Download - intra natal

Transcript
Page 1: intra natal

LAPORAN PENDAHULUAN

Nama Mahasiswa : IKA RIZKI ANGGRAINI Tempat Praktek : Ruang Maternitas

NIM : 08060055 Tanggal : 26-5-2011

Topik : INTRA PARTUM

A. KONSEP DASAR PENYAKIT

1. Definisi

Persalinan adalah proses dimana bayi, plasenta dan selaput ketuban keluar dari

rahim ibu. Persalinan dianggap normal jika proses yang terjadi pada kehamilan cukup

bulan (setelah 37 minggu) tanpa disertai penyulit ( Dep.kes RI, 2002).

Persalinan/intranatal adalah proses pengeluaran hasil konsepsi yang dapat

hidup kedunia luar dari rahim melalui jalan lahir / dengan jalan lain (Mochtar, 2002).

Partus immaturus adalah partus kurang 28 minggu lebih 20 minggu dengan berat

janin antara 500-1000 gram

Partus prematurus adalah suatu partus dari hasil konsepsi yang dapat hidup tetapi

belum aterm ( cukup bulan ) dengan berat antara 1000-2500 gram atau tua

kehamilan antara 28-36 minggu

Partus postmaturus atau serotinus adalah partus yang terjadi 2 minggu atau lebih

dari waktu partus yang ditentukan

Partus biasa atau partus fisiologis adalah partus bayi lahir dengan presentasi

belakang kepala tanpa memakai alat atau pertolongan istimewa serta tidak

melukai ibu dan bayi dan umumnya berlangsung kurang dari 24 jam.

Partus pathologis atau partus abnormal adalah bayi dilahirkan pervaginam

dengan cunam atau ekstraksi vacum,dekapitasi,embriotomi.

2. Etiologi

Penyebab terjadinya proses persalinan :

a) Penurunan fungsi plasenta : kadar progesteron dan estrogen menurun mendadak,

nutrisi janin dari plasenta berkurang.

Page 2: intra natal

b) Iskemia otot-otot uterus karena pengaruh hormonal dan beban, semakin

merangsang terjadinya kontraksi.

c) Peningkatan beban / stress pada maternal maupun fetal dan peningkatan estrogen

mengakibatkan peningkatan aktifitas kortison, prostaglandin, oksitosin, menjadi

pencetus rangsangan untuk proses persalinan

Selain itu penyebab timbulnya persalinan sampai sekarang belum di ketahui secara

pasti/jelas. Namun terdapat beberapa teori antara lain :

a. Teori keregangan / distensia rahim .Otot rahim mempunyai kemampuan meregang

dalam batas tertentu .Setelah melewati batas tersebut terjadi kontraksi sehingga

persalinan dapat mulai 

b. Teori penurunan progesteron .Proses penuaan plasenta terjadi mulai umur 28

minggu dimana terjadi penimbunan jaringn ikat, pembuluh darah mengalami

penyempitan dan buntu .Produksi progesteron mengalami penurunn, sehingga otot

rahim lebih sensitive terhadapoxitocin .Akibatnya otot rahim mulai berkontraksi

setelah tercapai tingkat penurunan progesterontertentu

c. Teori oksitosin internal .Oksitosin dikeluarkan oleh kelenjar hypofise parst

posterior .Menurunnnya progesteron akibat tuannya kehamilan maka oksitosin

dapat meningkatnyaaktivitas sehingga persalinan dapat dimulai

d. Teori protaglandin .Konsentrasi prostaglandin meningkat sejak umur 15 minggu,

yang dikeluarkan olehdecidua .Pemberian prostaglandin saat hamil menimbulkan

kontraksi otot rahim sehingga hasilkonsepsi dikeluarkan

e. Teori hipotalamus pituitary dan glandula suprarenalis .Teori ini menunjukkan

pada kehamilan dengan anensefalus sering terjadi kelambatan persalinan karena

tidak terbetnuk hipotalamus, teori ini dikemukakan oleh Linggin(1979).

f. Induksi partus

Partus dapat pula ditimbulkan dengan jalan lain :

- Gagang laminaria : beberapa laminaria dimasukkan kanalis servikalis dengan

tujuan merangsang fleksus frenkenhauser.

