Download - HAMAS kenapa dibenci Israel.pdf
-
1
-
2
Kata Pengantar
Persoalan Palestina dalam studi Timur Tengah selalu menjadi sorotan
penting, terutama saat terjadi Perang Salib dan setalah pendudukan Yahudi tahun
30-an. Baru-baru ini kemenangan Hamas (Harakah Muqwamah Al-Islmiyyah)
yang baru pertama kali mengikuti Pemilu Legislatif Palestina cukup mengagetkan
dunia, terutama para pendukung Israel seperti Amerika dan Uni Eropa. Kemengan
ini mengingatkan pada kemenangan Partai Refah di Turki, FIS di Aljazair,
Ikhwanul Muslimin di Mesir, dan kemenangan calon garis keras Ahmadi Nejad
sebagai presiden di Iran. Semua kemenangan pihak yang sangat keras terhadap
berbagai kebijakan Amerika itu tentu saja membuat Amerika kelimpungan.
Demokrasi yang dibangunnya ternyata mengancam eksistensinya sendiri.
Siapakah Hamas hingga bisa memenangi Pemilu di Palestina? Mungkin itu
pertanyaan yang muncul dalam benak orang yang baru mendengar namanya.
Untuk menjwab pertanyaan itu, sesungguhnya cukup banyak buku yang ditulis
tentang Hamas dari berbagai aspeknya. Sayang, buku-buku sangat jarang tersedia
dalam bahasa Indonesia. Kalaupun ada pembahasan tentang Hamas, biasanya
hanya ulasan dari buku-buku yang membahas masalah Palestina secara umum.
Tentu yang disediakan buku-buku seperti itu hanya akan menjawab pertanyaan
soal Hamas serba sedikit. Profil lengkap mengenai Hamas tidak akan tersedia.
Untuk mengisi kekosongan itulah buku ini ditulis. Sekalipun ditulis
dengan menggunakan sumber-sumber sekunder, namun diharapkan buku ini dapat
mengisi kekosongan rujukan tentang Hamas secara khusus dalam bahasa
Indonesia. Walaupun kadar keilmiahannya tidak terlalu tinggi, atau mungkin
rendah, diharapkan buku ini dapat menjadi rujukan awal semacam preliminary
knowledge untuk memahami lebih dalam mengenai Hamas dan permasalahan
Palestina. Dan memang buku ini dibuat untuk kalangan umum, bukan untuk
kalangan akademisi yang lebih membutuhkan rujukan dengan bobot ilmiah yang
tinggi.
Selama proses penulisan buku ini yang cukup singkat, penulis berhutang
pada banyak orang, terutama Kang Deden Ridwan dan Kang Iqbal Santosa dari
penerbit Hikmah (Grup Mizan) yang memberi kesempatan kepada penulis untuk
menyelesaikan tulisan ini. Kesempatan yang mereka berikan sangat berarti buat
penulis. Ucapan terima kasih juga harus penulis sampaikan pada Nurhakim Zaki,
teman sejawat di PP Pemuda Persis yang telah memperkenalkan penulis pada
Comes (Center for Middle East Studies). Dari Comes-lah penulis mendapatkan
cukup banyak bahan penting yang menjadi rujukan utama dalam buku ini.
Saat dalam proses penulisan, penulis meninggalkan cukup banyak tugas
yang harus segera di selesaikan di PP Pemuda Persis. Untuk itu, penulis harus
meminta maaf dan sekaligus ucapan terima kasih atas support yang diberikan
kepada Ustadz Jeje Zainuddin, ketua umum PP Pemuda Persis, dan AM Furqan
yang sering menjadi tempat diskusi sangat asyik. Juga buat rekan-rekan yang lain.
Semoga setelah buku ini rampung, akan semakin banyak yang bisa segera
-
3
dikerjakan penulis. Terima kasih juga buat Ustadz Adian Husaini, Ustadz Aang
Suandi, dan Dr. Yudi Latif atas kesediaan mereka memberikan endorsment untuk
buku ini.
Tak lupa juga untuk sahabat karib penulis, Pepen Irfan Fauzan dan para
santri di Mahad Aliy Baiturrahman Garut yang menjadi teman diskusi yang hangat, penulis harus menyampaikan terima kasih karena telah banyak direpotkan
untuk mengumpulkan bahan-bahan kliping koran untuk penulisan buku ini.
Terima kasih juga kepada Al-Ustadz Entang Muchtar, Mudrul m Pesantren Persatuan Islam 19 Bentar Garut. Terakhir tentu saja penulis tidak bisa
melewatkan jasa baik kedua orang tua penulis di Ciamis. Semoga apa yang telah
mereka berikan mendapatkan balasan yang setimpal.
Bagi para pembaca, buku ini tentu saja bukan buku yang sempurna dan
bebas dari kesalahan. Untuk itu, masukan-masukan untuk perbaikan di masa yang
akan datang sangat penulis nantikan. Kritik akan selalu menjadi obat mujarab bagi
siapa saja yang ingin berkembang. Akhiornya, kepada Allah jua-lah segalanya
terpulang. Penulis memohon ampunan-Nya atas segala kesalahan. Amin. Wallhu
Alamu bi Al-Shawwb.
Perpusatakaan Pesantren Persatuan Islam 19 Garut,
Tengah Mei 2003
-
4
BAB I
PENDAHULUAN Kemenangan Hamas (harakah al-muqwamah al-islmiyyah) atas lawan-
lawan politiknya, terutama Fatah, partai yang pernah dipimpin mendiang Yasser
Arafat yang selalu memenangi pemilu, pada pemilu Januari 2006 mengagetkan
banyak pihak, terutama Barat. Amerika seperti kebakaran jenggot. Demokrasi
yang dikampanyekannya justru mengancam keberadaan induk semangnya.
Pasalnya, secara resmi Amerika telah memasukkan Hamas sebagai salah satu
organisasi teroris yang menjadi target Amerika.1
Oleh sebab itu, wajar bila jauh-jauh hari, sebelum Pemilu Legislatif
Palestina (25 Januari 2006) digelar Amerika dan Uni Eropa telah mengeluarkan
ancaman serius bahwa seandainya Hamas menang Pemilu, Amerika tidak akan
bekerja sama dengan pemerinthan Palestina. Selain karena sikap kerasnya kepada
Israel dan Amerika, sikap itu juga disebabkan Hamas menolak dengan tegas
Kesepakatan Oslo yang ditandatangani Yitsak Rabin dan Yaser Arafat. Bagi
Amerika dan Israel, sikap itu hanya akan memicu perseteruan dan kekerasan baru
di kawasan ini. Oleh sebab itu, Ancaman Amerika dan Israel kelihatannya sangat
serius.2
Benar saja, saat Hamas benar-benar menang pemilu dan mulai membentuk
pemerintahan, ancaman senada diungkapkan. Amerika dan Negara-negara
sekutunya di Eropa, juga Israel mengancam menggagalkan pemerintah Hamas
jika tidak tunduk pada tuntutan Israel yang tidak terbatas; yang terpenting adalah
Palestina harus berkompromi dan melepaskan hak-hak rakyat Palestina yang
konstitusional, mempertahankan pemukiman Yahudi, tidak mengganggu Israel
dalam hal permukiman, masalah Al Quds, masalah pengungsi, berdirinya negara
Palestina, mengakui penuh Israel, menerima semua proyek ekonomi, keamanan
dan sistem isolasi Israel.3
Beberapa saat setelah Hamas memenangkan pemilu, pejabat perdana
Menteri Israel, Ehud Olmert dengan tegas mengatakan bahwa pemerintah Israel
tidak bisa bekerja sama dengan pemerintahan yang di dalamnya diisi oleh
kelompok yang mereka sebut teroris. Ancaman yang lain disampaikan oleh
Menhan Israel, Shaul Mofaz. Dia mengatakan tidak ada perlindungan bagi para
pemimin Hamas jika tetap saja memerangi dan ingin menghancurkan Israel.4
Amerika pun mengeluarkan ancaman serupa. Bahkan Amerika
mengancam akan menarik bantuan sebesar 50 juta US dolar yang sudah
1 Dalam publikasi resmi pemerintah Amerika Serikat, Hamas tercatat sebagai salah satu organisasi yang dianggap teroris oleh Amerika. Publikasi itu dikelurkan oleh Departement of State dan
disebarkan melalui web site resmi pemerintah Amerika serikat (www.us.gov). Selain Hamas,
dalam situs itu diebutkan beberapa organisasi lain seperti Abu Nidal Organisazation, Abu Sayyaf
Group, Jamaah Islamiyah, Liberation Tigers of Tameel Elaam, Al-Qaida, dan sebagainya.
Selengkapnya lihat situs. 2 Kompas, 19 Januari 2006 3 www.infopalestina.com/indeks.asp 4 Republika, 30 Januari 2006
-
5
diberikannya pada pemerintahan otoritas Palestina beberapa waktu yang lalu.
Tidak cukup sampai di situ, Amerika pun meminta negara-negara sekutunya untuk
menghentikan bantuan pada pemerintah Palestina. Sekalipun kebanyakan menolak
saran Amerika, sikap itu dengan sangat jelas memperlihatklan bagaimana
Amerika begitu khwatir atas kemenangan Hamas di Palestina. Amerika melihat
Hamas sebagai ancaman serius bagi kepentingan-kepentingan Amerika di Timur
Tengah.
Namun, pada satu sisi, saat Amerika mempertontonkan arogansinya, Di
sisi lain banyak negara, terutama pesaing Amerika, yang melirik Palestina.
Barangkali mereka ingin mengambil kesempatan untuk menjatuhkan Amerika
melalui Palestina, atau setidaknya kembali ingin dilihat dunia sebagai negara
"super" di samping Amerika. Yang terlihat paling bersemangat adalah Rusia.
Negara bekas Uni Soviet ini memiliki sejarah panjang persaingan politik dan
militer dengan Amerika, baik pada masa Perang Dunia dan Perang Dingin. Oleh
sebab itu, sangat wajar bila pada saat Amerika mengancam akan memboikot
pemerintahan Hamas, Rusia malah menawarkan bantuan.
Rusia memang termasuk dalam kuartet negara-negara yang menyokong
dan merancang Persetujuan Oslo tahun 1993 bersama dengan Uni Eropa, Amerika
Serikat, dan Perserikatan Bangsa-Bangsa. Namun, Rusia lebih memilih untuk
mendukung pemerintahan Hamas. Dukungan ini bisa ditafsirkan sebagai
keinginan Rusia untuk memperlihatkan kembali taringnya di hadapan Amerika yang tanggal semenjak kehancuran Uni Soviet. Selain kepada Palestina, Rusia pun melakukan hal yang hampir sama kepada Iran. Saat Amerika mengusulkan
untuk mengembargo nuklir Iran, Rusia malah menawarkan bantuan pengayan
uranium pada Iran.
Situasi menjadi semakin panas ketika Fatah, partai pesaing terkuat Hamas
menyatakan tidak bersedia bergabung dengan pemerintahan yang dibentuk oleh
Hamas. Konflik bisa semakin meruncing. Selain dengan Israel yang tetap menjadi
target Hamas, juga secara internal dengan pesaingnya di parleman, Fatah. Situasi bisa berubah menjadi tidak menentu dengan menangnya Hamas, ataupun
sebaliknya, bila Hamas sanggup mengendalikan situasi dengan baik dan mendapat
sokongan kuat secara internasional.
Pertanyaam kita yang, barangkali, tidak terlampau intens megikuti
perkembangan politik di Palestina adalah siapa sesungguhnya Hamas? Bukankah
dalam berita-berita di media massa yang kita dengar, Hamas tidak lebih dari
gerakan radikal pinggiran? Mengapa Hamas bisa memenangkan pemilu dan
Amerika, juga Israel begitu khawatir akan kemunculannya? Bukankah selama ini
PLO yang dikuasai oleh Fatah dan telah berdiri sejak 1964 lebih dominan
dibandingkan dengan Hamas? Mengapa kali ini Hamas yang lebih dipercayai oleh
rakyat Palestina, bukan Fatah?
Pertanyaan-pertanyaan seperti itu tentu tidak hanya bisa dijawab dengan
menjelaskan apa yang terjadi hari ini. Kemenangan Hamas atas Fatah dan sikap-
sikap yang ditunjukkan Amerika dan Uni Eropa terkait dengan latar belakang
historis Israel-Palestina. Bila kita tidak merunutnya ke belakang, kita akan
-
6
kehilangan jejak atas apa yang terjadi hari ini di Palestina. Apa yang terjadi hari
ini, bukan hanya produk sejarah satu atau dua tahun. Situasi Palestina hari ini
adalah produk sejarah konflik Arab (Islam)-Yahudi selama berpuluh-puluh tahun
sejak akhir abad ke-19.
