Download - III. Metodologi
Moch. Rum Alim. ANALISIS KETERKAITAN DAN KESENJANGAN EKONOMI INTRA DAN INTERREGIONAL JAWA-SUMATERA. Desertasi. IPB. 2006
III. METODOLOGI PENELITIAN
3.1. Kerangka Teoretis
Pertumbuhan ekonomi berbeda dengan pembangunan ekonomi. Menurut
Djojohadikusumo (1994) pertumbuhan ekonomi berkaitan dengan perkembangan
berdimensi tunggal dan diukur dengan meningkatnya hasil produksi dan
pendapatan. Di sisi lain, pembangunan ekonomi mempunyai makna yang lebih
luas, tidak hanya menyangkut peningkatan produksi melainkan juga menyangkut
perubahan pada komposisi produksi, perubahan pola penggunaan sumberdaya,
perubahan pola distribusi kekayaan dan pendapatan di antara pelaku ekonomi, dan
perubahan pada kerangka kelembagaan dalam kehidupan masayarakat secara
menyeluruh.
Pertumbuhan ekonomi ditentukan oleh paling sedikit tiga hal, yaitu:
(1) investasi, (2) pengeluaran pemerintah, dan (3) perkembangan ekspor-impor.
Investasi merupakan salah satu bagian penting di dalam pembangunan ekonomi,
yaitu meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Meningkatnya investasi tidak hanya
meningkatkan permintaan agregat seperti dalam model makroekonomi Keynes,
tetapi juga meningkatkan penawaran agregat melalui pengaruhnya terhadap
kapasitas produksi. Dalam perspektif jangka panjang, investasi meningkatkan stok
kapital, dan setiap penambahan stok kapital akan meningkatkan pula kemampuan
untuk menghasilkan output, yang berarti pula meningkatkan pertumbuhan
ekonomi. Salah satu model makroekonomi yang memberikan perhatian pada
peranan investasi adalah Model Horrad-Domar. Model ini berpendapat bahwa
peningkatan investasi tidak hanya meningkatkan permintaan agregat dalam jangka
pendek, tetapi juga meningkatkan penawaran agregat dalam jangka panjang.
Selain investasi, pengeluaran pemerintah (goverment expenditure) juga
merupakan salah satu faktor yang berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi.
Demikian juga dengan ekspor. Balassa (1980) menyatakan bahwa 43 negara
sedang berkembang yang melakukan penggalakan ekspor menunjukkan pengaruh
yang signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi masing-masing negara.
Menurut Azis (1994) ada dua kerangka konseptual pembangunan ekonomi
regional. Pertama, Konsep Basis Ekonomi. Konsep ini beranggapan bahwa
permintaan terhadap input hanya dapat meningkat melalui perluasan permintaan
terhadap output yang diproduksi oleh sektor basis (ekspor) dan sektor non-basis
(lokal). Permintaan terhadap produksi sektor non-basis hanya dapat meningkat
apabila pendapatan lokal meningkat. Namun, peningkatan pendapatan lokal ini
hanya terjadi apabila sektor basis (ekspor) meningkat. Dengan demikian, menurut
Teori Basis, ekspor regional (daerah) merupakan penentu dalam pembangunan
ekonomi regional. Kedua, Konsep Tingkat Pengembalian Hasil (rate of return).
Konsep ini beranggapan bahwa perbedaan tingkat pengembalian hasil (rate of
return) lebih disebabkan oleh perbedaan lingkungan atau prasarana daripada
ketidakseimbangan rasio modal–tenagakerja (capital-labor ratio). Dalam
kerangka pikir ini, keterbelakangan suatu daerah bukan karena tidak beruntung
atau kegagalan pasar, tetapi karena produktifitasnya rendah. Oleh karena itu,
investasi dalam prasarana adalah penting sebagai sarana pembangunan daerah.
Ekspor dalam pengertian ekonomi regional adalah menjual produk ke luar
region baik ke region lain dalam negeri maupun luar negeri. Tenagakerja yang
berdomisili di suatu region, tetapi bekerja dan memperoleh uang dari region lain
termasuk dalam pengertian ekspor. Pada dasarnya semua kegiatan yang
70
mendatangkan uang dari luar region adalah kegiatan basis. Lapangan kerja dan
pendapatan di sektor basis adalah fungsi permintaan yang bersifat eksogenus.
Sektor non-basis adalah semua kegiatan lain yang bukan kegiatan basis, yang
diperuntukkan bagi kebutuhan konsumsi lokal. Dengan demikian permintaan
sektor non-basis sangat dipengaruhi oleh tingkat pendapatan masyarakat setempat.
Berarti sektor ini terikat terhadap kondisi ekonomi setempat dan tidak bisa
berkembang melebihi pertumbuhan alamiah region (tidak bebas tumbuh). Oleh
karena itu, menurut teori basis, ekspor daerah merupakan penentu dalam
pembangunan ekonomi. Pemikiran ini menimbulkan pendapat bahwa ”masalah
daerah tak lain dan tak bukan adalah masalah neraca pembayaran” (Azis, 1994).
Studi ini cenderung berpijak pada kerangka teori basis dengan alasan : (1)
yang dikaji dalam studi ini adalah pertumbuhan ekonomi regional dan distribusi
pendapatan interregional, (2) pertumbuhan produksi per kapita suatu region tidak
hanya ditentukan oleh lokasi penduduk dan aktivitas di daerah yang bersangkutan,
tetapi juga oleh daerah lain, dan (3) ekspor sebagai sektor basis yang bersifat
eksogenus mampu meningkatkan perekonomian regional melebihi pertumbuhan
alamiah regional.
Pertumbuhan ekonomi regional dapat diukur dari peningkatan output
regional, baik sektoral maupun agregat. Sementara itu, pertumbuhan output suatu
region tidak hanya ditentukan oleh sejumlah faktor yang ada di dalam region
tersebut, tetapi juga dipengaruhi oleh perkembangan region lain, terutama region
tetangga. Di sisi lain, aktivitas produksi memerlukan input primer dan berbagai
input antara, baik yang berasal dari wilayah sendiri maupun dari wilayah lain.
Kompensasi atas penggunaan input primer merupakan pendapatan bagi
71
rumahtangga, perusahaan, dan pemerintah sebagai pemilik input primer tersebut.
Dalam kaitan ini muncul persoalan yang berkaitan dengan distribusi pendapatan
antara berbagai pemilik input primer, baik intra region maupun interregional.
Penggunaan input antara mencerminkan adanya keterkaitan antara berbagai
aktivitas produksi baik intra region maupun interregional. Dengan demikian,
kajian yang berkaitan dengan permasalahan pertumbuhan dan distribusi
pendapatan memerlukan suatu model simultan yang mampu memotret
keseluruhan interaksi berbagai elemen sebagaimana diuraikan di atas.
Model Interregional Social Accounting Matrix (IRSAM) merupakan suatu
model sederhana, namun mampu memotret seluruh neraca ekonomi baik yang
endogen maupun eksogen, baik yang intra region maupun interregional. Selain itu
model ini juga dapat: (1) menjelaskan keterkaitan antara aktivitas produksi,
distribusi pendapatan, konsumsi barang dan jasa, tabungan dan investasi, serta
perdagangan luar negeri, (2) memberikan suatu kerangka kerja yang bisa
menyatukan dan menyajikan seluruh data perekonomian regional, (3) dapat
dihitung multiplier perekonomian region dan menjelaskan pengaruh dari suatu
perubahan terhadap produksi, distribusi pendapatan dan permintaan, dan pengaruh
interregional, dan (4) menjelaskan struktur ekonomi intra region dan interregional,
struktur pendapatan dan pengeluaran rumahtangga intra region dan interregional.
