Download - Indonesia Uncovered
BAB II
DESKRIPSI TEORITIS, KERANGKA BERFIKIR DAN
HIPOTESIS PENELITIAN
A. Deskripsi Teoritis
1. Hakikat Aset (Aktiva) Perbankan Syariah
a. Pengertian Aset (Aktiva)
Menurut Munawir (2002:30) aktiva adalah sarana atau
sumber daya ekonomik yang dimiliki oleh suatu kesatuan usaha
atau perusahaan yang hargan perolehannya atau nilai wajarnya
harus diukur secara objektif.
Menurut Thompson yang diterjemahkan oleh Skoussen
dkk (2001 : 131) aktiva adalah kemungkinan keuntungan ekonomi di
masa depan yang diperoleh atau dikontrol oleh entitas tertentu
sebagai hasil dari transaksi atau kejadian dimasa lalu.
Menurut Ikatan Akuntansi Indonesia (2004 : 16.2 ) “
Aktiva adalah aktiva berwujud yang diperoleh dalam bentuk siap
pakai atau dengan dibangun lebih dahulu, yang digunakan dalam
operasi perusahan, tidak dimaksudkan untuk dijual dalam rangka
kegiatan normal perusahan dan mempunyai masa manfaat lebih
dari satu tahun“.
Menurut Wikipedia Aset atau aktiva adalah sumber ekonomi
yang diharapkan memberikan manfaat usaha di kemudian hari. Aset
dimasukkan dalam neraca dengan saldo normal debit
a. Aktiva Tetap
Menurut Halim dan Supomo ( 2001: 154 ) aktiva tetap
adalah kekayaan yang dimiliki dan digunakan untuk beroperasi
dan memiliki masa manfaat dimasa yang akan datang lebih dari
satu periode anggaran serta tidak dimaksudkan untuk dijual.
Menurut Horngren & Harison (1997: 502) aktiva tetap
adalah Aktiva yang dapat digunakan dalam jangka yang lama
dan bentuk fisiknya memberikan kegunaan dari aktiva tersebut.
Klasifikasi Aktiva Tetap
a) Aktiva tetap yang berwujud (tangible fixed asets)
Merupakan harta berwujud yang bersifat jangka
panjang dalam aktivitas operasi perusahaan, didalamnya
meliputi: tanah, bangunan, perabot, mesin-mesin, dan
peralatan lain yang digunakan untuk menghasilkan atau
memudahkan penjualan barang dan jasa.
b) Aktiva tetap tidak berwujud (intangible fixed asets)
Tidak dapat diobservasi atau dilihat secara langsung,
didalamnya berbentuk persetujuan, kontrak, atau paten,
tetapi harta itu sendiri tidak memiliki eksistensi fisik. Harta
tak berwujud termasuk pos-pos seperti hak cipta, paten,
goodwill, dan perjanjian monopoli.
b. Aktiva Produktif
Menurut Bank Indonesia aktiva produktif adalah
penanaman dana bank dalam bentuk kredit, surat berharga,
penyertaan, dan penanaman lain untuk memperoleh
penghasilan.
Menurut Peraturan Bank Indonesia nomor: 5/9
/PBI/2003 Aktiva Produktif adalah penanaman dana Bank
Syariah baik dalam rupiahmaupun valuta asing dalam bentuk
pembiayaan, piutang, qardh, surat berharga syariah,
penempatan, penyertaan modal, penyertaan modal sementara,
komitmen dan kontinjensi pada transaksi rekening administratif
serta titipan sertifikat wadiah Bank Indonesia.
Pengelompokan Kualitas Aktiva Produktif Pada Bank
Syariah ( http://luqmannomic.wordpress.com )
a) Pembiayaan
Sama halnya dengan kredit pada perbankan
konvensional, kualitas pembiayaan pada bank syariah
digolongkan menjadi 4 golongan yaitu, lancar, kurang
lancar, diragukan dan macet.
Beberapa ketentuan dalam kualitas pembiayaan:
1) Penilaian terhadap kualitas pembiayaan yang
dilakukan berdasarkan kemampuan membayar
mengacu pada ketetapan pembayaran angsuran
pokok dan ataru pencapaian rasio antara realisasi
pendapatan (RP) dan proyeksi pendapatan (PP).
2) Proyeksi pendapatan dihitung berdasarkan pada
analisis kelayakan usaha dan arus kas masuk
nasabah selama jangka waktu pembiayaan.
3) Bank syariah dapat mengubah proyeksi pendapatan
berdasarkan kesepakatan dengan nasabah
sepanjang terdapat perubahan atas kondisi
ekonomi makro, pasar dan politik yang
mempengaruhi usaha nasabah.
4) Bank Syariah wajib mencantumkan proyeksi
pendapatan dan perubahannya dalam perjanjian
pembiayaan antara bank syariah dengan nasabah
dan harus terdokumentasi secara lengkap.
5) Pembayaran angsuran pokok pembiayaan dapat
diangsur selama jangka waktu pembiayaan sesuai
dengan kesepakatan antara bank syariah dengan
nasabah.
6) Jika jangka waktu pembiayaan lebih dari 1 tahun,
pembayaran angsuran pokok pembiayaan wajib
diangsur secara berkala sesuai dengan proyeksi
arus kas masuk (cash inflow) usaha bank.
