STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)
PENYELIDIKAN dan PENYIDIKAN T. PIDANA
SATUAN RESERSE KRIMINAL POLRES BIMA
I. PENDAHULUAN
a. Tugas pokok Polri sesuai yang diamanatkan dalam undang undang No 2
tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia berperan
dalam memelihara keamanan dan ketertiban, sebagai pelindung,
pengayom dan pelayan masyarakat serta penegakan hukum. Didalam
menjalankan tugas pokok Polri dituntut mampu menjalankan peran secara
maksimal perlindungan dan pelayanan masyarakat sebagai wujud
interprestasi dan tuntutan dan harapan masyarakat.
b. Dengan menyadari peran Polri sebagai pelindung dan pelayan atau to
protec and to service. Konsep penegakan hukum melalui proses
penyelidikan dan penyidikan sesungguhnya harus berorientasi kepada
pelayanan masyarakat. Namun pelaksanaan penyelidikan dan penyidikan
yang dilakukan anggota Polri khususnya dalam proses upaya paksa akan
menimbulkan kesan negatif dilihat dari dimensi pelayanan. Sehingga
ditentukan adanya pedoman yang aplikatif dalam melaksanakan prosedur
tindakan penyelidikan dan penyidikan yang dilaksanakan oleh anggota
Polri dengan memperhatikan ketentuan perundang-undangan yang
berlaku serta hak asasi manusia.
c. Prosedur atau tata cara didalam melakukan tindakan penyelidikan dan
penyidikan menjadikan komitmen bersama didalam setiap unit kerja.
Agar prosedur atau tata cara tersebut dapat dipedomani maka disusun
adanya Standar Operasional Prosedur (SOP) sebagai parameter atau
tolak ukur pelaksanaan tindakan penyelidikan dan penyidikan.
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) 1
Dengan adanya Standar Operasional Prosedur (SOP) hubungan antara
penyidik sebagai pemberi pelayanan dan masyarakat sebagai penerima
pelayanan dapat berinteraksi sesuai harapan. Pelayanan cepat, tepat,
transparan dan akuntabel yang diberikan oleh petugas terhadap
masyarakat menunjukkan komitmen Polri dalam memberikan pelayanan
prima.
d. Direktorat Reskrim Polda NTB dalam memberikan pelayanan prima
kepada masyarakat dalam proses penyelidikan dan penyidikan suatu
peristiwa pidana yang dilaporkan oleh masyarakat berupaya memberikan
pedoman secara aplikatif. Pedoman atau acuan didasarkan kepada
pelaksanaan tugas pekerjaan sesuai dengan fungsi dan peranannya.
Pedoman ini juga merupakan alat penilaian kinerja berdasarkan indikator
teknis, administratif dan prosedural sehingga meningkatkan kepercayaan
masyarakat (Trust Building) yang pada akhirnya akan menumbuh
kembangkan peran serta masyarakat (Pattners ship Building) dalam
mendukung pencapaian penegakan hukum.
2. Dasar
a. Undang-undang No. 2 tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik
Indonesia.
b. Undang-undang No. 8 tahun 1981 tentang KU HAP.
c. Peraturan Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia No. PoI: 12 tahun
2009 tentang Pengawasan dan Pengendalian Penanganan Perkara
Pidana di Lingkungan Polri.
d. Juklak dan juknis Administrasi Penyidikan.
3. Maksud dan Tujuan
a. Maksud
Maksud pembuatan pedoman Standar Operasional Prosedur (SOP) agar
dapat digunakan sebagai pedoman dalam rangka proses penyelidikan dan
penyidikan tindak pidana serta wujud standarisasi yang harus dilakukan
penyidik dalam memberikan pelayanan prima kepada masyarakat.
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) 2
b. Tujuan
Tujuan pembuatan pedoman Standar Operasional Prosedur (SOP) adalah
menciptakan komitment mengenai kegiatan yang dikerjakan oleh penyidik
dan satuan unit kerja Dit Reskrim Polda NTB untuk menjadikan penyidik
yang profesional, proposional, bermoral dengan menjunjung tinggi
supermasi hukum dan hak asasi manusia.
4. Ruang Lingkup
Ruang Iingkup pedoman Standar Operasional Prosedur (SOP) meliputi
proses penyelidikan dan penyidikan yang dilakukan anggota pengemban
fungsi Reskrim di jajaran Polda NTB.
5. Tata Unit
I. PENDAHULUAN
II. PELAKSANAAN SOP
III. ADIMINISTRASI SOP
IV. PENGAWASAN DAN PENGENDALIAN
V. PENUTUP
6. Pengertian
a. Standar Operasional Prosedur (SOP)
Standar Operasional Prosedur adalah pedoman atau acuan untuk
melaksanakan tugas pekerjaan sesuai dengan fungsi dan alat penilaian
kinerja berdasarkan indikator-indikator teknis, administratif dan prosedural
sesuai dengan tata kerja, prosedur kerja dan sistem kerja pada unit kerja.
b. Laporan
Laporan adalah pemberitahuan yang disampaikan oleh seseorang karena
hak dan kewajiban berdasarkan undang-undang kepada pejabat yang
berwenang tentang telah atau sedang diduga akan terjadiriya peristiwa
pidana.
c. Pengaduan
Pengaduan adalah pemberitahuan disertai permintaan oleh pihak yang
berkepentingan kepada pejabat berwenang untuk menindak menurut
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) 3
hukum seorang yang telah melakukan tindak pidana aduan yang
merugikannya.
d. Penyelidikan
Penyelidikan adalah serangkaian tindakan penyelidik untuk mencari dan
menentukan suatu peristiwa yang diduga sebagai tindak pidana guna
menentukan dapat atau tidaknya dilakukan penyidikan menurut cara yang
diatur dalam undang-undang ini.
e. Penyidikan
Penyidikan ada!ah serangkaian tindakan penyidik dalam hal dan menurut
cara yang diatur dalam undang-undang untuk mencari serta
mengumpulkan bukti itu membuat terang tentang tindak pidana yang
terjadi dan guna menemukan tersangkanya.
II. PELAKSANAAN STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)
Dalam melaksanakan tugas penyelidikan dan penyidikan yang
dilakukan penyidik terhadap proses penanganan perkara pidana diperlukan
standar kerja penyidik sebagai pedoman didalam melaksanakan tugas pokok.
Standar kinerja ini sekaligus dapat digunakan untuk menilai kinerja secara
internal maupun eksternal. Standar internal yang bersifat prosedural ini yang
diinterprestasikan sebagai Standar Operasional Prosedur (SOP). Pembuatan
SOP menjadi relevan karena sebagai tolak ukur dalam menilai efektivitas dan
efisiensi kinerja dalam melaksanakan program kerjanya. Secara konseptual
prosedur diartikan sebagai Iangkah - langkah sejumlah instruksi logis untuk
menuju pada suatu proses yang dikehendaki. Dilihat dari fungsinya, SOP
berfungsi membentuk sistem kerja dan aliran kerja yang teratur, sistematis,
dan dapat dipertanggungjawabkan, menggambarkan bagaimana tujuan
pekerjaan dilaksanakan sesuai dengan kebijakan dan peraturan yang berlaku,
menjelaskan bagaimana proses pelaksanaan kegiatan berlangsung, sebagai
sarana tata urutan dan pelaksanaan dan pengadministrasian pekerjaan
harian sebagaimana metode yang ditetapkan, menjamin konsistensi dan
proses kerja yang sistematik, dan menetapkan hubungan timbal balik antar
Satuan Kerja. Secara umum, SOP merupakan gambaran langkah-langkah
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) 4
kerja (sistem, mekanisme dan tata kerja internal) yang diperlukan dalam
pelaksanaan suatu tugas untuk mencapai tujuan.
1. SOP PENERIMAAN LAPORAN ATAU PENGADUAN
a. SOP Penerimaan pengaduan
1) Menerima laporan atau pengaduan yg disampaikan oleh
seseorang yg disampaikan secara lisan atau tertulis karena hak
atau kewajibanya berdasarkan Undang — Undang
2) Petugas SPK yang menerima pengaduan atau laporan mencatat
di buku register khusus penerimaan laporan / pengaduan
3) SPK mengarahkan pelapor ke Tim Dumas untuk dilakukan
analisa laporan tersebut dikaitkan antara keterangan pelapor
barang bukti
4) Apabita ditemukan bukti permulaan maka tim Dumas
merekomendasikan ke SPK untuk diterbitkan STTL ( Surat
Tanda Terima Laporan ). Kemudian Tim Dumas Reskrim
melakukan pemeriksaan awal yang dituangkan dalam BA
permintaan keterangan (Non Pro Justitia).
5) Apabila tidak ditemukan bukti permulaan adanya tindak pidana
maka Tim Dumas Reskrim memberikan penjelasan kepada
pelapor dan merekomendasikan kepada SPK untuk tidak
menerbitkan Laporan Polisi, serta tidak menerbitkan STTL.
6) Petugas SPK mencatat di buku register penerimaan laporan
tentang alasan — alasan tidak diterbitkannya Laporan Polisi.
7) SPK dapat langsung melimpahkan Laporan Polisi ke kesatuan
lain dengan pertimbangan TKP, domisili tersangka dan
keefektifan penanganan perkara.
8) Anggota yang menerimia laporan diharuskan berpakaian rapi
dan sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
9) Memperlakukan pelapor secara ramah sopan cepat tanggap
murah senyum humanis dan tidak diskriminatif.
10) Setiap petugas SPK wajib menjaga kebersihari dan keindahari
ruangan penerimaan laporan
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) 5
11) Petugas SPK tidak boleh meminta imbalan / membebankan
biaya kepada pelapor dalam bentuk apapun.
12) Waktu penerimaan laporan paling lama 15 (lima belas) menit.
b. SOP penelitian pengaduan
1) Tim Dumas Reskrim mendengarkan keterangan atau informasi
dari pelapor tentang peristiwa yang dilaporkan.
2) Tim Dumas Reskrim meneliti barang bukti dan saksi — saksi
yang diajukan oleh pelapor terkait peristiwa yang dilaporkan
3) Berdasarkan hasil penelitian pengaduan, Tim Dumas Reskrim
mempertimbangkan perlu tidaknya untuk mendatangi TKP
(Tempat Kejadian Perkara) beserta unit identifikasi.
4) Melakukan wawancara secara sopan santun dengan bahasa
yang mudah dimengerti dan tidak terkesan menghakimi pelapor
serta tidak berpihak.
5) Waktu melaksanakan penelitian laporan atau pengaduan paling
lama 2 (dua) jam
c. SOP Hasil penelitian pengaduan
1) Tim Dumas Reskrim memberikan rekomendasi kepada petugas
SPK yang berisi:
a) Dapat atau tidaknya diterbitkan Laporan Polish.
b) Perlu atau tidak laporan tersebut dilimpahkan ke satuan
wilayah lain.
c) Perlu tidaknya mendatangi TKP (Tempat Kejadian Perkara).
