Download - Isi Makalah
BAB 1PENDAHULUAN
1.1. LATAR BELAKANG
Sandang, pangan dan papan merupakan tiga serangkai kebutuhan pokok manusia
yang fungsinya tidak dapat dipisahkan satu sama lain dalam kehidupan masyarakat modern
dewasa ini. Masalah pemenuhan sandang dan pangan sudah lama diusahakan pemerintah,
malah sekarang sudah dapat mengeksport tekstil hasil industri dalam negeri.
Pemenuhan kebutuhan rumah yang layak bagi masyarakat luas oleh pemerintah sudah
mulai sejak PELITA II melalui suatu badan usaha pemerintah PERUMNAS (Perusahaan
Umum Pembangunan Perumahan Nasional) dengan telah banyaknya dibangun rumah di
berbagai kota terutama di daerah berpenduduk padat.
Dalam GBHN 1978 mengenai masalah perumahan disebutkan : “Dalam PELITA
ketiga akan ditingkatkan pembangunan perumahan rakyat, Khususnya rumah-rumah dengan
harga yang dapat dijangkau oleh rakyat banyak”. Untuk menunjang kegiatan tersebut, dalam
GBHN 1978-pun dinyatakan : “Perlu ditingkatkan produksi bahan bangunan murah secara
massal yang memenuhi syarat kesehatan dan terbuat dari bahan-bahan yang terdapat di
Indonesia.
Di Indonesia dewasa ini terdapat jutaan meter kubik kayu limbah baik yang terjadi
waktu eksploitasi ataupun limbah dari industri penggergajian dan industri plywood yang
belum dimanfaatkan secara baik. Di samping itu masih banyaknya jenis kayu yang dewasa ini
belum dimanfaatkan karena belum di ketahui cara-cara penggunaannya yaitu yang tergolong
ke dalam jenis-jenis yang belum dikenal.
Salah satu hasil teknologi dalam penggunaan kayu ialah kelompok hasil yang
dinamakan panel-panel kayu atau papan buatan di mana kelompok hasil ini di Negara-negara
industri seperti : Eropa, Amerika Utara dan Jepang telah maju dengan pesat dan digunakan
untuk berbagai keperluan.
Yang termasuk ini antara lain : plywood, blockboard, particleboard, pulp cement
board, medium density board, wood wool board dan lain-lain. Berbagai jenis papan buatan
sudah banyak diperbincangkan dalam pertemuan ilmiah sebelum ini. Dalam tulisan ini akan
dibahas secara singkat papan buatan Pulp Cement Board (PCB).
UNIVERSITAS LANGLANGBUANA 1
1.2. TUJUAN DAN MANFAAT
1. Untuk menambah wawasan dan pengetahuan terhadap ruang lingkup kayu
2. Untuk menambah kreatifitas dan pengembangan diri Mahasiswa
3. Untuk memperoleh nilai tugas mata kuliah STRUKTUR KAYU
UNIVERSITAS LANGLANGBUANA 2
BAB 2PEMBAHASAN
2.1. MASALAH PERUMAHAN DI INDONESIA
Indonesia adalah suatu Negara yang jumlah penduduknya nomor lima terbesar di
dunia, yang sekarang mencapai ±225 juta jiwa. PERUMNAS memberikan asumsi bahwa
pada tahun 2010, 45% berdiam di daerah perkotaan dan selebihnya di pedesaan.
Pertambahan penduduk secara nasional tercatat 4,68% pertahun. Untuk menghadapi
masalah pertumbuhan penduduk saja, setiap tahun perlu dibangun 500.000 unit rumah baru,
dengan anggapan setiap rumah menampung lima orang penghuni. Masyarakat sendiri
diperhitungkan mampu membangun 250.000 ribu unit setiap tahunnya, dan selebihnya yang
250.000 unit diharapkan dapat dibangun oleh pihak swasta dengan stimulasi dan bantuan
pemerintah.
Dalam usaha meningkatkan pembangunan perumahan dihadapi pula masalah-masalah
yang serius sehubungan keadaan perumahan yang telah ada. Konstruksi dan bahan bangunan
yang digunakan selama ini banyak yang kurang/tidak memadai persyaratan teknis dan di
samping penyediaannya secara massal.
