Download - Implementasi Uu 28 Thd Penerimaan Daerah
1
H. Edi Sumantri, MSi
DAMPAK IMPLEMENTASI UU NO. 28 TAHUN 2009TERHADAP PENERIMAAN PEMERINTAH DAERAH
Oleh :
UNIVERSITAS INDONESIAFAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIKDEPARTEMEN ADMINISTRASI
2
Anggaran : APBD(Pendapatan Daerah)
Sumber Pendanaan Penyelenggaraan Pemerintahan dan Pembangunan Masyarakat di Daerah
Kemandirian
PENDAHULUAN : background
Sumber Penerimaan Daerah dari PAD didominasi oleh Penerimaan Pajak Daerah
3
PENDAHULUAN : background
Kecenderungan yang Kuat Bagi PEMDA untuk Meningkatkan Pendapatan Daerah Masing-masing,
Khususnya Melalui PAD
Kontribusi Pendapatan Asli Daerah (PAD) untuk Daerah Provinsi Secara Rata-rata Mencapai > 50% dari APBD
Kontribusi Pajak Daerah Terhadap PAD pada Umumnya Relatif Besar Secara Rata-rata Mencapai > 70%
Pendapatan Daerah (Pajak Daerah) di Seluruh Provinsi di Indonesia Masih Perlu Dioptimalkan Lagi
4
PENDAPATAN DAERAH
PENDAHULUAN : background
Penyelenggaraan Pemerintahan (Daerah : OTDA) KK
EEBBUUTTUUHHAANN
Pelayanan pd Masyarakat (Publik)
Pembangunan secara Berkesinambungan (Sustainability)
5
Anggaran : APBD(Pendapatan Daerah)
Sumber Pendanaan Penyelenggaraan Sumber Pendanaan Penyelenggaraan Pemerintahan & Pembangunan Masyarakat DaerahPemerintahan & Pembangunan Masyarakat Daerah
Kemandirian(UU 32 & 33 2004)
Salah Satu Instrumen dalam Salah Satu Instrumen dalam menghadapi Tantangan tersebutmenghadapi Tantangan tersebut
Rp
PENDAHULUAN : background
UU 28 th. 2009
6
GAMBARAN KOMPOSISI REALISASI PAD TERHADAP APBD PROVINSI DKI JAKARTA
56,38%
42,81%
0,81%
54,52%
45,48%
0%
43,51%
4,10%
52,38%
54,39%
45,28%
0,38%
57,32%
42,66%
0,02%2005 2006 2007
20092008PAD Dana Perimbangan Lain-Lain Pendapatan
7
73,62%
3,82%
1,64%
20,92%
83,70%
3,78%
1,56%
10,96%
GAMBARAN KOMPOSISI REALISASI PAJAK DAERAH TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH PROVINSI DKI JAKARTA
85,73%
5,52%
1,36%
7,39%
2005 2006 2007
20092008Pajak Daerah Retribusi Daerah Hasil Usaha Daerah
82,92%
5,75%
1,69%
9,64%
82,49%
7,75%
1,65%
8,11%
Lain-lain PAD
8
PERAN PENDAPATAN DAERAH
MEWUJUDKAN
PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN
(DAERAH)
PEMBANGUNAN BERKESINAMBUNG
AN (SUSTAINABILITY)
ERA GLOBALISASI & OTONOMI DAERAH
SUMBER PENERIMAAN
DAERAH (PAJAK DAERAH)
OPTIMALISASI TAX SYSTEM
UU NO. 28/2009 LOCAL TAXING
EMPOWERMENTPENGELOLAAN
BIROKRASI YANG LEBIH EFISIEN, EFEKTIF DAN BERORIENTASI PADA
PENINGKATAN PELAYANAN PUBLIK PADA SEMUA ASPEK
DAN LEVEL PEMERINTAHAN DAERAH
PENINGKATAN PENERIMAAN
DAERAH
KEMANDIRIAN DAERAH
Meningkatkan Tax
Complience
Mendorong Pertumbuhan Ekonomi
Menciptakan Iklim
Investasi yang
Kondusif
Government
Society Private
99
GOOD GOVERNANCE
Governance = Kepemerintahan.
