Download - Ikan Gabus Sangat Kaya Albumin
Ikan gabus sangat kaya albumin, jenis protein yang mempercepat penyembuhan pascaoperasi dan
melahirkan. Zat ini juga membantu pertumbuhan anak dan menambah berat badan orang dengan HIV/AIDS
(ODHA).
Keluar dari rumah sakit pascaoperasi, seperti sehabis persalinan, merupakan fase yang cukup kritis karena
pasien harus berjuang untuk kesembuhannya. Kita sering mendengar larangan mengonsumsi makanan
tertentu. Informasi itu kadang masuk akal, tetapi sering membuat bingung karena bertolak belakang satu
sama lain.
Secara umum sebenarnya tidak ada pantangan makan bagi pasien pascaoperasi, kecuali bila menderita
alergi atau mendapat pesan khusus dari dokter. Sehabis menjalani operasi usus misalnya, tentu kita tidak
boleh mengonsumsi makanan yang sulit dicerna. Sebaliknya, pascaoperasi persalinan, makan banyak
merupakan solusi untuk mempercepat proses penyembuhan, terutama makanan kaya protein, vitamin, dan
mineral.
Zat gizi sangat diperlukan untuk membantu tubuh melakukan proses penyembuhan pascaoperasi, yaitu memperbaiki
sel dan jaringan. Zat gizi berkualitas juga diperlukan untuk memperkuat imunitas (sistem kekebalan) tubuh agar tidak
mudah terserang penyakit.
Salah satu bahan pangan yang sangat dianjurkan untuk dikonsumsi pascaoperasi adalah ikan gabus. Ikan gabus
banyak dijual di pasar tradisional dan modern, umumnya dalam bentuk kering asin. Karena itu, ikan gabus lebih
dikenal sebagai ikan asin yang bergengsi.
Jenis ikan gabus
Ikan gabus adalah sejenis ikan buas yang hidup di air tawar dan rawa. Sering dijuluki “ikan buruk rupa” karena
kepalanya menyerupai kepala ular. Di negara Barat, ikan ini disebut snakehead, ditakuti karena merupakan pemakan
daging dan sangat agresif.
Di Indonesia, ikan ini dikenal dengan berbagai nama, yaitu kutuk (Jawa), haruan atau bogo (Sunda), dan kocolan
(Betawi). Ikan gabus jenisnya beragam, di antaranya gabus biasa (haruan), kehung, kerandang, toman, dan gabus
unggui.
Ikan gabus biasa atau haruan (Ophiocephalus striatus) paling sering ditemukan di pasar. Bentuknya mendekati
lonjong (bulat memanjang) dengan bagian pangkal ekor pipih. Tubuh bagian punggung berwarna cokelat kehitaman
dan bagian perut putih kecokelatan. Mudah ditemukan di perairan umum seperti danau, rawa, sungai, juga bisa hidup
di perairan payau di Pulau Jawa, Sumatera, Kalimantan, dan Sulawesi.
Ikan gabus jenis toman (Ophiocephalus micropeltes), populer kedua setelah ikan gabus biasa. Bentuk badannya
memanjang dan bulat. Mulut berukuran lebar terletak di ujung hidung.
Jenis toman muda warna tubuhnya merah, setelah dewasa menjadi hijau kebiruan ke arah ungu. Panjangnya dapat
mencapai 65 cm. Hidupnya di rawa dan sungai, khususnya daerah banjir. Banyak dikonsumsi di daerah Jawa,
Sumatera Selatan, dan Kalimantan.
Dilihat dari kandungan gizinya, ikan gabus tidak kalah dari ikan air tawar lain yang cukup populer, seperti ikan mas
dan ikan bandeng. Kandungan gizi berbagai ikan air tawar dapat dilihat pada tabel.
