i
JURNAL ILMIAH
PEMBATALAN PERKAWINAN MENURUT UNDANG-UNDANG
NOMOR 1 TAHUN 1974 DAN KOMPILASI HUKUM ISLAM
Program Studi Ilmu Hukum
Oleh :
YOLANA OCTAVIA
D1A 015 272
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS MATARAM
MATARAM
2019
ii
iii
PEMBATALAN PERKAWINAN MENURUT UNDANG-UNDANG
NOMOR 1 TAHUN 1974 DAN KOMPILASI HUKUM ISLAM
(Studi di Pengadilan Agama Selong)
YOLANA OCTAVIA
NIM: D1A 015 272
Fakultas Hukum Universitas Mataram
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui prosedur pengajuan pembatalan
perkawinan di Pengadilan Agama Selong dan untuk mengetahui dan menganalisis
dasar pertimbangan hukum dari majelis hakim dalam membatalkan perkawinan.
Jenis penelitian ini adalah penelitian hukum Normatif-Empiris. Pendekatan yang
digunakan adalah Pendekatan Perundang-undangan, Pendekatan Konseptual,
Pendekatan Sosiologis. Prosedur pengajuan pembatalan perkawinan di Pengadilan
Agama Selong diantaranya Pengajuan Gugatan Pemohon, prosedur penerimaan
perkara, tahap persiapan, pemanggilan, persidangan dan putusan. Dasar hukum
Pertimbangan Majelis hakim membatalkan perkawinan dalam Putusan
No.0565/Pdt.G/2017/PA Selong adalah dari hasil persidangan terbukti bahwa
perkawinan tersebut dilangsungkan dengan cara paksaan sehingga mengandung
cacat hukum karena bertentangan dengan peraturan Perundang-Undangan yang
berlaku.
Kata Kunci: Pembatalan, Perkawinan, Kompilasi Hukum Islam
MARRIAGE CANCELLATION IN LAW NUMBER 1 OF 1974 AND THE
COMPILATION OF ISLAMIC LAW
(A Study at Religious Court of Selong)
Abstract
This study aims to determine the procedure for submitting a marriage
cancellation in the Selong Religious Court and to find out and analyze the legal
considerations of the panel of judges in canceling a marriage. This type of
research is Normative-Empirical legal research. The approach used is the
Legislative Approach, Conceptual Approach, Sociological Approach. The
procedure for submitting a marriage cancellation in Selong Religious Court
includes the Submission of the Petitioners' Lawsuit, procedure for receipt of
cases, stages of preparation, summons, trial and decision. Legal basis
Considerations The panel of judges canceled the marriage in Decision No. 0565 /
Pdt.G / 2017 / PA Selong is the result of the trial proved that the marriage was
carried out by force so that it contained a legal flaw because it contradicted the
prevailing laws and regulations.
Keywords: Cancellation, Marriage, Compilation of Islamic
i
I. PENDAHULUAN
Dasar-dasar perkawinan dibentuk oleh unsur-unsur alami dari kehidupan
manusia itu sendiri yang meliputi kebutuhan dan fungsi biologis, melahirkan
keturunan, kebutuhan akan kasih sayang dan persaudaraan, memelihara anak-anak
tersebut menjadi anggota masyarakat yang sempurna.1
Berdasarkan Pasal 1 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 Tentang
Perkawinan (selanjutnya disebut dengan Undang-Undang Perkawinan), yang
dimaksud dengan perkawinan adalah ikatan lahir batin antara seorang pria dengan
seorang wanita sebagai suami isteri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah
tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa. Bila
membaca definisi perkawinan yang termuat di dalam Pasal 1 Undang-Undang
Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan tersebut di atas maka dapat dikatakan
bahwa perkawinan adalah suatu yang bersifat sacral yang menyatakan seorang
pria dan seorang wanita secara lahir maupun batin dengan tujuan membentuk
keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan ketuhanan yang
maha esa dan untuk memperoleh keturunan dari pasangan suami istri tersebut.2
Asas kematangan tersebut tercermin pada Pasal 7 ayat (1) Undang-Undang
Perkawinan yang menyebutkan perkawinan hanya diijinkan jika pihak laki-laki
telah berusia usia 19 (sembilan belas) tahun dan pihak wanita telah berusia 16
(enam belas) tahun, hal ini menjadi syarat usia minimal yang harus dipenuhi.
