Download - Hypno Parenting

Transcript

BAGIAN PERTAMA

KONSEP DASAR HYPNOPARENTING

ANAK-ANAK LUAR BIASA YANG BERKEMBANG MENJADI ANAK BIASA

Lho, judulbuku ini bukannya Jalan pintas mencetak anak biasa menjadi luar biasa, kenapa kok di awali dengan sub bahasan anak-anak luar biasa yang berkembang menjadi biasa. Betul arahan buku ini nantinya kita akan mencarikan suatu jalan pintas mebuat anak yang sudah terlanjur biasa, kembali menjadi luar biasa, tetapi sebelumnya mari kita lihat suatu fenomena bahwa sebenarnya anak-anak kita adalah anak yang luar biasa, namun lambat laun dengan berkembangnya usia anak maka kehebatan itu mulai terkikis sedikit demi sedikit.

Manusi adilahirkan dengan perasaan mampu segalanya. Perasaan mampu itu ditunjukkan dengan keberanian melakukan sesuatu. Perhatikan tingkah laku bayi berusia 8-9 bulan ke atas ketika ia baru mulai duduk dan mencoba untuk menirukan orang-orang dewasa disekitarnya. Dia akan mengeksplorasi dunianya dengan penuh keberanian walaupun tubuhnya belum siap untuk itu. Karena di kepalanya ia belum memiliki konsep bahwa ia tidak mampu.

Dia akan terus bersemangat mencoba melakukan segala hal baru denga antusias dan tekun. Bahkan semua dihadapidengan totalitas, penuh semangat, tawa dan airmata. Namun keberaniannya lambat laun mulai memudar seirama dengan pesan-pesan ketidakmampuan yang diterima dari lingkungannya. Sang bayi hampir setiap hari mulai dikenalkan kata-kata jangan, tidak boleh atau tidak biasa. Bahkan biasanya dalam satu hari anak mendapatkan 40 kata jangan atau tidak untuk mengiringi 1 kata YA. Disinilah kemudian sang bayi mulai meragukan potensi dirinya.

Coba kit perhatikan Firman Allah dalam surat At Tiin ayat 4 yang artinya Sesungguhnya telah Kami Ciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya. Jadi di sini jelas bahwa manusia secara potensi adalah baik, namun ayat ini juga yang secara tidak sadar sering disngsikan. Kalau sudah baik kenapa anakku tidak sepintar si A, si B atau si C, dan beberapa penyesalan akan potensi diri anak yang kurang maksimal. Penyangkalan ini bermula dari perkembangan anak yang tidak sesuai dengan yang diharapkan orang tua, walaupun sebenarnya itu semua adalah produk dari orang tua.

Jika semua punya potensi yang sama, apa yang sebetulnya membedakan antara orang satu dengan lainnya?

Untuk mempermudah menjelaskannya saya ajak Anda untuk membayangkan analogi diri kita sebagai seperangkat komputer atau lebih tepatnya komputer hayati. Kenapa harus komputer, yah karena saya melihat penjelasan ini akan lebih mudah, sebab saya juga yakin saati ini semua orang sudah pernah mengenal komputer sehingga akan lebih familiar.

Saat kita dilahirkan, secara hardware atau perangkat keras yang kita miliki kurang lebih sama. Hardware komputer hayati adalah otak. Kita semua tahu bahwa setiapbayi yang terlahir, memiliki 1 trilliun (1.000.000.000.000) neuron yang menyusun otak, sekitar 100 milyar sel otak aktif dan 900 milyar sel otak pendukung. Dan Tuhan Maha Adil dan Maha Penyayang. Semua anak manusia dibekali dengan jumlah sel otak yang sama. Tidak ada diskon dan tidak ada bonus. Jadi hardware komputer hayati adalah otak kita.

Sebagai perbandingan, seekor lebah yang bisa membangun dan mempertahankan sarang madu, memperhitungkan jarak, mengumpulkan cairan bunga, menghasilkan madu, punya pasangan, memberikan perhatian kepada anaknya dan berkomunikasi dengan lebah lain hanya punya 7.000 neuron. Hal ini mengindikasikan bahwa kita punya kekuatan otak yang sangat besar. Sesungguhnya kita punya banyak neuron, kalaupun Anda punya beberapa juta lebih sedikit daripada orang lain, itu tidak akan membuat perbedaan sama sekali.

Oke, kita sudah ketahui bahwa hardware manusia cenderung sama. Yang membuat perbedaan hanyalah installasi program atau software yang ditanamkan dalam komputer. Dalam komputer hayati software-nya adalah pikiran dan perasaan. Semua program dalam komputer hayati tersimpan dalam hardisk yaitu gudang informasi bawah sadar, disinilah tempat rekaman informasi yang pernah dialami manusia.

Anda tidak perlu khawatir, sebab kita dibekalidengan hardisk yang sangat besar kapasitasnya. Majalah Scientific American, edisi November 2005, memuat satu artikel mengenai hasil penelitian terkinimengenai kapasitas otak dalam menyimpan informasi. Untuk bisa mengisi penuh hardisk otak maka kita harus belajar satu hal baru setiap detik selama 30 juta tahun. Benar, Anda tidak salah baca, selama 30 juta tahun.

Samapai disini kita akan mengetahui bahwa, dengan hardware dan kapasitas hardisk yang sama, tentunya tinggal program apa yang kita install dalam diri kita. Kecanggihan software yang terpasang sangat menentukan prestasi yang dicapai seseorang. Ibaratnya, jika kita menggunakan program WS release 7.0 (Word Star) dan MS Word 2010, hasilnya pastinya akan berbeda. Mengapa? Karena Ms Word jauh lebih canggih dari pada WS.

Semestinya kita harus rajin melakukan upgrade terhadap software hayati yang kita miliki dengan yang lebih baik dan lebih canggih. Namun kenyataanya kita lebih suka dengan software lama yang sudah kompatibel dengan diri kita, bahkan yang lebih parah lagi kita tidak melengkapi software kita dengan program anti virus. Padahal jika ada satu virus saja dalam software akan membuat kerjanya semakin lambat dan mudah hang. Program apapun akan berusaha untuk disabotase agar tidak berjalan maksimal.

Suatu hal yang menyedihkan kita lebih suka melakukan install program yang negatif kepada anak-anak kita. Mana mungkin saya melakukan install program negatif kepada anak saya, saya selalu melakukan program positif. Oke, Anda dapat tarik nafas sejenak tahan dan lepaskan baik kalau sudah rileks mari kita bermain-main sejenak.

Kita memang ingin anak kita sukses, anak kita pintar, namun kadangkita salah dalam memberikan spontan reware, yang akhirnya membentuk satu program dalam diri anak kita. Baik Anda dapat dengan jujur menjawab pertanyaan ini. Oke, dibandingkan orang sukses dan tidak sukses mana yang lebih banyak. Baik, jika jawaban Anda adalah orang yang tidak sukses lebih banyak, ini adalah jawaban umum yang saya dengar dari beberapa peserta pelatihan parenting pada umumnya.

Lalu mengapa bisa demikian? Anda tidak perlu penasaran. Dalam beberapa pelatihan maupun kegiatan parenting saya biasanya memberikan suatu pertanyaan susulan agar Anda tidak penasaran dan pertanyaan itu saat ini saya berikan kepada Anda untuk dijawab dengan baik. Pertanyaannya sangat sederhana, di bawah ini ada gambar kotak, tugas Anda hanya menentukan kotak mana yang paling besar. Oke, tentukan pilihan Anda sekarang !

Oke, kotak mana yang Anda pilih? Anda yakin dengan jawaban itu? Baik semua orang ternyata setuju bahwa kotak yang paling besar adalah kotak B. Seberapa besar keyakinan Anda? Baik jika Anda juga menetapkan 100%. Pertanyaan berikutnya adalah di bawah ini ada gambar kotak, tugas Anda hanya menentukan kotak mana yang paling besar. Oke, tentukan pilihan Anda sekarang !

Oke, kotak mana yang Anda pilih? Anda yakin dengan jawaban itu? Sekali lagi, jika jawaban Anda adalah C, Anda memiliki jawaban yang sama dengan orang pada umumnya. Kenapa Ana sekarang memilih C padahal semua memilih B bahkan dengan kyakinan 100%? Apakah Anda juga akan protes seperti peserta workshop atau seminar parenting dan mengatakan tadi tidak ada C dan opsinya hanya 2. Baiklah Anda masih punya satu pertanyaan yang harus dijawab untuk pertanyaan terakhir ini renungkan dengan baik jawaban Anda. Tugas Anda sama yaitu hanya menentukan kotak mana yang paling besar. Oke, tentukan pilihan Anda sekarang !

Oke, kotak mana yang Anda pilih? Apakah Anda juga sudah mulai ragu dengan jawaban Anda dan juga sudah mulai protes karena belum Anda kotak yang lain, untuk sementara saatini jawabannya adalah D, tapi jangan-jangan nanti ada kotak lain yang lebih besar. Benar, berarti Anda sudah mulai paham dengan apa yang akan saya maksud dengan kesalahan spontan reward yang selalu kita dapatkan dari orang tua, guru maupun lingkungan.

Spontan reware merupakan respon spontan yang kita berikan kepada anak-anak saat dia mampu melakukan sesuatu. Anak-anak senantiasa dibandingkan dengan objek di luar dirinya dan biasanya yang lebih baik dari keadaan anak. Mari kita tilik perjalanan hidup kita kebelakang, saat kita kecil dan belum bisa membaca, maka orang sekitar kita mengatakan lihat itu si A sudah lancar membaca. Maka saat itu kita berusaha untuk bisa membaca. Saat kita sudah berupaya secara maksimal dan elah mampu membaca, apakah upaya tersebut mendapatkan pengakuan?

Oh ternyata tidak, saat kita bisa membaca, maka yang dilihat adalah si B yang sudah bisa matematika. Kita sudah tidak istimewa lagi karena bisa membaca sebab ada si B yang bisa matematika, tetapi karena saat kecil kita benar-benar seorang pejuang sejati, maka ketinggalan tersebut berusaha untuk segera di atasi dan berhasil. BERHASIL? APAKAH BERHASIL? Menurut kita saat itu sudah berhasil, tapi spontan reward yang kita peroleh apa? Lihat si C bahasa Inggrisnya sudah lancar, si D baru kerja 2 tahun sudah bisa beli rumah dan bla bla bla sekian banyak pembanding yang tadinya belum muncul akan senantiasa muncul saat kesuksesan diperoleh. Akhirnya kita melihat bahwa sukses itu sulit, pintar itu sulit semua serba sulit, dan itulah program yang telah terinstall dalam diri kita maupun anak-anak kita.

Tanpa sadar kita telah membuat program gagal dalam diri anak-anak. Lho tapi semua itu saya lakukan untuk memotivasi anak saya agar berhasil, mungkin Anda juga akan melakukan pembelaan yang sama. Saat pertama, anak mungkin termotivasi, namun setelah sekian lama mencoba dan berhasil tetapi tetap gagal karena dihadapkan pembanding baru. Anak mulai berpikir iya betul juga mama (papa, atau siapapun figur otoritas yang mengucapkan) aku memang anak yang .

Saat anak sudah membuat pencitraan pada dirinya, maka program itu sudah terinstall secara sempurna. Aku memang anak yang Pencitraan anak tidak berjalan begitu saja, tetapi biasanya karena proses pengulangan, adanya pelabelan dengan intensitas emosi yang tinggi dari figur otoritas ataupun dari proses modeling pada kelompok yang diidentifikasi. Jika yang terinstall adalah program negatif, maka potensi anak tidak akan berkembang secara optimal.

Suatu program yang salah akan senantiasa meyabotase usaha seseorang untuk sukses, program inilah yang kemudaian membuat penjara mental dan membuat perlindungan yang sangat nyaman agar kita tidak usah berubah dengan sejuta alasan. Saat ada kesempatan untuk sukses, yang SMA bilang, bagaimana bisa sukses dia kan Sarjana, yang sarjana juga bilang bagaimana saya bisa berhasil, dia kan Pascasarjana. Yang pascasarjana juga tidak percaya diri dan bilang dia kan Doktor, yang doktor bilang dia kan Doktor Lulusan Luar Negeri pembanding-pembanding itu senantiasa muncul saat seseorang akan melangkah, sebab memang seperti itu program yang sudah terlanjur terinstall.

Sebelum saya bahas cara mengatasinya. Jika Anda tidak keberatan saya akan memperkenalkan dengan guru kehidupan saya yang sangat konsisten. Guru kehidupan saya tersebut adalah tukang jahit. Benar Anda tidak salah membaca dia adalah tukang jahit. Anda tentunya bertanya-tanya apa istimewanya tukang jahit sehingga harus jadi guru kehidupan buat saya dan Anda jika berkenan. Hal ini saya tuliskan bukan karena ibu saya dulunya seorang tukang jahit dan kakak saya saat ini jug amenjalani profesi tersebut.

