Download - Jasa keuangan 1
PERUNDINGAN PERDAGANGAN JASA KEUANGAN
DIREKTORAT PERUNDINGAN PERDAGANGAN JASAKEMENTERIAN PERDAGANGAN
1
melakukan penyiapan bahan perumusan kebijakan, penyusunan pedoman, standar, norma, kriteria, prosedur, dan bimbingan teknis serta evaluasi pelaksanaan kerja sama dan perundingan perdagangan di bidang jasa meliputi sektor jasa keuangan.
Permendag RI No.31/M-DAG/PER/7/2010
TUGAS SEKSI JASA KEUANGAN
Sektor yang termasuk dalam Jasa Keuangan
No ClassificationCPC (Central Product
Classifications)
1Accounting, auditing and bookeeping services
862Professional
2 Taxation Services 863Professional
3All insurance and insurance-related services
812**4 Sub sector
4Banking and other financial services (excl. insurance)
811** dan 813**12 Sub sector
4
All insurance and insurance-related services 812**
1. Life, accident and health insurance services 8121 2. Non-life insurance services 81293. Reinsurance and retrocession
81299*4. Services auxiliary to insurance 8140 (including broking and agency services)
5
Banking and other financial services (excl. insurance)
1. Acceptance of deposits and other repayable funds from the public 81115-81119
2. Lending of all types, incl., inter alia, consumer credit, 8113 mortgage credit, factoring and financing of commercial transaction
3. Financial leasing 8112 4. All payment and money transmission services 81339**5. Guarantees and commitments 81199**6. Trading for own account or for account of customers,
whether on an exchange, in an over-the-counter market or otherwise, the following: • money market instruments (cheques, bills, 81339**
certificate of deposits, etc.) • foreign exchange 81333• derivative products incl., but not limited to, futures and options 81339**• exchange rate and interest rate instruments, 81339**
inclu. products such as swaps, forward rate agreements, etc.• transferable securities 81321*• other negotiable instruments and financial assets, incl. Bullion 81339**
6
7. Participation in issues of all kinds of securities, incl. under-writing 8132 and placement as agent (whether publicly or privately) and provision of service related to such issues
8. Money broking 81339**9. Asset management, such as cash or portfolio management, 8119+**
all forms of collective investment management, pension fund 81323*management, custodial depository and trust services
10.Settlement and clearing services for financial assets, 81339**incl. securities, derivative products, and other negotiable or 81319**instruments
11. Advisory and other auxiliary financial services on all the 8131activities listed in Article 1B of MTN.TNC/W/50, incl. credit or 8133 reference and analysis, investment and portfolio research and advice, advice on acquisitions and on corporate restructuring and strategy
12.Provision and transfer of financial information, and financial 8131data processing and related software by providers of other financial services
7
Mode of SupplySektor Jasa Keuangan
Secara umum Jasa Keuangan diperdagangkan dengan empat cara:Moda 1: Perdagangan Lintas Batas/Cross-Border Pemasok jasa keuangan domestik menyediakan jasa kepada negara-
negara lain menggunakan internet dan teknologi lintas batas lainnya
Moda 2: Konsumsi Luar Negeri/Consumption Abroad Konsumen domestik pergi ke luar negeri untuk mendapatkan jasa
keuangan
Mode 3: Keberadaan Komersial/Commercial Presence Pemasok jasa keuangan asing berada di dalam pasar domestik dan
menyediakan jasa
Mode 4: Perpindahan Sementara natural persons/Presensence of Natural Persons Spesialis (tenaga kerja) jasa keuangan asing masuk ke pasar domestik
dan memberikan jasa
Penanganan Perdagangan Jasa
Perdagangan jasa terjalin dalam sistem perdagangan multilateral, regional dan bilateral. Adapun forum perundingan perdagangan Jasa meliputi:• Forum WTO – GATS;• ASEAN (AFAS);• ASEAN-Mitra Dialog;• APEC; dan • Bilateral: IJEPA
8
MULTILATERAL (WTO)
World Trade Organization (WTO) didirikan untuk mendorong proses liberalisasi perdagangan dunia.
WTO telah diratifikasi dengan Undang-undang No. 7 Tahun 1994 tentang Pengesahan Agreement Establishing The World Trade Organization;
Persetujuan bidang jasa diatur dalam GATS (General Agreement on Trade in Services).