- Amniotomi : pemecahan ketuban

- Oksitosin drip : pemberian oksitosin menurut tetesan perinfus

Page 3: intra natal

3. Tanda dan Gejala

1. Tanda–tanda permulaan persalinan yang terjadi beberapa minggu sebelum

persalinan adalah :

a. Lightening / settling / dropping yaitu kepala turun memasuki pintu atas

panggul. Pada primigravida terjadi saat 4–6 minggu terakhir kehamilan,

sedangkan pada multigravida terjadi saat partus mulai.

b. Perut kelihatan lebih melebar, fundus uteri turun.

c. Perasaan sering atau susah kencing (polakisuria), karena kandung kemih

tertekan oleh bagian terbawah janin.

d. Perasaan sakit perut dan dipinggang karena kontraksi lemah dari uterus.

e. Serviks menjadi lebih lembek dan mulai mendatar, sekresinyapun akan

bertambah bisa bercampur darah (Departemen Kesehatan Jawa Tengah, 2004).

2. Tanda–tanda pasti persalinan yang terjadi beberapa saat sebelum persalinan

adalah :

Terjadinya his persalinan yang bersifat :

1.) Pinggang terasa sakit dan menjalar kedepan.

2.) Sifatnya teratur, interval semakin pendek dan kekuatanya semakin besar.

3.) Semakin ibu beraktivitas kekuatan his akan semakin besar.

Pengeluaran lendir dan darah (bloody show) yang lebih banyak karena

robekan kecil pada serviks.

Pengeluaran cairan yang terjadi pada beberapa kasus ketuban pecah, dan

dengan pecahnya ketuban diharapkan persalinan berlangsung dalam waktu 24

jam kemudian.

Pada pemeriksaan dalam serviks telah mendatar dan pembukaan telah ada

(Departemen Kesehatan Jawa Tengah, 2004).

3. Faktor-faktor yang mempengaruhi kemajuan persalinan dan kelahiran

Usia Ibu

Berat badan ibu

Jarak kelahiran

Berat bayi dan usia gestasi

Posisi fetus

Kondisi selaput ketuban

Tempat menempelnya plasenta dan Faktor psikologi

4. Faktor – faktor yang mempengaruhi kekuatan persalinan :

Page 4: intra natal

Power (kekuatan yang mendorong janin keluar).

Power pertama pada persalinan adalah kekuatan yang dihasilkan kontraksi otot

rahim yang terjadi diluar kesadaran. Power terdiri dari 2 faktor, yaitu :

1) His (kontraksi otot rahim pada persalinan).

2) Tenaga mengejan.

Adanya kontraksi otot dinding perut maka menyebabkan peningkatan tekanan

intra abdominal (serupa tenaga mengejan sewaktu BAB namun lebih kuat).

Setelah kepala sampai pada dasar panggul timbul suatu reflek pasien menutup

glotisnya, mengkontraksikan otot–otot perutnya dan menekan diafragma

kebawah. Hal ini berhasil bila pembukaan sudah lengkap dan efektif sewaktu

ada kontraksi.

b. Passage (jalan lahir).

Meliputi jalan lahir keras (rongga pelvis) dan jalan lahir lunak (serviks dan

vagina).

c. Passanger (janin).

Letak janin yaitu hubungan antara sumbu panjang ibu dan sumbu panjang

janin, dimana janin bisa melintang atau memanjang. Presentasi yaitu bagian

terendah janin yang berada di pap; kepala,bokong.bahu,muka.

d. Psikologi.

Apabila ibu hamil mengalami stress psikologis, janin dan ibu akan mengalami

kondisi yang tidak baik,disebabkan saat stress dapat menyebabkan

disekresinya epineprin yang dapat menghambat aktifitas miometrial sehingga

mengakibatkan tidak terkoordinasinya aktivitas uterus. Agar tidak terjadi hal

tersebut sang calon ibu harus diberikan support dan dukungan, karena

berdasarkan penelitian bahwa support emosional dan fisik mempunyai

hubungan signifikan dalam mempercepat persalinan (Departemen Kesehatan

Jawa Tengah, 2004

Page 5: intra natal
Page 6: intra natal

5. Pemeriksaan Penunjang

Rekaman kardiotografi.

Pemantauan secara berkala denyut jantung janin dengan stetoskop leance atau

doptone yaitu sebuah alat elektronik untuk mendenganr denyut jantung janin.

Dilakukan pada kala 1 untuk mengetahui kekuatan dan sifat kontraksi rahim serta

kemajuan persalinan.

Partograf.

