Download - Harvard Step Tes
Harvard step up test adalah tes yang sudah dilakukan di laboratorium Harvard University sejak sebelum PD II . Nah, apa tujuan dari tes ini? Tujuannya adalah mengukur tingkat kebugaran seseorang. Bugar berarti tidak mengalami kelelahan yang cukup berarti saat melakukan aktivitas sehari-hari dalam bahasa super simplenya “gak gampang capek”.
Siapa saja yang boleh melakukan tes ini ? siapa saja boleh , kecuali :
anak-anak < 6 tahun ibu hamil
orang yang memiliki riwayatpenyakit jantung (kenapa? karena excercise ini cukup berat, takutnya nanti pembuluh darahnya iskemik)
Apa keuntungan dari tes ini ? Selain mudah dilakukan, keuntungan lainnya adalah alat yang digunakan sederhana. Yap! yang kita perlukan hanyalah :
Meja setinggi 40cm stopwatch/metronom
probandus (orang yang kita jadikan objek percobaan )
Bagaimana cara melakukan tes ini?
1. Hitung denyut nadi probandus saat setelah beristirahat 5 menit. Istirahatnya duduk-duduk ajaa..
2. Pobandus naik-turun meja mengikuti irama metronom selama 5 menit atau sampai dia capek dengan ritme 30 langkah/menit. (frekuensi metronomnya diatur 120 x/menit )
3. awasi gerakan kaki probandus! jangan sampai terlalu cepat atau terlalu lambat dan usahakan telapak kaki probandus seluruhnya menapak di meja.
4. Jika probandus iramanya udah gak sesuai lagi, berarti dia sudah capek
5. kalau tes nya sudah selesai, probandus istirahat 1 menit (duduk2 ). Setelah 1 menit hitung denyut nadi probandus selama 30 detik.
6. Setelah 3 menit hitung lagi denyut nadinya dan dibandingkan sama waktu 1 menit pertama tadi untuk mengetahui kerja jantungnya (penurunan denyut nadi) itu pulihnya cepat/lambat . Kalo cewek biasanya lebih cepat pulih karena adanya hormon Estroge.
Nah, setelah dicatat umlah denyut nadinya(pulse/ P) tadi, saatnya kita mengukur tingkat kebugarannya (fitness level) dengan rumus
score = (100 x durasi)/ (5,5 x pulse)
≥90 sangat baik
80-89 baik
65-79 lumayan baik
55-64 kurang
≤54 sangat kurang
Apa saja yang bisa mempengaruhi hasil tes ini ?
1. Tinggi badan = kalo probandusnya tinggi kan dia pasti gampang melangkah bolak balik di meja harvard yang 40 cm..
2. Berat badan = kalo probandusnya gemuk (apalagi banget) cepet capek, melangkahnya aaja mungkin agak susah
3. Motivasi = Kalo niatnya WAH banget pas ngelakuin tes ini pasti apapun yang terjadi, walau badai menghalang (ciee) orangnya gak gampang nyerah dan semangat melakukan tes ini sehingga mempengaruhi hasil.
4. Kondisi lingkungan saat percobaan dilakukan = yang ini juga cukup jelas sepertinya. (bayangin aja kalo tes ini dilakukan di kutub utara tanpa jaket tebal atau ditengah hujan ) hahaha sederhananya lingungan dengan suhu normal/ruang dan tidak mengganggu konsentrasi.
Apa saja yang perlu diperhatikan untuk meningkatkan kebugaran ?
Nih rumus ‘deking’ nya = FITT
1. Frequency : maksudnya dalam seminggu sebaiknya excercise dilakukan 3-5 kali/minggu2. Intensity : latihan itu harus disesuaikan dengan kemampuan kita. Jangan terlalu ringan
dan jangan terlalu berat. kalo terlalu ringn gak olahraga dong namanya, dan kalo terlalu berat itu gak baik juga dan gak ada efek positifnya bagi kerja jantung. Untuk mengetahui dosis yang tepat untuk melakukan olahraga, gunakan rumus : 60 – HR maks. sementara, Heart Rate (HR) maks = 80% x (220-umur)
3. Time : saat melakukan excercise, pertama-tama pemansan dulu (5-10 menit), excercise (20-45 menit) , pendinginan ( 5-10 menit)
4. Type : Tipe excercise yang bisa meningatkan kebugaran adalah excercise yang aerob. Misalnya : jogging, lari, jalan kaki, bersepeda, berenang, senam aerobik, dll
Tujuan dari :
1. Pemanasan : membuka aliran darah yang inaktif, vasodilatasi kapiler dan pembuluh darah kecil , meningkatkan suhu dan metabolic rate
2. Pendinginan : untuk Glukoneogenesis (jaga kadar glukosa darah ) dan menurunkan kadar as. laktat dalam darah
Bagaimana ciri-ciri excercise/ olahraga aerob ?
1. melibatkan otot-otot besar2. Ritmik
3. Intensitas rutin
4. Memerlukan usaha untuk melakukannya
Tes Kebugaran Jasmani (Physical FIitnes Test) Menurut Harvard Step Up TestTujuan Praktikum : a. Mengetahui tingkat kebugaran jasmani seseorangb. Mengetahui indeks kebugaran jasmani seseorang
METODE
A. Alat :
1. stopwatch
2. Bangku
B. Bahan :
1. probandus
2. tisue
C. Cara Kerja
1. i. Probandus duduk dan denyut nadinya dihitung selama 30 detik.2. ii. Probandus latihan naik turun bangku, maksimal selama 5 menit dan
stopwatch dinyalakan.
3. iii. Naik turun bangku dihentikan saat probandus merasa pusing, nyeri di dada, capek, lengkah tidak teratur atau jatuh.
4. iv. Denyut nadi saat istirahat, setelah naik turun bangku dan waktu naik turun bangku dicatat.
