IMPLEMENTASI MANAJEMEN KURIKULUM 2013 DALAM
ASPEK PERENCANAAN, PELAKSANAAN, DAN
PENGAWASAN DI SMAN 1 SUNGAYANG
SKRIPSI
Ditulis Sebagai Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana (S-1)
Pada Jurusan Manajemen Pendidikan Islam
Oleh
AGUS SEPTIAWAN
NIM.15 300 3000 03
JURUSAN MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)
BATUSANGKAR
1441 H/ 2019 M
i
ABSTRAK
AGUS SEPTIAWAN NIM 15 300 3000 03, Judul Skripsi
“IMPLEMENTASI MANAJEMEN KURIKULUM 2013 DALAM ASPEK
PERENCANAAN, PELAKSANAAN, DAN PENGAWASAN” Fakultas Tarbiyah
dan Ilmu Keguruan Jurusan Manajemen Pendidikan Islam Institut Agama Islam
Negeri (IAIN) Batusangkar 2019, jumlah halaman pada skripsi ini adalah 74
halaman.
SMAN 1 Sungayang masih memiliki beberapa masalah dalam perencanaan,
pelaksanaan, dan pengawasan yang belum sepunuhnya menerapkan model
pembelajaran berbasis kurikulum 2013 yang telah dirancang pada proses
pembelajaran. Rumusan masalah adalah 1) Bagaimana perencanaan kurikulum 2013
di SMAN 1 Sungayang. 2) Bagaimana pelaksanaan kurikulum 2013 di SMAN 1
Sungayang. 3) Bagaimana pengawasan kurikulum 2013 di SMAN 1 Sungayang.
Tujuan penelitiannya adalah untuk menjelaskan perencanaan kurikulum 2013 di
SMAN 1 Sungayang, menjelaskan pelaksanaan kurikulum 2013 di SMAN 1
Sungayang serta menjelaskan pengawasan kurikulum 2013 di SMAN 1 Sungayang.
Penelitian ini menggunakan jenis penelitian lapangan atau fiel research
dengan menggunakan metode deskritif kualitatif. Teknik pengumpulan data
penelitian ini diperoleh dari hasil wawancara dengan dua sumber data, yaitu sumber
data primer: kepala sekolah, waka kurikulum, guru, peserta didik. Lalu dengan data
skunder :dokumen-dokumen yang berkaitan langsung dengan apa yang dibutuhkan
oleh peneliti. Teknik analisis deskriptif kualitatif menggunakan model Miles and
Huberman, kemudian untuk menguji keabsahan data peneliti menggunakan teknik
triangulasi.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa impelementasi manajemen
kurikulum 2013 dalam perencanaan, adalah guru-guru yang akan menyusun
perencanaan, diikutkan loka karya terlebih dahulu untuk mendapatkan ilmu tentang
kurikulum 2013. Setelah selesai loka karya guru-guru merancang perencanaan
kurikulum 2013. Sedangkan dalam pelaksanaannya guru-guru masih belum
sepenuhnya menerapkan model pembelajaran sesuai dengan perencanaan yang telah
disahkan. Kemudian pengawasan di SMAN 1 Sungayang dalam penerapan kurikulum
2013 dilakukan secara dua tahap, yang pertama supervisi oleh kepala sekolah serta
tim kurikulum sekolah, dan yang kedua adalah supervisi dari dinas pendidikan yang
dilakukan satu kali per semester. Hasil dari supervisi berupa kritik dan saran untuk
perbaikan kurikulum 2013 SMAN 1 Sungayang untuk tahun pembelajaran
selanjutnya. perencanaan kurikulum 2013 di SMAN 1 Sungayang adalah dengan
mengikuti pelatihan kurikulum 2013 baik di tingkat Kabupaten, Provinsi Maupun
Nasional.
ii
DAFTAR LAMPIRAN
Kisi-kisi Pedoman Wawancara........................................................................................ 75
Pedoman Wawancara ..................................................................................................... 76
Transkip wawancara ....................................................................................................... 78
Catatan Lapangan ........................................................................................................... 87
Dokumentasi Wawancara Peneliti .................................................................................. 89
RPP Guru ......................................................................................................................... 92
Daftar Nama Informan .................................................................................................... 110
Surat Penelitian ............................................................................................................... 111
iii
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1. Tabel Rincian Gradasi Sikap, Pengetahuan, dan Keterampilan ....................... 37
Tabel 3.1. Tabel waktu penelitian ................................................................................... 42
iv
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
PERSETUJUAN PEMBIMBING
PENGESAHAN TIM PENGUJI
PERNYATAAN KEASLIAN
BIODATA ................................................................................................................. i
KATA PERSEMBAHAN ........................................................................................ ii
ABSTRAK ................................................................................................................ v
KATA PENGANTAR .............................................................................................. vi
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................................ viii
DAFTAR TABEL..................................................................................................... ix
DAFTAR ISI ............................................................................................................. x
BAB 1 PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah 1
B. Fokus Penelitian 6
C. Rumusan Masalah 6
D. Tujuan Penelitian 6
E. Manfaat Penelitian 7
F. Definisi Operasional 7
BAB II KAJIAN TEORI
A. Landasan Teori 9
1. Manajemen Kurikulum 9
a. Konsep Manajemen Kurikulum 9
b. Perencanaan Kurikulum 11
c. Pelaksanaan Kurikulum 14
d. Organisasi Kurikulum 15
e. Pengawasan atau Evaluasi kurikulum 17
2. Kurikulum 2013 19
v
a. Pengertian Kurikulum 2013 20
b. Tujuan Kurikulum 2013 21
c. Karakteristik dan Asumsi Kurikulum 2013 22
d. Kunci Sukses Kurikulum 2013 25
e. Perbedaan Kurikulum 2013 dan Kurikulum Sebelumnya 31
3. Implementasi Kurikulum 2013 32
a. Konsep Implementasi Kurikulum 33
b. Kemampuan Guru dalam Implementasi Kurikulum 33
c. Model Implementasi Kurikulum 34
B. Penelitian Relevan 38
BAB III METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian 42
B. Tempat danWaktu Penelitian 43
C. Instrumen Penelitian 44
D. Sumber Data 44
E. Teknik Pengumpulan Data 45
F. TeknikAnalisis Data 46
G. Teknik Pengecakan Keabsehan Data 48
BAB IV TEMUAN PENELITIAN
A. Temuan Umum 51
1. Profil Sekolah 51
2. Visi dan Misi Sekolah 52
3. Tujuan SMAN 1 Sungayang 57
B. Temuan Khusus 60
1. Perencanaan Kurikulum 2013 60
2. Pelaksanaan Kurikulum 2013 62
3. Pengawasan Kurikulum 2013 66
C. Pembahasan 67
vi
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan 72
B. Saran 73
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
1
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Rencana peralihan kurikulum dari Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan (KTSP) menjadi Kurikulum 2013 tak urung melahirkan tanda
tanya bagi sebagian guru. Hal ini terkait dengan keragamaan para guru
melihat kenyataan mereka sehari-hari yang masih jauh dari kata siap dalam
menjalankan praktik pengajaran dengan menggunakan pendekatan saintifik
dalam Kurikulum 2013.
Pengetahuan guru terhadap perubahan kurikulum masih di pemukaan.
Tanpa persiapan memadai, perubahan stuktur kurikulum potensi
menimbulkan kekacauan manajemen di sekolah. Buta konsep ini merembet
pada lemahnya perencanaan. Pada akhirnya, tataran operasional hampir
separuh guru mengaku bingung bagaimana teknis pengajaran pada kurikulum
baru. Rendahnya tingkat pengetahuan guru terhadap Kurikulum 2013 tidak
terlepas dari minimnya sosialisasi resmi dari pemerintah. Ambiguitas antara
keyakinan sekaligus kekhawatiran mewarnai opini umum dan sikap guru
terhadap implikasi perubahan kurikulum. Hal ini menjelaskan kepada Bangsa
Indonesia dan Pemerintah tentang bagaimana permasalahan dalam mengelola
sistem pendidikan terutama kurikulum.
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan
Nasional Pasal 1 butir 19, menjelaskan kurikulum adalah seperangkat rencana
dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang
digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk
mencapai tujuan pendidikan tertentu. Kurikulum di Indonesia sejak jaman
kemerdekaan sampai sekarang mengalami banyak perubahan. Kurikulum
terbaru yang digunakan di Indonesia adalah kurikulum 2013.
Kurikulum merupakan suatu hal yang sangat vital dari sistem
pendidikan karena kurikulum merupakan seperangkat sistem rencana dan
2
pengaturan mengenai isi dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan
sebagai pedoman untuk menggunakan aktivitas belajar mengajar. Kurikulum
merupakan program pendidikan yang berisikan berbagai bahan ajar dan
pengalaman belajar yang diprogramkan, direncanakan secara sistemik atas
dasar norma-norma yang berlaku dan yang dijadikan pedoman dalam proses
pembelajaran bagi tenaga kependidikan dan peserta didik untuk mencapai
tujuan pendidikan. Dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional
Tahun 1989 Bab I pasal I disebutkan bahwa: “kurikulum adalah seperangkat
rencana dan peraturan mengenai isi dan bahan pelajaran serta cara yang
digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan belajar-mengajar
(Dakir, 2004 : p, 3)
Menurut Syawal Gultom (2013: 1), pengembangan kurikulum 2006
(KTSP) menjadi kurikulum 2013 dikarenakan pada kurikulum 2006 (KTSP)
masih banyak kekurangan antara lain:
1. Konten kurikulum masih terlalu padat yang ditunjukkan dengan
banyaknya matapelajaran dan banyak materi yang keluasan dan tingkat
kesukarannya melampaui tingkat perkembangan usia anak;
2. Kurikulum belum sepenuhnya berbasis kompetensi sesuai dengan
tuntutan fungsi dan tujuan pendidikan nasional.
3. Beberapa kompetensi yang dibutuhkan sesuai dengan perkembangan
kebutuhan (misalnya pendidikan karakter, metodologi pembelajaran
aktif, keseimbangan soft skills dan hard skills, kewirausahaan) belum
menggambarkan urutan pembelajaran yang rinci sehingga membuka
peluang penafsiran yang beraneka ragam dan berujung pada
pembelajaran yang berpusat pada guru.
Kurikulum 2013 adalah sebuah kurikulum baru yang dibuat oleh
pemerintah untuk memajukan pendidikan di Indonesia. Banyak wacana pro
dan kontra dalam pelaksanaan kurikulum 2013. Dalam sebuah media ada yang
3
menyatakan pelaksanaan kurikulum 2013 dianggap premature karena
kesiapan sekolah dan guru yang masih minim. Tetapi tidak sedikit yang
mendukung kurikulum 2013 cepat terlaksana.
Keberhasilan pelaksanaan kurikulum 2013 tidak bisa dilaksanakan
oleh satu pihak saja melainkan harus didukung oleh berbagai pihak mulai dari
pemerintah, pendidik, tenaga kependidikan, penerbit buku, dan peserta didik.
Secara umum tugas dan peran kepala sekolah memiliki lima dimensi
kompetensi sebagaimana termaktub pada peraturan menteri pendidikan
Nasional No. 13 tahun 2007 tentang standar kepala sekolah/ madrasah yaitu:
kompetensi kepribadian, manajerial, kewirausahaan, supervisi, kompetensi
sosial. Standar minimal tugas dan peran seorang kepala sekolah harus
melaksanakan pengembangan sekolah, dan pengembangan sekolah ini akan
tersusun secara terstruktur di dalam dokumen kurikulum.
Pokok kegiatan utama manajemen kurikulum adalah meliputi bidang
perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan kurikulum atau evaluasi.
Manajemen perencanaan kurikulum berdasarkan asumsi bahwa telah tersedia
informasi dan data-data tentang masalah-masalah dan kebutuhan yang
mendasari disusunnya perencanaan yang tepat. Manajemen pelaksanaan
kurikulum berdasarkan asumsi bahwa pembelajaran telah direncanakan
sebelumnya dan siap diimplementasikan. Evaluasi kurikulum atau
pengawasan berdasarkan asumsi bahwa perencanaan dan pelaksanaan
kurikulum saling memberikan informasi balikan yang akurat.
Pada kata sambutan dalam pelatihan kurikulum 2013 menyebutkan
bahwa” Beberapa alasan perlunya pengembangan Kurikulum 2013 adalah: a)
perubahan proses pembelajaran (dari siswa diberi tahu menjadi siswa mencari
tahu) dan proses penilaian (dari berbasis outputmenjadi berbasis proses dan
input) memerlukan penambahan jam pelajaran; b) Kecenderungan banyak
negara menambah jam pelajaran; dan c) perbandingan dengan negara-negara
4
lain menunjukkan jam pelajaran di Indonesia dengan Negara lain relatif lebih
singkat.
Kurikulum 2013 menjadi salah satu solusi menghadapi perubahan
zaman yang mengutaman kompetensi yang disinergikan dengan nilai-nilai
karakter. Perubahan dan pengembangan kurikulum merupakan persoalan yang
sangat penting, karena kurikulum harus senantiasa disesuaikan dengan
perkembangan pendidikan. Pemerintah telah mensosialisasikan Kurikulum
2013 sebelum tahun pelajaran baru tahun 2013. Namun, dalam penerapannya
masih mengalami banyak kendala. Pemerintah belum menyamaratakan
pembinaan dan sosialiasi kepada guru mengenai Kurikulum 2013. Sosialisasi
sangat penting dilakukan sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya masing-
masing agar kurikulum baru dapat diterapkan secara optimal. Akan tetapi,
masih banyak guru yang belum memahami Kurikulum 2013 secara
komprehensif. Dengan demikian, kurikulum 2013 mendapat perhatian khusus
dan evaluasi dari pemerintahan yang baru.
Menurut Nana Sudjana, komponen kurikulum terdiri dari :tujuan
kurikulum; isi dan struktur kurikulum; strategi pelaksanaan kurikulum; dan
evaluasi hasil belajar. Tujuan kurikulum pada hakikatnya adalah tujuan dari
setiap program pendidikan yang akan diberikan kepada peserta didik.
Mengingat kurikulum adalah alat untuk mencapai tujuan pendidikan, maka
tujuan kurikulum harus dijabarkan dari tujuan pendidikan nasional adalah:
tujuan lembaga pendidikan (institusional); tujuan kurikuler, dan tujuan
instruksional. Jika sebuah kurikulum sudah tidak lagi memadai serta tidak
efektif dan efisien, artinya bahwa kurikulum tersebut sudah tidak sesuai
dengan perkembangan zaman yaitu kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi
serta perkembangan pola kehidupan masyarakat, maka kurikulum tersebut
perlu untuk disempurnakan. Dalam konteks nasional, kebijakan perubahan
kurikulum merupakan politik pendidikan yang berkaitan dengan kepentingan
berbagai pihak, bahkan dalam pelaksanaannya seringkali dipolitisir untuk
5
kepentingan kekuasaan. Sekolah sebagai pelaksana pendidikan, baik
pengawas, kepala sekolah, guru, tenaga kependidikan non guru, maupun
peserta didik sangat berkepentingan dan akan terkena imbasnya secara
langsung dari setiap perubahan kurikulum. Di samping itu, orang tua dan
masyarakat pada umumnya, dunia usaha dan dunia industry, serta para
birokrat, baik di pusat maupun di daerah akan terkena dampak dari perubahan
kurikulum tersebut, baik di pusat maupun di daerah akan terkena dampak dari
perubahan kurikulum tersebut, baik secara langsung maupun tidak langsung.
Demikian halnya dengan pengembangan dan penataan kurikulum tingkat
satuan pendidikan (KTSP 2006) menjadi kurikulum 2013 akan memberikan
dampak kepada berbagai pihak. Sebagai barang yang relative baru, kurikulum
2013 akan menghadapi berbagai masalah dan tantangan dalam
implementasinya, baik di tingkat nasional maupun dalam tatanan lokal.
Berdasarkan hasil wawancana yang penulis lakukan pada saat
observasi awal di SMAN 1 Sungayang kabupaten Tanah Datar, dalam hal ini
Perencanaan Kurikulum 2013 bersama Ibu Alfi Yanti M.Pd sudah berjalan.
tetapi, masih terdapat beberapa kekurangannya seperti: kurangnya peran guru
dalam penerapan kurikulum 2013, Pelaksanaan pembelajaran guru masih
kurang memperhatikan atau kurang teliti dalam jumlah jam pelajaran sesuai
kurikulum yang berlaku, guru kurang melaksanakan evaluasi atau pengawasan
terhadap siswa di SMAN 1 Sungayang sehingga siswa sering ribut dilokal,
sering keluar masuk kelas sehingga mengganggu proses pembelajaran, guru
masih kesulitan dalam pelaksanaan penilaian berdasarkan kurikulum 2013
dikarenakan format penilaian yang lebih rumit.
Di sini semua guru-guru dibimbing oleh kepala sekolah dalam
mengembangkan silabus Kurikulum 2013 sebelum guru mengajar, yang
meliputi rencana pembelajaran, mempersiapkan bahan ajar, sumber belajar
dan media pembelajaran. Dalam pelaksanaan Kurikulum 2013 ditemukan
pelaksanaannya yang belum optimal, kesiapan sekolah dalam
6
mengimplementasikan kurikulum 2013. Dan disini guru masih kerepotan
dalam metode pembelajaran saintifik, sedangkan guru sangat sulit menilai
sikap siswa dan keterampilan. Belum siapnya guru-guru di lapangan dalam
arti sosialisasi kurikulum 2013 dan pelatihan-pelatihan terlalu singkat,
sehingga guru merasa belum siap tahun 2014-2016. Guru-guru mata pelajaran
IPS berasal dari latar belakang salah satu disiplin ilmu, sehingga merasa
kesulitan dalam mengejarkan Ilmu Pengetahuan Sosial; keterampilan
penggunaan teknologi sebagian besar guru masih relative rendah; fasilitas
terkait dengan informasi dan teknologi yang tersedia di sekolah masih relative
terbatas. Guru masih mengalami kesulitan dalam penilaian atau evaluasi.
Berdasarkan permasalahan yang diatas maka peneliti tertarik untuk
melihat lebih mendalam terkait dengan judul “Implementasi Manajemen
Kurikulum 2013 Dalam Aspek Perencanaan, Pelaksanaan, dan Pengawasan di
SMAN 1 Sungayang”.
B. Fokus Penelitian
Adapun fokus masalah dalam peneltian ini adalah Implementasikan
Manajemen Kurikulum 2013 dalam Aspek Perencanaan, Pelaksanaan, dan
Pengasawan di SMAN 1 Sungayang.
C. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini dirumuskan sebagai
berikut:
1. Bagaimana perencanaanKurikulum 2013 di SMAN 1 Sungayang?
2. Bagaimana pelaksanaan Kurikulum 2013 di SMAN 1 Sungayang?
3. Bagaimana pengawasan Kurikulum 2013 di SMAN 1 Sungayang?
D. Tujuan Penelitian
1. Untuk menjelaskan bagaiamana perencanaan Kurikulum 2013 di
SMAN 1 Sungayang.
2. Untuk menjelaskan bagaiamana pelaksanaan Kurikulum 2013 di
SMAN 1 Sungayang.
7
3. Untuk menjelaskan bagaiamana pengawasan Kurikulum 2013 di
SMAN 1 Sungayang.
E. Manfaat Penelitian
Adapun Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah:
a. Bagi Penulis
Sebagai sarana untuk melihat perbandingan ilmu yang didapat
di bangku perkuliahan dengan keadaan yang sebenarnya, dan sebagai
salah satu syarat untuk mencapai gelar Sarjana Pendidikan pada Jurusan
Manajemen Pendidikan Islam Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan
Institut Agama Islam Negeri Batusangkar.
b. Bagi Instansi
Sebagai Bahan pertimbangan dan informasi bagi Lembaga
Pendidikan atau Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Sungayang dalam
Pelaksanaan Manajemen Kurikulum 2013 Dalam Meningkatkan Mutu
Pendidikan Di SMAN 1 Sungayang.
c. Bagi akademik
Sebagai tambahan informasi dan referensi bagi pembaca yang
akan melakukan penelitian lebih lanjut.
F. Definisi Opersional
Untuk menghindari kesalahan dalam memahami dan memudakan
pembaca menelusuri inti dari penulisan proposal skripsi ini, penulis
memberikan definisi sebagai berikut:
1. Manajemen Kurikulum adalah suatu sistem pengelolaan kurikulum yang
kooperatif, komperhensif, sistemik, dan sistematik dalam rangka
mewujudkan ketercapaian tujuan kurikulum. Manajemen kurikulum di
sekolah meliputi kegiatan perencanaan (planning), pelaksanaan (action),
dan evaluasi (evaluating) yang bertujuan agar seluruh kegiatan
pembelajaran terlaksana secara berhasil guna dan berdaya guna dalam
dunia pendidikan.
8
2. Perencanaan kurikulum menyangkut penetapan tujuan dan
memperkirakan cara pencapaian tujuan tersebut. Perencanaan merupakan
fungsi sentral dari administrasi pembelajaran dan harus berorientasi ke
masa depan. Dalam pengambilan dan pembuatan keputusan tentang
proses pembelajaran, harus melakukan berbagai pilihan menuju
tercapainya tujuan. Guru sebagai manajer, guru hendaknya mampu
mengelola kelas sebagai lingkungan belajar, serta merupakan aspek dari
lingkungan sekolah yang mampu diorganisasi.
3. Pelaksanaan kurikulum adalah proses yang memberikan kepastian bahwa
proses belajar mengajar telah memiliki Sumber Daya Manusia (SDM)
dan sarana serta prasarana yang diperlukan sehingga dapat mencapai
tujuan yang diinginkan.
4. Pengawasan kurikulum berkaitan dengan aspek evaluasi, alat pengumpul
data dan prosedur yang digunakan, serta kriteria yang dipertimbangkan,
serta penggunaan pemahaman untuk mengambil keputusan.
9
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Landasan Teori
1. Manajemen Kurikulum
a. Konsep Manajemen Kurikulum
Manajemen menurut Azhar Arsyad yaitu membahas
bagaimana para manajer berusaha agar sesuatu pekerjaan terleksana
dengan baik. Bila dikaitkan dengan politik dan kekuasaan dalam
suatu organisasi, berarti bagaimana menerapkan kekuasaan agar
orang lain ikhlas memlakukan sesuatu. Itu juga berarti bagaimana
menerapkan kekuasaan agar orang lain terpengaruh melakukan
sesuatu (Azhar Arsyad, 2003: p, 1).
Namun bagaiamana sesungguhnya masalah manajemen yang
dimaksud, maka terlebih dahulu manajemen dapat ditinjau dari dua
pengertian yang ada. Manajemen jika ditinjau dari sudut etiomologi
berasal dari kata “manage” yang artinya mengemukkan, pemerintah,
memimpin atau dapat diartikan sebagai suatu pengurusan, memimpin
atau membimbing dilakukan terhadap orang lain (pihak lain) dalam
rangka usaha mencapai tujuan tertentu. Istilah manajemen mengacu
kepada proses pelaksanaan aktivitas yang diselesaikan secara efisien
dengan dan melalui pendayagunaan orang lain. Manajemen atau
pengelolaan adalah kemampuan dan keterampilan untuk melakukan
suatu kegiatan baik bersama orang lain maupun melalui orang lain
dalam mencapai tujuan organisasi. Belakangan ini pengertian di atas
diperhalus oleh ungkapan Massie, yang mengatakan manajemen
adalah suatu proses di mana suatu kelompok secara kerjasama
mengarahkan tindakan atau kerja untuk mencapai tujuan bersama.
Proses tersebut mencakup tehnik-tehnik yang digunakan oleh para
manajer untuk mengkoordinasikan kegiatan atau aktivitas orang lain
9
10
menuju tercapainya tujuan bersama, yang menejer sendiri jarang
melakukan aktivitas-aktivitas dimaksud.
Berdasarkan uraian di atas, maka manajemen mencakup
kegiatan untuk mencapai tujuan, dan dalam mencapai tujuan tersebut
diadakanlah tindakan-tindakan yang telah ditetapkan sebelumnya.
Tindakan-tindakan yang ditetapkan tersebut berupa pengetahuan
tentang apa yang harus dilakukan, menetapkan cara bagaimana
melakukannya, memahami bagaimana harus melakukan dan
mengukur efektifitas dari usaha-usaha yang diinginkan (abdulsyani,
2007: p, 1).
Manajemen kurikulum adalah sebagai suatu system
pengelolaan kurikulum yang kooperatif, komprehensif, sistemik, dan
sistematik dalam rangka mewujudkan ketercapaian tujuan kurikulum
(Rusman, 2008: p, 3).Kegiatan yang berkenaan dengan fungsi-fungsi
manajemen kurikulum secara garis besar dapat dikemukakan sebagai
berikut.
Kurikulum berfungsi sebagai pedoman dalam pelaksanaan
kegiatan pendidikan di sekolah bagi pihak-pihak yang terkait, baik
secara langsung maupun tidak langsung, seperti pihak guru, kepala
sekolah, pengawas, orang tua, masyarakat dan pihak siswa itu
sendiri, dalam mengimpletasikan kurikulum 2013 sangat berbeda
dengan kurikulum sebelumnya, masih banyak kendala yang kita
ketahui sangat mempengaruhi hasil belajar, baik dari segi media yang
digunakan, penilaian pada kurikulum 2013 lebih rumit dibandingkan
dengan kurikulum sebelumnya kemudian metode yang digunakan
untuk menyampaikan materi pembelajaran yang ingin diajarkan
belum efektif atau bahkan tidak sesuai dengan materi yang ingin
disampaikan (Jurnal Primary Program Studi Pendidikan Guru
11
Sekolah Dasar Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas
Riau).
b. Perencanaan Kurikulum
Perencanaan kurikulum adalah perencanaan-perencanaan
kesempatan belajar yang dimasudkan untuk membina siswa ke arah
perubahan tingkah laku yang diinginkan dan menilai sampai mana
perubahan-perubahan telah terjadi pada diri siswa. Di dalam
perencanaan kurikulum minimal ada lima hal yang memengaruhi
perencanaan dan pembuatan keputusan, yaitu filosofi, konten/materi,
manajemen pembelajaran, pelatihan guru, dan system pembelajaran
(Rusman, 2008: p, 21).
Sedangkan menurut Oemar Hamalik (2007: 171), perencanaan
kurikulum adalah suatu proses ketika peserta dalam banyak tingkatan
membuat keputusan tentang tujuan belajar, cara mencapai tujuan
tersebut melalui situasi mengajar-belajar, serta penelaahan
keefektifan dan kebermaknaan metode tersebut.
Perencanaan kurikulum berfungsi sebagai pedoman atau alat
manajemen yang berisi petunjuk tentang jenis dan sumber individu
yang diperlukan,media pembelajaran yang digunakan, tindakan-
tindakan yang perlu dilakukan, sumber biaya,tenaga,dan sarana yang
diperlukan, system monitoring dan evaluasi, peran, dan unsur-unsur
ketenagaan untuk mencapai tujuan manajemen lembaga pendidikan.
1) Perumusahan Tujuan Kurikulum
Perumusahan tujuan belajar diperlukan untuk
meningkatkan kemampuan siswa seebagai anggota masyarakat,
dalam mengadakan hubungan timbal balik dengan lingkungan
social, budaya, dana lam sekitarnya. Untuk mencapai tujuan
tersebut, penyelenggara sekolah berpedoman pada tujuan
pendidikan nasional. Sumber dari tujuan (aim, goal, maupun
12
objective) ini adalah sumber empiris, sumber filosofis, sumber
mata pelajaran, konsep kurikulum, analisis situasional, dan
tekanan pendidikan ( Oemar Hamalik, 2007: p, 177).
2) Landasan Perencanaan Kurikulum
Menurut Rusman (2008: 25-26), perencanaan
kurikulum pendidikan harus mengasimilasi dan mengorganisasi
informasi dan data secara intesif yang berhubungan dengan
pengembangan program lembaga atau sekolah. Informasi dan
data yang menjadi area utama adalah sebagai berikut:
a) Kekuatan Sosial
Perubahan sistem pendidikan di Indonesia sangatlah
dinamis.pendidikan kita menggunakan sisystemerbuka
sehingga harus selalu menyesuikan dengan perubahan
dinamika social yang terjadi di masyarakat, baik itu system,
politik, ekonomi, social, dan kebudayaan. Proses pendidikan
merupakan sebuah perjalanan sejarah di dalam suatu Negara
yang selalu menerapkan mekanisme adaptasi untuk
perubahan ke arah yang lebih baik. Kekuatan yang lain pada
satuan pendidikan dan perencanaan kurikulum adalah
perubahan nilai struktur dari masyarakat itu sendiri.
b) Perlakuan Pengetahuan
Perencanaan dan pengembangan kurikulum, umumnya
berekasi terhadap keberadaan data atau informasi yang
berhubungan dengan pembelajaran. Disekolah tradisional
biasanya struktur informasi lebih dari informasi itu sendiri.
Pertimbangan lainnya untuk perencanaan kurikulum yang
berhubungan dengan perlakuan pengetahuan adalah dimana
individu belajar aktif untuk mengumpulkan dan mengelola
informasi, mencari fakta dan data, berusaha belajar tentang
13
sikap, emosi, perasaan terhadap pembelajaran. Proses
informasi, memanipulasi, menyimpan, dan mengambil
kembali informasi tersebut untuk dikembangkan dan
digunakan dalam kegiatan, merancang kurikulum yang
disesuaikan dengan perkembangan ilmu pengetahuan.
3) Perumusan Isi Kurikulum
Menurut Oemar Hamalik (2007: 178), isi urikulum adalah mata
pelajaran pada proses belajar mengajar, seperti pengetahuan,
keterampilan dan nilai-nilai yang diasosiasikan dengan mata
pelajaran. Pemilihan isi menekankan pada pendekatan mata
pelajaran (pengetahuan) atau pendekatan proses (keterampilan).
Untuk itu, terdapat kriteria yang perlu diperhatikan dalam
pemilihan isi kurikulum, yaitu: signifikansi; validitas; relevansi
sosial; utility; learnibility; dan minat.
a) Organisasi Isi Kurikulum
Organisasi isi kurikulum harus mempertimbangkan dua
hal: pertama berguna bagi siswa sebagai individu yang
dididik dalam menjalani kehidupannya dan kedua, isi
kurikulum tersebut siap untuk dipelajari siswa. Isi dapat
berbentuk data, konsep, generalisasi, dan materi pelajaran
sekolah, seperti matematika, sejarah, kimia, biologi, bahasa,
dan lain-lain yang secara rasional dan logis diorganisasikan
ke dalam struktur ilmu pengetahuan atau displin sebagai
sumber yang diyakini kebenarnya (Rusman, 2008: p, 27-28).
b) Ruang Lingkup Isi Kurikulum
Menurut Rusman (2008: 28), ruang lingkup kurikulum
meliputi beberapa hal berikut.
(1) Isi yang bersifat umum, berlaku untuk semua siswa
yang berguna dalam proses interaksi dan pengembangan
14
tingkat berfikir, mengasah perasaan, dan berbagai
pendekatan untuk dapat saling memahami satu sama
lain, menegaskan posisi setiapsiswa sebagai anggota
dan hidup dalam lingkungan masyarakat.
(2) Isi yang bersifat khusus, berlaku untuk program-
program tertentu, siswa yang mempunyai kebutuhan
berbeda atau mempunyai kemampuan “istimewa”
disbanding siswa lainnya, yang membutuhkan
perlakuan berbeda untuk dapat mengaktualisasikan
seluruh potensi yang dimiliki.
c) Urutan Isi Kurikulum
Dilihat dari unsur mana yang harus ditampilkan dalam
kurikulum Zais (1976) mengemukakan bahwa urutan dapat
disajikan tergantung dari sudut pandang seseorang terhadap
struktur materi pelajaran yang akan disajikan atau psikologis
yang melandasi orang tersebut. Smith, Stanley, dan Shores
(1957) mengidentifikasikan empat prinsip yang mendasari cara
penyajian urutan materi dalam kurikulum, yaitu dari yang
sederhana menuju hal yang lebih kompleks, pelajaran
prasyarat, secara keseluruhan, dan kronologis atau kejadian
(Rusman, 2008: p, 28-29).
c. Pelaksanaan Kurikulum
Tahap pelaksanaan manajemen kurikulum merupakan tahap
yang paling esensial dari kegiatan pendidikan, karena kurikulum
sebagai jantung dari kegiatan pendidikan, begitu juga dengan
manajemen kurikulum tidak dapat dipisahkan dari pelaksanaan
kurikulum karena manajemen kurikulum termasuk komponen yang
integral dalam pelaksanaan kurikulum. Tahap pelaksanaan
manajemen kurikulum meliputi semua prilaku yang bertalian
15
dengan semua tugas yang berkaitan dengan terlaksananya
kurikulum baik manajemen kurikulum tingkat lembaga maupun
manajemen tingkat kelas ( Arikunto, 2008: p, 8).
Untuk mengetahui tentang pelaksanaan kurikulum Hamalik
(2012: 169-198) mengelompokan menjadi Tujuh pokok yaitu: 1).
Kegiatan yang berhubungan dengan tugas guru, 2). berhubungan
dengan murid, 3). Berhubungan dengan proses belajar, 4). Kegiatan
yang berkaitan dengan evaluasi belajar, 5). Kegiatan ekstra
kurikuler, 6). Pengaturan alat perlengkapan, 7). Kegiatan dalam
bimbingan.
d. Organisasi Kurikulum
Menurut Nana Sudjana (1996: 6) Organisasi kurikulum,
yaitu pola atau bentuk bahan pelajaran antara satu dengan lainnya
secara teoritis, namun dalam pemikiran dan prakteknya saling
mempengaruhi. Nana Sudjana mengatakan dalam dunia pendidikan
dikenal ada tiga jenis pola organisasi kurikulum, yakni: subject
curriculum, activity curriculum dan core curriculum. Namun
demikian dalam prakteknya tidak pernah dijumpai satu bentuk
kurikulum yang murni melainkam modifikasi dari ketiga bentuk
tadi.
Bedasarkan segi bentuk terdapat pula beberapa organisasi
kurikulum, Mappanganro menyebutkan sebagai berikut:
a. Separate subject curriculum
Organisasi dalam bentuk ini berisi beberapa mata
pelajaran. Mata pelajaran-mata pelajaran dimaksud didasarkan
secara logis dan disederhanakan secara terpisahpisah. Dengan
demikian, setiap mata pelajaran diberikan secara tersendiri dan
terlepas dari mata pelajaran satu sama lain. Misalnya, mata
16
pelajaran tafsir terpisah dengan mata pelajaran hadis, walaupun
kedua mata pelajaran erat sekali hubungannya.
b. Carrelated curriculum
Organisasi kurikulum bentuk kedua ini pada hakikatnya
memiliki persamaan dengan bentuk pertama, yaitu masih
membatasi diri pada mata pelajaran-mata pelajaran, baik dalam
bentuk kelompok maupun dalam bentuk bidang studi yang akan
diberikan kepada anak didik atau peserta didik. Perbedaannya
terletak pada penyajiannya dengan memperhatikan jenis mata
pelajaran apa yang dihubungkan yang kemudian dapat
dikelompokkan.
c. Intergrated curriculum
Organisasi kurikulum bentuk ketiga ini sama sekali
berbeda dengan organisasi kurikulum bentuk pertama, karena
tidak menggunakan mata pelajaran yang terpisah-pisah, tetapi
langsung mengangkat persoalan yang dihadapi dan muncul dari
masyarakat. Oleh karena itu, setiap lembaga pendidikan
mempunyai kurikulum sendiri-sendiri sesuai dengan persoalan-
persoalan yang ada di daerah atau masyarakat setempat
(Mappanganro, 2011: 48).
Organisasi kurikulum sangat terkait dengan pengaturan bahan
pelajaran yang ada dalam kurikulum, sedangkan yang menjadi sumber
bahan pelajaran dalam kurikulum adalah nilai budaya, nilai social,
aspek siswa dan masyarakat, serta ilmu pengetahuan dan teknologi.
Ada beberapa faktor yang harus dipertimbangkan dalam organisasi
kurikulum, diantaranya berkaitan dengan ruang lingkup (scope),
urutan bahan (sequence), kontinuitas, keseimbangan, dan keterpaduan
(integrated).
17
Menurut Nana Syaodih S. (2001) dalam Rusman (2008: 61),
salah satu prinsip dasar dalam pengembangan kurikulum adalah
fleksibilitas, yaitu kelenturan kurikulum melayani perbedaan
kemampuan, minat, dan kebutuhan peserta didik dan
pengguna.Fleksibilitas ini diwujudkan dalam pengorganisasian
kurikulum.Suatu kurikulum yang fleksibel adalah kurikulum yang
memberikan alternatif yang luas sehingga siswa bisa memilih
program, mata pelajaran, model pembelajaran, dan latihan yang sesuai
dengan kemampuan, minat, kebutuhan dan kondisi siswa.
d. Pengawasan atau Evaluasi kurikulum
Evaluasi berasal dari bahasa inggris value yang mempunyai arti nilai
dan harga, mendapatkan imbuhan “e” menjadi sebuah kegiatan yang
dilakukan dengan arti penilaian. Sedangkan kurikulum penilaian menurut
terminolgi yaitu mroses menentukan sampai sejauh mana tujuan pendidikan
dapat dicapai (Tyler, 1950: 69), sedangkan menurut Nana Sujana
(2005),sebuah proses memberikan atau menentukan nilai kepada objek
tertentu berdasakan kriteria tertentu. Begitu pula evaluasi menurut Sudaryono
(2012), adalah sebuah proses penentuan informasi yang diperlukan,
pengumpulan, dan pengunaan informasi tersebut untuk melakukan
pertimbangan dalam hasil akhir. Begitu juga evaluasi kurikulum menurut
Zaenal (2011:11), adalah, menilai sebuah kurikulum sebagai program
pendidikan untuk mengetahui efisiensi, efektivitas, produktivitas program
dalam mencapai tujuan pendidikan.
