HUBUNGAN SELF-COMPASSION DAN KEPATUHAN MINUM OBAT
PADA PASIEN HIPERTENSI
SKRIPSI
Oleh :
SEPTYA DWI PUSPANINGATI
16320119
PROGRAM STUDI PSIKOLOGI
FAKULTAS PSIKOLOGI DAN ILMU SOSIAL BUDAYA
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA
2020
i
HUBUNGAN SELF-COMPASSION DAN KEPATUHAN MINUM OBAT
PADA PASIEN HIPERTENSI
SKRIPSI
Diajukan Kepada Program Studi Psikologi
Fakultas Psikologi dan Ilmu Sosial Budaya Universitas Islam Indonesia
Untuk Memenuhi Sebagian Dari Syarat-syarat Guna Memperoleh
Derajat Sarjana S-1 Psikologi
Oleh :
SEPTYA DWI PUSPANINGATI
16320119
PROGRAM STUDI PSIKOLOGI
FAKULTAS PSIKOLOGI DAN ILMU SOSIAL BUDAYA
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA
2020
ii
PERNYATAAN ETIKA AKADEMIK
Yang bertanda tangan di bawah ini, saya :
Nama : Septya Dwi Puspaningati
No. Mahasiswa : 16320119
Program Studi : Psikologi
Judul Skripsi : Hubungan antara Self-compassion dan Kepatuhan
Minum Obat Pasien Hipertensi
Melalui surat ini saya menyatakan bahwa :
1. Selama melakukan penelitian dan pembuatan laporan penelitian skripsi saya
tidak melakukan tindak pelanggaran etika akademik dalam bentuk apapun,
seperti penjiplakan, pembuatan skripsi oleh orang lain, atau pelanggaran
lain yang bertentangan dengan etika akademik yang dijunjung tinggi
Universitas Islam Indonesia. Oleh karena itu, skripsi yang saya buat
merupakan karya ilmiah saya sebagai penulis, bukan karya jiplakan atau
karya orang lain.
2. Apabila dalam ujian skripsi saya terbukti melanggar etika akademik, maka
saya siap menerima sanksi sebagaimana aturan yang berlaku di Universitas
Islam Indonesia
3. Apabila dikemudian hari, setelah saya lulus dari Fakultas Psikologi dan
Ilmu Sosial Budaya Universitas Islam Indonesia ditemukan bukti secara
meyakinkan bahwa skripsi saya adalah jiplakan atau karya orang lain, maka
saya bersedia menerima sanksi akademis yang ditetapkan Universitas Islam
Indonesia.
Yogyakarta, 27 September 2020
Yang menyatakan,
Septya Dwi Puspaningati
iii
HALAMAN MOTTO
ر ن الموال والنفس والثمرت وبش ن الخوف والجوع ونقص م برين ﴿البقرولنبلونكم بشيء م ﴾۱۵۵ة : الص
“Dan Kami pasti akan menguji kamu dengan sedikit ketakutan, kelaparan,
kekurangan harta, jiwa, dan buah-buahan. Dan sampaikanlah kabar gembira
kepada orang-orang yang sabar,”
- (Q.S Al-Baqarah:155)
“What you seek, is seeking you.”
- (Rumi)
“Mohon, mangesthi, mangastuti, marem”
-(Anonim)
iv
HALAMAN PERSEMBAHAN
حيم حمن الر الر بسم الل
Bismillahirrohmanirrohim,
Segala puji dan syukur pada Allah Subhanahu wa taalla,
Atas segala nikmat, rahmat, hidayah, pertolongan serta kekuatan yang telah
engkau berikan selama ini. Shalawat serta salam tercurahkan kepada junjungan
nabi besar Muhammad Shalallahu ‘alayhi wasallam.
Alhamdulillahirabbil„alamin, akhirnya skripsi ini dapat terselesaikan. Skripsi ini
saya persembahkan untuk:
Papa Sutikno & Mama Sapta Usmaningati
Hormat dan cinta setinggi-tingginya untuk segala kasih sayang, pengorbanan, air
mata, dukungan, nasihat serta do’a yang selalu diberikan tanpa henti setiap waktu.
Mas Tersayang Tuhu Satrio Wicaksono
Peluk, cium, dan hormat sehangat-hangatnya untuk segala do’a, cinta, dan
dukungan tiada henti.
v
HALAMAN PENGESAHAN
Skripsi dengan Judul:
HUBUNGAN ANTARA SELF-COMPASSION DAN KEPATUHAN MINUM
OBAT PADA PASIEN HIPERTENSI
Telah dipertahankan di depan Dewan Penguji Skripsi Fakultas Psikologi dan Ilmu
Sosial Budaya Universitas Islam Indonesia untuk Memenuhi Sebagian Dari
Syarat-Syarat Guna Memperoleh Derajat Sarjana S1 Psikologi
Pada tanggal :
Mengesahkan,
Program Studi Psikologi
Fakultas Psikologi dan Ilmu Sosial Budaya
Universitas Islam Indonesia
Ketua Program Studi Psikologi
Dewan Penguji
Tanda Tangan
1. Nita Trimulyaningsih, S.Psi., M.Psi., Psikolog.
2. Libbie Annatagia, S.Psi., M.Psi., Psikolog.
3. Fani Eka Nurtjahjo, S.Psi., M.Psi., Psikolog.
vi
PRAKATA
Segala puji dan syukur pada Allah Subhanahu wa taalla, atas segala nikmat,
rahmat, hidayah, pertolongan serta kekuatan yang telah engkau berikan selama ini.
Shalawat serta salam tercurahkan kepada junjungan nabi besar Muhammad
Shalallahu ‘alayhi wasallam. Alhamdulillahirabbil„alamin, akhirnya skripsi ini
dapat terselesaikan
Selama proses pengerjaan skripsi ini, penulis menyadari banyak pihak yang
telah memberi banyak bantuan berupa bimbingan, motivasi, serta doa kepada
penulis sedari awal pengerjaan skripsi ini hingga selesai. Oleh karena itu, pada
kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terimakasih yang tak terhingga
kepada:
1. Bapak Dr. H. Fuad Nashori., S.Psi., M.Si., M.Ag., Psikolog selaku Dekan
Fakultas Psikologi dan Ilmu Soisal Budaya Universitas Islam Indonesia
2. Ibu Yulianti Dwi Astuti, S.Psi., M.Soc.Sc selaku Ketua Program Studi
Psikologi dan Ilmu Sosial Budaya Universitas Islam Indonesia.
3. Ibu Nita Trimulyaningsih, S.Psi., M.Psi selaku dosen pembimbing skripsi
yang telah meluangkan banyak waktunya untuk selalu membimbing penulis
serta memberi masukan dan semangat kepada penulis dalam mengerjakan
skripsi.
vii
4. Ibu Nanum Sofia, S.Psi., S.Ant, M.A., selaku dosen pembimbing akademik
penulis yang telah membimbing dalam kegiatan akademik penulis dari
semester 1 sampai saat ini
5. Bapak/Ibu dosen penguji, yang telah bersedia meluangkan waktu untuk
menguji, membimbing, dan mengarahkan penulis dalam proses penyelesaian
skripsi ini agar menjadi lebih baik
6. Seluruh dosen serta karyawan dan staff Program Studi Psikologi Fakultas
Psikologi dan Ilmu Sosial Budaya Universitas Islam Indonesia atas semua
ilmu, bimbingan serta pengalaman yang dibagikan kepada penulis
7. Papa Sutikno dan Mama Sapta Usmaningati, selaku orang tua yang tak
pernah lelah untuk selalu memberikan dukungan serta doa kepada penulis
sampai saat ini. Semoga kesempatan menuntut ilmu yang diberikan menjadi
berkah untuk keluarga dan lingkungan.
8. Tuhu Satrio Wicaksono, selaku kakak tersayang penulis yang selalu
memberi semangat, uang saku dan cinta kasih yang bertubi-tubi.
9. Ahmad Roykhan Ebidzar El Guevara, perjalanan skripsi ini tidak lengkap
tanpa doa baik dan semangat yang diberikan. Semoga Tuhan selalu
memberkahi kamu.
10. Gora, Mbak Ila, Namira, sahabat terbaik yang dikirim Tuhan Yang Maha
Esa. Terimakasih atas segala dukungan, motivasi, dan semangat yang selalu
diberikan selama ini
viii
11. Ayudya Puspa Khairani dan Khairina Febrianti, selaku sahabat
seperjuangan penulis dalam mengerjakan skripsi ini sedari awal.
Terimakasih telah berjuang bersama, semoga kalian selalu dilimpahi rahmat
dan cinta Gusti Allah.
12. Serta seluruh pihak yang ikut terlibat dan mendoakan dalam penyelesaian
skripsi ini baik secara langsung maupun tidak, semoga Allah melindungi
kalian semua dimanapun berada.
Yogyakarta, 27 September 2020
Penulis,
Septya Dwi Puspaningati
ix
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .............................................................................................. i
HALAMAN PERNYATAAN .............................................................................. ii
HALAMAN MOTTO .......................................................................................... iii
HALAMAN PERSEMBAHAN........................................................................... iv
HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................... v
HALAMAN PRAKATA ...................................................................................... vi
DAFTAR ISI ......................................................................................................... ix
DAFTAR TABEL................................................................................................. xi
DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................... xii
ABSTRAK .......................................................................................................... xiii
ABSTRACT ........................................................................................................ xiv
BAB I. PENDAHULUAN ................................................................................... 15
A. Latar Belakang ........................................................................................... 15
B. Tujuan Penelitian ....................................................................................... 21
C. Manfaat Penelitian ..................................................................................... 21
D. Keaslian Penelitian ..................................................................................... 22
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................ 25
A. Kepatuhan Minum Obat ............................................................................. 25
1. Definisi Kepatuhan Minum Obat ........................................................... 25
2. Aspek-aspek Kepatuhan Minum Obat.................................................... 26
3. Faktor-faktor Kepatuhan Minum Obat ................................................... 27
B. Self-compassion.......................................................................................... 29
1. Definisi Self-compassion ........................................................................ 29
2. Aspek-aspek Self-compassion ................................................................ 30
C. Hipertensi ................................................................................................... 31
D. Dinamika Psikologis .................................................................................. 32
E. Hipotesis Penelitian .................................................................................... 35
BAB III. METODE PENELITIAN ................................................................... 36
A. Identifikasi Variabel Penelitian .................................................................. 36
B. Definisi Operasional................................................................................... 36
1. Kepatuhan Minum Obat ......................................................................... 36
2. Self-compassion ...................................................................................... 36
x
C. Subjek Penelitian ........................................................................................ 37
D. Metode Pengumpulan Data ........................................................................ 37
1. Skala Kepatuhan Minum Obat ............................................................... 37
2. Skala Self-compassion ............................................................................ 38
E. Validitas dan Reliabilitas ........................................................................... 39
1. Validitas .................................................................................................. 39
2. Reliabilitas .............................................................................................. 40
F. Metode Analisis Data ................................................................................. 41
BAB IV. PELAKSANAAN DAN HASIL PENELITIAN ................................ 42
A. Orientasi Kancah dan Persiapan Penelitian................................................ 42
1. Orientasi Kancah .................................................................................... 42
2. Persiapan Penelitian................................................................................ 43
B. Pelaksanaan Penelitian ............................................................................... 47
C. Hasil Penelitian .......................................................................................... 48
1. Deskripsi Subjek Penelitian .................................................................... 48
2. Deskripsi Data Penelitian ........................................................................ 50
3. Uji Asumsi .............................................................................................. 52
4. Uji Hipotesis ........................................................................................... 53
5. Analisis Tambahan.................................................................................. 54
D. Pembahasan ............................................................................................... 57
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................. 62
A. Kesimpulan ................................................................................................ 62
B. Saran ........................................................................................................... 62
1. Bagi Responden Penelitian ..................................................................... 62
2. Bagi Peneliti Selanjutnya ....................................................................... 63
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 64
LAMPIRAN ......................................................................................................... 69
xi
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Blueprint Skala Kepatuhan Minum Obat ................................................. 38
Tabel 2. Blueprint Skala Self-compassion ............................................................. 39
Tabel 3. Distribusi Aitem Skala Kepatuhan Minum Obat ..................................... 46
Tabel 4. Distribusi Aitem Skala Self-compassion .................................................. 46
Tabel 5. Deskripsi Responden Penelitian Berdasarkan Jenis Kelamin .................. 48
Tabel 6. Deskripsi Responden Penelitian Berdasarkan Usia ................................. 49
Tabel 7. Deskripsi Responden Penelitian Berdasarkan Masa Diagnosis ............... 49
Tabel 8. Deskripsi Data Penelitian ......................................................................... 50
Tabel 9. Norma Kategorisasi Kepatuhan Minum Obat .......................................... 50
Tabel 10. Norma Kategorisasi Self-compassion .................................................... 51
Tabel 11. Hasil Uji Normalitas .............................................................................. 52
Tabel 12. Hasil Uji Liniearitas ............................................................................... 53
Tabel 13. Hasil Uji Hipotesis ................................................................................. 54
Tabel 14. Hasil Uji Korelasi subjek Perempuan .................................................... 55
Tabel 15. Hasil Uji Korelasi subjek Laki-laki ....................................................... 55
Tabel 16. Hasil Uji Korelasi Self-compassion dengan aspek kepatuhan……… ... 56
xii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Skala Kepatuhan Minum Obat Sebelum Uji Coba ............................ 54
Lampiran 2. Tabulasi Data Uji Coba Skala Kepatuhan Minum Obat.................... 56
Lampiran 3. Analisis Data Uji Coba Skala Kepatuhan Minum Obat .................... 59
Lampiran 4. Skala Kepatuhan Minum Obat Setelah Uji Coba .............................. 60
Lampiran 5. Skala Self-compassion Sebelum Uji Coba......................................... 62
Lampiran 6. Tabulasi Data Uji Coba Self-compassion .......................................... 67
Lampiran 7. Analisis Data Uji Coba Skala Self-compassion ................................. 70
Lampiran 8. Skala Self-compassion Setelah Uji Coba ........................................... 73
Lampiran 9. Tabulasi Data Subjek Penelitian ........................................................ 77
Lampiran 10. Tabulasi Data Penelitian .................................................................. 80
Lampiran 11. Uji Asumsi ....................................................................................... 87
Lampiran 12. Uji Hipotesis .................................................................................... 94
Lampiran 13. Hasil Analisis Tambahan ................................................................. 95
Lampiran 14. Perhitungan Data Hipotetik ............................................................. 96
Lampiran 15. Kategorisasi Skala Kepatuhan Minum Obat ................................... 99
Lampiran 16. Hasil Kategorisasi Skala Kepatuhan Minum Obat ........................ 100
Lampiran 17. Kategorisasi Skala Self-compassion .............................................. 103
Lampiran 18. Hasil Kategorisasi Self-compassion............................................... 106
Lampiran 19. Surat Izin Penelitian....................................................................... 110
Lampiran 20. Surat Keterangan Selesai Penelitian .............................................. 111
xiii
HUBUNGAN ANTARA SELF-COMPASSION DAN KEPATUHAN MINUM
OBAT PADA PASIEN HIPERTENSI
Septya Dwi Puspaningati
Nita Trimulyaningsih S. Psi., M.Psi
Prodi Psikologi Universitas Islam Indonesia
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menguji hubungan antara self-compassion
dan kepatuhan minum obat pada pasien hipertensi. Hipotesis pada penelitian ini
adalah terdapat hubungan positif antara self-compassion dengan kepatuhan minum
obat, dimana semakin tinggi self-compassion maka semakin tinggi pula kepatuhan
minum obat yang dimiliki pasien. Penelitian ini melibatkan 52 pasien hipertensi.
Alat ukur yang digunakan adalah skala kepatuhan minum obat (8-MMAS) dari
Morisky (1986) yang telah diadaptasi oleh Aulia (2015) dan skala self-compassion
(SCS) dari Neff (2003b) yang telah diterjemahkan oleh Priyanka (2019).
Berdasarkan hasil analisis ditemukan bahwa koefisien korelasi sebesar 0,022
dengan signifikansi 0,437 (p>0,05). Hal tersebut berarti tidak terdapat hubungan
positif yang signifikan antara self-compassion dengan kepatuhan minum obat pada
pasien hipertensi sehingga hipotesis penelitian ini ditolak.
Kata Kunci: Self-compassion, kepatuhan minum obat, pasien hipertensi.
xiv
RELATIONSHIP BETWEEN SELF-COMPASSION AND DRUG
ADHERENCE AMONG HYPERTENSION PATIENTS
Septya Dwi Puspaningati
Nita Trimulyaningsih S.Psi.,M.Psi
Prodi Psikologi Universitas Islam Indonesia
ABSTRACT
This study aims to examine the relationship between self-compassion and
medication adherence in hypertensive patients. The hypothesis in this study is that
there is a positive relationship between self-compassion and medication adherence,
where the higher the self-compassion so does the patient's medication adherence.
This study involved 52 hypertensive patients. The measuring instrument used is the
Morisky Medication Adherence Scale (8-MMAS) from Morisky (1986) which has
been adapted by Aulia (2015) and the self-compassion scale (SCS) from Neff
(2003b) which has been translated by Priyanka (2019). Based on the analysis, it was
found that the correlation coefficient was 0.022 with a significance of 0.437 (p>
0.05). This means that there is no significant positive relationship between self-
compassion and medication adherence in hypertensive patients so that the
hypothesis of this study is rejected.
Keywords : Self-compassion, medication adherence, hypertension
15
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Hipertensi merupakan penyakit kronis mematikan yang sering disebut
sebagai silent killer karena gejalanya bervariasi dan memiliki kemiripan yang
banyak dengan gejala penyakit lainnya. Berdasarkan JNC VIII (James, Oparil,
Carter, Crushman, Dennison-Himmelfarb, Handler, & Smith, 2014), seseorang
dikatakan mengidap hipertensi apabila mengalami peningkatan darah sistolik
≥140 mmHg dan tekanan darah diastolik ≥90 mmHg dalam interval waktu lima
menit sebanyak dua kali pengukuran. Menurut data WHO (World Health
Organization) tahun 2015, terdapat 1,13 miliar orang di dunia memiliki
penyakit hipertensi. Hal tersebut menunjukkan bahwa 1 dari 3 orang di dunia
terdiagnosis penyakit hipertensi, 36,8% di antaranya minum obat antihipertensi
(Kemenkes RI, 2018).
