Transcript
Page 1: Halaqah muntijah penghasil kader muntijah

HALAQAH MUNTIJAH PENGHASIL KADER MUNTIJAH

Makalah ini disusun untuk disampaikan pada Nadwah Tarbawiy DPD Partai Keadilan Sejahtera Kabupaten Bireuen Hari Selasa, 25 Desember 2012 di Bireuen

Disusun Oleh

RIZAL FUADI, S.Pd.I

Dewan Pengurus DaerahPartai Keadilan SejahteraKabupaten Bireuen2012

PENDAHULUAN

Allah ‘Azza wa Jalla berfirman dalam kitab-Nya yang mulia:

Page 2: Halaqah muntijah penghasil kader muntijah

�م� و�ة� ث �ب� �م� و�الن �ح�ك اب� و�ال �ت� �ك ه� ال �ه� الل� �ي �ؤ�ت ن ي� ر� أ �ش� �ب �ان� ل م�ا ك

وا �ون� �&ك�ن ك ه� و�ل اد*ا ل(ي م�ن د�ون� الل� ب� �وا ع� �ون �اس� ك �لن �ق�ول� ل يون� و�ال� س� �د�ر� �م� ت �نت �م�ا ك �اب� و�ب �ت �ك (م�ون� ال �ع�ل �م� ت �نت �م�ا ك (ين� ب �ي �ان ب ر��م ك م�ر�

� أ �ي� ا أ �اب* ب ر�� (ين� أ �ي �ب ة� و�الن �ك� ئ �م�ال� ذ�وا ال �خ� �ت �ن ت �م� أ ك م�ر�

� أ �ي��م�ون� )آل عمران: ل �م م�س� �نت �ذ� أ �ع�د� إ �ف�ر� ب �ك �ال (80-79ب

Tidak wajar bagi seseorang manusia yang Allah berikan kepadanya Al Kitab, hikmah dan kenabian, lalu dia berkata kepada manusia: "Hendaklah kamu menjadi penyembah-penyembahku bukan penyembah Allah". Akan tetapi (dia berkata): "Hendaklah kamu menjadi orang-orang rabbani, karena kamu selalu mengajarkan Al Kitab dan disebabkan kamu tetap mempelajarinya dan (tidak wajar pula baginya) menyuruhmu menjadikan malaikat dan para nabi sebagai tuhan. Apakah (patut) dia menyuruhmu berbuat kekafiran di waktu kamu sudah (menganut agama) Islam?". (Q.s. Aali ‘Imraan 3:78-80)

Dalam ayat di atas Allah ‘Azza wa Jalla menekankan tujuan pembinaan

adalah menjadi pribadi Rabbani. Muhammad Widus Sempo menuliskan tafsir ayat

tersebut dalam artikelnya “Siapakah Insan Rabbânî itu?” sebagai berikut:

Syekh para penafsir, Imam Ibn Jarîr at-Thabarî berkata:“Ada yang berpendapat bahwa ayat ini turun terhadap Ahli Kitab yang berkata kepada Nabi Saw: “Apakah Engkau menyeru kami menyembahmu?” Sebagaimana yang diriwayatkan dari Ikrimah atau Said bin Jubair dari Ibn Abbâs, beliau berkata: “tatkala para Ahli Kitab dari Yahudi dan Nasrani kaum Nejran berkumpul mendengarkan ajakan Rasul Saw terhadap mereka untuk memeluk Islam, Abu Râfi’ al-Quradziyyi berkata: ”Apakah Engkau menginginkan kami menyembahmu, seperti orang-orang Nasrani menyembah Nabi Isa as.?” Selanjutnya, ar-Ribbîs, salah seorang penduduk Nejran, ikut mempertegas pertanyaan tersebut dan berkata: “apakah benar itu yang Engkau perintahkan wahai Muhammad?” Rasul Saw menjawab: “kami berlindung dari Allah SWT untuk menyembah selain dari Dia, atau kami memerintahkan kemusyrikan! Bukan itu sebab Aku di utus, dan bukan itu pula yang diperintahkan kepadaku.” Maka Allah SWT pun menurunkan ayat tersebut.”Hemat penulis, jika periwayatan ini sah, maka Rasul Saw adalah sebaik-baiknya murabbi. Dia teladan terhadap para murabbi dalam mendidik umat. Olehnya itu, hadits ini seperti menyiratkan pesan sebagaimana berikut:“Wahai para murabbi, jika engkau sekalian ingin menjadi pendidik umat, maka mengacalah kepada tarbiyah Nabi Saw! Ikuti metode tarbiyah dan jalan dakwahnya yang terbukti telah melahirkan generasi umat yang mumpuni di pelbagai aspek kehidupan!”Syekh Sya’râwî berkata:“perkataan mereka di atas: (apakah Engkau ingin kami menyembahmu dan menjadikanmu tuhan?) Artinya: mereka tidak mengetahui perbedaan tajam antara Rasul Saw dalam menjalankan dakwah Allah SWT dan pembesar-pembesar mereka yang menyalahi hukum Islam dan menggantikannya dengan hukum lain. Rasul Saw tidak pernah meminta dari mereka untuk mentaati dirinya semata, akan tetapi ia meminta kepada mereka untuk mentaati ajaran dan metode kehidupan yang diembannya. Olehnya itu, ia sangat mengingkari wacana distorsif tersebut.”