2) Tim Dumas Reskrim menegaskan keabsahari informasi dengan
meminta kepada pelapor / pengadu untuk mengisi formulir
pernyataan bahwa:
a) Perkaranya belum pernah dilaporkan atau diadukan di kantor
kepolisian yang sama atau yang lain.
b) Perkaranya belum pernah diproses dan atau dihentikan
penyidikannya.
c) Bersedia dituntut sesuai ketentuan hukum pidana yang
berlaku, bilamana pernyataan atau keterangan yang
dituangkan di dalami Laporan Polisi ternyata dipalsukan,
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) 6
tidak sesuai dengan keadaan yang sebenarnya atau
merupakan tindakan fitnah.
3) Tim Dumas Reskrim memberikan rekomendasi tentang uraian
singkat kejadian dan pasal atau ketentuan yang dapat
diterapkan.
4) Hasil penelitian pengaduan dibuat dalam waktu paling lama I
(satu) jam.
d. SOP TINDAKAN PERTAMA Dl TKP
1) Dalam hal melakukan tindakan di TKP petugas wajib:
a) Melaksanakan tindakan pemeriksaan di TKP sesuai
peraturan perundang-undangan
b) Melakukan pemeriksaan dengan teliti untuk mencari
keterangan, mengumpulkan bukti, menjaga keutuhari TKP
dan memeriksa semua objek yang relevan dengan tujuan
pemeriksaan pengolahari TKP.
c) Menutup TKP dan dan melarang orang lain yang tidak
berkepentingan memasuki TKP, dengan cara yang wajar,
tegas tetapi sopan.
d) Mencari informiasi yang penting untuk pengungkapan
perkara kepada orang yang ada di TKP dengan sopan
e) Melakukan tindakan di TKP hanya untuk kepentingan tugas
yang di dalam batas kewenangannya
f) Memperhatikan dan menghargai hak-hak orang untuk
memberikan keterangan secara bebas
g) Melaksanakan pemeriksaan dalam waktu yang secukupnya
dan membuka kembali TKP setelah Olah TKP selesai.
h) Mencatat semua keterangan dan informasi yang diperoleh di
TKP dan membuat BA pemeriksaan di TKP.
2) Dalam hal pemeriksaan TKP, petugas dilarang:
a) Melakukan tindakan yang dapat merusak keutuhari TKP dan
merusak barang lainnya.
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) 7
b) Melakukan tindakan penutupan TKP secara berlebihari
(dalam konteks waktu dan batas-batas TKP) dan / atau
tindakan yang tidak relevan dengan kepentingan Olah TKP
c) Melakukan tindakan yang arogan, membatasi hak-hak
seseorang atau kelompok secara berlebihari yang tidak
relevan dengan tujuan pemeriksaan TKP
d) Melakukan tindakan di TKP di luar batas kewenangannya
e) Mengambil barang-barang di TKP yang tidak ada
f) Hubungannya dengan penyidikan
g) Tidak memperhatikan / menghargai hak-hak orang yang
berada di TKP.
h) Segaja memperlama waktu pemeriksaan di TKP dan / atau
tidak membuka kembali TKP walaupun kepentingan OIah
TKP telah selesai.
2. SOP TAHAP PENYELIDIKAN
a. SOP Penerimaan Laporan Polisi
1) SPK sebelum menerima LAPORAN POLISI dan pelapor terlebih
dahulu meminta atau menyampaikan kepada pelapor
permasalahari yang akan laporkan.
2) SPK sebelum menerima LAPORAN POLISI dianjurkan kepada
pelapor untuk melengkapi bukti-bukti / petunjuk / dokumen untuk
kelengkapan isi pelaporan dan pelapor.
3) SPK pada saat menerima LAPORAN POLISI diminta pelapor
untuk menunjukkan identitas yang sah untuk memudahkan tahap
penelitian.
4) Selesai diterima oleh SPK, kemudian SPK membacakan kembali
LAPORAN POLISI yang telah dibuat demi kesempurnaannya,
setelah di setujui oleh pelapor maka ditanda tangani oleh pelapor
dan petugas yang menerima LAPORAN POLISI.
5) SPK memberikan nomor LAPORAN POLISI berdasarkan nomor
urut, SPK memberikan tanda terima laporan (STTL) dan
diberikan kepada pelapor untuk bukti bahwa pelapor pernah
melaporkan perkara tersebut.
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) 8
6) Petugas SPK dan Piket Reskrim yang bertugas saat itu
berpakaian sesuai ketentuan dan rapih serta memberikan
jawaban atas pertanyaan dan pelapor dengan sopan dan
humanis sehingga terkesan ramah dalam melayani masyarakat.
7) Waktu yang dibutuhkan untuk penerimaan Laporan Polisi dalam
hal persyaratan pelaporan sudah terpenuhi dalam waktu paling
lama 3 (tiga) jam sudah dibuatkan Laporan Polisi.
8) Laporan Polisi (LP) yang telah dibuat kemudian diserahkan
kepada Bagian Analis Ditreskrim Polda, selanjutnya dimasukkan
dalam buku Register B-1.
9) Setelah dilakukan pendataan, LP diserahkan kepada Dirreskrim
untuk dilakukan analisa dan disposisi proses penyidikan,
selanjutnya Laporan Polisi diserahkan kepada Kepala Satuan
(Kasat) sesuai disposisi dan Dirreskrim.
10) Kepala Satuan menentukan Tim Penyidik Unit yang menangani
perkara, kernudian dilaksanakan Gelar Perkara dalam rangka
untuk menentukan bobot perkara, rencana kegiatan dan
kebutuhari anggaran.
b. SOP Pendistribusian Laporan Polisi
1) Kasubag Renmin menerima Laporan Polisi dan SPK sesual
jumlah yang diterima dan SPK.
2) Renmin mengagendakan Laporan Polisi yang diterima dan SPK
dan didatakan dalam buku B-1.
3) Laporan Polisi kemudian diajukan ke Dirreskrim dengan dilampiri
takah.
4) Renmin mengagendakan kembali berdasarkan takah dan
Dirreskrim untuk distribusikan ke masing-masing Sat Reskrim
berdasarkan disposisi dan Dirreskrim, dan file diberikan kepada
Baganalis oleh Renmin.
5) Kemudian oleh Staf Analis diagendakan kedalam buku B-1
6) Petugas yang mengawaki / yang membidangi dalam
pengagendakan Laporan Polisi dibutuhkan ketelitian, kesabaran,
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) 9
kerapian dan mempunyai dedikasi yang tinggi dalam
melaksanakan tugas serta menguasai administrasi
7) Dalam pendistribusian dan Renmin sampai dengan ke Sat
Reskrim selambat-lambatnya dalam waktu 1(satu) hari.
c. SOP Pelaksanaan Penyelidikan
1) Penyelidikan adalah serangkaian tindakan penyelidik untuk
mencari dan menemukan suatu peristiwa yang diduga sebagai
tindak pidana guna menentukan dapat atau tidaknya dilakukan
penyidikan menunut cara yang diatur oleh Undang-undang.
2) Kegiatan penyelidikan dapat dilaksanakan antara lain:
a) Pengamatan.
b) Wawancara.
c) Pembuntutan.
d) Penyamaran.
e) Mengundang / memanggil seseorang secara lisan / tertulis
tanpa paksaan / ancaman guna menghimpun keterangan.
f) Merekam pembicaraan terbuka / tanpa seijin yang berbicara.
g) Tindakan lain menurut keterangan ketentuan perundang
undangan.
3) Terhadap perkara yang secara nyata telah cukup bukti pada saat
Laporan Polisi dibuat, dapat dilakukan sidik secara Iangsung
tanpa melalui penyelidikan (Dalam hal perkara tertangkap
tangan).
4) Kegiatan penyelidikan dapat dilakukan secara bersamaan
dengan kegiatan penyidikan.
5) Penyidik membuat rencana kegiatan penyelidikan dan kebutuhari
anggaran penyelidikan sesuai dengan hasil Gelar Perkara.
6) Penyidik membuat administrasi penyelidikan yang memuat:
a) Surat Perintah Tugas
b) Surat Perintah Penyelidikan
c) Surat Pemberitahuan Perkembangan Hasil Penyelidikan
yang memuat: Nama Tim Penyidik, Nomor Telepon (HP),
dan alamat e-mail.
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) 10
7) Penyelidikan dilaksanakan dalam waktu:
a) Perkara Ringan dan Sedang, dalam waktu maksimal 14
(empat belas) hari.
b) Perkara Sulit dan Sangat Sulit, dalam waktu maksimal 30
(tiga puluh) hari.
8) Pemanggilan dalam rangka penyelidikan dapat dilakukan dengan
2 (dua) cara : secara lisan (langsung atau melalui telpon) atau
secara tertulis.
9) Pemanggilan secara lisan harus memperhatikan:
a) Disampaikan secara sopan
b) Tidak boleh memaksakan kesediaan pihak yang di panggil
c) Penentuan waktu dan tempat data ini pelaksanaan
pemanggilan, serta pemberian keterangan berdasarkan
kesepakatan antara petugas dengan pihak yang dipanggil.
d) Tidak boleh ada paksaan atau ancaman kepada pihak yang
di panggil, sebelum melakukan pemanggilan secara lisan
harus meminta ijin kepada atasan penyelidik / penyidik.
10) Pemanggilan secara tertulis dilakukan melalui surat undangan
dengan memperhatikan:
a) Data ini bentuk surat biasa.
b) Mencantumkan nama dan alamat pihak yang diundang.
c) Penjelasan singkat perkara yang sedang diselidiki.
d) Maksud dan tujuan undangan
e) Mencantumkan nama dan alamat yang mengundang.
f) Pencantuman tempat dan waktu pelaksanaan pemanggilan
dan atau tempat pemeriksaan.
g) Pernyataan bahwa apabila pihak yang dipanggil tidak bisa
hadir pada waktu tempat yang direncanakan, dapat
menentukan alternatif tempat dan waktu pelaksanaannya.
h) Pernyataan bahwa pelaksanaan pemeriksaan tergantung
kepada kesediaan pihak yang diundang tanpa disertai
catatan sanksi apabita pihak yang diundang tidak bias hadir
atau diperiksa.
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) 11
11) Dalam melaksanakan penyelidikan, penyidik I penyelidik
dilarang:
a) Dilaksanakan tanpa alasan yang syah.
b) Melakukan intimidasi, ancaman, siksaan fisik, psikis ataupun
seksual untuk mendapatkan informasi, keterangan atau
pengakuan.
c) Menyuruh atau menghasut orang lain untuk melakukan
tindakan kekerasan diluar proses hukum atau secara
sewenang-wenang untuk mendapatkan informasi atau
keterangan.
d) Memberitakan atau memberitahukan rahasia penyelidikan
kepada orang yang tidak berhak.
e) Melakukan penyelidikan untuk kepentingan pribadi secara
melawan hukum.
f) Melaksanakan penyelidikan di luar wilayah hukum
penugasannya, kecuali atas seijin atasan yang berwenang
dan dilengkapi dengan surat perintah penyelidikan dan surat
ijin jalan keluar wilayah hukum yang diberikan oleh atasan
atau pejabat yang berwenang atau atas seijin pejabat di
wilayah hukum dimana dilakukan penyelidikan.