Baik inilah keistimewaan tukang jahit yang perlu kita teladani. Tukang jahit adalah orang yang paling konsisten dalam melihat perubahan seseorang dan tukang jahit adalah orang yang tidak percaya dengan data yang lama. Anda tentunya pernah datang ke tukang jahit untuk membuat baju, celana, kebaya dan lain sebagainya. Jika Anda punya langganan tukang jahit, apa yang dilakukan tukang jahit sebelum membuat baju Anda? Dia selalu menanyakan desainnya seperti apa, kemudian selalu mengukur ulang diri kita.

Hanya itu saja, tidakada istimewa? Anda salah jika mengatakan itu hal yang biasa, itu justru hal yang sangat luar biasa. Penjahit tidak pernah membuat pembanding dengan orang lain, maksudnya saat saya sedang dijahitkan baju, ukuran yang dipakai ya badan saya saat ini, bukan badan Anda atau ukuran kakak, teman atau saudara yang lain. Nah bagaimana jika kebiasaan ini kita terapkan untuk menjawab pertanyaan kotak-kotak di atas. Artinya bahwa kita membuat perbandingan dengan diri kita sendiri.

Biar tidak membingungkan, saya buat sebuah ilustrasi yang paling sering kita hadapi dalam kehidupan ini dan contoh yang paling mudah adalah pada anak-anak. Saat anak-anak baru bisa membaca maka yang dibuat pembanding adalah kemampuannya sebelum bisa membaca Pinter sekarang kamu sudah bisa membaca, tidak terasa usaha keras kamu telah berhasil. Kamu harus bangga, sebab kemarin kan masih belum lancar. Dan saat anak telah bisa matematika spontan reward yang diberikan juga harus spesifik Pinter sekarang kamu sudah lancar berhitungnya, kamu harus bangga karena kemarin baru bisa membaca.

Apa efek yang dirasakan oleh anak? Pertama, anak merasa bangga dengan dirinya dan merasa bahwa dirinya mampu mengatasi permasalahannya, bahkan kepercayaan diri anak inilah yang akan membuat Operating System komputer hayati anak selalu ter-upgrade dengan versi terbaru. Kepercayaan diri anak akan membentuk konsep diri, dan konsep diri anak merupakan pondasi awal bagi kesuksesan anak-anak.

Manfaat kedua Anda telah membiasakan memasukkan program positif kepada anak-anak, Anda telah mebuat suatu anchor (jangkar) yang sangat penting dalam kehidupannya. Suatu anchor yang akan memandu kehidupan di masa depan bahwa sukses itu sebenarnya mudah. Pengalaman sukses ini sangat penting sebab sukses-sukses berikutnya hanya tinggal memperlebar bidang sukses yang pernah diraih. Untuk pembahasan anchor akan diuraikan pada bagian lain buku ini.

Baik setelah kita bermain sejenak, saatny kita ukur potensi anak Anda. Lakukan dengan penuh kejujuran sebab ini untuk masa depan anak Anda tercinta. Ingat untuk mengerjakan ini semua Anda hanya diberi waktu tidak lebih dari 10 menit. Anda boleh memulai dari mana terlebih dahulu. Ingat kelebihan dan kekurangan yang ada bukan secara fisik.

Apa kelebihan anak Anda ?Apa kekurangan anak Anda?

1.1.

2.2.

3.3.

4.4.

5.5.

6.6.

7.7.

8.8.

9.9.

10.10.

Baik, Anda sudah mencurahkan seluruh kemampuan untuk mendeteksi potensi yang ada dalam diri anak Anda. Pertanyaannya sekarang adalah :

Apakah dalam waktu tersebut cukup untuk menuliskan seluruhnya?

Mana yang lebih mudah Anda isikan kelebihan atau kekurangannya?

Mana yang lebih banyak Anda isikan kelebihan atau kekurangannya?

Apakah Anda menyelesaikan kelebihannya dulu baru berpindah pada kekurangannya ataukah justru Anda mengerjakan kekurangannya atau dengan cara bergantian?

Jawaban yang Anda buat atas pertanyaan di atas, menghantarkan Anda pada program yang sering Anda install dalam diri anak-anak. Jika waktu yang diberikan tidak cukup berarti Anda masih belum mengenal sepenuhnya anak Anda. Jika Anda lebih mudah membuat yang negatif maka Anda lebih suka menanamkan konsep diri yang negatif kepada anak-anak. Dan jika mampu menyelesaikan kelebihannya dulu secara tuntas. Saya sangat salut pada Anda, sebab sebagian besar orang tua biasanya hanya mampu menuliskan kelebihan anaknya sebanyak lima buah dengan sepuluh kekurangan.

Kembali ke pokok bahasan bahwa orang tua lebih banyak melakukan installasi program negatif pada anaknya. Program negatif yang sudah terlanjur jadi seperti suka membantah, sulit makan, penakut, kurang percaya diri akan senantiasa dibawa anak sampai dengan sengaja benar-benar diperbaiki.

Diperbaiki? Yah benar ini adalah kabar baiknya bahwa program yang sudah terlanjur tertanam di pikiran bawah sadar anak masih bisa diperbaiki. Karena program-program salah tersebut berada di pikiran bawah sadar. Menurut Charles Tebbets, ada lima cara untuk bisa melewati filter informasi masuk ke dalam pikiran bawah sadar. Memahami hal ini akan membantu tugas-tugas kita sebagai orang tua dan guru :

1. Pengulangan/repetisi

Segala sesuatu yang dilakukan secara konsisten atau berulang akhirnya akan masuk ke pikiran bawah sadar dan menjadi kebiasaan. Contohnya seorang anak yang selalu dikatakan bodoh atau tidak bisa atau selalu tidak teliti oleh orang di sekitarnya membuat anak ini akhirnya percaya bahwa ia benar-benar bodoh dan tidak teliti. Selanjutnya, pikirannya akan memerintahkan seluruh mekanisme tubuh guna mewujudkan hal itu. Jadi ia bodoh, bukan karena tidak punya kapasitas untuk pintar namun lebih karena didikte oleh program bodoh yang telah ter-install dalam pikirannya.

2. Identifikasi kelompok/keluarga

Kita hidup dalam keluarga yang memiliki latar belakang budaya tertentu. Kita akan mengikuti keibasaan yang ada dalam keluarga, kelompok gang atau masyarakat. Kebiasaan ini adalah program yang akhirnya kita terima secara bawah sadar. Contohnya, cara berbicara, cara sembahyang, cara makan, cara berpakaian, cara menerima sesuatu, termasuk cara berpikir. Jika kita dibesarkan di benua lain apakah mungkin kita akan berpikir dan bersikap seperti sekarang? Jawabannya belum tentu.

3. Ide yang disampaikan oleh figur yang dipAndang memiliki otoritas

Apa yang disampaikan oleh seseorang yang dipAndang memiliki otoritas, seorang pakar, seorang yang kita hormati dan kagumi, akan dapat dengan mudah diterima oleh pikiran bawah sadar. Secara tidak sadar kita langsung membenarkan apa yang diucapkan,apalagi jika yang diucapkan masuk akal bagi kita. Contohnya adalah kata-kata seorang dokter, sedangkan bagi anak-anak figur yang dipAndang memiliki otoritas adalah orang tua dan guru.

4. Emosi yang intens

Peristiwa yang disertai dengan muatan emosi yang intens, baik ituemosi positif maupun emosi negatif akan sangat membekas dalam pikiran bawah sadar. Contohnya adalah phobia dan trauma atau bahkan saat anak dapat raport dengan nilai yang tidak diharapkan orang tua (harus masuk 10 besar), kemudian marah dengan intensitas emosi yang kuat dan mengatakan Dasar anak bodoh.

5. Hipnosis

Hipnosis menjangkau pikiran bawah sadar dengan teknik komunikasi yang mampu melewati pikiran sadar. Dengan teknik komunikasi yang khas, kita bisa melewati pikiran sadar dengan cara menonaktifkan sesaat pikiran sadar untuk langsung berkomunikasi dengan pikiran bawah sadar. Saat pikiran sadar non aktif atau lebih tepat disebut pasif, kekuatan sugesti bisa menjadi sembilan kali leibh kuat dibandingkan dengan situasi biasa. Bahkan hipnosis memungkinkan kita meng-install program barudan meng-uninstall program negatif dengan cepat dan efektif tanpa gangguan pikiran sadar yang biasa mengajukan sebagai pertanyaan dan alasan.

Dari kelima teknik menjangkau pikiran bawah sadar, hipnosis adalah cara yang paling cepat dan efektif untuk bisa masuk ke dalam pikiran bawah sadar. Hal ini disebabkan karena dengan hipnosis kita mampu mem-by pass atau melewati pikiran sadar dan langsung berkomunikasi dengan pikiran bawah sadar, melakukan sugesti sesuai dengan yang diharapakan. Kondisi ini akan membuat perubahan dapat dilakukan dengan lebih cepat dan efektif. Karena keefektifan hipnosis ini, buku ini menawarkan teknik mengasuhan anak dengan pendekatan hipnosis.

ARE YOU READY

Baik jika Anda sudah siap mari kita bermain sejenak. Ambil selembar kertas, baik tuliskan nama Anda lengkap beserta tempat tanggal lahir Anda. Oke, Anda telah melakukan dengan baik. Sekarang pindahkan alat tulis Anda pada tangan satunya (yang tidak biasa dipakai menulis). Baik sekarang tulislah kembali nama Anda lengkap beserta tempat tanggal lahir Anda (gunakan tangan yang berbeda dari tugas pertama). Ups bagaimana Anda merasakan, sulit, lebih tidak beraturan, ok terserah pendapat Anda.

Itulah yang dirasakan anak-anak kita saat belajar hal baru, butuh dukungan dan penguatan. Demikian juga saat Anda belajar hypnoparenting akan banyak hal baru diluar kebiasaan,tetapi Anda harus siap untuk berlatih dan berubah deni anak Anda. Saat ini mungkin sulit,karena otak kita belum punya interkoneksinya. Tetapi saya yakin, saat Anda mencoba yang kedua, ketiga ada kenikmatan karena perubahan tersebut langsung dirasakan. SALAM RILEKS

PENGERTIAN HYPNOPARENTING

Sebelum membahas pengertian hypnoparenting, terlebih dahulu perlu ada persamaan persepsi tentang apa itu hipnosis. Baik, saya akan bertanya apakan Anda pernah merasakan dihipnosis? Tidak pernah, mungkin itu jawaban Anda secara spontan. Oke apapun jawaban Anda tidakmasalah, sekarang saya bertanya lagi apakah Anda pernah melakukan hipnosis? Tentu saja tidak pernah. Yah jawaban-jawaban itu terkadang disebabkan karena sikap apriori kita terhadap hipnosis.

Hipnosis masih dianggap seseuatu yang berhimpitan dengan dunia mistik, berbau magis, supranatural atau adanya anggapan bahwa orang yang bisa dihipnosis hanya orang bodoh, hipnosis dapat menyebabkan lupa ingatan dan sebagainya. Baik, mari kita cek jawaban Anda. Benarkah Anda tidak pernah dihipnosis.

Pernahkah Anda menonton sinetron sehingga terhanyut sampai ikut menangis ketika tokoh idola Anda dianiaya? Atau Anda asyik membaca buku hingga tidak mendengar ketika dipanggil teman? Atau Anda asyik main game atau SMS hinga lupa waktu? Yah kalau itu pernah.nah jika Anda pernah merasakannya, berarti Anda sudah pernah merasakan dihipnosis.

Kondiisi terhipnosis (trance) adalah fenomena yang normal dan alami dalam kehidupan sehari-hari. Tanpa disadari, semua orang sering mengalami trance, misalnya saat sedang menonton film yang menarik, menyetir mobil, membaca buku, bekerja di depan komputer dan lain-lain.

Baik jika Anda merasa tidak pernah melakukan hipnosis, saya akan mencoba memberi sebuah contoh. Contoh yang negatif seperti ini. Misalnya Anda, sebagai orang tua dan figur yang dipAndang memiliki otoritas, saat mengetahui bahwa anak Anda nilai ujiannya jauh di bawah harapan Anda, bekata Dasar anak goblok. Kamu selalu dapat nilai jelek. Dari dulu sampai sekarang nilaimu nggak pernah bagus. Heran ya kok ada anak goblok seperti kamu?

Apa yang Anda lakukan pada anak Anda adalah satu bentuk hipnosis yang sangat dahsyat. Hipnosis yang Anda lakukan mampu menembus langsung ke pikiran bawah sadar anak, melalui gerbang pikiran bawah sadar yang saat itu terbuka lebar akibat perasaan takut mendapat nilai jelek dan akan sangat efektif. Mengapa efektif? Karena kalimat yang Anda pilih sungguh merupakan affirmasi yang sangat ampuh. Coba Anda perhatikan kembali kalimat di atas. Khususnya kata-kata yang saya garis bawahi. Dan itulah yang terinstall dalam diri anak-anak.

Jadi pada prinsipnya kita sering mengalami kondisi hipnosis karena hipnosis sebenarnya adalah fenomena alami, dan kita sebagai orang tua atau guru juga sering melakukan hipnosis, karena orang tua ataupun guru adalah figur otoritas sehingga apa yang diucapkan dapat diterima langsung oleh pikiran bawah sadar anak.

Baiklah sekarang saatnya kita membahas pengertia hypnoparenting. Hypnoparenting terdiri dari 2 kata dasar yaitu hipnoss dan parenting. Marilah kita bahas satu persatu secara singkat sehingga makna dari hypnoparenting dapat dimengerti dengan benar. Hipnosis di Indonesia masih dianggap sebagai satu hal yang dipenuhi misteri. Masih banyak yang beranggapan bahwa hipnosis melibatkan kuasa kegelapan atau suatu bentuk praktek supranatural. Oleh karena itu tidak sedikit juga orang yang percaya bahwa hal yang berbau hipnosis harus dijauhi atau dihindari.

Ada juga yang berpendapat bahwa subjek yang dihipnosis tidak bisa mengontrol pikirannya sendiri dan dalam kondisi yang sepenuhnya tidak sadar atau bahkan ada juga yang mengatakan bahwa kalau sering dihipnosis akan lupa ingatan dan mudah dipengaruhi oleh orang lain atau bahkan mudah dimasuki roh halus. Baiklah sekarang kita akan membahasnya.

Pertama kali yang perlu diketahui adalah di dunia ini terdapat dua aliran besar hipnosis yaitu aliran Timur dan Barat. Pada aliran Timur memang banyak dijumpai hal-hal yang bersifat mistis atau magis. Sedangkan pada aliran Barat dipengaruhi oleh teori-teori mengenai pikiran dan struktur bahasa. Hipnosis yang akan diulas di sini menganut aliran Barat. Jadi semuanya berdasarka penelitian ilmiah dari para pakar yang berasal dari dunia kedokteran dan psikologi.

Sekali lagi fenomena hipnosis kita alami setiap hari. Pernahkah Anda melihat film yang mengharukan hingga menangis? Anda larut dalam film itu sehingga seakan-akan menjadi sesuatu yang nyata. Itulah hipnosis. Contoh lainnya adalah bayangkan sebuah jeruk lemon yang sangat segar di depan Anda. Bayangkan jeruk tersebut dibelah jadi 2 bagian dan kemudian dikucurkan ke dalam mulut. Bagaimana reaksi tubuh Anda? Adakah pengaruhnya? Apakah air liur Anda menjadi lebih encer? Jika Anda perhatikan jeruknya kan tidak ada, hanya imajinasi saja bukan? Tetapi mengapa tubuh kita bereaksi dengan cara yang sama ketika jeruknya benar-benar ada? Itulah hipnosis. Otak kita menangkap gambaran mental dari jeruk lemon. Dan ketika kita melakukannya dengan penuh perasaan dan konsentrasi maka otak menganggap hal itu adalah suatu kenyataan dan memerintahkan tubuh untuk beraksi dengan cara yang sama saat kita dulu berhadapan dengan jeruk lemon yang sesungguhnya.

Satu syarat penting yang harus ada di sini adalah bahwa Anda harus pernah punya pengalaman dengan jeruk lemon dulu sebelumnya sehingga bisa membayangkan dengan detail. Jika Anda belum pernah melihat jeruk emon sebelumnya maka sugesti di atas tadi tidak akan berhasil.

Tidak ada hal berunsur magis atau mistis bukan? Untuk memahami fenomena jeruk lemon di atas maka kita harus mengerti cara kerja pikiran. Apa maksudnya? Maksudnya kita harus mengerti bagaimana pikiran memproses stimulasi dari luar (dalam hal ini berupa kata-kata) menjadi suatu gambaran mental berdasarkan informasi yang sudah ada di memori pikiran sebelumnya. Dengan pemahman di atas maka kita sekarang akan menyadari bahwa semua proses pemasukan informasi ke dalam pikiran adalah suatu proses hipnosis.

Nah sekarang apa itu Parenting? Parenting adalah segala sesuatu yang berurusan dengan tugas-tugas orang tua dalam mendidik danmembesarkan anak. Tugas kita sebagai orang tua dalam mendidik dan membesarkan anak sebenarnya sangat berat dan penuh liku-liku tantangan. Sayangnya kita hanya berbekal pengalaman sebagai seorang anak yang dulunya dididik dan dibesarkan oleh orang tua kita. Sebagian besar pola asuh dan pola didik orang tua kepada kita akhirnya mewarnai tugas kita sebagai orang tua. Kita memperlakukan anak kita sebagaimana orang tua memperlakukan kita dulunya. Seharusnya kita harus memperlakukan anak sebagaimana kita dulu ingin diperlakukan oleh orang tua ktia. Dengan begitu kita bertindak atas dasar perasaan seorang anak. Bukan atas dasar perasaan kita sebagai orang tua. Karena apa yang kita anggap baik belum tentu seperti yang diinginkan oleh anak kita secara pasti. Dengan kata lain kita bertindak atas dasar persepsi kita sendiri bukan dari persepsi seorang anak.

Oleh karena itu dengan hypnoparenting kita berusaha mempetakan danmebuat sistemasi atas segala hal yang berhubungan dengan tugas kita sebagai orang tua ditinjau dari sudut pAndang cara kerja pikiran dan pengaruhnya terhadap masa depan seorang anak. Mengapa kita meninjaunya dari sudut pAndang cara kerja pikiran? Karena segala sesuatu berakar dari pikiran. Manusia, anak-anak sampai dewasa, melakukan segala sesuatu karena punya pikiran.segala hal tentang teori pertumbuhan dan perkembangan anak tak akan berhasil jika kita gagal memahami cara kerja pikiran. Satu hal sederhana? Mengapa seorang bayi belajar berjalan? Karena ia melihat semua orang dewasa di sekitarnya berjalan tegak dengan kedua kakinya. Bukan karena umurnya memang mengijinkan dia untuk berjalan. Jika selama 5 tahun pertama hidupnya byai hanya melihat orang di sekitarnya merangkak maka ia pasti akan merangkak juga. Tidak akan pernah berjalan tegak. Inilah mekanisme hipnosis ang paling sederhana. Kita telah mempengaruhi seorang bayi dengan contoh nyata bahwa suatu hari ia akan berjalan juga sebagaimana kita orang dewasa. Hal ini ditangkap oleh otak bawah sadarnya dan diproses sampai suatu saat si bayi itu mulai mencoba untuk berdiri tegak dan berjalan. Tetapi karena tulangnya belum kuat maka ia akan terjatuh. Tetapi karena kita sugesti, Ayo coba lagi. Berdiri lagi sayang kamu pasti bisa maka ia akhirnya bisa berjalan. Bayangkan apa yang akan terjadi jika sugestinya, Alaaa percuma kamu tdak akan bisa. Sudahlah duduk aja tidak usah berdiri atau berjalan, apakah si bayi akan bisa berjalan? Tentu tidak.

Itulah gambaran singkat tentang definisi dari hypnoparenting. Dalam bagian ini saya akan berusaha membahas tentang masalah parenting terlebih dahulu, baru kemudian masalah hipnosis. Untuk penerapan hipnosis secara detail akan di bahas pada bagian kedua.

ARE YOU READY

Baik jika Anda sudah siap mari kita bermain sejenak. Kita mengenang masa anak-anak kita saat ini saya ingin mengajak Anda untuk menyanyi. Lakukan dengan penuh semangat. Oke kita coba dengan menyanyi balonku ada lima. Oke mari kita mulai 1 2 3 Balonku ada lima, rupa-rupa warnanya. Cukup, kalau begitu kurang seru cobalah menyanyikan dengan merubah semua vokal dengan o. oke mari kita mulai 1 2 3 Bolonko odo lomo, ropo lanjutkan sampai akhir.

Lagu di atas hanya pemanasan, jika Anda lakukan dengan semangat dan benar maka lagu kedua akan lebih menarik lagi. Anda hafal lagu Bintang Kecil, saya yakin kita semua pernah kecil dan pernah menyanyikannya dengan merubah semua kata di akhir kalimat diganti monyet. Oke, contohnya Bintang monyet, dilangit yang monyet. Saya yakin Anda bisa dan mampu menyanyikan sampai akhir. Oke, mari kita mulai 1 2 3 Bintang Monyet lanjutkan !

Ups mengapa Anda berhenti menyanyi, kenapa tidak sampaiakhir. Yah peserta workshop atau seminar biasanya hanya mampu menyanyikan lagu ini sampai bait Aku monyet kemudian saling berhadapan dan tertawa tanpa mau melanjutkan. Kejadian ini juga sering kita hadapi, tiba-tiba kita berhenti dan terperangah melihat anak kita tidak sesuai yang diharapkan. Dan reaksi spontan Anda inilah yang menentukan program Anak selanjutnya.

MASALAH PARENTING

Parenting adalah proses interaksi berkelanjutan antara orang tua dan anak-anak mereka yang meliputi aktivitas-aktivitas berikut : memberi makan (nourishing), memberi petunjuk (guiding), dan melindungi (protecting) anak-anak ketika mereka bertumbuh. Aktivitas-aktivitas parenting biasanya tejadi dalam lingkungan keluarga, namun parenting tidak terbatas hanya pada mereka yang melahirkan anak. Tanggung jawab parenting juga dilakukan oleh pihak-pihak lain dalam masyarakat, seperti para guru di sekolah, pembantu rumah tangga, perawat bayi (baby sitter), dan baahkan teman-teman si anak, serta media masa (TV, surat kabar dan majalah). Kendati demikian, orang tua adalah pihak yang paling bertanggung jawab dalam mengasihi dan memperhatikan anak-ank serta menolong mereka bertumbuh.

Namun kenyataanya, banyak dari orang tua yang tidak menyiapkan diri secara khusus menjadi orang tua dengan ilmu-ilmu pengasuhan anak(parenting). Walaupun saya dan almarhum istri saya tidak mempersiapkan diri secara khusus, setidaknya berbekal sama-sama sarjana psikologi setidaknyakami memiliki dasar ilmunya dan tinggal hanya penerapan saja. Baiklah, kembali ke persoalan kita. Masalah parenting ini sangat penting sebab sejatinya tanggung jawab anak ada pada orang tua.

Hal ini jelas dalam sebuah hadits yang diriwayatkan Bukhari dan Muslim yang menyatakan Setiap bayi terlahir dalam kondisi fitrah, dan kedua orang tuanyalah yang menjadikan ia Yahudi,Kristen atau Majusi. Hadits tersebut menunjukkan bahwa orang tua sebenarnya adalah Master of Hypnotis bagi anak-anaknya, sebab di tangan orang tuanyalah sebenarnya anak bisa berwujud, pintar, nakal, penakut, pencemas, kurang percaya diri dan sebagainya. Inilah pentingnya parenting bagi orang tua dan guru.

Kini, marikita bertanya lagi pada diri sendiri. Adakah kita sudah menguasai ilmu parenting (baik melalui workshop ataupun seminar) sebelum anak-anak kita lahir? Atau, tepatnya sebelum kita menikah? Coba diingat sekali lagi. Apakah kita juga membuat prioritas untuk menguasai ilmu parenting sebelum kita menikah? Jika Anda menjawab YA, syukurlah saya turut bangga. Berarti Anda termsuk orang tua berkepeduian tinggi terhadap persiapan generasi masa depan. Namun, kalau Anda menjawab TIDAK/BELUM, tentu bisa saya sindir, Anda termasuk orang tua yang BONEK alias bondo nekat. Berani mempunyai anak, tanpa lebih dulu berbekal ilmu pengasuhan.

Anak pertama kita telah menjadi kelinci percobaan untuk latihan menjadi orang tua. Kata salah satu iklan, untukanak kok coba-coba. Orang tua bonek seperti inilah yang kadang sering bermasaslah dengan anak-anak mereka. Meski demikian, takusah terlalu resah. Saya tetap slut karena Anda kini berani belajar kembali ilmu menjadi orang tua, meskipun anak-anak sudah terlanjur lahir bertahun-tahun yang lalu Anda kini termasuk orang tua pebelajar. Buktinya, Anda sudah mengambil keputusan untuk berinvestasi dengan membeli buku ini. Kini, Anda membacanya dengan antusias serta ikut mempraktekkan beberapa tugas yang ada di dalamnya.

Jadi, menjadi orang tua itu benar-benar perlu ilmu? Tentu dong. Tanpa penguasaan ilmu, tanpa disadari, orang tua atau guru berpeluang untuk terjerembab pada cara-cara pengasuhan yang keliru. Ini bisa berdampak buruk pada anak. Tanpa sengaja, orang tua juga bisa tergelincir pada pola asuh yang gagap cinta. Seperti apa contoh perilaku keliru tanpa disadari itu?

Nah, marilah kita sekarang melanjutkan petualangan kita sebagai orang tua. Terlebih dulu, mari kita tengok ke belakang untuk melihat sejenak perasaan-perasaan kita, saat menjalani masa kanak-kanak bersama orang tua. Bagaimanakah rasanya? Berhentilah sejenak untuk bernostalgia

Apakah pengalaman-pengalaman itu terasa begitu menyenangkan? Apakah Anda merasa begitu bahagia? Atau ada goresan-goresan kepedihan yang mengendap? Hmm apapun perasaan itu, yang jelas perasaan itulah yang tersimpan dalam memori bawah sadar kita. Dan, bawah sdar itulah yang kini tanpa Anda sadari ikut berperan dalam pola pengasuhan anak Anda sekarang ini. Begitu pula dengan kekhawatiran-kekhawatiran Anda sebagai orang tua. Kondisi ini banyak pula yang dipengaruhi perasaan-perasaan kita yang terekam kuat dalam alam bawah sadar kita.

Syukurlah Anda sudah berhasilmeraba perasaan khawatir Anda terhadap sang buah hati. Perasaan itulah yang mendorong Anda melakukan segala daya dan upaya untuk memastikan agar kekhawatiran itu tidak terjadi. Anda begitu mencintai anak-anak yang dianugerahkan kepada kita. Ya, kini kita mendapatkan dua kata kunci, yakni khawatir dan cinta. Atas nama cinta yang luar biasa kepada anak, kita berusaha sekuat tenaga agar kekhawatiran itu tak menjadi kenyataan. Saya mencoba menebak, sekaligus merangkum kekhawatiran Anda, bahwa Anda tidak rela bila anak Anda mengalami hal-hal buram yang terjadi pada masa kanak-kanak Anda.

Kalau Anda dulu tak mendapat pendidikan agama yang cukup, kini Anda ingin agar anak Anda bisa lebih baik dalamhal religiusitas.

Kalau Anda dulu sengsara karena keterbatasan finansia, Anda akan berharap anak Anda tak akan mengalami masa-masa kesulitan seperti itu.

Kalau Anda mendapatkan pengasuhan yang terlalu keras dan Anda merasa tergores karenanya, kini diam-diam Anda memperlakukan anak Anda lebih lunak.

Pendek kata, ada kecenderunan orang tua menggunakan pendekatan perbedaan dengan masa lalu. Harus terjadi perbaikan derajat kehidupan bagi anak-anak kita. Dan kita pun berjuang keras agar hal itu terjadi. Namun, ada juga orang tua yang berkecenderungan lain. Kalau pada masa kanak-kanak dulu dia mendapatkan pengasuhan keras dan ketat , kini hal serupa diberlakukan kepada anak-anak mereka. Dalihnya, dulu ayah dan ibumu juga dididik oleh kakek-nenekmu seperti ini. Dalam bahasa sederhana, orang tua akan mengulang kembali prinsip-prinsip pengasuhan yang mereka alami tempo dulu.

So, dapat ditarik suatu kecenderungan bahwa ada dua pola orang tua dalam mendidik anak-anak mereka. Pertama, dengan cara mengulang gaya pendidikan yang pernah didapatkan pada masa kanak-kanak. Kedua, melakukan hal sebaliknya agar masa kanak-kanak mereka tak terulang pada anak-anak mereka. Inilah yang saya sebut sebagai pola pengasuhan balas dendam terselubung. Jika pola pengasuhan tersebut terus berulang dari generasi ke generasi, maka kita akan berputar-putar saja dalam hal pengasuhan anak.

Karena itu, saya menganjurkan agarkita, sebagai orang tua dan guru, mulai berpikir ulang dengan sungguh-sungguh tentang pola pengasuhan. Seperti apa pengasuhan yang tepat bagi anak-anak kita agar terhindar dari pola yang berulang. Berhentilah untuk memendam pada pola asuh yang kita dapatkan dari orang tua atau guru-guru kita tempo dulu. Yakinlah, bahwa apapun yang telah terjadi pada kita, atas perilaku orang tua dan guru-guru kita, sejatinya adalah pengasuhan terbaik yang mereka tahu saat itu.

Andai saja orang tua kita mendapatkan pelatihan-pelatihan memadai, tentu hal-hal yang terasa menggores itu tak akan terjadi. Sungguh, tak ada orang tua yang secara sadar bercita-cita agar anaknya sengsara. Sekali lagi, mari memaafkan masa lalu. Dan , mari mencari pola terbaik dalam mengasuh anak-anak kita berbasis ilmu pendidikan (parenting) bukan semata berbasis pengalaman-pengalaman masa kanak-kanak kita.

Tariklah nafas sebentar tahan, yah keluarkan, tarik nafas Anda sejenak tahan dalam hitungan kelima silahkan dikeluarkan 1 2 3 4 5 yah lepaskan. Sekarang pejamkan mata sejenak, sambil mengucap syukur atas karunia Allah berupa kelahiran anak-anak kita rasakan kebahagiaan itu dalam hati Anda. Siapakah Anda sekarang menjadi orang tua yang hebat.

ARE YOU READY

Jika Anda sudah siap menjadi orang tua hebat, ikuti saya! Genggamkan tangan Anda taruh di atas dada Anda. Katakan dengan penuh semangat dengan mengangkat tangan Anda Saya orang tua hebat!. Bagus lakukan dengan lebih semangat sebanyak tiga kali. Ingat lakukan dengan intensitas emosi yang kuat, karena intensitas emosi Anda akan mampu menembus masuk dalam pikiran bawah sadar Anda. Ulangi sekali lagi, bagus saat mengucapkan Saya orang tua hebat! jika ada air mata yang ingin keluar, biarkan mengalir. Semakin intens akan direspon semakin bagus oleh pikiran bawah sadar. Yakinlah Anda memang orang yang hebat untuk anak-anak dan pasangan Anda.

Anda tidak usah merasa sebagai orang bodoh dengan melakukan hal ini. Ini adalah edukasi untuk pikiran bawah sadar Anda. Di depan telah dijelaskan bahwa cara mencapai pikiran bawah sadar adalah dengan repetisi atau pengulangan, intensitas emosi yang kuat dan kelompok referensi. Latihan di atas menggabungkan ketiga cara yang sudah diterangkan. Jadi nikmati saja setiap latihan yang ada, nikmati prosesnya. Lakukan sekali lagi, katakan penuh semangat dengan mengangkat tangan Anda Saya orang tua hebat! yah bagus, lakukan tiga kali. Baiklah mulai hari ini dan seterusnya ijinkan diri Anda secara sadar berproses menjadi orang tua yang hebat, ijinkan mulai hari ini dan seterusnya Anda berproses menjadi orang tua yang hebat, mulai hari ini dan seterusnya ijinkan diri Anda berproses menjadi orang tua yang hebat. Sebab memang Anda adalah orang tua hebat. Katakan sekali lagi dengan mengisi tiitk-titik yang ada dengan nama Anda . Orang tua yang ebat, . Orang tua yang disayanganak, . Disayang (sebutkan pasangan Anda). Sering-sering lakukan latihan ini menjelang tidur. Selamat berproses menjadi orang tua Hebat. SALAM RILEKS

BAGAIMANA KONSEP DIRI ITU TERBENTUK

Aku adlaah anak yang coba tebak. Kalimat apa yang akan digunakan anak Anda untuk melengkapi titik-titik di atas? Apakah ia akan mengisi dengan kata-kata positif atau sebaliknya? Kalimat lanjutan yang ditulis anak Anda itulah yang menggambarkan konsep dirinya. Konsep diri adalah kunci pembuka harta karun potensi. Konsep diri merupakan pondasi utama kebehasilan proses pembelajaran. Di depan sudah dijelaskan bahwa konsep diri adalah Operating System Komputer hayati.

Apapun jenis komputernya, mau menggunakan CPU Pentium 4, Dual Core, Core 2 Duo, kalau Operating Systemnya tidak kompatibel atau tidak mendukung, bisa dipastikan kecepatan CPU tersebut tidak bisa maksimal. Adanya anak yang tidak bisa mendapatkan nilai bagus pada pelajaran matematika, bukan karena ia bodoh matematika, tetapi lebih disebabkan Operating System yang dimiliki tidak kompatibel dengan pelajaran matematika.

Mengapa bisa tidak kompatibel? Salah satunya karena install program yang salah pada pelajaran matematika. Install program ini bisa diciptakan oleh orang uta yang senantiasa memarahi anak karena tidak bisa dapat nilai bagus dalam matematika, diperkuat lagi dengan sikap guru yang kurang mendukung dirinya, sehingga anak benar-benar merasa bahwa dirinya adalah BODOH dalam matematika. Dua figur otoritas dan dilakukan berulang apalagi diikuti dengan intensitas emosi yang tinggi, sudah bisa dipastikan SIMSALAMBIM wahai anakku jadilah kau Bodoh dalam Matematika.

Begini saja. Saya akan mencoba menggambarkan konsep diri melalui sebuah cerita, agar lebih mudah dipahami.

Alkisah, ada seorang petani yang menemukan telur burung rajawali. Sang petani berniat menetaskan telur itu, namun sulit menemukan induk rajawali yang bisa dekat dengan kehidupan manusia. Singkatnya, telur rajawali itu kemudian dititipkan pada seekor ayam yang sedang mengerami telurnya. Saat menetas, anak rajawali itu mendapati dirinya berada dengan induk ayam dan saudara-saudara anak yam kecil yang lain. Anak rajawali tu, dalam kehdupan sehari-hari merasa diri sebagai anak ayam. Induk ayam pun memperlakukananak titipan itu sama dengan pola asuhannya pada anak-anak kandungnya. Wahasil, suatu ketika ada seekor rajawali yang sedang terbang melayang-layang di udara untuk mencari mangsa. Semua ayam kelabakan bersembunyi, termasuk anak rajawal itu. Di dalam semak-semak sang anak rajawali itu bergumam, Hmm betap gagahnya burung itu, bisa terbang tinggidan menjangkau wilayah lebih luas seiring berjalan waktu, anak rajawali itu pun tumbuh besar, namun ia tetap hidup dengan pola perilaku ayam sampai ia mati.

Nah, kira-kira begitulah konsep diri it. Bisa jadi,seoranganak terlahir dengan kapasitas otak yang cerdas. Namun, karena konsep dirinya negatif, ia justru tidak tumbuh menjadi anak yang berprestasi.

Mari kita kaji lagi sebuah hadits yang artinya Setiap bayi terlahir dalam kondisi fitrah dan kedua orang tuanyalah yang menjadikan ia Yahudi, Kristen atau Majusi. Saat anak terlahir, kita analogikan dengan sebuah meja yang belum memiliki kaki. Saat anak bertumbuh, kejadian-kejadian, pengalaman kehidupan melalui interaksi dengan orang tua, keluarga dan lingkungan akan memberikan kaki pada meja tersebut, entah kaki kurang percaya diri, pemalu, penakut dan sebgainya. Seberapa kokoh kaki meja, dipengaruhi tiga hal :

1. Siapa yang memasang kaki tersebut; orang yang dipAndang memiliki otoritas akan mempunyai pengaruh yang kuat terhadap kuat tidakna kaki yang terpasang. Siapakah orang yang mempunyai otoritas menurut anak? Pertama, orang tua dan setelah itu guru.

2. Seberapa kuat intensitas yang timbul saat itu; jika anak sedang sedih atau malu, lalu kita memberikan kaki pendukung meja konsep diri, misalnya dengan mengatakan Dasar anak goblok, gitu aja tidak bisa maka kaki negatif ini akan sangat kokoh. Demikian pula sebaliknya, jika kita memasang kaki positif.

3. Repetisis/pengulangan; seberapa sering kejadian itu dialami oleh anak, semakin sering, semakin kuat kaki yang terpasang.

Begitu konsep diri terbentuk. Tidak peduli baik atau buruk, konsep diri akan beroperasi pada level bawah sadar dan akan sulit mengubahnya. Kesulitan terbesar tidak terletak pada masalah konsep diri bisa atau tidak. Bisa ditingkatkan atau tidak. Tetapi, titik tekannya lebih pada kenyataan bahwa mayoritas anak tidak menyadari dan mengerti mengenai konsep diri. Menurut mereka ya memang beginilah saya. Memang banyak juga pAndangan mengenai konsep diri yang salah. Ada yang mengatakan bahwa konsep diri itu terbawa saat kita lahir. Konsep diri merupakan keturunan. Dengan demikian, kalau seorang anak lahir dari keluarga miskin, pasti anak itu juga akan gagal secara finansial. Benarkah demikian? Untuk meluruskan pAndangan itu, simaklah baik-baik penjelasan di bawah ini, bahwa konsep diri itu :

Diperoleh melalui proses pembelajaran bukan faktor keturunan

Diperkuat melalui pengalaman hidup yang dialami setiap hari

Dapat berubah secara drastis

Mempengaruhi semua proses berpikir dan perilaku

Mempengaruhi proses pembelajaran dan prestasi

Dapat dibangun dan dikembangkan dengan mengganti sistem kepercayaan yang merugikan, mengganti self talk negatif dengan yang positif

Bila konsep diri yang buruk ini terdapat dalam diri seorang guru atau orang tua, maka ini akan sampai pada murid atau anak baik melalui komunikasi sadar atau komunikasi bawah sadar.

Jelas bahwa konsep diri itu terbentuk melalui proses, bukan faktor turunan atau bawaan. Bayi lahir tanpa adanya konsep diri. Konsep diri terbentuk sejalan dengan pertumbuhan dan perkembangannya melalui interaksi dengan orang tua dan lingkungan sekitarnya. Untuk itu, menjadi sangat tepat jika dikatakan, orang tua merupakan pendidik yang pertama dan utama. Sebab, orang tuanyalah yang menanamkan pola-pola awal konsep diri anak. Nah, jika demikian adanya, bukanakh merupakanhal yang sangat penting jika orang tua lebih dulu melek ilmu parenting sebelum ia terjun langsung mengurus anak-anaknya?

Kata-kata yang sering didengar anak adalah kata-kata orang tua. Kata-kata itu akan berpengaruh pada sistem mental anak(konsep diri). Karena itu, sebagai orang tua kita harus lebih selektif dalam berkomentar pada anak-anak. Berushalah dengan tulus untuk lebihmelihat sisi positif dan tidak terlalu pelit dalam memuji. Sebab, kata-kata orang tua akan turut berpengaruh pada pembentukan konsep diri anak. Itu pula sebabnya orang jawa sering mengatakan bahwa omongane wong tuo iku mandi (perkataan orang tua itu bertuah). Kok bisa? Ya karena perkataan/komentar orang tua berpengaruh pada pAndangan anak tentang dirinya sendiri.

Anak akan mudah percaya jika orang tuanya yang berkomentar tentang dirinya. Nah, bayangkan jika kita berkomentar bahwa anak kita bodoh dan nakal. Kemudian, anak kita mempercayai dan meyakini dirinya memang bodoh dan nakal. Apa yang akan terjadi? Berprestasikah anak itu disekolah? Semangat belajarnya apa bisa berapi-api kalau setiap membuka buku, otak bawah sadarnya bilang sudahlah ga usah berjuang keras, kan kamu memang dasarnya anak bodoh.

Konsep diri ini memang seperti program komputer yang hanya merespon perintah-perintah yang kompatibel dengan program yang ditanam. Jika tak kompatibel, komputer akan merespon sangat lambat atau bahkan menjadi hang alias mogok. Dalam bahasa yang lebih ringkas, perilaku, ucapan, sikap, pAndangan orang tua terhadap anak akan berfungsi sebagai bahasa program mental anak. Anakakan menjadi berkonsep diri positif manakala memang dia, oleh orang tua dan lingkungan sekitarnya, diprogram positif. Begitu pula sebaliknya. Anak akan berprestasi rendah manakala ia diprogram untuk berkonsep diri rendah.

Mungkin Anda penasaran. Mana ada orang tua yang menanam program mental di otak anaknya agar ia menjadi anak yang gagal? Anak yang berprestasi rendah? Anak yang menjadi sampah masyarakat? Memang, secara naluriah, asalkan orang tua sehat secara mental, rasanya takmungkin hal itu terjadi. Sebab, secara naluri pula, pada saat anak dilahirkan saat itu pula rasa kasih sayang orang tua ikut terlahir.

Saya sangat setuju dengan pendapat Anda bahwa oran tua begitu sayang pada anak-anaknya danmenginginkan mereka sukses. Namun, banyak fakta yang memberikan data sebaliknya. Tidak semua anak punya konsep diri yang positif. Lho kok bisa? Ya, itu terjadi karena orang tua atau keluarga tempat anak itu tinggal tidak terlalu peduli pada kata-kata, sikap, perilaku yang secara diam-diam diserap oleh anak.

Semasa kita masih kanak-kanak sampai menjadi dewasa seperti ini; sering masih terbayang dengan jelas sekali bagaimana perjalanan hidup kita, pertumbuhan diri kita, yang tidak pernah lepas dari pengaruh lingkunan sekitar kita, khususnya pengaruh dari sikap orang tua kita sendiri dan orang-orang yang sangat dekat hubungannya dengan kita. Masih segar dalam ingatan kita, bagaimana orang tua kita begitu sayangnya kepada kita, sehingga tanpa mereka sadari, sikapnya yang terlalu menyayangi diri kita itu sebenarnya justru membelenggu kebebasan kita untuk mengekspresikan jati diri kita sendiri.

Sikap orang tua yang over protective itulah pada gilirannya akan membelenggu jati diri kita sesungguhnya sehingga kita tidak bisa menjadi diri kita sendiri. Anda sendiri tentu masih ingat, orang tua Anda sering kali melarang Anda untuk melakukan kegiatan atau aktivitas yang Anda senangi. Jika kegiatan atau aktivitas Anda memang berbahaya, itu bisa dimaklumi.

Tetapi pada kenyataannya, sering kali orang tua melarang anaknya melakukan sesuatu hanya sebagai suatu kebiasaan melarang saja. Orang tua sering salah dalam mempersepsikan sebuah bentuk larangan, dengan tidak menyadari dampak negatif dari larangan-larangan itu di kemudian hari pada si anak tersebut.

Contoh larangan itu, misalnya : ketika si anak ingin mandi sendiri, dilarang dengan alasan nanti tidak bisa bersih badannya, ketika si anak mau membeli pensil di toko sebelah rumah, juga tidak boleh sendirian, khawatir uangnya jatuh dan hilang. Saat si anak ingin menghidupkan radio sendiri orang tua juga tidak memperbolehkan dengan alasan cari frekuensi gelombangnya nanti tidak bisa pas, atau khawatir anaknya kena strum. Larangan-larangan inilah pada dasarnya sebenarnya adalah tidak kepada kemampuan si anak, pada gilirannya akan membuat si anak pada masa dewasa nanti menjadi seorang yang juga tidak percaya pada dirinya sendiri. Rasa tidak percaya diri ini akan terus melekat pada diri anak tersebut sampai dia dewasa nanti.

Selain bentuk larangan-larangan, banyak oran tua suka mengungkapkan kepasrahan yang berlebihan terhadap kondisi yang ada pada diri mereka kepada anak-anaknya. Contoh bentuk kepasrahan yang berlebihan ini bisa Anda lihat sebagai berikut : suatu ketika lewat di depan rumahnya sebuah mobil mewah dan tentunya harganya mahal sekali, lalu si anak berkata dengan takjub kepada orang tuanya, Pa-Ma, mobil itu bagis sekali ya coba kita punya?. Orang tuanya menjawab, Itu bukan hak kita nak, mobil kita cukup yang begini saja nggak perlu mewah, itu bukan rejeki kita, itu rejekinya orang lain. Sewaktu jalan-jalan melewawti sebuah kompleks perumahan mewah, lagi-lagi si anak berkata Mewah dan indah sekali rumah ini ya seandainya kita juga punya, langsung si orang tuanya menyahut, Kita sudah diberi rejeki oleh Tuhan segini, ya harus diterima dan disyukuri. Jangan tergiur dengan milik orang lain. Hidup ini sudah ada yang mengatur. Begitulah kurang lebih contoh bersikap dan orang tua yang terlalu pasrah, nrimo ing pandum dengan apa yang sudah dimilikinya.

Secara tidak disadari sikap pasrah yang berlebihan dari orang tua ini akan benar-benar meresap ke dalam pikiran si anak dan menjadi sebuah pola berpikir di masa depannya nanti pada saat dia dewasa. Bersyukur atas karunia Tuhan memang harus, tetapi terlalu pasrah atas apa yang diprolehnya merupakan sebuah sikap yang berlebihan, karena ini akan mengembangkan sifat dan sikap inferior di dalam diri kita. Sebuah sikap yang memAndang rendah diri sendiri, tidak percaya pada diri sendiri, dan itu akan menghambat kesuksesan anak di kemudian hari.

Msih ada lagi sikap orang tua yang juga kurang proposional sebenarnya, tetapi ini juga sudah menjadi kebiasaan umum. Sikap itu adalah suatu sikap yang cenderung menakut-nakuti si anak. Suatu contoh, misalnya : hati-hati kalau gelap, banyak roh halusnya. Jangan begitu, nanti bisa salah. Dan masih banyak lagi bentk ungkapan orang tua yang pada dasarnya adalah juga tidak percaya pada si anak tersebut, karena over protective terhadap anaknya. Sikap-sikap inilah yang membuat anak lebih suka berada dalam zona kenyamanan, takut melangkah dan ragu-ragu dalam bertindak.

Pernyataan-pernyataan oran gtua yang cenderung menakut-nakutipun akan berdampak negatif pada perkembangan mental danemosi si anak sampai dewasa kelak. Pada akhirnya anak itu sampai dewasanya menjadi selalu gampang takut untuk melakukan sesuatu, bahkanmungkin bisa menjadi suatu paranoid, suatu bentuk ketakutan yang berlebihan dan tidak beralasan logis. Pada gilirannya, si anak menjadi sosok pribadi yang selalu tidak percaya diri, pribadi yang mudah goyah pendiriannya, pribadi yang selalu gamang dalam menentukan sikap, yang mana hal tersebut jelas-jelas akan menjadi penghalang dan penghambat terbesar dalam mraih cita-citanya di masa depan. Cara pendekatan orang tua yang salah seperti tersebut, benar-benar akan meresap ke dalam pikiran bawah sadar si anak yang pada akhirnya berperan membentuk karakter pribadi dan sikap mentalnya.

Contoh-contoh sikap orang tua kepada anaknya, seperti saya jelaskan di atas tersebut, sangat berperan dalam membentuk sikap mental, jiwa kepribadian seseorang dan bentuk itu bisa sangat kuat pada diri seseorang karena berlansung dalam waktu lama sekali, puluhan tahun. Sehingga, memang untuk mengubah suatu sikap, watak atau kepribadian seseorang adalah tidak mudah, perlu waktu dan usaha keras untuk mewujudkan perubahan ke arah yang lebih baik. Tetapi yang penting di sini adalahwatak atau kepribadian atau konsep diri yang sudah terinstall semuanya itu bisa di ubah.

Anda tidak perlu khawatir, konsep diri yang sudah terlanjut terbentuk semuanya mampu diubah. Bahkan Allah sendiri sudah mengisyaratkan dalam firmanNya, bahwa Dia tidak akan mengubah nasib manusia, jika manusia itu tidak mau mengubah nasibnya sendiri.

Ini adalah hal yang menggembirakan bagi kita semua, namun bagaimana caranya? Dlaam buku ini metode yang ditawarkan adalah dengan cara melakukan pemrograman ulang otak bawah sadar anak-anak. Otak anak kok diprogram, apa mungkin? Tentu saja, saya tidak berharap Anda membayangkan kepala anak Anda dibelah dengan pisau bedah. Kemudian otaknya diutak-atik dengan kabel-kabel beraneka warna yang rumit. Yang saya maksud dengan pemrograman ulang otak bawah sadar adalah :

Membuat pernyataan-pernyataan, stimulus-stimulus atau menyediakan situasi-situasi emosional yang lebih positif terhadap anak-anak, sehingga kepercayaan negatif yang tertanam dalam sistem keyakinan mental anak mengenai dirinya lambat laun bisa bergeser ke arah positif.

Namun, menata ulang konsep diri membutuhkan kesabaran adan ketelatenan. Karena Anda akan berhadapan dengan penilaian negatif anak terhadap dirinya yang telah menjadi suatu kepercayaan. Anak yang sudah terlanjur percaya bahwa dirinya bodoh ataunakal, tentu akanmenolak jika dia berada dalam kondisi yang menuntut pembuktian kepandaian dan kebaikan. Pikiran bawah sadarnya lebih suka dan mudah untuk membuktikan kebodohan dari pada kecerdasan. Pertarungan inilah yang menguras energi orang tua. Meskipun kadang kala kepercaaan diri yang negatif itu juga berasal dari orang tua.

Ada beberapa cara dalam melakukan pemrograman ulang.

1. Mencari sisi-sisi kelebihan anak untuk diberikan penguatan berupa pujian. Saya yakin setiap anak mempunyai kelebihan. Namun, dalam hal ini orang tua harus realistis, buka mengada-ada. Kalau sampai pujain itu terarah pada kondisi yang tidak ada dalam diri anak, maka anak akan merasa hal itu sebagai sindiran atau olok-olok.jika anak merasa demikian, yang terjadi bukannya melakukan pemrograman ulang, melainkan menguatkan program negatif yang sudah ada. Khusus dalam hal ini, saya menyarankan agar pujian lebih bersifat pada perilaku atau potensi, bukan semata-mata karena tampilan fisik anak. Sebab, yang akan diprogram ulang adalah sikap mental, bukan fisik anak.

2. mengondisikan anak agar menemukan momen-momen sukses, apapun bentuk kegiatannya. Misalnya dalam pertandingan sepakbola yang sangat ia sukai, anak Anda mampu membuat gol yang menjadi kebanggaan timnya. Momen sukses ini sebaiknya Anda manfaatkan untuk memberi penguatan bahwa si anak bisa berprestasi. Kali ini, prestasi dia adalah membuat gol pada pertandingan sepak bola. Jika Anda mengatakan bahwa ia termasuk anak yang mampu berprestasi, lambat laun ia akan membuktikan apa yang Anda katakan itu adalah keniscayaan. Jika di lain kesempatan, anak mendapatkan prestas dibidang lain, sesegera mungkin memberi penguatan, agar lambat laun anak percaya bahwa dirinya memang anak yang berprestasi. Inilah yang saya sebut dengan spontan reward positif.

3. Upayakan anak dapat merekam perasanya saat mencapai prestasi dan bisa memanggil perasaan itu kembali saat dibutuhkan. Untuk itu, diperlukan alat bantu, yakni simbol-simbol sukses yang pernah ia capai. Misalnya, hadiah-hadiah, sertifikat, piagam, medali saat ia berprestasi. Arahkan agar anak tidak menyimpan benda-benda kenangan indah itu di dalam almari yang tak terlihat. Sebaliknya, sarankan agar ia berani memajang (tanpa bermaksud pamer berlebihan) di sudut ruangan atau dikamarnya yang sewaktu-waktu bisa terlihat anak. Tujuannya adalah terus-menerus memanggil perasaan sukses itu oleh anak. Jika suatu saat anak terpuruk secara emosional, orang tua atau keluarga yang lain dapat mengingatkannya, bahwa ia sebenarnya termasuk anak yang berprestasi,dengan bantuan simbol-simbol itu. Bahkan jika perlu, mintalah anak untuk menulis kisah suksesnya.

Jika kisah sukses itu telah tertulis, sebaiknya tulisan anak sendiri, tempelkan kisah sukses itu di tempat yang mudah dilihat anak. Di dalam kamar anak, misalnya. Hal ini akan memberi sugesti anak untuk terus menyenangi perasaan sukses itu, agar di aterpancing untuk menciptakan kisah sukses yang kedua. Jika kisah suksesnya tak terlalu berkaitan dengan prestasi akademiknya, sabarlah hal itu merupakan rangkaian darimomenperbaikan kepercayaan dirinya.

4. Berilah penguatan (affirmasi) positif, yakni pernyataan penguatan tentang momen sukses anak. Misalnya, dengan mengatakan kamu memang anak yang gigih atau penguatan lain yang mengarah pada hal positif. Melalui penguatan ini, perlahan-lahan kepercayaan negatif anak akan luntur. Kemudian, akan tumbuh kepercayaan baru yang jauh lebih positif. Tentu saja affirmasi ini tidak cukup dilakukan sekali. Sebaiknya diupayakan berkali-kali dengan bentuk kalimat yang berbeda-beda atau bahkan cukup dengan acungan jempol, tepukan pundak, dan sebagainya. Tetapi, yang perlu diingat dan dihindari adalah adanya affirmasi positif yang monoton sehinggamalah terkesan mengejek. Ingat, intonas Anda sangat menentukan makna.

Ada sejumlah langkah yang perlu dilakukanoran tua dalam rangka membuat jiwa anak menjadi lebih kuat. Secara umum langkah-langkah tersebut adalah :

1. Tidak memanjakan anak

Memanjakan anak itu ibarat memberikan racun berbalut gula. Tanpa sadar orang tua bermaksud melindungi, menyayangi, tak mau mebebani, hal itu berakibat pada penghancuran anak secara perlahan tapi pasti. Hal itu akan tergambar pada kepribadian anak yang lemah dalam menghadapi kesulitan-kesulitan hidup. Bagaimana gambaran singkat perilaku memanjakan itu? Memanjakan berarti memenuhi segala hal yang diminta anak, bukan memberi sesuatu yang anak perlukan. Lambat laun, tindakan ini membuat anak tak bisa membedakan antara sesuatu yang mereka inginkan dengan yang mereka butuhkan.

2. Tidak pilih kasih

Pilih kasih berarti memperhatikan anak dengan tidak proporsional. Perhatian orang tua pilih kasih biasanya akan menjadi berbunga kalau anak mempunyai sesuatu yang membanggakan atau menyenangkan hati orang tua. Namun, untuk anak yang biasa-biasa saja prhatian orang tua juga akan biasa-biasa saja. Karena itu, prinsip utama yang harus dipegang dalam kondisi ini adalah semua anak harus dicintai bagaimanapun keadannya.

3. Mau menerima perbedaan pendapat dengan anak

Sebagai orang tua kita harus dapat menerima perbedaan dengan anak. Mengapa? Sebab anak tak mungkin selalu salah dan orang tua tak mungkin selalu benar. Jangan sampai anak yang mempunyai pendapat berbeda dianggap sebagai anak yang kurang ajar atau melawan orang tua. Ada sejumlah manfaat jika kita mau mempertimbangkan perbedaan pendapat dengan anak, yaitu :

Merangsang suasana dialogis antara orang tua dan anak dengan alasan-alasan yang rasional

Mendekatkan hubungan anak dan orang tua

Melatih anak atau orang tua untuk berjiwa besar jika pendapatnya terbukti tidak benar

4. Tidak membanding-bandingkan anak dengan orang lain

Membandingkan anak dengan orang lain itu ibaratpisau tajam yang mampu menyayat hati yang terdalam. Alasan negatif yang mendorong hal ini terjadi, biasanya agar anak malu meliha orang lain yang berhasil. Sedangkan alasan positif yang biasa diutarakan orang tua adalah agar anak terpacu motivasinya untuk mencontoh, meneladani atau bahkan melampaui prestasi orang lain. Sebenarnya tindakan membanding-bandingkan ini lebih banyak sisi negatifnya daripada sisi positif yang bis diambil. Sebab, membandingkan anak dengan pihak lain anak akan merasa dirinya sebagai pecundang, merasa salah atau ada ketidak beresan, sementara pihak lain yang dijadikan pembanding adalah orang yang sempurna. (Ingat permainan kita dalam menebak kotak di depan)

5. Berhati-hati dalam berkata-kata dengan anak

Kadangkala kata-kata itu seperti air segar penawar dahaga, namun kadangkala kata-kata juga seperti pedang yang mampu merobek hati. Untuk itu, sebagai orang tua, sudah semestinya jika kata-kata yang kita sampaikan kepada anak adalah kata-kata yang positif, bukan kata-kata yang negatif mampu meracuni atau membuat cacat jiwa anak. Karena itu, orang tua perlu perhatian dalam hal :

Membiasakan memberi pengertian pada anak, bukan dengan marah-marah atau mengomel sepanjang hari.

Hindari mengutuk, memaki-maki, mengumpat, apalagi mengancam.

Hindari kata-kata yang bersifat sinis, ketus, sengak.

6. Memberikan hukuman yang mendidik jika anak melakukan kesalahan fatal

Memang sering terjadi kesalah kaprahan dalam konsep mencintai anak. Orang tua sering merasa tidak tega utuk menghukum anak. Hal ini menyebabkan anak menjadi merasa apapun diperbuatnya selalu benar. Akibatnya, anak akan berkembang menjadi pribadi yang tidak realistis dan tidak mempunyai daya tahan yang cukup dalam menghadapi permasalahan. Artinya, anak harus mendapatkan hukuman yang POSITIF manakala ia melakukan tindakan yang fatal.

7. Memberikan pengertian yang mencukupi tentang stress pada anak

Hidup tak selalu mulus, kadang bergelombang, kadang pula sangat terjal. Untuk itu, sebagai orang tua, kita perlu memberikan bekal pada anak tentang paradigma yang positif terhadap kehidupan. Sedih dan gembira adalah suatu kenyataan yang akan datang silih berganti. Tak perlu terlalu gembira hingga lupa diri, tak perlu terlalu terluka berdarah-darah saat menghadapi masalah. Ajarkan pada anak-anak untuk senantiasa bersyukur saat menemui kebehasilan dan bersabar saat mendapati kegagalan. Sebab, bersyukur itu berpahala, bersabar pun berpahala. Dengan memberi pengertian sederahana ini sebenarnya kita telah menanamkan kecerdasan spiritual pada anak-anak kita.

Setelah mental anak kuat, maka langkah selanjutnya adalah memberikan dukungan atau memotivasi agar potens yang ada semakin berkembang. Namun sungguh mengherankan, banyak orang tua yang bermaksud mengobarkan motivasi anaknya agar berprestasi, tetapi cara-cara yang ditempuh sering melukai emosional anak. Contohnya sebagai berikut :

Semestinya kamu belajarkeras seperti adikmu itu (membandingkan). Masa kakak kok prestasinya kalah sama adiknya (mengejek). Sungguh, kalau prestasimu tidak bisa sebaik adikmu, kamu tidak akan dibelikan (mengancam).

Memang, ada anak ang mungkin saja terlecut motivasinya saat dibandingkan diejek dan diancam. Tetapi yang harus Anda ingat, dorongan berprestasi yang dilatar belakangi motivasi negatif, justru akan memicu persoalan-persoalan emosional yang lain.

Jika Anda ingin anak-anak Anda termotivasi untuk belajar, hal yang tidak boleh dilupakan oleh orang tua dan guru adalah pemeliharaan emosi anak. Salah satu dari pemeliharaan emosi terpusat pada penyediaan suasana yang mendukung dalam keluarga. Anak yang terus menerus diberi dukungan mempunyai kesempatan jauh lebih besar untuk berhasil di sekolah dan kehidupan. Anak-anak secara khusus membutuhkan dukungan dan penghiburan ketika :

1. mereka mempunyai masalah

Anda tak bisa memAndang sepele masalah anak, meskipun masalah itu tampak kekanak-kanakan. Anak perlu didukung agar mereka mampu menyelesaikan masalahnya, bukan lari dari masalah. Sebab, sesungguhnya masalah itu pula yang akan menguatkan otot-otot mental mereka dalam belajar problem solving. Anak-anak perlu didorong untuk belajar risk taking dalam ukuran yang sewjarnya. Namun begitu, Anda tetap bisa berperan sebagai pendamping tanpa harus tergelincir pada sikap mengambil alih persoalan anak.

2. Masa transisi

Bagi anak bahkan untuk orang dewasa mengalami masa transisi atau perubahan tentu akan menguras energi dalam upaya penyesuaian. Peralihan dari pra sekolah menuju sekolah dasar, yang dalam masa peralihan itu anak akan menemui lingkungan baru, temant-teman baru, guru-guru yang baru juga. Semua itu cukup menimbulkan ketidak nyamanan anak. Maka, wajar jika sering ditemui anak kelas 1 SD yang menangis. Stress biasa ditunjukkan dengan gejala pusing, mual, sakit perut dan sebagainya saat hari pertama masuk sekolah.

Untuk itu, Anda perlu memberikan dukungan-dukungan emosional agar anak Anda bisa melalui dan menghadapi masa transisi itu dengan baik. Beberapa YANG PERLU dicermati sebagai masa transisi adalah pindah rumah, pindah sekolah, pindah pengasuhan, masa Pubertas, dan sebagainya.

3. Mereka sudah berusaha keras, tetapi belum berhasil.

Kadangkala usaha keras anak-anak Anda tidak serta merta membuahkan keberhasilan. Tentu hal ini akan membawa rasa frustasi bagi mereka. Akibat lanjutannya dia bisa patah arang dalam berusaha. Untuk itu, sebagai orang tua sebaiknya fokus Anda bukan pada seberapa hasil capaian anak, melainkan pada seberapa keras usaha mereka. Hargai setiap usaha kerasnya agar senang berusaha keras meskipun mengalami tantangan yang berat.

Jika Anda lebih menghargai pencapaian hasil, anak akan lebih fokus pada hasil semata, bagaimanpun caranya jujur ataupun curang. Jika anak terbiasa mengAndalkan cara-cara pintas (curang), kelak saat dewasa ia bisa tumbuh menjadi orang yang sering merugikan masyarakat.