Peningkatan setiap tahun memberikan prediksi pada 2025 akan ada 1,5
miliar orang yang mengidap hipertensi. Diperkirakan lebih jauh setiap tahun
terdapat 9,4 juta orang meninggal akibat hipertensi dan komplikasi. Sementara
itu, berdasarkan data Riskesdas 2013, Indonesia memiliki prevalensi hipertensi
sebesar 25,8%, Bangka Belitung memiliki prevalensi tertinggi (30,%)
sedangkan Papua menempati yang terendah (16,8%) (Kemenkes RI, 2018).
Hipertensi tidak menimbulkan gejala, sementara tekanan darah semakin
meningkat dalam waktu yang lama sehingga dapat mengakibatkan komplikasi.
Kerusakan pada organ tubuh lain yang diakibatkan oleh tekanan darah tinggi
16
yang tidak dikendalikan dan terdeteksi secara dini antara lain gagal ginjal,
jantung koroner, kerusakan otak yang berujung stroke dan kematian.
Penatalaksanaan hipertensi dapat berupa obat-obatan antihipertensi yang harus
dikonsumsi dalam jangka panjang. Penggunaan obat antihipertensi tidak dapat
menghasilkan efek pengontrolan tekanan darah jangka panjang tanpa didukung
dengan kepatuhan menggunakannya.
Kepatuhan minum obat merupakan sejauh mana pasien memenuhi
anjuran penyedia layanan kesehatan dalam mengkonsumsi obat yang
diresepkan (Osterberg & Blaschke, 2005). Seringkali pada prakteknya, pasien
hipertensi menghentikan mengkonsumsi obat yang berdampak pada tingginya
tekanan darah. Kepatuhan minum obat sangat penting dikarenakan penyakit
hipertensi mengharuskan pengidapnya untuk selalu melakukan pemeriksaan
dan mengendalikan tekanan darah agar tidak terjadi komplikasi bahkan
kematian.
Sesuai dalam penelitian Thomas, Meera, Binny, Sekhar, Kishore dan
Sasidharan (2010) bahwa hampir 50% dari 608 pasien hipertensi menunjukkan
ketidakpatuhan pada pengobatan antihipertensi dan hal tersebut berdampak
pada lemahnya kontrol tekanan darah. Penelitian pada 1159 pasien di tiga
rumah sakit kota provinsi Shanxi, China Utara mendapati bahwa 78,7% pasien
tidak patuh terhadap pengobatan (Ma, 2016).
Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama di Kota Bandung menunjukkan
bahwa kepatuhan pasien hipertensi dalam pengobatannya masih rendah dengan
rate sebesar 26,3%. Hal serupa juga terjadi pada penelitian di Puskesmas
17
Gunungpati yang mengalami peningkatan kasus hipertensi selama tahun 2012-
2014 disertai dengan peningkatan angka ketidakpatuhan berobat pasien
hipertensi, yaitu 573 pasien (78%) pada tahun 2012, 629 pasien (81%) pada
tahun 2013 dan 538 pasien (86%) pada tahun 2014 (Puspita, 2016).
Ketidakpatuhan pasien dalam mengkonsumsi obat antihipertensi
dinyatakan oleh subjek berinisial SU berusia 58 tahun dalam wawancara
langsung. SU mengatakan bahwa hal tersebut dilakukannya karena merasa
bosan penyakit yang dideritanya tidak kunjung sembuh walaupun rutin
mengkonsumsi obat. SU memiliki riwayat stroke yang menyebabkan tubuh
sebelah kirinya mati rasa, hal tersebut disebabkan oleh tekanan darahnya yang
sangat tinggi (Wawancara, 17/06/2020). Berbeda halnya dengan subjek US
berusia 53 tahun yang menyatakan sering lalai dalam mengkonsumsi obat
antihipertensi. US hanya meminum obat hanya ketika tekanan darahnya tinggi
yang ditandai dengan gejala seperti sakit kepala, mual, hingga pendarahan
melalui hidung. US merasa khawatir apabila mengkonsumsi obat secara terus
menerus akan mempengaruhi kesehatan ginjal dan hati karena endapan-
endapan obat yang dikonsumsinya. Informasi tersebut didapatinya melalui
media telekomunikasi whatsapp dari teman-temannya (Wawancara,
02/06/2020).
Kepatuhan berobat merupakan pendukung paling kuat dalam proses
kesembuhan. Penelitian yang dilakukan Liberty, dkk (2017) di Kota
Palembang didapati bahwa kepatuhan berobat pada pasien hipertensi
berpengaruh terhadap tekanan darah baik sistolik maupun diastolik dengan
18
asosiasi: 2,95 (CI 95% 1,02-8,56). Mengidap penyakit kronis seperti hipertensi
sering dianggap hal yang wajar dan lebih ringan dibanding dengan penyakit
kronis lainnya seperti tuberkolusis, kanker, lupus, gagal ginjal, dan lain-lain
disebabkan efeknya yang tidak tampak secara fisik. Persepsi ini menjadi sebab
ketidakpatuhan pasien dalam menjalankan pengobatan antihipertensi.
Banyak faktor yang mempengaruhi individu dalam kepatuhan berobat,
beberapa diantaranya seperti jenis kelamin, dukungan keluarga, tingkat
pendidikan, tingkat pendapatan, persepsi dan lain-lain. Menurut Delamater
(2006) faktor yang dapat mempengaruhi kepatuhan adalah faktor demografis
(etnis, sosial ekonomi, tingkat pendidikan), faktor psikologis (keyakinan, self-
efficacy, strategi koping, kecemasan, depresi, well-being), faktor sosial
(hubungan dengan keluarga, dukungan sosial), faktor penyedia layanan
kesehatan (sistem medis, hubungan antara pasien dengan dokter), dan faktor
terkait penyakit dan pengobatan (trauma pengobatan, lama pengobatan).
Berdasarkan faktor-faktor yang terkait dengan kepatuhan berobat diatas,
peneliti ingin meneliti lebih jauh mengenai faktor psikologis. Aspek psikologis
merupakan faktor penting dalam pengobatan. Tidak hanya pengobatan medis,
peran komponen psikologis juga diperlukan oleh seseorang yang memiliki
penyakit untuk mendukung proses kesembuhan. Sesuai dalam jurnal Hafidz
dan Nugrahaini (2019) bahwa aspek psikologis berperan dalam proses
penyembuhan penyakit. Wawancara dengan subjek SU (Wawancara,
17/06/2020) subjek sering tidak patuh mengkonsumsi obat karena merasa
bosan penyakit tak kunjung sembuh. Perasaan bosan yang dialami oleh subjek
19
SU merupakan permasalahan internal dan subjektif yang intervensinya perlu
melalui sentuhan komponen psikologis. Self-compassion merupakan salah satu
komponen psikologis yang memiliki implementasi positif dalam prilaku
kesehatan. Self-compassion memberikan perasaan kasih sayang kepada diri
sendiri, yang mana sikap seperti ini cenderung diabaikan oleh seseorang
apabila dalam kondisi yang tidak diharapkan.
Neff (2003b) menjelaskan keterkaitan 3 komponen self-compassion:
self-kindness, common humanity, dan mindfulness. Secara khusus, self-
kindness mengacu pada kecenderungan untuk bersikap baik dan pengertian
terhadap diri sendiri ketika menghadapi rasa sakit dan kegagalan pribadi yang
dialami. Common humanity menitikberatkan pada kecenderungan untuk
memahami penderitaan diri sendiri sebagai bagian dari pengalaman manusia
yang lebih besar. Mindfulness melibatkan penguasaan pikiran dan perasaan
dalam kesadaran yang seimbang (Neff, 2003a, 2003b).
Penelitian oleh Leary dkk (dalam Chu, Fan, Liu & Zhou, 2018)
menyebutkan bahwa self-compassion dapat menjadi konstruk penting yang
memfasilitasi resiliensi dan koping. Pada kasus hipertensi, penggunaan obat
antihipertensi dilakukan dalam jangka panjang, bahkan seumur hidup,
merupakan kondisi yang penuh dengan tekanan, maka dari itu perlu strategi
koping yang baik dan emosi yang positif dalam menghadapi penyakit dan
proses pengobatan. Seseorang dengan self-compassion yang tinggi cenderung
menggunakan strategi koping yang baik dalam kondisi yang menekan, seperti
sangat bergantung pada restrukturisasi kognitif yang positif dan tidak
20
menghindari atau melarikan diri (Allen & Leary, 2010). Strategi koping yang
baik dalam pengobatan hipertensi mencegah individu menghindari pengobatan
atau tidak patuh dalam pengobatannya.
Pasien hipertensi membutuhkan perasaan yang positif untuk menjalani
pengobatan, melihat penyakit sebagai bagian dari diri dan memiliki kesadaran
akan kebaikan diri, bukan menghindarinya. Individu dengan self-compassion
memaknai emosi negatif yang dihasilkan dari pengalaman menyakitkan dan
kegagalan menjadi lebih positif (Chu, Fan, Liu & Zhou, 2018). Emosi-emosi
positif melahirkan perilaku yang positif, pada pasien hipertensi, perilaku
kepatuhan minum obat merupakan implementasi dari self-compassion dimana
pasien menyayangi dirinya sendiri dengan mengusahakan kesembuhan.
Persepsi baik terhadap penyakit akan mengarahkan seseorang untuk
patuh dalam proses pengobatannya, seperti menaati pola hidup sehat, olahraga,
tidur cukup, termasuk mengkonsumsi obat antihipertensi. Hal ini sesuai dalam
penelitian Wulandari (2016) yang menyebutkan bahwa persepsi baik pada
pasien Tb memunculkan kepatuhan pengobatan. Persepsi dikaitkan dengan
dimensi common humanity dari self-compassion dimana seseorang akan
mampu melihat sebuah masalah dari sudut pandang yang lebih luas, sehingga
memiliki pemahaman bahwa realita saat ini terjadi memang sudah sewajarnya
terjadi tanpa harus merasa berkecil diri dan berusaha mengisolasi diri.
Diskusi dalam penelitian Loucks, Schuman-Oliver, Britton, Fresco,
Desbordes, Brewer & Fulwiler (2015) mengungkapkan bahwa salah satu
komponen utama yang bisa diaktifkan dengan campur tangan intervensi
21
mindfulness yang kemudian dapat mengerahkan efek kardiovaskular adalah
kontrol perhatian (kemampuan untuk memusatkan perhatian berkaitan dengan
resiko cardiovaskular, seperti merokok, diet, aktivitas fisik, dan kepatuhan
berobat). Berdasarkan penjabaran diatas, peneliti tertarik meneliti lebih lanjut
sejauh mana keterlibatan faktor terkait pasien, khususnya dimensi self-
compassion terhadap kepatuhan berobat pada pasien hipertensi.
B. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara self-compassion
dan kepatuhan minum obat pada pasien hipertensi
C. Manfaat Penelitian
a. Teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat dalam ilmu psikologi,
khususnya psikologi klinis. Penelitian ini juga diharapkan mampu
menambah wawasan dan pengembangan konsep self-compassion dan
kepatuhan minum obat.
b. Praktis
Penelitian ini diharapkan dapat menunjukkan hubungan dari self-
compassion dengan kepatuhan berobat pada pasien Hipertensi, sekaligus
menjadi dasar dalam penelitian selanjutnya di bidang yang sama. Hasil
penelitian ini juga diharapkan mampu bermanfaat pada pasien hipertensi
agar mampu meningkatkan kepatuhan berobat. Penelitian ini juga dapat
menjadi alternatif untuk tenaga medis sebagai gambaran umum mengenai
hubungan self-compassion dengan kepatuhan berobat pasien hipertensi.
22
D. Keaslian Penelitian
Penelitian yang membahas variabel self-compassion dan kepatuhan
berobat pada pasien penyakit kronis saat ini cukup banyak, namun penelitian
yang membahas hubungan keduanya masih cukup jarang. Beberapa penelitian
yang mengangkat variabel self-compassion dan kepatuhan berobat di antaranya
yaitu penelitian yang dilakukan oleh Sari, Karim & Ernawaty (2018) dengan
judul Hubungan Kepatuhan Minum Obat dengan Kualitas Hidup Penderita Tb
MDR di Poli Tb MDR RSUD Arifin Ahmad Pekanbaru. Subjek penelitian ini
adalah 47 pasien Tb MDR yang sedang menjalani OAT di RSUD Arifin
Provinsi Riau. Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini adalah MMAS-
8 (Morisky Medication Adherence) untuk mengukur kepatuhan minum obat
dan skala WHOQOL BREF untuk menilai tingkat kualitas hidup. Hasil
penelitian ini menunjukkan terdapat hubungan kepatuhan minum obat dengan
kualitas hidup pada pasien Tb MDR Pvalue=0,037.
Penelitian selanjutnya dilakukan oleh Hidayati (2015) yang berjudul self-
compassion dan loneliness. Subjek penelitian berjumlah 254 siswi yang tinggal
di pondok pesantren. Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini
menggunakan skala Self Compassion Scale (SCS) dan R-UCLA Loneliness
Scale yang telah diterjemahkan ke Bahasa Indonesia. Hasil penelitian diperoleh
tidak ada hubungan yang signifikan antara self-compassion dan loneliness
(r=0.776; p=0.001).
Ramadhani & Nurdibyanandaru (2014) yang berjudul Pengaruh Self-
compassion terhadap Kompetensi Emosi Remaja Akhir mengambil data pada
23
subjek remaja akhir usia 18 sampai 22 tahun sebanyak 108 orang. Alat ukur
yang digunakan yaitu 68 butir skala self-compassion milik Neff (2012) dan
skala kompetensi emosi Mikolajczak. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa
terdapat pengaruh positif dari self-compassion terhadap kompetensi emosi.
Penelitian selanjutnya yang dilakukan oleh Septia, Rahmalia & Sabrian
(2014) berjudul Hubungan Dukungan Keluarga dengan Kepatuhan Minum
Obat pada Penderita TB Paru. Subjek yang dilibatkan dalam penelitian ini
berjumlah 138 pasien TB Paru di RSUD Arifin Achmad. Alat ukur yang
digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner karakteristik demografi, skala
dukungan keluarga dari Prodicano dan Heller sebanyak 16 aitem dan dimensi
informasi sebanyak 3 aitem. Hasil penelitian ini ditemukan bahwa terdapat
hubungan dukungan keluarga dengan kepatuhan minum obat pada penderita
TB Paru di Rumah Sakit Umum Daerah Arifin Achmad.
Berdasarkan penelitian-penelitian di atas maka penelitian ini bersifat
orisinil, ditinjau dari:
1. Keaslian topik penelitian
Penelitian ini memiliki keaslian topik pada variabel kepatuhan
berobat. Pada penelitian ini kepatuhan berobat menjadi variabel dependent,
sedangkan pada penelitian Sari, Karim & Ernawaty (2018) menjadi
variabel independent dengan judul “Hubungan Kepatuhan Minum Obat
dengan Kualitas Hidup Penderita Tb MDR di Poli Tb MDR RSUD Arifin
Ahmad Pekanbaru”. Penelitian Septia, Rahmalia & Sabrian (2014) berjudul
Hubungan Dukungan Keluarga dengan Kepatuhan Minum Obat pada
24
Penderita TB Paru mengangkat variabel kepatuhan minum obat sebagai
variabel independent, namun variabel dependent yang diteliti adalah
dukungan keluarga.
Penelitian ini mengangkat self-compassion sebagai variabel
independent. Hidayati (2015) meneliti hubungan self-compassion dengan
loneliness. Berbeda dengan penelitian Ramadhani & Nurdibyanandaru
(2014) yang mengangkat topik Pengaruh Self-compassion terhadap
Kompetensi Emosi Remaja Akhir. Penelitian saat ini secara keseluruhan
mengangkat topik self-compassion dan kepatuhan berobat pada pasien
hipertensi.
25
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Kepatuhan Minum Obat
1. Definisi Kepatuhan Minum Obat
Penyedia layanan kesehatan lebih sering menggunakan kata
“complience” dari pada “adherence” untuk menyebut konsep kepatuhan
(Delamater, 2006). Kepatuhan atau pemenuhan aturan berobat secara
umum didefiniskan sebagai sejauh mana pasien memenuhi anjuran
penyedia layanan kesehatan dalam mengkonsumsi obat yang diresepkan
(Osterberg & Blaschke, 2005). Haynes, Taylor & Sackett, 1979 (dalam
Delamater, 2006) mengatakan bahwa istilah compliance menunjukkan
sejauh mana perilaku seseorang sejalan dengan saran medis.
Meichenbaum & Turk (1987) mengemukakan mengenai adherence
didefinisikan sebagai bentuk aktif, sukarela dan keterlibatan kolaboratif
pasien dalam perilaku yang menuntun kepada kesembuhan (Delamater,
2006).
Konsep compliance dalam konteks medis dikemukakan oleh Lutfey
& Wishner (1999) sebagai level yang merepresentasikan perilaku taat atau
mengikuti aturan dan prosedur dari ahli medis. Istilah adherence memiliki
kompleksitas lebih tinggi dalam perawatan medis dengan memberikan
kemandirian, logika, dan otonomi pada pasien secara aktif dan terlibat
untuk mencapai tujuan dalam pengobatannya.
26
Penggunaan istilah compliance mendapat banyak kritik karena
menyampaikan citra negatif dari hubungan antara pasien dan ahli medis,
yang mana ahli medis hanya memberi arahan dan pasien sekedar
mengikuti aturan tersebut. Adherence lebih mengedepankan hak pasien
untuk memilih dan menghapus konsep “blame” (Horne, 2006).