1

Page 3: Halaqah muntijah penghasil kader muntijah

Berangkat dari penjelasan di atas, sang murabbi hendaknya tidak menjadikan diri pribadi mereka sebagai fokus perhatian umat. Akan tetapi, ia lebih menitikberatkan perhatian umat terhadap pesan yang disampaikan. Makna ini tersirat dari kata rabbânî itu sendiri yang berarti bahwa semua bentuk penyampaian dakwah datang dari Allah SWT dan tidak terambil dari yang lain.Di lain sisi, ia juga memberi pesan bahwa murabbi itu hendaknya mampu menjadi cerminan terhadap akhlaq mulia, bias dari manifestasi hakikat nama-nama Allah SWT (Asmaul Husna), murabbi yang senantiasa mengedepankan kemaslahatan dan keselamatan umat dari segala bentuk ego.1

Dapat disimpulkan bahwa menjadi pribadi Rabbani sebenar adalah tujuan

dari dakwah secara umum. Dalam istilah tarbiyah, kita sering menyebutnya

dengan kader muntijah. Kepada Kader muntijah inilah digantungkan harapan

meneruskan dan mengokohkan perjalanan dakwah pada masa dan wilayahnya.

Maka, bagaimanakah dakwah kita dapat melahirkan kader-kader muntijah

tersebut? Bagaimana langkah-langkahnya? Masalah-masalah tersebut akan kita

bahas dalam pembahasan berikut.

PEMBAHASAN

Kader muntijah atau produktif adalah ouput dari proses pembinaan yang

muntijah pula. Oleh karena itu proses pembinaan atau halaqah muntijah harus

lebih dahulu diperhatikan dan diwujudkan.

A. Langkah-langkah Operasional Pengelolaan Halaqah

Sedikitnya ada 6 langkah yang mesti diperhatikan agar pelaksanaan halaqah

menjadi muntijah sebagai berikut:

1 http://www.dakwatuna.com/2011/11/16689/siapakah-insan-rabbani-itu/#ixzz2G1NhFqV5, (tanggal akses 25/12/2012)

2

Page 4: Halaqah muntijah penghasil kader muntijah

1. Perkenalan Antar Anggota Halaqah, meliputi:

- Mengenal data dan kepribadian anggota halaqah

- Memetakan potensi tarbiyah dan dakwah anggota

- Mengukur tingkat pencapaian Muwashofat Tarbiyah dan ruang

lingkup kebutuhan program halaqah

- Wasilah amal merajut ukhuwwah dan mahabbah dalam halaqah

2. Pembagian Tugas

Dalam suatu kelompok halaqah minimal ada empat pembagian tugas,

yaitu:

- Mas’ul Halaqah : Pemimpin

- Su’un tarbawi : Sie. Pendidikan

- Su’un Da’awi : Sie. Dakwah

- Su’un Mali : Sie. Bendahara

3. Tema dan Batasan Program Halaqah

- Idariyah (Pertemuan Pekanan, Raker Halaqah, Laporan Bulanan,

Mutaba’ah)

- Tarqiyah Tarbiyah (Tatsqif, Mabit Bulanan, Rihlah, Silaturrahmi,

Kajian Manhaj, Da’wah Tarqiyah)

- Da’awiyah Wa Takwiniyah (Rekrut Anggota Baru, Mutaba’ah

Pengelolaan Halaqah dan Manhaj Ijtima’i)

3

Page 5: Halaqah muntijah penghasil kader muntijah

- Tarbiyah A-Iliyah (Mutaba’ah Tarbiyah Suami Istri, Program Aksi

Pengokohan Keluarga, Ekonomi Dan Pernikahan Anggota Keluarga)