Komposisi gizi per 100 gram beberapa ikan tawar dan payau
Jenis
ikan
Protein
(g)
Lemak
(g)
Karbohidrat
(g)
Mineral
(g)
Air
(g)
Mas 16 2,0 1,0 1,0 80
Bandeng 20 1,3 1,5 1,2 76
Tawes 9,7 5,1 1,7 1,5 82
Gabus 20 1,5 0,2 1,3 77
Betok 17,5 5,0 0,5 2,0 75
Lele 17,7 4,8 0,3 1,2 76
Seperti ikan lain, keunggulan ikan gabus adalah kandungan proteinnya yang cukup tinggi. Kadar protein per 100
gram ikan gabus setara ikan bandeng, tetapi lebih tinggi bila dibandingkan dengan ikan lele maupun ikan mas yang
sering kita konsumsi.
Kandungan protein ikan gabus juga lebih tinggi daripada bahan pangan yang selama ini dikenal sebagai sumber
protein seperti telur, daging ayam, maupun daging sapi. Kadar protein per 100 gram telur 12,8 gram; daging ayam
18,2 gram; dan daging sapi 18,8 gram. Nilai cerna protein ikan juga sangat baik, yaitu mencapai lebih dari 90 persen.
Selain itu, protein kolagen ikan gabus juga lebih rendah dibandingkan dengan daging ternak, yaitu berkisar 3-5
persen dari total protein. Hal tersebut yang menyebabkan tekstur daging ikan gabus lebih empuk daripada daging
ayam ataupun daging sapi.
Rendahnya kolagen menyebabkan daging ikan gabus menjadi lebih mudah dicerna bayi, kelompok lanjutt usia, dan
juga orang yang baru sembuh dari sakit. Bayi memerlukan asupan protein tinggi, tetapi belum memiliki saluran
pencernaan yang sempurna.
Albumin pembentuk sel
Keunggulan protein ikan gabus lainnya adalah kaya akan albumin, jenis protein terbanyak (60 persen) di dalam
plasma darah manusia. Peran utama albumin di dalam tubuh sangat penting, yaitu membantu pembentukan jaringan
sel baru.
Tanpa albumin; sel-sel di dalam tubuh akan sulit melakukan regenerasi, sehingga cepat mati dan tidak berkembang.
Albumin inilah yang juga berperan penting dalam proses penyembuhan luka.
Di dalam ilmu kedokteran, albumin biasa dimanfaatkan untuk mempercepat pemulihan jaringan sel tubuh yang
terbelah, misalnya karena operasi atau pembedahan. Itulah sebabnya pasien pascaoperasi sangat dianjurkan
mengonsumsi ikan gabus, dengan harapan dapat membantu proses penyembuhan di dalam tubuh.
Sebuah penelitian yang dilakukan oleh Prof. DR. Dr. Nurpudji A. Taslim dari Universitas Hasanudin, Makassar,
menunjukkan kadar albumin pasien di RS Wahidin Sudiro Husodo Makassar, Sulawesi Selatan, meningkat tajam
setelah beberapa kali mengonsumsi ikan gabus. Hal tersebut mempercepat kesehatan pasien.
Penelitian serupa juga pernah dilakukan pada bagian bedah RS Umum Dr. Saiful Anwar Malang. Hasil uji coba
tersebut menunjukkan pemberian 2 kg ikan gabus masak setiap hari kepada pasien pascaoperasi dapat
meningkatkan albumin dari kadar yang rendah (1,8 g/dl) menjadi normal.
Penelitian yang dilakukan di Universitas Hasanudin juga menunjukkan pemberian ekstrak ikan gabus selama 10-14
hari dapat meningkatkan kadar albumin darah 0,6-0,8 g/dl. Para ODHA (orang dengan HIV/AIDS) yang diberi ekstrak
ikan gabus secara teratur, dapat meningkatkan kadar albumin di dalam darah, sehingga berat badannya akan naik
secara perlahan.
Selain membantu pembentukan jaringan baru, albumin yang berada di dalam darah juga berfungsi untuk mengatur
keseimbangan air di dalam sel, memberikan gizi di dalam sel, dan membantu mengeluarkan produk buangan.
Albumin juga berfungsi mempertahankan pengaturan cairan di dalam tubuh.
Konsumsi Sejak Balita
Konsumsi ikan gabus sebaiknya mulai dibiasakan sejak balita. Pemberian makanan yang kaya albumin ini bukan
hanya dilakukan ketika anak menunjukkan gejala sakit, tetapi juga ketika sehat. Hal tersebut berkaitan dengan fungsi
albumin yang sangat penting.
Sebuah penelitian yang dilakukan Ida Samidah dari Balitbangda Sulawesi Selatan menunjukkan, balita yang
mengonsumsi ikan gabus secara teratur memiliki kadar albumin jauh lebih tinggi dibandingkan dengan balita yang
tidak mengonsumsinya. Selain itu, balita yang mengonsumsi ikan gabus secara teratur juga mengalami peningkatan
berat badan dan kadar hemoglobin darah secara nyata.
Di pasaran, ikan gabus lebih banyak dijual dalam keadaan kering dan sudah diasinkan. Namun, tidak sedikit pula
ikan gabus dijual dalam keadaan segar. Ikan gabus kering atau dalam keadaan masih segar mempunyai khasiat
yang sama bagi kesehatan.
Hal yang perlu dicermati pada ikan gabus kering asin adalah kadar natriumnya yang tinggi. Natrium tersebut berasal
dari garam dapur (natrium klorida) yang digunakan untuk mengasinkan ikan. Konsumsi natrium tinggi akan
menyebabkan seseorang mudah mengalami hipertensi. Karena itu, penderita tekanan darah tinggi disarankan untuk
mengonsumsi ikan gabus segar.
Upaya sederhana untuk mengurangi kadar natrium pada ikan gabus kering asin adalah dengan cara merendamnya
dalam larutan garam encer, selama beberapa jam sebelum diolah lebih lanjut. Dengan perendaman tersebut, garam
dari konsentrasi tinggi (pada ikan asin) akan mengalir menuju konsentrasi rendah (larutan garam encer), sehingga
kadar garam pada ikan turun.
Mendukung Pertumbuhan Anak
Albumin bukan hanya dibutuhkan pasien yang sedang menjalani operasi, tetapi juga anak-anak yang sedang dalam
tahap pertumbuhan. Bila kadar albumin rendah, protein yang dikonsumsi anak akan pecah. Protein yang seharusnya
dikirim untuk pertumbuhan sel menjadi tidak maksimal.
Pada anak yang kekurangan albumin, seperti penderita tuberkulosis (TBC atau TB), daya kerja obat yang diminum
menjadi kurang maksimal. Sementara pada anak yang sedang berada di fase periode emas pertumbuhan (golden
age), yaitu usia 1-5 tahun, kekurangan albumin akan sangat mengganggu pertumbuhan otaknya. Semakin sedikit
albumin, pertumbuhan sel di otak akan semakin lambat. Sel otak yang sedikit menyebabkan anak menjadi kurang
cerdas.
Kadar albumin normal di dalam tubuh antara 3,5-4,5 g/dl. Kadar albumin yang kurang dari 2,2 g/dl menunjukkan
masalah pada tubuh. Umumnya masalah gizi yang diderita anak-anak bukan hanya disebabkan oleh asupan yang
kurang, tetapi juga karena zat gizi yang berhasil dibawa oleh darah sangat sedikit, sehingga tidak bisa memberi gizi
pada sel. Kasus seperti ini sering ditemukan pada anak-anak yang mempunyai kebiasaan makan banyak dan cukup
bergizi, tetapi pertumbuhannya sangat lambat.
Banyak orangtua yang kemudian mengaitkan lambatnya pertumbuhan anak dengan gejala cacingan. Padahal,
penyebab utama adalah karena kekurangan albumin. Kekurangan albumin menyebabkan zat gizi di dalam darah
tidak dapat disalurkan dengan baik ke sel-sel tubuh yang memerlukan.
Kekurangan gizi seperti ini pun berdampak terhadap penurunan daya kekebalan tubuh, sehingga anak mudah sakit.
Sementara pada anak yang menderita penyakit tertentu, semisal TBC, akan menjadi lebih lama untuk disembuhkan.
Sebenarnya tubuh memiliki cadangan albumin yang bisa digunakan bila asupan albumin sangat kurang. Cadangan
albumin berada di dalam otot. Namun, bila albumin cadangan ini diambil terus-menerus, anak akan mengalami
gangguan pertumbuhan. Anak tersebut akan terlihat sangat kurus dan tubuhnya tidak bugar.
Itulah sebabnya, bila anak kita sulit sekali tumbuh, sebaiknya bukan hanya diberi obat anticacing. Yang paling
penting, perhatikan asupan makanannya, apakah cukup bergizi atau tidak. Usahakan untuk selalu menyajikan
makanan yang kaya protein albumin, seperti ikan gabus.
Mudah Membuat Ekstrak Albumin
Tingginya kandungan albumin dari ikan gabus membuat ekstrak ikan ini mulai dilirik pihak rumah sakit untuk
diberikan kepada pasien pascaoperasi, yaitu sebagai pengganti serum albumin impor, yang sangat mahal harganya.
Sebuah penelitian yang dilakukan oleh Prof. Dr. Ir. Eddy Suprayitno, MS, dari Universitas Brawijaya, Malang, telah
membuktikan kemampuan ekstrak albumin dari ikan gabus untuk menggantikan serum albumin impor.
Harga serum albumin impor mencapai jutaan rupiah per 10 milimeter. Padahal, dalam satu kali operasi paling tidak
dibutuhkan 30 milimeter. Penggunaan ekstrak ikan gabus ini diharapkan dapat mengurangi biaya operasi
pembedahan yang selama ini dikenal sangat mahal.
Membuat ekstrak ikan gabus dengan cara sederhana, dapat dilakukan sendiri di rumah tangga. Bagi mereka yang
belum bisa mengonsumsi makanan berat, dapat merebus ikan gabus hingga seluruh sarinya keluar. Sari ikan
tersebut kemudian disaring dan dikonsumsi seperti minum air. Agar tidak berbau amis, sari kaldu ikan gabus dapat
juga dicampur jeruk nipis.
Ikan gabus dapat diolah dengan berbagai cara. Masyarakat Sulawesi Selatan dan Papua biasa mengolah ikan gabus
menjadi sup asam pedas, sedangkan masyarakat jawa dan Sunda mengolahnya dengan cara digoreng. Masyarakat
Banjarmasin biasa menggunakan ikan gabus untuk membuat kerupuk. Variasi lain yang dapat dilakukan adalah
dalam bentuk abon atau disantan seperti ikan kakap. Untuk bayi, ikan gabus dapat dipipil dan disajikan seperti nasi
tim.
Ikan gabus sebaiknya disajikan dengan cara direbus, dikukus, ataupun dibuat sup. Ikan gabus goreng atau bakar
memang lebih nikmat, tetapi nilai gizinya turun. Selain itu, menggoreng biasanya dilakukan dengan minyak berlebih,
sehingga dapat meningkatkan kadar lemak pada ikan.
Padahal, ikan gabus termasuk bahan makanan yang sehat dan aman untuk dikonsumsi karena kadar lemak dan
kolesterolnya masih di bawah rata-rata. Bahaya lain yang mengintai dari ikan bakar dan goreng adalah racun
karsinogenik yang dapat mengganggu kesehatan tubuh.
Seperti ikan air tawar lainnya, salah satu kelemahan ikan gabus adalah memiliki bau lumpur. Namun, hal tersebut
bukanlah alasan untuk tidak mengonsumsinya mengingat manfaatnya sangat luar biasa. Untuk menyiasatinya, ikan
gabus dapat dicuci dengan air kapur. Bisa juga direbus lebih dulu dengan berbagai rempah, seperti kunyit ataupun
jeruk nipis, baru kemudian diolah sesuai selera.
Vitamin A
Vitamin A adalah vitamin laarut dalam lemak yang pertama ditemukan. Secara luas, vitamin A merupakan nama genetik yang menyatakan semua retinoid dan prekursor/provitamin A/ karotenoid yang mempunyai aktivitas biologis sebagai retinol.
Vitamin A esensial untuk pemeliharaan kesehatan dan kelangsungan hidup. Di seluruh dunia (WHO,1991), di antara anak-anak prasekolah diperkirakan terdapat sebanyak 6-7 juta kasus baru xeroftalmia tiap tahun, kurang lebih 10% di antaranya menderita kerusakan kornea. Di antara yang menderita kerusakan kornea ini 60% meninggal dalam waktu satu tahun, sedangkan diantara yang hidup, 25% menjadi buta dan 50-60% setengah buta. Diperkirakan pada satu waktu sebanyak tiga juta anak-anak buta karena kekurangan vitamin A, dan sebanyak 20-40 juta menderita kekurangan vitamin A pada tingkat lebih ringan. Perbedaan angka kematian antara anak yang kekurangan dan tidak kekurangan vitamin A kurang lebih sebesar 30%. Disamping itu kekurangan vitamin A meningkatkan resiko anak terhadap penyakit infeksi seperti penyakit saluran pernapasan dan diare, meningkatkan angka kematian karena campak, serta menyebabkan keterlambatan pertumbuhan.
Sifat Kimia
Vitamin A adalah suatu kristal alkohol berwarna kuning dan larut dalam lemak atau pelarut lemak. Dalam makanan vitamin A biasanya terdapat dalam bentuk ester retinil, yaitu terikat pada asam lemak rantai panjang. Di dalam tubuh, vitamin A berfungsi dalam beberapa bentuk ikatan kimia aktif, yaitu retinool (bentuk alkohol), retinal (aldehida), dan asam retinoat (bentuk asam). Struktur kimia ketiga bentuk vitamin A dan provitaminnya betakaroten dapat dilihat pada gambar dibawah ini.
Retinol bila dioksidasi berubah menjadi retinal dapat kembali direduksi menjadi retinol. Selanjutnya, retinal dapat dioksidasi menjadi asam retinoat.
Vitamin A tahan terhadap panas cahaya dan alkali, tetapi tidak tahan terhadap asam dan oksidasi. Bentuk aktif vitamin A hanya terdapat dalam pangan hewani. Pangan nabati mengandung karotenoid yang merupakan prekursor (provitamin) vitamin A. Di
antara ratusan karotenoid yang terdapat di alam, hanya bentuk alfa, beta, dan gama serta kriptosantin yang berperan sebagai provitamin A. Beta-karoten adalah bentuk provitamin A paling aktif , yang terdiri atas dua molekul retinol yang saling berkaitan. Karotenoid terdapat didalam kloroplas tanaman dan berperan sebagai katalisator dalam fotosintesis yang dilakukan oleh klorofil. Oleh karena itu, karotenoid paling banyak terdapat dalam sayuran berwarna hijau tua.
Beta-karoten mempunyai warna sangat kuning dan pada tahun 1954 dapat disintesis.
Sekarang beta-karoten merupakan pigmen kuning yang boleh digunakan dalam pemberian warna makanan, antara lain untuk memberi warna kuning pada gelatin, margarin, minuman ringan, adonan cake dan produk serealia.
Sifat kimia
Vitamin A adalah suatu kristal alkohol berwarna kuning dan larut dalam lemak atau pelarut lemak. Dalam makanan vitamin A biasanya terdapat dalam bentuk ester retinil, yaitu terikat pada asam lemak rantai panjang. Di dalam tubuh, vitamin A berfungsi dalam beberapa bentuk ikatan kimia aktif, yaitu retinol (bentuk alkohol), retinal (aldehida), dan asam retinoat (bentuk asam). Struktur kimia ketiga bentuk vitamiin A dan provitaminnya beta-karoten dapat dilihat pada gambar dibawah ini. Retinol bila dioksidasi berubah menjadi retinal dan retinal dan retinal dapat kembali direduksi menjadi retinol. Selanjutnya, retinal dapat dioksidasi menjadi asam retinoat.
Vitamin A tahan terhadap panas cahaya dan alkali, tetapi tidak tahan terhadap asam dan oksidasi. pada cara memasak biasa tidak banyak vitamin A yang hilang. Suhu tinggi untuk menggoreng dapat merusak vitamin A, begitupun oksidasi yang terjadi pada minyak ang tengik. Pengeringan buah di matahari dan cara dehidrasi lain menyebabkan kehilangan sebagian dari vitamin A. Ketersediaan biologik vitamin A meningkat dengan kehadiran vitamin E dan antioksidan lain.
Bentuk aktif vitamin A hanya terdapat dalam pangan hewani. Pangan nabati mengandung karotenoid yang merupakan prekursor (provitamin) vitamin A. Diantara ratusan karotenoid yang terdapat dialam, hanya bentuk alfa, beta, dan gama serta kriptosantin yang
berperan sebagai provitamin A. Beta-karoten adalah bentuk provitamin A paling akfif, yang terdiri atas dua molekul retinol yang saling berkaitan. Karotenoid terdapat didalam kloroplas tanaman dan berperan sebagai katalisator dalam fotosintesis yang dilakukan oleh klorofil. Oleh karena itu, karotenoid paling banyak terdapat dalam sayuran berwarna hijau tua.
Vitamin A yang di dalam makanan sebagian besar terdapat dalam bentuk ester retinil, bersama karotenoid bercampur dengan lipida lalin didalam lambung. Di dalam sel-sel mukosa usus halus, ester retinil dihidrolisis oleh enzim-enzim pankreas esterase menjadi retinol yang lebih efisien diabsorpsi daripada ester retinil. Sebagian dari karotenoid, terutama beta-karoten di dalam sitoplasma sel mukosa usus halus di pecah menjadi retinol.
Retinol di dalam mukosa usus halus bereaksi dengan asam lemak dan membentuk ester dan dengan bantuan cairan empedu menyebrangi sel-sel vili dinding usus halus untuk kemudian diangkut oleh kilomikron melalui sistem limfe ke dalam aliran darah menuju hati. Dengan konsumsi lemak yang cukup, sekitar 80-90% ester retinil dan hanya 40-60% karotenoid yang diabsorbsi. Hati berperan sebagai tempat menyimpan vitamin A utama didalam tubuh. Dalam keadaaan normal, cadangan vitamin A dalam hati dapat bertahan hingga enam bulan. Bila tubuh mengalami kekurangan konsumsi vitamin A, asam retinoat diabsorbsi tanpa perubahan. Asam retinoat merupakan sebagian kecil vitamin A dalam darah yang aktif dalam diferensiasi sel dan pertumbuhan.
Bila tubuh memerlukan, vitamin A dimobilasi dari hati dalam bentuk retinol yang diangkut oleh Retino Binding-Protein (RBP) yang disintesis di dalam hati. Pengambilan retinol berbagai sel tubuh bergantung pada reseptor pada permukaan membran yang spesifik untuk RBP. Retinol kemudian diangkut melalui membran sel untuk kemudian diikatkan pada Cellular Retinol Binding-Protein (CRBP) dan RBP kemudian dilepaskan. Di dalam sel mata retinol berfungsi sebagai retinal dan di dalam sel epitel sebagai asam retinoat.