127 I Jurnal Mahasiswa dan Peneliti Kesehatan - JuMantik
HUBUNGAN ANTARA ASUPAN ENERGI, ASUPAN PROTEIN
DAN TINGKAT DEPRESI DENGAN STATUS GIZI PASIEN
GANGGUAN JIWA
(Studi di Rumah Sakit Jiwa Propinsi Kalimantan Barat)
Sri Mariati1, Marlenywati
2, Indah Budiastutik
3
1. Peminatan Gizi Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah
Pontianak Tahun 2015. Email: [email protected]
2. Dosen Peminatan Gizi Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah
Pontianak. Email: [email protected]
3. Dosen PeminatanGizi Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah
Pontianak. Email: Indah [email protected]
4.
ABSTRAK
Gangguan jiwa merupakan kumpulan keadaan yang tidak normal, baik yang berhubungan
dengan fisik maupun mental. Salah satu gangguan jiwa adalah depresi. Survei pendahuluan terhadap 10
orang pasien Rumah Sakit Jiwa Kalimantan Barat dengan melihat data IMT ditemukan bahwa pasien
dengan status gizi kurang sebesar 20% dan status gizi normal sebesar 80% dan data asupan energi dan
asupan protein menggunakan metode Comstok ditemukan 30% dengan asupan energi dan protein kurang,
70% dengan asupan energi dan protein cukup. Data tingkat depresi pasien dilakukan dengan
menggunakan kuesioner DBI ditemukan pasien dengan tingkat depresi berat sebesar 40% dan tingkat
depresi sedang sebesar 60% (Data primer 2015).
Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan antara asupan energi, asupan protein dan
tingkat depresi dengan status gizi pasien gangguan jiwa di Rumah Sakit Jiwa Kalimantan Barat. Desain
penelitian menggunakan Crossectional. Populasi penelitian semua pasien gangguan jiwa yang memenuhi
kriteria inklusi yang berjumlah 615 orang, sampel 148 pasien yang diambil secara proporsional random
sampling dan pengambilan sampel secara acak menggunakan sistem kocok arisan. Analisis data
dilakukan dengan menggunakan uji Chi square.
Hasil penelitian menunjukkan ada hubungan antara asupan energi dengan status gizi (p value =
0,000, PR = 7,250), asupan protein (p value = 0,000, PR = 5,143), dan tingkat depresi (p value = 0,000,
PR = 9,046).
Diharapkan agar rumah sakit tetap meningkatkan mutu, cita rasa dan modifikasi menu makanan yang
disajikan untuk menghindari kebosanan pasien supaya tidak ada lagi sisa makanan. Disarankan bagi
pasien untuk menghabiskan makanan yang disajikan oleh rumah sakit.
Kata Kunci : asupan energi, protein, tingkat depresi dan status gizi, pasien, Prop Kalbar
128 I Jurnal Mahasiswa dan Peneliti Kesehatan - JuMantik
CORRELATION OF ENERGY INTAKE, PROTEIN INTAKE,
DEPRESSION LEVELS, AND NUTRITIONAL STATUS OF MENTAL
ILLNESS PATIENTS
( A Study At Psychiatric Hospital Of West Kalimantan)
Sri Mariati1, Marlenywati
2, Indah Budiastutik
3
1. Nutrition of Public Health Departement Muhammadiyah University PontianakYear 2015. 2. Nutrition of Public Health Departement Muhammadiyah University Pontianak. 3. Nutrition of Public Health Departement Muhammadiyah University Pontianak.
ABSTRACT
Mental illnessis a set of physical and mental abnormal circumstances. Oneof which
isdepression. A preliminary surveyconducted to 10patients atpsychiatric hospitalof West
Kalimantan, by considering IMT,showed that patients withmalnutrition statuswere 20%, and
patients with normal nutritionalstatus were 80%. Data gathered by using Comstok method
indicated that 30% patients had less energyandproteinintake, and 70% patients had adequate
energy and protein intake. In addition, data of DBI indicated that patients withseveredepression
levelswere 40%and patients with moderatelevel ofdepressionwere 60%.
This study aimed at discovering the correlation of energy intake, protein intake,
depression level, and nutritional status of mental illness patients at psychiatric hospital of West
Kalimantan, using cross sectional design, this study employed 615 inclusive criteria population.