Proporsi perumahan kota dan desa dewasa ini adalah sebagai berikut :
Daerah Perkotaan Jumlah (Unit) Persentase (%)
- Semata-mata sebagai
tempat tinggal
19.162.108
- Tempat tinggal dan
penggunaan lain
300.292
Sub total 19.162.108 86,6
Daerah Pedesaan Jumlah (Unit) Persentase (%)
- Semata-mata sebagai
tempat tinggal
2.877.109
- Tempat tinggal dan
penggunaan lain
131.717
Sub total 3.008.825 13,4
Total 22.462.401 100
UNIVERSITAS LANGLANGBUANA 3
Berdasarkan proyeksi jumlah penduduk dewasa ini dan perbaikan rumah yang ada,
sejumlah 1,5 juta rumah perlu dibangun setiap tahun, dengan penekanan di daerah perkotaan.
2.2. TELAAHAN MASALAH LIMBAH KAYU
Pengusahaan hutan terutama di luar Jawa berkembang dengan cepat, baik ditinjau dari
segi besarnya modal yang ditanam maupun dari besarnya produksi yang dicapai berupa
ekspor kayu.
Menurut rencana , ekspor kayu Indonesia seluruhnya 30 juta m3 (40%) harus dalam
bentuk kayu gergajian dan hasil industri kayu lainnya.
Dapat di maklumi bahwa dengan orientasi produksi yang harus dicapai dengan
kondisi bagaimanapun jumlah kayu yang dapat dimanfaatkan akan berbeda dengan yang
ditebang pada eksploitasi. Bagi berbagai jenis industri hasil hutan dan lebih-lebih bila belum
terintegrasi sudah tentu jumlah barang jadi yang dapat dimanfaatkan akan berbeda pula
dengan volume bahan baku yang dikonsumsi, sehingga proses terjadinya limbah baik dalam
eksploitasi maupun pada industri hasil hutan tidak bisa dihindarkan.
Permasalahan yang sering dihadapi dan mengakibatkan berlimpahnya limbah yang
terjadi adalah :
a. Potensi produksi hutan sebagian besar tidak dipungut karena alasan-alasan :
Tidak diketahui kegunaan dan penggunaannya.
Belum/tidak ada pasaran
Tidak dapat dipungut secara menguntungkan dan atau masalah pemungutan
termasuk pengangkutan secara efisien/ekonomis belum terpecahkan.
b. Karena pemungutan tidak dilaksanakan secara efisien
c. Karena pengolahan atau penggunaan langsung tidak dilaksanakan secara efisien, dan
pula karena tidak adanya industri-industri pengolahan yang integrated.
d. Pemasaran industri pengolahan dan penggunaan hasil hutan dewasa ini belum
mencapai kemantapan
Paribotro antara lain (1979) mengemukakan bahwa Indonesia memiliki limbah kayu yang
dihasilkan dari kegiatan eksploitasi sebesar 27,65 m3/ha.(tidak termasuk tunggak).
Jumlah limbah yang masih dapat dimanfaatkan dari hilangnya penggergajian sebesar 210
– 21.000 m3/tahun/kilang, pabrik kayu lapis sebesar 2.160 – 43.200 m3/tahun/pabrik dan
sebesar 623.4320 m3/tahun/pabrik korek api.
UNIVERSITAS LANGLANGBUANA 4
Melihat uraian data di atas dapat dibayangkan potensi bahan yang begitu berlimpah
yang perlu dipikirkan potensinya.
UNIVERSITAS LANGLANGBUANA 5
BAB 3URAIAN
3.1. PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PAPAN BUATAN SEBAGAI
BAHAN BANGUNAN
Melihat kebutuhan akan perumahan yang begitu besar, DPMB sejak tahun 1970
dengan bantuan berbagai instansi/lembaga/Perguruan Tinggi dari dalam dan luar negeri
antara lain : Pemerintah Belgia, UNIDO Jepang (JICA,ITIT) dan sebagainya telah
meneliti dan mengembangkan pemanfaatan bahan sisa untuk dijadikan bahan bangunan.
Bahan sisa di sini tidak dibatasi hanya pada limbah kayu saja tetapi juga sisa pertanian
lainnya seperti : merang, sekam, ampas tebu, sabut kelapa dan sebagainya.
Bentuk bahan bangunan yang dikembangkan antara lain di samping yang tergolong
papan buatan (panil-panil) juga bahan bangunan lain seperti bahan atap, kemudian juga
batu cetak sebagai bahan dinding dan sebagainya.
Jenis perekat yang digunakan baik yang bersifat organic seperti urea formaldehyde,
melamin formaldehyde juga digunakan (dicoba menggunakan) bahan an-organik semen
pozzolan di samping semen Portland biasa.