3.2. Kerangka Social Accounting Matrix
Secara garis besar, model Social Accounting Matrix (SAM) dibagi atas
empat neraca, yaitu: (1) neraca faktor produksi, (2) neraca institusi, (3) neraca
sektor produksi, dan (4) Rest of The World. Neraca (1), (2), dan (3) adalah neraca
endogen, yang secara diagramatik disusun dalam bentuk segi tiga pada Gambar 1
72
dan 2, sedangkan neraca (4) adalah neraca eksogen, berada pada lingkaran luar,
memagari ke tiga neraca endogen. Garis panah pada Gambar segi tiga tersebut
melambangkan arus uang yang mengalir dari neraca sektor (aktivitas) produksi ke
neraca faktor produksi, kemudian ke neraca institusi dan selanjutnya ke neraca
sektor produksi. Panah dari neraca sektor produksi (3) ke neraca faktor produksi
(1) menyatakan bahwa kenaikan permintaan output oleh blok neraca eksogen (4)
akan mengakibatkan kenaikan permintaan input dan sebagai imbalan atas input
faktor tersebut mengalirlah uang dari blok neraca sektor produksi ke blok neraca
faktor produksi. Selanjutnya bahwa sesungguhnya pemilik faktor-faktor produksi
(1) tersebut adalah rumahtangga, perusahaan, dan pemerintah (2). Dengan
demikian, meningkatnya permintaan input akan meningkatkan pendapatan
institusi sesuai dengan besarnya input yang diserahkannya. Pendapatan institusi
dapat digunakan untuk membeli barang dan jasa. Ini dilambangkan oleh garis
panah dari blok neraca institusi (2) ke blok neraca sektor produksi (3).
Secara matematis, empat neraca tersebut disusun dalam bentuk matriks,
yang terdiri atas baris dan kolom. Neraca baris menunjukkan penerimaan dan
neraca kolom menggambarkan pengeluaran. Setiap sel (perpotongan antara baris
dan kolom) menggambarkan interaksi antara neraca. Makna dari setiap sel seperti
yang terdapat di dalam Tabel 2.
Dari Tabel 2 nampak bahwa SAM dapat menggambarkan keterkaitan antar
sektor, distribusi pendapatan (faktorial distribution dan income distribution), dan
pengaruh dari konsumsi, investasi, serta ekspor-impor terhadap pendapatan
regional dan kesempatan kerja.
73
Dalam perjalanan waktu, Thorbecke (2001) mengembangkan neraca-neraca
dalam SAM Sederhana menjadi enam tipe neraca, yakni: (1) neraca aktivitas
produksi, (2) neraca komoditas, (3) neraca faktor produksi, (4) neraca institusi,
(5) neraca modal (kapital), dan (6) neraca Rest of The World.
Neraca aktivitas produksi merupakan neraca yang berkaitan dengan
transaksi pembelian raw material, intermediate goods, dan sewa faktor produksi
untuk menghasilkan barang dan jasa (komoditas). Pada baris neraca aktivitas
(penerimaan aktivitas) meliputi hasil penjualan komoditas pada pasar domestik
dan pasar luar negeri, serta penerimaan subsidi ekspor dari pemerintah. Kolom
neraca aktivitas (pengeluaran aktivitas) meliputi pengeluaran untuk impor, biaya-
biaya dari jasa perdagangan, dan pembayaran pajak tidak langsung.
Neraca institusi oleh Thorbecke (2001) dipecah lagi menjadi tiga neraca,
yaitu: (1) rumahtangga, (2) perusahaan, dan (3) pemerintah. Baris neraca
rumahtangga meliputi penerimaan atas kompensasi tenagakerja, keuntungan atas
modal, transfer antara rumahtangga, penerimaan transfer dari perusahaan (berupa
asuransi), transfer dari pemerintah, dan transfer luar negeri. Sedangkan kolom
neraca rumahtangga meliputi pengeluaran konsumsi, transfer antar rumahtangga,
transfer kepada perusahaan, pembayaran pajak langsung, dan tabungan pada
neraca modal. Selanjutnya, baris neraca perusahaan (penerimaan perusahaan)
meliputi laba yang ditahan, transfer dari rumahtangga, dan transfer pemerintah.
Sedangkan kolom neraca perusahaan (pengeluaran perusahaan) meliputi transfer
kepada rumahtangga, pembayaran pajak, dan tabungan perusahaan pada neraca
kapital. Baris neraca pemerintah meliputi semua penerimaan pajak, yakni pajak
nilai tambah, pajak tidak langsung, pajak pendapatan, pajak langsung, dan pajak
74
Tabel 2. Struktur Sederhana Social Accounting Matrix
Pengeluaran
Penerimaan
Faktor Produksi
InstitusiSektor
ProduksiNeraca
EksogenTotal
1 2 3 4 5
Faktor Produksi1
T11
0
T12
0
T13
Alokasi nilaitambah ke
faktor produksi
X14
Pendapatan faktor produksi dari luar negeri
Y1
Distribusi pendapatan
faktorial
Institusi 2
T21
Alokasi pendapatan faktor keinstitusi
T22
Transfer antar institusi
T23
0
X24
Transferdari luar negeri
Y2
Distribusi pendapatan institusional
Sektor Produksi 3T31
0
T32
Permintaan domestik
T33
Permintaan antara
X34
Ekspor daninvestasi
Y3
Total outoutmenurut sektor
produksi
Neraca Eksogen 4
X41
Alokasi pendapatan
faktor ke luar negeri
X42
Tabungan
X43
Impor dan pajak tidak langsung
X44
Transfer lainnya
Y4
Total penerimaan
neraca lainnya
Total 5
Y’1
Jumlah pengeluaran
Faktor Produksi
Y’2
Jumlah Pengeluaran
Institusi
Y’3
Total Input
Y’4
Jumlah pengeluaran
lainnya
Sumber: Thoebecke (1988)
keuntungan dari perusahaan. Sedangkan kolom neraca pemerintah meliputi
pengeluaran subsidi ekspor, belanja barang dan jasa, transfer kepada rumahtangga
dan perusahaan, serta tabungan pemerintah. Sisi penerimaan dari neraca kapital
meliputi tabungan rumahtangga, tabungan perusahaan, dan tabungan pemerintah,
sedangkan sisi pengeluarannya meliputi pembagian keuntungan kepada
rumahtangga dan pembayaran pajak kepada pemerintah.
Dari struktur sederhana SAM Tabel 2 di atas dapat dirumuskan persamaan
matriks pendapatan dan pengeluaran neraca endogen secara agregat sebagai
berikut:
Y = T + X …………………………….............................................. (3.1)
75
Distribusi pendapatan neraca endogen dan neraca eksogen dapat dirumuskan
sebagai berikut:
Y1 = T13 + X14 ……………………………………………………… (3.2)
Y2 = T21 + T22 + X24 ………………………………….…………… (3.3)
Y3 = T32 + T33 + X34 ……………………………………………… (3.4)
Y4 = X41 + X42 + X43 + X44 ………………………………….......... (3.5)
Persamaan (3.2) menunjukkan distribusi pendapatan faktorial. Sedangkan
persamaan (3.3) menunjukkan distribusi pendapatan institusional, persamaan (3.4)
menunjukkan total output menurut faktor produksi, dan persamaan (3.5)
menunjukan total pendapatan lainnya (eksogen).
Sedangkan distribusi pengeluaran neraca endogen dan neraca eksogen
dirumuskan sebagai berikut:
Y’1 = T21 + X41 …………………………………............................. (3.6)
Y’2 = T22 + T32 + X42 ….................................................................... (3.7)
Y’3 = T13 + T23 + T33 + X43 ……………………………………..... (3.8)
Y’4 = X14 + X24 + X34 + X44 ……………………………………… (3.9)
Persamaan (3.6) menunjukkan total pengeluaran faktor-faktor produksi
(faktorial). Sedangkan persamaan (3.7) menunjukkan total pengeluaran
institusional, persamaan (3.8) menunjukkan total pembelanjaan input oleh sektor-
sektor produksi; dan persamaan (3.9) menunjukan total pengeluaran lainnya
(eksogen).
Sebenarnya model SAM merupakan perluasan dari model Input-Output.