Good = baik, Sehat, tidak sakit
Good Governance berarti pemerintahan yang baik adalah
pemerintahan yang sehat.
Pemerintahan yang sehatlah yang mampu
mengemban
visi, misi, tugas dan fungsi yang diamanatkan rakyat.
Istilah Good Governance mengandung 2 makna :
1. Nilai-nilai yang menjunjung tinggi keinginan atau
kehendak rakyat.
2. Aspek-aspek fungsional dari pemerintahan yang efektif
dan efisien dalam pelaksanaan tugasnya untuk mencapai
tujuan.
1010
GOOD GOVERNANCE
1. PENINGKATAN TATAKELOLA PEMERINTAHAN YANG
TRANSPARAN DAN AKUNTABEL.
2. PENGELOLAAN BIROKRASI YANG LEBIH EFISIEN,
EFEKTIF DAN BERORIENTASI PADA PENINGKATAN
PELAYANAN PUBLIK PADA SEMUA ASPEK DAN
LEVEL PEMERINTAHAN DAERAH.
3. PENINGKATAN KOMPETENSI SDM APARATUR.
4. PENINGKATAN KUALITAS LAYANAN PUBLIK.
5. DESENTRALISASI KEWENANGAN PADA TINGKATAN
PEMERINTAHAN YANG MENJADI UJUNG TOMBAK
LAYANAN PEMERINTAHAN MELALUI PENINGKATAN
KAPASITAS KELURAHAN DAN KECAMATAN.
11
TAX POLICY TAX LAWTAX
ADMINISTRASTION
UU 28 TAHUN 2009
- Sistim Pemungutan
- Local Taxing
Empowerment
- Sistim Pengawasan
- Penyempurnaan
Sistim Pengelolaan
(Earmarking)
- Perampingan Organisasi - Profesionalesme dan
Kompetensi Aparatur- Manajemen Basis Data
dan Informasi Pajak Daerah
- On-line System Pajak Daerah
- Konsepsi & Fenomena Globalisasi, Otonomi Daerah & Good
Governance
KEMANDIRIAN DAERAH
OPTIMALISASI TAX SYSTEM
1212
ADMINISTRASI PERPAJAKAN
Administrasi Perpajakan harus:1. Mendorong masyarakat untuk patuh ketentuan
perpajakan dengan membuat biaya kepatuhan (compliance cost) dan biaya pelayanan semurah mungkin.
2. Mendorong masyarakat untuk trust kepada Pemerintah Daerah yang dikembalikan
kedalam bentuk belanja pelayanan publik.
3. Melaksanakan sosialisasi, edukasi dan advokasi untuk mendorong kesadaran dan kemauan masyarakat untuk mematuhi ketentuan perpajakan daerah dan retribusi daerah
1313
EFISIENSI PERPAJAKANB. Efisiensi Perpajakan
1. Kebijakan Pajak Daerah dan Retribusi Daerah tidak menimbulkan ekonomi biaya tinggi, menghambat
lalu lintas orang, barang dan jasa dan tidak memunculkan fluktuasi perekonomian yang akan merubah harga barang dan jasa di pasar dan membawa implikasi kepada
perubahan keputusan ekonomi di daerah.2. Sumber daya ekonomi diolah sedemikian rupa agar
dapat memaksimalkan output3. Hindari pajak yang tidak efisien yang akan
menimbulkan beban tambahan di masyarakat yang biasanya ditandai dengan adanya peningkatan biaya yang tidak proporsional, dengan hanya untuk mengejar peningkatan penerimaan Pajak Daerah dan Retribusi Daerah.