5. v. Indeks kebugaran jasmani dihitung dengan menggunakan rumus
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
Tabel 1 Hasil Kadar Hb
Probandus Jumlah denyut nadi IKJ Klasifikasi IKJSebelum
testSetelah
test
♂ 44 71 18,93 Jelek
♀ 50 95 13,39 Jelek
B. Pembahasan
Olah raga adalah mengolah tubuh atau jelasnya merupakan aktifitas dari manusia untuk melatih tubuhnya baik secara fisik maupun nonfisik. Olahraga bertujuan agar kesegaran jasmani tetap prima yang dihubungkan dengan tugas pokok yang dilakukan. Olahraga menjadi salah satu faktor yang menunjang kesehatan karena dengan olahraga kita merangsang setiap organ tubuh kita menjadi berkembang, dan bila dilakukan secara benar dapat dipastikan menghasilkan perkembangan yang positif bagi tubuh kita (Adi, 2009).
Kebugaran jasmani adalah Physical Fitness. Physic artinya kondisi fisik dan fitness artinya kecocokan, keserasian serta secara lebih jauh lagi kemampuan tubuh kita untuk beradaptasi, menjaga keseimbangan proses faali dan biokimiawi tubuh dalam keadaan stres berat
termasuk kerja fisik. Kebugaran jasmani adalah kemampuan seseorang untuk melaksanakan tugasnya sehari-hari dengan mudah, tanpa rasa lelah yang berlebihan dan masih mempunyai sisa atau cadangan tenaga untuk menikmati waktu luangnya serta untuk keperluan-keperluan yang mendadak (Syamsudin, 2010).
Menurut Morehouse dan Miller, kebugaran jasmani merupakan bagian dari total fitness yang mempunyai beberapa komponen antara lai
1. Antomical fitness
Antomical fitness merupakan sesuatu hal yang sukar di kembangkan, karena untuk pengembangannya harus dimulai sejak masa pertumbuhan anak-anak. Pengembangannya memerlukan waktu yang sangat banyak dan hasilnya sangat terbatas, karena terbentur pada faktor keturunan.
2. Physiological fitness
Physiological fitness adalah kemampuan tubuh untuk menyesuaikan fungsi fisiologinya agar dapat mengatasi keadaan lingkungan atau tugas fisik yang menentukan kerja otot seara cukup efisien, tak mengalami kelelahan dan telah memperoleh pemulihan yang sempurna.
3. Phsycological fitness
Phsycological fitness menggambarkan tentang keadaan emosi yang stabil dan berguna untuk mengatasi masalah serta membangkitkan kemampuan untuk mengatasi gangguan emosi yang timbul secara mendadak (Remagari, 2010).
Kebugaran jasmani dapat dibagi menjadi 3 kategori, yaitu kebugaran jasmani yang statis
(static), dinamis (dynamice) dan keterampilan motorik (motor skills). Kebugaran jasmani statis artinya ketidakadaan atau keadaan terbebas dari kecacatan atau penyakit. Kebugaran jasmani dinamis atau fungsional artinya kemampuan untuk melakukan pekerjaan fisik yang berat. Sementara itu kebugaran jasmani keterampilan motorik adalah kemampuan untuk melakukan gerakan koordinasi yang kompleks (Aida, 2005).
Selain pengkategorian di atas, komponen kebugaran jasmani juga berkaitan dengan
kesehatan, yaitu:
1. Komposisi tubuh
Adalah persentase (%) lemak dari berat badan total dan Indeks Massa Tubuh (IMT).
Lemak cepat meningkat setelah berumur 30 tahun dan cenderung menurun setelah berumur 60 tahun.
Memberi bentuk tubuh.
Pengukuran : Skinfold callipers, IMT, IMT = (Berat Badan Dalam kg : Tinggi Badan Dalam M2)
Obesitas pada anak-anak disebabkan oleh : hipeplasi dan hipertropi sel adiposit serta input berlebihan.
Obesitas pada orang dewasa oleh : hiperplasi dan hipertropi sel adiposit serta output yang kurang.
Adalah luas bidang gerak yang maksimal pada persendian, tanpa dipengaruhi oleh suatu paksaan atau tekanan.
Dipengaruhi oleh: Jenis sendi; Struktur tulang; Jaringan sekitar sendi, otot, tendon dan ligamen.
Wanita (terutama ibu hamil) lebih lentur dari laki-laki.
Anak-anak lebih besar dari orang dewasa.
Puncak kelenturan terjadi pada akhir masa pubertas.
Penting pada setiap gerak tubuh karena meningkatkan efisiensi kerja otot.
Dapat mengurangi cedera (orang yang kelenturannya tidak baik cenderung mudah mengalami cedera).
Pengukuran: Duduk tegak depan (Sit and reachTest) Flexometer.
Adalah kontraksi maksimal yang dihasilkan otot, merupakankemampuan untuk membangkitkan tegangan terhadap suatutahanan.
Laki-laki kira-kira 25% lebih besar dari wanita (Testoteronmerupakan anabolik steroid).
Merupakan kemampuan untuk kontraksi sub maksimal secaraberulang-ulang atau untuk berkontraksi terus menerus dalamsuatu waktu tertentu.
Mengatasi kelelahan.
Pengukuran : Push up test, Sit up test.
Kemampuan jantung, paru dan pembuluh darah untukberfungsi secara optimal pada waktu kerja dalam mengambilO2 secara maksimal (VO2 maks) dan menyalurkannya keseluruh tubuh terutama jaringan aktif sehingga dapatdigunakan untuk proses metabolisme tubuh.
Kemampuan otot-otot besar untuk melakukan pekerjaan cukup berat dalam waktu lama secara terus menerus.
Merupakan komponen kebugaran jasmani terpenting.
Pengukuran : test lari 2,4 Km (12 menit), Bangku Harvard test, Ergocycles test (Perdhana, 2008).
2. Kelenturan/fleksibilitas tubuh
3. Kekuatan Otot
4. . Daya tahan otot
5. Daya tahan jantung paru
Tes Harvard adalah salah satu jenis tes stress jantung untuk mendeteksi atau mendiagnosa penyakit kardiovaskuler. Tes ini juga baik digunakan dalam penilaian kebugaran, dan kemampuan untuk pulih dari kerja berat. Semakin cepat jantung berdaptasi (kembali normal), semakin baik kebugaran tubuh (Nurmila, 2008).
