Transcript
Page 1: JURNAL ILMIAH PEMBATALAN PERKAWINAN …...Persidangan,Sidang pertama dalam perkara pembatalan perkawinan Hakim Ketua membuka persidangan dan menyatakan bahwa persidangan terbuka untuk

i

JURNAL ILMIAH

PEMBATALAN PERKAWINAN MENURUT UNDANG-UNDANG

NOMOR 1 TAHUN 1974 DAN KOMPILASI HUKUM ISLAM

Program Studi Ilmu Hukum

Oleh :

YOLANA OCTAVIA

D1A 015 272

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS MATARAM

MATARAM

2019

Page 2: JURNAL ILMIAH PEMBATALAN PERKAWINAN …...Persidangan,Sidang pertama dalam perkara pembatalan perkawinan Hakim Ketua membuka persidangan dan menyatakan bahwa persidangan terbuka untuk

ii

Page 3: JURNAL ILMIAH PEMBATALAN PERKAWINAN …...Persidangan,Sidang pertama dalam perkara pembatalan perkawinan Hakim Ketua membuka persidangan dan menyatakan bahwa persidangan terbuka untuk

iii

PEMBATALAN PERKAWINAN MENURUT UNDANG-UNDANG

NOMOR 1 TAHUN 1974 DAN KOMPILASI HUKUM ISLAM

(Studi di Pengadilan Agama Selong)

YOLANA OCTAVIA

NIM: D1A 015 272

Fakultas Hukum Universitas Mataram

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui prosedur pengajuan pembatalan

perkawinan di Pengadilan Agama Selong dan untuk mengetahui dan menganalisis

dasar pertimbangan hukum dari majelis hakim dalam membatalkan perkawinan.

Jenis penelitian ini adalah penelitian hukum Normatif-Empiris. Pendekatan yang

digunakan adalah Pendekatan Perundang-undangan, Pendekatan Konseptual,

Pendekatan Sosiologis. Prosedur pengajuan pembatalan perkawinan di Pengadilan

Agama Selong diantaranya Pengajuan Gugatan Pemohon, prosedur penerimaan

perkara, tahap persiapan, pemanggilan, persidangan dan putusan. Dasar hukum

Pertimbangan Majelis hakim membatalkan perkawinan dalam Putusan

No.0565/Pdt.G/2017/PA Selong adalah dari hasil persidangan terbukti bahwa

perkawinan tersebut dilangsungkan dengan cara paksaan sehingga mengandung

cacat hukum karena bertentangan dengan peraturan Perundang-Undangan yang

berlaku.

Kata Kunci: Pembatalan, Perkawinan, Kompilasi Hukum Islam

MARRIAGE CANCELLATION IN LAW NUMBER 1 OF 1974 AND THE

COMPILATION OF ISLAMIC LAW

(A Study at Religious Court of Selong)

Abstract

This study aims to determine the procedure for submitting a marriage

cancellation in the Selong Religious Court and to find out and analyze the legal

considerations of the panel of judges in canceling a marriage. This type of

research is Normative-Empirical legal research. The approach used is the

Legislative Approach, Conceptual Approach, Sociological Approach. The

procedure for submitting a marriage cancellation in Selong Religious Court

includes the Submission of the Petitioners' Lawsuit, procedure for receipt of

cases, stages of preparation, summons, trial and decision. Legal basis

Considerations The panel of judges canceled the marriage in Decision No. 0565 /

Pdt.G / 2017 / PA Selong is the result of the trial proved that the marriage was

carried out by force so that it contained a legal flaw because it contradicted the

prevailing laws and regulations.

Keywords: Cancellation, Marriage, Compilation of Islamic

Page 4: JURNAL ILMIAH PEMBATALAN PERKAWINAN …...Persidangan,Sidang pertama dalam perkara pembatalan perkawinan Hakim Ketua membuka persidangan dan menyatakan bahwa persidangan terbuka untuk

i

I. PENDAHULUAN

Dasar-dasar perkawinan dibentuk oleh unsur-unsur alami dari kehidupan

manusia itu sendiri yang meliputi kebutuhan dan fungsi biologis, melahirkan

keturunan, kebutuhan akan kasih sayang dan persaudaraan, memelihara anak-anak

tersebut menjadi anggota masyarakat yang sempurna.1

Berdasarkan Pasal 1 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 Tentang