Perundingan Multilateral
10
Prinsip Perundingan Jasa di WTO Legally binding
Komitmen yang mengikat dan adanya kompensasi bilamana terjadi penarikan komitmen.
Most Favoured Nation (MFN) Menjamin tidak adanya perlakuan diskriminasi antar negara anggota
National Treatment Menjamin pemasok jasa asing untuk diperlakukan sama dengan pemasok jasa domistik dalam kerangka aturan nasional
TransparencyNegara diwajibkan bersikap terbuka/transparan terhadap berbagai kebijakan perdagangannya sehingga memudahkan para pelaku usaha untuk memahami berbagai ketentuan yang terkait dengan aktivitasnya.
Progressive LiberalizationPerluasan akses pasar secara bertahap, disesuaikan dengan tujuan kebijakan dan tingkat perkembangan pembangunan di negara tersebut
FlexibilityFleksibilitas penerapan bagi negara-negara berkembang
11
Indonesia telah memberikan komitmen untuk sektor jasa sejak Uruguay Round;
Komitmen Indonesia saat itu umumnya masih dibawah peraturan yang berlaku kecuali untuk sektor financial bukan bank, komitmen Indonesia telah “Standstill” dan sesuai dengan perundangan yang berlaku.
Commitments WTO
12
INDONESIA – SCHEDULE OF COMMITMENTS Financial Services - WTO
14
15
16
ASEAN FRAMEWORK AGREEMENT ON SERVICES
(AFAS)
ASEAN ASEAN Framework Agreement on Services (AFAS)
diratifikasi dengan Keppres No.88 Tahun 1995.
Prinsip dasarnya adalah legally binding.
Komitmen umumnya GATS Plus.
Untuk jasa ada:
Working Coordination Committee on Services (CCS),
Working Committee on Financial Services, dan
Working Committe on air transport.
Saat ini perundingan perdagangan jasa telah memasuki ASEAN Framework Agreement on Services (AFAS) 8
18
Perundingan Perdagangan Jasa di ASEAN
Pemenuhan threshold AFAS 8Jumlah sub sektor yang harus diliberallisasi :
80 Sub SektorFEP PIS (Air Travel, e-ASEAN, tourism,
healthcare): 70%, FEP Non PIS dan sektor logistik : 51%Mode 1 dan Mode 2 harus “none”
Bidang jasa keuangan telah ditandatangani Protocol to Implement the Fourth Package of Commitments in Financial Sevices under the AFAS oleh para Menteri Keuangan Asean tanggal 4 April 2008 di Da Nang Viet Nam.
Protocol to Implement the Fifth Package of Commitments in Financial Sevices under the AFAS dijadwalkan akan dibahas di Cebu 2 Desember 2010 dan rencananya ditandatangani April 2011
20
Schedule of Commitment
21
1st Package2nd Package3rd Package4th Package
ASEAN MITRA DIALOG
STATUS OF EXISTING ASEAN+1 FTAs
CHINA KOREA JAPAN ANZ INDIA The 1st FTA Signed in 2004 with
Early Harvest Program since 2004
Transition period for INA’ TIG : 2005-2012 (NT), 2015-2018 (SL & HSL)
TIS signed in 2007 & entry to force in July 2007
2nd Package of TIS signed by ASEAN Summit October 2010
Investment Agreement signed in August 2009; INA to complete domestic procedures
The 2nd FTA TIG signed in 2006 Transition period
for INA’ TIG : 2006-2012 (NT), 2012-2016 (ST)
TIS signed in 2007 & EIF in May 2009; ASEAN commitments based on AFAS 4 +/- (INA ratification for TIS is on-going)
Investment Agreement was signed in June 2009 (INA ratification is on-going)
The 3rd FTA Signed in 2008
without services & investment
Transition period for INA TIG : 2008-2019 (NT), 2024 (ST)
INA has ratified but yet to enter into force pending the completion of transposition & legal enactment
The 4th FTA Comprehensive,
single undertaking FTA
Signed in Feb 2009 Transition period
for INA TIG : 2009-2015 (NT), 2015-2025 (ST)
Services commitment based on AFAS 5 +/-
INA ratification pending
INA to settle of transposition problem
The 5th FTA Signed in AEM
August 2009 Transition period
for INA’ TIG : 2010-2015 (NT), 2015-2018 (ST)
INA ratification is done
Legal Enactment is in process
Services & Investment: negotiations are on going
23
ASEAN - CHINALandasan Hukum
Persetujuan Jasa ACFTA ditandatangani pada pertemuan ke-12 KTT ASEAN di Cebu, Filipina, pada bulan Januari 2007. Sedangkan Persetujuan Investasi ASEAN China ditandatangani pada saat pertemuan ke-41 Tingkat Menteri Ekonomi ASEAN tanggal 15 Agustus 2009 di Bangkok, Thailand.