Dengan bantuan kerjasama pemerintah Belgia telah di teliti pemanfaatan kayu karet
tua untuk dijadikan particle board yang pengembangannya berupa “pilot plant” di
Cibadak yang saat sekarang pengelolaannya di bawah PERUMNAS.
Dalam hal aplikasi berbagai jenis papan buatan seperti particle board, wood wol,
yumen dengan berbagai sistem bentuk telah dicoba penggunaanya sebagai rumah
percontohan.
Berbagai jenis wood board panel seperti particle board, wood wol atau papan buatan
lainnya, telah banyak diperbincangkan pula mengenai aspek teknis ataupun aspek
ekonomi serta kemungkinan pengembangan di Indonesia secara ilmiah.
Berikut ini akan diketengahkan secara singkat bentuk papan buatan yang lain yang
disebut Pulp Cement Board (PCB).
UNIVERSITAS LANGLANGBUANA 6
Penelitian pendahuluan mengenai Pulp Cement Board ini telah lama dan banyak
dilakukan di DPMB diawali sejak tahun 1976 yang dalam pengembangannya mendapat
bantuan pemerintah Jepang melalui JICA verupa “pilot plant” dimana saat sekarang
dalam tahap persiapan pembangunannya dan diharapkan pada awal 1981 sudah dapat
berproduksi.
3.2. PAPAN BUATAN PULP CEMENT BOARD
Pulp Cement Board adalah merupakan papan buatan di mana bahan bakunya adalah
Pulp yang berasal dari berbagai jenis serat lingo selulosa atau kertas bekas yang di
campur dengan semen dan bahan pengisi lainnya.
Dengan perbaikan kwalitas dari cara produksi memungkinkan penggunaan papan buatan
ini semakin luas antara lain untuk dinding, langit-langit, dan atap.
Salah satu bahan baku guna dijadikan pulp yang telah diteliti dan memberikan hasil
yang baik adalah kertas Koran bekas di mana mempunyai serat yang relative pendek
setelah mengalami pengolahan “pulper”. Bisa digunakannya kembali kertas Koran bekas
memberikan gambaran dan harapan untuk dapat memanfaatkan pulp yang berasal dari
“mixtropical hard wood” dimana diperkirakan Indonesia mempunyai potensi yang besar
terutama untuk dapat lebih memanfaatkan potensi limbah kayu.
Sebagai bahan campuran untuk pembuatan Pulp Cement Board ini adalah :
Semen
Pulp
Terpentin/Serbuk batu kapur
Asbes
Campuran bahan dengan perbandingan tertentu langsung dicetak menjadi lembaran-
lembaran.Pencetakan dapat dilakukan dengan dua cara :
1. Sistem kering, yaitu campuran bahan berupa suspensi langsung di cetak melalui
pengepresan pada cetakan ukuran tertentu.
2. Sistem basah, yaitu campuran bahan berupa larutan kental (slury) dilewati silinder
yang dapat sekaligus meghisap air yang terkandung dari campuran bahan, tertahan
pada lapisan kasa. Keadaaan ini terjadi brulang sampai terjadi ketebalan yang
diinginkan.
Sifat-sifat Pulp Cement Board sebagai bahan bangunan antara lain :
UNIVERSITAS LANGLANGBUANA 7
Mempunyai berat jenis sekitar 1,00
Daya tahan api baik
Tahan terhadap air
Mempunyai sifat peredam suara
Tahan lama (awet)
Dapat di-skrup, dipaku dan digergaji
Stabil dan tahan terhadap cuaca
Dengan melalui tahap pengerjaan tertentu dapat bersikap dekoratif
UNIVERSITAS LANGLANGBUANA 8
PULP SEMEN ADDITIVEFILLERASBES
PENCAMPURAN
PEMBUATAN LEMBARAN
CURING
PENGERINGAN
TRIMING
STORAGE
3.3. PROSPEK PEMASARAN PAPAN BUATAN
Melihat dari segi penggunaannya maka papan buatan luas sekali dan beraneka ragam
dari konstruksi yang sederhana hingga konstruksi yang besar. Penampang yang luas,
ketebalan yang kecil memudahkan pengangkutan dan pemasangan. Dengan demikian papan
buatan sesuai sekali untuk pembangunan perumahan antara lain karena kemungkinan
pengadaannya secara massal.
SKEMA PEMBUATAN PULP CEMENT BOARD
UNIVERSITAS LANGLANGBUANA 9
2 MINGGU
150°c/ ½ JAM
12 – 15%
PERUMNAS sebagai usaha pemerintah dibidang perumahan di beberapa lokasi
pembangunannya antara lain di Medan, Depok, Bogor, Cirebon telah menggunakan beberapa
jenis papan buatan antara lain : wood wool, yumen (flake board) dan particle board.