Tulisan ini ingin memaparkan semua itu, terutama masalah Hamas yang
menjadi sorotan utama media masa di seluruh dunia perihal topik Timur Tengah.
Tulisan ini dibuat dengan pendekatan historis, namun data-data yang dihimpun
lebih banyak berasal dari sumber-sumber sekunder mutakhir, bukan sumber
sezaman dan sumber primer lain. Oleh sebab itu, untuk kepentingan ilmiah,
sesungguhnya tulisan ini memiliki kadar yang tidak terlampau tinggi.
Namun, tulisan memang ini tidak ditujukan untuk kepentingan ilmiah.
Tulisan ini dibuat lebih untuk memberikan informasi awal mengenai Israel,
Palestina, dan terutama Hamas kepada para pembaca Indonesia yang ingin
mengetahui tentang apa yang sesungguhnya terjadi di Palestina. Tentu saja,
tulisan yang disajikan akan lebih baik bila sifatnya informatif. Untuk tulisan
informatif semacam ini, sumber-sumber sekunder mutakhir lebih baik untuk
digunakan. Selain, untuk mengumpulkan data-data otentik dan primer
memerlukan waktu dan kajian yang lebih mendalam, seringkali informasi
mendalam malah sering membingungkan pembaca pemula. Alih-alih mendapat
informasi yang diinginkan, malah dipusingkan dengan detail-detail yangterkadangtidak diperlukan oleh pembaca awam.
Tulisan dalam buku ini akan dibagi menjadi beberapa bagian yang
memungkin pembaca bisa mendapatkan perspektif yang utuh mengenai konflik
berkepanjangan Israel-Palestina dan posisi Hamas dalam konflik itu. Pada saat
yang sama, pembaca juga bisa mengenal Hamas secara lebih objektif, tidak
emosional. Bagian pertama setelah pendahuluan akan mengkaji konteks tempat
Hamas lahir. Pada bagian ini akan dikaji akar historis-politis wilayah yang kini
menjadi sengketa antara Israel dengan Palestina sebelum kedeua teritori itu
berdiri. Setelah itu, pembaca akan disuguhi akar sejarah munculnya Israel dan
Palestina, serta konflik-konflik berkepanjangan yang terjadi di antara dua teritori
itu.
Bagian kedua secara ekstensif akan menjelentrehkan konteks kelahiran
Hamas. Masalah ini akan dilihat dari perspektif lahirnya gerakan-gerakan
pembebasan Palestina seperti PLO dan sebagainya. Setelah itu, akan dikaji
bagaimana Hamas lahir. Dengan beitu, pembaca dapat melihat konteks langung
berdirinya organisasi ini. Bagian ketiga akan menjelaskan segala seluk beluk
tentang Hamas, mulai dari organisasi, pendanaan, struktur kepemimpinan,
gerakan-gerakan sampai pada rahasia kemenangannya pada pemilu Januari 2006
lalu. Pada bagian inilah pembaca akan mengenal lebih dekat, siapa sesungguhnya
Hamas. Dengan begitu, pembaca dapat lebih berempati pada perjuangan yang
tengah mereka lakukan.
-
7
BAB I
PALESTINA DALAM LINTASAN SEJARAH
1. AWAL SEJARAH ISLAM DI PALESTINA
Sejarah Palestina di awal Islam sudah dimulai sejak zaman Nabi
Muhammad Saw. Peristiwa isr Rasulullah Saw. dari Masjidil Haram di Mekah
ke Masjidil Aqsha di Yerussalam (Palestina) menandai awal hubungan historis
Islam dengan Palestina. Peristiwa itu terjadi pada tahun ke-11 dari kenabian
sekitar satu tahun setelah Rasulullah ditinggalkan oleh dua orang yang sangat
dikasihinya dan sangat membantu perjalanan dakwahnya, yaitu Abu Thalib dan
Siti Khadijah.
Saat itu, secara teritorial wilayah Palestina yang saat itu dikenal dengan
nama Syam5 berada di bawah kekuasaan Byzantium yang berpusat di
Konstantinopel. Beberapa tahun sempat dikuasai oleh Persia pada abad ke-7
setelah Persia berhasil mengalahkan Romawi dalam Perang Persia-Romawi.
Namun, setelah itu, Romawi berhasil merebut kembali Palestina.6 Sampai nanti
5 Nama Palestina adalah nama yang digunakan untuk satu kawasan di sebelah tenggara Tanah Syam. Dahulu untuk menyebut kawasan ini, cukup menyebut Syam saja. Dari mana nama
Palestina didapat? Dalam ensiklopedia virtual, www.en.wikipedia.org/wiki/Palestine dikatakan
mengenai asal-usul nama Palestina sebagai berikut.
Palestine (Filasteen ) has been the Arabic name of the region since the earliest medieval Arab geographers adopted from the then-current Greek term (in Latinised form: Palaestina), first used by Herodotus, itself derived ultimately from the name of the Philistines),
and "Palestinian" (Filasteeni ) was always a common nisba adopted by natives of the region, starting as early as the first century after the Hijra (eg `Abdallah b. Muhayriz al-Jumahi
al-Filastini[25], an ascetic who died in the early 700's.) However, the Palestinians, like most
Arab nationalities, have come to view themselves as primarily Palestinians (rather than as
primarily Arabs, or Syrians, or citizens of a particular town) mostly in the past century.
Whereas European colonialism and to a lesser extent Turkish nationalism in the Ottoman
Empire was the main spur in forming national identities and borders elsewhere, the main force
in reaction to which Palestinian nationalism developed was Zionism. One of the earliest
Palestinian newspapers, Filastin founded in Jaffa in 1911 by Issa al-Issa, addressed its readers
as "Palestinians" 6Konflik antara Romawi dan Persia sudah terjadi sejak tahun 53 SM, antara Konsul Crassus
dengan penguasa Parthia. Perang yang terjadi disebabkan perebutan kekuasaan atas daerah-daerah
taklukan. Semenjak Romawi memindahkan ibukotanya ke Byzantium (Konstantinopel) konflik
antara Romawi dan Persia semakin sering terjadi. Sementara itu, Jazirah Arab, tempat kelahiran
Nabi Muhammad, terjepit di antara dua kekuatan adidaya tersebut, namun tidak pernah dikuasai,
baik oleh Persia maupun Romawi. Jazirah Arab adalah daerah bebas sehingga menjadi jalur
perlintasan dagang bebas dunia waktu itu. Para pedagang yang berdagang melalui Jalur Sutera
(antara Eropa sampai India dan China) memilih Semenanjung Arab sebagai jalur penghubung
perdagangan mereka.
Puncak konflik terjadi sewaktu Persia di bawah raja Hurmuz atau yang dikenal oleh orang
Arab dengan sebutan Kisra dan Byzantium dipimpin Heraklius Muda atau yang dikenal oleh orang
Arab sebagai Hiraqla. Putra Hurmuz, Kisra Aboriz, menyerbu Syam dan Palestina yang waktu itu
berada di bawah kekuasaan Byzantium. Kisra Aboriz berhasil menguasai Anthakiah, Damaskus,
dan berhasil mengepung Bait Al-Maqdis, sampai kemudian merebut dan membakarnya. Api
-
8
ditaklukkan oleh Islam, Palestina tetap berada di bawah kekuasaan Byzantium
(Romawi Timur).
Ketika dikuasai Byzantium, agama yang banyak tersebar di sana adalah
Kristen. Sementara orang-orang Yahudi yang semula menghuni wilayah ini diusir
secara paksa oleh penguasa Romawi ketika pertama kali menguasai kawasan ini
sekitar abad ke-2 Masehi.7 Sejak Kaisar Romawi, Constantine, memeluk agama
Kristen tahun 312, Palestina mulai mendapatkan perhatian kembali dari Romawi
setelah sebelumnya ditelantarkan dan menjadi daerah yang hilang. Orang-orang
Roma Kristen membangun gereja-gereja di Yerussalem dan menjadikannya
sebagai sebuah kota Nashrani sampai paruh pertama abad ke-7 saat Umar ibn
Khaththab berhasil menguasai kawasan ini.8
Palestina ditaklukkan oleh Umar ibn Khaththab, khalifah kedua
sepeninggal Rasulullah menggantikan Abu Bakar. Ketika memasuki Yerussalem,
toleransi, kebijaksanaan, dan kebaikan ditunjukkan oleh Umar kepada penduduk
daerah ini tanpa membeda-bedakan agama mereka. Inilah awal zaman baru yang
sangat Indah. Kaum Muslim yang datang menaklukkan Palestina, tidak datang
dengan membawa pedang dan perang, melainkan perdamaian. Kristen dan
Muslim bisa hidup berdampingan dengan amand an damai. Karen Armstrong
menggambarkan sebagai berikut. Khalifah Umar memasuki Yerussalem dengan mengendarai seekor kuda putih,
dikawal oleh pemuka kota tersebut, uskup Yunani Sofronius. Sang Khalifah minta
agar segera dibawa ke Haram asy-Syarif. Di sana, di tempat sahabatnya,
Muhammad, melakukan mirj, ia berlutut dan berdoa. Sang Uskup melihatnya dengan ketakutan: ini, ia pikir, pastilah akan menjadi penaklukkan penuh kengerian
yang pernah diramalkan oleh Nabi Daniel bahwa ia yang memasuki rumah ibadat itu
Melahap gereja Al-Qiymah. Salib di gereja itu berhasil mereka kuasai dan memindahkannya ke
ibukita mereka di Persia. Peristiwa ini terjadi tahun 615 M, ketika Nabi Muhammad tengah berada
dalam tekanan kaum Musyrikin Mekah.
Mendengar kekalahan itu, kaum Musyrik Mekah merasa sangat senang karena kaum
penyembah berhala, Persia, berhasil mengalahkan penyembah Tuhan, Romawi. Mereka mengejek
Nabi bahwa mereka yang meyembah berhala seperti bangsa Persia juga akan mengalahkan Nabi
yang menyembah Tuhan seperti orang Romawi. Untuk menanggapi ejekan kaum Musyrik Mekah,
turunlah surat Al-Rm [30] ayat 1-6 yang meramalkan akan dikalahkannya kembali Persia. Dalam
ayat ini, Allah mengatakan sekalipun Romawi saat itu kalah, mereka pasti akan kembali
mengalahkan Persia dalam beberapa tahun kemudian (ayat 3-4). Ini ramalan Al-Quran. Tentu saja
orang-orang Musyrik Mekah tidak percaya pada ramalan itu, dan menganggapnya cuma isapan
jempol belaka. (Diadaptasi dari Abdullah Yusuf Ali. Tafsir Ayat Suci Al-Quran. [Jil. III; Jakarta: Litera Antar Nusa, 1998] dalam awal tafsir surat Al-Rm).
Namun, beberapa tahun kemudian, Romawi (Byzantium) benar-benar dapat mereabut
kembali daerah-daerah yang ditaklukkan Persia sebelumnya dan bahkan berhasil melumpuhkan
kekuasan Persia. Kemenangan Romawi atas Persia secara sempurna terjadi pada tahun 624,
bersamaan dengan kemenangan kaum Muslim pada Perang Badar tahun ke-2 Hijriyah. Saat itu,
Romawi berhasil merebut kembali daerah-daearah yang ditaklukkan Persia, terutama Palestina dan
Syria. Ada juga yang berpendapat bahwa kemenangan Romawi terjadi pada tahun 622, saat nabi
hijrah dari Mekah ke Madinah. Itu adalah awal-awal tahun kemenangan Romawi atas Persia. 7 Karen Armstrong. Perang Suci: Dari Perang Salib hingga Perang Teluk. (Jakarta: Serambi, 2001) hal. 58 8 Harun Yahya. Palestina: Zionisme dan Terorisme Israel. (Bandung: Dzikra, 2005) hal. 30-31.
-
9
pastilah sang Anti-Kristus yang akan menandai Hari Kiamat. Kemudian Umar minta
melihat-lihat tenpat-tempat suci Nashrani. Ketika ia berada di gereja Holy Sepulchre,
waktu shalat tiba. Dengan sopan, sang Uskup mempersilakannya shalat di tempat ia
berada. Namun, Umar dengan sopan pula menolak. Jika ia berdoa dalam gereja,
jelasnya, umat Islam akan mengenang kejadian ini dengan mendirikan sebuah mesjid
di sana. Hal ini berarti mereka akan memusnahkan Holy Sepulchre. Umar pun pergi
shalat di tempat yang agak jauh dari gereja itu, yaitu di tempat yang langusng
berhadapan dengan Holy Sepulchre. Di tempat itu, kini masih ada sebuah mesjid
kecil yang dipersembahkan untuk Khalifah Umar.