12) Penyidik/Penyelidik dalam melaksanakan tugas penyelidikan,
bertanggung jawab kepada Atasan Penyidik dan diawasi oleh
Perwira Pengawas Penyidik.
13) Apabila waktu yang telah ditentukan sudah terlampaui, namun
penyidik/penyelidik belum dapat menentukan adanya peristiwa
pidana dan belum mendapatkan sekurang-kurangnya 2 (dua)
alat bukti, maka penyidik / penyelidik dapat meminta
perpanjangan waktu kepada Perwira Pengawas Penyidik.
14) Terhadap kegiatan penyelidikan diluar wilayah hukum, harus
dilengkapi dengan Surat Perintah Penyelidikan dan Surat Ijin
Jalan dan Atasan Penyidik.
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) 12
d. SOP Laporan Hasil Penyelidikan
1) Penyidik dapat melakukan penyelidikan guna memastikan bahwa
Laporan Polisi yang diterima dan ditangani oleh penyelidik /
penyidik merupakan tindak pidana yang disarankan untuk
diteruskan dengan tindakan penyidikan melalui mekanisme Gelar
Perkara
2) Laporan Hasil Penyelidikan (LHP) sekurang-kurangnya berisi
laporan tentang waktu, tempat, kegiatan, hasil penyelidikan,
hainibatan, pendapat dan Saran, kemudian ditandatangani oleh
ketua tim penyelidik.
3). LHP atas dasar Laporan Polisi dapat dijadikan pertimbangan
untuk melakukan:
a) Tindakan penghentian penyelidikan dalam hal tidak
ditemukan informasi atau bukti bahwa perkara yang diselidiki
bukan merupakan tindak pidana.
b) Tindakan penyelidikan tanjutan dalam hal masih diperlukan
informasi atau keterangan untuk menentukan bahwa perkara
yang diselidiki merupakan tindak pidana.
c) Peningkatan kegiatan menjadi penyidikan dalam hal hasil
penyelidikan telah inieneiniukan informasi atau keterangan
yang cukup untuk menentukan bahwa perkara yang diselidiki
merupakan tindak pidana.
4) Laporan Hasil Penyelidikan (LHP) dilaporkan kepada atasan
penyidik paling lambat 2 (dua) hari setelah berakhirnya masa
penyelidikan.
e. SOP penerbitan SP2HP Hasil Penyelidikan
1) Hasil penyelidikan diinformasikan kepada pelapor melalui SP2HP
dengan ketentuan waktu:
a) SP2HP perkara ringan / sedang selambat – lambatnya :
14 hari
b) SP2HP perkara sulit / sangat sulit selambat-lambatnya:
30 hari
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) 13
2) SP2HP hasil penyelidikan berisi tentang:
a) Format SP2HP Al, berisi pemberitahuan kepada pelapor
terkait tentang waktu penyelidikan yang dibutuhkan
penyelidik.
b) Format SP2HP A2, berisi pemberitahuan kepada pelapor
bahwa perkara tidak dapat ditingkatkan menjadi penyidikan.
3) Penyidik mengirimkan kepada pelapor dan membuatkan bukti
penerimaan SP2HP Hasil Penyelidikan dan pelapor.
4) Hasil Penyelidikan didatakan melalui e-SPP yang dilsi oleh
penyidik/penyelidik.
3. SOP TAHAP PENYIDIKAN
a. SOP Persiapan Penyidikan
1) Penyidik sebelum melaksanakan penyidikan, melakukan
penelitian perkara bersama tim penyidik dan Kasat dalam
rangka:
a) Menentukan kiasifikasi perkara yang ditangani.
b) Menyusun rencana kegiatan penyidikan.
c) Membuat rencana kebutuhan penyidikan.
d) Menetapkan target waktu penyelesaian penanganan
perkara.
2) Penyidik dalam melakukan penyidikan terhadap Laporan Polisi
yang ditangani mempertimbangkan hasil penyelidikan yang telah
dilakukan sehingga penyidik bisa mendapatkan bahari
keterangan secara maksimal untuk menentukan kegiatan
penyidikan.
3) Penyidik melaksanakan penyidikan sesual tertib waktu
berdasarkan kriteria:
a) Perkara mudah, dilaksanakan dalam waktu 30 hari.
b) Perkara Sedang, dilaksanakan dalam waktu 60 hari.
c) Perkara Sulit, dilaksanakan dalam waktu 90 hari.
d) Perkara Sangat Sulit, dilaksanakan dalam waktu 120 hari.
4) Dalam hal batas waktu penyidikan belum dapat diselesaikan oleh
penyidik, maka Penyidik dapat mengajukan permohonan
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) 14
perpanjangan waktu penyidikan kepada pejabat yang memberi
perintah setelah memperhatikan saran dan pertimbangan dan
pengawas penyidik.
5) Dalam hal diberikan perpanjangan waktu penyidikan, maka
diterbitkan Surat Perintah dengan mencantumkan waktu
perpanjangan.
6) Data ini melaksanakan penelitian perkara dilakukan selambat
Iambatnya 1 (satu) hari setelah dimulainya penyidikan.
b. SOP Proses peningkatan Lidik ke Sidik
1) Penyidik dalam melakukan giat lidik atas Laporan Polish yang
diterima harus melakukan mekanisme tahapan kegiatan
penelitian, penyelidikan dan lidik yang statusnya bisa
ditingkatkan menjadi sidik
2) Penyidik dapat melakukan penyidikan atas Laporan Polisi yang
ditangani harus didukung dengan adanya keterangan keterangan
dan para saksi yang dilakukan riksa dan disertal bukti pendukung
yang ada hubungannya dengan perkara tersebut
3) Dan penjalanan proses penyidikan, penyidik harus
memberitahukan hasil perkembangan penyidikan yang dilakukan
penyidik (SP2HP Format A3) kepada pelapor sehingga pelapor
mengetahui perkembangan perkara yang dilaporkan oteh
pelapor.
4) Penyidik wajib mempersiapkan Tata Naskah yang berisi:
a) Laporan Polisi
b) Laporan Hasil Penyelidikan
c) Surat Perintah Penyidikan sesuai batas waktu berdasarkan
kriteria bobot perkara.
d) Surat Pemberitahuan Dilaksanakannya Penyidikan
e) Rencana Penyidikan
f) Gambar Skema Pokok (Bulkonah Posisi Perkara)
g) Matriks untuk daftar kr
onologis penindakan
5) Penyidik wajib membuat rencana penyidikan meliputi:
a) Rencana kegiatan
b) Rencana Kebutuhan
c) Target pencapaian kegiatan
d) Skala prioritas penindakan
e) Target penyelesaian perkara
c. SOP Pemanggilan
1) Pemanggilan terhadap saksi, ahli maupun tersangka merupakan
bagian upaya paksa sehingga dapat dilakukan setelah Surat
Pemberitahuan Diiniulainya Penyidikan (SPDP) dikiriini ke JPU.
2) Surat panggilan terhadap saksi, ahli maupun tersangka wajib di
berikan tenggang waktu paling singkat 2 (tiga) hari setelah
panggilan diterima oleh orang yang di panggil, keluarga atau
penesehal hukum dengan bukti penerimaan surat panggilan.
3) Penyidik dapat melaksanakan pemanggilan untuk mendapatkan
keterangan terhadap perkara yang diduga merupakan tindak
pidana.
4) Dalam hal tersangka yang diperkirakan akan melarikan diri,
menghilangkan banang bukti atau menyulitkan penyidikan, dapat
dilakukan penangkapan tanpa harus dilakukan pemanggilan
tenlebih dahulu.
5) Surat panggilan terhadap tersangka dapat dilakukan setelah
penyidik melakukan pemeriksaan terhadap para saksi dan atau
gelar perkara untuk tentukan tersangka.
6) Penyidik dapat melakukan pemanggilan dalam hal tersangka
yang tidak dilakukan penahanan guna kepentingan pemeriksaan,
dapat dilakukan pemanggilan paling banyak 3 (tiga) kali. Dalam
hal masih diperlukan pemeriksaan terhadap tersangka yang telah
dipanggil 3 (tiga) kali, maka harus mendapat persetujuan dan
pejabat yang berwenang atau pejabat yang mengeluarkan Surat
Perintah Penyidikan.
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) 15
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) 16
7) Dalam hal orang yang dipanggil tidak memenuhi panggilan,
penyidik wajib memperhatikan alasan yang patut dan wajar dan
orang yang dipanggil guna menentukan tindakan selanjutnya.
8) Dalam hal tersangka atau saksi yang dipanggil tidak dapat hadir
dan memberikan alasan yang patut atau wajar untuk tidak
memenuhi panggilan, penyidik dapat melakukan pemeriksaan di
rumah atau di tempat dimana dia berada setelah mendapat
persetujuan tertulis dan atasan penyidik dan setelah
pelaksanaan pemeriksaan, penyidik wajib melaporkan kepada
Perwira Pengawas Penyidik paling lambat 2 (dua) hari.
9) Penyidik dapat melakukan pemanggilan terhadap Ahli, yaitu
seseorang karena keahtlan khusus yang dimilikinya, untuk
membuat terang suatu perkara.
10) Dalam hal saksi atau ahli bersedia hadir untuk memberikan
keterangan tanpa surat panggilan, surat panggilan dapat dibuat
dan ditandatangani oteh penyidik dan saksi atau ahli, sesaat
sebelum peinienlksaan dilakukan.
II) Surat panggilan balk saksl maupun tersangka dibuat oleh
penyidik dan ditanda tangani oleh Kasat.
12) Dalam hal tersangka atau saksi yang telah dipanggil 2 (dua) kali
tidak hadir tanpa alasan yang patut dan wajar, dapat dibawa
secara paksa oleh penyidik ke tempat pemeriksaan dengan surat
perintah membawa.
