29
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Deskripsi per Siklus
1. Siklus I
Pada proses pembelajaran Matematika siklus I di SD Negeri 3 Wirosari UPTD Pendidikan
Kecamatan Wirosari Kabupaten Grobogan dapat peneliti kemukakan dari perencanaan,
pelaksanaan, pengamatan sampai refleksi.
a. Perencanaan
Berdasarkan hasil pembelajaran sebelum perbaikan , maka peneliti menyusun
rencana perbaikan pembelajaran siklus I yang menitikberatkan pada penggunaan metode
diskusi pemecahan masalah dalam kelompok. Dari rencana perbaikan pembelajaran siklus I
ini, ternyata hasil belajar yang dicapai siswa masih belum mencapai hasil yang maksimal. Agar
hasil belajar mencapai kriteria ketuntasan dan kekurangan rencana perbaikan pembelajaran
siklus I dapat diatasi, selanjutnya penelitii merencanakan perbaikan pembelajaran siklus II.
b. Pelaksanaan
Sebelum perbaikan pembelajaran siklus I dilaksanakan, peneliti telah menganalisis hasil
belajar yang diperoleh. Dari proses analisis dapat dikemukakan bahwa jumlah nilai 1665.
Dengan jumlah siswa sebanyak 30, dapat dihitung rata-rata sebesar 52,03. Tingkat ketuntasan
klasikal sebelum perbaikan ini mencapai 23,3 %.Ada 7 siswa yang tuntas. Selanjutnya peneliti
melaksanakan perbaikan pembelajaran siklus I pada tanggal 8 November 2011 dengan
alokasi waktu 2 x 35 menit (1 x pertemuan) untuk pertemuan pertama,evaluasi tidak peneliti
laksanakan pada pertemuan pertama ini karena permasalahan waktu. sedangkan untuk
pertemuan ke dua dilaksanakan pada hari rabu tanggal 9 November 2011 dengan alokasi
waktu juga sama seperti pertemuan I. Pelaksanaan evaluasi hanya dilaksanakan pada
pertemuan ke .Dari proses perbaikan pembelajaran siklus I, jumlah nilai yang diperoleh siswa
sebesar 1985, dengan rata-rata sebesar 62,03 dan tingkat ketuntasan klasikal mencapai 53,3
%. Untuk mengetahui lebih jelas hasil sebelum perbaikan dan perolehan hasil siklus I dapat
dilihat pada tabel 4.1
30
Tabel 4.1 Nilai Rata-rata Kelas dan Ketuntasan Klasikal
Pra Siklus dan Setelah Perbaikan Pembelajaran Siklus I
NO STATISTIK PRA SIKLUS HASIL PERBAIKAN
SIKLUS I
1. Jumlah nilai 1665 1985
2. Jumlah siswa 30 30
3. Nilai rata-rata kelas 52,03 62,03
4. Tingkat ketuntasan klasikal 23,3 % 53,3 %
5 Siswa yang tuntas 7 16
Selanjutnya peneliti mengolah data tersebut di atas ke dalam bentuk diagram agar mudah
untuk dibaca orang lain, berikut ini peneliti sajikan diagram dari data pada tabel 4.1
Diagram 4.1 Nilai rata – rata Pra Siklus dan Setelah
Perbaikan Pembelajaran Siklus I
31
Diagram 4.2
Tingkat Ketuntasan Klasikal Pra Siklus dan Setelah Perbaikan Pembelajaran Siklus I
Untuk memperjelas maka peneliti mencoba memaparkan ke dalam diagram tentang siswa yang tuntas sebelum dan setelah pembelajaran siklus I sebagai berikut :
Diagram 4.3 Siswa yang tuntas Pra Siklus
Dan sesudah perbaikan Siklus I
32
Berdasarkan dari tabel 1, diagram 1 dan diagram 2, dan diagram 3 dapat dilihat bahwa
sebelum perbaikan nilai rata-rata kelas hanya 52,03 dengan tingkat ketuntasan klasikal
sebesar 23,3 % , dan siswa yang tuntas hanya 7 siswa . Hal tersebut menunjukkan bahwa
tarap serap masih rendah. Setelah diadakan perbaikan pembelajaran pada siklus I, diperoleh
nilai rata-rata kelas 61 dengan tingkat ketuntasan klasikal mencapai 56,3 %, ada kenaikan
