Download - Ik Penyakit

Transcript
Page 1: Ik Penyakit

INSTRUKSI KERJA

Disahkanoleh:Kepala Puskesmas Kampung Bugis

dr. Hj. Widya NarulitaNIP.19751101 200604 2 007

PENATALAKSANAAN ISPA

Tanggal Terbit : 01 Agustus 2015 No. Dokumen : IK-P.Bgs/Antropometri/2015Revisi : 0 Halaman : 1 dari 2

A. TUJUAN

Sebagai prosedur kerja bagi petugas di poli umum dalam memberikan penanganan yang cepat dan tepat pada pasien dengan penyakit ISPA sehingga dapat meningkatkan kualitas hidup pasien.

B. RUANG LINGKUP

Prosedur kerja ini berlaku bagi petugas di Poli Umum dan unit lain yang terkait.

C. DEFINISI

ISPA adalah suatu keadaan dimana kuman penyakit menyerang alat pernafasan mulai hidung sampai paru-paru dan berlangsung tidak lebih dari 2 minggu.Penyebab ISPA adalah virus, bakteri dan riketsia.Gambaran Klinis ISPA antara lain : batuk, kesulitan bernafas, sakit tenggorokan, pilek, demam dan sakit kepala

D. PENANGGUNG JAWAB

Koordinator poli umum

E. KRITERIA PENCAPAIAN

Penanganan pasien dengan ISPA sesuai dengan prosedur kerja

F. ALUR PROSES

1. Petugas memanggil pasien sesuai rekam medis 2. Petugas menyapa pasien dengan ramah3. Petugas menanyakan tanda, dan gejala, yang dirasakan pasien, adakah batuk, sesak, sakit

tenggorokan, pilek, demam, sakit kepala4. Petugas melakukan pemeriksaan fisik 5. Bila pasien mengalami kesulitan bernafas dirujuk ke rumah sakit6. Petugas mengusulkan untuk pemeriksaan radiologi bila diperlukan7. Petugas mencatat di rekam medis pasien8. Petugas memberikan terapi9. Bila demam diberikan obat penurun panas golongan parasetamol 3x500mg10. Diberikan obat batuk gliseril 3x1 tablet untuk batuk berdahak dan dextromethorphan 3x1 tablet

untuk batuk tidak berdahak serta CTM 3x1tablet.11. Antibiotik hanya diberikan bila ada indikasi infeksi bakteri (Amoxicillin 3x500mg).

G. REFERENSI

Buku pedoman pengobatan dasar di puskesmas, Departemen Kesehatan 2007

PEMERINTAH KABUPATEN BERAUDINAS KESEHATAN

PUSKESMAS KAMPUNG BUGISJl. H. Isa I Kel. Gayam Kec. Tanjung Redeb

 

Page 2: Ik Penyakit

H. DOKUMEN TERKAIT

Rekam medisFormulir resep obat

I. UNIT TERKAIT

Kamar obat

Dibuat oleh Diperiksa oleh WMM

Rini Putriyani dr. Datik Yuli Darwati NIP. 19731203 199703 2 004 NIP. 19780726 200604 2 011

Page 3: Ik Penyakit

INSTRUKSI KERJA

Disahkan oleh:Kepala Puskesmas Kampung Bugis

dr. Hj. Widya NarulitaNIP.19751101 200604 2 007

PENATALAKSANAAN DIARE

Tanggal Terbit : 01 Agustus 2015 No. Dokumen : IK-P.Bgs/Antropometri/2015Revisi : 0 Halaman : 1 dari 2

A. TUJUAN

Sebagai prosedur kerja bagi petugas di poli umum dalam memberikan penanganan yang cepat dan tepat pada pasien dengan penyakit diare sehingga dapat meningkatkan kualitas hidup pasien.

B. RUANG LINGKUP

Prosedur kerja ini berlaku bagi petugas di Poli Umum dan unit lain yang terkait.

C. DEFINISI

Diare non spesifik adalah diare yang bukan di sebabkan oleh kuman khusus maupun parasit. Penyebabnya adalah virus, makanan yang merangsang atau yang tercemar toksin, gangguan pencernaan dsb.

D. PENANGGUNG JAWAB

Koordinator Poli Umum

E. KRITERIA PENCAPAIAN

Penanganan pasien dengan diare sesuai dengan prosedur kerja

F. ALUR PROSES

1. Petugas memanggil pasien sesuai rekam medis 2. Petugas menyapa pasien dengan ramah3. Petugas menanyakan adakah gejala buang air besar cair, tinja disertai darah atau lendir,

demam, dan tanda dehidrasi antara lain :+ Rasa haus+ Menurunnya turgor kulit+ Mata cekung+ Air mata tidak ada+ Ubun – ubun besar cekung pada bayi+ Oligouria, atau anuria

4. Petugas melakukan pemeriksaan fisik Memeriksa apakah ada: + Hypotensi+ Tachi kardi+ Menurunnya kesadaran

5. Bila pasien mengalami kekurangan cairan dirujuk ke rumah sakit6. Petugas mencatat di rekam medis pasien7. Petugas memberikan terapi

PEMERINTAH KABUPATEN BERAUDINAS KESEHATAN

PUSKESMAS KAMPUNG BUGISJl. H. Isa I Kel. Gayam Kec. Tanjung Redeb

 

Page 4: Ik Penyakit

+ Dasar pengobatan Diare akut adalah rehidrasi dan memperbaiki keseimbangan cairan dan elektrolit. Oleh karena itu langkah pertama adalah menentukan derajat dehidrasi.+ Kemudian lakukan upaya rehidrasi seperti yang dilakukan terhadap dehidrasi karena kolera.+Pemberian cairan, berupa upaya rehidrasi oral ( URO ) untuk mencegah maupun mengobati dehidrasi.+Melanjutkan Pemberian makanan seperti biasa, terutama Asi, selama diarre dalam masa penyembuhan.+Tidak menggunakan anti diarre, sementara anti biotik maupun anti mikroba hanya untuk tersangka kolera, disentri, atau terbukti giardiasis atau amubiasis.+Pemberian petunjuk yang efektive bagi ibu dan anak serta keluarga tentang upaya rehidrasi oral di rumah, tanda-tanda untuk merujuk, dan cara mencegah diarre di masa yang akan datang.+Bila demam diberikan obat penurun panas golongan parasetamol 3x500mg

8. Antibiotik hanya diberikan bila ada indikasi infeksi bakteri (???)G. REFERENSI

Buku pedoman pengobatan dasar di puskesmas, Departemen Kesehatan 2007

H. DOKUMEN TERKAIT

Rekam medisFormulir resep obat

I. UNIT TERKAIT

Kamar obat

Dibuat oleh diperiksa oleh WMM

Rini Putriyani dr. Datik Yuli Darwati NIP. 19731203 199703 2 004 NIP. 19780726 200604 2 011

Page 5: Ik Penyakit

INSTRUKSI KERJA

Disahkanoleh:Kepala Puskesmas Kampung Bugis

dr. Hj. Widya NarulitaNIP.19751101 200604 2 007

PENATALAKSANAAN ASMA BRONKHIALE

Tanggal Terbit : 01 Agustus 2015 No. Dokumen : IK-P.Bgs/Antropometri/2015Revisi : 0 Halaman : 1 dari 2

IK Penatalaksanaan Asma Bronkhiale

TUJUAN      Sebagai prosedur kerja bagi petugas di poli umum dalam memberikan penanganan yang cepat dan tepat pada pasien asma bronkhial.

APLIKASI KLAUSUL      Klausul 7.2.2 tinjauan ulang persyaratan yang berhubungan dengan pelayanan

RUANG LINGKUP      Prosedur kerja ini dilakukan oleh petugas di poli umum dan unit lain yang terkait.