Adalah suatu alat untuk memantau kemajuan proses persalinan dan membantu

petugas kesehatan dan mengambil keputusan dalam penatalaksanaan pasien. Partograf

berbentuk kertas grafik yang berisi data ibu, janin dan proses persalinan. Partograf

dimulai pada pembukaan mulut rahim 4 cm (fase aktif).

Ultrasonografi (USG).

Digunakan untuk mendeteksi keadaan dan posisi janin dalam kandungan

6. Penatalaksanaan

1. Penatalaksanaan partus kala 1

Pemeriksaan fisik umum yang belum dilakukan harus diselesaikan sesegera

mungkin setelah pasien masuk rawat inap. Yang paling baik, seorang dokter dapat

membuat kesimpulan tentang normalnya kehamilan tersebut apabila semua

pemeriksaan, termasuk tinjauan ulang rekan medis dan laboratium, sudah

dilaksanakan. Meskipun durasi rata-rata persalinan kala satu pada wanita nulipara

adalah sekitar 7 jam dan wanita para sekitar 4 jam, terdapat variasi individual yang

besar..

Pemantauan kesejahteraan janin selama persalinan.

Untuk mendapatkan hasil akhir kehamilan yang optimal, harus dibuat program

yang tersusun rapi untuk memberikan surveilans ketat tentang kesejahteraan ibu dan

janin selama persalanin. Semua observasi harus dicatat secara tepat. Frekuensi,

intesitas, dan lamanya kontraksi uterus, serta respons denyut jantung janin terhadap

kontraksi tersebut harus diperhatikan benar. Aspek-aspek ini dapat dievaluasi dengan

tepat dalam urutan yang logis.

Frekuensi Denyut Jantung Janin

Frekuensi denyut jantung janin dapat diketahui dengan stetoskop yang sesuai

atau salah satu di antara berbagai macam alat ultrasonik Doppler. Perubahan frekuensi

denyut jantung janin yang kemungkinan besar berbahaya bagi janin hampir selalu

Page 7: intra natal

dapat ditemukan setelah kontraksi uterus. Untuk menghindari kebingungan antara

kerja jantung ibu dan janinnya, denyut nadi ibunya hendaknya dihitung pada saat

menghitung frekuensi denyut jantung janin.

Resiko, bahaya, atau gawat janin-yaitu hilangnya kesejahteraan janin-dicugai

apabila frekuensi denyut jantung janin yang diukur segera setelah kontraksi berulang

kali berada di bawah 110 denyut per menit. Gawat janin sangat mungkin terjadi

apabila denyut jantung terdengar kurang dari 100 denyut per menit sekalipun ada

perbaikan hitung detak jantung menjadi 110 sampai 160 denyut per menit sebelum

kontraksi berikutnya. Apabila setelah kontraksi ditemukan deselerasi semacam ini,

persalinan tahap selanjutnya, jika dimungkinkan, paling baik dimonitor secara

elektronik

Pemantauan Dan Penatalaksanaan Ibu Dan Selama Persalinan

TANDA VITAL IBU

Suhu, denyut nadi, tekanan darah ibu dievaluasi setidaknya setiap 4 jam. Jika

selaput ketuban telah pecah lama sebelum awitan persalinan, atau jika terjadi

kenaikan suhu ambang, suhu diperiksa tiap jam. Selain itu, bila terjadi pecah ketuban

yang lama-lebih dari 18 jam-disarankan untuk memberikan antibiotik profilaksis

terhadap infeksi steptokokus grup B. (American College of Obstetricians and

Gynecologists,1996).

PEMERIKSAAN VAGINA SELANJUTNYA.

Pada persalinan kala satu, perlunya pemeriksaan vagina selanjutnya untuk

mengetahui status serviks dan station serta posisi bagian terbawah akan sangat

bervariasi. Bila selaput ketuban pecah, pemeriksaan hendaknya diulangi secara cepat

jika pada pemeriksaan sebelumnya kepala janin belum cukup (engaged). Frekuensi

denyut jantung janin harus diperiksa segera dan pada kontrasi uterus berikutnya untuk

mendeteksi kompresi tali pusat yang tidak diketahui.

ASUPAN ORAL.

Makanan harus ditunda pemberiannya selama proses persalainan aktif. Waktu

pengosongan lambung memanjang secara nyata saat proses persalinan berlangsung

dan diberikan obat analgesik. Sebagai akibatnya, makanan dan sebagian besar obat

yang dimakan tetap berada di lambung dan tidak diabsorpsi; melainkan, dapat

dimuntahkan dan teraspirasi Terdapat kecenderungan memberikan cairan dengan

jumlah yang terbatas untuk wanita in partu.