sekitar 62,03 hal tersebut menunjukkan bahwa perbaikan pembelajaran pada siklus I cukup
berhasil karena penerapan metode diskusi pemecahan masalah dalam kelompok
Disamping data nilai rata- rata kelas dan tingkat tuntas klasikal pada tabel 4.1 diagram 4.2,
berikut ini disajikan daftar rekap nilai hasil belajar pra siklus dan setelah perbaikan
pembelajaran siklus pada table 4.2
Tabel 4. 2 Rekapitulasi Nilai Hasil Evaluasi Belajar Pra Siklus
Dan Setelah Perbaikan Pembelajaran Siklus I
Banyak Siswa No. Interval Nilai
Pra Siklus Perbaikan Siklus I
1. Nilai < 65 23 14
2. 65 ≤ 7 16
Jumlah 30 30
Tabel 4.2 di atas bila disajikan dalam bentuk diagram batang akan terlihat seperti diagram 4.4
berikut ini :
33
Diagram 4.4
Pencapaian Hasil Evaluasi Belajar Setelah Perbaikan Pembelajaran Siklus I
Pada tabel 4.2 dan diagram 4.4 dapat dilihat bahwa banyak siswa yang memperoleh
nilai < 65 semakin menurun jumlahnya. Kalau sebelum perbaikn pembelajaran jumlahnya 23
orang, pada perbaikan pembelajaran siklus I menjadi 14 orang. Demikian pula sebaliknya
siswa yang memperoleh nilai di atas 65 semakin bertambah, kalau pada sebelum perbaikan
pembelajaran jumlahnya hanya 7 orang, setelah perbaikan pembelajaran siklus I menjadi 16
orang. Sebelum diadakan perbaikan pembelajaran belum ada yang memperoleh nilai > 90,
demikian pila pada perbaikan pembelajaran siklus I ini, belum ada yang memperoleh nilai 90.
c. Pengamatan
Pada proses perbaikan pembelajaran siklus I guru sudah menggunakan
metode diskusi pemecahan masalah dalam kelompok baik, akan tetapi guru terlalu
mendomonasi pembelajaran dan tidak memberi kesempatan kepada siswa untuk
menyampaikan pendapatnya dalam proses pembelajaran . Sedangkan dari
pengamatan terhadap siswa didapat hasil yaitu siswa sudah terlihat dapat menguasai
materi pembelajaran, siswa sudah banyak yang berani mengerjakan soal tanpa
34
ditunjuk, interaksi antara siswa dengan guru sudah agak berkembang tapi peran aktif siswa
masih sedikit. Proses pembelajaran pada siklus I dapat dikatakn cukup berhasil.
d. Refleksi
Pada pelaksanakan proses pembelajaran siklus I, ada beberapa keberhasilan
pembelajaran yang dilakukan guru antara lain, guru sudah menggunakan metode diskusi
pemecahan masalah dalam kelompok dengan baik dan guru juga menerapkan metode
pendukung . Adapun keukurangn yang masih dilakukan guru yaitu, guru belum banyak
melibatkan aktivitas siswa dalam proses pembelajaran. Untuk itu, perlu dikembangkan metode
yang lebih banyak melibatkan siswa secara aktif.
Namun demikian secara garis besar proses perbaikan pembelajaran siklus I yang
memfokuskan pada penggunaan metode diskusi pemecahan masalah dalam kelompok sudah
dapat meningkatkan hasil belajar siswa, walupun kenaikan presentase ketuntasan siswa
masih kecil. Dari hasil perbaikan pembelajaran siklus I dapat dikemukakan bahwa sebelum
diadakan perbaikan banyak siswa yang memperoleh nilai tuntas atau nilai ≥ KKM (65) hanya 7
orang dari 30 orang atau tingkat tuntas klasikal hanya mencapai 23,3 % setelah
perbaikan pembelajaran siklus I meningkat menjadi 16 orang atau tingkat tuntas klasikal
meningkat menjadi 53,3 %. Untuk rata-rata kelas sudah meningkat dari 52,03 menjadi 62,03.
peneliti memutuskan untuk dilaksanakan siklus ke 2 agar memperoleh hasil yang masksimal.