Berdasarkan pengertian yang telah dikemukakan di atas, penelitian
ini mendefinisikan kepatuhan minum obat mengacu pada pengertian
adherence, yang dapat disimpulkan sebagai perilaku mengikuti aturan dan
saran-saran serta prosedur dari ahli medis tentang penggunaan obat.
2. Aspek-aspek Kepatuhan Minum Obat
Horne (2006) mengemukakan bahwa ada dua metode yang dapat
digunakan untuk mengukur kepatuhan, yaitu:
a. Metode langsung, meliputi mengukur tingkat metabolism dalam tubuh,
dan mengukur aspek biologis dalam darah.
b. Metode tidak langsung, meliputi kuesioner, jumlah pil/obat yang
dikonsumsi, kontinuitas resep, monitoring secara elektronik, asesmen
fisiologis (misalnya detak jantung), catatan harian pasien, kuesioner
terhdap orang terdekat (Lailatushifah, 2012).
Morisky (1986) mengemukakan bahwa kepatuhan minum obat terdiri
atas beberapa aspek, di antaranya:
27
a. Forgetting, yaitu seberapa jauh pasien melupakan jadwal atau agenda
untuk meminum obat. Pasien dengan kepatuhan minum obat yang
tinggi memiliki frekuensi kelupaan yang rendah.
b. Carelessness, yaitu pengabaian yang dilakukan dalam masa
pengobatan, seperti menghindari mengkonsumsi obat atau melewatkan
jadwal minum obat bukan karena lupa. Pasien yang memiliki
kepatuhan minum obat yang tinggi mampu mengontrol diri untuk tidak
menghindari jadwal konsumsi obat.
c. Stopping the drug when feeling better, or starting the drug when feeling
worse, yaitu penghentian konsumsi obat tanpa sepengetahuan dokter
atau perawat medis lainnya saat merasa obat menyebabkan kondisi
tubuh menjadi lebih buruk atau ketika merasa lebih baik dan tidak perlu
mengkonsumsi obat lagi. Pasien dengan kepatuhan yang tinggi tidak
akan menghentikan pengobatan dengan sengaja tanpa sepengetahuan
dokter atau perawat medis lainnya.
Berdasarkan pemaparan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa
kepatuhan minum obat terdiri dari aspek forgetting, carelessness, dan
stopping the drug when feeling better, or starting the drug when feeling
worse sesuai dengan teori kepatuhan Morisky (1986).
3. Faktor-faktor Kepatuhan Minum Obat
Sabate (2003) menjelaskan bahwa kepatuhan merupakan fenomena
multidimensional yang ditentukan oleh lima dimensi faktor, yaitu:
a. Faktor sosial dan ekonomi
28
Walaupun tidak secara konsisten memprediksi tingkat kepatuhan, di
negara berkembang yang status ekonomi sosialnya rendah kemungkinan
membuat pasien dituntut untuk memilih prioritas hidup. Edukasi,
jaringan sosial, beragam sosiodemografi dan variable ekonomi lainnya
menjadi pengaruh terhadap kepatuhan pasien.
b. Faktor tim perawatan kesehatan dan faktor lain yang terkait sistem
Hubungan baik pasien dengan penyedia layanan memungkinkan
untuk meningkatkan kepatuhan. Ada banyak faktor yang memiliki efek
negative antara lain, layanan kesehatan yang kurang berkembang
dengan asuransi kesehatan yang tidak memadai, sistem distribusi obat
yang buruk, pengetahuan tim perawat yang buruk untuk menangani
penyakit kronis, pekerja kesehatan yang bekerja terlalu banyak namun
insentif kurang, sistem yang kurang mengedukasi pasien dan
menyediakan follow-up, dan lain sebagainya.
c. Faktor terkait kondisi
Faktor ini merepresentasikan tuntutan terkait penyakit tertentu
yang dihadapi pasien seperti keparahan gejala, tingkat disabilitas (fisik,
psikis, dan sosial), tingkat perkembangan penyakit, dan ketersediaan
perawatan yang efektif.
d. Faktor terkait terapi, faktor yang paling terkenal adalah terkait dengan
kompleksitas aturan medis, lama pengobatan, kegagalan pengobatan
29
sebelumnya, perubahan seiring pengobatan, efek samping, dan
ketersediaan dukungan medis.
e. Faktor terkait pasien, faktor ini merepresentasikan mengenai sumber
daya, pengetahuan, sikap, keyakinan, persepsi, dan harapan pasien.
Delamater (2006) mengemukakan pentingnya mengetahui faktor yang
dapat mempengaruhi kepatuhan, yaitu:
a. Demografis, seperti etnis, status ekonomi sosial, tingkat pendidikan
b. Psikologis, seperti keyakinan, self efficacy, strategi koping, kecemasan,
depresi, well-being
c. Sosial, seperti hubungan dengan keluarga dan dukungan sosial
d. Penyedia layanan kesehatan dan sistem medis, seperti hubungan pasien
dan dokter terbukti meningkatkan kepatuhan berobat
e. Terkait penyakit dan pengobatan.
B. Self-compassion
1. Definisi Self-compassion
Menurut Neff (2003) definisi self-compassion terkait dengan
pengertian luas dari compassion itu sendiri atau welas asih. Welas asih
melibatkan pemahaman tanpa penghakiman tentang kegagalan. Maka
dari itu self-compassion melibatkan rasa tersentuh dan keterbukaan
terhadap penderitaan, bukan menghindarinya, dan melahirkan keinginan
untuk meringankan penderitaan dengan kebaikan. Dengan kata lain, self-
30
compassion adalah perasaan kasih sayang terhadap diri sendiri pada saat
mengalami kegagalan atau penderitaan.
Berbeda dengan self-pity yang merupakan perasaan mengasihani
diri sendiri. Self-pity cenderung menekankan pada rasa egosentrisme.
Individu merasa terpaku dengan masalah pribadi dan lupa bahwa orang
lain juga mengalami penderitaan, sedangkan self-compassion
menunjukkan bahwa individu tidak menghindari atau me-repress
perasaan menyakitkan. Individu merespon permasalahan dengan
perhatian dan menghindari kritik untuk diri sendiri (Neff, 2003b). Gilbert
(2009) menjelaskan individu akan terbantu oleh self-compassion untuk
menggantikan perasaan menyalahkan dan mengkritik diri sendiri dengan
perasaan kasih sayang yang penuh dengan kehangatan. Berdasarkan
penjabaran diatas, dapat disimpulkan bahwa self-compassion adalah
perasaan kasih sayang terhadap diri sendiri ketika individu dalam
menghadapi kegagalan dan memahami diri sendiri tanpa penghakiman.
2. Aspek-aspek Self-compassion
Neff (2003a) mengemukakan bahwa ketika individu dihadapkan
pada pengalaman penderitaan atau kegagalan, self-compassion
menghadirkan tiga komponen dasar, yaitu :
a. Self-kindness, yaitu memberikan kebaikan dan memahami diri sendiri
daripada memberi anggapan yang kejam dan mengkritik. Komponen
ini menerangkan seberapa jauh pemahaman dan memaknai kegagalan
31
serta menciptakan kenyamana untuk diri sendiri walaupun dalam
kondisi yang buruk
b. Common humanity, yaitu melihat sebuah pengalaman sebagai bagian
dari pengalaman manusia yang lebih luas, bukan memisahkan diri atau
mengisolasi diri. Common humanity memperkenankan individu
merasakan koneksi yang lebih dalam ketika mengetahui kesulitan atau
penderitaan orang lain, seperti perasaan malu daripada merasa
terisolasi dan menderita seorang diri (Long & Neff, 2018)
c. Mindfullness, yaitu kemampuan memiliki kesadaran yang penuh dan
seimbang ketika dalam situasi yang menekan dan menimbulkan
penderitaan daripada memilih untuk over-identification.
Berdasarkan penjelasan diatas, menunjukkan bahwa self-compassion
menurut Neff (2003b) terdiri dari tiga komponen, yaitu self-kindness,
common humanity, dan mindfulness.
C. Hipertensi
Hipertensi adalah peningkatan darah sistolik lebih dari 140 mmHg
dan diastolik 90 mmHg dalam interval waktu lima menit sebanyak dua kali
pengukuran (Kemenkes RI, 2013). Hipertensi merupakan peningkatan
darah sistolik minimal berada pada angka 140 mmHg atau diastolik
minimal pada angka 90 mmHg (Price & Wilson, 2012). Berdasarkan JNC
VII, seseorang dikatakan hipertensi apabila tekanan sistoliknya melebihi
140 mmHg dana tau diastoliknya melebihi 90 mmHg berdasarkan rerata
32
dua atau tiga kali pengukuran/kunjungan (James dkk, 2014). Peningkatan
tekanan darah secara terus-menerus dalam waktu yang lama (persisten)
dapat menyebabkan kerusakan organ lain seperti ginjal, jantung dan otak
(Kemenkes RI, 2013).
Berdasarkan etiologinya hipertensi dapat diklasifikan menjadi dua,
yaitu:
a. Hipertensi Primer/Esensial dengan insiden 80-95% dimana
hipertensi ini tidak diketahui penyebabnya
b. Hipertensi Sekunder yaitu akibat adanya suatu penyakit atau
kelainan yang mendasari, seperti penyakit ginjal, stenosis
arteri renalis, feokromositoma, hyperaldosteronism, dan
sebagainya.
D. Hubungan Self-compassion dan Kepatuhan Minum Obat Pasien
Hipertensi
Kepatuhan minum obat merupakan perilaku mengikuti aturan dan
saran-saran serta prosedur dari ahli medis tentang penggunaan obat. Adapun
self-compassion menurut Neff (2003) merupakan sikap menyayangi diri
sendiri ketika dihadapkan pada penderitaan dalam hidupnya. Self-
compassion adalah hal yang penting dimiliki oleh pasien hipertensi karena
dengan dengan memiliki perasaan kasih sayang, seseorang tidak akan
menyalahkan diri sendiri atas penyakit yang dialaminya.
Pasien hipertensi diharuskan untuk mengkonsumsi obat
antihipertensi seumur hidupnya untuk menstabilkan tekanan darah dalam
33
tubuhnya. Hal tersebut tidak jarang menyebabkan pasien hipertensi
mengalami stres diakibatkan aturan-aturan oleh ahli medis. Stress dapat
menggerakkan seseorang untuk berprilaku tidak sehat (Park & Iacocca,
2014). Ketika mengalami perasaan stres, self-compassion membantu
individu untuk mengurangi emosi negative yang dirasakan. Hal ini
ditunjukkan dalam penelitian Lathren, Bluth, & Park (2019), bahwa
individu dengan self-compassion yang tinggi merasakan stress yang lebih
rendah. Maka dari itu, perilaku tidak sehat yang disebabkan oleh stress dapat
diminimalisir dengan rasa self-compassion yang baik. Neff (2003)
menjelaskan bahwa self-compassion memiliki 3 komponen, yaitu
mindfulness, self-kindness, dan common-humanity.
Mindfullness adalah kemampuan regulasi atensi dari pikiran-pikiran
dan emosi yang ditimbulkan oleh keadaan saat ini. Pasien hipertensi
seringkali lupa meminum obat. Osterberg dan Blaschke (2005)
mengemukakan bahwa 30% alasan yang disebutkan pasien untuk tidak
meminum obat adalah karena kelupaan atau kelalaian. Kelupaan dapat
diakibatkan oleh kurangnya perhatian terhadap reaksi tubuh atau body
awareness. Body awareness menurut Pintado (2018) merupakan proses
interaktif dan dinamis yang melibatkan persepsi, prosesi, aksi dan sensasi
dari tubuh. Training Mindfullness dapat membantu kesadaran akan sensasi
tubuh, bahkan meningkatkan self-compassion (Pintado, 2018). Ketika
pasien hipertensi mampu memiliki body awareness yang baik, dalam
dirinya akan mampu merasakan sensasi dan perubahan-perubahan yang
34
terjadi dalam tubuhnya. Sehingga sensasi tubuh yang terjadi akibat
hipertensi yang dirasakan, menghindari dari kelupaan yang mungkin terjadi.
Harapannya dengan adanya kesadaran diri pasien hipertensi terhindar dari
kelupaan untuk meminum obat yang disarankan petugas medis.
Self-kindness merupakan komponen yang menerangkan seberapa
jauh individu memaknai penderitaan yang dialami sehingga tidak terus larut
dalam kesedihan. Pasien hipertensi, terutama penderita jangka panjang,
mengalami kecemasan atas efek samping yang ditimbulkan dari konsumsi
obat antihipertensi. Individu dengan self-kindness akan lebih bijaksana
dalam menyikapi penyakit yang dihadapi dan dapat meningkatkan
mindfulness (Neff, 2003). Self-kindness berfungsi menenangkan dan
berusaha memelihara diri sendiri ketika menghadapi situasi yang sulit kita
kendalikan (Neff & Dahm, 2015). Ketika pasien hipertensi memiliki self-
kindness yang baik, diharapkan dapat mengatasi kecemasan atas efek
samping obat yang harus dikonsumsi dan meyakini dirinya sendiri bahwa
minum obat merupakan salah satu usaha untuk menstabilkan tekanan
darahnya.
Common humanity adalah kesadaran bahwa semua orang melakukan
kesalahan dalam hidupnya. Menurut Neff (2003), menyadari bahwa setiap
manusia pasti mengalami permasalahan dan permasalahan adalah bagian
utuh dari kehidupan. Termasuk individu dengan hipertensi juga bagian
dalam kehidupan. Seringkali aturan minum obat antihipertensi membuat
individu berada dalam tekanan. Common humanity hadir memberikan
35
pandangan bahwa kita tidak sendiri dalam ketidaksempurnaan. Masih
banyak orang-orang yang mengalami permasalahan sama seperti dirinya
atau bahkan lebih berat. Perasaan seperti ini akan menghindari individu dari
perasaan isolated yang menyebabkan penderitaan semakin memburuk (Neff
& Sands, 2011). Oleh karena itu, common humanity akan menghilangkan
perasaan ”menderita” dan khawatir karena minum obat setiap hari.
Self-compassion membantu individu menggunakan coping untuk
mengatasi rasa sakit pada penyakit kronis (Costa & Pinto-Gouveia, 2010).
Ketiga komponen self-compassion saling mendukung satu sama lain yang
kemudian menghadirkan perasaan kasih sayang terhadap diri sendiri
walaupun dalam keadaan sakit. Misalnya, komponen mindfulness
membantu mengurangi self-judgment dan memberi pencerahan untuk
menyadari common humanity. Begitu juga self-kindness yang mengurangi
dampak emosi negatif, membuat individu lebih mindfulness (sadar secara
penuh) (Neff, 2003).
E. Hipotesis Penelitian
Berdasarkan uraian diatas, maka hipotesis pada penelitian ini adalah
terdapat hubungan positif antara self-compassion dengan kepatuhan berobat
pada pasien hipertensi. Semakin tinggi tingkat self-compassion, maka semakin
tinggi tingkat kepatuhan berobat yang dimiliki pasien hipertensi.
36
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Identifikasi Variabel Penelitian
Variabel penelitian yang digunakan pada penelitian ini, yaitu :
1. Variabel tergantung : Kepatuhan minum obat
2. Variabel bebas : Self-compassion
B. Definisi Operasional
1. Kepatuhan Minum Obat
Kepatuhan minum obat merupakan skor total yang diperoleh subjek
dalam skala kepatuhan minum obat 8-MMAS oleh Morisky (1986) yang
terdiri dari aspek forgetting, carelessness dan stopping the drug when
feeling better, or starting the drug when feeling worse. Semakin tinggi
total skor yang dimiliki subjek, maka semakin tinggi pula tingkat
kepatuhan yang dimiliki subjek. Sebaliknya, semakin rendah total skor
yang diperoleh subjek, maka semakin rendah tingkat kepatuhan yang
dimiliki subjek.
2. Self-compassion
Secara operasional, self-compassion merupakan skor yang diperoleh
subjek dalam skala self-compassion yang terdiri dari aspek self-
kindness, mindfulness, dan common humanity berdasarkan teori yang
dikemukakan Neff (2003b). Semakin tinggi skor yang diperoleh maka
semakin tinggi pula tingkat self-compassion yang dimiliki subjek.
37
Sebaliknya, semakin rendah skor yang diperoleh subjek, maka semakin
rendah pula tingkat self-compassion yang dimiliki subjek.
C. Subjek Penelitian
Subjek penelitian ini adalah pasien hipertensi primer yang terdiagnosa
oleh dokter dan mengkonsumsi obat antihipertensi minimal selama 1
minggu berjumlah 52 orang dengan jenis kelamin laki-laki dan perempuan
berusia minimal 18 tahun.
D. Metode Pengumpulan Data
Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan metode
kuisioner dengan skala Likert pada proses pengumpulan data. Skala
merupakan alat ukur berbentuk sekumpulan pernyataan yang digunakan
untuk mengungkap konstruk psikologis interpretasi dari kepribadian
individu (Azwar, 2009.
1. Skala Kepatuhan Minum Obat
Alat ukur yang digunakan untuk mengukur kepatuhan minum
obat adalah Eight-item Morisky Medication Adherence Scale (MMAS-8)
yang diambil dari penelitian Aulia (2019) yang telah diadaptasi dan
diterjemahkan oleh Manuaba dan Yasa (2015) berdasarkan aspek skala
dari Morisky (1986). Skala ini dikembangkan menggunakan model
Guttman untuk aitem satu sampai tujuh dengan dua pilihan jawaban
(Ya/Tidak) sementara satu aitem terakhir berupa 5-point aitem Likert.
Skala Morisky Medication Adherence Scale (MMAS) ini skor
kepatuhan diukur dari rentang 0 sampai 8. Aitem nomor 1, 2, 3, 4, 6 dan
38
7 memperoleh nilai 1 jika memilih jawaban Tidak dan nilai 0 jika
jawaban yang dipilih adalah Ya. Sebaliknya pada aitem nomor 5, jika
jawaban yang dipilih Ya maka memperoleh nilai 1 dan nilai 0 diperoleh
jika jawaban adalah Tidak. Adapun aitem pertanyaan nomor 8 memiliki
penilaian sebagai berikut; nilai 1=tidak pernah, 0,75=sesekali,
0,5=kadang-kadang, 0,25=biasanya dan 0=selalu (Kurniasih, Supadmi
& Darmawan, 2014). Morisky (2008) mengidentifikasikan pasien
sangat patuh apabila perolehan skor 8 pada skala MMAS-8. Adapun
pasien dengan kepatuhan sedang memiliki skor 6 hingga <8, sedangkan
perolehan skor <6 menunjukkan bahwa pasien memiliki kepatuhan
rendah.