Kelebihan dari Harvard Langkah Tes:
1. Peralatannya sederhana
2. Mudah untuk dilakukan
3. Dapat dikelola sendiri
Kekurangan dari Harvard Langkah Tes:
1. Tingkat stres tinggi2. Tidak dapat dilakukan untuk anak-anak
3. Dipengaruhi oleh variasi maksimum detak jantung (Nurmila, 2008).
Tes Harvard merupakan tes ketahanan terhadap kardiovaskuler. Tes ini menghitung kemampuan untuk berolahraga secara terus-menerus dalam jangka waktu yang lama tanpa lelah. Subjek (orang yang meelakukan tes) melangkah naik dan turun pada papan setinggi 45 cm. jumlah langkah yaitu 30 langkah permenit dalam 5 menit atau sampai subjek kelelahan. Kelelahan adalah ketikaa saat subjek tidak mampu lagi mempertahankan langkahnya dalam 15 detik. Subjek didudukkan dan merupakan akhir dari tes, dan denyut jantungnya kemudian dihitung dalam 1 sampai 1,5, 2 sampai 2,5, dan 3 sampai 3,5 menit (Nurmila, 2008).
Dalam pengaliran darah ke seluruh tubuh ketika beraktivitas, pembuluh darah disekitar otot akan mengalami vasodilatasi (lebih besar) agar darah lebih banyak dialirkan. Vasodilatasi ini akan berlanjut pada penurunan tahanan perifer. Hal ini dapat diandaikan dengan dua buah pipa yaitu pipa kecil dan pipa besar. Tentunya pipa kecil akan memilki tahanan yang lebih besar dibandingkan dengan pipa besar. Selain itu, tekanan pada pipa besar lebih rendah dibandingkan pipa kecil demikian halnya dengan pembuluh darah. Saat melakukan olahraga atau aktivitas lainnya otot akan mulai kontraksi dan menghasilkan sisa metabolisme, seperti CO2, adenosin dan ion H, yang menyebabkan pembuluh darah kapiler jadi melebar sehingga oksigen yang dibutuhkan bisa sampe ke otot. Biasanya bila terlalu lama berolahraga wajah kita akan memerah yang disebabkan oleh pelebaran pembuluh darah perifer (Nurmila, 2008).
Faktor-faktor yang mempengaruhi kebugaran jasmani, yaitu :
1. Umur
Kebugaran jasmani anak-anak meningkat sampai mencapai maksimal pada usia 25-30 tahun, kemudian akan terjadi penurunan kapasitas fungsional dari seluruh tubuh, kira-kira sebesar 0,8-1% per tahun, tetapi bila rajin berolahraga penurunan ini dapat dikurangi sampai separuhnya.
2. Jenis Kelamin.
Sampai pubertas biasanya kebugaran jasmani anak laki-laki hampir sama dengan anak perempuan, tapi setelah pubertas anak-anak laki-laki biasanya mempunyai nilai yang jauh lebih besar.
3. Genetik.
Berpengaruh terhadap kapasitas jantung paru, postur tubuh, obesitas, haemoglobin/sel darah dan serat otot.
4. Makanan.
Daya tahan yang tinggi bila mengkonsumsi tinggi karbohidrat (60-70 %). Diet tinggi protein terutama untuk memperbesar otot dan untuk olahraga yang memerlukan
kekuatan otot yang besar.
5. Rokok.
Kadar CO yang terhisap akan mengurangi nilai VO2 maks, yang berpengaruh terhadap daya tahan, selain itu menurut penelitian Perkins dan Sexton, nicotine yang ada, dapat memperbesar pengeluaran energi dan mengurangi nafsu makan (Kusuma, 2009).
Menurut Arief (2007), tingkat kebugaran jasmani manusia dibagi kedalam beberapa kelompok, yaitu:
1. Kategori rendah : IKJ < 50
2. Kategori kurang : IKJ 50 – 80
3. Kategori baik : IKJ > 80
Berdasarkan percobaan yang dilakukan, probandus ♂ (pria) memiliki denyut nadi sebelum test 44 kali dan setelah test 71 kali, waktu yang diperlukan untuk naik dan turun bangku adalah 75 s, diperoleh IKJ 18,93. Probandus ♀ (wanita) memiliki denyut nadi sebelum test 44 kali dan setelah test 71 kali, waktu yang diperlukan untuk naik dan turun bangku adalah 70 s, diperoleh IKJ 13,39. Berdasarkan tingkat kebugaran jasmani, probandus pria dan wanita memiliki IKJ yang jelek karena IKJnya kurang dari 50. Hal ini tentu saja dipengaruhi oleh beberapa faktor, seperti aktivitas, jenis kelamin, faktor genetik dan makanan.
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil percobaan di atas, dapat diperoleh kesimpulan sebagai berikut.
1. Faktor-faktor yang mempengaruhi kebugaran jasmani seseorang adalah umur, jenis kelamin, genetik, makanan dan rokok.
2. Probandus ♂ (pria) memiliki IKJ 18,93 sedangkan probandus ♀ (wanita) memiliki IKJ 13,39 dan keduanya masuk pada kriteria jelek.
3. Komponen kebugaran jasmani terdiri dari komposisi tubuh, kelenturan tubuh, kekuatan otot, daya tahan otot, dan daya tahan jantung paru.
DAFTAR PUSTAKA
Adi, M. 2009. Olahraga Sama dengan Nasi. http://sdplsolo.pangudiluhur.org. 30 Oktober 2010.Aida, Yuniarti, 2005, Fisiologi Hewan, Fakultas Biologi UAJY, Yogyakarta.Arief, I. 2007. Aktivitas Setelah Serangan Jantung Adakah Kendala Bagi Eksekutif?.http://www.pjnhk.go.id. 30 Oktober 2010.Kusuma, A. 2009. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kebugaran Jasmani. http://afand.cybermq.com. 30 Oktober 2010.Nurmila, W. 2008. Laporan Fisiologi Harvard. http://odhemila.blogspot.com. 30 Oktober 2010.Perdana, 2008. Kebugaran Jasmani. http://perdhana.wordpress.com. 30 Oktober 2010.Remagari. 2010. Tes dan Pengukuran Kebugaran Jasmani. http://www.remagari.co.cc. 30 Oktober 2010.Syamsudin, E. 2010. Apa Itu Kebugaran. http://flawlessimagine.blogspot.com. 30 Oktober 2010.