Page 8: intra natal

CAIRAN INTRAVENA.

Meskipun telah menjadi kebiasaan di banyak rumah sakit untuk memasang

sistem infus intravena secara rutin pada awal persalinan, jarang ada ibu hamil normal

yang benar-benar memerlukannya, setidaknya sampai analgesia diberikan. Sistem

infus intravena menguntungkan selama masa nifas dini untuk memberikan oksitosin

profilaksis dan seringkali bersifat terapeutikketika terjadi atonia uteri. Selain itu,

persalinan yang lebih lama, pemberian glukosa, natrium dan air untuk wanita yang

sedang berpuasa dengan kecepatan 60 sampai 120 ml per jam, efektif untuk mencegah

dehidrasi dan asidosis (Tabel13-3).

POSISI IBU SELAMA PERSALINAN.

Ibu yang dalam proses bersalin tidak perlu berbaring di tempat tidur pada awal

persalinan. Sebuah kursi yang nyaman mungkin lebih bermanfaat secara psikologis.

Di tempat tidur, ibu hendaknya diperolehkan mengambil posisi yang rasanya enak,

paling sering adalah berbaring miring. Ibu tidak harus ditahan pada posisi terlentang.

Bloom dkk. (1998) melakukan percobaan acak untuk berjalan selama persalinan pada

1000 wanita dengan kehamilan risiko rendah. Mereka menemukan bahwa berjalan

tidak mempercepat atau mengganggu persalinan aktif dan tidak berbahaya.

ANALGESIA.

Page 9: intra natal

Seperti tercantum pada Tabel13-3, analgesi paling sering mulai diberikan

berdasarkan rasa nyeri pada wanita yang bersangkutan. Jenis analgesia, jumlahnya,

dan frekuensi pemberian hendaknya didasarkan pada kebutuhan untuk menghilangkan

nyeri di satu pihak, dan kemungkinan melahirkan bayi yang sakit di lain pihak

Penetapan waktu, metoda pemberian, dan ukuran dosis awal serta lanjutan obat-obat

analgesik yang bekerja secara sistemik sangat didasarkan pada interval waktu yang

diharapkan sampai pelahiran. Oleh karenanya, pemeriksaan vagina berulang sebelum

memberikan analgetik lebih banyak sering kali dapat diterima. Dengan munculnya

gelaja-gejala khas persalinan kala dua, yaitu dorongan untuk mengejan, status serviks

dan bagian terbawah janin harus dievaluasi kembali.

AMNIOTOMI.

Jika amniotomi dilakukan, harus diupayakan menggunakan teknik aseptik.

Yang penting, kepala janin harus tetap berada di serviks dan tidak dikeluarkan dari

panggul selama prosedur; karena tindakan seperti itu akan menyebabkan prolaps tali

pusat.

2. Penatalaksanaan partus kala 1I

Mendengar dan melihat adanya tanda persalinan :

lbu mempunyai dorongan kuat untuk meneran

Ibu merasa adanya tekanan pada anus

Perineum menonjol

Vulva dan anus membuka

Pada kala II persiapan yang dilakukan adalah persiapan tempat persalinan,

peralatan, bahan,dan lingkungan untuk kelahiran bayi serta persiapan ibu dan

keluarga (asuhan sayang ibu,membersihkan perineum ibu, pengosongan

kandung kemih).

Bila sudah didapatkan tanda pasti kala II persalinan (pembukaan sudah lengkap

dan selaputketuban sudah pecah), periksa DJJ setelah kontraksi uterus selesai,

pastikan DJJ dalam batasnormal 120 ± 160 kali per menit

Beritahu ibu pembukaan sudah lengkap, DJJ baik, minta ibu meneran saat his,

bila is sudahmerasa ingin meneran. Memberi ibu kesempatan istirahat disaat

tidak ada his (diantara his) bila ibu belum mempunyai dorongan kuat untuk

meneran, tunggu sampai ibu merasakandorongan spontan untuk meneran

(maksimal 60 merit). Ibu dapat dianjurkan untuk ganti posisi meneran : miring,

Page 10: intra natal

jongkok, atau merangkak. Teruskan pemantauan kondisi ibu dan bayi. Bila bayi

belum lahir setelah dipimpin meneran selama 2 jam (primipara) atau I

jam(multipara), segera lakukan rujukan.