Tabel 1.
Blue Print Morisky Medication Adherence Scale (MMAS-8)
2. Skala Self-compassion
Alat ukur yang digunakan untuk mengukur self-compassion dalam
penelitian ini adalah skala Self-compassion Scale (SCS) dengan model
skala Likert yang di adaptasi oleh Priyanka (2019) berdasarkan aspek
yang dikembangkan Neff (2003b) yaitu self-kindness, mindfulness, dan
Aspek Butir
Jumlah Favourable Unfavourable
Forgetting - 1,4,8 3
Carelessness 5 2,7 3
Stopping the drug
when feeling better,
or starting the drug
when feeling worse
- 3,6 2
39
common humanity. Skala ini terdiri dari 20 pertanyaan. Aitem-aitem ini
merupakan pernyataan dengan lima pilihan yaitu hamper tidak pernah,
jarang, kadang-kadang, sering, dan hamper selalu. Skor yang diberikan
dimulai dari angka 0 sampai dengan 4. Bobot penilaian pada aitem yang
favourable untuk pernyataan hampir tidak pernah : 0, jarang : 1,
kadang-kadang : 2, sering : 3, dan hampir selalu: 4 . Pada aitem
unfavorable untuk pernyataan hampir tidak pernah : 4, jarang : 3,
kadang-kadang : 2, sering : 1, dan hampir selalu : 0.
Tabel 2.
Distribusi aitem skala self-compassion
E. Validitas dan Reliabilitas
1. Validitas
Validitas berasal dari kata validity yang memiliki arti sejauh mana
ketepatan dan kecermatan suatu instrumen pengukuran
dalammelakukan fungsi ukurnya. Alat ukur yang digunakan dapat
dikatakan memiliki validitas yang baik apabila alat ukur tersebut dapat
memberikan hasil pengukuran yang sesuai dengan tujuan dilakukannya
Aspek Favourable Unfavourable
Butir Aitem Jumlah Butir Aitem Jumlah
Self-
kindness
5, 10, 13, 17,
20 5 1, 8, 15 3
Common
humanity 3, 7, 12 3 4, 11, 19 3
Mindfullness 9, 16 2 2, 6, 14,18 4
TOTAL 10 10
40
pengukuran (Azwar, 2007). Validitas dianggap memuaskan apabila
memiliki koefisien korelasi 0,30 atau lebih. Namun, apabila tidak
memungkinkan, koefisien korelasi dapat diturunkan menjadi 0,25
(Azwar, 2007). Validitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah
validitas isi. Menurut Azwar (2009) validitas isi merupakan validitas
yang diestimasi lewat pengujian terhadap isi tes dengan analisis rasional
atau lewat professional judgement. Pertanyaan yang dicari jawabannya
dalam validitas ini adalah sejauh mana item-item dalam tes mencakup
keseluruhan kawasan ini (dengan catatan tidak keluar dari batasan
tujuan ukur) objek yang hendak diukur atau sejauh mana isi tes
mencerminkan ciri atribut yang hendak diukur.
2. Reliabilitas
Pengukuran yang memiliki reliabilitas tinggi adalah pengukuran
yang dapat menghasilkan data yang reliabel. Ide pokok dalam konsep
reliabilitas adalah sejauh mana hasil suatu pengukuran dapat dipercaya
apabila dalam beberapa kali melakukan pengukuran pada subjek yang
sama diperoleh hasil yang relatif sama, kalau aspek dalam diri subjek
belum berubah (Azwar, 2009).Uji reliabilitas di ukur menggunakan
cronbach alpha. Rentang angka koefisien reliabilitas berada pada
rentang angka 0 hingga 1. Semakin mendekati angka 1, akan semakin
tinggi reliabilitasnya. Sebaliknya, semakin mendekati 0, maka
reliabilitas semakin rendah.
41
F. Metode Analisis Data
Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
metode statistika korelasi product moment dari Pearson. Analisis yang
dilakukan menggunakan bantuan software Statistical Package for Sosial
Science (SPSS) 24.0 for windows. Metode ini digunakan untuk mengetahui
korelasi antara dua variabel yaitu antara self-compassion dengan kepatuhan
berobat.
42
BAB IV
PELAKSANAAN DAN HASIL PENELITIAN
A. Orientasi Kancah dan Persiapan Penelitian
1. Orientasi Kancah
Penelitian ini dimulai dengan melakukan orientasi kancah yang
bertujuan untuk memahami lokasi penelitian sehingga dapat meminimalisir
hambatan pada penelitian yang akan dilakukan. Daerah Istimewa
Yogyakarta (DIY) berada pada peringkat tertinggi di Indonesia dengan
angka prevalensi yaitu 11,01% (Riskesdas, 2018). Pada profil kesehatan
DIY (2017) dikemukakan bahwa hipertensi masuk dalam 10 besar penyakit
penyebab kematian di DIY. Kasus hipertensi di Puskesmas DIY tahun 2017
tercatat 20.309 kasus dan STP Rawat Jalan Rumah Sakit tercatat 12.962
kasus baru. Oleh karena itu, peneliti melakukan penelitian di faskes tingkat
satu Puskesmas Depok II di Kabupaten Sleman, DIY.
Penelitian ini pada awalnya akan melibatkan 52 pasien hipertensi yang
berada di Puskesmas Depok II. Ketika proses pengambilan data di lapangan,
peneliti hanya mendapatkan empat pasien hipertensi selama seminggu.
Faktor lain yang menghambat proses pengambilan data di lapangan yaitu
isu wabah Covid-19 yang mulai muncul di Yogyakarta. Oleh karena hal
tersebut, peneliti memutuskan untuk menyebar kuesioner secara online.
Kuesioner online dibuat melalui google form mengacu pada kuesioner
offline yang telah dibuat sebelumnya. Pada bagian identitas subjek,
terdapat informasi yang ditambahkan yaitu suku, nomor telepon, dan
43
agama subjek. Penambahan informasi tersebut dikarenakan kuesioner
akan disebarkan secara bebas dan tidak hanya wilayah Yogyakarta saja.
Kuesioner disebarkan melalui sosial media seperti Whatsapp, Twitter,
Instagram, dan Facebook.
2. Persiapan Penelitian
a. Persiapan Administrasi
Persiapan penelitian dilakukan agar penelitian dapat berjalan
lancar tanpa hambatan yang berarti dan sesuai dengan harapan.
Sebelum mempersiapkan surat izin penelitian yang dikeluarkan
Fakultas Psikologi dan Ilmu Sosial Budaya Universitas Islam
Indonesia, peneliti mengunjungi beberapa Puskesmas di Sleman untuk
mendapatkan informasi kelengkapan administrasi yang disiapkan jika
ingin melakukan penelitian di Puskesmas terkait. Peneliti kemudian
mempersiapkan surat izin melaksanakan penelitian yang ditujukan
untuk Kepala Puskesmas Depok II dari fakultas yang telah
ditandatangani oleh Dekan Fakultas Psikologi dan Ilmu Sosial Budaya
Universitas Islam Indonesia dengan nomor surat
84/Dek/70/Div.Um.RT/II/2020.
Selanjutnya, peneliti mempersiapkan surat izin pengantar yang
ditujukan kepada Dinas Kesehatan Kota Yogyakarta untuk
memberikan izin melaksanan penelitian di Puskesmas Depok II.
Setelah tiga hari, Dinas Kesehatan Kota mengeluarkan surat perizinan
melakukan penelitian dengan nomor surat 421/2036.
44
Selain itu, peneliti juga mempersiapkan permohonan kesediaan
dalam mengisi kuesioner online. Permohonan tersebut terdapat pada
bagian awal pada saat pengisian identitas subjek. Tertulis di awal laman
permohonan untuk pengambilan data, tujuan pengambilan data, kontak
yang dapat dihubungi dan informasi bahwa data yang disampaikan
subjek akan dijamin kerahasiaannya..
b. Persiapan Alat Ukur
Tahap selanjutnya yaitu melakukan persiapan alat ukut berupa
skala yang akan digunakan dalam penelitian. Peneliti menggunakan dua
skala yakni skala kepatuhan minum obat dan self-compassion.
1) Skala Kepatuhan Minum Obat
Skala ini digunakan untuk mengukur tinggi rendahnya tingkat
kepatuhan minum obat yang dimiliki pasien hipertensi. Skala yang
digunakan diambil dari penelitian Aulia (2019) yang telah
diterjemahkan oleh Manuaba dan Yasa (2015) berdasarkan aspek
yang disusun oleh Morisky (1986). Skala ini terdiri dari 8 aitem.
2) Skala Self-compassion
Skala self-compassion digunakan untuk mengukur tinggi
rendahnya sifat welas asih terhadap diri sendiri yang dimiliki oleh
pasien hipertensi. Skala yang digunakan diambil dari penelitian
Priyanka (2019) yang telah didaptasi berdasarkan aspek skala dari Neff
(2003). Skala ini terdiri dari 20 aitem.
45
c. Uji Coba Alat Ukur
Sebelum memulai pengambilan data di lapangan, peneliti
melakukan uji coba alat ukur. Uji coba ini bertujuan untuk mengetahui
validitas dan reliabilitas alat ukur yang akan digunakan. Penelitian ini
menggunakan uji coba terpakai, yaitu pengujian validitas dan reliabilitas
alat ukur dengan hanya satu kali pengambilan data dan hasil uji coba
digunakan untuk pengujian hipotesis. Pengambilan data dilakukan
secara langsung dan tidak langsung (online) melalui google form.
Pengambilan data langsung dilakukan mulai tanggal 3 Maret 2020
sampai 10 Maret 2020 di Puskesmas Depok II. Pengambilan data
tertunda karena adanya pandemi global. Pengambilan data secara online
dilakukan mulai tanggal 14 April 2020 sampai 10 Juli 2020 dengan
pasien hipertensi berjumlah 52 orang.
Berdasarkan uji coba yang telah dilakukan pada kedua alat ukur,
hasil yang diperoleh adalah sebagai berikut:
1) Skala Kepatuhan Minum Obat
Berdasarkan analisis, terdapat 2 aitem gugur dari 8 aitem
skala kepatuhan minum obat. Koefisien correlated item-total
correlation bergerak antara 0.37 sampai dengan 0.68. Berikut adalah
table distribusi aitem pada skala kepatuhan minum obat setelah uji
coba.
46
Tabel 3
Distribusi Aitem Skala Kepatuhan Minum Obat Setelah Uji Coba
Aspek Butir
Jumlah Favourable Unfavourable
Forgetting - 1*,4,8 2
Carelessness 5* 2,7 2
Stopping the drug
when feeling better,
or starting the drug
when feeling worse
- 3,6 2
Total 0 6 6
Aitem dengan tanda (*) merupakan aitem gugur
Penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Aulia (2019)
menggunakan skala kepatuhan minum obat dari Eight-item Morisky
Medication Adherence Scale memiliki nilai validitas yang bergerak
antara 0,233 hingga 0,687.
2) Skala Self-compassion
Berdasarkan analisis yang telah dilakukan oleh peneliti,
terdapat 4 aitem yang gugur dari 20 aitem keseluruhan. Aitem yang
memiliki koefisien ≤0.30 antara lain nomor 10, 14, 15, dan 20.
Koefisien correlated item-total correlation bergerak antara 0.30
sampai dengan 0.62. Berikut table distribusi skala self-compassion
setelah uji coba.
Tabel 4
Distribusi Aitem Skala Self-compassion Setelah Uji Coba
Aspek Favourable Unfavourable
Butir
Aitem Jumlah
Butir
Aitem Jumlah
Self-
kindness
5, 10*, 13,
17, 20* 3 1, 8, 15* 2
47
Common
humanity 3, 7, 12 3 4, 11, 19 3
Mindfullness 9, 16 2 2, 6,
14*,18 3
TOTAL 8 8
Angka dengan tanda (*) merupakan aitem gugur
Penelitian pendahuluan oleh Priyangka (2018) yang
menggunakan skala self-compassion memiliki nilai validitas
bergerak antara 0.20 sampai dengan 0.59.
B. Pelaksanaan Penelitian
Subjek dalam penelitian ini adalah pasien hipertensi. Sebelum
melakukan pengambilan data di Puskesmas Depok II, peneliti menanyakan
informasi pasien hipertensi kepada Staf Bagian Umum terkait data pasien
dan jadwal kontrol pasien. Beberapa pasien bersedia mengisi kuisioner dan
beberapa pasien merasa keberatan untuk mengisi kuesioner karena
mengingat banyaknya pasien berusia lanjut yang kesulitan membaca. Selain
itu, karena adanya pandemi global yang terjadi, maka peneliti juga
menyebarkan kuesioner online melalui media sosial kepada keluarga dan
kerabat yang berada di beberapa wilayah Indonesia, antara lain Nusa
Tenggara Barat, Jawa, Sumatera, dan Sulawesi.
Pelaksanaan pengambilan data dilakukan di Puskesmas Depok II
Sleman mulai tanggal 3 Maret 2020. Kuesioner telah dipersiapkan untuk
pengambilan data yang berisi skala kepatuhan minum obat dan skala self-
compassion. Kuesioner ini juga dilengkapi dengan identitas subjek berupa
48
nama, jenis kelamin, usia, agama, lama mengidap hipertensi. Sedangkan
untuk kuesioner online ditambahkan suku dan nomor telepon.
Pengambilan data di Puskesmas selama satu minggu hanya
mengumpulkan data sebanyak empat subjek. Adanya pandemi global yang
terjadi menyebabkan terhambatnya proses pengambilan data secara
langsung di puskesmas dikarenakan protokol kesehatan yang diterapkann di
seluruh Indonesia. Setelah mempertimbangkan jumlah subyek yang ada di
lapangan dengan jumlah subjek yang dibutuhkan untuk penelitian ini, maka
peneliti memutuskan untuk menyebarkan kuesioner secara online agar
memudahkan untuk mengumpulkan data. Hingga tanggal 10 Juli 2020, data
terkumpul dengan subjek berjumlah 52 orang.
C. Hasil Penelitian
1. Deskripsi Subjek Penelitian
Penelitian ini melibatkan 52 pasien hipertensi dengan gambaran
umum pasien yang menjadi subjek penelitian sebagai berikut:
Tabel 5.
Deskripsi Subjek Berdasarkan Jenis Kelamin
Jenis Kelamin N Persentase (%)
Laki-Laki 20 38.5
Perempuan 32 61.5
Total 52 100
Tabel di atas menjelaskan bahwa subjek pada penelitian ini
melibatkan 20 (38.5%) pasien hipertensi berjenis kelamin laki-laki dan
32 (61.5%) pasien hipertensi berjenis kelamin perempuan. Berdasarkan
49
data tersebut dapat diketahui bahwa subjek penelitian didominasi oleh
pasien hipertensi berjenis kelamin perempuan.
Tabel 6.
Deskripsi Subjek Berdasarkan Usia
Usia N Persentase (%)
Dewasa Awal (18-40
tahun) 22 42.3
Dewasa Madya (41-
60 tahun 22 42.3
Dewasa Akhir (di atas
60 tahun) 8 15.4
Total 52 100
Tabel di atas menjelaskan bahwa 22 subjek penelitian berada pada
rentang usia dewasa awal yaitu 18-40 tahun dengan persentase sebesar
42.3%. Sebanyak 22 subjek berada pada rentang usia dewasa madya
yaitu 41-60 tahun dengan persentase 42.3%. Subjek pada rentang usia
dewasa akhir yaitu berusia diatas 60 tahun berjumlah 8 subjek dengan
persentase sebesar 15.4%. Berdasarkan data tersebut, diketahui bahwa
subjek penelitian didominasi oleh pasien hipertensi berusia dewasa awal
dan dewasa madya.
Tabel 7.
Deskripsi Subjek Berdasarkan Masa Diagnosis
Masa N Persentase (%)
<1 tahun 13 25
1-5 tahun 16 30.8
>5 tahun 23 44.2
Total 52 100
50
Tabel di atas menjelaskan bahwa sebanyak 23 subjek penelitian ini
memiliki masa diagnosis lebih dari 5 tahun dengan persentase sebesar
44.5%. Sebanyak 16 subjek memiliki masa diagnosis 1 sampai dengan 5
tahun dengan persentase sebesar 30.8%. Kemudian terdapat 13 subjek
dengan masa diagnosis kurang dari 1 tahun dengan persentase sebesar
25%. Berdasarkan data tersebut diketahui bahwa pasien hipertensi
dengan masa diagnosis lebih dari 5 tahun paling banyak berpartisipasi
dalam penelitian ini.
2. Deskripsi Data Penelitian
Tabel 8.
Deskripsi Data Penelitian
Variabel Hipotetik Empirik
Min Max Mean SD Min Max Mean SD
Kepatuhan
minum obat 0,25 6 3 0.95 0,25 6 3.2 1.89
Self-
compassion 0 64 32 16 8 64 41.9 10.8
Berdasarkan analisis yang dilakukan, diketahui deskripsi data
penelitian yang bersifat hipoteteik dan empirik. Dari data yang diperoleh
kemudian melakukan kategorisasi berdasarkan skor empirik. Kategorisasi
bertujuan untuk mengelompokkan subjek sesuai tingkat tinggi rendahnya
skor yang dimiliki.
Tabel 9.