Laporan Fisiologi Test Harvard (Harvard Step Test)
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Setiap orang membutuhkan kesegaran jasmani dam beraktivitas. Olehnya itu, kita dianjurkan untuk
berolah raga pasling kurang dua kali dalam seminggu. Olah raga memiliki sangat bermanfaat untuk
kesehatan sistem kardiovaskuler.
Seseorang yang sehat dan fit akan dapat melakukan pekerjaan sehari-hari tanpa kelelahan yang berarti.
Ia masih mempunyai cadangan tenaga yang cukup untuk suatu kegiatan ekstra seperti berolahraga dan
rekreasi. Sehat dalam arti umum adalah dengan cara menjaga makanan agar cukup gizi dan menjaga
kebersihan sehari-hari. Kebersihan ini meliputi kebersihan diri sendiri, misalnya mandi, berpakaian, dan
lain-lain.
Kadang-kadang dalam kehidupan sehari-hari kita membandingkan bagaimana kesanggupan kita
melakukan aktivitas dengan orang lain. Misalnya ketika menaiki gedung dengan tangga bersama teman,
ada yang merasa sangat lelah dan adapula yang terlihat biasa saja. Hal ini dipengaruhi oleh kebugaran
jasmani setiap orang. Orang yang sering berolahraga, tubuhnya akan terbiasa atau beradaptasi sehingga
ketika melakukan aktivitas yang berat cadangan kekuatannya lebih banyak dibandingkan dengan yang
jarang berolah raga. Selain itu, orang yang rajin berolah raga juga memiliki kerja jantung yang baik dan
berujung pada lebih rendahnya tekanan darah dibanding yang jarang berolah raga.(1)
Oleh karena itu dalam percobaan ini, kita akan mempelajari bagaimana pengaruh aktivitas terhadap
kerja jantung dan perubahan fisiologis. Untuk menentukan kesanggupan badan kita dalam melakukan
suatu aktivitas maka dilakukan tes harvard. Tes ini bertujuan untuk menentukan indeks kesanggupan
badan untuk melakukan kerja, di sini kita menilai kebugaran dan kemampuan untuk pulih dari kerja
berat.
B. Tujuan
Tujuan percobaan yaitu menentukan kesanggupan badan untuk melakukan suatu kerja
(menentukan kapasitas kerja).
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian Tes Harvard
Tes Harvard adalah salah satu jenis tes stress jantung untuk mendeteksi dan atau mendiagnosa
kelainan kardivaskuler. Tes ini juga salah satu ukuran yang bagus bagi kebugaran, dan kemampuan
untuk pulih dari olahraga berat. Semakin cepat jantung kembali normal maka semakin bugar tubuhnya.(2)
Otot dibagi kedalam tiga kelompok utama menurut fungsi kontraksi dan hasil gerakan dari seluruh
bagian tubuh. Pengelompokannya adalah sebagai berikut :
a) Otot rangka (otot lurik) terdapat pada sistem skelet ,memberikan pengontrolan pergerakan,
mempertahankan postur tubuh dan menghasilkan panas.
b) Otot visceral (otot polos) terdapat pada saluran pencernaan, saluran perkemihan, pembuluh darah.
Otot-otot ini mendapat rangsangan dari saraf otonom berkontraksi diluar kesadaran.
c) Otot cardiak hanya terdapat pada jantung, berkontraksi diluar pengendalian
Seperti halnya tulang, Otot juga mempunyai beberapa fungsi, antara lain :
1. Untuk menggerakkan skelet
2. Untuk menghasilkan panas
3. Untuk mempertahankan sikap badan
B. Jaringan Otot
Jaringan otot bertanggung jawab untuk sebagian besar interaksi kita dengan dunia luar. Fungsi-
fungsi ini termasuk bergerak, berbicara, dan sejumlah tindakan sehari-hari lainnya. Namun tidak kalah
penting, adalah internal fungsi otot. Internal fungsi otot adalah pompa darah kita dan mengatur
alirannya, makanan kita bergerak karena sedang dicerna dan menyebabkan pembuangan limbah, dan
berfungsi sebagai pengatur kritis berbagai proses internal. (3 :138)
Jaringan otot memiliki karakteristik yang unik mengenai konstraktilitas, ekstensibilitas, elastisitas,
dan iritabilitas. Karena otot bersifat elastis maka dalam bekerja, otot-otot ini berpasangan namun
memiliki aksi yang berlawanan; ketika satu otot berkontraksi (penggerak yang utama) maka yang lain
akan mengendor (antagonis). Gerakan terjadi karena otot menarik tulang yang berfungsi sebagai tangkai
dan persendian bekerja sebagai engsel. Kekuatan setiap gerakan atau kontraksi tergantung pada
panjang asli dari serabut-serabut, jumlah serabut yang diaktifkan oleh sistem syaraf dan keadaan
metabolik otot.(4)
C. Faktor-Faktor yang Berperan pada Kegiatan Otot Bertahap
1. Pengaruh Denervasi
Pada hewan atau manusia yang hidup, otot rangka yang normal tidak berkontraksi kecuali
sebagai respons terhadap rangsang saraf motoriknya. Kerusakan persarafan ini menimbulkan
atropi ototdan juga menyebabkan kepekaan otot yang abnormal serta meningkatkan kepekaan
otot yang abnormal serta meningkatkan kepekaan otot terhadap asetilkolin yang beredar dalam
darah.
2. Unit motorik
Oleh karena setiap akson neuron motor spinal, yang mempersarafi otot rangka, bercabang-
cabang untuk mempersarafi kelompok-kelompok serat otot, jumlah terkecil otot yang dapat
berkontraksi sebagai respons terhadap perangsangan oleh satu motor neuron bukan satu serat
otot melainkan seluruh serta otot yang dipersarafi neuron tersebut.