Saat kepala janin terlihat pada vulva dengan diameter 5 - 6 cm, pasang handuk

bersih untuk mengeringkan janin pada perut ibu. Ambit kain bersih. melipat 1/3

bagian dan diletakkandibawah bokong, ibu. Buka Cutup partus set. Pasang

sarung Langan D FT.

Menolong kelahiran bayi

Saat sub-ocsiput tampak dibawah simfisis, tangan kanan melindungi perineum

dengandialas lipatan kain dibawah bokong ibu, sementara tangan kiri menahan

puneak kepalaagar tidak terjadi defleksi yang tertalu cepat saat kepala lahir.

Minta ibu untuk tidak meneran dengan bernafas pendek- pendek).

Mengusapkan kasa/ kain bersih untuk membersihkan muka janin dari lendir dan

darah.Bila didapatkan mekonium pada air ketuban, segera setelah kepala lahir

lakukan penghisapan lendir De Lee. Periksa adanya lilitan tali pusat pada

leherjanin.

Tunggu hingga kepala janin selesai melakukan putaran paksi luar secara

spontan.

Setelah kepala janin menghadap papa ibu, tempatkan kedua telapak tangan

biparietalkepala janin, tarik ke arah bawah sampai bahu anterior/ depan lahir,

kemudian tarik secara hati- hati ke alas sampai bahu posterior/ belakang lahir.

Bila terdapat lilitan tali pusat yang terlalu eras hingga menghambat putaran

paksi luar atau lahirnya bahu, mintaibu berhenti meneran, dengan perlindungan

tangan kiri, pasang klem di dua tempat padatali pusat dan potong tali pusat

diantara kedua klem tersebut.

Setelah bahu lahir, tangan kanan menyangga kepala, leher dan bahu janin

bagian posterior dengan posisi ibu jari pada leher (bagian kepala) dan keempat

jari pada bahudan dada, pung gung janin, sementara tangan kiri memegang

lengan dan bahu janin bagian anterior saat badan dan lengan lahir.

Setelah badan dan lengan lahir, tangan kiri menelusuri punggung kearah bokong

dantungkai bawah janin untuk memegang tungkai bawah (selipkan jari telunjuk

tangan kiridiantara kedua lutut janin).

3. Penatalaksanaan partus kala III

Page 11: intra natal

Kala III (Pengeluaran plasenta).Dimulai setelah lahirnya bayi, kontraksi rahim

istirahat sebentar. Uterus teraba keras denganfundus uteri setinggi pusat, dan berisi

plasenta yang menjadi tebal 2 kali sebelumnya. Beberapasaat kemudian timbul his

pelepasan dan pengeluaran uri. Dalam waktu 5 ± 10 menit seluruh plasenta terlepas,

terdorong kedalam vagina dan akan lahir spontan atau dengan sedikit dorongandari

alas simpisis atau fundus uteri. seluruh proses biasanya berlangsung 5 ± 30 menit

setelah bayilahir. Pengeluaran plasenta disertai dengan pengeluaran darah kira ± kira

100 ± 200 cc.

4. Penatalaksanaan partus kala 1V

Kala IV (Pengawasan).Dimana salami 1 - 2 jam setelah bayi dan uri lahir untuk

mengamati keadaan ibu terutamaterhadap bahaya perdarahan post parfum

7. Tindakan Pertolongan Asuhan Persalinan Normal

Untuk melakukan asuhan persalinan normal dirumuskan 58 langkah asuhan

persalinan normal sebagai berikut (Dinas Kesehatan Propinsi Jawa Timur, 2003):

1. Mengamati tanda dan gejala persalinan kala dua.

Ibu mempunyai keinginan untuk meneran. 

Ibu merasakan tekanan yang semakin meningkat pada rektum atau

vaginanya.

Perineum menonjol.

Vulva-vagina dan sfingter anal membuka.

Hemoroid fisiologik tampak 

Perasaan ingin mengejang. darah lender bertambah banyak 

2. Memastikan kelengkapan peralatan, bahan dan obat-obatan esensialuntuk

menolong persalinandan menatalakasana komplikasi ibu dan bayi baru lahir.

Untuk resusitasi BBL → tempatresusitasi datar, rata, cukup keras,bersih, kering

dan hangat, lampu 60 watt dan jarak 60 cm daritubuh bayi, 3 handuk atau kain

bersih dan kering, alat penghisap lendir, tabung atau balon dansungkup.