Namun demikian model ini memiliki sejumlah keterbatasan yang melekat pada
asumsi-asumsi dari model. Adapun asumsi-asumsi yang digunakan adalah: (1)
seluruh produk yang dihasilkan oleh setiap sektor habis dikonsumsi pada periode
76
tertentu, (2) hubungan input-output dalam kegiatan produksi bersifat linier atau
constant return to scale, (3) tidak ada substitusi antara faktor produksi yang
digunakan, (4) suatu kelompok produk tidak dihasilkan bersama-sama oleh dua
perusahaan atau lebih, (5) harga konstan, (6) tidak ada eksternalitas negatif, dan
(7) perekonomian dalam keadaan keseimbangan.
Sekalipun SAM memiliki sejumlah keterbatasan, namun model ini telah
digunakan secara luas, yang antara lain oleh Nokkala (2000) dalam penelitiannya
yang berkaitan dengan kebijakan investasi sektor pertanian di Zambia, Iqbal dan
Siddiqui (2000) untuk menganalisis dampak penyesuaian struktural terhadap
ketidakmerataan pendapatan (income inequity) di Pakistan; Wagner (1998) untuk
menganalisis dampak ecotourism terhadap perekonomian region APA de
Guarquechaba, Brazil; dan Bautista (2000) untuk menganalisis dampak
pembangunan sektor pertanian terhadap perekonomian region Viet Nam.
Argumentasi umum yang dikemukakan dalam menggunakan model SAM adalah
bahwa model ini dapat memotret keterkaitan aktivitas perekonomian pada suatu
region atau interregional dengan disagregasi yang luas sehingga dapat diperoleh
objek yang beragam. Wagner (1998) mengemukakan tiga alasan mengapa ia
memakai model SAM, yaitu: (1) model SAM dapat menjelaskan keterkaitan
antara aktivitas produksi, distribusi pendapatan, konsumsi barang dan jasa,
tabungan dan investasi, serta perdagangan luar negeri, (2) SAM dapat
memberikan suatu kerangka kerja yang bisa menyatukan dan menyajikan seluruh
data perekonomian region, dan (3) dengan SAM dapat dihitung multiplier
perekonomian region yang berguna untuk mengukur dampak dari ecotourism
terhadap produksi, distribusi pendapatan dan permintaan, yang menggambarkan
struktur perekonomian.
77
Gambar 1. Kerangka SAM-InterregionalKeterangan : = transaksi intra region, = transaksi interregionalSumber : Hadi (2001) dan Achjar et al. ( 2003), modifikasi
Di Indonesia, beberapa studi telah menggunakan model Interregional Social
Accounting Matrix, antara lain oleh Hidayat (1991) dan Hadi (2001). Hidayat
membagi region Indonesia kedalam dua region, yaitu region Jawa (inner island)
dan region luar Jawa (outer island), kemudian membangun SAM-Interregional
yang terintegrasi. Hadi membagi region Indonesia menjadi Kawasan Barat
Indonesia (KBI) yang meliputi seluruh provinsi di pulau Sumatera dan pulau Jawa
dan Kawasan Timur Indonesia (KTI) yang meliputi provinsi-provinsi di luar pulau
Sumatera dan Jawa.
SAM-Interregional memiliki beberapa kelebihan dibanding SAM region
tunggal, dimana SAM-Interregional memberikan tambahan informasi mengenai
hubungan interregional, khususnya dalam: (1) arus barang interregional, (2)
Region I
T36
T35 T32
T13
T21 T25
T24
Region II
T63
T62 T65
T46
T52 T54
T51
Rest of the Indonesia dan Rest of the World (7)
Sektor Produksi
(3)
Institusi (2)
Faktor Produksi
(1)
Sektor Produksi
(6)
Institusi (5)
Faktor Produksi
(4)
78
distribusi pendapatan interregional, dan (3) keseimbangan keragaan ekonomi
makro interregional. Gambaran umum tentang SAM-Interregional dapat dilihat
pada Gambar 1 dan Tabel 3.
Tabel 3. Struktur SAM-Interregional
Pengeluaran
PenerimaanRegion I Region II
Nrca eksog
Total Pene-rimaan
1 2 3 4 5 6 7 8Region I Faktor Produksi 1 T13 X17 Y1
Institusi 2 T21 T22 T24 T25 X27 Y2
Sektor Produksi 3 T32 T33 T35 T36 X37 Y3
Region II Faktor Produksi 4 T46 X47 Y4
Insttitusi 5 T51 T52 T54 T55 X57 Y5
Sektor Produksi 6 T62 T63 T65 T66 X67 Y6
Neraca Eksogen 7 X71 X72 X73 X74 X75 X76 X77 Y7
Total Pengeluaran 8 Y’1 Y’2 Y’3 Y’4 Y’5 Y’6 Y’7
Gambar 1 menunjukkan bahwa sektor produksi (3 dan 6) menghasilkan
output yang membutuhkan input faktor (1 dan 4). Selanjutnya nilai tambah
tersebut dialokasikan kepada institusi sebagai pemilik faktor produksi (T21 dan
T54). Hubungan T21 dan T54 menunjukkan distribusi pendapatan, sebab ada
perbedaan pemilikan faktor produksi pada setiap institusi. Selanjutnya, institusi
mengalokasikan pendapatan yang diperolehnya kepada sektor produksi baik
dalam bentuk konsumsi langsung, investasi, tabungan, maupun transfer antara
institusi. Transaksi institusi dalam model SAM Interregional, tidak hanya terjadi
di dalam region (intra region), tetapi juga lintas region (interregional), yakni:
alokasi pendapatan institusi kepada sektor produksi dalam region dan sektor
produksi interregional, serta transfer antara institusi di dalam region dan transfer
antara institusi interregional. Hubungan atau interaksi ekonomi antara Region I
dan Region II ditunjukkan oleh panah putus-putus dengan tanda T24, T25, T35, T36,
T51, T52, T62, dan T63 sebagaimana terlihat pada Gambar 1.
79
Tabel 4. Definisi Neraca Transaksi SAM-Interregional
Neraca DefinisiT13; T46 Pendapatan faktor produksi dari sektor produksi setiap regionT21; T54 Pendapatan institusi atas pemilikan faktor produksi dalam regionT22; T55 Transfer antar institusi dalam regionT24; T51 Pendapatan institusi atas pemilikan faktor produksi interregionalT25; T52 Transfer antara institusi interregionalT32; T65 Permintaan atas barang dan jasa oleh institusi dalam regionT33; T66 Permintaan antara dalam regionT35; T62 Permintaan atas barang dan jasa oleh institusi interregionalT36; T63 Permintaan antara interregionalX17; X47 Pendapatan faktor produksi dari transfer luar negeriX27; X57 Transfer luar negeri kepada institusiX37; X67 Ekspor barang dan jasa setiap regionX71; X74 Permintaan luar negeri atas pemilikan faktor produksiX72; X75 Tabungan institusiX73; X76 Impor barang dan jasa setiap region
X77 Tranfer lainnyaY18; Y48 Distribusi pendapatan faktorial setiap regionY28; Y58 Distribusi pendapatan institusional setiap regionY38; Y68 Total output sektor produksi setiap region
Y78 Total penerimaan neraca lainnyaY81; Y84 Distribusi pengeluaran faktorial setiap regionY82; Y85 Distribusi pengeluaran institusional setiap regionY83; Y86 Total input sektor produksi setiap region
Y87 Total pengeluaran neraca lainnya
Transaksi masing-masing region (Region I dan Region II) dengan luar
negeri (termasuk region lain di luar kedua region tersebut) ditunjukkan oleh
hubungan masing-masing blok neraca dengan rest of the world. Hubungan antara
blok neraca sektor produksi dengan rest of the world menunjukkan adanya
perdagangan langsung dengan luar negeri oleh masing-masing region. Sedangkan,
hubungan antara blok neraca faktor produksi dengan rest of the world
menunjukkan aliran modal (capital flows) dari dan ke luar negeri. Kemudian
hubungan antara blok neraca institusi dengan rest of the world menunjukkan
adanya transfer institusi ke dan dari luar negeri.