3. Elektromiografi
Penggiatan unit motorik dapat dipelajari dengan elektromiografi, proses perekaman kegiatan
listrik otot pada osiloskop sinar katoda.
4. Faktor-Faktor yang Berperan pada Kegiatan Otot Bertahap
Otot rangka manusia saat istirahat, kalaupun ada, hanya sedikit ada sedikit kegiatan spontan.
Pada kegiatan volunter minimal, sejumlah kecil unit motorik terbangkit, dan dengan
meningkatnya kegiatan volunter makin banyak unit motorik yang terbangkit.
5. Kekuatan Otot Rangka
Otot rangka manusia dapat menahan 3-4 kg tegangan per cm2 potongan melintang. Nilai itu kira-
kira sama dengan yang diperoleh pada berbagai hewan percobaan dan tampaknya sama pada
semua spesies mamalia. Oleh karena otot manusia banyak yang potongan melintangnya reatif
besar, tegangan yang dihasilkannya dapat sangat besar.
6. Mekanik tubuh
Gerakan tubuh secara keseluruhan diatur berdasarkan pemanfaatan prinsip-prinsip fisiologi.
Misalnya, otot-otot tubuh melekat pada tubuh dengan panjang awal yang sama dengan atau
mendekati panjang istirahatnya, pada saat otot akan mengawali kontraksinya.
7. Penyakit otot
Mutasi kode-kode genetik untuk berbagai komponen dari kompleks distrofin glikoprotein
menyebabkan distrofi otot, suatu sindroma yang ditandai oleh kelemahan otot progresif.
Sebagian besar dari bentuk penyakit ini menimbulkan kecatatan berat dan berakhir fatal.
8. Perkembangan Otot
Perlu diingat bahwa telah terjadi kemajuan yang sangat berarti dalam pengetahuan mengenai
pengendalian genetik terhadap perkembangan otot beberapa tahun terakhir ini. Miogenin
merupakan faktor transkripsi yang utama pada proses ini. Miogenin merangsang fibroblas
menjadi sel-sel otot, dan ketika mencit yang dibuat menjadi homozigot untuk gen miogenin
mutant dilahirkan, mereka mati karena ketiadaan otot, termasuk otot-otot yang perlu untuk
pernapasan.(5 : 72)
D. Mekanisme Umum Kontraksi Otot
Timbul dan berakhirnya kontraksi otot terjadi dalam urutan tahap-tahap berikut.
1. Suatu potensial aksi berjalan di sepanjang sebuah saraf motorik sampai ke ujungnya pada serabut
otot.
2. Di setiap ujung, saraf menyekresi subtansi neurotransmitter, yaitu asetilkolin, dalam jumlah
sedikit.
3. Asetilkolin bekerja pada area setempat pada membran serabut otot untuk membuka banyak kanal
“asetilkolin” melalui molekul-molekul protein yang terapung pada membran.
4. Terbukanya kanal asetilkolin memungkinkan sejumlah besar ion natrium untuk berdifusi ke
bagian dalam membran serabut otot. Peristiwa ini menimbulkan suatu potensial aksi pada
membran.
5. Potensial aksi akan berjalan di sepanjang membran serabut orot dengan cara yang sama seperti
potensial aksi berjalan di sepanjang membran serabut saraf.
6. Potensial aksi akan menimbulkan depolarisasi membran otot dan banyak aliran listrik potensial
aksi mengalir melalui pusat serabut otot. Di sini, potensial aksi menyebabkan retikulum
sarkoplasma melepaskan sejumlah besar ion kalsium, yang telah tersimpan di dalam retikulum
ini.
7. Ion-ion kalsium menimbulkan kekuatan menarik antara filamen aktin dan miosin, yang
menyebabkan kedua filamen tersebut bergeser satu sama lain, dan menghasilkan proses
kontraksi.
8. Setelah kurang dari satu detik, ion kalsium dipompa kembali ke dalam retikulum sarkoplasma oleh
pompa membran Ca++, dan ion-ion ini tetap disimpan dalam retikulum sampai potensial aksti otot
yang baru datang lagi, pengeluran ion kalsium dari miofibril akan menyebabkan kontaksi
terhenti.(6:74)
Ada tiga jenis kerja otot yaitu :
a) Kerja dinamis positif, yang membuat otot-otot yang terlibat untuk bergantian berkontraksi dan
relaksasi (misalnya, menaiki bukit).
b) Kerja dinamis negatif, yang membuat otot-otot yang terlibat untuk bergantian memperpanjang
istirahat sementara (istirahat kerja) dan berkontraksi tanpa beban (misalnya, menuruni bukit).
c) Kerja statis postural, yang membuat otot terus menerus kontraksi (misalnya, berdiri tegak).
Banyak kegiatan melibatkan kombinasi dari dua atau tiga jenis pekerjaan otot. Efek kerja mekanik
diarahkan diproduksi di aktivitas otot dinamis, tapi tidak dalam pekerjaan murni postural. Dalam kasus
terakhir, gaya x jarak = 0. Namun, energi kimia masih digunakan dan benar-benar berubah menjadi
bentuk panas disebut pemeliharaan panas (kekuatan otot kali durasi kerja postural).(7 : 74)
E. Hubungan Aktivitas Kerja dengan Perubahan Kardiovaskuler
Adaptasi fisiologik terhadap kerja fisik dapat dibagi dalam adaptasi akut dan kronik. Adaptasi akut
merupakan penyesuaian tubuh yang terjadi pada saat kerja dilakukan dan adaptasi kronik merupakan
hasil perubahan pada tubuh oleh suatu periode program latihan fisik. Adanya kerja fisik berarti terdapat
suatu pembebanan bagi tubuh dan hal ini akan mengakibatkan teijadinya mekanisme penyesuaian dari
alat/organ tubuh bergantung kepada usia, suhu lingkungan, berat ringan beban, lamanya, cara
melakukan dan jumlah organ yang terlibat selama kerja fisik tersebut.