1414
KEBIJAKAN LEGISLATIF PAJAK DAERAH
C. Kualitas dari proses Legislatif Pajak Daerah dan Retribusi Daerah:
1. Kecukupan Informasi bagi masyarakat dan pengambilan keputusan.
Permasalahan sering muncul akibat kurangnya informasi mulai dari perumusan kebijakan Perpajakan Daerah dan Retribusi Daerah, kualitas proses dan tataran operasional.
2. Preferensi Pengukuran Harus ada pertimbangan terhadap rasa keadilan yang
berlaku dimasyarakat dengan tetap memperhatikan the ability to pay and the willingness to pay.
3. Preferensi ArtikulasiBahwa harus ada equal treatment bagi wajib pajak dan
retribusi daerah untuk melaksanakan hak dan kewajibannya serta memperoleh pelayanan yang memadai dari aktivitas pemerintahan daerah.
15
UNDANG-UNDANG NOMOR 28 TAHUN 2009
LOCAL TAXING EMPOWERMENTPERLUASAN OBJEK
PAJAK DAN RETRIBUSI DAERAH
PENAMBAHAN JENIS PAJAK DAN RETRIBUSI
DAERAH
MENAIKAN TARIF MAKSIMUM
KEWENANGAN PENETAPAN TARIF
- PKB & BBN-KB
Termasuk Kendaraan
Pemerintah Pusat
dan Daerah
- Pajak Restoran
Termasuk Jasa Boga
- Pajak Hiburan
Termasuk Golf dan
Bowling
- Pajak Hotel
Meliputi Seluruh
Pelayanan
Persewaan di Hotel
Provinsi :Pajak RokokKabupaten/Kota :- Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan- Pajak Air Tanah- Pajak Sarang Burung Walet- PBB Perdesaan dan
Perkotaan- BPHTBRetribusi :- Retribusi Pelayanan Tera Ulang- Retribusi Pelayanan Pendidikan- Retribusi Pengendalian Menara
Telekomunikasi
- PKB Progresif 1 s.d 10%
(Pengendalian Jumlah KBm)- BBN-KB Penyerahan Pertama sebesar 20%- BBN-KB Alat Berat
Penyerahan Pertama sebesar 0.75%, Penyerahan Kedua dan Seterusnya 0.075%- PBB-KB 10% (Untuk
Tarif KBm Umum dapat Ditetapkan 50% Lebih Rendah- Pajak Hiburan 70%- Pajak Parkir 30%
Pajak Provinsi :
- Ditetapkan dengan
Perda (Tidak Boleh
Melampaui UU)
Pajak Kabupaten/
Kota :
- Ditetapkan dengan
Perda (Tidak Boleh
Melampaui UU)
Retribusi Daerah :
- Ditetapkan dengan
Perda “Dapat
Ditinjau Kembali
Paling Lama 3
Tahun sekali”
16
JENIS PAJAKPenerimaan
Porsi Peruntukan1. PKB Minimal
10%Pembangunan dan/atau peme-liharaan jalan serta peningkatan moda dan sarana transportasi umum.
2. Pajak Rokok Minimal 50%
Pelayanan kesehatan masyara-kat dan penegakan hukum.
3. Pajak Penerangan Jalan
Sebagian
Penyediaan penerangan jalan.
UNDANG-UNDANG NOMOR 28 TAHUN 2009
EARMARKING
17
1. Pemerintah Daerah dapat lebih menyesuaikan kebijakan
perpajakan dengan kondisi Daerah masing-masing.
2. Competitiveness antar Daerah akan timbul untuk lebih
menciptakan iklim investasi yang lebih baik di Daerah
masing-masing.
3. Kemitraan untuk memikul tanggung jawab
pembangunan akan semakin nyata karena didukung
oleh kejelasan, kepastian dan kesederhanaan berbagai
regulasi yang ada.