Ratifikasi dan Implentasi :
Negosiasi Second package of specific commitments under the ASEAN-China Trade in Services Agreement – deliverable for the 9 AEM-MOFCOM belum ditandatangani
Masalahnya terkait proposal negara Philipina untuk mencantumkan: “All taxation measure are subject to domestic laws, rules and regulations” dalam horizontal commitments negaranya masih yang terdepan di ASEAN
Namun, draft teks apapun yang disepakati bagi Philippina, juga akan digunakan dalam draft teks Thailand’s horizontal commitments.
PENDING ISSUE: seluruh negara diharapkan mendorong konfirmasi secepatnya dari Philippina terkait draft teks “All taxation measure are subject to domestic laws, rules and regulations, consistent with GATS” agar penandatanganan Protocol to Amend the Agreement on Trade in Service dapat dilakukan pada saat ASEAN-China Summit pada bulan Oktober 2010.
ASEAN-CHINA AGREEMENT ON TRADE IN SERVICES
Sector or Sub Sector
Limitation on Market Limitation on National Treatment Additional Commitment
I. HORIZONTAL COMMITMENTS
ALL SECTORS INCLUDED IN THIS SCHEDULE
3) Commercial Presence of the foreign service provider(s) may be in the form of joint venture and/or representative office, unless mentioned otherwise.
Joint venture should meet the following requirements:a) Should be in the form of
Limited Liability Enterprise (Perseroan Terbatas/PT),
b) Not more than 49% of the capital share of the Limited Liability Enterprise (Perseroan Terbatas/PT), may be owned by foreign partner(s).
3) The Income Tax Law provides that non-resident taxpayers will be subject to withholding tax of 20% if they derive the following income from Indonesian source:
(a) Interest(b) Royalties(c) Dividend(d) Fee from service perform in Indonesia
Land AcquisitionUndang-Undang Pokok Agraria (Land Law) No. 5 of 1960 stipulates that no foreigners (juridical and natural persons) are allowed to own land. However, a joint venture enterprise could hold the right for land use (Hak Guna Usaha) and building rights (Hak Guna Bangunan), and they may rent/lease land and property.Any juridical and natural persons should meet professional qualification requirements.
INDONESIA’S SCHEDULE OF SPECIFIC SERVICES COMMITMENTS
Mode of Supply: (1) Cross-border supply (2) Consumption abroad (3) Commercial presence (4) Presence of natural persons
Sector or Sub Sector
Limitation on Market Limitation on National Treatment Additional Commitment
4) Subject to Indonesian Labour and Immigration Laws and Regulations, only directors, managers and technical experts/advisors, unless mentioned otherwise, are allowed to stay for two years and could be extended for a maximum two times subject to two years extension each time. Manager and technical experts (intra corporate transfer) are allowed based on an economic needs test.
The entry and temporary stay of business visitor(s) is (are) permitted for a period of 60 days and could be extended maximum for 120 days.
Expatriate Charges
Any foreign natural persons supplying services are subject to charges levied by Governments Labour Laws and Regulations.
Any expatriate employed by a joint-venture enterprise, representatives office, and/or other types of juridical person and/or an individual services provider must hold a valid working permit issued by the Ministry of Manpower and Transmigration
Untuk ASEAN-China agreement on trade and service sampai saat ini belum ada komitmen di sektor keuangan
Mode of Supply: (1) Cross-border supply (2) Consumption abroad (3) Commercial presence (4) Presence of natural persons
ASEAN-KOREALANDASAN HUKUM & CAKUPAN AKFTA
Pada pertemuan KTT ASEAN-Korea pada bulan Nopember 2004 di Vientiane, Laos para Kepala Negara/Pemerintahan ASEAN dan Korea menyepakati “Joint Declaration on Comprehensive Cooperation Partnership between ASEAN and Korea, establishing ASEAN-Korea Free Trade Area” sebagai landasan hukum bagi pembentukan ASEAN dan Korea FTA Framework Agreement dan Persetujuan Penyelesaian Sengketa AKFTA selanjutnya ditandatangani para Menteri Ekonomi ASEAN dan Korea pada tanggal 13 Desember 2005 di Kuala Lumpur, Malaysia.
