HUBUNGAN ANTARA SELF-ESTEEM DENGAN SUBJECTIVE WELL-BEING KARYAWAN UIN
SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi (S.Psi)
Disusun oleh :
SUSI HANDAYANI BR. LUBIS NIM: 106070002186
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1432H/2011M
v
Motto
“Hai jiwa yang tenang. Kembalilah kepada Tuhan-Mu dengan hati yang puas lagi diridho-Nya. Maka masuklah ke dalam jemaah
hamba-hamba-Ku, dan masuklah ke dalam surga-Ku”. (QS. Al-Fajr : 27-30)
“Engkau yang tulus hidup dan bekerja sepenuhnya dalam kebaikan, akan dibangunkan ruangan yang indah di hatimu, yang didalamnya
tergemakan firman Tuhan, agar engkau menyampaikan berita gembira dari-Nya, dan meneruskan tuntunan dari Utusan-Nya,
untuk kebahagiaan sesamamu dan kelestarian alam, agar engkau terpelihara dalam indahnya kebahagiaan dan kesejahteraan”.
(Mario Teguh)
vi
Sebuah Dedikasi
Karya ini kupersembahkan untuk Ayah & Mamak tercinta,
Sungguh pencapaian ananda ini tidak akan pernah sebanding
dengan segala pengorbanan yang telah Ayah & Mamak berikan.
Terimakasih atas cinta dan kasih sayangnya serta doa
yang selalu terucap untuk ananda.
serta Adik-adikku tersayang, yang selalu menyayangiku dengan
sepenuh hati, dan selalu memberikan dukungan
serta mendoakanku dalam kebaikan.
vii
ABSTRAK
A) Fakultas Psikologi
B) Mei 2011
C) Susi Handayani Br. Lubis D) Hubungan antara Self-esteem dengan Subjective Well-being Karyawan UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta E) XVII + 94 Halaman + 19 Lampiran F) Penelitian ini berusaha melihat hubungan antara self-esteem dengan subjective
well-being pada Karyawan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Self-esteem merupakan sikap individual, baik positif atau negatif terhadap dirinya sebagai suatu totalitas. Sementara subjective well-being merupakan evaluasi kognitif dan afektif seseorang tentang hidupnya.
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif. Peneliti menggunakan alat ukur satisfaction with life scale oleh Diener dengan angka reliabilitas 0,87 dan self esteem scale oleh Morris Rosenberg dengan angka reliabilitas 0,82. Partisipan dalam penelitian ini berjumlah 134 orang yang merupakan karyawan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Analisis pada penelitian ini menggunakan uji korelasi pada taraf signifikansi 0,05. Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa self-esteem memiliki koefisien korelasi positif yang signifikan, artinya semakin tinggi self-esteem yang dimiliki maka akan semakin tinggi subjective well-being karyawan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Kemudian hasil analisis selanjutnya menggunakan uji regresi yang menunjukkan bahwa usia, tingkat pendidikan dan masa kerja memiliki pengaruh yang signifikan terhadap subjective well-being. Adapun jenis kelamin, status pernikahan, pekerjaan (jabatan dan golongan) serta pendapatan tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap subjective well-being.
Dari hasil penelitian ini dapat disarankan bahwa dalam penelitian selanjutnya hal yang perlu diperhatikan adalah pengadministrasian alat ukur, serta sampel penelitian yang lebih besar, agar mendapatkan gambaran responden yang sesungguhnya dan hasil penelitian yang lebih baik.
G) Bahan Bacaan: 22 buku + 12 jurnal + 3 artikel internet
viii
ABSTRACT
A) Faculty of Psychology B) May 2011 C) Susi Handayani Br. Lubis
D) The correlation between employee’s Subjective Well-being and Self-esteem of Syarif Hidayatullah Islamic State University
E) XVII + 94 pages + 19 attachment F) The purpose of this research is to seek the correlation between employee’s
Subjective Well-being and Self-esteem of Syarif Hidayatullah Islamic State University. Subjective well-being is defined as a person’s cognitive and affective evaluations of his or her life. While Self-esteem is defined as the individual’s positive or negative attitude toward the self as a totally.
The approach used in this research was quantitative method. This research used satisfaction with life scale by Diener with reliability 0,87 and self esteem scale by Morris Rosenberg with reliability 0,82. The participants of this research were 134 employees of Syarif Hidayatullah Jakarta Islamic State University. The analysis on this research was correlation test on significance rate 0.05. The research shows that self-esteem had significantly positive coefficient correlation. It means that subjective well-being will get high score if self-esteem increase. Furthermore, by using regression test the research shows that age, educational level, and work period have significant effect towards subjective well-being. While sex, marriage status, job position, and income have no significant effect towards subjective well-being. The suggestion for next researcher is the administration measurement and larger sample in order to get more real respondent and better result of research.
G) References : 22 books + 12 journals + 3 internet articles
ix
KATA PENGANTAR
Bismillahirahmanirrahiim
Syukur Alhamdullilah penulis ucapkan kehadirat Allah SWT, karena
berkat kekuasaan dan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
Shalawat dan salam terlimpahkan kepada Nabi besar Muhammad SAW serta
pengikutnya sampai akhir zaman.
Terselesaikannya skripsi ini sebenarnya juga tidak luput dari bantuan pihak
luar, oleh karena itu, izinkanlah penulis mengucapkan rasa terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada:
1. Bapak Jahja Umar, Ph.D, Dekan Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta, Ibu Dra. Fadhilah Suralaga, M.Si, Pembantu Dekan I, beserta seluruh
jajaran dekanat lainnya, yang selalu berusaha menciptakan lulusan-lulusan
Fakultas Psikologi yang berprestasi dan berkualitas.
2. Bapak Abdul Rahman Shaleh, M.Si. Dosen Pembimbing satu, yang selalu
sabar memberikan solusi-solusi cerdas mengenai hal-hal yang berkaitan
dengan penelitian, berdiskusi, memberi masukan yang sangat berarti, dan
memberi semangat kepada penulis. Terimakasih atas keikhlasannya untuk
meluangkan waktu di sela-sela kesibukan dengan jadwal bapak yang begitu
padat walaupun penulis tahu bahwa bapak sangat lelah namun bapak tetap
mau menerima penulis dengan senyum yang begitu ramah untuk melakukan
bimbingan kendatipun itu sangat menyita jam istirahat bapak.
3. Ibu Liany Luzvinda, M.Si. Dosen pembimbing dua, yang telah memberikan
masukan yang bermanfaat dan sangat berarti yang berkaitan dengan penelitian
sehingga sangat membantu penulis dalam menyelesaikan penelitian ini.
Terimakasih telah meluangkan waktu di sela-sela kesibukan ibu dalam
mengurus si kecil yang masih membutuhkan banyak perhatian dari ibu.
4. Ibu S. Evangeline I Suaidy M. Psi. Psi., Pembimbing akademik kelas A
angkatan 2006 yang selalu menyempatkan diri untuk mengikuti acara-acara
kelas A untuk memberikan perhatian dan nasehat-nasehat yang berarti demi
masa depan yang lebih baik.
x
5. Seluruh Dosen Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah
memberikan ilmu dan pengetahuannya dengan kesabaran dan keikhlasan.
Semoga segala ilmu dan pengetahuan yang bapak dan ibu berikan dapat
bermanfaat untuk penulis maupun untuk orang lain dalam kehidupan
bermasyarakat.
6. Staff bagian Akademik, Umum, dan Keuangan Fakultas Psikologi UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta yang telah banyak berjasa baik itu dari segi waktu
maupun tenaga kepada Mahasiswa Psikologi UIN Jakarta dan khususnya
kepada Penulis.
7. Teristimewa, Mamak yang berhati lembut dan berjiwa tegar yang rela
mengeluarkan keringat demi pendidikan dan kebahagiaan anak-anaknya
walaupun dengan kondisi badan yang mudah sakit serta Ayah yang berwatak
tegas serta keras yang rela bekerja keras demi menghidupi keluarganya dan
yang selalu mengajarkan betapa pentingnya memiliki jiwa yang tegar, mandiri
dan berhati besar. Skripsi ini adalah sebuah dedikasi sederhana atas
pengabdian ananda kepada Ayah dan Mamak tercinta.
8. Adikku Asmin yang selalu mengalah yang rela menunda masuk kuliah demi
kelulusan kakaknya terlebih dahulu karena faktor menurunnya ekonomi
keluarga serta adikku Julhan yang selalu ingin menjadi orang yang melebihi
kemampuan kakaknya.
9. Uda dan Nanguda yang juga sangat membantu penulis di akhir-akhir masa
penulisan skripsi baik itu membantu dalam hal fisik maupun psikis, nenek,
Tobang, Semua Tulang dan Nantulang, etek, sepupu-sepupu serta keluarga
yang telah mendukung dan mendoakan penulis.
10. Teman-teman rekan kerja di Metro TV dan di LP3ES yang tidak bisa penulis
sebutkan satu persatu yang selalu memberikan arti sebuah kebersamaan dalam
team kerja, memberikan kebahagiaan serta dukungannya kepada penulis.
11. Teman-teman di Federasi Olahraga Mahasiswa (FORSA) serta Senpai-senpai
dan teman-teman Karate UIN Jakarta, yang telah banyak mengajarkan arti dan
makna hidup serta mengajarkan ilmu organisasi yang sangat berguna bagi
penulis hingga saat ini. Khususnya Senpai Abi yang selalu mengajarkan dan
xi
menekankan pentingnya mempunyai jiwa yang pemberani yang tidak takut
untuk menantang dunia namun tetaplah mempunyai hati yang jernih, ikhlas
dan tidak sombong.
12. Sahabat-sahabatku tersayang (Hasnah, Sarah, Kori, Bima, Ali, Bambang, Ayu,
Nur, Sunu, Ade, Kak Ipul, Uda Anif) serta teman-teman yang lain yang tidak
dapat disebutkan satu persatu. Terimakasih untuk persahabatan yang indah ini.
Semoga Allah selalu menjaga persaudaraan dan kasih sayang kita dan
mengumpulkan kita dalam keadaan yang baik. Kalian keluarga kedua yang
Allah kirimkan untuk selalu menemaniku baik itu dalam “tawa” maupun
“tangis” disaat orang tua serta saudara-saudaraku jauh di seberang sana.
Persahabatan yang indah ini tidak akan pernah terlupakan sampai kapanpun.
13. Seluruh jajaran staff dan karyawan Biro AUK bagian Ortala dan Kepegawaian
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, yang telah banyak membantu penulis baik
disaat KKL maupun dalam pengumpulan data penelitian serta telah
menganggap penulis sebagai bagian dari keluarga Ortala dan Kepegawaian.
14. Teman-teman angkatan 2006 khususnya kelas A yang selalu smart dalam
bepikir dan berdiskusi, serta angkatan dibawah penulis, terimakasih atas
kebersamaan dan pembelajaran yang begitu indah selama ini. Semua
kenangan indah yang telah kita lalui bersama tidak akan pernah terlupakan.
15. Semua pihak yang tidak bisa disebutkan satu persatu, karena dukungan moral
serta pengertian mereka penulis bisa menyelesaikan laporan ini.
Hanya asa dan doa yang penulis panjatkan kepada semua pihak yang
membantu penyelesaian skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, untuk
itu kritik dan saran yang bersifat membangun sangatlah diharapkan untuk
menyempurnakan skripsi ini.
Akhir kata, besar harapan penulis semoga skripsi ini memberikan manfaat
khususnya bagi penulis dan umumnya bagi siapa saja yang membaca.
Jakarta, Mei 2011
Penulis
xii
DAFTAR ISI
Cover
Lembar Pengesahan Pembimbing....................................................................... ii
Pengesahan Oleh Panitia Ujian ..........................................................................iii
Pernyataan Bukan Plagiat...................................................................................iv
Motto .................................................................................................................v
Persembahan ......................................................................................................vi
Abstrak ..............................................................................................................vii
Abstract .............................................................................................................viii
Kata Pengantar ...................................................................................................ix
Daftar Isi ............................................................................................................xii
Daftar Tabel .......................................................................................................xiv
Daftar Lampiran.................................................................................................xvi
BAB I PENDAHULUAN .........................................................................1
1.1. Latar Belakang ......................................................................1
1.2. Pembatasan Masalah .............................................................11
1.3. Rumusan Permasalahan.........................................................11
1.4. Tujuan dan Manfaat Penelitian ..............................................12
1.5. Sistematika Penulisan............................................................13
BAB II KAJIAN PUSTAKA ......................................................................14
2.1. Subjective Well-being ..............................................................14
2.1.1. Definisi .......................................................................14
2.1.2. Komponen-komponen Subjective Well-being ..............15
2.1.3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Subjective
Well-being ...................................................................21
2.2. Self-esteem ..............................................................................31
2.2.1. Definisi .......................................................................31
2.2.2. Karakteristik Self-esteem .............................................32
2.2.3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Self-esteem ............35
2.2.4. Dimensi Self-esteem ....................................................35
xiii
2.3. Kerangka Berfikir dan Hipotesis Penelitian ...........................36
BAB III METODE PENELITIAN ...............................................................41
3.1. Pendekatan dan Jenis Penelitian ..............................................41
3.2. Populasi dan Sampel ...............................................................42
3.3. Variabel Penelitian ..................................................................43
3.3.1. Definisi Konseptual Variabel.......................................43
3.3.2. Definisi Operasional Variabel .....................................44
3.4. Pengumpulan Data ..................................................................44
3.4.1. Metode Pengumpulan Data .........................................44
3.4.2. Instrumen Penelitian ...................................................44
3.4.3. Uji Instrumen Penelitian .............................................47
3.4.3.1. Uji Validitas ....................................................48
3.4.3.2. Uji Reliabilitas ................................................48
3.5. Prosedur Penelitian .................................................................49
3.6. Metode Analisa Data...............................................................51
BAB IV ANALISA HASIL PENELITIAN ..................................................53
4.1. Gambaran Umum Responden..................................................53
4.2. Deskripsi Hasil Penelitian .......................................................62
4.3. Kategorisasi Berdasarkan Penyebaran Skor Responden ...........62
4.3.1. Kategorisasi Skor Subjective Well-being ......................62
4.3.2. Kategorisasi Skor Self-Esteem .....................................63
4.4. Uji Hipotesis ...........................................................................64
4.5. Analisis Demografi .................................................................67
BAB V KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN .....................................80
5.1. Kesimpulan ...........................................................................80
5.2. Diskusi ..................................................................................82
5.3. Saran ................................................................................... 92
5.3.1. Saran Teoritis .......................................................... 92
5.3.2. Saran Praktis ........................................................... 93
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
xiv
DAFTAR TABEL
Tabel 4.1 Gambaran Umum Responden Berdasarkan Usia ...............................53
Tabel 4.2 Gambaran Umum Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir ........54
Tabel 4.3 Gambaran Umum Responden Berdasarkan Status Pernikahan ............55
Tabel 4.4 Gambaran Umum Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ..................55
Tabel 4.5 Gambaran Umum Responden Berdasarkan Golongan .........................56
Tabel 4.6 Gambaran Umum Responden Berdasarkan Jabatan .............................57
Tabel 4.7 Gambaran Umum Responden Berdasarkan Unit Kerja ........................58
Tabel 4.8 Gambaran Umum Responden Berdasarkan Masa Kerja ......................59
Tabel 4.9 Gambaran Umum Responden Berdasarkan Gaji/Pendapatan Perbulan 60
Tabel 4.10 Gambaran Umum Responden Berdasarkan Penghasilan Tambahan ...61
Tabel 4.11 Deskripsi Umum Skor Penghitungan Statistik Skala Self-esteeem dan
Subjective Well-being ........................................................................62
Tabel 4.12 Penyebaran Skor skala Subjective Well-being ....................................63
Tabel 4.13 Penyebaran skor skala Self-esteem ....................................................64
Tabel 4.14 Korelasi Subjective Well-being dengan Self-esteem ...........................65
Tabel 4.15 Model Summary ................................................................................65
Tabel 4.16 Anova(b) ..........................................................................................66
Tabel 4.17 Coefficients(a) ..................................................................................66
Tabel 4.18 Model Summary ................................................................................68
Tabel 4.19 Anova(c) ..........................................................................................68
Tabel 4.20 Model Summary ................................................................................69
Tabel 4.21 Anova(b)...........................................................................................70
Tabel 4.22 Model Summary ................................................................................70
Tabel 4.23 Anova(b)...........................................................................................71
Tabel 4.24 Model Summary ................................................................................71
Tabel 4.25 Anova(b)...........................................................................................72
Tabel 4.26 Model Summary ................................................................................73
Tabel 4.27 Anova(b)...........................................................................................73
Tabel 4.28 Model Summary ................................................................................74
xv
Tabel 4.29 Anova(b)...........................................................................................74
Tabel 4.30 Model Summary ................................................................................75
Tabel 4.31 Anova(b)...........................................................................................76
Tabel 4.32 Model Summary ................................................................................76
Tabel 4.33 Anova(b)...........................................................................................77
Tabel 4.34 Model Summary ................................................................................77
Tabel 4.35 Anova ...............................................................................................78
Tabel 4.36 Model Summary ................................................................................78
Tabel 4.37 Anova ...............................................................................................79
xvi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Surat Izin Penelitian
Lampiran 2 Alat Ukur Penelitian
Lampiran 3 Output Uji Validitas dan Reliabilitas Try Out Subjective Well-being
Lampiran 4 Output Validitas dan Reliabilitas Try Out Self-esteem
Lampiran 5 Output Uji Validitas dan Reliabilitas (Field Study) Subjective Well-
being
Lampiran 6 Output Uji Validitas dan Reliabilitas (Field Study) Self-esteem
Lampiran 7 Output Regresi Self-esteem dengan Subjective Well-being
Lampiran 8 Regresi Umum Skor Perhitungan Statistik Skala Self-esteem dan
Subjective Well-being
Lampiran 9 Output Regresi Usia dengan Subjective Well-being
Lampiran 10 Output Regresi Jenis Kelamin dengan Subjective Well-being
Lampiran 11 Output Regresi Status Pernikahan dengan Subjective Well-being
Lampiran 12 Output Regresi Pendapatan dengan Subjective Well-being
Lampiran 13 Output Regresi Pendapatan Tambahan dengan Subjective Well-
being
Lampiran 14 Output Regresi Pekerjaan (Jabatan, Golongan, dan Masa Kerja)
dengan Subjective Well-being
Lampiran 15 Output Regresi Tingkat Pendidikan dengan Subjective Well-being
Lampiran 16 Output Regresi Pengaruh Variabel Self-esteem, Usia, Pendapatan,
dan Masa Kerja terhadap Subjective Well-being
Lampiran 17 Skor-skor Subjective Well-being Responden
xvii
Lampiran 18 Skor-skor Self-esteem Responden
Lampiran 19 Data Responden Berdasarkan Usia, Jenis Kelamin, Status
Pernikahan, Tingkat Pendidikan, Pekerjaan (Jabatan, Golongan,
dan Masa Kerja), Pendapatan Perbulan, serta Pendapatan
Tambahan Responden
1
BAB 1
PENDAHULUAN
Bab ini akan membahas mengenai latar belakang masalah penelitian, pembatasan
masalah, rumusan permasalahan, tujuan dan manfaat penelitian, serta sistematika
penelitian.
1.1 Latar Belakang Masalah
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang merupakan salah satu universitas Islam
terkemuka di Indonesia memiliki komitmen menciptakan sumber daya insani yang
cerdas, kreatif, dan inovatif. UIN Syarif Hidayatullah Jakarta berkeinginan
memainkan peranan optimal dalam kegiatan learning, discoveries, and
angagement hasil-hasil riset kepada masyarakat. Komitmen tersebut merupakan
bentuk tanggung jawab UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dalam membangun
sumber insani bangsa yang mayoritas adalah Muslim. UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta ingin menjadi sumber perumusan nilai keislaman yang sejalan dengan
kemodernan dan keindonesiaan. Oleh karena itu, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
menawarkan studi-studi keislaman, studi-studi sosial, politik, dan ekonomi serta
sains, dan teknologi modern—termasuk kedokteran—dalam perspektif integrasi
ilmu. Motto ini pertama kali disampaikan Rektor UIN Syarif Hidayatullah Jakarta,
Prof. Dr. Komaruddin Hidayat, dalam pidato Wisuda Sarjana ke-67 tahun
akademik 2006-2007 (UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2008).
Seiring perkembangan zaman komitmen UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
tersebut tentu sangat memegang peranan penting dalam pembekalan skill yang
2
baik untuk para peserta didik agar terciptanya sumber daya manusia yang
berkualitas serta tidak menutup kemungkinan bahwa lulusan UIN Syarif
Hidayatullah juga mampu menciptakan lapangan kerja sendiri sehingga mampu
mengurangi jumlah pengangguran.
Perkembangan zaman yang cepat jika tidak diiringi dengan peningkatan
jumlah lapangan kerja dapat menyebabkan banyak pengangguran. Minimnya
lapangan kerja ini membuat para pencari kerja harus berkompetensi. Disinilah
peran dari kemampuan pencari kerja tersebut. Pencari kerja yang memiliki skill
baik dapat dengan mudah memperoleh pekerjaan sedangkan mereka yang tidak
memiliki skill yang tidak baik harus bersusah payah untuk mendapatkan pekerjaan
yang sesuai. Namun hal ini bertentangan dengan berbagai fakta yang terjadi
dimana banyak pekerja yang telah memiliki pekerjaan baik resign dari perusahaan
tempat ia bekerja.
Relevan dengan fenomena yang didapatkan dengan mewawancarai
seorang karyawan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang berinisial P berusia 55
tahun. Bapak P memutuskan untuk menjadi karyawan UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta pada saat berusia 28 tahun dan hingga saat ini sudah bekerja sebagai
Karyawan selama lebih kurang 25 tahun. Bapak P menuturkan bahwa sebenarnya
penghasilan perbulan masih terbilang kecil dan masih jauh dari cukup. Hal ini
disebabkan karena pengeluaran keluarga perbulan juga banyak. Namun Bapak P
menuturkan selalu mensyukuri dengan apa yang sudah didapatkan. Bapak P
menuturkan bahwa yang membuat ia merasa bahagia dan nyaman bekerja di UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta bukanlah semata-mata karena materi yang didapatkan,
karena sebelum ia bekerja di Instansi UIN pun ia sudah bisa membeli rumah dari
3
penghasilannya bekerja di Perusahaan Swasta, namun Bapak P memilih resign
dari perusahaan swasta tersebut karena faktor usia yang semakin bertambah.
Bapak P merasa bangga dan nyaman bekerja di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
karena berbasis islam, lingkungannya yang enak, dan satu iman artinya beragama
muslim semua. Karena mempunyai basic islam maka frekuensi untuk berbuat
curang lebih minim, berbeda halnya dengan instansi umum atau instansi
pemerintahan lainnya, mereka saling berlomba untuk mendapatkan harta yang
banyak dan tidak jarang dengan jalan yang curang, itu yang membuat Bapak P
lebih merasa nyaman dan puas bekerja di Instansi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
(hasil wawancara, 06 Mei 2011).
Contoh lain Seperti yang dipaparkan oleh bapak S yang telah bekerja di
DEPAG (Departemen Agama) dari tahun 1980 hingga sekarang, atau dengan kata
lain sudah bekerja selama 30 tahun. Bapak S menuturkan bahagia bekerja di
DEPAG karena selama ini beliau bisa mendapatkan penghasilan yang cukup
sehingga dapat membiayai keluarga, serta dapat membantu orang yang
membutuhkan jasa, terlebih lagi sangat merasa senang jika mendapat dinas keluar
kota karena dapat mengenal kota lain (hasil wawancara, 14 Agustus 2010).
Apakah penyebab dari fenomena-fenomena tersebut?
Fenomena di atas menunjukkan bahwa seseorang dapat memutuskan
bertahan atau tidaknya dari pekerjaan dapat disebabkan oleh berbagai faktor
misalnya usia, gaji, pendidikan, kepuasan dan perasaan atau mood. Faktor tersebut
merupakan bagian dari psikologi positif dan lebih spesifiknya mengenai
kesejahteraan psikologi atau well-being.
4
Istilah psychological well-being didefinisikan berdasarkan penelitian yang
dilakukan oleh Bradburn (1969, dalam Ryff, 1989). Berdasarkan penelitian yang
dilakukan oleh Bradburn untuk meneliti perubahan sosial pada level makro
(perubahan yang terjadi akibat tekanan politik, urbanisasi, pekerjaan dan
pendidikan), serta rujukan Bradburn pada buku terkenal karangan Aristotle,
Nicomachean Ethics, ia menerjemahkan psychological well-being menjadi
happiness (kebahagiaan). Dalam Nicomachean Ethics dijelaskan bahwa tujuan
tertinggi yang ingin diraih individu adalah kebahagiaan. Kebahagiaan berdasarkan
pendapat Bradburn berarti adanya keseimbangan antara afek positif dan afek
negatif (Ima, 2007).
Well-being itu terbagi dalam dua yaitu subjektif well-being dan objektif
well-being. Subjektive well-being adalah evaluasi-evaluasi kognitif dan afektif
seseorang dalam hidupnya. Evaluasi-evaluasi tersebut terdiri dari reaksi-reaksi
emosi yang dijadikan sebagai penilaian kognitif dalam kepuasan dan pemenuhan.
Maka subjektif well-being adalah sebuah konsep luas yang terdiri dari pengalaman
emosi yang menyenangkan, level negatif mood yang rendah, dan kepuasan hidup
yang tinggi. (Ed Diener, Richard E. Lucas & Shigero Oishi, 2005).
Istilah subjective well-being didefinisikan sebagai evaluasi kognitif dan
afektif seseorang tentang hidupnya yang meliputi penilaian emosional terhadap
berbagai kejadian yang dialami yang sejalan dengan penilaian kognitif terhadap
kepuasan dan pemenuhan hidup. Seseorang dikatakan memiliki subjective well-
being yang tinggi jika mereka merasa puas dengan kondisi hidup mereka,
5
seringkali merasakan emosi positif dan jarang merasakan emosi negatif. (Diener
dan Larsen, 1984; Edington, 2005 dalam Arbiyah, Nurwiyanti & Oriza, 2008).
Sedangkan teori objective well-being biasanya didukung oleh daftar
persyaratan yang harus dipenuhi orang untuk menjalani kehidupan yang baik,
suatu kebutuhan universal dan tidak berbeda di antara masyarakat. Teori
subjective well-being mendasari gagasan kesejahteraan psikologis atau well-being
pada fakta bahwa “orang-orang diperhitungkan untuk menilai yang terbaik dengan
kualitas secara keseluruhan dalam hidup mereka, dan strategi bertanya dengan
berterus terang tentang well-being mereka (Frey and Sutzter, 2002:405 dalam
Royo & Jackeline, 2005).
Objective well-being berhubungan dengan kepuasan akan kebutuhan dasar.
Seperti untuk karakteristik rumah, hal yang perlu dipertimbangkan berkaitan
dengan air minum yang bagus, listrik dan kebersihan. Sedangkan dalam hal
hubungannya dengan pendidikan seperti frekuensi hadir sekolah, tipe sekolah,
lokasi sekolah, model transport yang digunakan dan berapa lama jarak yang
ditempuh (Royo & Jackeline, 2005).
Pada penelitian ini, peneliti lebih fokus kepada subjective well-being agar
penelitian tidak terlalu luas. Karena subjective well-being lebih menggambarkan
individu mengenai kesejahteraannya secara spesifik dan secara menyeluruh
mengenai kepuasan hidup dalam domain kehidupannya secara subjektif
dibandingkan dengan objective well-being yang cenderung lebih bersifat
kebutuhan universal dan tidak berbeda di antara masyarakat.
6
Subjektive well-being terkait dengan rasa puas seseorang akan kondisi
hidupnya, seringkali seseorang merasakan emosi positif dan jarang merasakan
emosi negatif. Banyak orang yang merasa puas dengan penghasilan yang didapat
sehingga dapat merasakan kesenangan dan ketenangan dalam hidupnya, namun
ada juga yang merasa tidak pernah puas dengan penghasilan yang didapat,
sehingga tidak dapat merasakan kesenangan dan ketenangan dalam hidupnya.
Selain fenomena-fenomena di atas terdapat juga berbagai penelitian
tentang subjective well-being misalnya oleh Ed Diener dan Carol Diener pada
tahun 1996 dalam laporan penelitiannya yang meneliti tentang sebagian besar
orang bahagia. Dalam penelitian ini peneliti bertanya kepada orang yang
mempunyai kesempatan untuk melaporkan secara lisan seberapa bahagia atau
puas mereka. Pertanyaan yang diberikan bertujuan untuk melihat fakta siapa yang
lebih atau kurang bahagia. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar
orang merasa puas dengan pernikahannya, pekerjaannya, dan waktu luang yang
dimiliki.
Akan tetapi, walaupun studi terbaru menunjukkan bahwa kebanyakan
orang bahagia (Diener & Diener, in perss) dan mempertimbangkan emosi positif
lebih normatif dari emosi negatif (Sommers, 1984), sejauh mana aktivitas
kehidupan mempengaruhi tingkat individu dari subjective well-being tidak
sepenuhnya dipahami. Sebagai contoh, efek dari keadaan kehidupan objektif,
seperti pendapatan (Diener, Sandvik, Seidlitz, & Diener, 1992), kesehatan (Okun
& George, 1984), tahun pendidikan (Diener, 1984), dan daya tarik fisik (Diener,
Wolsic, & Fujita, 1995), sering ditemukan mempunyai pengaruh yang kecil.
7
Demikian pula, temuan Campbell, Converse, dan Rogers (1976) menyimpulkan
bahwa efek dari variabel-variabel demografis di subjective well-being
berpengaruh kecil pada kesejahteraan subjektif. Peneliti lain menunjukkan bahwa
kesejahteraan terutama ditentukan oleh sifat daripada situasi kehidupan eksternal
(Costa & McCrae, 1980, 1984; Costa, McCrae, & Zonderman, 1987; Diener,
Sandvik, Pavot, & Fujita, 1992 dalam Eunkook Suh, Ed Diener, & Frank Fujita,
1996).
Penelitian selanjutnya dilakukan oleh Nurul Arbiyah, Fivi Nurwianti
Imelda, dan Ika Dian Oriza, pada tahun 2008, dengan menggunakan metode
penelitian kualitatif dengan istrumen data berbentuk kuesioner dengan jumlah
partisipan 231 orang yang memiliki karakteristik penduduk miskin (pendapatan
perkapita perbulan kurang atau sama dengan Rp. 187.942). Hasil dari penelitian
ini menunjukkan bahwa ada hubungan positif yang signifikan antara bersyukur
dengan subjective well-being. Penelitian ini dapat melihat hubungan bersyukur
dengan subjective well-being, sehingga pembaca lebih bisa melihat kelebihan diri
yang dimilikinya agar bisa bersyukur (Arbiyah, Nurwiyanti & Oriza, 2008).