- Tamniyah al Kafa-ah (Peningkatan Potensi)

- Ijtima’i wa Siyasi

4. Penerapan (rencana) Manhaj Tarbiyah

Kurikulum tarbiyah secara periodik bersama:

- Halaqah lain

- Muwajih Tamu

- Lembaga

5. Realisasi program halaqah

- Pemahaman yang benar program tarbiyah

- Kesadaran anggota untuk berpartisifasi dan amal

- Keteladanan Murabbi

- Laporan/analisis terhadap mutaba’ah yaumiyah

- Fokus pada sasaran tarbiyah

6. Evaluasi pencapaian muwashofat tarbiyah tugas murabbi

- Penyampaian Madah Tarbiyah

- Penyampaian materi dengan pendekatan

- Meng- ilaj (solusi) persoalan di halaqah

Bila semua berhasil (at- Taf’ilu t- Tarbawi) yaitu melalui:

- optimalisasi dalam pelaksanaan

- penerapan manhaj

- penggerakan potensi

- pendinamisasian,

maka terciptalah al Halaqah al Muntijah (Halaqah Produktif) yang meliputi

dua target besar, yaitu :

1. Pencapaian Muwashofat

- Merealisasikan tuntutan manhaj

- Mencerminkan potensi manhaj

4

Page 6: Halaqah muntijah penghasil kader muntijah

- Mendulukan muwashofat primer, kemudian baru skunder

2. Pertumbuhan Kader

- Berapa banyak kader dakwah baru dari halaqah tersebut

- Berapa besar pencapaian target

- Sesuaikan dengan tuntutan zaman sebagai perwujudan generasi Shalih

Mushlih dalam mengimbangi kebatilan.2

B. Unsur-unsur Halaqah Muntijah

Agar sebuah halaqah dapat dikatakan muntijah, ia harus memenuhi beberapa

unsur berikut:

1. Halaqah Imaniyah

Halaqah harus mampu meningkatkan keimanan para anggotanya, maka

program yang menunjang peningkatan keimanan harus berjalan, salah

satunya adalah programTilawatil Qur’an dan menghafalnya .

* �يم�انا �ه�م� إ اد�ت �ه� ز� �ات �ه�م� آي �ي �ت� ع�ل �ي �ل �ذ�ا ت �ه�م� و�إ �وب Nه� و�ج�ل�ت� ق�ل �ر� الل �ذ�ا ذ�ك �ذ�ين� إ �ون� ال �م�ؤ�م�ن �م�ا ال �ن إ

�ل�ون� �و�ك �ت (ه�م� ي ب و�ع�ل�ى ر�

Sesungguhnya orang-orang yang beriman ialah mereka yang bila disebut nama Allah gemetarlah hati mereka, dan apabila dibacakan ayat-ayatNya bertambahlah iman mereka (karenanya), dan hanya kepada Tuhanlah mereka bertawakkal.[QS 8.Al Anfal – Ayat 2 ]

2. Halaqah ‘ubudiyah shahihah

Halaqah harus memutaba’ah (evaluasi) ibadah yang dilakukan oleh para

anggotanya untuk memastikan bahwa ibadah anggota halaqah dalam

keadaan baik sebagai refleksi keimanan yang terus bertambah. Bagaimana

shalat berjamaahnya, shalat sunnahnya, shaum sunnahnya, dzikir

ma’tsuratnya, mabit (katibah), dan lain-lain.

* �يال �ت �ب �ه� ت �ي �ل �ل� إ �ت �ب (ك� و�ت ب م� ر� �ر� اس� و�اذ�ك

Sebutlah nama Tuhanmu, dan beribadatlah kepada-Nya dengan penuh ketekunan. [QS 73.Al Muzzammil – Ayat 8 ]

3. Halaqah ‘Ilmiyah Tsaqofiyah

2 http://pksrancah.blogspot.com/2011/06/langkah-langkah-operasional-pengelolaan.html (tanggal akses 25/12/2012)

5

Page 7: Halaqah muntijah penghasil kader muntijah

Halaqah harus memiliki program Ilmiyah, seperti bedah buku, atau

sesekali menghadirkan murabbi tamu untuk mengajarkan satu bidang ilmu

atau halaqah dapat memberikan dorongan motivasi bagi anggotanya untuk

menuntut ilmu syar’i atau ilmu lainnya seperti politik, sosial, pendidikan

dll. dalam rangka membentuk kader berkualitas baik ilmu dan

wawasannya.