As many as 148 samples were selected by using proportional random sampling. The data were
statistically analyzed by using chi square test.
The study revealed that there were correlation of nutritional status ( p value= 0,000, PR =
7,250), protein intake (p value = 0,000, PR = 5,143) and depression levels (p value = 0,000, PR
= 9,046).
The management of hospital need to enhance the quality and the menu modification in
order to stimulate and increase the patients’ appetite. The menu modification is also important
to reduce the patients’ boredom on the given menu and avoid them leaving the food on the
plate.
Key words : energy intake, protein, depression levels, nutritional status of mental illness
patients
129
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Masalah kesehatan jiwa adalah masalah
yang sangat mempengaruhi produktivitas
dan kualitas kesehatan perorangan
maupun masyarakat yang tidak mungkin
ditanggulangi oleh satu sektor saja.
Penderita gangguan jiwa dari tahun ke
tahun cenderung meningkat seiring
dengan perubahan pola kehidupan di era
globalisasi saat ini.1
Rumah sakit merupakan salah satu
sarana kesehatan yang memegang peranan
penting untuk meningkatkan derajat
kesehatan masyarakat. Fungsi dari rumah
sakit memberikan pelayanan yang
sempurna, baik pencegahan maupun
pengobatan. Dalam Undang-Undang No
44/2009 tentang Rumah Sakit disebutkan
berbagai sarana atau tempat untuk
menyelenggarakan upaya kesehatan yang
menangani khusus satu macam penyakit
adalah Rumah Sakit Khusus, diantaranya
adalah Rumah Sakit Jiwa
Menurut World Health Organization
(WHO), prevalensi penderita gangguan
jiwa di dunia tahun 2012 lebih dari 450
juta jiwa dan dipekirakan bahwa 2-3%
dari jumlah penduduk Indonesia
menderita gangguan jiwa berat dan
memerlukan perawatan di rumah sakit. 1
Berdasarkan data Riskesdas tahun
2013 sebanyak 1.728 orang mengalami
gangguan jiwa berat. Untuk Kalimantan
Barat, jumlah orang yang menderita
gangguan jiwa mencapai 0,7%. 2
Data Rumah Sakit Jiwa Propinsi
Kalimantan Barat menunjukkan bahwa
pada tahun 2015 mulai dari bulan januari
sampai dengan bulan april jumlah pasien
jiwa yang dirawat inap mencapai 650
jiwa.Pada saat dilakukan penelitian pada
bulan Agustus 2015 pasien Rumah Sakit
Jiwa Propinsi Kalimantan Barat sebesar
620 jiwa dan dan pasien yang memenuhi
kriteria inklusi sebanyak 615 orang
dimana penderita perempuan sebanyak
135 jiwa dan laki-laki sebanyak 480 jiwa.3
Rumusan Masalah
Hasil survei pendahuluan yang
dilakukan penulis pada 10 pasien Rumah
Sakit Jiwa Propinsi Kalimantan Barat
ditemukan pasien dengan status gizi
kurang sebesar 20% (IMT = < 18,5
kg/ ) dan status gizi normal sebesar
80% (IMT = < 18,5 Kg/ - 25 Kg/ ),
asupan energi dan protein kurang sebesar
30% dan asupan energi, asupan energi dan
protein cukup sebesar 70% dan sebanyak
40% mengalami depresi berat sedangkan
sebesar 60% mengalami depresi sedang.
Tujuan Penelitian
1. Mengetahui hubungan antara asupan
energi dengan status gizi pasien
gangguan jiwa di Rumah Sakit Jiwa
Propinsi Kalimantan Barat.
2. Mengetahui hubungan antara asupan
protein dengan status gizi pasien
gangguan jiwa di Rumah Sakit Jiwa
Propinsi Kalimantan Barat.
3. Mengetahui hubungan antara asupan
depresi dengan status gizi pasien
gangguan jiwa di Rumah Sakit Jiwa
Propinsi Kalimantan Barat.
Metode
Penelitian ini dilakukan di Rumah
Sakit Jiwa Propinsi Kalimantan Barat.