Persetujuan Perdagangan Barang AKFTA ditandatangani pada tanggal 24 Agustus 2006 di Kuala Lumpur, Malaysia, sedangkan Persetujuan Jasa AKFTA ditandatangani pada saat KTT ASEAN di Singapura tahun 2007 dan Persetujuan Investasi ASEAN Korea ditandatangani pada KTT ASEAN Korea pada bulan Juni 2009 di Jeju Island, Korea. AKFTA telah menjadi sebuah persetujuan FTA yang komprehensif dengan telah ditandatanganinya persetujuan-persetujuan dibidang perdagangan barang, perdagangan jasa dan investasi.
28
ASEAN-KOREA FTASCHEDULE OF COMMITMENTS
29
30
31
32
33
34
35
36
37
ASEAN-JEPANGLANDASAN HUKUM & CAKUPAN FTA
Landasan pembentukan perdagangan bebas ASEAN dan Jepang adalah Joint Declaration of the Leaders of the Comprehensive Economic Partnertship between ASEAN and Japan yang ditandatangani pada tanggal 5 Nopember 2002, serta Framework for Comprehensive Economic Cooperation between ASEAN and Japan yang ditandatangani tanggal 8 Oktober 2003.
Dalam KTT ASEAN-Japan ke-8, Para Kepala Negara ASEAN dan Jepang menyetujui Perjanjian Kerjasama Ekonomi ASEAN-Jepang dan mulai dilakukan negosiasi pada bulan April 2005 dan ditandatangani pada bulan Maret dan April 2008 secara adreferendum.
Persetujuan telah berlaku efektif per 1 Desember 2008. Persetujuan AJCEP merupakan suatu persetujuan ekonomi antara ASEAN dan Jepang yang bersifat komprehensif serta mencakup bidang perdagangan barang, jasa, investasi, SPS, TBT dan kerjasama ekonomi.
Persetujuan AJCEP telah diratifikasi melalui Peraturan Presiden Nomor 50 Tahun 2009 tanggal 19 November 2009 tentang Pengesahan Persetujuan AJCWP.
ASEAN - JEPANG
Ratifikasi dan Implementasi Persetujuan AJCEP berlaku efektif sejak 1 Desember 2008 Sub komite untuk bidang jasa dan investasi telah terbentuk pada
tanggal 15 Desember 2009. Pertemuan sub-komite Jasa AJCEP pertama kali tanggal 7 Juni 2010 di Tokyo, Jepang. Disepakati agar negosiasi dibidang jasa diselesaikan agustus 2011
Enam sektor jasa yang menjadi perhatian jepang kepada ASEAN adalah (i) computer-related, (ii) telekomunikasi, (iii) konstruksi, (iv) distribusi, (v) Finansial dan (vi) maritim
Pending Issue Indonesia perlu mengidentifikasi dan menyusun indicative
request / offer
Matriks Jasa ASEAN-Japan Comprehensive Economic Partnership (AJCEP)
Isu yang akan dibahas
Posisi TerakhirBangkok,2-3 Agst,2010
Current Position Thailand,5-8 Okt,2010
Tindak lanjut
Current Situation of Trade in Services in ASEAN and Japan
• Membahas lebih dalam perihal perlakuan khusus dan berbeda kepada negara CLMV.
• “Daftar transparansi” tindakan tidak konsisten dengan akses pasar (MA) dan ketentuan National Tratment (NT)
• Jepang melakukan pendekatan negative dari EPAs Jasanya dengan non-anggota ASEAN
• Cost and benefit melakukan jasa AJCEP di tingkat regional
• Jepang menilai pendekatan negative list lebih business friendly, dimungkinkan untuk mengetahui sejak awal hambatan dan sektor/sub sektor yang tertutup.