7) Pembayaran angsuran pokok wajib dicantumkan
dalam perjanjian pembiayaan antara bank syariah
dengan nasabah dan harus terdokumentasi secara
lengkap.
b) Piutang
Untuk kualitas piutang dapat digolongkan
menjadi 5 golongan yaitu lancar, dalam perhatian
khusus, kurang lancar, diragukan dan macet.
Beberapa ketentuan mengenai kualitas piutang dan
qardh:
1) Dalam hal nasabah bank syariah memiliki beberapa
rekening pembiayaan, piuang dan atau qardh
dengan kualitas yang berbeda, maka kulitas
rekening secara keseluruhan dinilai mengikuti
kualitas yang terburuk.
2) Kualitas setiap rekening pembiayaan, piutang dan
atau qardh dapat dikembalikan menjadi kulitas yang
sebenarnya sepanjang terdapat bukti-bukti dan
dokumentasi yang cukup untuk menyatakan
kepastian pemenuhan dan kelancaaran
pembayaran dari nasabah yang dinilai berdasarkan
prospek usaha, kondisi keuangan dan kemampuan
membayar.
3) Dalam hal kualitas yang terburuk adalah rekening
piutang dan atau qardh dengan kualitas dlaam
perhatian khusus maka kualitas rekening dinilai
secara masing-masing.
c) Surat Berharga Syariah
Untuk kualitas surat berharga syariah digolongkan
menjadi beberapa golongan yaitu:
1) Surat utang pemerintah
2) Surat berharga pasar uang syariah yang belum
jatuh tempo
3) Obligasi berdasarkan prinsip syariah yang dicatat
dan diperdagangkan di pasar modal serta belum
jatuh waktu dengan realisasi pendapatan berupa
bagi hasil/margin/fee sesuai dengan jumlah dan
waktu yang disepakati.
4) Sertifikat reksadana berdasarkan prinsip syariah
yang memeiliki nilai aktiva bersih lebih besar dari
pada nilai investasi awal, memiliki likuiditas yang
tinggi dan tingkat resiko yang rendah.
5) Surat berharga lainnya berdasarkan prinsip syariah
antara lain medium term note dan atau surat
berharga yang diterbitkan lembaga keuangan yang
tergabung dalam pasar keuangan Islam
Internasional atau Islamic Development Bank yang
mempunyai prospek pengembalian serta mengikuti
ketentuan untuk surat berharga komersial atau
obligasi.
6) Macet, surat berharga yang digolongkan dalam
golongan macet adalah surat berharga yang tidak
memenuhi kriteria sebagaimana yang dimaksud
dalam golongan lancar. Untuk kategori surat
berharga ini, penulis tidak menjelaskan lagi dalam
bentuk tabel karena dari penjelasan diatas sudah
dapat dipahami.
d) Penempatan
Kualitas penempatan dimulai berdasarkan pada
ketepatan pembayaran angsuran pokok dan atau rasio
pencapaian antara realisasi pendapatan dengan
proyeksi pendapatan. Untuk kualitas penempatan,
digolongkan menjadi 4 golongan yaitu lancar, kurang
lancar, diragukan dan macet.
e) Penyertaan Modal
Penyertaan modal dengan pangsa bank syariah
kurang dari 20% wajib dicatat dengan metode biaya
(cost method), kualitas penyertaan modal digolongkan
atas :
1) Lancar, penyertaan modal digolongkan lancar jika
berdasarkan laporan keuangan tahun buku terakhir
yang telah diaudit perusahaan tempat bank
syariah melakukan penyertaan memperoleh laba
dan tidak mengalami kerugian kumulatif.
2) Kurang lancar, penyertaan modal digolongkan
kurang lancar jika berdasarkan laporan keuangan
tahun buku terakhir yang telah diaudit perusahaan
tempat bank syariah melakukan penyertaan
mengalami kerugian sampai dengan 25% dari
modal perusahaan.
3) Diragukan, penyertaan modal digolongkan
diragukan jika berdasarkan laporan keuangan tahun
buku terakhir yang setelah diaudit perusahaan
tempat bank syariah melakukan penyertaan
mengalami kerugian lebih dari 25% sampai dengan
50% dari modal perusahaan.
4) Macet, penyertaan modal digolongkan macet jika
berdasarkan laporan keuangan tahun buku terakhir
yang telah daudit perusahaan tempat bank syariah
melakukan penyertaan mengalami kerugian lebih
dari 50% dari modal perusahaan.
Penyertaan modal dengan pangsa bank syariah
20% atau lebih wajib dicatat dengan metode ekuitas
(equity method) dan digolongkan lancar.
f) Penyertaan Modal Sementara
Kualitas penyertaan modal sementara dinilai
berdasarkan jangka waktu penyertaan yang ditetpakan
dalam ketentuan yang berlaku dan kemungkinan
penjualan penyertaan modal sementara dalam jangka
waktu tersebut. Kualitas penyertaan modal sementara
digolongkan dalam 4 golongan yaitu:
1) Lancar, digolongkan lancar jika belum melebihi
jangka waktu 1 tahun.
2) Kurang lancar, digolongkan kurang lancar jika telah
melebihi jangka waktu 1 tahun namun belum
melebihi jangka watu 4 tahun.
3) Diragukan, digolongkan dlam diragukan jika telah
melebihi jangka waktu 4 tahun dan belum melebihi
5 tahun.
4) Macet, digolongkan macet jika penyertaan modal
sementara belum ditarik kembali walaupun
perusahaan nasabah telah memiliki laba kumulatif.