80
Dari gambaran di atas (Gambar 1) dapat dibangun kembali dalam bentuk
tabel (Tabel 3) untuk menunjukkan struktur SAM-Interregional secara agregat.
Dengan Tabel 3 ini, nampak dengan jelas posisi setiap sel. Adapun pengertian dari
setiap sel (neraca transaksi) dirumuskan dalam Tabel 4.
3.3. Kerangka Analisis Multiplier SAM
Analisis multiplier didalam model SAM dapat dibagi dalam dua kelompok
besar, yaitu: accounting multiplier dan fixed price multiplier. Accounting
multiplier pada dasarnya sama dengan multiplier dari Leontief Inverse Matrix
yang terdapat dalam model Input-Output. Ini berarti bahwa semua analisis
multiplier yang terdapat dalam model Input-Output seperti own multiplier, other
linkage multiplier dan multiplier total dapat digunakan dalam analisis SAM.
Sedangkan analisis fixed price multiplier mengarah pada analisis respon
rumahtangga terhadap perubahan Neraca Eksogen dengan memperhitungkan
expenditure propensity (Isard et al., 1998).
Selanjutnya apabila diasumsikan bahwa besarnya kecenderungan rata-rata
pengeluaran, Aij, merupakan perbandingan antara pengeluaran sektor ke-j untuk
sektor ke-i dengan total pengeluaran ke-j (Yj), maka:
Aij = Tij / Yj …………………………………………………............. (3.10)
atau dalam bentuk matriks adalah :
…………………........................................... (3.11)
Apabila persamaan (3.1) dibagi dengan Y, maka diperoleh:
Y/Y = T/Y + X/Y ……………………………………………………… (3.12)
81
Selanjutnya persamaan (3.10) disubstitusikan ke persamaan (3.12) sehingga
menjadi:
I = A + X/Y
(I – A)Y = X
Y = (I – A)-1 X ……………………………………………………..... (3.13)
Jika, Ma = (I – A)-1 maka:
Y = Ma X ....................................................................................... (3.14)
Dimana A adalah koefisien-koefisien yang menunjukkan pengaruh langsung
(direct coefficients) dari perubahan yang terjadi pada suatu sektor terhadap sektor
lainnya. Sementara itu Ma adalah pengganda neraca (accounting multiplier) yang
menunjukkan pengaruh perubahan suatu sektor terhadap sektor lainnya dari
seluruh SAM.
Pyatt and Round (1985) melakukan dekomposisi terhadap pengganda neraca
agar mendapatkan dampak langsung dan tidaklangsung yang dalam bentuk
multiplikatif:
Ma = Ma3 Ma2 Ma1 ……………………………………………… (3.15)
atau secara aditif dapat ditulis:
Ma = I + Ma1 - I + (Ma2 - I) Ma1 + (Ma3 - I) Ma2 Ma1 ………………. (3.16)
Ma1 adalah transfer multiplier, yang menunjukkan pengaruh dari satu blok neraca
terhadap dirinya sendiri, yang dirumuskan sebagai berikut:
Ma1 = (I – A0 )–1 ……………………………………………..…… (3.17)
dimana:
………………………………………………… (3.18)
82
sehingga:
……………………………….. (3.19)
Selanjutnya Ma2 adalah open loop multiplier atau cross effect yang
menunjukkan pengaruh langsung dari satu blok ke blok lain. Dalam hal ini Ma2
dapat dirumuskan:
Ma2 = (I + A* + A*2) ……………………………………………… (3.20)
dimana A* = (I – A0)-1 (A – A0)
Oleh karena:
A*13 = A13
A*21 = (I – A22)-1 A21
A*32 = (I – A33)-1 A32
maka Ma2 dapat ditulis sebagai berikut:
……………………… (3.21)
Proses open loop multiplier antara blok nampak pada Gambar 2. Gambar ini
menunjukkan bahwa apabila injeksi awal terjadi pada peningkatan permintaan
ekspor (X3), maka output yang terkait dengan blok aktivitas produksi (Y3) akan
meningkat, kemudian memberikan pengaruh berikutnya terhadap pendapatan pada
blok faktor produksi (Y1) dengan nilai pengganda sebesar A13. Selanjutnya,
peningkatan pendapatan pada blok faktor produksi akan memberikan pengaruh
lanjutan terhadap pendapatan pada blok institusi (Y2) dengan nilai pengganda
sebesar A*21, dan selanjutnya akan meningkatkan pendapatan blok produksi
dengan nilai pengganda sebesar A*32. Apabila injeksi awal bersumber dari
83
Gambar 2. Proses Pengganda Antara Neraca Endogen SAMSumber : Thorbecke (1998)
peningkatan pendapatan blok faktor produksi yang berasal dari luar negeri (X1),
maka injeksi ini akan berpengaruh terhadap pendapatan pada blok institusi dengan
nilai pengganda sebesar A*21 dan selanjutnya akan berpengaruh terhadap
pendapatan pada blok aktivitas produksi dengan nilai pengganda A*32.
Peningkatan pendapatan pada blok aktivitas produksi akan berpengaruh terhadap
pendapatan pada blok faktor produksi dengan nilai pengganda sebesar A13.
Apabila injeksi berawal dari peningkatan pendapatan blok non-faktor produksi
yang berasal dari luar negeri (X2), maka injeksi ini akan berpengaruh terhadap
pendapatan pada blok aktivitas produksi dengan nilai pengganda sebesar A*32 dan
selanjutnya akan berpengaruh terhadap pendapatan pada blok faktor produksi
84
Y3
Aktivitas Produksi
(I-A33)-1X3
X3= permintaan ekspor
A*32=(I-A33)-1A32 A*
13=A13
Y1
Distribusi pendapatan
faktor produksi
Y2
Distribusi pendapatan
institusi
(I-A22)-1X2
X2= pendapatan non-faktor dari luar negeri
X1= pendapatan faktor dari luar negeri
A*21=(I-A22)-1A21
dengan nilai pengganda A13. Peningkatan pendapatan pada blok faktor produksi
akan berpengaruh terhadap pendapatan pada blok institusi dengan nilai pengganda
sebesar A*21.
Terakhir, Ma3 merupakan closed loop multiplier yang menunjukkan
pengaruh dari satu blok ke blok lain, kemudian kembali pada blok semula. Dalam
bentuk matriks Ma3 dapat ditulis sebagai berikut:
Ma3 = (I – A*3)-1 ................................................................................ (3.22)
Persamaan (3.22) secara rinci dapat ditulis sebagai berikut:
... (3.23)
Dekomposisi pengganda neraca tidak hanya dilakukan dengan pendekatan
rata-rata, tetapi juga dapat dilakukan dengan pendekatan marjinal. Dekomposisi
pengganda neraca dengan pendekatan marjinal memerlukan suatu matriks yang
disebut marginal expenditure propensities yang dinotasikan dengan C. Matriks C
dibentuk berdasarkan asumsi harga tetap, sehingga pengganda yang diperoleh
dengan cara ini seringkali disebut pengganda harga tetap. Secara matematis
matriks C dirumuskan sebagai:
C = T/Y ……………………………………………………… (3.24)
Secara rinci ditulis sebagai:
……………………………………… (3.25)
karena Y = T + X, maka:
85
Y = T + X ……………………………………………………… (3.26)
dengan demikian:
Y = CT + X
Y = (I – C)-1 X …………………………………………… (3.27)
atau
Y = Mc X …………………………………………………… (3.28)
Dimana Mc adalah pengganda harga tetap, yang selanjutnya dapat didekomposisi
ke dalam Mc1 (transfer multiplier), Mc2 (open loop mutiplier), dan Mc3 (closed loop
multiplier), sehingga:
Mc = Mc3Mc2Mc1 ............................................................................... (3.29)
Bentuk matriks Mc3, Mc2, Mc1 sama seperti pada matriks dekomposisi sebelumnya,
hanya saja yang digunakan disini adalah marjinal pengeluaran.