Dari beberapa pendapat diatas mengenai penilaian bisa ditarik sebuah
kesimpulan tentang penilaian menjadi tiga kriteria, yaitu sebuah proses,
subuah pengolahan, dan untuk tujuan tertentu. Seperti kita membeli jeruk di
pasar kita melakukan perjalanan, mencari pedagang, pengamatan dan
memegang jeruk itu adalah sebuah proses. Sedangkan menimbang, memilih,
dan menganalisa dengan kreteria tertentu untuk mendapatkan jeruk yang
18
manis adalah sebuah pengolahan. Dan selanjutnya mendapat jeruk yang manis
adalah sebuah hasil.
Oleh sebab itu dalam evaluasi kurikulum dapat dilihat apakah tujuan
yang dilaksanakan dan tujuan yang diharapkan telah tercapai atau belum, atau
dengan kata lain evaluasi kurikulum digunakan sebagai umpan balik dalam
perbaikan strategi yang ditetapkan untuk mencapai efektivitas kurikulum.
Dalam mengevaluasi dibutuhkan sebuah metode yang sesuai dengan kondisi,
situasi dan jangkauan pada lingkungan tepatnya, supaya dalam menjawab
pertanyaan yang berbeda bisa di eavaluasi dengan baik:
1) Metode CIPP
2) Metode Scriven
3) Metode CSE-UCLA
4) Metode Stake
5) Metode Lescrepancy
6) Metode CIRO
7) Metode Provus’s Descrepansi Model
Guna mencapai tujuan yang diharapkan dalam evaluasi
perlu adanya beberapa kreteria yang perlu untuk dievaluasi,
menurut Hamalik (2012: 240-260) aspek-aspek yang di evaluasi
meliputi:
a) Masukan yang meliputi ketercapaian kurikulum, kemampuan
awal pada peserta didik, kemampuan professional guru,
kuantitas mutu sarana dan prasarana, dan jumlah pemanfaatan
waktu.
b) Kategori pelaksanaan atau proses yang meliputi, perumusan isi
dan tujuan kurikulum, pemilihan dan pengunaan setrategi
belajar mengajar, penilaian, bimbingan dan remidi.
19
c) Kategori produk atau lulusan meliputi: kuantitas dan kualitas
yang dimiliki peserta didik, keterlaksanaan dan dampak
program pendidikan.
2. Kurikulum 2013
Dalam rangka mempersiapkan lulusan pendidikan guna
memasuki era globalisasi yang penuh tantangan dan ketidakpastian saat
ini diperlukan pendidikan yang dirancang berdasarkan kebutuhan nyata di
lapangan. Oleh karena kepentingan tersebut, pemerintah pada saat ini
telah dan sedang melaksanakan Uji Publik Kurikulum 2013 sebagai
pengembangan dari Kurikulum 2006 atau KTSP dalam rangka
mengembangkan berbagai ranah pendidikan (pengetahuan, keterampilan,
dan sikap) dalam seluruh jenjang dan jalur pendidikan di indonesia.
Menurut Sholeh Hidayat (2013: 113), “orientasi Kurikulum 2013
adalah terjadinya peningkatan dan kesimbangan antara kompetensi sikap
(attitude), keterampilan (skill), dan pengetahuan (knowledge).” Hal ini,
juga sejalan dengan amanat UU No. 20 tahun 2003 sebagaimana tersurat
dalam penjelasan pasal 35: “kompetensi lulusan merupakan kualifikasi
kemampuan lulusan yang mencakup sikap, pengetahuan, dan
keterampilan sesuai dengan standar nasional yang telah disepakati.”
Sejalan pula dengan pengembangan kurikulum berbasis kompetensi yang
telah dirintis pada tahun 2004 dengan “mencakup kompetensi sikap,
pengetahuan, dan keterampilan secara terpadu.”
Secara konseptual draft Kurikulum 2013 dicita-citakan untuk
mampu melahirkan generasi masa depan yang cerdas komprehensif, yaitu
tidak hanya cerdas intelektualnya, tetapi juga cerdas emosi, sosial, dan
spritualnya. Hal ini tampak dengan terdapatnya nilai-nilai karakter yang
tercantum di dalam proses pembelajaran.
Oleh karena itu, menurut Sholeh Hidayat (2013: 113), kurikulum
2013 dapat menjadi salah satu solusi menghadapi perubahan zaman yang
20
kelak akan mengutamakan kompetensi yang disinergikan dengan nilai-
nilai karakter karena pendekatan dan strategi pembelajaran yang
digunakan adalah dengan memberikan ruang kepada siswa untuk
mengkonstruksi pengetahuan baru berdasarkan pengalaman belajar yang
diperoleh dari kelas, lingkungan sekolah, dan masyarakat.
Berdasarkan peryataan tersebut, dapat diasumsikan bahwa posisi
guru harus disiapkan secara matang, mulai dari penyusunan rencana
pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran, penilaian, analisis, hingga
tindak lanjutnya sehingga implementasi kurikulum dapat berlangsung
sebagaimana yang diharapkan.
a. Pengertian Kurikulum 2013
Menurut E. Mulyasa (2013: 6-7), Kurikulum 2013 adalah
kurikulum yang berbasis kompetensi sekaligus berbasis karakter
(competency and character based curriculum), yang dapat
membekali peserta didik dengan berbagai sikap dan kemampuan
yang sesuai dengan tuntutan perkembangan zaman dan tuntutan
teknologi. Melalui pengembangan Kurikulum 2013 yang berbasis
karakter dan kompetensi, kita berharap bangsa ini menjadi bangsa
yang bermartabat, dan masyarakatnya memiliki nilai tambah (added
value), dan nilai jual yang bias ditawarkan kepada orang lain dan
bangsa lain di dunia, sehingga kita bias bersaing, bersanding, bahkan
bertanding dengan bangsa-bangsa lain dalam percaturan global. Hal
ini dimungkinkan, kalau implementasi Kurikulum 2013 betul-betul
dapat menghasilkan insan yang produktif, kreatif, inovatif, dan
berkarakter.
Mulyasa (2013: 66) mengemukakan pengertian Kurikulum
2013 yaitu sebagai kurikulum berbasis kompetensi yang merupakan
suatu konsep kurikulum yang menekankan pada pengembangan
karakter dan kemampuan melakukan (kompetensi) tugas-tugas
21
dengan standar performasi tertentu, sehingga hasilnya dapat
dirasakan oleh siswa, berupa penguasaan terhadap seperangkat
kompetensi tertentu.
Tidak hanya berbasis pada kompetensi, hal penting dalam
penerapan Kurikulum 2013 adalah penerapan pendidikan karakter.
Pendidikan karakter dalam Kurikulum 2013 bertujuan untuk
meningkatkan mutu proses dan hasil pendidikan, yang mengarah
pada pembentukan budi pekerti dan akhlak mulia peserta didik
secara utuh, terpadu, dan seimbang, sesuai standar kompetensi
lulusan pada setiap satuan pendidikan. Melalui implementasi
Kurikulum 2013 yang berbasis kompetensi sekaligus berkarakter,
dengan pendekatan tematik dan kontekstual diharapkan peserta didik
mampu secara mandiri mningkatkan dan menggunakan
pengetahuannya, mengkaji dan menginternalisasi serta
mempersonilisasi nilai-nilai karakter dan akhlak mulia sehingga
terwuju dalam perilku sehari-hari.
Dari pengertian tersebut dapat diasumsikan bahwa
Kurikulum 2013 merupakan pengembangan kurikulum yang
berfokus pada kompetensi dan karakter siswa yang dicapainya
melalui pengalaman belajarnya yang telah dirumuskan dalam
Standar Kompetensi Lulusan. Kurikulum 2013 diarahkan untuk
mengembangkan pengetahuan, pemahaman, kemampuan, nilai,
sikap, dan minat siswa agar dapat melakukan sesuatu dalam bentuk
kemahiran, ketepatan, dan keberhasilan dengan penuh tanggung
jawab.
b. Tujuan Kurikulum 2013
Tujuan diselenggarakannya Kurikulum 2013 adalah “untuk
mempersiapakan manusia Indonesia agar memiliki kemampuan
hidup sebagai pribadi dan warga Negara yang beriman, produktif,
22
kreatif, inovatif, dan afektif serta mampu berkontribusi pada
kehidupan bermasyarakat, berbangsa, bernegara, dan peradaban
dunia”. Seperti tercantum dalam Peraturan Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan Nomor 70 Tahun 2013 tentang Kerangka Dasar dan
Struktur Kurikulum Sekolah Menengah Atas.
Memahami tujuan tersebut, melalui pengalam belajar,
keterampilan, dan dasar-dasar pengetahuan yang diberikan,
Kurikulum 2013 yang berbasis kompetensi dan karakter ini
ditujukan untuk menciptakan tamatan yang kompeten dan cerdas
sehingga dapat mengembangkan identitas budaya dan bangsanya
serta dapat membangun integritas sosial dalam mewujudkan
karakteristik nasional bangsa.
c. Karakteristik dan Asumsi Kurikulum 2013
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 70
Tahun 2013 tentang Kerangka Dasar dan stuktur Kurikulum SMA
mengemukakan bahwa Kurikulum 2013 dirancang dengan
karakteristik untuk dapat menyeimbangkan antara pengembangan
sikap spiritual dan sosial, rasa ingin tahu, kreativitas, kerjasama
dengan kemampuan intelektual dan psikomotorik. Sehingga dalam
hal ini, sekolah merupakan salah satu bagian dari masyarakat yang
dapat memberikan pengalaman belajar secara terencana, dimana
siswa menerapkan apa yang dipelajari di sekolah ke masyarakat
dalam berbagai situasi dan dapat pula memanfaatkan masyarakat
sebagai sumber belajar. Untuk itu, dibutuhkan waktu yang cukup
leluasa agar dapat mengembangkan sikap, pengetahuan, dan
keterampilan siswa. Kurikulum 2013 juga dirancang dengan
karakteristik sebagai kompetensi yang dinyatakan dalam bentuk
kompetensi inti kelas yang kemudian dirinci lebih lanjut dalam
kompetensi dasar mata pelajaran. Kompetensi inti kelas menjadi
23
unsur pengorganisasian (organizing element) kompetensi dasar,
dimana semua kompetensi dasar dan proses pembelajaran
dikembangkan untuk mencapai kompetensi yang dinatakan dalam
kompetensi inti. Oleh karena itu, kompetensi dasar dikembangkan
didasarkan pada prinsip akumulatif, saling memperkuat (reinforced)
dan memperkaya (enriched) antar mata pelajaran dan jenjang
pendidikan (organisasi horizontal dan vertikal).
Selajutnya E. Mulyasa (2013: 70-77) juga
mengidentifikasikan tentang karakteristik Kurikulum 2013, yang
menurutnya “terdapat lima karakteristik di Kurikulum 2013 yaitu:
mendayagunakan keseluruhan sumber belajar, pengalaman lapangan,
strategi individual persornal, kemudahan belajar, dan belajar tuntas”
lebih lanjutnya kelima hal tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:
1) Mendayagunakan Keseluruhan Sumber Belajar
Dalam kurikulum 2013 yang berbasis kompetensi dan
karakter, diharapkan guru tidak lagi berperan sebagai aktor/aktris
utama dalam proses pembelajaran karena pembelajaran dapat
dilakukan dengan mendayagunakan aneka ragam sumber belajar.
Dalam mendayagunakan sumber-sumber belajar, peserta didik
memerlukan kesiapan mental dan kemauan, serta kemampuan
untuk menjalajahi aneka ragam sumber belajar yang ada dan
mungkin tidak ada.
2) Pengalaman Lapangan
Pengalaman Kurikulum 2013 yang berbasis kompetensi
dan karakter lebih menekankan pada pengalaman lapangan untuk
mengakrabkan hubungan antara guru dengan siswa. Hal ini
diharapkan dapat memudahkan guru untuk mengikuti
perkembangan yang terjadi selama siswa mengikuti
pembelajaran.
24
3) Strategi Belajar Individual Personal
Kurikulum 2013 mengupayakan strategi belajar
individual personal, karena dalam konteks ini tidak hanya
sekedar individualisasi dalam pembelajaran untuk memenuhi
kebutuhan-kebutuhan kognitif siswa, tetapi mencakup respons-
respons terhadap perasaan pribadi dan kebutuhan pertumbuhan
psikologis siswa
4) Kemudahan Belajar
Kemudahan belajar dalam Kurikulum 2013 berbasis
kompetensi dan karakter ini diberikan melalui kombinasi antara
pembelajaran individual personal, dengan pengalaman lapangan,
dan pembelajaran secara tim (team teaching).
5) Belajar Tuntas
Belajar tuntas merupakan strategi pembalajaran yang
dapat dilaksanakan di dalam kelas dan diasumsikan bahwa di
dalam kondisi yang tepat, semua siswa akan mampu belajar
dengan baik dan memperoleh hasil belajar secara maksimal
terhadap seluruh bahan yang mereka pelajari. Strategi belajar
tuntas dapat diterapkan secara tuntas sebagai upaya
meningkatkan mutu pendidikan, terutama dalam level mikro,
yaitu mengembangkan individu dalam proses pembelajaran di
kelas.
Dari berbagai penjelasan tersebut penulis dapat
mengasumsikan bahwa karakteristik Kurikulum 2013 adalah
sebagai pengembangan sikap spiritual dan sosial, rasa ingin tahu,
kreativitas, kerjasama dengan kemampuan intelektual dan
psikomotorik siswa melalui mendayagunakan keseluruhan
sumber belajar, pengalam lapangan, strategi individual personal,
kemudahan belajar, dan belajar tuntas yang siswa peroleh di
25
sekolah dan masyarakat, sehingga nantinya siswa dapat
menerapkannya di sekolah dan masyarakat dalam berbagai
situasi yang terjadi.
Dalam kurikulum 2013 yang berbasis karakter dan
kompetensi, asumsi merupakan parameter untuk menentukan
tujuan dan kompetensi yang akan dispesifikasikan. Mulyasa
(2013: 164) menjelaskan tentang asumsi yang mendasari
Kurikulum 2013 berbasis kompetensi dan karakter, diantaranya
karena banyak sekolah yang memiliki sedikit guru profesional
dan tidak mampu melakukan proses pembelajaran secara
optimal. Oleh karena itu, kurikulum berbasis kompetensi dan
karakter menuntut peningkatan kemampuan profesional guru.
Selain itu, banyak sekolah yang hanya mengoleksi sejumlah
mata pelajaran dan pengalaman, sehingga mengajar diartikan
sebagai kegiatan menyajikan materi yang terdapat dalam setiap
mata pelajaran. Dalam ha ini, siswa diasumsikan bukan sebuah
tabung kosong atau kertas putih bersih yang dapat diisi atau
ditulis sekehendak guru, melainkan individu yang memiliki
sejumlah potensi yang berbeda dan bervariasi untuk
dikembangkan melalui sebuah pendidikan agar dapat
mengembangkan berbagai potensi yang dimilikinya.
d. Kunci Sukses Kurikulum 2013
Keberhasilan Kurikulum 2013 ditentukan oleh beberapa faktor
(kunci sukses). Menurut E. Mulyasa (2013: 39) kunci sukses yang
mendorong keberhasilan Kurikulum 2013 antara lain: kepemimpinan
kepala sekolah, kreativitas guru, aktivitas peserta didik, sosialisasi,
fasilitas dan sumber belajar, lingkungan yang kondusif akademik, dan
partisipasi warga sekolah.
26
1) Kepemimpinan Kepala Sekolah
Kepemimpinan kepala sekolah adalah faktor penentu yang
dapat menggerakkan semuasumber daya sekolah untuk dapat
mewujudkan visi, misi, tujuan dan sasaran sekolah melalui
program-program yang dilaksanakan secara bertahap. Oleh
karena itu, dalam menyukseskan Kurikulum 2013 diperlukan
kepala sekolah yang mandiri, dan professional dengan
kemampuan manajemen serta kepemimpinan yang tangguh, agar
mampu mengambil keputusan dan prakarsa untuk meningkatkan
mutu sekolah.
Keberhasilan Kurikulum 2013, menuntut kepala sekolah
yang demokratis professional, sehingga mampu menumbuhkan
iklim demokratis di sekolah, yang akan mendorong terciptanya
iklim kondusif bagi terciptanya kualitas pendidikan dan
pembelajaran yang optimal untuk mengembangkan seluruh
potensi peserta didik. Kepala sekolah yang mandiri, demokratis,
dan professional harus berusaha menanamkan, memajukan dan
meningkatkan sedikitnya empat macam nilai, yakni pembinaan
mental, moral, fisik, dan artistik.
2) Kreativitas Guru
Kunci sukses yang kedua adalah kreativitas guru,
karena guru merupakan faktor penting yang besar pengaruhnya,
bahkan sangat menentukan berhasil-tidaknya peserta didik dalam
belajar. Kurikulum 2013 akan sulit dilaksanakan di berbagai
daerah karena sebagian besar guru belum siap. Ketidaksiapan
guru itu tidak hanya terkait dengan urusan kompetensinya, tetapi
berkaitan dengan kreativitasnya, yang juga disebabkan oleh
27
rumusan kurikulum yang lambat disosialisasikan oleh
pemerintah.
Kurikulum 2013 yang berbasis karakter dan
kompetensi, antara lain ingin mengubah pola pendidikan dari
orientasi terhadap hasil dan materi ke pendidikan sebagai proses,
melalui pendekatan tematik integratif dengan contextual
teaching and learning (CTL). Oleh karena itu, pembelajaran
harus sebanyak mungkin melibatkan peserta didik agar mereka
mampu bereksplorasi untuk membentuk kompetensi dengan
menggali berbagai potensi, dan kebenaran secara ilmiah.Dalam
kerangka inilah perlunya kreativitas guru, agar mereka mampu
menjadi fasilitator, dan mitra belajar bagi peserta didik.Tugas
guru tidak hanya menyampaikan informasi kepada pesrta didik,
tetapi harus kreatif memberikan layanan dan kemudahan belajar
kepada seluruh peserta didik, agar mereka dapat belajar dalam
suasan yang menyenangkan, gembira, penuh semangat, tidak
cemas, dan berani mengemukakan pendapat secara terbuka.