Kualitas penyertaan modal sementara dapat diturunkan
oleh Bank Indonesia jika terdapat bukti yang memadai
bahwa:
1) Penjualan penyertaan modal sementara
diperkirakan akan dilakukan dengan harga yang
lebih rendah dari nilai buku dan atau;
2) Penjualan penyertaan modal sementara dalam
jangka waktu 5 tahun diperkirakan sulit untuk
dilakukan.
g) Transaksi Rekening Administratif
Kualitas transaksi rekening administratif dinilai
dan digolongkan sesuai dengan ketentuan
penggolongan kualitas pembiayaan dan atau piutang
untuk masing-masing transaksi. Beberapa ketentuan
dalam kualitas transaksi rekening administrative yaitu :
1) Penilaian atas kualitas pembiayaan atas kualitas
pembiayaan, piutang, qardh dan transaksi rekening
administratif yang berjumlah sampai dengan Rp
500.000.000,- untuk nasabah individual atau
nasabah grup hanya didasarkan atas kemampuan
membayar.
2) Penilaian atas kualitas pembiayaan, piutang, qardh
dan transaksi rekening administratif yang berjumlah
lebih besar dari Rp 500.000.000,- baik untuk
nasabah individual atau nasabah grup
3) Penggolongan kualitas pembiayaan, piutang, qardh
dan transakasi rekening administratif untuk daerah
tertentu yang berjumlah sampi dengan 1 milyar
untuk nasabah individual atau nasabah grup hanya
didasarkan atas kemampuan membayar.
h) Sertifikat Wadiah Bank Indonesia
Kualitas untuk sertifikat wadiah Bank Indonesia
yang dimiliki oleh bank syariah digolongkan lancar.
Sintesis
Berdasarkan definisi yang telah disebutkan maka
dapat disintesiskan bahwa, Aset merupakan segala sarana,
prasarana dan SDM yang bernilai ekonomi yang dimiliki
oleh perusahaan yang dapat memberikan keuntungan bagi
perusahaan untuk masa sekarang atau masa depan.
b. Pengertian Perbankan Syariah.
Antonio dan Perwataatmadja (1997:1) membedakan bank
syariah menjadi 2 pengertian yaitu Bank Islam dan Bank yang
beroperasi dengan prinsip syariah Islam.
Bank syariah yaitu :
a. Bank yang beroperasi sesuai dengan prinsip – prinsip syariah
Islam
b. Bank dan tata cara beroperasinya mengacu kepada ketentuan
– ketentuan alqur’an dan hadist
Sementara Bank yang beroperasi sesuai prinsip syariah
Islam adalah Bank yang beroperasinya itu mengikuti ketentuan –
ketentuan syariah Islam khususnya yang menyangkut tata cara
bermuamalat secara Islam.
Menurut Undang Undang No. 21 tahun 2008 Perbankan
Syariah adalah segala sesuatu yang menyangkut tentang Bank
Syariah dan Unit Usaha Syariah, mencakup kelembagaan,
kegiatan usaha, serta cara dan proses dalam melaksanakan
kegiatan usahanya.
Menurut Undang Undang No. 21 tahun 2008 Bank
Syariah adalah Bank yang menjalankan kegiatan usahanya
berdasarkan Prinsip Syariah dan menurut jenisnya terdiri atas
Bank Umum Syariah dan Bank Pembiayaan Rakyat Syariah.
Undang undang No. 21 tahun 2008 yang disahkan pada
tanggal 16 Juli 2008 memiliki beberapa ketentuan umum yang
menarik untuk dicermati. Ketentuan umum dimaksud (Pasal 1)
adalah merupakan sesuatu yang baru dan akan memberikan
implikasi tertentu, meliputi:
1. Istilah Bank Perkreditan Rakyat yang diubah menjadi Bank
Pembiayaan Rakyat Syariah. Perubahan ini untuk lebih
menegaskan adanya perbedaan antara kredit dan pembiayaan
berdasarkan prinsip syariah.
2. Definisi Prinsip Syariah. Dalam definisi dimaksud memiliki dua
pesan penting yaitu:
a. Prinsip syariah adalah prinsip hukum Islam
b. Penetapan pihak/lembaga yang berwenang mengeluarkan
fatwa yang menjadi dasar prinsip syariah.
3. Penetapan Dewan Pengawas Syariah sebagai pihak terafiliasi
seperti halnya akuntan publik, konsultan dan penilai.
4. Definisi pembiayaan yang berubah secara signifikan
dibandingkan definisi yang ada dalam UU sebelumnya tentang
perbankan.
Dalam definisi terbaru, pembiayaan dapat berupa transaksi
bagi hasil, transaksi sewa menyewa, transaksi jual beli, transaksi
pinjam meminjam dan transaksi sewa menyewa jasa (multijasa).
Asas, Tujuan, dan Fungsi Perbankan Syariah
a. Pasal 2
Perbankan Syariah dalam melakukan kegiatan usahanya
berasaskan Prinsip Syariah, demokrasi ekonomi, dan prinsip
kehati-hatian.
b. Pasal 3
Perbankan Syariah bertujuan menunjang pelaksanaan
pembangunan nasional dalam rangka meningkatkan keadilan,
kebersamaan, dan pemerataan kesejahteraan rakyat.
c. Pasal 4
(1) Bank Syariah dan UUS wajib menjalankan fungsi
menghimpun dan menyalurkan dana masyarakat.