Untuk SAM-Interregional, Pyatt dan Round (1985) menunjukkan dekomposisi
multiplier sebagai berikut:
M = Mr3Mr2Mr1 …………………………………………………..... (3.30)
dimana:Mr3 = closed-loop multiplier effect within region,
Mr2 = interregional open-loop multiplier effect,
Mr1 = transfer effect within region.
Persamaan (3.30) diperoleh dengan penurunan sebagai berikut:
Y1 = B11Y1 + B12Y2 + X1 ........................................................... (3.31)
Y2 = B22Y2 + B21Y1 + X2 .................................................................... (3.32)
dimana:
Y1, Y2 = total pengeluaran untuk masing-masing region;
B11, B22 = koefisien intra-regional;
B12, B21 = koefisien interregional;
86
X1, X2 = neraca eksogen.
Dari persamaan (3.31) dan (3.32), maka:
Y1 = (1 - B11)-1 b12Y2 + (1 - B11)-1 X1 ............................................. (3.33)
Y2 = (1 – B22)-1 b21Y1 + (1 – B22)-1 X2 .............................................. (3.34)
Persamaan (3.33) dan (3.34) bila ditulis dalam bentuk perkalian matriks adalah:
........ (3.35)
Bila didefinisikan bahwa D12 = [I – B11]-1 b12 dan D21 = [I – B22]-1 b21,
selanjutnya persamaan (3.35) dapat ditulis sebagai berikut:
................... (3.36)
Dengan demikian :
..................................................... 3.37)
sedang
................................. (3.38)
sehingga :
........................ (3.39)
Dengan demikian, maka :
............................................................................ (3.40)
dan
......................................... (3.41)
87
3.4. Kompilasi Jaringan Interregional
Dengan mengasumsikan ada dua region, r dan R, dan setiap region terdiri
dari tiga subsistem ekonomi (aktivitas produksi, faktor produksi, dan institusi)
kompilasi jaringan interregional, matriks , dapat dinyatakan sebagai berikut
(Achjar et al., 2003):
............................ (3.42)
Menggunakan suatu pendekatan dekomposisi untuk membangun Block Structural
Path Analysis (BSPA), blok parsial matriks input langsung untuk tiga blok dan
invers Leontief parsial dalam setiap region dapat dirumuskan sebagai berikut :
1. Untuk pasangan institusi-aktivitas:
..................................................................... (3.43)
Besaran input dalam first layer feedback loop dalam kerangka SAM-Interregional
dinyatakan sebagai:
;
; ............................................................ (3.44)
;
dengan invers Leontief parsial adalah:
88
............................................. (3.45)
dimana: dan
2. Untuk pasangan faktor produksi-aktivitas:
............................................................................ (3.46)
dengan invers Leontief parsial adalah:
..................................................... (3.47)
3. Untuk pasangan faktor produksi-institusi:
......................................................................... (3.48)
dengan invers Leontief parsial adalah:
................................................. (3.49)
Menggunakan metode dekomposisi yang sama dengan BSPA, perluasan invers
Leontief untuk first layer feedback loop dalam interregional block structural path
analysis (IRBSPA) dapat dinyatakan sebagai:
...................................................... (3.50)
Kompilasi jaringan interregional diusulkan untuk mentransformasi pengaruh
sistem ekonomi dalam region r yang berhubungan dengan subsistem ekonomi
dalam region R. Untuk tujuan ini, peluasan invers Leontief dari suatu region
89
seperti pada persamaan (3.50) ditetapkan sebagai second layer economic
subsystem. Menggunakan pendekatan ini, pengaruh semua subsistem ekonomi
terhadap subsistem ekonomi secara keseluruhan dapat ditangkap dengan
memasukkan first layer dari perluasan invers Leontief ke dalam second layer.
Misalkan sub-blok matriks interregional digunakan untuk
mengkonstruksi blok matriks direct inputs interregional parsial, yaitu aktivitas
produksi i dan faktor produksi j dalam kerangka intra atau interregional
dinyatakan sebagai:
.............................................................................. (3.51)
Dengan menggunakan matriks yang sama dilakukan dekomposisi untuk
menurunkan first layer invers Leontief parsial dari (3.43) sampai dengan (3.49),
untuk SAM-Interregional dua arah, setiap region berisikan tiga subsistem
ekonomi, ada empat cluster dari second layer invers Leontief yang diperluas.
Setiap cluster berisikan tiga blok, sehingga diperoleh 12 blok second layer invers
Leontief yang diperluas, ini disajikan pada persamaan (3.52) sampai (3.55)
berikut ini:
Intraregional rr ............................... (3.52)
Intraregional RR ........................ (3.53)
90
Interregional rR ............................ (3.54)
Interregional Rr ............................ (3.55)
Dengan mengkompilasi jaringan intteregional tersebut ke dalam persamaan
(3.42), final demand dan total output , sistem tersebut dapat dinyatakan
sebagai:
.... (3.56)
Mengacu pada Sonis dan Hewings (1998), sekumpulan hirarki feedback loop yang
menangkap efek-efek feedback loop yang diterima oleh sistem ekonomi secara
keseluruhan dibangun sebacai berikut:
............................. (3.57)
Secara umum, invers Leontief untuk sistem interregional ditulis sebagai:
91
............. (3.58)
Kompilasi rantai jaringan interregional mulai dari dampak sendiri (self-influence)
, pengeluaran institusi, , terhadap pendapatan institusi dan dampak
pengeluaran institusi terhadap pendapatan faktorial, , dan output
aktivitas-aktivitas, , dapat dinyatakan sebagai berikut:
............................... (3.59)
Dampak sendiri, , dari injeksi ke dalam aktivitas-aktivitas produksi,
, dan dampak dari injeksi ini terhadap pendapatan faktoraial, , dan
pendapatan insitutusi, , direfleksikan oleh rantai kompilasi
sebagai berikut:
.................................... (3.60)
Walaupun kompilasi jaringan (3.59) dan (3.60) telah masuk feedback loop
effects dari semua aktivitas, faktor-faktor produksi dan institusi-institusi
interregional, namun rantai kompilasi jaringan tersebut tidak didekomposisi ke
asal dampak dari injeksi yang diturunkan dari suatu region secara individual.
Dalam rangka untuk menjajaki dampak region secara individual yang didapatkan
dengan memasukkan rest of the regions ke dalam sistem perekonomian nasional,
rantai kompilasi jaringan (3.59) dan (3.60) dikonstruksikan sebagai berikut:
1. Kompilasi jaringan injeksi institusi dari region r
92
................ (3.61)
Feedback loops effects dari injeksi tersebut terhadap institusi oleh region r dalam
kerangka SAM-Interregional dapat disimplifikasi dalam format berikut ini:
→ → ↓ ↓
............................................ (3.62) ↓ ↓
dimana, adalah injeksi terhadap institusi dari region r, adalah pendapatan
institusi yang diciptakan dalam region r (self-influence income),
adalah output aktivitas-aktivitas pada region r, dan adalah
pendapatan faktorial yang diciptakan dalam region r. Dampak eksternal terhadap
pendapatan institusi dalam region R diperlihatkan oleh , kemudian
permintaan untuk aktivitas-aktivitas dalam region R sebagai , dan
dampak terhadap pendaptan faktorial dalam region R sebagai .
2. Kompilasi jaringan injeksi aktivitas-aktivitas dari region r
........................................ (3.63)
93
Menggunakan dekomposisi yang sama seperti untuk institusi (3.61) pengaruh
injeksi aktivitas-aktivitas produksi dari region r dan dampaknya terhadap
subsistem ekonomi pada kedua region r dan R dapat disimplifikasi sebagai
berikut:
→ →
↓ ↓
............................................. (3.64)
↓ ↓
dimana, adalah injeksti aktivitas-aktivitas dari region r, dan
berturut-turut adalah output yang dihasilkan dari aktivitas-aktivitas dalam region r
dan region R (self-influence output), dan adalah
pendapatan faktorial yang dihasilkan dalam region r dan R. Dampak eksternal
terhadap transfer pendapatan institusi dalam region r dan R diperlihatkan oleh
dan .
3.5. Metode Updating dan Balancing SAM
Seperti telah dijelaskan pada bagian sebelumnya bahwa model SAM
merupakan pengembangan dari model Input-Output. Pada umumnya data input-
output dikelompokkan pada interval waktu yang panjang (antara 5 tahun atau
lebih), sedangkan data-data pendukung seperti data produk dan pendapatan
nasional tersedia setiap tahun. Data-data pendukung diperoleh dari berbagai
sumber, antara lain: sensus/survei industri, tenagakerja, pertanian, neraca
pemerintah, neraca pedagangan dan survei rumahtangga. Model SAM yang
dibangun pada tingkat nasional maupun daerah juga banyak yang masih sangat
94
agregat. Untuk mendapatkan SAM per tahun dan yang disagregasi secara lebih
rinci dapat dilakukan dengan metoda RAS dan Cross-Entropy.
Dengan metoda RAS dapat dibangun matriks A yang baru (A1) berukuran n
x n dari matriks A yang lama (A0) dengan mengaplikasikan multiplier baris (r) dan
kolom (s). Apabila T adalah matriks transaksi SAM, dimana tij adalah nilai sel
yang memenuhi kondisi Tj = . Koefisien matriks SAM (A), dibangun dari
matriks transaksi (T) dibagi dengan sel-sel dalam setiap kolom dari T dengan
jumlah total kolom, yakni:
.......................................................................................... (3.65)
Pendekatan klasik untuk memecahkan masalah untuk membangun suatu
matriks baru (A1) dari matriks lama (A0) dikenal dengan operasi proporsional
ganda (biproportional) baris dan kolom, dinyatakan sebagai berikut:
........................................................................................ (3.66)
Dalam notasi matriks dinyatakan sebagai berikut:
....................................................................................... (3.67)
dimana (~) mengindikasikan elemen matriks diagonal ri dan . Metoda RAS
merupakan suatu algoritma yang bersifat iteratif dari penyesuaian proporsional
ganda.
Langkah-langkah dalam operasional metoda RAS dinyatakan sebagai berikut:
Langkah ke-1
......................... (3.68)
Langkah ke-2
95
....................... (3.69)
....... sampai dengan langkah ke-t
Langkah ke-t
......... (3.70)
Proses ini dilakukan sampai dengan diperoleh iterasi yang konvergen. Langkah-
langkah ini dapat diringkas sebagai berikut:
, untuk rank nilai ganjil, ........ (3.71)
, untuk rank nilai genap, ......... (3.72)
dengan dan
; untuk rank nilai ganjil, ........................ (3.73)
; untuk rank nilai genap, ........................... (3.74)
Ketika ada suatu solusi, metoda RAS mempunyai keunggulan karena aplikasinya
sederhana. Tetapi, kesederhanaan ini memiliki banyak kelemahan, yakni:
(1) memiliki fondasi ekonomi yang lemah; (2) tidak mampu mengakomodasi
sumber-sumber data lainnya selain total baris dan kolom. Disebabkan oleh
kelemahan tersebut, maka banyak peneliti yang menggunakan metoda Cross-
Entropy untuk updating dan balancing SAM. Namun demikian, metoda RAS
banyak digunakan oleh peneliti untuk updating dan balancing Tabel Input-Output.
96
Metoda Cross-Entropy merupakan perluasan dari metoda RAS, dimana
metoda Cross-Entropy lebih fleksibel dan unggul untuk mengestimasi SAM
ketika data scattered (tersebar) dan tidak konsisten. Sementara itu metoda RAS
mengasumsikan bahwa estimasi dimulai dari suatu SAM terdahulu yang konsisten
dan hanya mengetahui tentang total baris dan kolom. Kerangka Cross-Entropy
mengacu pada rentang informasi terdahulu yang lebih luas untuk digunakan
secara efisien dalam estimasi (Robinson et al., 1998).
Ada dua pendekatan yang digunakan dalam penerapan model Cross-
Entropy, yaitu pendekatan deterministik dan pendekatan stokastik. Pendekatan
deterministik digunakan apabila terdapat ketergantungan yang bersifat fungsional
antara satu peubah dengan peubah lainnya. Sedangkan pendekatan stokastik
digunakan apabila terdapat ketergantungan yang bersifat random antara satu
peubah dengan peubah lainnya (Robinson et al., 1998; Robinson dan El-Said,
2000).
Penelitian ini menggunakan metoda Cross-Entropy dengan pendekatan
deterministik, sebab estimasi SAM hanya dilakukan pada tahun tertentu, serta
ketergantungan antar sektor yang akan didisagregasi bersifat fungsional. Langkah
pertama dari metoda Cross-Entropy dengan pendekatan deterministik adalah
mendefinisikan matriks T sebagai suatu matriks transaksi SAM, dimana tij adalah
aliran pengeluaran dari neraca kolom j ke neraca baris i yang memenuhi kondisi:
………................................................................... (3.75)
Pada suatu SAM, setiap jumlah baris ( ) harus sama dengan jumlah kolom
( ), dimana koefisien matriks A dapat dibentuk dari setiap sel pada matriks T
97
dibagi dengan jumlah kolomnya. Secara matematis hal ini dirumuskan sebagai
berikut:
.............................................................................................. (3.76)
Kullback dan Leibler (1951) mengaplikasikan ukuran jarak cross-entropy
antara dua distribusi probabilitas dalam mengestimasi SAM. Hal ini dilakukan
untuk memperoleh satu set koefisien matriks yang baru (A) dengan cara
meminimumkan jarak cross-entropy antara koefisien matriks yang baru dengan
koefisien matriks sebelumnya . Secara matematis dapat dirumuskan sebagai
berikut:
...............................................
(3.77)
Dengan kendala:
……………………………………………………. (3.78)
..........................................………........ (3.79)
3.6. Aplikasi Model SAM Interregional
3.6.1. Konstruksi Model
Sebagaimana telah diungkapkan pada Bab terdahulu bahwa studi ini akan
menggunakan Model SAM-Interregional Jawa-Sumatera (SAMIJASUM) tahun
2002. Model ini menggunakan data sekunder yang bersumber dari Badan Pusat
Statistik. Data utamanya adalah : Tabel Input-Output Interregional Sumatera dan
98
Jawa tahun 2000 yang terdiri atas 30 sektor, Survey Sosial Ekonomi Nasional
(SUSENAS) tahun 2002, Survey Angkatan Kerja Nasional (SAKERNAS) tahun
2002, dan Data Indikator Ekonomi Indonesia 2002.
Konstruksi model SAMIJASUM tahun 2002, dilakukan dalam dua tahap.
Tahap Pertama adalah menentukan klasifikasi SAMIJASUM tahun 2002.
Klasisfikasi dimaksud adalah menetapkan unsur-unsur yang diperlukan pada
setiap blok neraca, baik untuk region Jawa maupun region Sumatera.
Pada bagian terdahulu telah diungkapkan bahwa Tabel SAM terdiri atas empat
blok neraca, yakni: tiga blok neraca endogen dan satu blok neraca eksogen.