Agar implementasi Kurikulum 2013 berhasil
memperhatikan perbedaan individual peserta didik, guru perlu
memperhatikan hal-hal berikut:
a) Menggunakan metode yang bervariasi;
b) Memberikan tugas yang berbeda bagi setiap peserta didik;
c) Mengelompokkan peserta didik berdasarkan kemampuannya,
serta disesuaikan dengan mata pelajaran;
d) Memodifikasi dan memperkaya bahan pelajaran;
e) Menghubungi spesialis, bila ada peserta didik yang
mempunyai kelainan;
f) Menggunakan prosedur yang bervariasi dalam membuat
penilaian dan laporan
28
g) Memahami bahwa peserta didik tidak berkembang dalam
kecepatan yang sama;
h) Mengembangkan situasi belajar yang memungkinkan setiap
anak bekerja dengan kemampuan masing-masing pada
setiap pelajaran; dan
i) Mengusahakan keterlibatan peserta didik dalam berbagai
kegiatan pembelajaran.
Guru yang berhasil mengajar berdasarkan perbedaan
tersebut, biasanya memahami mereka melalui kegiatan-
kegiatan sebagai berikut:
a) Mengamati peserta didik dalam berbagai situasi, baik di
kelas maupun di luar kelas;
b) Menyediakan waktu untuk mengadakan pertemuan
dengan peserta didik, sebelum, selama dan setelah
pembelajaran;
c) Mencatat dan mengecek seluruh pekerjaan peserta didik,
dan memberikan komentar yang konstruktif;
d) Mempelajari catatan peserta didik yang adekuat;
e) Membuat tugas dan latihan untuk kelompok
f) Memberikan kesempatan khusus bagi peserta didik yang
memiliki kemampuan berbeda; serta
g) Memberikan penilaian secara adil, dan trasparan.
Beberapa hal yang perlu dimiliki guru, untuk
mendukung implementasi Kurikulum 2013 antara lain
sebagai berikut:
a) Menguasai dan memahami kompetensi inti dalam
hubungannya dengan kompetensi lulusan;
b) Menyukai apa yang diajarkannya dan menyenangi
mengajar sebagai suatu profesi;
29
c) Memahami peserta didik, pengalaman, kemampuan, dan
prestasinya;
d) Menggunakan metode dan media yang bervariasi dalam
mengajar dan membentuk kompetensi peserta didik;
e) Memodifikasi dan mengeliminasi bahan yang kurang
penting bagi kehidupan peserta dididk; Mengikuti
perkembangan pengetahuan mutakhir;
f) Menyiapkan proses pembelajaran;
g) Mendorong peserta didik untuk memperoleh hasil yang
lebih baik; serta
h) Menghubungkan pengalaman yang lalu dengan
kompetensi dan karakter yang akan dibentuk.
i) Menghubungkan pengalaman yang lalu dengan
kompetensi dan karakter yang akan dibentuk.
Adapun karakteristik guru yang berhasil mengembangkan
pembelajaran secara efektif dapat diidentifikasikan sebagai
berikut:
a) Respek dan memahami dirinya, serta dapat mengontrol
dirinya (emosinya stabil);
b) Antusias dan bergairah terhadap bahan, kelas, dan
seluruh kegiatan pembelajaran;
c) Berbicara dengan jelas dan komunikatif (dapat
mengkomunikasikan idenya terhadap peserta didik);
d) Memperhatikan perbedaan individual peserta didik;
e) Memiliki banyak pengetahuan, inisiatif, kreatif dan
banyak akal;
f) Mengindari sarkasme dan ejekan terhadap pesrta didik;
serta
30
g) Tidak menonjolkan diri, dan menjadi teladan bagi peserta
didik.
3) Aktivitas Peserta Didik
Kunci sukses ketiga adalah aktivitas peserta
didik.Dalamrangka mendorong dan mengembangkan aktivitas
peserta didik, guru harus mampu mendisplinkan peserta didik,
terutama disiplin diri. Guru harus mampu membantu pesrta
didik mengembangkan pola perilakunya; meningkatkan
standar perilakunya; dan melaksanakan aturan sebagai alat
untuk menegakan disiplin dalam setiap aktivitasnya.
Reisman and Payne dalam E. Mulyasa (2013: 46-47),
berpendapat ada Sembilan strategi untuk mendisplinkan
peserta didik, yakni: konsep diri (self-concept), keterampilan
berkomunikasi (communication skill), konsekuensi-
konsekuensi logis dan alami (natural and logical
consequens), klarifikasi nilai (values clarification), analisis
transaksional (transactional analysis), terapi realitas (reality
therapy), disiplin yang terintegrasi (assertive discipline),
modifikasi perilaku (behavior modification), tantangan bagi
disiplin (dare to discipline).
4) Sosialisasi Kurikulum 2013
Kunci sukses ke empat adalah sosialisasi.Sosialisasi
dalam implementasi kurikulum penting dilakukan, agar semua
pihak yang terlibat dalam implementasinya di lapangan paham
dengan perubahan yang harus dilakukan sesuai dengan tugas
pokok dan fungsinya masing-masing, sehingga memberikan
dukungan terhadap perubahan kurikulum yang dilakukan.
Dalam hal ini seharusnya pemerintah mengembangkan grend
design yang jelas dan menyeluruh, agar konsep kurikulum
31
yang diimplementasikan dapat dipahami oleh para pelaksana
secara utuh, tidak ditangkap secara parsial, keliru atau salah
paham.
Sosialisasi kurikulum perlu dilakuakan terhadap
berbagai pihak yang terkait dalam implementasinya, serta
terhadap seluruh warga sekolah, bahkan terhadap masyarakat
dan orang tua peserta didik. Sosialisasi ini penting , terutama
agar seluruh warga sekolah mengenal dan memahami visi dan
misi sekolah, serta kurikulum yang diimplementasikan.
Sosialisasi dapat dilakukan oleh jajaran pendidikan di
pemerintah pusat maupun pemerintah daerah yang bergerak
dalam bidang pendidikan (Dinas Pendidikan dan Kebudayaan)
secara proporsional dan professional.
e. Perbedaan Kurikulum 2013 dengan Kurikulum Sebelumnya
Menurut Mulyasa (2013: 95)Secara konseptual yang
membedakan Kurikulum 2013 dengan kurikulum sebelumnya
(Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan 2006) adalah sebagai
berikut:
1) Pada KTSP 2006 Standar Kompetensi Lulusan Diturunkan dari
standar Isi, sedangkan pada Kurikulum 2013 Standar
Kompetensi Lulusan diturunkan dari kebutuhan masyarakat.
2) Pada KTSP 2006 Standar Isi diturunkan dari Standar
Kompetensi Isi diturunkan dari Standar Kompetensi Lulusan
mata pelajaran, sedangkan pada Kurikulum 2013 Standar Isi
diturunkan dari Standar Kompetensi Lulusan.
3) Pada KTSP 2006 pemisahan antara mata pelajaran pembetukan
sikap, pembetukan keterampilan, dan pembetukan pengetahuan,
sedangkan pada Kurikulum 2013 semua mata pelajaran harus
32
berkontribusi terhadap pembetukan sikap, keterampilan, dan
pengetahuan.
4) Pada KTSP 2006 kompetensi diturunkan dari mata pelajaran,
sedangkan pada Kurikulum 2013 mata pelajaran diturunkan dari
kompetensi yang ingin dicapai.
5) Pada KTSP 2006 mata pelajaran lepas satu dengan yang lain,
seperti sekumpulan mata pelajaran terpisah, sedangkan pada
Kurikulum 2013 semua mata pelajaran diikat oleh kompetensi
inti (tiap kelas)
6) Pada KTSP 2006 pengembangan kurikulum sampai pada
kompetensi dasar, sedangkan pada Kurikulum 2013
pengembangan kurikulum sampai pada buku teks dan buku
pedoman guru.
7) Pada KTSP 2006 tematik kelas I-III (mengacu mapel),
sedangkan pada Kurikulum 2013 tematik integratif kelas I-VI
(mengacu kompetensi).
3. Implementasi Kurikulum 2013
Oemar Hamalik (2007: 190), menjelaskan sebuah kurikulumyang
telah dikembangkan tidak berarti (menjadi kenyataan) jika tidak
diimplementasikan, dalam artian digunakan secara aktual di sekolah dan
di kelas. Dalam implementasi ini, tentu saja harus diupayakan
penanganan terhadap pengaruh factor-faktor tertentu, misalnya kesiapan
sumber daya, faktor budaya masyarakat, dan lain-lain. Berbagai dimensi
implementasi kurikulum yang penting untuk dicermati adalah materi
kurikulum, struktur organisasi kurikulum, peranan atau perilaku,
pengetahuan dan internalisasi nilai. Keberhasilan implementasi terutama
ditentukan oleh aspek perencanaan dan strategi implementasinya. Pada
prinsipnya, implementasi ini mengintegrasikan aspek-aspek filosofis,
33
tujuan, subject matter, strategi mengajar dan kegiatan belajar, serta
evaluasi dan feedback.
a. Konsep Implementasi Kurikulum
Menurut Nana Syaodih S., (2001) dalam Rusman (2008: 75),
untuk mengimplementasikan kurikulum sesuai dengan rancangan,
dibutuhkan beberapa kesiapan, terutama kesiapan pelaksana.
Sebagus apa pun desain atau rancangan kurikulum yang dimiliki,
tetapi keberhasilannya sangat tergantung terhadap guru. Kurikulum
yang sederhana pun apabila gurunya memiliki kemampuan,
semangat, dan dedikasi yang tinggi, hasilnya akan lebih baik dari
desain kurikulum yang hebat, tetapi kemampuan, semangat dan
dedikasi gurunya rendah. Guru adalah kunci utama keberhasilan
implementasi kurikulum. Sumber daya pendidikan yang lain pun
seperti sarana prasarana, biaya, organisasi, lingkungan, juga
merupakan kunci keberhasilan pendidikan, tetapi kunci utamanya
adalah guru. Dengan sarana, prasarana, dan biaya terbatas, guru
yang kreatif dan berdedikasi tiggi, dapat mengembangkan program,
kegiatan, dan alat bantu pembelajaran yang inovatif.
b. Kemampuan Guru dalam Implementasi Kurikulum
Menurut Rusman, (2008: 75-77), kemampuankemampuan
yang harus dimiliki guru untuk mengimplementasikan kurikulum
adalah sebagai berikut.
1) Pemahaman esensi dari tujuan-tujuan yang ingin dicapai dalam
kurikulum.
2) Kemampuan untuk menjabarkan tujuan-tujuan kurikulum
tersebut menjadi tujuan yang lebih spesifik.
3) Kemampuan untuk menerjemahkan tujuan khusus kepada
kegiatan pembelajaran.
34
Sedangkan kendala yang harus dihadapi dalam implementasi
kurikulum ini adalah terutama berkenaan dengan: pertama, masih
lemahnya diagnosis kebutuhan baik pada skala makro maupun mikro
sehingga implementasi kurikulum sering tidak sesuai dengan yang
diharapkan; kedua, perumusan kompetensi pada tahapan mikro sering
dikacaukan dengan tujuan instruksional yang dikembangkan; ketiga,
pemilihan pengalaman belajar yang dikembangkan; dan keempat,
evaluasi masih sering tidak sesuai dengan tujuan instruksional yang
dikembangkan. Untuk mengantisipasi kendala yang dihadapi, maka
perlu diupayakan hal-hal sebagai berikut. Pertama, dalam
mendiagnosis kebutuhan seyogianya masyarakat, baik dewan sekolah
maupun komite sekolah, dilibatkan sejak awal. Kedua, dalam
implementasi kurikulum guru mempunyai kewenangan penuh dalam
menerapkan strategi pembelajaran dan materi/bahan ajar.
c. Model Implementasi Kurikulum
Menurut Rusman, (2008: 89), model implementasi
kurikulum yang dapat digunakan bermacam-macam, yaitu: model
administrasi, model grass-roots, model Beauchamp, model Taba,
model demonstrasi, model Rodgers, model action research, model
emerging technical, dan masih banyak lagi model-model yang
lainnya. Pola penerapan dari masing-masing model tersebutberbeda
sesuai dengan kurikulum yang di gunakan.
Nana Syaodih (1997) dalam Rusman (2008: 89),
menjelaskan bahwa “pemilihan suatu model pengembangan
kurikulum bukan saja didasarkan atas kelebihan dan kebaikannya
serta pncapaian hasil yang optimal, tetapi juga perlu disesuaikan
dengan sistem pendidikan dan sistem pengelolaan dianut, serta
model konsep pendidikan mana yang digunakan.
35
Menurut E. Mulyasa (2013: 99), tujuan Kurikulum 2013 adalah
menghasilkan insan Indonesia yang: produktif, kreatif, inovatif, afektif;
melalui penguatan sikap, keterampilan, dan pengetahuan yang terintegrasikan.
Untuk mewujudkan hal tersebut, dalam implementasikan kurikulum, guru
dituntut untuk secara professional merancang pembelajaran efektif dan
bermakna (menyenangkan), mengorganisasikan pembelajaran, memilih
pendekatan pembelajaran yang tepat, menentukan prosedur pembelajaran dan
pembetukan kompetensi secara efektif, serta menetapkan kriteria
keberhasilan.
1) Merancang Pembelajaran Efektif dan bermakna
Implementasikan Kurikulum 2013 merupakan aktualisasi
kurikulum dalam pembelajaran dan pembetukan kompetensi serta
karakter peserta didik.Hal tersebut menuntut keaktifan guru dalam
menciptakan dan menumbuhkan berbagai kegiatan sesuai dengan
rencana yang telah dipogramkan.
Pembelajaran menyengkan, efektif dan bermakna dapat
dirancang oleh setiap guru, dengan proses sebagai berikut:
a) Pemanasan dan Apersepsi
Pemanasan dan apersepsi perlu dilakukan untuk menjajaki
pengetahuan peserta didik, memotivasi peserta didik dengan
menyajikan materi yang menarik, dan mendorong mereka untuk
mengetahui berbagai hal baru.
b) Eksplorasi
Eksplorasi merupakan tahapan kegiatan pembelajaran untuk
mengenalkan bahan dan mengkaitkannya dengan pengetahuan
yang telah dimiliki peserta didik.
36
c) Konsolidasi Pembelajaran
Konsolidasi merupakan kegiatan untuk mengaktifkan peserta
didik dalam pembentukan kompetensi dan karakter, serta
menghubungkan nya dengan kehidupan peserta didik.
2) Melaksanakan Pembelajaran, Pembentukan Kompetensi, dan
Karakter
Pembelajaran dalam menyukseskan implementasi kurikulum
2013 merupakan keseluruhan proses belajar, pembentukan
kompetensi, dan karakter peserta didik yang direncanakan. Untuk
kepentingan tersebut, kompetensi inti, kompetensi dasar, materi
standar, indicator hasil belajar, dan waktu yang diperlukan harus
ditetapkan sesuai dengan kepentingan pembelajaran sehingga peserta
didik diharapkan memperoleh kesempatan dan pengalaman belajar
yang optimal.
Sholeh Hidayat (2013: 158) menjelaskan bahwa “implementasi
kurikulum adalah bagaimana membelajarkan pesan dalam kurikulum
kepada siswa agar dapat menghasilkan lulusan yang memiliki seperangkat
kompetensi sesuai dengan karakteristik dan kemampuan siswa masing-
masing.” E. Mulyasa (2013: 99) menjelaskan bahwa “implementasi
kurikulummerupakan aktualisasi kurikulum dalam pembelajaran dan
pembentukan kompetensi serta karakter siswa.”
Berdasarkan definisi diatas, dapat disimpulkan bahwa
implementasi kurikulum adalah suatu penerapan ide, konsep, dan
kebijakan dari kurikulum dalam suatu aktivitas pembelajaran, sehingga
siswa menguasai seperangkat kompetensi tertentu.
Implementasi kurikulum akan bermuara pada pelaksanaan
pembelajaran yakni bagaimana agar isi kurikulum dapat dikuasai oleh
siswa secara tepat dan optimal. Dalam hal ini, tugas guru dalam
implementasi kurikulum adalah mengondisikan dan memfasilitasi
37
lingkungan belajar agar dapat memberikan kemudahan belajar siswa,
sehingga siswa mampu berinteraksi dengan lingkungan eksternal dan
terjadi perubahan perilaku sesuai dengan yang dikemukakan dalam
Standar Isi (SI) dan Standar Kompetensi Lulusan (SKL).
Kaitannya dalam mengupayakan keberhasilan implementasi
Kurikulum 2013, dalam pembelajaran implementasi Kurikulum 2013
harus mengacu pada Standar Proses yang tertera dalam Standar Nasional
Pendidikan. Standar 31 Proses adalah kriteria mengenai pelaksanaan
pembelajaran pada satuan pendidikan untuk mencapai Standar
Kompetensi Lulusan. Standar Proses dikembangkan mengacu pada
Standar Kompetensi Lulusan dan Standar Isi yang telah ditetapkan sesuai
dengan ketentuan dalam Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005
tentang Standar Nasional Pendidikan sebagaimana telah diubah dengan
Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 2013 tentang Perubahan atas
Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional
Pendidikan.
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 65 Tahun
2013 tentang Standar Proses Pendidikan Dasar dan Menengah menuliskan
bahwa, “sesuai dengan Standar Kompetensi Lulusan, sasaran
pembelajaran mencakup pengembangan ranah sikap, pengetahuan, dan
keterampilan yang dielaborasi untuk setiap satuan pendidikan.” Ketiga
ranah kompetensi tersebut memiliki lintasan perolehan (proses
psikologis) yang berbeda. Karaktersitik kompetensi beserta perbedaan
lintasan perolehan turut serta mempengaruhi karakteristik standar proses.
Untuk memperkuat pendekatan ilmiah (scientific), tematik terpadu
(tematik antarmata pelajaran), dan tematik (dalam suatu mata pelajaran)
perlu diterapkan pembelajaran berbasis penyingkapan /penelitian
(discovery/inquiry learning). Untuk mendorong kemampuan peserta didik
untuk menghasilkan karya kontekstual, baik individual maupun kelompok
38
maka sangat disarankan menggunakan pendekatan pembelajaran yang
menghasilkan karya berbasis pemecahan masalah (project based
learning). Rincian gradasi sikap,pengetahuan, dan keterampilan sebagai
berikut:
Tabel 2.1 Rincian Gradasi Sikap, Pengetahuan, dan Keterampilan
Sikap Pengetahuan Keterampilan
Menerima Mengingat Mengamati
Menjalankan Memahami Menanya
Menghargai Menerapkan Mencoba
Menghayati Menganalisis Menalar
Mengamalkan Mengevaluasi Menyaji
- - Mencipta
Dalam Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No. 65 tahun
2013tentang standar proses pendidikan dasar dan menengah, “proses
pembelajaran sepenuhnya diarahkan pada pengembangan ketiga ranah
tersebut secara utuh/holistik, artinya pengembangan ranah yang satu tidak bisa
dipisahkan dengan ranah lainnya.” Dengan demikian, proses pembelajaran
secara utuh melahirkan kualitas pribadi yang mencerminkan keutuhan
penguasaan sikap, pengetahuan, dan keterampilan Peraturan
Pemerintah(Peraturan Pemerintah No. 65 Tahun 2013).