(2) Bank Syariah dan UUS dapat menjalankan fungsi sosial
dalam bentuk lembaga baitul mal, yaitu menerima dana
yang berasal dari zakat, infak, sedekah, hibah, atau dana
sosial lainnya dan menyalurkannya kepada organisasi
pengelola zakat.
(3) Bank Syariah dan UUS dapat menghimpun dana sosial
yang berasal dari wakaf uang dan menyalurkannya kepada
pengelola wakaf (nazhir) sesuai dengan kehendak pemberi
wakaf (wakif).
(4) Pelaksanaan fungsi sosial sebagaimana dimaksud pada
ayat (2) dan ayat (3) sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
c. Sejarah Berdirinya Bank Syariah di Indonesia
Menurut sejarah, awal mula kegiatan Bank Syariah
pertama kali dilakukan di Pakistan dan Malaysia pada tahun 1940-
an. Di Kairo Mesir pada tahun 1963 berdiri Islamic Rural Bank di
desa Mit Ghamr. Bank ini beroperasi di pedesaan Mesir dan masih
berskala kecil.
Sekalipun masyarakat Indonesia merupakan masyarakat
muslim terbesar di dunia, kehadiran bank yang berdasarkan
Syariah masih relatif baru, yaitu pada awal tahun 1990-an.
Prakarsa untuk mendirikan Bank Syariah di Indonesia dilakukan
oleh Majelis Ulama Indonesia (MUI) pada tanggal 18-20 Agustus
1990.
Lahirnya Bank Syariah pertama di Indonesia yang
merupakan hasil kerja tim perbankan MUI adalah dengan dBank
Syariahentuknya PT. Bank Muamalat Indonesia (BMI) yang akte
pendiriannya ditandatangani tanggal 1 November 1991. Saat ini
BMI sudah memiliki puluhan cabang yang tersebar di beberapa
kota besar seperti Jakarta, Bandung, Surabaya, Malang, Makassar
dan kota-kota lainnya.
Disamping BMI, saat ini juga telah lahir Bank Syariah milik
pemerintah seperti Bank Syariah Mandiri (BSM). Kemudian
berikutnya berdiri Bank Syariah sebagai cabang dari Bank
Konvensional yang sudah ada, seperti BNI Syariah. (lembaga
keuangan islam 2010 : 25 )
a. Produk-Produk Bank Syariah
Dalam rangka melayani masyarakat luas, terutama
masyarakat muslim, Bank Syariah menyediakan berbagai
macam produk perbankan. Produk yang ditawarkan sudah
tentu sangat islami, termasuk dalam hal memberikan
pelayanan kepada para nasabahnya. Berikut ini adalah
berbagai jenis produk Bank Syariah yang ditawarkan kepada
masyarakat luas adalah sebagai berikut:
a. Al-Wadi’ah (Titipan)
Al-Wadi’ah adalah perjanjian simpan-menyimpan
atau penitipan barang ber-harga antara pihak yang
mempunyai barang dan pihak yang dBank Syariaheri
kepercayaan (bank syariah). Tujuan perjanjian ini adalah
untuk menjaga keamanan, keselamatan, dan keutuhan
barang tersebut. Barang-barang yang telah dititipkan
sewaktu-waktu dapat diambil kembali sebagian atau
seluruhnya oleh pemilik barang tersebut.
b. Pembiayaan dengan bagi hasil
Dalam bank konvensional untuk penyaluran
dananya kita mengenal istilah kredit atau pinjaman.
Sedangkan dalam bank syariah untuk penyaluran dananya
kita kenal dengan istilah pembiayaan. Jika dalam bank
konvensional keuntungan bank diperoleh dari bunga yang
dibebankan, maka dalam bank syariah tidak ada istilah
bunga bank akan tetapi bank syariah menerapkan sistem
bagi hasil. Prinsip bagi hasil dalam bank syariah yang
diterapkan dalam pembiayaan dapat dilakukan dalam
empat akad utama yaitu:
c. Al-Musyarakah
Al-Musyarakah adalah perjanjian kesepakatan
bersama antar pemilik modal untuk menyertakan modal
sahamnya pada suatu proyek, yang biasanya berjangka
waktu panjang. Masing-masing pihak memberikan dana
dengan kesepakatan bahwa keuntungan atau resiko akan
ditanggung bersama sesuai dengan kesepakatan.
d. Al-Mudharabah
Al-Mudharabah adalah akad kerja sama antara dua
pihak, di mana pihak pertama menyediakan seluruh modal
dan pihak lain menjadi pengelola. Keuntungan dibagi
menurut kesepakatan yang dituangkan dalam kontrak.