Penelitian ini dilakukan selama 3 bulan
dimulai dari bulan juli sampai dengan
September 2015. Penelitian ini merupakan
130 I Jurnal Mahasiswa dan Peneliti Kesehatan - JuMantik
penelitian observasional analitik dengan
menggunakan pendekatan crosssectional.
Sampel yang digunakan dalam
penelitian ini adalah seluruh pasien
Rumah Sakit Jiwa Propinsi Kalimantan
Barat yang berjumlah 148 orang.
Menggunakan teknik proporsional
random sampling.
Analisis yang digunakan adalah
univariat untuk memperoleh gambaran
distribusi frekuensi dan proporsi masing-
masing setiap variabel yang diteliti.
Analisis bivariat dilakukan untuk
mengetahui hubungan variabel
independen dan dependen yaitu asupan
energi, asupan protein, tingkat depresi
dengan status gizi pasien jiwa.
Hasil dan Pembahasan
Hasil pengumpulan dan pengolahan
data responden diketahui karakteristik
berdasarkan tingkat usia dewasa awal (26-
35 tahun) sebanyak 59 responden 39,9%,
karakteristik berdasarkan jenis kelamin
laki laki sebanyak 108 responden 73%,
dan karakteristik responden berdasarkan
tingkat pendidikan tingkat SLTP sebanyak
45 responden 30,4% untuk lebih jelasnya
dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Karakteristik Responden
Tabel 1
Distribusi Frekuensi Umur, jenis Kelamin
dan Tingkat Pendidikan Responden di
Rumah Sakit Jiwa Propinsi Kalimantan
Barat
Karakteristik
Responden
n %
Umur
Remaja akhir (17-25
tahun)
18 12,2
Dewasa awal (26-35
tahun)
59 39,9
Dewasa akhir (36-45
tahun)
41 27,7
Lansia awal (46-55
tahun)
20 13,5
Lansia akhir (56-65
tahun)
10 6,8
Jenis Kelamin
Laki-laki 108 73
Perempuan 40 27
Tingkat Pendidikan
Tidak sekolah 8 5,4
Tidak tamat SD 14 9,5
SD 71 48
SLTP 45 30,4
SLTA 9 6,1
Diploma/S1 1 0,7
Sumber: Data Primer 2015
Univariat
Tabel 2
Distribusi Frekuensi Asupan Energi,
Asupan Protein, Tingkat Depresi dan
Status Gizi di Rumah Sakit Jiwa Propinsi
Kalimantan Barat
Variabel Responden
n %
Asupan Energi
Kurang 32 21,6
131 I Jurnal Mahasiswa dan Peneliti Kesehatan - JuMantik
Cukup 116 78,4
Asupan Protein
Kurang 28 18,9
Cukup 120 81,1
Tingkat Depresi
Berat 52 35,1
Sedang 96 64,9
Status Gizi
Kurang 33 22,3
Normal 115 77,7
Total 148 100
Sumber: Data Primer 2015
Dari tabel 2 diketahui distribusi
frekuensi berdasarkan asupan energi, yang
asupan energi cukup sebanyak 116
responden (78,4%) lebih besar
dibandingkan dengan responden yang
asupan energi kurang. Distribusi frekuensi
berdasarkan asupan protein, yang asupan
protein cukup sebanyak 120 responden
(81,1%) lebih besar dibandingkan dengan
responden yang asupan protein kurang.
Distribusi frekuensi berdasarkan tingkat
depresi yang tingkat depresi sedang
sebanyak 96 responden (64,9%) lebih
besar dibandingkan dengan responden
yang tingkat depresi berat.