Neraca endogen terdiri atas : blok faktor produksi, blok institusi, dan blok sektor
produksi. Dalam model SAMIJASUM 2002 blok neraca faktor produksi terdiri
atas dua tipe neraca. Blok neraca institusi sebanyak delapan tipe neraca yang
terdiri atas enam tipe rumahtangga, satu neraca perusahaan, dan satu neraca
pemerintah. Sedangkan blok neraca sektor produksi terdiri atas 17 sektor. Ini
berarti blok neraca endogen terdiri atas 27 tipe neraca. Sedangkan blok neraca
eksogen terdiri atas lima tipe neraca (Tabel 5.). Jumlah seluruh neraca dalam
klasifikasi SAMIJASUM tahun 2002 adalah 59 {(27 x 2) + 5}. Ini berarti bahwa
model SAMIJASUM tahun 2002 merupakan model matriks 59 x 59. Tahap
Kedua adalah tahap konstruksi model SAMIJASUM tahun 2002. Pada tahap ini
dilakukan dalam beberapa langkah. Pertama, melakukan agregasi dan updating
atas Tabel Input-Output Interregional Sumatera dan Jawa Tahun2000. Perlu
diketahui bahwa Tabel Input-Output Interregional Sumatera dan Jawa Tahun 2000
Tabel 5. Klasifikasi SAMIJASUM, Tahun 2002
Neraca KeteranganFaktor 1 Tenagakerja
99
Produksi 2 Kapital
Institusi
345678
Rumahtangga Buruh TaniRumahtangga Pengusaha TaniRumahtangga Pengusaha Golongan Rendah di DesaRumahtangga Pengusaha Golongan Atas di DesaRumahtangga Pengusaha Golongan Rendah di KotaRumahtangga Pengusaha Golongan Atas di Kota
9 Perusahaan10 Pemerintah
SektorProduksi
1112131415161718192021222324252627
Tanaman Pangan dan Tanaman LainnyaPeternakanKehutanan dan PerburuanPerikananPertambangan dan PenggalianIndustri Makanan, Minuman, dan TembakauIndustri Pemintalan, Tekstil, dan KulitIndustri Kayu dan Barang-Barang dari KayuIndustri Kertas, Perctk, Alat Angk, Brg dr Logam, dan Ind. LnIndustri Kimia, Pupuk, Hsl dr T.liat dan Semen, dan Ind. L. DsListrik, Gas, dan AirKonstruksiPerdagangan, Restoran dan Hotel Transportasi dan KomunikasiKeuangan dan PerbankanJasa PemerintahJasa-jasa lainnya
Neraca Eksogen
2829303132
Neraca KapitalPajak tidak LangsungSubsidiThe Rest of IndonesiaThe Rest of World
yang dikonstruksi oleh Badan Pusat Statistik terdiri atas 30 sektor dan tiga region,
yakni : Sumatera, Jawa, dan rest of the Indonesia. Tabel ini diagregasi menjadi
matriks 34 x 34 untuk Sumatera dan Jawa, sedangkan untuk rest of the Indonesia
100
menjadi matriks 34 x 1. Selanjutnya, dilakukan updating dengan terlebih dahulu
menghitung data total output tahun 2002, final demand tahun 2002, dan total input
primer tahun 2002, kemudian menggunakan metoda RAS dengan program
Phyton. Proses ini menghasilkan Tabel Input-Output Interregional Sumatera dan
Jawa tahun 2002 yang terdiri atas 17 sektor.
Langkah Kedua dari tahap konstruksi adalah mengisi sel-sel (neraca
transaksi) SAMIJASUM tahun 2002. Dalam hal ini Tabel Input-Output
Interregional hasil updating dimasukkan ke dalam Table SAMIJASUM pada sel-
sel transaksi pada blok neraca sektor produksi, baik intra region maupun
interregional. Untuk mengisi sel-sel blok neraca lainnya digunakan data Susenas,
Sakernas, Indikator Ekonomi, final demand, input primer, dan total output. Data-
data ini digunakan untuk menghitung nilai komponen masing-masing neraca
transaksi dengan bantuan program Microsoft Excel dan SAS versi 6.12. Setelah
itu dimasukkan kedalam Tabel SAMIJASUM Tahun 2002. Selanjutnya,
memindahkan rest of the Indonesia ke dalam blok neraca eksogen, kemudian
dilakukan balancing dengan metoda Cross Entropy dengan menggunakan
program GAMS.
Langkah Ketiga adalah proses pengolahan untuk mendapatkan multiplier
output, nilai tambah, keterkaitan, dan dekomposisi. Proses ini menggunakan
Program MAT.
3.6.2. Metoda Analisis
Analisis yang dilakukan dalam studi ini dibagi dalam tiga bagian. Pertama,
dengan menggunakan nilai riil (nominal) dari model SAMIJASUM TAHUN
101
2002, di lakukan analisis terhadap struktur ekonomi intra region dan interegional,
serta struktur pengeluaran rumahtangga dan sumber pendapatan rumahtangga
berbagai golongan, baik intra region maupun interregional. Kedua, menganalisis
pertumbuhan ekonomi sektoral intra region dan distribusi pendapatan institusi
pada masing-masing wilayah. Ketiga, menganalisis dampak perubahan ekonomi
suatu wilayah terhadap wilayah lain (spillover effect) dan terhadap perekonomian
wilayah itu sendiri (self-generate effect), yang muaranya adalah menemuka pola
ketergantungan ekonomi antara Jawa dan Sumatera; sekaligus menentukan
sumber terjadinya kesenjangan ekonomi antara ke dua region.
3.6.2.1. Analisis Struktur Ekonomi Sektoral dan Struktur Pengeluaran Rumahtangga
Untuk mengetahui struktur ekonomi intra Jawa dan Sumatera, serta
interregional dianalisis melalui struktur PDRB. Hal ini dilakukan dengan cara
meng-ekstrak nilai-nilai riil yang ada dalam model SAMIJASUM Tahun 2002
menurut sektor dan region. Nilai-nilai yang diekstrak adalah nilai-nilai dari sisi
kolom (sisi pengeluaran). Selanjutnya dihitung share setiap sektor terhadap
PDRB, baik intra region maupun interregional, yang dikelompokkan ke dalam
bentuk tabel PDRB intra dan interregional. Cara yang sama juga dilakukan untuk
mendapatkan tabel struktur pengeluaran rumahtangga dan sumber pendapatan.
Struktur pengeluaran rumahtangga diambil dari sisi kolom, sedangkan sumber
pendapatan rumahtangga diambil dari sisi baris. PDRB diambil dari sisi kolom
yang berarti struktur PDRB yang akan dianalisis adalah PDRB dari sisi
pengeluaran, baik intra region maupun interregional.
3.6.2.2. Analisis Keterkaitan Antarsektor
102
Analisis keterkaitan (ke belakang dan ke depan) intra region dilakukan
dengan cara membandingkan koefisien keterkaitan berbagai sektor produksi untuk
mengetahui sektor mana yang memberikan eksternalitas positif terbesar. Di
samping itu, juga membandingkan koefiesien keterkaitan ke belakang dengan
koefisien keterkaitan ke depan suatu sektor tertentu untuk mengetahui posisi
sektor tersebut, apakah cenderung ke posisi hulu ataukah ke posisi hilir.
Analisis keterkaitan interregional dilakukan dengan cara membandingkan
koefisien keterkaitan (ke belakang dan ke depan) antarwilayah untuk mengetahui
wilayah mana yang memiliki tingkat ketergantungan yang tinggi atas input yang
berasal dari wilayah lain. Selain itu, juga untuk mengetahui tingkat
ketergantungan input pada sektor mana yang terbesar.
3.6.2.3. Analisis Multiplier Output
Analisis pertumbuhan ekonomi regional dilakukan melalui multiplier output
dan multiplier nilai tambah menurut sektor. Multiplier output intra region
menggambarkan peningkatan pendapatan region tersebut, baik secara sektoral
maupun agregat. Mulitiplier output interregional merupakan spillover effect yang
diterima suatu region karena adanya injeksi neraca eksogen pada region lain.
Spillover effect yang diterima oleh suatu region pada dasarnya merupakan
konpensasi atas ekspor region tersebut ke region lain. Dengan demikian spillover
effect menggambarkan aktivitas ekspor dan impor antara ke dua region.
3.6.2.3. Analisis Distribusi Pendapatan
Analisis distribusi pendapatan antara berbagai kelompok rumahtangga
dilakukan dengan cara membandingkan multiplier pendapatan. Cara ini dapat
dilakukan untuk mengamati distribusi pendapatan pada satu region pada suatu
103
waktu tertentu, kecuali bila angka multipliernya sama-sama satuan atau sama-
sama puluhan. Artinya angka dari besaran multiplier pendapatan berbagai
golongan rumahtangga di suatu wilayah terdiri atas angka satuan dan wilayah
lainnya dengan angka puluhan maka cara tersebut di atas tidak bias digunakan.