2. Siklus II
Dengan berbekal pengalaman pada siklus I maka pada proses perbaikan pembelajaran siklus II ini
ada beberapa hasil penelitian yang dapat peneliti kemukakan mulai dari perencanaan,
pelaksanaan, pengamatan sampai dengan refleksi.
a. Perencanaan
Langkah awal yang peneliti lakukan adalah menyusun Rencana perbaikan
pembelajaran siklus I. Pada siklus II ini rencana perbaikan pembelajaran peneliti tekankan
pada kemampuan siswa melaksanakan diskusi , rencana perbaikan pembelajaran dapat
berhasil dengan baik dan hasil yang dicapai siswa dapat maksimal. Dengan demikian rencana
perbaikan pembelajaran siklus II yang telah peneliti susun dapat meningkatkan hasil belajar
siswa.
35
b. Pelaksanaan
Kegiatan peneliti adalah menganalisis hasil belajar yang diperoleh. Dari proses
analisis dapat dikemukakan bahwa jumlah nilai 1985. Dengan jumlah siswa sebanyak 30,
dapat dihitung rata-rata kelas sebesar 62,03. Tingkat ketuntasan klasikal pada perbaikan
pemebelajaran siklus I mencapai 53,3 %. Selanjutnya peneliti melaksanakan perbaikan
pembelajaran siklus II pada tanggal 15 November 2011 untuk pertemuan pertama dengan
alokasi waktu 2 x 35 menit (1 x pertemuan), dan pertemuan ke dua pada tanggal 16 November
2011 dengan alokasi waktu sama dengan pertemuan pertama.Untuk efisien waktu maka
pelaksanaan evaluasi dilaksanakan pada pertemuan ke 2. Dari proses perbaikan
pembelajaran siklus II jumlah nilai yang diperoleh siswa sebesar 2295, dengan rata-rata kelas
71,72 dan tingkat ketuntasan klasikal mencapai 93,3 %. Untuk mengetahui lebih jelas hasill
perbaikan siklus I dan hasil perbaikan siklus II dapat dilihat pada tabel 4.3
Tabel 4.3 Nilai Rata-rata Kelas dan Ketuntasan Klasikal Setelah Pembelajaran Siklus I dan Siklus II
No Statistik Perbaikan
Siklus I
Perbaikan
Siklus II
1. Jumlah nilai 1985 2295
2. Jumlah siswa 30 30
3. Nilai rata-rata kelas 62.03 71,72
4. Tingkat ketuntasan klasikal 53,3 % 93,3 %
5 Siswa Yang tuntas 16 28
Untuk lebih jelasnya, berikut ini disajikan diagram batang dari data di atas.Agar semua pihak
dapat menikmati dam membaca keberhasilan dalam penelitian tindakan kelas yang peneliti
lakukan. Dibawah iniadalah pemaparannya :
36
Diagram 4.5 Nilai Rata-rata Setelah Perbaikan Pembelajaran
Siklus I dan Siklus II
Diagram 4.6 Tingkat Ketuntasan Setelah Perbaikan Pembelajaran
Siklus I dan Siklus
37
Diagram 4.7
Jumlah siswa yang tuntas pada siklus I dan siklus II
Dari tabel 4.3, diagram 4.5 diagram 4. 6 dan 4.7 di atas dapat dikemukakan bahwa,
dari perbaikan pembelajaran siklus I diperoleh nilai rata-rata kelas 62,03 dengan tingkat
ketuntasan klasikal mencapai 53,3 %. Selanjutnya, setelah diadakan perbaikan pembelajaran
siklus II diperoleh nilai rata-rata kelas 71,72 dengan tingkat ketuntasan klasikal mencapai 93,3
%. Ini berarti ada kenaikan tingkat ketuntasan klasikal sebanyak 40 %.