Perkawinan (selanjutnya disebut dengan Undang-Undang Perkawinan), yang

dimaksud dengan perkawinan adalah ikatan lahir batin antara seorang pria dengan

seorang wanita sebagai suami isteri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah

tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa. Bila

membaca definisi perkawinan yang termuat di dalam Pasal 1 Undang-Undang

Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan tersebut di atas maka dapat dikatakan

bahwa perkawinan adalah suatu yang bersifat sacral yang menyatakan seorang

pria dan seorang wanita secara lahir maupun batin dengan tujuan membentuk

keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan ketuhanan yang

maha esa dan untuk memperoleh keturunan dari pasangan suami istri tersebut.2

Asas kematangan tersebut tercermin pada Pasal 7 ayat (1) Undang-Undang

Perkawinan yang menyebutkan perkawinan hanya diijinkan jika pihak laki-laki

telah berusia usia 19 (sembilan belas) tahun dan pihak wanita telah berusia 16

(enam belas) tahun, hal ini menjadi syarat usia minimal yang harus dipenuhi.

1 Titik Triwulan dan Trianto, Poligami Perspektif, Perikatan Nikah, Prestasi Pustaka,

Jakarta, 2007, hlm. 2. 2 K. Wantjik Saleh, Hukum Perkawinan Indonesia, Ghalia Indonesia, Jakarta, 2004, hlm.

15.

Page 5: JURNAL ILMIAH PEMBATALAN PERKAWINAN …...Persidangan,Sidang pertama dalam perkara pembatalan perkawinan Hakim Ketua membuka persidangan dan menyatakan bahwa persidangan terbuka untuk

ii

Ketentuan lain yang mencerminkan prinsip perlindungan bagi para pihak

adalah pada Pasal 2 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 yang menyebutkan: 1.

Perkawinan adalah sah, apabila dilakukan menurut hukum masing-masing

agamanya dan kepercayaannya. 2. Tiap-tiap perkawinan dicatat menurut

peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Apabila dalam suatu perkawinan pelaksanaannya tidak memenuhi syarat-

syarat perkawinan, maka perkawinan tersebut dapat dibatalkan. Pembatalan

perkawinan berarti menganggap perkawinan yang telah dilakukan sebagai

peristiwa yang tidak sah, atau dianggap tidak pernah ada. Pengadilan Agama

dapat membatalkan perkawinan atas permohonan pihak-pihak yang

berkepentingan setelah nyata terdapat faktor-faktor yang menyebabkan

perkawinan dapat dibatalkan.

Putusnya perkawinan karena adanya putusan dari pengadilan terjadi

apabila para pihak tidak memenuhi syarat-syarat yang telah ditentukan untuk

melangsungkan perkawinan. Hal ini tercantum dalam rumusan Undang-Undang

Nomor 1 Tahun 1974 Pasal 22 yang menyatakan bahwa:

“Perkawinan dapat dibatalkan, apabila para pihak tidak memenuhi syarat-

syarat untuk melangsungkan perkawinan”.

Pembatalan perkawinan menjadi penting untuk dikaji, hal ini disebabkan

karena perkawinan putus bukan karena kematian ataupun perceraian, perkawinan

putus karena dibatalkan oleh pihak pengadilan, perkawinan yang dibatalkan akan

berdampak bukan hanya bagi pasangan perkawinan saja namun juga berdampak

bagi pihak-pihak yang berhubungan dengan perkawinan tersebut, seperti harta

Page 6: JURNAL ILMIAH PEMBATALAN PERKAWINAN …...Persidangan,Sidang pertama dalam perkara pembatalan perkawinan Hakim Ketua membuka persidangan dan menyatakan bahwa persidangan terbuka untuk

iii

benda dalam perkawinan, pada kenyataannya banyak terjadi di kalangan

masyarakat.

Berdasarkan uraian latar belakang tersebut di atas, penulis dapat menarik

rumusan masalah diantaranya: 1. Bagaimana prosedur pengajuan pembatalan

perkawinan di Pengadilan Agama Selong ? 2. Apakah dasar pertimbangan hukum

dari majelis hakim dalam membatalkan perkawinan ?. Tujuan penelitian: 1. Untuk

mengetahui dan menganalisis prosedur pengajuan pembatalan perkawinan di

Pengadilan Agama Selong. 2. Untuk mengetahui dan menganalisis Dasar

Pertimbangan Hukum Dari Hakim Dalam Membatalkan Perkawinan. Manfaat

penelitian: 1. Manfaat Teoritis, Penelitian ini diharapkan dapat memberikan

sumbangan pemikiran dalam pengembangan khasanah ilmu hukum pada

umumnya, khususnya dalam bidang hukum keluarga yang terkait tentang

pembatalan perkawinan menurut Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 dan

Kompilasi Hukum Islam. 2. Manfaat Praktis, Penelitian ini diharapkan dapat

memberikan masukan dan informasi bagi masyarakat, maupun instansi

pemerintah ekskutif dan legislatif tentang pembatalan perkawinan menurut

Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 dan Hukum Islam/Kompilasi Hukum

Islam (Studi di Pengadilan Agama Selong). Metode Penelitian yang di gunakan

adalah penelitian hukum normatif empiris.

Page 7: JURNAL ILMIAH PEMBATALAN PERKAWINAN …...Persidangan,Sidang pertama dalam perkara pembatalan perkawinan Hakim Ketua membuka persidangan dan menyatakan bahwa persidangan terbuka untuk

iv

II. PEMBAHASAN

Prosedur Pengajuan Pembatalan Perkawinan Di Pengadilan Agama Selong.

Pembatalan perkawinan yang dilakukan oleh para pihak syaratnya tidak

melebihi dari 6 bulan usia perkawinan, apabila melebihi dari ketentuan tersebut

untuk mengajukan pembatalan perkawinan salah satu diantara syaratnya adalah

tidak memenuhi rukun dan syarat menurut agama, boleh mengajukan pembatalan

perkawinan ke Pengadilan Agama, dengan syarat dia harus memasukkan salah

satu dari posita yaitu bagian yang berisi dalil yang menggambarkan adanya

hubungan yang menjadi dasar atau uraian dari suatu tuntutan peristiwa hukumnya

seperti para pihak baru mengetahui ada rukun dan syarat-syarat yang di langgar

setelah melangsungkan perkawinan lebih dari 6 bulan.

Pengajuan pembatalan perkawinan yang harus di lakukan dipengadilan

Agama Selong secara lengkap ada beberapa tahapan yang harus dijalankan,

yaitu:3

Pengajuan Gugatan Pemohon membuat dan mengajukan surat

permohonan secara tertulis atau lisan kepada Pengadilan Agama.Pemohon bisa

datang sendiri atau diwakilkan kepada orang lain yang akan bertindak sebagai

kuasanya.

Prosedur Penerimaan Perkara.Tata cara dalam penerimaan perkara di

Pengadilan Agama Selong terdiri dari: a. Meja Pertama, 1). Menerima gugatan,

permohonan perlawanan, pernyataan banding, kasasi, permohonan peninjauan

kembali, penjelasan dan penafsiran biaya perkara. 2). Membuat surat kuasa 3).

3 Kepaniteraan Pengadilan Agama Selong, Prosedur Pengajuan Pembatalan Perkawinan,

Materi Workshop di Kecamatan Sambelia. hlm. 7-12.

Page 8: JURNAL ILMIAH PEMBATALAN PERKAWINAN …...Persidangan,Sidang pertama dalam perkara pembatalan perkawinan Hakim Ketua membuka persidangan dan menyatakan bahwa persidangan terbuka untuk

v

Menyerahkan kembali surat permohonan kepada calon pemohon. b. Kas, 1).

Menerima pembayaran uang panjar biaya perkara (PBP) dan biaya eksekusi dari

pihak calon pemohon berdasarkan SKUM. 2). Membukukan penerimaan uang

panjar biaya perkara dan biaya eksekusi dalam jurnal penerimaan uang. 3).

Mengembalikan asli serta tindasan pertama SKUM kepada pihak calon pemohon

setelah dibubuhi cap atau tanda lunas. 4). Menyerahkan biaya perkara dan biaya

eksekusi yang diterimanya kepada bendaharawan perkara dan dibukukan dalam

buku jurnal. c. Meja Kedua, 1) Menerima surat gugatan atau perlawanan dari

calon Penggugat atau Pelawan dalam rangkap sebanyak jumlah Tergugat atau

terlawan ditambah sekurang-kurangnya 4 rangkap untuk keperluan masing-

masing Hakim. 2). Menerima surat permohonan dari colon pemohon

sekurangkurangnya sebanyak 2 rangkap. 3). Menerima tindasan pertama SKUM

dari calon pemohon. 4). Mendaftarkan. 5). Menyerahkan kembali satu rangkap

surat permohonan yang telah diberi nomor registrasi kepada pemohon. 6). Asli

surat permohonan dimasukkan dalam sebuah map khusus dengan melampirkan

tindasan pertama SKUM dan surat-surat yang berhubungan dengan permohonan,

disampaikan kepada Wakil Panitera untuk selanjutnya berkas permohonan

tersebut disampaikan kepada Ketua Pengadilan melalui Panitera. d. Meja Ketiga,

1). Menyerahkan putusan Pengadilan Agama/Pengadilan Tinggi Agama/

Mahkamah Agung kepada yang berkepentingan. 2). Menyerahkan salinan

penetapan Pengadilan Agama kepada pihak yang berkepentingan. 3). Menerima

memori atau contra memori banding, memori/contra memori kasasi

jawaban/tanggapan dan lain-lain. 4). Menyusun atau mempersiapkan berkas.

Page 9: JURNAL ILMIAH PEMBATALAN PERKAWINAN …...Persidangan,Sidang pertama dalam perkara pembatalan perkawinan Hakim Ketua membuka persidangan dan menyatakan bahwa persidangan terbuka untuk

vi

Tahap Persiapan, a. Sub Kepaniteraan Permohonan gugatan mempelajari

kelengkapan persyaratan dan mencatat semua data perkara, yang baru diterimanya

dalam buku penerimaan tentang perkara kemudian menyampaikannya kepada

Panitera dengan melampirkan semua formulir yang berhubungan dengan

pemeriksaan perkara. b. Panitera sebelum meneruskan berkas perkara yang baru

diterimanya itu kepada Ketua Pengadilan Agama, terlebih dahulu menyuruh

petugas yang bersangkutan untuk mencatatnya dalam buku register perkara. c.

Selambat-lambatnya pada hari kedua setelah surat permohonan diterima di Bagian

Kepaniteraan. d. Panitera menyerahkan berkas perkara yang diterima dari Ketua/

Wakil Ketua Pengadilan Agama kepada Ketua Majelis/Hakim yang bersangkutan.

e. Panitera menunjuk seorang atau lebih Panitera Pengganti untuk diperbantukan

pada Majelis Hakim yang bersangkutan.

Pemanggilan, berdasarkan penetapan hari sidang, juru sita akan

melakukan pemanggilan kepada pihak-pihak yang berperkara untuk menghadiri

sidang sesuai dengan hari, tanggal, jam, dan tempat yang ditunjuk dalam

Penetapan Hari Sidang. Pemanggilan secara resmi disampaikan kepada pribadi

yang bersangkutan atau kuasa sahnya, bila tidak dijumpai disampaikan kepada

Lurah atau Kepala Desa yang bersangkutan. Panggilan dilakukan dan

disampaikan secara patut dan sudah diterima pemohon maupun termohon atau

kuasa mereka selambat-lambatnya 3 hari sebelum sidang dibuka.

Persidangan,Sidang pertama dalam perkara pembatalan perkawinan

Hakim Ketua membuka persidangan dan menyatakan bahwa persidangan terbuka

untuk umum, selanjutnya para pihak yang berperkara dipanggil masuk ke dalam

Page 10: JURNAL ILMIAH PEMBATALAN PERKAWINAN …...Persidangan,Sidang pertama dalam perkara pembatalan perkawinan Hakim Ketua membuka persidangan dan menyatakan bahwa persidangan terbuka untuk

vii

ruang persidangan setelah mengecek dan memeriksa kehadiran para pihak yang

berperkara yang hadir dalam persidangan, bila telah lengkap sidang dapat dimulai

dan Hakim dapat mulai memeriksa dan menanyai pemohon dan termohon untuk

mengetahui duduk perkaranya. Sidang kedua dalam perkara pembatalan

perkawinan susunan persidangan sama dengan sidang pertama, sidang dibuka dan

dimulai walaupun salah satu termohon tetap tidak hadir meskipun dalam berita

acara panggilan telah dipanggil secara patut.

Putusan,putusan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap, maka

panitera berkewajiban untuk: a. Mengirimkan satu salinan putusan Pengadilan

kepada Pegawai Pencatat di tempat pembatalan perkawinan terjadi dan Pegawai

Pencatat mendaftarkan putusan pembatalan perkawinan dalam sebuah daftar yang

dipergunakan untuk itu. b. Memberikan putusan yang telah dilegalisir oleh

Pengadilan Agama sebagai surat bukti telah terjadi pembatalan perkawinan

kepada para pihak. c. Mengirimkan satu salinan putusan Pengadilan kepada

Pegawai Pencatat tempat perkawinan dilangsungkan kemudian dicatat pada

bagian pinggir dari daftar catatan perkawinan dan bagi perkawinanyang

dilangsungkan di luar negeri salinan putusan disampaikan kepada Pegawai

Pencatat di Jakarta.4

Dasar Pertimbangan Hukum Dari Majelis Hakim Dalam Membatalkan

Perkawinan.

Pertimbangan hakim merupakan salah satu aspek terpenting dalam

menentukan terwujudnya nilai dari suatu putusan hakim yang mengandung

4 Wawancara dengan Mujitahid, Ketua Majelis Pengadilan Agama Selong, Pada Hari

selasa, Tanggal 20 November, 2018, Pukul 09.00 WITA.

Page 11: JURNAL ILMIAH PEMBATALAN PERKAWINAN …...Persidangan,Sidang pertama dalam perkara pembatalan perkawinan Hakim Ketua membuka persidangan dan menyatakan bahwa persidangan terbuka untuk

viii

keadilan (ex aequo et bono) dan mengandung kepastian hukum, di samping itu

juga mengandung manfaat bagi para pihak yang bersangkutan sehingga

pertimbangan hakim ini harus disikapi dengan teliti, baik, dan cermat. Apabila

pertimbangan hakim tidak teliti, baik, dan cermat, maka putusan hakim yang

berasal dari pertimbangan hakim tersebut akan dibatalkan oleh Pengadilan Tinggi

Mahkamah Agung.5

Hakim dalam pemeriksaan suatu perkara juga memerlukan adanya

pembuktian, dimana hasil dari pembuktian itu kan digunakan sebagai bahan

pertimbangan dalam memutus perkara. Pembuktian merupakan tahap yang paling

penting dalam pemeriksaan di persidangan. Pembuktian bertujuan untuk

memperoleh kepastian bahwa suatu peristiwa/fakta yang diajukan itu benar-benar

terjadi, guna mendapatkan putusan hakim yang benar dan adil. Hakim tidak dapat

menjatuhkan suatu putusan sebelum nyata baginya bahwa peristiwa/fakta tersebut

benar-benar terjadi, yakni dibuktikan kebenaranya, sehingga nampak adanya

hubungan hukum antara para pihak.6

Selain itu, pada hakikatnya pertimbangan hakim hendaknya juga memuat

tentang hal-hal sebagai berikut :7 1. Pokok persoalan dan hal-hal yang diakui atau

dalil-dalil yang tidak disangkal. 2. Adanya analisis secara yuridis terhadap

putusan segala aspek menyangkut semua fakta/hal-hal yang terbukti dalam

persidangan. 3. Adanya semua bagian dari petitum Penggugat harus

5 Mukti Arto, Praktek Perkara Perdata pada Pengadilan Agama, Pustaka Pelajar,

Yogyakarta, 2004, hlm. 140. 6Ibid., hlm. 141. 7Ibid., hlm. 142.

Page 12: JURNAL ILMIAH PEMBATALAN PERKAWINAN …...Persidangan,Sidang pertama dalam perkara pembatalan perkawinan Hakim Ketua membuka persidangan dan menyatakan bahwa persidangan terbuka untuk

ix

dipertimbangkan/diadili secara satu demi satu sehingga hakim dapat menarik

kesimpulan tentang terbukti/tidaknya dan dapat dikabulkan/tidaknya tuntutan

tersebut dalam amar putusan.

Perkara gugatan pembatalan perkawinan yang diajukan oleh M. Rauki

Abdul Khalik sebagai pemohon terhadap Oviana sebagai termohon yang telah

disidangkan oleh Pengadilan Agama Selong dalam putusannya Nomor:

0565/Pdt.G/2017/PA.Sel telah membatalkan perkawinan antara M. Rauki Abdul

Khalik terhadap Oviana tersebut. Dasar pertimbangan hukum majelis hakim

pengadilan Agama Selong di dalam pokok perkara diantaranya adalah bahwa

salah satu pihak yakni pemohon telah terbukti di persidangan bahwa pemohon

dipaksa untuk menikah dengan termohon oleh orang tua pemohon dengan

dijemput oleh saksi kedua bernama Mulyadi bin H. Rusli pada hari pelaksanaan

akad nikah tanpa ada persetujuan pemohon untuk menikah dengan termohon.

Terkait dengan saksi tidak semua keterangan saksi bernilai sebagai alat

bukti yang sah, ada beberapa bagian keterangan saksi yang tidak boleh dinilai dan

dimasukkan sebagai alat bukti saksi yaitu pendapat pribadi saksi, dugaan saksi,

kesimpulan pendapat saksi, perasaan pribadi saksi dan kesan pribadi saksi (Pasal

171 ayat (2) HIR, Pasal 308 ayat (2) R.Bg dan Pasal 1907 ayat (2) KUH Perdata).

Memperhatikan syarat materiil alat bukti saksi tersebut maka keterangan

yang diberikan harus bersumber dari pengalaman, penglihatan atau pendengaran

dari peristiwa atau kejadian yang berhubungan dengan pokok perkara yang

disengketan para pihak. Sedangkan keterangan seorang saksi yang bersumber dari

cerita atau keterangan yang disampaikan orang lain kepadanya adalah berkualitas

Page 13: JURNAL ILMIAH PEMBATALAN PERKAWINAN …...Persidangan,Sidang pertama dalam perkara pembatalan perkawinan Hakim Ketua membuka persidangan dan menyatakan bahwa persidangan terbuka untuk

x

sebagai testimonium de audito yaitu kesaksian atau keterangan karena mendengar

dari orang lain, disebut juga kesaksian tidak langsung atau bukan saksi mata yang

mengalami.8

Dari pemeriksaan bukti-bukti dipersidangan ternyata bahwa pemohon

dalam kasus ini dipaksa untuk menikah dengan termohon tanpa ada rasa cinta atau

kasih sayang yang terjalin antara keduanya sebelum menikah, namun orang tua

pemohon memaksakan kehendaknya untuk menikahkan pemohon dengan

termohon tanpa minta persetujuan terlebih dahulu kepada pemohon, dengan kata

lain menikahkan anak perempuan dalam keadaan terpaksa (anak tidak

menyukainya), maka dapat di analogkan dengan menikahkan anak laki-laki dalam

keadaan terpaksa sedangkan anak tersebut tidak menyukainya karena tidak saling

mencintai, maka majelis hakim berpendapat permohonan pemohon terkait

pembatalan perkawinan telah memenuhi alasan hukum dan dapat dikabulkan.

Ahli hukum menjelaskan pengertian paksaan dengan membaginya secara

umum menjadi 3 (tiga). Hal ini berkaitan dengan daya paksa yang merupakan

lingkup dari bidang hukum pidana. Dijelaskan daya paksa terdiri dari tiga bentuk

yaitu: 9 1. Paksaan Mutlak,dalam hal ini siterpaksa (petindak) tidak dapat

bertindak lain, selain daripada apa yang dipaksakan kepadanya. Bagi si terpaksa

tiada persoalan pilihan. 2. Paksaan relatif,jika pada paksaan mutlak tidak ada

persoalan pilihan, dalam paksaan relatif secara teoritis ada persoalan pilihan,

walaupun pilihan itu lebih condong kepada “dipilihkan” oleh pemaksa. Jika

8 Yahya Harahap, Hukum Acara Perdata tentang Gugatan, Persidangan, Penyitaan,

Pembuktian, dan Putusan Pengadilan, Sinar Grafika, Jakarta, 2005, hlm. 661. 9 E.Y Kanter dan S.R Sianturi, Asas – Asas Hukum Pidana di Indonesia dan

Penerapannya, Storia Grafika, Jakarta, 2002, hlm. 273-276.

Page 14: JURNAL ILMIAH PEMBATALAN PERKAWINAN …...Persidangan,Sidang pertama dalam perkara pembatalan perkawinan Hakim Ketua membuka persidangan dan menyatakan bahwa persidangan terbuka untuk

xi

siterpaksa melakukan kehendak sendiri, ia akan mendapatkan perlakuan yang

merugikan dirinya yang tidak dapat dihindarinya. Keadaan darurat,paksaan ini

berasal dari kejadian darurat yang disebabkan oleh bukan manusia.

Dalam merumuskan unsur paksaan dalam perkara pembatalan perkawinan,

maka dapat dibatasi pengertian paksaan dalam kasus pembatalan perkawinan

antara M. Rauki Abdul Khalik terhadap Oviana sebagai berikut: Paksaan adalah

kekuatan, kekerasan (baik kekerasan fisik atau ancaman fisik), atau tekanan

diarahkan terhadap seseorang atau sesuatu yang mengharuskan (orang)

melakukan sesuatu yang diinginkan oleh yang memaksa. Sehingga pada kasus

pembatalan perkawinan M. Rauki Abdul Khalik terhadap Oviana, paksaan

terpenuhi karena ada upaya berupa ancaman.

Unsur-unsur paksaan yaitu suatu perbuatan, berupa kekuatan, kekerasan

(baik kekerasan fisik atau ancaman fisik), atau tekanan, ditujukan kepada orang

atau sesuatu, tujuannya agar si terpaksa menuruti keinginan si pemaksa sehingga

bertentangan dengan kesukarelaan maupun kemerdekaan si terpaksa.

Pada kasus perkawinan M. Rauki Abdul Khalik terhadap Oviana,

persetujuan melangsungkan perkawinan tidak bebas dari unsur paksaan yang

berupa ancaman pemukulan dari keluarga pemohon sendiri maupun pihak

keluarga termohon. Sehingga nampak pada kasus ini, bahwa perkawinan M.

Rauki Abdul Khalik terhadap Oviana dapat dibatalkan.

Di samping itu ketentuan Pasal 27 Undang-Undang Perkawinan dimana

pembatalan perkawinan dapat diajukan kepengadilan oleh pihak suami/pihak

istri/keluarganya atau pejabat yang berwenang apabila perkawinan dilangsungkan

Page 15: JURNAL ILMIAH PEMBATALAN PERKAWINAN …...Persidangan,Sidang pertama dalam perkara pembatalan perkawinan Hakim Ketua membuka persidangan dan menyatakan bahwa persidangan terbuka untuk

xii

di bawah ancaman terjadi salah sangka mengenai diri suami atau istri, kurangnya

persyaratan dalam melangsungkan perkawinan salah satu pihak masih terikat

perkawinan yang sah dengan pihak lain.

Dari ketentuan Pasal 27 Undang-Undang Perkawinan tersebut di atas

maka dapat dikatakan bahwa pertimbangan majelis hakim telah sesuai dengan

ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku bahwa perkawinan antara

pemohon dengan termohon dilangsungkan dengan cara dipaksa dan oleh karena

itu maka perkawinan tersebut dapat dinyatakan berlangsung dengan tidak

memenuhi persyaratan perkawinan sebagaimana ditetapkan di dalam Pasal 71

huruf f Kompilasi Hukum Islam perkawinan dapat dibatalkan salah satunya

apabila perkawinan dilaksanakan dengan paksaan dan Undang-Undang

Perkawinan. Oleh karena itu putusan pembatalan perkawinan antara pemohon

dengan termohon oleh Pengadian Agama Selong dipandang sudah tepat karena

dasar perkawinan yang dilakukan tersebut dengan paksaan. Sehingga perkawinan

tersebut juga dipandang tidak sah secara hukum karena mengandung cacat hukum

serta dapat diajukan gugatan pembatalan ke pengadilan.

Akta nikah yang telah diterbitkan oleh Kantor Urusan Agama Kecamatan

Selong terhadap perkawinan antara pemohon dan termohon harus dinyatakan

tidak mengikat dan tidak mempunyai kekuatan hukum. Oleh karena itu akta nikah

yang dikeluarkan oleh pihak Kantor Urusan Agama Kecamatan Selong

dinyatakan tidak berlaku lagi dari diputusnya dalam perkara pembatalan

perkawinan.

Page 16: JURNAL ILMIAH PEMBATALAN PERKAWINAN …...Persidangan,Sidang pertama dalam perkara pembatalan perkawinan Hakim Ketua membuka persidangan dan menyatakan bahwa persidangan terbuka untuk

xiii

III. PENUTUP

Kesimpulan

1. Prosedur pengajuan pembatalan perkawinan di Pengadilan Agama

Selong diantaranya Pengajuan Gugatan Pemohon membuat dan mengajukan surat

permohonan secara tertulis atau lisan kepada Pengadilan Agama, prosedur

penerimaan perkara, tahap persiapan, pemanggilan, persidangan dan putusan.

Dalam pengajuan gugatan, pemohon bisa datang sendiri atau diwakilkan kepada

orang lain yang akan bertindak sebagai kuasanya. Kemudian prosedur penerimaan

perkara melewati tahap yang ada di meja pertama, kas, meja kedua dan meja

ketiga. Selanjutnya tahap persiapan diantaranya Sub Kepaniteraan Permohonan

gugatan mempelajari kelengkapan persyaratan, panitera sebelum meneruskan

berkas perkara yang baru diterimanya itu kepada Ketua Pengadilan Agama,

selambat-lambatnya pada hari kedua setelah surat permohonan diterima di Bagian

Kepaniteraan, panitera menyerahkan berkas perkara yang diterima dari

Ketua/Wakil Ketua Pengadilan Agama kepada Ketua Majelis/Hakim yang

bersangkutan dan panitera menunjuk seorang atau lebih Panitera Pengganti untuk

diperbantukan pada Majelis Hakim yang bersangkutan. Tahap pemanggilan

kepada pihak-pihak yang berperkara untuk menghadiri sidang sesuai dengan hari,

tanggal, jam, dan tempat yang ditunjuk dalam Penetapan Hari Sidang. Tahap

persidangan yaitu melaksanakan sidang pertama dan siding kedua. Dan prosedur

yang terakhir adalah putusan untuk memperoleh kekuatan hukum tetap. 2. Dasar

hukum Pertimbangan Majelis hakim dalam membatalkan Perkawinan pemohon

dengan termohon dalam Putusan No.0565/Pdt.G/2017/PA Selong adalah dari

Page 17: JURNAL ILMIAH PEMBATALAN PERKAWINAN …...Persidangan,Sidang pertama dalam perkara pembatalan perkawinan Hakim Ketua membuka persidangan dan menyatakan bahwa persidangan terbuka untuk

xiv

hasil pemeriksaan alat-alat bukti di persidangan dan juga fakta-fakta persidangan

terbukti bahwa perkawinan tersebut dilangsungkan dengan cara paksaan sehingga

perkawinan tersebut dipandang mengandung cacat hukum karena bertentangan

dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku dalam hal ini adalah

Undang-Undang Perkawinan dan Pasal 71 huruf f Kompilasi Hukum Islam

perkawinan dapat dibatalkan salah satunya apabila perkawinan dilaksanakan

dengan paksaan.

Saran

1. Hendaknya prosedur pengajuan pembatalan perkawinan di permudah,

karena para pihak yang berperkara ingin maslah dalam perkawinanya cepat

selesai dan dalam pengajuan pembatalan perkawinan supaya diperpanjang jangka

waktunya sehingga bisa mempermudah para pihak. 2. Hendaknya dalam

memutuskan suatu perkara gugatan pembatalan perkawinan, pengadilan Agama

sebagai pengadilan tingkat pertama tetap berpedoman kepada peraturan peraturan

perundang-undangan yang berlaku di bidang hukum perkawinan yakni Undang-

Undang Nomor 1 Tahun 1974 utamanya tentang pembatalan perkawinan.

Page 18: JURNAL ILMIAH PEMBATALAN PERKAWINAN …...Persidangan,Sidang pertama dalam perkara pembatalan perkawinan Hakim Ketua membuka persidangan dan menyatakan bahwa persidangan terbuka untuk

xv

DAFTAR PUSTAKA

E.Y Kanter dan S.R Sianturi, 2002,Asas – Asas Hukum Pidana di Indonesia dan

Penerapannya, Storia Grafika, Jakarta.

K. Wantjik Saleh, 2004,Hukum Perkawinan Indonesia, Ghalia Indonesia, Jakarta.

Kepaniteraan Pengadilan Agama Selong, Prosedur Pengajuan Pembatalan

Perkawinan, Materi Workshop di Kecamatan Sambelia.

Mukti Arto, 2004,Praktek Perkara Perdata pada Pengadilan Agama, Pustaka

Pelajar, Yogyakarta.

Titik Triwulan dan Trianto, 2007,Poligami Perspektif, Perikatan Nikah, Prestasi

Pustaka, Jakarta.

Yahya Harahap, 2005, Hukum Acara Perdata tentang Gugatan, Persidangan,

Penyitaan, Pembuktian, dan Putusan Pengadilan, Sinar Grafika, Jakarta.


Top Related