4. Mereka lambat berkembang.

Lambat bekembang bukan berarti anak tidak bisa berkembang. Anak mempunyai keunikan-keunikan tertentu dalam perkembangan mereka. Nah, keunikan inilah kadang-kadang menjadi kendala dalam perkembangan mereka. Misalnya, seorang anak yng mempunyai gaya belajar kinestetik (dengan gerakan/mencoba), biasanya akan mengalami kesulitan jika kelas pembelajaran yang diikuti terus menerus menggunakan gaya visual (melihat) atau auditori (suara/ceramah/mendengar). Nah, perbedaan gaya belajar anak dengan gaya mengajar guru seringkali membuat anak jadi lambat bekembang. Tetapi, hal itu bukan berarti anak kita bodoh bukan? Mereka hanya mengalami kesulitan dalam penyesuaian diri terhadap gaya belajar mereka. Untuk itulah, dalam kasus seperti ini, guru dituntut untuk merancang pembelajaran yang mengakomodasi perbedaan gaya belajar. Aktivitas kelas harus mempertimbangkan keanekaragaman gaya belajar sehingga daya serap anak menjadi lebih cepat.

Sampai disini saya berharap Anda sudah memiliki pemahaman yang positif tentang pentingnya menguasai ilmu pengasuhan (parenting), bersikap bijaksana dengan selalu mengontrol ucapan kita hanya pada hal yang baik-baik untuk anak kita, mempersiapkan konsep dirinya secara positif dengan memberikan dukungan yang dibutuhkan anak-anak tanpa melemahkan potensi yang dimiliki.

ARE YOU READY

Saatnya berlatih menjadi orang tua hebat kembali. Oke, kali ini ambillah selembar kertas kosong dan alat tulisnya. Baik saya meminta Anda untuk menggambarkan kepala lengkap, bagus tidak perlu merasa tidak bisa menggambar, ingat kita sedang belajar memberikan energi positif kepada anak kita lakukan sebisanya. Yah, bagus kalau sudah selesai kepala tersebut beri kelengkapan yan glainnya seperti badan, kaki ataupun lainnya agar tampak lengkap. Bagus sebuah gambar yang cukup bagus, nah sekarang coba beri tanduk di kepala yang telah digambar. Yah bagus sekarang tambah ekor juga. Yah gambar Anda sudah selesai, apa yang Anda gambar? Lho kok potret diri, ups maaf, saya tidak bermaksud demikian. Namun, terkadang anak menganggap orang tuanya sebagai monster.

Baiklah sebenarnya saya ingin Anda menggambar sesuatu seperti yang ada di lampiran buku ini. (silahkan dubuka dulu). Yah gambar itu yang saya inginkan. Anda tidak salah, perintahnya juga tidak salah. Ingat ini hanya sebuah permainan, tetapi ada pesan tersembuny yang Ingin saya buka pada setiap Anda mengerjakan ARE YOU READY. Persepsi inilah yang sering jadi pemicu masalah antara orang tua dan anak. Antara orang tua dan anak bersikukuh berdiri pada persepsi masing-masing sehingga tidak pernah ketemu. Agar tidak terjadi masalah langkah awal harus ada kesamaan persepsi.

Dan dalam pendekatan hypnoparenting syarat utama keberhasilan sugesti diawali dari pacing (penyetaraan ego), baru leading (memberikan arahan), baik menggunakan maching maupun mirroring. Namun sebelumnya mari kita pahami pengertian hipnosis dulu secara benar. SALAM RILEKS

BAGIAN KEDUA

PRAKTIK-PRAKTIK HIPNOSIS

HIPNOSIS UNTUK MENDIDIK ANAK

Hipnosis untuk anak-anak telahd ikenal sejak masa lampau. Tanpa kita sadari, sebenarnya, berbagai tradisi dan budaya yang ada telah menerapkan metode hipnosis dalam menumbuh kembangkan anak. Lagu ninabobo yang dinyanyikan para orangtua pada saat menidurkan anak, secara otomatis, dapat menciptakan sebuah fenomena hipnosis (trance), khususnya pada anak-anak (child trance condition).

Pada era modern, metode hipnosis untuk anak-anak telah lama dilakukan oleh Dr. Franz Mesmer ahli fisika dan astrologi dari jerman- dengan teknik magnetisme, pada 1784. Namun, hasil penelitian yang dilakukan oleh Frankin menyimpulkan bahwa efek klinis yang ada pada teknik magnetisme bukanlah karena magnetisme itu sendiri, melainkan efek yang dihasilkan dari imajinasi. Yang dilakukan oleh pasien.

Itulah hal yang sebenarnya menjadi kunci sukses metode hipnosis untuk anak-anak. Di Amerika, penggunaan hipnosis terhadap anak-anak mulai dilirik oleh terapis pada akhir dekade 1950-an. Hal ini disebabkan adanya sosialisasi hipnosis oleh Dr. Milton Erickson dan Erik Wright sebagai metode efektif yang terbukti secara klinis dalam mengatasi berbagai gangguan/permasalahan pada anak-anak. Hingga 1960, kontribusi hipnosis untuk anak-anak telah membawa seorang ahli seperti Dr. Franz Baumann menjadi dokter anak-anak pertama sekaligus menjadi presiden dari Association Society Clinical Hypnosis (ASCH).

Hipnosis pada anak-anak merupakan sebuah keadaan yang ada pada gelombang pikiran alpha dan theta yang fenomenanya seperti perasaan melamun atau berimajinasi. Dalam keadaan hipnosis, seseorang menjadi fokus secara selektif dan berkonsentrasi atas ide utama atau gambaran (dengan atau tanpa relaksasi). Sasaran spesifiknya adalah pencapaian beberapa tujuan atau menyadari beberapa potensi-potensi dalam diri anak tersebut.

Dalam keadaan hipnosis, seorang anak mudah menerima saran-saran positif yang berguna bagi perkembangannya, mulai dari masa kanak-kanak hingga remaja. Saran-saran positif tersebut akan terus tersimpan di pikiran bawah sadar mereka. Hal itu akan mengisi rekaman-rekaman dalam pikiran mereka, yaitu tentang segala sesuatu bersifat positif yang berguna dalam mengisi sisi kejiwaan dan emosional. Sebelum melakukan hipnosis untuk mendidik anak, perlu saya jelaskan beberapa kendala yang biasanya terjadi.

1. Pacing leading yang tidak berjalan

Kata Pacing dan Leading jika diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia adalah menyamakan atau mengikuti dan Leading adalah memimpin. Ada sebuah alat dalam bidang musik yang dapat menggambarkan hal ini yaitu Garpu Tala. Dalam radio disebut menyamakan frekuensi. Dalam hipnosis, istilah pacing dan leading digunakan untuk menjelaskan sebuah hubungan komunikasi. Pacing berarti sebuah proses dalam menyamakan agar dapat memiliki pemahaman yang sama dan mengikutinya (Leading).

Dalam lingkungan keluarga, teknik pacing and leading ini harusnya dapat menyelamatkan banyak kehidupan keluarga jika orang tua tidak memaksakan anaknya untuk mengerti orang tua. Andai saja, boleh menyarankan bila para orang tua menyadari bahwa mereka pernah menjadi anak, sedangkan anak belum pernah menjadi orang tua.

Pernahkah orang tua berusaha menyamakan (pacing) dahulu ke anaknya yang mogok belajar, yang lebih senang bermain game. Lalu belajar memahami mengapa anaknya berperilaku seperti itu? Atau lebih memilih langsung marah besar ke anak dan memberi predikat anak bemasalah yang tidak tahu diri, disuruh belajar malah main. Apa nggak tahu bahwa ayah atau ibunya ingin dia menjadi anak yang pintar? Apa nggak tahu kalau orang tuanya setengah mati mencari uang guna menafkahinya? Dasar anak bandel, nakal ! Maka dibawalah anak ini ke psikiater karena anaknya bermasalah, sebetulnya siapa yang bermasalah?

2. Modalitas yang dipaksakan

Apa yang terbesit dalam pikiran Anda ketika kata modalitas ini muncul? Apakah Anda merasa ada hubungannya dengan salah satu istilah ekonomi? Permodalan? Ya, walaupun tidak berhubungan langsung dengan bidang ekonomi, arti kata modalitas yang sasya maksudkan memang menyerempet kata modal dalam istilah ekonomi. Modalitas dalam konteks hipnosis adalah Representational System atau biasa disingkat dengan Rep System. Ini merupakan modal yang diberikan Tuhan kepada manusia berupa indera pengelihatan, pendengaran, perabaan, penciuman, dan pengecapan.

Modalitas atau Rep System ibarat saringan bagaimana seorang manusia memaknai suatu kejadian di luar sebelum dimasukkan ke dalam pikirannya. Untuk memudahkan pemahaman, mari kita gunakan istilah VAKOG Visual (pengelihatan), Auditory (pendengaran), Kinestetik (perabaan), Olfactory (penciuman), Gustatory (pengecapan). Dalam setiap manusia unsur VAKOG ini berfungsi sama baiknya.tidak ada unsur yang lebih baik dari unsur lainnya. Hanya pada sebagian orang, ada bagian-bagian yang lebih dominan dari bagian lainnya yang kurang dominan.

Misalkan, orang tua yang dominan Visual dalam mengajarkan anaknya belajar kecenderungan akan lebih sering dengan menunjukkan atau memperlihatkan bahan pelajaran. Sedangkan anak yang memiliki dominan Auditory, tentu akan lebih nyaman dengan suara atau dibacakan bahan pelajarannya, tidak hanya sekedar ditunjukkan. Atau anak yang dominan Kinestetik di mana gaya belajarnya adalah menggoyang-goyangkan kaki atau memutar-mutar penanya harus berhadapan dengan orang tuanya yang dominan Visual di mana akan merasa terganggu dengan gerakan-gerakan Sang anak.

Anda dapat gambarkan dan ceritakan apa yang akan terjadi jika orang tua tidak menyadari modalitas dirinya dan modalitas anaknya? Yang terbayang adalah antara orang tua dan anak saling memberi label bermasalah antar satu dengan lainnya. Yang ketika belajar. Titik temu sebetulnya dapat diatasi dengan salng mengenal modalitas masing-masing dan belajar bagaimana menyeimbangkannya sehingga menjadi tidak terlalu dominan.

Perhatikan dan amati anak Anda ketika mereka sedang berbicara atau ketika mereka sedang beraktivitas untuk mengetahui modalitasnya. Kata kerja apa yang paling sering mereka gunakan ketika berkomunikasi dengan Anda dan aktivitas apa yang paling disukai mereka.

a. Anak dengan dominan Visual mereka akan lebih sering menggunakan kata kerja : melihat, memAndang, menunjukkan, warna, gelap terang, dll. Aktivitas yang disenangi biasanya menggambar.

b. Anak dengan dominan Auditory mereka akan lebih sering menggunakan kata kerja : mendengar, bertanya, menjawab, berisik, suara, dll. Aktivitas yang disenangi biasanya bermain musik.

c. Anak dengan dominan Kinestetik mereka akan lebih sering menggunakan kata kerja : merasakan, nyaman, memegang, menyentuh, membawa, dll. Aktivitas yang disenangi biasanya kegiatan yang banyak gerak. Untuk Olfactory dan Gustatory biasanya dimasukkan dalam Kinestetik untuk menyederhanakan pemahaman.

Dengan mengetahui modalitas yang dimiliki anak-anak hendaknya orang tua melakukan pacing agar komunikasi dapat berjalan baik, baru melakukan leading untuk mengarahkan anak-anak. Sebab dengan melakukan pacing, pikiran bawah sadar anak merasa aman dan nyaman sehingga saat orang tua melakukan leading akan diikuti oleh anak.

3. Kondisi state yang berbeda

State dalam hipnosis adalah sutu keadaan di mana pikiran, perasaan dan fisiologi tubuh yang saling berhubungan membentuk kondisi dalam diri Anda. Misalnya, state Anda dalam keadaan bersemangat tentu akan berbeda sekali dengan state Anda ketika dalam keadaan frustasi. Mari kita lihat contoh perbedaanya.

a. State bersemangat, pikirkan suatu kejadian di mana Anda mendapatkan keberhasilan, umumnya perasaan Anda akan senang, biasanya fisiologi tubuh Anda akan tegak dan gagah.

b. State frustasi, pikirkan suatu kejadian di mana Anda menemui kegagalan, umumnya perasaan Anda akan sedih, tanpa disadari fisiologi tubuh Anda akan loyo dan cenderung agak bungkuk.

c. State anak-anak = Knowing Nothing State, state anak-anak adalah keadaan untuk belajar yang sempurna karena dalam pikiran mereka belum ada aturan-aturan, baik atau buruk, salah atau benar. Jadi jika anak sedang memegang benda-benda yang dapat membahayakan dirinya segera ganti dengan benda yang lebih aman, pindahakan ke tempat yang lebih aman dan biarkan dia tetap bermain.