13) Surat Perintah Membawa ditandatangani oheh Direktur/Wakil
Direktur Reserse, teimbusannya wajib disampaikan kepada
Atasan Langsung.
d. SOP Pencarian Orang, Pencegahan Dan Penangkalan
1) Tersangka yang telah dipanggil untuk pemeriksaan dalam rangka
penyidikan perkara sampai lebih dan 3 (tiga) kali dan ternyata
tidak jelas keberadaannya, dapat dicatat dalam DPO dan
dibuatkan Surat Pencarian Orang
2) Pejabat yang berwenang menandatangani DPO adalah Dir
Reskrim
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) 17
3) Dalam hal tersangka dan/atau orang yang dicari sudah
ditemukan atau tidak diperlukan lagi dalam penyidikan maka
wajib dikeluarkan Pencabutan DPO
4) Pejabat yang bwenang menerbitkan pencabutan DPO adalah Dir
Reskrim dan melaporkan kepada Kapolda
e. SOP Pencegahan Dan Penangkalan
1) Dalam hal tersangka yang tidak ditahan dan diperkirakan akan
melarikan diri dan witayah Indonesia, dapat dikenakan tindakan
pencegahan
2) Dalam hal setiap orang yang berada di luar negeri dan diduga
akan melakukan tindak pidana di Indonesia, dapat dikenakan
tindakan penangkalan
3) Data ini keadaan mendesak atau mendadak, untuk kepentingan
penyidikan, penyidik dapat mengajukan permintaan secara
langsung kepada pejabat imigrasi yang berwenang ditempat
pemeriksaan imigrasi untuk iniencegah atau inienangkal orang
yang disangka melakukan tindak pidana
4) Pejabat yang berwenang mengajukan surat permintaan
pencegahan dan atau penangkalan adalah Direskrim atau
Wadirreskrim dan melaporkan kepada Kapolri paling lambat 20
(dua puluh) hari.
f. SOP Penangkapan
1) Penyidik dapat melakukan penangkapan berdasarkan bukti
permulaan yang cukup, ditentukan oleh sekurang - kurangnya
adanya Laporan polisi ditambah 2 (dua) jenis alat bukti, sebagai
berikut:
a) Saksi
b) AhIi
c) Surat
d) Petunjuk
2) Tindakan penangkapan terhadap tersangka dilakukan dengan
pertimbangan:
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) 18
a) Tersangka telah dipanggil 2 (dua) kati berturut-turut tidak
hadir tanpa alasan yang patut dan wajar.
b) Tersangka diperkirakan akan melarikan diri.
c) Tersangka diperkirakan akan mengulangi perbuatannya.
d) Tersangka diperkirakan akan menghilangkan barang bukti.
e) Tersangka diperkirakan akan mempersulit penyidikan.
3) Penangkapan terhadap 1 (satu) orang tersangka menggunakan
surat perintah penangkapan yang identitasnya tercantum
didalamnya.
4) Penyidik dapat lakukan penangkapan terhadap seseorang yang
terdaftar dalam Daftar Pencarian Orang (DPO) dan setiap
pejabat berwenang untuk buat Sprint Penangkapan.
5) Pejabat yang berwenang menandatangani Surat Perintah Tugas
dan Surat Perintah Penangkapan adalah Dirreskrim.
6) Dalam melaksanakan penangkapan penyidik wajib
mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut:
a) Keseimbangan antara tindakan yang dilakukan dengan
bobot ancaman
b) Senantiasa menghargai, menghormati hak-hak tersangka
yang di tangkap
c) Tindakan penangkapan bukan merupakan penghukuman
bagi tersangka, terhadap tersangka yang di tangkap di
perlakukan sebagai orang yang belum tentu bersalah sampai
terbukti bersalah di Pengadilan
d) Penyidik/petugas yang melakukan Penangkapan wajib
untuk:
(1). Memberi tahu / menunjukkan tanda identitasnya
sebagai petugas polri
(2). Menunjukkan Sprin Penangkapan kecuali dalam
keadaan tertangkap tangan
(3). Memberitahukan alasan penangkapan
(4). Menjelaskan tindak pidana yang di persangkakan
termasuk ancaman hukuman kepada tersangka pada
saat penangkapan
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) 19
(5). Menghormati status hukum anak yang melakukan
tindak pidana dan memberi tahu kepada orang tua atau
wali anak yang di tangkap segera setelah penangkapan
(6). Senantiasa melindungi hak privasi tersangka yang di
tangkap dan memberi tahu hak-hak tersangka berupa
hak untuk diam, mendapatkan bantuan hukum serta
hak-hak lainnya sesuai yang di atur dalam KUHAP.
(7). Dalam hal orang yang di tangkap tidak memahami I
tidak iniengerti bahasa yang dipergunakan oleh petugas
maka orang tersebut berhak mendapatkan seorang
penerjemah tanpa di pungut biaya.
7) Dalam hal orang asing di tangkap, penangkapan tersebut segera
diberi tahukan kepada kedutaan atau iniisi diploiniatik negaranya
8) Dalam hal perempuan yang di tangkap petugas / penyidik wajib
memperhatikan perlakuan khusus sebagai berikut:
a) Sedapat mungkin di tangkap dan di periksa oleh petugas
perempuan I petugas yang berperspektif gender
b) Diperiksa diruang pelayanan khusus
c) Perlindungan hak privasi untuk tidak di publikasikan,
mendapat perlakuan khusus dipisahkan penempatannya dan
ruang tersangka laki-laki
d) Penerapan prosedur khusus untuk perlindungan sebagai
perempuan
9) Penyidik I petugas wajib membuat Berita Acara (BA)
Penangkapan yang berisi:
a) Nama dan identitas yang melakukan penangkapan
b) Nama dan identitas yang di tangkap
c) Tempat tinggal dan waktu penangkapan
d) Alasan penangkapan dan atau pasal yang disangkakan
e) Tempat penahanan seinientara selama dalam masa
penangkapan
f ) Menjaga keadaan kesehalan Tersangka yang ditangkap.
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) 20
10) Penyidik / petugas yang melakukan penangkapan wajib:
a) Menyerahkan Surat Perintah Penangkapan kepada
tersangka dan mengirimkan tembusan kepada
keluarganya.
b) Wajib memeriksakan kesehatan terhadap tersangka.
c) Terhadap tersangka dalam keadaan luka parah, penyidik
wajib memberikan pertolongan kesehalan dan membuat
Berita Acara tentang keadaan Tersangka.
d) Dalam hal tertangkap tangan penyidik harus segera
melaksanakan pemeriksaan paling lama I x 24 jaini guna
menentukan perlu tidaknya dilakukan penàhanan
11) Dalam hal tersangka yang ditangkap ternyata salah orangnya
atau tidak cukup bukti, penyidik wajib membebaskan tersangka
dengan membuat Berita Acara Peinibebasan yang
ditandatangani oleh Penyidik, Tersangka dan pihak lain yang
inienyaksikan.
g. SOP Penahanan
1) Penyidik dapat melakukan penahanan berdasarkan hukum dan
inienurut tata cara dalam peraturan perundang-undangan
2) Penahanan pada dasarnya telah dirampas kemerdekaannya,
maka harus tetap diberlakukan azas praduga tak bersalah
sebelum ada keputusan hukum yang tetap
3) Dalam rangka menghormati HAINI tindakan penahanan harus
memperhatikan standar sebagai berikut:
a) Setiap orang mempunyai hak kemerdekaan dan keamanan
pribadi.
b) Tidak seorangpun dapat di tangkap / di tahan dengan
sewenang-wenang.
c) Tidak seorangpun boleh dirampas kemerdekaannya kecuali
dengan alasan-alasan tertentu seperti yang ditentukan oleh
hukum.
4) Penyidik melakukan penahanan wajib dilengkapi surat perintah
penahanan.
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) 21
5) Sprin penahanan dikeluarkan setelah melalui mekanisme gelar
perkara yang dilaksanakan oleh tim penyidik dan di laporkan
kepada pejabat yang berwenang mengelurkan Surat Perintah
Penahanan.
6) Pejabat yang berwenang menandatangani Surat Perintah
Penahanan adalah Dirreskrim.
7) Tembusan Surat Perintah Penahanan yang ditandatangani oleh
pejabat yang berwenang, tembusannya wajib disampaikan ke
keluarganya.
8) Penyidik dapat melakukan penangguhan penahanan terhadap
tersangka dengan dilengkapi Surat Perintah Penahanan yang
dikeluarkan oleh pejabat yang berwenang.
9) Surat Perintah Penangguhan Penahanan diketuarkan setelah
melalui mekanis gelar perkara secara internal di kesatuan fungsi
untuk menentukan perlu / tidaknya dilakukan penangguhan
penahanan terhadap tersangka.
10) Penangguhan penahanan wajib dilaporkan kepada atasan
pejabat yang berwenang menangguhkan penahanan.
11) Penyidik dapat melakukan pengeluaran penahanan terhadap
tersangka dengan pertimbangan sebagal berikut:
a) Masa penahanan tersangka sudah habis.
b) Tersangka akan dipindahkan ke rumah penahanan negara
Iainnya.
c) Tersangka di tangguhkan penahanan.
d) Tersangka dibantarkan penahanan karena sakit.
e) Tersangka telah selesai dilakukan pemeriksaan.
f) Pengeluaran penahanan wajib dilengkapi dengan spun yang
dikeluarkan oleh pejabat yang berwenang
g) Pengeluaran penahanan wajib dibuatkan BA pengeluaran
penahanan dengan suptansi sekurang-kurangnya meliputi:
(1) Nama dan identitas tersangka yang di tahan
(2) Tempat dan tinggal pengeluaran penahanan
(3) Keadaan kesehalan penahanan yang dikeluarkan
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) 22
(4) Tanda tangan saksi dan pejabat yang mengelurkan
penahanan
h. SOP Penggeledahan
1) Penggeledahan wajib dilengkapi dengan Surat Perintah
Penggeledahan yang dikeluarkan oleh pihak yang berwenang.
2) Penggeledahan rumah/alat angkutan serta tempat tertutup
Iainnya hanya dapat dilakukan setelah mendapat ijin dan Ketua
Pengadilan Negeri setempat, kecuali dalam keadaan mendesak.
3) Pejabat yang berwenang menandatangani Surat Permintaan Izin
Penggeledahan Rumah/Alat angkutan serta tempat tertutup
Iainnya dan Surat Perintah Penggeledahan ada Dirreskrim dan
melaporkan kepada Kapolda.
4) Dalam hal keadaan sangat perlu dan mendesak, bilamana
penyidik harus segera bertindak dan tidak mungkin untuk
mendapatkan Surat izin Ketua PN setempat terlebih dahulu,
penyidik dapat melakukan penggetedahari dengan Surat
Perintah yang ditandatangani oteh Perwira Pengawas Penyidik,
wajib disaksikan oleh Ketua Lingkungan (RT/RW, Kepala Desa)
atau tokoh masyarakat setempat. Setelah dflakukan
penggeledahan, penyidik wajib membuat Berita Acara
Penggeledahan dan melapor kepada Perwira Pengawas
Penyidik serta iniengininikan Surat Pemberitahuan tentang
pelaksanaan penggeledahan kepada Ketua PN setempat.
5) Data ini melakukan tindakan penggeledahan orang, petugas
wajib
a) Memberitahukan kepentingan tindakan penggeledahan
secara jelas dan sopan.
b) Meminta maaf dan meminta kesediaan orang yg digeledah
atas terganggunya hak privasi karena harus dilakukan
pemeriksaan.
c) Menunjukkan Surat Perintah Tugas dan atau identitas
petugas.
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) 23
d) Melakukan pemeriksaan untuk mencari sasaran
pemeriksaan yang diperlukan dengan cara yang teliti, sopan,
etis dan simpatik.
e) Melakukan tindakan penggeledahan sesual dengan teknik
dan taktik pemeriksaan untuk kepentingan tugas yang
didalam batas kewenangannya.
f) Memperhatikan dan menghargai hak-hak orang yang
digeledah.
g) Melaksanakan penggeledahan terhadap perempuan oleh
petugas perempuan.
h) Melaksanakan pemeriksaan dalam waktu yang secukupnya.
I) Menyampaikan ucapan terima kasih atas terlaksananya
penggeledahan.
