yaitu tahapan tindakan belajar yang harus dilaksanakan oleh
kelompok dan guru memberikan bantuan secara individual kepada siswa yang
membutuhkan.
5) Team Score and Team Recognition yaitu pemberian skor terhadap hasil kerja
kelompok dan memberikan kriteria penghargaan terhadap kelompok yang
berhasil secara cemerlang dan kelompok yang dipandang kurang berhasil
dalam menyelesaikan tugas.
6) Teaching Group yaitu pemberian materi secara singkat dari guru
menjelang pemberian tugas kelompok.
7) Fact test yaitu pelaksanaan tes kecil berdasarkan fakta yang diperoleh siswa.
8) Whole-Class Units yaitu pemberian materi oleh guru kembali diakhiri
waktu pembelajaran dengan strategi pemecahan masalah.
Langkah-langkah dalam pembelajaran kooperatif tipe Team Assisted
Individualization adalah sebagai berikut (Kusumaningrum, 2007:1).
1) Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai.
2) Guru menyiapkan materi bahan ajar yang akan diselesaikan oleh kelompok
siswa.
6
3) Guru memberikan pre-test kepada siswa atau melihat rata-rata nilai harian
siswa agar guru mengetahui kelemahan siswa pada bidang tertentu.
(Mengadopsi komponen Placement Test).
4) Guru memberikan materi secara singkat. (Mengadopsi komponen Teaching
Group).
5) Guru membentuk kelompok kecil yang heterogen tetapi harmonis berdasarkan
nilai dasar siswa, setiap kelompok 4-5 siswa. (Mengadopsi komponen
Teams).
6) Setiap kelompok mengerjakan tugas dari guru berupa lembar unit yang telah
dirancang sendiri sebelumnya, dan guru memberikan bantuan secara
individual bagi yang memerlukannya. (Mengadopsi komponen Team Study).
7) Ketua kelompok melaporkan keberhasilan kelompoknya dengan
mempresentasikan hasil kerjanya dan siap untuk diberi ulangan oleh guru.
(Mengadopsi komponen Student Creative).
8) Guru memberikan post-test untuk dikerjakan secara individu. (Mengadopsi
komponen Fact Test).
9) Guru menetapkan kelompok terbaik sampai kelompok yang kurang berhasil
(jika ada) berdasarkan hasil koreksi. (Mengadopsi komponen Team Score and
Team Recognition).
10) Guru memberikan tes formatif sesuai dengan kompetensi yang ditentukan.
Dalam konteks pembelajarannya guru matematika seharusnya lebih
banyak berperan sebagai fasilitator daripada pengarah yang menentukan segala-
galanya dari peserta didik. Peran fasilitator itu seharusnya lebih banyak
mendorong peserta didik untuk mengembangkan inisiatif dalam menjalani tugas-
tugas. Guru matematika harus lebih terbuka menerima gagasan-gagasan peserta
didik dan lebih berusaha menghilangkan ketakutan dan kecemasan peserta didik
yang menghambat pemikiran dan pemecahan masalah secara kreatif sehingga
dapat mencapai tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan.
Tujuan pembelajaran hanya dapat dicapai jika ada interaksi belajar
mengajar antara guru dan peserta didik dalam proses pembelajaran di kelas dan
guru pun harus mampu mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi dalam
pembelajaran yang dilaksanakannya. Salah satu faktor yang mempengaruhi proses 7
belajar adalah faktor psikologis yang meliputi minat, perhatian, bakat, motivasi,
dan kesiapan. Berbagai hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor-faktor tersebut
sangat berpengaruh dan berkontribusi secara signifikan dalam meningkatkan
kualitas proses dan hasil belajar peserta didik di sekolah. Model pembelajaran
kooperatif tipe Team Assisted Individualization merupakan model yang dirancang
untuk meningkatkan faktor psikologis tersebut selama pembelajaran karena model
ini memiliki kegiatan yang memicu aktifitas siswa, menumbuhkan sikap
kooperatif atau bekerja sama, menciptakan hubungan antar personal yang saling
mendukung, saling membantu dan saling peduli.