Norma Kategorisasi Kepatuhan Minum Obat
Kategorisasi Rentang Nilai N Persentase (%)
Sangat Patuh X < 4.71 14 26.9
Patuh 3,57 ≤ X ≤ 4.71 10 19.2
Sedang 2,43 ≤ X < 3,57 11 21.2
Tidak Patuh 1,29 ≤ X < 2,43 7 13.5
Sangat Tidak Patuh X > 1,29 10 19.2
51
Total 52 100
Berdasarkan perhitungan data hipotetik diatas, diketahui norma
kategorisasi kepatuhan minum obat. Tabel di atas menjelaskan bahwa
terdapat 14 subjek yang tergolong sangat patuh dengan persentase 26.9%,
10 subjek patuh dengan persentase 19.2%, 11 subjek dengan kepatuhan
sedang persentase 21.2%, 7 subjek tergolong tidak patuh dengan persentase
13.5% dan 10 subjek tergolong sangat tidak patuh dengan persentase 19.2%.
Pada tabel tersebut dapat diketahui bahwa subjek penelitian didominasi oleh
pasien hipertensi dengan kategori sangat patuh.
Tabel 10.
Norma Kategorisasi Self-compassion
Kategorisasi Rentang Nilai N Persentase (%)
Sangat Tinggi X < 60.8 2 3.8
Tinggi 41.6 ≤ X ≤ 60.8 24 46.2
Sedang 22.4 ≤ X < 41.6 25 48.1
Rendah 3.2 ≤ X < 22.4 1 1.9
Sangat Rendah X > 3.2 0 0
Total 52 100
Berdasarkan perhitungan data hipotetik diatas, diketahui norma
kategorisasi self-compassion. Tabel di atas menjelaskan bahwa terdapat 2
subjek dengan tingkat self-compassion tergolong sangat tinggi dengan
persentase 3.8%, 24 subjek tergolong tinggi dengan persentase 46.2%, 25
subjek dengan self-compassion tergolong sedang persentase 48.1%, 1
subjek dengan self-compassion rendah persentase 1.9% dan tidak ada subjek
dengan tingkat self-compassion sangat rendah. Pada tabel tersebut dapat
diketahui bahwa subjek penelitian didominasi oleh pasien hipertensi dengan
kategori sedang.
52
3. Uji Asumsi
Sebelum melakukan uji hipotesis, perlu dilakukan uji asumsi dengan
tujuan untuk menentukan pengujian statistik yang akan digunakan. Uji
asumsi yang akan dilakukan oleh peneliti terdiri dari uji normalitas dan uji
linieritas. Uji asumsi tersebut dilakukan untuk menentukan apakah teknik
statistik parametrik atau non-parametrik yang digunakan untuk pengujian
hipotesis.
a. Uji Normalitas
Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui distribusi data yang
diperoleh normal dan dapat mewakilkan populasi. Penelitian ini
menggunakan uji normalitas Kolmogorov-Smirnov karena data yang
diperoleh lebih dari 50. Data dapat dikatakan normal apabila nilai
signifikansi (p)>)0,05.
Tabel 11.
Hasil Uji Normalitas
Variabel Z p Keterangan
Kepatuhan Minum Obat 0,105 0,200 Normal
Self-compassion 0,085 0,200 Normal
Hasil uji normalitas pada tabel di atas menunjukkan bahwa
variabel kepatuhan minum obat terdistribusi secara normal dengan nilai
signifikansi 0,200 (p>0,05). Begitu pula dengan variabel self-
compassion, data terdistribusi secara normal dengan nilai signifikansi
0,200 (p>0,05).
53
b. Uji Linieritas
Uji linieritas dilakukan untuk mengetahui apakah kedua variabel
penelitian membentuk garis lurus atau tidak. Kedua variabel dapat
dikatakan linier jika nilai signifikansi (p)<0,05.
Tabel 12.
Uji Liniearitas
Variabel p Keterangan
Kepatuhan Minum Obat*Self-
compassion
0,657 Tidak Liniear
Hasil uji linearitas pada tabel di atas diketahui bahwa nilai
signifikansi untuk kepatuhan minum obat dan self-compassion adalah
p=0,657. Hal tersebut menjelaskan bahwa tidak terdapat hubungan
linear antara variabel kepatuhan minum obat dan self-compassion
karena nilai p>0,05.
4. Uji Hipotesis
Berdasarkan hasil uji normalitas dan uji linearitas yang telah dilakukan,
dapat disimpulkan bahwa sebaran data variabel kepatuhan minum obat dan
self-compassion terdistribusi normal. Sedangkan untuk uji liniearitas
menunjukkan bahwa kedua variabel tidak menunjukkan garis lurus atau
tidak linear, sehingga uji hipotesis yang dilakukan adalah menggunakan uji
korelasi Spearman Rho. Hipotesis dalam penelitian ini adalah adanya
hubungan positif antara self-compassion dengan kepatuhan minum obat
pasien hipertensi. Semakin tinggi self-compassion maka semakin tinggi pula
kepatuhan minum obat yang dimiliki pasien hipertensi. Begitupun
54
sebaliknya, semakin rendah self-compassion yang dimiliki, maka semakin
rendah pula kepatuhan minum obat yang dimiliki pasien hipertensi. Berikut
hasil uji hipotesis yang telah dilakukan:
Tabel 13.
Hasil Uji Hipotesis
Variabel Korelasi
(r)
Koefisien
Determinasi
Taraf
Signifikansi
(p)
Ket.
Kepatuhan
minum obat dan
Self-compassion
0.022 0.437 Tidak
Signifikan
Berdasarkan hasil uji hipotesis, data menunjukkan bahwa korelasi
antara kepatuhan minum obat dengan self-compassion menunjukkan
r=0,022 dengan p=0,437 (p>0,05). Hal ini menunjukkan bahwa terdapat
hubungan positif yang tidak signifikan antara kepatuhan minum obat
dengan self-compassion.
5. Analisis Tambahan
a. Uji korelasi self-compassion dan kepatuhan minum obat pada
perempuan
Penelitian ini menggunakan analisis tambahan yaitu uji korelasi
tambahan pada setiap data deskriptif. Peneliti melakukan analisis
apakah terdapat hubungan self-compassion dengan kepatuhan minum
obat pada subjek perempuan. Berikut adalah hasil analisis tambahan
terkait dengan subjek perempuan:
55
Tabel 14
Hasil Uji Korelasi Pada Subjek Perempuan
Hasil analisis uji korelasi pada perempuan memperoleh nilai
signifikansi (p) sebesar 0.031 (p<0.05) dan r=0.334. Berdasarkan hasil
ini, dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan positif yang signifikan
antara self-compassion dengan kepatuhan minum obat pada pasien
hipertensi berjenis kelamin perempuan.
b. Uji korelasi self-compassion dan kepatuhan minum obat pada laki-
laki
Analisis selanjutnya adalah uji korelasi self-compassion dan
kepatuhan minum obat pada subjek laki-laki. Berikut adalah hasil
analisis tambahan pada subjek laki-laki:
Tabel 15
Hasil Uji Korelasi Pada Subjek Laki-laki
Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa nilai signifikansi
sebesar 0.082 (p>0.05) dan r=-0.324. Hal tersebut menunjukkan
bahwa terdapat hubungan negative antara self-compassion dan
Variabel Korelasi
(r)
Taraf
Signifikansi
(p)
Ket.
Kepatuhan
minum obat
dan Self-
compassion
0.334 0.031 Signifikan
Variabel Korelasi
(r)
Taraf
Signifikansi
(p)
Ket.
Kepatuhan
minum obat
dan Self-
compassion
-0.324 0.082 Tidak
Signifikan
56
kepatuhan minum obat pada pasien hipertensi berjenis kelamin laki-
laki. Nilai signifikansi lebih besar dari 0.05 menunjukkan bahwa
hubungan negatif antara kedua variable tidak signifikan.
c. Hasil Uji Korelasi Self-compassion dengan Aspek Kepatuhan
Berikutnya adalah hasil analisis uji korelasi self-compassion
dengan aspek kepatuhan minum obat yaitu forgetting, carelessness, dan
stop the drugs when feeling better, start the drugs when feeling worse:
Tabel 16
Hasil uji korelasi Self-compassion dengan aspek kepatuhan
Berdasarkan hasil analisis korelasi stepwise diketahui bahwa
variabel self-compassion tidak memberikan kontribusi yang signifikan
terhadap ketiga aspek variabel kepatuhan minum obat. Korelasi self-
compassion dengan aspek forgetting memiliki signifikansi p=0,446,
dengan aspek carelessness sebesar p=0,170, dan pada aspek stop the
drugs when feeling better, start the drug when feeling better sebesar
Variabel Self-
compassion
Forgetting Carelessn
ess
Stop the
drugs
when….
Self-
compassion
1 0,446 0.170 0,206
Forgetting 0.446 1 0.004 0.000
Carelessness 0.170 0.004 1 0.000
Stop the
drugs
when…
0.116 0,000 0.000 1
57
p=0,206. Tidak terdapat korelasi yang signifikan antara variabel self-
compassion dengan aspek kepatuhan minum obat dengan p>0,005.
D. Pembahasan
Penelitian ini bertujuan untuk menguji hipotesis yaitu adanya
hubungan positif antara self-compassion dengan kepatuhan minum obat
pada pasien hipertensi. Penelitian ini melibatkan 52 pasien hipertensi
dengan kriteria berusia lebih dari 18 tahun, didiagnosa hipertensi oleh
dokter dan mengkonsumsi obat antihipertensi jenis apapun. Subjek
penelitian didominasi oleh pasien laki-laki dengan persentase 61,5% dengan
rentang usia dewasa awal dan dewasa madya dengan persentase masing-
masing sebesar 42,3% dan masa diagnosa lebih dari 5 tahun dengan
persentase sebesar 44,2%.
Berdasarkan analisis data yang telah dilakukan, hasil yang diperoleh
berbeda dengan hipotesis penelitian. Hipotesis penelitian ditolak dengan
nilai koefisien korelasi r=0.022 dengan p= 0.437 (p>0.05). Hal ini
menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan positif yang signifikan antara
self-compassion dengan kepatuhan minum obat. Penelitian tentang self-
compassion pada penyakit kronis masih sangat terbatas jumlahnya.
Beberapa penelitian menggunakan variable penengah untuk membahas self-
compassion dalam penyakit kronis. Salah satu yang ditemukan adalah
penelitian pada pasien HIV di Amerika Serikat oleh Skelton, Cardaciotto,
O’Hayer dan Goldbacher (2020) menemukan bahwa self-compassion tidak
berkorelasi dengan kepatuhan berobat HIV dan kualitas hidup yang
58
berhubungan dengan kesehatan (HRQL). Penelitian tersebut menjelaskan
bahwa hubungan self-compassion dengan kepatuhan berobat dan HRQL
terbukti nol dalam confidence interval (interval 2 angka), yang
mengindikasi bahwa hubungan antara variable-variabel tersebut tidak ada.
Intervensi untuk self-compassion seharusnya focus pada seseorang yang
kekurangan perhatian atau mengalami lingkungan yang penuh stigma.
Ketika seseorang kekurangan perhatian dari lingkungan, tepat adanya self-
compassion diterapkan untuk memberi perhatian kepada diri sendiri. Pada
penelitian ini hipertensi belum berada pada kondisi yang memerlukan
perhatian penuh atau mengalami stigmatisasi dari lingkungan. Hipertensi
tidak memunculkan dampak fisik yang cukup berarti seperti penyakit kronis
lainnya seperti gagal ginjal, kanker, HIV, atau diabetes melitus.
Penelitian yang dilakukan oleh Blanchflower dan Oswald (2008) yang
mengumpulkan data dari 16 negara, menunjukkan bahwa negara yang
memiliki tingkat kebahagiaan lebih tinggi, memiliki tingkat tekanan darah
yang lebih rendah. Seseorang yang self-compassionate diasosiasikan secara
langsung dengan kekuatan psikologis seperti kebahagiaan, kecerdasan
emosional, optimis, kebijaksanaan, keingintahuan, dan personal inisiasi
(Heffernan, Griffin, McNulty, dan Fitzpatrick, 2010; Hollis-Walker and
Colosimo, 2011; Neff dkk, 2007). Self-compassion dapat membuat
seseorang menjadi lebih bahagia sehingga mempengaruhi tekanan darah
menjadi stabil dan pasien hipertensi merasa tidak memerlukan obat
antihipertensi secara rutin.
59
Hasil analisis tambahan dalam penelitian ini yaitu hubungan self-
compassion dengan kepatuhan minum obat pada pasien hipertensi berjenis
kelamin perempuan ditemukan bahwa terdapat hubungan positif yang
signifikan dengan p=0,031 dan r=0.334. Sedangkan pada laki-laki korelasi
kedua variable tidak signifikan dengan p=0,082 dan r= -0,324 yang berarti
tidak terdapat hubungan positif yang signifikan antara self-compassion
dengan kepatuhan minum obat. Perbedaan yang signifikan antara laki-laki
dan perempuan dalam penelitian ini muncul dari beberapa aspek, yang
pertama adalah budaya di Indonesia. Pada tatanan sosial, laki-laki dan
perempuan memiliki kesenjangan peran di masyarakat. Perempuan
cenderung lebih peka terhadap dirinya dan lingkungan. Peran sosial tersebut
secara tidak langsung mempengaruhi kepribadian perempuan terhadap
dirinya. Kepekaan terhadap lingkungan dan dirinya mengarahkan
perempuan untuk tidak mengabaikan kesehatan. Buku keluaran Kemenppa
(2019) menyebutkan bahwa keluhan kesehatan yang berasal dari perempuan
berjumlah 32,58% sedangkan laki-laki 29,36%. Hal tersebut dapat dimaknai
bahwa wanita lebih sering mengunjungi fasilitas kesehatan karena peka
terhadap kesehatan dirinya dan sekitarnya. Laki-laki dalam budaya patriarki
sering dianggap sebagai “hero” dan menjadi sosok yang superior
dibandingkan dengan perempuan. Citra laki-laki sebagai sosok yang kuat
dan dominan cenderung membuat laki-laki menjadi lebih tidak peka
terhadap lingkungan dan dirinya sendiri. Tentu hal ini berdampak pada
kesehatan diri sendiri, laki-laki cenderung tidak ingin terlihat lemah dan
60
butuh pertolongan sehingga seringkali mengabaikan rekomendasi
kesehatan.
Hal ini berbeda dengan penelitian Chen, Lee, Liang dan Liao (2014)
yang menemukan bahwa pasien hipertensi laki-laki lebih patuh terhadap
pengobatan dibandingkan dengan pasien perempuan. Perbedaan hasil
penelitian dapat dikarenakan persepsi perempuan terhadap penyakit, dimana
perempuan cenderung menganggap tekanan darah yang tinggi sebagai
masalah kesehatan sehingga lebih patuh terhadap pengobatan untuk
menyelesaikan ancaman kesehatan yang dirasakan (tekanan darah yang
tinggi). Sedangkan laki-laki cenderung menganggap bahwa tekanan darah
adalah stimulus internal yang mana mengimplikasikan bahwa obat bukan
jalan keluar yang efektif sehingga menyebabkan ketidakpatuhan. Sesuai
dengan Pennebaker dan Roberts (1992; Chen dkk, 2014) yang menyatakan
bahwa laki-laki cenderung terbiasa menggunakan informasi fisiologis
internalnya dalam menentukan kondisi mereka, sedangkan wanita
cenderung bergantung pada informasi eksternal.
Selanjutnya, analisis korelasi self-compassion dengan aspek
forgetting diketahui signifikansi korelasi adalah sebesar p=0,446, dengan
aspek carelessness sebesar p=0,170, dan dengan aspek stop the drugs when
feeling better, start the drug when feeling better sebesar p=0,206.
Berdasarkan uraian tersebut, tidak terdapat korelasi yang signifikan antara
self-compassion dengan masing-masing aspek kepatuhan minum obat.
61
Keunikan dalam penelitian ini adalah adanya perbedaan hasil antara
perempuan dan laki-laki. Sekaligus menjadi kelemahan karena kurangnya
literasi terhadap perbedaan hasil analisis pada laki-laki dan perempuan,
maka dari itu peneliti selanjutnya diharapkan dapat menganalisis lebih
dalam dari berbagai literasi.
62
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, tidak terdapat hubungan
yang positif antara self-compassion dengan kepatuhan minum obat pada pasien
hipertensi. Hipotesis yang menyatakan bahwa ada hubungan positif antara self-
compassion dengan kepatuhan minum obat pada pasien hipertensi ditolak.
Namun, pada pasien hipertensi berjenis kelamin perempuan, self-compassion
berkorelasi positif dengan kepatuhan minum obat. Sebaliknya, pada pasien
laki-laki kedua variabel tidak berkorelasi positif.
B. Saran
1. Bagi Responden Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan bagi
pasien hipertensi agar menerapkan self-compassion atau welas asih
terhadap diri sendiri sehingga menyadari bahwa mengkonsumsi obat
secara rutin dari dokter untuk mengontrol tekanan darah adalah bentuk dari
welas asih diri. Kemudian untuk pasien hipertensi yang masih memiliki
kepatuhan dan self-compassion yang rendah diharapkan berusaha mencari
berbagai sumber informasi untuk menambah wawasan manfaat self-
compassion dan bagaimana mengatasi keraguan untuk mengkonsumsi
obat secara rutin serta informasi bahaya ketidakpatuhan terhadap obat
antihipertensi.
63
2. Bagi Peneliti Selanjutnya
Bagi peneliti selanjutnya diharapkan mendapatkan responden
penelitian lebih banyak sehingga penyebaran skor dapat lebih bervariasi.
Apabila pasien berusia lanjut, diharapkan kuisioner yang diberikan mudah
dipahami dan dibaca. Kemudian, peneliti selanjutnya diharapkan memiliki
banyak alternatif rencana untuk mengantisipasi kemungkinan kendala
diluar kemampuan penelitian, dalam penelitian ini adanya pandemic dan
pembatasan sosial berskala besar (PSBB) Nasional.
64
DAFTAR PUSTAKA
Allen, A. B., & Leary, M. R. (2010). Self-compassion, stress, and coping. Social
and Personality Psychology Compass, 4(2), 107–118.