Masjid besar Umar lainnya didirikan di Haram asy-Syarif untuk menandai
penaklukkan Palestina oleh umat Islam bersama dengan Masjid Al-Aqsha yang
mengenang perjalanan malam Muhammad (isr). Selama bertahun-tahun, umat
Nashrani menggunakan tempat reruntuhan biara Yahudi ini sebagai tempat
pembuangan sampah kota. Sang Khalifah membantu umat Islam membersihkan
sampah-sampah itu dengan tangannya sendiri. Dan di sana umat Islam membangun
tempat sucinya untuk memabngun Islam di kota suci ketiga bagi dunia Islam.9
Apa yang dilakukan Umar itu memperlihatkan bahwa Islam memasuki
wilayah-wilayah taklukannya, tidak terkecuali Palestina, bukan untuk
menghancurkan daerah itu dengan seluruh penduduknya. Umat Islam hanya ingin
menciptakan kedamaian dan mengembangkan peradaban yang gemilang bagi
sebesar-besarnya kesejahteraan umat manusia sendiri, tanpa memilah-milah
agama, ras, atau bangsa.
2. PALESTINA DI BAWAH DINASTI UMAYYAH DAN ABBASIYAH
Tidak banyak yang berubah di Palestina ketika kekuasaan Islam beralih
dari para khalifah al-rasyidn kepada klan Umayyah yang memusatkan
kekuasaannya di Damaskus, maupun pada saat kekuasaan berada di tangan
Dinasti Abbasiyyah yang mengambil Baghdad sebagai ibu kotanya. Kedamaian
dan ketertiban terus berlanjut sepanjang orang-orang Islam memerintah di daerah
ini.
Umat Islam membawa peradaban bagi Yerussalem dan seluruh Palestina.
Mereka tidak memegang keyakinan yang tidak menunjukkan sikap hormat
terhadap nilai-nilai suci orang lain dan membunuh orang-orang hanya karena
mereka mengikuti keyakinan berbeda. Budaya Islam yang adil, toleran, dan lemah
lembut membawa kedamaian dan ketertiban kepada masyarakat Muslim,
Nashrani, dan Yahudi di daerah itu. Umat Islam tidak pernah memaksakan agama.
Beberapa orang non-Muslim yang melihat bahwa Islam adalah agama sejati
berpindah agama dengan bebas menurut keyakinannya sendiri.
Selama masa itu pula, penduduk Palestina segera mengadopsi kebudayaan
Arab hingga kebudayaan Arab menjadi dominan di Palestina. Bahasa sebagai
salah satu simbol budaya terpenting segera berubah. Sebelumnya bahasa Aramiah
digunakan secara luas di Palestina. Setelah Masala penguasaan Islam segera
9 Karen Armstrong. Op. Cit. hal. 92; Harun Yahya. Ibid. hal. 32.
-
10
digantikan oleh bahasa Arab. Sampai saat ini, bahasa yang dominan dipakai di
kawasan Palestina adalah bahasa Arab.10
Kedamaian dan ketenangan Palestina terganggu pada akhir kekuasaan
Dinasti Abbasiyyah. Pada mulanya terjadi ketagangan-ketegangan politik antara
dinasti-dinasti Islam yang berkuasa di akhir masa kekuasaan Abbasiyah, terutama
antara dinasti Fathimiyyah dengan Abbsiyah. Pada abad ke-10, dinasti ini bahkan
mengklaim kekuasaan atas daerah-daerah Mesir, Syiria, Anatolia, termasuk
Palestina.11
Gejolak politik ini tidak sampai mengganggu kedamaian beragama
orang-orang Nashrani, Yahudi, dan Islam di Yerussalem. Mereka masih tetap
hidup berdampingan, saling menghormati satu sama lain.
Ketegangan antar-agama, terjadi pada saat orang-orang Barat mulai
melakukan penaklukan-penaklukan balasan atas daerah-daerah yang sebelumnya
dikuasai oleh Romawi. Mereka mengklaim bahwa daearah-daearh itu seharusnya
tetap menjadi milik mereka. Oleh sebab itu, secara bertahap kerjaan-kerjaan Eropa
yang dimotori oleh orang-orang Italia, Spanyol, dan Normandia menaklukkan
kembali daerah-daerah yang sebelumnya sudah jatuh ke tangan umat Islam.12
Mereka manamakan diri sebagai pasukan Salib. Inilah awal mula pemicu
munculnya perang agama berkepanjangan, Perang Salib, yang sangat bersejarah itu. Pada masa inilah kedamaian beragama di kawasan Palestina, terutama
Yerussalem, terganggu.
3. PALESTINA ERA PERANG SALIB
Era Perang Salib ditengarai mulainya pada 26 November 109513
ketika
Paus Urbanus II mengunjungi Prancis. Memang bukan perang yang dilakuan sang
paus di sana. Di hadapan orang-orang Normandia, Paus memprovokasi mereka
agar mau mengangkat senjata merebut kembali kota suci Yerussalem dari tangan
kaum Muslim. Sentimen anti-Islam dikobarkan dengan dalih agama. Padahal, di
sana Islam justru dapat memelihara perdamaian setelah sebelumnya, orang-orang
Kristen sebegitu keji membunuh penduduk Yahudi di Yerussalem.
Provokasi Paus Urbanus II ini menjadi sangat efektif pada saat orang-
orang Barat berkeinginan kuat untuk melakukan kunjungan suci ke Yerussalem
yang mereka anggap sebagai kampung halaman Yesus. Mereka bahkan dengan
10 Ahmad Amin. Fajr Al-Islm. (Singapura: Sulaiman Mari, 1965), hal. 84-85. 11 Ira M. Lapidus. Sejarah Sosial Umat Islam. (Jil. I; Jakarta: Rejawalio Press, 1999), hal. 537-539 12 Reconquista (pengusiran umat Islam) sebagai serangan balik Barat terhadap umat Islam dimulai di Spanyol; tahun 1085 kota Toledo jatuh ke tangan orang Kristen. Tahun 1087 Pisa dan Genoa
menghancurkan kota Mahdia, kota pusat perdagangan dan politik bagi Muslim Afrika Utara.
Bangsa Normandia menaklukan Sisilia antara tahun 1061-1091 dan terus bergerak menyerang
imperium Byzantium. Selanjutnya, dewan uskup segera mendamaikan gereja Yunani dan gereja
barat, dan segera mendukung imperium Bizantium dalam melawan kekuatan Saljuk Turki. Dewan
gereja segera membentuk negara-negara baru di bawah bantuannya di wilayah Laut Tengah dalam
rangka menyebarkan pengaruh gereja Latin di kalangan warga Kristen timur. (Ira M. Lapidus.
Ibid. hal. 539). 13 Philip K. Hitti.History of the Arabs. (London: The Macmillan Press, 1974) hal. 636. Dalam catatan Ira M. Lapidus, kejadian ini terjadi tahun 1096 (Ira M. Lapidus. Op. Cit. hal. 540).
-
11
sangat percaya diri ingin menganeksasi Yerussalem agar berada di bawah
kekuasaannya. Apalagi setelah Seljuk Turki melakukan invasi ke Yerussalem.
Invasi ini membuka jalan bagi mereka untuk memasuki Yerussalem yang saat itu
menjadi daerah kekuasaan Seljuk.14
Pidato ini mungkin merupakan pidato paling berpengaruh sepanjang
sejarah. Pada pidatonya di Clermont, Prancis Utara, Urbanus menyerukan agar
menyerang dan merebut kembali tanah suci Yerussalem dari tangan kaum
Muslim. Mengikuti ajakan sang Paus, pada musim panas tahun 1097 sekitar
150.000 orang, kebanyakan dari Prancis dan Normandia yang sebagiannya
perampok, berkumpul di Konstantinopel. Mereka bersepakat untuk berperang
menuju Yerussalem. Mereka menamakan diri sebagai Pasukan Salib dan menjadikan salib sebagai lencana mereka. Inilah perang pertama yang kemudian
dikenal dengan istilah Perang Salib. 15 Pasukan ini berhasil menaklukkan Yerussalem tahun 1099. Kota ini jatuh
setelah pengepungan lima minggu. Ketika Tentara Salib ini memasukinya, mereka
melakukan hal yang sangat biadab: seluruh orang Islam dan Yahudi dibasmi
dengan pedang. Salah satu panglima Tentara Salib malah merasa sangat benagga
dengan apa yang mereka lakukan: Pemandangan mengagumkan akan terlihat. Sebagian prajurit kami (ini tindakan
yang lebih ringan) memenggal kepala musuh-musuh mereka; lainnya menembaki
dengan panah, sehingga mereka berjatuhan dari manara-menara; lainnya menyiksa
mereka lebih lama dengan memasukkan mereka ke dalam api. Tumpukan kepala,
tangan, dan kaki terlihat di jalan-jalan kota, sehingga kami harus berjalan di atas
mayat-mayat manusia dan kuda. Ini belum seberapa jika dibandingkan dengan apa
yang terjadi di Biara (Haikal) Sulaiman, tempat ibadah keagamaan kini dinyanyikan
kembali. Di sana, para pria yang berdarah-darah disuruh berlutut dengan leher
terbelenggu.16
Dalam dua hari, Tentara Salib membunuh sekitar 40.000 orang Islam
dengan cara yang keji seperti yang digambarkan di atas. Kedamaian dan
ketertiban Palestina yang telah berlangsung sejak Umar menaklukkan Palestina
berakhir dengan pembantaian yang sangat mengerikan. Dengan penaklukkan itu,
Tentara Salib menjadikan Yerussalem sebagai ibu kota kerajaan Katolik baru
yang terbentang dari Palestina hingga Antakiyah.
4. KEMBALI KE TANGAN ISLAM: DARI SALAHUDDIN SAMPAI
USMANI
Beruntung penguasaan orang-orang Kristen tidak berlangsung lama.
Pasukan Salib hanya menguasa kawasan ini selama 88 tahun (sampai tahun 1187).
Setelah itu kawasan Palestina kembali ke tangan kaum Muslim. Salahuddin Al-
Ayyubi adalah panglima yang paling berjasa mengembalikan Yerussalem ke
pangkuan Islam.
14 Ira M. Lapidus. Op.Cit. hal. 540 15 Philip K. Hitti. Op. Cit. ha;. 636 16 August C. Krey seperti dikutip oleh Harus Yahya. Op. Cit. hal. 33-34. Kekejaman ini juga dijelaskan secara panjang lebar oleh Karen Armstrong.Op. Cit. hal. 243-298.
-
12
Beberapa saat setelah Pasukan Salib menguasai Yerussalem, secara
bertahap pasukan Muslim kembali dapat menguasai kawasan ini. Serangan kaum
Muslim melalui tiga fase. Pertama, tahun 1099-1146 pada saat kepemimpinan
kaum Muslim berada di bawah Dinasti Seljuk. Saat itu, pemegang otoritas Syria
yang bermaksud ingin membentuk imperium-kecil sendiri melakukan serangan
kepada pasukan-pasukan Salib. Pertaka kali dilakukan oleh Maudud. Namun tidak
terlampau berhasil. Pada tahun 1128 serangan-serangan mereka membawa hasil.
Di bawah kendali gubernur Mosul, Zengi, Aleppo berhasil direbut. Setelah itu
Edessa ditundukkan tahun 1144. Zengi meninggal tahun 1146.
Zengi digantikan oleh Nur al-Din (1146-1174), putra Zengi. Inilah fase
kedua proses perebutan kembali Yerussalem dari tangan pasukan Salib. Target
Nur al-Din adalah menaklukkan Damaskus yang akan membuka jalan untuk
merebut Yerussalem. Pada tuhun 1147, ia membantu penduduk setempat dari
kepungan Pasukan Salib pada Perang Salib ke-2. Akhirnya pada tahun 1154,
sebuah pemberontakan lokal memaksa gubernur-gubernur Seljuk dan masyarakat
umum kota tersebut menyerahkan Damaskus kepada Nur al-Din. Nur al-Din
berhasil membangkitkan semangat anti-Pasukan Salib setelah Damaskus ia kuasai.
Pada periode ini terjadi beberapa kali Perang Salib antara pasukan Nur al-
Din dengan Pasukan Salib Eropa, namun belum sampai dapat menguasai kembali
Yerussalem. Ketika Nur al-Din berhasil mengambil alih kekuasaan Mesir dari
Dinasti Fathimiyyah melalui tangan salah seorang jendralnya yang brilian,
Salahuddin Al-Ayyubi, Mesir dan Syria bersatu di bawah satu kekuasaan.