Apabila rugi maka akan ditanggung pemilik modal selama
kerugian itu bukan akibat dari kelalaian pengelola. Apabila
kerugian diakibatkan kelalaian pengelola, maka si
pengelolalah yang harus bertanggung jawab atas
kerugian tersebut
e. Al-Muzara’ah
Al-Muzara’ah adalah kerjasama pengolahan pertanian
antara pemilik lahan dengan penggarap. Pemilik lahan
menyediakan lahan kepada penggarap untuk ditanami
produk pertanian dengan imbalan bagian tertentu dari hasil
panen. Dalam dunia perbankan kasus ini diaplikasikan
untuk pembiayaan bidang plantation atas dasar bagi hasil
dari panennya.
f. Al-Musaqah
Al-Musaqah merupakan bagian dari Al-muzara’ah
yaitu penggarap hanya bertanggung jawab atas
penyiraman dan pemeliharaan dengan menggunakan
dana dan peralatan mereka sendiri. Imbalan tetap
diperoleh dari persentase hasil panennya.
g. Bai’al-Murabahah
Bai’al-Murabahah adalah menjual suatu barang
dengan harga pokok ditambah keuntungan yang disetujui
bersama untuk dibayar pada waktu yang ditentukan atau
dibayar secara cicilan. Dengan cara ini pembeli dapat
mengetahui harga sebenarnya dari barang yang dibeli dan
dikehendaki penjual. Perjanjian murabahah bermanfaat
bagi orang yang membutuhkan suatu barang, tetapi belum
mempunyai uang.
h. Bai’as-Salam
Bai’as-Salam artinya pembelian barang yang
diserahkan kemudian hari, tetapi pembayarannya
dilakukan di muka. Prinsip yang harus dianut adalah harus
diketahui terlebih dulu jenis, kualitas dan jumlah barang
dan hukum awal pembayaran harus dalam bentuk uang.
i. Bai’al-Istishna’
Bai’al-Istishna’ adalah kontrak penjualan antara
pembeli dengan produsen (pembuat barang). Kedua belah
pihak harus saling menyetujui atau sepakat lebih dulu
tentang harga dan sistem pembayaran. Kesepakatan
harga dapat dilakukan dengan tawar-menawar dan sistem
pembayaran dapat dilakukan di muka atau diangsur.
j. Al-Ijarah
Al-Ijarah adalah akad pemindahan hak guna atas
barang atau jasa, melalui pembayaran upah sewa, tanpa
diikuti pemindahan kepemilikan atas barang tersebut..
Dalam praktiknya kegiatan ini dilakukan oleh perusahaan
leasing, baik untuk kegiatan operating lease maupun
financial lease.
k. Al-Wakalah (Amanat)
Al-Wakalah artinya penyerahan atau pemberian
suatu mandat dari satu pihak kepada pihak lain. Mandat ini
harus dilakukan sesuai dengan apa yang telah disepakati
oleh si pemberi mandat.
l. Al-Kafalah (Garansi)
Al-Kafalah merupakan jaminan yang
diberikanpenanggung kepada pihak ketiga untuk
memenuhi kewajiban pihak kedua atau yang ditanggung.
Dapat pula diartikan sebagai pengalihan tanggung jawab
dari satu pihak kepada pihak lain.
m. Al-Hawalah
Al-Hawalah merupakan pengalihan utang dari orang
yang berutang kepada orang lain yang
wajibmenanggungnya. Atau dengan kata lain pemindahan
beban utang dari satu pihak kepada lain pihak.
n. Ar-Rahn
Ar-Rahn merupakan kegiatan menahan salah satu
harta milik si peminjam sebagai jaminan atas pinjaman
yang diterimanya. Kegiatan seperti ini dilakukan seperti
jaminan utang atau gadai.
Menghitung Bagi Hasil Bank Syariah (www.bi.go.id)
Berbagi hasil dalam bank syariah menggunakan istilah
nisbah bagi hasil, yaitu proporsi bagi hasil antara nasabah dan
bank syariah. Misalnya, jika customer service bank syariah
menawarkan nisbah bagi hasil Tabungan Bank Syariah sebesar
65:35. Itu artinya nasabah bank syariah akan memperoleh bagi
hasil sebesar 65% dari return investasi yang dihasilkan oleh
bank syariah melalui pengelolaan dana-dana masyarakat di
sektor riil. Sementara itu bank syariah akan mendapatkan porsi
bagi hasil sebesar 35%. Bagaimana menghitung nisbah bagi
hasil tersebut?
Untuk produk pendanaan/simpanan bank syariah,
misalnya Tabungan Bank Syariah dan Deposito Bank Syariah,
penentuan nisbah bagi hasil dipengaruhi oleh beberapa faktor,
yaitu: jenis produk simpanan, perkiraan pendapatan
investasi dan biaya operasional bank. Hanya produk
simpanan Bank Syariah dengan skema investasi (mudharabah)
yang mendapatkan return bagi hasil. Sementara itu untuk produk
simpanan Bank Syariah dengan skema titipan (wadiah), return
yang diberikanberupa bonus.
Pertama-tama dihitung besarnya tingkat pendapatan
investasi yang dapat dibagikankepada nasabah. Ekspektasi
pendapatan investasi ini dihitung oleh bank syariah dengan
melihat performa kegiatan ekonomi di sektor-sektor yang
menjadi tujuan investasi, misalnya di sektor properti,
perdagangan, pertanian, telekomunikasi atau sektor transportasi.
Setiap sektor ekonomi memiliki karakteristik dan performa yang
berbeda-beda, sehingga akan memberikan return investasi yang
berbeda-beda juga. Sebagaimana layaknya seorang investment
manager, bank syariah akan menggunakan berbagai indikator
ekonomi dan keuangan yang dapat mencerminkan kinerja dari
sektoral tersebut untuk menghitung ekspektasi /proyeksi return
investasi. Termasuk juga indikator historis (track record) dari
aktivitas investasi bank syariah yang telah dilakukan, yang
tercermin dari nilai rata-rata dari seluruh jenis pembiayaan Bank
Syariah yang selama ini telah diberikanke sektor riil. Dari hasil
perhitungan tersebut, maka dapat diperoleh besarnya
pendapatan investasi dalam bentuk equivalent rate- yang akan
dibagikankepada nasabah misalnya sebesar 11%.