6) Dalam melakukan penggeledahan orang, petugas dilarang:
a) Melakukan penggeledahan tanpa memberitahukan
kepentingan tindakan penggeledahan secara jelas.
b) Melakukan tindakan penggeledahan secara berlebihari dan
iniengakibatkan terganggunya hak privasi yang digeledah.
c) Melakukan penggeledahan dengan cara yang tidak sopan
dan melanggar etika.
d) Melakukan pengge dengan cara yang menyimpang dan
teknik dan taktik pemeriksaan, tindakan yang diluar batas
kewenangannya.
e) Melecehkan dan atau tidak menghargai hak-hak orang yang
digeledah.
f) Memperlama pelaksanaan penggeledahan sehingga
merugikan yang digeledah.
g) Melakukan penggeledahan orang perempuan oleh petugas
laki-laki di tempat terbuka dan melanggar etika.
7) Dalam hal melakukan tindakan penggeledahan tempat/rumah
petugas wajib:
a) Melengkapi administrasi penyidikan
b) Memberitahukan ketua lingkungan setempat tentang
kepentingan dan sasaran penggeledahan
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) 24
c) Memberitahukan penghuni tentang kepentingan dan sasaran
penggeledahan
d) Menunjukkan surat perintah tugas dan atau kartu identitas
petugas
e) Melakukan penggeledahan untuk mendapatkan barang atau
orang dengan cara yang teliti, sopan, etis dan simpatik serta
harus didampingi oleh penghuni.
f) Melakukan tindakan penggeledahan sesuai dengan tehnik
dan taktik pemeriksaan untuk kepentingan tugas sesuai
dengan batas kewenangannya
g) Menerapkan taktik penggeledahan untuk mendapatkan hasil
seoptimal mungkin dengan cara sedikit mungkin
menimbulkan kerugian atau gangguan terhadap pihak yang
digeledah atau pihak lain
h) Dalam hal petugas mendapatkan benda atau orang yang
dicari, tindakan untuk iniengainiankan barang bukti wajib
disaksikan oleh pihak yang digeledah atau saksi dan ketua
lingkungan
I) Menyampaikan terima kasih atas terlaksananya
penggeledahan
j) Membuat berita acara penggeledahan yang ditandatangani
oleh petugas, pihak yang digeledah dan para saksi
8) Dalam hal melakukan penggeledahan tempat/rumah, petugas
dilarang:
a) Tanpa dilengkapi administrasi penyidikan
b) Tidak memberitahukan ketua lingkungan setempat tentang
kepentingan dan sasaran penggeledahan
c) Tanpa memberitahukan penghuni tentang kepentingan dan
sasaran penggeledahan tanpa alasan yang sah
d) Melakukan penggeledahan dengan cara yang sewenang
wenang sehingga inierusak barang atau inierug pihak yang
digeledah
e) Melakukan tindakan pengetahuan yang menyimpang dan
kepentingan tugas yang diluar batas kewenangannya
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) 25
f) Melakukan penggetedahari dengan cara yang benlebihari
sehingga menimbulkan kerugian atau gangguan terhadap
hak-hak yang digeledah
g) Melakukan pengambilan benda tanpa disaksikan oleh pihak
yang digeledah atau saksi dan ketua lingkungan
h) Melakukan pengambilan benda yang tidak ada kaitannya
dengan tindak pidana yang tenjadi
i) Bertindak arogan atau tidak menghargai harkat dan martabat
orang yang digeledah
j) Melakukan tindakan menjebak korban/tersangka untuk
mendapatkan barang yang direkayasa menjadi barang bukti
k) Tidak membuat berita acara setelah melakukan
penggeledahan
9) Kecuali dalam hal tertangkap tangan penyidik tidak
diperkenankan memasuki:
a) Ruang dimana sedang benlangsung sidang DPRD
b) Tempat dimana sedang berlangsung ibadah dan atau
upacara keagamaan.
c) Ruang dimana sedang berlangsung sidang pengadilan
d) Dalam hal penggeledahan rumah dilakukan diluar daerah
hukum penyidik, penggeledahan harus diketahui oleh ketua
PN setempat dan didampingi oleh penyidik dan daerah
hukum dimana penggeledahan itu dilakukan.
i. SOP Penyitaan
1) Penyidik dapat melakukan penyitaan dilengkapi dengan sprin sita
yang dikeluarkan oleh pejabat yang berwaenang
2) Penyitaan terhadap benda yang tidak bergerak, surat maupun
tulisan lainnya harus dilengkapi dengan ijin khusus dan ketua
pengadilan setempat
3) Pejabat yang berwenang menandatangani sprin sita dan surat
permintaan ijin sita kepada Ketua Pengadilan Negeri setempat
adalah Dirreskrim dan melaporkan kepada Kapolda
4) Dalam hal melakukan penyitaan, penyidik wajib:
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) 26
a) Melengkapi administrasi penyidikan:
b) Melakukan penyitaan terhadap benda yang ada
hubungannya dengan penyidikan
c) Memberitahu tujuan penyitaan kepada pemilik
d) Menerapkan teknik dan taktik penyitaan sesuai dengan
peraturan perundang-undangan
e) Merawat barang bukti yang disita sesuai dengan peraturan
perundang-undangan.
f) Menyimpan barang di rumah penyimpanan benda sitaan
negara
g) Membuat berita acara penyitaan dan menyerahkan tanda
terima barang yang disita kepada yang menyerahkan barang
yang disita
h) Dalam melakukan penyitaan barang bukti, petugas dilarang:
(1) Melakukan penyitaan tanpa dilengkapi administrasi
penyidikan
(2) Tidak memberitahu tujuan penyitaan
(3) Melakukan penyitaan benda yang tidak ada
hubungannya dengan penyidikan
(4) Melakukan penyitaan dengan cara yang bertentangan
dengan hukum
(5) Tidak menyerahkan tanda terima barang yang disita
kepada yang berhak
(6) Tidak membuat barang bukti penyitaan setelah selesai
melaksanakan penyitaan
(7) Menelantarkan barang bukti yang disita atau tidak
melakukan perawatan barang bukti sesual dengan
peraturan perundang-undangan
(8) Mengambil, memiliki, menggunakan, dan menjual
barang bukti secara melawan hak.
j. SOP Penanganan Barang Bukti
1) Barang bukti dapat disita merupakan benda yang diduga ada
sangkut pautnya dengan perkara pidana yang sedang
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) 27
diselidiki/disidik dan dapat digunakan sebagai pendukung alat
pembuktian di dalam proses persidangan perkara.
2) Jenis Barang bukti yan dapat disita antara lain:
a) Benda atau tagihan tersangka/terdakwa yang diduga dan
tindak pidana atau sebagal hasil dan tindak pidana.
b) Benda yang telah digunakan secara langsung untuk
melakukan atau mempersiapkan tindak pidana.
c) Benda yang dipergunakan untuk inienghalang-halangi
penyidikan
d) Benda khusus yang dibuat atau diperuntukkan melakukan
tindak pidana.
e) Benda lain (teriniasuk serat optik) yang mempunyai
hubungan Jangsung dengan tindak pidana yang dilakukan.
3) Kelengkapanan administrasi penyimpanan dan penyerahari
barang bukti.
4) Penyidik / penyidik pembantu yang akan inienitipkan barang bukti
untuk disimpan d gudang barang bukti harus inienyertakan copy
surat perintah penyitaan barang bukti dan berita acara penitipan
barang bukti.
5) Penyidik / penyidik pembantu yang pinjam pakal barang bukti
untuk proses penyidikan seinientara waktu, selanjutnya akan
dititipkan kembali di ruang barang bukti harus inienyertakan
administrasi bon dan satuan kerja penyidik / penyidik pembantu
dan berita acara pinjam pakal barang bukti.
6) Penyidik / penyidik pembantu yang akan iniengainibil barang
bukti dan diserahkan ke jaksa penuntut umum harus
inienyertakan administrasi bon dan satuan kerja penyidik /
penyidik pembantu, copy surat pengininian tersangka dan barang
bukti, berita acara pengambilan barang bukti.
7) Tata cara / proses pencatatan penerimaan barang bukti.
a) Penyidik / penyidik pembantu datang sendiri ke ruang
penitipan barang bukti, dengan membawa persyaratan
administrasi yang telah ditentukan.
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) 28
b) Petugas melakukan penelitian terhadap administrasi yang
inienyertai barang bukti yang akan disimpan.
c) Petugas berkoordinasi dengan penyidik / penyidik pembantu
yang menyerahkan, tentang jenis barang bukti yang akan
disimpan untuk menentukan tata cara penyimpanan dan
perawatan terhadap barang bukti dimaksud.
d) Catat dalam buku register barang bukti.
e) Masukkan barang bukti dalam kantong plastik, ainiptop atau
karung dan ben kode penyimpanan yang inienyebutkan
ruang, noinior rak I aliniari tempat penyimpanan barang bukti
dimaksud.
f) Simpan barang bukti di tempat penyimpanan sesuai
peruntukannya.
8) Barang bukti dikeluarkan dan ruang penyimpanan barang bukti,
atas permintaan penyidik / penyidik pembantu, untuk selanjutnya
diserahkan ke Jaksa penuntut umum, untuk dilelang atas ijin
ketua pengadilan, untuk diiniusnahkan atau diserahkan keinibati
kepada yang berhak, dengan Iangkah — tangkah sebagai
berikut:
a) Penyidik menunjukkan tanda terima barang bukti kepada
petugas.
b) Petugas iniengainibil barang bukti sesuai dengan permintaan
penyidik / penyidik pembantu yang tertuang data ini bon
pengambilan barang bukti, berita acara dan surat tanda
terima.
c) Penyidik melakukan pengecekan terhadap barang bukti,
apakah sesual dengan permintaan.
d) Penyidik membuat berita acara pengainibitan barang bukti
yang ditangani o!eh penyidik dan petugas.
e) Petugas mencatat pengainibilari barang bukti di buku
register pengambilan barang bukti.
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) 29
k. SOP Pemeriksaan Saksi/Tersangka
1) Penyidik yang diberikan Laporan Polisi dan masing-masing Kanit
untuk membuat ren lidik, ren sidik terhadap Laporan Polisi yang
diterima sebagai data awal untuk menentukan pemanggilan,
pemeriksaan terhadap saksi
2) Penyidik melakukan pemanggilan / pemeriksaan saksi
berdasarkan ren lidik I ren sidik sesual dengan pentahapan lidik,
sidik.
3) Pemeriksaan terhadap saksi, penyidik memperhatikan Hiniit
waktu pemanggilan, minimal 2 (dua) hari dalam kota dan luar
kota ± 7 (tujuh) hari.
4) Penyidik mencantumkan / menjelaskan dalam surat panggilan
kapastiannya harus jelas.
5) Pemeriksaan tenhadap saksi, penyidik harus menjelaskan
sebelum dilakukan pemeriksaan maksud dan tujuan
pemeriksaan agar terhadap saksi iniengerti.