Keadaan ini semakin membuka kesempatan semakin luas kepada kaum Muslim
untuk menaklukkan Yerussalem.
Penyatuan Mesopotamis dan Mesir menandai fase ketiga respon terhadap
pasukan Salib. Dari Mesir, Salahuddin berhasil merebut Damaskus (1174,
kemudian Aleppo pada tahun 1183, lalu Mosul pada tahun 1186. Setelah semua
daerah yang mengitari Palestina benar-benar dapat disatukan, ahirnya tahun 1187
Salahuddin Al-Ayyubi berhasil menaklukkan Pasukan Salib pada Perang Hittin.
Inilah akhir pendudukan bangsa Latin di Yerussalem. Setelah itu, Salahuddin
mendirikan Dinasti Ayyubiyah yang berpusat di Palestina.17
Apa yang dilakukan Salahudin Al-Ayyubi saat masuk ke Yerussalem
sebagai tanda kemenangannya atas Pasukan Salib sangat berbeda dengan yang
dilakukan Pasukan Salib sebelumnya. Karen Armstrong mengakuinya secara jujur
dalam bukunya sebagai berikut. Pada tanggal 2 Oktober 1187, Saladin dan tentaranya memasuki Yerussalem
sebagai penakluk dan selama 800 tahun kemudian, Yerussalem tetap menjadi kota
Muslim. Saladin menepati janjinya dan menaklukkan kota itu sesuai dengan cita-cita
tertinggi Al-Quran. Ia tidak membalas dendam atas pembantaian tahun 1099; dan
setelah permusuhan itu hilang ia mengakhiri pembunuhan (QS Al-Baqarah [2]: 193-
194).
Tidak ada satupun orang Kristen yang dibunuh dan tidak ada penjarahan.
Tebusan dengan sengaja ditetapkan amat rendah, tapi tetap saja ribuan kaum miskin
17 Ira M. Lapidus.Op. Cit. hal. 540-544.
-
13
tidak dapat membayarnya dan karena itu ditawan oleh kaum Muslim. Begitu banyak
tawanan sehingga konon seorang budak dari kaum Frank dapat ditukar dengan
sandal di Damaskus. Tapi ada sejumlah tawanan yang lolos dari nasib seperti itu
karena Saladin merasa terharu hingga menangis atas penderiataan keluarga yang
cerai-berai dan ia membebaskan mereka tanpa tebusan, dengan tatapan putus asa dari
para pencatat keuangan Saladin yang lama menderita akibat sikap murah Saladin.
Sauranya, Al-Adil, begitu tertekan atas penderitaan para tahanan itu sehingga ia
meminta Saladin agar seribu orang dari mereka akan ia gunakan sendiri da kemudian
ia membebaskan mereka di tempat itu juga. Semua pemimpin Muslim saat itu
terkejut menyaksikan orang-orang kaya Kristen kabur dengan harta benda mereka,
yang sebenarnya dapat digunakan untuk menebus seluruh tawanan. Ketika
Imaduddin melihat Uskup Agung Heraclius meninggalkan kota dengan yang penuh
beban harta bendanya, ia mendesak Saladin untuk menyita harta itu. Tapi Saladin
menolak. Al-Quran menyatakan bahwa sumpah dan perjanjian harus benar-benar
dijaga dan amatlah penting bagi kaum Muslim untuk menaati hukum. Orang Kristen di manapun akan mengingat kebaikan yang telah kita berikan pada mereka, katanya. Heraclius membayar sepuluh dinar tebusannya seperti orang lain dan
bahkan disediakan pengawal khusus untuk menjaga hartanya yang selamat selama
perjalanan menuju Tirus.18
Tahun 1514, Baitul Maqdis beralih kekuasaan ke tangan Turki Usmani.
Sejak saat itu, sampai nanti Palestina berada di bawah kekuasaan Inggris setelah
Perang Dunia I, selama 400 tahun Palestina berada di bawah kekuasaan Turki
Ustmani. Seperti di negara-negara Usmani lainnya, masa ini menyebabkan orang-
orang Palestina menikmati kedamaian dan stabilitas. Meskipun ada pemeluk tiga
keyakinan berbeda hidup berdampingan satu sama lain.
Pada akhir kekuasaan Turki Usmani (akhir abad ke-19), terjadi imigrasi
besar-besaran orang-orang Yahudi dari Eropa ke empat kota penting di Palestina,
yaitu Yerussalem, Safed, Tiberias, dan Hebron. Keempat daerah ini pada masa
berikutnya menjadi pemukiman-pemukiman Yahudi aling penting. Pada saat ini
pula muncul gerakan Zionisme, sebuah gerakan politik yang dilegitimasi dengan
doktrin-doktrin agama yang menghendaki orang-orang Yahudi menguasai seluruh
Palestina tanpa kecuali. Inilah awal munculnya kekisruhan Yahudi-Arab Muslim
di Palestina.
5. PENGUASAAN BARAT ATAS PALESTINA
Sebetulmya Palestina mulai jatuh ke tangan Barat (Inggris) setalah Perang
Dunia I melalui apa yang disebut dengan Mandat Inggris (The Mandat British), namun prosesnya terjadi sejak akhir abad ke-19 ketika kekuasaan Turki Usmani
melemah. Saat itu, Turki Utsmani diejek sebagai The Sickman in Europe. Posisi Turki yang lemah ini diakibatkan oleh banyak faktor, terutama faktor semakin
18 Karen Armstrong.Op. Cit. hal. 409-410; penaklukkan Salahuddin ini digambarkan dengan sangat menarik dalam film produksi 21 Century Fox garapan sutradara Ridley Scott, Kingdom of
Heaven (2005) yang dibintangi Scoot Free
-
14
melemahnya kekuatan pemerintahan Turki akibat perebutan kekuasaan (krisis
politik).19
Di pihak lain, saat di dalam negeri tengah terjadi krisis, kekuatan Eropa
yang mulai bangkit sejak abad ke-18 mulai merangsek ke wilayah kekuasaan
Turki Usmani. Berturut-turut Rusia berhasil merebut Crimea dan menguasai Laut
Hitam. Prancis menmgambil-alih Mesir, tapi kemudian berhasil digagalkan atas
bantuan Inggris. Setelah itu Turki menjadi ajang rebutan kekuasaan antara Inggris,
Rusia, dan Prancis. Pemberontakan pun terjadi di Bosnia dan Herzegovina
sehingga Turki harus rela melepaskan kedua kawasan yang sebelumnya berada di
bawah kekuasaannya. Singkatnya, kondisi Turki Usmani benar-benar berada di
ambang kehancuran.20
Kehancuran Turki Usmani semakin parah saat meletus Perang Dunia I
(1914-1917). Usmani melibatkan diri dalam perang itu dengan bergabung
bersama Jerman dan Austria menghadapi kubu Inggris-Prancis-Rusia-Italia.
Kekalahan Blok Jerman memaksa Ustmani menyerahkan sebagian wilayah yang
dikuasainya kepada Blok Inggris yang menang perang. Inggris, Prancis, Rusia,
dan Italia pun akhirnya sepakat untuk membagi-bagi wilayah Usmani melalui
perjanjian Sykes Picot (1916). Perancis akan mendapatkan wilayah Libanon,
bagian barat-laut Turki, Syria Utara, dan Irak Utara; sedang Inggris akan
mendapatkan wilayah Irak, Arabia yang berbatasan dengan teluk Persia, dan
Transjordan. Rusia kebagian Istambul, dan beberapa bagian timur Anatolia. Italia
dijanjikan kebagian wilayah selatan Anatolia. Semantara Palestina disiapkan
untuk menjadi rezim internasional khusus. Terhadap Syarif Hussein di Mekah,
Inggris menjanjikan sebuah negara Arab merdeka karena jasa Syarif (penguasa)
Mekah membantu sekutu menghadap Usmani, Jerman, dan Austria.21
Tahun 1917
melalui Deklarasi Balfour, Inggris menyatakan dukungan atas pembentukan tanah
air bangsa Yahudi di Palestina. Deklarasi ini berbentuk surat bertanggal 2
November 1917 dari Arthur James Balfour, sekretaris urusan luar negeri
pemerintah Inggris kepada Lord Rothchild, penyandang dana Zionis dunia yang
membiayai perpindahan bangsa Yahudi dari Eropa ke Palestina. Isi surat tersebut
adalah sebagai berikut. His Majestys Government view with favor the establishment in Palestina of a national home for the Jewish people, and will use their best endeavors to facilitate
the acievement of this object, it being clearly understood that nothing shall be done
which may prejudice the civil and religious rights of exixting non-Jewish
communities in Palestine, or the rights and political status enjoyed by jews in any
other country.22
(Yang Mulia Pemerintah memandang baik-baik saja Palestina dijadikan sebagai
rumah-bangsa bagi orang-orang Yahudi dan akan menggunakan cara-cara paling
19 Ira M. Lapidus. Sejarah Sosial Umat Islam. (Jil. II; Jakarta: Rajawali Press, 1999) hal. 70 20 Ira M. lapidus. Ibid. hal. 65-70 21
Ira M. Lapidus.Ibid.hal. 70-71 22 Hanry Cattan,The Palestine Problem: A Palestine Point of View dalam Syafiq Mughni (ed.). An Anthology of Contemporary Middle Eastern History. (Canada: McGill University, tt.) hal. 334-
335
-
15
baik untuk memfasilitasi usaha ke arah sana; dapat dimengerti dengan jelas bahwa
tidak ada sesuatupun yang akan dilakukan yang bisa merugikan hak-hak sipil dan
agama dari komunitas non-Yahudi di Palestina ataupun hak-hak dan status politik
yang sudah dinikmati oleh orang-orang Yahudi di negeri mana saja.)
Tahun 1918, sekutu Eropa memenangkan Perang Dunia I. Dengan
kemenangan itu, mau tidak mau pihak yang kalah perang harus melepaskan
wilayah-wilayah yang mereka kuasai. Palestina, yang dikuasai oleh Turki Usmani,
harus diserahkan kepada Inggris sesuai dengan Perkankian Sykes-Picot tahun
1916. Inilah masa awal Palestina berada di bawah The British Mandate of Palestine yang secera resmi memerintah kawasan Palestina setelah lepas dari Turki Usmani.
Karena kekuasaan berada di tangan Inggris yang memberikan sokongan
penuh kepada Israel, keinginan bangsa Yahudi untuk mendirikan negara bagi
bangsa Yahudi di tanah Palestina sudah mendekati kenyataan. Mereka yang
sebelumnya tidak diterima oleh Sutan Hamid untuk mendapatkan tanah di
Palestina,23
kini dengan leluasa dapat memilih tanah mana saja dari wilayah
Palestina yang mereka inginkan. Antara tahun 1920-1945 penduduk Yahudi di
Palestina bertambah sangat cepat sampai sekitar 31% dari seluruh penduduk
Palestina. Pertambahan itu meningkat cepat terutama setelah ada kebijakan
pengusiran bangsa Yahudi dari Jerman pada masa Nazi berkuasa.24
Kebijakan imigrasi besar-besaran ini menuai protes keras dari bangsa Arab
Palestina. Sejak saat itu ketegangan-ketegangan antara bangsa Yahudi dan Arab
Palestina tidak bisa dihindarkan lagi. Masing-masing pihak sama-sama ingin
saling melenyapkan dan ingin menguasai Palestina tanpa yang lain. Ketegangan
tidak hanya sebatas ucapan tapi sudah sampai pada tarap perang dan melenyapkan
nyawa, apalagi setelah negara Israel resmi didirikan pada tahun 1998. Konflik
politik sampai konflik fisik terus berlangsung sampai sekarang. Apa yang menjadi
sebab itu terjadi? Kita akan menemukan jawabnnya setelah mengikuti proses
kelahiran negara Israel yang sangat kontroversial sampai hari ini.