DEFINISI      Asma Bronkial adalah suatu penyakit dengan ciri meningkatnya respon trachea dan bronkus terhadap berbagai rangsangan dengan manifestasi adanya penyempitan jalan nafas yang luas dan derajatnya dapat berubah – ubah, baik secara spontan maupun sebagai hasil pengobatan      Status astmatikus adalah serangan asma bronchial yang tidak membaik dengan pengobatan asma bronchial awal.Gambaran klinis :

Pada auskultasi terdengar wheezing dan ekspirasi memanjangKeadaan sesak hebat yang ditandai dengan giatnya otot-otot bantu pernapasan dan sianosis dikenal dengan status asmatikus yang dapat berakibat fatal.Dispnoe di pagi hari dan sepanjang malam, sesudah latihan fisik (terutama saat cuaca dingin), berhubungan dengan infeksi saluran nafas atas, berhubungan dengan paparan terhadap alergen seperti pollen dan bulu binatang.Batuk yang panjang di pagi hari dan larut malam, berhubungan dengan faktor iritatif, batuknya bisa kering, tapi sering terdapat mukus bening yang diekskresikan dari saluran nafas.PENANGGUNGJAWAB      Koordinator poli umum Kabupaten Pacitan

KRITERIA PENCAPAIAN      Semua penanganan terhadap penyakit asma bronkial dilakukan sesuai prosedur kerja

ALUR PROSES

Petugas memanggil pasien sesuai rekam medisPetugas menyapa pasien dengan ramahPetugas menanyakan gejala yang dirasakan pasien,Petugas melakukan pemeriksaan fisik apakah ada tanda – tanda sesak, wheezing expiratoar, nyeri di dadaPetugas menegakkan diagnosaBila diagnosa status asmatikus maka pasien dirujuk ke Rawat InapPetugas mencatat pada rekam medis pasienPetugas memberikan terapi asma bronkial :Aminophylin 3X100-300mg/hariSalbutamol 3 x 2 mgKortikosteroid (jika perlu)Dexamethasone 3x0,5mgPrednison 3x5mgMethylprednisolon 3x5mgBisa diberikan Mukolitik: Ambroxol 3x15mgParasetamol jika ada demam : 3x500mg atau Ibuprofen 3x400mgREFERENSI

Arif mansjoer,dkk, Kapita Selakta kedokteran Edisi ketiga jilid II, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia tahun 2000Buku pedoman pengobatan dasar di puskesmas , Departemen Kesehatan RI, 2007DOKUMEN TERKAIT

Rekam medisFormulir resep obatUNIT TERKAIT       Unit Kamar obat

PEMERINTAH KABUPATEN BERAUDINAS KESEHATAN

PUSKESMAS KAMPUNG BUGISJl. H. Isa I Kel. Gayam Kec. Tanjung Redeb

 

Page 6: Ik Penyakit

INSTRUKSI KERJA

Disahkanoleh:Kepala Puskesmas Kampung Bugis

dr. Hj. Widya NarulitaNIP.19751101 200604 2 007

PENATALAKSANAAN DIABETES MELITUS TIPE II

Tanggal Terbit : 01 Agustus 2015 No. Dokumen : IK-P.Bgs/Antropometri/2015Revisi : 0 Halaman : 1 dari 2TUJUAN

Sebagai Prosedur Kerja bagi petugas di poli umum agar penderita Diabetes Melitus dapat ditangani terutama untuk mencegah komplikasi .

APLIKASI KLAUSUL

Klausul 7.2.2 tinjauan persyaratan yang berhubungan dengan pelayanan.

RUANG LINGKUP

Prosedur kerja ini berlaku bagi Petugas di poli umum dan unit terkait lainnya.

DEFINISI

Diabetes Melitus adalah keadaan hiperglikemia kronik disertai berbagai kelainan metabolik akibat gangguan hormonal yang menimbulkan berbagai komplikasi kronik pada mata, ginjal, syaraf dan pembuluh darah, disertai lesi pada membrane basalis dalam pemeriksaan dengan mikroskop elektron.DM ada 2 jenis atas dasar waktu dimulainya penyakit, yaitu :

Tipe-1, Insulin Dependent Diabetes Melitus (IDDM) atau jenis remaja , Pada tipe ini terdapat destruksi dari sel-sel beta pancreas, sehingga tidak memproduksi insulin dan akibatnya sel tidak bisa menyerap glukosa dari darah. Kadar glukosa darah meningkat sehingga glukosa berlebih dikeluarkan lewat urin. Tipe ini banyak terjadi pada usia 30 tahun dan paling sering dimulai pada usia 10 – 13 tahun.Tipe-2, Non Insulin Dependent Diabetes Melitus (NIDDM) atau jenis dewasa. Tipe ini tidak tergantung dari insulin, lazimnya terjadi pada usia diatas 40 tahun dengan insidensi lebih besar pada orang gemuk dan usia lanjut.Keluhan khas diabetes mellitus berupa poliuria, polidipsia, polifagia.Jika didapatkan keluhan khas ditambah pemeriksaan GDS > 200mg/dl atau GDP > 126 mg/dl.Jika keluhan khas tidak didapatkan, hasil pemeriksaan gula darah yang abnormal masih memerlukan pemastian pemeriksaan kadar gula pada hari yang lainHipoglikemia adalah keadaan gula darah dibawah 60mg/dl dengan gejala syaraf pusat seperti penurunan kesadaran sampai koma, dan gejala akan menghilang dengan pemberian glukosa.      Hiperglikemia yang disertai komplikasi akut badan penurunan kesadaran (ketoasidosis diabetik,koma hiperosmolar hiperglikemik nonketotik)

PENANGGUNG JAWAB

Koordinator poli umum Kabupaten Pacitan

KRITERIA PENCAPAIAN

Pasien dengan Diabetes melitus mendapatkan obat dan informasi tentang penyakit dan pola hidup yang dianjurkan sesuai dengan prosedur kerja.

ALUR PROSES

Petugas memanggil pasien sesuai rekam medisPetugas menyapa pasien dengan ramahPetugas menggali informasi tentang riwayat penyakitnyaPetugas melakukan pemeriksaan fisikPetugas merujuk pasien untuk melakukan pemeriksaan laboratorium.Bila kadar glukosa darah >500 dan disertai komplikasi, pasien disarankan rawat inap.Bila glukosa darah ≤ 500 tanpa disertai komplikasi, petugas memberi terapi antidiabetik oralGlibenklamid mulai dengan 5 mg/hari dalam sekali pemberian,Metformin mulai dengan 0,5 gr/hari dalam 2 – 3 kali pemberian,Obat ini harus dimulai dengan dosis terkecil. Setelah 2 minggu pengobatan, dosis dapat ditingkatkan.

Petugas mencatat semua yang telah dilakukan dalam rekam medis pasienPetugas merujuk pasien untuk berkonsultasi tentang diet DM di poli gizi bila pasien belum pernah mendapatkan konsultasi diet DM.REFERENSI

Arif mansjoer,dkk, Kapita selekta kedokteran, fakultas kedokteran UI, edisi ketiga, jilid 1, 2001Buku pedoman  pengobatan dasar di puskesmas, Departemen Kesehatan RI, 2007DOKUMEN TERKAIT

Rekam medisFormulir resep obatFormulir permintaan pemeriksaan laboratoriumUNIT TERKAIT

Kamar obat

PEMERINTAH KABUPATEN BERAUDINAS KESEHATAN

PUSKESMAS KAMPUNG BUGISJl. H. Isa I Kel. Gayam Kec. Tanjung Redeb

 

Page 7: Ik Penyakit

INSTRUKSI KERJA

Disahkanoleh:Kepala Puskesmas Kampung Bugis

dr. Hj. Widya NarulitaNIP.19751101 200604 2 007

PENATALAKSANAAN HIPERTENSI

Tanggal Terbit : 01 Agustus 2015 No. Dokumen : IK-P.Bgs/Antropometri/2015Revisi : 0 Halaman : 1 dari 2

TUJUAN

Sebagai prosedur kerja bagi petugas poli umum dalam penatalaksanaan hipertensi dan mencegah terjadinya komplikasi.