Anak-anak selalu menganggap semua benda yang ada disekitarnya adalah seseuatu yang sangat menarik untuk dipelajari. Cara untuk mempelajarinya adalah dengan memainkannya. Sehingga tidaklah mengherankan, anak-anak jika diberi mainan baru dalam waktu kurang dari satu hari sudah berubah bentuk menjadi beberapa mainan baru. Mengapa demikian? Karena anak menemukan banyak cara untuk memainkannya. Oleh orang tua tindakan ini disamakan dengan merusak, sedangkan pada anak tindakan yang sama adalah keingintahuan. Alangkah indahnya jika pada orang tua tindakan yang diartikan sebagai merusak tadi diganti menjadi keingintahuan, tentu Anda tidak perlu menjadi emosi lagi kan? Baiklah mari kita mulai mencoba mengenal beberapa teknik hipnosis yang dapat digunakan untuk mengatasi beberapa kasus anak kita.

A. MENGATASI ANAK YANG SULIT MAKAN

Orang tua sering direpotkan dengan permasalahan anaknya yang sulit makan, maunya main saja, untuk membuka mulut saja sulit minta ampun. Yang sering jadi masalah sebenarnya karena orang tua inginnya anak makan di meja, duduk rapi dan lain sebagainya sedangkan anak masih asyik dengan aktivitasnya.

Jika kita menggunakan pendekatan hipnosis maka kita dapat memanfaatkan kondisi trance anak. Trance di sini adalah suatu kondisi atau keadaan ketika pikiran manusia terfokus pada suatu aktivitas atau kejadian. Misalkan saat Anda fokus pada tontonan di televisi, suara keramaian di sekeliling mendadak menjadi tidak terdengar. Nyatanya mungkin istri atau suami Anda sudah beberapa kali memanggil-manggil nama Anda.

Pada saat trance, pikiran sadar manusia yang menjadi penyaring informasi menjadi lumpuh sesaat, sehingga informasi-informasi masuk ke dalam pikiran relatif tanpa disaring. Jangan heran jika ibu-ibu yang menonton sinetron bisa ikutan menangis terbawa cerita, meskipun mereka tahu itu hanyalah sekedar lakon belaka.

Atau bapak-bapak yang ikutan menendang meja ketika sedang seru-serunya mengikuti pertandingan bola di televisi, meskipun mereka tahu bahwa tindakan mereka tidak akan secara langsung membantu terciptanya sebuah gol.

Kondisi trance ini tidaklah mewakili atau menunjukkan suatu gambaran yang sifatnya baik atau pun buruk. Melainkan hanyalah sebuah keadaan netral yang dapat saja digunakan untuk tujuan yang beramanfaat atau diselah gunakan untuk tujuan yang tidak bermanfaat.

Bagi pelaku kejahatan, kondisi trance ini dimanfaatkan untuk menghipnotis korban untuk melakukan tindakan yang telah diproram untuk kepentingan pribadinya. Bagi theraps, kondisi trance ini dimanfaatkanuntuk menolong kliennya memecahkan masalahnya. Bagi para orang tua yang mengerti menggunakannya, keadaan ini dapat dijadikan alat untuk menanamkan nilai-nilai dan perilaku yang bermanfaat bagi anaknya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa anak-anak lebih mudah masuk dalam keadaan trance dibandingkan dengan orang dewasa yang relatif membutuhkan waktu yang lebih panjang. Oleh sebab itu, Anda selaku orang tua perlu lebih berhati-hati terhadap segala tindakan ataupun ucapan di depan anak Anda. Karena apapun yang dilihat atau pun didengar oleh anak dalam keadaan trance, informasi tersebut akan masuk ke dalam pikiran anak dan menetap menjadi sebuah program yang kita tidak tahu kapan akan aktif bekerja.

Kondisi inilah yang sering digunakan istri saya (alhm) saat mengatasi kesulitan makan anak kami yang pertama Daffa. Daffa memang sulit jika disuruh makan, maka saat bermain inilah saatnya Daffa bisa makan banyak. Saat asyik dengan sepeda barunya, maunya bermain sepeda terus. Mamanya tinggal bilang Ayo sepedanya isi bensin dulu, biar lebih cepat. Demikian juga saat jadi polisi atau tokoh lain yang sedang diperankan Ayo polisinya isi tenaga dulu, biar bisa nangkap penjahat. Hasilnya, ups saat tahu nasi dimulutnya habis langsung berhenti di tempat pengisian bahan bakar.

Berbeda dengan adiknya Hanin, karena lebih suka bermain boneka, maka makannya bersamaan dengan bonekanya Lho barbienya sudah makan, ayo sekarang giliran mbak hanin, Ayo siapa dulu ini yang mau jadi besar, barbie apa mbak hanin. Jadi untuk mengatasi masalah makan anak yang jelas orang tua harus mau pacing dulu, ikuti kondisi trance anak dan baru ikuti dengan leading dan akhiri dengan anchoring.

Langkah akhir adalah melakukan Anchoring. Kata Anchor/anchoring jika diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia adalah sebagai jangkar atau sauh. Fungsi dari jangkar atau sauh ini adalah untuk memgang kapal agar tidak terbawa arus laut. Dalam hipnosis kata ini dapat berarti tombol pemicu dalam memanggil pikiran dan perasaan tertentu yang telah terjangkar dalam diri seseorang sebelumnya.

Anchoring itu sendiri adalah netral. Karena sifatnya lebih seperti sebuah tombol pemicu. Tombol ini dapat berupa sebuah suara, sebuah gambar, sebuah rasa, sebuah aroma dan sebuah belaian atau sentuhan. Tinggal bagaimana Anda mengjangkar salah satu atau kelima hal tersebut pad sebuah pikiran dan perasaan tertentu. Pilihan ada pada tangan Anda

Misalkan pada kasus anak saya, biasanya setelah nasinya habis, anak-anak dikasih jempol dua dan dapat ucapan Pinter, makannya habis!. Ingat untuk keberhasilan program ini tidak hanya sekali tetapi butuh repetisi, agar perilaku tersebut jadi diterima pikiran bawah sadarnya.

B. MENGATASI RASA TAKUT ANAK

Tanpa disadari kadang orang tua, lingkungan bahkan guru menanamkan program negatif kepada anak berupa rasa takut, sehingga munculah perilaku takut pada gelap, takut pada kecoa, takut pada sesuatu yang kesemuanya tentunya akan menghambat proses pengembangan diri anak secara maksimal. Oleh karena itu rasa takut anak harus segera diperbaiki dan digantikan dengan program baru.

Jika Anda suka tempat yang basah teknik ini sangat cocok, sebab umumnya anak-anak menyukai main air dan berenang. Cara ini sangat praktis dan menyenangkan dalam mengatasi rasa takut anak. Rasa takut inilah yang menjadi penyebab utama seseorang tidak menghambat seseorang mencapai prestasi yang optimal.

Teknik ini sangat sederhana sehingga semua orang tua juga bisa melakukannya dan anak-anak pun senang melakukannya tanpa mereka tahu kalau mereka sedang diterapi. Teknik ini diberi nama Lompat Byur, walaupun sederhana teknik ini adalah kombinasi teknik terapi New Code NLP dan Ericksonian Hypnosis, ternyata menjadi sangat efektif dan prosesnya menyenangkan untuk anak-anak.

Begini caranya dan ingat Anda pun bisa melakukannya :

1. Pertama Anda harus ikut juga berenang atau bermain air bersama anak-anak, melebur dan jadilah anak-anak (teknik PACING), asyik kok!

2. Setelah mereka asyik denganmain air, barulah ajak perlahan-lahan dengan mencontohkan tentunya (teknik LEADING) permainan Lompat Byur ini. Rahasia LEADING di sini Anda harus menikmati dengan sungguh-sungguh dan tulus, agar anak-anak tertarik mau ikutan main Lompat Byur ini. Caranya Anda contohkan berdiri di pinggir kolam dengan gaya anak-anak lalu melompat ke kolam Byur. Terus lakukan sampai anak-anak ikutan.

3. Lakukan dengan berbagai gaya, lalu tingkatkan resikonya misal : melompat lebih jauh, lebih jauh dan lebih jauh agar percaya diri mereka meningkat.

4. Setelah mereka sangatmenikmati permainan Lompat Byur dengan resiko yang lebih besar, disinilah saatnya memasukan rasa takut, gambaran yang membuat mereka takut suara-suara yang menakutkan mereka (maksud saya suara Ibunya yang sering ngomel he.. he..) dengan cara:

? Saat mereka mengambil ancang-ancang mau lompat ke kolam tanyakan pa ketakutan mereka.

? Lalu tawarkan kalimat sugestinya misal Aku bernai dengankamar gelap sekarang!!!, Takutku lenyap sekarang! dan pastikan mereka setuju dengan kalimat tersebut, baik sekali kalau mereka sendiri yang memilih kalimat sugestinya. Pastikan ada kata SEKARANG.

? Setelah siap, teriakkan dengan keras kalimat sugesti tersebut sambil lompat ke kolam dan Byur ketakutan pun lenyap. Lakukan dengan beberapa pilihan kalimat sugesti, siapa tahu ada yang masih kurang pas dengan pilihan kalimat A mungkin cocok dengan kalimat sugesti B.

? Ide lain boleh juga gunakan tekniklainnya sepertimeletakkan rasa takut tadi pada sebuah bola, lalu lemparkan bolanya ke kolam renang dengan jarak yang cukup terjangkau untuk mereka capai saat Byur. Setelah mereka dapatkan bolanya, ajak untuk lempar sejauh mungkin.

5. Terakhir lakukanuji periksa (kalibrasi) denganmengamati respon mereka berupa pertanyaan berikut : Gimana perasaan kamu sekarang?, Kemana rasa takut kamu?, Hanyut ya?, Hilang ya?, Lenyap ya?.

6. Baik sekali jika akhir acara mereka menyimpulkan perasaan mereka saat ini, misal : Iya, ya aku ternyata seorang pemberani, Aku jagoan ya, aku bisa kalahkan rasa takut, dsb.

Bukankah melakukan hipnosis pada anak-anak sangat menyenangkan, satu hal kita bisa lebih dekat dengan anak kita,kita bisa membantu menyelesaikan masalah anak kita tanpa bantuan seorang terapis Sekali lagi perlu diingat bahwa MASTER OF HYPNOSIS seseungguhnya itu adalah orang tua. Secanggih apapun program ditanamkan dalam diri anak oleh seorang terapis, jika lingkungan tidak mendukung tumbuhnya kebiasaan baru maka cepat atau lambat hasil terapi akan terkikis habis.

Jelas sekali bahwa peranan orang tua sebagai terapi bagi anaknya sendiri sangat besar. Orang tua adalah akar dari sebuah pohon yang akan menyerap segala nutrisi yang ada di sekitarnya dan kemudian menyalurkannya ke anak sebagai buah yang ada jauh di atas pohon. Untuk menghasilkan buah yang baik maka akarnya yang harus diperhatikan agar bisa menyalurkan nutrisii yang baik dan berguna bagi bakal buah yang akan berkembang. Ketika buah sudah muncul maka perlakuan kita untuk mengubahnya hanya mempunyai pengaruh yang kecil atau bisa jadi terlambat.

C. MENGATASI ANAK BERPRESTASI KURANG MEMUASKAN

Sekolah di Indonesia mempunyai andil untuk mencetak anak yang tidak kompatibel. Lebih banyak mana antara anak yang berprestasi baik atau yang kurang baik? Baik, secara jujur di sekolah yang boleh berprestasi hanya 3 orang anak, syukur-syukur jika diambil 10 besar. Artinya bahwa sisanya adalah anak yang gagal. Bagi anak-anak gagal, penerimaan raport adalah sebuah petaka. Saat melihat ranking raportnya menduduki dua digit (di atas 10 besar), hatinya sudah hancur. Sebenarnya dia pulang butuh perlindungan dan penguatan, tetapi yang sering terjadi justru masuk pada kAndang macan yang siap menerkam.

Yah coba kalau kamu belajar lebih giat sebelumnya, pasti kamu bisa dapat nilai bagus, gak kayak sekarang ini. Makanya, jangan main terus, bikin malu orang tua!. Huh dasat anak!. Masih banyak lagi ucapan mesra dari orang tua yang harus diterima oleh anak setelah mendapatkan nilai kurang memuaskan. Dan itu terulang setiap penerimaan raport.

Baik mari kita lihat reaksi tersebut dari proses kerja otak. Jika sekarang anak kita kelas 4 SD, maka setidaknya 6 kali program neatif itu tertanam setiap menerima raport. Repetisi tersebut, ditambah yang menyampaikan adalah figur ototritas, ditambah lagi penyampaiannya dengan intensitas emosi yang kuat. Bisa dibayangkan betapa kuatnya program itu terinstall SAYA ANAK BODOH, SAYA TIDAK MAMPU.

Jika program itu sudah jalan maka program sukses apapun yang diberikan tidak kompatibel dengan si operating system ANAK BODOH tersebut. Sekali lagi saya tekankan tidak ada anak yang bodoh dengan 100 milyar sel neuron aktif yang dimiliki, yang ada hanya anak yang tidak bisa mengoptimalkan potensi dir


Top Related