• Jika AMS menginginkan pendekatan positive list, Jepang meminta untuk memasukkan kewajiban transparansi list
• Cost and benefit tidak perlu dilakukan
• Sesuai mandat pertemuan di Hanoi, ASEAN menginginkan pendekatan positive list dengan semua mitra dialog
• Perlu disipkan bottom line position.
Isu yang akan dibahas
Posisi TerakhirBangkok,2-3 Agst,2010
Current Position Thailand,5-8 Okt,2010
Tindak lanjut
Work plan on the sub Committe on Services
• Usulan Jepang” dalam work plan of the sub Committee on services mengenai Tentative outline of the trade in services bahwa keuntungan yang diterima oleh anggota ASEAN melalui AFAS sebagaimana direncanakan dalam AEC blueprint dapat dimanfaatkan oleh Jepang
Date and Venue of the next Sub-Committee Meeting
• Jepang menawarkan untuk menjadi host di Tokyo, direncanakan pada bulan Desember 2010, Sub committee services juga akan berkoordinasi dengan sub committee karena meeting lebih baik dilakukan secara paralel.
Other Matters • Pihak Jepang tidak menginginkan dimasukkannya chapter of Movement of Natural person (MNP) pada agreement.
ASEAN-AUSTRALIA& NEW ZEALAND
DASAR HUKUM & CAKUPAN
Pembentukan AANZFTA adalah dengan disepakatinya Joint Declaration of the Leaders ASEAN-Australia and New Zealand Commemorative Summit pada tanggal 30 November 2004 di Vientiane, Laos yang di dalamnya tertuang Guiding Principles for Negotiation on ASEAN-Australia and New Zealand Free Trade Area.
Persetujuan ASEAN-Australia New Zealand Free Trade Area diselesaikan pada bulan Agustus 2008 dan ditandatangani oleh Para Menteri Ekonomi ASEAN, Australia dan New Zealand pada tanggal 27 Februari 2009 di Hua Hin, Thailand yang mencakup: Perdagangan Barang, Jasa, Investasi, ROO, Customs, SPS, TBT, Safeguard, Hak Kekayaan Intelektual, Kebijakan Persaingan, MNP, Kerjasama Ekonomi, DSM, e-commerce.
Indonesia bersama negara ASEAN lainnya memberikan komitmen liberalisasi jasa tidak melebihi dari komitmen yang terdapat dalam kesepakatan internal ASEAN Paket ke-5 (ASEAN Framework Agreement on Services/AFAS).
43
ASEAN-AUSTRALIA& NEW ZEALAND
44
45
46
47
48
49
50
51
52
53
54
55
56
57
ASEAN - INDIA
Perundingan perdagangan jasa pada ASEAN-India FTA masih dalam tahap negosiasi
Terdapat banyak permasalahan:• Draft Text Persetujuan Jasa• Draft Text Movement of Natural Person (MNP)• Draft Teks Annex on Financial Services (AFS)• Requests and Offers
PERMASALAHAN INDIA ASEAN Masukan Rapat27 September 2010
Draft Teks Annex on Financial Services (AFS)Latar Belakang
Meskipun secara umum India dapat memahami pentingnya AFS, namun masih terlihat keengganan India untuk memasukan AFS yang melebihi GATS dalam AI-TISA
Usulan yang disampaikan ASEAN tersebut mempertimbangan:(i) pentingnya mengatur
secara khusus perdagangan jasa keuangan ASEAN-India mengingat karakteristiknya yang sangat sensitif
(ii) usulan AFS relevan dengan GATS,
(iii) AFS menyediakan suatu prudential measure untuk menanggulangi terjadinya krisis, dan
(iv) Annex serupa telah diterima dalam ASEAN-Korea FTA dan ASEAN-Australia-New Zealand FTA.
Rapat menyepakati pentingnya AFS untuk menanggulangi krisis dan AFS ini telah dilakukan di perjanjian ASEAN-mitra dialog lainnya.
PERMASALAHAN INDIA ASEAN Masukan Rapat 27 September 2010
Article on Prudential Measure, Exchange Rate and Financial Stability
Penambahan provisi usulan ASEAN dinilai India tidak memberikan nilai tambah mengingat article on prudential measure dalam GATS sudah sangat fleksibel dan powerful untuk diterapkan dengan alasan prudential.
ASEAN berpandangan bahwa penambahan provisi tersebut akan memberikan tambahan policy space untuk menjaga stabilitas nilai tukar dan sistem keuangan dari serangan para spekulan (speculative attack).