APLIKASI KLAUSUL

Klausul 7.2.2 tinjauan persyaratan yang berhubungan dengan pelayanan.

RUANG LINGKUP

Prosedur  kerja ini berlaku bagi petugas di poli umum dan unit yang terkait.

DEFINISI

Hipertensi adalah suatu keadaan dimana tekanan sistolik >  140 mmHg dan tekanan diastolik > 90 mmHg.Berdasarkan penyebab, hipertensi dibagi menjadi :

Hipertensi essensial atau hipertensi primer yang tidak diketahui penyebabnya (95%)Hipertensi sekunder (5%), penyebabnya spesifik seperti penggunaan esterogen, penyakit ginjal, hipertensi vascular renal, hiperaldosteronisme primer, sindroma cushing, feokromositoma, dan lain-lain.Kriteria hipertensi menurut JNC 7. May 2003. NIH publication 03-5233

Klasifikasi tekanan darah Tekanan sistolik (mmHg)

Tekanan diastolic (mmHg)

Normal

< 120

Dan < 80

Prehipertensi

120-139

Atau 80-89

Hipertensi tingkat 1

140-159

Atau 90-99

Hipertensi tingkat 2

> 160

Atau >100

Krisis hipertensi atau hipertensi darurat adalah suatu kondisi dimana diperlukan penurunan tekanan darah dengan segera, untuk mencegah atau membatasi kerusakan organ, misalnya ensefalopathi hipertensif, perdarahan intrakranial, miokard akut, eklamsia dan lain-lain.

PENANGGUNGJAWAB

Koordinator poli umum kabupaten Pacitan.

KRITERIA PENCAPAIAN

Penanganan hipertensi di poli umum sesuai prosedur kerja

ALUR PROSES

Petugas memanggil pasien sesuai rekam medisPetugas menyapa pasien dengan ramahPetugas melakukan anamnesaBerapa lama menderita hipertensiObat yang biasa diminum dan dosisnyaRiwayat penyakit hipertensi dalam keluarga

PEMERINTAH KABUPATEN BERAUDINAS KESEHATAN

PUSKESMAS KAMPUNG BUGISJl. H. Isa I Kel. Gayam Kec. Tanjung Redeb

 

Page 8: Ik Penyakit

Adakah rasa sakit kepala, mimisan, rasa berat di tengkuk, insomnia (kesulitan tidur)Petugas melakukan pemeriksaan fisik.Bila terjadi krisis hipertensi (sistolik > 250 mmHg, diastolik > 140 mmHg) pasien disarankan rawat inapBila perlu pasien di rujuk ke laboratoriumPetugas mencatat di rekam medis pasienPetugas memberikan terapi dan konsultasiModifikasi life style ( Menurunkan berat badan, membatasi alkohol, meningkatkan aktivitas fisik, mengurangi konsumsi garam, berhenti merokok, mengurangi konsumsi makanan yang berlemak)Obat antihipertensi :Diuretik   : furosemid (mulai dari 1x20mg tergantung kondisi pasien)ACEI        : captopril  (mulai 2x6,25mg tergantung kondisi pasien)Kalsium antagonis : nifedipin(mulai 2x5mg tergantung kondisi pasienREFERENSI

http://indonesiaindonesia.com/f/14176-mengenal-hipertensi/Arif mansjoer,dkk, Kapita selekta kedokteran, fakultas kedokteran UI, edisi ketiga, jilid 1, 2001, hal.518-522http://www.majalah-farmacia.com/rubrik/one_news.asp?IDNews=355DOKUMEN TERKAIT

Rekam medisFormulir permintaan pemeriksaan laboratoriumFormulir resep obatUNIT TERKAIT

Kamar obat

Page 9: Ik Penyakit

INSTRUKSI KERJA

Disahkan oleh:Kepala Puskesmas Kampung Bugis

dr. Hj. Widya NarulitaNIP.19751101 200604 2 007

PENATALAKSANAAN TIFOID ABDOMINALIS

Tanggal Terbit : 01 Agustus 2015 No. Dokumen : IK-P.Bgs/Antropometri/2015Revisi : 0 Halaman : 1 dari 2

A. TUJUAN

Sebagai prosedur kerja bagi petugas di poli umum dalam menegakkan diagnosa dan melaksanakan pengobatan pada penyakit typhoid abdominalis.

B. RUANG LINGKUP

Prosedur kerja ini berlaku bagi petugas di Poli Umum dan unit lain yang terkait.

C. DEFINISI

Typhoid abdominalis atau demam typhoid dan paratyphoid adalah penyakit infeksi akut usus halus yang disebabkan salmonella typhii dan salmonella paratyphii. Kuman masuk ketubuh melalui makanan dan minuman yang tercemar S.typhii.

Gejala klinis bervariasi, dalam minggu pertama keluhan dan gejala serupa penyakit infeksi akut pada umumnya, yaitu demam, nyeri kepala, pusing, nyeri otot, anoreksia, muntah, mual, obstipasi atau diare, perasaan tidak enak di perut, batuk dan epistaksis. Pada minggu kedua gejala menjadi lebih jelas, berupa demam, bradikardia relative, lidah typhoid (kotor ditengah, tepi dan ujung merah dan tremor), hepatomegali, splenomegali, meteorismus, gangguan kesadaran berupa somnolent sampai koma.

Diagnosis ditegakkan dengan pemeriksaan laboratorium darah widal dengan peningkatan titer uji widal empat kali lipat selama 2-3 minggu, atau titer antibodi O 1:320 atau H 1:640 menyokong diagnosa demam tifoid pada pasien dengan gambaran klinis yang khas.

D. PENANGGUNG JAWAB

Koordinator poli umum.

E. KRITERIA PENCAPAIAN

Penanganan pasien dengan tifoid abdominalis sesuai dengan prosedur kerja.

F. ALUR PROSES

1. Petugas memanggil pasien sesuai rekam medis.2. Petugas menyapa pasien dengan ramah.3. Petugas melakukan anamnesa pasien.4. Petugas melakukan pemeriksaan fisik pasien.5. Dilakukan pemeriksaan laboratorium.6. Apabila memerlukan rawat inap, pasien dapat dirujuk ke Rawat Inap.7. Apabila tidak memerlukan rawat inap petugas memberikan resep obat dan KIE kepada pasien.8. Antibiotika peroral.

Kloramfenikol/Thiamphenicol: 3-4x500mgAmpisilin/Amoksisilin: 3-4x500mgKotrimoksazol: 2x960mg

PEMERINTAH KABUPATEN BERAUDINAS KESEHATAN

PUSKESMAS KAMPUNG BUGISJl. H. Isa I Kel. Gayam Kec. Tanjung Redeb

 

Page 10: Ik Penyakit

Antipiretik / analgetika sesuai keluhan: Paracetamol 3-4x500-1000mgTerapi simptomatis lain seperti antasida DOEN 3x1 (bila perlu)

9. Petugas mencatat di rekam medis pasien.

G. REFERENSI

Arif mansjoer,dkk, Kapita selekta kedokteran, fakultas kedokteran UI, edisi ketiga, jilid 1, 2001

Buku pedoman pengobatan dasar di puskesmas, Departemen Kesehatan RI, 2007

H. DOKUMEN TERKAITRekam medis

Formulir resep obat

I. UNIT TERKAIT

Kamar obat

Unit rawat inap

INSTRUKSI KERJA

Disahkanoleh:Kepala Puskesmas Kampung Bugis

dr. Hj. Widya NarulitaNIP.19751101 200604 2 007

PENATALAKSANAAN GASTRITIS

Tanggal Terbit : 01 Agustus 2015 No. Dokumen : IK-P.Bgs/Antropometri/2015Revisi : 0 Halaman : 1 dari 2

A. TUJUAN

Sebagai prosedur kerja bagi petugas di poli umum dalam memberikan penanganan yang cepat dan tepat pada pasien dengan penyakit gastritis sehingga dapat meningkatkan kualitas hidup pasien.

B. RUANG LINGKUP

Prosedur kerja ini berlaku bagi petugas di Poli Umum dan unit lain yang terkait.