Rasululloh SAW bersabda :

إذا أراد الله بعبده خيرا أن يتفقه في الدين

"Jika Allah menghendaki kebaikan atas seorang hamba maka dijadikanlah dia faqih (faham) terhadap agamanya.”

4. Halaqah Ukhuwah Imaniyah

Halaqah harus mampu menyatukan hati (Irthibatul Qulub) para

anggotanya dengan program-program ukhuwah, setiap anggota halaqah

harus berta’arruf (saling mengenal) satu dengan yang lainnya, saling

memahami (tafahum) di antara mereka, hingga sampai kepada tingkatan

saling menanggung (takaful), atau saling menolong satu dengan yang

lainnya (taawun) untuk mewujudkan rasa ukhuwah di antara mereka.

Adapun program yang dapat dilakukan di antaranya rihlah, olahraga

bersama (riyadhah), saling mengunjungi (ziyarah), makan bersama, Ifthar

jama’iy (buka puasa bersama) dengan demikian akan tercipta rasa rindu di

antara mereka jika tak bertemu.

Allah berfirman

�ع�د�اء �م� أ �نت �ذ� ك �م� إ �ك �ي Nه� ع�ل �ع�م�ت� الل � ن وا �ر� � و�اذ�ك ق�وا �ف�ر� � ت * و�ال Nه� ج�م�يعا �ل� الل ب �ح� � ب �ص�م�وا و�اع�ت

�م �نق�ذ�ك �ار� ف�أ ة� م(ن� الن ف�ا ح�ف�ر� �م� ع�ل�ى� ش� �نت * و�ك �خ�و�انا �ه� إ �ع�م�ت �ن �م ب ت �ح� ص�ب� �م� ف�أ �ك �وب �ن� ق�ل �ي �ل�ف� ب ف�أ

�د�ون� �ه�ت �م� ت �ك �ع�ل �ه� ل �ات �م� آي �ك Nه� ل (ن� الل �ي �ب �ذ�ل�ك� ي �ه�ا ك م(ن

Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai berai, dan ingatlah akan ni'mat Allah kepadamu ketika kamu dahulu (masa Jahiliyah) bermusuh-musuhan, maka Allah mempersatukan hatimu, lalu menjadilah kamu karena ni'mat Allah, orang-orang yang bersaudara; dan kamu telah berada di tepi jurang neraka, lalu Allah menyelamatkan kamu dari padanya. Demikianlah Allah

6

Page 8: Halaqah muntijah penghasil kader muntijah

menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu, agar kamu mendapat petunjuk. [QS 3.Ali ‘Imran – Ayat 103 ]

5. Halaqah da’awiyah wal harakiyah

Halaqah harus mampu membangun kesadaran berdakwah dan berharakah

kepada para anggotanya, karena itulah sesungguhnya misi utama dari

halaqah usbu’iyah, jika halaqah tak mampu melahirkan kader dakwah

ibarat pohon yang tak berbuah, ibarat telur yang dierami tak pernah

menetas (mungkin telurnya busuk), atau ibarat menikah tak jua punya

anak.

Firman Allah SWT dalam surat Ali Imron ayat 79

* ل(ي �ادا ب � ع� �وا �ون �اس� ك �لن �ق�ول� ل �م� ي �و�ة� ث �ب �م� و�الن �ح�ك �اب� و�ال �ك�ت Nه� ال �ه� الل �ي �ؤ�ت ن ي� ر� أ �ش� �ب �ان� ل م�ا ك

س�ون� �د�ر� �م� ت �نت �م�ا ك �اب� و�ب �ك�ت (م�ون� ال �ع�ل �م� ت �نت �م�ا ك (ين� ب �ي �ان ب � ر� �وا �ون �ك�ن ك Nه� و�ل م�ن د�ون� الل

Tidak wajar bagi seseorang manusia yang Allah berikan kepadanya Al Kitab, hikmah dan kenabian, lalu dia berkata kepada manusia: "Hendaklah kamu menjadi penyembah-penyembahku bukan penyembah Allah." Akan tetapi (dia berkata): "Hendaklah kamu menjadi orang-orang rabbani , karena kamu selalu mengajarkan Al Kitab dan disebabkan kamu tetap mempelajarinya.[QS 3.Ali ‘Imran – Ayat 79]

Atau hadits nabi

خيركم من تعلم القرآن وعلمه

“Sebaik-baik kamu adalah yang belajar Alqur,an dan mengajarkannya.”

