Transcript

MEDIA IND ::'~NESIA-,_ .../

Interaksi Simbo isMudik LebaranAsep SalahudinWakil Rektor IAILM dan kandidat doktor Unpad

MUDIK,itulah fe-nomena tahunanmenjelang Leba-ran yang selalu

menyita banyak perhatian.Betapa tidak, pada momentersebut terjadi migrasi be-sar-besaran sementara darikota ke kampung, denganmenempuh jarak yang bolehjadi ratusan kilometer.Kecanggihan komunikasi

melalui media internet, Fa-cebook, Twitter, BBM, dansebagainya ternyata tidakbisa otomatis menyelesaikanpersoalan 'pemadatan jarak'.Dalam konteks masyarakatkomunal seperti kita, silatura-him seperti itu selalu belumsempurna kecuali sudah dise-lesaikan melalui pertemuanfisik walaupun sekadar ber-salaman.Bisa jadi, mudik tidak sese-

derhana itu. Tidak sesimpelpulang sekadar menemuikedua orangtua dan bersuasaudara. Di baliknya ter-bentang interaksi simbolisdengan makna yang sangatluas. Mudik merupakanrne-dia untuk menyalurkan ke-rinduan terhadap kampunghalaman yang lama diting-

galkan. Kampung halamanyang maknanya bisa her-hubungan dengan fisik atau-pun metafisik.Mudik, dalam konteks ter-

sebut; menjadi 'pintu masuk'gerak kembali manusia ke-pada akarnya, asal usulnya,dan sej a rah nya. Kembaliuntuk merumuskan ulangjati dirinya. Meneguhkan lagikonsep dirinya.Dengan kembali, kerinduan

selama pengembaraan dapattersalurkan sehingga tatkala-mereka pulang (arus balik)ke perantauan, seolah telahmendapatkan energi baruyang dahsyat. Terasa bahwarelasi kulturalnya tidak putuswalaupun akar itu sebenar-nya dikonstruksi kita sendiri.Seperti dalam amsal MalinKundang yang dikedepankanGoenawan Mohamad: yangdisebut 'akar' sebenarnya di- ,hadirkan sebagai bagian daritata simbolis, yang kita terimadan membentuk kita, tapisebenarnya terjadi karenahubungan kekuasaan.

Perspektif lainSecara sosiologis, mudik

dapat juga dimaknai sebagai

ekspresi tentang kebanggaanseseorang yang telah mene-mukan apa yang dicarinya diperantauan. Ketika kembalike 'karnpung halaman', diaseakan berkata, "Inilah dutadari masa silam yang telahsukses menaklukkan ganas-nya persaingan dan ketatnyaatmosfer kota." Mengenaibagaimana dia mendefinisi-kan 'kesuksesan' dan bagai-mana perasaan orang lainmerumuskan pandangankesuksesan, itu tentupersoalan lain lagi.Dalam kajianantropologi,suasanasepertiitudisebutclosedcorporatecommunity.

D a 1 a mkonteks itu,pada titiktertentu tesis so-siologi yang m eneguhkanbahwa masyarakat kota (met-ropolitan) yang telah terlepasdari masyarakat des a (ruralsociety) akan semakin me-nampakkan gejala yang tidak'akrab' dengan keluarga intitidak begitu tepat. Masyara-kat kota ternyata tetap saja'memboyong masa silamnya'untuk kemudian ditumpah-

I( I j pin g Hum a 5 U n pad 2 0 12

yang tidak hanya melibat-kan sebuah 'keluarga besar'karena negara sampai harusturun tangan untuk tkutmengatur demi kelancaranmudik itu sendiri. Kepolisianmengerahkan mereka secaranasional dengan sandi 'Ope-rasi Ketupat'.Tradisi mudik pada giliran-

nya tidak hanya dilakukanumat Islam yang telah selesaimelakukan ritus puasa. Tidaksedikit kalangan nonmuslimikut melakukan mudik. Bisajadi yang mendapatkan ke-untungan ekonomis darimudik dan Lebaran adalahnonmuslim.Mudik ternyata sudah men-

jadi sebuah budaya bangsa,apalagi seandainya kita sepa-kat dengan definisi budayayang diajukan RaymondWilliam, "Suatu cara hidup

tertentu yang dibentuk.~---,~p,oleh nilai, tradisi, ke-percayaan, objek mate-r.....""""!~--~~-~J...__rial, serta wilayah."