C. DEFINISI

Gastritis adalah suatu keadaan yang ditandai dengan nyeri epigastrium yang hilang timbul / menetap dapat disertai dengan mual dan muntah.Penyebab utama gastritis adalah iritasi lambung misalnya oleh makanan yang merangsang asam lambung, alkohol, obat atau stres. Pada keadaan ini terjadi gangguan keseimbangan antara produksi asam lambung dan daya tahan mukosa. Penyakit sistemik, kebiasaan merokok, infeksi kuman Helicobacter pilori juga berperan dalam penyakit ini.Gambaran Klinis gastritis antara lain : perih atau tidak enak di ulu hati, perut kembung, mual, muntah, pada kasus gastritis erosif akibat obat sering disertai pendarahan.

D. PENANGGUNG JAWAB

Koordinator poli umum

PEMERINTAH KABUPATEN BERAUDINAS KESEHATAN

PUSKESMAS KAMPUNG BUGISJl. H. Isa I Kel. Gayam Kec. Tanjung Redeb

 

Page 11: Ik Penyakit

E. KRITERIA PENCAPAIAN

Penanganan pasien dengan gastritis sesuai dengan prosedur kerja

F. ALUR PROSES

1. Petugas memanggil pasien sesuai rekam medis 2. Petugas menyapa pasien dengan ramah3. Petugas menanyakan tanda, dan gejala, yang dirasakan pasien, adakah perih atau tidak enak di

ulu hati, perut kembung, mual, muntah, dan tanda bahaya seperti :+ Usia > 55 tahun+ Muntah terus-menerus+ Penurunan berat badan + Tanda perdarahan saluran cerna, seperti : hematemesis, melena

4. Petugas melakukan pemeriksaan fisik 5. Bila pasien mengalami tanda bahaya dirujuk ke rumah sakit6. Petugas mengusulkan untuk pemeriksaan radiologi bila diperlukan7. Petugas mencatat di rekam medis pasien8. Petugas memberikan terapi9. Diberikan obat batuk gliseril 3x1 tablet untuk batuk berdahak dan dextromethorphan 3x1 tablet

untuk batuk tidak berdahak serta CTM 3x1tablet.10. Antibiotik hanya diberikan bila ada indikasi infeksi bakteri (Amoxicillin 3x500mg).

G. REFERENSI

Buku pedoman pengobatan dasar di puskesmas, Departemen Kesehatan 2007

H. DOKUMEN TERKAIT

Rekam medisFormulir resep obat

I. UNIT TERKAIT

Kamar obat

Dibuat oleh Diperiksa oleh WMM

Rini Putriyani dr. Datik Yuli Darwati NIP. 19731203 199703 2 004 NIP. 19780726 200604 2 011

Page 12: Ik Penyakit

DEFINISINyeri epigastrium yang hilang timbul / menetap dapat disertai dengan mual muntah.Penyebab utama gastritis adalah iritasi lambung misalnya oleh makanan yang merangsang asam lambung, alkohol, obat atau stres. Pada keadaan ini terjadi gangguan keseimbangan antara produksi asam lambung dan daya tahan mukosa. Penyakit sistemik, kebiasaan merokok, infeksi kuman Helicobacter pilori juga berperan dalam penyakit ini.Gambaran Klinis- Penderita biasanya mengeluh perih atau tidak enak di ulu hati.- Gastritis erosif akibat obat sering disertai pendarahan.- Nyeri epigastrium, perut kembung, mual, muntah tidak selalu ada.DiagnosisNyeri ulu hati, mual / muntah, kembung dll.

PENANGGUNGJAWAB Koordinator poli umum  

KRITERIA PENCAPAIAN      Penanganan pada pasien Gastritis dilakukan sesuai dengan prosedur kerja

ALUR PROSES

Petugas memanggil pasien sesuai rekam medisPetugas menyapa pasien dengan ramahPetugas menanyakan tanda dan gejala yang dirasakan pasienPetugas melakukan pemeriksaan fisikBila terdapat tanda pendarahan seperti hematemesis atau melena pasien disarankan rawat inapPetugas merujuk ke laboratorium bila diperlukanPetugas mencatat hasil pemeriksaan fisik di rekam medis pasienPetugas memberikan terapi dan konsultasiPenderita gastritis akut harus membiasakan diri makan teratur dan menghindarkan makanan yang merangsang.Antasida (Al. Hidroksida, Mg Hidroksida) 3x1 tabletBila muntah sampai mengganggu dapat diberikan tablet metoklopramid 10 mg, 1 jam sebelum makan.Bila nyeri hebat dapat dikombinasikan dengan famotidin 2x20mg sehariREFERENSI

Arif mansjoer,dkk, Kapita selekta kedokteran, fakultas kedokteran UI, edisi ketiga, jilid 1, 2001DOKUMEN TERKAIT

Rekam medisFormulir permintaan pemeriksaan laboratoriumFormulir rujukan eksternal ASKES/ Umum/ Jamkesmas/ JamkesdaFormulir resep obatUNIT TERKAIT

Kamar obat

Page 13: Ik Penyakit

SEKSI YANDAS DAN KESUS DINAS KESEHATAN KAB SERANGMELAYANI DAN MERESPON KEBUTUHAN MASYARAKAT AKAN KESEHATAN DENGAN SIKAP DAN TINDAKAN YANG NYATA

BerandaPROTAPSENIN, 03 MEI 2010

PROTAP PELAYANAN PEMERIKSAAN DAN PENGOBATAN PASIEN1. TUJUAN :Sebagai Pedoman kerja bagi petugas medis / paramedis dalam melakukan pemeriksaan di ruang Pengobatan. 2. SASARAN :Tenaga Medis / Paramedis dalam melakukan pemeriksaan pasien di ruang Pengobatan.3. URAIAN UMUM :* Anamnesa :Wawancara terhadap pasien atau keluarganya mengenai :+ Keluhan Utama.+ Keluhan tambahan.+ Riwayat penyakit terdahulu.+ Riwayat penyakit keluarga.+ Lamanya sakit.+ Pengobatan yang sudah dilakukan.+ Riwayat alergi obat.o Pemeriksaan Fisik :+ Inspeksi : Keadaan umum pasien.* Palpasi : Perabaan kemungkinan adanya benjolan,konsistensi

hepar / lien.

* Perkusi : Untuk menentukan batas jantung, keadaan paru, hepar,

kemungkinan adanya ascites.

* Auskultasi : Untuk mengetahui keadaan jantung, paru dan peristaltik

usus.

o Pelayanan Rujukan :

Untuk pasien yang tidak mampu ditangani di Puskasmas diberikan surat rujukan ke RSU dengan menggunakan blangko surat rujukan yang tersedia sesuai jenis pasien ( pasien umum, ASKES, JPK-MM ).

4. LANGKAH-LANGKAH KEGIATAN :1. Pasien dari loket pendaftaran menuju Ruang Pengobatan untuk menyerahkan kartu rawat jalan yang diterimanya di loket, kemudian menunggu di ruang tunggu sesuai antrean.2. Petugas di R. Pengobatan memanggil pasien untuk masuk ke Ruang periksa sesuai nomor urut.3. Petugas mencocokkan identitas pasien dengan kartu rawat jalan.4. Petugas / dokter melakukan anamnesa terhadap pasien sbb :* Keluhan Utama.* Keluhan tambahan.* Riwayat penyakit terdahulu.* Riwayat penyakit keluarga.* Lamanya sakit.* Pengobatan yang sudah dilakukan.* Riwayat alergi obat.

e. Petugas / dokter melakukan pemeriksaan, sbb :

+ Inspeksi : Keadaan umum pasien.

* Palpasi : Perabaan kemungkinan adanya benjolan, konsistensi

hepar / lien.

* Perkusi : Untuk menentukan batas jantung, keadaan paru, hepar,

kemungkinan adanya ascites.

* Auskultasi : Untuk mengetahui keadaan jantung, paru dan peristaltik

usus.