Dengan melaksanakan unsur-unsur di atas secara maksimal maka sebuah

halaqah akan menjadi pertemuan yang dinanti, memberikan rasa aman dan

nyaman bagi para anggotanya, bahkan dia mirip sebuah hubungan keluarga,

dan merasa ada keterikatan dan keterkaitan antara mereka.

Namun jika halaqah tidak memenuhi unsur-unsur di atas maka dikhawatirkan

akan menjadi sebuah pertemuan yang monoton, menjemukan dan memiliki

kecenderungan dan potensi futur yang besar pagi para anggotanya.3

C. Kriteria Halaqah Muntijah

3 http://www.islamedia.web.id/2011/06/halaqoh-usbuiyah-muntijah-majlis.html (tanggal akses 25/12/2012)

7

Page 9: Halaqah muntijah penghasil kader muntijah

Halaqah muntijah adalah halaqah yang memiliki 2 kriteria; tercapainya

dinamisasi sehingga halaqah berjalan dengan menggairahkan (tidak

menjemukan) dan tercapainya produktifitas sehingga tujuan halaqah terwujud

dengan baik.

1. Halaqah Dinamis

Halaqah dinamis adalah halaqah yang selalu berproses dan bergerak secara

berubah-ubah (tidak monoton) sehingga menimbulkan kegairahan dan

menghilangkan kejenuhan. Karena halaqah dilakukan sepanjang hayat,

maka dinamisasi ini sangat perlu sekaligus menjadi sesuatu hal yang

cukup sulit dilakukan.

Jika halaqah dinamis maka manfaat yang bisa didapatkan adalah: (1)

kepuasan beraktifitas (job satisfaction), seluruh peserta halaqah menikmati

halaqah itu, (2) kehadiran yang rutin, (3) semangat yang tinggi, (4)

tanggung jawab besar, (5) mempercepat pencapaian tujuan, (6)

meningkatkan kreatifitas, (7) menghindari kemaksiatan karena kegairahan

halaqah membawa kegairahan beribadah, (8) memperkecil munculnya

konflik/masalah, dan (9) merasakan manisnya ukhuwah.

Kejenuhan dalam halaqah sebagai lawan dari halaqah dinamis bisa

disebabkan oleh dua faktor: intern dan ekstern. Faktor intern adalah

kurangnya keikhlasan, maksiat, dan kurangnya pemahaman. Sedangkan

faktor ekstern bisa disebabkan karena suasana yang monoton, ketiadaan

keteladanan, kurangnya upaya saling memotivasi, dan konflik

berkepanjangan.

Sedangkan ciri halaqah dinamis adalah halaqah yang suasananya inovatif,

ada komentar-komentar "kerinduan", ingin berlama-lama dalam halaqah,

kehadiran dan yang rutin.

2. Halaqah Produktif

Halaqah produktif adalah halaqah yang mampu mencapai tujuan-tujuan

yang telah direncanakan. Semakin banyak tujuan yang tercapai, semakin

produktif sebuah halaqah. Produktifitas di sini bisa dilihat dari dua sisi:

8

Page 10: Halaqah muntijah penghasil kader muntijah

kuantitas dan kualitas. Tujuan (sasaran) halaqah dalam konteks

produktifitas ini setidaknya ada tiga: tercapainya muwashafat/kenaikan

jenjang, tercapainya pembentukan murabbi baru, dan tercapainya

pengembangan potensi.

Jika halaqah produktif maka manfaat yang bisa didapatkan adalah: (1)

munculnya perasaan "berhasil" yang menumbuhkan kepercayaan diri

dalam membina bagi murabbi, (2) peserta/mutarabbi menjadi kader-kader

Islami yang tangguh, (3) akselerasi peningkatan kualitas jamaah dan umat.

Tidak tercapainya halaqah produktif juga disebabkan dua faktor: internal

dan eksternal. Faktor internal meliputi murabbi yang tidak memahami

tujuan halaqah, terlena dengan proses, kurangnya semangat bersaing, dan

salah dalam memahami takdir. Sedangkan faktor eksternal meliputi

kurangnya motivasi baik murabbi maupun mutarabbi, dan kurangnya

penjelasan tentang tujuan halaqah.

3. Rumus Meningkatkan Dinamisasi Halaqah

Satria Hadi Lubis dalam buku Menggairahkan Perjalanan Halaqah ini

telah memformulasikan rumus dinamisasi halaqah sehingga lebih mudah

dipahami dan "dikuantitatifkan".