Masyarakat sampai saat ini kenyataannya sebagai konsumen utama di samping pemerintah
belum begitu banyak mengetahui jenis papan buatan lain yang kadang-kadang memang
belum tersedia di pasaran plywood, hingga diperlukan promosi yang aktif dari produsen.
Banyak industri papan buatan yang terlalu bergantung pada proyek pembangunan
pemerintah yang praktis andaikata pemerintah menghentikan permintaannya atau terjadi
kesulitan dalam pemasarannya. Akan tetapi di lain pihak MARS (1976) dalam laporannya
mengemukakan bahwa di Indonesia konsumsi papan buatan akan meningkat sekali di tahun-
tahun yang akan datang.
Pusat Pengembangan Pemasaran Barang-Barang Indonesia, BPEN (1979)
memberikan kesimpulan bahwa prospek permasalahan hasil industri kayu Indonesia terus
membaik asal saja kita mampu untuk mengembangkannya sesuai dengan potensi yang kita
miliki.
Dalam usaha mendayagunakan segenap potensi sumber daya alam guna
meningkatkan industri di bidang perkayuan khususnya industri papan buatan, perlu kiranya
dapat memanfaatkan secara maksimal setiap situasi dan kondisi yang ada antara lain :
a. Letak Indonesia terhadap “Consuming Centres” yang member kesempatan yang
baik dalam kompetisi untuk merebut, mengisi “world market” perlu kita
manfaatkan secara maksimal.
b. Kestabilan dalam bidang ideology, politik, ekonomi, social dan keamanan yang
tercapai di Negara kita perlu dimanfaatkan sebaik-baiknya.
c. Tersedianya tenaga manusia dalam jumlah besar.
d. Hubungan baik dengan berbagai Negara perlu dimanfaatkan untuk menaikan
volume eksport
e. Mengadakan diversifikasi pemasaran yang tidak domestic oriented dan tidak
tergantung pada sesuatu saluran saja yang pada hakekatnya hanya merupakan
saluran perantara semata-mata.
UNIVERSITAS LANGLANGBUANA 10
BAB 4PENUTUP
4.1. KESIMPULAN DAN SARAN
Di samping kertas bekas, salah satu bahan baku pembuatan Pulp Cement Board
(PCB) diharapkan dapat memanfaatkan limbah kayu dari berbagai jenis hardwood
sebagai bahan pulp
PCB ini melihat ketahanannya terhadap serangga, jamur dan sifat lainnya serta dapat
berbentuk dekoratif diharapkan akan mudah diterima oleh masyarakat khususnya
dalam rangka menunjang pembangunan perumahan nasional.
UNIVERSITAS LANGLANGBUANA 11
LAMPIRAN-LAMPIRAN
Gambar Pulp Cement Board
Ukuran : 240cm X 100cm X 6mm
Cara Memasang Pulp Cement Board (PCB)
Gambar Bangunan yang menggunakan Papan buatan
UNIVERSITAS LANGLANGBUANA 12
UNIVERSITAS LANGLANGBUANA 13
DAFTAR PUSTAKA
1. F.A.O. (1962) : Raw Material for more paper. Rome, Italy
2. F.A.O (1976) : Proceeding of the World Consultation on Wood-Based Panels
3. Forsythe J.J (1972) : Recycling of paper, Berita selulosa IX 1973 no 2
4. Idris A. (1976) : Pemanfaatan Kertas bekas untuk Pulp Cement Board sebagai bahan
bangunan, Laporan penelitian DPMB.
5. JIS. A 5414 (…) : Pulp Cement Boar standard
6. Maloney T.M. (1975) : Modern Particle Board and Dry Process Fiberboard
Manufacturing Miller Freeman Publication.
7. Mars, P.A. (1976) : A study on the Economic Fensibility of Using Forest, Agricultural
and Industrial Residues for the Manufacture of Building Materials in the Java and
Sumatera T.P.T
8. PERUMNAS (…) : Status, Fungsi dan tugas
9. Sastrodimedjo (1978) : Limbah Eksploitasi pada beberapa Perusahaan Pengusahaan
Hutan di Indonesia. Laporan LPHH no 120
10. Sutigno P.et.al (1979) : Beberapa kemungkinan Pemanfaatan Limbah Industri
Perkayuan paper pada Diskusi Industri Perkayuan 1979
UNIVERSITAS LANGLANGBUANA 14