Menggelar kain di atas perut ibu dan tempat resusitasi serta ganjal bahu

bayi 

Menyiapkan oksitosin 10 unit dan alat suntik steril sekali pakai di dalam

partus set

3. Pakai celemek plastik 

Page 12: intra natal

4. Melepaskan dan menyimpan semua perhiasan yang dipakai, cuci tangan dengan

sabun dan air  bersih mengalir kemudian keringan tangan dengan tissue atau

handuk pribadi yang bersih dankering.

5. Pakai sarung tangan DTT pada tangan yang akan digunakan untuk periksa

dalam.

6. Masukkan oksitasin ke dalam tabung suntik (gunakan tangan yang memakai

sarung tanganDTT) dan setril (pastikan tidak terjadi kontaminasi pada alat

suntik)

7. Membersihkan vulva dan perineum, menyekanya dengan hati-hati dari depan ke

belakangdengan menggunakan kapas atau kasa yang sudah dibasahi air

disinfeksi tingkat tinggi (DTT).

Jika introitus vagina, perineum atau anus terkontaminasi tinja, bersihkan

dengan seksamadari arah depan ke belakang. 

Buang kapas atau kassa pembersih (terkontaminasi) dalam wadah yang

tersedia.

Ganti sarung tangan jika terkontaminasi (dekontaminasi, lepaskan dan

rendam dalam larutanklorin 0,5%

8.  Lakukan pemeriksaan dalam untuk memastikan pembukaan lengkap.

Bila selaput ketuban dalam pecah dan pembukaan sudah lengkap maka

lakukan amniontomi 

Perhatikan warna air ketuban saat dilakukan amniotomi

Jika ada pewarna mekonium pd air ketuban, perlu dilakukan persiapan dan

upaya antisipatif utk melahirkan bayi dgn cairan ketuban yg mengandung

mekonium

9. Dekontaminasi sarung tangan dengan cara mencelupkan tangan yang masih

memakai sarungtangan ke dalam larutan klorin 0,5% kemudian lepaskan dan

rendamkan dalam keadaan terbalik dalam larutan klorin 0,5% selama 10 menit.

Cuci kedua tangan setelah sarung tangan dilepaskan.

10. Periksa Denyut Jantung Janin (DJJ) setelah kontraksi atau saat relaksasi uterus

untuk memastikan bahwa DJJ dalam batas normal (120-160 x/ menit)

Mengambil tindakan yang sesuai jika DJJ tidak normal. 

Mendokumentasikan hasil-hasil pemeriksaan dalam, DJJ dan semua hasil-

hasil penilaianserta asuhan lainnya pada patograf.

Page 13: intra natal

11.  Beritahukan bahwa pembukaan sudah lengkap dan keadaan janin baik bantu ibu

dalammenemukan posisi yang nyaman dan sesuai dengan keinginannya.

12. Meminta bantuan keluarga untuk menyiapkan posisi ibu untuk meneran (Pada saat

ada his, bantu ibu dalam posisi setengah duduk dan pastikan ia merasa nyaman.

13. Melakukan pimpinan meneran saat ibu mempunyai dorongan yang kuat untuk

meneran.

14. Menganjurkan ibu untuk berjalan, berjongkok atau mengambil posisi nyaman, jika

ibu belum merasa ada dorongan untuk meneran dalam 60 menit.

15. Meletakan handuk bersih (untuk mengeringkan bayi) di perut ibu, jika kepala bayi

telah membuka vulva dengan diameter 5 – 6 cm.

16. Meletakan kain bersih yang dilipat 1/3 bagian bawah bokong ibu

17. Membuka tutup partus set dan memperhatikan kembali kelengkapan alat dan

bahan

18. Memakai sarung tangan DTT pada kedua tangan.

19. Saat kepala janin terlihat pada vulva dengan diameter 5 – 6 cm, memasang handuk

bersih untuk menderingkan janin pada perut ibu.

20. Memeriksa adanya lilitan tali pusat pada leher janin

21. Menunggu hingga kepala janin selesai melakukan putaran paksi luar secara

spontan.

22. Setelah kepala melakukan putaran paksi luar, pegang secara biparental.

Menganjurkan kepada ibu untuk meneran saat kontraksi. Dengan lembut gerakan

kepala kearah bawah dan distal hingga bahu depan muncul dibawah arkus pubis

dan kemudian gerakan arah atas dan distal untuk melahirkan bahu belakang.