B. Penelitian Relevan
Berdasarkan tinjauan dari penelitian sebelumnya yang menyangkut
penelitian yang penulis teliti ternyata sudah banyak yang melakukan
penelitian tentang Implementasi Kurikulum 2013.
39
1. Peneliti Siti Hardianti dengan judul Implementasi Kurikulum 2013
Pada Proses Pembelajaran Oleh Guru Mata Pelajaran Fisika Tingkat
SMAN Di Kabupaten Bone.
Hasil penelitian diperoleh sebagai berikut: nilai rata-rata
implementasi kurkulum 2013 oleh guru mata pelajaran fisika sebesar
108, 75 dengan kategori sebagaian besar terlaksana dengan
persentase 87, 5%. Sedangkan dari hasil observasi langsung dengan
menggunakan lembar observasi tingkat implementasi kurikulum
2013 berada pada kategori sebagian besar terlaksana dengan
persentase 75%. Adapun hambatan yang dialami guru dalam
pelaksanaan implementasi kurikulum 2013 dalam pelaksanaan
pembelajaran antara lain waktu dalam pelaksanaan pembelajaran
masih kurang dan kurangnya motivasi belajar siswa dalam belajar
mandiri.
Persamaan sama-sama membahas tentang implementasi
kurikulum 2013, sedangkan perbedaannya skirpsi siti hardianti lebih
fokus pada proses pembelajaran fisika sedangkan penulis fokus pada
pembelajaran manajemen kurikulum.
2. Peneliti dari Aviv Budiman tahun (2008) dengan judul implementasi
kurikulum 2013 di SMK MA’ARIF SALAM.
Hasil penelitian diperoleh sebagai berikut: a). Kesiapan guru
dalam mengimplementasikan kurikulum 2013 dilihat dari
perencanaan proses pembelajaran masuk dalam kategori Siap (61%-
80%) persentase kesiapannya sebesar 76, 46%, dengan rincian
persentase kesiapan: persentase kesiapan guru dalam menyusun RPP
sesuai dengan kurikulum 2013 sebesar 77,30%, persentase kesiapan
guru dalam menyiapkan sumber belajar sebesar 78,46%, persentase
kesiapan guru dalam mengalokasikan waktu pembelajaran sebesar
76,15%, persentase kesiapan guru dalam menyiapkan media
40
pembelajaran dan penggunaan metode pembelajaran sebesar 75,89%,
serta persentase kesiapan guru perencanaan penilaian sebesar
75,69%.b) kesiapan guru dalam mengimplementasikan kurikulum
2013 dilihat dari pelaksanaan proses pembelajaran masuk dalam
kategori Siap (61%-80%) persentase kesiapannya sebesar 77,59%,.
Persamaan sama-sama membahas tentang implementasi
kurikulum 2013, sedangkan perbedaanya skripsi dari aviv budiman
fokus pada kurikulum 2013 sedangkan penulis lebih fokus pada
manajemen kurikulum.
3. Peneliti Basse Nukrawati (2017) dengan judul Pelaksanaan
Manajemen Kurikulum 2013 pada SDN 394 Sakkoli.
Hasil penelitian diperoleh sebagai berikut: (1) Persiapan
sekolah sebelum mengimplementasikan kurikulum 2013 yaitu telah
dilaksanakan pelatihan dan pendampingan kurikulum 2013 kepada
kepala sekolah dan guru, melengkapi sarana dan prasarana sekolah
serta menyediakan sumber belajar berupa buku guru dan buku siswa.
Sedangkan perencanaan pembelajaran kurikulum 2013 yang
dilakukan oleh guru PAI di SMP Negeri 1 Purwodadi yaitu membuat
perencanaan pembelajaran meliputi program tahunan, program
semester, dan RPP. (2) Dalam melaksanakan pembelajaran PAI, guru
telah melakukan kegiatan yang mendidik melalui kegiatan awal atau
pendahuluan, kegiatan inti, dan kegiatan penutup
Persamaan sama-sama membahas tentang manajemen
kurikulum 2013, sedangkan perbedaannya skripsi basse nukrawati
lebih fokus pada pelaksanaan manajemennya sedangkan penulis
fokus pada impelementasi manajemen kurikulum.
4. Peneliti Nurul Hikmatul Islamiyah (2017) yang berjudul Manajemen
Kurikulum 2013 dalam Meningkatkan Mutu Lulusan.
41
Hasil penelitian diperoleh sebagai berikut: menunjukkan
bahwa sistem manajemen kurikulum di MI Muslimat NU Pucang
dengan membentuk tim perencana kurikulum, tim pelaksana, dan tim
pengawas kurikulum terpadu. Sedangkan untuk manajemen
kurikulum terpadu di MI Muslimat NU Pucang yakni melakukan
perencanaan kurikulum terpadu, pelaksanaan kurikulum terpadu,
evaluasi kurikulum terpadu. Perencanaan kurikulum terpadu dengan
mendownloand silabus kurikulum cambridge lalu melakukan
integrasi materi dengan kurikulum diknas, kemudian membuat frame
work, prota, promes, dan rpp. Pelaksanaan kurikulum terpadu
dilaksanakan oleh setiap guru sesuai dengan perencanaan yang telah
dibuat. Sedangkan untuk evaluasi kurikulum terpadu untuk guru
dengan supervisi, KKG, pelatihan, English Class. Sedangkan
evaluasi pembelajaran untuk siswa sama seperti lembaga pendidikan
lainnya namun ditambah dengan CIPPT dan checkpoint dari
kurikulum cambrige.
Persamaan sama-sama membahas tentang manajemen
kurikulum 2013, sedangkan perbedaannya skripsi nurul hikmatul
islamiyah fokus pada meningkatkan mutu lulusan sedangkan penulis
fokus pada perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan.
5. Peneliti Hidayatul Mucharromah (2015) yang berjudul Manajemen
Pembelajaran Kurikulum 2013.
Hasil penelitian diperoleh sebagai berikut: (1) Perencanaan
pembelajaran kurikulum 2013 yang dilakukanoleh guru PAI di SMP
Negeri 1 Purwodadi yaitu membuatperencanaan pembelajaran
meliputi program tahunan, programsemester, dan RPP. (2) Dalam
melaksanakan pembelajaran PAI, gurutelah melakukan kegiatan yang
mendidik melalui kegiatan awal ataupendahuluan, kegiatan inti, dan
kegiatan penutup. Dalampembelajaran, guru telah menerapkan
42
pendekatan saintifik dalamkegiatan inti meliputi mengamati,
menanya, mencoba, menalar danmengkomunikasikan. (3) Sekolah
telah dianggap siap sebagai sekolah.
Persamaan sama-sama membahas tentang kurikulum 2013,
sedangkan perbedaan dalam skripsi hidayatul mucharromah fokus
pada proses manajemen pembelajaran sedangkan fokus penulis lebih
fokus manajemen kurikulum 2013.
42
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Berdasarkan permasalan yang akan diteliti, maka jenis penelitian yang
dilakukan adalah penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Penelitian
ini dimaksudkan untuk mendeskripsikan dan menganalisis fenomena tertentu
secara mendalam dan terperinci di SMA Negeri 1 Sungayang. Metode
kualitatif digunakan untuk mendapatkan data yang mendalam, suatu data yang
mengandung makna, makna adalah data yang sebenarnya data yang pasti yang
merupakan suatu nilai dibalik data yang tampak (Sugiyono, 2013:9).
Sebagaimana diketahui bahwa penelitian deskriptif kualitatif yaitu suatu
penelitian yang mengungkapkan serta menggambarkan kejadian yang terjadi
dilapangan sebagaimana adanya dilokasi penelitian. Adapun alasan peneliti
melakukan penelitian ini dilapangan adalah agar penulis dapat terjun secara
langsung untuk mendapatkan data dan informasi yang valid tentang
bagaimana Implementasi Manajemen Kurikulum 2013 di SMA Negeri 1
Sungayang.
Maka pendekatan deskriptif kualitatif ini dianggap sangat cocok,
karena pendekatan kualitatif merupakan suatu prosedur penelitian yang
menghasilkan data-data yang bersifat deskriptif dalam bentuk kata-kata
tertulis atau lisan, selanjutnya penelitian deskriptif digunakan untuk
memecahkan permasalahan yang sedang dihadapi pada situasi sekarang.
Dilakukan dengan menempuh langkah-langkah menghimpun informasi atau
mengumpulkan data, interpretasi, membuat kesimpulan dan laporan.
43
B. Lokasi dan Waktu Penelitian
Lokasi penelitian dilaksanakan di SMAN 1 Sungayang.Pemilihan
lokasi ini di dasari pertimbangan bahwa kondisi di SMA Negeri 1 Sungayang
ini dapat diteliti dan dikaji secara mendalam sesuai tema penelitian.
Dalam jadwal ini berisi kegiatan apa saja yang akan dilakukan, dan
berapa lama akan dilakukan, seperti:
Tabel 3.1
Waktu Penelitian
Bulan dan Tahun 2018-2019
No Uraian
Kegiatan
Desember 2018-
April 2019
Mei 2019- Oktober 2019
1 Observasi awal
2 Penyusunan
proposal
3 Seminar
proposal
4 Pengumpulan
data penelitian
5 Analisis data
6 Munaqasyah
7 Penyempurnaan
munaqasyah
8 Pengandaan
laporan
penelitian
44
C. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian adalah alat-alat yang diperlukan atau yang
digunakan untuk mengumpulkan data, ini berarti dengan mengumpulkan alat-
alat tersebut data dapat dikumpulkan. Dalam penelitian kualitatif, peneliti
sendiri yang mengumpulkan data dengan cara bertanya, meminta,
mendengarkan dan mengambil kesimpulan (Afrizal, 2015, p. 134).
Dalam penelitian ini memerlukan alat bantu yang akan dijadikan sebagai
instrumen, instrumen yang dimaksud berupa hanphone, buku catatan pena dan
pensil. Handphone digunakan sebagai alat perekam suara dari informan dan
pengumpulan data apabila tidak tercatat semuanya oleh peneliti. Sedangkan
buku catatan, pena dan pensil digunakan untuk mencatat informasi yang
didapatkan dari informan. Instrumen yang digunakan adalah melalui
wawancara, peneliti menyiapkan topik dan pertanyaan pemandu wawancara
sebelum aktivitas wawancara dilaksanakan untuk dijadikan bahan data atau
sumber daalm penelitian tersebut.
D. Sumber Data
Sumber data adalah sumber informasi yang peneliti dapatkan dari
sesusatu yang akan diteliti yang mana sumber data terdiri dari data primer dan
data sekunder. Adapun sumber data yang peneliti gunakan dalam penelitian
ini adalah sebagai berikut :
1. Data Primer
Sumber Data primer dalam penelitian ini diperoleh Kepala
Sekolah, Waka Kurikulum, Guru-guru dan Peserta Didik.
2. Data Sekunder
Sumber data sekunder dalam penelitian ini yaitu dokumen-
dokumen yang berkaitan langsung dengan apa yang dibutuhkan oleh
peneliti. Sumber data ini peneliti gunakan untuk mendapatkan informasi
atau data yang lebih akurat dan lengkap serta jelas.
45
E. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling utama
dalam penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan
data (Sugiyono,2014, p. 376). Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini
penulis meakukan melalui tiga cara yaitu, observasi, wawancara dan
dokumentasi.
1. Observasi
Jenis obsevasi yang dilakukan oleh peneliti adalah observasi
nonpartisipan dimana peneliti sebagai observer tidak ikut berpartisipasi
dalam kegiatan subjek yang diteliti dan hanya bertindak sebagai
pengamat.Berdasarkan observasi tersebut peneliti dapat melihat
bagaimanaPelaksanaan Manajemen Kurikulum 2013 di SMAN 1
Sungayang. Sejalan dengan apa yang dikemukakan oleh Ahmadi (2014:
169) bahwa observasi nonpartisipan adalah Seorang pengamat bisa
melakukan pengumpulan data tanpa harus melibatkan dir langsung ke
dalam situasi di mana peristiwa itu berlangsung, melainkan dengan
menggunakan media tertentu.
2. Wawancara
Wawancara adalah alat bantu yang digunakan peneliti ketika
mengumpulkan data melalui tanya jawab dengan Waka Kurikulum di
SMAN 1 Sungayang. Wawancara ini merupakan teknik mengumpulan
data dengan cara melakukan tanya jawab langsung dan memiliki maksud
yang telah direncanakan sebelumnya. Wawancara yang peneliti lakukan
adalah wawancara semiterstruktur, dimana dalam pelaksanaanya
wawancara ini pelaksanaanya lebih bebas bila dibanding dengan
wawancara terstruktur.Tujuan dari wawancara ini adalah untuk
menemukan permasalahan secara lebih terbuka, dimana pihak yang diajak
wawancara dimintak pendapat dan ide-idenya. Dalam melakukan
46
wawancara peneliti perlu mendengarkan secara teliti dan mencatat apa
yang dikemukakan oleh informen (Sugiyono,2014,p. 387).
3. Dokumentasi
Dokumen-dokumen tertulis merupakan sumber pendukung lainnya
selain sumber manusia melalui observasi dan wawancara.“Dokumen
merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu.Dokumen biasa
berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya monumental dari seseorang”
(Sugiyono, 2014: 82).Dokumentasi pada penelitian ini diantaranya seperti
Dokumen kurtilas dan dokumen-dokumen yang berkaitan dengan dalam
penerapan kurikulum 2013.
F. Teknik Analisis Data
Teknik analisis data merupakan salah satu kegiatan dalam upaya
mengolah data.Kegiatan tersebut dimulai dari mengelompokkan atau
mengklasifikasi data, yang kemudian memilah agar dapat dikelola dengan
baik, dan seterusnya untuk dapat menemukan informasi apa yang penting
sehingga untuk dapat diuraikan dan dikemukakan kepada orang lain.
Menurut Sugiyono (2007: 335) analisis data adalah proses mencari dan
menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara,
catatan lapangan dan dokumentasi, dengan cara mengorganisasikan data
kedalam kategori, menjabarkan kedalam unit-unit, melakukan sintesa,
menyusun kedalam pola, memilih mana yang penting dan yang akan
dipelajari serta membuat kesimpulan sehingga mudah dipahami oleh diri
sendiri dan orang lain.
Adapun tahap analisis data yang peneliti lakukan yaitu sebagai berikut:
1. Tahap pra lapangan
Pada tahap ini peneliti melakukan analisis kebutuhan atau
evaluasi diri. Artinya peneliti mengamati kenyataan yanga ada
dilapangan. Dalam analisis kebutuhan ini dilakukan pendataan
47
mengenai mengapa, bagaimana dan apa saja yang diperlukan
(Pendapat Penulis).
2. Tahap pelaksanaan penelitian
Miles dan Huberman Sugiyono (2007:337) mengemukakan
bahwa analisis data dalam penelitian kualitatif dilakukan secara
inetraktif dan berlangsung secara terus-menerus sampai tuntas,
sehingga datanya sudah jenuh. Aktifitas dalam data tersebut terdiri
atas:
a. Reduksi Data
Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang
pokok, menfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan
polanya, kemudian membuang yang tidak perlu. Dengan demikian
data yang telah direduksi akan memberikan gambaran yang lebih
jelas di banding data yang sebelumnya, dan mempermudahkan
peneliti untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya, dan
mencarinya bila diperlukan.
Dari hal tersebut reduksi data sangat berpengaruh dalam hal
pengumpulan data, karena dengan adanya reduksi data akan bisa
membantu penulis untuk menganalisis data-data yang sudah di
kumpulkan.
b. Penyajian Data
Dalam penelitian kualitatif, penyajian data bisa dilakukan
dalam bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori, yang
paling sering digunakan untuk menyajikan data dalam penelitian
kualitatif adalah dalam teks yang bersifat naratif. Dengan
mendisplay data, maka akan memudahkan untuk memahami apa
yang terjadi, merencanakan kerja selanjutnya berdasarkan apa yang
dipahami.
48
c. Penarikan Kesimpulan
Langkah ke tiga dalam analisis data kualitatif menurut Miles
dan Huberman adalah penarikan kesimpulan dan verifikasi.
Kesimpulan awal yang dikemukakan masih bersifat sementara, dan
akan berubah bila tidak ditemukan bukti-bukti yang kuat
mendukung pada tahap pengumpulan data berikutnya. Tetapi
apabila kesimpulan yang dikemukakan pada tahap awal, didukung
oleh bukti-bukti yang valid dan konsisten saat peneliti kembali
kelapangan mengumpulkan data, maka kesimpulan yang
dikemukakan merupakan kesimpulan yang kredibel.
Dengan demikian kesimpulan dalam penelitian kualitatif
mungkin dapat menjawab rumusan masalah sejak awal, tetapi
mungkin juga tidak, karena seperti yang telah dikemukakan bahwa
masalah dan rumusan masalah dalam penelitian kualitatif masih
bersifat sementara dan akan berkembang setelah penelitian berada
di lapangan.
G. Teknik Pengecekan Keabsahan Data
Teknik penjamin keabsahan data dalam penelitian ini yang penulis
gunakan yaitu dengan triangulasi. Triangulasi adalah teknik dalam
penelitian untuk menguji kredibilitas atau kepercayaan data kepada
sumber yang sama dengan teknik yang berbeda. Pada awalnya penulis
memperoleh data dengan cara wawancara, lalu dicek dengan observasi
atau dokumentasi. Bila dengan ketiga teknik pengujian menghasilkan data
yang berbeda-beda, maka peneliti melakukan diskusi lebih lanjut kepada
sumber data yang bersangkutan, untuk memastikan data mana yang
dianggap benar (Sugiyono, 2014, p. 274) .