Berdasarkan fenomena dan beberapa penelitian mengenai subjective well-
being yang telah dilakukan oleh sebagian peneliti baik di luar maupun di dalam
negeri inilah yang menyebabkan peneliti merasa terdorong untuk melakukan
penelitian yang berhubungan dengan subjective well-being.
Subjektive well-being itu terkait dengan beberapa hal. Lucas, Diener dan
Suh tahun 1996 mendemonstrasikan multi-item dari subjective well-being yaitu
kepuasan hidup, perasaan senang, dan perasaan tidak senang dan juga dari
8
konstruk lain seperti self-esteem (Diener, Richard E. Lucas, & Shigehiro Oishi
dalam C. R. Snyder dan Shane J. Lopez, 2005).
Wilson tahun 1967 memperlihatkan bahwa faktor psikologis dan
demografi berhubungan dengan subjective well-being. Faktor psikologis terdiri
dari self-esteem, kebahagiaan (happiness), mood, kepribadian, dan IQ. Sedangkan
faktor demografi terdiri dari umur, pendidikan, jenis kelamin, agama, status, gaji,
kesehatan, dan kebudayaan (culture) (C. R Synder dan Shane J. Lopez, 2005).
Self-esteem sendiri menurut Coopersmith (dalam Ling dan Dariyo, 2000),
menyatakan bahwa self-esteem atau harga diri adalah penilaian yang dibuat
seseorang, dan biasanya tetap, tentang dirinya, hal itu menyatakan sikap
menyetujui atau tidak menyetujui, dan menunjukkan sejauhmana orang
menganggap dirinya mampu, berarti, sukses dan berharga. (Ratna Maharani
Hapsari, tanpa tahun).
Self-esteem sangat memegang peranan penting dalam kehidupan
seseorang. Bahkan menurut Diener masyarakat dalam negara-negara yang
individualistik mendasari hidup mereka dengan penilaian kepuasan hidup pada
tingkat perasaan tingginya self-esteem. (Diener dan Diener, 1995 dalam Synder
dan Lopez, 2005).
Oleh karena itu individu sangat diharuskan untuk mempunyai self-esteem
yang tinggi guna untuk pengembangan dirinya agar dapat merasakan kepuasan
hidup. Dengan merasakan kepuasan hidup maka terciptalah kesejahteraan
subjektif atau subjective well-being yang menimbulkan tingginya afek positif
9
pada diri individu dan rendahnya afek negatif serta kepuasan hidup dalam domain
kehidupan.
Kaitan self-esteem dengan subjective well-being, menurut Campbell
(dalam Wangmuba, 2009) menemukan bahwa self-esteem merupakan prediktor
yang paling penting untuk kesejahteraan subjektif. Self-esteem yang tinggi
membuat seseorang memiliki beberapa kelebihan termasuk pemahaman mengenai
arti dan nilai hidup. Hal itu merupakan pedoman yang berharga dalam hubungan
interpersonal dan merupakan hasil alamiah dari pertumbuhan seseorang yang
sehat (Ryan & Deci, 2001). Studi telah menunjukkan bahwa orang yang
dilaporkan memiliki self-esteem yang tinggi biasanya menggunakan lebih banyak
proses peningkatan diri (Sedikides dalam Wangmuba, 2009; Widyatys, 2010).
Rosenberg, Schooler, Schoenbach dan Rosenberg (1995) menguraikan
bahwa global self-esteem menjadikan sikap positif atau negatif pada individu ke
arah kesempurnaan diri, yang mana berhubungan erat dengan kesejahteraan
psikologis atau psychological well-being secara keseluruhan (Swenson, 2003).
Di kehidupan sehari-hari khususnya pada karyawan tentu kita banyak
menemukan seseorang yang selalu ingin mengembangkan dirinya melalui
pengalaman-pengalaman baru dalam hal peningkatan kualitas diri, sehingga
karyawan bisa lebih produktif dan efektif dalam pekerjaannya. Hal ini tidak akan
dapat terwujud jika individu atau karyawan tersebut mempunyai tingkat self-
esteem yang rendah.
Adapun mengenai self-esteem itu sendiri, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
yang mempunyai visi menjadikan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta sebagai
10
lembaga pendidikan tinggi terkemuka dalam mengintegrasikan aspek keilmuan,
keislaman dan keindonesiaan. UIN Syarif Hidayatullah Jakarta telah menjadi
jendela keunggulan akademis Islam Indonesia (window of academic exellence of
Islam in Indonesia) dan barometer perkembangan pembelajaran, penelitian, dan
kerja-kerja sosial yang diselenggarakan kaum Muslim Indonesia dalam berbagai
bidang ilmu. Dalam kerangka memperkuat peranannya tersebut UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta berkomitmen untuk mengembangkan diri sebagai
Universitas Riset (Research University) dan Universitas Kelas Dunia (World
Class University) (UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2008).
Dengan demikian, untuk mencapai komitmen tersebut tentunya perlu
produktivitas dan kreativitas karyawan yang tinggi dan efektif. Karena untuk
menjadi Universitas Riset dan Universitas kelas Dunia yang mengintegrasikan
aspek keilmuan, keislaman dan keindonesiaan bukanlah hal yang mudah, semua
membutuhkan strategi dan sistem kerja yang tepat. Oleh karena itu, karyawan
perlu memiliki rasa self-esteem yang tinggi agar tujuan dan komitmen yang telah
dibuat oleh UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dapat tercapai.
Hal ini dijelaskan oleh Tjahjono tahun 2005, self-esteem yang rendah
menyebabkan tujuan perusahaan menjadi terhambat karena karyawannya menjadi
kurang efektif dan produktif, self-esteem yang tinggi memang tidak mudah untuk
dimiliki karena self-esteem tidak dibawa sejak lahir tetapi memerlukan proses
(Ratna Maharani Hapsari, tanpa tahun).
Adapun karena fenomena dan hasil penelitian di atas, maka peneliti
tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul: “Hubungan antara Self-
esteem dengan Subjective Well-being Karyawan UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta”.
11
1.2 Pembatasan Masalah
Penelitian ini terkait dengan hubungan antara self-esteem dengan subjective well-
being pada karyawan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, yang definisinya adalah
sebagai berikut:
1. Subjective well-being
Subjective well-being didefinisikan sebagai evaluasi kognitif dan
afektif seseorang tentang hidupnya. Evaluasi ini meliputi penilaian emosional
terhadap berbagai kejadian yang dialami yang sejalan dengan penilaian
kognitif terhadap kepuasan dan pemenuhan hidup. (Diener, Lucas, Oishi
dalam C. R Synder dan Shane J. Lopez, 2005). Skor subjective well-being
didapat dari skala satisfaction with life scale oleh Diener.
2. Self-esteem
Menurut Morris Rosenberg (dalam Flynn, 2001) definisi self-esteem
adalah sikap individual, baik positif atau negatif terhadap dirinya sebagai
suatu totalitas. Skor self-esteem didapat dari skala self esteem scale oleh
Morris Rossenberg.
1.3 Rumusan Permasalahan
Dalam penelitian ini, permasalahan tentang hubungan antara self-esteem dengan
subjective well-being pada karyawan, dapat disampaikan dalam bentuk
pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut:
1. Apakah ada hubungan yang signifikan antara self-esteem dengan subjective
well-being pada karyawan?
12
2. Apakah ada pengaruh yang signifikan antara usia, jenis kelamin, status
pernikahan, pendapatan atau gaji, pekerjaan (terkait dengan jabatan, golongan
dan masa kerja), dan tingkat pendidikan dengan subjective well-being pada
karyawan?
1.4 Tujuan dan Manfaat Penelitian
1.4.1 Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui adanya hubungan yang signifikan antara self-esteem
dengan subjective well-being pada karyawan.
2. Untuk mengetahui adanya pengaruh yang signifikan antara usia, jenis kelamin,
status pernikahan, pendapatan atau gaji, pekerjaan/posisi/jabatan, dan tingkat
pendidikan dengan subjective well-being pada karyawan.
1.4.2 Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini adalah:
1.4.2.1 Manfaat Teoritis
Mengembangkan ilmu pengetahuan Psikologi, khususnya psikologi industri
organisasi dan psikologi klinis, tentang hubungan antara self-esteem dengan
subjective well-being pada karyawan, dan diharapkan dapat menambah
pengetahuan dan rasa ingin tahu mahasiswa khususnya mahasiswa Fakultas
Psikologi dalam pengembangan teori Psikologi serta mengembangkan banyak
penelitian agar menemukan teori Psikologi baru. Serta memberi stimulus pada
pemerhati bidang ini agar dapat melakukan penelitian serupa dengan harapan akan
mendapatkan hasil penelitian yang lebih baik.
13
1.4.2.2 Manfaat Praktis
Secara praktis, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada
masyarakat luas, khususnya kepada pihak UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
mengenai self-esteem dan subjective well-being yang dimiliki karyawan UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta agar dapat dijadikan sebagai sumber-sumber dalam
pengambilan keputusan agar dapat merancang kegiatan dan kebijakan yang positif
serta pelatihan self-esteem yang sesuai bagi karyawan UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta.
1.5 Sistematika Penelitian
Penelitian ini dibagi menjadi beberapa bahasan seperti yang akan digambarkan
berikut ini:
BAB I Pendahuluan: latar belakang masalah, identifikasi masalah dalam
penelitian, batasan dan rumusan masalah, tujuan dan manfaat
penelitian dan sistematika penelitian.
BAB II Kajian pustaka: sub bab subjective well-being serta variabel yang
menjadi model analisis, sub bab self-esteem serta variabel yang
menjadi model analisis, sub bab kerangka berpikir, dan hipotesis
BAB III Metode penelitian: metode pengumpulan data dan metode analisis data
BAB IV Hasil Penelitian: analisis deskriptif, uji hipotesis
BAB V Kesimpulan, diskusi dan saran
14
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
Dalam bagian ini, peneliti akan menjelaskan teori yang digunakan dalam
penelitian ini. Adapun teori-teori yang akan dijelaskan adalah teori subjective
well-being dan teori self-esteem serta kerangka teori dan hipotesis penelitian.
2.1 Subjective Well-being
Sejak dahulu, manusia memikirkan tentang hal yang membuat hidup yang baik
(good life). Upaya untuk menjawab pertanyaan mengenai hidup yang baik terus
menerus dilakukan oleh peneliti. Salah satu komponen yang utama dari hidup
yang baik adalah kebahagiaan (happiness). Sayangnya sukar untuk menentukan
satu definisi kebahagiaan. Hal ini dikarenakan kebahagiaan bisa merujuk ke
banyak arti seperti rasa senang (pleasure), kepuasan hidup, emosi positif, hidup
bermakna, atau bisa juga merasakan kebermaknaan (contentment). Oleh
karenanya, beberapa peneliti lebih memilih menggunakan “subjective well-being”
dibandingkan kebahagiaan. Diener mendefinisikan subjective well-being sebagai
sebuah kombinasi afek positif (ketiadaan afek negatif) dan kepuasan hidup pada
umumnya. Dan selanjutnya, Diener menggunakan istilah subjective well-being
sebagai sinonim dari kebahagiaan (C. R. Snyder & Shane J. Lopez, 2007).
2.1.1 Definisi
Subjective well-being merupakan konsep yang sangat luas, meliputi emosi
pengalaman menyenangkan, rendahnya tingkat mood negatif, dan kepuasan hidup
yang tinggi (Diener, Lucas, Oishi, 2005). Seseorang memilki subjective well-
being yang tinggi jika mereka merasa puas dengan kondisi hidup mereka, sering
15
merasakan emosi positif dan jarang merasakan emosi negatif. subjective well-
being sendiri adalah kondisi yang cenderung stabil sepanjang waktu dan
sepanjang rentang kehidupan (Diener dan Larsen, 1984, dalam Edington, 2005).
Diener, Lucas, Oishi (2005) mendefinisikan subjective well-being sebagai
berikut:
“Subjective well-being is defined as a person’s cognitive and affective evaluations of his or her life. These evaluation include emotional reactions to events as well as cognitive judgement of satisfaction and fulfillment” (p:63) Istilah subjective well-being didefinisikan sebagai evaluasi kognitif dan
afektif seseorang tentang hidupnya. Evaluasi ini meliputi penilaian emosional
terhadap berbagai kejadian yang dialami yang sejalan dengan penilaian kognitif
terhadap kepuasan dan pemenuhan hidup. Definisi dari Diener tersebut akan
digunakan oleh peneliti dalam penelitian ini.
2.1.2 Komponen-komponen Subjective Well-being
Subjective well-being tersusun dari beberapa komponen utama, termasuk
kepuasan hidup secara umum, kepuasan terhadap ranah spesifik kehidupan,
adanya afek yang positif (mood dan emosi yang menyenangkan), dan ketiadaan
afek negatif (mood dan emosi yang tidak menyenangkan) (Eddington & Shuman,
2005). Keempat komponen utama ini, yaitu afek positif, afek negatif, kepuasan
hidup dan kepuasan ranah kehidupan, memilki korelasi sedang satu sama lain, dan
secara konseptual berkaitan satu sama lain. Namun, dari tiap-tiap komponen
menyediakan informasi unik mengenai kualitas subjektif kehidupan seseorang
(Diener, Scollon, & Lucas, 2003). Afek positif dan afek negatif termasuk ke
16
dalam komponen afektif, sementara kepuasan hidup dan domain kepuasan
termasuk ke dalam komponen kognitif.
Komponen-komponen utama kemudian direduksi ke dalam beberapa
elemen khusus. Afek positif meliputi kegembiraan, keriangan hati, kesenangan,
kebahagiaan hati, kebanggaan, afeksi, dan kebahagiaan. Afek negatif meliputi
munculnya perasaan bersalah, malu, kesedihan, kecemasan, dan kekhawatiran,
kemarahan, stress, depresi, dan rasa iri. Kepuasan hidup dikategorikan melalui
kepuasan terhadap hidup saat ini, kepuasan dengan masa lalu, dan kepuasan
dengan masa depan. Kepuasan ranah kehidupan muncul terhadap pekerjaan,
keluarga, waktu, kesehatan, keuangan, dirinya sendiri, dan kelompoknya
(Eddington & Shuman, 2005). Berikut ini adalah penjelasan untuk tiap-tiap
komponen yang membentuk subjective well-being.
2.1.2.1 Afek Positif dan Afek Negatif
Emosi atau mood, yang keduanya diberi label afek, mencerminkan penilaian
seseorang terhadap peristiwa yang terjadi dalam kehidupannya (Diener, 2000).
Larsen dan Diener (1992, dalam Carr, 2004) dan Averill (1997, dalam
Carr, 2004) menjelaskan bahwa pengalaman emosi setidaknya memiliki dua
dimensi, yaitu activation atau arousal; dan pleasantness atau evaluation. Afek
posititif adalah kombinasi arousal dan pleasantness, dan emosi yang termasuk
didalamnya antara lain aktif, siap sedia, dan senang. Afek negatif adalah
kombinasi arousal dan unpleasantness, dan didalamnya terdapat emosi seperti
cemas, sedih, dan ketakutan.
17
Lucas, Diener dan Suh (1996, dalam Diener, Lucas, & Oishi, 2005)
mendemonstrasikan bahwa item yang banyak dari skala kepuasan hidup, perasaan
senang (pleasant affect), dan perasaan tidak senang (unpleasant affect)
membentuk faktor-faktor yang bisa dipisahkan satu sama lain.
Dalam hal ini, afek memiliki dimensi frekuensi dan intensitas. Dimensi
frekuensi merupakan keseluruhan jumlah predominasi afek positif dan afek
negatif. Afek positif dan afek negatif bersifat independen, meskipun demikian
beberapa penelitian menunjukkan bahwa keduanya berkorelasi negatif. Semakin
sering seseorang merasakan salah satu afek, semakin rendah frekuensi afek lain
yang dirasakannya. Dimensi intensitas mengacu pada kuat lemahnya afek yang
dirasakan oleh seseorang. Hal inilah yang menjelaskan mengapa kedua afek yang
independen ini muncul secara bersamaan.
Diener (1991, dalam Diener, Scollon, & Lucas, 2003) menyatakan dalam
penelitian-penelitian well-being, sebaiknya menggunakan frekuensi dalam
meneliti mengenai afek positif dan negatif. Alasannya, karena well-being
berbicara mengenai evaluasi kondisi emosi yang sifatnya relatif jangka panjang,
sedangkan intensitas lebih bisa menjelaskan suasana emosi yang bersifat lebih
sementara, seperti mood. Selain itu, jika afek positif dan negatif terasa kuat secara
bersamaan maka akan membingungkan dalam penentuan well-being seseorang.
Oleh karenanya, alasan psikometris juga menjadi pertimbangan untuk
menggunakan dimensi frekuensi dalam pengukuran afek.
18
2.1.2.2 Kepuasan Hidup (Life Satisfaction)
Kepuasan hidup yang sering kali disebut dengan istilah penilaian kehidupan
secara global (Diener, Scollon, & Lucas, 2003), merefleksikan penilaian individu
bahwa kehidupannya ini berjalan dengan baik. Setiap individu dapat menelaah
kondisi kehidupannya sendiri, menimbang pentingnya kondisi-kondisi tersebut,
dan kemudian mengevaluasi kehidupannya ke dalam skala memuaskan dan tidak
memuaskan. Evaluasi global semacam ini disebut sebagai penilaian kognitif atas
kepuasan hidup. Dikatakan demikian karena penilaian ini membutuhkan proses
kognitif.
Beberapa penelitian memfokuskan diri pada bagaimana penilaian ini
dibuat. Umumnya individu tidak menguji semua aspek kehidupan mereka dan
menimbangnya secara tepat. Mungkin karena proses semacam ini sukar,
kebanyakan orang menggunakan berbagai cara singkat dalam menghasilkan
penilaian kepuasan. Secara spesifik, orang menggunakan informasi yang
menonjol saat melakukan penilaian (Schwarz & Strack, 1999, dalam Diener,
Scollon, & Lucas, 2003).
Meskipun menggunakan cara singkat atau jalan pintas, penilaian kepuasan
hidup individu secara temporal cukup stabil (Magnus & Diener, 1991; Ehrhard et
al., 2000, dalam Diener, Scollon, & Lucas, 2003). Hal ini terjadi karena informasi
yang digunakan pada saat membuat penilaian kepuasan cenderung merupakan
informasi yang mudah diakses setiap saat. Dengan kata lain, penilaian kepuasan
yang dilakukan seseorang didasarkan pada informasi yang tersedia pada saat
penilaian tersebut dilakukan, dan kebanyakan dari informasi tersebut merupakan
19
informasi yang tetap sama dari waktu ke waktu. Di dalam banyak kasus, orang
cenderung menggunakan informasi yang relevan dan stabil, yang pada akhirnya
akan menghasilkan penilaian kepuasan yang stabil dan bermakna (Diener, Scollon
& Lucas, 2003).
Pada saat membuat penilaian kepuasan hidup, seseorang juga
menggunakan sumber-sumber informasi lain, diantaranya perbandingan dengan
standar-standar yang penting (Diener, Scollon, & Lucas, 2003). Campbell et al.
(dalam Diener, Scollon, & Lucas, 2003) menyatakan bahwa individu melihat pada
domain yang penting dalam hidup dan membandingkan domain kehidupan ini
dengan berbagai standar pembanding, misalnya situasi yang mereka alami di masa
lalu, keadaan di lingkungan sekitar mereka masa kini, ataupun harapan akan
sesuatu di masa depan.
Kepuasan hidup digunakan sebagai salah satu cara mengukur well-being
karena dengan cara ini peneliti dapat menangkap well-being dalam bentuk luas
dari sudut pandang partisipan itu sendiri (Diener, 1991, dalam Diener, Scollon, &
Lucas, 2003). Selain itu, keuntungan dari melihat kepuasan hidup sebagai ukuran
well-being adalah karena tipe pengukuran ini menangkap sensasi secara global
akan well-being dari perspektifnya sendiri.
2.1.2.3 Kepuasan Terhadap Ranah Kehidupan (Domain Satisfaction)
Komponen selanjutnya yang termasuk dalam model hirarki subjective well-being
adalah kepuasan ranah kehidupan (Domain satisfaction). Kepuasan ranah
kehidupan mencerminkan penilaian seseorang mengenai domain tertentu dalam
kehidupannya. Proses penilaian kepuasan ranah kehidupan digabungkan, dan titik
20
berat yang diberikan pada tiap domain, dapat bervariasi bagi setiap orang. Diener
et al. (2002, dalam Diener, Scollon, Lucas, 2003) menemukan bahwa orang-orang
yang bahagia cenderung menitikberatkan domain-domain terbaik dalam
kehidupan mereka, sedangkan orang-orang yang tidak bahagia cenderung lebih
menitikberatkan pada domain-domain terburuk dalam kehidupan mereka. Karena
itu, kepuasan ranah kehidupan tidak hanya dapat mencerminkan bagian-bagian
komponen dari sebuah penilaian kepuasan hidup, tetapi juga dapat menyediakan
informasi yang unik mengenai keseluruhan well-being seseorang.
Ketika mengkonstruksikan penilaian kepuasan hidup secara global (life
satisfaction), seseorang menelaah berbagai domain dalam kehidupannya
(kesehatan, kehidupan, keluarga, pekerjaan, dan kehidupan sosial), menimbang
pentingnya domain-domain tersebut, dan kemudian mengumpulkan sejumlah
penilaian tadi untuk memperoleh keseluruhan evaluasi dari kepuasan hidupnya.
Jadi, life satisfaction dihasilkan melalui proses heuristik. Individu tidak memiliki
kemampuan untuk menggabungkan dan mengagregasi sederet domain kehidupan.
Kepuasan ranah kehidupan akan menjadi penting bagi para peneliti yang
tertarik akan pengaruh well-being pada area tertentu. Sebagai contoh, jika peneliti
ingin mengetahui peningkatan well-being pekerja, kepuasan terhadap pekerjaan
dapat memberikan pengukuran yang lebih sensitif dibanding yang dihasilkan oleh
global well-being. Sama halnya jika seorang peneliti ingin meneliti populasi
khusus, mungkin diperlukan pengukuran terhadap domain tertentu yang relevan
dengan populasi kelompok tersebut (Diener, Scollon, & Lucas, 2003). Karena itu,
selain dapat menyediakan informasi mengenai cara individu melakukan penilaian
21
global, skor yang didapat dari kepuasan ranah kehidupan juga menyediakan
informasi lebih detail tentang aspek tertentu dalam kehidupan seseorang yang
berjalan dengan baik atau buruk (Diener, Scollon, & Lucas, 2003).
2.1.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Subjective Well-being
Wilson (1967 dalam Diener, Lucas, & Oishi, 2005) menyatakan bahwa faktor
kepribadian dan faktor demografis memiliki hubungan dengan subjective well-
being. Ia menyatakan bahwa orang yang bahagia adalah seorang yang muda,
sehat, berpendidikan, berpenghasilan bagus, ekstrovert, optimis, religious, telah
menikah dengan self-esteem yang tinggi, memiliki semangat kerja, memiliki cita-
cita, pada kedua jenis kelamin dan berbagai variasi inteligensi.
Deneve dan Cooper (1998, dalam Diener, Lucas, dan Oishi, 2003)
mengidentifikasi 137 trait kepribadian yang berhubungan dengan subjective well-
being adalah extraversion dan neurotism. Costa dan McCrae (dalam Diener,
Lucas, & Oishi, 2003) menemukan bahwa extraversion memprediksikan afek
yang menyenangkan dan neuroticism memprediksikan afek tidak menyenangkan
dalam periode sepuluh tahun. Sementara itu, trait lain dalam model kepribadian
“the big five trait faktor”, yaitu agreeableness, conscientiousness, dan openness
to experience menunjukkan hubungan yang lebih lemah dengan SWB (Watson &
Clark dalam Diener, Lucas, & Oishi, 2003).
Penelitian lain yang juga dilakukan secara sistematis menggambarkan
hubungan variasi demografis dengan subjective well-being (Diener et al, 1999,
dalam Diener, Lucas, & Oishi, 2005). Sejumlah penemuan replikasi
menghasilkan: (a) faktor demografis seperti usia, jenis kelamin, dan pendapatan
22
berhubungan dengan subjective well-being; (b) efeknya biasanya kecil; dan (c)
banyak orang cukup bahagia, karena itu, faktor demografis cenderung
membedakan antara orang yang cukup bahagia dan yang sangat bahagia. (Diener
et al, 1999, dalam Diener, Lucas, & Oishi, 2005).
Penelitian berikutnya juga menggambarkan bahwa faktor demografis
memperlihatkan bahwa pendapatan, religion dan personality adalah afek-afek
yang mempengaruhi subjective well-being. (Robert Biswas-Diener & Ben dean,
2007).
Berikut ini akan dipaparkan variabel-variabel demografis yang
mempengaruhi subjective well-being seseorang.
2.1.3.1 Usia
Penelitian menunjukkan bahwa kepuasan hidup seringkali meningkat atau paling
tidak menetap seiring meningkatnya usia (Herzog & Rodgers, 1981; Horley &
Lavery, 1995; Larson, 1978; Okun, Haring, & Witter, 1983, dalam Eddington &
Shuman, 2005). Usia berhubungan dengan subjective well-being, tapi efeknya
sangat kecil, dan tergantung kepada komponen subjective well-being yang diukur
(Diener, Lucas, dan Oishi, 2005). Sebagai contoh, pada sampel dari 40 negara,
Diener dan Suh (1998, dalam Diener, Lucas, & Oishi, 2005) menemukan bahwa
meskipun afek menyenangkan menurun sepanjang usia, kepuasan hidup dan afek
tidak menyenangkan menunjukkan sedikit perubahan.
Studi internasional dari beberapa negara juga menunjukkan bahwa
kepuasan hidup tidak menurun dengan bertambahnya usia (Butt & Beiser, 1987;
Inglehart, 1990, Veenhoven, 1984). Tidak adanya penurunan yang signifikan
23
dalam kepuasan hidup di seluruh umur menunjukkan kemampuan orang untuk
beradaptasi dengan kondisi mereka. Penurunan pendapatan dan pernikahan terjadi
di seluruh kelompok usia dewasa, namun, kepuasan hidup stabil. Beberapa
peneliti telah menyarankan bahwa temuan ini berfungsi sebagai bukti bahwa
orang menyesuaikan kembali tujuan mereka dengan bertambahnya usia mereka
(Campbell et al, 1976;. Rapkin & Fischer, 1992). Melanjutkan dengan garis
pemikiran ini, Ryff (1991) menemukan orang dewasa yang lebih tua menunjukkan
lebih dekat antara ideal dan persepsi diri sebenarnya dibandingkan dengan orang-
orang muda (Eddington & Shuman, 2005).
2.1.3.2 Jenis Kelamin
Jenis kelamin berhubungan dengan subjective well-being, tapi efeknya sangat
kecil, dan tergantung kepada komponen subjective well-being yang diukur
(Diener, Lucas, dan Oishi, 2005). Pada penelitian yang melibatkan 40 negara,
Lucas dan Gohn (dalam Diener, Lucas, & Oishi, 2005) menemukan bahwa
perbedaan subjective well-being antar jenis kelamin hanyalah kecil, dengan
perempuan menunjukkan afek tidak menyenangkan dan afek menyenangkan yang
lebih besar.
Perbedaan jenis kelamin dalam subjective well-being adalah kecil atau
tidak ada di bangsa Barat. Data terbesar berasal dari World Value Survey
(Inglehart, 1990) di mana sekitar 170.000 representatif sampel responden dari 16
bangsa-bangsa disurvei, perbedaan SWB antara laki-laki dan perempuan sangat
kecil. Michalos (1991) 18.000 siswa perguruan tinggi dipelajari di lebih dari 30
24
negara dan menemukan perbedaan jenis kelamin yang sangat kecil dalam
kepuasan hidup dan kebahagiaan (Eddington & Shuman, 2005).
Temuan lain yang menarik dalam jenis kelamin dan literatur subjective
well-being adalah wanita melaporkan lebih berafek negatif dan depresi
dibandingkan pria dan lebih mungkin untuk mencari terapi gangguan ini, namun,
pria dan wanita melaporkan kira-kira sama dalam tingkat kebahagiaan global.
Salah satu penjelasan bahwa wanita lebih mudah mengakui perasaan negatif
sedangkan laki-laki menyangkal perasaan tersebut adalah mungkin kedua jenis
kelamin mengalami tingkat afek negatif dan depresi yang sama, tetapi wanita
melaporkan perasaan ini dan sering mencari bantuan profesional lebih lanjut.
Penjelasan lain untuk perbedaan jenis kelamin paradoksal di SWB ditawarkan
oleh Fujita, Diener, dan Sandvik (1991). Mereka menunjukkan bahwa dalam
peran sosial pengasuh, perempuan disosialisasikan menjadi lebih terbuka terhadap
pengalaman emosional, termasuk emosi positif dan negatif, pada gilirannya,
mereka mungkin mengalami lebih positif dan lebih berdampak negatif. Penelitian
mereka tidak mengungkapkan bahwa wanita melaporkan afek positif yang baik
dalam jumlah yang lebih besar, dengan demikian, mungkin pengalaman
perempuan, rata-rata, baik emosi positif dan negatif lebih kuat dan sering
dibandingkan pria. Para peneliti juga menemukan bahwa gender bertanggung
jawab atas kurang dari 1% dari varians dalam kebahagiaan tapi lebih dari 13%
dari perbedaan dalam intensitas pengalaman emosional. Fujita et al. berhipotesis
bahwa perempuan rata-rata terbuka terhadap pengalaman emosional yang kuat,
menciptakan kerentanan terhadap depresi yang diberikan oleh banyaknya
25
peristiwa-peristiwa buruk, tetapi juga menciptakan peluang untuk tingkat intens
kebahagiaan atas peristiwa yang baik (Eddington & Shuman, 2005).
2.1.3.3 Status Pernikahan
Hubungan positif antara status pernikahan dengan subjective well-being secara
konsisten ditemukan dalam penelitian internasional (Diener, Gohm, Suh, & Oishi,
1998 dalam Eddington & Shuman, 2005). Survey berskala besar ini
mengindikasikan bahwa orang-orang yang menikah lebih sering merasa bahagia
dibandingkan dengan orang-orang yang tidak pernah menikah, bercerai, atau
berpisah. Status pernikahan dan subjective well-being berhubungan secara
signifikan meskipun usia dan pendapatan dikontrol (Glenn & Weaver, 1979;
Gove, Hughes, & Style, 1983, dalam Eddington & Shuman, 2005). Lee,
Seccombe, & Shehan (1991, dalam Eddington & Shuman, 2005) meneliti
perbedaan antara orang-orang yang menikah dan tidak menikah sejak 1972
sampai 1989 dan menemukan bahwa orang-orang yang menikah, baik pria
maupun wanita, secara konsisten lebih bahagia dibanding orang-orang yang tidak
menikah. Diener, dkk (1998, dalam Eddington & Shuman, 2005) menemukan
bahwa pernikahan menawarkan keuntungan yang lebih besar bagi pria atau wanita
dalam hal emosi positif, tapi tidak dalam kepuasan hidup. Lebih jauh lagi, terdapat
bukti-bukti bahwa orang-orang yang bahagia memiliki kecendrungan untuk
menikah, keuntungan pernikahan itu sendiri bisa meningkatkan subjective well-
being (Mastekaasa, 1995 dalam Eddington & Shuman, 2005). Meskipun
demikian, Diener, Lucas, & Oishi (2005) juga menyatakan bahwa efek pernikahan
bisa berbeda bagi laki-laki dan perempuan.
26
Sadarjoen (2005) dalam bukunya menyebutkan bahwa setiap individu
membawa satu set kebutuhan akan hubungan dan harapan. Dengan harapan,
pasangan perkawinannya kelak akan mampu memuaskan dirinya, paling tidak
sebagian dari kebutuhannya tersebut. Peluang bagi terciptanya relasi yang
memuaskan tersebut ditentukan oleh beberapa aspek di bawah ini:
1. Sejauh mana pasangan perkawinan mampu memenuhi kebutuhan
pasangan masing-masing.
2. Sejauh mana kebebasan dari hubungan yang mereka ciptakan memberi
peluang bagi mereka untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan dan harapan-
harapan yang mereka bawa sebelum perkawinan terlaksana.
2.1.3.4 Pendapatan
Secara umum, korelasi yang rendah namun signifikan antara pendapatan dengan
subjective well-being ditemukan pada sampel representatif di Amerika (Diener et
al, 1993, dalam Eddington & Shuman, 2005). Pada kenyataannya, pendapatan
secara konsisten berhubungan dengan subjective well-being didalam suatu Negara
( Diener et al.; Haring, Stock, & Okun, dalam Diener, Lucas, & Oishi, 2005) dan
antar Negara (Diener et al., dalam Diener, Lucas, Oishi, 2005); tapi pada level
individu dan level nasional, perubahan pendapatan sepanjang waktu memiliki efek
yang kecil pada subjective well-being. Walaupun demikian, terdapat bukti-bukti
mengenai pengaruh pendapatan terhadap subjective well-being. Salah satu
kemungkinannya adalah bahwa pendapatan hanya mempengaruhi subjective well-
being pada tingkat yang lebih rendah, dimana kebutuhan dasar belum terpenuhi.
27
Tetapi apabila kebutuhan dasar telah terpenuhi, peningkatan pendapatan atau
kekayaan hanya sedikit berpengaruh terhadap kebahagiaan.
2.1.3.5 Pekerjaan
Menurut Argyle (2001, dalam Carr, 2004), status pekerjaan berhubungan dengan
kebahagiaan, dimana orang-orang yang bekerja cenderung lebih bahagia
dibandingkan dengan orang-orang yang tidak bekerja, dan orang-orang yang
bekerja dalam bidang professional dan terlatih cenderung lebih bahagia jika
dibandingkan dengan orang-orang yang bekerja dalam bidang yang tidak terlatih.
Pekerjaan berhubungan dengan subjective well-being karena pekerjaan
menawarkan stimulasi yang optimal bagi seseorang untuk menemukan
kesenangan, hubungan sosial yang positif, dan rasa identitas dan makna
(Csikszentmihalyi, 1990; Scitovsky, 1976, dalam Eddington & Shuman, 2005).
Orang-orang yang tidak bekerja memiliki stress yang lebih tinggi, rendahnya
kepuasan hidup, dan angka bunuh diri yang tinggi bila dibandingkan dengan
orang-orang yang bekerja.
2.1.3.6 Tingkat Pendidikan
Telah ditemukan korelasi yang rendah namun signifikan antara tingkat pendidikan
dengan subjective well-being (Campbell et al., 1976; Cantril, 1965; Diener et al.,
1993, dalam Eddington & Shuman, 2005). Dalam analisis meta-literatur, Witter,
Okun, Saham, dan Haring (1984) mengamati efek ukuran rata-rata 0,13. Efek
ukuran ini serupa dengan pengaruh pendidikan pada kepuasan kehidupan (.15),
moral (.15), dan kualitas hidup (.12). Pendidikan juga berkorelasi dengan well-
28
being pada individu dengan pendapatan rendah dan di Negara miskin (Campbell,
1981; Diener et al., 1993; Veenhoven, 1994). dalam suatu kasus sebelumnya
pendidikan menciptakan waktu luang lebih luas didalam sumber-sumber
kebahagiaan yang lain, dan dalam kasus yang terakhir status sosial disampaikan
melalui pendidikan. di Amerika Serikat Pengaruh pendidikan pada SWB menjadi
lemah dari waktu ke waktu. Campbell (1981) mencatat bahwa pada tahun 1957,
44% dari lulusan perguruan tinggi dilaporkan yang sangat senang dibandingkan
dengan 23% dari mereka yang tidak sekolah tinggi, sedangkan pada tahun 1978,
persentase yang sesuai adalah 33 dan 28 persen (Eddington & Shuman, 2005).
Sejalan dengan hal tersebut, Diener et al., (1999, dalam Carr, 2004)
menyatakan bahwa tingkat pendidikan berkorelasi positif dengan kebahagiaan dan
hubungan ini kuat pada kelompok berpendapatan rendah pada Negara-negara
berkembang dan populasi pada Negara miskin.
2.1.4 Pengukuran Subjective Well-being
Subjective well-being telah diukur dengan berbagai macam cara dalam berbagai
penelitian. Tidak ada satu skala yang secara khusus digunakan secara umum atau
lebih baik dari pada skala yang lain. Banyak skala yang ada menggunakan satu
item dengan kategori respon yang berbeda-beda. Dengan menggunakan sudut
pandang psikometri, pengukuran yang didasarkan dengan satu item cenderung
sederhana, tapi juga memiliki kegunaan yang nyata (Andrews &Robinson, 1991).
Meskipun satu item dapat digunakan untuk mengukur kepuasan atau
kebahagiaan, dalam level umum ataupun level spesifik dalam aspek kehidupan,
pengukuran subjective well-being yang paling luas digunakan merupakan skala
29
dengan multi item. Skala dengan multi item, dalam beberapa pengukuran, secara
umum memiliki validitas dan/atau reabilitas yang lebih tinggi karena error dalam
pengukuran yang mungkin terjadi dalam skala satu item, paling tidak, bisa
dikurangi dengan adanya item-item yang lain. Selain itu, dengan skala multi item,
bisa didapatkan informasi yang lebih luas tentang komponen-komponen yang
menyusun subjective well-being (Andrews & Robinson, 1991).
Ukuran subjective well-being harus mengambil dari perspektif responden
sendiri. Untuk alasan ini, kebanyakan studi dari subjective well-being telah
mengandalkan langkah-langkah konstruksi self-report. Namun, ada banyak alasan
untuk berhati-hati dalam menafsirkan hasil yang hanya didasarkan pada ukuran
evaluasi diri. Beberapa orang tampak lebih bahagia daripada yang lain hanya
karena mereka menggunakan angka yang lebih tinggi dalam skala respon atau
karena mereka ingin menjadi baik di mata eksperimen. Jadi, meskipun self-report
memainkan peran sentral dalam penelitian subjective well-being, mereka harus
dilengkapi dengan teknik pengukuran untuk mendapatkan pemahaman lengkap
konstruksi (Diener, Scollon & Lucas, 2003).
Self-report dalam subjective well-being bervariasi dalam kompleksitasnya.
Sejumlah penelitian telah menunjukkan bahwa bahkan yang paling sederhana -
ukuran single-item - bisa menunjukkan beberapa tingkat reliabilitas dan validitas.
Diener et al (in press), misalnya, menunjukkan bahwa ukuran item tunggal
("kegembiraan") dapat memprediksi variabel kriteria 18 tahun kemudian.
Demikian pula, Lucas et al (in press) menunjukkan bahwa ukuran item tunggal
kepuasan hidup relatif stabil sepanjang waktu dan sensitif terhadap perubahan
30
dalam fenomena kehidupan. Oleh karena itu, jika fokus penelitian adalah untuk
mendapatkan well-being dengan ukuran relatif yang dapat diandalkan dan valid
serta tidak dapat menggabungkan berbagai indikator self-report, maka untuk dapat
menilai konstruksi ini dapat menggunakan ukuran single-item. Tentu saja, langkah
beberapa komponen akan meningkatkan keandalan dan tingkat cakupan (Diener,
Scollon & Lucas, 2003).
Ada sejumlah pengukuran yang dapat diandalkan konstruksi valid well-
being (lihat MacKay, 1980, Larsen et al 1985;. Andrews dan Robinson, 1991;.
Stone, 1995, Lucas et al, Dalam pers untuk review.). Sebagian besar dari ukuran
satu atau lebih dari struktur well-being menggunakan elemen dengan validitas
item yang jelas. Sebagai contoh, skala kepuasan hidup dapat meminta responden
sejauh mana mereka setuju dengan pernyataan seperti: "Saya puas dengan hidup
saya" atau "dalam banyak hal, hidup saya mendekati ideal" (al Diener et. , 1985
dalam Diener, Scollon & Lucas, 2003).
Teknik terakhir yang telah digunakan para peneliti untuk mengukur well-
being adalah untuk menguji respon orang untuk emosi sensitif. Seidlitz dan
Diener (1993), misalnya, meminta orang untuk mengingat banyaknya pengalaman
bahagia dari kehidupan mereka yang mereka dapat dalam waktu singkat (Diener,
Scollon & Lucas, 2003).
31
2.2 Self-esteem
2.2.1 Definisi
Menurut Morris Rosenberg (dalam Flynn, 2001) definisi self-esteem adalah sikap
individual, baik positif atau negatif terhadap dirinya sebagai suatu totalitas.
Mruk (2006) menjelaskan bahwa Rosenberg telah memperkenalkan cara
lain dalam mendefinisikan self-esteem yaitu sebagai suatu rangkaian sikap
individu tentang apa yang dipikirkan mengenai dirinya berdasarkan persepsi
perasaan, yaitu suatu perasaan tentang “keberhargaan” dirinya atau sebuah nilai
sebagai seseorang.
Sedangkan menurut Coopersmith (dalam Heatherton & Wyland, 2003)
self-esteem adalah penilaian pribadi terhadap keberhargaan dirinya yang
diekspresikan dalam sikap yang berpegang teguh pada prinsip pribadi. Self-esteem
mengekspresikan sikap penerimaan atau penolakan, yang mengindikasikan tingkat
kepercayaan individu terhadap dirinya akan kapasitas, signifikansi, kesuksesan
dan keberhargaan.
Teori self-esteem dan pengukurannya mengandung makna asumsi
kebudayaan dan gender. Dengan kata lain, implikasinya yaitu self-esteem adalah
suatu karakteristik individual yang mana seluruh manusia memilikinya dan secara
berkesinambungan berusaha untuk selalu memperbaikinya (Flynn, H.K., 2001).
Lain halnya lagi dengan Minchinton (1995) yang mendefinisikan Self-
esteem sebagai nilai yang kita letakkan pada diri kita sendiri. Penilaian diri kita
sendiri untuk melihat betapa berharganya diri kita sebagai manusia, berdasarkan
32
persetujuan atau pertidak setujuan dari diri kita, mengenai diri kita dan prilaku
kita.
Sedangkan menurut Branden (1995) self-esteem adalah sebuah disposisi
untuk memberikan pengalaman kepada seseorang untuk menguasai secara
kompeten dengan dasar tantangan hidup dan berguna bagi kebahagiaan.
Dari berbagai pengertian dari self-esteem di atas, maka dapat disimpulkan
bahwa self-esteem adalah sikap individual, baik positif atau negatif terhadap
dirinya dimana seluruh manusia memilikinya guna untuk melihat betapa
berharganya dirinya sebagai manusia.
Adapun teori dalam penelitian ini, peneliti menggunakan pengertian self-
esteem dari teori Morris Rosenberg.
2.2.2 Karakteristik Self-esteem
Self-esteem bukanlah sifat atau aspek tunggal saja, melainkan sebuah kombinasi
dari beragam sifat dan perilaku. Dalam bukunya, Maximum Self-esteem,
Minchiton (1995) menjabarkan tiga aspek self-esteem, yaitu perasaan mengenai
diri sendiri, perasaan terhadap hidup serta perasaan dalam kaitannya dengan orang
lain.
a. Perasaan Mengenai Diri Sendiri
1) Menerima diri sendiri, maksudnya individu menerima dirinya secara nyata
dan penuh, nyaman dengan dirinya sendiri, dan memiliki perasaan yang
baik tentang diri sendiri, apapun kondisi yang dihadapi saat ini. Individu
memandang bahwa dirinya memiliki keunikan tersendiri, menghargai
setiap potensi yang dimiliki tanpa mengeluh.
33
2) Menghormati diri sendiri. Individu memiliki self-respect dan keyakinan
yang dalam bahwa dirinya penting, kalaupun bukan bagi orang lain,
setidaknya bagi dirinya sendiri. Individu dengan self-esteem yang akan
merasa kasihan dan memaafkan dirinya sendiri; menyukai dirinya sendiri
dengan ketidaksempurnaan yang dimiliki.
3) Menghargai keberhargaan dirinya. Individu tidak terpengaruh dengan
pendapat orang lain mengenai dirinya. Individu tidak merasa lebih baik
bila dipuji dan tidak merasa lebih buruk jika dirinya dihina oleh orang lain.
Perasaan baik mengenai dirinya tidak bergantung pada keadaan kondisi
luar atau sesuatu yang akan atau telah dilakukan.
4) Memegang kendali atas emosi diri sendiri. Individu merasa terbebas dari
perasaan yang tidak menyenangkan atas rasa bersalah, rasa marah, rasa
takut, dan kesedihan. Emosi umum yang paling kuat terjadi adalah rasa
bahagia karena individu merasa senang dengan dirinya dan kehidupannya.
(Minchinton, 1995:21).
b. Perasaan terhadap Hidup
1) Menerima kenyataan. Perasaan terhadap hidup berarti menerima tanggung
jawab atas setiap bagian hidup yang dijalaninya. Individu dengan self-
esteem yang tinggi akan dengan lapang dada dan tidak menyalahkan
keadaan hidup ini (orang lain) atas segala masalah yang dihadapinya. Ia
sadar bahwa semuanya itu terjadi berkaitan dengan pilihan dan
keputusannya sendiri, bukan karena faktor eksternal. Individu menyadari
bahwa ia memiliki kekuatan untuk mengubah kehidupannya seperti yang
mereka pilih. Individu mengetahui apa yang benar dan terbaik bagi
dirinya.
34
2) Memegang kendali atas diri sendiri. Individu yang memiliki self-esteem
yang tinggi tidak berusaha untuk mengendalikan orang lain atau situasi
yang ada. Sebaliknya, Ia akan dengan mudah menyesuaikan diri dengan
keadaan (Minchinton, 1995:23).
c. Perasaan dalam Kaitannya dengan Orang Lain
1) Menghormati orang lain. Individu menghormati hak-hak orang lain
sebagaimana mereka berada, melakukan seperti yang mereka pilih, dan
hidup seperti mereka selama mereka juga menunjukkan rasa hormat atau
kesopanan yang sama kepada dirinya dan orang yang lain. Individu dengan
self-esteem yang tinggi tidak memaksa nilai-nilai atau keyakinannya pada
orang lain.
2) Memiliki toleransi terhadap orang lain. Individu dengan self-esteem tinggi
akan menerima kekurangan orang lain, fleksibel, dan bertanggung jawab
dalam hubungannya dengan orang lain. Individu memandang semua orang
memiliki keberhargaan yang sama dan layak untuk dihormati. Ia
menghormati kebutuhan dirinya serta mengakui kebutuhan orang lain
(Minchinton, 1995:25).
Menurut Coopersmith (1967) self-esteem memiliki beberapa tingkatan,
yaitu:
1. Tingkatan tinggi, yang memiliki ciri mandiri, kreatif, yakin atas gagasan-
gagasan dan pendapatnya, mempunyai kepribadian stabil, tingkat kecemasan
yang rendah, dan lebih berorientasi pada keberhasilan.
35
2. Tingkatan sedang, mempunyai penilaian tentang kemampuan, harapan-harapan
dan kebermaknaan dirinya bersifat positif, sekalipun lebih moderat. Mereka
memandang dirinya lebih baik daripada kebanyakan orang, tetapi tidak sebaik
penilaian individu dengan harga diri tinggi.
3. Tingkatan rendah, pada umumnya kurang percaya pada dirinya sendiri dan
enggan untuk menyatakan diri dalam suatu kelompok, terutama bila mereka
mempunyai gagasan-gagasan baru dan kreatif. Mereka kurang berhasil dalam
hubungan antar pribadi dan kurang aktif dalam masalah-masalah sosial.
2.2.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Self-esteem
Teori self-esteem oleh Rosenberg bersandarkan pada dua faktor (dalam Flynn,
2001), yaitu:
1. Gambaran penilaian
Manusia berkomunikasi tergantung pada keadaan yang terlihat dari
perspektif orang lain. Pada proses sewaktu berperan menjadi orang lain. Pada
proses sewaktu berperan menjadi orang lain, maka kita menjadi sadar bahwa
kita adalah objek perhatian, persepsi dan evaluasi orang lain.
2. Perbandingan sosial
Perbandingan sosial ini menekankan bahwa self-esteem adalah “salah satu
bagian suatu konsekuensi hasil perbandingan mereka sendiri dengan orang lain
dan perolehan evaluasi diri, baik yang positif maupun yang negatif”.
2.2.4 Dimensi Self-esteem
Berikut adalah pandangan Morris Rosenberg terhadap dimensi self-esteem (dalam
Mruk, 2006):
36
1. Rosenberg memulai dengan menunjukkan bahwa pemahaman self-esteem
sebagai fenomena suatu sikap diciptakan dengan kekuatan sosial dan
kebudayaan.
2. Study mengenai self-esteem ini dihadapkan pada masalah-masalah tersendiri.
Salah satunya yaitu refleksitas self, yang mengandung arti bahwa evaluasi diri
lebih kompleks daripada evaluasi objek-objek eksternal lain karena self terlibat
dalam mengevaluasi self itu sendiri.
3. Self-esteem ini merupakan sikap yang menyangkut keberhargaan individu
sebagai seseorang yang dilihat sebagai sebuah variabel yang sangat penting
dalam tingkah laku karena self-esteem itu sendiri bekerja untuk atau melawan
kita dalam situasi tertentu.
2.3 Kerangka Berpikir dan Hipotesis
2.3.1 Kerangka Berpikir
Rosenberg, Schooler, Schoenbach dan Rosenberg (1995, dalam Swenson, 2003)
mendeskripsikan bahwa global self-esteem yang merupakan sikap individual, baik
positif atau negatif terhadap dirinya sebagai suatu totalitas sangat berhubungan
erat dengan psychological well-being (Swenson, 2003).
Selanjutnya, hasil penelitian menunjukkan bahwa secara umum self-
esteem berhubungan dengan subjective well-being (tingginya kepuasan hidup,
tingginya afek positif, serta rendahnya afek negatif) khususnya pada budaya
individualistis. (Diener & Diener, 1995 dalam Diener & Schimmack, 2003).
Dari penjelasan Rosenberg dan hasil penelitian dari Diener tersebut
menunjukkan bahwa self-esteem berhubungan dengan well-being atau
kesejahteraan psikologis. Orang yang memiliki self-esteem yang tinggi akan lebih
37
memiliki rasa kepuasaan hidup yang tinggi dibandingkan dengan orang yang
memiliki self-esteem yang rendah.
Tingginya self-esteem merujuk pada tingginya estimasi individu atas nilai,
kemampuan, dan kepercayaan yang dimilikinya. Self-esteem yang rendah
melibatkan penilaian yang buruk akan pengalaman masa lalu dan pengharapan
yang rendah bagi pencapaian masa depan.
Orang dengan harga diri atau self-esteem tinggi memiliki sifat positif
terhadap dirinya. Mereka merasa puas dan menghargai diri sendiri, yakin bahwa
mereka mempunyai sejumlah kualitas baik, dan hal-hal yang patut dibanggakan.
Selain self-esteem, faktor-faktor demografis seperti usia, jenis kelamin,
status pernikahan, pendapatan, pekerjaan dan tingkat pendidikan juga memegang
peranan penting dalam hal kesejahteraan psikologis atau subjective well-being.
Contohnya, sebagian hasil penelitian menyebutkan bahwa orang yang menikah,
baik pria maupun wanita, secara konsisten lebih bahagia dibanding orang-orang
yang tidak menikah (Lee, Seccombe, & Shehan (1991, dalam Eddington &
Shuman, 2005), dan Diener, dkk (1998, dalam Eddington & Shuman, 2005)
menemukan bahwa pernikahan menawarkan keuntungan yang lebih besar bagi
pria atau wanita dalam hal emosi positif, tapi tidak dalam kepuasan hidup. Lebih
jauh lagi, terdapat bukti-bukti bahwa orang-orang yang bahagia memiliki
kecendrungan untuk menikah, keuntungan pernikahan itu sendiri bisa
meningkatkan subjective well-being (Mastekaasa, 1995 dalam Eddington &
Shuman, 2005).
38
Subjective well-being mengacu pada bagaimana orang menilai kehidupan
mereka, dan termasuk beberapa variabel seperti kepuasan hidup dan kepuasan
perkawinan, kurangnya depresi, kegelisahan, suasana hati dan emosi positif.
Seseorang dikatakan telah memiliki subjective well-being tinggi jika ia
mengalami kepuasan hidup dan sering gembira, dan sedikit pengalaman yang
tidak menyenangkan seperti jarang emosi kesedihan dan kemarahan. Sebaliknya,
seseorang dikatakan telah memiliki subjective well-being rendah jika ia tidak puas
dengan kehidupan, sedikit pengalaman sukacita dan kasih sayang, dan sering
merasa emosi negatif seperti kemarahan atau kecemasan.
Bagan 2.2
Kerangka Berpikir
Usia
Jenis Kelamin
Status Pernikahan
Pendapatan/ Gaji
Pekerjaan/posisi/jabatan
Tingkat Pendidikan
Self-esteem
Subjective well-being
39
2.3.2 Hipotesis Penelitian
1. Ada hubungan yang signifikan antara self-esteem dengan subjective well-being
pada karyawan.
2. Ada pengaruh yang signifikan antara usia terhadap subjective well-being pada
karyawan.
3. Ada pengaruh yang signifikan antara jenis kelamin terhadap subjective well-
being pada karyawan.
4. Ada pengaruh yang signifikan antara status pernikahan terhadap subjective
well-being pada karyawan.
5. Ada pengaruh yang signifikan antara pendapatan atau gaji terhadap subjective
well-being pada karyawan.
6. Ada pengaruh yang signifikan antara pekerjaan (terkait dengan jabatan,
golongan dan masa kerja) terhadap subjective well-being pada karyawan.
7. Ada pengaruh yang signifikan antara tingkat pendidikan terhadap subjective
well-being pada karyawan.
8. Ada pengaruh yang signifikan antara self-esteem, usia, pendapatan dan masa
kerja secara bersama-sama terhadap subjective well-being pada karyawan?
2.3.3 Hipotesis Nihil
1. Tidak ada hubungan yang signifikan antara self-esteem dengan subjective
well-being pada karyawan.
2. Tidak ada pengaruh yang signifikan antara usia terhadap subjective well-being
pada karyawan.
40
3. Tidak ada pengaruh yang signifikan antara jenis kelamin terhadap subjective
well-being pada karyawan.
4. Tidak ada pengaruh yang signifikan antara status pernikahan terhadap
subjective well-being pada karyawan.
5. Tidak ada pengaruh yang signifikan antara pendapatan atau gaji terhadap
subjective well-being pada karyawan.
6. Tidak ada pengaruh yang signifikan antara pekerjaan (terkait dengan jabatan,
golongan dan masa kerja) terhadap subjective well-being pada karyawan.
7. Tidak ada pengaruh yang signifikan antara tingkat pendidikan terhadap
subjective well-being pada karyawan.
8. Tidak ada pengaruh yang signifikan antara self-esteem, usia, pendapatan dan
masa kerja secara bersama-sama terhadap subjective well-being pada
karyawan.
41
BAB III
METODE PENELITIAN
Bab ini menjelaskan tentang metode penelitian yang akan digunakan dalam
penelitian. Terdiri dari beberapa subbab, berikut ini adalah penjelasan dari
masing-masing subbab.
3.1 Pendekatan dan Jenis Penelitian
Penelitian ini mempunyai tujuan untuk mengetahui hubungan antara self-esteem
dengan subjective well-being karyawan di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Untuk
membahas permasalahan ini penulis menggunakan pendekatan kuantitatif sebab
pada data akhir akan dianalisis dengan menggunakan perhitungan statistik.
Sedangkan metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah
metode korelasional. Pengukuran dengan korelasi ini digunakan untuk
menentukan besarnya arah hubungan antara satu variabel dengan variabel lain
(Sevilla, 1993). Hal ini sesuai dengan tujuan dari penelitian ini, yaitu bertujuan
untuk melihat hubungan antara Independent Variabel (IV) dengan Dependent
Variabel (DV). Yaitu hubungan antara self-esteem dengan subjective well-being
Karyawan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
42
3.2 Populasi dan Sampel
3.2.1 Populasi
Menurut Sugiyono (2010), populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas
obyek atau subyek yang mempunyai kualitas dan karakter tertentu yang
ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.
Gay (dalam Sevilla, 2006) mendefinisikan populasi sebagai kelompok
dimana peneliti akan mengeneralisasikan hasil penelitiannya. Sedangkan menurut
Kerlinger seperti yang dikutip Sevilla bahwa populasi adalah keseluruhan
anggota, kejadian, atau objek-objek yang telah ditetapkan dengan baik. Dalam
penelitian ini yang menjadi populasi adalah karyawan UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta yang berjumlah 134 orang.
3.2.2 Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel
Sugiyono (2010) mendefinisikan sampel sebagai bagian dari jumlah dan
karakteristik yang dimiliki oleh populasi yang akan diteliti. Sebagaimana menurut
Kerlinger (2006) bahwa untuk memperkecil suatu galat atau error, sebaiknya
digunakan sampel besar. Sedangkan berdasarkan penjelasan Sevilla untuk
penelitian, ukuran minimum yang ditawarkan Gay, bahwa untuk penelitian
korelasi diambil minimal 30 sampel (Sevilla dkk, 2006).
Gay (1976, dalam Sevilla, 2006) menawarkan beberapa ukuran minimum
yang dapat diterima berdasarkan tipe penelitian, adapun dalam penelitian
deskriptif yaitu 10 persen dari populasi. Penelitian korelasi minimum 30 subjek.
Dalam penelitian ini yang menjadi populasi adalah karyawan UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
43
Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah menggunakan teknik
sampling insidental, yaitu teknik penentuan sampel berdasarkan kebetulan, yaitu
siapa saja yang secara kebetulan/insidental bertemu dengan peneliti dapat
digunakan sebagai sampel, bila dipandang orang yang kebetulan ditemui itu cocok
sebagai sumber data. Teknik tersebut termasuk dari jenis nonprobability
sampling, dimana teknik pengambilan sampel ini tidak memberikan peluang yang
sama bagi setiap unsur (anggota) populasi untuk dipilih menjadi anggota sampel
(sugiyono, 2009).
3.3 Variabel Penelitian
Variabel adalah konstruk (constructs) atau sifat yang akan dipelajari (Kerlinger,
dalam Sevilla dkk, 2006). Variabel pada penelitian ini terdiri dari variabel bebas
(Independent Variabel) dan variabel terikat (Dependent Variabel). Adapun
independent variabel dalam penelitian ini adalah self-esteem sedangkan
Dependent Variabel dalam penelitian ini adalah subjective well-being.
3.3.1 Definisi Konseptual Variabel
a. Self-esteem di definisikan oleh Morris Rosenberg adalah sikap individual, baik
positif atau negatif terhadap dirinya sebagai suatu totalitas.
b. Subjective well-being adalah evaluasi kognitif dan afektif seseorang tentang
hidupnya. Evaluasi ini meliputi penilaian emosional terhadap berbagai kejadian
yang dialami yang sejalan dengan penilaian kognitif terhadap kepuasan dan
pemenuhan hidup (Diener, Lucas, & Oishi, 2005).
44
3.3.2 Definisi Operasional Variabel
Definisi operasional (Subjective well-being) adalah skor yang diperoleh dari
jawaban subjek atas hasil pengukuran dengan alat tes Satisfaction With Life Scale
dari Diener yang terdiri dari 5 item.
Definisi operasional (self-esteem) adalah skor yang diperoleh dari jawaban
subjek atas hasil pengukuran dengan alat tes Self-esteem Scale oleh Morris
Rosenberg yang terdiri dari 10 aitem.
3.4 Pengumpulan Data
3.4.1 Metode Pengumpulan Data
Adapun metode pengumpulan data yang digunakan adalah kuesioner. Kuesioner
merupakan pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat
pertanyaan tertulis kepada responden untuk dijawab (Sugiyono, 2010).
3.4.2 Instrumen Penelitian
Instrument penelitian adalah suatu alat yang digunakan untuk mengukur fenomena
alam maupun sosial yang diamati (Sugiyono, 2010). Peneliti menggunakan skala
sebagai instrument pengumpulan data. Dalam penelitian ini, terdapat tiga skala,
yaitu isian demografis subjek, skala self esteem Scale oleh Morris Rosenberg, dan
skala subjective well-being yang menggunakan skala satisfaction with life scale
oleh Diener.
1. Isian Biodata Demografis Subjek
Angket ini berisi pertanyaan mengenai biodata partisipan, seperti nama, usia,
jenis kelamin, status pernikahan, pendidikan terakhir, pekerjaan/posisi/jabatan,
dan gaji/pendapatan.
45
2. Self Esteem Scale oleh Morris Rosenberg dimana subjek diharuskan untuk
menjawab 10 buah aitem-aitem dengan empat pilihan jawaban, yaitu:
Sangat Setuju (SS)
Setuju (S)
Tidak Setuju (TS)
Sangat Tidak Setuju (STS)
Untuk aitem yang ke 1, 3, 4, 7, 10 Adalah aitem yang favorable,
karena itu skoringnya adalah Sangat Setuju (SS)= 4, Setuju (S)= 3, Tidak
Setuju (TS)=2 dan Sangat Tidak Setuju (STS)=1.
Sementara untuk aitem yang ke 2, 5, 6, 8, 9 adalah aitem yang
unfavorable. Skoringnya adalah Sangat Setuju (SS)=1, Setuju (S)= 2, Tidak
Setuju (TS)= 3, dan Sangat Tidak Setuju (STS)= 4.
Dari keseluruhan skor yang didapatkan dari 10 aitem ini, maka
semakin tinggi skor yang diperoleh maka semakin tinggi pula self-esteem
subjek. Dan hasil skor ini, subjek akan diklasifikasikan ke dalam beberapa
tingkatan sesuai dengan skor yang diperoleh, yaitu tingkat tinggi, sedang dan
rendah.
Validitas Self Esteem Scale (SES) dari Rosenberg ini yaitu 0, 72 yang
dikorelasikan konstruk yang bersangkutan, yaitu dengan Lerner Self Esteem
Scale. Sementara Fleming dan Courtesy melaporkan angka reliabilitas skala
ini yaitu 0, 82 yang dilakukan dengan metode test-retest pada sampelnya
berjumlah 259 laki-laki dan perempuan (Robinson, dkk., 1991).
Berikut adalah pertanyaan yang ada didalam Self Esteem Scale oleh
Morris Rosenberg:
46
1. Secara keseluruhan saya puas dengan diri saya sendiri
2. Kadang-kadang saya merasa bahwa diri saya tidak baik
3. Saya merasa bahwa saya mempunyai beberapa kualitas yang bagus
4. Saya bisa melakukan banyak hal seperti orang pada umumnya
5. Saya rasa tidak banyak yang dapat saya banggakan pada diri saya
6. Saya sering merasa tidak berguna
7. Saya merasa bahwa saya adalah seorang yang berharga, setidaknya
sederajat dengan orang lain
8. Saya berharap saya mempunyai respek lebih terhadap diri saya
9. Dalam semua hal, saya cenderung merasa bahwa saya orang yang gagal
10. Saya menanamkan sikap positif terhadap diri saya sendiri.
Namun skala ini akan dilakukan try out kembali untuk mendapatkan
validitas dan reliabilitas yang baik.
3. Skala Satisfaction With Life Scale oleh Diener dimana responden diwajibkan
menjawab 5 item, dengan tujuh pilihan jawaban, yaitu:
Sangat Setuju (SS)
Setuju (S)
Agak Setuju (AS)
Tidak Pernah Setuju (TPS)
Agak Tidak Setuju (ATS)
Tidak Setuju (TS)
Sangat Tidak Setuju (STS)
47
Skoringnya adalah Sangat Setuju= 7, Setuju= 6, Agak Setuju= 5, Tidak
pernah Setuju= 4, Agak Tidak Setuju= 3, Tidak Setuju= 2, Sangat Tidak
Setuju= 1.
Pada alat ukur ini terdapat 5 pertanyaan, Alat ukur ini mempunyai
konsistensi internal yang baik, dimana alpha cronbach nya ada di 0,87, dan
menunjukkan bahwa SWLS mempunyai kekayaan psikometrik (Ed Diener,
Robert A. Emmons, Randy J. Larsen, and Sharon Griffin, 1985).
Berikut adalah pertanyaan yang ada didalam Satisfaction With Life
Scale oleh Diener:
1. Dalam banyak hal, hidup saya mendekati ideal
2. Kondisi hidup saya sangat bagus
3. Saya puas dengan hidup saya
4. Sejauh ini saya sudah mendapatkan hal-hal penting yang saya mau dalam
hidup.
5. Jika saya bisa mengubah hidup saya, saya hampir tidak mau mengubah hal
sedikit pun.
Skala ini juga akan dilakukan try-out kembali untuk mendapatkan
validitas dan reliabilitas yang baik.
3.4.3 Uji Instrumen Penelitian
Sebelum penelitian dilaksanakan, peneliti melakukan uji instrumen dengan 15
item dari 2 skala, yaitu skala self-esteem sebanyak 10 item, skala subjective well-
being sebanyak 5 item. Uji instrument diberikan kepada 75 karyawan UIN Syarif
48
Hidayatullah Jakarta tanggal 7 sampai 9 Februari 2011. Uji instrument ini
dilakukan dengan maksud:
a. Mengetahui validitas instrument di mana skor tiap item dikorelasikan dengan
skor total.
b. Mengetahui tingkat reliabilitas instrument yang digunakan untuk mengukur
tingkat reliabilitas skala tersebut.
3.4.3.1 Uji Validitas
Validitas merupakan suatu alat pengukur bahwa alat-alat tersebut bisa mengukur
menurut kenyataannya seperti yang dikehendaki untuk diukur (Chaplin, 2006).
Anastasi memberikan definisi bahwa suatu alat tes dikatakan valid bila tes
tersebut mengukur apa yang hendak diukur (Anastasi & Urbina, 2007). Menurut
Cronbach (dalam Azwar, 2005), koefisien validitas suatu konstruk yang baik
adalah >0,3.
Dari 10 item skala self-esteem oleh Rosenberg diperoleh 9 item yang valid,
dengan daya pembeda >0,3. Sedangkan dari 5 item skala subjective well-being
yaitu satisfaction with life scale oleh Diener diperoleh 4 item yang valid.
3.4.3.2 Uji Reliabilitas
Anastasi dan Urbina (2007) memberikan pengertian bahwa suatu tes dikatakan
reliabel apabila tes tersebut mampu memberikan hasil yang konsisten meskipun
tes tersebut diberikan dan diskor oleh penilai yang berbeda, atau diberikan pada
waktu yang berlainan, atau menggunakan bentuk paralel dari tes tersebut.
49
Uji reliabilitas instrument penelitian ini menggunakan uji statistik Alpha
Cronbach dengan menggunakan SPSS versi 17.0. suatu konstruk atau variabel
dikatakan memiliki reliabilitas yang baik bila memiliki koefisien reliabilitas diatas
0,6 dan mendekati angka 1. (Azwar, 2005). Uji reliabilitas skala self-esteem oleh
Rosenberg dan skala satisfaction with life scale oleh Diener yang mengukur
subjective well-being adalah sebagai berikut:
a. Nilai reliabilitas skala self-esteem dengan 9 item yang valid adalah sebesar
0,685. Jadi, skala self-esteem ini dapat dikatakan reliabel dan dapat digunakan
sebagai alat ukur penelitian.
b. Nilai reliabilitas skala subjective well-being dengan 4 item adalah sebesar
0,855. Jadi, skala subjective well-being dapat dikatakan reliable dan dapat
digunakan sebagai alat ukur penelitian.
3.5 Prosedur Penelitian
Dalam penelitian ini peneliti mencoba merencanakan langkah-langkah yang
diharapkan dapat menunjang kelancaran penelitian, langkah-langkah tersebut
sebagai berikut:
1. Persiapan Penelitian
Dimulai dengan perumusan masalah dan pembatasan masalah.
Menentukan variabel-variabel yang akan diteliti
Melakukan studi kepustakaan untuk mendapatkan gambaran dan landasan
teori yang tepat.
50
Menentukan, menyusun dan menyiapkan alat ukur yang akan digumakan
dalam penelitian ini yaitu skala self-esteem dan skala subjective well-being
yang berupa skala Likert.
Menentukan lokasi dan menyelesaikan administrasi perizinan.
2. Tahap Uji Coba
Peneliti melakukan uji coba alat ukur kedua skala pada 75 karyawan UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta.
Tahap pengambilan data
Menentukan jumlah sampel penelitian.
Memberikan penjelasan mengenai tujuan penelitian dan meminta
kesediaan responden untuk mengisi skala penelitian.
Memberikan alat ukur yang telah disiapkan kepada responden.
Setelah uji coba dilakukan, peneliti melakukan uji validitas dan
reliabilitas. Uji validitas skala dilakukan dengan cara mengkorelasikan skor
tiap item dengan skor total, dengan menggunakan rumus korelasi Product
Moment dari Pearson dan perhitungannya menggunakan program SPSS versi
17.0. Maka diperoleh reliabilitas dari skala self-esteem sebesar 0,685, skala
subjective well-being sebesar 0,855. Ketika alat ukur ini dapat disimpulkan
memiliki reliabilitas yang baik karena suatu konstruk atau variabel dikatakan
reliabel jika memberikan nilai alpha Cronbach > 0.60.
3. Tahap Field Study
Penelitian sesungguhnya dilakukan selama 7 hari, yaitu pada tanggal 14-23
Februari 2011. Peneliti menyebarkan skala self-esteem yang terdiri dari 9
51
item, skala subjective well-being terdiri dari 4 item kepada 134 karyawan
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
4. Tahap Pengolahan Data
a. Penulis memberikan kode dan melakukan skoring terhadap hasil skala
yang telah diisi responden.
b. Menghitung dan membuat tabulasi data yang diperoleh, kemudian
membuat tabel data.
c. Skor mentah yang diperoleh distandarkan dengan menggunakan skor-T.
Azwar (2003) menjelaskan bahwa skor standar T didasarkan atas
penyimpangan skor mentah dari mean distribusinya. Besarnya mean dan
distribusi standar skor-T setelah diadakan konversi adalah mean sebesar 50
dan deviasi standar sebesar 10.
d. Melakukan analisis data dengan menggunakan metode statistik untuk
menguji hipotesis penelitian melalui program SPSS 17.0.
e. Membuat laporan hasil dan kesimpulan penelitian.
3.6 Metode Analisis Data
Dalam rangka menjawab pertanyaan penelitian yaitu apakah terdapat hubungan
yang signifikan antara self-esteem dengan subjective well-being pada karyawan,
penulis menggunakan metode statistika karena datanya berupa angka-angka yang
merupakan hasil pengukuran dan perhitungan. Dalam hal ini berdasarkan
hipotesis yang akan diukur peneliti menggunakan teknik analisis multiple
regression atau analisis regresi berganda. Adapun persamaan umum analisis
regresi berganda ini adalah:
T = 50 + 10 (X-M)/s
52
dimana :
Y : Dependent variable (DV) yang dalam hal ini adalah subjective
well-being
X1, X2, ......, Xp : Independent variable (IV) yang jumlahnya p
p : Jumlah independent variable (IV)
a : Intercept / konstan
b1, b2, ......, bp : Koefisien regresi untuk masing-masing IV
e : Residu / sisa (IV yang tidak termasuk dalam persamaan)
Dalam analisis multiple regression ini dapat diperoleh beberapa informasi, yaitu :
1. R2 yang menunjukkan proporsi varian (presentase varian) dari dependent
variable (DV) yang bisa diterangkan oleh independent variable (IV).
2. Uji hipotesis mengenai signifikan atau tidaknya masing-masing koefisien
regresi. Koefisien yang signifikan menunjukkan dampak yang signifikan dari
independent variable (IV) yang bersangkutan.
3. Persamaan regresi yang ditemukan bisa digunakan untuk membuat prediksi
tentang berapa harga Y jika nilai setiap independent variable (IV) diketahui.
Y = a + b1X1 + b2X2 + …… + bpXp + e
53
BAB IV
ANALISA HASIL PENELITIAN
Bab berikut ini akan membahas mengenai presentasi dan analisis data meliputi
gambaran umum responden, analisis deskriptif, kategorisasi, dan hasil uji
hipotesis.
4.1 Gambaran Umum Responden
Penelitian ini dilakukan di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah
Jakarta. Subjek penelitian dalam penelitian ini sebanyak 134 karyawan yang
bekerja di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
4.1.1 Gambaran Umum Responden Berdasarkan Usia
Tabel 4.1 Gambaran Umum Responden Berdasarkan Usia
Usia N Presentase 63 – 68 tahun 2 1,5% 57 – 62 tahun 0 0% 51 – 56 tahun 13 9,7% 45 – 50 tahun 30 22,4% 39 – 44 tahun 23 17,2% 33 – 38 tahun 26 19,4% 27 – 32 tahun 23 17,1% 21 – 26 tahun 17 12,7% Jumlah 134 100%
Berdasarkan tabel di atas, terlihat bahwa responden sebagian besar berusia
45-50 terdapat 30 responden dengan presentase 22,4%, 2 responden yang berusia
63 – 68 tahun dengan presentase sebesar 1,5%, 13 responden yang berusia 51 – 56
54
tahun dengan presentase 9,7%, 26 responden yang berusia 33-38 tahun dengan
presentase 19,4%, dan 17 responden yang berusia 21-26 tahun dengan presentase
12, 7. Sedangkan sisanya masing-masing 23 responden yang dengan presentase
17,2%, pada responden yang berusia berusia 39-44 tahun dan 27– 32 tahun.
4.1.2 Gambaran Umum Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir
Tabel 4.2 Gambaran Umum Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir
Pendidikan N Presentase SMA 21 15,7% D2 2 1,5% D3 3 2,2% S1 73 54,5% S2 33 24,6% S3 2 1,5% Jumlah 134 100%
Berdasarkan tabel di atas, maka dapat diketahui bahwa responden dalam
penelitian ini didominasi oleh responden yang berlatar belakang pendidikan S1
sebanyak 73 orang dengan presentase sebesar 54,5%. Sedangkan yang berlatar
belakang pendidikan SMA sebanyak 21 orang dengan presentase sebesar 15,7%,
yang berlatar belakang pendidikan D3 sebanyak 3 orang dengan presentase
sebesar 2,2%, yang berlatar pendidikan S2 sebanyak 33 orang dengan presentase
sebesar 24,6%. Adapun selebihya masing-masing 2 responden yaitu yang berlatar
pendidikan D2 dan S3 dengan presentase masing-masing 1,5%.
55
4.1.3 Gambaran Umum Responden Berdasarkan Status Pernikahan
Tabel 4.3 Gambaran Umum Responden Berdasarkan Status Pernikahan
Status Pernikahan
N Presentase
Belum Menikah 21 15,7% Menikah 113 84,3% Jumlah 134 100%
Berdasarkan tabel di atas, dapat dilihat bahwa responden yang belum
menikah sebanyak 21 orang dengan presentase 15,7%, dan responden yang
menikah sebanyak 113 orang dengan presentase 84,3%. Dapat terlihat bahwa
responden didominasi oleh responden yang sudah menikah.
4.1.4 Gambaran Umum Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
Tabel 4.4 Gambaran Umum Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
Jenis Kelamin N Presentase Laki-laki 62 46,3% Perempuan 72 53,7% Jumlah 134 100%
Berdasarkan tabel di atas, dapat dilihat bahwa responden didominasi oleh
responden dengan jenis kelamin perempuan dengan jumlah responden sebanyak
72 orang dengan presentase 53,7%, sedangkan responden dengan jenis kelamin
laki-laki berjumlah 62 orang dengan presentase 46,3%.
56
4.1.5 Gambaran Umum Responden Berdasarkan Golongan
Tabel 4.5 Gambaran Umum Responden Berdasarkan Golongan
Golongan N Presentase PTT 11 8,2% II/a 9 6,7% II/b 6 4,5% II/c 5 3,7% III/a 25 18,7% III/b 25 18,7% III/c 21 15,7% III/d 25 18,7% IV/a 6 4,5% IV/b 1 0,7% Jumlah 134 100%
Berdasarkan tabel di atas, dapat dilihat bahwa responden di dominasi oleh
golongan III/a, III/b, dan golongan III/d dengan masing-masing jumlah responden
sebanyak 25 orang dengan presentase 18,7%. Kemudian PTT (Pegawai Tidak
Tetap) terdiri dari 11 orang dengan presentase sebanyak 8,2%, golongan II/a
sebanyak 9 orang dengan presentase sebanyak 6,7%, selanjutnya golongan II/c
terdapat 5 responden dengan presentase sebanyak 3,7%, golongan III/c sebanyak
21 orang dengan presentase 15,7%, sedangkan golongan IV/b hanya terdiri dari 1
orang dengan presentase sebanyak 0,7%, kemudian selebihnya masing-masing
terdiri dari 6 responden dengan jumlah presentase sebanyak 4,5% pada golongan
II/b dan IV/a.
57
4.1.6 Gambaran Umum Responden Berdasarkan Jabatan
Tabel 4.6 Gambaran Umum Responden Berdasarkan Jabatan
Jabatan N Presentase Bendahara 2 1,5% BPP 2 1,5% Dosen 5 3,7% Fungsional 2 1,5% Kabag 6 4,5% Kasubag 21 15,7% Kepala Perpus 1 0,7% Pelaksana 3 2,2% Pem. Bendahara 1 0,7% Pendamping BLU 1 0,7% Pendamping Fakultas 1 0,7% Pudek 1 0,7% Pustakawan 3 2,2% Sekpim 1 0,7% Sekprodi 2 1,5% Staff Admin 76 56,7% Staf IT 2 1,5% Staff Keuangan 1 0,7% Staff Pendamping 1 0,7% Teaching Assistant 1 0,7% Teknisi 1 0,7% Jumlah 134 100%
Berdasarkan tabel di atas, dapat dilihat bahwa responden yang
mendominasi adalah responden yang bekerja pada bagian staff admin yaitu
berjumlah 76 orang dengan presentase sebanyak 56,7%, sebagai Dosen berjumlah
5 orang dengan presentase sebanyak 3,7%, Kabag terdiri dari 6 orang dengan
presentase sebanyak 4,5%, selanjutnya Kasubag sebanyak 21 orang dengan
presentase sebanyak 15,7%, serta Pustakawan dan pelaksana masing-masing
ד_Finsrsid6124821berjumlah 3 orang dengan presentase sebanyak 2,2%, kemudian
selebihnya masing-masing terdiri dari 2 responden dengan presentase sebanyak
58
1,5% terdiri dari Bendahara, BPP, Fungsional, Sekprodi, dan Staff IT. Selanjutnya
masing-masing terdiri dari 1 responden dengan presentase sebanyak 0,7% yang
terdiri dari Kepala Perpustakaan, Pembantu Bendahara, Pendamping BLU,
Pendamping Fakultas, Pudek, Sekpim, Staff Keuangan, Staff Pendamping,
Teaching Assistant, dan teknisi.
4.1.7 Gambaran Umum Responden Berdasarkan Unit Kerja
Tabel 4.7 Gambaran Umum Berdasarkan Unit Kerja
Unit Kerja N Presentase
Biro AAK 12 9% Biro AUK 10 7,5% Biro AUK bag. Ortala dan Kepegawaian
13 9,7%
Biro PKSI 8 5,9% CSRC UIN Jakarta 1 0,7% Fakultas Adab dan Humaniora 7 5,2% Fakultas dakwah dan Komunikasi 5 3,7% Fakultas Dirasat Islamiyah 5 3,7% Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial 5 3,7% Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik 6 4,5% Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan 8 6% Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
9 6,7%
Fakultas Psikologi 20 15% Fakultas Sains dan Teknologi 4 3% Fakultas Syariah dan Hukum 4 3% Fakultas Ushuluddin dan Filsafat 5 3,7% Pusat Bahasa dan Budaya UIN Jakarta 4 3% Sekolah Pasca Sarjana UIN Jakarta 8 6% Jumlah 134 100%
Berdasarkan tabel di atas, maka dapat diketahui bahwa responden dalam
penelitian ini didominasi oleh responden pada unit kerja Fakultas Psikologi
sebanyak 20 orang dengan presentase sebesar 15%. Sedangkan unit kerja Biro
59
AAK sebanyak 12 orang dengan presentase sebesar 9%, unit kerja Biro AUK
sebanyak 10 orang dengan presentase sebesar 7,5%, unit kerja Biro AUK bag.
Ortala dan Kepegawaian sebanyak 13 orang dengan presentase sebesar 9,7%. Unit
kerja CSRC UIN Jakarta berjumlah 1 orang, unit kerja Fakultas Adab dan
Humaniora sebanyak 7 orang dengan presentase 5,2%, unit kerja Fakultas
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan sebanyak 9 orang dengan presentase 6,7%,
Adapun selebihya masing-masing 8 responden yaitu pada unit kerja Biro PKSI,
Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, dan Sekolah Pasca Sarjana dengan
presentase masing-masing 6%. Selanjutnya masing-masing 5 responden yaitu
pada unit kerja Fakultas Dakwah dan Komunikasi, Fakultas Dirasat Islamiyah,
Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial, serta Fakultas Ushuluddin dan Filsafat dengan
presentase 3,7%. Kemudian selebihnya, masing-masing 4 responden yaitu pada
unit kerja Fakultas Sains dan Teknologi, Fakultas Syariah dan Hukum, serta Pusat
Bahasa dan Budaya UIN Jakarta dengan presentase 3%.
4.1.8 Gambaran Umum Responden Berdasarkan Masa Kerja
Tabel 4.8 Gambaran Umum Responden Berdasarkan Masa Kerja
Masa Kerja N Presentase 28 – 31 tahun 6 4,5% 24 – 27 tahun 10 7,5% 20 – 23 tahun 13 9,7% 16 – 19 tahun 12 8,9% 12 – 15 tahun 19 14,2% 8 – 11 tahun 30 22,4% 4 – 7 tahun 21 15,7% 0 – 3 tahun 23 17,2% Jumlah 134 100%
60
Berdasarkan tabel di atas, dapat terlihat bahwa responden yang
mendominasi berdasarkan masa kerjanya adalah masa kerja pada rentang 8 – 11
tahun yaitu terdiri dari 30 responden dengan presentase sebanyak 22,4%, 6
responden pada masa kerja 28 – 31 tahun dengan presentase sebanyak 4,5%, 10
responden pada masa kerja 24 – 27 tahun dengan presentase sebanyak 7,5%, 13
respoden pada masa kerja 20 – 23 tahun dengan presentase sebanyak 9,7%, 12
responden pada masa kerja 16 – 19 tahun dengan presentase sebanya 8,9%, 19
responden pada masa kerja 12 – 15 tahun dengan presentase sebanyak 14,2%,
21responden pada masa kerja 4 – 7 tahun dengan presentase sebanyak 15,7%, dan
selanjutnya 23 responden pada masa kerja 0 – 3 tahun dengan presentase
sebanyak 17,2%.
4.1.9 Gambaran Umum Responden Berdasarkan Gaji/pendapatan Perbulan
Tabel 4.9 Gambaran Umum Responden Berdasarkan Gaji/pendapatan Perbulan
Pendapatan perbulan dalam Rupiah
N Presentase
11.400.000 – 12.800.000 2 1,5% 9.900.000 – 11.300.000 0 0% 8.400.000 – 9.800.000 2 1,5% 6.900.000 – 8.300.000 4 3,0% 5.400.000 – 6.800.000 6 4,5% 3.900.000 – 5.300.000 29 21,6% 2.400.000 – 3.800.000 39 29,1% 900.000 – 2.300.000 52 38,8% Jumlah 134 100%
Berdasarkan tabel di atas, dapat dilihat bahwa responden yang
mendominasi adalah rentang pendapatan 900.000 – 2.300.000 yaitu berjumlah 52
orang dengan presentase sebanyak 38,8%, 4 responden berpenghasilan antara
61
6.900.000 – 8.300.000 dengan presentase sebanyak 3,0%, 6 responden
berpenghasilan antara 5.400.000 – 6.800.000 dengan presentase sebanyak 4,5%,
29 responden berpenghasilan antara 3.900.000 – 5.300.000 dengan presentase
sebanyak 21,6%, dan 39 responden berpenghasilan antara 2.400.000 – 3.800.000
dengan presentase sebanyak 29,1%, dan selanjutnya masing-masing dengan
jumlah responden 2 orang dengan presentase sebanyak 1,5% berpenghasilan
antara 11.400.000 – 12.800.000 dan 8.400.000 – 9.800.000 perbulan.
4.1.10 Gambaran Umum Responden Berdasarkan Penghasilan Tambahan
Tabel 4.10 Gambaran Umum Responden Berdasarkan Penghasilan Tambahan
Penghasilan Tambahan N Presentase
Ada 53 39,6% Tidak ada 81 60,4% Jumlah 134 100%
Berdasarkan tabel di atas, dapat dilihat bahwa responden yang medominasi
dalam hal penghasilan tambahan adalah responden yang tidak ada penghasilan
tambahan yaitu sebanyak 81 responden dengan presentase sebanyak 60,4% dan
responden yang memiliki penghasilan tambahan terdiri dari 53 responden dengan
presentase sebanyak 39,6%.
62
4.2 Deskripsi Hasil Penelitian
Tabel 4.11 Deskripsi Umum Skor Perhitungan Statistik Skala Self-Esteem dan
Subjective Well-being
N Range Minimum Maximum Mean Std. Deviation
SWB SE
134 134
46.32 46.04
20.23 28.70
66.55 74.74
50.0000 50.0000
10.00000 10.00000
Berdasarkan tabel 4.10, dapat diketahui jumlah subjek penelitian sebanyak
134 orang dengan skor subjective well-being terendah adalah 20.23, sedangkan
skor subjective well-being tertinggi ialah 66.55 dengan skor rata-rata 50.0000.
Kemudian skor self-esteem tertinggi adalah 74.74 sedangkan skor terendah self-
esteem adalah 28.70 dengan skor rata-rata 50.0000.
4.3 Kategorisasi Berdasarkan Penyebaran Skor Responden
4.3.1 Kategorisasi Skor Subjective Well-being
Skala subjective well-being terdiri dari 4 item yang valid dengan 7 pilihan
jawaban yang diberi skor 1 sampai dengan 7. Dengan demikian, skor mentah yang
mungkin diperoleh tiap subjek berkisar dari 7 sampai 49. Namun, karena skor
mentah yang diperoleh masing-masing subjek distandarkan dengan menggunakan
skor-T, maka skor standar yang diperoleh masing-masing subjek berkisar dari
yang terendah 20,23 sampai dengan yang tertinggi 66,55.
Untuk mengetahui skor subjective well-being yang diperoleh responden
tersebut tinggi atau rendah, maka disajikan norma skor skala subjective well-
being setelah diketahui nilai mean dan SD yang disajikan pada tabel 4.10.
63
Peneliti membagi klasifikasi skor subjective well-being menjadi tiga
kategori, yaitu tinggi, sedang, dan rendah. Dari tabel 4.10, diketahui bahwa mean
subjective well-being adalah sebesar 50,0000 dengan standar deviasi sebesar
10,00000. Dengan begitu, kategorisasi yang didapat untuk subjective well-being
adalah sebagai berikut:
Tabel 4.12 Penyebaran Skor Skala Subjective Well-being
Kategori Rumus Rentangan Standart Score
Jumlah Subjek Persen
Tinggi X > M + 1SD > 60 9 6,7% Sedang M – 1SD ≤ X≤ M + 1SD 40 – 60 107 79,9% Rendah X < M – 1SD < 40 18 13,4% ∑ 134 100%
Berdasarkan gambaran tabel di atas dapat terlihat bahwa sebagian besar
responden memiliki subjective well-being yang sedang dengan presentase sebesar
79,9%. Sedangkan 9 orang dari 134 responden memiliki subjective well-being
yang tinggi dengan presentase 6,7% dan sebanyak 18 orang dari 134 responden
yang memiliki subjective well-being yang rendah dengan presentase 13,4%.
4.3.2 Kategorisasi Skor Self-Esteem
Skala self-esteem terdiri dari 9 item yang valid dengan empat pilihan jawaban
yang diberi skor 1 sampai dengan 4. Dengan demikian, skor yang mungkin
diperoleh tiap subjek berkisar dari 9 sampai 36. Namun, karena skor mentah yang
diperoleh masing-masing subjek distandarkan dengan menggunakan skor-T, maka
skor standar yang diperoleh masing-masing subjek berkisar dari yang terendah
28,70 sampai dengan yang tertinggi 74,74.
64
Untuk mengetahui skor self-esteem yang diperoleh responden tersebut
tinggi atau rendah, maka disajikan norma skor self-esteem setelah diketahui nilai
mean dan SD pada tabel 5 di atas.
Peneliti membagi klasifikasi skor self-esteem menjadi tiga kategori, yaitu
tinggi, sedang, dan rendah. Dari tabel 4.10, diketahui bahwa mean skor self-
esteem adalah sebesar 50,0000 dengan standar deviasi sebesar 10,00000. Berikut
ini akan digambarkan pada tabel persebaran skor self-esteem responden penelitian.
Tabel 4.13 Penyebaran Skor Skala Self-Esteem
Kategori Rumus Rentangan Standart Score
Jumlah Subjek Persen
Tinggi X > M + 1SD > 60 21 15,7% Sedang M – 1SD ≤ X≤ M + 1SD 40 – 60 93 69,4% Rendah X < M – 1SD < 40 20 14,9% ∑ 134 100%
Berdasarkan gambaran tabel di atas dapat terlihat bahwa sebagian besar
responden memiliki self-esteem yang sedang dengan presentase sebesar 69,4%.
Sedangkan 21 orang dari 134 responden memiliki sel-esteem yang tinggi dengan
presentase 15,7% dan sebanyak 20 orang dari 134 responden yang memiliki self-
esteem yang rendah dengan presentase 14,9%.
4.4 Uji Hipotesis
Analisis statistik yang digunakan untuk menguji hipotesis pada penelitian ini
menggunakan rumus regresi berganda untuk mencari hubungan subjective well-
being dengan self-esteem karyawan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Dalam
perhitungannya, peneliti menggunakan program SPSS versi 17.0 Berikut ini
adalah hasil perhitungannya.
65
Tabel 4.14 Korelasi Self-Esteem dengan Subjective Well-being
Correlations
SWB SE
Pearson Correlation SWB 1.000 .365
SE .365 1.000 Sig. (1-tailed) SWB . .000
SE .000 . N SWB 134 134
SE 134 134
Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui nilai r hitung antara subjective
well-being dengan self-esteem sebesar 0,365 dan nilai p value sebesar 0,00.
Karena nilai p value < 0,05 , maka hipotesis nol yang menyatakan bahwa tidak
ada hubungan antara subjective well-being dengan self-esteem ditolak.
Tabel 4.15
Model Summary
Model R R Square Adjusted R Square
Std. Error of the Estimate
Change Statistics R Square Change F Change df1 df2
Sig. F Change
1 .365a .133 .126 9.34668 .133 20.243 1 132 .000
a. Predictors: (Constant), SE
Berdasarkan data yang diperoleh melalui tabel di atas, terlihat bahwa
koefisien determinasi R square (R2) menunjukkan nilai sebesar 0,133 atau 13,3%.
Hal ini menunjukkan bahwa variabel self-esteem memberikan sumbangsih
terhadap variabel subjective well-being sebesar 13,3%. Dengan demikian,
perubahan variabel subjective well-being sebesar 86,7% dapat dijelaskan oleh
variabel lain selain self-esteem.
66
Setelah diketahui nilai r square signifikansi sumbangsih kedua variabel X
terhadap variabel Y, kemudian dilakukan penghitungan Anova (uji linearitas)
untuk mengetahui apakah model persamaan garis regresi yang dipergunakan tepat
diterapkan dalam perhitungan regresi ini. Hasilnya disajikan pada tabel Anova (b)
berikut:
Tabel 4.16 ANOVA(b)
Model Sum of Squares Df Mean Square F Sig.
1 Regression 1768.431 1 1768.431 20.243 .000a
Residual 11531.569 132 87.360 Total 13300.000 133
a. Predictors: (Constant), SE b. Dependent Variable: SWB
Hasil perhitungan menunjukkan bahwa nilai F hitung yang diperoleh
adalah sebesar 20,243 dengan p value 0,000. Karena p value yang diperoleh <
0,05 maka dapat disimpulkan bahwa model persamaan garis regresi yang
dipergunakan dalam penelitian ini dapat diterapkan.
Setelah diketahui nilai r hitung untuk menguji persamaan regresi,
kemudian dilakukan perhitungan nilai konstanta dari kedua variabel X. Hasilnya
disajikan dalam tabel Coeficients (a) berikut:
Tabel 4.17 Coefficients(a)
Model
Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients
T Sig. B Std. Error Beta
1 (Constant) 31.768 4.132 7.688 .000
SE .365 .081 .365 4.499 .000 a. Dependent Variable: SWB
67
Pada tabel 4.14 di atas dapat diketahui bahwa nilai t hitung antara self-
eeteem dengan subjective well-being sebesar 4,499 dengan p value sebesar 0,000.
Hal ini menunjukkan bahwa self-esteem berpengaruh terhadap subjective well-
being. Selain itu, dari tabel 4.16 pada kolom beta dapat diketahui koefisien regresi
dari masing-masing variabel sehingga dapat diperoleh persamaan garis regresi,
yaitu:
Y’ = 31,768 + 0,365 X1
Keterangan:
Y’ = subjective well-being
X1 = self-esteem
Dengan model persamaan ini, dapat diperkirakan subjective well-being
dengan self-esteem pada karyawan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Nilai
koefisien positif menunjukkan hubungan positif, dimana variabel subjective well-
being akan naik sebesar 0,365 dengan self-esteem. Karena koefisien positif
menunjukkan hubungan positif maka semakin tinggi self-esteem yang dimiliki
maka akan semakin tinggi subjective well being karyawan UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
4.5 Analisis Demografi
Peneliti melakukan analisis demografi untuk melihat regresi antara usia, jenis
kelamin, status pernikahan, tingkat pendidikan, pekerjaan (yang terbagi dalam
jabatan, golongan, masa kerja), dan pendapatan perbulan karyawan UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta (yang terbagi dalam gaji perbulan di instansi tempat
karyawan bekerja dan ada atau tidaknya pendapatan lain diluar gaji dimana
68
karyawan bekerja di instansi tersebut). Berikut ini adalah hasil perhitungan yang
diperoleh dengan menggunakan SPSS 17.0.
4.5.1 Usia dengan Subjective Well-being
Dari hasil uji regresi dengan menggunakan SPSS 17.0, diperoleh hasil sebagai
berikut:
Tabel 4.18
Berdasarkan data yang diperoleh melalui tabel di atas, terlihat bahwa
koefisien determinasi R square (R2) menunjukkan nilai sebesar 0,046 atau 4,6%.
Hal ini menunjukkan bahwa usia responden memberikan sumbangsih terhadap
variabel subjective well-being sebesar 4,6%.
Untuk mengetahui pengaruh atau sumbangsih yang diberikan signifikan
atau tidak, dapat dilihat hasilnya pada tabel anova. Dari hasil perhitungan SPSS
diperoleh hasil sebagai berikut:
Tabel 4.19 ANOVAb
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression 611.283 1 611.283 6.359 .013a
Residual 12688.717 132 96.127 Total 13300.000 133
a. Predictors: (Constant), usia
b. Dependent Variable: Tskor SWB
Model Summary Model
R R
Square Adjusted R Square
Std. Error of the
Estimate
Change Statistics
R Square Change
F Chang
e df1 df2 Sig. F
Change 1 .214
a .046 .039 9.80442 .046 6.359 1 132 .013
a. Predictors: (Constant), usia
69
Hasil perhitungan menunjukkan bahwa nilai F hitung usia yang diperoleh
adalah sebesar 6,359 dengan p value 0,013. Karena p value yang diperoleh < 0,05
maka dapat disimpulkan bahwa usia pengaruhnya signifikan terhadap variabel
subjective well-being.
4.5.2 Jenis Kelamin dengan Subjective Well-being
Hasil uji regresi yang diperoleh dari SPSS 17.0, adalah sebagai berikut:
Tabel 4.20 Model Summary
Model R
R
Square
Adjusted R
Square
Std. Error of
the
Estimate
Change Statistics
R Square
Change
F
Change df1 df2
Sig. F
Change
1 .010a .000 -.007 10.03726 .000 .014 1 132 .905
a. Predictors: (Constant), VAR00003
Berdasarkan data yang diperoleh melalui tabel di atas, terlihat bahwa
koefisien determinasi R square (R2) menunjukkan nilai sebesar 0,000 atau 0%.
Hal ini menunjukkan bahwa jenis kelamin responden memberikan sumbangsih
terhadap variabel subjective well-being sebesar 0%.
Untuk mengetahui pengaruh atau sumbangsih yang diberikan signifikan
atau tidak, dapat dilihat hasilnya pada tabel anova. Dari hasil perhitungan SPSS
diperoleh hasil sebagai berikut:
70
Tabel 4.21 ANOVAb
Model Sum of Squares Df Mean Square F Sig.
1 Regression 1.445 1 1.445 .014 .905a
Residual 13298.555 132 100.747
Total 13300.000 133
a. Predictors: (Constant), VAR00003
b. Dependent Variable: Tskor SWB
Hasil perhitungan menunjukkan bahwa nilai F hitung yang diperoleh
adalah sebesar 0,014 dengan p value 0,905. Karena p value yang diperoleh > 0,05
maka dapat disimpulkan bahwa jenis kelamin pengaruhnya tidak signifikan
terhadap variabel subjective well-being.
4.5.3 Status Pernikahan dengan Subjective Well-being
Hasil uji regresi yang diperoleh dari SPSS 17.0, adalah sebagai berikut:
Tabel 4.22 Model Summary
Model R R Square
Adjusted R
Square
Std. Error of
the Estimate
Change Statistics
R Square
Change
F
Change df1 df2
Sig. F
Change
1 .133a .018 .010 9.94808 .018 2.392 1 132 .124
a. Predictors: (Constant), VAR00003
Berdasarkan data yang diperoleh melalui tabel di atas, terlihat bahwa
koefisien determinasi R square (R2) menunjukkan nilai sebesar 0,018 atau 1,8%.
Hal ini menunjukkan bahwa status pernikahan responden memberikan
sumbangsih terhadap variabel subjective well-being sebesar 1,8%.
71
Untuk mengetahui pengaruh atau sumbangsih yang diberikan signifikan
atau tidak, dapat dilihat hasilnya pada tabel anova. Dari hasil perhitungan SPSS
diperoleh hasil sebagai berikut:
Tabel 4.23 ANOVAb
Model Sum of Squares Df Mean Square F Sig.
1 Regression 236.720 1 236.720 2.392 .124a
Residual 13063.280 132 98.964 Total 13300.000 133
a. Predictors: (Constant), VAR00003 b. Dependent Variable: Tskor SWB
Hasil perhitungan menunjukkan bahwa nilai F hitung yang diperoleh
adalah sebesar 2,392 dengan p value 0,124. Karena p value yang diperoleh > 0,05
maka dapat disimpulkan bahwa status pernikahan pengaruhnya tidak signifikan
terhadap variabel subjective well-being.
4.5.4 Tingkat Pendidikan dengan Subjective Well-being
Hasil uji regresi yang diperoleh dari SPSS 17.0, adalah sebagai berikut:
Tabel 4.24 Model Summary
Model R R Square
Adjusted R
Square
Std. Error
of the
Estimate
Change Statistics
R Square
Change F Change df1 df2
Sig. F
Chan
ge
1 .312a .097 .062 9.68511 .097 2.758 5 128 .021
a. Predictors: (Constant), VAR00005, VAR00001, VAR00003, VAR00002, VAR00004
Berdasarkan data yang diperoleh melalui tabel di atas, terlihat bahwa
koefisien determinasi R square (R2) menunjukkan nilai sebesar 0,097 atau 9,7%.
72
Hal ini menunjukkan bahwa tingkat pendidikan responden memberikan
sumbangsih terhadap variabel subjective well-being sebesar 9,7%.
Untuk mengetahui pengaruh atau sumbangsih yang diberikan signifikan
atau tidak, dapat dilihat hasilnya pada tabel anova. Dari hasil perhitungan SPSS
diperoleh hasil sebagai berikut:
Tabel 4.25 ANOVAb
Model Sum of Squares Df Mean Square F Sig.
1 Regression 1293.424 5 258.685 2.758 .021a
Residual 12006.576 128 93.801
Total 13300.000 133
a. Predictors: (Constant), VAR00005, VAR00001, VAR00003, VAR00002, VAR00004
b. Dependent Variable: Tskor SWB
Hasil perhitungan menunjukkan bahwa nilai F hitung yang diperoleh
adalah sebesar 2,758 dengan p value 0,021. Karena p value yang diperoleh < 0,05
maka dapat disimpulkan bahwa tingkat pendidikan pengaruhnya signifikan
terhadap variabel subjective well-being.
4.5.5 Pekerjaan (Jabatan, Golongan, dan Masa Kerja) dengan Subjective
Well-being
4.5.5.1 Jabatan dengan Subjective Well-being
Hasil uji regresi yang diperoleh dari SPSS 17.0, adalah sebagai berikut:
73
Tabel 4.26 Model Summary
Model R R Square
Adjusted
R Square
Std. Error of
the
Estimate
Change Statistics
R Square
Change
F
Change df1 df2
Sig. F
Change
1 .358a .128 -.035 10.17306 .128 .786 21 112 .731
a. Predictors: (Constant), VAR00021, VAR00017, VAR00005, VAR00003, VAR00014, VAR00018,
VAR00006, VAR00016, VAR00009, VAR00004, VAR00002, VAR00001, VAR00020, VAR00019,
VAR00015, VAR00013, VAR00012, VAR00011, VAR00010, VAR00008, VAR00007
Berdasarkan data yang diperoleh melalui tabel di atas, terlihat bahwa
koefisien determinasi R square (R2) menunjukkan nilai sebesar 0,128 atau 12,8%.
Hal ini menunjukkan bahwa jabatan responden memberikan sumbangsih terhadap
variabel subjective well-being sebesar 12,8%.
Untuk mengetahui pengaruh atau sumbangsih yang diberikan signifikan
atau tidak, dapat dilihat hasilnya pada tabel anova. Dari hasil perhitungan SPSS
diperoleh hasil sebagai berikut:
Tabel 4.27 ANOVAb
Model Sum of Squares Df Mean Square F Sig.
1 Regression 1708.989 21 81.380 .786 .731a
Residual 11591.011 112 103.491
Total 13300.000 133
a. Predictors: (Constant), VAR00021, VAR00017, VAR00005, VAR00003, VAR00014, VAR00018,
VAR00006, VAR00016, VAR00009, VAR00004, VAR00002, VAR00001, VAR00020, VAR00019,
VAR00015, VAR00013, VAR00012, VAR00011, VAR00010, VAR00008, VAR00007
b. Dependent Variable: Tskor SWB
Hasil perhitungan menunjukkan bahwa nilai F hitung yang diperoleh
adalah sebesar 0,786 dengan p value 0,731. Karena p value yang diperoleh > 0,05
74
maka dapat disimpulkan bahwa jabatan pengaruhnya tidak signifikan terhadap
variabel subjective well-being.
4.5.5.2 Golongan dengan Subjective Well-being
Hasil uji regresi yang diperoleh dari SPSS 17.0, adalah sebagai berikut:
Tabel 4.28 Model Summary
Model R
R Square
Adjusted R Square
Std. Error of the Estimate
Change Statistics
R Square Change
F Change df1 df2
Sig. F Change
1 .324a .105 .040 9.79803 .105 1.616 9 124 .118
a. Predictors: (Constant), VAR00009, VAR00008, VAR00001, VAR00002, VAR00007, VAR00003, VAR00004, VAR00006, VAR00005
Berdasarkan data yang diperoleh melalui tabel di atas, terlihat bahwa
koefisien determinasi R square (R2) menunjukkan nilai sebesar 0,105 atau 10,5%.
Hal ini menunjukkan bahwa golongan responden memberikan sumbangsih
terhadap variabel subjective well-being sebesar 10,5 %.
Untuk mengetahui pengaruh atau sumbangsih yang diberikan signifikan
atau tidak, dapat dilihat hasilnya pada tabel anova. Dari hasil perhitungan SPSS
diperoleh hasil sebagai berikut:
Tabel 4.29 ANOVAb
Model Sum of Squares Df Mean Square F Sig.
1 Regression 1395.822 9 155.091 1.616 .118a
Residual 11904.178 124 96.001 Total 13300.000 133
a. Predictors: (Constant), VAR00009, VAR00008, VAR00001, VAR00002, VAR00007, VAR00003, VAR00004, VAR00006, VAR00005 b. Dependent Variable: Tskor SWB
75
Hasil perhitungan menunjukkan bahwa nilai F hitung yang diperoleh
adalah sebesar 1,616 dengan p value 0,118. Karena p value yang diperoleh > 0,05
maka dapat disimpulkan bahwa golongan pengaruhnya tidak signifikan terhadap
variabel subjective well-being.
4.5.5.3 Masa Kerja dengan Subjective Well-being
Hasil uji regresi yang diperoleh dari SPSS 17.0, adalah sebagai berikut:
Tabel 4.30
Berdasarkan data yang diperoleh melalui tabel di atas, terlihat bahwa
koefisien determinasi R square (R2) menunjukkan nilai sebesar 0,047 atau 4,7%.
Hal ini menunjukkan bahwa masa kerja responden memberikan sumbangsih
terhadap variabel subjective well-being sebesar 4,7%.
Untuk mengetahui pengaruh atau sumbangsih yang diberikan signifikan
atau tidak, dapat dilihat hasilnya pada tabel anova. Dari hasil perhitungan SPSS
diperoleh hasil sebagai berikut:
Model Summary
Model R
R
Square
Adjusted R
Square
Std. Error
of the
Estimate
Change Statistics
R Square
Change
F
Change df1 df2
Sig. F
Change
1 .217a .047 .040 9.79818 .047 6.535 1 132 .012
a. Predictors: (Constant), MasaKerja
76
Tabel 4.31 ANOVAb
Model Sum of Squares Df Mean Square F Sig.
1 Regression 627.436 1 627.436 6.535 .012a
Residual 12672.564 132 96.004
Total 13300.000 133
a. Predictors: (Constant), MasaKerja
b. Dependent Variable: SWB
Hasil perhitungan menunjukkan bahwa nilai F hitung yang diperoleh
adalah sebesar 6,535 dengan p value 0,012. Karena p value yang diperoleh < 0,05
maka dapat disimpulkan bahwa masa kerja pengaruhnya signifikan terhadap
variabel subjective well-being.
4.5.6 Pendapatan atau Gaji Perbulan dengan Subjective Well-being
Hasil uji regresi yang diperoleh dari SPSS 17.0, adalah sebagai berikut:
Tabel 4.32
Berdasarkan data yang diperoleh melalui tabel di atas, terlihat bahwa
koefisien determinasi R square (R2) menunjukkan nilai sebesar 0,000 atau 0%.
Hal ini menunjukkan bahwa pendapatan responden memberikan sumbangsih
terhadap variabel subjective well-being sebesar 0%.
Model Summary
Model
R
R
Square
Adjusted
R
Square
Std. Error
of the
Estimate
Change Statistics
R
Square
Change
F
Chang
e df1 df2
Sig. F
Change
1 .002a .000 -.008 10.03779 .000 .000 1 132 .985
a. Predictors: (Constant), pendapatan/gaji perbulan
77
Untuk mengetahui pengaruh atau sumbangsih yang diberikan signifikan
atau tidak, dapat dilihat hasilnya pada tabel anova. Dari hasil perhitungan SPSS
diperoleh hasil sebagai berikut:
Tabel 4.33 ANOVAb
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression .034 1 .034 .000 .985a
Residual 13299.966 132 100.757 Total 13300.000 133
a. Predictors: (Constant), pendapatan/gaji perbulan
b. Dependent Variable: Tskor SWB Hasil perhitungan menunjukkan bahwa nilai F hitung yang diperoleh
adalah sebesar 0,054 dengan p value 0,000. Karena p value yang diperoleh > 0,05
maka dapat disimpulkan bahwa pendapatan atau gaji perbulan pengaruhnya tidak
signifikan terhadap variabel subjective well-being.
4.5.7 Pendapatan Tambahan dengan Subjective Well-being
Hasil uji regresi yang diperoleh dari SPSS 17.0, adalah sebagai berikut:
Tabel 4.34 Model Summary
Model R R Square
Adjusted R Square
Std. Error of the Estimate
Change Statistics
R Square Change
F Change df1 df2
Sig. F Change
>7drr1
.020a .000 -.007 10.03577 .000 .054 1 132 .817
a. Predictors: (Constant), VAR00001
Berdasarkan data yang diperoleh melalui tabel di atas, terlihat bahwa
koefisien determinasi R square (R2) menunjukkan nilai sebesar 0,000 atau 0%.
78
Hal ini menunjukkan bahwa pendapatan tambahan responden memberikan
sumbangsih terhadap variabel subjective well-being sebesar 0%.
Untuk mengetahui pengaruh atau sumbangsih yang diberikan signifikan
atau tidak, dapat dilihat hasilnya pada tabel anova. Dari hasil perhitungan SPSS
diperoleh hasil sebagai berikut:
Tabel 4.35 ANOVAb
Model Sum of Squares Df Mean Square F Sig.
1 Regression 5.400 1 5.400 .054 .817a
Residual 13294.600 132 100.717 Total 13300.000 133
a. Predictors: (Constant), VAR00001
b. Dependent Variable: Tskor SWB
Hasil perhitungan menunjukkan bahwa nilai F hitung yang diperoleh
adalah sebesar 0,054 dengan p value 0,817. Karena p value yang diperoleh > 0,05
maka dapat disimpulkan bahwa penghasilan tambahan pengaruhnya tidak
signifikan terhadap variabel subjective well-being.
4.5.8 Pengaruh Variabel Self-esteem, Usia, Pendapatan, dan Masa Kerja
terhadap Subjective Well-being. Hasil uji regresi yang diperoleh dari SPSS 17.0, adalah sebagai berikut:
Tabel 4.36 Model Summary
Model
R R
Square Adjusted R
Square
Std. Error of the
Estimate
Change Statistics
R Square Change
F Change df1 df2
Sig. F Change
4 .406d .165 .139 9.27990 .003 .406 1 129 .525
a. Predictors: (Constant), SE b. Predictors: (Constant), SE, usia c. Predictors: (Constant), SE, usia, pendapatan d. Predictors: (Constant), SE, usia, pendapatan, masa kerja
79
Berdasarkan data yang diperoleh melalui tabel di atas, terlihat bahwa
koefisien determinasi R square (R2) menunjukkan nilai sebesar 0,165 atau 16,5%.
Hal ini menunjukkan bahwa self-esteem, usia, pendapatan dan masa kerja secara
bersama-sama memberikan sumbangsih terhadap variabel subjective well-being
sebesar 16,5%.
Untuk mengetahui pengaruh atau sumbangsih yang diberikan signifikan
atau tidak, dapat dilihat hasilnya pada tabel anova. Dari hasil perhitungan SPSS
diperoleh hasil sebagai berikut:
Tabel 4.37 ANOVAe
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig. 1 Regression 1768.431 1 1768.431 20.243 .000a
Residual 11531.569 132 87.360 Total 13300.000 133
2 Regression 2055.669 2 1027.835 11.975 .000b
Residual 11244.331 131 85.835 Total 13300.000 133
3 Regression 2155.976 3 718.659 8.383 .000c
Residual 11144.024 130 85.723 Total 13300.000 133
4 Regression 2190.971 4 547.743 6.360 .000d
Residual 11109.029 129 86.117 Total 13300.000 133
a. Predictors: (Constant), SE
b. Predictors: (Constant), SE, usia
c. Predictors: (Constant), SE, usia, pendapatan
d. Predictors: (Constant), SE, usia, pendapatan, masa kerja
e. Dependent Variable: Tskor SWB
Hasil perhitungan menunjukkan bahwa p value yang diperoleh < 0,05
maka dapat disimpulkan bahwa secara bersama-sama self-esteem, usia,
81
BAB V
KESIMPULAN, DISKUSI, DAN SARAN
Dalam bab ini, akan dibahas mengenai kesimpulan, diskusi, serta saran dari hasil
penelitian.
5.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis data penelitian yang telah dikemukakan pada bab
sebelumnya, maka dapat diambil kesimpulan bahwa:
1. Ada hubungan yang signifikan antara self-esteem dengan subjective well-being
pada karyawan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Koefisien korelasi positif,
artinya hubungan bersifat positif dimana semakin tinggi self-esteem yang
dimiliki maka akan semakin tinggi subjective well-being karyawan UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
2. Ada pengaruh yang signifikan antara usia dengan subjective well-being pada
karyawan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Tidak ada pengaruh yang signifikan antara jenis kelamin dengan subjective
well-being pada karyawan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
4. Tidak ada pengaruh yang signifikan antara status pernikahan dengan
subjective well-being pada karyawan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
5. Tidak ada pengaruh yang signifikan antara pendapatan atau gaji perbulan
maupun pendapatan tambahan dengan subjective well-being pada karyawan
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
82
6. Tidak ada pengaruh yang signifikan antara jabatan dan golongan dengan
subjective well-being pada karyawan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
7. Ada pengaruh yang signifikan antara pekerjaan (masa kerja) dengan subjective
well-being pada karyawan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
8. Ada pengaruh yang signifikan antara tingkat pendidikan dengan subjective
well-being pada karyawan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
9. Ada pengaruh yang signifikan antara self-esteem, usia, pendapatan, dan masa
kerja secara bersama-sama terhadap subjective well-being pada karyawan UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta.
10. Self-esteem secara mandiri memberikan sumbangsih sebesar 13,3% terhadap
subjective well-being pada karyawan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
11. Hasil analisis uji regresi antara usia, jenis kelamin, status pernikahan, tingkat
pendidikan, pekerjaan (terdiri dari jabatan, golongan dan masa kerja),
pendapatan, dan pendapatan tambahan dengan subjective well-being pada
karyawan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dapat disimpulkan bahwa usia
responden memberikan sumbangsih sebesar 4,6%, jenis kelamin 0%, status
pernikahan sebesar 1,8%, tingkat pendidikan sebesar 9,7%, pekerjaan yang
terdiri dari jabatan sebesar 12,8%, golongan sebesar 10,5% dan masa kerja
sebesar 4,7%, pendapatan sendiri baik itu gaji perbulan maupun pendapatan
perbulan masing-masing memberikan sumbangsih sebesar 0%, terhadap
variabel subjective well-being. Namun, jenis kelamin, status pernikahan,
jabatan dan golongan, serta pendapatan atau gaji perbulan maupun pendapatan
tambahan pengaruhnya tidak signifikan terhadap variabel subjective well-
83
being. Karena pada tabel anova diperoleh p value masing-masing dari keenam
variabel tersebut > 0,05. Artinya pengaruhnya tidak signifikan. Berbeda
halnya dengan usia, tingkat pendidikan, dan pekerjaan yaitu masa kerja. Usia,
tingkat pendidikan, dan pekerjaan yaitu masa kerja pengaruhnya signifikan
terhadap variabel subjective well-being. Karena pada tabel anova diperoleh p
value tersebut < 0,05. Artinya pengaruhnya signifikan.
12. Self-esteem, usia, pendapatan, dan masa kerja secara bersama-sama
memberikan sumbangsih sebesar 16,5% terhadap subjective well-being
karyawan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Karena p value dari self-esteem,
usia, pendapatan, dan masa kerja secara bersama-sama < 0,05. Artinya
pengaruhnya signifikan.
5.2 Diskusi
Berdasarkan hasil penelitian terbukti bahwa terdapat hubungan positif yang
signifikan antara self-esteem dengan subjective well-being pada karyawan UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta. Hal tersebut menunjukkan bahwa semakin tinggi self-
esteem seseorang, maka akan semakin tinggi pula subjective well-being pada
karyawan. Hal ini sesuai dengan teori Rosenberg bahwa secara khusus, global
self-esteem berhubungan dengan well-being atau kesejahteraan psikologis
(Rosenberg et al., 1995).
Menurut Morris Rosenberg (dalam Flynn, 2001) definisi self-esteem
adalah sikap individual, baik positif atau negatif terhadap dirinya sebagai suatu
totalitas.
84
Diener dan Diener (1995) menemukan bahwa self-esteem berkorelasi
dengan subjective well-being di 31 negara yang mereka teliti. Bagaimanapun,
sedikit banyaknya variasi antar budaya pada hakekatnya sangatlah penting. Self-
esteem merupakan elemen yang sangat penting dalam kepuasan hidup dalam
kultur individual karena “mengajarkan untuk menyukai diri sendiri, dan
melakukan isyarat penyesuaian mental” (Diener an Diener 1995, p. 653 dalam
Diener & Suh, 2000).
Sebagian besar (69,4%) karyawan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
memiliki self-esteem yang sedang dan hanya 15,7% yang memiliki self-esteem
yang tinggi, sedangkan 14,9% karyawan memiliki self-esteem yang rendah berarti
bahwa para karyawan cukup dapat bersikap positif atau negatif terhadap dirinya
sebagai suatu totalitas.
Dari hasil penelitian dan teori yang ada maka dapat diasumsikan bahwa
salah satu faktor yang mempengaruhi self-esteem karyawan UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta adalah pembentukan karakter dirinya yang dipengaruhi oleh
pendidikan dan lingkungan, dimana sebagian besar latar belakang pendidikan
karyawan adalah pendidikan yang berbasis agama islam. Selain pendidikan,
lingkungan sosial juga berperan dalam pembentukan self-esteem karyawan.
Sebagai contoh, masyarakat Indonesia yang sebagian besar adalah mayoritas
penduduk islam masih menjunjung tinggi nilai-nilai yang berhubungan dengan
agama islam, baik itu yang berhubungan dengan tingkat pendidikan seseorang
maupun tempat dimana mereka bekerja (Lembaga atau Instansi berbasis islam).
Hal ini merupakan kebanggaan dan kepuasan tersendiri pada individu karyawan.
85
Kepuasan hidup yang dirasakan oleh karyawan berdasarkan self-esteem
yang dimiliki sesuai dengan yang dirasakan oleh responden yang berinisial AF
yang telah bekerja di perusahaan Telkomsel selama 10 bulan, ia mengaku merasa
senang bekerja di Telkomsel walaupun dibawah naungan outsourcing, ia
menuturkan bahwa ia bertahan kerja karena dengan alasan membutuhkan uang
dan AF merasa bahagia karena bisa bekerja, dengan bekerja maka ia akan
dijauhkan dari kehinaan (hasil wawancara, 06 Agustus 2010).
Maka dapat diambil kesimpulan bahwa subjective well-being itu tidak
hanya dapat dirasakan oleh pegawai yang berbasis pegawai negeri sipil atau PNS
saja tetapi subjective well-being juga dapat dirasakan oleh pegawai yang yang
bekerja di perusahaan swasta. Namun dibutuhkan penelitian lebih lanjut agar
asumsi ini menghasilkan informasi yang lebih akurat dan valid.
Selanjutnya peneliti melakukan analisis terhadap faktor demografi
dengan menggunakan regresi berganda antara usia, jenis kelamin, status
pernikahan, tingkat pendidikan, pekerjaan (terdiri dari jabatan, golongan dan masa
kerja), pendapatan, dan pendapatan tambahan dengan subjective well-being serta
pengaruh self-esteem, usia, pendapatan, dan masa kerja secara bersama-sama
terhadap subjective well-being. Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa variabel
jenis kelamin, status pernikahan, dan pekerjaan (terdiri dari jabatan dan golongan)
serta pendapatan atau gaji perbulan maupun pendapatan tambahan tidak memberi
pengaruh yang signifikan. Sedangkan variabel usia, tingkat pendidikan, masa
kerja memberi pengaruh yang signifikan terhadap subjective well-being.
86
Selanjutnya self-esteem, usia, pendapatan, dan masa kerja secara bersama-sama
memberi pengaruh yang signifikan terhadap subjective well-being.
Hasil penelitian yang menunjukkan bahwa variabel usia pengaruhnya
signifikan terhadap subjective well-being. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian
yang telah dilakukan sebelumnya yang menunjukkan bahwa kepuasan hidup
seringkali meningkat atau paling tidak menetap seiring meningkatnya usia
(Herzog & Rodgers, 1981; Horley & Lavery, 1995; Larson, 1978; Okun, Haring,
& Witter, 1983, dalam Eddington & Shuman, 2005). Begitu juga dengan
pendapatnya Diener yang menyatakan bahwa usia berhubungan dengan subjective
well-being, tapi efeknya sangat kecil, dan tergantung kepada komponen subjective
well-being yang diukur (Diener, Lucas, dan Oishi, 2005).
Dalam ruang lingkup karyawan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang
berada di bawah naungan Departemen Agama, usia cukup memberikan peranan
yang penting dalam memperoleh sebuah jabatan yang lebih tinggi. Sebagai
contoh, dalam Rancangan Statuta 2002 disebutkan beberapa syarat formal calon
Rektor dan Pembantu Rektor UIN, salah satu kriteria yang harus dimiliki oleh
keduanya selain masa kerja dan berpendidikan Strata Tiga (S3), kriteria yang lain
yang harus dimiliki adalah berusia maksimal 61 tahun. (Azra, 2004).
Berdasarkan penjelasan tersebut, maka dapat diasumsikan bahwa faktor
syarat formal tersebut yang menyebabkan usia berpengaruh signifikan terhadap
subjective well-being karyawan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Sebagian besar
responden adalah berusia 45-50 tahun yaitu berjumlah 22,4%, artinya sebagian
besar responden berusia dibawah 61 tahun. Semakin tinggi usia karyawan maka
87
akan semakin tertutup peluang untuk mendapatkan posisi atau jabatan yang lebih
tinggi, sebaliknya, semakin muda usia karyawan maka semakin terbuka peluang
untuk mendapatkan posisi atau jabatan yang lebih tinggi. Maka dapat diambil
kesimpulan, sebagian besar responden masih memiliki peluang yang besar untuk
mendapatkan jabatan yang lebih tinggi, dengan demikian kesempatan untuk
mengembangkan diri dengan diiringi tingginya self-esteem yang diperoleh
karyawan tersebut juga akan semakin besar. Sehingga karyawan akan memiliki
subjective well-being yang tinggi.
Hasil penelitian yang menunjukkan bahwa variabel jenis kelamin
pengaruhnya tidak signifikan terhadap subjective well-being. Hal ini berbeda
dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Lucas dan Gohn yang melibatkan 40
negara, menemukan bahwa perbedaan subjective well-being antar jenis kelamin
hanyalah kecil (dalam Diener, Lucas, & Oishi, 2005).
Kendatipun perbedaan subjective well-being antar jenis kelamin hanyalah
kecil, namun tetap saja terdapat perbedaan hasil penelitian dengan yang peneliti
lakukan. Hal ini dapat saja disebabkan oleh perbedaan kultur yang ada di Negara
Indonesia dengan Negara dimana Lucas dan Gohn melakukan penelitian.
Sebagaimana yang diungkapkan oleh Diener dan Diener (1995) sedikit banyaknya
variasi antar budaya pada hakekatnya sangatlah penting. (Diener an Diener 1995,
p. 653 dalam Diener & Suh, 2000). Kemudian, Suh berpendapat bahwa tidak
hanya melakukan perbedaan subjective well-being dalam kepentingan untuk
individual versus kelompok, tapi orang-orang dalam perbedaan budaya
88
kemungkinan besar menilai kepuasan hidup dalam cara-cara yang berbeda. (Suh
et al. 1998, dalam Diener & Suh, 1999).
Perlu diperhatikan bahwa terdapat perbedaan antara budaya di Barat
dengan budaya yang ada di Indonesia. Salah satunya adalah yang berhubungan
dengan peranan wanita sebagai pengatur rumah tangga dan sebagai pekerja diluar
rumah. Peranan wanita sebagai pengatur rumah tangga itu cukup berat. Dalam hal
ini ini terdapat relasi-relasi formal dan semacam pembagian kerja (devision of
labour): dimana suami terutama sekali bertindak sebagai pencari nafkah, dan istri
berfungsi sebagai pengurus rumah tangga; tetapi acap kali juga berperan sebagai
pencari nafkah (Kartono, 1992). Di barat, penghasilan atau pendapatan wanita
yang bekerja hanya diaplikasikan untuk dirinya sendiri sementara untuk masalah
kebutuhan rumah tangga tetap menjadi tanggung jawab suami seutuhnya,
sebaliknya budaya di Indonesia sebagian besar istri merupakan pencari nafkah
tambahan, sedangkan laki-laki yang berperan sebagai suami adalah pencari nafkah
utama (Lubis & Jamil, 2003, dalam tim penulis pusat studi wanita UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta, 2003). Artinya pengasilan yang didapat oleh istri merupakan
tambahan untuk kebutuhan rumah tangga. Karena sebagian besar responden
dalam penelitian ini adalah perempuan yaitu sebesar 53,7%, hal ini juga yang
memungkinkan bahwa perbedaan jenis kelamin tidak berpengaruh secara
signifikan terhadap subjective well-being.
Begitu juga dengan status pernikahan, hasil penelitian menunjukkan
bahwa status pernikahan tidak memberikan pengaruh yang signifikan terhadap
subjective well-being. Hasil penelitian ini berbeda dengan hasil penelitian dari
89
Diener dkk yang menyatakan bahwa terdapat hubungan positif antara status
pernikahan dengan subjective well-being secara konsisten ditemukan dalam
penelitian internasional (Diener, Gohm, Suh, & Oishi, 1998 dalam Eddington &
Shuman, 2005).
Perbedaan hasil penelitian ini dapat saja disebabkan bahwa para
karyawan telah mendapatkan kepuasan hidup dari faktor lain selain dari faktor
pernikahan, misalnya saja dari usia, tingkat pendidikan serta self-esteem yang
dimilikinya, sehingga status pernikahan tidak begitu berpengaruh terhadap
subjective well-being karyawan tersebut.
Adapun tingkat pendidikan menunjukkan hasil yang signifikan dengan
subjective well-being. Sejalan dengan hal tersebut, Diener et al., (1999, dalam
Carr, 2004) menyatakan bahwa tingkat pendidikan berkorelasi positif dengan
kebahagiaan dan hubungan ini kuat pada kelompok berpendapatan rendah pada
Negara-negara berkembang dan populasi pada Negara miskin. Dalam hal ini, ada
kesesuaian antara hasil penelitian yang peneliti lakukan dengan hasil penelitian
yang dilakukan oleh Diener yaitu ada hubungan yang signifikan antara tingkat
pendidikan dengan subjective well-being yang dalam hal ini peneliti melakukan
penelitian di Indonesia yang merupakan Negara berkembang.
Tingkat pendidikan karyawan memegang peranan positif dalam
kepuasan hidup. Semakin tinggi pendidikan yang dimiliki karyawan maka
semakin bagus kualitas yang dimilikinya dan mampu mengembangkan potensi-
potensi yang ada pada dirinya. Selain itu, tingkat pendidikan juga penting dalam
jenjang karir. Sebagai contoh, dalam Rancangan Statuta 2002 disebutkan salah
90
satu kriteria yang harus dimiliki sebagai calon Rektor UIN adalah berpendidikan
Strata Tiga (S3) (Azra, 2004). Oleh karena itu, tingkat pendidikan sangatlah
penting dalam hubungannya dengan subjective well-being.
Dalam hal pekerjaan yang berhubungan dengan jabatan dan golongan,
hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak ada pengaruh yang signifikan antara
jabatan dan golongan dengan subjective well-being. Pekerjaan disini termasuk
didalamnya dari segi jabatan, golongan dan masa kerja pada karyawan UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta. Hasil penelitian ini berbeda dengan pernyataan Argyle
(2001, dalam Carr, 2004), status pekerjaan berhubungan dengan kebahagiaan,
dimana orang-orang yang bekerja cenderung lebih bahagia dibandingkan dengan
orang-orang yang tidak bekerja, dan orang-orang yang bekerja dalam bidang
profesional dan terlatih cenderung lebih bahagia jika dibandingkan dengan orang-
orang yang bekerja dalam bidang yang tidak terlatih. Pekerjaan berhubungan
dengan subjective well-being karena pekerjaan menawarkan stimulasi yang
optimal bagi seseorang untuk menemukan kesenangan, hubungan sosial yang
positif, dan rasa identitas dan makna (Csikszentmihalyi, 1990; Scitovsky, 1976,
dalam Eddington & Shuman, 2005). Orang-orang yang tidak bekerja memiliki
stress yang lebih tinggi, rendahnya kepuasan hidup, dan angka bunuh diri yang
tinggi bila dibandingkan dengan orang-orang yang bekerja. Adanya perbedaan
hasil penelitian ini dapat saja terjadi karena sebagian besar responden dalam
penelitian ini mempunyai jenis pekerjaan yang tidak berbeda jauh antara
responden yang satu dengan respoden yang lainnya. Sehingga menghasilkan
91
bahwa pekerjaan yang berhubungan dengan jabatan dan golongan pengaruhnya
tidak signifikan terhadap subjective well-being.
Berbeda halnya dengan pekerjaan yang berhubungan dengan masa kerja.
Masa kerja pengaruhnya signifikan terhadap subjective well-being. Hal ini sesuai
dengan hasil penelitian yang telah dilakukan Csikszentmihalyi (1990) bahwa
pekerjaan berhubungan dengan subjective well-being karena pekerjaan
menawarkan stimulasi yang optimal bagi seseorang untuk menemukan
kesenangan, hubungan sosial yang positif, dan rasa identitas dan makna
(Csikszentmihalyi, 1990; Scitovsky, 1976, dalam Eddington & Shuman, 2005).
Semakin lama karyawan bekerja maka stimulasi pekerjaan semakin
optimal dalam menemukan kesenangan, hubungan sosial yang positif, dan rasa
identitas dan makna. Selain itu, masa kerja juga dapat memberikan peluang bagi
karyawan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta untuk naik jabatan. Misalnya, dalam
Rancangan Statuta 2002 disebutkan bahwa salah satu syarat untuk dapat diangkat
menjadi Dekan, salah satu kriteria yang harus dimiliki adalah berstatus sebagai
dosen tetap yang telah mengabdi di fakultas “Adab” sekurang-kurangnya 4 tahun
(Azra, 2004). Oleh karena itu masa kerja pengaruhnya signifikan terhadap
subjective well-being.
Selanjutnya, hasil penelitian menunjukkan bahwa pendapatan atau gaji
pengaruhnya tidak signifikan terhadap subjective well-being. Hasil penelitian ini
berbeda dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Diener et al, yang
menyatakan bahwa korelasi yang rendah namun signifikan antara pendapatan
dengan subjective well-being ditemukan pada sampel representative di Amerika
92
(Diener et al, 1993, dalam Eddington & Shuman, 2005). Tapi pada level individu
dan level nasional, perubahan pendapatan sepanjang waktu memiliki efek yang
kecil pada subjective well-being. Walaupun demikian, terdapat bukti-bukti
mengenai pengaruh pendapatan terhadap subjective well-being .
Dalam hal ini, dapat diasumsikan bahwa pendapatan atau gaji yang
diperoleh oleh karyawan di Instansi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta maupun
pendapatan tambahan diluar gaji perbulan di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
belum bisa memberikan kepuasan hidup secara keseluruhan. Hal ini dapat saja
terjadi karena perbedaan budaya yang ada di Indonesia dengan budaya yang ada
di Negara lain yang telah melakukan penelitian sebelumnya. Pernyataan ini sesuai
dengan pernyataan Suh yang berpendapat bahwa tidak hanya melakukan
perbedaan subjective well-being dalam kepentingan untuk individual versus
kelompok, tapi orang-orang dalam perbedaan budaya kemungkinan besar menilai
kepuasan hidup dalam cara-cara yang berbeda. (Suh et al. 1998, dalam Diener &
Suh, 1999). Didalam budaya Indonesia tidak semua orang mendasari kebahagiaan
mereka dengan harta yang banyak. Misalnya relevan dengan hasil wawancara
dengan Bapak yang berinisial T, yang menyatakan bahwa ia akan cenderung lebih
bangga jika mempunyai anak banyak dan dapat menyekolahkan anak-anaknya
samapi ke jenjang pendidikan yang tinggi walaupun harta kekayaannya akan
berkurang secara drastis, saat anak-anaknya masih sekolah dan kuliah, semua
harta kekayaan hampir tidak bersisa sedikitpun, namun setelah semua anak-
anaknya berhasil dan sukses rasa lelah selama menyekolahkan anak-anaknya
93
hilang seketika dan hal tersebut yang membuat Bapak T bangga, bahagia dan
puas (hasil wawancara, 18 september 2010).
Kemudian relevan juga dengan fenomena berdasarkan hasil wawancara
dengan seorang karyawati McDonald yang berinisial IP yang telah bekerja
diperusahaan tersebut selama satu bulan, ia mengaku bahwa ia tidak betah kerja di
perusahaan tersebut karena tidak sesuai dengan keinginan hati dan merasa bahwa
itu bukanlah bidangnya, walaupun gaji yang menjanjikan dan tunjangan
kedepannya yang lumayan besar, ia tetap memilih keluar dari perusahaan tersebut
(hasil wawancara, 06 Agustus 2010).
Fenomena tersebut menggambarkan bahwa kepuasan hidup tidak hanya
berdasarkan atas gaji atau pendapatan yang didapat. Namun ada berbagai faktor
lain yang dapat meningkatkan subjective well-being, seperti afek positif atau afek
negatif yang dirasakan oleh masing-masing individu.
5.3 Saran
Dalam penelitian ini tentu saja masih terdapat kekurangan atau keterbatasan.
Meskipun skala self-esteem dan skala subjective well-being tersebut merupakan
skala baku. Oleh karena itu, berdasarkan pengalaman tersebut, peneliti
memberikan beberapa saran teoritis dan saran praktis sebagai berikut:
5.3.1. Saran Teoritis
1. Untuk penelitian selanjutnya yang serupa, peneliti menyarankan agar lebih
memperhatikan aitem-aitem pernyataan pada skala, baik dari segi kuantitas
94
maupun kualitasnya pernyataan atau pertanyaan agar dapat lebih mengukur
apa yang ingin diukur.
2. Peneliti juga menyarankan untuk memperbanyak jumlah responden dalam
penelitian selanjutnya, agar hasil yang didapat lebih menggambarkan kondisi
yang sebenarnya.
3. Peneliti menyarankan agar sampel dalam penelitian selanjutnya tidak hanya
dari jenis pekerjaan yang berada dibawah naungan Pemerintahan saja, namun
dapat mengambil sampel dari jenis pekerjaan yang berlatar belakang
perusahaan swasta maupun perusahaan Persero agar menghasilkan data yang
beragam dan dapat melihat perbedaan hasil penelitian dari keduanya.
4. Selanjutnya peneliti menyarankan dalam pengumpulan data penelitian tidak
hanya menggunakan wawancara dan angket saja, melainkan dilengkapi
dengan observasi dalam jangka waktu tertentu agar informasi yang didapatkan
lebih komprehensif.
5.3.2. Saran Praktis
Adapun saran praktis yang bisa diberikan oleh peneliti kepada pihak UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta terkait dengan hasil penelitian ini adalah:
1. Hendaknya Instansi lebih memperbanyak kegiatan pembinaan mental seperti
training motivasi dan kegiatan outbound, yang bertujuan untuk meningkatkan
self-esteem karyawan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta agar karyawan
memiliki subjective well-being yang tinggi.
2. Instansi sebaiknya lebih memperhatikan pendidikan karyawan. Agar kualitas
karyawan akan semakin baik serta karyawan mampu mengembangkan
95
potensi-potensi yang ada pada diri karyawan sehingga membentuk sebuah
kinerja yang bagus dan dapat membentuk sebuah pola pikir yang berhubungan
dengan kognitif dan pada akhirnya karyawan dapat mencapai atau memiliki
subjective well-being yang tinggi.
DAFTAR PUSTAKA
Anastasi, Anne & Susana Urbina. (2007). Tes psikologi. Jakarta: Indeks.
Andrews, Frank M., & Robinson, John P. (1991). Measure of subjective well being. Dalam John P. Robinson, Philips R. Shaver, & Lawrence S. Wrightsman, Measures of personality and social psychological attitudes (hal 61-114). USA: Academic Press.
Arba’ah, Ima Maulana. (2007). Hubungan orientasi religious dengan psychological well being (kesejahteraan psikologis). Jakarta: Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Azra, Azumardi. (2004). Realita dan cita kesetaraan gender di uin jakarta: baseline dan analisa institusional pengarusutamaan gender pada uin syarif hidayatullah jakarta tahun 1999-2003. Jakarta: McGill IAIN-Indonesia Social Equity Project.
Azwar, Saifuddin. (2005). Tes prestasi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
______________. (2005). Penyusunan skala psikologi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Branden, Nathaniel. (1995). The six pilliars of self-esteem. USA: Bantam Books.
Carr, Alan. (2004). Positive psychology: the science of happiness and human strenght. New-York: Brunner-Routledge.
Chaplin. (2006). Kamus lengkap psikologi. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.
Dean, Ben & Biswas-Diener, Robert. (2007). Positive psychology coaching: putting the science of happiness to work for your clients. United State of America: John Wiley.
Diener, Carol & Diener, Ed. (1996, May). Psychological science: research report, most people are happy. American Psychological Society, Vol. 7.
Diener, Ed. (2000, Januari). Subjective well being: the science of happiness and a proposal for the national index. American Psychologycal Association, Vol.55, 34-43.
Diener, Ed, Emmons, Robert A., Larsen, Randy J. & Griffin Sharon. (1985). The satisfaction with life scale. Journal of Personality Assessment, 49, 1.
Diener, Ed., Lucas, Richard. E., & Oihi, Shigero. (2003). Personality, culture, and subjective well being: emotional and cognitive evaluation of life. Annual Reviews. Vol. 54, 403-426.
Diener, Ed., Lucas, Richard. E., & Oishi, Shigero. (2005). Subjective well being: the science of happiness and life satisfaction. Dalam C.R. Snyder & S.J. Lopez (edtr.), Handbook of positive psychology (hal 63-73). New York: Oxford University Press.
Diener, Ed. & Schimmack, Ulrich. (2003). Brief report: Predictive validity of explicit and implicit self-esteem for subjective well being. Journal of Research in Personality 37, 100-106.
Diener, Ed., Scollon, Napa Christie & Lucas, Richard E. (2003). The evolving concept of subjective well being: the multifaceted nature of happiness. Article in press: advances in cell aging and gerontology. Vol 15, 187-219.
Diener, Ed., Suh, Eunkook Mark. (1999). National differences in subjective well-being. Dalam Daniel Kahneman, Ed Diener, and Nobert Schwarz, Well-being: the foundations of hedonic psychology. New York: Russell Sage Foundation.
Eddington, Neil & Shuman, Ricard. (2005). Subjective well being (happiness). continuing psychology education.
Flynn, Heather Kohler. (2003, November). Self esteem theory and measurement: a critical review. Volume Three Issue One, Issn 1495-8513.
Fujita, Frank, Diener, Ed., & Suh, Eunkook. (1996). Event and subjective well-being: only recent events matter. Journal of Personality and Social Psychology, Vol. 70. No. 5, 1091-1102.
Hapsari, Ratna Maharani (2008). Sumbangan perilaku asertif terhadap harga diri pada karyawan. http://www.gunadarma.ac.id/library/articles/graduate/psychology/2008/Artikel_10502202.pdf.
Jakarta, UIN Syarif Hidayatullah. (2008). Tentang uin. UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. http://www.uinjkt.ac.id/index.php/tentang-uin.html.
Kartono, Kartini. (1992). Psikologi wanita (jilid 2): mengenal wanita sebagai ibu & nenek. Bandung: Mandar Maju.
Kerlinger, Fred N. (2006). Asas-asas penelitian behavioral. Yogyakarta: Gajah Mada University Press.
Lopez. Shane J. & Snyder. C.R. (2007). Positve Psychology: The scientific and practical explorations of human strengths. London: SAGE Publications.
Lubis, Amani & Jamil, Asriati. (2003). Seks dan gender. Dalam Tim Penulis Pusat Studi Wanita (PSW) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Pengantar kajian gender. Jakarta: Pusat Studi Wanita (PSW) Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah bekerjasama dengan McGill Project/IISEP.
Minchinton, Jerry. (1993). Maximum self-esteem: the handbook for reclaiming your sense of self-worth. Kuala Lumpur: Golden Books Centre SDN. BHD.
Mruk, Christopher, J. (2006). Self-esteem research theory, and practice: toward a positive psychology of self-esteem. New York: Springer Publishing Company, Inc.
Oriza, Ika Dian, Imelda, Fivi Nurwianti & Arbiyah, Nurul. (2008, Januari). Hubungan bersyukur dan subjective well being pada penduduk miskin. JPS, vol. 14 No. 01.
Royo, Monica Guillen & Jackeline Velazco. (2005, Juny). Exploring the relationship between happiness, objective and subjective well-being: evidence from rural thailand. ESRC Research Group on Well-being in Developing Countries, University of Bath, Great Britain.
Sadarjoen, Sawitri Supardi. (2005). Konflik marital: pemahaman konseptual, aktual dan alternatif solusinya. Bandung: PT. Refika Aditama.
Sevilla, Consuelo G. (2006). Pengantar metode penelitian. Jakarta: UI Press.
Sugiyono. (2010). Metode penelitian kuantitatif kualitatif dan r&d. Bandung: Alfabeta.
Suh, Eunkook M. (2000). Self, the hyphen between culture and subjective well-being. Dalam Ed Diener and Eunkook M. Suh (edtr.), Culture and Subjective Well-being. The MIT Press.
Swenson, Patricia Louise. (2003, August). A psychometric study of the rosenberg self-esteem scale: an investigation of gender dif. The University of British Columbia: The Faculty of Gradute Studies.
Tomaka, Joseph & Blascovich, Jim. (1991). Measure of self-esteem. Dalam John P. Robinson, Philips R. Shaver, & Lawrence S. Wrightsman, Measures of personality and social psychological attitudes (hal 61-114). USA: Academic Press.
Widyatys. (2010). Hubungan antara self esteem dan subjective well being pada remaja. http://widyatys.blogspot.com/2010/05/hubungan-antara-self-esteem-dan.html.
Wyland. Carrie L. & Heatherton Todd F. (2003). Assessing self-esteem. Dalam C.R. Snyder & S.J. Lopez (edtr.), Positive psychological assessment: A handbook of models and measures. Washington, DC: American Psychological Association.
1
Assalamu’alaikum Wr. Wb
Saya adalah mahasiswi Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif
Hidayatullah Jakarta, saat ini sedang melakukan penelitian yang merupakan persyaratan
untuk mencapai gelar sarjana Psikologi. Oleh karena itu saya mengharapkan bantuan
Bapak/Ibu/Saudara/i untuk mengisi angket ini.
Dalam menjawab angket ini tidak ada jawaban salah atau benar, maka
Bapak/Ibu/Saudara/i bebas menentukan jawaban yang paling sesuai dengan diri
Bapak/Ibu/Saudara/i. Setiap jawaban yang Bapak/Ibu/Saudara/i berikan akan terjamin
kerahasiaannya dan hanya dipakai untuk penelitian ini saja.
Bacalah petunjuk pengisian terlebih dahulu. Setelah selesai mengisi angket ini mohon
diteliti kembali jawaban Bapak/Ibu/Saudara/i agar tidak ada pernyataan yang tidak terjawab
atau terlewati.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb
Jakarta, 04 Februari 2011
Hormat saya,
Susi Handayani Br. Lubis
2
Data Responden
Nama Lengkap (inisial) :
Usia :
Jenis Kelamin :
Status Pernikahan :
Pendidikan terakhir : :
Pekerjaan :
Unit Kerja :
Bagian :
Jabatan :
Golongan :
Masa bekerja :
Berapa pendapatan perbulan Bapak/Ibu/Saudara/i?
Gaji di instansi tempat Bapak/Ibu/Saudara/I bekerja ( tunjangan + gaji pokok) :
Rp…………..
Pendapatan lain di luar gaji dari tempat Bapak/Ibu/Saudara/I bekerja (usaha/pekerjaan lain):
Rp…………..
Petunjuk Pengisian Bagian 1
Bagian ini terdiri dari 5 pernyataan. Pada bagian ini, Bapak/Ibu/Saudara/i diminta untuk
menjawab pernyataan-pernyataan yang telah disediakan yang sesuai dengan diri
Bapak/Ibu/Saudara/i pada kolom jawaban dengan memberi tanda Checklist (√). Adapun
pilihan jawabannya adalah sebagai berikut:
SS : Sangat Setuju
S : Setuju
AS : Agak Setuju
TPS : Tidak Pernah Setuju
ATS : Agak Tidak Setuju
3
TS : Tidak Setuju
STS : Sangat Tidak Setuju
Contoh
No Pernyataan SS S AS TPS ATS TS STS
1. Sejauh ini, saya merasa kesehatan saya baik √
Selamat Mengerjakan
Skala 1
No Pernyataan SS S AS TPS ATS TS STS
1. Dalam banyak hal, hidup saya mendekati ideal
2. Kondisi hidup saya sangat bagus
3. Saya puas dengan hidup saya
4. Sejauh ini saya sudah mendapatkan hal-hal
penting yang saya mau dalam hidup
5. Jika saya bisa mengubah hidup saya, saya hampir
tidak mau mengubah hal sedikit pun
Mohon periksa kembali lembar kuesioner ini agar tidak ada pernyataan yang terlewat.
4
Petunjuk Pengisian Bagian 2
Bagian ini terdiri dari 10 pernyataan. Pada bagian ini, Bapak/Ibu/Saudara/i diminta untuk
menjawab pernyataan-pernyataan yang telah disediakan yang sesuai dengan diri
Bapak/Ibu/Saudara/i pada kolom jawaban dengan memberi tanda Checklist (√). Adapun
pilihan jawabannya adalah sebagai berikut:
SS : Sangat Setuju
S : Setuju
TS : Tidak Setuju
STS : Sangat Tidak Setuju
Contoh
No Pernyataan SS S TS STS
1. Saya adalah orang yang pemaaf √
Skala 2
No Pernyataan SS S TS STS
1. Secara keseluruhan saya puas dengan diri saya sendiri
2. Kadang-kadang saya merasa bahwa diri saya tidak baik
3. Saya merasa bahwa saya mempunyai beberapa kualitas yang
bagus
4. Saya bisa melakukan banyak hal seperti orang pada umumnya
5. Saya rasa tidak banyak yang dapat saya banggakan pada diri saya
6. Saya sering merasa tidak berguna
7. Saya merasa bahwa saya adalah seorang yang berharga,
setidaknya sederajat dengan orang lain
8. Saya berharap saya mempunyai respek lebih terhadap diri saya
9. Dalam semua hal, saya cenderung merasa bahwa saya orang
yang gagal
10. Saya menanamkan sikap positif terhadap diri saya sendiri
Mohon periksa kembali lembar kuesioner ini agar tidak ada pernyataan yang terlewat.
LAMPIRAN 3
Output Uji Validitas dan Reliabilitas Try Out Subjective Well Being
Item-Total Statistics
Scale Mean if Item Deleted
Scale Variance if Item Deleted
Corrected Item-Total Correlation
Cronbach's Alpha if Item Deleted
VAR00001 19,2400 15,806,529 ,714
VAR00002 19,5467 13,170,655 ,658
VAR00003 19,3067 12,134,755 ,615
VAR00004 19,4400 13,196,649 ,660
VAR00005 21,2933 16,021,173 ,855
LAMPIRAN 4
Output Validitas dan Reliabilitas Try Out Self-esteem
Item-Total Statistics
Scale Mean if Item
Deleted
Scale Variance if
Item Deleted
Corrected Item-
Total Correlation
Cronbach's Alpha
if Item Deleted
VAR00001 26,9867 7,203,165 ,685
VAR00002 27,4933 6,659,355 ,649
VAR00003 26,8400 6,974,350 ,652
VAR00004 26,7867 6,116,533 ,611
VAR00005 27,0667 6,036,533 ,610
VAR00006 26,7867 6,305,520 ,617
VAR00007 26,8800 6,512,420 ,636
VAR00008 28,1200 8,837-,333 ,761
VAR00009 26,6267 6,237,501 ,619
VAR00010 26,4133 6,705,430 ,637
Reliability Statistics Cronbach's Alpha N of Items ,752 5
Reliability Statistics
Cronbach's Alpha N of Items
,676 10
LAMPIRAN 5
Output Uji Validitas dan Reliabilitas (Field Study) Subjective Well Being
Item-Total Statistics
Scale Mean if Item Deleted
Scale Variance if Item Deleted
Corrected Item-Total Correlation
Cronbach's Alpha if Item Deleted
VAR00001 15,8881 10,717 ,614 ,805 VAR00002 15,9851 9,940 ,675 ,778 VAR00003 15,8358 9,687 ,662 ,785 VAR00004 15,9403 9,741 ,684 ,774
Reliability Statistics Cronbach's Alpha N of Items ,831 4
LAMPIRAN 6
Output Uji Validitas dan Reliabilitas (Field Study) Self-esteem
Item-Total Statistics
Scale Mean if Item
Deleted
Scale Variance if
Item Deleted
Corrected Item-
Total Correlation
Cronbach's Alpha if
Item Deleted
VAR00001 24,0746 6,596,329 ,647
VAR00002 23,2910 7,245,268 ,659
VAR00003 23,2910 6,433,435 ,624
VAR00004 23,6045 5,684,555 ,588
VAR00005 23,2612 6,059,538 ,599
VAR00006 23,3955 6,406,454 ,620
VAR00007 24,5299 8,837-,312 ,763
VAR00008 23,1418 6,032,502 ,605
VAR00009 22,9328 6,665,420 ,630
ANOVAb
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression 1768,431 1 1768,431 20,243,000a
Residual 11531,569 132 87,360 Total 13300,000 133
a. Predictors: (Constant), SE
b. Dependent Variable: SWB
Reliability Statistics Cronbach's Alpha N of Items ,670 9
LAMPIRAN 7
Output Regresi Self-esteem dengan Subjective Well Being
Correlations
SWB SE
Pearson Correlation SWB 1.000 .365
SE .365 1.000 Sig. (1-tailed) SWB . .000
SE .000 . N SWB 134 134
SE 134 134
Model Summary
Model R
R
Square
Adjusted R
Square
Std. Error of
the Estimate
Change Statistics
R Square
Change F Change df1 df2
Sig. F
Change
1 ,365a ,133 ,126 9,34668,133 20,243 1 132 ,000
a. Predictors: (Constant), SE
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized
Coefficients
T Sig. B Std. Error Beta
1 (Constant) 31,768 4,132 7,688,000
SE ,365 ,081 ,365 4,499,000
a. Dependent Variable: SWB
LAMPIRAN 8
Regresi Umum Skor Perhitungan Statistik Skala Self-esteem dan Subjective
Well Being
N Range Minimum Maximum Mean Std. Deviation
SWB SE
134 134
46.32 46.04
20.23 28.70
66.55 74.74
50.0000 50.0000
10.00000 10.00000
LAMPIRAN 9
Output Regresi Usia dengan Subjective Well Being
ANOVAb
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression 611.283 1 611.283 6.359 .013a
Residual 12688.717 132 96.127 Total 13300.000 133
a. Predictors: (Constant), usia
b. Dependent Variable: Tskor SWB
Model Summary Model
R R
Square Adjusted R Square
Std. Error of the
Estimate
Change Statistics
R Square Change
F Chang
e df1 df2 Sig. F
Change 1 .214
a .046 .039 9.80442 .046 6.359 1 132 .013
a. Predictors: (Constant), usia
LAMPIRAN 10
Output Regresi Jenis Kelamin dengan Subjective Well Being
Model Summary
Model R R Square
Adjusted R Square
Std. Error of the Estimate
Change Statistics
R Square
Change
F
Change df1 df2
Sig. F
Change
1 .010a .000 -.007 10.03726 .000 .014 1 132 .905
a. Predictors: (Constant), VAR00003
ANOVAb
Model Sum of Squares Df Mean Square F Sig.
1 Regression 1.445 1 1.445 .014 .905a
Residual 13298.555 132 100.747
Total 13300.000 133
a. Predictors: (Constant), VAR00003
b. Dependent Variable: Tskor SWB
LAMPIRAN 11
Output Regresi Status Pernikahan dengan Subjective Well Being
Model Summary
Model R R Square
Adjusted R
Square
Std. Error of
the Estimate
Change Statistics
R Square
Change
F
Change df1 df2
Sig. F
Change
1 .133a .018 .010 9.94808 .018 2.392 1 132 .124
a. Predictors: (Constant), VAR00003
ANOVAb
Model Sum of Squares Df Mean Square F Sig.