Disamping disajikan data nilai rata-rata kelas dan tingkat ketuntasan klasikal, berikut
ini disajikan daftar rekapitulasi nilai hasil evaluasi belajar setelah perbaikan pembelajaran
siklus I dan siklus II pada tabel 4.4
38
Tabel 4.4 Rekapitulasi Nilai Hasil Belajar Setelah Perbaikan Pembelajaran
Siklus I dan Siklus II
Banyak Siswa
No. Interval Nilai Perbaikan
Siklus I
Perbaikan
Siklus II
1. Nilai < 65 14 2
2. 65 ≤ 16 28
Jumlah 30 30
Untuk lebih jelasnya, berikut ini disajikan diagram dari data di atas
Diagram 4.8 Pencapaian Hasil Evaluasi Belajar Setelah Perbaikan Pembelajaran
Siklus I dan Siklus II
39
Pada tabel 4.4 dan diagram 4.6 di atas dapat dilihat bahwa, banyak siswa yang
memperoleh nilai < 65 semakin menurun jumlahnya. Kalau pada perbaikan pembelajaran
siklus I jumlahnya 14 siswa, setelah pembelajaran siklus II jumlahnya semakin menurun
menjadi 2 siswa. Demikian pula sebaliknya, siswa yang memperoleh nilai 65< semakin
bertambah. Kalau pada perbaikan pembelajaran siklus I sebanyak 16 siswa, setelah perbaikan
pembelajaran siklus II jumlahnya semakin bertambah menjadi 28 orang. Pada perbaikan
pembelajaran siklus I belum ada siswa yang memperoleh nilai ≥ 90, namun setelah perbaikan
pembelajaran siklus II ada 4 siswa memperoleh nilai ≥ 90. Walaupun pada perbaikan
pembelajaran II ini masih ada siswa yang memperoleh nilai < KKM, ada 2 orang siswa yang
masih berada di bawah KKM, namun diputuskan untuk menyudahi penelitian ini karena 2
siswa tersebut memang memiliki kelainan rendah ingatan.
c. Pengamatan
Setelah diadakan perbaikan pembelajaran siklus II, yaitu dengan metode diskusi
pemecahan masalah dalam kelompok. Guru sudah memberikan kesempatan kepada siswa
untuk terlibat aktif dalam proses pembelajaran dan peran guru sudah tidak terlalu dominan,
siswa menjadi lebih senang mengikuti proses pembelajaran, interaksi antara siswa dengan
guru sudah berlangsung baik dan siswa lebih aktif dalam proses pembelajaran. Dengan
demikian, proses pembelajaran siklus II secara garis besar sudah berhasil.
d. Refleksi
Peneliti melaksanakan proses refleksi setelah selesai dilaksanakan proses perbaikan
pembelajaran siklus II, ada beberapa keberhasilan pembelajaran yang dilakukan guru antara
lain, guru sudah menggunakan metode diskusi pemecahan masalah dalam kelompok dengan
baik dan guru sudah memberikan kesempatan kepada siswa untuk terlibat aktif dalam proses
pembelajaran dan peran guru sudah tidak terlalu dominan. Kekurangan yang dilakukan guru
yaitu, guru belum dapat menuntaskan belajar seluruh siswa, masih ada 2 siswa yang
memperoleh nilai di bawah KKM. Mereka terlihat pasif dan tidak dapat menyelesaikan soal-
soal dengan baik.
Namun walaupun ada beberapa kekurangan, pada proses pembelajaran siklus II ini,
hsil belajar yang dicapai siswa meningkat dengan signifikan. Kalau pada perbaikan
40
pembelajaran siklus I yang memperoleh nilai tuntas atau 65 baru sebanyak 16 dari 30 siswa
atau tingkat tuntas klasikal hanya mencapai 53,3 %, setelah perbaikan pembelajaran siklus II
meningkat menjadi 28 orang atau tingkat tuntas klasikal meningkat menjadi 93,3 %. Maka
tidak perlu diadakan siklus ke tiga.
4.2 Pembahasan
Pada bagian ini peneliti akan menggambarkankeberhasilan pada perbaikan siklus I I dan siklus
II berdasarkan refleksi, penemuan dan pengolahan data tersebut di atas dapat dikatakan bahwa faktor
yang paling menentukan dalam keberhasilan pembelajaran adalah kemampuan guru dalam menyusun
dan melaksanakan strategi pembelajaran yang tepat sehingga anak aktif dan kreatif dalam proses
pembelajaran untuk mencapai tujuan pembelajaran. Untuk itu, dalam melaksanakan proses perbaikan
pembelajaran peneliti bekerja sama dengan teman sejawat, konsultasi dengan pembimbing dan
dengan mengkaji berbagai sumber yang dapat peneliti perbunakan dalam mengambil tindakna
perbaikan pembelajaran untuk memecahkan permasalahan yang terjadi.