1. Trianggulasi
Trianggulasi Data adalah memeriksa kebenaran data yang
telah diperoleh kepada pihak-pihak lainnya yang dapat dipercaya
49
atau mengecek sumber melalui sumber lain sampai pada taraf
anggapan bahwa informasi yang dipercaya atau kredibel. Menurut
Sugiyono (2013: 330) triangulasi di artikan sebagai teknik
pengumpulan data yang bersifat menggabungkan data dari berbagai
teknik pengumpulan data dan sumber data yang telah ada. Dalam
penelitian ini,peneliti menggunakan dua macam tringulasi yaitu :
a. Trianggulasi Teknik, yaitu menggunakan teknik pengumpulan
data yangberbeda-beda untuk mendapatkan data dari sumber
yang sama dengan menggunakan observasi, partisipatif,
wawancara dan dokumentasi untuk data yang serempak.
Menurut Sugiyono (2013: 330) teknik tringuklasi berarti peneliti
menggunakan pengumpilan data yang berbeda- beda untuk
mendapatkan data dari sumber yang yang sama.Peneliti
menggunakan observasi partisipan, wawancara mendalam serta
Dokumentasi untuk data yang sama secara serempak, tringulasi
teknik dapat ditempuh melalui langkah-langkah sebagai berikut :
Gambar Triangulasi Teknik(Sugiyono, 2013: 331)
b. Trianggulasi Sumber, yaitu untuk mendapatkan data dari
sumber yang berbeda-beda dengan teknik yang sama, dari
suatu sumber dapat puladilakukan observasi, wawancara, dan
memperoleh dokumentasi sehingga kredibilitas data lebih
akurat. Menurut Sugiyono (2013: 330) triangulasi sumber berarti
Wawancara
Mendalam
Observasi Partisipan
Dokumentasi
Sumbe
r Data
sama
50
untuk mendapatkan data dari sumber yang berbeda- beda dengan
teknik yang sama. Hal ini dapat di gambarjkan sebagai berikut:
Gambar triangulasi Sumber ( Sugiyono, 2013: 331)
2. Menggunakan bahan referensi
Dalam hal ini, laporan peneliti dilengkapai dengan foto-
foto.Selain itu juga dilengkapi dengan dokumen autentik yang
berhubungan dengan fokus penelitian sehingga menjadi lebih dapat
dipercaya.
A
B
C
Wawancara
mendalam
51
BAB IV
TEMUAN PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Temuan Umum
1. Profil Sekolah
a. Identitas
Nama Sekolah : SMA Negeri 1 Sungayang
NSS : 30.10.80.70.3.500
NPSN : 10302399
Status Sekolah : Negeri
SK Izin Operasional : 001a/0/1999
Tanggal SK Izin Operasional : 5 Januari 1999
Tahun Didirikan : 1999/2000
Status Tanah/Bangunan : Sertifikat
Kepemilikan Tanah : Sertifikat Nomor
03.10.08.06.3.00001
Luas Tanah/Bangunan : 19.824 M2/ 8.500 m2
Status kepemilikan : Pemerintah Daerah
Alamat : Jl. Kebun Desa balai Diateh
Kecamatan Sungayang Kabupaten
Tanah Datar Propinsi Sumatera Barat
Telepon/Kode Pos : 08116656020/ 27294
Lintang/ Bujur : -.4049000/100.5832000
Layanan Kebutuhan khusus : A,D,D1
Nomor telepon : 081266601965
Email :[email protected]
Website : http://sman1sungayang.sch.id
Akreditasi Sekolah : A/2012.
b. Riwayat Kepala Sekolah
Tahun 1999 s/d 2001 : Mhd. Nasir, S. Pd
Tahun 2001 s/d 2005 : Drs. Mhd. Dalpen, MM
Tahun 2005 s/d 2015 : Drs. Amrisman
Tahun 2015 s/d Sekarang : Dra. Zahraine
c. Kepala Sekolah sekarang
Nama : Dra. Zahraine
51
52
NIP : 19650105 199802 2 001
Tempat/Tanggal Lahir : Sawah Lunto/ 5 Januari 1965
Jenis Kelamin : Perempuan
Pendidikan terakhir : S.1/Akta IV Bimbingan Konseling
IKIP Padang
Pangkat/Golongan : Pembina/IV-a
Jabatan : Kepala SMA Negeri 1 Sungayang
Alamat : Koto, Batusangkar
Telepon/HP : 081266601965
2. Visi dan Misi Sekolah
a. Visi SMAN 1 Sungayang
“Bertaqwa, Berkarakter, Berprestasi, Terampil, Kompetitif, dan
Berbudaya Lingkungan.”
Indikator pencapaian visi adalah sebagai berikut :
1) Terwujudnya sikap dan prilaku seluruh warga sekolah (PTK dan
peserta didik) yang menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang
dianut dalam kehidupan sehari-hari.
2) Terwujudnya PTK dan peserta didik SMAN 1 Sungayang yang
memiliki karakter yang sesuai dengan nilai agama, budaya alam
minangkabau dan karkter nasional (nawacita) yang diintegrasikan
dalam kegiaatn pembelajaran dan diluar jam pembelajaran
3) Terlaksananya kegiatan yang bernuansa Islami dan sesuai Budaya
Alam Minangkabau.
4) Memberikan layanan prima dalam segala kegiatan setiap saat
5) Terwujudnya PTK dan peserta didik SMAN 1 Sungayang yang
memiliki prestasi baik di bidang akademik maupun di bidang non
akademik.
6) Terlaksananya pembelajaran dan bimbingan secara efektif dengan
menggunakan multimedia.
53
7) Meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan apresiasi peserta didik
dibidang ilmu pengetahuan, teknologi, social budaya dan seni dengan
berpikir kritis, kreatif, kolaboratif dan komunikatif
8) Terwujudnya PTK dan peserta didik SMAN 1 Sungayang yang
terampil sehingga mampu bersaing di lingkungan regional maupun
nasional.
9) Mengintensifkan bimbingan/pelatihan secara berkelanjutan baik
bidang akademis maupun non akademis untuk mampu bersaing dan
mengikuti jenjang pendidikan yang lebih tinggi.
10) Melaksanakan event-event tertentu dalam berbagai tingkat dan
berusaha menjadi yang terbaik dalam berbagai event yang diikuti
11) Mengembangkan kurikulum berbasis lingkungan.
12) Mewujudkan kultur sekolah yang berwawasan lingkungan untuk
menunjang kenyamanan proses pembelajaran
13) Menjadikan lingkungan sekolah yang bersih, indah, terpelihara dan
lestari dalam rangka sekolah adiwiyata.
b. Misi SMAN 1 Sungayang
1) Menciptakan warga sekolah yang bertaqwa
Langkah-langkah pencapaian:
a) Melaksanakan 5S (Salam, Senyum, Sapa, Sopan dan Santun)
b) Membaca Asmaul Husna ketika akan mulai PBM
c) Menyediakan tempat beribadah yang layak, nyaman, dan
lengkap sarana prasarananya.
d) Shalat Duha bagi peserta didik dan pendidik saat jam istirahat
(tidak ditentukan jadwalnya)
e) Shalat zuhur berjamaah (45 menit)
f) Melaksanakan kultum bagi peserta didik setiap Jumat
g) Azan dan Iqomah secara bergiliran setiap hari saat shalat Zuhur
54
h) Kegiatan Forum Annisa pada setiap hari jumat bergilir/ tingkat
dan Forum Arrijal pada setiap hari sabtu.
i) Menciptakan warga sekolah yang berkarakter.
2) Menumbuhkan semangat keunggulan di bidang keilmuan, seni dan
olah raga untuk menciptakan Pendidik, Tenaga Kependidikan dan
Peserta Didik yang Berprestasi.
Langkah-langkah pencapaian :
a) Bidang keilmuan/akademik ;
b) Melaksanakan proses pembelajaran sesuai dengan jadwal
pembelajaran
c) Menyampaikan semua indiator setiap tingkatan untuk
semua mata pelajaran
d) Memberikan pelatihan pada peserta didik untuk mendalami
materi dan soal –soal olimpiade sains baik oleh pendidik
maupun dosen dari pendidikan tinggi;
e) Memberikan pembekalan tentang dunia perpendidikan
tinggi seperti kunjungan ke Perpendidikan Tinggi Negeri
dan Swasta yang berada di dalam atau luar propinsi
Sumatera Barat.
f) Melakukan kunjungan kampus/bedah kampus setiap
tahunnya untuk memotivasi peserta didik melanjutkan
pendidikan ke PT.
g) Memberikan layanan remedial dan pengayaan kepada
peserta didik
h) Menyusun bank soal sesuai denagn SKL UN
i) Membuka klinik mata pelajaran
j) Menetapkan Penasehat Akademik bagi masing-masing
peserta didik.
k) Mengarahkan peserta didik yang mempunyai prestasi
55
akademik yang baik melanjutkan jalur SNMPTM
l) Memberikan bimbingan kepada peserta didik untuk
memilih program studi di Perpendidikan Tinggi sesuai
dengan minat bakat dan kemampuan akademiknya
m) Memfasilitasi peserta didik dalam pengisian data pada
SNMPTN
n) Memfasilitasi peserta didik dalam kegiatan penseleksian
dan pembinaan dalam kegiatan OSN.
o) Melengkapi sumber bacaan untuk guru dan peserta didik
untuk memperkaya pengetahuan
p) Bidang seni dan olah raga / nonakademik
q) Memperbaiki lapangan olah raga secara bertahap
r) Membentuk klub olah raga seperti sepak bola, basket dan
Volly Ball untuk dipersiapkan mengikuti turnamen
s) Menguji kemampuan setiap klub olah raga dalam
kompetisi yang diadakan
t) Membentuk kelompok seni pencak silat sebagai seni bela
diri
u) Mengadakan latihan marching band setiap minggu
v) Membentuk tim tari dan latihan setiap harinya.
3) Menyiapkan peserta didik untuk siap berkompetisi di era global
untuk menciptakan peserta didik yang terampil dan kompetitif.
Langkah-langkah pencapaian :
a) Memanfaatan internet untuk setiap proses pembelajaran
b) Memanfaatkan laptop dan infokus untuk media pembelajaran
c) Mengadakan pelatihan komputer bagi pendidik seperti membuat power
point dan flas 7 pada awal tahun pelajaran serta program corel dan
desain rafis berbasis TIK untuk layanan TIK.
56
d) Melaksanakan kegiatan ekstrakurikuler dengan serius, teruatama di
bagian english club, japanesse club dan pramuka.
e) Mengaktifkan peserta didik untuk membaca pada waktu istirahat dan di
waktu luang lainnya
f) Mengadakan pelatihan kepemimpinan bagi pengurus OSIS
g) Mengikutsertakan peserta didik yang memiliki bakat dan kemampuan
dalam setiap perlombaan.
4) Melaksanakan pembelajaran muatan lokal dalam mata pelajaran kelompok
wajib B yaitu tari, randai, musik dan seni rupa pada mata pelajaran seni
budaya, pencak silat pada mata pelajaran pendidikan jasmani olehara dan
kesehatan, serta pembuatan kerajinan tradisinal serta pengolahan makanan
tradisional pada mata pelajaran pendidikan kewirausahaan menumbuhkan
perilaku yang mencerminkan akhlakul karimah untuk menciptakan peserta
didik dan PTK yang berbudaya lingkungan
Langkah-langkah pencapaian :
a) Bertegur sapa antara sesama warga sekolah
b) Gotong royong dalam membersihkan lingkungan sekolah
c) Menghormati sesama warga sekolah
d) Memupuk hubungan silahturahmi antara warga sekolah dengan
mengadakan buka bersama dan halal bi halal
e) Menciptakan lingkungan yang kondusif dan kekeluargaan
f) Memakai baju kurung basiba dan baju muslim taluak balango pada hari
jumat
g) Melaksanakan piket kelas dan piket pendidik untuk selalu membersihkan
lingkungan sekolah
h) Jumat bersih bagi setiap personil sekolah
i) Memanfaatkan daun-daun yang berguguran di lingkungan sekolah untuk
bahan kompos
j) Memanfaatkan lahan sekolah yang masih kosong untuk tempat green
57
house
k) Menanam tanaman kearifan lokal dengan memanfaatkan jam pelajaran
pramuka aktualisasi setiap hari Sabtu
3. Tujuan SMA 1 Sungayang
a. Meningkatnya jumlah peserta didik yang beragama Islam dapat
membaca Al Quran dengan baik dan benar 10% untuk tahun
2018/2019.
b. Meningkatnya jumlah warga sekolah yang melaksanakan sholat zuhur
berjamaah di sekolah (Senin, Selasa, Rabu, Kamis dan Sabtu kecuali
hari libur) menjadi 100%.
c. Mempertahankan persentase kelulusan peserta didik 100%.
d. Meningkatnya rata – rata nilai UN untuk program MIPA dan Program
IPS 0,5 point dari rata-rata nilai UN MIPA dan IPS TP. 2017/2018.
e. Meningkatnya rata-rata USBN dan US mencapai minimal 60,00 pada
TP. 2018/2019.
f. Meningkatnya persentase jumlah peserta didik yang diterima di
Perpendidikan Tinggi melalui SNMPTN undangan dan SBMPTN
menjadi 90%.
g. Tercapainya prestasi 3 besar pada lomba Oympiade tingkat
Kabupaten dan tingkat Propinsi untuk 9 (sembilan) mata pelajaran
OSN yaitu Matematika, Fisika, Kimia, Biologi, Ekonomi, Geografi,
Kebumian, Astronomi dan TIK.
h. Menjuarai lomba di bidang pengembangan diri, pada FLS2N dan
O2SN di tingkat kabupaten dan propinsi.
i. Meningkatnya jumlah kunjungan perpustakaan menjadi 50% dari
jumlah peserta didik dan pendidik setiap harinya.
j. Meningkatnya professional pendidik melalui pelatihan dan MGMP
serta peningkatan kualifikasi pendidikan ke jenjang S2 setiap
tahunnya maksimal dua orang.
58
k. Terwujudnya budaya 5 S ( Senyum, Sapa, Salam, Sopan dan Santun)
dalam kehidupan sehari – hari.
l. Terlaksananya 5 pokok pendidikan karakter yang dicanangkan di
sekolah dalam keseharian
m. Tertatanya taman sekolah dan lomba K6 antar kelas setiap tahun agar
tercipta lingkungan yang asri
n. Tertatanya lingkungan sekolah dengan penanaman tanaman kearifan
lokal.
o. Dilaksanakannya kegiatan bedah kampus oleh peserta didik ke
Perpendidikan Tinggi favorit pada akhir Semester 1 T.P 2018/2019.
p. Melengkapi sarana belajar (media pembelajaran, LCD, alat dan bahan
labor) agar dapat dimanfaatkan pendidik sebagai sumber belajar.
q. Terwujudnya SMAN 1 Sungayang sebagai Sekolah Adiwiyata pada
tahun 2019.
4. Sumber Daya Pendidikan
a. Sarana prasarana dan lingkungan sekolah
1) Luas Tanah : 19.824 m2
2) Luas Bangunan Sekolah : 8.500 m2
3) Luas Pekarangan Sekolah : 16.754 m2
4) Keliling Tanah Seluruhnya : 19.824 m2
5) Yang harus dipagar permanen : 19.824 m2
6) Yang sudah dipagar permanen: 310 m2
b. Pemanfaatan gedung sekolah
1) Ruang belajar : 5 unit (19 lokal)
2) Ruang Perpustakaan : 1 unit
3) Ruang laboratorium : 4 unit (Fisika, Biologi-Kimia, dan
Komputer)
4) Tersedia jaringan Internet (WIFI)
59
5) Jumlah Komputer yang tersedia di laboratorium TIK untuk
pembelajaran sebanyak 60 unit komputer
6) Ruang Kantor Tata Usaha : 1 unit
Terdiri dari : Ruang Guru
: Ruang Kepala Sekolah
: Ruang Kepala Tata Usaha
: Ruang Tata Usaha
: Ruang Wakil Kepala Sekolah
: WC Guru Pa dan Pi.
: OSIS/UKS/Pramuka/BK
7) Mushalla
8) Kantin
9) Gudang
10) WC Siswa (6 dan 4 unit)
11) Tower Air
12) Green House
5. Sumber Daya Manusia
a. Kepala Sekolah : 1 orang
b. Wakil Kepala Sekolah : 3 orang
c. Guru PNS : 33 orang
d. Guru Tidak Tetap : 16 orang
e. Pegawai PNS : 5 orang
f. Pegawai Tidak Tetap : 1orang
g. Pesuruh/Penjaga Sekolah Tidak Tetap : 1 orang
5. Kondisi Siswa
a. Kelas X : IA 3 Kelas (103 Orang)
: IS 7 Kelas (137 Orang)
b. Kelas XI : IA, 3 kelas (85 Orang)
: IS, 4 kelas ( 100 Orang)
c. Kelas XII : IA, 3 kelas (74 Orang)
: IS 3 kelas ( 91 Orang)
60
Jumlah : 19 kelas (590 Orang)
B. Temuan Khusus Penelitian
1. Perencanaan kurikulum 2013 di SMA N 1 Sungayang
Penerapan kurikulum 2013 di SMA N 1 Sungayang telah dilaksakan
sejak tahun 2013, karna tuntutan oleh pemerintah, namun pada pelaksanaannya
di SMA N 1 Sungayang belum mendapatkan hasil yang maksimal. Karena
persiapan dan perencanaan yang kurang matang. Pada tahun 2014 SMAN 1
sungayang kembali menerapkan kurikulum 2013 dengan bahan dan persiapan
yang sudah lumayan baik dan terus melakukan perencanaan-perencanaan yang
bertujuan untuk meningkatkan pelaksanaan kurikulum 2013 di SMA N 1
sungayang, yang pada setiap tahunnya selalu memperoleh peningkatan, dan
pada tahun 2019/2020 SMAN 1 Sungayang memakai kurikulum 2013 untuk
semua kelas X,XI,XII.
Berdasarkan wawancara yang dilakukan oleh peneliti dengan Kepala
Sekolah (informan 1) Perancanaan yang dilakukan di sekolah adalah berupa
menyamakan presepsi antara guru pada saat pelaksanaan rapat kurikulum yang
berupa evaluasi pelaksanaan penerapan kurikulum 2013, rapat ini dilaksanakan
setiap akhir semester dengan tim kurikulum. Tujuan rapat evaluasi penerapan
kurikulum 2013 ini adalah untuk membentuk kerja sama antara guru dalam
merumuskan kurikulum 2013 dan kompetensi dasar. Selanjutnaya informan I
juga sudah melakukan perancanaan guna untuk mengimplementasikan
kurikulum 2013. Informan I menyatakan bahwa:
“Beberapa upaya dilakukan untuk menyukseskan implementasi
kurikulum 2013 di SMAN 1 Sungayang antara lain: pertama, guru-guru
mengikuti program pendidikan dan pelatihan implementasi kurikulum
2013. Menurut kepala sekolah salah satu strategi untuk memahami
kurikulum 2013, yaitu melalui pendidikan dan pelatihan (diklat)
implementasi kurikulum 2013 yang di peruntukkan bagi kepala sekolah
dan pengawas sekolah. Dengan adanya diklat implementasi kurikulum
2013 menjadi langkah awal yang sangat penting untuk mempercepat
pemahaman dan keterampilan dalam mengimplementasikan kurikulum
2013. Perencanaan kurikulum dilakukan pada awal tahun ajaran dengan
mengadakan rapat sekolah. Pada rapat ini membahas tentang tindak
lanjut dari rapat sebelumnya yaitu evalusi kurikulum yang di lakukan
pada akhir tahun ajaran“.(informan 1, 28 Agustus 2019).