Rapat mendukung perlunya policy space untuk menjaga stabilitas nilai tukar dan sistem keuangan dari serangan para spekulan (speculative attack).
Klasifikasi Sub Sektor Jasa Keuangan
India mengusulkan untuk menghapus definisi pada Butir 5.(xvi) dalam AFS karena dinilai akan membatasi klasifikasi sub sektor jasa keuangan yang terus berkembang.
Definisi tersebut adalah original GATS teks sehingga penghapusan atas definisi dimaksud akan berdampak pada inkonsistensi mengingat kedua belah pihak adalah anggota WTO yang mentaati provisi-provisi dalam GATS.
Mengingat sudah merupakan definisi original GATS, maka butir 5 (xvi) sebaiknya tidak dihapuskan
ASIA-PACIFIC ECONOMIC COOPERATION
APEC
Perundingan Perdagangan Jasa di Forum APEC
Prinsip kerja sama APEC tertuang dalam Osaka Action Agenda 15, antara lain : Comprehensive, WTO-Consistent, Voluntary/ Non-Binding, Comparability, Transparent.
Pembahasan serta kegiatan dalam bidang jasa mengacu pada kesepakatan APEC Economic Leaders’ Meeting (AELM) ke-17 tahun 2009 di Singapura, yaitu :1. APEC Principles for Cross-border Trade in Services2. APEC Services Action Plan
Pembahasan isu jasa di APEC dilakukan oleh salah satu Sub fora Committee on Trade in Investment (CTI), yaitu : Group on Services (GOS)
Terakhir, GOS diadakan pada bulan Mei 2010 di Sapporo, Jepang
63
63
Pembahasan isu jasa tahun 2010
Jasa merupakan salah satu key areas of REI (Regional Economic Integration) agenda APEC tahun 2010 selain a.l. the digital economy, investment, trade facilitation, rules of origin and standards/technical barriers to trade.
Acuan: Kesepakatan AELM ke 17 tahun 2009 di Singapura yaitu: the APEC Principles for Cross-Border Trade in Services and the APEC Services Action Plan yang menjadi dasar bagi APEC’s future work untuk promosi services trade dan membentuk greater convergences di antara ekonomi APEC dalam jasa.
64
64
Principles for Cross-Border Trade in ServicesTujuan: shared commitments to achieving greater regional economic integration and free and open trade in services in the APEC regionSifat: non- bindingPrinsip-prinsip yang ada terkait dgn: regulatory, enhance transparency & predictibility, facilitate services delivered electronically, facilitate services delivered through the presence of natural persons
Pembahasan isu jasa tahun 2010
65
65
APEC Services Action Plan 2008 AELM Statement: called for accelerated
implementation of APEC’s REI, and:…to undertake initiatives designed to promote greater convergence in key areas including cross-border services.
Services Action Plan (SAP) developed to provide level of coordination and focus to the services-related work conducted across all of APEC
The aim of the SAP is to provide common direction and coherence to APEC’s work on services trade, and establish a forward work program to foster the development of open and efficient services markets in the APEC region.
Pembahasan isu jasa tahun 2010
BILATERAL INDONESIA JEPANG ECONOMIC
PARTNERSHIP AGREEMENT (IJEPA)
Dasar hukum term of reference IJEPA Mei 2003. Prinsip dasar legally binding dan positive list approach. Metode Perundingan plenary dan sektoral working group
dengan cara request-offer approach. IJEPA ditandatangani oleh Perdana Menteri Jepang dan
Presiden Republik Indonesia pada tanggal 20 Agustus 2007.
Proses ratifikasi telah selesai dilaksanakan dan telah ditandatangani presiden tanggal 19 Mei 2008. IJEPA memasuki fase entry into force pada tanggal 1 Juli 2008.
Bilateral Indonesia – JepangEconomic Partnership Agreement (IJEPA)
67
a. Standstill (SS) CommitmentsJepang menekankan prinsip “SS” Commitment yang
mempunyai pengertian bahwa komitmen yang dibuat harus sama dengan peraturan yang berlaku.
Indonesia menyatakan kesulitannya dalam menerapkan prinsip dimaksud karena sedang berada dalam proses reformasi peraturan.
Sedangkan untuk sektor jasa yang belum diatur dengan peraturan perundangan, Indonesia tidak akan menerapkan prinsip tersebut.
Standstill (SS) dan S Commitments (1)
68
b. “S” Commitments Jepang juga kembali meminta pertimbangan Indonesia agar
memberikan jaminan bagi existing service suppliers / companies untuk tetap dapat menikmati tingkat liberalisasi unilateral yang tinggi sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku dan untuk menghindari implikasi negatif dari perjanjian bilateral IJEPA dimaksud.
Terhadap usulan dimaksud, Indonesia menyatakan akan mendukung existing companies yang telah menikmati equity participation di atas komitmen sepanjang masih sesuai dengan peraturan yang berlaku namun tidak dapat memberikan suatu jaminan.
Standstill (SS) dan S Commitments (2)
69
“S” komitmen adalah komitmen pihak Indonesia yang tidak menambah restriksi lebih lanjut terhadap penyedia jasa yang telah ada di Indonesia dan telah menikmati tingkat liberalisasi yang lebih tinggi dari komitmen Indonesia tetapi masih dalam batas-batas ketentuan yang berlaku.
Indonesia telah memberikan “S” komitmen untuk sektor non-banking financial.
Komitmen Indonesia dalam sektor jasa keuangan disusun sesuai dengan komitmen jasa keuangan Indonesia untuk GATS.
“S” Commitments
70
DOMESTIC REGULATION INFINANCIAL SERVICES
71
Domestic Regulation
Type of Legal Instrument Short Title Long Title in
IndonesianLong Title in
English
Law UU No. 2/1992 Undang-Undang Nomor2/1992 Tentang UsahaPerasuransian
Law No. 1992 ConcerningInsurance Business
UU No. 7/1992 Undang-Undang Nomor 7/1992 TentangPerbankan
Law No. 7/1992Concerning Banking
UU No. 8/1995 Undang-Undang Nomor8/1995 Tentang PasarModal
Law No. 8/ 1995Concerning Capital Market
UU No. 21/2008 Undang Undang Nomor 21/2008 TentangPerbankan Syariah
Law No. 21/2008Concerning Sharia Banks
Domestic Regulation
Type of Legal Instrument Short Title Long Title in
IndonesianLong Title in
English
GovernmentRegulation
PP No.73/1992 Peraturan PemerintahNomor 73/1992 TentangPenyelenggaraan UsahaPerasuransian
Government RegulationNo. 73l1992 ConcerningInsurance Business
PP No. 45/1995 Peraturan PemerintahNomor 45/1995 TentangPasar Modal Indonesia
Government RegulationNo. 45l1995 ConcerningCapital Market BusinessActivity
PP No. 77/1992 Peraturan PemerintahNomor 77/1992 TentangDana Pensiun LembagaKeuangan
Government RegulationNo.7711992 Concerning Private FinancialInstitution Pension Funds
Domestic Regulation
Type of Legal Instrument Short Title Long Title in Indonesian Long Title in English
PresidentialRegulation
PERPRES No.9/2009
Peraturan PresidenNomor 9/2009 TentangLembaga PembiayaanPeraturan PresidenNomor 111/2007 TentangPerubahan PeraturanPresiden Nomor 7712007Tentang Daftar BidangUsaha yang Tertutup danBidang Usaha Yang Terbuka DenganPersyaratan di BidangPenanaman Modal
President Regulation No. 9/2009 ConcerningFinancing lnstitutionPresidential RegulationNo. 111/2007 Concerning the Amendment toPresidential RegulationConcerning Lists ofBusiness Fields that are Closed to lnvestment andBusiness Fields that are Conditionally Open for lnvestment
Domestic Regulation
Type of Legal Instrument Short Title Long Title in
IndonesianLong Title in
English
Law UU No. 21/2008 Undang Undang Nomor 21/2008 TentangPerbankan Syariah
Law No. 21/2008Concerning Sharia Banks
Government Regulation
PP No. 45/1995 Peraturan PemerintahNomor 45/1995 TentangPasar Modal Indonesia
Government RegulationNo. 45/1995 ConcerningCapital Market BusinessActivity
PresidentialRegulation
PERPRES No.9/2009