# Petugas / dokter melakukan rujukan pasien ( bila ada indikasi ) ke :+ Laboratorium+ Ruang Pelayanan Gilut+ KIA+ KB+ RSU.

7. Petugas / dokter melakukan rujukan pasien dengan menggunakan blangko rujukan yang tersedian sesuai jenis pasien ( Umum, ASKES, JPK-MM ).8. Petugas / dokter mencatat hasil pemeriksaan pada kartu rawat jalan.9. Petugas / dokter melakukan penegakan diagonosa, menentukan tindakan therapi sesuai Buku Pedoman Pengobatan Dasar Puskesmas dan Buku Pedoman Nasional Penanggulangan Tuberkulosis yang berlaku.

Berikut Pedoman Diagnosa dan Therapi Dasar 10 ( sepuluh ) Besar Penyakit di Puskesmas Banjarangkan II :

1. ISPA.

Untuk ISPA dan PNEUMONI pada bayi dan balita penatalaksanaannya harus sesuai dengan protap MTBS. Pada penderita dewasa kasus ISPA yang kami cantumkan adalah faringitis akut dan rhinitis.

Page 14: Ik Penyakit

INSTRUKSI KERJA

Disahkanoleh:Kepala Puskesmas Kampung Bugis

dr. Hj. Widya NarulitaNIP.19751101 200604 2 007

PENATALAKSANAAN FARINGITIS AKUT

Tanggal Terbit : 01 Agustus 2015 No. Dokumen : IK-P.Bgs/Antropometri/2015Revisi : 0 Halaman : 1 dari 21. FARINGITIS AKUT

Faringitis akut biasanya merupakan bagian dari infeksi akut orofaring yaitu tonsilofaringitis akut, atau bagian dari influenza (rinofaringitis). Penyebabnya biasanya virus yang menyerang jaringan limfoid faring. Iritasi makanan yang merangsang sering merupakan factor pencetus atau yang memperberat. Infeksi sekunder dapat terjadi oleh sebagian kuman seperti golongan streptokokus, haemophilus influenza, dan kuman anaerob.

Perjalanan penyakit tergantung pada adanya infeksi sekunder dan virulensi kumannya serta daya tahan tubuh penderita, tetapi biasanya faringitis sembuh sendiri dalam 3-5 hari.

Gambaran Klinis

+ Keluhan yang menonjol adalah nyeri tenggorokan dan sakit menelan yang mungkin didahului oleh pilek atau gejala influenza lainnya. Nyeri ini kadang sampai ke telinga (otalgia) karena adanya nyeri alih (referred pain) oleh N IX.+ Heperemia pada jaringan limfoid didingding belakang faring yang kadang disertai folikel bereksudat menandakan adanya infeksi sekunder . pada permukaannya mungkin terlihat alur-alur secret mukopurulen.

Penatalaksanaan

+ Perawatan dan pengobatan tidak berbeda dengan influenza.+ Untuk anak tidak ada anjuran obat khusus.+ Penggunaan antiseptic local dan antibiotic isap tidak dianjurkan, sedangkan dekongestan dan antihistamin belum terbukti khasiatnya.+ Infeksi sekunder jarang sekali terjadi, tetapi bila ada, diberikan antibiotik, dan yang terpilih adalah eriromisin 4x250 mg, amoksisillin 3x500mg atau penicillin V 3x500 mg

2. RINITISRinitis tergolong infeksi saluran napas yang dapat muncul akut atau kronik. Rinitis akut biasanya disebabkan oleh virus yaitu pada selesma atau menyertai campak, tetapi dapat juga menyertai infeksi bakteri seperti pertusi. Rinitis disebut kronik bila radang berlangsung lebih dari 1 bulan. Rinitis alergi, rhinitis vasomotor, dan rhinitis medikamentosa digolongkan dalam rhinitis kronik. Rinitis kronik dapat berlanjut menjadi sinusitis. Salah satu bentuk rhinitis kronis adalah rhinitis atropi yang diduga disebabkan oleh kuman. Kliebsiella ozaena atau akibat sinusits kronis, difisiensi vitamin A.

Gambaran Klinis+ Ingus kental umumnya nenunjukkan telah ada infeksi sekunder oleh bakteri.+ Rinitis alergi maupun rhinitis vasomotor mudah dibedakan dari rhinitis infeksi karena ingus yang putih dan encer yang hanya keluar saat serangan saja.+ Pada rhinitis atropi ingus kental diserta krusta berwarna hijau. Pada pemeriksaan hidung tampak rongga hidung yang lapang karena konka mengalami atropi.

Penatalaksanaan

+ Rinitis akut yang menyertai influenza dapat diobati dengan dekongestan sistemik seperti influenza+ Kebiasan menggunakan kongestan tetes hidung pada rhinitis kronis sering menyebabkan terjadinya rhinitis medikamentosa yang secara klinis menyerupai rhinitis vasomotor.+ Pada rhinitis atropi hidung dicuci dengan air garam. Dekongestan akan memperburuk keadaan.+ Pengobatan rhinitis alergi atau rhinitis vasomotor dapat ditambah dengan CTM 1-2mg/kali

PEMERINTAH KABUPATEN BERAUDINAS KESEHATAN

PUSKESMAS KAMPUNG BUGISJl. H. Isa I Kel. Gayam Kec. Tanjung Redeb

 

Page 15: Ik Penyakit

INSTRUKSI KERJA

Disahkanoleh:Kepala Puskesmas Kampung Bugis

dr. Hj. Widya NarulitaNIP.19751101 200604 2 007

PENATALAKSANAAN ALERGI (URTIKARIA)

Tanggal Terbit : 01 Agustus 2015 No. Dokumen : IK-P.Bgs/Antropometri/2015Revisi : 0 Halaman : 1 dari 2

2. PENYAKIT KULIT ALERGI (URTIKARIA)

Urtikaria merupakan reaksi alergi terutama bermanifestasi dikulit berupa udema yang timbul cepat dan menghilang perlahan. Reaksinya dapat berlangsung akut dan kronis. Udema dapat terjadi dijaringan yang lebih dalam (angiodema)misalnya disubkutan, saluran napas, saluran cerna atau diorgan kardiovaskular. Udema di laring dapat berakibat fatal. Penyebab1. Obat-obatan (Penissilin)2. Makanan(telur,ikan , kacang)3. Gigitan serangga4. Fotosensitizer(Fenothiasin)5. Zat terisap (debu ,polutan)6. Zat pajan(cat rambut)7. Trauma fisik8. Infeksi (gigitan)9. Investasi parasit (cacing)10. Factor psikis11. Factor genetic12. Penyakit sistemik (kolagen, keganasan)

Gambaran Klinis

+ Kelainan kulit berupa udema yang gatal(urtika), panas sampai nyeri. Udemmya beragam dari yang kecil (bentuk milier sampai yang luas berbentuk plakat.+ Udem disaluran napas menyebabkan sumbatan jalan napas

Penatalaksanaan+ Faktor penyebab harus dihilangkan+ Bentuk yang akut dengan sumbatan jalan napas memerlukan injeksi adrenalin o,3 ml disusul dengan kortikosteroid : deksametason iv. 5 mg yang dapat diulang sesuai dengan kebutuhan. Sementara itu usahakan untuk membebaskan jalan napas, kemudian cepat rujuk penderita kerumah sakit.+ Antipruritus topical misalnya bedan mengandung mentol atau kamfor hanya bersipat simtomatik, tetapi dapt memperberat keadaan.