Aulia, N. (2019). Efektivitas terapi al-fatihah reflektif intuitif terhadap peningkatan
kepatuhan minum obat ARV pada ibu rumah tangga dengan HIV positif.
Skripsi. Tidak Diterbitkan. Fakultas Psikologi. Universitas Islam Indonesia:
Yogyakarta.
Azwar, S. (2009). Penyusunan Skala Psikologi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Balitbang Kemenkes RI. (2018). Riset Kesehatan Dasar; RISKESDAS. Jakarta:
Balitbang Kemenkes RI.
Blanchflower, D. G., Oswald, A. J. (2008). Hypertension and happiness across
nations. Journal of Health Economics 27, 218-233.
Bruner & Suddarth. (2002). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8 Vol 3.
Jakarta: EGC.
Chen, S-L., Lee, W-L., Liang, T., Liao, I-C. (2014). Factors associated with gender
differences inmedication adherence: a longitudinal study. Journal of
Advanced Nursing, 70(9).
Chu, Xiao-Wei., Fan, Cui-Ying., Liu, Qing-Qi., Zhou, Zong-Kui. (2018).
Cyberbullying victimization and symptoms of depression and anxiety
among Chinese adolescents: Examining hopelessness as a mediator and
self-compassion as a moderator. Computers in Human Behavior, doi:
10.1016/j.chb.2018.04.039
Costa, J. & Pinto-Gouveia, J. (2010). Acceptance of pain, self-compassion and
psychopathology: Using the chronic pain acceptance questionnaire to
identify patients’ subgroups. Clinical Psychology and Psychotherapy, 18,
292-302.
Dalimartha, S., Purnama, B. T., Sutarina, N., Mahendra, B., & Darmawan, R.
(2008). Care Your Self, Hipertensi. Jakarta: Penebar Plus+.
de Oliveira-Filho, A. D., Costa, F. A., Neves, S. J., de Lyra Junior, D. P., &
Morisky, D. E. (2014). Pseudoresistant hypertension due to poor medication
adherence. International Jurnal of Cardiology, 309-310.
Delamater, A. M. (2006). Improving Patient Adherence. Clinical Diabetes, 71-77.
Gilbert, P. (2009). Introducing compassion-focused therapy. Advances in
Psychiatric Treatment, 15: 199-208. DOI: 10.1192/apt.bp.107.005264
65
Hafidz, Ihsanudin Y.N., Nugrahaini, Fadhilla T. (2019). Konsep Healing
Environment Untuk Mendukung Proses Penyembuhan Pasien Rumah Sakit.
SINEKTIKA Jurnal Arsitektur, 16(2).
Heffernan, M., Griffin, M. T. Q., McNulty, S. R., Fitzpatrick, J. J. (2010). Self-
compassion and emotional intelligence in nurses. International Journal of
Nursing Practice, 16(1), 366-373.
Hidayati, D. S. (2016). Self compassion dan loneliness. Jurnal Ilmiah Psikologi
Terapan, 3(1), 154-164.
Horne, R. (2006). Compliance, Adherence, and Concordance: Implications for
Asthma Treatment. CHEST, Official Publications of American Psychiatric
Nurses Assosiation, 65-72.
James, P. A., Oparil, S., Carter, B. L., Cushman, W. C., Dennison-Himmelfarb, C.,
Handler, J., ….. & Smith, S. C. (2014). 2014 evidence-based guideline for
the management of high blood pressure in adults: report from the panel
members appointed to the Eighth Joint National Committee (JNC
8). Jama, 311(5), 507-520.
Kemenkes, R. (2014). Infodatin: Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan
RI: HIPERTENSI. Jakarta.
Kemenpppa. (2019). Profil Perempuan Indonesia: Kerjasama Kementrian
Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Republik Indonesia &
Badan Pusat Statistik. Jakarta.
Khanam, M. A., Lindeboom, W., Koehlmoos, T. L., Alam, D. S., Niessen, L., &
Milton, A. H. (2014). Hypertension: adherence to treatment in rural
Bangladesh – findings from a population-based study. Global Health
Action.
Lailatushifah, S. N. F. (2012). Kepatuhan pasien yang menderita penyakit kronis
dalam mengkonsumsi obat harian. Dipetik 6 November 2012: fpsi.
mercubuana-yogya. ac. id/wp-content/.../Noor-Kepatuhan... pdf.
Lathren, C., Karen, B., Park, J. (2019). Adolescent self-compassion moderates the
relationship between perceived stress and internalizing symptoms.
Personality and Individual Differences, 36-41
Liberty, I. A., Pariyana, Roflin, E., & Waris, L. (2017). Determinan Kepatuhan
BErobat Pasien Hipertensi pada Fasilitas Kesehatan Tingkat I. Jurnal
Penelitian dan Pengembangan Pelayanan Kesehatan, 58-65.
Long, P., & Neff, K. D. (2018). Self-compassion is associated with reduced self-
presentation concerns and increased student communication behaviour.
Learning and Individual Differences, 67, 223-231.
66
Loucks, E. B., Schuman-Olivier, Z., Britton, W. B., Fresco, D. M., Desbordes, G.,
Brewer, J. A., & Fulwiler, C. (2015). Mindfulness and cardiovascular
disease risk: state of the evidence, plausible mechanisms, and theoretical
framework. Current Cardiology Reports, 17(12), 112.
Lutfey, K.E., Wishner, W. J. 1999. Beyond “Compliance” is “Adherence”:
Improving the Prospect of Diabetes Care. Diabetes Care, 22: 635-639
Ma, C. (2016) A cross-sectional survey of medication adherence and associated
factors for rural patients with hypertension. Applied Nursing Research,
doi:10.1016/j.apnr.2016.01.004
Manuaba, I. A. K. W., Yasa, W. P. S. (2017). Tingkat kepatuhan mengkonsumsi
obat antiretroviral dengan jumlah CD4 pada pasien HIV AIDS di klinik
VCT RSUP Sanglah dalam periode September-November 2014. E-Jurnal
Medika, 6(1), 1–6.
Morisky, D. E., Ang, A., Krousel-Wood, M., & Ward, H. J. (2008). Predictive
validity of a medication adherence measure in an outpatient setting. The
Journal of Clinical Hypertension, 10 (5), 348-354.
Morisky, D. E., Green, L. W., & Levine, D. M. (1986). Concurrent and predictive
validity of a self-reported measure of medication adherence. Medical Care,
24 (1), 67-74.
Neff, K. (2003b). Self-compassion: An alternative conceptualization of a healthy
attitude toward oneself. Self & Identity, 2(2), 85–101.
Neff, K. D. (2003a). The development and validation of a scale to measure self-
compassion. Self & Identity, 2(3), 223–250.
Neff, K. D., & Dahm, K. A. (2015). Self Compassion: What it is, what it does, and
how it relates to mindfulness. In M. Robinson, B. Meier, & B. Ostafin,
Mindfulness and Self-Regulation (pp. 121-137). New York: Springer.
Neff, K., & Sands, X. (2011). Self-compassion: The proven power of being kind to
yourself. New York, NY: William Morrow.
Osterberg, L., & Blaschke, T. (2005). Adherence to Medication. The New England
Journal of Medicine, 487-497.
Palmer, Anna & Williams, & Bryan. (2007). Tekanan Darah Tinggi. Jakarta:
Erlangga.
Park, C. L., & Iacocca, M. O. (2014). A stress and coping perspective on health
behaviours: theoritical and methodological consideration. Anxiety Stress
Coping, 123-137.
67
Pintado, S. (2018). Changes in body awareness and self-compassion in clinical
psychology trainees. Complementary Therapies in Clinical Practice, doi:
https://doi.org/10.1016/j.ctcp.2018.12.010.
Price, S. A., & Wilson, L. M. (2012). Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-Proses
Penyakit Edisi 6 Vol. 1. Jakarta: Buku Kedokteran EGC.
Priyangka, A. D. (2019). Hubungan antara self-compassion dengan kesejahteraan
subjektif pada pasien Diabetes Melitus Tipe II. Skripsi. Tidak Diterbitkan.
Fakultas Psikologi. Universitas Islam Indonesia: Yogyakarta.
Sabaté, E. (2003). Adherence to Long-term Therapies: Evidence for Action.
Switzerland: World Health Organization.
Saepudin dkk. (2011). Kepatuhan Penggunaan Obat pada Pasien Hipertensi di
Puskesmas. Jurnal Farmasi Indonesia, 246-253.
Sari, D. P., Karim, D., & Ernawaty, J. (2018). Hubungan Kepatuhan Minum Obat
Dengan Kualitas Hidup Penderita Tb MDR di POLI Tb MDR RSUD Arifin
Ahmad Pekanbaru. Jurnal Online Mahasiswa (JOM) Bidang Ilmu
Keperawatan, 5, 105-114.
Septia, A., Rahmalia, S., & Sabrian, F. (2014). Hubungan dukungan keluarga
dengan kepatuhan minum obat pada penderita tb paru. Jom Psik, 1(2), 1-10.
Sinuraya, R. K., Puspitasari, I. M., Destiani, D. P., & Diantini, A. (2018). Tingkat
Kepatuhan Pengobatan Pasien HIpertensi di Fasilitas Kesehatan Tingkat
Pertama di Kota Bandung. Jurnal Farmasi Klinik Indonesia, 124-133.
Skelton, W. M., Cardaciotto, L., O’Hayer, C. V., Goldbacher, E. (2020). The role
of self-compassion and shame in persons living with HIV/AIDS. AIDS
Care. DOI: 10.1080/09540121.2020.1769836
Sulaiman, M. R. (2018, July 6). Berita Detikhealth. Retrieved from
health.detik.com: https://health.detik.com/berita-detikhealth/d-
4101603/semester-i-2018-hipertensi-jadi-penyakit-paling-banyak-dialami-
penduduk-ri
Thomas, D., Meera, N.K., Binny, K., Sekhar, M. S., Kishore, G., Sasidharan, S.
(2010). Medication adherence and associated barriers in hypertension
management in India. CVD Prevention and Control, 9-13, doi:
10.1016/j.cvdpc.2010.11.001
Wulandari, D. H. (2015). Analisis Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan
Kepatuhan Pasien Tuberkulosis Paru Tahap Lanjutan Untuk Minum Obat
di RS Rumah Sehat Terpadu Tahun 2015. Jurnal Administrasi Rumah Sakit
, 17-28.
68
www.depkes.go.id/article/view/18051600004/hipertensi-membunuh-diam-diam-
ketahui-tekanan-darah-anda.html diakses 6 Maret 2019
X. Tan, I. Patel, and J. Chang. (2014). Review of the four item Morisky Medication
Adherence Scale (MMAS-4) and eight item Morisky Medication Adherence
Scale (MMAS-8). Innovations in Pharmacy,5(3),165
69
LAMPIRAN
LAMPIRAN 1. Skala Kepatuhan Minum Obat Sebelum Uji Coba
Informed Consent
Yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama / Inisial :
Jenis Kelamin* : Laki-laki / Perempuan
Usia :
Suku :
Agama :
Lama mengidap penyakit : (tahun)
Mengonsumsi obat hipertensi* : Ya / Tidak
Dengan ini saya menyatakan bersedia untuk menjadi responden penelitian dan
menjawab semua pernyataan penelitian sesuai dengan keadaan yang sejujurnya.
*coret yang tidak perlu
Yogyakarta, 2020
( )
No Pernyataan Jawaban
1 Pernahkah Anda lupa
minum obat?
Ya
Tidak
70
2 Selain karena lupa, apakah
anda pernah tidak minum
obat karena alas an lain
dalam 2 minggu terakhir?
Ya
Tidak
3 Pernahkah anda mengurangi
atau bahkan berhenti
meminum obat tanpa
sepengetahuan dokter
karena Anda merasa obat
yang diberikan membuat
keadaan Anda bertambah
buruk?
Ya
Tidak
4 Pernahkah Anda lupa
membawa obat ketika Anda
berpergian?
Ya
Tidak
5 Apakah Anda meminum
obat kemarin?
Ya
Tidak
6 Apakah Anda berhenti
minum obat ketika Anda
merasa gejala penyakit yang
dialami telah teratasi?
Ya
Tidak
7 Meminum obat setiap hari
merupakan
ketidaknyamanan untuk
beberapa orang. Apakah
Anda merasa terganggu
harus meminum obat setiap
hari?
Ya
Tidak
8 Seberapa sering anda lupa
minum obat?
Tidak
pernah
sesekali
Kadang
Biasanya
Selalu
71
LAMPIRAN 2. Tabulasi Data Uji Coba Skala Kepatuhan Minum Obat
Subjek 01 02 03 04 05 06 07 08
1 0 1 1 0 1 1 0 0.75
2 0 1 0 0 1 0 0 0.5
3 0 1 1 0 1 1 1 0.75
4 0 0 0 0 1 0 1 0.5
5 0 1 0 0 1 1 0 0.5
6 0 0 0 0 0 0 0 0.25
7 0 1 1 0 1 0 0 0.5
8 0 0 0 0 0 0 0 0.25
9 0 1 1 0 1 0 0 0.5
10 0 1 1 0 1 0 1 0.75
11 1 1 1 1 1 1 1 1
12 1 1 1 1 1 1 1 1
13 0 0 1 1 1 0 0 0.75
14 1 1 1 1 1 1 1 0.75
15 0 1 1 0 1 1 1 0.75
16 0 1 1 1 1 1 1 1
17 1 1 1 1 0 0 0 1
18 0 0 1 1 0 1 1 0.5
19 0 1 0 1 1 1 0 0.5
20 0 0 1 1 1 0 0 0.75
21 0 0 0 0 1 0 0 0.5
22 0 0 0 0 0 0 0 0.5
23 1 1 1 1 1 0 0 0.5
24 0 0 0 0 0 0 1 0.75
25 0 1 1 0 1 1 1 0
72
26 0 0 0 0 0 0 0 0.25
27 0 1 1 0 1 1 1 0.5
28 0 1 0 1 0 0 0 0
29 0 1 0 0 1 1 1 0.75
30 0 1 1 1 1 1 1 0.75
31 1 1 1 1 1 1 1 0.75
32 0 0 0 0 1 0 0 0.75
33 0 0 0 0 1 0 0 0.75
34 1 1 1 0 0 0 0 0.75
35 0 1 0 0 1 1 0 0.75
36 0 0 0 0 1 0 0 0.5
37 0 1 0 0 0 0 0 0.5
38 1 1 1 1 0 1 1 1
39 1 0 1 1 0 0 1 0.5
40 1 1 1 1 0 1 1 1
41 0 1 1 1 0 1 1 0
42 0 1 1 0 1 1 1 0.5
43 1 1 1 0 1 1 1 1
44 0 0 0 0 1 0 0 0.5
45 0 0 0 0 1 1 0 0.5
46 0 1 1 0 1 1 0 0.5
47 1 1 0 0 0 0 0 0.5
48 0 0 1 0 1 1 1 0.75
49 0 1 1 0 0 1 1 0.75
50 0 1 1 1 1 1 1 0.5
51 1 0 0 0 0 0 0 0.5
52 0 1 1 0 1 1 1 0.5
73
LAMPIRAN 3. Analisis Data Uji Coba Skala Kepatuhan Minum Obat
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha
Cronbach's Alpha Based on
Standardized Items N of Items
.741 .746 8
Item-Total Statistics
Scale Mean
if Item
Deleted
Scale
Variance if
Item Deleted
Corrected
Item-Total
Correlation
Squared
Multiple
Correlation
Cronbach's
Alpha if Item
Deleted
K1 3.8750 4.165 .261 .443 .746
K2 3.4712 3.661 .506 .391 .700
K3 3.5288 3.337 .685 .507 .660
K4 3.7788 3.877 .378 .301 .726
K5 3.4519 4.336 .133 .291 .771
K6 3.6058 3.444 .600 .559 .679
K7 3.6442 3.513 .558 .508 .689
K8 3.5192 4.294 .452 .343 .723
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha
Cronbach's Alpha Based on
Standardized Items N of Items
.770 .768 6
Item-Total Statistics
Scale Mean
if Item
Deleted
Scale
Variance if
Item Deleted
Corrected
Item-Total
Correlation
Squared
Multiple
Correlation
Cronbach's
Alpha if Item
Deleted
K2 2.5481 2.591 .485 .354 .745
K3 2.6058 2.297 .685 .497 .688
K4 2.8558 2.758 .365 .195 .775
K6 2.6827 2.353 .622 .503 .706
K7 2.7212 2.377 .604 .494 .712
K8 2.5962 3.187 .362 .145 .773
74
LAMPIRAN 4. Skala Kepatuhan Minum Obat Setelah Uji Coba
No Pernyataan Jawaban
1 Selain karena lupa, apakah
anda pernah tidak minum obat
karena alas an lain dalam 2
minggu terakhir?
Ya
Tidak
2 Pernahkah anda mengurangi
atau bahkan berhenti
meminum obat tanpa
sepengetahuan dokter karena
Anda merasa obat yang
diberikan membuat keadaan
Anda bertambah buruk?
Ya
Tidak
3 Pernahkah Anda lupa
membawa obat ketika Anda
berpergian?
Ya
Tidak
4 Apakah Anda berhenti minum
obat ketika Anda merasa gejala
penyakit yang dialami telah
teratasi?
Ya
Tidak
5 Meminum obat setiap hari
merupakan ketidaknyamanan
untuk beberapa orang. Apakah
Anda merasa terganggu harus
meminum obat setiap hari?
Ya
Tidak
6 Seberapa sering anda lupa
minum obat?
Tidak
pernah
sesekali
Kadang
Biasanya
Selalu
75
LAMPIRAN 5. Skala Multidimensional Health Locus of Control Sebelum Uji
Coba
No Pernyataan Jawaban
1 Seberapa sering Anda merasa
bersalah terhadap kekurangan dan
kelemahan diri sendiri?
HTP
JR
KD
SR
SL
2 Seberapa sering Anda cenderung
terobsesi dan dihantui oleh
kegagalan yang Anda alami?
HTP
JR
KD
SR
SL
3 Ketika sedang mengalami
permasalahan, seberapa sering
Anda menganggap permasalahan
tersebut bagian dari kehidupan
dimana setiap orang
mengalaminya?