4. Pertumbuhan ekonomi Daerah akan lebih cepat karena
didorong dengan sumber pendanaan yang mencukupi
dalam memenuhi kebutuhan pembangunan sarana dan
prasarana perekonomian.
UNDANG-UNDANG NOMOR 28 TAHUN 2009
PENGARUH
18
DAMPAK IMPLEMENTASI
DAMPAK LANGSUNG TERHADAP PEMUNGUTAN PAJAK1. PKB
- Tarif Progressif, Administrasi, pengendalian pertumbuhan jumlah KBm.- Progresif PKB hanya dapat dilaksanakan jika daerah yang secara geografis
letaknya berdekatan memiliki kebijakan yang sama.
2. BBN-KBKenaikan tarif BBN penyerahan pertama diikuti dengan penurunan transaksi jual beli
KBM terutama untuk KBm kelompok harga menengah kebawah.
3. PBB dan BPHTB. - Perlu sosialisasi kepada masyarakat serta konsultasi dan edukasi dari Pemerintah
Pusat. - Kualitas dan kuantitas SDM yang memadai. - Pemanfaatan Tekhnologi Informasi secara maksimal.
4. PBB-KBAdministrasi pelaksanaan pemungutan KBm umum karena kebijakan tarif 50 % lebih
rendah.
5. Pajak Hiburan.- Perlu pertimbangan berbagai kaidah perpajakan dalam penetapan tarif per jenis
objek hiburan.- Resistensi dari pengusaha hiburan,- Tax Avoidance, Tax Evasion.
6. Pajak Parkir.Peningkatan penerimaan cukup signifikan, tetapi harus diimbangi dengan berbagai
kebijakan lainnya.
19
DAMPAK IMPLEMENTASI (lanjutan)
DAMPAK LANGSUNG TERHADAP PEMUNGUTAN PAJAK
7. PAJAK ROKOK.
- Penerimaan baru dirasakan Januari 2014, pemungutan bersamaan dengan cukai rokok. - Jumlah yang diterima daerah proporsional dengan jumlah penduduk
8. PAJAK SARANG BURUNG WALET.
Administrasi pelaksanaan pemungutan Pajak sarang Burung Walet terkait penetapan DPP dan kegiatan pemeriksaan.
20
DAMPAK IMPLEMENTASI (lanjutan)
DAMPAK LANGSUNG TERHADAP PEMUNGUTAN PAJAK
9. PBB & BPHTB. Penyerahan PBB & BPHTB ke daerah membawa konsekwensi kesiapan daerah dalam pelaksanaan kegiatan pemungutannya.
Hal-hal sangat perlu dan mendesak : - Penyusunan peraturan perundangan PBB & BPHTB terkait dengan Ketentuan
Formal dan Ketentuan Material. ( perlukah Lex Specialist ). - Penyusunan dan Perumusan dasar hukum tentang prosedure pemungutan PBB & BPHTB.- Penyusunan dan perumusan dasar hukum lainnya terkait dengan pelaksanaan pendaerahan
PBB & BPHTB seperti, penunjukan tempat-tempat pembayaran dan lainnya.- Pembentukan Organisasi dan Tata Kerja Unit Pelaksana pemungutan PBB & BPHTB.- Menyusun dan Menganalisa jumlah SDM yang dibutuhkan termasuk penyusunan Job
deskripsion dan Job analisys.- Melakukan pelatihan SDM dan sosialisasi kepada SDM maupun masyarakat. - Menyusun dan merumuskan jumlah kebutuhan prasarana & sarana yang diperlukan.- Menyusun dan merumuskan kebutuhan hardware dan software yang diperlukan dlm
membangun sistem aplikasi pemungutan PBB dan BPHTB.- Merumuskan dan menyiapkan sistem aplikasi pemungutan PBB & BPHTB untuk memudah
kan migrasi data. - Menyiapkan sistem jaringan utk memudahkan migrasi data Objek & Subjek PBB & BPHTB.- Melakukan koordinasi dengan Dirjen Pajak Kementerian keuangan RI dalam menyiapkan
sistem aplikasi dan migrasi data objek subjek PBB & BPHTB.