D = n(Pb) (I + K + T)

D = Dinamisasin (Pb) = Jumlah variasi perubahanI = KeikhlasanK = KeteladananT = Semangat mencapai tujuan

Sedangkan kejenuhan halaqah dirumuskan sebagai berikut :9

Page 11: Halaqah muntijah penghasil kader muntijah

J = n (Pt) / n (Pb) – (I + K + T)

J = Kejenuhan

n (Pt) = Jumlah pertemuan

n (Pb) = Jumlah variasi perubahan

I = Keikhlasan

K = Keteladanan

T = Semangat mencapai tujuan

Variasi perubahan bisa terjadi dalam sistem belajar, metode penyampaian,

media belajar, materi, agenda acara, waktu pertemuan, tempat pertemuan,

dan komposisi peserta halaqah.

4. Rumus Meningkatkan Produktifitas Halaqah

Rumus peningkatan produktifitas halaqah dalam buku Menggairahkan

Perjalanan Halaqah tidak dibuat sama seperti dinamisasi halaqah. Satria

Hadi Lubis membuatnya dalam bentuk piramida sebagai berikut:

Pada dasar piramida, ada tujuan yang porsinya paling besar. Tiga tujuan

halaqah (tercapainya muwashafat/kenaikan jenjang, tercapainya

pembentukan murabbi baru, dan tercapainya pengembangan potensi)

menjadi dasar dari pencapaian halaqah. Tujuan ini berfungsi untuk

melakukan langkah berikutnya, yaitu membuat "kemenangan-kemenangan

kecil" dan melakukan evaluasi. Kemenangan kecil adalah tujuan/sasaran

antara yang perlu dicapai secara bertahap untuk mencapai tujuan halaqah

yang sebenarnya. Sedangkan evaluasi adalah membandingkan antara

tujuan yang ditetapkan dengan realita yang ada. Jika tercapai berarti

10

Evaluasi

Kemenangan Kecil

Tujuan

Page 12: Halaqah muntijah penghasil kader muntijah

halaqah berhasil, jika belum harus ada analisa sebab kegagalan dan

solusinya.4

D. Murabbi Halaqah Muntijah

Berikut ini adalah beberaoa karakteristik yang harus kita usahakan agar

melakat pada diri para dai atau murabbi sehingga terbentuk halaqah muntijah:

1. Al-fahm asy-syaamil al-kaamil

Yaitu pemahaman yang sempurna dan menyeluruh terhadap dasar-dasar

keislaman dan rambu-rambu petunjuknya, juga terhadap apa yang

didakwahkannya, karena seorang murabbi akan mentarbiyah seseorang

yang memiliki akal, perasaan dan pemahaman, dan orang tersebut akan

merefleksikan apa yang didengar dan diperhatikan dari sang dai atau

murabbi. Maka, apabila seorang dai dan murabbi tidak memiliki level

pengetahuan yang memadai dan wawasan pemahaman yang menyeluruh

tentang dasar-dasar keislaman, hal itu akan memindahkan sebuah

kebodohan kepada mutarabbinya, yang pada gilirannya akan menimbulkan

masalah dalam pembentukan kepribadian Muslim seorang mutarabbi.

2. Waqi’ ‘Amaly

Yaitu keteladanan sang murabbi dengan amal perbuatannya yang secara

riil tampak jelas pada perilakunya. Seperti geraknya, diamnya, bicaranya,

atributnya, pandangannya, dan ibrah-nya. Seluruh keteladanan itu adalah

buah refleksi dari pengaruh keimanan dan pemahaman dalam kehidupan

seorang murabbi, dalam rangka memberikan pengaruh keteladanan yang

baik (qudwah salehah) di tenga-tengah masyarakat.

Pendiri jamaa Ikhwan, Hasan Al-Banna menyifati murabbi dengan sebutan

dai mujahid. Lebih jelasnya beliau menyebutkan bahwa dai mujahid

adalah, “Sosok dai yang telah mempersiapkan segala sesuatunya, terus

menerus berpikir, penuh perhatian dan siap siaga selalu.” Begitulah

4 http://www.bersamadakwah.com/2010/05/menggairahkan-perjalanan-halaqah.html (tanggal akses 25/12/2012)

11

Page 13: Halaqah muntijah penghasil kader muntijah

seharusnya seorang murabbi, iman dan keyakinannya tercermin pada

perilaku dan amalnya. Berdasarkan penelitian pada perjalanan kehidupan

seorang murabbi, bahwa pengaruh mereka terhadap banyak orang lebih

banyak berasal dari perilaku dan akhlaknya yang istiqamah di setiap

keadaan.

Sudah menjadi pemaaman umum bahwa manthiqul af’al aqwa min

manthiqil aqwal (logika amal/perbuatan lebih kuat dari logika kata-kata).

Dikatakan pula oleh ulama salafusshalih, “Man lam tuhadzdzibka

ru’yatuhu, fa’lam annahu ghairu muhadzdzab.” (Barangsiapa yang tidak

mendidikmu ketika engkau melihatnya maka ketahuilah bahwa orang itu

juga tidak terdidik)

Imam Syafi’i rahimahullah berkata, “Man wa’azha akhaahu bifi’lihi,

kaana haadiyan.” (Barangsiapa yang menasihati saudaranya dengan amal

perbuatannya maka berarti ia telah menunjukinya). Oleh karena itu,

keteladanan adalah fokus yang sangat sensitif dan halus, karena apa yang

tampak pada dirinya jauh lebih besar pengaruhnya dari apa yang

diucapkannya (al-manzhar a’zhamu ta’tsiiran minal qaul).

3. Al-Khibrah binnufus

Yaitu berpengalaman dalam memahami aspek kejiwaan, karena

sesungguhnya lapangan kerja seorang murabbi tidak lain adalah jiwa,

bergumul dengannya, dan menjadikannya sasaran yang pertama dan

terakhir dalam proses tarbiyah; sedangkan jiwa tidak seperti gigi sisir,

akan tetapi jiwa orang berbeda satu dengan yang lainnya, ada yang lemah,

ada yang kuat, ada yang peka dan oversensitif. Ada yang lembut, ada yang

keras, bebal, dan sebagainya.

Oleh karena itu, seorang murabbi hendaknya menyikapi seseorang sesuai

dengan kejiwaannya dan berhati-hati dalam berinteraksi dengannya, maka

jangan bersikap terlalu tegas dan keras kepada orang yang jiwanya halus

dan peka, melainkan harus dihadapi dengan lemah lembut. Sebaliknya,

orang yang jiwanya keras harus dihadapi dengan ketegasan jika ia lalai dan

12

Page 14: Halaqah muntijah penghasil kader muntijah

menyimpang. Adalah Rasulullah SAW sosok murabbi pertama yang

berpengalaman dalam ilmu jiwa, beliau tidak memperlakukan para

sahabatnya dengan sikap yang sama antara yang satu dan lainnya, karena

beliau sangat tahu akan tabiat manusia dan kejiwaan mereka.

Imam Ahmad meriwayatkan dari Abdullah bin Mas’ud r.a. berkata :

Rasulullah SAW perna beberapa hari lamanya tidak memberikan nasihat

kepada kami, karena beliau takut kami menjadi bosan. (HR. Ahmad)

Berkaitan dengn al-khibrah binnufus, banyak contoh keteladanan dari

murabbi zaman ini, diantara mereka adalah Hasan Al-Banna, di mana tela

terjadi dialog antara beliau dengan salah seorang ikhwah. Ikhwah tersebut

berkata, “Sesungguhnya saya lagi banyak masalah dan ada yang bersifat

umum dan ada yang bersifat khusus.” Maka kata Hasan Al-Banna,

“Sudahlah, jangan bebani dirimu dengan masalah itu. Serahkan urusanmu

kepada Allah.” “Tapi, saya ingin Anda tahu,” sergah akh tersebut.

“Sesungguhnya saya sudah tahu,” kata Al-Banna seraya meyakinkan akh

tersebut. “Jadi saya bahagia kalau Anda mau tahu,” balas akh tersebut.

Akan tetapi, belum sempat saya memulai curhat, beliau sudah

mendahuluiku dengan rentetan masalah dan keluhan yang dialaminya

sendiri bahkan yang mengherankan apa yang diutarakannya sama dengan

apa yang saya rasakan. Setelah beliau selesai berbicara, maka sayapun

berkata kepadanya, “Ustadz, demi Allah, sungguh saya sangat bahagia,

dan saya tidak akan mengeluh lagi.” Saya mengatakan semua itu sambil

terisak dan bercucuran air mata.”5

E. Kader Muntijah

‘Adil Al-Qalaliy, seorang ulama Mesir menyebutkan

إن التربية المنتجة هي الهدف الذي نبحث عنه ونريد الوصول إلي�ه فنحن

نريد إعداد اإلنسان العابد لربه الصالح في ذاته الن��اجح في حيات��ه ال��دنيا

. النافع لمجتمعه المستعد لحياته اآلخرة،

Sesungguhnya Tarbiyah Muntijah adalah tujuan yang kita cari dan kita

inginkan pencapaiannya, maka kita perlu menyiapkan pribadi penghamba

5 http://tiyapoenya.blogspot.com/2010/01/halaqah-muntijah.html (tanggal akses 25/12/2012)13