1 Regression 236.720 1 236.720 2.392 .124a
Residual 13063.280 132 98.964
Total 13300.000 133 a. Predictors: (Constant), VAR00003 b. Dependent Variable: Tskor SWB
LAMPIRAN 12
Output Regresi Pendapatan dengan Subjective Well Being
ANOVAb
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig. 1 Regression .034 1 .034 .000 .985a
Residual 13299.966 132 100.757 Total 13300.000 133
a. Predictors: (Constant), pendapatan/gaji perbulan b. Dependent Variable: Tskor SWB
LAMPIRAN 13
Output Regresi Pendapatan Tambahan dengan Subjective Well Being
Model Summary
Model R R Square
Adjusted R Square
Std. Error of the Estimate
Change Statistics
R Square Change
F Change df1 df2
Sig. F Change
1 .020a .000 -.007 10.03577 .000 .054 1 132 .817
a. Predictors: (Constant), VAR00001
Model Summary
Model
R
R
Square
Adjusted R
Square
Std. Error
of the
Estimate
Change Statistics
R Square
Change
F
Change df1 df2
Sig. F
Change dim
e
ns
io
n0
1 .002a .000 -.008 10.03779 .000 .000 1 132 .985
a. Predictors: (Constant), pendapatan/gaji perbulan
ANOVAb
Model Sum of Squares Df Mean Square F Sig.
1 Regression 5.400 1 5.400 .054 .817a
Residual 13294.600 132 100.717 Total 13300.000 133
a. Predictors: (Constant), VAR00001 b. Dependent Variable: Tskor SWB
LAMPIRAN 14
Output Regresi Pekerjaan (Jabatan, Golongan, dan Masa Kerja) dengan
Subjective Well Being
1. Jabatan dengan Subjective Well Being
Model Summary
Model R R Square Adjusted R Square
Std. Error of the Estimate
Change Statistics
R Square Change
F Change df1 df2
Sig. F Change
1 .358a .128 -.035 10.17306 .128 .786 21 112 .731 a. Predictors: (Constant), VAR00021, VAR00017, VAR00005, VAR00003, VAR00014, VAR00018, VAR00006, VAR00016, VAR00009, VAR00004, VAR00002, VAR00001, VAR00020, VAR00019, VAR00015, VAR00013, VAR00012, VAR00011, VAR00010, VAR00008, VAR00007
ANOVAb
Model Sum of Squares Df Mean Square F Sig.
1 Regression 1708.989 21 81.380 .786 .731a
Residual 11591.011 112 103.491
Total 13300.000 133
a. Predictors: (Constant), VAR00021, VAR00017, VAR00005, VAR00003, VAR00014,
VAR00018, VAR00006, VAR00016, VAR00009, VAR00004, VAR00002, VAR00001, VAR00020,
VAR00019, VAR00015, VAR00013, VAR00012, VAR00011, VAR00010, VAR00008, VAR00007
b. Dependent Variable: Tskor SWB
2. Golongan dengan Subjective Well Being
Model Summary
Mode
l R
R
Square
Adjusted R
Square
Std. Error of
the Estimate
Change Statistics
R Square
Change
F
Change df1 df2
Sig. F
Change
1 .324a .105 .040 9.79803 .105 1.616 9 124 .118
a. Predictors: (Constant), VAR00009, VAR00008, VAR00001, VAR00002, VAR00007, VAR00003,
VAR00004, VAR00006, VAR00005
ANOVAb
Model Sum of Squares Df Mean Square F Sig. 1 Regression 1395.822 9 155.091 1.616 .118a
Residual 11904.178 124 96.001
Total 13300.000 133 a. Predictors: (Constant), VAR00009, VAR00008, VAR00001, VAR00002, VAR00007, VAR00003, VAR00004, VAR00006, VAR00005
b. Dependent Variable: Tskor SWB
3. Masa Kerja dengan Subjective Well Being
Model Summary
Model R R Square
Adjusted R Square
Std. Error of the Estimate
Change Statistics
R Square Change
F Change df1 df2
Sig. F Change
1 .217a .047 .040 9.79818 .047 6.535 1 132 .012 a. Predictors: (Constant), MasaKerja
ANOVAb
Model Sum of Squares Df Mean Square F Sig.
1 Regression 627.436 1 627.436 6.535 .012a
Residual 12672.564 132 96.004 Total 13300.000 133
a. Predictors: (Constant), MasaKerja b. Dependent Variable: SWB
LAMPIRAN 15
Output Regresi Tingkat Pendidikan dengan Subjective Well Being
Model Summary
Model R R Square
Adjusted R
Square
Std. Error of
the Estimate
Change Statistics
R Square
Change
F
Chang
e df1 df2
Sig. F
Change
1 .312a .097 .062 9.68511 .097 2.758 5 128 .021
a. Predictors: (Constant), VAR00005, VAR00001, VAR00003, VAR00002, VAR00004
ANOVAb
Model Sum of Squares Df Mean Square F Sig.
1 Regression 1293.424 5 258.685 2.758 .021a
Residual 12006.576 128 93.801
Total 13300.000 133
a. Predictors: (Constant), VAR00005, VAR00001, VAR00003, VAR00002, VAR00004 b. Dependent Variable: Tskor SWB
LAMPIRAN 16
Output Regresi Pengaruh Variabel Self-esteem, Usia, Pendapatan, dan Masa Kerja terhadap Subjective Well Being
Model Summary Model
R R
Square Adjusted R
Square
Std. Error of the
Estimate
Change Statistics R Square Change
F Change df1 df2
Sig. F Change
dim
ensi
on0
4 .406d .165 .139 9.27990 .003 .406 1 129 .525a. Predictors: (Constant), SE b. Predictors: (Constant), SE, usia c. Predictors: (Constant), SE, usia, pendapatan d. Predictors: (Constant), SE, usia, pendapatan, masa kerja
ANOVAe
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression 1768.431 1 1768.431 20.243 .000a
Residual 11531.569 132 87.360 Total 13300.000 133
2 Regression 2055.669 2 1027.835 11.975 .000b
Residual 11244.331 131 85.835 Total 13300.000 133
3 Regression 2155.976 3 718.659 8.383 .000c
Residual 11144.024 130 85.723 Total 13300.000 133
4 Regression 2190.971 4 547.743 6.360 .000d
Residual 11109.029 129 86.117 Total 13300.000 133
a. Predictors: (Constant), SE
b. Predictors: (Constant), SE, usia
c. Predictors: (Constant), SE, usia, pendapatan
d. Predictors: (Constant), SE, usia, pendapatan, masa kerja
e. Dependent Variable: Tskor SWB
LAMPIRAN 17
Skor-skor Subjective Well Being Responden
ITEM NUMBER OF ITEM JUMLAH RESPONDEN 1 2 3 4
1 L 3 2 2 2 9 2 SA 6 6 6 5 23 3 NTS 5 5 6 6 22 4 HB 6 6 5 5 22 5 SZ 5 5 6 6 22 6 NT 5 5 6 6 22 7 IL 6 6 6 7 25 8 HR 5 3 5 5 18 9 AR 6 6 7 6 25
10 SN 6 7 6 7 26 11 LI 6 6 6 6 24 12 D 6 6 6 6 24 13 SH 6 6 6 6 24 14 MZ 5 5 5 5 20 15 JS 6 3 4 3 16 16 R 5 5 5 5 20 17 RT 5 5 2 2 14 18 RH 5 6 6 6 23 19 SR 6 7 7 6 26 20 UA 5 6 6 6 23 21 SM 6 6 6 6 24 22 AM 6 5 5 3 19 23 N 2 2 2 3 9 24 ES 2 2 3 1 8 25 SD 5 5 5 5 20 26 A 5 5 5 5 20 27 S 5 5 7 6 23 28 SRF 6 6 6 6 24 29 H 7 6 7 6 26 30 BNY 6 6 6 6 24 31 IF 6 6 6 5 23 32 OM 5 3 5 5 18 33 N 6 6 6 6 24 34 AJ 6 6 6 6 24 35 EPS 5 6 6 5 22 36 AS 5 5 5 6 21 37 UB 5 6 7 5 23 38 FRNA 3 5 6 5 19 39 BP 5 5 6 5 21 40 IM 6 5 5 5 21 41 ID 6 5 6 5 22 42 B 5 5 4 6 20 43 MA 6 6 6 5 23
44 MN 7 7 7 7 28 45 LSA 5 5 5 5 20 46 N 6 6 6 6 24 47 NU 6 6 7 6 25 48 M 6 5 6 5 22 49 RD 5 5 5 6 21 50 FR 7 7 7 7 28 51 AR 5 5 3 3 16 52 MG 5 5 2 5 17 53 O 6 2 2 2 12 54 SB 5 6 7 5 23 55 OB 5 5 5 6 21 56 DTA 6 6 6 7 25 57 NC 6 5 6 6 23 58 HF 6 5 3 3 17 59 UC 7 6 6 6 25 60 BT 7 6 6 6 25 61 FA 6 6 6 6 24 62 RS 5 5 3 3 16 63 AM 6 5 6 5 22 64 P 6 5 6 6 23 65 MA 6 3 6 5 20 66 MFI 5 6 6 6 23 67 YD 6 6 6 6 24 68 HL 6 6 6 6 24 69 JS 4 4 4 6 18 70 FK 5 5 5 5 20 71 S 6 2 5 5 18 72 H 5 6 6 6 23 73 SN 6 5 5 5 21 74 R 5 2 6 6 19 75 RO 6 6 6 6 24 76 Y 5 6 7 6 24 77 A 7 6 6 6 25 78 Q 6 5 5 5 21 79 FCH 6 7 7 7 27 80 RS 5 5 6 5 21 81 YY 5 6 6 6 23 82 AN 6 6 6 6 24 83 Y 6 6 5 6 23 84 V 5 6 6 6 23 85 M 6 7 6 6 25 86 DN 7 6 6 6 25 87 S 3 5 5 2 15 88 DSY 5 5 6 6 22 89 MG 5 5 5 6 21 90 S 6 6 2 2 16 91 J 5 5 5 5 20 92 MS 5 6 6 2 19 93 NI 6 6 6 5 23
94 EZ 6 3 7 7 23 95 BRO 5 6 5 6 22 96 AP 2 5 5 6 18 97 BP 6 6 6 6 24 98 SL 6 6 7 5 24 99 JT 3 2 4 3 12
100 EL 6 7 7 7 27 101 DS 6 6 6 5 23 102 AN 6 6 5 6 23 103 BP 2 5 2 6 15 104 EAA 7 7 6 6 26 105 AF 4 5 6 6 21 106 MI 6 6 6 5 23 107 MPA 2 2 6 3 13 108 SR 5 6 6 6 23 109 LS 7 6 6 6 25 110 DS 6 6 2 6 20 111 S 6 6 6 6 24
AY 5 5 5 5 20 113 R 5 6 6 7 24 114 U 6 5 5 5 21 115 SS 6 5 5 7 23 116 RI 2 2 2 3 9 117 SR 2 2 2 3 9 118 R 2 2 2 3 9 119 IA 5 5 6 6 22 120 AN 5 6 6 6 23 121 AM 6 6 6 6 24 122 Y 3 5 6 3 17 123 SD 5 5 5 5 20 124 SS 6 5 3 5 19 125 M 7 6 7 6 26 126 Z 6 6 6 6 24 127 R 3 6 6 3 18 128 SY 6 6 5 5 22 129 TH 6 6 6 6 24 130 RO 6 5 6 6 23 131 SW 6 6 6 7 25 132 WN 6 3 6 5 20 133 HD 5 5 5 5 20 134 SC 5 6 5 5 21
LAMPIRAN 18
Skor-skor Self-esteem Responden
ITEM NUMBER OF ITEM JUMLAH RESPONDEN 1 2 3 4 5 6 7 8 9
1 L 3 3 3 3 3 3 3 2 3 26 2 SA 3 3 4 3 3 3 3 3 4 29 3 NTS 3 3 3 3 3 3 2 3 3 26 4 HB 2 4 4 3 4 3 2 4 4 30 5 SZ 2 4 3 3 3 3 2 4 4 28 6 NT 2 3 3 3 3 3 2 3 3 25 7 IL 2 4 4 3 2 4 2 4 3 28 8 HR 2 3 3 2 3 2 2 3 3 23 9 AR 3 3 3 3 4 3 3 4 4 30
10 SN 2 4 4 4 3 3 2 3 3 28 11 LI 3 4 4 4 4 4 1 4 4 32 12 D 2 3 3 4 3 3 1 4 4 27 13 SH 1 3 3 2 3 3 2 4 4 25 14 MZ 3 3 3 3 3 3 2 3 3 26 15 JS 3 3 3 3 3 3 1 3 4 26 16 R 3 4 4 3 3 3 1 4 4 29 17 RT 3 3 4 3 3 4 1 3 4 28 18 RH 3 3 4 4 4 3 2 4 4 31 19 SR 4 3 4 4 4 4 2 4 4 33 20 UA 3 3 3 4 3 3 2 4 4 29 21 SM 2 3 3 2 3 3 2 3 3 24 22 AM 3 3 3 3 3 3 2 4 4 28 23 N 3 3 3 2 3 2 2 3 4 25 24 ES 3 3 3 3 2 3 2 2 3 24 25 SD 2 3 2 2 2 2 2 3 3 21 26 A 2 3 3 3 4 4 1 4 4 28 27 S 2 3 2 3 4 3 1 4 4 26 28 SRF 2 3 3 3 3 3 3 3 3 26 29 H 3 3 3 2 4 3 2 4 4 28 30 BNY 3 3 3 3 3 3 2 3 3 26 31 IF 3 4 4 3 3 3 2 4 4 30 32 OM 2 2 2 3 3 3 1 3 4 23 33 N 3 4 4 3 3 4 2 4 4 31 34 AJ 3 3 4 3 4 4 1 4 4 30 35 EPS 2 3 3 3 3 3 2 3 3 25
36 AS 3 3 3 3 4 3 2 3 4 28 37 UB 2 4 4 3 3 3 1 3 4 27 38 FRNA 2 3 3 2 3 3 2 3 4 25 39 BP 2 4 3 3 3 2 2 3 4 26 40 IM 2 3 3 3 3 3 2 3 4 26 41 ID 3 3 3 3 3 3 2 3 4 27 42 B 3 3 2 4 4 2 3 3 3 27 43 MA 2 4 3 2 3 3 2 3 4 26 44 MN 2 3 2 3 3 4 2 3 3 25 45 LSA 3 3 3 3 3 3 2 3 4 27 46 N 2 3 3 3 3 3 2 3 3 25 47 NU 3 3 4 3 4 3 1 3 3 27 48 M 3 3 3 3 3 3 2 4 3 27 49 RD 2 3 4 2 3 3 2 3 3 25 50 FR 4 4 4 4 4 4 1 4 4 33 51 AR 3 4 4 4 4 4 1 4 4 32 52 MG 2 3 3 3 3 3 2 3 4 26 53 O 2 3 2 2 2 3 2 2 3 21 54 SB 2 3 3 3 3 4 2 4 3 27 55 OB 2 3 3 3 4 3 2 4 4 28 56 DTA 2 3 3 3 3 4 1 2 4 25 57 NC 2 3 3 2 3 3 2 3 3 24 58 HF 2 3 4 4 4 4 1 4 4 30 59 UC 3 3 3 3 4 4 2 4 4 30 60 BT s 3 4 4 4 4 2 4 4 32 61 FA 3 3 3 2 3 3 3 3 3 26 62 RS 3 3 3 3 3 3 1 4 3 26 63 AM 3 3 3 3 3 3 2 3 3 26 64 P 2 2 4 2 3 2 3 4 4 26 65 MA 2 3 3 2 4 2 2 4 3 25 66 MFI 3 3 3 3 3 3 2 3 3 26 67 YD 3 3 3 3 4 3 2 4 4 29 68 HL 2 3 4 3 3 3 2 4 4 28 69 JS 2 3 3 2 2 3 2 3 3 23 70 FK 3 3 3 3 3 3 2 3 3 26 71 S 2 3 3 2 3 2 2 3 4 24 72 H 3 4 4 4 3 4 2 3 4 31 73 SN 2 3 3 3 3 3 2 3 3 25 74 R 2 2 2 2 3 3 2 3 3 22 75 RO 2 4 4 3 4 4 2 4 4 31
76 Y 2 3 3 3 3 2 3 3 4 26 77 A 3 3 4 4 4 4 2 3 3 30 78 Q 1 4 3 3 4 3 2 3 4 27 79 FCH 2 4 3 4 4 4 1 4 4 30 80 RS 2 3 3 3 3 3 2 3 3 25 81 YY 2 3 4 2 3 3 1 4 4 26 82 AN 2 3 3 2 2 3 2 3 3 23 83 Y 2 3 2 3 3 2 3 3 3 24 84 V 3 3 3 4 4 3 2 4 4 30 85 M 2 3 2 2 3 2 2 3 4 23 86 DN 3 3 3 3 4 3 2 4 4 29 87 S 2 3 2 4 4 3 2 4 3 27 88 DSY 2 3 3 1 2 2 3 3 3 22 89 MG 2 3 3 3 3 3 2 3 4 26 90 S 2 3 3 2 3 2 2 3 4 24 91 J 2 3 3 3 3 3 2 2 3 24 92 MS 2 3 2 3 3 3 2 3 4 25 93 NI 2 3 4 2 3 3 2 3 3 25 94 EZ 2 4 4 3 4 3 1 4 4 29 95 BRO 2 3 3 3 3 3 2 3 3 25 96 AP 2 3 3 2 2 3 2 3 3 23 97 BP 2 3 4 4 3 3 1 3 4 27 98 SL 1 4 4 1 1 4 1 3 2 21 99 JT 4 3 3 1 3 2 1 2 4 23
100 EL 2 4 4 3 2 3 1 2 4 25 101 DS 3 3 3 2 2 3 3 3 3 25 102 AN 3 2 3 3 3 3 2 4 4 27 103 BP 2 3 2 2 3 2 3 2 3 22 104 EAA 2 3 3 4 4 3 2 4 4 29 105 AF 2 3 4 2 4 3 2 4 3 27 106 MI 3 3 3 2 4 3 1 4 3 26 107 MPA 2 2 2 2 3 2 2 2 3 20 108 SR 3 3 3 3 3 3 2 3 3 26 109 LS 3 3 4 4 4 4 2 4 4 32 110 DS 1 3 3 3 2 3 1 3 3 22 111 S 3 3 3 3 3 3 2 4 3 27 112 AY 2 3 3 4 4 4 1 1 4 26 113 R 2 3 3 2 3 2 2 3 4 24 114 U 2 3 2 3 3 3 2 3 3 24 115 SS 3 3 4 3 3 4 3 4 3 30
116 RI 2 3 3 2 3 3 2 3 3 24 117 SR 2 3 3 2 3 3 2 4 3 25 118 R 2 3 3 2 3 3 3 2 3 24 119 IA 4 3 4 3 4 3 2 4 4 31 120 AN 1 3 3 2 2 2 2 2 3 20 121 AM 3 4 3 3 4 3 2 4 4 30 122 Y 2 3 2 2 3 2 2 3 2 21 123 SD 3 3 3 3 4 4 2 4 3 29 124 SS 2 4 3 3 3 3 2 4 4 28 125 M 1 4 3 2 3 3 1 4 4 25 126 Z 2 4 3 3 3 4 3 4 4 30 127 R 3 3 3 4 4 3 1 4 4 29 128 SY 3 3 3 3 3 3 2 3 3 26 129 TH 1 4 4 4 4 4 1 4 4 30 130 RO 2 3 3 2 3 3 2 2 3 23 131 SW 1 3 3 3 3 2 3 3 3 24 132 WN 2 3 3 2 3 3 2 3 3 24 133 HD 2 3 3 3 4 3 3 3 3 27 134 SC 2 3 3 2 2 3 2 3 3 23
LAMPIRAN 19
Data Responden Berdasarkan Usia, Jenis Kelamin, Status Pernikahan, Tingkat Pendidikan, Pekerjaan (Jabatan, Golongan, dan Masa Kerja), Pendapatan Perbulan, serta Pendapatan Tambahan Responden.
Data Responden berdasarkan Jenis Kelamin
No. Inisial J.kelamin X1 X2 X3 Skor DV
1 1 L 1 0 1 9
2 4 L 1 0 1 22
3 5 L 1 0 1 22
4 7 L 1 0 1 25
5 8 L 1 0 1 18
6 9 L 1 0 1 25
7 13 L 1 0 1 24
8 14 L 1 0 1 20
9 15 L 1 0 1 16
10 16 L 1 0 1 20
11 17 L 1 0 1 14
12 22 L 1 0 1 19
13 23 L 1 0 1 9
14 24 L 1 0 1 8
15 25 L 1 0 1 20
16 26 L 1 0 1 20
17 27 L 1 0 1 23
18 36 L 1 0 1 21
19 39 L 1 0 1 21
20 42 L 1 0 1 20
21 43 L 1 0 1 23
22 48 L 1 0 1 22
23 51 L 1 0 1 16
24 52 L 1 0 1 17
25 53 L 1 0 1 12
26 54 L 1 0 1 23
27 58 L 1 0 1 17
28 59 L 1 0 1 25
29 63 L 1 0 1 22
30 64 L 1 0 1 23
31 65 L 1 0 1 20
32 66 L 1 0 1 23
33 67 L 1 0 1 24
34 69 L 1 0 1 18
35 74 L 1 0 1 19
36 75 L 1 0 1 24
37 78 L 1 0 1 21
38 83 L 1 0 1 23
39 85 L 1 0 1 25
40 86 L 1 0 1 25
41 87 L 1 0 1 15
42 91 L 1 0 1 20
43 92 L 1 0 1 19
44 96 L 1 0 1 18
45 102 L 1 0 1 23
46 103 L 1 0 1 15
47 104 L 1 0 1 26
48 105 L 1 0 1 21
49 106 L 1 0 1 23
50 107 L 1 0 1 13
51 109 L 1 0 1 25
52 110 L 1 0 1 20
53 111 L 1 0 1 24
54 118 L 1 0 1 9
55 120 L 1 0 1 23
56 121 L 1 0 1 24
57 122 L 1 0 1 17
58 129 L 1 0 1 24
59 130 L 1 0 1 23
60 131 L 1 0 1 25
61 133 L 1 0 1 20
62 134 L 1 0 1 21
63 2 P 1 1 0 23
64 3 P 1 1 0 22
65 6 P 1 1 0 22
66 10 P 1 1 0 26
67 11 P 1 1 0 24
68 12 P 1 1 0 24
69 18 P 1 1 0 23
70 19 P 1 1 0 26
71 20 P 1 1 0 23
72 21 P 1 1 0 24
73 28 P 1 1 0 24
74 29 P 1 1 0 26
75 30 P 1 1 0 24
76 31 P 1 1 0 23
77 32 P 1 1 0 18
78 33 P 1 1 0 24
79 34 P 1 1 0 24
80 35 P 1 1 0 22
81 37 P 1 1 0 23
82 38 P 1 1 0 19
83 40 P 1 1 0 21
84 41 P 1 1 0 22
85 44 P 1 1 0 28
86 45 P 1 1 0 20
87 46 P 1 1 0 24
88 47 P 1 1 0 25
89 49 P 1 1 0 21
90 50 P 1 1 0 28
91 55 P 1 1 0 21
92 56 P 1 1 0 25
93 57 P 1 1 0 23
94 60 P 1 1 0 25
95 61 P 1 1 0 24
96 62 P 1 1 0 16
97 68 P 1 1 0 24
98 70 P 1 1 0 20
99 71 P 1 1 0 18
100 72 P 1 1 0 23
101 73 P 1 1 0 21
102 76 P 1 1 0 24
103 77 P 1 1 0 25
104 79 P 1 1 0 27
105 80 P 1 1 0 21
106 81 P 1 1 0 23
107 82 P 1 1 0 24
108 84 P 1 1 0 23
109 88 P 1 1 0 22
110 89 P 1 1 0 21
111 90 P 1 1 0 16
112 93 P 1 1 0 23
113 94 P 1 1 0 23
114 95 P 1 1 0 22
115 97 P 1 1 0 24
116 98 P 1 1 0 24
117 99 P 1 1 0 12
118 100 P 1 1 0 27
119 101 P 1 1 0 23
120 108 P 1 1 0 23
121 112 P 1 1 0 20
122 113 P 1 1 0 24
123 114 P 1 1 0 21
124 115 P 1 1 0 23
125 116 P 1 1 0 9
126 117 P 1 1 0 9
127 119 P 1 1 0 22
128 123 P 1 1 0 20
129 124 P 1 1 0 19
130 125 P 1 1 0 26
131 126 P 1 1 0 24
132 127 P 1 1 0 18
133 128 P 1 1 0 22
134 132 P 1 1 0 20
Data Responden Berdasarkan Status Pernikahan
No. Inisial Status Pernikahan X1 X2 X3 Skor Dv
1 1 Menikah 1 0 1 9
2 2 Menikah 1 0 1 23
3 3 Menikah 1 0 1 22
4 4 Menikah 1 0 1 22
5 5 Menikah 1 0 1 22
6 6 Menikah 1 0 1 22
7 7 Menikah 1 0 1 25
8 8 Menikah 1 0 1 18
9 10 Menikah 1 0 1 26
10 12 Menikah 1 0 1 24
11 13 Menikah 1 0 1 24
12 14 Menikah 1 0 1 20
13 16 Menikah 1 0 1 20
14 17 Menikah 1 0 1 14
15 19 Menikah 1 0 1 26
16 21 Menikah 1 0 1 24
17 23 Menikah 1 0 1 9
18 24 Menikah 1 0 1 8
19 25 Menikah 1 0 1 20
20 26 Menikah 1 0 1 20
21 27 Menikah 1 0 1 23
22 28 Menikah 1 0 1 24
23 29 Menikah 1 0 1 26
24 30 Menikah 1 0 1 24
25 31 Menikah 1 0 1 23
26 32 Menikah 1 0 1 18
27 35 Menikah 1 0 1 22
28 36 Menikah 1 0 1 21
29 39 Menikah 1 0 1 21
30 42 Menikah 1 0 1 20
31 44 Menikah 1 0 1 28
32 45 Menikah 1 0 1 20
33 46 Menikah 1 0 1 24
34 47 Menikah 1 0 1 25
35 48 Menikah 1 0 1 22
36 49 Menikah 1 0 1 21
37 50 Menikah 1 0 1 28
38 51 Menikah 1 0 1 16
39 52 Menikah 1 0 1 17
40 53 Menikah 1 0 1 12
41 54 Menikah 1 0 1 23
42 55 Menikah 1 0 1 21
43 56 Menikah 1 0 1 25
44 57 Menikah 1 0 1 23
45 59 Menikah 1 0 1 25
46 60 Menikah 1 0 1 25
47 61 Menikah 1 0 1 24
48 63 Menikah 1 0 1 22
49 64 Menikah 1 0 1 23
50 65 Menikah 1 0 1 20
51 66 Menikah 1 0 1 23
52 67 Menikah 1 0 1 24
53 68 Menikah 1 0 1 24
54 69 Menikah 1 0 1 18
55 70 Menikah 1 0 1 20
56 71 Menikah 1 0 1 18
57 72 Menikah 1 0 1 23
58 73 Menikah 1 0 1 21
59 74 Menikah 1 0 1 19
60 75 Menikah 1 0 1 24
61 76 Menikah 1 0 1 24
62 77 Menikah 1 0 1 25
63 78 Menikah 1 0 1 21
64 79 Menikah 1 0 1 27
65 80 Menikah 1 0 1 21
66 81 Menikah 1 0 1 23
67 82 Menikah 1 0 1 24
68 83 Menikah 1 0 1 23
69 84 Menikah 1 0 1 23
70 86 Menikah 1 0 1 25
71 87 Menikah 1 0 1 15
72 88 Menikah 1 0 1 22
73 89 Menikah 1 0 1 21
74 90 Menikah 1 0 1 16
75 92 Menikah 1 0 1 19
76 93 Menikah 1 0 1 23
77 94 Menikah 1 0 1 23
78 96 Menikah 1 0 1 18
79 97 Menikah 1 0 1 24
80 98 Menikah 1 0 1 24
81 99 Menikah 1 0 1 12
82 100 Menikah 1 0 1 27
83 101 Menikah 1 0 1 23
84 103 Menikah 1 0 1 15
85 104 Menikah 1 0 1 26
86 105 Menikah 1 0 1 21
87 106 Menikah 1 0 1 23
88 107 Menikah 1 0 1 13
89 108 Menikah 1 0 1 23
90 109 Menikah 1 0 1 25
91 110 Menikah 1 0 1 20
92 111 Menikah 1 0 1 24
93 112 Menikah 1 0 1 20
94 113 Menikah 1 0 1 24
95 114 Menikah 1 0 1 21
96 115 Menikah 1 0 1 23
97 116 Menikah 1 0 1 9
98 117 Menikah 1 0 1 9
99 118 Menikah 1 0 1 9
100 119 Menikah 1 0 1 22
101 120 Menikah 1 0 1 23
102 121 Menikah 1 0 1 24
103 122 Menikah 1 0 1 17
104 123 Menikah 1 0 1 20
105 124 Menikah 1 0 1 19
106 125 Menikah 1 0 1 26
107 126 Menikah 1 0 1 24
108 129 Menikah 1 0 1 24
109 130 Menikah 1 0 1 23
110 131 Menikah 1 0 1 25
111 132 Menikah 1 0 1 20
112 133 Menikah 1 0 1 20
113 134 Menikah 1 0 1 21
114 9 Belum menikah 1 1 0 25
115 11 Belum menikah 1 1 0 24
116 15 Belum menikah 1 1 0 16
117 18 Belum menikah 1 1 0 23
118 20 Belum menikah 1 1 0 23
119 22 Belum menikah 1 1 0 19
120 33 Belum menikah 1 1 0 24
121 34 Belum menikah 1 1 0 24
122 37 Belum menikah 1 1 0 23
123 38 Belum menikah 1 1 0 19
124 40 Belum menikah 1 1 0 21
125 41 Belum menikah 1 1 0 22
126 43 Belum menikah 1 1 0 23
127 58 Belum menikah 1 1 0 17
128 62 Belum menikah 1 1 0 16
129 85 Belum menikah 1 1 0 25
130 91 Belum menikah 1 1 0 20
131 95 Belum menikah 1 1 0 22
132 102 Belum menikah 1 1 0 23
133 127 Belum menikah 1 1 0 18
134 128 Belum menikah 1 1 0 22
Data Responden Berdasarkan Golongan
No Inisial Golongan X1 X2 X3 X4 X5 X6 X7 X8 X9 Skor DV
1 9 PTT 1 0 0 0 0 0 0 0 0 25
2 10 PTT 1 0 0 0 0 0 0 0 0 26
3 11 PTT 1 0 0 0 0 0 0 0 0 24
4 12 PTT 1 0 0 0 0 0 0 0 0 24
5 15 PTT 1 0 0 0 0 0 0 0 0 16
6 18 PTT 1 0 0 0 0 0 0 0 0 23
7 31 PTT 1 0 0 0 0 0 0 0 0 23
8 33 PTT 1 0 0 0 0 0 0 0 0 24
9 39 PTT 1 0 0 0 0 0 0 0 0 21
10 40 PTT 1 0 0 0 0 0 0 0 0 21
11 85 PTT 1 0 0 0 0 0 0 0 0 25
12 22 II/a 0 1 0 0 0 0 0 0 0 19
13 23 II/a 0 1 0 0 0 0 0 0 0 9
14 56 II/a 0 1 0 0 0 0 0 0 0 25
15 57 II/a 0 1 0 0 0 0 0 0 0 23
16 58 II/a 0 1 0 0 0 0 0 0 0 17
17 78 II/a 0 1 0 0 0 0 0 0 0 21
18 100 II/a 0 1 0 0 0 0 0 0 0 27
19 101 II/a 0 1 0 0 0 0 0 0 0 23
20 113 II/a 0 1 0 0 0 0 0 0 0 24
21 25 II/b 0 0 1 0 0 0 0 0 0 20
22 35 II/b 0 0 1 0 0 0 0 0 0 22
23 108 II/b 0 0 1 0 0 0 0 0 0 23
24 110 II/b 0 0 1 0 0 0 0 0 0 20
25 130 II/b 0 0 1 0 0 0 0 0 0 23
26 131 II/b 0 0 1 0 0 0 0 0 0 25
27 13 II/c 0 0 0 1 0 0 0 0 0 24
28 17 II/c 0 0 0 1 0 0 0 0 0 14
29 20 II/c 0 0 0 1 0 0 0 0 0 23
30 43 II/c 0 0 0 1 0 0 0 0 0 23
31 70 II/c 0 0 0 1 0 0 0 0 0 20
32 34 III/a 0 0 0 0 1 0 0 0 0 24
33 36 III/a 0 0 0 0 1 0 0 0 0 21
34 37 III/a 0 0 0 0 1 0 0 0 0 23
35 38 III/a 0 0 0 0 1 0 0 0 0 19
36 63 III/a 0 0 0 0 1 0 0 0 0 22
37 64 III/a 0 0 0 0 1 0 0 0 0 23
38 66 III/a 0 0 0 0 1 0 0 0 0 23
39 67 III/a 0 0 0 0 1 0 0 0 0 24
40 71 III/a 0 0 0 0 1 0 0 0 0 18
41 79 III/a 0 0 0 0 1 0 0 0 0 27
42 80 III/a 0 0 0 0 1 0 0 0 0 21
43 81 III/a 0 0 0 0 1 0 0 0 0 23
44 83 III/a 0 0 0 0 1 0 0 0 0 23
45 84 III/a 0 0 0 0 1 0 0 0 0 23
46 89 III/a 0 0 0 0 1 0 0 0 0 21
47 90 III/a 0 0 0 0 1 0 0 0 0 16
48 94 III/a 0 0 0 0 1 0 0 0 0 23
49 95 III/a 0 0 0 0 1 0 0 0 0 22
50 104 III/a 0 0 0 0 1 0 0 0 0 26
51 106 III/a 0 0 0 0 1 0 0 0 0 23
52 118 III/a 0 0 0 0 1 0 0 0 0 9
53 119 III/a 0 0 0 0 1 0 0 0 0 22
54 127 III/a 0 0 0 0 1 0 0 0 0 18
55 128 III/a 0 0 0 0 1 0 0 0 0 22
56 134 III/a 0 0 0 0 1 0 0 0 0 21
57 2 III/b 0 0 0 0 0 1 0 0 0 23
58 6 III/b 0 0 0 0 0 1 0 0 0 22
59 19 III/b 0 0 0 0 0 1 0 0 0 26
60 21 III/b 0 0 0 0 0 1 0 0 0 24
61 26 III/b 0 0 0 0 0 1 0 0 0 20
62 29 III/b 0 0 0 0 0 1 0 0 0 26
63 44 III/b 0 0 0 0 0 1 0 0 0 28
64 51 III/b 0 0 0 0 0 1 0 0 0 16
65 60 III/b 0 0 0 0 0 1 0 0 0 25
66 62 III/b 0 0 0 0 0 1 0 0 0 16
67 65 III/b 0 0 0 0 0 1 0 0 0 20
68 68 III/b 0 0 0 0 0 1 0 0 0 24
69 69 III/b 0 0 0 0 0 1 0 0 0 18
70 76 III/b 0 0 0 0 0 1 0 0 0 24
71 91 III/b 0 0 0 0 0 1 0 0 0 20
72 93 III/b 0 0 0 0 0 1 0 0 0 23
73 98 III/b 0 0 0 0 0 1 0 0 0 24
74 99 III/b 0 0 0 0 0 1 0 0 0 12
75 102 III/b 0 0 0 0 0 1 0 0 0 23
76 107 III/b 0 0 0 0 0 1 0 0 0 13
77 114 III/b 0 0 0 0 0 1 0 0 0 21
78 115 III/b 0 0 0 0 0 1 0 0 0 23
79 116 III/b 0 0 0 0 0 1 0 0 0 9
80 117 III/b 0 0 0 0 0 1 0 0 0 9
81 125 III/b 0 0 0 0 0 1 0 0 0 26
82 3 III/c 0 0 0 0 0 0 1 0 0 22
83 4 III/c 0 0 0 0 0 0 1 0 0 22
84 7 III/c 0 0 0 0 0 0 1 0 0 25
85 14 III/c 0 0 0 0 0 0 1 0 0 20
86 16 III/c 0 0 0 0 0 0 1 0 0 20
87 27 III/c 0 0 0 0 0 0 1 0 0 23
88 45 III/c 0 0 0 0 0 0 1 0 0 20
89 46 III/c 0 0 0 0 0 0 1 0 0 24
90 47 III/c 0 0 0 0 0 0 1 0 0 25
91 50 III/c 0 0 0 0 0 0 1 0 0 28
92 55 III/c 0 0 0 0 0 0 1 0 0 21
93 61 III/c 0 0 0 0 0 0 1 0 0 24
94 73 III/c 0 0 0 0 0 0 1 0 0 21
95 74 III/c 0 0 0 0 0 0 1 0 0 19
96 82 III/c 0 0 0 0 0 0 1 0 0 24
97 92 III/c 0 0 0 0 0 0 1 0 0 19
98 96 III/c 0 0 0 0 0 0 1 0 0 18
99 97 III/c 0 0 0 0 0 0 1 0 0 24
100 105 III/c 0 0 0 0 0 0 1 0 0 21
101 122 III/c 0 0 0 0 0 0 1 0 0 17
102 126 III/c 0 0 0 0 0 0 1 0 0 24
103 1 III/d 0 0 0 0 0 0 0 1 0 9
104 5 III/d 0 0 0 0 0 0 0 1 0 22
105 8 III/d 0 0 0 0 0 0 0 1 0 18
106 24 III/d 0 0 0 0 0 0 0 1 0 8
107 28 III/d 0 0 0 0 0 0 0 1 0 24
108 30 III/d 0 0 0 0 0 0 0 1 0 24