6) Penyidik dalam melaksanakan pemeriksaan terhadap saksi
harus transparan dengan menggunakan bahasa yang santun
dan iniudah dimengerti
7) Penyidik dalam melaksanakan pemeriksaan terhadap saksi
harus menjelaskan permasalahari kasus, dan mencantumkan
pasal-pasal yang disangkakan terhadap tersangka dalam BAP.
8) Pemeriksaan terhadap saksi boleh didampingi penasihal hukum,
pengacara, pendainiping sesuai peraturan KUHAP
9) Setesai melaksanakan Pemeriksaan, BAP dibacakan kembali
oleh penyidik dengan bahasa yang dimengerti, dan apabila
terhadap saksi telah menyetujui atas BAP yang dibenikan maka
ditanda tangani oleh saksi yang diperiksa
10) Pemeriksaan terhadap tersangka dilaksanakan di kantor
kesatuan penyidik sesuai yang diriyatakan dalam surat
panggilan.
11) Dalam hal melakukan pemeriksaan terhadap saksi/tersangka,
petugas dilarang:
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) 30
a) Meinieriksa saksi/tersangka sebelu ini didampingi o(eh
Penasehal Hukumnya, kecuali atas persetujuan yang
diperiksa.
b) Menunda-nunda waktu pemeriksaan tanpa alasan yang sah,
sehingga merugikan pihak saksiltensangka.
c) Menanyakan keadaan kesehalan dan kesiapan yang
diperiksa pada awaI pemeriksaan.
d) Tidak inienjetaskan status keperluan saksiltersangka dan
tujuan pemeriksaan.
e) Mengajukan pertanyaan yang sulit dipahami saksiltersangka,
atau dengan cara memberitak-beritak, menakuti atau
iniengancaini saksi/tersangka.
f) Mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang tidak relevan
dengan tujuan pemeriksaan.
g) Melecehkan, merendahkan martabat dan/atau tidak
menghargai hak saksi/tersangka.
h) Melakukan kekerasan atau ancaman kekerasan baik bersifat
fisik atau psikis dengan maksud untuk mendapatkan
keterangan, informasi atau pengakuan.
I) Memaksa saksi/tersangka untuk memberikan informasi
mengenai hal-hal yang berkaitan dengan rahasia
jabatannya.
j) Membujuk, mempengaruhi atau memperdaya pihak yang
diperiksa untuk melakukan tindakan atau tidak melakukan
tindakan yang dapat merugikan hak-hak saksi/tersangka.
k) Melakukan pemeriksaan pada inialaini hari tanpa didampingi
oleh penasehal hukum dan/atau tanpa alasan yang sah.
I) Tidak memberikan keseinipatan kepada saksi/tersangka
untuk istirahal, melaksanakan ibadah, makan dan keperluan
pribadi lainnya tanpa alasan yang sah.
m) Memanipulasi hasil pemeriksaan dengan cara tidak
mencatat sebagian keterangan atau mengubah keterangan
yang diberikan saksi/tersangka yang menyimpang dan
tujuan pemeriksaan.
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) 31
n) Menolak saksi/tersangka untuk mengajukan saksi yang
meringankan untuk diperiksa.
o) Menghalang-halangi penasehal htukum untuk memberikan
bantuan hukum kepada saksi/tersangka yang diperiksa.
p) Melakukan pemeriksaan di tempat yang melanggar
ketentuan hukum.
q) Tidak membacakan kembali hasil pemeriksaan kepada
saksi/tersangka dengan bahasa yang dimengerti, sebelum
pemeriksaan diakhiri.
r) Melalaikan kewajiban tanpa tanda tangan saksi/tersangka
yang menyaksikan jalannya pemeriksaan.
l). SOP Pemeriksaan Ahli
1) Pada tingkat pemeriksaan apabila penyidik diperlukannya
keterangan ahil dalam penanganan kasus, maka penyidik bisa
melakukan peiniang terhadap ahli untuk dilakukan pemeriksaan
sebagai ahli
2) Penyidik dalam pelaksanaan pemanggilan harus ditentukan
keterangan ahli yang ada kaitannya / hubungannya dengan
perkara yang ditangani sehingga akan mendapatkan bukti
materiil demi kesempurnaan berkas perkara (seperti ahli pidana
dan ahli keperdataan)
3) Sebelum pelaksanaan pemeriksaan terhadap ahIl terlebih dahutu
penyidik memberitahukan / menginformasikan permasalahari
(perkara yang ditangani) sehingga tenaga ahli untuk
mempersiapkan baket yang dibutuhkan oleh penyidik
4) Surat pemberitahuan (surat panggilan) sebelum melaksanakan
pemeriksaan terlebih dahutu penyid 1k melaksanakan koordiriasi
dengan ahli yang dipanggil guna keperluan:
a) Memberikan informasi tentang pengarah yang sedang
disidik.
b) Memberikan informasi tentang penjelasan yang diharapkan
oleh ahli.
c) Untuk menentukan waktu dan tempat pemeriksaan ahli.
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) 32
m). SOP Gelar Perkara
1) Dalam hal melakukan penyidikan, penyidik dapat melakukan
gelar perkara:
a) Gelar perkara biasa
b) Gelar Perkara luar biasa
2) Tahapan gelar perkara biasa adalah sebagai berikut:
a) Awal penyidikan
b) Pertengahari penyidikan
c) Akhir penyidikan
3) Gelar perkara biasa ditaksanakan oleh tim penyidik atau
pengeinibang fungsi analis di masing-masing kesatuan reserse
yang dipiinipin oleh perwira pengawas atau pejabat yang
berwenang sesuai dengan jenis gelar yang dilaksanakan.
4) Dalam hal sangat diperlukan penyetengaraan gelar perkara
biasa dapat menghadirkan unsur-unsur terkait lainnya dan atau
pihak-pihak yang melapor dan yang dilaporkan sesuai dengan
kebutuhan gelar perkara.
5) Penyidik melaksanakan gelar perkara untuk kepentingan sidik
yang dilaksanakan dalam awal penyidikan, pertengahari
penyidikan, dan akhir penyidikan, gelar perkara intern dipiinipin
oteh kanit, kasat yang bertujuan untuk:
a) Meningkatkan tindakan lidik menjadi tindakan sidik
b) Tentukan kriteria kesulitan sidik
c) Rumuskan ren sidik
d) Tentukan pasal-pasal yang diterapkan
e) Tentukan skala prioritas penindakan dalam sidik
f) Tentukan target penyidikan
6) Penyidik melaksanakan gelar perkara biasa pada tahap
pertengahari penyidikan untuk:
a) Menentukan tersangka
b) Pemantapan pasal-pasal yang dapat diterapkan
c) Pembahasan dan peiniecahari masalah penghainibat
penyidikan
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) 33
d) Pembahasan dan peinienuhari petunjuk JPU (P-19)
e) Mengembangkan sasaran penyidikan
f) Penanganan perkara yang terlantar
g) Supervisi pencapaian target penyidikan
h) Percepatan penyelesaian / penuntasan penyidikan
I) Gelar perkara dipimpin oleh pejabat atasan perwira dan
dapat dihadiri pengawas penyidikan Irwasda, Propaini,
Bidkuini, CJS atau instansi terkait lainnya
7) Gelar perkara biasa yang dilaksanakan oleh tim penyidik dan
dipiinipin oleh Perwira pengawas penyidik dan dapat dihadiri oleh
pnyidik atau pejabat Iainnya yang diperlukan pada akhir
penyidikan bertujuan untuk:
a) Penyempurnaan Berkas Perkara
b) Pengembangan penyidikan
c) Memutuskan perpanjangan penyidikan
d) Melanjutkan kembali penyidikan yang telah dihentikan oleh
penyidik
e) Memutuskan untuk penyerahari perkara kepada JPU
8) Penyidik melaksanakan gelar perkara luar biasa diselenggarakan
dalam keadaan tertentu, mendesak untuk inienghadapi keadaan
darurat atau untuk iniengatasi masalah yang inieinibutuhkan
koordiriasi intensif antara penyidik dan para pejabat terkait.
Adapun gelar perkara luar biasa ini bertujuan untuk:
a) Menanggapi / iniengkaji adanya keluhari dan duinias,
tersangka, keluarga tersangka, penasehal hukumnya
maupun pihak-pihak lain yang terkait dengan perkara yang di
sidik
b) Melakukan tindakan Kepolisian terhadap seseorang yang
mendapat perlakuan khusus inienurut peraturan undang
undang
c) Menentukan langkah-langkah penyidikan terhadap perkara
pidana
d) Memutuskan penghentian penyidikan
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) 34
e) Melakukan tindakan koreksi / evaluasi terhadap dugaan
terjadiriya penyimpangan
f) Menentukan pemusnahan dan pelelangan barang sitaan
9) Perkara pidana Juan biasa yang meliputi perkara:
a) Atensi Presiden / pejabat peinienintah
b) Atensi pimpinan Poiri
c) Perhalian pub 1k secara luas
d) Melibatkan tokoh format I inforinial dan berdampak masal
e) Berada pada hukum perdata dan hukum pidana
f) Mencakup beberapa peraturan perundang undangan yang
tuimpang tindih
g) Penanganannya mengakibatkan dampak nasional dibidang
ideologi, politik, ekonoinii, social, budayalagainia dan
keamanan.
h) Penangannya berkemungkinan reaksi massal
10) Penyelenggaraan gelar perkara meliputi tiga tahapan yaitu:
a) Persiapan.
b) Pelaksanaan
c) Kelanjutan hasil gelar perkara
11) Tahap persiapan gelar perkara meliputi:
a) Penyiapan bahari paparan gelar perkara oleh tim penyidik.
b) Penyiapan sarana dan prasarana gelar perkara.
c) Pengiriman surat undangan gelar perkara.
12) Tahap pelaksanaan gelar sebagaimana dimaksud meliputi:
a) Pembukaan gelar perkara oleh pimpinan gelar perkara.
b) Paparan tim penyidik tentang pokok perkara, pelaksanaan
penyidikan, dan hasil penyidikan yang telah dilaksanakan.
c) Tangapan para peserta getar perkara.
d) Diskusi permasalahari yang terkait dalam penyidikan
perkara.
e) Kesimpulan gelar pekara.
13) Tahap kelanjutan hasil gelar perkara meliputi:
a) Pembuatan laporan hasil gelar perkara
b) Penyampaian laporan kepada pejabat yang berwenang.
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) 35
c) Arahari dan disposisi pejabat yang berwenang.
d) Pelaksanaan hasil gelar oleh tim penyidik
e) Pengecekan pelaksanaan hasil gelar oleh pewira pengawas
penyidik.
14) Keputusan hasil gelar pekara tahap awal penyidikan dilaporkan
kepada pejabat yang membuat surat perintah penyidikan dan
menjadi pedoman bagi penyiclik untuk inielanjutkan tindakan
penanganan perkara.
15) Keputusan hasil gelar perkara tahap pertengahari penyidikan
dilaporkan kpd pejabat yang membuat surat perintah penyidikan
dan harus dipedomani bagi tim penyidik untuk inielanjutkan
langkah-langkah penyidikan sesuai dgn hasil gelar.