23. Setelah bahu lahir, geser tangan bawah kearah perineum ibu untuk menyanggah

kepala, lengan dan siku sebelah bawah. Gunakan tangan atas untuk menelusuri

dan memegang tangan dan siku sebelah atas.

24. Setelah badan dan lengan lahir, tangan kiri menyusuri punggung kearah bokong

dan tungkai bawah janin untuk memegang tungkai bawah (selipkan ari telinjuk

tangan kiri diantara kedua lutut janin)

25. Melakukan penilaian selintas : 1) Apakah bayi menangis kuat dan atau bernapas

tanpa kesulitan? 2) Apakah bayi bergerak aktif ?

Page 14: intra natal

26. Mengeringkan tubuh bayi nulai dari muka, kepala dan bagian tubuh lainnya

kecuali bagian tangan tanpa membersihkan verniks. Ganti handuk basah dengan

handuk/kain yang kering. Membiarkan bayi atas perut ibu.

27. Memeriksa kembali uterus untuk memastikan tidak ada lagi bayi dalam uterus.

28. Memberitahu ibu bahwa ia akan disuntik oksitasin agar uterus berkontraksi baik.

29. Dalam waktu 1 menit setelah bayi lahir, suntikan oksitosin 10 unit IM

(intramaskuler) di 1/3 paha atas bagian distal lateral (lakukan aspirasi sebelum

menyuntikan oksitosin).

30. Setelah 2 menit pasca persalinan, jepit tali pusat dengan klem kira-kira 3 cm dari

pusat bayi. Mendorong isi tali pusat ke arah distal (ibu) dan jepit kembali tali

pusat pada 2 cm distal dari klem pertama.

31. Dengan satu tangan. Pegang tali pusat yang telah dijepit (lindungi perut bayi), dan

lakukan pengguntingan tali pusat diantara 2 klem tersebut.

32. Mengikat tali pusat dengan benang DTT atau steril pada satu sisi kemudian

melingkarkan kembali benang tersebut dan mengikatnya dengan simpul kunci

pada sisi lainnya.

33. Menyelimuti ibu dan bayi dengan kain hangat dan memasang topi di kepala bayi.

34. Memindahkan klem pada tali pusat hingga berjarak 5 -10 cm dari vulva

35. Meletakan satu tangan diatas kain pada perut ibu, di tepi atas simfisis, untuk

mendeteksi. Tangan lain menegangkan tali pusat.

36. Setelah uterus berkontraksi, menegangkan tali pusat dengan tangan kanan,

sementara tangan kiri menekan uterus dengan hati-hati kearah doroskrainal. Jika

plasenta tidak lahir setelah 30 – 40 detik, hentikan penegangan tali pusat dan

menunggu hingga timbul kontraksi berikutnya dan mengulangi prosedur.

37. melakukan penegangan dan dorongan dorsokranial hingga plasenta terlepas, minta

ibu meneran sambil penolong menarik tali pusat dengan arah sejajar lantai dan

kemudian kearah atas, mengikuti poros jalan lahir (tetap lakukan tekanan dorso-

kranial).

38. Setelah plasenta tampak pada vulva, teruskan melahirkan plasenta dengan hati-

hati. Bila perlu (terasa ada tahanan), pegang plasenta dengan kedua tangan dan

lakukan putaran searah untuk membantu pengeluaran plasenta dan mencegah

robeknya selaput ketuban.

Page 15: intra natal

39. Segera setelah plasenta lahir, melakukan masase pada fundus uteri dengan

menggosok fundus uteri secara sirkuler menggunakan bagian palmar 4 jari tangan

kiri hingga kontraksi uterus baik (fundus teraba keras)

40. Periksa bagian maternal dan bagian fetal plasenta dengan tangan kanan untuk

memastikan bahwa seluruh kotiledon dan selaput ketuban sudah lahir lengkap,

dan masukan kedalam kantong plastik yang tersedia.

41. Evaluasi kemungkinan laserasi pada vagina dan perineum. Melakukan penjahitan

bila laserasi menyebabkan perdarahan.

42. Memastikan uterus berkontraksi dengan baik dan tidak terjadi perdarahan

pervaginam.

43. Membiarkan bayi tetap melakukan kontak kulit ke kulit di dada ibu paling sedikit

1 jam.

44. Setelah satu jam, lakukan penimbangan/pengukuran bayi, beri tetes mata

antibiotik profilaksis, dan vitamin K1 1 mg intramaskuler di paha kiri

anterolateral.