kan saat mudik Lebaran.Andre Moller dalam buku

Ramadan di jawa (2002) men-catat tradisi mudik merupa-kan fenomena unik yangterjadi di seluruh pelosokIndonesia untuk menyam-but Ramadan dan HariRaya Idul Fitri.[akob Soemardjo (2003)

mencatat ternyata yangpertama kali mempu-nyai tradisi mudik ialahorang-orang Jawa yangnotabene berasal darigolongan menengahke bawah, yang kernu-dian diikuti masyarakatmenengah dan padaakhirnya menjadigejala global tanpamelihat lagi strati-fikasi kelas.

Mudik se-per tiit u

sejatinya merupakan tradisikhas bangsa Indonesia ka-

rena di TimurTengahtidakt e r -dapattradisi

mudikke ka m-

pung hala-man ke-tika IdulFit r imen s -hampiri.Bahkan,

yang d i-katakan

Le b a-ran be-sar itusendiribu k a n-

lah Idul Fitri,melainkan hariraya haji.D'I negara

maju sepertiAmerika Se r i-

kat (AS) m is al-nya, memang dikenal tradisiyang mirip dengan mudik,yakni ritus Christmas Daydan Thanksgiving Day. Na-mun, mudik Christmas danThanksgiving hanya sebagaisarana berhimpun keluargainti. Fenomena itu tidaksedahsyat di negara kita

Haluan spiritualMudik dalam te-

laah spiritual mere-fleksikan suasana ha-

tin yang secara hakiki se-lalu merindukan 'kampunghalaman', baik dalam maknaharfiah maupun dalam artikondisi batin seseorang yangtidak pernah berhenti me-minta untuk disucikan sesuaidengan kontrak spiritualnya.Dalam metafora [alaluddinRumi, "Tak ubahnya seru-ling yang suara lengkingan-nya sesungguhnya adalahjeritan meminta dikernbali-kan kepada induknya yaknibambu."Pulang (mudik) itulah yang

terangkum dalam kata id.Idul Fitri itu ialah pulangke kampung halaman yang

suci. Kesucian itu direngkuhsetelah kita melakukan puasadi satu sisi dan di sisi lain,kita sempurnakan denganmeminta permaafan kepadakeluarga, saudara, dan han-dai tolan ketika kita Lebarandan mudik ke desa, Atau da-lam idiom agama, Itu disebutsilaturahim seperti diajarkansang nabi, "Barang siapayang menginginkan dipan-jangkan usia dan dilimpah-kan rezekinya, hendaknyaia menyambungkan tali sila-turahim." "Bukanlah silatur-ahim orang yang membalaskunjungan atau pemberian,tetapi yang bersilaturahimadalah yang menyambungapa yang diputus."Nurcholish Madjid (2000)

memaknai Idul Fitri seba-gai suatu tradisi agung yangdilakukan berulang-ulang se-tiap tahun dalam daur ulangruang dan waktu. Keagungantersebut pada hakikatnya ka-rena kita telah meraih kerne-nangan dengan mengalahkanhasrat primitif perut selamaRamadan.Kemenangan yang patut

kita rayakan bukanlah de-ngan kenduri material dankemegahan hajat kebendaanlainnya, melainkan denganrasa syukur dengan men-canangkan niat untuk meng-orbitkan spirit Ramadanpada 11 bulan sisanya.Mudik dan Lebaran, kalau

demikian adanya, sesungguh-nya tidak ada sangkut paut-nya dengan konsumerismedan hedonisme atau pamerkekayaan. Kedua tradisi itujustru kita meriahkan seba-gai satu siasat dalam upayamemutus diri dan lebih jauhlagi, kehidupan bangsa darijeratan nafsu kebendaanyang kelewat batas.


Top Related