HTP
JR
KD
SR
SL
4 Ketika memikirkan kekurangan
yang saya miliki, seberapa sering
Anda merasa terpisah dan
terkucilkan dari lingkungan?
HTP
JR
KD
SR
SL
5 Seberapa sering Anda mencoba
untuk menyayangi diri sendiri
ketika merasa sakit hati?
HTP
JR
KD
SR
SL
6 Ketika gagal pada sesuatu yang
penting, seberapa sering Anda
dihantui perasaan tidak mampu?
HTP
JR
KD
SR
SL
76
7 Ketika tidak beruntung, seberapa
sering Anda percaya bahwa ada
sebagian orang yang mengalami hal
yang sama?
HTP
JR
KD
SR
SL
8 Ketika mengalami masa-masa sulit,
seberapa sering Anda mempersulit
diri sendiri?
HTP
JR
KD
SR
SL
9 Ketika ada hal yang membuat
marah, seberapa sering Anda
berusaha untuk tetap tenang?
HTP
JR
KD
SR
SL
10 Seberapa sering Anda tidak bisa
menerima beberapa sifat dalam diri
yang tidak Anda sukai?
HTP
JR
KD
SR
SL
11 Ketika mengalami kesedihan,
seberapa sering Anda merasa
kebanyakan orang lebih bahagia
dari Anda?
HTP
JR
KD
SR
SL
12 Seberapa sering Anda mencoba
melihat kegagalan yang dialami
sebagai bagian yang tidak
terpisahkan dari kehidupan?
HTP
JR
KD
SR
SL
13 Seberapa sering Anda berbaik hati
pada diri sendiri ketika sedang ada
dalam keadaan yang buruk?
HTP
JR
KD
SR
SL
77
14 Ketika ada sesuatu yang membuat
sedih, seberapa sering terbawa oleh
perasaan-perasaan Anda?
HTP
JR
KD
SR
SL
15 Ketika sedang berada dalam
keadaan yang buruk, seberapa
sering Anda bersikap dingin
terhadap diri sendiri?
HTP
JR
KD
SR
SL
16 Ketika sedang merasa terpuruk,
seberapa sering Anda mencoba
belajar untuk menerima perasaan-
perasaan tersebut dengan terbuka?
HTP
JR
KD
SR
SL
17 Seberapa sering Anda menerima
kekurangan dan keterbatasan Anda?
HTP
JR
KD
SR
SL
18 Ketika sesuatu yang menyakitkan
terjadi, seberapa sering Anda
membesar-besarkan peristiwa
tersebut?
HTP
JR
KD
SR
SL
19 Ketika mengalami kegagalan pada
hal yang penting, seberapa sering
Anda merasa bahwa hanya Anda
sendiri yang mengalami kegagalan?
HTP
JR
KD
SR
SL
20 Seberapa sering Anda mencoba
untuk memahami dan bersabar
terhadap sifat-sifat yang tidak saya
sukai dalam diri Anda?
HTP
JR
KD
SR
SL
78
LAMPIRAN 6. Tabulasi Data Uji Coba Skala Self-compassion
Sub
jek 01 02 03 04 05 06 07 08 09 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
1 2 2 4 4 4 3 2 4 4 2 1 3 3 1 4 2 4 1 2 2
2 0 0 0 0 0 0 0 0 0 4 0 4 4 0 0 0 0 0 0 0
3 3 2 4 2 4 1 3 3 3 0 2 3 4 0 4 3 4 2 2 3
4 2 3 4 4 2 1 3 4 4 3 2 2 4 2 2 3 4 3 2 3
5 4 4 4 4 4 4 4 4 4 0 4 2 2 2 2 2 4 4 3 2
6 3 2 3 3 4 2 2 1 3 1 1 2 4 1 2 3 3 2 2 2
7 4 4 4 4 4 4 4 4 4 0 4 4 4 0 2 4 4 4 4 4
8 0 1 2 2 3 0 1 2 3 1 2 3 3 1 0 3 1 3 2 2
9 3 4 1 4 4 3 3 3 2 1 2 4 3 2 3 2 4 3 2 3
10 1 2 3 2 2 1 3 0 3 3 2 3 2 1 1 3 3 1 2 2
11 1 1 3 1 3 1 3 1 3 3 1 3 3 1 1 3 3 1 1 3
12 2 2 4 3 4 4 4 3 4 2 1 4 4 3 2 4 4 3 4 4
13 1 1 3 2 4 2 3 2 4 2 1 3 4 0 2 2 3 1 1 4
14 2 2 2 4 4 2 3 2 3 2 1 2 2 1 4 3 3 2 2 3
15 1 2 4 3 3 2 4 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 4 3 3
16 2 2 4 2 2 2 4 3 2 2 3 2 2 2 3 2 2 4 2 1
17 0 1 4 0 3 0 4 1 4 1 1 2 2 0 3 2 3 3 0 4
18 2 3 3 2 0 3 2 4 4 0 4 4 4 3 4 4 2 4 4 2
19 0 1 4 0 4 1 3 2 4 4 2 4 4 0 1 4 4 2 3 3
20 3 3 2 4 4 3 1 3 3 1 1 3 4 2 4 3 3 4 3 1
21 1 1 4 0 2 1 4 2 3 2 0 3 2 0 2 2 3 2 1 2
22 1 2 3 4 4 0 3 4 1 1 2 2 2 0 2 3 2 2 2 4
23 2 2 3 1 2 2 3 1 3 1 1 2 3 1 1 2 3 1 2 1
24 4 4 3 4 4 2 3 4 2 3 3 4 4 2 2 4 4 1 4 4
79
25 2 2 3 3 3 2 4 3 2 2 2 3 2 1 1 3 2 1 3 2
26 2 2 3 2 1 2 1 2 2 2 1 3 2 1 3 2 2 2 4 2
27 2 1 1 4 0 3 1 4 1 0 2 0 0 2 4 1 0 3 2 1
28 2 3 4 3 4 3 3 4 3 3 4 1 3 3 3 3 4 3 3 3
29 4 4 1 4 4 4 0 4 4 0 3 4 3 1 4 1 4 4 4 4
30 4 4 3 4 4 4 1 4 3 1 2 2 4 1 3 4 4 3 4 0
31 4 3 3 4 4 2 3 4 3 0 4 3 3 3 4 3 3 3 3 1
32 0 0 4 2 4 2 4 0 4 2 1 4 4 0 0 4 4 2 2 3
33 2 2 2 2 4 1 3 3 4 4 1 3 3 0 0 3 3 1 1 4
34 1 1 4 3 4 1 3 3 4 4 0 3 4 1 0 4 4 0 0 4
35 4 3 4 3 3 3 3 4 3 1 2 3 3 2 3 4 4 3 3 3
36 1 2 2 1 2 1 2 1 1 1 2 2 2 1 2 2 1 0 1 2
37 4 3 3 3 3 3 2 3 2 1 2 1 3 2 3 2 4 3 3 3
38 4 4 0 4 0 4 0 4 0 0 4 0 0 4 4 0 0 4 4 0
39 1 4 1 4 0 4 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2
40 4 4 0 4 0 4 0 4 0 0 4 0 0 4 4 0 0 4 4 0
41 4 4 0 4 0 4 2 4 0 0 4 0 0 4 4 0 0 4 4 0
42 2 3 1 3 2 3 1 3 2 1 3 2 2 1 3 2 3 2 3 2
43 4 4 4 4 2 4 4 4 4 0 2 4 4 2 4 4 4 4 4 4
44 2 2 3 2 3 1 3 2 4 2 2 3 3 1 1 4 3 3 3 4
45 4 4 4 4 4 4 4 2 1 0 2 4 4 0 4 4 4 1 3 0
46 3 0 4 1 4 2 4 3 4 3 0 4 4 0 3 4 4 4 3 3
47 4 4 4 4 4 4 4 4 3 0 4 4 4 2 1 4 4 2 4 1
48 2 3 2 4 1 3 1 1 1 1 2 1 2 0 1 2 4 1 2 1
49 4 4 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3
50 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2
51 3 4 3 4 2 2 4 4 3 0 4 3 4 2 3 3 3 3 4 2
80
52 4 4 3 3 3 2 3 3 3 1 3 3 3 3 2 3 3 3 3 1
81
LAMPIRAN 7. Analisis Data Uji Coba Skala Self-compassion
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha
Cronbach's
Alpha Based
on
Standardized
Items
N of
Items
.812 .812 20
Item-Total Statistics
Scale Mean
if Item
Deleted
Scale
Variance if
Item Deleted
Corrected
Item-Total
Correlation
Squared
Multiple
Correlation
Cronbach's
Alpha if Item
Deleted
SC1 47.17 116.891 .530 .799 .795
SC2 47.02 119.862 .466 .856 .799
SC3 46.73 120.201 .449 .861 .800
SC4 46.71 120.758 .416 .753 .802
SC5 46.77 118.024 .460 .701 .799
SC6 47.23 121.710 .394 .741 .803
SC7 46.94 121.742 .389 .751 .803
SC8 46.77 117.279 .574 .724 .793
SC9 46.83 120.224 .460 .769 .799
SC10 48.06 141.820 -.313 .631 .839
SC11 47.40 123.971 .323 .772 .807
SC12 46.88 124.967 .303 .739 .807
SC13 46.67 122.617 .397 .788 .803
SC14 48.10 128.324 .168 .681 .814
SC15 47.13 125.609 .237 .589 .812
SC16 46.87 119.138 .543 .788 .795
SC17 46.63 115.687 .623 .871 .790
SC18 47.10 121.971 .398 .672 .803
SC19 46.96 118.704 .565 .805 .794
SC20 47.25 124.936 .260 .610 .810
82
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha
Cronbach's
Alpha Based
on
Standardized
Items
N of
Items
.842 .843 16
Item-Total Statistics
Scale Mean
if Item
Deleted
Scale
Variance if
Item Deleted
Corrected
Item-Total
Correlation
Squared
Multiple
Correlation
Cronbach's
Alpha if Item
Deleted
SC1 39.56 100.016 .545 .776 .828
SC2 39.40 102.912 .475 .854 .833
SC3 39.12 103.241 .458 .838 .834
SC4 39.10 103.971 .416 .739 .836
SC5 39.15 101.152 .470 .695 .833
SC6 39.62 104.516 .408 .703 .836
SC7 39.33 104.852 .390 .726 .837
SC8 39.15 101.780 .530 .667 .830
SC9 39.21 103.974 .439 .731 .835
SC11 39.79 106.876 .327 .736 .841
SC12 39.27 107.416 .323 .724 .840
SC13 39.06 105.114 .423 .778 .835
SC16 39.25 102.074 .562 .782 .828
SC17 39.02 99.000 .635 .840 .824
SC18 39.48 106.058 .358 .602 .839
SC19 39.35 102.035 .568 .800 .828
83
LAMPIRAN 8. Skala Self-compassion setelah Uji Coba
No Pernyataan Jawaban
1 Seberapa sering Anda merasa
bersalah terhadap kekurangan dan
kelemahan diri sendiri?
HTP
JR
KD
SR
SL
2 Seberapa sering Anda cenderung
terobsesi dan dihantui oleh
kegagalan yang Anda alami?
HTP
JR
KD
SR
SL
3 Ketika sedang mengalami
permasalahan, seberapa sering
Anda menganggap permasalahan
tersebut bagian dari kehidupan
dimana setiap orang
mengalaminya?
HTP
JR
KD
SR
SL
4 Ketika memikirkan kekurangan
yang saya miliki, seberapa sering
Anda merasa terpisah dan
terkucilkan dari lingkungan?
HTP
JR
KD
SR
SL
5 Seberapa sering Anda mencoba
untuk menyayangi diri sendiri
ketika merasa sakit hati?
HTP
JR
KD
SR
SL
6 Ketika gagal pada sesuatu yang
penting, seberapa sering Anda
dihantui perasaan tidak mampu?
HTP
JR
KD
SR
SL
84
7 Ketika tidak beruntung, seberapa
sering Anda percaya bahwa ada
sebagian orang yang mengalami hal
yang sama?
HTP
JR
KD
SR
SL
8 Ketika mengalami masa-masa sulit,
seberapa sering Anda mempersulit
diri sendiri?
HTP
JR
KD
SR
SL
9 Ketika ada hal yang membuat
marah, seberapa sering Anda
berusaha untuk tetap tenang?
HTP
JR
KD
SR
SL
11 Ketika mengalami kesedihan,
seberapa sering Anda merasa
kebanyakan orang lebih bahagia
dari Anda?
HTP
JR
KD
SR
SL
12 Seberapa sering Anda mencoba
melihat kegagalan yang dialami
sebagai bagian yang tidak
terpisahkan dari kehidupan?
HTP
JR
KD
SR
SL
13 Seberapa sering Anda berbaik hati
pada diri sendiri ketika sedang ada
dalam keadaan yang buruk?
HTP
JR
KD
SR
SL
16 Ketika sedang merasa terpuruk,
seberapa sering Anda mencoba
belajar untuk menerima perasaan-
perasaan tersebut dengan terbuka?
HTP
JR
KD
SR
SL
85
17 Seberapa sering Anda menerima
kekurangan dan keterbatasan Anda?
HTP
JR
KD
SR
SL
18 Ketika sesuatu yang menyakitkan
terjadi, seberapa sering Anda
membesar-besarkan peristiwa
tersebut?
HTP
JR
KD
SR
SL
19 Ketika mengalami kegagalan pada
hal yang penting, seberapa sering
Anda merasa bahwa hanya Anda
sendiri yang mengalami kegagalan?