Bivariat
Tabel 3
Hubungan Asupan Energi, Asupan Protein, Tingkat Depresi Dengan Status Gizi Pasien
Jiwa di Rumah Sakit Jiwa Propinsi Kalimantan Barat
Variabel
Status Gizi
P value PR 95% CI Kurang Normal
n % n %
Asupan Energi
0,000
7,250
(3,944-13,328)
Kurang 22 68,8 10 31,2
Cukup 11 9,5 105 90,5
Asupan Protein
0,000
5,143
(2,973-8,896)
Kurang 18 64,3 10 35,7
Cukup 15 125 105 87,4
Tingkat Depresi
0,000
10,338
(4,247-25,168)
Berat 28 53,8 24 46,2
Sedang 5 5,2 91 948
132 I Jurnal Mahasiswa dan Peneliti Kesehatan - JuMantik
Sumber: Data Primer 2015
Hasil analisis variabel asupan
energi berdasarkan uji statistik Chi square
pada tabel 3 didapatkan nilai p value
0,000 (<0,05), dapat disimpulkan bahwa
ada hubungan antara asupan energi
dengan status gizi pasien gangguan jiwa di
Rumah Sakit Jiwa Propinsi Kalimantan
Barat. Hasil analisis diperoleh nilai PR =
7,250 artinya responden yang asupan
energinya kurang memiliki peluang 7,250
kali lebih besar untuk mengalami status
gizi kurang jika dibandingkan dengan
responden yang asupan energinya cukup.
Hasil analisis variabel asupan protein
berdasarkan uji statistik dengan
menggunakan Chi Square pada tabel 3
didapatkan nilai p value = 0,000 (< 0,05)
dapat disimpulkan bahwa ada hubungan
antara antara asupan protein dengan status
gizi pasien gangguan jiwa di Rumah Sakit
Jiwa Propinsi Kalimantan Barat. Hasil
analisis diperoleh pula nilai PR = 5,143
artinya responden dengan asupan protein
kurang memiliki peluang 5,143 kali lebih
besar untuk mengalami status gizi kurang
jika dibandingkan dengan responden yang
asupan proteinnya cukup. Hasil analisis
variabel tingkat depresi berdasarkan uji
statistik dengan menggunakan Chi square
pada tabel 3 didapatkan nilai p value =
0,000 (<0,05), jadi dapat disimpulkan ada
hubungan antara tingkat depresi dengan
status gizi pasien gangguan jiwa di Rumah
Sakit Jiwa Propinsi Kalimantan Barat.
Hasil analisis diperoleh pula nilai PR =
10,338 artinya responden yang tingkat
depresinya berat memiliki peluang 10,338
kali lebih besar untuk mengalami status
gizi kurang jika dibandingkan dengan
responden yang tingkat depresinya
sedang.
PEMBAHASAN
1. Hubungan Antara Asupan Energi
dengan Status Gizi Pasien Gangguan
Jiwa
Hasil analisis statistik dengan
menggunakan uji Chi square
menunjukkan bahwa terdapat
hubungan antara Asupan Energi
dengan Status Gizi Pasien Gangguan
Jiwa. Pada penelitian ini tingkat asupan
energi pasien di Rumah Sakit Jiwa
Propinsi Kalimantan Barat sebagian
besar asupan energinya cukup yaitu
sebesar 78,4% dan kurang sebesar
21,6%.
Hal ini sejalan dengan penelitian
yang dilakukan oleh Gumala (2011)
yang menunjukkan bahwa terdapat
korelasi yang bermakna antara asupan
energi dengan status gizi. Pada sub
sampel laki-laki dan perempuan
terdapat korelasi yang positif dan
sangat bermakna antara tingkat
konsumsi energi dengan status gizi
pasien gangguan jiwa di BPK Rumah
Sakit Jiwa Propinsi Bali.
Konsumsi makanan berpengaruh
terhadap status gizi seseorang. Status
gizi baik terjadi apabila tubuh
memperoleh cukup zat-zat gizi yang
digunakan secara efisien sehingga
memungkinkan pertumbuhan fisik,
perkembangan otak, kemampuan kerja
dan kesehatan secara umum. Status
gizi kurang terjadi bila tubuh
mengalami kekurangan satu atau lebih
133 I Jurnal Mahasiswa dan Peneliti Kesehatan - JuMantik
zat-zat gizi 4.Asupan energi yang
kurang dapat mengakibatkan status
gizi kurang. Kurangnya asupan energi
dapat melemahkan sistem kekebalan
tubuh. Energi dan protein dibutuhkan
agar sistem kekebalan tubuh berfungsi
dengan baik. Makanan yang
memenuhi kebutuhan zat gizi tubuh
umumnya membawa ke arah status
gizi yang baik. Disarankan energi
yang harus dikonsumsi adalah 2.800
kalori yang dapat diperoleh dari
karbohidrat, protein dan lemak5.