16) Keputusan hasil gelar perkara tahap akhir penyidikan dilaporkan
kepada pejabat yang membuat surat perintah penyidikan dan
harus ditaati oleh tim penyidik untuk inienyelesaikan penyidikan
sesuai dengan hasit gelar perkara.
17) Dalam hal terjadi hambatan atau kendala dalam pelaksanaan
keputusan hasil gelar perkara, penyidik melaporkan kepada
pejabat yang berwenang melalui perwira pengawas penyidik.
n). SOP Penyusunan Berkas Perkara
1) Seluruh dokuinien hasil pelaksanaan tindakan penyidikan wajib
dikuinipulkan didalam Berkas Perkara sesuai dengan tata naskah
yang telah ditentukan.
2) Barang Bukti yang disita berupa dokuinien tidak dibenarkan
disimpan dalam Berkas Perkara, tetapi harus ditempat khusus
penyimpanan barang bukti sesuai ketentuan peraturan
perundang-undangan.
3) Melakukan pengecekan terhadap lembar kelengkapan mindik
yang meliputi:
a) Tanggal pembuatan setiap berita acara
b) Penandatangan setiap surat & Berita Acara
c) Paraf setiap leinibar BAP tersangkalsaksilahli
d) Paraf tersangka I saksi I ahli apabila ada ralatlpeinibetulan
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) 36
e) Tanggal noinior dan cap dirias setiap surat dan surat
perintah
4) Meneliti lembar mindik yang merupakan isi Berkas Perkara
5) Melakukan pengecekan barang bukti sesuai Berita Acara
penyitaan
6) Isi berkas perkara antara lain:
• Sampul berkas perkara
• Daftar isi berkas perkara
• Resuinie
• Laporan polisi/laporan kejadian (PPNS)
• Surat perintah penyidikan
• Berita acara pemeriksaan di TKP beserta kelengkapan
• Bap saksi/ahli
• Bap tersangka
• Berita acara penolakan inienanda tangani BAP
(saksi/ahli/tersangka)
• Surat kuasa penasehal hukum
• Surat pemberitahuan diiniulainya penyidikan
• Berita acara konfrontasi
• Berita acara rekontruksi
• Surat panggilan
• Surat perintah membawa tersangkalsaksi
• Berita acara membawa tersangka/saksi
• Surat perintah tugas
• Surat perintah penangkapan
• Berita acara penangkapan
• Berita acara penggeledahan badan/pakaian
• Surat perintah membawa dan inienghadapkan tersangka
• Berita acara membawa dan inienghadapkan tersangka
• Surat perintah penahanan
• Berita acara penahanan
• Surat permintaan perpanjangan penahanan kepada Kepala
Kejaksaan Negeri/Tinggi setempat
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) 37
• Surat surat ketetapan perpanjangan penahanan dan kepala
kejaksaan/penuntut umum
• Surat penntah perpanjangan penahanan
• Berita acara perpanjangan penahanan
• Surat permintaan perpanjangan penahanan kepada Ketua
Pengadilan Negeri seteini pat
• Surat penetapan peletangan benda sitaanlbarang bukti
• Surat perintah lelang benda sitaan/barang bukti
• Berita acara lelang benda sitaan/barang bukti
• Berita acara penyisihari benda sitaan/barang bukti
• Surat permohonan ijin pemusnahan / perampasan benda
sitaan/barang bukti
• Surat penetapan ijin pemusnahan/perampasan benda
sitaan/barang bukti
• Berita acara ijin pemusnahan/perampasan benda
sitaan/barang bukti
• Surat permintaan ijin khusus penyitaan surat kepada Ketua
Pengadilan Negeri
• Surat penetapan ijin khusus penyitaan surat
• Surat perintah pemeriksaan surat
• Berita acara pemeriksaan surat
• Surat perintah penyitaan surat
• Berita acara penyitaan surat
• Surat permintaan pemeriksaan oleh ahli
• Surat permintaan pemeriksaan iniayat / luka / korban I
perkosaan
• Visuini et reperturn iniayat I luka I korban I perkosaan
• Fotocopydokuinienbukti
• Petikan surat keputusan peiniidanaan terdahulu
• Surat ketetapan penghentian penyidikan
• Surat pemberitahuan penghentian penyidikan
• Daftar saksi
• Daftar tersangka
• Daftar barang bukti
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) 38
7) Berkas Perkara untuk penyidikan yang telah diselesaikan, wajib
disegel untuk menjamin keutuhari dan keaslian Berkas perkara.
0. SOP Pengiriiman Berkas Perkara
1) Berkas Perkara yang diriyatakan telah selesai dan telah ditehti
oteh Perwira Pengawas Penyidik, wajib segera dilaporkan
kepada pejabat yang berwenang untuk menyerahkan Berkas
Perkara kepada JPU (Jaksa Penuntut Umum).
2) Pejabat yang berwenang menentukan dan menandatangani
penyerahari Berkas Perkara adalah Dirreskrim.
3) Surat penyerahari Berkas Perkara wajib diteinibuskan kepada
Kapolda.
4) Surat Pengantar Berkas perkara diserahkan oleh penyidik
kepada JPU wajib dicatat dataini Expedisi.
5) Dalam hal Berkas Perkara yang diserahkan kepada JPU yang
diriyatakan belum Iengkap (P-19), penyidik wajib segera
inielengkapi kekurangan Berkas Perkara sesual dengan petunjuk
JPU dalam waktu yang ditentukan dan apabila oleh penyidik
telah dipenuhi maka dikiriini kembali Berkas perkara kepada JPU
dengan surat pengantar pengiriinian Berkas Perkara.
p. SOP Pengiriinian Tahap II
1) Penyidik wajib menyerahkan / melimpahkan tersangka dan
barang bukti setelah menerima surat pemberitahuan hasil
penyidiakan diriyatakan tengkap (P-21) dan JPU.
2) Penyidik berkewajiban untuk segera menyerahkan I
inieliinipahkan tersangka dan barang bukti dengan mendasari
surat dan JPU dengan waktu yang telah ditentukan.
3) Penyidik membuat berita acara penyerahari tersangka. dan
barang bukti yang disaksikan oleh petugas poiri, JPU, dan yang
menerima JPU yang bersangkutan.
4) Melaporkan kembali kepada petugas penyimpan barang bukti
yang mana barang bukti tersebut telah diterima oleh JPU.
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) 39
q. SOP Penghentian Penyidikan
1) Pertimbangan untuk melakukan Penghentian Penyidikan perkara
dan:
a) Tidak cukup bukti
b) Perkaranya bukan perkara pidana
c) Demi hukum antara lain:
(1) Kasus kadaluarsa
(2) Kasus nebis in idem
(3) Delik aduan
(4) Tersangka meninggal dunia
2) Pelaksanaan penghentian penyidikan oleh penyidik, dilakukan
dalam bentuk:
a) Penerbitan Surat Pemberitahuan Penghentian Penyidikan
(SP3) oleh pejabat yang berwenang.
b) Pembuatan Berita Acara Penghentian Penyidikan yang
dibuat oteh penyidik dan disahkan oleh Pengawas Penyidik.
c) Mengiriini surat pemberitahuan penghentian penyidikan
perkara oleh penyidik kepada tersangkalkeluarganya dan
JPU
3) Pejabat yang berwenang menandatangani surat
pemberitahuan Penghentian Penyidikan (SP3) serendah
rendahnya Dirreskrim.
4) Berita Acara Penghentian Penyidikan harus dibuat oteh penyidik
paling lambat 2 (dua) hari setelah diterbitkan SP3
5) Keputusan penghentian Penyidikan hanya dapat dilaksanakan
setelah melalui 2 (dua) tahapan gelar perkara luar biasa yang
dipimpin oleh pejabat yang berwenang serendah-rendahnya
Direskrim.
6) Gelar perkara luar biasa tahap pertainia untuk penghentian
penyidikan dihadiri sekurang-kurangnya:
a) Penyidik dan pengawas
b) Pejabat atasan perwira pengawas Penyidik atau pejabat
yang membuat Surat Perintah Penyidikan
c) Itwasda
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) 40
d) Bid Binkuini
e) Bid Propaini
f) Saksi AhIi
g) Dapat inienghadirkan pihak Petapor dan tertapor
7) Gelar Perkara luar biasa tahap kedua untuk Penghentian
Penyidikan dihadiri sekurang-kurangnya:
a) Penyidik dan pengawas Penyidik
b) Pejabat atasan Perwira Pengawas Penyidik atau pejabat
yang membuat Surat Perintah Penyidikan.
c) Itwasda
d) Bid Binkuini
e) Bid Propaini
f) Pihak pelapor beserta penasehal hukumnya
g) Pihak tertapor beserta penasehal hukumnya
h) Pejabat JPU bila sangat diperlukan
8) Pelaksanaan gelar perkara luar biasa untuk penghentian
Penyidikan perkara meliputi:
a) Pembukaan gelar perkara oleh pimpinan
b) Paparan Tim Penyidik tentang pokok perkara, pelaksanaan
penyidikan, dan hasU penyidikan yang telah dilaksanakan
c) Tanggapan dan diskusi para peserta gelar perkara
d) Kesimpulan hasil gelar perkara
9) Tahap kelanjutan hasil gelar perkara meliputi:
a) Pembuatan laporan hasil gelar perkara
b) Penyainipaian laporan kepada pejabat yang berwenang
dengan melampirkan hasil notulen
c) Arahari dan disposisi pejabat yang berwenang
d) Pelaksanan hasil gelar oleh Tim Penyidik
e) Pengawasan dan pengendalian terhadap pelaksanaan hasil
gelar oleh Perwira Pengawas Penyidik
10) Hasil gelar perkara Penghentian penyidikan dilaporkan kepada
pejabat atasan pimpinan gelar perkara untuk mendapatkan
arahari dan keputusan tindak lanjut hasil gelar perkara
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) 41
11) Dalam hal pejabat atasan pimpinan gelar perkara inienyetujui
untuk dilaksanakan penghentian penyidikan, penyidik wajib
segera melaksanakan penghentian penyidikan
12) Dalam hal pejabat atasan pimpinan gelar perkara tidak
menyetujui hasil keputusan gelar perkara maka atasan penyidik
membuat sanggahan tertulis terhadap hasil gelar perkara diberi
alasan yang cukup yang diajukan kepada pimpinan kesatuan
atas
13) Pengawas penyidik kesatuan atas melakukan supervise
terhadap sanggahari hasil gelar.
14) Administrasi Surat Pemberitahuan Penghentian Penyidikan (SP-
3) yang diajukan kepada Dirrekrim dengan ketentuan:
a) Melampirkan Nota dinas tentang hasil gelar perkara
b) Takah pendapat penyidik, kanit, Kasat tentang penghentian
penyidikan
c) Surat Perintah Penghentian Penyidikan
d) Surat Ketetapan Penghentian Penyidikan
15) Mengirimkan SP2HP kepada pelapor tentang penghenthari
penyidikan yang dilakukan dengan memberikan pertimbangan
pertimbangan dhlakukannya penghentian penyidikan.