Untuk mengatasi kelemahan dari cara di atas, studi ini menggunakan cara kedua,
yakni: membandingkan rasio multiplier pendapatan (income multiplier ratio).
Cara yang disebutkan terakhir ini dilakukan dalam beberapa tahap: pertama,
menentukan koefisen multiplier pendapatan mana yang menjadi angka penyebut
(pembagi). Pilihan hanya di antara koefisien multiplier pendapatan yang terbesar
atau yang terkecil. Apabila koefisien multiplier terbesar yang dipilih maka rasio
patokan (rasio sama dengan satu) merupakan angka tertinggi. Jika koefisien
multiplier yang terkecil yang dipilih maka rasio patokan (rasio sama dengan satu)
merupakan angka terendah. Dengan demikian ada dua jenis patokan, yang
dinamakan: basis rasio tertinggi (rasio sama dengan satu adalah tertinggi) dan
basis rasio terrendah (rasio sama dengan satu adalah yang terrendah). Kedua,
menghitung rasio multiplier pendapatan semua golongan rumahtangga. Ketiga,
mengelompokkan golongan rumahtangga yang distribusi kenaikan pendapatannya
merata, konvergen, dan divergen. Kriteria yang digunakan untuk basis rasio
terkecil adalah : (1) antara satu sampai dengan 1.01 berarti distribusi pendapatan
merata, (2) antara 1.02 sampai dengan 1.39 berarti distribusi pendapatan
konvergen, dan (3) lebih besar dari 1.39 berarti distribusi pendapatan divergen.
3.6.2.4. Analisis Dekomposisi
Analisis dekomposisi diarahkan untuk mengetahui dua hal, yakni : (1)
mengetahui pola ketergantungan ekonomi antara Jawa dan Sumatera melalui total
104
spillover effect, dan (2). mengetahui dampak eksternalitas terhadap pendapatan
interregional, baik pendapatan faktorial maupun pendapatan institusional.
Dengan kata lain yang akan ditelaah adalah : interaksi ekonomi antara Jawa
dan Sumatera akan menguntungkan ke dua region secara berimbang ataukah lebih
menguntung suatu region daripada lainnya. Untuk keperluan ini, hasil olahan
SAMIJASUM Tahun 2002 yang akan dikaji adalah koefisien keterkaitan sektoral
interregional dan multiplier sektoral interregional, baik multiplier output maupun
multiplier pendapatan institusi. Melalui kajian multipalier akan dapat diketahui
besarnya spillover effect dan multiplier yang dihasilkan sendiri di dalam region
yang diinjeksi (self-influence).
3.6.2.5. Analisis Simulasi
Analisis simulasi dilakukan dengan maksud untuk : (1) melihat sensitifitas
perekonomian suatu wilayah terhadap perubahan ekonomi wilayah lain,
(2) menelusuri struktur ekonomi interregional, dan (3) menemukan alternatif
kebijakan pembangunan ekonomi regional yang bermuara pada pemerataan
pendapatan regional dan pendapatan rumahtangga interregional.
Dalam simulasi, yang di-shock adalah blok neraca sektor (aktivitas)
produksi dan blok neraca institusi. Pada blok neraca sektor produksi, yang di-
shock adalah output sektor-sektor produksi dan pada blok neraca institusi adalah
pendapatan rumahtangga yang berpenghasilan rendah. Kenaikan output sektor-
sektor produksi dapat bersumber dari kenaikan permintaan dari region lain
(ekspor) atau meningkatnya investasi. Model SAMIJASUM 2002 tidak dapat
menunjuk sumber-sumber kenaikan output tersebut secara spesifik, oleh karena
itu di dalam setiap skenario disebut stimulus ekonomi. Dengan demikian, stimulus
ekonomi yang diberikan kepada sektor produksi mempunyai makna bahwa:
105
kenaikan output sektor produksi yang berasal dari luar sistem tanpa menyebutkan
sumber kenaikan secara spesifik.
Untuk menelusuri struktur ekonomi interregional Jawa dan Sumatera
dibangun tiga skenario sebagai berikut :
Skenario Satu : stimulus ekonomi diberikan kepada setiap sektor dalam
kelompok sektor primer masing-masing sebesar 10 miliar rupiah baik di
Sumatera maupun di Jawa.
Skenario Dua : stimulus ekonomi diberikan kepada setiap sektor dalam
kelompok sektor industri masing-masing sebesar 10 miliar rupiah baik di
Sumatera maupun di Jawa.
Skenario Tiga : stimulus ekonomi diberikan kepada setiap sektor dalam
kelompok sektor jasa masing-masing sebesar 10 miliar rupiah (kecuali sektor
listrik, gas dan air, dan sektor konstruksi) baik di Sumatera maupun di Jawa.
Berkaitan dengan ini, metoda yang digunakan adalah membuat urutan
(ranking) pada setiap skenario berdasarkan total dampak tidak langsung setiap
kelompok sektor pada masing-masing region. Kelompok sektor yang total dampak
tidak langsungnya paling besar merupakan kelompok sektor yang dominan.
Selanjutnya, untuk memperoleh alternatif kebijakan pembangunan ekonomi
yang berorientasi pada pertumbuhan dan pemerataan ekonomi interregional
dibangun enam skenario sebagai berikut :
Skenario Empat : stimulus ekonomi diberikan kepada setiap sektor dalam
kelompok sektor primer masing-masing sebesar 10 miliar rupiah di Jawa.
Skenario Lima : stimulus ekonomi diberikan kepada setiap sektor dalam
kelompok sektor primer masing-masing sebesar 10 miliar rupiah di Sumatera.
Skenario Enam : stimulus ekonomi diberikan kepada setiap sektor dalam
kelompok sektor industri masing-masing sebesar 10 miliar rupiah di Jawa.
106
Skenario Tujuh : stimulus ekonomi diberikan kepada setiap sektor dalam
kelompok sektor industri masing-masing sebesar 10 miliar rupiah di Sumatera.
Skenario Delapan : stimulus ekonomi diberikan kepada setiap sektor dalam
kelompok sektor jasa masing-masing sebesar 10 miliar rupiah (kecuali sektor
listrik, gas dan air, dan sektor konstruksi) di Jawa.
Skenario Sembilan : stimulus ekonomi diberikan kepada setiap sektor dalam
kelompok sektor jasa masing-masing sebesar 10 miliar rupiah (kecuali sektor
listrik, gas dan air, dan sektor konstruksi) di Sumatera.
Alternatif kebijakan yang dipilih adalah skenario yang memberikan dampak
kenaikan output yang tinggi sekaligus distribusi pendapatan interregional yang
lebih berimbang.
Kebijakan pemerintah pusat untuk menanggulangi ketimpangan pendapatan
di Indonesia, cenderung berpijak pada pola distribusi pendapatan personal
(rumahtangga). Pola distribusi ini dalam jangka pendek dapat mengurangi
kesenjangan pendapatan antarkelompok rumahtangga. Namun, apakah
berkurangnya kesenjangan pendapatan tersebut dapat berlanjut dan
berkesinambungan dalam jangka panjang? Bagaimana dampaknya terhadap
distribusi pendapatan interregional? Hingga saat ini belum ditemukan suatu studi
yang menjelaskan dampak yang ditimbulkan oleh kebijakan tersebut terhadap
distribusi pendapatan interregional. Skenario berikut ini hendak mengamati
permasalahan tersebut.
Skenario Sepuluh : stimulus ekonomi diberikan kepada kelompok
rumahtangga buruh tani, rumahtangga golongan rendah desa, dan
rumahtangga golongan rendah kota di Jawa masing masing sebesar 10 miliar
rupiah.
107
Skenario Sebelas : stimulus ekonomi diberikan kepada kelompok
rumahtangga buruh tani, rumahtangga golongan rendah desa, dan
rumahtangga golongan rendah kota di Sumatera masing masing sebesar 10
miliar rupiah.
108