109 32 III/d 0 0 0 0 0 0 0 1 0 18
110 41 III/d 0 0 0 0 0 0 0 1 0 22
111 48 III/d 0 0 0 0 0 0 0 1 0 22
112 49 III/d 0 0 0 0 0 0 0 1 0 21
113 52 III/d 0 0 0 0 0 0 0 1 0 17
114 53 III/d 0 0 0 0 0 0 0 1 0 12
115 72 III/d 0 0 0 0 0 0 0 1 0 23
116 75 III/d 0 0 0 0 0 0 0 1 0 24
117 77 III/d 0 0 0 0 0 0 0 1 0 25
118 88 III/d 0 0 0 0 0 0 0 1 0 22
119 103 III/d 0 0 0 0 0 0 0 1 0 15
120 109 III/d 0 0 0 0 0 0 0 1 0 25
121 111 III/d 0 0 0 0 0 0 0 1 0 24
122 112 III/d 0 0 0 0 0 0 0 1 0 20
123 121 III/d 0 0 0 0 0 0 0 1 0 24
124 124 III/d 0 0 0 0 0 0 0 1 0 19
125 129 III/d 0 0 0 0 0 0 0 1 0 24
126 132 III/d 0 0 0 0 0 0 0 1 0 20
127 133 III/d 0 0 0 0 0 0 0 1 0 20
128 42 IV/a 0 0 0 0 0 0 0 0 1 20
129 59 IV/a 0 0 0 0 0 0 0 0 1 25
130 86 IV/a 0 0 0 0 0 0 0 0 1 25
131 87 IV/a 0 0 0 0 0 0 0 0 1 15
132 120 IV/a 0 0 0 0 0 0 0 0 1 23
133 123 IV/a 0 0 0 0 0 0 0 0 1 20
134 54 IV/b -1 -1 -1 -1 -1 -1 -1 -1 -1 23
Data Responden Berdasarkan Jabatan No. Inisial Jabatan X1 X2 X3 X4 X5 X6 X7 X8 X9 X10 X11 X12 X13 X14 X15 X16 X17 X18 X19 X20 X21 Skor DV
1 125 Bendahara 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 26
2 126 Bendahara 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 24
3 45 BPP 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 20
4 88 BPP 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 22
5 5 Dosen 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 22
6 6 Dosen 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 22
7 19 Dosen 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 26
8 26 Dosen 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 20
9 92 Dosen 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 19
10 105 Fungsional 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 21
11 115 Fungsional 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 23
12 3 Kabag 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 22
13 54 Kabag 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 23
14 59 Kabag 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 25
15 65 Kabag 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 20
16 120 Kabag 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 23
17 123 Kabag 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 20
18 1 Kasubag 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 9
19 24 Kasubag 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 8
20 28 Kasubag 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 24
21 30 Kasubag 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 24
22 32 Kasubag 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 18
23 48 Kasubag 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 22
24 49 Kasubag 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 21
25 52 Kasubag 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 17
26 53 Kasubag 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 12
27 72 Kasubag 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 23
28 75 Kasubag 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 24
29 77 Kasubag 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 25
30 86 Kasubag 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 25
31 87 Kasubag 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 15
32 103 Kasubag 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 15
33 112 Kasubag 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 20
34 121 Kasubag 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 24
35 122 Kasubag 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 17
36 124 Kasubag 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 19
37 129 Kasubag 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 24
38 133 Kasubag 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 20
39 8 Kepala Perpustakaan 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 18
40 56 Operator 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 25
41 69 Pelaksana 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 18
42 70 Pelaksana 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 20
43 27 Pem. Bendahara 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 23
44 20 Pendamping BLU 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 23
45 62 Pendamping Fakultas 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 16
46 42 Pudek 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 20
47 39 Pustakawan 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 21
48 40 Pustakawan 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 21
49 41 Pustakawan 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 22
50 18 Sekpim 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 23
51 4 Sekprodi 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 22
52 14 Sekprodi 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 20
53 2 staff admin 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 23
54 7 staff admin 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 25
55 10 staff admin 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 26
56 11 staff admin 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 24
57 12 staff admin 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 24
58 13 staff admin 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 24
59 15 staff admin 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 16
60 16 staff admin 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 20
61 17 staff admin 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 14
62 21 staff admin 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 24
63 25 staff admin 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 20
64 29 staff admin 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 26
65 31 staff admin 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 23
66 33 staff admin 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 24
67 34 staff admin 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 24
68 35 staff admin 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 22
69 36 staff admin 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 21
70 37 staff admin 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 23
71 38 staff admin 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 19
72 44 staff admin 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 28
73 46 staff admin 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 24
74 47 staff admin 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 25
75 50 staff admin 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 28
76 51 staff admin 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 16
77 55 staff admin 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 21
78 57 staff admin 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 23
79 58 Staff admin 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 17
80 60 staff admin 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 25
81 61 staff admin 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 24
82 63 staff admin 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 22
83 64 staff admin 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 23
84 66 staff admin 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 23
85 67 staff admin 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 24
86 68 staff admin 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 24
87 71 staff admin 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 18
88 73 staff admin 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 21
89 74 staff admin 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 19
90 76 staff admin 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 24
91 78 staff admin 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 21
92 79 staff admin 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 27
93 80 staff admin 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 21
94 81 staff admin 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 23
95 82 staff admin 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 24
96 83 staff admin 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 23
97 84 staff admin 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 23
98 85 staff admin 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 25
99 89 staff admin 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 21
100 90 staff admin 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 16
101 91 staff admin 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 20
102 93 staff admin 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 23
103 94 staff admin 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 23
104 95 staff admin 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 22
105 96 staff admin 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 18
106 97 staff admin 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 24
107 98 staff admin 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 24
108 99 staff admin 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 12
109 100 staff admin 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 27
110 101 staff admin 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 23
111 102 staff admin 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 23
112 104 staff admin 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 26
113 106 staff admin 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 23
114 107 staff admin 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 13
115 108 staff admin 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 23
116 109 staff admin 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 25
117 110 staff admin 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 20
118 111 staff admin 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 24
119 113 staff admin 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 24
120 114 staff admin 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 21
121 116 staff admin 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 9
122 117 staff admin 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 9
123 118 staff admin 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 9
124 119 staff admin 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 22
125 130 Staff admin 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 23
126 131 staff admin 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 25
127 132 staff admin 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 20
128 134 staff admin 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 21
129 22 Staff IT 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 19
130 43 Staff IT 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 23
131 128 staff keuangan 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 22
132 127 staff pendamping 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 18
133 9 Teaching Asistant 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 25
134 23 Teknisi -1 -1 -1 -1 -1 -1 -1 -1 -1 -1 -1 -1 -1 -1 -1 -1 -1 -1 -1 -1 -1 9
Data Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir
No. Inisial Pendidikan Terakhir X1 X2 X3 X4 X5
Skor DV
1 13 SMA 1 0 0 0 0 24
2 15 SMA 1 0 0 0 0 16
3 23 SMA 1 0 0 0 0 9
4 24 SMA 1 0 0 0 0 8
5 25 SMA 1 0 0 0 0 20
6 29 SMA 1 0 0 0 0 26
7 35 SMA 1 0 0 0 0 22
8 57 SMA 1 0 0 0 0 23
9 58 SMA 1 0 0 0 0 17
10 71 SMA 1 0 0 0 0 18
11 81 SMA 1 0 0 0 0 23
12 83 SMA 1 0 0 0 0 23
13 93 SMA 1 0 0 0 0 23
14 98 SMA 1 0 0 0 0 24
15 101 SMA 1 0 0 0 0 23
16 108 SMA 1 0 0 0 0 23
17 113 SMA 1 0 0 0 0 24
18 117 SMA 1 0 0 0 0 9
19 118 SMA 1 0 0 0 0 9
20 130 SMA 1 0 0 0 0 23
21 131 SMA 1 0 0 0 0 25
22 8 D2 0 1 0 0 0 18
23 99 D2 0 1 0 0 0 12
24 17 D3 0 0 1 0 0 14
25 56 D3 0 0 1 0 0 25
26 110 D3 0 0 1 0 0 20
27 1 S1 0 0 0 1 0 9
28 9 S1 0 0 0 1 0 25
29 10 S1 0 0 0 1 0 26
30 11 S1 0 0 0 1 0 24
31 12 S1 0 0 0 1 0 24
32 16 S1 0 0 0 1 0 20
33 18 S1 0 0 0 1 0 23
34 20 S1 0 0 0 1 0 23
35 21 S1 0 0 0 1 0 24
36 22 S1 0 0 0 1 0 19
37 27 S1 0 0 0 1 0 23
38 28 S1 0 0 0 1 0 24
39 30 S1 0 0 0 1 0 24
40 31 S1 0 0 0 1 0 23
41 32 S1 0 0 0 1 0 18
42 33 S1 0 0 0 1 0 24
43 34 S1 0 0 0 1 0 24
44 36 S1 0 0 0 1 0 21
45 37 S1 0 0 0 1 0 23
46 38 S1 0 0 0 1 0 19
47 39 S1 0 0 0 1 0 21
48 40 S1 0 0 0 1 0 21
49 41 S1 0 0 0 1 0 22
50 43 S1 0 0 0 1 0 23
51 44 S1 0 0 0 1 0 28
52 45 S1 0 0 0 1 0 20
53 46 S1 0 0 0 1 0 24
54 47 S1 0 0 0 1 0 25
55 48 S1 0 0 0 1 0 22
56 49 S1 0 0 0 1 0 21
57 51 S1 0 0 0 1 0 16
58 61 S1 0 0 0 1 0 24
59 62 S1 0 0 0 1 0 16
60 63 S1 0 0 0 1 0 22
61 64 S1 0 0 0 1 0 23
62 65 S1 0 0 0 1 0 20
63 66 S1 0 0 0 1 0 23
64 67 S1 0 0 0 1 0 24
65 69 S1 0 0 0 1 0 18
66 70 S1 0 0 0 1 0 20
67 72 S1 0 0 0 1 0 23
68 74 S1 0 0 0 1 0 19
69 76 S1 0 0 0 1 0 24
70 77 S1 0 0 0 1 0 25
71 78 S1 0 0 0 1 0 21
72 79 S1 0 0 0 1 0 27
73 80 S1 0 0 0 1 0 21
74 84 S1 0 0 0 1 0 23
75 85 S1 0 0 0 1 0 25
76 87 S1 0 0 0 1 0 15
77 88 S1 0 0 0 1 0 22
78 89 S1 0 0 0 1 0 21
79 90 S1 0 0 0 1 0 16
80 94 S1 0 0 0 1 0 23
81 95 S1 0 0 0 1 0 22
82 96 S1 0 0 0 1 0 18
83 97 S1 0 0 0 1 0 24
84 100 S1 0 0 0 1 0 27
85 103 S1 0 0 0 1 0 15
86 104 S1 0 0 0 1 0 26
87 106 S1 0 0 0 1 0 23
88 107 S1 0 0 0 1 0 13
89 111 S1 0 0 0 1 0 24
90 115 S1 0 0 0 1 0 23
91 116 S1 0 0 0 1 0 9
92 119 S1 0 0 0 1 0 22
93 120 S1 0 0 0 1 0 23
94 122 S1 0 0 0 1 0 17
95 123 S1 0 0 0 1 0 20
96 127 S1 0 0 0 1 0 18
97 128 S1 0 0 0 1 0 22
98 129 S1 0 0 0 1 0 24
99 134 S1 0 0 0 1 0 21
100 2 S2 0 0 0 0 1 23
101 3 S2 0 0 0 0 1 22
102 4 S2 0 0 0 0 1 22
103 5 S2 0 0 0 0 1 22
104 6 S2 0 0 0 0 1 22
105 7 S2 0 0 0 0 1 25
106 14 S2 0 0 0 0 1 20
107 19 S2 0 0 0 0 1 26
108 26 S2 0 0 0 0 1 20
109 50 S2 0 0 0 0 1 28
110 52 S2 0 0 0 0 1 17
111 53 S2 0 0 0 0 1 12
112 54 S2 0 0 0 0 1 23
113 55 S2 0 0 0 0 1 21
114 60 S2 0 0 0 0 1 25
115 68 S2 0 0 0 0 1 24
116 73 S2 0 0 0 0 1 21
117 75 S2 0 0 0 0 1 24
118 82 S2 0 0 0 0 1 24
119 86 S2 0 0 0 0 1 25
120 91 S2 0 0 0 0 1 20
121 92 S2 0 0 0 0 1 19
122 102 S2 0 0 0 0 1 23
123 105 S2 0 0 0 0 1 21
124 109 S2 0 0 0 0 1 25
125 112 S2 0 0 0 0 1 20
126 114 S2 0 0 0 0 1 21
127 121 S2 0 0 0 0 1 24
128 124 S2 0 0 0 0 1 19
129 125 S2 0 0 0 0 1 26
130 126 S2 0 0 0 0 1 24
131 132 S2 0 0 0 0 1 20
132 133 S2 0 0 0 0 1 20
133 42 S3 -1 -1 -1 -1 -1 20
134 59 S3 -1 -1 -1 -1 -1 25
Data Responden Berdasarkan Ada Penghasilan Tambahan
No. Inisial Penghasilan Tambahan X1 Skor DV
1 4 ada 1 22
2 7 ada 1 25
3 8 ada 1 18
4 14 ada 1 20
5 15 ada 1 16
6 17 ada 1 14
7 26 ada 1 20
8 27 ada 1 23
9 29 ada 1 26
10 30 ada 1 24
11 35 ada 1 22
12 37 ada 1 23
13 39 ada 1 21
14 41 ada 1 22
15 44 ada 1 28
16 45 ada 1 20
17 46 ada 1 24
18 47 ada 1 25
19 48 ada 1 22
20 49 ada 1 21
21 52 ada 1 17
22 53 ada 1 12
23 54 ada 1 23
24 56 ada 1 25
25 57 ada 1 23
26 65 ada 1 20
27 67 ada 1 24
28 71 ada 1 18
29 74 ada 1 19
30 75 ada 1 24
31 77 ada 1 25
32 81 ada 1 23
33 82 ada 1 24
34 84 ada 1 23
35 86 ada 1 25
36 88 ada 1 22
37 92 ada 1 19
38 96 ada 1 18
39 97 ada 1 24
40 98 ada 1 24
41 101 ada 1 23
42 103 ada 1 15
43 110 ada 1 20
44 111 ada 1 24
45 114 ada 1 21
46 119 ada 1 22
47 123 ada 1 20
48 124 ada 1 19
49 127 ada 1 18
50 128 ada 1 22
51 131 ada 1 25
52 132 ada 1 20
53 133 ada 1 20
54 1 tidak ada 0 9
55 2 tidak ada 0 23
56 3 tidak ada 0 22
57 5 tidak ada 0 22
58 6 tidak ada 0 22
59 9 tidak ada 0 25
60 10 tidak ada 0 26
61 11 tidak ada 0 24
62 12 tidak ada 0 24
63 13 tidak ada 0 24
64 16 tidak ada 0 20
65 18 tidak ada 0 23
66 19 tidak ada 0 26
67 20 tidak ada 0 23
68 21 tidak ada 0 24
69 22 tidak ada 0 19
70 23 tidak ada 0 9
71 24 tidak ada 0 8
72 25 tidak ada 0 20
73 28 tidak ada 0 24
74 31 tidak ada 0 23
75 32 tidak ada 0 18
76 33 tidak ada 0 24
77 34 tidak ada 0 24
78 36 tidak ada 0 21
79 38 tidak ada 0 19
80 40 tidak ada 0 21
81 42 tidak ada 0 20
82 43 tidak ada 0 23
83 50 tidak ada 0 28
84 51 tidak ada 0 16
85 55 tidak ada 0 21
86 58 tidak ada 0 17
87 59 tidak ada 0 25
88 60 tidak ada 0 25
89 61 tidak ada 0 24
90 62 tidak ada 0 16
91 63 tidak ada 0 22
92 64 tidak ada 0 23
93 66 tidak ada 0 23
94 68 tidak ada 0 24
95 69 tidak ada 0 18
96 70 tidak ada 0 20
97 72 tidak ada 0 23
98 73 tidak ada 0 21
99 76 tidak ada 0 24
100 78 tidak ada 0 21
101 79 tidak ada 0 27
102 80 tidak ada 0 21
103 83 tidak ada 0 23
104 85 tidak ada 0 25
105 87 tidak ada 0 15
106 89 tidak ada 0 21
107 90 tidak ada 0 16
108 91 tidak ada 0 20
109 93 tidak ada 0 23
110 94 tidak ada 0 23
111 95 tidak ada 0 22
112 99 tidak ada 0 12
113 100 tidak ada 0 27
114 102 tidak ada 0 23
115 104 tidak ada 0 26
116 105 tidak ada 0 21
117 106 tidak ada 0 23
118 107 tidak ada 0 13
119 108 tidak ada 0 23
120 109 tidak ada 0 25
121 112 tidak ada 0 20
122 113 tidak ada 0 24
123 115 tidak ada 0 23
124 116 tidak ada 0 9
125 117 tidak ada 0 9
126 118 tidak ada 0 9
127 120 tidak ada 0 23
128 121 tidak ada 0 24
129 122 tidak ada 0 17
130 125 tidak ada 0 26
131 126 tidak ada 0 24
132 129 tidak ada 0 24
133 130 tidak ada 0 23
134 134 tidak ada 0 21
Data Responden Berdasarkan Usia, Masa Kerja dan Pendapatan Perbulan
No. Usia Masa Kerja Pendapatan Perbulan
1 46 18 tahun Rp. 4.000.000
2 38 10 tahun Rp. 2.000.000
3 38 10 tahun Rp. 2.300.000
4 43 13 tahun Rp. 6.500.000
5 64 10 tahun Rp. 5.000.000
6 27 1 tahun Rp. 2.000.000
7 37 4 tahun Rp. 7.300.000
8 49 27 tahun Rp. 5.200.000
9 21 1 tahun Rp. 1.200.000
10 29 5 tahun Rp. 2.100.000
11 22 3 tahun Rp. 1.000.000
12 31 7 tahun Rp. 1.300.000
13 36 8 tahun Rp. 1.500.000
14 37 10 tahun Rp. 7.000.000
15 28 2 tahun Rp. 3.000.000
16 43 10 tahun Rp. 3.300.000
17 49 8 tahun Rp. 4.000.000
18 25 2 tahun Rp. 1.300.000
19 33 7 bulan Rp. 1.700.000
20 25 3 tahun Rp. 1.500.000
21 36 4 tahun Rp. 2.000.000
22 26 6 tahun Rp. 1.300.000
23 44 6 tahun Rp. 1.200.000
24 47 20 tahun Rp. 4.000.000
25 45 10 tahun Rp. 3.000.000
26 33 3 tahun Rp. 3.500.000
27 48 25 tahun Rp. 3.200.000
28 47 18 tahun Rp. 5.000.000
29 49 28 tahun Rp. 6.800.000
30 56 30 tahun Rp. 4.000.000
31 27 4 tahun Rp. 1.300.000
32 45 15 tahun Rp. 2.600.000
33 22 1 bulan Rp. 1.300.000
34 27 3 tahun Rp. 1.600.000
35 29 8 tahun Rp. 3.500.000
36 38 13 tahun Rp. 1.600.000
37 27 2 tahun Rp. 2.000.000
38 24 2 tahun Rp. 1.800.000
39 27 6 bulan Rp. 2.800.000
40 23 6 bulan Rp. 1.800.000
41 47 20 tahun Rp. 12.800.000
42 41 6 tahun Rp. 5.000.000
43 33 9 bulan Rp. 1.300.000
44 37 11 tahun Rp. 4.200.000
45 36 11 tahun Rp. 4.500.000
46 38 13 tahun Rp. 3.100.000
47 34 8 tahun Rp. 5.700.000
48 52 27 tahun Rp. 4.200.000
49 50 18 tahub Rp. 6.000.000
50 36 10 tahun Rp. 2.800.000
51 32 7 tahun Rp. 2.900.000
52 48 19 tahun Rp. 5.000.000
53 40 14 tahun Rp. 8.000.000
54 47 20 tahun Rp. 9.250.000
55 38 20 tahun Rp. 2.200.000
56 24 6 tahun Rp. 1.900.000
57 32 II tahun Rp. 2.600.000
58 24 4 tahun Rp. 2.000.000
59 50 22 tahun Rp. 5.000.000
60 36 6 tahun Rp. 2.000.000
61 37 10 tahun Rp. 2.200.000
62 22 7 bulan Rp. 1.700.000
63 46 14 tahun Rp. 2.500.000
64 44 14 tahun Rp. 2.500.000
65 52 28 tahun Rp. 4.500.000
66 41 15 tahun Rp. 2.300.000
67 31 5 tahun Rp. 2.450.000
68 45 14 tahun Rp. 2.000.000
69 43 10 tahun Rp. 2.000.000
70 32 11 tahun Rp. 1.740.000
71 41 17 tahun Rp. 3.200.000
72 41 14 tahun Rp. 5.000.000
73 39 11 tahun Rp. 3.000.000
74 52 27 tahun Rp. 3.000.000
75 46 20 tahun Rp. 4.300.000
76 33 5 tahun Rp. 2.000.000
77 42 22 tahun Rp. 12.000.000
78 28 6 tahun Rp. 1.500.000
79 40 9 tahun Rp. 2.300.000
80 36 2 tahun Rp. 1.800.000
81 39 17 tahun Rp. 3.100.000
82 46 10 tahun Rp. 3.500.000
83 53 12 tahun Rp. 2.400.000
84 26 2 tahun Rp. 4.700.000
85 26 6 bulan Rp. 1.500.000
86 51 20 tahun Rp. 5.000.000
87 48 14 tahun Rp. 3.131.000
88 40 15 tahun Rp. 5.300.000
89 24 17 tahun Rp. 1.600.000
90 28 5 tahun Rp. 1.500.000
91 33 8 tahun Rp. 2.000.000
92 49 11 tahun Rp. 3.700.000
93 46 25 tahun Rp.3.475.000
94 40 10 tahun Rp. 2.400.000
95 22 1 bulan Rp. 1.300.000
96 35 11 tahun Rp. 3.500.000
97 43 23 tahun Rp.5.300.000
98 53 28 tahun Rp. 3.700.000
99 48 26 tahun Rp. 2.800.000
100 29 6 tahun Rp. 1.500.000
101 28 11 tahun Rp. 3.005.000
102 35 4 tahun Rp. 2.500.000
103 50 20 tahun Rp. 4.600.000
104 27 10 tahun Rp. 1.725.000
105 45 15 tahun Rp. 3.000.000
106 43 14 tahun Rp. 4.050.000
107 51 25 tahun Rp. 3.000.000
108 29 6 tahun Rp. 1.600.000
109 68 12 tahun Rp. 2.000.000
110 34 5 tahun Rp. 3.500.000
111 52 24 tahun Rp. 9.000.000
112 38 17 tahun Rp. 5.000.000
113 30 8 tahun Rp. 1.500.000
114 31 1 tahun Rp. 3.900.000
115 50 27 tahun Rp. 3.000.000
116 48 16 tahun Rp. 2.000.000
117 55 30 tahun Rp. 2.500.000
118 51 30 tahun Rp. 2.500.000
119 40 5 tahun Rp. 4.000.000
120 48 18 tahun Rp. 4.000.000
121 39 13 tahun Rp. 3.000.000
122 47 18 tahun Rp. 4.000.000
123 49 22 tahun Rp. 6.000.000
124 51 28 tahun Rp. 5.500.000
125 36 8 tahun Rp. 2.100.000
126 40 12 tahun Rp. 3.000.000
127 24 2 tahun Rp. 2.100.000
128 23 1 tahun Rp. 1.900.000
129 53 21 tahun Rp. 4.700.000
130 44 20 tahun Rp. 2.000.000
131 30 8 tahun Rp. 3.200.000
132 50 17 tahun Rp. 4.900.000
133 41 12 tahun Rp. 7.000.000
134 30 10 tahun Rp. 1.500.000