2121
1. Sarana dan Prasarana, Termasuk Teknologi
yang Memadai.
2. Konsultasi, Advokasi dan Supervisi
3. Kualitas dan Kuantitas SDM yang Memadai
dan dapat Diandalkan.
4. Motivasi serta Komitmen Semua Pihak.
5. Penataan Administrasi Kependudukan /
PARK
6. Lain-lain Penganggaran PKB/BBNKB
ASPEK KESIAPAN LAINNYA
2222
1. Meningkatkan Penerimaan Pajak Daerah dan Retribusi Daerah.
2. Menjamin Ketersediaan Anggaran untuk :a. Pembangunan dan/atau Pemeliharaan Jalan serta Peningkatan Modal dan Sarana Transportasi Umum.b. Meningkatkan Pelayanan Kesehatan Masyarakat dan Penegakan Hukum dalam Rangka Pengawasan Peredaran Rokok Illegal.
3. Meningkatkan Kepastian Hukum.
4. Meningkatkan Pelayanan Publik, Masyarakat tidak Dipungut Secara Berlebihan.
5. Menciptakan Iklim Investasi yang Kondusif (Business Friendly).
6. Meningkatkan Pertumbuhan Ekonomi Positif.
7. Meningkatkan Kepatuhan Wajib Pajak (Tax Complience)
8. Menurunnya Tax Avoidance/Evasion.
9. Menekan/Mengendalikan Laju Pertumbuhan Jumlah KBm dengan Tetap Meningkatkan Penerimaan Daerah (Progresif PKB)
HARAPAN DAN IMPLIKASI
2323
Dengan diimplementasikannya kebijakan UU NO.28 TAHUN 2009 di Daerah yg diikuti dg perubahan lingkungan strategis yang sangat pesat, paling tidak terdapat 6 tantangan yaitu :
1. Kesiapan Administrasi Perpajakan dalam melaksanakan Kebijakan Perpajakan dan Undang-undang Perpajakan.
2. Upaya menciptakan tingkat kepercayaan masyarakat yang tinggi kepada petugas pajak dan Pemerintah Daerah.
3. Upaya mendorong partisipasi aktif masyarakat, pengusaha (swasta) dalam kewajiban pembayaran pajak dan pengawasan penggunaannya.
4. Upaya meningkatkan layanan publik serta sistem penganggaran Publik Oriented.
5. Upaya mendorong iklim investasi yang kondusif dan pertumbuhan ekonomi positif.
6. Upaya membangun Kerjasama antar Unit Kerja, Instansi & Daerah yang sinergis dan saling menguntungkan berdasarkan potensi yg dimiliki.
PENUTUP
KESIMPULAN
24
Langkah Kebijakan yang perlu ditempuh oleh Pemerintah Provinsi dan Kabupaten/Kota dalam implementasi UU No. 28 tahun 2009 :
1. Menyesuaikan seluruh landasan hukum, sarana dan prasarana serta sistem pemungutan dengan Undang-undang No. 28 tahun 2009.
2. Penataan Organisasi dan manajemen serta SDM sesuai dengan kebutuhan Undang-undang,
3. Mengkondisikan masyarakat Wajib Pajak sesuai dengan berbagai perubahan yang ada dalam undang-undang.
4. Perwujudan pilar2 Good Governance dng mengacu pd kebijakan OTDA dan perkembangan lingkungan global
5. Memperkuat jaringan kerja dengan seluruh komponen Organisasi yang ada termasuk Stake Holder guna peningkatan efektifitas dan efisiensi pemungutan.
6. Menyiapkan rencana penerimaan dan kegiatan yang realistis dengan berorientasi pada peningkatan pelayanan yang berbasis teknologi informasi.
REKOMENDASI