Download - Imam Special
BAB I
PENDAHULUAN
A. Penegasan Judul
Untuk menghindari terjadinya kesalah pahaman dalam memahami
judul skripsi Penerapan Prophetic Leadership di Pondok Pesantren
Raudhatul Muttaqien Babadan Purwomartani Kalasan Sleman
Yogyakarta. Penulis membatasi istilah-istilah yang ada pada judu. Yaitu
sebagai berikut:
1. Penerapan
Penerapan adalah pemasangan, pengenaan, perihal mempraktekan.1
Yang dimaksud penerapan dalam penelitian ini adalah pengenaan atau
mempraktekan Prophetic Leadership di Pondok Pesantren Raudhatul
Muttaqien Babadan Purwomartani Kalasan Sleman Yogyakarta.
2. Prophetic Leadership
Prophetic Leadership asal kata Prophet yang artinya Nabi dan Leader yang
berarti pemimpin. Sedangkan Prophetic Leadership yang di maksut adalah
metode pengembangan pemimpin dan kepemimpinan berbasis kenabian
dengan cara memperoleh daya pengaruh ketuhanan yang telah dialami
oleh para Nabi dan Rasul Allah SWT, khususnya Nabi Muhammad SAW2.
1 W.J.S Poerdarminta, Kamus Besar Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka, 1976),hlm 10592 Hamdani bakran Adz-Dzakiey,Kepemimpinan Kenabian (Prophetic Leadership) Cara Menjadi Pemipin Dengan Keberkahan Allah Syafaat Rasulullah Restu Penghuni Langit dan Bumi,
Model kepemimpinan ini digagas dan diterapkan oleh KH. Hamdani
Bakran Ad-Zakey di pondok pesantren Raudhatul Muttaqien Babadan
Purwomartani Kalasan Sleman Yogyakarta.
3. Pondok Pesantren
Istilah pondok berasal dari bahasa arab yaitu funduq yang berarti
asrama.3 Sedangkan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia kata pondok
adalah madrasah atau asrama (tempat mengaji, belajar agama islam).4
Sedangkan istilah pesantren berasaldari santri yang berarti murid.5orang
jawa biasanya menambahkan awalan pe dan akhiran an untuk menunjukan
tempat dimana sesuatu berada.
Istilah pondok dan pesantren biasanya digunakan untuk
menunjukan hal yang sama. Jadi pondok pesantren adalah asrama
pendidikan islam tradisional dimana para siswa atau santrinya tinggal
bersama dan belajar dibawah bimbingan seorang kyai.
Jadi secara menyeluruh pengertian judul skripsi diatas adalah bagaimana
penerapan Prophetic Leadership di pondok pesantren Raudhatul Muttaqien
Babadan Purwomartani Kalasan Sleman Yogyakarta.
(Yogyakart:Al-Manar,2009), hlm 2903 Endang turmudi, Perselingkuhan Kiai dan Kekuasaan, (Yogyakarta:LKis 2004)hal. 354 KBBI, Op.Cit.,hal. 8525 Zamakhsyari Dhofier, Tradisi Pesantren, (Jakarta: LP3ES, 1994) hal.53.
3
B. Latar Belakang
Manusia adalah salah satu makhluk Allah SWT yang paling sempurna,
baik aspek jasmani lebih-lebih rohaninya.6 Manusai di hadapan Allah Ta’ala
bukanlah seperti makhluk-makhluk lainnya, akan tetapi seorang makhluk yang
memiliki kelebihan luarbiasa. Hal itu terbukti dengan jatuhnya pilihan-Nya
kepada manusia sebagai “Khalifah”, yakni sebagai pengantin-Nya dalam hal
memenej alam dan ekosistem ilahiyah yang rahmatan lil’alamien, menaburkan
keselarasan, kemanfaatan, musyawarah dan kasih sayang seluruh penjuru alam.
Telah menjadi sebuah takdir-Nya bagi setiap manusia, suka atau tidak suka
ingin atau tidak ingin manusia harus menjalankan tugas dan tanggungjawab
nya di muka bumi dan alam ini sebagai manifestasi dari titah amanah yang
telah diterima secara tunrun –temurun sejak nabi Adam AS, yang ber title
sebagai Khalifah-Nya.
Sebagai individu, manusia diciptakan sebagai makhluk social, manusia
selalu terdorong untuk hidup bermasyarakat atau berkelompok , dan manusia
juga diciptakan sebagai makhluk individu yang masing-masing saling mencari
identitas diri. Perbedaan diantara manusia sebagai individu di dalam
masyarakat merupakan kondisi yang bersifat kodrati.
Sebagai makhluk sosial yang tidak bisa hidup sendiri dan menyendiri di
muka bumi ini, manusia antara satu denagan yang lain saling membutuhkan.
Dengan bersosialisasi secara efektif saling kenal mengenali satu dengan yang
lain sehingga manusa saling membantu. Untuk saling berjalan secara senergi
sebagai makhluk individu dan sosial, manusia membutuhkan pemimpin dan
6 Q.S At-Tiin ayat 4
kepemimpinan yang mampu menunjukan jalan yaitu jalan menuju ridha Allah
SWT menjadi hamba-Nya yang taqwa.
Jika itu terjadi dalam kehidupan maka yang terjadi saling menjalin
hubungan yang baik antara manusia dengan manusia, manusia dengan
makhluk-Nya yang lain dan akan mendapatkan kemuliaan serta saling
memuliakan sebagai makhluk Allah SWT yang terbaik di muka bumi.
Mereka itulah yang telah berhasil mengembangkan potensi ketuhanan atau
potensi yang dimiliki para nabi, rasul dan auliya-Nya. Mereka sangat cerdas
dalam menjalani ad-din yang hakiki, ad-din yang tidak pernah padam dalam
dada-dada merreka.7
Dalam sejarah dicatat, bahwa Allah SWT telah menurunkan ribuan nabi
untuk mengajak dan membimbing umat manusia menuju jalan yang benar
dalam mengarungi kehidupan di dunia ini. Namun tidak sedikit nabi tersebut di
bunuh manusia itu sendiri, sehinga kebenaran di gantikan dengan kezhaliman
yang dilakukan manusia.
Akibatnya individu dan masyarakat cenderung melakukan pengingkaran
terhadap tuhanny, antara individu saling bersaing meraih kehidupan duniawi
tanpa memperdulikan nilai-nilai agama dan ilahiyah., seperti halnya
merebutkan jabatan dan kekuasaan pemimpin dan kepemimpinan. Sehinga
manusia mengalami krisis pemimpin dan kepemimpinan yang mengemban
tugas mengurusi atau memenej seluruh alam yang hakikatnya menaburkan
Rahmatan lil alamien.
7 Hamdani Bakran Ad-Dzaky. Konseling dan Psikoterapi Islam. (Yogyakarta, Fajar Pustaka baru, 2002)hlm 5.
5
Jika manusia absen dalam memimpin, dan menjadi pemimpin yang
visioner, kompeten dan memiliki integritas yang tinggi seperti diatas maka
masalah semakin amburadul, bahkan tidak menutup kemungkinan krisis-krisis
yang lain akan timbul secara beriringan seperti saat ini.
Masalah kepemimpinan adalah masalah yang sangat memprihatinkan.
Kemprosotan kualitas kepemimpinan semakin kita rasakan. Bagaimana tidak,
kekuasaan kepemimpinan telah disalah gunakan hanya untuk memenuhi
kepentingan dan hasrat pribadi. kepemimpinan dijadikan alat untuk
mengeksploitasi rakyat. Padahal Islam memandang kepemimpinan sebagai
sebuah beban (taklif) dan amanah, sehingga orang yang diberikan amanah
kepemimpinan, dia harus mengedepankan pelayanan kepada masyarakat.
Karena pemimpin adalah khadimul ummah (pelayan masyarakat). Hal ini
mengambarkan bahwa pemimpin dan kepemimpinan bangsa telah benar-benar
krisis esensial pemimpin dan kepemimpinan.
Padahal bangsa ini telah memiliki prinsip dasar yang utama yaitu
pancasiala sila pertama “Berketuhanan Yang Maha Esa”. Seharusnya prinsip
dasar itu termanifestasi dan terimplementasi dalam motivasi, etos kerja, kinerja
pemimpin dan kepemimpinan secara siknifikan. Namun nampaknya nilai-nilai
ketuhanan itu gagal hadir dalam diri personal pemimpin, sehingga nilai itu sulit
termanifestasi dalam sistim yang dibangun. Akibatnya sistim itu akan menjadi
rusak dan penyimpangan nilai-nilai kebenaran menjadi karakter yang
berdampak melahirkan budaya organisasi yang buruk seperti yang kita rasakan
saat ini.
Patutlah masalah kepemipinan ini menjadi objek pemikiran kita bersam.
Dalam arti bahwa, malsalah kepemimpinan hendaknya cepat diperhatikan dan
diperbaiki demi kemaslahatan bersama.
Disini muncul problem, bagaimanakah cara memperbaiki krisi
kepemimpinan saat ini? Haruskah ada alternative model kepemimpinan lain
sebagai jalan untuk menyelesaikan permasalahan ini?
Pada dasarnya kepemimpinan mengacu pada proses untuk mengerakan
sekelompok orang menuju suatu tujuan yang telah ditetapkan/disepakati
bersama dengan mendorong atau memotivasi mereka untuk bertindak dengan
cara tidak memaksa.8 Sedangkan menurut islam kepemimpinan adalah
kemampuan mewujudkan semua kehendak Allah SWT yang telah
diberitahukan-Nya melalui Rasul-Nya yang terakhir Nabi Muhammad SAW.9
Islam telah menyatakan bahwa pemimpin sejati dan ideal adala Rasulullah
SAW, beliau adalah sosok yang patut diikuti dan diteladani. Rasulullah SAW
adalah contoh yang sempurna, suri tauladan sempurna dalam mewujudkan
kehendak Allah SWT di muka bumi ini. Sehinga bagi orang yang
menginginkan keteladanan yang mendapatkan rahmat dari Allah SWT adalah
meneladani segala yang dicontohkan bliau, begitu juga dalam hal memimpin
dan kepemimpinan. Sebagai mana firman Allah SWT dalam Al Qur’an yang
artinya sebagai berikut;
8 Veithzal Ravai, Kiat memimpin dalam abad Ke-21, (Jakarta, RajaGrafindo Persada,2004)9 Hadari Nawawi, Kepemimpinan menurut Islam, (Yogyakarta, Gajah Mada University Press, 2001) hal 17
7
“Sesunguhnya, telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri tauladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang berharap kembali kepada Allah dan hari akhir dan banyak mengingat Allah”.10
Dari gambaran diatas jelas bangsa ini mengalami krisis esensial pemimpin
dan kepemimpinan. Saat ini dunia Islam dan bangsa ini sangat merindukan suri
tauladan pemimpin yang mampu menerapakan kepemimpinannya dijalan ridha,
berkah dan kasih sayang Allah SWT . Maka dengan meneladani Rasulullah
SAW sebagai uswah hasanah lah satu-satunya jalan yang benar, yang saat ini
mulai di tinggalkan oleh manusia bahkan umat islam sendiri.
Oleh karena itu dari berbagai fenomena seperti yang diuraikan diatas
barangkali yang berusaha merespon fenomena tersebut adalah pondok
pesantren Raudhatul Muttaqien Sleman Yogyakarta yang didirikan pada tahun
1991 dibawah Yayasan Al Islam. Yaitu dengan menerapkan nilai-nilai
kepemimpinan yang menyontoh kepada kepemimpinan Rasulallah SAW,
kepemimpinan yang mampu mengembangkan Leadership dalam berbagai
bidang.
Pondok Pesantren Raudhatul Muttaqien Sleman Yogyakarta sebagai salah
satu Islamic boarding school berupaya untuk menjembatani krisis
kepemimpinan di tanah air, yaitu dengan menerapkan Prophetic Leadership
(Kepemimpinan Kenabian) di pondok pesantren tersebut. Prophetic Leadership
merupakan konsep yang digagas oleh pengasuh sekaligus pimpinan Pondok
Pesantren Raudhatul Muttaqien KH. Hamdani Bakran Adz-Zaky
10 Al-Ahzab (33):21
Maka penelitian ini dimaksudkan untuk menelisik penerapan Prophetic
Leadership di Pondok Pesantren Raudhatul Mutaqien. Penelitian ini diharapkan
dapat menjadi sumbangan berarti bagi pengembangan kepemimpinan di
seluruh penjuru tanah air.
C. Rumusan Masalah
Bagaimana penerapan Prophetic Leadership di Pondok Pesantren Rauhatul
Muttaqien Babadan Purwomartani Kalasan Sleman Yogyakarta?.
D. Tujuan dan Kegunaan Penelitian
1. Tujuan
Untuk mengetahui proses penerapan prophetic leadership di
Pondok Pesantyren raudhatul Murttaqien babadan Purwomartani Kalasan
sleman Yogyakarta.
2. Kegunaan
a. Kegunaan teoritik
Dengan hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan
sumbangan pemikiran yang terkait dengan keilmuan Manajemen
Dakwah khususnya tentang konsep kepemimpinan yang
berdasarkan pengembangkan pemimpin dan kepemimpinan yang
dicontohkan Nabi Muhammad SAW.
b. Kegunaan Praktis
9
Sebagai sumbangan praktis bagi mahasiswa, pemerintah, lembaga,
para pemimpin serta para peneliti untuk dapat mengetahui metode
pengembangan potensi pemimpin dan kepemimpinan Kenabian
Menambah perbendaharaan ilmu pengetahuan diseputar masalah
pemimpin dan kepemimpinan.
E. Telaah Pustaka
Sebagai landasan penyusunan skripsi ini, penulis melakukan penelitian
awal terhadap pustaka yang ada berupa hasil penelitian yang berhubungan
dengan penelitian yang akan penulis lakukan. Diantaranya adalah ;
Skripsi karya Tanti Zusifa, mahasiswa Fakultas Dakwah UIN Sunan
Kalijaga jurusan BPI, dengan judul, “Pengembangan Prophetic Intelgence Pada
usia Remaja (Studi pemikiran Hamdani Bakran Adz-Zakiey) Penelitian dalam
sekripsi ini menekankan pada pengkajian tentang usaha untuk memajukan dan
menyempurnakan potensi atau kemampuan berinteraksi, menyesuaikan diri,
memahami dan mengambil manfaat dan hikmah dari kehidupan langit dan
bumi, ruhani dan jasmani, lahir dan batin, serta dunia akhirat, dengan
senantiasa mengharap bimbingan Allah SWT, melalui hati nurani pada anak
usia remaja
Skripsi Muhammad Arifuddin, mahasiswa Fakultas Tarbiyah UIN Sunan
Kalijaga jurusan Pendidikan agama Islam dengan judul “Pengembangan Nilai-
nilai Islam dengan Pendekatan Prophetic Intelgen (Kasus di Pondok Pesantren
Raudhatul Muttaqien Babadan Purwomartani kalasan Sleman Yoogyakarta)
hasil penelitiannya menjelaskan tentang implementasi pendekatan Prophetic
Intelgen dalam pengembangan nilai-nilai islam santri Pondok Pesantren
Raudahtul Muttaqien Babadan Purwomartani Kalasan Sleman Yogyakarta
serta menganalisis factor dan pendukungnya.
Sekripsi Farid Azmi, mahasiswa Fakultas Tarbiyah UIN Sunan
Kalijaga Jurusan Kependidikan Islam, dengan judul “Kecerdasan Kenabian
Sebagai Alternatif Pendekatan dalam Pendidikan Islam (studi pemikiran KH.
Hamdani Bakran Ad-Zakye) hasil penelitiannya menjelaskan tentang kontruksi
pemikiran KH. Hamdani Bakran Ad-Zakye serta menyatakan bahwa
pemikirannya dapat di implementasi kedalam lembaga pendidikan.
Berdasarkan uraian dari hasil penelitian diatas menunjukkan bahwa
penelitian dengan judul penerapan Prophetic Leadership di Pondok Pesantren
Raudhatul Muttaqien Babadan Purwomartani Kalasan Sleman ini berbeda
dengan penelitian-peneltian sebelumnya.
F. Kerangka Teori
1. Tinjauan tentang kepemimpinan
a. Al Qur’an dan Hadis
Dalam Al-Quran dan hadis tentang pemimpin dan kepemimpinan
disebutkan dengan jelas diantaranya:
1) Al-Qur’an Surat Al-Maidah ayat 55 dan 56
“Sesungguhnya pemimpin hanyalah Allah dan Rasul-Nya dan orang-orang yang ber iman, yang ciri-cirinya tetap mengerjakan shalat dan menunaikan zakat lagi pula mereka tunduk kepada Allah. Dan barang siapa memilih Allah, Rasu-Nya dan orang-orang yang beriman menjadi pemimpinnya, maka sesungguhnya pengikut golongan Allah yang menjadi pemenang”.
11
2) Al-Qur’an Surat An-Nisa ayat 59
“ Hai orang-orang yang beriman! Taatilah Allah dan taati pula Rasul serta pemegang kekuasaan (ulama dan pemimpin lainya) di antaramu. Kalau kamu berbeda pendapat tentang sesuatu, kembalilah kepada kitab Allah dan Sunah Rasul, jika kamu benar-benar beriman kepada Allah hari akhir. Yang demikian itu lebih utama dan lebih baik akibatrnya”.
3) . Al-Qur’an Surat Al-Ahzab ayat 21
“Sesungguhnya pada diri Rasulullah itu ada terdapat suri tauladan yang baik untuk kamu, bagi orang-orang yang mengharappkan rahmat Allah dan hari kemudian., dan yang banyak menyebut asama Allah”
4) Al-Qur’an Surat Al-Jumu’ah ayat 2
“Dia-lah yang mengutus kepada kaum yang buta huruf seorang Rasul di antara mereka, yang membacakan ayat-ayat-Nya kepada mereka, mensucikan mereka dan menngajarkan mereka kitab dan hikmah (As Sunah). Dan sesunguhnya mereka sebelumnya benar-benar dalam kesesatan yang nyata”11
Dari ayat-ayat diatas dapat kita ambil makna bahwan pemimpin itu
adalah Allah SWT, Rasul-Nya, dan orang-orang yang beriman yang
senantiasa mengharapkan ridha, cinta dan kasih sayanmg Allah SWT di
bumi hinga di akhirat.
b. Pengertian Kepemimpinan
definisi kepemimpinan meliputi proses mempengaruhi dalam
menentukan tujuan organisasi, motivasi prilaku pengikut untuk mencapai
tujuan, mempengaruhi untuk memperbaiki kelompok dan budayanya.12
11 Q.S Al-Jumu’ah 62:212 Veithzal Rivai, Kepemimpinan dan perilaku Organisasi, (jakarta:RajaGrafindo Persada, 2003)hlm.2
Sebagaimana dikutip oleh Tabroni, Hersey dan Blanchared
dikemukakan bahwa, kepemimpinan merupakan sebagai proses
mempengaruhi aktivitas seseorang atau sekelompok orang untuk
mencapai tujuan dalam situasi tertentu.13
2. Teori-Teori Kepemimpinan
a. Teori Sifat
Teori sifat adalah teori yang berusaha mengidentifikasikan karakteristik
khas baik yang berkaitan dengan sifat mental, kepribadian yang dapat
mempengaruhi keberhasilan kepemimpinan. Vaitzal Rivai mengungkapkan
tentang teori sifat dengan mengatakan bahwa:
‘teori ini berdasarkan pada asumsi bahwa beberapa orang merupakan pemimpin alamiyah dan dianugrahi beberapa ciri khas yang tidak dimiliki orang lain seperti energy yang tidak habis-habisnya, intuisi yang mendalam, pandangan masa depan yang luar biasa dan kekuatan persuasive yang tidak tertahankan. Teori kepemimpinan ini menyatakan bawa keberhasilan ini menyatakan keberhasilan menejerial disebabkan karena memiliki kemampuan-kemampuan luar biasa dari seorang pemimpin’14
Menurut G.R Terry sebgaimana dikutip oleh Winardi mengatakan bahwa,
ada beberapa sifat yang harus dimikiki oleh seorang pemimpin diantaranya
adalah.15
1) Integritas
Yaitu tingkat integritas seorang individu yang memberikan
petunjuk tentang kenmungkinan-kemungkinan baginya untuk berhasil
dalam kepemimpinannya.
13 Tabroni, The spritual Leadeship: Pengefektifan organisasi nable industri melalui prinsip-prinsip spritual etis, (Malang;:UMM, 2005), hlm.1914 Veithzal Rivai, Kepemimpinan dan Organisasi, hlm.1115 Winardi, Kepemimpinan dalam Manajemen, hlm.66-67
13
2) Inisiatif
Hal ini terbagi menjadi dua bagian;
Kemampuan bertindak sendiri dan mengatur tindakan-tindakan.
Kemampuan untuk melihat arah tindakan yang tidak terlihat oleh
pihak lain. Sifat ini sangat diinginkan oleh setiap manajer.
3) Energy atau Rangsangan
Salah satu diantar ciri seorang pemimpin yang menonjol adalah
bahwa dia lebih enerjik dalam usaha mencapai tujuan dibandingkan
dengan seorang bukan pemimpin .
4) Kedewasaan Emosional
Di dalam sifat ini mencakup, dapat diandalkan(dependability),
Persistensi(keteguhan, ketegaran, kegigihan dan objektifitas). Seorang
pemimpin dapat diandalkan janji-janjinya mengenai apa yang
dilakukannya. Ia sedia bekerja lama dan menyebar luaskan sikap
‘enthuiasme’ (rasa semangat yang mengelora) diantar pengikutnya. Ia
mengetahui apa yang ingin dicapai hari ini.
5) Persuasif
Tidak terdapat adanya kepemimpinan tanpa persetujuan pihak yang
akan dipimpin. Untuk memperoleh persetujuan tersebut, seorang
pemimpinm biasanya harus mengunakan persuasi (meyakinkan, lunak,
tanpa kekerasan)
6) Skill Komunikatif
Seorang pemimpin pandai bicara dan dapt menulis jelas dan tegas.
Ia mempunyai kemampuan untuk mengemukakan secara singkat pendapat-
pendapat orang lain dan mengambil inti sari dari pernyataan pihak lain.
Seorang pemimpin mengunakan komunikasi dengan tepat untuk tujuan-
tujuan persuasif, inovatif, serta stimulatif.
7) Kepercayaan pada diri sendiri
Hal tersebut dapat dinyatakan sebagai kepercayaan dalam
kepemimpinannya. Seorang pemimpin adalah seorang yang cukup matang
dan ia tidak memiliki sifat anti-sosial. Ia berkeyakinan bahwa ia dapat
menghadapi secara berhasil, kebnyakan situasi yang dihadapinya.
8) Perseptif
Sifat ini berhubungan dengan kemampuan untuk mendalami ciri-
ciri dan kelakuan orang-orang lain. Terutama pihak bawahnaya. Hal itu
juga memproyeksi diri sendiri secara mental dan emosional kedalam posisi
orang lain.
9) Kreativitas
Kapasitas untuk bersikap orijinal untuk memikirkan cara-cara baru,
merintis jalan baru, guna memecahkan sebuah problem merupakan sifat
yang sangat didambakan pada seorang pemimpin.
10) Partisipasi Sosial
Seorang pemimpin mengerti dan ia mengetahui pula kekuatan serta
kelemahan mereka. Ia menyesuaikan diri dengan berbagai kelompok dan
ia memiliki kemampuan untuk berhadapan dengan oran-orang dari
15
ka;langan manapun juga dan ia pun berkemampuan untuk melakukan
konversesi tentang macam-macam subjek (percakapan, dialog).
b. Teori Prilaku dan Situasi
Teori kepemimpinan tingkah laku ini mengacu pada tingkah laku tertentu
yang membedakan antara pemimpin dan bukan pemimpin. Berdasarkan teori
ini kepemimpinan itu dapat diajarkan, maka untuk melahirkan pemimpin yang
efektif bisa mendesian program.16
Teori ini juga mengakui bahwa pada dsarnya kepemimpinan merupakan
produk dari terkaitnya tiga faktor yaitu, perangai (sifat-sifat) pribadi dari
pemimpin, sifat dari kelompok dan anggotanya, kejadian-kejadian yang
dialami kelompok.
Teori ini dapat disebut juga sebagai teori hubungan kepribadian dan situasi
dimana dikemukakan bahwa kepemimpinan seorang ditentukan oleh
kepribadian dengan menyesuaikannya kepada situasi ysang dihadapi.
Situasi yang dimaksut adalah terdi dari tiga hal yaitu;
1. Tugas, pekerjaan atau masalhah yang dihadapi
2. Orang-orang yang dipimpin
3. Keadaan yang mempengaruhi tugas, pekerjaan orang-orang
tersebut.
c. Teori Karismatik
Perkataan karismatik dapat berarti keadaan bakat yang dihubungkan
dengan kemampuan yuang luar biasa dalam kepemimpinan seseorang untuk
16 Veithzal Rivai, Kepemimpinan dan Organisasi, hlm.10
membangkitkan rasa kagum dan sungkan dari masyarakat terhadap dirinya,
atau atribut kepemimpinan di dasarkan atas kualitas kepribadian individu.17
Sejalan dengan pernyatan diatas, KH. Hamdani menjelaskan bahwa
karisma berasal dari kata Yunani yang berarti “karunia inspirasi ilahiytah”
(divinely inspired gift) seperti kemampuan melakukan mukjizat atau
memperediksi peristiwa-peristiwa di masa akan datang. Jadi yang dimaksut
dengan kasrisma adalah kejadian yang luar biasa yang terdapat dalam diri
seseorang. Jika seseorang itu para nabi atau rasul maka disebut ‘mukjizat’,
sedangkan karunia yang diberikan kepada orang-orang yang beriman selain
nabi dan rasul disebut ‘karomah’ 18
Menurut Hadari Nawawi tipe kepemimpinan karismatik adalah
kemampuan mengunakan keistimewaan atau kelebihan sifat kepribadian dalam
mempen garuhi pikiran, perasaan dan tingkah laku orang lain, sehingga dalam
suasana batin mengagumi dan mengagumkan pemimpin bersedia berbuat
sesuatu yang dikehendaki pemimpin. Dengan kata lain pemimpin dan
kepemimpinannya dipandang istiwewa karena sifat-sifat kepribadian yang
mengagumkan dan berwibawa. Dalam kepribadian itu pemimpin diterima dan
dipercaya sebagai orang yang dihormati, disegani dan dipatuhio/ditaati secara
rela dan iklas.19
3. Kepemimpinan Nabi Muhammad SAW
17 Hadari Nawawi, Kepemimpinan menurut Islam, (Yogyakarta, Gajah Mada University Press, 2001) hal 175.18 Ibid.hlm.10519 Hadari Nawawi, Kepemimpinan Menurut Islam, hlm.174
Kepemimpinan Nabi Muhammad SAW dibangun diatas kesucian
kalamullah yang ada dalam qolb (hati) dan diatas mental dan spiritual
ketuhana oleh karena itu dijamin aktivitas kepemimpinannya pasti akan
melahirkan kerahmatan bagi ummat manusia dan lingkungannya.20
a. Qolbu sebagai Wadah Titah Allah SWT
Suara hati adalah suara kebenaran dari Allah SWT. Tidak ada yang
mampu memalsukankannya. Oleh karena itu, ketika Rasulullah SAW
berusia 5 tahun mengalami peristiwa pembelahan dada yang dilakukan
malaikat jibril atas perintah Allah SWT.
Tujuan pembedahan dada Nabi Muhammada SAW pada masa
kanak-kanak adalah agar supaya hati (qolb) benar-benar bersih dari unsur-
unsur yang dapat menghalangi masuknya proses pembelajaran dari Allah
SWT.21
b. Pembentukan Mental dan Spritual Nabi Muhammad SAW
Sejak lahir nabi Muhammda sudah dididik oleh Allah SWT tentang
kepemimpinan. Pada usia kanak-kanak beliau suddah tidak memiliki orang
tua karena telah wafat. Pada usia inilah beliau mulai diajarkan oleh Allah
untuk bersikap mandiri dan belajar menghadapi kedukaan dengan
wafatnya kedua orang tuannya dan kakeknya yang sangat menyayanginya.
Sikap kepemimpinan beliau mulai nampak ketika seorang pendeta
Bahira menanyakan sesuatu kepada beliau dengan menyebut kata-kata
“Uzza” dalampercakapannya kemudian nabi menolak dan mengatakan
20 Ibid.hlm 6121 Ibid. hlm 66
ketidak sukaan mendengar seorang pendeta itu menyebut kata Lata dan
Uzza.
Dalam kehidupannya beliau terhindar dari kotoran-kotoran dan
budaya jahiliyah karena Allah senantiasa membimbing, menjaga dan
memelihara perkembangan jiwanya. Beliau menjadi seorang manusia yang
memiliki kemuliaan dan kehormatan yang tinggi di antara kaumnya, paling
baik budi pekertinya, sangat pemalu, jujur, amanh, serta terehindar
dariperbuatan keji dan jahat.
Allah SWT telah memperlihatkan cara-cara memimpin yaitu ketika
terjadi peperangan Fijar yaitu tentang karakteristik dan model
kepemimpinan paman-pamannya dalam memimpin, membagi tugas kerja,
nasionalisme dan patriotisme.
Nabi Muhammad SAW ketika usia muda sudah mendapatkan peran
penting dalam hal pemimpin dan kepemimpinan saat peristiwa Hilful
Fudhul yaitu sebagai saksi dan angota. Hilful Fudhul adalah peristiwa
dimana ada perjanjian tentang penjaminan perlindungan dan kenyamanan
bagi masyarakat kota Mekah.
Mengembala kambing dan berdagang beliau jalani untuk mendidik
dan mempelajari kepemimpinan yaitu dengan mempelajari karakter dan
kepribadian manusia.
Pada usia 25 nabi Muhammad SAW menikah dengan Siti Khadijah
R.A. dari pernikahan itu mengandung hikmah yang banyak diantarannya,
sebagai pendamping yang mempunyai jiwa yang besar, sebagai isrti yang
tangguh dalam memndapingi beliau, berkepribadian, shalehah, sebagai
motivator, inspirator, penyejuk hati dan jiwa beliau, dan menambah
karisma dan terhormat di hadapan masyarakat Quraisy, sehinga beliau
mampu berditi tegak dalm menhghadapi tekanan yang sangat dahsyat dari
kaum Qurais.
Nabi Muhammad sejak kecil dikenal sebagai al amien yaitu yang
terpercaya hal itu karena nabi tidak pernah berdusta. Sehingga ketika ada
persoalan peletakan hajar aswad yang menjadi perdebatan para pemuka
Quraisy, nabi Muhammad datang sebagai ‘problem solver’ yakni
kemampuan memecahkan masalah atau memberikan solusi dari setiap
masalah.
Dan yang terakhir yaitu pengasingan diri yang dilakukan oleh
Rasulullah SAW di Gua Hiro sebagai akhir dari pematangan mental dan
spritual. Di dalam gua tersebut beliau beribadah mendekatkan diri sedekat-
dekatnya dengan Allah SWT dan perenungan tentang kebenaran yang
sejati, hakekat hidup dan kehidupan yang sebenarnya. Karena hal ini
dalam rangka penyucian jiwa dan persiapan menerima amanah ketuhanan
“ kerasulan”.
4. Proses Nabi Muhammad Memimpin (mempengaruhi)
Firman Allah SWT
“Dia-lah yang mengutus kepada kaum yang buta hurufseorang Rasul diantara mereka, yang membacakan ayat-ayat-Nya kepada mereka, mensucikan mereka dan mengajarkan mereka Kitab dan hikmah (Asunah). Dan sesunguhnya mereka sebelumnya benar-benar dalam kesesatan yang nyata”22
22 Q.S Al-Jumu’ah.(62):2
Ayat diatas menjelaskan tahapan-tahapan Nabi Muhammad dalam
mengajak dan memperoleh pengikut. KH.Hamdani menjelaskan tiga
tahapan-tahapan yakni:23
a. Membacakan Ayat-ayat Allah SWT
Yakni menyampaikan atau menerangkan tentang sebuah sebab-
akibat, seruan untuk bertaubat dan memahaesakan Allah SWT, menerima
dan mengakui kerasulan Nabi Muhammad SAW, maksut dan tujuan
kedatangan Rasul-Nya.
b. Mensucikan jiwa manusia
Yaitu setelah kesadaran hadir menyentuh hati dan pikiran pun
mulai terbukti untuk menerima apa-apa yang telah dibacakan dan diseukan
oleh Nabi Muhammad SAW, lalu beliau melanjutkan kepada tahapan
pensucian dan pembersihan jiwa-jiwa mereka dengan mengucapkan ikrar
yaitu dua kalimat syahadat.
c. Mengajarkan Al-Kitab dan Al-Hikmah
Yakni setelah kesucian dan pencerahan telah menerangi jiwa, hati,
akal pikiran, panca indra, dan jasad, barulah Nabi Muhammad SAW
menanamkan nilai-nilai yang lebih lengkap, orisinal dan suci yaitu sumber
dari segala sumber hukum, peraturan, pedoman, dan pegangan hidup, baik
di dalam kehidupan duniawi maupun uhkrawi. Sebab tanpa adanya
kesucian dan pencerahan ketuhanan, isi Al-Kitab atau Al-Qur’an dan Al-
Hikmah tidak akan mungkin dapat diterima, dipahami dan masuk ke dalam
jiwa dan hati yang paling dalam.
23 Ibid.hlm137
5. Prinsip Kepemimpinan Nabi Muhammad SAW
Keberhasilan risalah kepemimpinan Nabi Muhammad SAW
disebabkan adnaya beberapa prinsip yang mendasr yang telah beliau
terapkan, yakni:
a. Kepemimpinan Beliau berdiri diata kepemimpinan Ketuhanan (Tauhid),
artinya setiap manusia hanya tunduk dan patuh kepada kepemimpinan
Allah yang ditunjukan oleh Nabi Muhammad SAW . kerja
kepemimpinan beliau merupakan wujud dan pesan-pesan
kepemimpinan-Nya.
b. Kepemimpinan berdiri diatas persaudaraan dan persatuan
c. Menegakkan aktivitas berbangsa, berorganisasi dan bernegara diatas
nilai-nilai ajaran agama, tidak memisahkan antara dunia dan agama.
d. Menegakkan hak-hak asasi individu dan kelompok
e. Motivasi dan etos kerja adalah jihad fisabilillah.
Apabila segala sesuatu itu dilandasi atau di niati dengan mengharap
ridho, dan kasih sayang Allah SWT, maka sudah pasti kepmimpinannya itu
sesuai bimbingan-Nya dan Rasul-Nya dan itu sudah pasti diatas kebenaran
yang hakiki.
G. Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan penulis dalam penelitian ini adalah
kualitatif yaitu cara menghasilkan data diskriptif berupa kata-kata tertulis atau
lisan dari orang-orang dan prilakuyang diamati, dengan desain penelitiannya
deskriftif analisis, kegiatan penelitian yang pencarian faktanya dengan
mengembangkan teori-teori yang ada serta mengadakan pengamatan langsung
di lapangan mengenai objek yang akan diteliti.
1. Metode penentuan Subyek
Subyek penelitian adalah orang yang berhubungan langsung dalam
memberikan informasi tentang situasi dan kondisi latar penelitian. Dalam
penelitian kualitatif, subyek penelitian disebut narasumber, Partisipan, atau
informan.24 Karena bersifat kualitatif maka penentuan subyek dalam
peneliitan ini dimaksud adalah pengasuh atau pimpinan pondok (KH.
Hmadani Bakran Adz-Dzakiey), pengurus dan santri.
2. Metode pengumpulan data
a. Wawancara
Wawancara atau interview adalah sebuah dialog yang dilakukan
untuk mengali informasi yang dibutuhkan sebagai data.25 Teknik
wawancara yang digunakan dalam penelitian ini adalah wawancara
tidak tersetruktur artinya pewawancara secara bebas menannyakan
pokok permasalahan yang disesuaikan dengan situasi dan kondisi
informan, tetapi berpegang pada daftar wawancara.
Adapun wawancara yang dilakukan dalam penelitian ini adalah;
Pimpinan Pondok Pesantren Raudhatul Muttaqien, para Ustad,
pengurus dan santri.
b. Observasi
24 Sugiyono, Metode penelitian pendidikan: pendekatan, kuantitatif, kualitatif dan R&d i(Bandung: Alfabeta, 2006),hal.299. 25Koentconingrat, Metode-metode Penelitian Masyrakat, Jakarta, Gramedia Pustaka Utama, 1991, hal. 31
Observasi adalah pengamatan dan pencatatan dengan sistematis
atas fenomena-fenomena yang diteliti.26Observasi dilakukan dengan
mencatat gejala-gejala dilapangan secara sistimatis dan menyeluruh,
sehinga data yang dihasilkan bener-bener obyektif. Observasi dilakukan
untuk mengamati pelbagai fenomena di Pondok Pesantren Raudhatul
Muttaqien.
c. Dokumentasi
Metode dokumentasi adalah data yang bersumber dari dokumen-
dokumen sebagai laporan tertulis dari peristiwa-peristiwa yang isinya
terdiri dari penjelasan-penjelasan dan pemikliran-pemikiran, peristiwa
itu ditulis dengan kesadaran dan kesengajaan untuk menyiapkan atau
meneruskan keterangan-keterangan peristiwa27 dan bila perlu dilengkapi
dengan lampiran foto-foto dokumentasi penelitian.
Sedangkan menurut Winarno Surahmad, metode dokumentasi
adalah mencari data, hal-hal yang baru atau variable yang berupa
catatan transkip, buku, surat kabar, majalah-majalah, notulen, longer
dan sebagainya.28 Selain itu metode ini juga memperkuat metode
wawancara untuk mendapatkan data yang bersifat tertulis serta
mengecek data yang diperoleh melalui metode wawancara.
26 Sutrisno Hadi, Metode Research, jilid 2 ( Yogyakarta: Andi, 2004) hal. 151.27 Lexy j. Moleng, Metode Penelitian Kualitatif, Bandung, Rosda, 1994, hal.135-136.28 Winarno Surahmad, Pengantar Penelitian ilmiyah Dasar Metode Teknik, Bandung, Tarsito 1994, hal. 1994, hal 132.
Data yang bersifat dokumentasi tertulis seperti struktur organisasi,
laporan-laporan, surat-surat, manuskrip, table dan keputusan-keputusan
tertulis yang lainnya yang dimiliki oleh Pondok Pesantren Raudhatul
Muttaqien.
H. Sistematika Pembahasan
Agar penelitian ini dapat dipahami secara sistematis, berikut akan
disampaikan sistematika pembahasan.
Bab Pertama berrisi pendahuluan penelitian. Bab ini meliputi latara
belakang, rumusan masalah, tujuan dan kegunaan penelitian, kerangka teoritik,
metodologi penelitian, dan sistematika pembahasan. Bab ini merupakan
kerangka landasn penelitian yang akan dilaksanakan. Oleh karena itu, segala
dan proses penelitian mengacu kepada bab pertama.
Bab Kedua berisi gambaran umum tentang pondok pesantren Raudhatul
Muttaqien. Secara rinci, gambaran tentang pondok pessnatren dibagi ke dalam
subbab; a) letak dan keadaan geografis, b) sejarah dan perkembangan
presantren, c) visi dan misi pesantren, d) struktur organisasi dan keadaan Kyai,
staf serta santri, dan e) sarana prasarana. Bab ini berfungsi agar kita mengenal
lebih dekat dengan pondok pesantren Raudhatul Muttaqien sehingga dapat
diketahui pendukung implementasi Prophetic Leadership di pondok pesantren.
Bab Ketiga membahas penerapan Prophetic Leadership di pondok
pesantren Raudhatul Muttaqien. Bab ini adalah bab inti dalam penellitian ini.
Secara rinci, bab ketiga berisi tentang diskripsi pelaksanana Prophetic
Leadership di pondok pesantren Raudhatul Muttaqien, strategi penerapannya,
metode yang digunakan , serta gambaran tentang hasil-hasil yang dicapai
dengan penerapan Prophetic Leadership.
Bab Keempat berisi tentang simpulan, saran-saran, dan penutup. Setelah
mengadakan penelitian yang mendalam dan mengadakan analisi terhadap data
yang terkumpul, maka akan dikemukakan mengenai simpulan obyektif, maka
perlu disampaikan pula saran-saran demi kemajuan yang akan datang dan katqa
penutup pada bagian akhir.
GAMBARAN UMUM PONDOK PESANTREN
A. Letak geografis
Pondok pesantren Raudhatul Muttaqien terletak di dusun Babadan
purwomartani Kalasan Sleman Yogyakarta. Letak pondok Pesantren tersebut
sangat strategis, meskipun jauh dari wilayah perkotaan. Dikatakan strategis
karena meskipun di pedesaan namun transportasi mudah dijangkau. Lebih
jelasnya pondok pesantren Raudhatul Muttaqien berbatasan dengan wilayah
sebagai berikut.
1. Sebelah utara : Perkebunan milik warga Babadan
2. Sebelah timur : Jalan Dusun Babadan
3. Sebelah selatan : Rumah penduduk Babadan
4. Sebelah Barat : Sungai Tepus
B. Sejarah Berdiri dan Perkembangannya
Pondok pesantren Raudhatul Muttaqien awalnya bernama Al-Muttaqien.
Ia berdiri dibawah Yayasan Al-Islam. Pesantren tersebut didirikan oleh KH
Hamdani Bakran Adz-Dzakiy dan diresmikan oleh GBPH Djojokusumo, adik
kandung Sri Sultan Hamengku Buwono X pada tanggal 19 September 1991
Pondok Pesantren Raudhatul Muttaqien didirikan ditanah luas + 2000 m2
di dusun Babadan yang saat itu masih ditumbuhi rerimbunan ilalang dan
pepohonan. Meskipun telah diresmikan pada tahun 1991, pondok pesantren
Raudhatul Muttaqien baru memperoleh nomor piagam pesantren pada tanggal
7 juni 1993 dengan nomor piagam E.9372.
27
Lokasi pondok pesantren ini pada awalnya tanah wakaf dari Bapak
Rusydi, seseorang bapak yang istrinya pernah berobat kepada KH Hamdani
Bdz. Rerimbunan ilalang dan pepohonan tampak menyeruak tak beraturan.
Maka tak heran jika warga menganggap bahwa lokasi tersebut angker. Kondisi
demikian membuat warga sekitar yang memang masih tergolong awam
terhadap ajaran Islam enggan menapakkan kakinya di lahan tersebut.
Pada awalnya KH Hamdani Bdz mempunyai keingginan untuk berdakwah
islam, dengan niat tulus dan ikhlas akhirnya niat tersebut terealisasi dengan
bantuan tanah wakaf sekitar 2000m2 di dusun Babadan dari ibu Rusdy sebagai
wujud nazarnya atas kesembuhan penyakitnya. Akirnya bedirilah pondok
pesantren yang di beliau beri nama “Al-Muttaqien” dan ditambah menjadi
“Raudhatul Muttaqien”, (taman orang-orang bertakwa).
Hingga tahun 2000, bangunan PPRM29terdiri atas sebuah aula dan gubuk
tempat tinggal para santri dengan hanya ssatu dua kegiatan yangb
dilaksanakan. Para santri dengan dibantu warga melakukan “babat alas” yaitu
mebabad alas dari ilalang dan membabat mental, spiritual, dan moral
masyarakat yang masih tergolong awam terhadap ajaran agama islam.
Saat ini PPRM memililki masjid, ruang kelas pesantren, asrama permanen,
perumahan ustaz, Taman Kanak-kanak (TK), Madrasah Tsanawiyah (MTs),
Madrasah aliyah (MA), lembaga Konseling, lembaga pengembangan usaha
pesantren, Pelatihan Center of Prophetic Intellgence dan sarana pendukung
lainnya.
29 Pondok Pesqantren Raudhatul Muttaqien
Hinga saat ini PPRM selain lembaga pendidikan islam, juga merasa
terpanggil untuk menyemai rahmat Allah SWT. dengan pelbagai kegiatan
social bagi masyarakat sekitar. Di antarannya adalah melakukan pendampingan
pengembangan masyarakat di dusun dan desa di sekitar PPRM. Diantara
kegiatan tersebut ditangani oleh bidang Dakwah dan pengembangan
masyarakat PPRM. Beberapa kegiatan lainnya yaitu penyelengaraan pengajian
dan mujahadah (munajah) dan penyelenggaraan konseling masalah psikologi,
problematika keluarga, dan problematika keislaman. Dua kegiatan ini sering
diikuti oleh para mahasiswa dari pelbagai perguruan tinggi di sekitar
Yogyakarta.
Selain bidang social, PPRM juga menyelengarakan kegiatan ekonomi
kepesantrenandan kependidikan ketrampiloan (life skill). Wujud dari dua
kegiatan tersebut tertampung dalam sebuah lembaga ekonomi yang dahulu
berbentuk koprasi namun sekarang diganti menjadi ”lembaga pengembangan
usaha pesantren”. Sasarannya ialah menciptakan basis ekonomi mandiri yang
kuat,berpijak pada sumber daya insani yang berprestasi, professional, dan
berwawasan luas, serta mempunyai visi yang tajam.
Beberapa unit usaha PPRM yang berhasil dirintis yaitu kantin pesantren,
warung telkomunikasi, lembaga pelatihan (music dan sulap), dan unit
peternakan. Dari pelbagai bentuk unit ekonomi terssebut para santri tersebut
belajar cara mengelola perekonomian yang baik dan benar.
C.Visi, Misi dan Tujuan
1. Visi
29
Membangun manusia robbani yang bertakwa, berpikir berlian, berilmu
amaliah dan beramal ilmiah didalam ridho Allah SWT dan Rasul-Nya.
2. Misi
Mendidik dan mengajarkan kepada seluruh steakeholder, baik di pesantren
maupun di madrasah khususnya para santri untuk tauhid, bertakwa, mencintai
ilmu batiniah-lahiriah, berwawasan ,luas. Berfikir bebas, beramal dengan
ikhlas dan berbadan sehat lahir batin.
3. Tujuan
Tujuan umat yang beriman, bertakwa, cerdas sehat secara holistic (mental,
spiritual, financial,social, dan fisik) sesuai ajaran Islam.
D. Struktur Organisasi
Keberadaan struktur pengurus menjadi sebuah keharusan agar roda
kepemimpinan dapat bejalan dengan lancar. Maka disusun lah stuktur
kepengurusan pesantren yang kredibel, professional dan mampu
mengembangkan pondok pesantren Raudhatul Muttaqien sebagai berikut:
1. Pemimpin dan pengasuh : KH. Drs. M. Hamdani BDZ.
2. Sekretaris : Ilham Jatmiko.S.Kom
3. Bendahara : Abidin Alamsyah.S.Kom
E. Keadaan Kyai, Ustaz, Pengurus dan Santri
1. Keadaan Kyai
Dalam tradisi pesantren, sosok kyai merupakn figure terpenting.
Kyai adalah elemen pertama yang menentukan berdiri-tidaknya pesantren.
Menurut Zanakhsari Dhofier Kyai adalah elemen utama dalam tradisi
pesantren.30
Di pondok pesantren Raudhatul Muttaqien (PPRM), kyai juga
menempati posisi paling penting. Kyai merupakan pengasuh utama sebuah
pesantren. Di PPRM, elemen kyai dipegang oleh KH. Hamdani Bdz. Ia
adalah pendiri dan pemimpin PPRM.
Sebagaimana pesantren pada umumnya, KH. Hamdani Bdz tingal
menyatu dengan pesantren. Tepatnya berada disebelah barat masjid
Raudhatul Muttaqien. Kondisi demikian membuatnya mudah berinteraksi
dengan para santri selama 24 jam. Rumah yang ditempati bersam seluruh
anggota keluargannya tersebut juga menjadi sarana konseling pelbagai
masalah yang dialami oleh masyarakat. Dengan tangan terbuka ia
menyambut setiap orang yang dating untuk berkonsultasi kepadannya.
Nama lengkapnya KH. Hamdani Bakran Adz-Dzakiey. Ia lahir di
BalikPapan, Kalimantan Selatan pada tanggal 3 mei 1960. Ia adalah putra
Bakran Adz-Dzaky. Bin Abdul Karim al-Banjari. Ia dikenal dengan guru
spiritual muda, praktisi tasawuf, konselor, psikoterapis, dan pendidik. Ia
menuekuni psikologi islam psikodiagnostik islam, psikoterapi islam, dan
konseling Islam secara otodidak. Namun demikian secara non formal ia
mendalami pendidikan tasawuf dan makrifat kepada bakran Adz-Dzaky
din Abdul Karim al-banjari (ayah kandung sendiri), Rusdi bin Mukhtar al-
banjary (ayah kandung istri), sayyid Abdul ZRahman as-Segaf Bantul,
30 Zamakhsyari Dhofier, tradisi Pesantren (studi terhadap Pandangan hidup Kyai). (LP3ES), hal.48
31
KH. Mbah Mangli Rahimahullah magelang, KH. Yahya al-Khalili
Mataram Lombok, dan KH.Idham Khalid Jakarta.
Riwayat pendidikan formal KH. Hamdani pernah dijalani
disekolah dasar (SD) lulus tahun !972, Pendidikan Guru Agama Negeri
(PGAN) 6 tahun dan lulus tahun 1979, semuannya dijalani di kota
kelahirannaya Balikpapan Kalimantan. Setelah itu, ia juga menjalani
pendidikan mennengah di Madrasah Aliyah Negeri (MAN) Yogyakarta
dan lulus pada tahun 1983. Gelar kesarjanaannya ia peroleh di fakultas
Syariah IAIN Sunan Kalijaga Yogyakarta pada tahun 1986. Sementara itu,
kuliah starta satu (S1) di Fakultas Hukum Univesitas Cokroaminoto
Yogyakarta pada tahun 1983 tidak diselesaikan.
Kyai yang mengemari music jazz ini pernah mengalami
serangkaian pengalaman institusional sejak tahun 1986. Pada tahun 1986-
1989 ia mengabdikan diri sebagai guru agama Islam di sekolah Menengah
Atas (SMA) Pelita Buana Bantul. Pada tahun-tahun selanjutnya ia juga
mengajar Bahasa Arab dan Bahasa Inggris di Madrasah Tsanawiyah Al-
ma’arif Gunug Kidul, mengajar kuliah Fiqih Ibadah di Fakulta Syariah
IAIN Sunan Kalijaga. Pada tahun 1987-2000 ia mengajar mata kuliah
Study Islam di Jurusan Tarbiyah Skolah Tinngi Agama Islam
Muhammaddiyah Klaten. Selanjutnya, pada tahun 2000-2006 ia mengajar
maata kuliah Ilmu Tasawuf, Akhidah Islam, dan Psikoterapi Islam
Fakultas Agama Universitas Muhammadiyah Surakarta. Selain itu,
perjalanan karirnya juga ia torehkan di Universitas Islam Indonesia (UII)
Yogyakart hingga kini. Di UII ia dikenal sebagai konsultan Pusat
Psikologi Terapan Fakultas Psikologi dan staf pengajar Program Magister
Profesi Fakultas Psikologi.
Disela-sela kesibukannya di PPRM31 dan Fakultas Psikologi UII, ia
juga mengabdikan diri sebagai fasilitator tetap Pusdiklat PusatJakarta pada
Program Transformasi Budaya Kepemimpinan, staf pengajar Pusdiklat
Regional Depdagri DIY, staf ahli PT Anindya Mitra INternasional DIY,
dan menjadi trener di berbagai pelatihan.
Khazanah keilmuan KH. Hamdani juga ditorehkan melalu goresan
tintanya. Ia merupakan sosok kyai produktif dengan karya-karyanya yang
membahas psikologi, konseling, psikoterapi, dan tasawuf. Tercatat, tak
kurang dari empat karya monumentalnya ia luncurkan, yaitu Konseling
Psiloterapi Islam (2000), Prophetic Intelgence (2005), Psikologi Kenabian
(2007) dan Prophetic Leadership (2009). Ketekunannya di bidang
psikologi mengantarnya dikenal sebagai pakar teori sekaligus praktisi
psikologi Islam.
Kini, KH. Hamdani menguranggi aktifitasnya sebagai dosen. Ia
lebih berkonsentrasi dalam pengembangan konsep Prophetic Intelgence,
dan Prophetic Psycologi dengan dukunagn dari para psikologi dari
Universitsas Gajah Mada (UGM) dan Universitas Islam Indonesia (UII)
Dari gambaran diatas tampak bahwa KH. Hamdani merrupakan
sosok kyai yang memiliki latar keilmuan cukup mumpuni. Ia juga
merupakan kyai produktif karena mampu melahirkan beberapa karya.
31 Pondok Pesantren Raudahtul Muttaqien
33
Pekerjaannya di berbagai perguruan tinggi merupakan bukti keahliaanya di
bidang psikologi. Kedekatannya denagn para dosen di beberapa perguruan
tinggi, pelbagai perusahaan, dan lembaga pemerintahan menyebabkan
memilki jaringan yang luas. Dengan demikian, dari segi pengalaman,
spiritual, keilmuan dan ekonomi, KH. Hamdani memiliki yang cukup
untuk mengembangkan PPRM.
2. Keadaan Ustad
Jumlah ustaz di pondok pesantren Raudhatul Muttaqien sebanyak
13 orang. Dengan perincian 11 ustaz dan 2 ustazah mereka berasal dari
berbagai daerah di luar Yogyakarta. Diantaranya Kalimantan, Jakarta,
Malang, dan Jember. Mereka digaji dari pekerjaannya sebagai
pengajar/ustaz di PPRM. Selain sebagai ustaz, mereka juga mengajar di
Madrasah Tsanawiyah (MTs) dan Madrasah Aliyah (MA) Raudhatul
Muttaqien. Sebagaian besar ustaz senior yang sudah berkeluarga juga
mendapatkan “Perumahan Ustaz” sederhana dan sehat di sekitar PPRM.
Beberapa ustaz lainnya yang belum menikah berada di asrama khusus
ustaz dan sebagian kos di daerah sekitar PPRM.
Kehidupan sehari-hari para ustaz tidak jauh berbeda dari ustaz
pesantren pada umumnya. Mereka mengajar, mengaji, dan berinteraksi
dalam suasana non formal dengan para santri. Rata-rata pendidikan mereka
adalah sarjana dari belbagai perguruan tinggi di Yogyakarta,. Mereka
adalah lulusan dari institute Agama Islam Negeri (Universita Islam
Negeri) Sunan Kalijaga, Universitas Gajah Mada, (UGM), Universita
Negeri Yogyakarta (UNY), Uiversitas Islam Indonesia (UII), Akademi
Ilmu Komputer (AMIKOM), dan dari berbagai perguruan tinggi lainnya.
Di samping itu ada beberapa asisten ustaz yang merupakan alumni
Madrasah Aliyah Raudhatul Muttaqien. Di antara mereka melanjutkan
studi di UIN Sunan Kalijaga, Universitas Negeri Yogyakarta, Universitas
Ahmad Dahlan (UAD), Universitas Islam Indonesia (UII), Universitas
Gajah Mada (UGM), dan Sekolah Tinggi Ilmu Psikologi (STIPSI)
Yogyakarta.
3. Keadaan Pengurus.
Jumlah pengurus inti PPRM sebanyak 4 (empat) orang sebagaimana
dijelaskan pada sruktur pengurus di atas. Posisi mereka langsung dibawah
pengurus PPRM. Selain sebagai pengurus, mereka mnerangkap tugas
sebagai ustaz di PPRM.
Pembagian tugas pengurus PPRM dibagi menjadi empat bidang
utama. Masing-masing disebut sebagai Kepala Bidang Pelaksannaan.
Empat bidang yang yang mereka jalankan adalah pendidikan dan
pengajaran, urusan santri, kerumahtanggaan, dan pengembangan usaha
pesantren. Agar lebih jelas, berikut penjelasannya.
Bidang pendidikan dan pengajaran dipegang oleh mardiansyah.S.Ag,
urusan santri dipegang oleh Tri Budi, sedangkan untuk pengembangan
usaha pesantren dipegang oleh Ir. Heri Supianto dan kerumah tanggaan
dipegang oleh Sri Asfardon.S.Psi
4. Keadaan Santri
35
Jumlah santri PPRM pada bulan desember 2012 berjumlah 60
orang.Santri utama adalah santri yang masih bersekolah pada jenjang
menengah, yakni Madrasah Tsanawiyah (MTs) dan MAdrasah Aliyah
(MA). Santri yang masih bersekolah di MTs berjumlahu 30 orang,
sedangkan sisanya, yakni 30 orang bersekolah di (MARM). Mereka
berasal dari belbagai daerah di luara kota Yogyakarta. Diantara mereka
ada yang beresal dari Gunung Kidul, Boyolali, Lampung, Klaten, Jakarta
dan Palembang.
Santri yang masih bersekolah tinggal di kamar-kamar khusus
santri sekolah. Masing-masing kamar berukuran 6x10m. penempatan
kamar diklasifikasi berdasar jenjang pendidikan. Meski demikian,
pengklasifikasian tersebut tidak terlalu ketat karena terkadang jumlah
santri MTs dan MA tidak seimbang.
Kondisi kesehatan santri di PPRM cukup terjaga dengan baik.
Lantai kamar mereka berbahan keramik berewarna putih. Dindingnya
terbuat dari tembok cukup kokoh dengan warna yang sering diganti setiap
semester. Lemari pakaian mereka terbuat dari kayu yang tertata rapi. Di
teras masing-masing kamar terdapat taman yang dihiasi bunga-bunga yang
mekar di dalam pot.halamn didepan kamar terdapat lapangan futsal selain
itu, gemercik aliran air bersih yang mengalir di sungai kecil didekat kamar
paling timur membuat suasana pesantren tersebut layak disebut pesantren
yang memperhatikan keindahan dan kesehatan lingkungan.
Kegiatan sehari-hari mereka di PPRM cukup variatif. Mereka
mengaji, salat jamaah, berzikir, makan bersama, berlatih music,
berolahraga, dan melakukan piket kebersihan secara kelompok. Khusus
untuk kegiatan music sudah mempunyai program kursus bagi santri yang
berminat dan berbwkat.
Dalam berorganisasi, para santri membentu sebuah organisasi
santri yang bernama Organisasi Santri Raudhatul Muttaqien (OSRM). Para
pembimbing mereka adalah para santri alumni y7ang lebih senior. Peran
OSRM cukup signifikan dalam perjalanan PPRM. Mereka aktif membuat
dan mengontrol jadwal piket, mengontrol kegiatan pengajian dan salat
jamaah, mencari informasi diluar pesantren, mensosialisasikan pesantren,
mengadakan kegiatan PPRM, dan sebagainya. Dengan adanya OSRM,
para santri dilatih berorganisasi sehingga tidak gagap saat terjuan di
masyarakat kelak. Adanya OSRM juga menampakkan suasana dialogis di
PPRM. Agar lebih jelas berikut struktur pengurus OSRM:
Pengurus Organisasi Santri Raudhatul Muttaqien.
Ketua : Asmul Fauzi
Wakil : Mutia
Sekretaris : Cholis
Bendahara : Zaky
Seksi pendidikan : Badalah
Seksi umum : Ozi
37
Seksi olah raga : Sahroni
Seksi kebersihan : Iliyas
Seksi kesenian : Topik
BAB III
PENERAPAN PROPHETIC LEADERSHIP
DI PONDOK PESANTREN RAUDHATUL MUTTAQIEN
Pondok pesantren padasaat ini tampaknyan perlu dijadikan sebagai
warisan sekaligus kebudayaan-intelektual Nusantara. Lebih dari itu, dalam
sejumlah aspek tertentu, pesantren harus juga dipahami sebagai benteng
pertahanan kebudayaan itu sendiri karena peran sejarahnya yang dimainkan.
Harapan ini tentu tidak berlebihan dari konstruk budaya yang digariskan oleh
pendirinya. Selain diimpikan sebagai pusat pengembangan ilmu dan kebudyaan
yang berdimensi religious atau sekedar impoviwsasi local, pesantren juga
disiapkan oleh pendirinya sebagai motir transformasi bagi komunitas
masyarakat dan bangsanya.
Kondisi semacam itu juga dirasa oleh pondok pesantren Raudhatull
Muttaqien Yogyakarta. Ditengah-tengah bangsa krisis keteladanan pemimpin
dan kepemimpinan, PPRM merespon dengan menerapkan kepemimpinan yang
mencontoh nabi Muhammad SAW yaitu kepemimpinan yang mendambakan
rahmat, ridha dan kasih sayang dari Allah SWT.
A. Prophetic Leadership
Konsep Prophetic leadership digagas dan diterapkan oleh KH. Hamdani
ini mendasarkan diri pada keteladanan (uswa hasanah) yang terdapat pada diri
39
Nabi Muhammad SAW. Diantara keteladanan tersebut yaitu proses
pengembangan potensi pemimpin dan kepemimpinan yang telah dilakukan dan
dialami oleh Nabi Muhammad SAW. Yaitu di bagi menjadi tiga tahapan yaitu
proses penyucian dari pengaruh kemakhlukan, proses pengisian diri dengan
unsure-unsur ketuhanan, dan kehadiran dan kemunculan eksistensi cahaya
ketuhanan.
B. Proses Penyucian dari Pengaruh Kemakhlukan (Self Sterilization)
Yang dimaksut dengan proses penyucian diri (self Sterilization) adalah
melepaskan diri dari persoalan-persoalan yang akan menghalangi hadirnya
ketajalian Allah SWT.
Menurut KH. Hamdani persoalan yang menghambat itu adalah persoalan
yang ada hubungannya dengan Allah SWT, persoalan hamba dengan kedua
orang tua, antara suami-isrti, antara orang tua dan anak-anaknya, dengan
lingkunag tetangga dan makhluk-makhlu-Nyayang lain.
Sebagai manusia biasa, seorang santri pasti memiliki persoalan baik yang
terjadi antara diri pribadi dengan tuhannya maupun dengan antara pribadi
dengan makhluk-Nya. Oleh karena itu seorang santri yang telah berniat
menuntut ilmu di pondok pesantren Raudhatul Muttaqien di wajibkan untuk
memohn ampun.
1. Memohon ampun (taubat) kepada Allah SWT.
Permohonan ampun (taubat) kepada Allah SWT di PPRM
dilakukan secara berjamaah di pimpin langsung oleh pengasuh pondok
yaitu KH. Hamdani setelah shalat Isa’. Hal ini dilakukan setiap shalat Isa’
karena diyakini bahwa setiap manusia dalam menjalani kehidupan tidak
lepas dari kesalahan dan lupa oleh karena usaha yang bisa di lakukan
adalah memohon ampunan kepada Allah SWT.
2. Memohon ampun-maaf kepada kedua orang tua
Dalam Al Qur’an dijelaskan bahwa kita diwajibkan berbuat baik
kepada kedua orang tua bahkan kita dilarang mengatakan ‘ah’ apalagi
yang membuat kedua orang tua tersakiti. Seorang yang meng berbuat
durhaka , kezaliman dan sikap seorang anak yang dapat membuat kedua
orantua ayah dan ibunya menderita, baik secara fisik, mental atau
psikologis merupakan perbuatan yang diharamkan.
Oleh karena itu, demi mensucikan hati dan jiwa, maka berbuat
kebaikan, kepatuhan dan selalu memohon ampun- maaf kepada kedua
orang tuanya dan diwajibkan tidak boleh tidak harus dilakukan seorang
santri sebaik-baiknya dan sebenarnya.
B. Proses Pengisian diri dengan Unsur-unsur Ketuhanan /self
Indentification
Aktivitas dari proses pengisian diri /self identification adalah
melaksanakan beberapa aktivitas spritual yang telah diperintahlkan oleh Allah
SWT dan Rasul-Nya, yang mana hal itu akan menghadirkan keberadaan-Nya
dalam diri ini, yakni meningkatkan kualitas dan kuantitas ibadah khusus dari-
Nya, bersama-Nya, dan untuk-Nya, hinga mencapai tingkat Muttaqien/ orang-
orng bertakwa, yakni orang-orang yang ahli dalam melaksanakan hak-hak
Allah yang ada pada Allah / la ila hailallah dan hak-hak yang ada pada
41
makhluk-Nya rahmatan lil alamin, mebaburkan kasih sayang keseluruh penjuru
alam.