23 Abu Ridha (ed.).Palestina Nasibmu Kini. (Jakarta: Yayasan SIDIK, 1994) hal. 72 24 www.en.wikipedia.org/wiki/History of Palestine
-
16
BAB III
KONTEKS KELAHIRAN HAMAS
1. LAHIRNYA ISRAEL: AWAL KONFLIK BERKEPANJANGAN
A. Gerakan Zionisme
Zionisme adalah salah satu mazhab dalam agama Yahudi. Munculnya mazhab Zionisme ini tidak bisa dilepaskan dari harapan orang Yahudi untuk
kembali ke Tanah yang Dijanjikan (Yerussalem). Mereka yang berkeyakinan untuk kembali ke Zion ini tersebar di berbagai tempat. Pada abad ke-19 banyak di antara mereka yang datang ke Palestina, terutama dari Rusia dan Eropa Timur
yang sangat menderita akibat berbagai penganiayaan. Intensifnya gerakan anti-
Semitisme di Rusia dalam dua dekade terakhir abad ke-19 menyebabkan
berdirinya organisasi Hovevei Zion di Odessa dan koloni-koloni Zionis pertama di
Palestina (1882), antara lain koloni Rishon le Zion di Yudea, Zichron Jacob di
Samaria, dan Rosh Pina di Galilea. Pada tahun 1880-an pemukiman lainnya
menyusul. Mereka kebanyakan orang Yahudi dari Rusia, Rumania, Galisia, dan
Lithuania. Orang-orang kaya Yahudi di Barat seperti Baron Edmon de Rothchild
banyak memberi sumbangan kepada orang-orang Yahudi yang datang ke
Palestina. Bahkan sengaja didirikan Asosiasi Kolonisasi Yahudi (ICA) oleh Baron
Maurice de Hirsch yang bertugas membeli tanah di Palestina dan menyediakan
permodalan secukupnya bagi para pemukim.
Zionisme menjadi sebuah gerakan resmi sekitar tahun 1897. Pada tahun
itu, seorang koresponden Paris majalah Neue Freie Presse di Wina, Dr. Theodor
Herzl menerbitkan majalah mingguan Die Welt sebagai sarana resmi para Zionis.
Pada tahun yang sama, atas inisitifnya, terselenggara Kongres Zionis pertama
yang diselenggrakannya di Basel, Swis. Kongres ini menghasilkan resolusi
tentang Palestina yang harus menjadi pemukiman bangsa Yahudi dan didirikannya
Organisasi Zionis Dunia. Herzl sendiri terpilih menjadi ketuanya. Inilah awal
gerakan Zionisme secara mondial.
Untuk mewujudkan impian mereka kembali ke tanah yang dijanjikan banyak cara yang mereka lakukan. Ketika Turki Usmani masih menguasai
Palestina, berulang-ulang mereka meminta izin kepada sultan Abdul Hamid agar
mereka boleh membeli tanah yang akan disiapkan menjadi pemukiman bangsa
Yahudi. Namun, sampai akhir kekuasaannya, Sultan tidak pernah mengizinkan
orang-orang Yahudi memiliki tanah-tanah di Palestina. Baru setelah Turki Usmani
jatuh ke tangan Inggris pasca-Perang Dunia I, kaum Zionis mendapatkan izin
untuk membuka pemukiman di Palestina. Mulanya membeli tanah, tapi kemudian
banyak yang melakukan penyerobotan tanah-tanah milik rakyat Palestina.
Sebelumnya, sekitar tahun 1903, ketika terjadi penganiayaan terhadap Yahudi
secara besar-besaran di Rusia, kelompok Zionis melalui Herzl berunding dengan
Inggris agar diberi tempat pemukiman baru bagi orang-orang Yahudi yang terusir
itu. Inggris menawarkan Uganda, namun dalam Kongres ke-7 Organisasi Zionis
Dunia tahun 1904 tawaran itu ditolak. Hanya satu tempat yang mereka inginkan,
-
17
yaitu Palestina, tempat yang mereka anggap sebagai warisan leluhur mereka yang
dijanjikan untuk mereka.25
Perjanjian Sykes-Picot (1916) memberikan peluang besar kepada orang-
orang Yahudi untuk mendapatkan Palestina. Kesempatan itu semakin terbuka
lebar pada saat Deklarasi Balfour (1917) ditandatangani. Dalam Deklarasi itu,
Inggris mendukung sepenuhnya niat bangsa Yahudi mendirikan negara Nasional
di Palestina.26
Keberhasilan-keberhasilan diperoleh bangsa Yahudi atas lobi-lobi
yang dilakukan oleh kelompok Zionis ini. Sebab, merekalah yang sangat
berambisi untuk merebut Palestina dan mendirikan sebuah negara Yahudi di sana.
Harus dicatat bahwa sejak awal didirikan sampai saat ini, gerakan
Zionisme bukanlah murni gerakan keagamaan Yahudi. Sampai saat ini, Zionisme
tetap merupakan gerakan nasional, sebuah gerakan bermotif duniawi yang
menginginkan bangsa Yahudi memiliki tanah air sendiri. Hanya saja, untuk
memperkuat posisi ini, mereka menggunakan doktrin-doktrin agama Yahudi yang
seringkali dipaksakan agar sesuai dengan keinginan mereka. Oleh sebab itu, tidak
heran kalau gerakan Zionisme ini mendapat tentangan juga dari kalangan
agamawan Yahudi sendiri, selain dari orang-orang Arab Israel yang merasa hak-
hak mereka dirampas.
Tentangan antara lain muncul dari kaum Yahudi ultraortodoks. Mereka
berkeberatan terhadap aspek politik gerakan ini. Mereka percaya bahwa kebali ke
Zion (Tanah yang dijanjikan) harus merupakan takdir Tuhan, bukan kehendak
duniawi. Di pihak lain, kelompok sosialis dan komunis menganggap Zionisme
sebagai gerakan reaksioner kaum borjuis. Para rabbi Yahudi dan pengikutnya
menentang zionisme juga karena karakter nasionalnya. Karena percaya bahwa
Yudaisme adalah agama dan bukan kebangsaan, mereka cenderung menolak
konsep politik Zionisme.
Di Inggris dau organisasi Yahudi, Badan Perwakilan Yahudi Inggris dan
Asosiasi Inggris-Yahudi, menentang Zionisme juga atas dasar kepercayaan bahwa
Yudaisme adalah agama, bukan bangsa seperti klaim para Zionis. Oleh sebab itu,
buat mereka tidak perlu orang-orang Yahudi memiliki negara nasional sendiri.
Tentangan yang sama juga datang dari Komisi Yahudi di Amerika pimpinan
Jacob H. Schiff, Louis Marshall, serta Mayer Sulzberger. Protes keras sering
mereka lancarkan menentang keinginan-keinginan politik kaum Zionis.27
Jelas
bahwa munculnya Zionisme bukanlah gerakan keagamaan, melainkan gerakan
nasionalisme yang sangat dipengaruhi oleh gaung nasionalisme yang pada masa
itu tengah digandrungi di seluruh dunia.28
Ini juga menandakan bahwa Zionisme
juga tidak lebih daripada proyek borjuasi (baca: kapitalisme) yang ingin
mencaplok apa saja yang menghalanginya. Dan ini juga merupakan salah satu
25 George Lenczowski.Timur Tengah di Tengah Kancah Dunia. (Bandung: Sinar Baru Algesindo, 1993) hal. 234-235 26 Ira M. Lapidus. Sejarah Sosial Umat Islam. (Jil. II; Jakarta: Rajawali Press, 1999) hal. 70 27 George Lenczowski. op. cit. hal. 235-237 28 Ira M. Lapidus. op. cit. hal. 169
-
18
proyek pembaratan dunia Islam yang terus dilancarkan setelah kekalahan Eropa
oleh umat Islam.
B. Gelombang Perpindahan Bangsa Yahudi ke Palestina
Seperti telah disinggung sekilas di atas, sejak banyaknya penganiayaan
terhadap bangsa Yahudi di Rusia dan Eropa Timur terjadi perpindahan cukup
signifikan orang-orang Yahudi ke Palestina. Perpindahan inilah yang menjadi
faktor penentu lain lahirnya negara Israel Raya. Selain menambah jumlah orang-
orang Yahudi di Palestina, perpindahan inilah yang pertama kali memicu
munculnya konflik antara bangsa Arab-Palestina dengan Yahudi-Israel sejak awal
tahun 1920-an sampai saat ini. Konflik ini pula yang nantinya menyeret konflik
Israel-Palestina menjadi masalah internasional yang bahkan melibatkan negara-
negara lain, terutama negara-negara Arab.
Imigrasi Yahudi ke Palestina ini terjadi sejak tahun 1881 sebelum gerakan
Zionisme internasional dideklarasikan oleh Theodor Herzl tahun 1897. Namun ide
perpindahan ke Israel ini sejak awal telah diilhami oleh ide-ide kaum yang
menganut paham Zionis yang nanati bersama Herzl mendeklarasikan gerakan
Zionisme internasional..29
Gelombang perpindahan kedua terjadi antara tahun
1904-1914 yang membawa sekitar 40 ribu orang Yahudi ke Palestina. Setelah
berakhir Perang Dunia I terjadi gelombang perpindahan ketiga (1919-1923) dan
keempat (1924-1929). Saat itu, Palestina sudah di bawah The British Mandate
(Mandat Inggris) yang sangat menyokong didirikannya negara nasional bagi
bangsa Yahudi di Palestina, terutama setelah digagasnya Deklarasi Balfour tahun
1917. Dengan adanya deklarasi ini, Pihak Inggris membayangkan bahwasanya
tanah air Yahudi akan menjadi dalih bagi klaim Inggris untuk menguasai negeri
ini. Mereka juga membayangkan bahwa meraka akan mendapatkan dukungan dari
warga Yahudi di Rusia dan Amerika dalam pertempuran melawan Jerman.30
Munculnya Nazisme di Jerman tahun 1933 mendorong gelombang
imigrasi keempat bangsa Yahudi ke Palestina. Pada tahun 1922 jumlah penduduk
Yahudi di Palestina hanya 11%. Gelombang imigrasi keempat ini telah menaikkan
jumlah orang Yahudi di Palestina secara signifikan hingga mencapai angka 33%.
Adalah Peristiwa Holocaus (pembantaian bangsa Yahudi oleh Nazi) yang telah
sangat signifikan membawa pada perubahan ini. Sampai akhir Perang Dunia II
jumlah penduduk Yahudi di Palestina mencapai sekitar 600.000 jiwa.31
Jumlah ini
29 Paham yang dianut Zionis terhimpun dalam Protokolat Para Hakim Zionis yang antara lain sebagai berikut: (1) semua orang Yahudi di dunia adalah anggota keluarga bangsa Israel; (2)
zionisme bertujuan agar orang-orang Yahudi mampu mendominasi dunia sebagaimana telah
dijanjikan oleh tuhan mereka Yahweh, sebagai titik tolak dari rencana besar itu, mereka harus mendirikan sebuah pemerintahan di bumi yang telah dijanjikan, yaitu yang terbentang antara
Sungai Nil sampai sungai Eufrat; (3) orang Yahudi adalah bangsa istimewa yang harus menjadi
tuan yang berkuasa, sementara bangsa-bangsa lainnya adalah budak-budak mereka, dan
sebagainya. (Lembaga Pengkajian dan Penelitian WAMY. Gerakan Keagamaan dan Pemikiran;
Akar-akar Ideologis dan Penyebarannya. [Jakarta: WAMY, 1999] hal. 247). 30 Ira M. Lapidus. op. cit. hal. 170 31 www.en.wikipedia.org/wiki/Israel
-
19
sangat signifikan mengingat jumlah penduduk Palestina seluruhnya hanya sekitar
1,3 juta jiwa.32
Karena sejak awal muncul protes dari bangsa Arab-Palestina terhadap
keberadaan bangsa Yahudi di tanah mereka, situasi di Palestina terus menerus
tegang. Bahkan, tahun 1937 muncul pemberontakan Arab terhadap penguasa
Mandat Inggris. Pemberontakan ini mendorong Inggris mengubah kebijakan yang
memperlonggar eksodus bangsa Yahudi dari berabagai belahan dunia, terutama
dari Eropa, ke Palestina. Pada tanggal 17 Mei 1939 Inggris mengumumkan
Naskah Putih yang berisi prinsip-prinsip baru tentang Palestina. Kebalikan dari
kebijakan lama, pemerintah mengusulkan pendirian, dalam sepuluh tahun, negara
Palestina Merdeka yang dihubungkan dengan Inggris oleh suatu perjanjian
khusus.
Ketentuannya yang terpenting adalah mengenai imigrasi dan transfer
tanah. Pada kedua hal ini, Inggris sebenarnya mengabulkan tuntutan orang-orang
Arab, yaitu para imigran dibatasi hingga 75.000 orang untuk lima tahun
berikutnya, dan setelah itu dihentikan sama sekali. Sementara itu, Palestina akan
dibagi ke dalam tiga zona: pertama, zona yang memperbolehkan transfer tanah
dari golongan Arab ke Yahudi; kedua, zona yang membatasi tindakan itu; dan
ketiga, zona yang melarang sama sekali adanya transfer tanah itu.33
Naskah Putih ini, sekalipun belum memuaskan pihak Arab, namun telah
mencatat kemenangan cukup berarti bagi mereka. Pada saat yang sama kelompok
Zionis merasa sangat terganggu dengan munculnya kebijakan itu. Mereka
menganggap bahwa kebijakan itu telah menyalahi Deklarasi Balfour. Zionis
Yahudi kemudian menuntut agar Inggris mencabut kembali kebijakan itu. Belum
sempat ketegangan antara keduabelah pihak reda, keburu meletus Perang Dunia II
pada bulan September 1939 yang ditandai dengan jatuhnya Pearl Harbour ke
tangan Jepang.