2. Hubungan Antara Asupan Protein
dengan Status Gizi Pasien
Gangguan Jiwa
Hasil analisis uji Chi Square
menunjukkan bahwa asupan protein
memiliki hubungan dengan status gizi
pasien gangguan jiwa di Rumah Sakit
Jiwa Propinsi Kalimantan Barat.
Resiko untuk responden yang asupan
energi protein kurang mengalami
status gizi kurang adalah 5,143 kali
lebih besar dibandingkan dengan
yang asupan protein cukup.
Hasil penelitian ini sejalan
dengan penelitian yang dilakukan
oleh Prasetyo (2013) yang
menyatakan bahwa ada hubungan
yang bermakna antara asupan protein
dengan status gizi pasien gangguan
jiwa di Rumah Sakit Jiwa Dr
Radjiman Wediodiningrat Lawang
Kabupaten Malang.
Asupan protein yang cukup
diperlukan oleh tubuh untuk
membangun sel-sel yang rusak,
membentuk zat-zat pengatur seperti
enzim dan hormon dan membentuk zat
anti body4.Kebutuhan protein khusus
pasien gangguan jiwa belum ada
literatur yang menjelaskan lebih
spesifik. Dalam menentukan jumlah
protein yang direkomendasikan
peneliti lebih mengacu pada prinsip
energi tinggi protein tinggi I (ETPT I)
yaitu energi 2800 kalori dan protein
100 gram (2 gr/kg BB)6.
Asupan protein yang cukup atau
baik sejalan dengan pendapat Raharja
(2007) yang menyatakan bahwa obat
anti depresan dapat mempengaruhi
makanan yang masuk, metabolisme
dan ekskresi zat-zat gizi. Obat anti
depresan atau obat anti murung adalah
obat-obatan yang mampu
memperbaiki suasana jiwa dengan
menghilangkan atau meringankan
gejala keadaan murung yang tidak
disebabkan oleh kesulitan sosial,
ekonomi, dan penyakit. Efek samping
obat anti depresan salah satunya
adalah meningkatkan selera makan.
Disamping efek obat kemungkinan
lain adanya beberapa faktor yang
mempengaruhi konsumsi energi dan
protein yang cukup misalnya suasana
hati yang tenang sehingga
menyebabkan nafsu makan menjadi
baik, sehingga asupan makanan
cukup7.
Pada penelitian ini, hasil analisis
metode Comstok ditemukan pasien
yang kurang dalam asupan protein
juga banyak ditemukan pada hari
sabtu. Hal ini mungkin disebabkan
karena pada hari sabtu sumber protein
hewani hanya berasal dari ikan,
sedangkan protein yang berasal dari
daging ayam dan sapi tidak ada. Hal
ini dapat menyebabkan menurunnya
134 I Jurnal Mahasiswa dan Peneliti Kesehatan - JuMantik
selera makan pasien dan kemungkinan
penyediaan menu yang kurang
bervariasi. Disarankan pada pihak
Rumah Sakit untuk menambah protein
hewani yang berasal dari daging ayam
dan daging sapi.
3. Hubungan Antara Tingkat Depresi
dengan Status Gizi Pasien
Gangguan Jiwa
Hasil analisis statistik dengan
menggunakan uji Chi Square
diperoleh diperoleh nilai p value =
0,000 lebih kecil dari α 0,05 dengan
demikian terdapat hubungan antara
tingkat depresi dengan status gizi
pasien gangguan jiwa di Rumah Sakit
Jiwa Propinsi Kalimantan Barat.
Berdasarkan hasil penelitian
diketahui bahwa pasien yang tingkat
depresinya berat akan memiliki
peluang 10,338 kali lebih besar
mengalami status gizi kurang
dibandingkan dengan pasien yang
tingkat depresinya sedang.