Selanjutnya dihitung besarnya pendapatan investasi yang
merupakan bagian untuk bank syariah sendiri, guna menutup
biaya-biaya operasional sekaligus memberikan pendapatan yang
wajar. Besarnya biaya operasional tergantung dari tingkat
efisiensi bank masing-masing. Sementara itu, besarnya
pendapatan yang wajar antara lain mengacu kepada indikator-
indikator keuangan bank syariah yang bersangkutan seperti
ROA (Return On Asets) dan indikator lain yang relevan. Dari
perhitungan, diperoleh bahwa bank syariah memerlukan
pendapatan investasi -yang juga dihitung dalam equivalent rate-
misalnya sebesar 6 %.
Dari kedua angka tersebut, maka kemudian nisbah bagi
hasil dapat dihitung. Porsi bagi hasil untuk nasabah adalah
sebesar: [11% dibagi (11%+6%)] = 0.65 atau sebesar 65%. Dan
bagi hasil untuk bank syariah sebesar: [6% dibagi (11%+6%)] =
0.35 atau sebesar 35%. Maka nisbah bagi hasilnya kemudian
dapat dituliskan sebagai 65:35.
Tentu saja dalam prakteknya nasabah Bank Syariah tidak
perlu terlalu pusing dengan perhitungan njlimet bagi hasil
semacam ini. Masyarakat hanya tinggal menanyakan berapa
rate indikatif dari Tabungan Bank Syariah atau Deposito Bank
Syariah yang diminatinya. Rate indikatif ini adalah nilai
equivalent rate dari pendapatan investasi yang akan
dibagikankepada nasabah, yang dinyatakan dalam persentase
misalnya 11% atau 8% atau 12%. Jadi masyarakat dengan
cepat dan mudah dapat menghitung berapa besar keuntungan
yang akan diperolehnya dalam menabung sekaligus berinvestasi
di bank syariah.
Sintesis
Dari definisi ataupun pengrtian yang telah disebutkan
diatas maka peneliti dapat menyintesiskan bahwa perbankan
syariah merupakan bank yang mengoperasikan semua operasi
kerjanya sesuai syariah islam.
2. Hakikat Suku Bunga
Menurut Karl dan Fair (2001:635) berpendapat suku bunga
adalah pembayaran bunga tahunan dari suatu pinjaman dalam
bentubentuk persentase dari pinjaman yang diperoleh dari jumlah
bunga yang diterima tiap tahun dibagi dengan jumlah pinjaman
Menurut Sunaryah (2004:80) suku bunga adalah harga dari
pinjaman. Suku bunga dinyatakan sebagai persentase uang pokok per
unit waktu. Bunga merupakan suatu ukuran harga sumber dayayang
digunakan oleh debitur yang harus dibayarkankepada kreditur.
Menurut Lipsey, Ragant dan Courant (1997:471) suku bunga
adalah harga yang dibayarkan untuk satuan mata uang yang dipinjam
dari periode waktu tertentu.
Menurut Nopirin (1992:176) fungsi tingkat bunga dalam
perekonomian yaitu alokasi factor produksi untuk menghasilkan
barang dan jasa yang dipakai sekarang dan dikemudian hari.
Lipsey, Ragan dan Courant (1997:99–100) membedakan suku
bunga menjadi dua bagianyaitu suku bunga nominal dan suku bunga
riil. Dimana suku bunga nominal adalah rasio antara jumlah uang yang
dibayarkan kembali dengan jumlah uang yang dipinjam. Sedangkan
suku bunga riil lebih menekankan pada rasio daya beli uang yang
dibayarkan kembali. Dengan arti lain suku bunga riil adalah selisih
antara suku bunga nominal dengan laju inflasi.
Manajemen BANK syariah (2002:40) secara leksikal bunga
sebagai terjemahan dari kata interest. Secara istilah sebagaimana
dalam suatu kamus dinyatakan bahwa interest is a charge for a
financial loan, usually a percentage of the amount loaned. Bunga
adalah tanggungan pada pinjaman uang, yanmg biasanya dinyatakan
dengan persentase dari uang yang dipinjamkan.
Dalam kegiatan perbankan sehari-hari ada 2 macam bunga
yang diberikan kepada nasabahnya yaitu:
a. Bunga Simpanan
Bunga yang diberikan sebagai rangsangan atau balas
jasa bagi nasabah yang menyimpan uangnya di Bank.
Bunga simpanan merupakan harga yang harus dibayar
Bank kepada nasabahnya. Sebagai contoh jasa giro, bunga
tabungan dan bunga deposito.
b. Bunga Pinjaman
Adalah bunga yang diberikan kepada para peminjam
atau harga yang harus dibayaroleh nasabah peminjam
kepada Bank. Sebagai contoh bunga kredit.
Sebelum jauh membahas tentang bunga dalam investasi
maka perlu dikaji telebih dahulu apakah bunga tersebut
termasuk riba atau tidak, karena ini akan sangat
mempengaruhi pemaparan tulisan ini, maka akan diulas
sebagai berikut :
Al-qur’an, dengan jelas mengulas tentang riba sebagai
berikut ( www.indonetasia.com ) :
“Orang-orang yang makan (mengambil) riba tidak dapat
berdiri melainkan seperti berdirinya orang yang kemasukan
syaitan lantaran (tekanan) penyakit gila.(Qs: 2:275)
Keadaan mereka yang demikian itu, adalah disebabkan
mereka berkata (berpendapat), sesungguhnya jual beli itu
sama dengan riba, padahal Allah telah menghalalkan jual
beli dan mengharamkan riba. Orang-orang yang telah
sampai kepadanya larangan dari Tuhannya, lalu terus
berhenti (dari mengambil riba), maka baginya apa yang
telah diambilnya dahulu (sebelum datang larangan); dan
urusannya (terserah) kepada Allah. Orang yang kembali
(mengambil riba), maka orang itu adalah penghuni-penghuni
neraka; mereka kekal di dalamnya”.
Riba berasal dari kata Rabiyah dan Rabwah yang artinya
Bukit atau tanah tinggi. Riba secara teknis berarti
mengambil tambahan dari modal pokok tanpa ada imbalan
penganti yang dapat dibenarkan oleh Syariah Islam. Dengan
demikian maka jelas bahwa islam melarang riba dengan
berbagai konsekuensinya. Namun yang menjadi pertanyaan
selanjutnya adalah apakah bunga sama dengan riba? Untuk
memberikan jawaban atas pertanyaan tersebut perlu dikaji
apa sebenarnya riba. Kata riba = ziyadah yang berarti
bertumbuh, menambah atau berlebih. Adapun pengertian
tambah dalam konteks riba adalah tambahan uang atas
modal yang diperoleh dengan cara yag tidak dibenarkan
syara’. Riba sering diterjemahkan orang dalam bahasa
inggris sebagai usury yang artinya the act of lending money
at an exorbitant or illegal rate of interest. Sementara ulama
fikih mendefinisikan ribadengan kelebihan harta dalam suatu
muamalah dengan tidak ada imbalan atau gantinya. Maksud
dari pernyataan ini adalah tambahan terhadap modal uang
yang timbul akibat transaksi utang piutang yang harus
diberikanterutang kepada pemilik uang pada saat utang
jatuh tempo.
Apabila kita dasarkan pada pengertian riba yang tercantum
dalam surat ar – Rum ayat 39,” riba adalah nilai atau harga
yang ditambahkan kepada harta atau uang yang
dipinjamkan kepada orang lain. Ayat ini hanya sebagai
ancang Allah SWT dalam menerapkan hukum larangan riba
pada ayat yang diturunkan selanjutnya. Seperti Al –
Baqarah 277 dan 278. sementara pada ayat 275 surat Al –
Baqarah yang didalamnya mengandung tiga penjelasan
yaitu : pertama, jual beli atau bay itu tidak sama dengan
riba. Kedua perdagangan itu diperbolehkan sementara riba
itu diharamkan. Dan yang ketiga menegaskan bahwa
mereka yang telah mendengar ayat larangan ribaharus
segera menghentikan ribatenpa harus mengembalikan
ribayang sudah tertarik.
Hadist – hadist Rasulullah SAW yang menyatakan bahwa
riba itu haram dintaranya:
1) Al hakim meriwayatkan dari Ibnu masud bahwa nabi
Muhammaad SAW bersabda. “riba itu mempunyai 73
tingkatan yang paling rendah ( dosanya ) sama
dengan seseorang melakukan zina dengan Ibunya”
2) Diriwayatkan oleh abu hurairah bahwa Rasulullah
SAW bersabda “tuhan sesungguhnya berlaku adil
karena tidak membenarkan empat golongan
memasuki syurga atau tidak mendapat petunjuk
yakni: peminum arak, pemakan riba pemakan harta
anak yatim, dan mereka yang menelantarkan
Ibu/bapak mereka.
3) dari Ibnu abbas, dari Nabi SAW, beliau bersabda “
jika telah muncul wabah zina dan riba disuatu negeri,
maka berarti mereka telah siap menanti kedatangan
azab Allah SWT.”
Agama lain memandang riba
1) Perjanjian lama kitab keluaran ayat 25 pasal 22, “
bila kamu menghutangi seseorang diantara warga
bangsamu uang maka janganlah kamu berlaku
laksana seoirang pemberi hutang, jangan kamu
meminta keuntungan kepadanya untuk pemilik
uang.
2) Kitab ulangan ayat 19 pasal 23, “ janganlah kamu
membungakan kepada saudaramu, baik uang
maupun bahan makanan atau apapun yang dapat
dibungakan
3) Kitab levicitus ( imamat )pasal 35 ayat 7. “
janganlah engkau mengambil bunga uang atau
riba darinya, melainkan engkau harus takut akan
Allahmu, supaya saudaramu bisa hidup
diantaramu. Janganlah engkau memberi uangmu
kepada mereka dengan meminta bunga, juga
makananmu janganlah kamu berikan dengan
meminta riba.
Terkait BI Rate Sebagai Suku Bunga Acuan Maka Dapat
dijelaskan Sebagai Berikut (www.bi.go.id)
Pengertian Suku Bunga Bank Indonesia
1) Definisi
Menurut Bank Indonesia BI Rate adalah suku bunga
kebijakan yang mencerminkan sikap atau stance kebijakan
moneter yang ditetapkan oleh bank Indonesia dan diumumkan
kepada publik.