45. Setelah satu jam pemberian vitamin K1 berikan suntikan imunisasi Hepatitis B di

paha kanan anterolateral.

46. Melanjutkan pemantauan kontraksi dan mencegah perdarahan pervaginam.

47. Mengajarkan ibu/keluarga cara melakukan masase uterus dan menilai kontraksi.

48. Evaluasi dan estimasi jumlah kehilangan darah.

49. Memeriksakan nadi ibu dan keadaan kandung kemih setiap 15 menit selama 1 jam

pertama pasca persalinan dan setiap 30 menit selama jam kedua pasca persalinan.

50. Memeriksa kembali bayi untuk memastikan bahwa bayi bernafas dengan baik.

51. Menempatkan semua peralatan bekas pakai dalam larutan klorin 0,5% untuk

dekontaminasi (10 menit). Cuci dan bilas peralatan setelah di dekontaminasi.

52. Buang bahan-bahan yang terkontaminasi ke tempat sampah yang sesuai.

53. Membersihkan ibu dengan menggunakan air DDT. Membersihkan sisa cairan

ketuban, lendir dan darah. Bantu ibu memakai memakai pakaian bersih dan

kering.

54. Memastikan ibu merasa nyaman dan beritahu keluarga untuk membantu apabila

ibu ingin minum.

55. Dekontaminasi tempat persalinan dengan larutan klorin 0,5%.

56. Membersihkan sarung tangan di dalam larutan klorin 0,5% melepaskan sarung

tangan dalam keadaan terbalik dan merendamnya dalam larutan klorin 0,5%

Page 16: intra natal

57. Mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir.

58. Melengkapi partograf.

B. ASUHAN KEPERAWATAN

No

.

Diagnosa Tujuan dan Kriteria Standar Intervensi

1

2

3

Nyeri berhubungan

dengan peningkatan

frekuensi dan intensitas

kontraksi

Devisit volume cairan

yang berhubungan

dengan berkurangnya

asupan cairan

Ansietas berhubungan dengan ketidakmampuan mengendalikan defekasi saatmengejan

Tujuan : nyeri berkurang /

hilang.

Kriteria hasil :

Klien mengungkapkan

bahwa nyeri berkurang /

hilang.

Ekspresi wajah klien tidak

meringis lagi.

Tujuan : Volume cairan dapat

terpenuhi.

Kriteria hasil :

Klien akan meningkatkan

kebutuhan asupan cairan.

klien menunjukan tidak ada

tanda gejala dehidrasi.

Tujuan :ansietas berkurang /

hilang.

Tingkatkan penggunaan tehnik pernafasan terfokus.

Menawarkan untuk diurut dan tehnik sentuhan terapiutik lain.

Kaji faktor penyebab. Tingkatkan pemberian

nutrisi dan hidrasi. Berikan minuman yang

cukup.

Kaji tingkat ansietas. Mengizinkan /

menyarankan klien untuk melakukan defekasi ditempat.

Page 17: intra natal

4.Koping individu tak efektif berhubungan dengan pengarahan persalinan yangberlawanan dengan keinginan untuk mengejan

Kriteria hasil

Klien mengungkapkan kenyamanan psikologis dan fisiologisnya.

Klien mengungkapkan ansietasnya berkurang / hilang.

Tujuan: Klien dapat mengejan

sesuai dengan arahan.

Kriteria hasil

Klien dapat mengejan sesuai

dengan arahan dan saat yang

tepat.

Mengajarkan teknik pernafasan untuk mengatasi kontraksi.

Meminta ibu mempraktekan teknik pernafasan untuk mengatasi kontraksi.

DAFTAR PUSTAKA

Page 18: intra natal

Anonim. (2005). Pelatihan APN. Retrieved October 18, 2008, from Instalasi Kesehatan

Reproduksi Pemalang: http://kesehatanreproduksi.tripod.com/apn.html (Diakses tanggal

26 mei 2011)

Bobak. 2005.Buku Ajar Keperawatan Maternitas Edisi 4. Jakarta : EGC

Cunningham, et. al. (2006). Obstetri Williams. Jakarta. Jakarta: EGC.

Doenges,Marilyn.2001. Rencana Perawatan Maternal/Bayi Edisi 2.Jakarta:EGC

Winkjosastro, H. (2006). Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono

Prawirohardjo.


Top Related