Model pembelajaran kooperatif tipe Team Assisted Individualization
adalah suatu pembelajaran yang lebih mengedepankan kepada aktivitas dan kerja
sama siswa dalam mencari, menjawab dan menyelesaikan masalah. Model ini
juga mengedepankan siswa untuk membantu temannya yang belum bisa
mengerjakan soal.
METODE PENELITIAN
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian tindakan
kelas. Penelitian tindakan kelas adalah suatu bentuk penelitian yang dilaksanakan
oleh guru untuk memecahkan masalah yang dihadapi dalam melaksanakan tugas
pokoknya, yaitu mengelola pelaksanaan kegiatan belajar mengajar (Purwadi
dalam Sukidin, Basrowi, & Suranto, 2008:10)
Menurut Hopkins (dalam Masnur Muslich, 2012:8) menyatakan bahwa
Penelitian Tindakan Kelas adalah suatu bentuk kajian yang bersifat reflektif, yang
dilakukan oleh pelaku tindakan untuk meningkatkan kemantapan rasional dari
tindakan-tindakannya dalam melaksanakan tugas dan memperdalam pemahaman
terhadap kondisi dalam praktik pembelajaran.
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April 2014 sampai Juni 2014 pada
semester II tahun ajaran 2013/2014 di MTs Lukmanul Hakim Samarinda pada
siswa kelas VII.
Subjek penelitian ini adalah siswa kelas VII MTs Lukmanul Hakim
Samarinda tahun ajaran 2013/2014. Kelas subjek dipilih dengan menggunakan
teknik purposive sampling (teknik sampel bertujuan/pertimbangan) karena
8
peneliti memiliki pertimbangan dalam mengambil subyek dengan tujuan yaitu
untuk meningkatkan hasil belajar matematika siswa kelas VII. Sedangkan objek
dalam penelitian ini adalah pembelajaran kooperatif tipe Team Assisted
Individualization.
Sesuai dengan tujuan penelitian, maka data diperoleh dari hasil observasi,
tugas, tes, dan dokumentasi:
1) Observasi, berupa data kualitatif, dengan menggunakan tabel pedoman
observasi untuk mengetahui tingkat aktivitas siswa dan aktivitas guru pada
saat pembelajaran berlangsung. Observator diberikan lembar observasi dengan
cara mengisi pada lembar yang disediakan.
2) Tugas, terdiri dari tugas kelompok dan tugas individu masing-masing
berbentuk uraian. bertujuan mengetahui hasil belajar matematika siswa pada
setiap pelaksanaan tindakan/pertemuan.
3) Tes, adalah suatu alat ukur berupa soal yang diberikan kepada siswa yang
hendak diteliti. Dalam penelitian ini tes hasil belajar dilaksanakan pada setiap
akhir siklus, soal tes berbentuk uraian.
4) Dokumentasi, yaitu data yang dimiliki oleh guru matematika pada nilai ujian
semester ganjil matematika sebelum dilaksanakan penelitian. Digunakan
sebagai perbandingan dengan hasil tes akhir siklus.
Teknik analisis data dalam penelitian ini menggunakan analisis data
kualitatif dan analisis data kuantitatif. Analisis kualitatif digunakan untuk
menganalisis hasil observasi. Analisis data kuantitatif digunakan untuk
menganalisis tugas yang terdiri dari tugas kelompok, tugas individu, dan tes hasil
belajar matematika. Nilai kuantitas dan kualitas yang diperoleh selama penelitian
kemudian dipaparkan secara sederhana dalam bentuk naratif yang disajikan dalam
bentuk sederhana dan kalimat sederhana. Analisis data kualitatif yang
dikemukakan oleh Miles dan Huberman (1992:15) yaitu:
a) Reduksi Data
Reduksi data adalah proses penyederhanaan yang dilakukan melalui
seleksi, pemfokusan dan pengabstraksian data mentah menjadi informasi yang
bermakna.
9
b) Penyajian Data
Penyajian data adalah proses penampilan data secara lebih sederhana
dalam bentuk naratif, yang berisi sekumpulan informasi yang memberi
kemungkinan adanya penarikan kesimpulan.
c) Verifikasi
Verifikasi data di lakukan apabila dalam sekumpulan data, yang di
peroleh ada tanda-tanda atau kemungkinan-kemungkinan bahwa ada di antara
data itu yang masih belum beres dan lengkap. Apabila data yang terkumpul
telah lengkap dan benar, maka data tersebut langsung dapat diolah.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Hasil Belajar untuk setiap Siklus dapat dilihat dari tabel berikut :
Tabel Hasil Belajar pada Siklus I,II dan III
Siklus
Skor Rata-rata Persentase
TugasTes
Hasil BelajarPersentase Ketuntasan
Akhir Peningkatan SiswaSiklus
Dasar - - 58,93
Siklus I 65,34 61,70 62,91 6,75% 10%
Siklus II 72,20 71,16 71,51 13,67% 30%
Siklus III 79,08 77,42 77,97 9,03% 90%
Berdasarkan hasil penelitian dapat dilihat bahwa data yang dikumpulkan
telah memenuhi dan sesuai dengan indikator dan format panduan observasi.
Sebelum melaksanakan pembelajaran kooperatif tipe Team Assisted
Individualization pada siklus I terlebih dahulu pembelajaran ini diperkenalkan
kepada siswa, bahwa pembelajaran yang akan dilaksanakan berbeda dengan
pembelajaran yang biasa dilakukan. Rencana tindakan yang dilakukan peneliti
termasuk menyiapkan materi yang disampaikan, pembentukan kelompok siswa,
lembar kerja siswa dan soal tugas individu yang akan digunakan dalam proses
pembelajaran, mengenalkan siswa kepada tugas dan peranannya dalam kelompok,
merencanakan waktu dan tempat duduk yang akan digunakan, serta keterampilan
guru dalam mengorganisasikan kelas sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai.
Lembar observasi dan hasil belajar siswa pada tiap akhir siklus dijadikan acuan
sebagai refleksi untuk melakukan tindakan selanjutnya.
10
Dalam pembelajaran kooperatif tipe Team Assisted Individualization ini
dimulai dengan guru menyiapkan lembar kerja siswa dan soal tes individu yang
akan digunakan setelah guru menjelaskan materi pelajaran dan membagi siswa
kedalam tujuh kelompok secara heterogen, seperti yang dikatakan Slavin
(2005:190) bahwa model pembelajaran kooperatif tipe Team Assisted
Individualization ini diterapkan selain sebagai tambahan terhadap penyelesaian
masalah manajemen dan motivasi dalam program-program dalam pengajaran juga
untuk memperoleh manfaat yang sangat besar dari potensi sosialisasi yang
terdapat dalam pembelajaran kooperatif.
Dalam kegiatan pembelajaran, guru melakukan apersepsi tentang materi
yang akan dibahas, memberikan ringkasan materi, selanjutnya membagi siswa ke
dalam tujuh kelompok yaitu kelompok A, kelompok B, kelompok C, kelompok
D, kelompok E, kelompok F dan kelompok G.
Pada tahap penilaian, dilakukan dengan memberikan soal berupa Lembar
Kerja Siswa dan soal tes Individu. Tujuan pemberian soal adalah untuk
mengetahui sejauh mana pemahaman siswa terhadap materi yang diajarkan. Pada
tiap akhir siklus, juga dilakukan penilaian dengan memberikan tes akhir siklus
pada setiap siswa, yang bertujuan untuk melihat sejauh mana peningkatan nilai
akademik siswa setiap siklusnya.
Penelitian ini dilakukan selama tiga siklus. Masing-masing siklus terdiri
dari tiga pertemuan. Pada pertemuan pertama dan kedua tiap siklus dilaksanakan
kegiatan pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe
Team Assisted Individualization, sedangkan pada pertemuan ketiga tiap siklus,
digunakan untuk melakukan tes akhir siklus. Pembelajaran dilaksanakan setiap
hari Selasa dan Rabu masing-masing dua jam pelajaran (2¿ 40 menit) dan tiga
jam pelajaran (3¿ 40 menit).
Kendala yang dirasakan oleh guru pada saat proses belajar mengajar
berlangsung adalah sedikit membiasakan siswa untuk bertanya jika belum
mengerti materi. Sehingga ketika siswa mengerjakan soal pada Lembar Kerja
11
Siswa masih kesulitan dalam aturan menjawab. Kemudian dari pada itu juga ada
beberapa kelompok yang dalam pengerjaan tugas masih didominasi oleh siswa
yang pintar saja, sedangkan yang lain hanya pasif, terlebih lagi yang aktif tidak
mau membimbing teman-temannya yang pasif. Sedangkan tujuan dari
pembelajaran berkelompok adalah setiap anggota harus saling bekerja samadan
saling membantu untuk memahami materi pelajaran (Isjoni, 2012:12). Tetapi
semua kendala tersebut dapat diatasi guru dengan cara mempelajari karakteristik
siswa dan melakukan perencanaan tindakan untuk mengatasi kendala-kendala
yang ada sehingga terjadi perubahan prilaku siswa di dalam kelas, seperti yang
dikatakan Slameto (2010:2), bahwa perubahan tingkah laku siswa merupakan
hasil pengalaman siswa itu sendiri sebagai akibat dari interaksi atau belajar dari
lingkungannya.
Setelah melakukan tindakan pembelajaran sebanyak tiga siklus, hasil
belajar matematika siswa setelah mendapatkan pembelajaran kooperatif tipe Team
12
Assisted Individualization dapat dilihat dari peningkatan nilai rata-rata hasil
belajar siswa tiap siklus dan secara keseluruhan kualitas berlangsungnya proses
pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe Team
Assisted Individualization terus mengalami peningkatan disetiap siklusnya.
Peningkatan ini juga diikuti oleh peningkatan nilai hasil belajar siswa, secara
klasikal 85% dari jumlah siswa telah mencapai kategori tuntas belajar dengan nilai
hasil belajar minimal yang diperoleh siswa adalah 75.
Selain itu dapat dikatakan terjadi peningkatan hasil belajar siswa baik dari
segi afektif maupun segi kognitif setelah diterapkannya model pembelajaran
kooperatif tipe Team Assisted Individualization dapat dilihat dari pada penilaian
aktivitas siswa dan aktivitas guru mengalami peningkatan. Pada siklus I aktivitas
guru dan aktivitas siswa dinilai cukup. Pada siklus II aktivitas guru dinilai baik
dan aktivitas siswa dinilai cukup. Pada siklus III aktivitas guru dan aktivitas siswa
dinilai baik.
13
Hasil belajar kognitif siswa pun mengalami peningkatan pada
pembelajaran yang telah dilaksanakan di setiap siklus dengan menerapkan model
pembelajaran kooperatif tipe Team Assisted Individualization. Rata-rata nilai
dasar yaitu 58,93 meningkat menjadi 62,91 pada siklus I atau meningkat sebesar
6,75%. Pada siklus II meningkat menjadi 71,51 atau meningkat sebesar 13,67%.
Pada siklus III meningkat menjadi 77,97 atau meningkat sebesar 9,03%.
Pada siklus I hanya 3 orang siswa yang lulus atau persentase ketuntasan
adalah 10% sedangkan siswa yang tidak tuntas sebanyak 27 siswa atau 90%. Pada
siklus II yang lulus adalah sebanyak 9 siswa atau persentase ketuntasan sebesar
30%, sedangkan yang tidak tuntas adalah sebanyak 21 siswa atau 70%. Pada
siklus III siswa yang lulus adalah 27 siswa atau persentase ketuntasan 90%
sedangkan siswa yang tidak tuntas adalah sebanyak 3 siswa atau sebesar 10%.
Peningkatan tersebut juga sesuai dengan hasil penelitian Suryadi (dalam
Isjoni, 2012:12) yang menyimpulkan pada pembelajaran matematikamodel
14
pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran yang efektif untuk
meningkatkan kemampuan berpikir siswa.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa hasil belajar siswa telah memenuhi
indikator keberhasilan sehingga hipotesis tindakan dapat diterima yaitu penerapan
model pembelajaran kooperatif tipe Team Assisted Individualization dapat
meningkatkan hasil belajar matematika siswa kelas VII MTs Lukmanul Hakim
Samarinda tahun ajaran 2013/2014.
KESIMPULAN DAN SARAN
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa
terjadi peningkatan hasil belajar matematika siswa setelah menerapkan model
pembelajaran kooperatif tipe Team Assisted Individualization pada materi pokok
garis dan sudut di kelas VII MTs Lukmanul Hakim Samarinda tahun ajaran
2013/2014. Hal ini terlihat dari peningkatan setiap siklusnya, yaitu dari rata-rata
nilai dasar 58,93 terjadi peningkatan pada siklus I menjadi 62,91 dengan
persentase peningkatan 6,75%. Pada siklus II menjadi 71,51 dengan persentase
peningkatan 13,67%. Pada siklus III menjadi 77,97 dengan persentase
peningkatan 9,03%. Untuk aktivitas guru pada siklus I tergolong cukup, pada
siklus II tergolong baik dan pada siklus II tergolong baik. Sedangkan untuk
aktivitas siswapada siklus I tergolong sukup, pada siklus II tergolong cukup dan
pada siklus III tergolong baik.
1. Diharapkan guru dapat menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe Team
Assisted Individualization agar dapat memberikan suasana yang
menyenangkan dan komunikasi yang aktif antara guru dengan siswa terutama
pada pembelajaran matematika bab garis dan sudut.
2. Diharapkan bagi siswa agar lebih mempersiapkan diri sebelum mengikuti
pembelajaran dan selalu menjalin komunikasi yang aktif dengan guru
matematika terutama pada penerapan model pembelajaran kooperatif tipe
Team Assisted Individualization selanjutnya.
3. Diharapkan bagi sekolah agar dapat menunjang penyediaan fasilitas yang
dapat menunjang pembelajaran matematika sehingga dapat mendukung 15
pelaksanaan beragam model pembelajaran kooperatif lainnya.
DAFTAR PUSTAKA
Adinawan, M. Cholik dan Sugijono. 2008. Seribu pena Matematika untuk
SMP/MTs kelas VII. Jakarta: Erlangga.
Andayani, Ermi , dkk. 2012. Penerapan Pembelajaran Team Assited
Individualization (TAI) Dalam Pembelajaran Matetamtika untuk
Meningkatkan Aktivitas Belajar Siswa kelas VIII SMP Ardjuna Malang.
http://jurnalonline.um.ac.id/data/artikel/artikelE4A328DF29BAE8239F57
08330D0AB0E7.pdf (diakses tanggal 27 Januari 2014)
Arikunto, Suharsimi. 2007. Penelitian Tindakan Kelas.Jakarta: Bumi Aksara.
Asrori, Mohammad. 2007. Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: CV Wacana
Prima.
Baharuddin. 2010. Teori Belajar dan Pembelajaran. Jogjakarta: Ar- Ruz Media.
Budi, Wono Setya. 2005. Matematika SMP. Jakarta: Erlangga.
Departemen Pendidikan Nasional. 2005. Pedoman Pembuatan Laporan Hasil
Belajar SMP. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.
Dimyati dan Mudjiono. 2002. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.
Febriana, Ayu. 2011. Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Make A
Match Untuk Meningkatkan Kualitas Pembelajaran IPS Siswa Kelas V
SDN Kalibanteng Kidul 01 Kota Semarang.http://journal.unnes.ac.-
id/nju/index.php/kreatif/article/download/1678/1884(diakses tanggal
21 Januari 2014)
Hadis, Abdul.2006. Psikologi dalam Pendidikan(Sangat penting untuk: Dosen,
Guru, Mahasiswa, Orang Tua, Masyarakat dan Pemerhati Pendidikan).
Bandung: Alfabeta.
Isjoni. 2012. Cooperative Learning. Bandung: Alfabeta.
Kukuh. 2008. Geometri Datar dan Ruang. Samarinda: FKIP Universitas
Mulawarman.
Kusumaningrum, Retna. 2008. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Team
Accelera-ted Instruction (TAI). (Online),
http://www.suhadinet.wordpress.com, (diakses 12Januari 2014).
Muslich, Masnur. 2012. Melaksanakan PTK itu Mudah. Jakarta. Bumi Aksara.
16
Pamungkas. 2012. Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Melalui
Model Pembelajaran Kooperatip Tipe Team Assisted Individualization
(TAI) Siswa Kelas V SD Negeri Bantir Candi Roto Temanggung Tahun
Ajaran 2011/2012.
http://repository.uksw.edu/bitstream/handle/123456789/850/T1_29200809
6_BAB%20II.pdf?sequence=3 (diakses 22 Januari 2014)
Pramudjono. 2006. Statistik Dasar (Aplikasi Untuk Penelitian). Samarinda: FKIP
Universitas Mulawarman.
Purwanto, Ngalim. 2009. Administrasi dan Supervisi Pendidikan. Bandung:
Remaja Rosdakarya.
Rohendi, Dedi, dkk. 2010. Penerapan Metode Pembelajaran Team Assisted
Individualization untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Mata
Pelajaran Teknologi Informasi dan Komunikasi.
http://file.upi.edu/Direktori/Jurnal/Pendidikan_Tik/Jurnal_Pend_Tik_Vol_
3_No_1/
Penerapan_Metode_Pembelajaran_Team_Assisted_Individualization_Unt
uk_Meningkatkan_Hasil_Belajar_Siswa_Pada_Mata_Pelajaran_Teknologi
_Informasi_Dan_Komunikasi.pdf. (diakses tanggal 3 februari 2014)
Rusman. 2012. Model-Model Pembelajaran: Mengembangkan Profesionalisme
Guru Edisi Kedua. Jakarta: Rajawali Pers.
Safitri, Rahma Dianan. 2012. Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran
Kooperatif Tipe Team Assisted Individualization (TAI) Terhadap
Pemahaman Konsep Matematis Siswa Kelas VIII MTsN Model Padusunan
Kota Pariaman. http://kamuinspirasiku3010.blogspot.com/2013/07/jurnal-
pendidikan-metode-pembelajaran.html (diakses tanggal 12 Januari 2014)
Sanjaya, Wina. 2009 . Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: Kencana.
Simangunsong, Wilson. 2005. Matematika untuk SMP Kelas VII. Jakarta:
Erlangga.
Slameto. 2010. Belajar dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya. Jakarta:
Rineka Cipta
17
Slavin. Robert. 2005. Cooperative Learning. Terjemahan oleh Lita. 2009.
Bandung: Nusamedia.
Solihatin, Etin. 2012. Strategi Pembelajaran PPKN.Jakarta: Bumi Aksara.
Sudijono, Anas.1996. Pengantar Evaluasi Pendidikan.Jakarta : Raja Grafindo
Persada
Sudjana, Nana. 2011. Penilaian hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung; PT
Remaja Rosda Karya.
Sukidin, Basrowi, dan Suranto. 2002. Manajemen Penelitian Tindakan Kelas.
Surabaya: Insan Cendekia.
Thoha, M. Chabib. 1996. Teknik Evaluasi Pendidikan Pendidikan. Jakarta: Raja
Grafindo
Trianto. 2012. Panduan Lengkap Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action
Research) Teori dan Praktik. Jakarta: Prestasi Pustaka.
Uno, H.B dan Masri Kuadrat. 2009. Mengelola Kecerdasan Dalam Pembelajaran.
Jakarta : Bumi Aksara.
18