Berdasarkan keterangan informan 1 dapat diketahui bahwa sekolah
melaksanakan perencanaan kurikulum dengan mengadakan rapat perencanaan
kurikulum yang dilaksanakan awal tahun ajaran dan menggunakan hasil rapat
61
evaluasi kurikulum sebagai pertimbangan untuk penyusunan kurikulum yang
akan digunakan satu tahun kedepan.
Hal senada juga disampaikan oleh Wakil Kurikulum (informen II)
yang menyatakan bahwa perencanaan dalam melaksanakan kurikulum 2013
yang menyatakan sebagai berikut:
“Untuk perencanaan kurikulum 2013 dimulai perencanaannya
dari lokal karya yang dilaksanakan sebelum berakhirnya pembelajaran
dimulai kalau berakhirnya pada tahun pelajaran pada bulan juli
2018/2019 sebelum tahun pembelajaran dimulai. Kalau kita mulai
tahun pelajaran ini Juli 2019 maka lokal karyanya pada bulan April
2019 yaitu dibahas semuanya tentang evaluasi pelaksanaan kurikulum
ditahun sebelumnya, apa yang masih kurang, apa yang harus
dilaksanakan lagi dituangkan dalam dokumen kurikulum yang dibuat
dalam bulan april –juni, bulan juni disahkan pada bulan juli diberikan
verifikasi oleh pengawas dan tim kurikulum di provinsi setelah itu baru
disahkan dokumennya. Selanjutnya guru-guru melakukan lokal karya,
IHT tentang penyusunan pangkat kurikulum 2013, mengikut sertakan
guru-guru dalam pelaksanaan dalam kelompok kerja guru, MGMP,
seminar-seminar dan evaluasi lagi untuk perencanaan pelaksanaan
kurikulum 2013 yang akan dilaksanakan”(informan II, 28 Agustus
2019).
Hal senada juga dikatakan oleh guru Kimia dan Fisika (Informan III dan
IV) yang menyatakan bahwa dalam perencanaan yang dilakukan untuk proses
pelaksanaan kurikulum 2013 adalah membuat program tahunan, silabus,
pengembangan alokasi waktu, dan RPP, guna sebagai pedoman dalam
penerapan kurikulum 2013, setelah guru selasai mengerjakan dan membuat
perangkat pembelajaran tahunan, maka semua perangkat akan diperiksa terlebih
dahulu oleh tim kurikulum SMAN 1 Sungayang, setelah selesai di periksa, dan
dikembalikan kepada masing-masing guru mata pelajaran, dan selesai di revisi
oleh guru, barulah perangkat pembelajaran disahkan oleh tim kurikulum, kepala
sekolah dan tim pengawas dari dinas pendidikan.pengesahan perangkat
pembelajaran ini dilakukan dan dilaksanakan pada setiap akhir semester, setelah
melakukan evaluasi per semester, maka akan kembali melakukan perencanan
Setelah disahkan dan direvisi, apabila ada revisi anjuran dari dinas pendidikan,
setelah itu guru baru bisa menggunakan perangkat pembelajaran yang telah di
rancang (informan III dan IV, 12 september 2019).
Dapat peneliti jabarkan bahwa perencanaan kurikulum 2013 sudah
dilakukan oleh informan I sudah dikatakan baik dalam pelaksanaan lokak
karya, karena setiap tahunnya informan I melakukan eveluasi tehadap
62
kekurangan dalam lokal karya tersebut. Difinisi lokakarya bisa saja dianggap
sebagai sebuah pertemuan ilmiah kecil yang dilakukan oleh beberapa orang
didalam bidang tertentu, yang mana kegiatan ini dapat dilakukan sebagai
agenda rutin yang pelaksanaannya dilakukan dalam kurun periode tertentu.
2. Pelaksanaan kurikulum 2013 di SMA N 1 Sungayang
Pelaksanaan kurikulum 2013 di SMAN 1 Sungayang dalam
pelaksanaannya di laksanakan oleh guru secara bertahap kepada siswa. Di
karenakan kurikulum 2013 dalam pembelajarannya berorientasi kepada
keaktifan siswa dalam proses pembelajaran. Hal ini tentu memberikan imbas
yang baik terhadap kesiapan guru dalam mengajar serta dalam menjalan
tugasnya pada pelaksanaan kurikulum tingkat kelas.
Pelaksanaan kurikulum di SMAN 1 Sungayang berjalan dibawah
pengawasan dan tanggup jawab kepala sekolah dan dibantu oleh wakil kepala
sekolah menjalankan tugas pelaksanaan kurikulum ditingkat sekolah seperti
melakukan koordinasi kegiatan guru-guru, membimbing guru dalam
pelaksanaan kurikulum tingkat kelas, serta melaksanakan segala kegiatan
yang telah direncanakan sebagai usaha mencapai tujuan kurikulum.
Sedangkan pelaksanaan kurikulum tingkat kelas menajdi tanggung jawab dari
masing-masing guru. Hal ini sesuai dengan yang disampaikan oleh informan 1
yang kutipannya sebagai berikut:
“Pada awal pelaksanaan kurikulum 2013 di sekolah ini guru
dan siswa merasa sangat kaku dalam proses pembelajaran dikarnakan
proses yang dijalani jauh berbeda dengan proses sebelumnya,selain itu
dalam prosedur penilaian dalam proses pembelajaranpun sangat jauh
berbeda dari sebelumnya. dengan adanya perubahan dalam sistem
belajar mengajar. perencanaan yang telah dilakukan dan dilaksanakan
oleh semua pihak sekolah, maka dari itu guru dan siswa berangsur-
angsur melaksanakan dan menerapkan proses belajar mengajar
menggunakan kurikulum 2013” (informan I, 28 Agustus 2019).
Pelaksanaan kurikulum 2013 dilaksanakan secara bertahap agar siswa
dapat menerima perubahan kurikulum dan terbiasa dengan proses
pembelajaran yang lebih melibatkan siswa sebagai peran utama dalam
pembelajaran, bertahap-tahap maksudnya disini ialah biasanya siswa
sangat jarang berinteraksi sesama siswa atau temannya dalam diskusi,
dalam implementasi kurikulum 2013 siswa dituntut untuk banyak
bertanya dan menjawab berbagai macam pertanyaan yang diberikan
oleh teman sekelasnya, serta guru bertugas untuk memantau diskusi
yang dilakukan oleh siswa, pada bagaian penutup pembelajaran,
barulah guru mengevaluasi semua diskusi yang dilakukan oleh siswa,
63
dan guru menyimpulkan pembelajaran bersama-sama dengan siswa.
Karena siswa belum terbiasa dengan kurikulum 2013 yang menuntut
siswa lebih aktif dalam kegiatan proses pembelajaran, maka tugas guru
adalah menuntun dan mengajak siswa untuk membiasakan diri
melakukan interaksi, bertanya, dan menambahkan materi
pembelajaran yang di bahas sekelas nya (infoman I, 28 Agustus
2019).
Informan II menyatakan hal yang senada dengan informan I dalam
proses pelaksanaan penerapan kurikulum 2013 di SMAN 1 sungayang
menyatakan sebagai berikut:
“Sebagai wakakurikulum dalam pelaksanaan kurikulum
membantu informan I dalam mengelola kurikulum ditingkat sekolah,
sedangkan pelaksanaan pembelajaran di kelas menjadi tanggung jawab
masing-masing guru.”
Dilaksanakan secara bertahap dan berangsur-angsur, dan pada
akhirnya menjadi terbiasa dalam menghadapi dan melaksan`akan semua
metode dan model pembelajaran yang sesuai dengan tuntutan dari kurikulum
2013, dan pelaksanaan kurikulum 2013 ini sesuai dengan hasil rapat dengan
seluruh majelis guru dan tim kurikulum serta informan I, hasil dari rapat
itulah yang di terapkan dan dilaksanakan pada setiap tahun pembelajaran.
Setelah akhir semester berakhir maka seluruh guru, tim kurikulum dan
informan I akan berkumpul, dan kembali mengadakan rapat, guna
melaksanakan rapat evaluasi untuk perbaikan perangkat pembelajaran yang
akan digunakan untuk pembelajaran di semester yang akan datang.
Pelaksanaan kurikulum 2013 di SMAN 1 Sungayang pada awalnya sulit
diterapkan oleh guru, karena siswa meminta guru untuk mengajar
mengunakan metode seperti biasa saja. Karena siswa merasa binggung dan
belum terbiasa dengan metode yang digunakan guru saat menerapkan
kurikulum 2013. Namun dalam pelaksanaan, guru tetap melaksanakan
kurikulum 2013 secara bertahap. Kemudian tim kurikulum akan memberikan
perancanaan yang lebih matang untuk penerapan kurikulum 2013 di tahun
yang akan datang. Seperti itu perencanaan yang dilaksanakan pada setiap
tahun pelajaran (informan II, 4 September 2019).
Hal senada diperkuat oleh informan III beliau menyatakan dalam
pelaksanaan kurikulum 2013,
64
“Sebagai salah seorang guru mata pelajaran yang menerapakan
kurikulum 2013 pada awal pelaksanaan pada tahun 2016, insyaalah
selalu ada pembaruhan pada penerapan kurikulum 2013 pada setiap
tahunnya, pada awalnya cukup kebinggungan dengan perubahan dan
segala macam nya, karena banyak perangkat yang berganti-ganti, dari
cara pengelolan nilai dan segala hal untuk penunjang dalam proses
pembelajaran pun dengan cara dan hal yang baru, sebelumnya belum
pernah sama sekali dilakukan.
Banyak keluhan juga untuk penerapan dan pelaksanaan kurikulum
2013 ini, dari banyaknya peserta diri yang susah mengerti dengan cara dan
metode yang digunakan, dan juga terkendala dengan waktu, contohnya kita
sudah menargetkan pada waktu dan tanggal ini untuk melakukan pengajaran
namun tiba-tiba ada kegiatan yang tidak sesuai dengan waktu yang telah
ditetapkan, disana lah kendala yang dihadapi oleh guru, yaitu pada akhir
semester, namun materi masih saja ada yang tertinggal belum dilaksanakan,
maka disanalah guru kembali kepada kurikulum sebelumnya (KTSP) untuk
mengejar materi hingga semua materi dapat dismpaikan kepada siswa dan
dalam evaluasi dan ujian nanti siswa mampu menjawab pertanyaan yang telah
dibuat dan diberikan kepada siswa, seperti itulah beberapa kendala yang
dihadapi oleh guru dalam pelaksanaan kurikulum 2013. Dalam penerapan
metode pada proses pembelajaran guru juga mengalami beberapa kendala,
guru kesulitan untuk memberikan arahan kepada siswa, banyak dari siswa
yang tidak paham dan mengerti, karena siswa tidak terbiasa dengan metode
baru yang diterapkan oleh guru dan banyak pula siswa yang meminta agar
metode dan model pembelajaran dilakukan seperti biasa guru mengajar saja,
yaitu dengan menggunakan kurikulum KTSP, karena siswa kesulitan
memahami maksud dan cara belajar yang baru. Hal seperti ini menjadi
kendala dan menghambat terrealisasinya model serta metode yang telah
dirancang oleh guru pada awal tahun pembelajaran (informan III, 12
september 2019).
Informan IV menyatakan pelaksanaan kurikulum 2013 pada awalnya
siswa merasa kaget dengan situasi dan cara penyampaian materi dari guru
yang jauh berbeda dari sebelumnya. Tujuan dari belajar adalah
menyampaikan pesan, sedangkan model pembelajaran adalah cara
menyampaika pesan, saya menerapkan model, metode untuk menerapakan
kurikulum 2013 itu perlahan, sesuai dengan kebutuh dari siswa, kalo tidak
mampu 100% berangsur-angsur 30% terlebih dahulu, namun untuk anak-
65
anak sekarang, mereka sudah sejak di bangku SMP sudah menerapkan
kurikulum 2013, dan sekarang sudah terbiasa. Dalam proses pelaksanaan
kurikulum 2013 dalam penggunaan model pembelajaran, salah satunya ketika
siswa dituntut untuk bertanya kepada guru, namun tidak ada siswa yang ingin
bertanya, karena dengan menggunakan model dan metode yang baru
kebanyakan siswa masih gugup dan gerogi dalam pembelajaran, dan guru lagi
menuntunnya untuk bertanya, dalam pelaksanaan saya tidak terlalu terfokus
kepada perencanaan yang telah dibuat saya lebih terfokus dengan situasi dan
kondisi yang ada, menyesuaikan saja, yang penting pesan dan tujuan
pembelajaran tercapai dan tersampaikan dengan baik dan .benar kepada siswa
Berdasarkan observasi yang dilakukan oleh peneliti terhadap proses
pelaksanaan penerapan kurikulum 2013, peneliti melihat bahwa dalam
pelaksanaan pembelajaran yang dilaksanakan oleh informan III pada awal
pembelajaran sudah sesuai dengan perencanaan yang di buat dan ditentukan
(RPP) namun pada kegiatan inti, karna kurangnya respon dan kerja sama
antara guru dengan siswa, guru masih kesulitan menuntun siswa maka pada
inti kegiatan banyak kegiatan yang tidak sesuai dengan RPP, guru
menyesuaikan dengan situasi dan konsdisi yang ada, karena itu tidak adanya
kesesuaian antara RPP pada langkah kegiatan belajar dengan pelaksanaannya
pada pembelajaraan. Serta dalam kegiatan penutup guru kembali menuntun
siswa untuk memberikan kesimpulan pada akhir pembelajaran.
Informan V menyatakan dalam proses pembelajaran saya merasa
bahwa apapun pendapat yang kami berikan ketika dalam proses pembelajaran
selalu di beri kesempatan dan jarang sekali pendapat kami tidak diterima,
dalam proses pembelajaran kurikulum 2013 lebih berpusat kepada siswa.
Dalam proses pembelajaran kami yang menjalankan semua proses
pembelajaran guru hanya diawal saja menjelaskan pembelajaran dan
seterusnya kami yang menjalankan, mencari bahan pembelajaran dan
memecahkan materi pembelajaran. Dalam pembelajara kurikulum 2013 ada
beberapa hambatan yang kami rasakan Ektrakurikuler wajib di ikuti
contohnya pramuka diwajibkan atas peserta didik dan kami harus mampu
menguasai IT karena media yang digunakan seperti internet. Pembelajaran
kurikulum 2013 lebih mengaktifkan bagi peserta didik dalam belajar, siswa
hanya menunggu penjelasan diakhir oleh guru saja (informen IV, 12
september 2019).
Dapat peneliti jabarkan dari hasil wawancara peneliti serta observasi
dalam pelaksanaan pembelajaran yang dilaksanakan oleh guru terdapat
66
beberapa kesenjangan dan beberapa ketidaksesuaian antara RPP yang telah di
rancang oleh guru dengan pelaksanaan yang dilaksanakan dalam proses
pembelajaran, namun guru tetap berusaha menuntun para siswa secara
perlahan dan bertahap untuk bisa dan terbiasa dengan pembelajaran yang
menggunakan kurikulum 2013 yang memusatkan pembelajaran pada siswa
(student center).
3. Pengawasaan kurikulum 2013 di SMAN 1 Sungayang
Pengawasan kurikulum di SMAN 1 Sungayang pada dasar nya sama
dengan pengawasan yang dilaksanakan di sekolah-sekolah lain yaitu supervisi
oleh informan I, sudah ada jadwalnya dan supervisi dari pengawasan dinas
pendidikan,
Informan I menyatakan dalam pengawasan terhadap pelaksanaan
kurikulum 2013 yang dilaksanakan di SMAN 1 Sungayang:
“ Ada dua macam pengawasan yang terlaksana, yang pertama
adalah supervisi, sebagai kepala sekolah, biasanya 1 (Satu) kali dalam
sebulan sekolah melakukan supervisi terhadap guru-guru dalam
pelaksanaan peoses belajar mengajar, biasanya kepala sekolah
langsung melihat ke kelas pada jam pembelajaran dalam waktu yang
tertentu tanpa di tetapkan dan di konfirmasi kepada guru, langkah ini
bertujuan agar kepala sekolah dapat memantau dan melihat seperti apa
penerapan kurikulum 2013 yang dilaksanakan oleh guru di SMAN 1
Sungayang, apakah memang diterapkan dengan baik atau tidak,
setelah saya melakukan supervisi , nanti kepala sekolah akan
mempunyai beberapa catatan-catatan yang berguna untuk evaluasi dan
perencanaan untuk tahun pembelajaran kedepannya guna memperbaiki
dan menambah segala hal yang kurang dalam pelaksanaan kurikulum
2013. Kedua pengawasan akan dilakukan oleh pengawas dari dinas
pendidikan dan biasanya pengawas yang akan datang dari dinas
pendidikan sudah terjadwal dari dinas, jadi dari pihak sekolah memang
dapat menyiapkan sagala hal yang berguna untuk proses supervisi dari
pengawas, setelah supervisi dilaksanakan akan ada beberapa evaluasi
langsung yang diberikan oleh pengawas kepada tim kurikulum sekolah, yang berguna bagi tim kurikulum untuk evaluasi dan
perbaikan perencanaan penerapan kurikulum 2013 untuk tahun
pembelajaran.
Informan II juga menyatakan hal yang senada dengan informan I
bahwa dalam pengawasan disekolah terdiri dari pengawasan langsung
supervisi oleh kepala sekolah dan tim guru, lalu yang kedua yaitu pengawasan
dari pengawas dinas pendidikan. Yang dilakukan rutin setiap tahun
pembelajaran dan nantinya akan mendapat berupa kritik dan saran untuk
67
perbaikan dan evaluasi bagi guru di SMAN 1 Sungayang kedepanya
(informen II, 4 September 2019).
Informan III menyatakan dalam pengawasan penerapan kurikulum
2013 di SMAN 1 Sungayang
“Biasanya pengawasan yaitu supervisi dan masing-masing
guru punya supervisor, kadang kepala sekolah kita sedang mengajar
dia masuk, dan juga pengawasaan dari dinas pendidikan selalu ada
jadwal untuk datang pada setiap tahun akademik pengajaran. Ya
seperti itu saja pengawasaan kurikulum 2013 di SMAN 1 Sungayang (
informan III, 12 september 2019)”.