3. REMATIK/ARTRITISArtritis dapat berupa osteoatritis (OA) atau arthritis rheumatoid (AR), tetapi yang paling banyak , dijumpai adalah asteotritis. Pada AO factor penyebab utama adalah trauma/ pengausan sendi sedangkan pada AR factor imunologi yang berperan.Gejala arthritis bervariasi tergantung sendi mana yang terlibat. AO lebih sering menyerang sendi penyokong berat badan. Oleh karena itu obesitas harus dihindari. Sementara itu , AR mulanya lebih sering menyerang sendi-sendi kecil misalnya sendi pergelangan tangan atau kaki, tetapi dalam tingkat lanjut dapat menyerang juga sendi-sendi besar seperti sendi bahu dan pinggul. Keluhan lain yang mirip dengan Artritis adalah rheumatism yang sebenarnya berasal dari jaringan lunak diluar sendi. Yang dikenal awal sebagai encok sebagian besar adalah rheumatism. Gambaran Klinis+ Sendi yang terserang biasanya bengkak, merah, dan nyeri+ Serangan AR biasanya dimuali dengan gejala prodromal berupa badan lemah, hilang napsu makan, nyeri dan kaku seluruh badan. Gejala pada sendi biasanya timbul bertahap setelah beberapa minggu atau bulan.+ Nyeri sendi pada AR bersipat hilang timbul, ada masa remisi, bersipat simetris bilateral, dan berhubungan dengan udara dingin.+ Serangan OA biasanya sesisi. Gejala utamanya adalah nyeri sendi yang berhubungan dengan gerak. Penderita juga merasakan kaku pada sendi yang terserang.+ Pada pemeriksaan radiologi OA biasanya memperlihatkan pelebaran sendi pada tahap awal, osteofit, sclerosis tulang, dan penyempitan rongga antar sendi pada tahap lanjut.+ Deformitas dapat terjadi pada OA maupun AR setelah terjadi destruksi sendi.Penatalaksanaan+ Keluhan pada sendi/jaringan lunak disekitarnya dapat diatasi dengan analgesik biasa atau dengan anti inflamasi non steroid yang sebaiknya diberikan sesudah makanaspirin 3x1 gr/hari

indometasin 3x25mg/hari

fenilbutason 3x200 mg/ hari

ibuprofen 3x 400 mg/hari

+ Mengistirahatkan sendi diperlukan dalam keadaan akut.+ Selanjutnya pada OA, mungkin penderita perlu diperbaiki sikap tubuh, mengurangi berat badan, atau melakukan fisioterapi.

PEMERINTAH KABUPATEN BERAUDINAS KESEHATAN

PUSKESMAS KAMPUNG BUGISJl. H. Isa I Kel. Gayam Kec. Tanjung Redeb

 

Page 16: Ik Penyakit

INSTRUKSI KERJA

Disahkanoleh:Kepala Puskesmas Kampung Bugis

dr. Hj. Widya NarulitaNIP.19751101 200604 2 007

PENATALAKSANAAN GASTRITIS

Tanggal Terbit : 01 Agustus 2015 No. Dokumen : IK-P.Bgs/Antropometri/2015Revisi : 0 Halaman : 1 dari 24. TUKAK LAMBUNG / GASTRITISPenyebab utama gastritis adalah iritasi lambung misalnya oleh sambal, cuka, nanas, dan teh kental,alcohol,obat,stress, emosi, atau oleh terlambat makan. Pada keadaan ini terjadi gangguan keseimbangan antara produksi asam lambung dan daya tahan mukosa. Penyakit sistemik, kebiasaan merokok, infeksi kuman Helycobacter jejuni juga berperan dalam penyakit ini.Gambaran Klinis+ Penderita biasanya mengeluh perih dan tidak enak uluhati.+ Gastritis erosive akibat obat sering disertai pendarahan.+ Nyeri epigastrium, perut kembung, mual, muntah tidak selalu ada.

Penatalaksanaan+ Penderita gastritis akut memerlukan tirah baring. Selanjutnya ia harus membiasakan diri makan teratur dan menghindarkan makan yang merangsang.+ Keluhan akan segera hilang dengan antasida (Al Hdroksida, Mg Hidroksida) yang diberikan menjelang tidur, pagi hari, dan diantara waktu makan+ Bila muntah sampai mengganggu dapat diberikan tablet Proklorperazin 3 mg, satu jam sebelum makan (1-3 hari saja)+ Penderita dengan tanda pendarahan seperti hematemesis atau melena perlu segera dirujuk ke rumah sakit karena kemungkinan terjadi pendarahan pada tukak lambung yang dapat melanjut menjadi perforasi.

PEMERINTAH KABUPATEN BERAUDINAS KESEHATAN

PUSKESMAS KAMPUNG BUGISJl. H. Isa I Kel. Gayam Kec. Tanjung Redeb

 

Page 17: Ik Penyakit

INSTRUKSI KERJA

Disahkanoleh:Kepala Puskesmas Kampung Bugis

dr. Hj. Widya NarulitaNIP.19751101 200604 2 007

PENATALAKSANAAN HIPERTENSI

Tanggal Terbit : 01 Agustus 2015 No. Dokumen : IK-P.Bgs/Antropometri/2015Revisi : 0 Halaman : 1 dari 2

6. HYPERTENSITekanan darah yang di anggap Normal pada orang dewasa adalah Sistolik 140 mmHg dan diastolic 90 mmHg. Orang yang tekanan darah sistoliknya mencapai 160 mmHg atau tekanan darah diastolic 95 mmHg tergolong dalam Hipertensi Borderline. Peningkatan tekanan sistolik erat hubungannya dengan berkurangnnya elastisitas pembuluh darah. Sekitar 80 % penderita hipertensi tergolong Hipertensi Essensial.

Gambaran Klinis

+ Umumnya hipertensi primer tidak memberikan keluhan dan tanda klinis khusus tetapi mungkin terdapat pusing, sakit kepala, rasa lelah.+ Epistaksis, gelisah, muka merah, dan sebagainya bukanlah gejala spesifik.+ Komplikasi yang menimbulkan gejala antara lain insufisiensi sirkulasi otak dan jantung, perdarahan pada retina, gagal jantung kiri.+ Diagnosis Hipertensi di tegakkan apabila kenaikan tekanan darah ini bersifat menetap pada pemeriksaan ulang dalam jarak waktu 1 – 2 minggu.

Penatalaksanaan+ Pengobatan farmakologi langsung di mulai pada hipertensi sedang berat. Hipertensi ringan sedang dicoba dulu diatasi dengan terapi non obat selama 2-4 minggu.+ Tujuan Pengobatan hipertensi adalah mengendalikan tekanan darah untuk mencegah komplikasi ( kardiovaskular, pembuluh darah otak, dan ginjal).+ Terapi nonfarmakologik meliputi pengendalian berat badan,diet rendah garam (kecuali bila penderita mendapat HCT), mwngurangi makan lemak, menghentikan kebiasaan merokok dan minum alcohol.+ Terapi obat pada hipertensi ringan sedang dimulai dengan salah satu obat berikut ini :

+ Hidroklorotiazid (HCT) 12,5 - 25 mg / hari dosis tunggal pada pagi hari+ Reserpin 0,1 - 0,25 sehari sebagai dosis tunggal+ Propranolol 2 x 20 - 40 mg sehari+ Kaptopril 2 x 12,5 - 25 mg sehari

# Sebaiknya dosis dimulai dengan yang terndah dengan evaluasi berkala dinaikkan sampai tercapai respons yang diinginkan. Lebih tua usia penderita penggunaan obat harus lebih hati-hati# Hipertensi sedang berat dapat diobati dengan kombinasi HCT + propranolol, atau HCT + Kaptopril, bila obat tunggal tidak efektif.# Pada hipertensi berat yang tidak sembuh dengan kombinasi diatas, ditambahkan metildopa 2 x 125 - 250 mg atau reserpin 0,1 - 0,25 mg/ hari# Penderita asma bronchial tidak boleh diberikan beta bloker.