1 Titik Triwulan dan Trianto, Poligami Perspektif, Perikatan Nikah, Prestasi Pustaka,
Jakarta, 2007, hlm. 2. 2 K. Wantjik Saleh, Hukum Perkawinan Indonesia, Ghalia Indonesia, Jakarta, 2004, hlm.
15.
ii
Ketentuan lain yang mencerminkan prinsip perlindungan bagi para pihak
adalah pada Pasal 2 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 yang menyebutkan: 1.
Perkawinan adalah sah, apabila dilakukan menurut hukum masing-masing
agamanya dan kepercayaannya. 2. Tiap-tiap perkawinan dicatat menurut
peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Apabila dalam suatu perkawinan pelaksanaannya tidak memenuhi syarat-
syarat perkawinan, maka perkawinan tersebut dapat dibatalkan. Pembatalan
perkawinan berarti menganggap perkawinan yang telah dilakukan sebagai
peristiwa yang tidak sah, atau dianggap tidak pernah ada. Pengadilan Agama
dapat membatalkan perkawinan atas permohonan pihak-pihak yang
berkepentingan setelah nyata terdapat faktor-faktor yang menyebabkan
perkawinan dapat dibatalkan.
Putusnya perkawinan karena adanya putusan dari pengadilan terjadi
apabila para pihak tidak memenuhi syarat-syarat yang telah ditentukan untuk
melangsungkan perkawinan. Hal ini tercantum dalam rumusan Undang-Undang
Nomor 1 Tahun 1974 Pasal 22 yang menyatakan bahwa:
“Perkawinan dapat dibatalkan, apabila para pihak tidak memenuhi syarat-
syarat untuk melangsungkan perkawinan”.
Pembatalan perkawinan menjadi penting untuk dikaji, hal ini disebabkan
karena perkawinan putus bukan karena kematian ataupun perceraian, perkawinan
putus karena dibatalkan oleh pihak pengadilan, perkawinan yang dibatalkan akan
berdampak bukan hanya bagi pasangan perkawinan saja namun juga berdampak
bagi pihak-pihak yang berhubungan dengan perkawinan tersebut, seperti harta
iii
benda dalam perkawinan, pada kenyataannya banyak terjadi di kalangan
masyarakat.
Berdasarkan uraian latar belakang tersebut di atas, penulis dapat menarik
rumusan masalah diantaranya: 1. Bagaimana prosedur pengajuan pembatalan
perkawinan di Pengadilan Agama Selong ? 2. Apakah dasar pertimbangan hukum
dari majelis hakim dalam membatalkan perkawinan ?. Tujuan penelitian: 1. Untuk
mengetahui dan menganalisis prosedur pengajuan pembatalan perkawinan di
Pengadilan Agama Selong. 2. Untuk mengetahui dan menganalisis Dasar
Pertimbangan Hukum Dari Hakim Dalam Membatalkan Perkawinan. Manfaat
penelitian: 1. Manfaat Teoritis, Penelitian ini diharapkan dapat memberikan
sumbangan pemikiran dalam pengembangan khasanah ilmu hukum pada
umumnya, khususnya dalam bidang hukum keluarga yang terkait tentang
pembatalan perkawinan menurut Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 dan
Kompilasi Hukum Islam. 2. Manfaat Praktis, Penelitian ini diharapkan dapat
memberikan masukan dan informasi bagi masyarakat, maupun instansi
pemerintah ekskutif dan legislatif tentang pembatalan perkawinan menurut
Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 dan Hukum Islam/Kompilasi Hukum
Islam (Studi di Pengadilan Agama Selong). Metode Penelitian yang di gunakan
adalah penelitian hukum normatif empiris.
iv
II. PEMBAHASAN
Prosedur Pengajuan Pembatalan Perkawinan Di Pengadilan Agama Selong.
Pembatalan perkawinan yang dilakukan oleh para pihak syaratnya tidak
melebihi dari 6 bulan usia perkawinan, apabila melebihi dari ketentuan tersebut
untuk mengajukan pembatalan perkawinan salah satu diantara syaratnya adalah
tidak memenuhi rukun dan syarat menurut agama, boleh mengajukan pembatalan
perkawinan ke Pengadilan Agama, dengan syarat dia harus memasukkan salah
satu dari posita yaitu bagian yang berisi dalil yang menggambarkan adanya
hubungan yang menjadi dasar atau uraian dari suatu tuntutan peristiwa hukumnya
seperti para pihak baru mengetahui ada rukun dan syarat-syarat yang di langgar
setelah melangsungkan perkawinan lebih dari 6 bulan.
Pengajuan pembatalan perkawinan yang harus di lakukan dipengadilan
Agama Selong secara lengkap ada beberapa tahapan yang harus dijalankan,
yaitu:3
Pengajuan Gugatan Pemohon membuat dan mengajukan surat
permohonan secara tertulis atau lisan kepada Pengadilan Agama.Pemohon bisa
datang sendiri atau diwakilkan kepada orang lain yang akan bertindak sebagai
kuasanya.
Prosedur Penerimaan Perkara.Tata cara dalam penerimaan perkara di
Pengadilan Agama Selong terdiri dari: a. Meja Pertama, 1). Menerima gugatan,
permohonan perlawanan, pernyataan banding, kasasi, permohonan peninjauan
kembali, penjelasan dan penafsiran biaya perkara. 2). Membuat surat kuasa 3).
3 Kepaniteraan Pengadilan Agama Selong, Prosedur Pengajuan Pembatalan Perkawinan,
Materi Workshop di Kecamatan Sambelia. hlm. 7-12.
v
Menyerahkan kembali surat permohonan kepada calon pemohon. b. Kas, 1).
Menerima pembayaran uang panjar biaya perkara (PBP) dan biaya eksekusi dari
pihak calon pemohon berdasarkan SKUM. 2). Membukukan penerimaan uang
panjar biaya perkara dan biaya eksekusi dalam jurnal penerimaan uang. 3).
Mengembalikan asli serta tindasan pertama SKUM kepada pihak calon pemohon
setelah dibubuhi cap atau tanda lunas. 4). Menyerahkan biaya perkara dan biaya
eksekusi yang diterimanya kepada bendaharawan perkara dan dibukukan dalam
buku jurnal. c. Meja Kedua, 1) Menerima surat gugatan atau perlawanan dari
calon Penggugat atau Pelawan dalam rangkap sebanyak jumlah Tergugat atau
terlawan ditambah sekurang-kurangnya 4 rangkap untuk keperluan masing-
masing Hakim. 2). Menerima surat permohonan dari colon pemohon
sekurangkurangnya sebanyak 2 rangkap. 3). Menerima tindasan pertama SKUM
dari calon pemohon. 4). Mendaftarkan. 5). Menyerahkan kembali satu rangkap
surat permohonan yang telah diberi nomor registrasi kepada pemohon. 6). Asli
surat permohonan dimasukkan dalam sebuah map khusus dengan melampirkan
tindasan pertama SKUM dan surat-surat yang berhubungan dengan permohonan,
disampaikan kepada Wakil Panitera untuk selanjutnya berkas permohonan
tersebut disampaikan kepada Ketua Pengadilan melalui Panitera. d. Meja Ketiga,
1). Menyerahkan putusan Pengadilan Agama/Pengadilan Tinggi Agama/
Mahkamah Agung kepada yang berkepentingan. 2). Menyerahkan salinan
penetapan Pengadilan Agama kepada pihak yang berkepentingan. 3). Menerima
memori atau contra memori banding, memori/contra memori kasasi
jawaban/tanggapan dan lain-lain. 4). Menyusun atau mempersiapkan berkas.
vi
Tahap Persiapan, a. Sub Kepaniteraan Permohonan gugatan mempelajari
kelengkapan persyaratan dan mencatat semua data perkara, yang baru diterimanya
dalam buku penerimaan tentang perkara kemudian menyampaikannya kepada
Panitera dengan melampirkan semua formulir yang berhubungan dengan
pemeriksaan perkara. b. Panitera sebelum meneruskan berkas perkara yang baru
diterimanya itu kepada Ketua Pengadilan Agama, terlebih dahulu menyuruh
petugas yang bersangkutan untuk mencatatnya dalam buku register perkara. c.
Selambat-lambatnya pada hari kedua setelah surat permohonan diterima di Bagian
Kepaniteraan. d. Panitera menyerahkan berkas perkara yang diterima dari Ketua/
Wakil Ketua Pengadilan Agama kepada Ketua Majelis/Hakim yang bersangkutan.
e. Panitera menunjuk seorang atau lebih Panitera Pengganti untuk diperbantukan
pada Majelis Hakim yang bersangkutan.
Pemanggilan, berdasarkan penetapan hari sidang, juru sita akan
melakukan pemanggilan kepada pihak-pihak yang berperkara untuk menghadiri
sidang sesuai dengan hari, tanggal, jam, dan tempat yang ditunjuk dalam
Penetapan Hari Sidang. Pemanggilan secara resmi disampaikan kepada pribadi
yang bersangkutan atau kuasa sahnya, bila tidak dijumpai disampaikan kepada
Lurah atau Kepala Desa yang bersangkutan. Panggilan dilakukan dan
disampaikan secara patut dan sudah diterima pemohon maupun termohon atau
kuasa mereka selambat-lambatnya 3 hari sebelum sidang dibuka.
Persidangan,Sidang pertama dalam perkara pembatalan perkawinan
Hakim Ketua membuka persidangan dan menyatakan bahwa persidangan terbuka
untuk umum, selanjutnya para pihak yang berperkara dipanggil masuk ke dalam
vii
ruang persidangan setelah mengecek dan memeriksa kehadiran para pihak yang
berperkara yang hadir dalam persidangan, bila telah lengkap sidang dapat dimulai
dan Hakim dapat mulai memeriksa dan menanyai pemohon dan termohon untuk
mengetahui duduk perkaranya. Sidang kedua dalam perkara pembatalan
perkawinan susunan persidangan sama dengan sidang pertama, sidang dibuka dan
dimulai walaupun salah satu termohon tetap tidak hadir meskipun dalam berita
acara panggilan telah dipanggil secara patut.
Putusan,putusan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap, maka
panitera berkewajiban untuk: a. Mengirimkan satu salinan putusan Pengadilan
kepada Pegawai Pencatat di tempat pembatalan perkawinan terjadi dan Pegawai
Pencatat mendaftarkan putusan pembatalan perkawinan dalam sebuah daftar yang
dipergunakan untuk itu. b. Memberikan putusan yang telah dilegalisir oleh
Pengadilan Agama sebagai surat bukti telah terjadi pembatalan perkawinan
kepada para pihak. c. Mengirimkan satu salinan putusan Pengadilan kepada
Pegawai Pencatat tempat perkawinan dilangsungkan kemudian dicatat pada
bagian pinggir dari daftar catatan perkawinan dan bagi perkawinanyang
dilangsungkan di luar negeri salinan putusan disampaikan kepada Pegawai
Pencatat di Jakarta.4
Dasar Pertimbangan Hukum Dari Majelis Hakim Dalam Membatalkan
Perkawinan.
Pertimbangan hakim merupakan salah satu aspek terpenting dalam
menentukan terwujudnya nilai dari suatu putusan hakim yang mengandung
4 Wawancara dengan Mujitahid, Ketua Majelis Pengadilan Agama Selong, Pada Hari
selasa, Tanggal 20 November, 2018, Pukul 09.00 WITA.
viii
keadilan (ex aequo et bono) dan mengandung kepastian hukum, di samping itu
juga mengandung manfaat bagi para pihak yang bersangkutan sehingga
pertimbangan hakim ini harus disikapi dengan teliti, baik, dan cermat. Apabila
pertimbangan hakim tidak teliti, baik, dan cermat, maka putusan hakim yang
berasal dari pertimbangan hakim tersebut akan dibatalkan oleh Pengadilan Tinggi
Mahkamah Agung.5
Hakim dalam pemeriksaan suatu perkara juga memerlukan adanya
pembuktian, dimana hasil dari pembuktian itu kan digunakan sebagai bahan
pertimbangan dalam memutus perkara. Pembuktian merupakan tahap yang paling
penting dalam pemeriksaan di persidangan. Pembuktian bertujuan untuk
memperoleh kepastian bahwa suatu peristiwa/fakta yang diajukan itu benar-benar
terjadi, guna mendapatkan putusan hakim yang benar dan adil. Hakim tidak dapat
menjatuhkan suatu putusan sebelum nyata baginya bahwa peristiwa/fakta tersebut
benar-benar terjadi, yakni dibuktikan kebenaranya, sehingga nampak adanya
hubungan hukum antara para pihak.6
Selain itu, pada hakikatnya pertimbangan hakim hendaknya juga memuat
tentang hal-hal sebagai berikut :7 1. Pokok persoalan dan hal-hal yang diakui atau
dalil-dalil yang tidak disangkal. 2. Adanya analisis secara yuridis terhadap
putusan segala aspek menyangkut semua fakta/hal-hal yang terbukti dalam
persidangan. 3. Adanya semua bagian dari petitum Penggugat harus
5 Mukti Arto, Praktek Perkara Perdata pada Pengadilan Agama, Pustaka Pelajar,
Yogyakarta, 2004, hlm. 140. 6Ibid., hlm. 141. 7Ibid., hlm. 142.
ix
dipertimbangkan/diadili secara satu demi satu sehingga hakim dapat menarik
kesimpulan tentang terbukti/tidaknya dan dapat dikabulkan/tidaknya tuntutan
tersebut dalam amar putusan.
Perkara gugatan pembatalan perkawinan yang diajukan oleh M. Rauki
Abdul Khalik sebagai pemohon terhadap Oviana sebagai termohon yang telah
disidangkan oleh Pengadilan Agama Selong dalam putusannya Nomor:
0565/Pdt.G/2017/PA.Sel telah membatalkan perkawinan antara M. Rauki Abdul
Khalik terhadap Oviana tersebut. Dasar pertimbangan hukum majelis hakim
pengadilan Agama Selong di dalam pokok perkara diantaranya adalah bahwa
salah satu pihak yakni pemohon telah terbukti di persidangan bahwa pemohon
dipaksa untuk menikah dengan termohon oleh orang tua pemohon dengan
dijemput oleh saksi kedua bernama Mulyadi bin H. Rusli pada hari pelaksanaan
akad nikah tanpa ada persetujuan pemohon untuk menikah dengan termohon.
Terkait dengan saksi tidak semua keterangan saksi bernilai sebagai alat
bukti yang sah, ada beberapa bagian keterangan saksi yang tidak boleh dinilai dan
dimasukkan sebagai alat bukti saksi yaitu pendapat pribadi saksi, dugaan saksi,
kesimpulan pendapat saksi, perasaan pribadi saksi dan kesan pribadi saksi (Pasal
171 ayat (2) HIR, Pasal 308 ayat (2) R.Bg dan Pasal 1907 ayat (2) KUH Perdata).
Memperhatikan syarat materiil alat bukti saksi tersebut maka keterangan
yang diberikan harus bersumber dari pengalaman, penglihatan atau pendengaran
dari peristiwa atau kejadian yang berhubungan dengan pokok perkara yang
disengketan para pihak. Sedangkan keterangan seorang saksi yang bersumber dari
cerita atau keterangan yang disampaikan orang lain kepadanya adalah berkualitas
x
sebagai testimonium de audito yaitu kesaksian atau keterangan karena mendengar
dari orang lain, disebut juga kesaksian tidak langsung atau bukan saksi mata yang
mengalami.8
Dari pemeriksaan bukti-bukti dipersidangan ternyata bahwa pemohon
dalam kasus ini dipaksa untuk menikah dengan termohon tanpa ada rasa cinta atau
kasih sayang yang terjalin antara keduanya sebelum menikah, namun orang tua
pemohon memaksakan kehendaknya untuk menikahkan pemohon dengan
termohon tanpa minta persetujuan terlebih dahulu kepada pemohon, dengan kata
lain menikahkan anak perempuan dalam keadaan terpaksa (anak tidak
menyukainya), maka dapat di analogkan dengan menikahkan anak laki-laki dalam
keadaan terpaksa sedangkan anak tersebut tidak menyukainya karena tidak saling
mencintai, maka majelis hakim berpendapat permohonan pemohon terkait
pembatalan perkawinan telah memenuhi alasan hukum dan dapat dikabulkan.
Ahli hukum menjelaskan pengertian paksaan dengan membaginya secara
umum menjadi 3 (tiga). Hal ini berkaitan dengan daya paksa yang merupakan
lingkup dari bidang hukum pidana. Dijelaskan daya paksa terdiri dari tiga bentuk
yaitu: 9 1. Paksaan Mutlak,dalam hal ini siterpaksa (petindak) tidak dapat
bertindak lain, selain daripada apa yang dipaksakan kepadanya. Bagi si terpaksa
tiada persoalan pilihan. 2. Paksaan relatif,jika pada paksaan mutlak tidak ada
persoalan pilihan, dalam paksaan relatif secara teoritis ada persoalan pilihan,
walaupun pilihan itu lebih condong kepada “dipilihkan” oleh pemaksa. Jika
8 Yahya Harahap, Hukum Acara Perdata tentang Gugatan, Persidangan, Penyitaan,
Pembuktian, dan Putusan Pengadilan, Sinar Grafika, Jakarta, 2005, hlm. 661. 9 E.Y Kanter dan S.R Sianturi, Asas – Asas Hukum Pidana di Indonesia dan
Penerapannya, Storia Grafika, Jakarta, 2002, hlm. 273-276.
xi
siterpaksa melakukan kehendak sendiri, ia akan mendapatkan perlakuan yang
merugikan dirinya yang tidak dapat dihindarinya. Keadaan darurat,paksaan ini
berasal dari kejadian darurat yang disebabkan oleh bukan manusia.
Dalam merumuskan unsur paksaan dalam perkara pembatalan perkawinan,
maka dapat dibatasi pengertian paksaan dalam kasus pembatalan perkawinan
antara M. Rauki Abdul Khalik terhadap Oviana sebagai berikut: Paksaan adalah
kekuatan, kekerasan (baik kekerasan fisik atau ancaman fisik), atau tekanan
diarahkan terhadap seseorang atau sesuatu yang mengharuskan (orang)
melakukan sesuatu yang diinginkan oleh yang memaksa. Sehingga pada kasus
pembatalan perkawinan M. Rauki Abdul Khalik terhadap Oviana, paksaan
terpenuhi karena ada upaya berupa ancaman.
Unsur-unsur paksaan yaitu suatu perbuatan, berupa kekuatan, kekerasan
(baik kekerasan fisik atau ancaman fisik), atau tekanan, ditujukan kepada orang
atau sesuatu, tujuannya agar si terpaksa menuruti keinginan si pemaksa sehingga
bertentangan dengan kesukarelaan maupun kemerdekaan si terpaksa.
Pada kasus perkawinan M. Rauki Abdul Khalik terhadap Oviana,
persetujuan melangsungkan perkawinan tidak bebas dari unsur paksaan yang
berupa ancaman pemukulan dari keluarga pemohon sendiri maupun pihak
keluarga termohon. Sehingga nampak pada kasus ini, bahwa perkawinan M.
Rauki Abdul Khalik terhadap Oviana dapat dibatalkan.
Di samping itu ketentuan Pasal 27 Undang-Undang Perkawinan dimana
pembatalan perkawinan dapat diajukan kepengadilan oleh pihak suami/pihak
istri/keluarganya atau pejabat yang berwenang apabila perkawinan dilangsungkan
xii
di bawah ancaman terjadi salah sangka mengenai diri suami atau istri, kurangnya
persyaratan dalam melangsungkan perkawinan salah satu pihak masih terikat
perkawinan yang sah dengan pihak lain.
Dari ketentuan Pasal 27 Undang-Undang Perkawinan tersebut di atas
maka dapat dikatakan bahwa pertimbangan majelis hakim telah sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku bahwa perkawinan antara
pemohon dengan termohon dilangsungkan dengan cara dipaksa dan oleh karena
itu maka perkawinan tersebut dapat dinyatakan berlangsung dengan tidak
memenuhi persyaratan perkawinan sebagaimana ditetapkan di dalam Pasal 71
huruf f Kompilasi Hukum Islam perkawinan dapat dibatalkan salah satunya
apabila perkawinan dilaksanakan dengan paksaan dan Undang-Undang
Perkawinan. Oleh karena itu putusan pembatalan perkawinan antara pemohon
dengan termohon oleh Pengadian Agama Selong dipandang sudah tepat karena
dasar perkawinan yang dilakukan tersebut dengan paksaan. Sehingga perkawinan
tersebut juga dipandang tidak sah secara hukum karena mengandung cacat hukum
serta dapat diajukan gugatan pembatalan ke pengadilan.
Akta nikah yang telah diterbitkan oleh Kantor Urusan Agama Kecamatan
Selong terhadap perkawinan antara pemohon dan termohon harus dinyatakan
tidak mengikat dan tidak mempunyai kekuatan hukum. Oleh karena itu akta nikah
yang dikeluarkan oleh pihak Kantor Urusan Agama Kecamatan Selong
dinyatakan tidak berlaku lagi dari diputusnya dalam perkara pembatalan
perkawinan.
xiii
III. PENUTUP
Kesimpulan
1. Prosedur pengajuan pembatalan perkawinan di Pengadilan Agama
Selong diantaranya Pengajuan Gugatan Pemohon membuat dan mengajukan surat
permohonan secara tertulis atau lisan kepada Pengadilan Agama, prosedur
penerimaan perkara, tahap persiapan, pemanggilan, persidangan dan putusan.
Dalam pengajuan gugatan, pemohon bisa datang sendiri atau diwakilkan kepada
orang lain yang akan bertindak sebagai kuasanya. Kemudian prosedur penerimaan
perkara melewati tahap yang ada di meja pertama, kas, meja kedua dan meja
ketiga. Selanjutnya tahap persiapan diantaranya Sub Kepaniteraan Permohonan
gugatan mempelajari kelengkapan persyaratan, panitera sebelum meneruskan
berkas perkara yang baru diterimanya itu kepada Ketua Pengadilan Agama,
selambat-lambatnya pada hari kedua setelah surat permohonan diterima di Bagian
Kepaniteraan, panitera menyerahkan berkas perkara yang diterima dari
Ketua/Wakil Ketua Pengadilan Agama kepada Ketua Majelis/Hakim yang
bersangkutan dan panitera menunjuk seorang atau lebih Panitera Pengganti untuk
diperbantukan pada Majelis Hakim yang bersangkutan. Tahap pemanggilan
kepada pihak-pihak yang berperkara untuk menghadiri sidang sesuai dengan hari,
tanggal, jam, dan tempat yang ditunjuk dalam Penetapan Hari Sidang. Tahap
persidangan yaitu melaksanakan sidang pertama dan siding kedua. Dan prosedur
yang terakhir adalah putusan untuk memperoleh kekuatan hukum tetap. 2. Dasar
hukum Pertimbangan Majelis hakim dalam membatalkan Perkawinan pemohon
dengan termohon dalam Putusan No.0565/Pdt.G/2017/PA Selong adalah dari
xiv
hasil pemeriksaan alat-alat bukti di persidangan dan juga fakta-fakta persidangan
terbukti bahwa perkawinan tersebut dilangsungkan dengan cara paksaan sehingga
perkawinan tersebut dipandang mengandung cacat hukum karena bertentangan
dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku dalam hal ini adalah
Undang-Undang Perkawinan dan Pasal 71 huruf f Kompilasi Hukum Islam
perkawinan dapat dibatalkan salah satunya apabila perkawinan dilaksanakan
dengan paksaan.
Saran
1. Hendaknya prosedur pengajuan pembatalan perkawinan di permudah,
karena para pihak yang berperkara ingin maslah dalam perkawinanya cepat
selesai dan dalam pengajuan pembatalan perkawinan supaya diperpanjang jangka
waktunya sehingga bisa mempermudah para pihak. 2. Hendaknya dalam
memutuskan suatu perkara gugatan pembatalan perkawinan, pengadilan Agama
sebagai pengadilan tingkat pertama tetap berpedoman kepada peraturan peraturan
perundang-undangan yang berlaku di bidang hukum perkawinan yakni Undang-
Undang Nomor 1 Tahun 1974 utamanya tentang pembatalan perkawinan.
xv
DAFTAR PUSTAKA
E.Y Kanter dan S.R Sianturi, 2002,Asas – Asas Hukum Pidana di Indonesia dan
Penerapannya, Storia Grafika, Jakarta.
K. Wantjik Saleh, 2004,Hukum Perkawinan Indonesia, Ghalia Indonesia, Jakarta.
Kepaniteraan Pengadilan Agama Selong, Prosedur Pengajuan Pembatalan
Perkawinan, Materi Workshop di Kecamatan Sambelia.
Mukti Arto, 2004,Praktek Perkara Perdata pada Pengadilan Agama, Pustaka
Pelajar, Yogyakarta.
Titik Triwulan dan Trianto, 2007,Poligami Perspektif, Perikatan Nikah, Prestasi
Pustaka, Jakarta.
Yahya Harahap, 2005, Hukum Acara Perdata tentang Gugatan, Persidangan,
Penyitaan, Pembuktian, dan Putusan Pengadilan, Sinar Grafika, Jakarta.