C. Era Dukungan Amerika
Ketika meletus Perang Dunia II konflik Arab-Yahudi di Palestina agak
sedikit mereda karena pihak Sekutu tengah berkonsentrasi menghadapi blok
Jerman-Jepang-Itali. Untuk itu, banyak sekali pasukan Sekutu yang berada di
kawasan Palestina. Bila orang-orang Arab memaksakan meneruskan gerilya, sama
saja dengan bunuh diri. Sebab, Israel berada di pihak Sekutu yang dimotori oleh
Amerika.
Gencatan senjata Arab-Yahudi di Palestina hanya berlangung sampai
tahun 1943 karena dinodai oleh gerakan terorisme yang dilakukan oleh orang-
orang Yahudi terhadap pemerintah Inggris. Ada dua faktor yang menyebabkan
munculnya gerakan ini. Pertama, adanya peningakatan luar biasa imigrasi Yahudi
ilegal dari Eropa yang diduduki Nazi. Para Korban penyiksaan Nazi datang
berbondong-bondong ke Palestina. Sementara, atas dasar Naskah Putih,
32 Harun Yahya. Palestina: Zionisme dan Terorisme Israel. (Bandung: Dzikra, 2005) hal. 55 lihat juga Haitsam Al-Kailani. Siapa Teroris Dunia. (Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 2001) hal. 166-167. 33 George Lenczowski. op. cit. hal. 243
-
20
pemerintah melarang mereka masuk ke Palestina. Mereka yang datang akhirnya
diungsikan ke kamp-kamp penampungan di Siprus dan wilayah di seberang
Palestina lainnya. Kedua, meningkatnya tekanan dari kelompok Zionis Amerika.
Pada tanggal 11 Mei 1942 Organisasi Zionis Amerika bersidang di New York dan
menghasilkan Program Biltmore yang diajukan oleh David Ben Gurion, ketua
Komisi Eksekutif Agen Yahudi. Program Biltmor berisi: (1) pendirian negara
Yahudi yang mencakup seluruh Palestina; (2) pembentukan militer Yahudi; (3)
penolakan Naskah Putih tahun 1939 dan diteruskannya imigrasi tak terbatas ke
Palestina yang tidak hanya diawasi oleh Inggris, tapi juga oleh Agen Yahudi.34
Karena alasan itu, orang-orang Yahudi berani memprotes kebijakan Inggris.
Keberanian mereka juga didukung oleh keberhasilan Zionis Amerika
melobi Kongres Amerika Serikat agar mendukung usaha-usaha mereka untuk
membatalkan Naskah Putih hingga kedatangan mereka ke Palestina tidak perlu
dibatasi. Banyak badan legislatif negara bagian di AS yang mengesahkan resolusi
pro-Zionis di atas. Bahkan pada bulan Februari 1944 Kongres AS mengeluarkan
sebuah resolusi yang berisi permintaan untuk dibukanya kembali Palestina untuk
imigran Yahudi tanpa pembatasan dan pembangunan kembali Palestina sebagai
suatu persemakmuran Yahudi yang bebas dan demokratis. Resolusi ini juga mengharapkan campur tangan Pemerintah AS secara resmi untuk mencapai tujuan
itu.
Resolusi Kongres AS ini memang tidak sampai jadi diberlakukan karena
Jendrall Marshall berkeberatan atas resolusi itu karena hanya akan merugikan
hasil perang Sekutu. Namun, berkat lobi-lobi yang dilakukan agan-agen Zionis
kepada para petinggi AS, niat kaum Yahudi itu secara resmi mendapat dukungan
dari Presiden Amerika Franklin D. Roosevelt.35
Atas dasar dukungan itu, orang-
orang Yahudi berani menentang kebijakan Inggris yang secara de jure masih
menjadi pemegang kekuasaan atas Palestina.
Setelah itu, pemerintah Amerika terus menekan Inggris agar mencabut
kembali kebijakan Naskah Putih-nya. Berkali-kali Inggris melakukan
pembicaraan dengan pihak AS. Pihak Inggris tetap ingin mempertahankan
diplomasi tradisional mereka untuk tidak memusuhi Arab. Oleh sebab itu, Inggris
tetap berkeras untuk tetap melakukan pembatasan bagi para imigran Yahudi.
Masalah tetap tidak selesai. Akhirnya, Inggris membawa masalah ini ke hadapan
PBB (Perserikatan Bangsa-Bangsa) pada tanggal 2 April 1947.
Dalam majelis PBB inilah Yahudi semakin mendapatkan angin segara
karena mayoritas dukungan di Majelis Umum berasal dari Amerika dan Karibia
yang menyokong mereka. Pada tanggal 29 November 1947 Majelis Umum PBB
memutuskan untuk membagi wilayah Palestina berdasarkan kesatuan ekonomi.
Melalui pembagian wilayah ini, kaum Yahudi berhasil mendapatkan 2/3 wilayah
palestina meliputi: Yaffa, Galilea Timur sampai Lembah Esdraelon, darah pantai
dari Haifa hingga ke Selatan Yaffa, dan sebagian besar Negeb. Sisanya di bagian
tengah dan timur Palestina diserahkan kepada bangsa Arab. Sementara
34 George Lenczowski. ibid. hal. 245 35 George Lenczowski. ibid. hal. 246
-
21
Yerussalem dan Bethlehem berada di bawah pengawasan pemerintahan yang
bertanggung jawab langsung kepada dewan Perwalian PBB. Keputusan PBB juga
memperhatikan keputusan Inggris yang akan mengakhiri mandat atas Palestina
pada tanggal 1 Agustus 1948.36
D. Negara Israel Berdiri
Pembagian wilayah oleh Majelis Umum PBB itu mendapat reaksi keras
dari bangsa Arab, tidak hanya Arab-Palestina, tapi juga bangsa-bangsa Arab dari
daerah lain. Perang antara bangsa Arab dan Yahudi tidak bisa dielakkan. Pada
bulan Januari 1948 detasemen bersenjata Arab mulai memasuki Palestina dan
menyerang perkampungan Yahudi. Hingga 1 Februari perang ini menelan korban
lebih dari 2.500 orang dan setelah itu setiap hari korban berjatuhan.
Menghadapi kekerasan ini, Inggris menyatakan bahwa karena Arab dan
Yahudi tidak menyetujui penyelesaian, ia tidak akan membantu PBB dalam
melaksanakan rencana pembagian Palestina, akan mengakhiri mandatnya pada
tanggal 15 Mei 1948, dan akan menentang masuknya Komisi Palestina PBB ke
negara ini.
Oposisi Arab juga mempengaruhi politik AS. Pada tanggal 19 Maret AS
menyatakan di depan Dewan Keamanan PBB bahwa bila pembagian tidak dapat
dilaksanakan, Palestina harus diawasi oleh perwalian sementara PBB. Perubahan
politik ini mendatangkan protes dari Zionis. Sidang khusus DK PBBlainnya (16
April dan 15 Mei) memperbincangkan proposal baru AS, namun gegal
menghasilkan kesepakatan. Soviet, khususnya, bersikeras atas pelaksanaan
resolusi pembgaian November 1947. Akhirnya Majelis Umum menyarankan
penunjukkan mediator dan komisaris PBB bagi Yerussalem.
Pada saat yang hampir bersamaan, sesuai dengan janji Inggris, pada
tanggal 14 Mei 1948, Inggris secara resmi mengakhiri mandatnya di Palestina.
Namun, pada hari yang sama Dewan Nasional Yahudi di Tel Aviv
memproklamasikan negara Yahudi Israel. Dan beberapa jam kemudian Presiden
Amerika Serikat Truman mengakui secara de facto negara baru ini atas nama
Amerika Serikat.
Tentu saja, pendeklarasian negara Israel semakin membangkitkan
kemarahan negara-negara Arab. Segera setelah itu tentara-tentara Arab dari
Suriah, Libanon, Transyordania, Iran, dan Mesir memasuki Palestina. Namun
kekuatan agak tidak seimbang. Di satu pihak tentara Israel, sekalipun
dikomandani oleh perwira yang masih muda, berusia 31 tahun, Yaakov Dori dan
Kolonel Yigal Yadin, namun pasukan Israel memiliki semangat yang sangat
tinggi untuk mempertahankan negara yang baru saja mereka dirikan dan
dipersenjatai sangat lengkap. Senjata dan amunisi, bahkan pesawat terbang,
mereka beli dari luar negeri, terutama dari Cekoslovakia. Banyak juga yang
diselundupkan dari Amerika Serikat dan Eropa Barat. Para sukarelawam Yahudi
dari Amerika Serikat dan negara lainnya, beberapa di antaranya berpendidikan
36 George Lenczowski. ibid. hal. 248-250
-
22
militer yang baik, ikut memperkuat pasukan Israel. Selebihnya, pihak Amerika
dan sekutu Israel di Eropa Barat memberikan dukungan penuh kepada Israel. Di
pihak yang lain, tentara-tentara Arab, sekalipun jumlahnya cukup banyak, namun
persenjataan mereka kalah canggih dibandingkan Israel.37
Inilah kemudian yang
memicu terus bergulirnya konflik berkepanjangan antara bangsa Arab dengan
Yahudi Israel.
Pada peristiwa perang ini, Hasan Al-Banna, pemimpin tertinggi Ikhwanul
Muslimin di Mesir yang nantinya akan menjadi cikal bakal berdirinya Hamas
(1987) mengirimkan pasukan sukarela non-militer untuk membantu perang
melawan Israel. Ikhwanul Muslimin masuk ke dalam pasukan perang khusus.38
Ikhwanul Muslimin sendiri adalah sebuah gerakan Islam di Mesir yang didirikan
oleh Hasan Al-Banna pada tahun 1928. Gerakan Ikhwanul Muslimin ini adalah
gerakan masyarakat sipil yang ingin menegakkan kembali Islam di muka bumi
setelah diluluh-lantakkan oleh kolonialisme Eropa.39
Ikhwanul Muslimin telah
masuk ke Palestina sejak tahun 1935 ketika gelombang penyerobotan tanah
Palestina pasca-Nazime di Jerman berlangsung. Pada Perang Januari-Februari
1948 dan Perang Umum Juni 1948 Ikhwanul Muslimin juga ikut mengirimkan
faksi militernya dalam perang-perang itu.40
2. ANATOMI KONFLIK-KONFLIK ARAB-ISRAEL
Konflik Arab-Israel (baca: Yahudi) sebetulnya sudah dimulai sejak terjadi
eksodus besar-besaran bangsa Yahudi ke Palestina pasca Deklarasi Balfour tahun
1917. Konflik ini semakin menggila setelah terbit resolusi Majelis Umum PBB
tentang pembagian wilayah Palestina November 1947. Konflik pada tahun itu
berubah menjadi pertempuran antara bulan Januari-Februari 1948 yang menelan
lebih dari 2.500 korban jiwa. Konflik dalam wujud pertempuran terjadi lebih
dahsyat setelah Yahudi mendeklarasikan berdirinya negara Israel yang berpusat di
Tel Aviv pada tanggal 14 Mei 1948 bersamaan dengan dilepaskannya mandat
Inggris atas Palestina. Secara umum konflik dapat dikategorikan menjadi dua
bagian: sebelum tahun 1947 dan sesudah tahun 1947 yang akan kita bahas berikut.