PEMERINTAH KABUPATEN BERAUDINAS KESEHATAN

PUSKESMAS KAMPUNG BUGISJl. H. Isa I Kel. Gayam Kec. Tanjung Redeb

 

Page 18: Ik Penyakit

INSTRUKSI KERJA

Disahkanoleh:Kepala Puskesmas Kampung Bugis

dr. Hj. Widya NarulitaNIP.19751101 200604 2 007

PENATALAKSANAAN NYERI PINGGANG BAWAH

Tanggal Terbit : 01 Agustus 2015 No. Dokumen : IK-P.Bgs/Antropometri/2015Revisi : 0 Halaman : 1 dari 2

7. NYERI PINGGANG BAWAH/LOW BACK PAIN

Nyeri pinggang bawah atau Low Back Pain merupakan keluhan yang umum dan hampir semua orang pernah mengalami namun jarang berakibat berat atau fatal. Nyeri pinggang bawah adalah suatu gejala yang berupa rasa nyeri didaerah lumbosakral dan sakroiliaka yang dapat ditimbulkan oleh berbagai sebab dan pernah dialami oleh sebagian besar (ą80 % ) penduduk pada suatu ketika dalam hidupnya, atau paling sedikit satu kali dalam hidupnya.

Kadang disertai juga dengan penjalaran nyeri kearah tungkai dan kaki. Sering kali diagnosis yang pasti tisak dapat dibuat dengan mudah karena kurangnya pendekatan diagnostic dan penyebab nyeri pinggang bawah yang bermacam-macam serta melibatkan banyak disiplin ilmu.

Nyeri pinggang bawah dapat berasal dari nyeri setempat, yaitu berasal dari fasia, otot-otot paraspinal, korpus vertebra,ligamen, dan artikulasi ; nyeri radikuler, yaitu neri karena iritasi radiks, baik yang bersipat penekanan, sentuhan, peregangan, tarikan, atau jepitan; nyeri rujukan (referred pain) misalnya karena gangguan alat-alat intraabdominal, retroperitoneal, ,atau alat-alat di pelvis; nyeri iskemik seperti misalnya pada klaudikasio intermittens akibat penyumbatan pada percabangan aorta atau pada arteri iliaka komunis; dan nyeri akibat spasmus otot-otot,misalnya akibat sikap duduk, tidur berjalan atau berdiri yang salah atau karena kecemasan kronik/depresi (nyeri psikogenik)

PEMERINTAH KABUPATEN BERAUDINAS KESEHATAN

PUSKESMAS KAMPUNG BUGISJl. H. Isa I Kel. Gayam Kec. Tanjung Redeb

 

Page 19: Ik Penyakit

INSTRUKSI KERJA

Disahkanoleh:Kepala Puskesmas Kampung Bugis

dr. Hj. Widya NarulitaNIP.19751101 200604 2 007

PENATALAKSANAAN EPILEPSI

Tanggal Terbit : 01 Agustus 2015 No. Dokumen : IK-P.Bgs/Antropometri/2015Revisi : 0 Halaman : 1 dari 2

8. EPILEPSI

Epilepsi adalah kelainan fungsional otak yang serangannya bersipat kumat-kumatan. Bentuk serangan yang paling sering adalah kejang yang dimulai dengan hilangnya kesadaran, hilangnya kendali terhadap gerak, dan terjadinya kejang tonik atau klonik pada anggota badan.Dari pola serangannya epilepsy dibedakan atas epilepsy umum misalnya epilepsy grand mall, petit mall, atau mioklonik, dan epilepsy parsial misalnya serangan fokal motorik, fokal sensorik.Kelainan organis di otak juga dapat menimbulkan epilepsy sehingga kemungkinan ini perlu dipikirkan. Gambaran Klinis+ Serangan grand mall sering diawali dengan aura berupa rasa terbenam atau melayang. Kemudian terjadi kejang tonik seluruh tubuh selama 20-30 detik diikuti kejang klonik pada otot anggota, otot punggung, dan otot leher yang berlangsung 2-3 menit. Kejang tampak bilateral, napas nmendengkur, mulut berbusa, dan dapat terjadi inkontinensia. Setelah kejang hilang penderita terbaring lemas atau tertidur 3-4 jam, kemudian kesadaran berangsur pulih. Setelah seangan sering pasien berada dalam keadaan bingung.+ Serangan Petit mall disebut juga serangan lena diawali dengan hilangnya kesadaran selama 10-30 detik. Selama fase lena (absence) kegiatan motorik terhenti dan pasien dian tak beraksi. Kadang tampak seperti tak ada serangan tetapi ada kalanya timbul gerakan klonik pada mulut atau kelopak mata.+ Serangan mioklonik merupakan kontraksi singkat suatu otot atau kelompok otot.+ Serangan parsial sederhana motorik dapat bersipat kejang yang dimulai disalah satu tangan dan menjalar sesisi sedangkan serangan parsial sensorik dapat berupa serangan rasa baal atau kesemutan unilateralPenatalaksanaan1. Prinsip umum Terapi epilepsi idiopatik adalah mengurangi atau mencegah serangan, sedangkan terapi epilepsy organic ditujukan terhadap penyebab.2. Faktor pencetus serangan, misalnya kelelahan, emosi, atau putusnya makan obat harus dihindarkan.3. Bila terjadi serangan kejang, upayakan menghindarkan cedera akibat kejang, misalnya tergigitnya lidah atau luka dan cedera lain4. Prinsip pengobatan antikejang:

1. Sedapat mungkin gunakan obat tunggal, dan mulai dengan dosis rendah2. Bila obat tunggal dosis maksimal tidak efektif gunakan dua jenis obat dengan dosis terendah3. Bila serangan tak teratasi pikirkan kemungkinan ketidakpatuhan penderita, penyebab organik, pilihan dan dosis obat yang kurang tepat.4. Bila selama 2-3 tahun tidak timbul lagi serangan, obat dapat dihentikan bertahap

5. Pilihan antiepilepsi

1. Fokal/parsial Fenobarbital atau fenitoin2. Umum Fenobarbital atau fenitoin3. Tonik klonik Fenobarbital atau fenitoin4. Mioklonik Klonazepam atau diazepam

Serangan lena Klonazepam atau diazepam

6. Dosis antiepilepsi untuk serangan kejang diberikan diazepam 0,05-0,15 mg/kgbb/hari i.v. dengan titrasi dosis sampai kejang hilang atau 0,4-0,6 mg/kgbb /hari perrektal.7. Untuk maintenance:

1. Fenobarbital 1-5 mg/kgbb/ hari 1x/hari2. Fenitoin 4-20 mg/ kgbb/hari 2-3x/hari3. Klonazepam 3-8mg/hari4. Sodium valproat 600 mg/ hari

PEMERINTAH KABUPATEN BERAUDINAS KESEHATAN

PUSKESMAS KAMPUNG BUGISJl. H. Isa I Kel. Gayam Kec. Tanjung Redeb

 

Page 20: Ik Penyakit

INSTRUKSI KERJA

Disahkanoleh:Kepala Puskesmas Kampung Bugis

dr. Hj. Widya NarulitaNIP.19751101 200604 2 007

PENATALAKSANAAN ASMA BRONKIALE

Tanggal Terbit : 01 Agustus 2015 No. Dokumen : IK-P.Bgs/Antropometri/2015Revisi : 0 Halaman : 1 dari 2

9. ASMA BRONKIALESerangan asma bronkiale sering dicetuskan oleh ISPA, tekanan emosi, kerja fisik atau rangsang sesuatu yang bersipat allergen. Menjauhkan penderita dari sumber rangsang sangat penting, misalnya dari asap rokok, insektisida, debu, dan hewan piaraan.

Gambaran klinis+ Sesak napas pada asma khas disertai suara mencici ( mengi) akibat kesulitan ekspirasi.+ Pada auskultasi terdengar wheezing dan ekspirasi memanjang.+ Keadaan sesak berat yang ditandai dengan giatnya otot-otot Bantu pernapasan dan sianosis dikenal sebagai status asmatikus yang dapat berakibat fatal.