Peraturan PresidenNomor 9/2009 TentangLembaga PembiayaanPeraturan PresidenNomor 111/2007 TentangPerubahan PeraturanPresiden Nomor 7712007Tentang Daftar BidangUsaha yang Tertutup danBidang Usaha Yang Terbuka Dengan Persyaratan di BidangPenanaman Modal
President Regulation No. 9/2009 ConcerningFinancing lnstitutionPresidential RegulationNo. 111/2007 Concerning the Amendment toPresidential RegulationConcerning Lists ofBusiness Fields that areClosed to lnvestment andBusiness Fields that are Conditionally Open for lnvestment
Domestic Regulation
Type of Legal Instrument Short Title Long Title in
IndonesianLong Title in
English
Ministerial Regulation PERMEN No.199/PMK.010/2008
Peraturan MenteriKeuangan Nomor 199/PMK.010/2008 TentangInvestasi Dana Pensiun
Ministry of FinanceRegulation No. 199/PMK.010/2008Concerning Pension FundInvestment
Bank Indonesia Regulation
PER Bl No.9/8/PBl/2007
Peraturan Bank Indonesia Nomor 9l8lPBll2007Tentang PemanfaatanTenaga Kerja Asing dan Program AlihPengetahuan Di SektorPerbankan
Bank IndonesiaRegulation No. 9/8/PBl/2007 Concerning the Useof Foreign Workers and Transfer of Knowledge in the Banking Sector
Ministerial Decree KEPMEN No.426/KMK.06/2002
Keputusan Menteri Nomor426/KMK.06/2002Tentang Perizinan Usaha dan KelembagaanPerusahaan Asuransi dan Perusahaan Reasuransi
Minister of FinanceMinisterial Decree No.426/KMK.06/2002Concerning lnsurance andReinsurance
Domestic Regulation
Type of Legal Instrument Short Title Long Title in
IndonesianLong Title in
English
Directorate General Decree
KEPDIR No.KEP-42631LW2004
Keputusan Direktur JenderaI Lembaga Keuangan Nomor KEP-4263/LK/2004 TentangPersyaratan Pengetahuan di Bidang Dana Pensiun Serta Tata Cara Pemenuhannya Bagi Pengurus Dana Pensiun Pemberi Kerja dan Pelaksana Tugas Pengurus Dana Pensiun Lembaga Keuangan
Directorate General of Financial Institution Decree No.4263 /LK/2004 Concerning Knowledge Requirements in Pension Funds and Fulfillment Guidelines for Officials in Employers Pension Funds, Companies and Officialsof Private Financial Institutions Pension Funds
Bank Indonesia Circulation Letter
Surat EdaranBank lndonesiaNo.9/27/DPNP/2009
Surat Edaran lndonesia9/27lDPNP/2009 PelaksanaanPemanfaatan Ban k Nomor Tentang Tenaga Kerja Asing dan Program Alih Pengetahuan diSektor Perbankan
Bank Indonesia Circulaiion Letter No.9/27/DPNP/2009Concerning the Use of Foreign Workers and Transfer of Knowledge in the Banking Sector
TERIMA KASIH
Please visit our website athttp://ditjenkpi.kemendag.go.id 6
Perundingan Perdagangan Jasa di ASEAN
Pemenuhan threshold AFAS 7Jumlah sub sektor yang harus diliberallisasi :
65 Sub SektorFEP PIS (Air Travel, e-ASEAN, tourism,
healthcare): 51%, FEP Non PIS dan sektor logistik : 49%Mode 1 dan Mode 2 harus “none”
Sektor Distribution mengindikasikan membuat komitmen pada sub sektor jasa Multi Level Marketing untuk Mode 1 dan Mode 2;
Sektor Financial Services (Perbankan) mengindikasikan menambah area geografis untuk beroperasinya cabang bank asing.
Sektor Air Transport mengindikasikan akan menyampaikan commitment di Aircraft maintenance and repair services (CPC 8868) dengan pembatasan FEP 49%.
Indikasi Tambahan Offers (2)
80
Commercial presence dalam bentuk Joint Venture berupa Perseroan terbatas (PT) dan tidak lebih dari 49% foreign equity participation atau representative office;
Secara umum Foreign participation tidak melebihi 49%, kecuali untuk jasa konstruksi diperbolehkan sampai 55% dan untuk jasa keuangan baik bank maupun non-bank dibuka sesuai dengan perundang-undangan yang berlaku;
Komitmen Initial Offer (1)
81