1. Siklus I
Pada siklus I ini peneliti memfokuskan pelaksanaan perbaikan pembelajaran dengan
menggunakan metode diskusi pemecahan masalah dalam kelompok. hasil belajar siswa dapat
meningkat walaupun persentase ketuntasannya masih kecil. Jika sebelum perbaikan pembelajaran
tingkat ketuntasan sebesar 21,9 %, setelah diadakan perbaikan pembelajaran siklus I menjadi 56,3
%. Demikian pula dengan nilai rata-rata kelas, kalau sebelum perbaikan pembelajaran nilai rata-
rata siswa hanya 48, setelah perbaikan pembelajaran siklus I meningkat menjadi 61.
Adanya kenaikan hasil evaluasi belajar yang dicapai siswa ini karena guru sudah
menggunakan metode diskusi pemecahan masalah dalam kelompok dengan baik dan guru juga
menerapkan metode yang bervariasi, tidak melulu ceramah terus. Selain beberapa tindakan
tersebut, penggunaan metode diskusi pemecahan masalah dalam kelompok dan dibaqntu peraga
manik-manik benar-benar sangat sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Piaget dalam
Karim, 1996 : 2 yang mengemukakan bahwa, anak SD berada pada tahap Operasional Kongkret
(7-12 tahun). Pada tahap ini, anak mengembangkan konsep dengan menggunakan benda-benda
konkrit untuk menyelidiki hubungan model-model abstrak. Anak mulai berpikir logis sebagai akibat
adanya kegiatan memanipulasi benda-benda konkrit.
41
Oleh karena jumlah siswa yang tuntas baru 16 dari 30 siswa atau peningkatan hasil
belajar pada perbaikan pembelajaran siklus I ini belum mencapai ≥ 60 %, karena tingkat
ketuntasan baru mencapai 56,3 % maka selanjutnya peneliti mencari alternatif lain untuk lebih
meningkatkan hasil belajar siswa terutama siswa yang belum tuntas belajar, yaitu senyak 14 siswa
atau 43,7 %.
2. Siklus II
Pada siklus II peneliti memfokuskan pelaksanaan perbaikan pembelajaran dengan
menerapkan metode diskusi pemecahan masalah dalam kelompok dan bimbibgan pada siswa
secara kelompok. Dengan menerapkan metode ini, hasil evaluasi belajar siswa dapat meningkat
secata maksimal. Jika sebelum pada perbaikan pembelajaran siklus I tingkat ketuntasan mencapai
23,3 %, setelah diadakan perbaikan pembelajaran siklus II menjadi 53,3 %. Demikian pula dengan
rata-rata kelas, kalau pada sebelum perbaikan pembelajaran nilai rata-rata siswa hanya 52,03,
setelah perbaikan pembelajaran siklus II meningkat menjadi 71,72
Kenaikan tersebut dapat terjadi karena pada proses perbaikan pembelajaran siklus II
guru sudah menggunakan metode diskusi pemecahan masalah dalam kelompok dengan baik dan
guru sudah memberikan kesempatan kepada siswa untuk terlibat aktif dalam proses pembelajaran
dan peran guru sudah tidak terlalu dominan. Dalam proses perbaikan pembelajaran siklus II dapat
dikemukakan bahwa siswa dalam mengikuti pembelajaran juga sudah serius dan tidak banyak
bicara sendiri. Selain itu penguasaan materi oleh siswa lebih baik karena mungkin juga faktor
perbaikan pembelajaran yang sudah dilakukan dalam dua siklus. Dengan keberhasilan perbaikan
pembelajaran siklus II dapat dikatakan bahwa metode pemecahan masalah yang diterapkan guru
sangat efektif. Dengan demikian perbaikan pembelajaran dapat selesai pada siklus II.
Oleh karena jumlah siswa yang tuntas dari 30 siswa sudah sebanyak 28 siswa atau
tingkat ketuntasan mencapai 93,3 %, sehingga peningkatan hasil belajar siswa pada perbaikan
pembelajaran siklus I ini sudah mencapai ≥60 %, maka dari itu perbaikan pembelajaran cukup
selesai pada siklus II. Untuk 2 siswa yang belum tuntas, dapat dikemukakan bahwa mereka
memiliki tingkat kecerdasan dibawah rata-rata.
42