16) Waktu pengiriinian SP2HP tentang penghentian penyidikan
selambat-lambatnya 3 (tiga) hari setelah Surat Perintah
Penghentian Penyidikan diterima oleh penyidik.
17) Dalam hal perkara yang telah dihentikan penyidikan, dapat
dilanjutkan proses penyidikan berdasarkan:
a) Keputusan pra peradilan yang inienyatakan bahwa
penghentian penyidikan tidak sah dan wajib inielanjutkan
penyidikan
b) Diketeiniukan bukti baru (novuini) yang dapat segera
diselesaikan dan diserahkan ke JPU
c) Hasil gelar perkara luar biasa yang dihadiri dan diputuskan
oleh pejabat yang berwenang untuk inieinibatalkan
keputusan penghentian penyidikan yang diduga terdapat
kekehruan, cacat hukum, atau terdapat penyiinipangan.
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) 42
18) Gelar perkara luar biasa untuk inietanjutkan penyidikan
sekurang-kurangnya dihadiri oleh:
a) Penyidik dan perwira pengawas penyidik yang
inienghentikan penyidikan
b) Pejabat yang mengelurkan keputusan penghentian
penyidikan
c) Atasan pejabat yang mengelurkan keputusan penghentian
penyidikan atau yang iniewakili
d) Itwasda
e) Bid binkuini
f) Bid propaini
g) Pihak pelapor
h) Pihak terlapor
19) Pejabat yang berwenang untuk inielanjutkan proses penyidikan
adalah Kapolda
Ill. ADMINISTRASI STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR
1. Penyelenggaraan administrasi penyidikan dalam aplikasi penjabaran
Standar Operasional Prosedur (SOP) berpedoman pada ketentuan yang
berlaku antara lain:
a. Undang-undang No. 2 tahun 2002 tentang Kepolisian Negara
Republik Indonesia.
b. Undang-undang No. 8 tahun 1981 tentang KU HAP.
c. Peraturan Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia No. P01 12
tahun 2009 tentang Pengawasan dan Pengendalian Penanganan
Perkara Pidana dii Lingkungan Poiri.
d. Juklak dan juknis administrasi penyidikan.
2. Pada jajaran Reskrim Polda NTB agar dapat inieinipedomani Standar
Operasional Prosedur (SOP) sebagai indikator keberhasilan kenerja
kesatuan.
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) 43
IV. PENGAWASAN DAN PENGENDALIAN
1. Pengawasan dan Pengendalian dilakukan dengan inielibatakan fungsi
dan peran pengawas penyidik dan koiniisi pengawas penyidik didalam
pelaksanaan Standar Operasional Prosedur (SOP).
2. Sisteini pelaporan secara berkala dalam proses penyelidikan dan
penyidikan sebagai indikator keberhasilan kinerja anggota Reskrim dalam
memberikan pelayanan prima kepada masyarakat.
V. PENUTUP
Demikian buku Standar Operasional Prosedur (SOP) ini dibuat untuk
dapat digunakan sebagai pedoman anggota Reskrim dalam rangka proses
penyehdikan dan penyidikan tindak pidana guna terwujudnya penyidik Dit
Reskrim Polda NTB yang profesional, proposional, bermoral dengan
menjunjung tinggi superimsi hukum dan hak asasi manusia.
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) 44
KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA DAERAH NUSA TENGGARA BARAT DIREKTORAT RESERSE KRIMINAL
Jl. Langko No. 77 Mataram
REKOMENDASI PEMBUATAN LAPORAN POLISI
Setelah diadakan pembahasan singkat di ruang Tim Dumas Reskrim Polda NTB, maka laporan /pengaduan : Nama pelapor : Alamat pelapor : No. Identitas Sim /Ktp /Paspor : Jenis kasus yang dilaporkan : Nama Terlapor : Alamat Terlapor :
Telah memenuhi unsur-unsur sebagaimana dimaksud dalam Pasal :
1. ………………………………………………………… 2. ………………………………………………………… 3. …………………………………………………………
TERMASUK DALAM DELIK : A. BIASA B. ADUAN
1. Apakah locus delicti /TKP peristiwa yang dilaporkan merupakan wilayah hukum
PENJELASAN :
2. Kasus Yang Dilaporkan /Diadukan Merupakan Peristiwa A. Pidana B. Perdata C. Masih samara-samar PENJELASAN :
3. Apakah Unsur-Unsur Pidana Terpenuhi A. Terpenuhi B. Tidak Terpenuhi B. Belum Cukup D. Perlu Lidik
PENJELASAN :
4. Apakah Bukti Permulaan Yang Cukup Terpenuhi : A. Terpenuhi B. Tidak Terpenuhi C. Belum Terpenuhi D. Perlu Didik
PENJELASAN :
5. Apakah ada saksi-saksi yang mendukung laporan : A. Ada B. Tidak ada C. Perlu Lidik PENJELASAN :
6. Apakah ada bukti ( data /dokumen ) yang mendukung laporan : A. Ada B. Tidak ada C. Perlu Lidik
PENJELASAN :
7. Sasaran tindak lanjut : A. Proses lanjut : 1. Lidik 2. Sidik B. Limpah Proses C. Ditolak
PENJELASAN :
Mataram 2010
KAUR TIM DUMAS RESKRIM PERWIRA TIM DUMAS RESKRIM
Anggota Tim Dumas Reskrim :
1. ………………………………. 2. ………………………………. 3. ………………………………. 4. ………………………………. 5. ………………………………. 6. ………………………………. 7. ……………………………….
KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA DAERAH NUSA TENGGARA BARAT DIREKTORAT RESERSE KRIMINAL
Jl. Langko No. 77 Mataram
Kepada :
Yth. KEPALA SPK
di
Tempat
REKOMENDASI PEMBUATAN LAPORAN POLISI
Bahwasanya setelah diadakan pembahasan singkat di Ruang Tim
Dumas Reskrim, maka Laporan Sdr / Sdri ……………………………………………
Alamat : …………………………………………………………………………….
Tentang Tindak Pidana ……………………………………………………………...
Atau ………………………….…………………………………… telah memenuhi
Unsur – unsur sebagaimana di maksud Pasal ………………………… KUHP dan
atau
……………………………… KUHP. Demikian keterangan pembahasan singkat ini mohon dapatnya sebagai pertimbangan dalam pembuatan Laporan Polisi.
Mataram , ……………………….2010
Pengawas Tim Dumas Reskrim
Anggota Tim Dumas Reskrim : 1. ………………………………. 2. ………………………………. 3. ………………………………. 4. ………………………………. 5. ………………………………. 6. ………………………………. 7. ……………………………….
KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA DAERAH NUSA TENGGARA BARAT DIREKTORAT RESERSE KRIMINAL
Jl. Langko No. 77 Mataram
FORMAT : A1
REKOMENDASI PEMBUATAN LAPORAN POLISI
LP NO. POL. : LP/ /IV /2010 /BIROPS TANGGAL : APRIL 2010
Kasus yang dilaporkan : TP ( Uraian singkat tindak pidana dan pasal yang di langgar )
No Pertanyaan Jawaban
1 Termasuk dalam delik Murni Aduan Ya Tidak /Belum
2 Pernah dilaporkan /diadukan sebelumnya
Ya Tidak
3 Ada barang bukti yang diserahkan Siaga-I Tidak Ada pada Penyakit
4 Kelompok satuan Siaga yang mengajukan
Siaga-I Siaga-II Siaga-III
5 Nama /Pangkat /Tanda tangan Perwira Siaga
I II II
Petugas
TIM DUMAS DIT RESKRIM
No Pertanyaan Jawaban
1 Apakah kasus yang dilaporkan /diadukan merupakan tindak pidana
Ya Perdata Masih samara-samar
2 Apakah unsure-unsur tindak pidana terpenuhi
Ya Tidak Belum cukup perlu lidik
3 Apakah bukti permulaan cukup terpenuhi
Ya Tidak Belum cukup Perlu lidik
4 Saran Dilimpahkan Kesatuan Wilayah Ditolak Disidik Lebih Lanjut Oleh Direktorat Sat I Pidum/ Sat II Pidek/ Sat III Pidkor/ Sat IV Pidter
5 NAMA /PANGKAT /tanda tangan katim Dumas Ditrskrim
Saran /Pendapat : Petugas
Disposisi Dirreskrim /Wadirreskrim
SURAT PERNYATAAN Yang bertanda tangan dibawah ini, saya : Nama : Umur : Pekerjaan : Alamat /tempat tinggal : Bahwa pada hari ……………….. tanggal ……….. 2010 ……….. Wib telah melaporkan kejadian ke SPK Biro Ops Polda Jatim sesuai Laporan Polisi No. Pol.: LP/ /2010/SPK tanggal ……………………… 2010, dengan ini menyatakan bahwa : 1. Perkara di laporkan :
a. Belum pernah Dilaporkan ke Polisi : b. Sudah pernah di laporkan ke Polisi : (a. Polsek …………………………./b.
Polres …………………/c. Polwill………………………/Polda…………..)
2. Perkara yang dilaporkan pernah di hentikan penyidikannya atau SP 3 a. Belum pernah b. Sudah pernah
3. Perkara yang dilaporkan tidak saling melaporkan a. Ya Polsek ………………/ Polres………………
Polwill…………/Polda……….. b. Tidak
Bahwa karena sesuatu hal maka yang saya tidak tersedia untuk dilakukan pemeriksaan awal oleh Tim Dumas Ditereskrim dan saya akan menunggu Surat panggilan resmi dari Ditreskrim Polda Jatim.
Demikian pernyataan ini dibuat dengan sebenarnya.
Mataram, 2010 Pelopor
KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA DAERAH NUSA TENGGARA BARAT DIREKTORAT RESERSE KRIMINAL
LAPORAN POLISI No. Pol, : :LPB/ / /2010 / NTB
No. SOPA URAIAN DATA
KET ADA TIDAK
1 SUBYEK A. PELAPOR - Apa alas haknya - Bukti apa yang dimiliki - Siapa saksi (kualifikasi sbg saksi - Apa Hub hak dengan terlapor
B. TERLAPOR - Apa hub tsk dengan pelapor - Apa alasan hak - Bukti apa yang dimiliki - Siapa saksi (yg meringankan)
2 OBYEK A. TKP (Locus delcti) B. Waktu kejadian (Tempos Delicti) C. Apa yang terjadi / fakta hasil Cek di
KTP D. Pasal apa yang diterpkan E. Apa yang dilaporkan (dikaitkan
dengan fakta)
3. PERBUATAN A. Bagaimana Cara /Dengan Sara Apa pernuatan tersebut terjadi B. Apa yang digunakan (BB) C. Apa bukti hasil kejahatan D. Bentuk kerugian dan nilai kejadian E. Apakah perbuatan itu dapat
dipertanggung jawabkan kepada pelapor atau ada pidak lain
4. AKIBAT A. Terjadi kerugian /perbuatan pidana sesuai dengan laporan pelapor dan obyek perkara
B. Mengakibatkan kerugian terhadap pelapor
C. Perbuatan itu dilakukan oleh pelapor
Mataram 2010
PETUGAS