Fungsi utama sistem kardiovaskuler selama kerja fisik adalah menghantar darah ke jaringan yang
aktip termasuk oksigen dan nutrien, dan mengangkut produk metabolit dari jaringan tersebut ke alat
ekskresi. Untuk melakukan tugas tersebutbeberapa parameter tubuh mengalami perubahan, antara
lain :
1) Frekuensi Denyut Jantung
Frekuensi denyut jantung merupakan parameter sederhana dan mudah diukur dan cukup
informatip untuk faal kardiovaskuler. Pada keadaan istirahat frekuensi denyut jantungberkisar
antara 60 - 80 per menit. Hal ini mudah dideteksi dengan cara palpasi maupun dengan
menggunakan alat seperti pulse meter. cardiac monitoring dan sebagainya; tempat pengukuran
dapat di a.radialis, a. carotis dan pada apex jantungsendiri. Frekuensi denyut jantung terendah
diperoleh pada keadaan istirahat berbaring. Pada posisi duduk sedikit meningkat dan pada posisi
berdiri meningkat lebih tinggi dariposisi duduk.
Hal ini disebabkan oleh efek grafitasi yang mengurangi jumlah arus balik vena ke jantung yang
selanjutnya mengurangi jumlah isi sekuncup. Untuk menjaga agar curah jantung tetap maka
frekuensi denyut jantung meningkat. Sebelum seseorang melakukan kerja fisik, frekuensi denyut
jantung pra kerja meningkat di atas nilai pada keadaan istirahat. Makin baik kondisi seseorang akan
diperoleh frekuensi denyut jantung yang lebih rendah untuk beban kerja yang sarna. Pada suatu
saat meskipun beban ditambah tetapi frekuensi denyut jantung tetap. Frekuensi denyut jantung
pada keadaan tersebut disebut frekuensi maksimal. Tiap orang mempunyai frekuensi maksimal
denyut jantung yang tampaknya mempunyai hubungan erat dengan faktor usia.
2) Curah Jantung/Cardiac Output (CO)
Curah jantung adalah volume darah yang dipompa oleh jantung, khususnya oleh ventrikel
selama satu menit. Variasi produksi curah jantung dapat disebabkan oleh perubahan dari denyut
jantung dan volume sekuncup. Denyut jantung terutama dikontrol oleh persarafan jantung,
rangsangan simpatis meningkatkan denyut jantung dan perangsangan parasimpatis
menurunkannya. Volume sekuncup juga tetap pada bagian yang dipersarafi, perangsangan simpatis
membuat serabut otot jantung berkontraksi dengan kuat ketika diberikan perangsangan yang lama
dan parasimpatis akan member rangsangan balik (bertolak belakang). Ketika kekuatan kontraksi naik
tanpa peningkatan serabut yang lama, maka darah banyak yang tertinggal di dalam ventrikel, dan
peningkatan fase ejeksi dan akhir dari fase sistol yaitu volume darah dalam ventrikel berkurang.
Total volume darah dalam sistem peredaran darah dari rata-rata orang adalah sekitar 5 liter
(5000 mL). Menurut perhitungan, seluruh volume darah dalam system peredaran darah akan
dipompa oleh jantung setiap menit (pada saat istirahat). Latihan (aktivitas fisik) dapat meningkatkan
output jantung hingga 7 kali lipat (35 liter / menit.
3) Volume Sekuncup (Stroke Volume)
Volume sekuncup adalah jumlah darah yang dipompa setiap kontraksi dari ventrikel kiri dan
diukur dalam ml/kontraksi. Volume sekuncup meningkat sebanding dengan aktivitas fisik. Pada
keadaan normal (tidak dalam aktivitas lebih) setiap orang memilki volume sekuncup rata-rata 50-
70ml/kontraksi dan dapat meningkat menjadi 110-130ml/kontraksi scara intensif, ketika
melakukanaktivitas fisik. Pada atlet dalam keadaan istirahat memiliki stroke volume rata-rata 90-110
ml/ kontraksi dan meningkat setara dengan 150-220ml/kontraksi.
4) Arus Darah
Sistem pembuluh darah bisa membawa darah kembali ke jaringan yang membutuhkan dengan
cepat dan berjalan pada daerah yang hanya membutuhkan oksigen. Pada keadaan istirahat 15-20%
uplai darah di sirkulasi pada otot skelet. Selama melakukan aktivitas fisik, ini bisa meningkat menjadi
80-85% dari curah jantung. Darah akan dialirkan dari organ besar seperti ginjal, hati, perut, dan usus.
Ini akan meneruskan aliran ke kulit untuk memproduksi panas.
Arus darah dari jantung ke jaringan tubuh bervariasi sesuai dengan kebutuhan masing-masing
jaringan baik dalam keadaan istirahat maupun pada kerja fisik. Jumlah absolut darah yang ke otak
selalu tetap/konstan, ke otot dan jantung jumlah darah akan meningkat sesuai dengan
bertambahnya beban kerja sedangkan yang ke ginjal, lambung dan usus akan berkurang pada beban
kerja yang meningkat. Peningkatan arus darah ke otot yang aktif merupakan kerja persarafan
vasodilator dan peningkatan metabolisme yang menimbulkan penurunan pH atau peningkatan
derajat keasaman dan pada tingkat lokal akan terlihat lebih banyak kapiler dan arteriol yang
membuka. Faktor lain yang berperan dalam pengaturan arus darah adalah siklus jantung. Telah
diketahui bahwa dengan bertambahnya beban kerja, akan terjadi peningkatan frekuensi denyut
jantung dan hal ini mengakibatkan lebih singkatnya waktu yang digunakan untuk satu siklus jantung
termasuk fase diastole. Sedangkan pengisian pembuluh darah koroner yang terbanyak adalah pada
fase diastole. Dengan berkurangnya fase diastole maka arus darah koroner juga akan berkurang.
5) Tekanan Darah
Dalam keadaan istirahat, sistole tipikal individu (normal) adalah 110-140 mmHg dan 60-90
mmHg untuk tekanan darah diastol. Selama aktivitas fisik tekanan sistol, tekanan selama kontraksi
jantung (disebut sistol) bisa meningkat sampai 200 mmHg dan maksimum pada 250 mmHg yang bisa
terjadi pada atlet. Tekanan diastolrelaif tidak berubah secara signifikan ketika melakukan latihan
intensif. Faktanya kenaikannya lebih dari 15 mmHg sehingga latihan intensif bisa mengidentifikasi
penyakit jantung koroner dan digunakan sebagai penilaian untuk tes toleransi latihan.