Hasil penelitian ini sejalan
dengan penelitian yang dilakukan
oleh Anggraini (2014) yang
menyatakan bahwa depresi memiliki
hubungan yang bermakna secara
statistik dengan status gizi. Pada
keadaan depresi, seseorang cenderung
lupa akan pemenuhan kebutuhan
dasar, seperti kebutuhan akan
makanan, kebersihan dan istirahat
Depresi dapat mengakibatkan
nafsu makan menurun, sehingga
dapat menggangu penyerapan zat gizi
yang masuk ke dalam tubuh terutama
asupan energi dan protein. Kurangnya
asupan energi protein dapat
melemahkan sistem kekebalan dalam
tubuh dengan perubahan tingkah laku
seperti perubahan tidur, latihan fisik.
Energi dan protein dibutuhkan agar
sistem kekebalan berfungsi dengan
baik. Pada situasi depresi, seseorang
cenderung lupa akan pemenuhan
kebutuhan dasar, seperti kebutuhan
akan makanan, kebersihan diri dan
istirahat. Apabila asupan makanan
rendah dan berlangsung dalam jangka
waktu yang relatif panjang, seseorang
akan mengalami defisiensi energi dan
protein.9
Adapun hal yang dapat dilakukan
untuk menjaga agar pasien dengan
tingkat depresi berat tidak menjadi
lebih kuru adalah dengan memberikan
obat anti depresan sesuai dengan
dosisnya agar selera makan pasien
bertambah dan meningkatkan kualitas
pelayanan gizi rumah sakit jiwa atau
penatalaksanaan gizi menjadi lebih
baik lagi agar tujuan pelayanan gizi
rumah sakit jiwa dalam rangka
membantu mempercepat kesembuhan
pasien dan meningkatkan derajat
kesehatan masyarakat dapat tercapai
secara optimal.
KESIMPULAN
1. Ada hubungan antara asupan
energi dengan status gizi pasien
gangguan jiwa di Rumah Sakit
Jiwa Propinsi Kalimantan Barat.
2. Ada hubungan antara asupan
protein dengan status gizi pasien
gangguan jiwa di Rumah Sakit
Jiwa Propinsi Kalimantan Barat.
3. Ada hubungan antara tingkat
depresi dengan status gizi pasien
gangguan jiwa di Rumah Sakit
Jiwa Propinsi Kalimantan Barat.
135 I Jurnal Mahasiswa dan Peneliti Kesehatan - JuMantik
Saran
1. Diharapkan rumah sakit tetap
meningkatkan pelayanan gizi dan
penatalaksanaan gizi yang lebih
baik lagi supaya makanan yang
disajikan dapat dikonsumsi oleh
pasien dan status gizi pasien
diharapkan tidak ada lagi yang
status gizi kurang.
2. Perlu adanya perubahan dan
modifikasi menu untuk
menghindari kebosanan pasien
terhadap menu yang disajikan di
rumah sakit.
3. Perlunya pendekatan dan
pengkajian lebih dalam dari pihak
rumah sakit sehingga dapat
mengerti keinginan pasien.
4. Perlu penelitian lebih lanjut
dengan menggunakan rancangan
case control dan adanya
penambahan variabel lainnya yang
tidak terdapat dalam penelitian ini
seperti: etnis, lamanya masa
perawatan dan sebagainya.
DAFTAR PUSTAKA
1. Maramis, A.A. 2009. Ilmu Kedokteran
Jiwa. Surabaya: Airlangga University
Press
2. Kemenkes RI. 2013. Riset Kesehatan
Dasar Tahun 2013. Jakarta: Badan
Penelitian dan Pengembangan
Kesehatan
3. Rumah Sakit Jiwa Propinsi Kalbar.
2015. Laporan Rawat Inap (IRNA) RSJ
Propinsi Kalimantan Barat.
Singkawang. RSJ Propinsi Kalbar
4. Almatsier, Sunita. 2010. Prinsip Dasar
Ilmu Gizi. Jakarta: Gramedia Pustaka
Utama
5. Depkes RI. 1987. Peraturan Pemberian
Makanan Untuk Rumah Sakit Jiwa
6. Almatsier, Sunita. 2007. Penuntun
Diet. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama
7. Raharja, K. 2007. Obat-Obat Penting.
Jakarta: PT Gramedia.
8. Anggraini, D.I. 2014. Hubungan
Depresi dengan Status Gizi. Medula,
Volume: 2 Nomor 2 Februari 2014.
9. Swarth, J. 2004. Stress dan Nutrisi.
Jakarta: Bumi Aksara