HTP
JR
KD
SR
SL
86
LAMPIRAN 9. Tabulasi Data Subjek Penelitian
Subjek Jenis
Kelamin Usia
Masa
Diagnosis
1 Perempuan 53 2
2 Perempuan 64 3
3 Perempuan 44 3
4 Laki-Laki 58 3
5 Perempuan 55 3
6 Perempuan 54 3
7 Perempuan 26 1
8 Laki-Laki 25 2
9 Laki-Laki 52 2
10 Laki-Laki 21 2
11 Laki-Laki 71 3
12 Laki-Laki 30 3
13 Perempuan 55 3
14 Perempuan 55 2
15 Perempuan 55 3
16 Laki-Laki 71 3
17 Perempuan 24 1
18 Perempuan 53 2
19 Perempuan 56 2
20 Laki-Laki 47 3
21 Perempuan 25 2
22 Perempuan 39 3
23 Perempuan 60 3
24 Perempuan 24 1
87
25 Perempuan 67 3
26 Perempuan 22 1
27 Laki-Laki 55 1
28 Perempuan 46 2
29 Perempuan 55 2
30 Perempuan 64 3
31 Perempuan 63 3
32 Perempuan 19 1
33 Perempuan 20 1
34 Laki-Laki 22 1
35 Laki-Laki 49 3
36 Perempuan 51 3
37 Perempuan 18 1
38 Laki-Laki 30 1
39 Laki-Laki 24 1
40 Laki-Laki 25 1
41 Perempuan 19 1
42 Laki-Laki 55 2
43 Perempuan 59 2
44 Perempuan 32 2
45 Laki-Laki 35 3
46 Perempuan 22 2
47 Laki-Laki 32 3
48 Laki-Laki 56 3
49 Perempuan 62 3
50 Laki-Laki 48 2
51 Perempuan 24 2
88
52 Laki-Laki 68 3
Keterangan :
Masa diagnosis
1 = <1 tahun
2 = 1-5 tahun
3 = >5 tahun
89
LAMPIRAN 10. Tabulasi Data Penelitian
a. Tabulasi Data Skala Kepatuhan Minum Obat
Subjek 01 02 03 04 05 06
1 1 1 0 1 0 0.75
2 1 0 0 0 0 0.5
3 1 1 0 1 1 0.75
4 0 0 0 0 1 0.5
5 1 0 0 1 0 0.5
6 0 0 0 0 0 0.25
7 1 1 0 0 0 0.5
8 0 0 0 0 0 0.25
9 1 1 0 0 0 0.5
10 1 1 0 0 1 0.75
11 1 1 1 1 1 1
12 1 1 1 1 1 1
13 0 1 1 0 0 0.75
14 1 1 1 1 1 0.75
15 1 1 0 1 1 0.75
16 1 1 1 1 1 1
17 1 1 1 0 0 1
18 0 1 1 1 1 0.5
19 1 0 1 1 0 0.5
20 0 1 1 0 0 0.75
21 0 0 0 0 0 0.5
22 0 0 0 0 0 0.5
23 1 1 1 0 0 0.5
24 0 0 0 0 1 0.75
90
25 1 1 0 1 1 0
26 0 0 0 0 0 0.25
27 1 1 0 1 1 0.5
28 1 0 1 0 0 0
29 1 0 0 1 1 0.75
30 1 1 1 1 1 0.75
31 1 1 1 1 1 0.75
32 0 0 0 0 0 0.75
33 0 0 0 0 0 0.75
34 1 1 0 0 0 0.75
35 1 0 0 1 0 0.75
36 0 0 0 0 0 0.5
37 1 0 0 0 0 0.5
38 1 1 1 1 1 1
39 0 1 1 0 1 0.5
40 1 1 1 1 1 1
41 1 1 1 1 1 0
42 1 1 0 1 1 0.5
43 1 1 0 1 1 1
44 0 0 0 0 0 0.5
45 0 0 0 1 0 0.5
46 1 1 0 1 0 0.5
47 1 0 0 0 0 0.5
48 0 1 0 1 1 0.75
49 1 1 0 1 1 0.75
50 1 1 1 1 1 0.5
51 0 0 0 0 0 0.5
91
52 1 1 0 1 1 0.5
b. Tabulasi Data Skala Self-compassion
Subjek 01 02 03 04 05 06 07 08 09 10 11 12 13 14 15 16
1 2 2 4 4 4 3 2 4 4 1 3 3 2 4 1 2
2 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 4 4 0 0 0 0
3 3 2 4 2 4 1 3 3 3 2 3 4 3 4 2 2
4 2 3 4 4 2 1 3 4 4 2 2 4 3 4 3 2
5 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 2 2 2 4 4 3
6 3 2 3 3 4 2 2 1 3 1 2 4 3 3 2 2
7 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
8 0 1 2 2 3 0 1 2 3 2 3 3 3 1 3 2
9 3 4 1 4 4 3 3 3 2 2 4 3 2 4 3 2
10 1 2 3 2 2 1 3 0 3 2 3 2 3 3 1 2
11 1 1 3 1 3 1 3 1 3 1 3 3 3 3 1 1
12 2 2 4 3 4 4 4 3 4 1 4 4 4 4 3 4
13 1 1 3 2 4 2 3 2 4 1 3 4 2 3 1 1
14 2 2 2 4 4 2 3 2 3 1 2 2 3 3 2 2
15 1 2 4 3 3 2 4 3 3 3 3 3 3 3 4 3
16 2 2 4 2 2 2 4 3 2 3 2 2 2 2 4 2
17 0 1 4 0 3 0 4 1 4 1 2 2 2 3 3 0
18 2 3 3 2 0 3 2 4 4 4 4 4 4 2 4 4
19 0 1 4 0 4 1 3 2 4 2 4 4 4 4 2 3
20 3 3 2 4 4 3 1 3 3 1 3 4 3 3 4 3
21 1 1 4 0 2 1 4 2 3 0 3 2 2 3 2 1
22 1 2 3 4 4 0 3 4 1 2 2 2 3 2 2 2
23 2 2 3 1 2 2 3 1 3 1 2 3 2 3 1 2
92
24 4 4 3 4 4 2 3 4 2 3 4 4 4 4 1 4
25 2 2 3 3 3 2 4 3 2 2 3 2 3 2 1 3
26 2 2 3 2 1 2 1 2 2 1 3 2 2 2 2 4
27 2 1 1 4 0 3 1 4 1 2 0 0 1 0 3 2
28 2 3 4 3 4 3 3 4 3 4 1 3 3 4 3 3
29 4 4 1 4 4 4 0 4 4 3 4 3 1 4 4 4
30 4 4 3 4 4 4 1 4 3 2 2 4 4 4 3 4
31 4 3 3 4 4 2 3 4 3 4 3 3 3 3 3 3
32 0 0 4 2 4 2 4 0 4 1 4 4 4 4 2 2
33 2 2 2 2 4 1 3 3 4 1 3 3 3 3 1 1
34 1 1 4 3 4 1 3 3 4 0 3 4 4 4 0 0
35 4 3 4 3 3 3 3 4 3 2 3 3 4 4 3 3
36 1 2 2 1 2 1 2 1 1 2 2 2 2 1 0 1
37 4 3 3 3 3 3 2 3 2 2 1 3 2 4 3 3
38 4 4 0 4 0 4 0 4 0 4 0 0 0 0 4 4
39 1 4 1 4 0 4 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2
40 4 4 0 4 0 4 0 4 0 4 0 0 0 0 4 4
41 4 4 0 4 0 4 2 4 0 4 0 0 0 0 4 4
42 2 3 1 3 2 3 1 3 2 3 2 2 2 3 2 3
43 4 4 4 4 2 4 4 4 4 2 4 4 4 4 4 4
44 2 2 3 2 3 1 3 2 4 2 3 3 4 3 3 3
45 4 4 4 4 4 4 4 2 1 2 4 4 4 4 1 3
46 3 0 4 1 4 2 4 3 4 0 4 4 4 4 4 3
47 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 2 4
48 2 3 2 4 1 3 1 1 1 2 1 2 2 4 1 2
49 4 4 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3
50 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2
93
51 3 4 3 4 2 2 4 4 3 4 3 4 3 3 3 4
52 4 4 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3
c. Skor Total Skala Kepatuhan dan Self-compassion
Subjek K Z-SCORE T-SCORE SC
1 3.75 0.29003 52.9 45
2 1.5 -0.90061 40.99 8
3 4.75 0.81919 58.19 45
4 1.5 -0.90061 40.99 47
5 2.5 -0.37144 46.29 57
6 0.25 -1.56207 34.38 40
7 2.5 -0.37144 46.29 64
8 0.25 -1.56207 34.38 31
9 2.5 -0.37144 46.29 47
10 3.75 0.29003 52.9 33
11 6 1.48066 64.81 32
12 6 1.48066 64.81 54
13 2.75 -0.23914 47.61 37
14 5.75 1.34836 63.48 39
15 4.75 0.81919 58.19 47
16 6 1.48066 64.81 40
17 4 0.42232 54.22 30
18 4.5 0.6869 56.87 49
19 3.5 0.15773 51.58 42
20 2.75 -0.23914 47.61 47
21 0.5 -1.42977 35.7 31
22 0.5 -1.42977 35.7 37
94
23 3.5 0.15773 51.58 33
24 1.75 -0.76831 42.32 54
25 4 0.42232 54.22 40
26 0.25 -1.56207 34.38 33
27 4.5 0.6869 56.87 25
28 2 -0.63602 43.64 50
29 3.75 0.29003 52.9 52
30 5.75 1.34836 63.48 54
31 5.75 1.34836 63.48 52
32 0.75 -1.29748 37.03 41
33 0.75 -1.29748 37.03 38
34 2.75 -0.23914 47.61 39
35 2.75 -0.23914 47.61 52
36 0.5 -1.42977 35.7 23
37 1.5 -0.90061 40.99 44
38 6 1.48066 64.81 32
39 3.5 0.15773 51.58 33
40 6 1.48066 64.81 32
41 5 0.95149 59.51 34
42 4.5 0.6869 56.87 37
43 5 0.95149 59.51 60
44 0.5 -1.42977 35.7 43
45 1.5 -0.90061 40.99 53
46 3.5 0.15773 51.58 48
47 1.5 -0.90061 40.99 61
48 3.75 0.29003 52.9 32
49 4.75 0.81919 58.19 49
95
50 5.5 1.21607 62.16 32
51 0.5 -1.42977 35.7 53
52 4.5 0.6869 56.87 49
96
LAMPIRAN 11. Uji Asumsi
a. Uji Normalitas
Case Processing Summary
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
K 52 100.0% 0 0.0% 52 100.0%
SC 52 100.0% 0 0.0% 52 100.0%
Descriptives
Statistic
Std.
Error
K Mean 3.2019 .26206
95% Confidence
Interval for Mean
Lower
Bound 2.6758
Upper
Bound 3.7280
5% Trimmed Mean 3.2105
Median 3.5000
Variance 3.571
Std. Deviation 1.88975
Minimum .25
Maximum 6.00
Range 5.75
Interquartile Range 3.25
Skewness -.095 .330
Kurtosis -1.235 .650
SC Mean 41.92 1.497
95% Confidence
Interval for Mean
Lower
Bound 38.92
Upper
Bound 44.93
5% Trimmed Mean 42.16
Median 41.50
Variance 116.465
97
Std. Deviation 10.792
Minimum 8
Maximum 64
Range 56
Interquartile Range 17
Skewness -.376 .330
Kurtosis .608 .650
Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
K .105 52 .200* .930 52 .005
SC .085 52 .200* .971 52 .233
*. This is a lower bound of the true significance.
a. Lilliefors Significance Correction
98
99
b. Uji Linearitas
Case Processing Summary
Cases
Included Excluded Total
N Percent N Percent N Percent
K *
SC 52 100.0% 0 0.0% 52 100.0%
Report
K
SC Mean N
Std.
Deviation
8 1.5000 1 .
23 .5000 1 .
25 4.5000 1 .
30 4.0000 1 .
31 .3750 2 .17678
32 5.4500 5 .97468
33 2.7500 4 1.67083
34 5.0000 1 .
37 2.5833 3 2.00520
100
38 .7500 1 .
39 4.2500 2 2.12132
40 3.4167 3 2.91905
41 .7500 1 .
42 3.5000 1 .
43 .5000 1 .
44 1.5000 1 .
45 4.2500 2 .70711
47 2.8750 4 1.36168
48 3.5000 1 .
49 4.5833 3 .14434
50 2.0000 1 .
52 4.0833 3 1.52753
53 1.0000 2 .70711
54 4.5000 3 2.38485
57 2.5000 1 .
60 5.0000 1 .
61 1.5000 1 .
64 2.5000 1 .
Total 3.2019 52 1.88975
ANOVA Table
Sum of
Squares df
Mean
Square F Sig.
K *
SC
Between
Groups
(Combined) 117.694 27 4.359 1.624 .117
Linearity .543 1 .543 .202 .657
Deviation from
Linearity 117.151 26 4.506 1.678 .103
Within Groups 64.435 24 2.685
Total 182.130 51
Measures of Association
R R Squared Eta Eta Squared
K *
SC .055 .003 .804 .646
101
LAMPIRAN 12. Uji Hipotesis
Correlations
SC K
Spearman's rho SC Correlation
Coefficient 1.000 .022
Sig. (1-tailed) . .437
N 52 52
K Correlation
Coefficient .022 1.000
Sig. (1-tailed) .437 .
N 52 52
102
LAMPIRAN 13. Hasil Analisis Tambahan
a. Uji Korelasi Kepatuhan dan Self-compassion pada Pasien Perempuan
Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
SC .083 32 .200* .962 32 .319
K .149 32 .069 .909 32 .011
Correlations
SC K
Spearman's rho SC Correlation
Coefficient 1.000 .334*
Sig. (1-tailed) . .031
N 32 32
K Correlation
Coefficient .334* 1.000
Sig. (1-tailed) .031 .
N 32 32
*. Correlation is significant at the 0.05 level (1-tailed).
ANOVA Table
Sum of
Squares df Mean Square F Sig.
K
*
S
C
Between Groups (Combined) 83.969 24 3.499 .965 .567
Linearity 11.618 1 11.618 3.205 .117
Deviation from
Linearity 72.350 23 3.146 .868 .633
Within Groups 25.375 7 3.625
Total 109.344 31
103
b. Uji Korelasi Kepatuhan dan Self-compassion pada Pasien Laki-laki
Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
SC .220 20 .012 .911 20 .065
K .141 20 .200* .920 20 .100
*. This is a lower bound of the true significance.
a. Lilliefors Significance Correction
ANOVA Table
Sum of
Squares df
Mean
Square F Sig.
K *
SC
Between
Groups
(Combined) 57.406 12 4.784 7.115 .008
Linearity 8.745 1 8.745 13.007 .009
Deviation from
Linearity 48.661 11 4.424 6.580 .010
Within Groups 4.706 7 .672
Total 62.113 19
Correlations
SC K
Spearman's rho SC Correlation
Coefficient 1.000 -.324
Sig. (1-tailed) . .082
N 20 20
K Correlation
Coefficient -.324 1.000
Sig. (1-tailed) .082 .
N 20 20
104
c. Analisis korelasi self-compassion dengan aspek kepatuhan minum
obat
Correlations
Forgetting Carelessness Stop SC
Forgetting Pearson Correlation 1 .361** .460** -.019
Sig. (1-tailed) .004 .000 .446
N 52 52 52 52
Carelessness Pearson Correlation .361** 1 .786** .135
Sig. (1-tailed) .004 .000 .170
N 52 52 52 52
Stop Pearson Correlation .460** .786** 1 .116
Sig. (1-tailed) .000 .000 .206
N 52 52 52 52
SC Pearson Correlation -.019 .135 .116 1
Sig. (1-tailed) .446 .170 .206
N 52 52 52 52
**. Correlation is significant at the 0.01 level (1-tailed).
LAMPIRAN 14. Perhitungan Data Hipotetik
a. Kepatuhan Minum Obat
Skor minimal : 0
Skor maksimal: 1
Nilai minimal : 0,25
Nilai maksimal: 6
Jumlah aitem : 6
Mean (µ)
µ = (skor maks + skor min) x jumlah aitem
2
= (1 + 0)x6
2
= 6
2
= 3
Standar Deviasi (σ)
105
σ = (nilai maks - nilai min)
6
= (6 − 0,25)
6
= 5,75
6
= 0,95
b. Self compassion
Skor minimal : 0
Skor maksimal: 4
Nilai minimal : 0
Nilai maksimal: 64
Jumlah aitem : 16
Mean (µ)
µ = (skor maks + skor min) x jumlah aitem
2
= (4 + 0)x16
2
= 64
2
= 32
Standar Deviasi (σ)
σ = (nilai maks - nilai min)
6
= (64− 0)
6
= 64
6
= 16
LAMPIRAN 15. Kategorisasi Skala Kepatuhan Minum Obat
a. Sangat Tinggi
X > µ + 1,8 σ = X < 3 + (1,8)(0,95)
= X < 3 + 1.71
= X < 4.71
b. Tinggi
µ + 0,6 σ ≤ X ≤ µ + 1,8 σ = 3 + (0,6)(0,95) ≤ X ≤ 3 + (1,8)(0.95)
= 3 + 0,57 ≤ X ≤ 3 + 1.71
= 3,57 ≤ X ≤ 4.71
106
c. Sedang
µ - 0,6 σ ≤ X < µ + 0,6 σ = 3 – (0,6)(0,95) ≤ X < 3 + (0,6)(0,95)
= 3 – 0,57 ≤ X < 3 + 0,57
= 2,43 ≤ X < 3,57
d. Rendah
µ - 1,8 σ ≤ X < µ - 0,6 σ = 3 – (1,8)(0,95) ≤ X < 3 – (0,6)(0.95)
= 3 – 1,71 ≤ X < 3 - 0,57
= 1,29 ≤ X < 2,43
e. Sangat Rendah
X > µ - 1,8 σ = X > 3 – (1,8)(0,95)
= X > 3 – 1,71
= X > 1,29
107
LAMPIRAN 16. Hasil Kategorisasi Skala Kepatuhan Minum Obat
Subjek Skor Kategori
1 3.75 Tinggi
2 1.5 Rendah
3 4.75 Sangat Tinggi
4 1.5 Rendah
5 2.5 Sedang
6 0.25 Sangat Rendah
7 2.5 Sedang
8 0.25 Sangat Rendah
9 2.5 Sedang
10 3.75 Tinggi
11 6 Sangat Tinggi
12 6 Sangat Tinggi
13 2.75 Sedang
14 5.75 Sangat Tinggi
15 4.75 Sangat Tinggi
16 6 Sangat Tinggi
17 4 Tinggi
18 4.5 Tinggi
19 3.5 Sedang
20 2.75 Sedang
21 0.5 Sangat Rendah
22 0.5 Sangat Rendah
23 3.5 Sedang
24 1.75 Rendah
25 4 Tinggi
108
26 0.25 Sangat Rendah
27 4.5 Tinggi
28 2 Rendah
29 3.75 Tinggi
30 5.75 Sangat Tinggi
31 5.75 Sangat Tinggi
32 0.75 Sangat Rendah
33 0.75 Sangat Rendah
34 2.75 Sedang
35 2.75 Sedang
36 0.5 Sangat Rendah
37 1.5 Rendah
38 6 Sangat Tinggi
39 3.5 Sedang
40 6 Sangat Tinggi
41 5 Sangat Tinggi
42 4.5 Tinggi
43 5 Sangat Tinggi
44 0.5 Sangat Rendah
45 1.5 Rendah
46 3.5 Sedang
47 1.5 Rendah
48 3.75 Tinggi
49 4.75 Sangat Tinggi
50 5.5 Sangat Tinggi
51 0.5 Sangat Rendah
52 4.5 Tinggi
109
LAMPIRAN 17. Kategorisasi Skala Self-compassion
a. Sangat Tinggi
X > µ + 1,8 σ = X < 32 + (1,8)(16)
= X < 32 + 28.8
= X < 60.8
b. Tinggi
µ + 0,6 σ ≤ X ≤ µ + 1,8 σ = 32 + (0,6)(16) ≤ X ≤ 32 + (1,8)(16)
= 32 + 9.6 ≤ X ≤ 32 + 28.8
= 41.6 ≤ X ≤ 60.8
c. Sedang
µ - 0,6 σ ≤ X < µ + 0,6 σ = 32 – (0,6)(16) ≤ X < 32 + (0,6)(16)
= 32 – 9.6 ≤ X < 32 + 9.6
= 22.4 ≤ X < 41.6
d. Rendah
µ - 1,8 σ ≤ X < µ - 0,6 σ = 32 – (1,8)(16) ≤ X < 32 – (0,6)(16)
= 32 – 28.8 ≤ X < 32 – 9.6
= 3.2 ≤ X < 22.4
e. Sangat Rendah
X > µ - 1,8 σ = X > 32 – (1,8)(16)
= X > 32 – 28.8
= X > 3.2
110
LAMPIRAN 18. Hasil Kategorisasi Skala Self-compassion
Subjek Skor Kategori
1 45 Tinggi
2 8 Rendah
3 45 Tinggi
4 47 Tinggi
5 57 Tinggi
6 40 Tinggi
7 64 Sangat Tinggi
8 31 Sedang
9 47 Tinggi
10 33 Sedang
11 32 Sedang
12 54 Tinggi
13 37 Sedang
14 39 Sedang
15 47 Tinggi
16 40 Sedang
17 30 Sedang
18 49 Tinggi
19 42 Tinggi
20 47 Tinggi
21 31 Sedang
22 37 Sedang
23 33 Sedang
24 54 Tinggi
111
25 40 Sedang
26 33 Sedang
27 25 Sedang
28 50 Tinggi
29 52 Tinggi
30 54 Tinggi
31 52 Tinggi
32 41 Sedang
33 38 Sedang
34 39 Sedang
35 52 Tinggi
36 23 Sedang
37 44 Tinggi
38 32 Sedang
39 33 Sedang
40 32 Sedang
41 34 Sedang
42 37 Sedang
43 60 Tinggi
44 43 Sedang
45 53 Tinggi
46 48 Tinggi
47 61 Tinggi
48 32 Sedang
49 49 Tinggi
50 32 Sedang
51 53 Tinggi
112
52 49 Tinggi
113
LAMPIRAN 19. Surat Izin Penelitian
114
115
LAMPIRAN 20. Surat Keterangan Selesai Penelitian