Tekanan darah selama kerja fisik memperlihatkan hubungan antara keseimbangan peningkatan
curah jantung dan penurunan tahanan perifer dengan adanya vasodilatasi pada pembuluh darah
otot yang bekerja. Terlihat bahwa tekanan sistolik akan meningkat secara progresiv sedangkan pada
tekanan diastolik tetap atau sedikit menurun (8)
Tekanan dalah arteri ialah kekuatan tekanan darah ke dinding pembuluh darah yang
menampungnya. Tekanan ini berubah-ubah pada setiap tahap siklus jantung. Selama sistole
ventrikuler, pada saat ventrikel kiri memaksa darah masuk aorta, tekanan naik sampai puncak, yang
disebut tekanan sistolik. Selama diastole tekanan menurun. Nilai terendah yang dicapai disebut
tekanan diastolik.
Faktor-faktor yang mempengaruhi tekanan darah, yaitu :
1) Kekuatan memompa jantung.
2) Banyaknya darah yang beredar.
3) Viskositas (kekentalan) darah.
4) Elastisitas dinding pembuluh darah.
5) Tahanan tepi (resistensi periferi).(9 : 141)
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Nama Percobaan
Percobaan Harvard (Harvard Step Test)
B. Alat dan Bahan
1. Bangku Harvard
2. Metronom
3. Stopwatch
4. Sphygmanometer
5. Stetoskop
C. Prosedur Kerja
1. Sebelum percobaan dimulai aturlah metronom dengan kecepatan 30 kali permenit yaitu sesuai
dengan kecepatan naik turun bangku yang akan dilakukan.
2. Ukurlah tekanan darah dan kecepatan denyut nadi orang coba dalam keadaan istirahat (duduk).
3. Bila tekanan darah melebihi 160 mmHg (systole) sebaiknya percobaan ini jangan dilakukan
pada orang tersebut.
4. Mintalah orang coba untuk melakukan kerja naik turun bangku Harvard dengan kecepatan
tetap 30 kali naik turun satu menit sesuai dengan bunyi metronom.
5. Kerja dilakukan sesanggup mungkin tetapi tidak lebih 5 menit.
6. Setelah selesai dengan kerja ini orang coba segera diminta duduk dan ukurlah tekanan darah
dan denyut nadi orang coba.
7. Kemudian lakukan pencatatan denyut nadi pada 1 menit, 2 menit, 3 menit. Setelah percobaan
(denyut nadi dihitung selama 30 detik).
Pencatatan denyut nadi :
F1 = Denyut nadi/30 detik yang dihitung 1 menit sampai 1 menit 30 detik kemudian
F2 = Denyut nadi/30 detik yang dihitung 2 menit sampai 2 menit 30 detik kemudian
F3 = Denyut nadi/30 detik yang dihitung 3 menit sampai 3 menit 30 detik kemudian
8. Hitunglah Indeks Kesanggupan Badan (IKB) dengan memakai rumus berikut ini.
Rumus Indeks Kesanggupan Badan
Cara Cepat :
Cara Lambat :
Ket : T = Lamanya orang turun naik (dalam detik)
Penilaian :
Cara Cepat
Cara Lambat
:
:
<50
50-80
>80
<55
55-64
>64
: kesanggupan kurang
: kesanggupan sedang
: kesanggupan baik
: kesanggupan kurang
: kesanggupan sedang
: kesanggupan baik
D. Hasil Percobaan
Nama orang coba : Tn. HR
Pemeriksa : Nn. F
Umur : 18 Tahun
Pekerjaan : Mahasiswa
Jenis Kelamin : Laki-Laki
Sebelum melakukan aktivitas :
Tekanan darah kontrol : 120/70 mmHg
Denyut nadi : 78 kali/menit
Saat melakukan aktivitas : T = 74 detik
Tekanan darah : 130/80 mmHg
Denyut nadi : F1 = 44 kali/30 detik
F2 = 40 kali/30 detik
F3 = 34 kali/30 detik
Indeks Kesanggupan Badan :
a) Cara Cepat :
= 30,57 (Kesanggupan kurang)
b) Cara Lambat : IKB
= 31,35 (Kesanggupan kurang)
E. Analisis Hasil Percobaan
Sebelum melakukan aktivitas pada orang coba yaitu Tn. HR didapatkan hasil pemeriksaan tekanan
darah normal 120/70 mmHg dan denyut nadi 78 kali/menit. Hal ini berarti orang coba dapat mengikuti
test harvard. Apabila orang coba mempunyai tekanan darah di atas 130 mmHg (sistole) maka orang
coba tidak boleh mengikuti test ini, begitu pun dengan denyut nadi apabila melebihi 80 kali permenit
maka orang coba tidak boleh mengikuti test ini.
Setelah melakukan aktivitas yaitu test harvard yang dilakukan Tn. HR, tekanan darah meningkat
menjadi 130/80 mmHg, dan denyut nadi meningkat pada F1 = 44 kali/30 detik, F2 = 40 kali/30 detik dan
F3 = 34/30 detik. Setelah itu dilakukan perhitungan indeks kesanggupan kerja dan didapatkan hasil pada
perhitungan cara cepat yaitu 30,57 dan cara lambat 31,35. Hal ini menunjukkan bahwa orang coba
mempunyai kesanggupan kerja kurang, karena dalam pengukuran dengan cara cepat hasil yang
didapatkan hasil <50, demikian pula dengan cara lambat <55 pada hasil ini temaksud pada golongan
kesanggupan kerja kurang. Hal ini mungkin disebabkan karena orang coba kurang istirahat dan kurang
berolahraga secara teratur.