Penatalaksanaan+ Faktor pencetus serangan sedapat mungkin dihilangkan+ Pada serangan ringan dapat diberikan suntikan adrenalin 1:1000 0,2-0,3 ml subkutan yang dapat diulangi beberapa kali dengan interval 10-15 menit. Dosis anak 0,01 mg/kgbb yang dapat diulang+ Bronkodilator terpilih adalah teofillin 3x100-150 mg pada orang dewasa dan 10-15 mg/kgbb/hari untuk anak+ Pilihan lain : salbutamol 3x2-4 mg untuk dewasa+ Efedrin 3x10-15 mg dapat dipakai untuk menambah khasiat teofillin.+ Prednison hanya dibutuhkan bila obat-obat diatas tidak menolong dan diberikan beberapa hari saja untuk mencegah status asmatikus. Namun pemberiannya tidak boleh terlambat.+ Penderita status asmatikus memerlukan oksigen, terapi parenteral dan perawatan intensif sehingga harus dirujuk dengan tindakan awal sebagai berikut :+ Penderita diinfus glukosa 5 %+ Aminofillin 5-6 mg/ kgbb disuntikkan i.v perlahan bila penderita belum memperoleh teofillin oral+ Prednison 2x10-20 mg sehari untuk beberapa hari, kemudian diturunkan dosisnya sehingga secepat mungkin dapat dihentikan+ Bila belum dicoba diatasi adrenalin, maka dapat digunakan dulu adrenalin10. SKIZOFRENIASkizofrenia merupakan salah satu gangguan jiwa (psikosis) yang serangannya mungkin timbul akut. Diagnosis skizofrenia ini baru dapat ditegakkan bila gangguan timbul pada usia sebelum 45 tahun dan gejalanya sudah berlangsung paling sedikit 6 bulan. Setiap pasien yang dicurigai menderita skizofrenia harus diperiksakan ke psikiater setelah disingkirkan adanya kelainan organic.

Gambaran Klinis

+ Penderita psikosis akut mungkin dating dengan tingkah laku gaduh dan mengacau atau mungkin didahului oleh gejala awal (prodromal) berupa penarikan diri dari hubungan social, gangguan nyata dalam fungsi peran misalnya sebagai pencari nafkah , bertingkah laku aneh gangguan nyata dalam hygiene diri dan berpakaian, afek yang tumpul, mendatar atau tak serasi, bicara ngelantur, menunjukkan ide (gagasan) yang aneh atau pikiran magis seperti takhyu, gagasan mirip waham yang menyangkut diri sendiri, adanya ilusi dan lain sebagainya.+ Untuk menegagkkan diagnostic gangguan skizofrenia maka harus dipenuhi kriretia diagnostic dibawah ini :

+ Sedikitnya terdapat satu dari beberapa tanda ini selama suatu fase penyakit : waham yang aneh , halusinasi, hilangnya asosiasi pikiran (inkoherensi), tingkah laku kacau (Disorganized).+ Penurunan fungsi penyesuaian dalam bidang pekerjaan, hubungan social, dan perawatan dirinya.+ Gejala berlangsung terus menerus selama paling sedikit 6 bulan yang mencakup fase aktif dengan atau tanpa fase prodromal maupun fase residual yaitu masa setelah fase aktif yang menunjukkan sedikitnya 2 gejala prodromal.+ Tidak ada kelainan organic.Penatalaksanaan+ Bila pasien sangat gaduh sehingga mengganggu lingkungan atau membahayakan orang lain maupun dirinya sendiri maka penderita harus dirawat.+ Berikan klorpromazin 3x 100 mg yang dapat dinaikkan ( setelah 1 minggu) menjadi 3x200 mg bila belum tampak perbaikan. Bila telah ada respon maka dosis dipertahankan selama 4 minggu sampai pasien tenang dan kembali dapat mengurus dirinya sendiri+ Selanjutnya setiap minggu dosis diturunkan secara bertahap dan dosis rumat ( Biasanya 3x50-100 mg) dipertahankan selam 3 bulan+ Obat pilihan lain adalah tioridazin 3x 100 mg, triffluoperazin 3x5mg, haloperidol 3x1-5 mg+ Untuk pasien yang sukar untuk ditemui, dianjurkan pemberian injeksi flufenazin dekanoat sekali sebulan.+ Gunakanlah dosis efektif terkecil untuk mengurangi efek samping+ Penderita harus dijauhkan dari benda-benda yang dapat membahayakan dirinya atau orang disekitarnya dan kebersihan diri serta kebutuhan hidupnya sehari-hari harus tetap diperhatikan

10. Petugas / dokter memberikan resep obat kepada pasien untuk pengambilan obat di apotik Puskesmas.11. Petugas mengisi Register rawat jalan berdasarkan catatan pada kartu rawat jalan dan membuat sensus harian penyakit.

PEMERINTAH KABUPATEN BERAUDINAS KESEHATAN

PUSKESMAS KAMPUNG BUGISJl. H. Isa I Kel. Gayam Kec. Tanjung Redeb

 

Page 21: Ik Penyakit

INSTRUKSI KERJA

Disahkan oleh:Kepala Puskesmas Kampung Bugis

dr. Hj. Widya NarulitaNIP.19751101 200604 2 007

PENATALAKSANAAN INFEKSI TELINGA

Tanggal Terbit : 01 Agustus 2015 No. Dokumen : IK-P.Bgs/Antropometri/2015Revisi : 0 Halaman : 1 dari 2

A. TUJUAN

Sebagai prosedur kerja bagi petugas di poli umum dan MTBS dalam memberikan penanganan yang cepat dan tepat pada pasien dengan penyakit infeksi telinga sehingga dapat meningkatkan kualitas hidup pasien.

B. RUANG LINGKUP

Prosedur kerja ini berlaku bagi petugas di Poli Umum dan MTBS, serta unit lain yang terkait.

C. DEFINISI

Infeksi telinga adalah suatu keadaan dimana kuman penyakit menyerang alat pendengaran (telinga) mulai dari telinga bagian luar (otitis eksterna) hingga telinga bagian tengah (otitis media). Infeksi telinga bersifat akut jika kejadian telah berlangsung kurang dari dua hari dan bersifat kronis jika telah berlangsung selama lima hari.Penyebab infeksi telinga adalah bakteri dan jamur. Gambaran Klinis infeksi telinga antara lain: nyeri kuping telinga, pembengkakan pada saluran telinga, keluarnya cairan nanah dari telinga, demam, dan penurunan pendengaran sementara.

D. PENANGGUNG JAWAB

Koordinator poli umum dan MTBS

E. KRITERIA PENCAPAIAN

Penanganan pasien dengan infeksi telinga sesuai dengan prosedur kerja

F. ALUR PROSES

1. Petugas memanggil pasien sesuai rekam medis 2. Petugas menyapa pasien dengan ramah3. Petugas menanyakan tanda, dan gejala, yang dirasakan pasien, adakah nyeri kuping telinga,

pembengkakan pada saluran telinga, keluarnya cairan nanah dari telinga, demam, dan penurunan pendengaran sementara.

4. Petugas melakukan pemeriksaan fisik dengan otoskop5. Bila pasien mengalami perdarahan dari telinga, ruptur membrane timpani, nyeri dibelakang

telinga, dan demam ≥ 38,5° dirujuk ke rumah sakit.6. Petugas mencatat di rekam medis pasien7. Petugas memberikan terapi8. Bila demam atau nyeri diberikan obat golongan parasetamol 3 x 500mg untuk dewasa atau 10-

15mg/kgBB/kali pemberian untuk anak-anak.9. Diberikan obat tetes telinga kloramfenikol 3 x 2 tetes jika ada indikasi bakteri dan salep

mikonazol 2x sehari dengan mengoleskan salep pada kapas steril yang digulung dan memasukkannya pada telinga yang terinfeksi.

PEMERINTAH KABUPATEN BERAUDINAS KESEHATAN

PUSKESMAS KAMPUNG BUGISJl. H. Isa I Kel. Gayam Kec. Tanjung Redeb

 

Page 22: Ik Penyakit

G. REFERENSI

Buku pedoman pengobatan dasar di puskesmas, Departemen Kesehatan 2007

H. DOKUMEN TERKAIT

Rekam medisFormulir resep obat

I. UNIT TERKAIT

Kamar obat


Top Related