A. Konflik Sebelum 1947
Konflik-konflik yang terjadi sebelum tahun 1947 lebih banyak berupa
ketegangan-ketegangan diplomatik dan protes-protes keras antara bangsa Arab-
Palestina yang merasa tanah mereka direbut dengan bangsa Yahudi yang begitu
ambisius ingin menguasai Palestina. Protes-protes biasanya juga diwujudkan
dalam bentuk kerusuhan-kerusuhan. Antara tahun 1880-1919 ketegangan juga
terjadi antara penguasa Turki Usmani dengan pihak sekutu Eropa yang dimotori
37 George Lenczowski. ibid. hal. 251-252 38 Lembaga Pengkajian dan Penelitian WAMY. Gerakan Keagamaan dan Pemikiran; Akar-akar Ideologis dan Penyebarannya. (Jakarta: WAMY, 1999) hal. 8 39 Lembaga Pengkajian dan Penelitian WAMY. ibid. hal. 7 40 Jawad Al-Hamd dan Iyad Al-Barghutsy (ed.). Dirsah f Al-Fikr Al-Siys li Harakah Muqwamah Al-Islmiyyah (Hams) 1987-1996. (Amman: Dr Al-Basyr, 1997) hal. 31
-
23
oleh Inggris. Tahun 1920 terjadi kerusuhan di Palestina; tahun 1921 terjadi di
Jaffa. Kerusuhan-kerusuhan itu kemudian mendorong pihak Sekutu Eropa untuk
memberikan mandat kepada Inggris setelah bubarnya Turki Usmani yang secara
de jure menguasai Palestina pada tahun 1924 untuk meredam kerusuhan-
kerusuhan itu. Namun, kerusuhan-kerusuhan tetap saja terjadi. Pada tahun 1929
terjadi lagi kerusuhan, kemudian antara tahun 1936-1939, dan terakhir tahun
1946.41
Kerusuhan-kerusuhan itu sesungguhnya memperlihatkan sebuah bentuk
pemberontakan bangsa Arab terhadap dominasi asing dan Yahudi. Kerusuhan
antara tahun 1936-1939, terutama didominasi oleh gerakan yang dipimpin oleh
seorang yang sangat berpengaruh, Izzuddin Al-Qassam42
. Pemberontakan ini amat
dikenal karena merupakan puncak perkembangan dari pergerakan bangsa
Palestina. Tahun 1930-an Syaikh Izzuddin Al-Qassam mendirikan Younng Mens Moslem Association yang menyerukan perlawanan terhadap imperialisme
Inmggris dan pendudukan bangsa Yahudi. Ia juga kemudian mengorganisir Haifa
Moslem Youth Association. Al-Qassam-lah yang memulai menyerukan gerakan
perlawanan bersenjata terhadap para penjajah yang menggerogoti Palestina.43
Masalahnya kemudian kenapa hanya karena kepindahan bangsa Yahudi ke
Palestina sampai muncul tentangtan dari bangsa Arab-Israel? Inilah yang harus
diketahui agar kita bisa mengerti kenapa orang-orang Arab tidak menyukai
kedatangan bangsa Yahudi. Sejak hari ketika Zionisme memasuki Palestina, para
pengikutnya telah berusaha untuk menghancurkan orang-orang Palestina. Agar
memberi ruang pada para imigran Yahudi, orang-orang Palestina terus ditekan,
diasingkan, dan diusir dari rumah-rumah dan tanah mereka. Gerakan ini sampai
berdirinya negara Israel tahun 1948 telah menghancurkan kehidupan ratusan ribu
orang Palestina. Bahkan sampai saat ini, sekitar 3,5 juta orang Palestina masih
berjuang mempertahankan kehidupannya, menjadi pengungsi di kamp-kamp
pengungsian dalam keadaan yang sangat sulit karena pengusiran tersebut.44
Setiap kedatangan orang Yahudi yang baru berarti kekejaman, tekanan,
dan kekerasan baru terhdap orang-orang Palestina. Untuk memberi tempat tinggal
bagi pendatang baru, organisasi Zionis menggunakan tekanan dan kekuatan untuk
mengusir orang-orang Palestina dari tanahnya yang telah mereka tempati selama
berabad-abad, hingga mereka harus pindah ke padang pasir dan tempat-tempat
pengungsian. Itulah yang menyebabkan orang-orang Arab merasa harus
melakukan perlawanan terhadap bangsa Yahudi yang datang ke Palestina.45
41
www.en.wikipedia.org/wiki/Conflict of Arabs and Israel 42 Al-Syaikh Izzuddin Abdul Qadir Musthafa Al-Qassam lahir di Syria tahun 1882. Belajar di Al-Azhar dan pulang kembali ke kampung halamannya menjadi pendakwah Islam. Dia menjadi salah
seorang yang memipin pemberontakan Rakyat Syria melawan Perancis antara tahun 1918-1920.
Kemudian ia pindah ke Palestina setelah perang mereda dan mentap di Haifa. (Muhsin
Muhammad Shalih. Dirsah Manhajiyyah f Al-Qadhiyyah Al-Filisthniyyah. [Kuala Lumpur:
Fajar Ulung, 2003] hal. 373). 43 Ira M. Lapidus. op. cit. hal. 172-174 44 Harun Yahya. op. cit. hal. 54-55. 45 Harun Yahya. ibid. hal. 57.
-
24
B. Konflik Setelah tahun 1947
Konflik setelah tahun 1947 lebih banyak diwarnai oleh pembantaian
orang-orang Yahudi terhadap penduduk Arab-Palestina, tertutama setelah
berdirinya negara Israel yang disokong penuh oleh kekuatan super power,
Amerika Serikat dan Eropa Barat. Perang-perang antar militer memang terjadi
antara tahun 1948 sampai tahun 1982. Perang-perang tersebut antara lain terjadi
pada tahun-tehun berikut.
1. Perang setelah resolusi Mejelis Umum PBB; bulan Januari-Februari 1948
2. Perang setelah didirikannya negara Israel (14 Mei 1948); bulan Juni 1948
3. Perang Suez tahun 1956; pada perang ini Israel yang berhadapan dengan
pasukan-pasukan Arab dibantu oleh Inggris dan Prancis.
4. Perang tahun 1967; peperangan ini sudah melibatkan PLO (Palestinian
Liberation Organization) yang didirikan tahun 1964; pada perang ini peran
Mesir dan Syria sangat signifikan.
5. Perang tahun 1968-1970 (Perang Atrision); perang ini juga dimotori oleh
Mesir.
6. Perang tahun 1973; perang ini antara Israel dengan Syria memperebutkan
Dataran Tinggi Golan.
7. Perang tahun 1978 dengan PLO.
8. Perang tahun 1982 (Perang Libanon) antara Israel dengan Libanon.46
Di luar perang, ternyata kelompok Zionis Yahudi dan kelompok ekstrimis
Yahudi lain seperti kelompok Revisionis yang lebih radikal daripada Zionis
melakukan serangkaian tindak kekerasan, bahkan pembantaian, kepada rakyat
biasa. Pembantaian ini dilakukan oleh tentara-tentara Israel dan organisasi teroris
Yahudi seperti Haganah, Irgun, dan Stern. Mereka bersenjata lengkap, sementara
yang diserangnya hanya rakyat biasa yang tidak memiliki senjata apapun. Jelas,
ini merupakan tindakan biadab yang sangat wajar bila membangkitkan kemarahan
bangsa Arab dan seluruh dunia Islam. Apa yang dilakukan oleh Israel benar-benar
sudah melewati batas-batas kemanusiaan. Berikut adalah beberapa contoh kasus
pembantaian yang akan memperlihatkan kepada kita betapa biadab kelakuan
orang-orang Yahudi Israel.
1. Pembantaian King David, 1946: 92 orang tewas
2. Pembantaian Baldat Al-Syaikh, 1947: 60 tewas
3. Pembantaian Yehida, 1947: 13 tewas
4. Pembantaian Khisas, 1947: 10 tewas
5. Pembantaian Qazaza, 1947: 5 anak-anak tewas
6. Pembantaian Hotel Samirami, 1948: 19 tewas
7. Pembantaian Naser al-Din, 1948
8. Pembantaian Tantura, 1948: 200 tewas
9. Pembantaian Mesjid Dahmash, 1948: 100 tewas
10. Pembantaian Dawayma, 1948: 100 tewas
46 www.en.wikipwdia.net dalam pembahasan Conflict of Arabs and Israel
-
25
11. Pembantaian Houla, 1948: 85 tewas
12. Pembantaian Salha, 1948: 105 tewas
13. Pembantaian Deir Yasin, 1948: 254 tewas
14. Pembantaian di Qibya, 1953: 96 tewas
15. Pembantaian Kafr Qasem, 1956: 49 tewas
16. Pembantaian Khan Yunis, 1956: 275 tewas
17. Pembantaian di Kota Gaza, 1956: 60 tewas
18. Pembantaian Fakhani, 1981: 150 tewas
19. Pembantaian di Mesjid Ibrahimi, 1994: 5 orang tewas
20. Pembantaian Qana, 1996: 109 tewas
21. Pembantaian Shabra dan Satilla, dan sebagainya47
3. LAHIRNYA GERAKAN-GERAKAN ANTI ISRAEL
Dilakukannya pembantaian-pembantaian di luar perang resmi antar
pasukan militer semakin memperuncing konflik Arab-Israel. Sejak awal tahun
1920-an konflik sudah terjadi. Setelah Negara Israel dideklarasikan tahun 1948
dan semakin banyaknya pembantaian yang dilakukan terhadap rakyat sipil yang
tidak berdosa, konflik Arab-Israel semakin sengit. Semakin banyak juga faksi-
faksi sipil Arab yang membentuk kelompok-kelompok perlawanan anti-Israel.
Perang-perang dan bentrokkan bersenjata antara faksi-faksi Arab dengan Israel
pun tidak bisa dielakkan. Korban dari kedua belak pihak, terutama dari faksi-faksi
yang perlengkapan senjatanya sangat minim dan terksesan seadanya, berjatuhan.
Pada mulanya faksi-faksi Arab yang berjuang melawan Israel dipimpin
oleh negara-negara Arab. Ini berlangsung antara tahun 1948 sampai tahun 1967.48
Kekalahan perjuangan di bawah kepemimpinan negara-negara Arab ini kemudian
mengalihkan pimpinan perjuangan ke tangan bangsa Palestian sendiri. Sejak tahun
1967 Organisasi Pembebasan Palestina (PLO) yang berdiri tahun 1964 menjadi
wakil resmi perjuangan bangsa Palestina.49
Di samping PLO yang merupakan
gabungan dari beberapa faksi perjuangan pembebasan Palestian, juga ada faksi-
faksi lain yang kadang berseberangan dengan PLO.
Munculnya faksi-faksi Arab yang menentang Israel itu dilatarbelakangi
oleh perbedaan ideologi atau pemahaman setiap kelompok terhadap perjuangan
menuju Palestina merdeka. Ada kelompok yang kompromis dan cenderung
moderat. Kelompok ini lebih memilih berunding dsengan pihak Israel dan semua
pihak yang berkepentingan untuk menyelesaikan masalah Palestina-Israel. Ada
pula yang sama sekali tidak mau berkompromi dengan Israel. Enyahnya Israel dari
bumi Palestina adalah harga mati. Buat kelompok ini, perjuangan fisik adalah cara
yang paling mereka pilih. Diplomasi, kata mereka, hanya akan membuat orang
Yahudi semakin semena-mena di Palestina. Tidak sedikit pula gerakan yang
didirikan atas dasar ideologi tertentu seperti Nasionalisme, Marxisme-Leninisme,
47 Harun Yahya.op. cit. hal. 75-85 48 Muhsin Muhammad Shalih. Dirsah Manhajiyyah f Al-Qadhiyyah Al-Filisthniyyah. (Kuala Lumpur: Fajar Ulung, 2003) hal. 361-364. 49 Ira M. Lapidus. op.cit. hal. 177
-
26
Liberalisme, dan sebaginya. Berikut adalah beberapa di antara faksi-faksi Arab
yang lahir dalam konflik Arab-Israel yang secara umum terbelah menjadi dua:
faksi yang bergabung dalam PLO dan faksi-faksi yang memilih bergerak di bawah
tanah.
A. PLO (Palestine Liberation Organization)
PLO (Palestine Liberation Organization) atau Munazhzhamah Al-Tahrr
Al-Filisthniyyah adalah orgnaisasi gabungan dari beberapa faksi perjuangan
rakyat Palestina. Organisasi ini didirikan tahun 1964 melalui Muktamar Umum
Rakyat Palestina tanggal 28 Mei 2 Juni 1964 di Al-Quds (Yerussalem). Pada Mukmatar itu, terpilih juga Ahmad Al-Syuqairi sebagai ketua pertama PLO yang
pertama.50
PLO didirikan pada mulanya sebagai front pengimbang kekuasaan
Presiden Mesir, Jamal Abdul Nashir, atas Palestina.51
Dalam piagam pendirian
PLO dinyatakan beberapa hal berikut: (1) Palestina adalah tanah air bangsa Arab Palestina yang menjadi bagian tak
terpisahkan dari tanah air Arab yang besar. Sedangkan Bangsa Palestian
merupakan bagian dari bangsa arab;
(2) Palestina dengan batas-batasnya yang telah ada pada masa perwalian Inggris
merupakan kesatuan wilayah yang integral;
(3) Bangsa Arab Palestina adalah penentu sah di tanah airnya. Setelah bangsa
Palestina meraih kemerdekaan tanah airnya, maka merekalah yang berhak
menentukan nasibnya sesuai dengan kehendaknya dan sesuai dengan kemurnian
dan kehendak dan pilihannya.52
Dalam piagam di atas, PLO menghendaki bangsa Palestina menentukan
sendiri nasibnya, tidak oleh bangsa lain seperti sebelumnya. Inilah yang menjadi
tujuan didirkannya PLO. Sekalipun piagam ini baru dirumuskan pada tahun 1968
setelh PLO secara resmi memegang kendali atas Palestina dari tangan bangsa
Arab, sejak awal PLO memang menginginkan hal yang disebutkan di atas hingga
akhirnya dipercaya menjadi pemimpin resmi perjuangan rakyat Palestina sejak
tahun 1967.