2) Fungsi
BI Rate diumumkan oleh Dewan Gubernur Bank Indonesia
setiap Rapat Dewan Gubernur ( RDG ) bulanan dan
diimplementasikan pada operasi moneter yang dilakukan Bank
Indonesia melalui pengelolaan likuiditas (liquidity management) di
pasar uang untuk mencapai sasaran operasional kebijakan
moneter.
Sasaran operasional kebijakan moneter dicerminkan pada
perkembangan suku bunga Pasar Uang Antar Bank Overnight
(PUAB O/N). Pergerakan di suku bunga PUAB ini diharapkan akan
diikuti oleh perkembangan di suku bunga deposito, dan pada
gilirannya suku bunga kredit perbankan.
Dengan mempertimbangkan pula faktor-faktor lain dalam
perekonomian, Bank Indonesia pada umumnya akan menaikkan
BI Rate apabila inflasi ke depan diperkirakan melampaui sasaran
yang telah ditetapkan, sebaliknya Bank Indonesia akan
menurunkan BI Rate apabila inflasi ke depan diperkirakan berada
di bawah sasaran yang telah ditetapkan.
3) Penetapan BI Rate
1. Jadwal Penetapan dan Penentuan
1.1. Penetapan respons (stance) kebijakan moneter dilakukan
setiap bulan melalui mekanisme RDG Bulanan dengan
cakupan materi bulanan.
1.2. Respon kebijakan moneter (BI Rate) ditetapkan berlaku
sampai dengan RDG berikutnya
1.3. Penetapan respon kebijakan moneter (BI Rate) dilakukan
dengan memperhatikan efek tunda kebijakan moneter (lag
of monetary policy) dalam memengaruhi inflasi.
1.4. Dalam hal terjadi perkembangan di luar prakiraan semula,
penetapan stance Kebijakan Moneter dapat dilakukan
sebelum RDG Bulanan melalui RDG Mingguan.
4) Besar Perubahan BI Rate
Respon kebijakan moneter dinyatakan dalam perubahan BI
Rate (secara konsisten dan bertahap dalam kelipatan 25 basis poin
(bps). Dalam kondisi untuk menunjukkan intensi Bank Indonesia
yang lebih besar terhadap pencapaian sasaran inflasi, maka
perubahan BI Rate dapat dilakukan lebih dari 25 bps dalam
kelipatan 25 bps.
5) Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Suku Bunga
Seperti dijelaskan di atas, bahwa untuk mennetukan besar
kecilnya suku bunga simpanan dan pinjaman sangat dipengaruhi
oleh keduanya, artinya baik bunga simpanan maupun pinjaman
saling mempengaruhi disamping faktor-faktor lainnya.
Faktor-faktor utama yang mempengaruhi besar kecilnya
penetapan suku bunga adalah:
1. Kebutuhan dana, apabila bank kekurangan dana sementara
permohonan pinjaman meningkat, maka yang dilakukan oleh
bank agar kebutuhan dana tersebut cepat terpenuhi dengan
meningkatkan suku bunga simpanan.
2. Persaingan, dalam memperebutkan dana simpanan, maka
disamping faktor promosi, yang paling utama pihak perbankan
harus memperhatikan pesaing.
3. Kebijakan pemerintah, dalam arti baik untuk bunga simpanan
maupun bunga pinjaman kita, tidak boleh melebihi bunga yang
sudah ditetapkan oleh pemerintah.
4. Jangka waktu, semakin panjang jangka waktu pinjaman, maka
akan semakin tinggi tinggi bunganya, hal ini disebabkan
besarnya kemungkinan resiko di masa mendatang. Serta faktor-
faktor yang lain.
Sintesis
Dari definisi di atas, maka dapat disintesiskan bahwa Bunga
Bank adalah balas jasa yang diberikan oleh Bank yang berdasarkan
prinsip konvensional kepada nasabah yang membeli (yang
memperoleh pinjaman).atau menjual (yang memiliki simpanan)
produknya.
B. Kerangka Berpikir
Pengaruh Suku Bunga Bank Indonesia Terhadap Aset Perbankan
Syariah
Aset nerupakan segala sarana, prasarana dan SDM yang bernilai
ekonomi yang dimiliki oleh perusahaan yang dapat memberikan
keuntungan bagi perusahaan untuk masa sekarang atau masa depan.
Bunga Bank adalah balas jasa yang diberikan oleh Bank yang
berdasarkan prinsip konvensional kepada nasabah yang membeli (yang
memperoleh pinjaman).atau menjual (yang memiliki simpanan)
produknya.
Menurut Bank Indonesia BI Rate adalah suku bunga kebijakan yang
mencerminkan sikap atau stance kebijakan moneter yang ditetapkan oleh
bank Indonesia dan diumumkan kepada publik.
Dalam hal ini diharapkan adanya hubungan yang sangat signifikan
dan positif antara suku bunga bank Indonesia terhadap aset perbankan
syariah. Berarti adanya kontribusi positif yang diberikan oleh suku bunga
bank Indonesia terhadpa aset perbankan syariah. Dengan arti lain bahwa
setiap naiknya suku bunga bank Indonesia secara tidak langsung juga
membuat aset perbankan syariah juga ikut bertambah.
C. Hipotesis penelitian
Berdasarkan kerangka berfikir yang telah diuraikan diatas, maka
peneliti menduga bahwa adanya pengaruh yang positif dan signifikan
aoleh suku bunga bank Indonesia terhadap aset perbankan syariah.