Pada orang coba dapat dilihat peningkatan tekanan darah dan denyut nadi. Hal ini disebabkan
karena aktivitas orang coba meningkat maka curah kerja jantung ikut meningkat hal ini bertujuan untuk
menyuplai O2 dan nutrisi dari jantung ke bagian tubuh yang membutuhkan. Karena peningkatan curah
jantung darah akan lebih banyak dipompa melalui aorta sehingga berpengaruh dalam peningkatan
tekanan darah dimana peningkatan ini mengakibatkan tekanan darah yang berjalan disepanjang arteri
semakin cepat dan selanjutnya akan mengakibatkan denyut nadi meningkat.
Dari hasil yang diperoleh, belum tentu menunjukkan bahwa kesanggupan orang coba kurang karena
mungkin terdapat beberapa faktor misalnya beban kerja yang diberikan lebih berat dari yang biasanya
dan tanpa pemanasan sebelumnya, frekuensi naik turun harvard kurang maksimum, atau standar yang
dipakai pada rumus ini merupakan standar dari luar negeri dimana orang barat dominan memiliki
kapasitas kerja lebih dibandingkan kita orang Indonesia, misalnya karena faktor pemenuhan gizi atau
perbedaan pola hidup dalam pekerjaan sehari-hari.
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kapasitas kerja adalah kesanggupan orang coba untuk melakukan kerja hingga batas
kemampuan kerja dalam percobaan ini setelah dilakukan perhitungan adalah cara cepat 30,57
dan cara cepat 31,35 hal ini termasuk dalam kategori kesanggupan badan kurang.
Aktivitas dapat mengakibatkan peningkatan carah jantung karena peningkatan diastole
sebagai akibat dari peningkatan tonus otot. Selain itu, karena adanya rangsangan otonom yang
meningkatkan kerja saraf simpatis sehingga denyut jantung juga meningkat.
B. Saran
1) Sebaiknya orang coba dalam keadaan baik agar hasil yang didapatkan maksimal.
2) Alat yang digunakan dalam laboratorium sebaiknya ditambah untuk kelancaran praktikum.
3) Ruangan praktikum sebaiknya diperluas agar semua kelompok dapat masuk secara bersamaan
untuk mengifisienkan waktu.
4) Sebaiknya ruangan praktikum diberi penyejuk ruangan agar pada saat praktikum mahasiswa tidak
mengalami kegerahan.
DAFTAR PUSTAKA
1. Uchenk.2008.Laporan Fisiologi Harvard.in www.uchenk-korzlet01.blogspot.com.Last Update Senin, 12 Juli 2010.
2. Firhazona.2008.Tes Harvard.in www.musfirahmad.blogspot.com.Last UpdateSenin, 12 Juli 2010.
3. Williams, Lippincott.2004.Medical Physiology.Edisi 2.Indiana:Indiana UniverstySchool of Medicine Indianapolis
4. Prohealt.2008.Fisiologi Otot dan Jantung.in www.puskesmas-oke.blogspot.com.Last Update Senin, 12 Juli 2010.
5. Ganong, William F.2008.Fisiologi Kedokteran.Edisi 20.Jakarta:EGC.
6. Guyton, Arthur.2006.Text Book of Medical Physiology.Edisi 11.Cina:Elsevier Saunders.
7. Despopoulos, Agamemnon.2003.Color Atlas of Physiology.Edisi 5.Jerman: Georg Thieme Verlag.
8. Odhemila.2008.Laporan Fisiologi Harvard.in www.odhemila.blogspot.com.Last Update Senin, 12 Juli 2010.
9. Pearce, Everlyn C.2008.Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis.Jakarta:Gramedia.
The Harvard Step Test The Harvard Step Test is used to measure a clients aerobic fitness. Specifically it is a 'predictive test of their VO2max. This page shows you how to conduct the test.
The purpose of this test is to predict a clients aerobic fitness using a simple test with minimal equipment.
Equipment required: step or platform 50.8 cm high, stopwatch, metronome or cadence tape.
Description / procedure: The client steps up onto, and back down from the step at a rate of 30 completed steps per minute (one second up, one second down) for 5 minutes or until exhaustion. Exhaustion is defined as when the client cannot maintain the stepping rate for 15 continuous seconds. The client immediately sits down on completion of the test, and the total number of their heart beats are counted from 1 to 1½ minutes after finishing and from 2 to 2½ minutes after finishing and finally from 3 to 3½ minutes after finishing. The clients heart beats are counted through feeling the clients pulse at their wrist.
Scoring: the clients fitness index score is then determined by the following equations.
Fitness Index = (100 x test duration in seconds) divided by (2 x sum of heart beats in the recovery periods)
For example, if the total test time was 300 seconds (if the client completed the whole 5 minutes), and their number of heart beats between 1-1½ minutes was 90, between 2-2½ it was 80 and between 3-3½ it was 70, then the fitness index score would be: (100 x 300) / (240 x 2) = 62.5. Note: you are using the total number of heart beats in the 30 second period, not the clients heart rate (beats per minute) during that time.
Rating Fitness IndexExcellent >90Good 80-89High average 65-79Low average 55-64Poor <55
Validity: The correlation to direct VO2max when stepping is approximately 0.6 to 0.8, so its not particularly good validity.
Advantages: This test requires minimal equipment and costs, and can be self-administered.
Disadvantages: Biomechanical characteristics vary between individuals. For example, considering that the step height is standard, taller people are at an advantage as it will take less energy to step up onto the step. Body weight has also been shown to be a factor. Testing large groups with this test will be time consuming.
Comments: The Harvard Step Test was developed by Brouha et al. (1943) in the Harvard Fatigue Laboratories during WWII. Some sources suggest a 40 cm high bench, which is not the standard and original bench height. Since the original description of this test, there have been variations in the test procedure such as reducing the bench height for female persons in some research studies.
The height of the step can be modified to suit different personal training clients. A 50cm high step is very high for 'non-athletic' clients so a step height of 25-30cm can be used. If the height is modified you must record the exact height and ensure that this exact height is used in subsequant tests to ensure the test results are valid. Also, if the step height is altered the comparative data in the table above cannot be used.
Sumber: http://www.ptdirect.com/training-delivery/client-assessment/aerobic-fitness-testing/harvard-step-test-a-predictive-test-of-vo2max