Hal senada juga di sampaikan oleh Informan IV menyatakan
dalam pengawasan kurikulum 2013:
“Selalu ada pengawasan baik dari supervisi pihak sekolah, dan
juga dari pihak dinas pendidikan, biasanya ini dilaksanakan satu kali
dalam satu semester, awal (pra) pengawasan adalah perangkat
pembelajaran yang periksa dan direvisi, setelah itu baru pelaksanaan
(pasca) yang di survei dan dilihat langsung dilapangan. Setelah
pemantauan langsung ada beberapa kiritik dan saran yang diberikan
sesuai dengan pelaksanaan penerapan kurikulum 2013.
Dari penjabaran diatas peneliti dapat menjabarkan pengawasan yang
dilaksanakan dalam kurikulum 2013 memiliki dua pengawasan yaitu dari
supervisi sekolah, yaitu dari kepala sekolah dan guru, serta pengawasan yang
kedua yaitu team pengawas dari dinas pendidikan yang telah ditentukan untuk
melakukan supervisi sekali dalam satu semester.
C. Pembahasan
Pembahasan ini menguraikan lebih rinci tentang temuan penelitian yang
diperoleh dilapangan sebagaimana yang telah diuraikan diatas. Temuan khusus
yang membahas tentang implementasi manajemen kurikulum 2013 di SMAN 1
Sungayang. Pada pembahasan hasil dari penelitian ini, dapat dianalisis yang
berkaitan dengan implementasi manajemen kurikulum 2013 di SMAN 1
Sungayang.
1. Perencanaan Kurikulum 2013
Perencanaan kurikulum adalah perencanaan-perencanaan kesempatan
belajar yang dimasudkan untuk membina siswa ke arah perubahan tingkah
laku yang diinginkan dan menilai sampai mana perubahan-perubahan
telah terjadi pada diri siswa. Di dalam perencanaan kurikulum minimal
ada lima hal yang memengaruhi perencanaan dan pembuatan keputusan,
68
yaitu filosofi, konten/materi, manajemen pembelajaran, pelatihan guru,
dan system pembelajaran (Rusman, 2008: p, 21).
Menurut Nana dan Sukiman (2008: 40), menjelaskan bahwa
“perencanaan kurikulum merupakan penjabaran, pengayaan dan
pengembangan dari kurikulum. Selain mengacu pada tuntutan kurikulum,
dalam melakukan perencanaan pembelajaran juga harus
mempertimbangkan situasi dan kondisi serta potensi yang ada di sekolah
masing-masing.”
Perencanaan kurikulum berfungsi sebagai pedoman atau alat
manajemen yang berisi petunjuk tentang jenis dan sumber individu yang
diperlukan,media pembelajaran yang digunakan, tindakan-tindakan yang
perlu dilakukan, sumber biaya,tenaga,dan sarana yang diperlukan, system
monitoring dan evaluasi, peran, dan unsur-unsur ketenagaan untuk
mencapai tujuan manajemen lembaga pendidikan.
Perencanan pada kurikulum 2013 yang dilaksanakan di SMAN 1
Sungayang sesuai dengan konsep perencanaan yang di kemukakan oleh
Rusman diatas, dengan adanya perencanaan dengan cara melaksanakan
pelatihan kurikulum 2013 kepada para guru, pembuatan perangkat
pembelajaran untuk keguanaan mencapai tujuan pembelajaran, dan
membina siswa untuk meraih prestasi yang bagus, dan terjadinya
perubahan pada diri siswa baik itu dari aspek kognitif, afektif maun
psikomotor. Dalam perencanaan yang dilakukan oleh SMAN 1 Sungayang
pihak sekolah baik dari kepala sekolah,tim kurikulum dan guru sudah
mengoptimalkan perencanaan dengan baik dan menyesuaikan dengan
kebutuhan serta situasi dan kondisi dari peserta didik. Pengembangan
kurikulum di SMAN 1 Sungayanag juga memuat pengembangan
kurikulum sekolah. Pengembangan kurikulum di SMAN 1 Sungayang
disesuaikan dengan prinsip pengembangan kurikulum yang telah diatur
oleh pemerintah.
2. Pelaksanaan kurikulum 2013
Tahap pelaksanaan manajemen kurikulum merupakan tahap yang
paling esensial dari kegiatan pendidikan, karena kurikulum sebagai
jantung dari kegiatan pendidikan, begitu juga dengan manajemen
kurikulum tidak dapat dipisahkan dari pelaksanaan kurikulum karena
manajemen kurikulum termasuk komponen yang integral dalam
pelaksanaan kurikulum. Tahap pelaksanaan manajemen kurikulum
meliputi semua prilaku yang bertalian dengan semua tugas yang berkaitan
69
dengan terlaksananya kurikulum baik manajemen kurikulum tingkat
lembaga maupun manajemen tingkat kelas ( Arikunto, 2008: p, 8).
Dalam implementasikan kurikulum, guru dituntut untuk secara
professional merancang pembelajaran efektif dan bermakna
(menyenangkan), mengorganisasikan pembelajaran, memilih pendekatan
pembelajaran yang tepat, menentukan prosedur pembelajaran dan
pembetukan kompetensi secara efektif, serta menetapkan kriteria
keberhasilan E. Mulyasa (2013: 99).
Dilihat dari sebuah proses manajemen, implementasi merupakan
fungsi manajemen yang paling utama. Dalam fungsi perencanaan dan
pengorganisasian lebih banyak berhubungan dengan aspek-aspek abstrak
proses manajemen, sedangkan pada implementasi lebih menekankan pada
kegiatan yang berhubungan langsung kegiatan kurikulum
Pelaksanaan penerapan kurikulum 2013 di SMAN 1 Sungayang
dilakukan oleh guru berpedoman kepada perencanaan yang telah dibuat
pada awal semester, dalam pelaksanaan guru menerapkan kurikulum 2013
secara perlahan dan bertahap terhadap siswa agar dapat tercapainya tujuan
pembelajaran, guru tidak memakasanakan terlaksana nya penerapan
kurikulum 2013 total 100%. Namun pada dasarnya tetap saja seluruh
perencanaan dari implementasi kurikulum 2013 belum dapat terealisasikan
seluruhnya, meskipun demikian guru , tim kurikulum dan juga kepala
sekolah selalu mengoptimalkan dan melakukan perbaikan untuk semester
selanjutnya agar tercapainya implementasi kurikulum 2013 dengan baik.
Guru sebagai kunci utama berjalannya pembelajaran di dalam kelas
seharusnya memiliki kompetensi yang matang terhadap ilmu yang akan
disampaikan kepada siswa. Kesiapan guru menjadi hal yang sangat
penting diperhatikan. Guru di SMAN 1 Sungayang dituntut untuk siap dan
bertanggung jawab terhadap tuasnya dalam menjalankan kurikulum di
tingkat kelas. Hal ini sejalan dengan pemikiran rusman bahwa hal yang
penting untuk diperhatikan
3. Pengawasan kurikulum 2013
Evaluasi berasal dari bahasa inggris value yang mempunyai arti
nilai dan harga, mendapatkan imbuhan “e” menjadi sebuah kegiatan yang
dilakukan dengan arti penilaian. Sedangkan kurikulum penilaian menurut
terminolgi yaitu mroses menentukan sampai sejauh mana tujuan
pendidikan dapat dicapai (Tyler, 1950: 69), sedangkan menurut Nana
Sujana (2005),sebuah proses memberikan atau menentukan nilai kepada
70
objek tertentu berdasakan kriteria tertentu. Begitu pula evaluasi menurut
Sudaryono (2012), adalah sebuah proses penentuan informasi yang
diperlukan, pengumpulan, dan pengunaan informasi tersebut untuk
melakukan pertimbangan dalam hasil akhir. Begitu juga evaluasi
kurikulum menurut Zaenal (2011:11), adalah, menilai sebuah kurikulum
sebagai program pendidikan untuk mengetahui efisiensi, efektivitas,
produktivitas program dalam mencapai tujuan pendidikan.
Ini sejalan dengan pemikiran Robert J. Mocker (dalam rusman,
2012: 126) yang mengemukakan bahwa pengontorolan manajemen adalah
suatu usaha sistematik untuk menetapkan standar pelaksanaan dengan
tujuan-tujuan perencanaan, merencang sistem informasi umpan balik,
membandingkan kegiatan nyata dengan standar yang telah ditetapkan
sebelumnya, menetapkan dan mengukur penyimpangan-penyimpangan,
serta mengambil tindakan koreksi yang diperlukan untuk menjamin bahwa
semua sumber daya sekolah digunakan dengan cara paling efektif dan
efisien dalam pencapaian tujuan-tujuan sekolah.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh peneliti di SMAN 1
sungayang pengawasan kurikulum 2013 di SMAN 1 Sungayang
dilaksanakan dengan dua tahap yaitu dari supervisi dari kepala sekolah
dan beberapa guru yang ditunjuk oleh kepala sekolah untuk menjadi
supervisi pada mata pelajaran tertentu, dan supervisi kedua adalah dari
pihak dinas pendidikan yang sudah terjadwal dari dinas pendidikan, hasil
dari supervisi tersebut adalah evaluasi terhadap penerapan kurikulum 2013
di SMAN 1 Sungayang, baik dari perangkat pembelajaran, sampai dengan
pelaksanaan dalam kurikulum 2013 yang tidak terlaksana, atau tidak
sesuai dengan perangkat pembelajaran yang telah dibuat.
a. Evaluasi isi kurikulum, dilakukan analisis terhadap kurikulum yang
telah digunakan selama satu tahun ajaran, apabila ditemui hal-hal
yang perlu diperbaiki atau bahkan dihilangkan, maka akan dikaji
kembali sebagai bahan pertimbangan untuk penyusunan kurikulum
tahun ajaran berikutnya.
b. Peserta didik, dilakukan identifikasi pada proses belajar, prestasi
belajar, motivasi belajar, kreatifitas, keaktifan, serta kendala yang
terjadi pada proses pembelajaran.
71
c. Tenaga pengajar, dilakukan pemantauan dari mulai perencanaan
pembelajaran di kelas hingga pelaksanaan pembelajaran untuk
melihat kempuan professional, tanggung jawab serta kopetensi
pedagogic guru.
d. Kelulusan, dilakukan identifikasi kelulusan yang dilihat dari kualitas
dan kuantitas kelulusan.
Kepala sekolah berperan dalam pengendalian sistem evaluasi,
agar evaluasi dapat dilaksanakan sesuai dengan tujuan yang telah
ditetapkan. Kepala sekolah bekerja sama dengan guru untuk melakukan
evaluasi dengan objektif agar hasil evaluasi benar-benar menunjukkan
hasil belajar siswa yang sesungguhnya sehingga prestasi yang diraih oleh
siswa merupakan kerja keras dalam mengikuti proses pembelajaran.
72
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan paparan, analisis data, dan temuan dalam penelitian ini serta
pembahasan di atas, maka peneliti dapat menarik kesimpulan dalam penelitian
Implementasi manajemen kurikulum 2013 di SMAN 1 Sungayang ialah :
1. Perencanaan kurikulum 2013 di SMAN 1 Sungayang Hasil penelitian ini
menunjukan bahwa dalam perencanaan kurikulum 2013 di SMAN 1 Sungayang
adalah dengan mengikuti pelatihan kurikulum 2013 baik di tingkat Kabupaten,
Provinsi Maupun Nasional.
2. Pelaksanaan kurikulum 2013 di SMAN 1 Sungayang. Dalam implementasi
kurikulum 2013 guru SMAN 1 Sungayang belum bisa menerapakan semua
yang telah dirancang dalam program tahunan dan prangkat pembelajran yang
telah direncanakan karena memiliki beberapa hambatan serta kendala,
diantaranya adalah siswa yang masih belum bisa diajak aktif dalam proses
pembelajaran, siswa masih harus di tuntun untuk dapat melakukan setiap
langkah dalam rancangan pembelajaran, guru belum bisa mengoptimalkan
penerapan kurikulum 2013 di dalam proses pembelajaran.
3. Pengawasan kurikulum 2013 di SMAN 1 Sungayang. Pengawasan dalam
penerapan kurikulum 2013 di SMAN 1 Sungayang dilakukan secara dua tahap,
yang pertama supervisi oleh kepala sekolah serta tim kurikulum sekolah, dan
yang kedua adalah supervisi dari dinas pendididkan yang dilakukan satu kali
per semester. Hasil dari supervisi berupa kritik dan saran untuk perbaikan
kurikulum 2013 SMAN 1 Sungayang untuk tahun pembelajaran selanjutnya.
B. Saran
Berdasarkan kesimpulan penelitian, maka penulis merekomendasikan
saran-saran sebagai berikut :
1. Untuk mengimplementasikan kurikulum secara optimal dan sesuai dengan
tuntutan kurikulum itu sendiri, peneliti menyarankan dari sisi perencanaan
73
penerapan kepala sekolah dalam mengimplementasikan kurikulum 2013,
peneliti belum melihat adanya rancangan rencana tindak lanjut.
2. Untuk itu, peneliti memberikan saran agar kepala sekolah juga menyiapkan
rencana tindak lanjut. Dan Kepala sekolah disarankan lebih melakukan
pembinaan kepada jajaran-jajaran sekolah agar lebih berkompeten lagi dalam
bekerja. Dengan adanya penelitian tentang kurikulum 2013 dalam proses
pembelajaran, diharapan guru dapat meningkatkan kualitas pembelajaran,
keprofesionalan, dan inovasi dalam proses pembelajaran. Dengan adanya
penelitian tentang implementasi Kurikulum 2013 dalam proses pembelajaran
di SMAN 1 Sungayang dapat dijadikan bahan kajian lebih serius oleh pihak
lembaga terkait agar perencanaan kurikulum 2013 yang baru ini sesuai dengan
tujuan yang diinginkan.
DAFTAR PUSTAKA
Abdul Majid. 2005. Perencanaan Pembelajaran. Bandung: PT Remaja Rosdakarya
Arsyad Azhar. 2003. Pokok-pokok Manajemen; Praktis bagi Pimpinan dan Eksekutif,
(Cet. II).Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Arikunto, 2006. Prosedur Penelitian,C et XIII; Jakarta: PT Rineka Cipta.
Arikunto, Suharsimi dan Lia Yuliana 2008.. Manajemen Pendidikan.
Yogyakarta: Aditya Media.
Aviv Budiman. 2015. Implementasi Kurikulum 2013 di SMK Ma’arif Salam.
Universitas Negeri Yogyakarta. (Skripsi)
Basse Nukrawati. 2017. Pelaksanaan Manajemen Kurikulum 2013 Pada SDN 394
Sakkoli Kecamatan Sajoanging Kabupaten Wajo. Universitas Islam Negeri
Alauddin Makassar. (Skripsi)
Burhan Nurgiyantoro. 2008. Dasar-Dasar Pengembangan Kurikulum. Yogyakarta:
BPFE
E. Mulyasa 2013. Pengembangan dan Implementasi Kurikulum 2013. Bandung:
Remaja Rosdakarya
Hidayatul Mucharrohmah. 2015. Manajemen Pembelajaran Kurikulum 2013.
Universitas Islam Negeri Walisongo Semarang. (Skripsi)
Kurniaman otang. 2017 penerapan kurikulum 2013 dalam meningkatan
keterampilan,sikap, dan pengetahuan. Jurnal primary program studi guru
sekolah dasar fakultas keguruan dan ilmu pendidikan universitas riau.Vol.6
No.2 Oktober 2017 ISSN 2303-1514.
Mappanganro. 2011. Pengembangan Kurikulum Pendidikan. Makassar:
Alauddin Pers.
Mardiana safitri. 2017.implementasi kurikulum 2013 dalam pembelajaran sejarah di
SMAN 1 metro.jurnal historia vol.5, No.1, ISSN 2337-4713 E-ISSN 2442-8728
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia. (2013). Peraturan Metentri
Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 65 Tahun 2013
tentang Standar Proses Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta
.(2013). Peraturan Metentri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia
Nomor 65 Tahun 2013 tentang Standar Proses Pendidikan Dasar dan
Menengah. Jakarta
Muhadzdzibah, 2017. Peran Kepala Sekolah Dalam Implementasi Kurikulum 2013 di
SMAN 2 Bengkulu Selatan. Jurnal Manajer Pendidikan.Volume 11 Nomor 5,
Juli 2017,Hlm.426-432.
Mustaqim Rias Ainomi, 2014. Kesiapan sekolah dalam mengimplementasikan
kurikulum 2013 pada mata pelajaran ekonomi. Jurnal pendidikan ekonomi
IKIP.Vol. 2 No.1, November 2014.
Nana Syaodih S. (1997). Pengembangan Kurikulum Teori dan Praktik. Bandung:
Remaja Rosdakarya
Nana Sudjana, 1996. Pembinaan dan Pengembangan Kurikulum di Sekolah, (Cet. III;
Bandung:Sinar Baru Algesindo.
Nurul Hikmatul Islamiah. 2017. Manajemen Kurikulum 2013 dalam Meningkatkan
Mutu Lulusan. Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang.
(Skripsi)
Oemar Hamalik. 2007. Manajemen Pengembangan Kurikulum. Bandung:Remaja
Rosdakarya.
Rahayu. Yuna mumpuni. 2016 Pengaruh Perubahan Kurikulum 2013 Terhadap
Perkembangan Peserta Didik. Jurnal Logika, Vol XVIII,N0. 3 Desember
2016.
Rusman. 2008. Manajemen Kurikulum. Jakarta: Rajawali Pers RajaGrafindo Persada.
. 2012. Manajemen kurikulum. Jakarta: Rajawali Pers RajaGrafindo Persada.
Peraturan Pemerintah. (2013). Peraturan Pemerintah No.32 Tahun. 2013 tentang
Perubahan Atas Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 2005 tentang Standar
Nasional Pendidikan. Jakarta
Peraturan Pemerintah. (2013). Peraturan Pemerintah No. 65 Tahun 2013 tentang
Perubahan Atas Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 2005 tentang Standar
Nasional Pendidikan. Jakarta
S. Nasution. 1989. Kurikulum dan Pengajaran. Jakarta: Bumi aksara
Sholeh Hidayat. 2013. Pengembangan Kurikulum Baru. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya
Siti Hardiyanti. 2017. Implementasi Kurikulum 2013 Pada Proses Pelajaran Oleh
Guru Mata Pelajaran Fisika Tingkat SMA Negeri di Kabupaten Bone.
Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar. (Skripsi)
Sugiyono. 2008. Metode Penelitian Kualitatif, Kuantitatif, dan R&D. Bandung:
Alfabeta
. 2014. Metode Penelitian Manajemen. Bandung: Alfabeta
Undang – Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasioanl