Transcript
Page 1: Isu strategis pengelolaan industri dalam perpekstif kebijakan fiskal

Badan Kebijakan Fiskal Pusat Kebijakan Pendapatan Negara

Februari 2014

Isu Strategis Pengelolaan Industri Dalam Perpekstif Kebijakan Fiskal

(Kementerian Keuangan)

Page 2: Isu strategis pengelolaan industri dalam perpekstif kebijakan fiskal

Tema

“Undang-undang Perindustrian Sebagai Landasan Pembangunan Industri Untuk Menjadi Negara

Industri Tangguh”

Page 3: Isu strategis pengelolaan industri dalam perpekstif kebijakan fiskal

Outline

1. UU Perindustrian (Asas & Tujuan) 2. Keterkaitan kementerian keuangan dengan

perindustrian 3. Pelajaran dari Korea

a. Perubahan struktur industri di Korea b. Kebijakan perlindungan industri dalam negeri c. Kebijakan pengembangan pendidikan dan

kemampuan sumber daya manusia 4. Kesimpulan

Page 4: Isu strategis pengelolaan industri dalam perpekstif kebijakan fiskal

Asas dan Tujuan Penyelenggaraan Perindustrian

Kepentingan nasional

Demokrasi ekonomi

Kepastian berusaha

Pemerataan persebaran

Persaingan usaha yang

sehat

Keterkaitan industri

Sumber : UU Perindustrian

1. Industri nasional sebagai pilar dan penggerak perekonomian nasional 2. Kedalaman dan kekuatan struktur industri 3. Industri yang mandiri, berdaya saing dan maju serta industri hijau 4. Kepastian berusaha, persaingan yang sehat, serta mencegah pemusatan dan penguasaan industri oleh

kelompok atau perseorangan yang merugikan masyarakat 5. Kesempatan berusaha dan perluasan kesempatan kerja 6. Mewujudkan pemerataan pembangunan industri ke seluruh wilayah indonesia guna memperkuat dan

memperkukuh ketahanan nasional 7. Meningkatkan kemakmuran dan kesejahteraan masyarakat secara berkeadilan

Page 5: Isu strategis pengelolaan industri dalam perpekstif kebijakan fiskal

Keterkaitan Kementerian Perindustrian dengan Kementerian Keuangan

Kementerian Keuangan

Kementerian Perindustrian

Kebijakan Pembiayaan dan

Penganggaran

Rencana Kerja Industri Nasional

Pelaku Industri Binaan

Perekonomian yang maju

Kinerja Industri (output)

Subsidi dan Perpajakan

Kebijakan Fiskal

Page 6: Isu strategis pengelolaan industri dalam perpekstif kebijakan fiskal

Kebijakan Fiskal (Subsidi)

Subsidi TA 2014 • Energi : sebesar Rp274,4 triliun yaitu untuk

BBM (PT. Pertamina) Rp210,7 triliun dan Listrik (PT. PLN) Rp71,3 triliun.

• Non Energi : sebesar Rp51,5 triliun – Non Pajak : Rp46,8 triliun – Pajak

• PPh DTP : Rp3,7 triliun • BM DTP : Rp1 triliun

Page 7: Isu strategis pengelolaan industri dalam perpekstif kebijakan fiskal

Kebijakan Fiskal (Perpajakan) Insentif • Fasilitas dalam rangka penanaman modal

– Tax holiday dan Tax allowance (PPh) – Pembebasan PPN dan PPnBM barang strategis – Pembebasan Bea Masuk (Pembangunan dan/atau pengembangan)

• Fasilitas dalam rangka mendorong ekspor – BM ditangguhkan – PPN tidak dipungut

Proteksi • Perlindungan industri dalam negeri

– Harmonisasi tarif bea masuk MFN dan preferensi – Bea masuk anti dumping – bea masuk tindakan pengamanan

• Perlindungan konsumen – Cukai hasil tembakau dan minuman mengandung ethyl alkohol

Page 8: Isu strategis pengelolaan industri dalam perpekstif kebijakan fiskal

Pelajaran dari Korea

Page 9: Isu strategis pengelolaan industri dalam perpekstif kebijakan fiskal

Sumber: OECD Development Centre on the basis of OECD Database, National Accounts and Economic Outlook No.90, December 2011.

Peningkatan pendapatan perkapita dan pertumbuhan PDB Korea

• Korea memiliki pertumbuhan ekonomi yang sangat pesat hingga mencapai titik tertingginya pada tahun 1973 yaitu mencapai 15%.

• Pencapaian pertumbuhan ekonomi yang tinggi tidak lepas dari strategi industri nasionalnya

Page 10: Isu strategis pengelolaan industri dalam perpekstif kebijakan fiskal

Perbandingan Perubahan Struktur Industri Indonesia dan Korea

0,00%10,00%20,00%30,00%40,00%50,00%60,00%70,00%

2000

2001

2002

2003

2004

2005

2006

2007

2008

2009

2010

2011

2012

e)

Perubahan Struktur Light dan Heavy Industry, Indonesia 2000-2012

light

heavy

Perubahan Struktur Light dan Heavy Industry, Korea 1970-2010

Sumber: BPS, Diolah Sumber : OECD Development Centre of Bank of Korea, Korea Statistical Information System

• Untuk mencapai pertumbuhan yang tinggi strategi Korea adalah memperkuat industri heavy industri (industri logam, mesin, kimia, elektrik dan elektronik, transportasi)

• Korea mengalami kesetaraan antara Light Industry dan Heavy Industry pada tahun 1974-1976 (hanya membutuhkan waktu 2 tahun).

• Indonesia mencapai kondisi yang sama namun tertinggal 31 tahun dan belum terlihat arah perubahan strukturnya.

Page 11: Isu strategis pengelolaan industri dalam perpekstif kebijakan fiskal

Target: lapangan kerja dan pertumbuhan secara regional. Menargetkan 12 Industri unggulan dalam wilayah-wilayah ekonomi tertentu. Anggaran pemerintah: KRW 743.069 juta, 75% nya utk R&D

Contoh : Program Industri Unggulan Korea 2009

Page 12: Isu strategis pengelolaan industri dalam perpekstif kebijakan fiskal

Strategi Pembangunan Nasional KOREA

• Kombinasi kebijakan promosi ekspor dan pembatasan impor.

Pengembangan industri dalam negeri

Pengembangan pendidikan dan kemampuan sumber daya manusia

Pembangunan infrastruktur

Pengelolaan pasar modal secara aktif

Page 13: Isu strategis pengelolaan industri dalam perpekstif kebijakan fiskal

Strategi Pengembangan Industri Dalam Negeri KOREA

Strategi

Kelembagaan Perencanaan, Implementasi,

dan Kontrol

target, yang jelas

Rencana aksi terukur

Alokasi sumber daya

Tarif

Proteksi industri dalam negeri

Pembatasan impor

Page 14: Isu strategis pengelolaan industri dalam perpekstif kebijakan fiskal

Perbandingan Tarif MFN Indonesia dan Korea (HS 2012)

BAB HS Indonesia Republic of Korea Rerata BM % Tarif Pos Rerata BM% Tarif Pos

01 3.66 51 16.01 150 02 5.05 78 22.69 234 03 6.09 356 16.04 863 04 5.31 54 53.07 138 05 4.50 32 7.17 136 06 12.62 28 15.68 154 07 4.79 115 79.86 290 08 5.30 87 37.16 172 09 5.00 62 38.79 104 10 3.09 37 250.98 88

90 4.85 253 6.28 882 91 6.63 56 7.69 174 92 8.24 20 8.00 116 93 6.11 27 3.33 162 94 9.42 98 3.90 178 95 12.85 59 6.56 188 96 8.30 98 7.95 190 97 4.76 14 - 30

6.90 10012 11.32 24493

• Tarif rata-rata bea masuk MFN Indonesia (6,9%) lebih rendah dibandingkan Korea (11,32%) • perlu di review kembali kemungkinan untuk melakukan restrukturisasi tarif bea masuk • Menjaga Kepentingan Nasional pada Perjanjian Perdagangan Internasional terutama pada

negosiasi modalitas penurunan tarif.

Source: Integrated Database (IDB) notifications, diolah

Page 15: Isu strategis pengelolaan industri dalam perpekstif kebijakan fiskal

Kebijakan Perlindungan Industri Dalam Negeri (Bea Masuk)

-

1,0

2,0

3,0

4,0

5,0

6,0

7,0

2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011

2,9

5,7

Pers

en

Perbandingan Persentase Penerimaan Bea Masuk Terhadap Total Penerimaan Negara, Indonesia dan Korea

Indonesia

Korea, Rep.

• Persentase penerimaan negara dari bea masuk pada tahun 2011, Indonesia (2,9%) lebih kecil dibandingkan dengan Republik Korea (5,7%).

• Proporsi penerimaan negara dari bea masuk Indonesia tidak pernah melebihi Republik Korea, dan memiliki kecenderungan terus menurun.

Page 16: Isu strategis pengelolaan industri dalam perpekstif kebijakan fiskal

Pengembangan Pendidikan dan Kemampuan

Page 17: Isu strategis pengelolaan industri dalam perpekstif kebijakan fiskal

Human Development Index

Urutan Negara 2012 HDI Value

1 Norway 0.955 2 Australia 0.938 3 United States 0.937 4 Netherlands 0.921 5 Germany 0.920 6 New Zealand 0.919 7 Ireland 0.916 7 Sweden 0.916 9 Switzerland 0.913 10 Japan 0.912 11 Canada 0.911 12 Korea (Republic of) 0.909 13 Hong Kong, China (SAR) 0.906 13 Iceland 0.906 15 Denmark 0.901 16 Israel 0.900 17 Belgium 0.897 18 Austria 0.895 18 Singapore 0.895 20 France 0.893

No. Negara 2012 HDI rank

2012 HDI Value

1 Japan 10 0.912 2 Korea (Republic of) 12 0.909 3 Hong Kong, China (SAR) 13 0.906 4 Singapore 18 0.895 5 Brunei Darussalam 30 0.855 6 Malaysia 64 0.769 7 Kazakhstan 69 0.754 8 Azerbaijan 82 0.734 9 China 101 0.699

10 Turkmenistan 102 0.698 11 Thailand 103 0.69 12 Mongolia 108 0.675 13 Philippines 114 0.654 14 Uzbekistan 114 0.654 15 Indonesia 121 0.629 16 Tajikistan 125 0.622 17 Viet Nam 127 0.617 18 Timor-Leste 134 0.576 19 India 136 0.554 20 Cambodia 138 0.543

DUNIA ASIA

Page 18: Isu strategis pengelolaan industri dalam perpekstif kebijakan fiskal

Negara 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 Average

% GDP % GDP % GDP % GDP % GDP % GDP % GDP % GDP % GDP % GDP % GDP % GDP Japan 3,043 3,123 3,165 3,199 3,167 3,323 3,405 3,444 3,445 na na 3,257 Korea, Rep. 2,296 2,473 2,404 2,486 2,683 2,792 3,009 3,210 3,361 na na 2,746 United States 2,709 2,719 2,616 2,613 2,542 2,568 2,608 2,667 2,785 na na 2,647 Singapore 1,851 2,057 2,098 2,048 2,132 2,195 2,169 2,372 2,660 na na 2,176 Australia 1,569 na 1,740 na 1,846 na 2,176 na 2,347 na na 1,936 United Kingdom 1,814 1,790 1,788 1,746 1,683 1,729 1,747 1,779 1,774 1,869 1,824 1,772 China 0,903 0,951 1,070 1,134 1,230 1,325 1,388 1,396 1,470 na na 1,207 Brazil 1,018 1,043 0,985 0,958 0,900 0,971 0,998 1,075 1,081 na na 1,003 India 0,771 0,748 0,737 0,729 0,744 0,779 0,767 0,758 na na na 0,754 Malaysia 0,469 na 0,653 na 0,600 na 0,635 na na na na 0,589 Thailand 0,252 0,263 0,244 0,262 0,255 0,235 0,249 0,214 na na na 0,247 Philippines na na 0,137 0,130 na 0,111 na 0,110 na na na 0,122 Indonesia 0,068 0,048 na na na na na na na 0,08 na 0,066 Brunei Darussalam na na 0,016 0,018 0,037 na na na na na na 0,024

Sumber: World Development Indicator, (WDI), olah BKF

Kegiatan R&D Indonesia

18

A. Indikator Belanja R&D terhadap GDP

Page 19: Isu strategis pengelolaan industri dalam perpekstif kebijakan fiskal

Sumber: WDI, LIPI, olah BKF

Intramural1)

95%

Extramural 2) 5%

1) Intramural expenditures : R&D Expenditure untuk membiayai aktivitas R&Dyang dilakukan

oleh Perusahaan 2) Extramural expenditures

R & D expenditure untuk membiayai aktivitas R&D yang dilakukan pihak lain

0,03%

0,02%

0,04%

0,00%

0,01%

0,02%

0,03%

0,04%

0,05%

HigherEducation

ManufacturingIndustry

Government

R&D Exp/GDP, 2009 % / USD

GDP (USD) 539.579.959.053

R&D Exp Company (%) 0.02

R&D Exp Company (USD) 107.915.992

Kontribusi swasta dalam kegiatan R&D relatif masih kecil. Berdasarkan data belanja R&D terhadap GDP tahun 2009, kontribusi swasta hanya sebesar +/- 0.02%. Dari 0.02% tersebut, 95% kegiatan R&D dilakukan sendiri oleh perusahaan.

19

B. Indikator Komposisi Belanja R&D terhadap GDP Indonesia

Page 20: Isu strategis pengelolaan industri dalam perpekstif kebijakan fiskal

Sumber: World Intellectual Property Organization (WIPO) olah BKF

No Negara 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 1 Korea 77.135 67.821 70.656 73.351 77.743 97.388 117.945 111.012 110.100 116.622 122.134 115.373 2 China 13.959 21.100 26858 37276 43267 73666 88370 110373 135510 155073 127695 65933 3 Brazil 3.258 3357 2825 3153 3697 4204 3681 3961 4368 3678 3902 4062 4 Thailand 561 534 615 802 819 891 1040 945 902 1025 1214 927 5 India 656 554 626 991 719 455 350 587 642 842 744 818 6 Singapore 243 371 452 472 525 762 457 505 498 507 519 488 7 Malaysia 54 94 193 325 533 8 Philippines 6 16 13 10 21 14 21 13 17 13 9 Indonesia 50 30 5 3 3 1 4 10 5 8 5

10 Viet Nam 2 3 6 4 11 3 2 6 4

1. Patent

No Negara 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 1 China 68.461 79.275 92.166 107.842 111.578 138.085 159.997 179.999 223.945 308.861 407.238 581.303 2 Republic of Korea 36.817 40.389 38.662 40.174 37.167 36.534 32.193 20.632 16.971 16.801 13.193 11.462 3 Brazil 3.266 3.211 3.019 2.935 3.156 3.083 1.926 4 Thailand 555 745 1.148 1.290 1.390 1.561 1.968 1.354 1.423 1.416 1.238 1.234 5 Philippines 536 573 519 519 395 512 496 589 636 6 Indonesia 213 197 157 163 177 163 242 247 279 236 7 Viet Nam 35 35 67 76 103 182 160 120 116 133 215 193 8 Malaysia 20 48 27 31 34 33 29 44 60

2. Utility Model

Dengan membandingkan data intelectual property yang didaftarkan (patent dan utility model/petty patent), terdapat indikasi kegiatan R&D di Indonesia memberikan hasil yang relatif kecil.

20

C. Indikator Intellectual Property

Page 21: Isu strategis pengelolaan industri dalam perpekstif kebijakan fiskal

Kesimpulan 1. Pengalaman Korea bisa ditiru oleh negara-negara yang ingin

mengembangkan industri dan pengembangan wilayah dengan menerapkan hal yang sama dan perlu komitmen kuat dari pemerintah dalam: a. Pengembangan industri utama dan regional b. Penetapan prioritas penerapan kebijakan c. Membuat rancangan mekanisme dan alokasi sumber daya d. Membuat kebijakan yang bertahap dan saling melengkapi e. Menggunakan monitoring dan evaluasi sebagai media pembelajaran

2. Perencanaan perindustrian yang kuat perlu didukung dengan kebijakan fiskal berupa pembiayaan dan anggaran serta subsidi dan perpajakan yang memadai (optimal memperhatikan kepentingan nasional) untuk mencapai Indonesia sebagai negara industri yang tangguh

Page 22: Isu strategis pengelolaan industri dalam perpekstif kebijakan fiskal

Terima Kasih


Top Related