Sejak berdirin sampai tahun 1967 PLO berada di bawah pimpinan Ahmad
Al-Syuqairi, kemudian digantikan oleh Yahya Hammuda sampai tahun 1969.
Yaser Arafat menggantikan Hammuda sampai Arafat meninggal tahun 2004.
Setelah itu PLO dipimpin oleh Mahmoud Abbas yang sekaligus menjadi
pemimpin Pemerintahan Otioritas Palestina menggantikan Arafat.
Faksi-faksi yang bergabung dengan PLO terdiri atas berbagai kelompok
dengan ideologi yang berbeda-beda. Yang paling dominan adalah faksi Fatah
yang didirikan oleh Yaser Arafat. Faksi ini berhaluan nasionalis. Faksi-faksi lain
yang bergabung antara lain sebagai berikut:
1. The Popular Front for the Liberation of Palestine (PFLP); terbesar kedua
setelah Fatah, berhaluan komunis dan bersifat militan-radikal.
50 Muhsin Muhammad Shalih. op. cit. hal. 366 51 Ira M. Lapidus. op. cit. hal. 177 52 Abu Ridha (ed.). Palestina; Nasibmu Kini. (Jakarta: Yayasan SIDIK, 1994) hal. 29-30.
-
27
2. The Democratic Front for the Liberation of Palestine (DFLP); terbesar
ketiga, berhaluan Komunis.
3. The Palestinian People's Party (PPP), tidak militan, namun berhaluan
komunis.
4. The Palestine Liberation Front (PLF); faksi sayap kiri kecil.
5. The Arab Liberation Front (ALF); faksi kecil di bawah kontrol Partai
Bats Irak yang pernah dipimpin Saddam Husein, berhaluan sosialis. 6. Al-Sa'iqa; faksi kecil yang dikontrol oleh Partai Bats Syiria 7. The Palestine Democratic Union (Fida); faksi kecil sayap kiri tidak militan
8. The Palestinian Popular Struggle Front (PPSF); faksi kecil sayap kiri.
Faksi-faksi Islam seperti Hamas (1987) dan Jihad Islam tidak menjadi anggota
PLO53
. Mereka memilih menjadi faksi-faksi bawah tanah. Khusus mengenai
Hamas, akan kita kaji lebih mendalam pada bab ke-4.
B. Gerakan-Gerakan Radikal Bawah Tanah
Gerakan-gerakan yang bergerak di bawah tanah, pada umumnya telah
melakukan serangkaian gerakan sejak tahun 1920-an. Setelah berdirinya Israel,
mereka rata-rata tidak mau melakukan perjuangan dengan cara-cara diplomatik
damai. Buat mereka jihad dengan mengusir bangsa Yahudi dari tanah Palestina adalah harga mati yang harus mereka beli. Oleh sebab itu, ketika PLO resmi
didirikan sebagai lembaga resmi yang berjuang mewujudkan negara Palestina
merdeka, mereka tidak bersedia untuk menjadi bagian dari organisasi itu. Selain
karena kebijakan-kebijakan yang mengarah pada sikap-sikap longgar terhadap
Israel tidak mereka setujui, keberadaan sebagian besar anggota organisasi itu yang
didominasi oleh kelompok nasionalis, sosialis, dan komunis membuat mereka
tidak nyaman. Secara ideologi, kelompok-kelompok yang bergabung dalam PLO
bertolak-belakang dengan ideologi yang mereka anut (baca: Islam). Oleh sebab
itu, akhirnya mereka memilih untuk melakukan perlawanan di bawah tanah dan
terkesan radikal. Padahal, tidak semua gerakan mereka bersifat radikal.
Di antara kelompok yang melakukan gerakan bawah tanah ini adalah
kelompok Jihad Islam dan Sayap Militer Ikhwanul Muslimin di Palestina yang
sesudah tahun 1987 berubah menjadi Hamas. Kelompok Jihad Islam didirikan tahun 1980 oleh anak-anak muda Palestina yang belajar di universitas-universitas
di Mesir. Anak-anak muda ini dipimpin oleh Dr. Fathi Al-Syaqaqi.
Fathi Al-Syaqaqi dilahirkan di Gaza tahun 1951. Ia belajar kedokteran di
Universitas Zaqziq Mesir antara tahun 1974-1981. Pemikirannya untuk
mendirikan Jihad Islam tumbuh pada saat dia kuliah di Mesir itu. Dia berbeda
pendapat dengan Ikhwanul Muslimin tentang metode penyelesaian masalah-
masalah Palestina. Al-Syaqaqi melihat gerakan Ikhwan di Palestina terlalu lembek
hingga tidak segera dapat membebaskan Palestina. Pemikiran ini terinspirasi oleh
Revolusi Islam Iran tahun 1979 di bawah Humaini. Selain itu, ia juga terinspirasi
oleh gerakan Jihad Islam di Mesir yang melakukan perlawanan secara
53 www.en.wikipedia.org/wiki/PLO
-
28
revolusioner terhadap rezim Anwar Sadat dan gerakan jihad Al-Qassam sebelum
berdiri Negara Israel.
Baginya, gerakan yang harus dilakukan untuk membebaskan Palestian dari
cengkraman Islam adalah dengan cara revolusi, bukan dengan cara-cara seperti
yang dilakukan Ikhwan, apalagi PLO. Ikhwan dianggap terlalu lambat melakukan
gerakan, karena lebih banyak berkonsentrasi dulu pada masalah-masalah sosial
dan pendidikan. Cara itu tidak akan segera dapat membebaskan rakyat Palestina
dari cengkraman Yahudi. Untuk itulah pada tahun 1980 ia mendirikan Jihad
Islam bersama kawan-kawannya yang satu visi dengannya. Dia sendiri baru
pulang ke Palestina pada tahun 1981 setelah menyelesaikan kuliahnya.
Dalam perjalanannya Jihad Islam pecah menjadi tiga kelompok antara
lain: kelompok Jihad Islam yang dipimpin sendiri oleh Fathi Al-Syaqaqi,
kelompok Jihad Islam Baitul Maqdis pimpinan Syaikh Asad, dan kelompok Jihad Islam Batalyon Al-Aqsha pimpinan Ibrahim Sirbil. Di antara ketiga kelompok tersebut kelompok Jihad Islam pimpinan Al-Syaqaqi tetap menjadi
kelompok yang memiliki pengikut paling banyak. Al-Syaqaqi meninggal tahun
1995 dalam sebuah insiden pembunuhan yang diotaki oleh agen intelijen Israel,
Mossad.54
Selain Jihad Islam, gerakan anti-Israel lain yang memilih untuk bergerak
di bawah tanah dan tidak bergabung dengan PLO adalah Ikhwanul Muslimin
sayap Palestina yang pada tahun 1987 mengubah nama menjadi Hamas (Harakah
Muqawamah Al-Islamiyyah) pimpinan Syaikh Ahmad Yasin. Pada mulanya.
Ikhwanul Muslimin bergabung dengan PLO melalui partai Fatah. Sebab, Fatah
sendiri sebenarnya dibuat oleh kelompok Ikhwanul Muslimin di Jalur Gaza.
Namun, kekecewaan terhadap Fatah yang kemudian dipimpin oleh Yasir Arafat
membuat Ikhwanul Muslimin memutuskan untuk tidak lagi bergabung dengan
Fatah dan mendirikan faksi gerakan sendiri yang dinamai Hamas pada tahun
1987. Hamas memilih bergerak di bawah tanah. Mengenai Ikhwanul Muslimin
dan sepak terjangnya dalam sejarah pembebasan Palestina sampai nanti berubah
nama menjadi Hamas akan dibahas secara khusus pada subbab berikut.
4. IKHWANUL MUSLIMIN PALESTINA: CIKAL BAKAL HAMAS
Ikhwanul Muslimin adalah sebuah organisasi gerakan yang didirikan oleh
Hasan Al-Banna di Mesir tahun 1928. Ketika terjadi gejolak di Palestina akibat
jatuhnya Palestina ke tangan Inggris dan eksodusnya bangsa Yahudi dari Eropa ke
kawasan ini, Ikhwanul Muslimin termasuk salah satu gerakan politik di Arab yang
pertama kali memberikan perhatian. Ikhwanul Muslimin memperlihatkan
perhatian yang serius terhadap masalah Palestina.
Tahun 1935 Hasan Al-Banna mengutus saudaranya, Abdurrahman Al-
Banna, dan Muhammad Asad Al-Hakim untuk mengunjungi Palestina melihat kemungkinan-kemungkinan yang bisa dilakukan oleh Ikhwanul Muslimin di
Palestina. Tahun 1936 Ikhwanul Muslimin mendirikan cabang di Haifa, kemudian
54 Muhsin Muhammad Shalih. op. cit. hal. 420-423
-
29
di Gaza atas prakarsa Ayash Umairah untuk mengontrol kelompok-kelompok
kecil Ikhwanul Muslimin yang tersebar dari Yafa sampai Yerussalem (Al-Quds)
pada tahun 1930-an. Dari sana kemudian tersebarlah cabang-cabang Ikhwanul
Muslimin di seluruh Palestina. Pada tahun 1948 jumlahnya mencapai 25 caban.
Jumlah anggota dari seluruh cabang antara 12 sampai 20 ribu orang yang semunya
tunduk di bawah kendali Ikhwanul Muslimin pusat di Cairo. Pada tahun-tahun 30-
an sampai 40-an Ikhwanul Muslimin sangat dekat dengan tokoh pergerakan
radikal Palestina, Izzuddin Al-Qassam. Kelompok Ikhwanul Muslimin dengan
kelompok Jihad Al-Qassam satu sama lain saling membantu dalam menghadapi
bangsa Yahudi.
Ketika terjadi Perang Umum tahun 1948, Ikhwanul Muslimin Palestina
bergabung dengan pasukan Ikhwanul Muslimin dari Mesir yang ikut menjadi
pasukan sukarela dalam pasukan tentara yang dikirim oleh pemerintah Mesir.
Selain dari Mesir, pasukan-pasukan Ikhwanul Muslimin dari Suriah, Yordania,
dan Irak juga ikut bergabung besama-sama menghadapi pasukan Zionis Yahudi.
Dari Mesir, pasukan Sukarela Ikhwanul Muslimin sebanyak tiga batalyon
dipimpin oleh Ahmad Abdul Aziz; dari Yordania dikirimkan pasukan sukarela
dibawah pimpinan Abdulllatif Abu Qurah, ketua Ikhwanul Muslimin Amman; dan
dari Suriah didatangkan pasukan sukarela pimpinan Musthafa Al-Sibai, ketua Ikhwanul Muslimin Damaskus.
55
Sayang sekali, pada saat yang sama, di Mesir pada tanggal 8 November,
Muhammad Fahmi Naqrasyi, perdana menteri Mesir waktu itu membekukan
gerakan Ihkwan, menyita harta kekayaannya, dan menangkap tokoh-tokohnya.
Desember 1948, Naqrasyi diculik dan dibunuh. Orang-orang Ikhwan dituduh
sebagai pelakunya. Ketika jenazah Naqrasyi diusung, para pendukungnya
berteriak, Kepala Naqrasyi harus dibayar dengan kepala Hassan Al-Banna. Pada tanggal 22 Februari 1949, Hassan Al-Banna dibunuh oleh pembunuh misterius.
56
Dalam situasi seperti itu, Ikhwanul Muslimin di Palestina yang langusng
berada di bawah kontrol Ikhwanul muslimin Mesir pun ikut dibekukan. Namun,
para tokohnya tidak berhenti berjuang karena dibekukannya Ikhwan. Mereka
mengganti nama gerakannya di Palestina dengan nama Jamiyyah Al-Tauhid. Melalui organisasi baru ini, tokoh-tokoh gerakan Ikhwan di Palestina kembali
melakukan aktivitas perjaungannya. Kali ini, tidak hanya mempersiapkan pasukan