Page 15: Halaqah muntijah penghasil kader muntijah

kepada Tuhannya, baik pribadinya, sukses urusan dunianya, bermanfaat

bagi masyarakatnya, dan mempersiapkan diri untuk hari akhirnya.6

F. 10 ‘Tips’ Menjadikan Halaqah MUNTIJAH

1. Murabbi dan mutarabbi hadir dalam keadaan bersedia ILMU, RUHI dan FIZIKAL. Murabbi datang dengan niat membimbing mutarabbinya dan mutarabbi datang dalam keadaan bersiap sedia untuk dibimbing (bukan sebab dipaksa)

2. Persiapan murabbi amat penting. JANGAN terlalu bergantung pada buku semata. Murabbi haruslah kreatif menyampaikan taujihat dengan melihat perkembangan semasa

3. Suasa halaqah didominasi oleh SEGMEN RUHI, bukan suasana ‘akademik’/ ‘thaqafah’ dan bukan juga perbincangan organisasi semata mata. Murabbi perlu memberi perhatian dan bimbingan dalam ‘FIQH DAKWAH’ bukan ‘fiqh ulamak’

4. Isu isu semasa yang PENTING sahaja diperbincangkan. Kalau tak dikawal selia dengan baik, segmen ini boleh jadi ‘melalut’ dan memakan masa halaqah

5. Perbincangan tentang ‘reporting’ dakwah. Murabbi haruslah mengambil berat akan kerja dakwah mutarabbinya. Mutarabbi pula perlu merasa bertanggungjawab untuk melaporkan kerja dakwahnya dan mencari jalan penyelesaian sekiranya terdapat masaalah

6. Perkongsian masalah. Mutarabbi haruslah bersedia untuk berkongsi masalah peribadi dengan murabbinya dan peserta halaqah yang lain. Dari sini akan lahir bibit bibit ukhwah yang kuat.

7. Adab berhalaqah. Mutarabbi harus menghormati murabbinya dalam batas sepatutnya. Tidak memotong cakap murabbi dan menghormati ‘idea’ dan pandangan murabbi. Sekiranya mutarabbi ada idea yang lebih baik, boleh diutarakan dan dibincangkan.

8. ‘Mutabaah Amal’ perlu dipantau dengan baik, Murabbi haruslah mengambil langkah segera sekiranya melihat mutarabbinya ada masalah dalam sudut ibadah.

9. Halaqah tidak berlangsung terlalu lama. 5 jam adalah jangka waktu yang MAXIMUM. Sebaiknya 2 atau 3 jam bergantung pada ‘level’ halaqah tersebut.

10. Setiap pertemuan dan perbincangan yang berlangsung direkodkan dalam satu buku/fail untuk rujukan akan datang. Sebaiknya setiap halaqah mempunyai fail/buku rekod sendiri.7

PENUTUP

6 http://www.egyptwindow.net/Details.aspx?Kind=19&News_ID=1413 (tanggal akses 25/12/2012)7 http://www.penamujahid.com/?m=201012 (tanggal akses 25/12/2012)

14

Page 16: Halaqah muntijah penghasil kader muntijah

Sebagai murabbi halaqah, kita telah dipilih oleh Allah untuk melakukan

kerja-kerja yang begitu besar yaitu membentuk manusia. Rasa besar itu jika kita

benar-benar selidiki maka peran halaqahlah bidang tarbiah yang paling urgent saat

ini. Ia merupakan jantung tarbiah dan tarbiah pula adalah tulang punggung

kekuatan sebuah gerakan dakwah.

Jika kita memudah-mudahkan maka tugas kita hanya sekadar menjadi

ketua di halaqah dan tidak berperan sebagai murabbi yang sebenarnya, maka kita

telah menghambat upaya untuk mengembalikan Islam pada tempatnya.

Para murabbilah yang akan melakukan tugas pembentukan ini sesuai

dengan kebutuhan mutarabbinya kepada halaqah serta dipandu oleh manhaj dari

jamaah.

Moga dengan coretan sedikit ini menambah kesadaran kita untuk sama-

sama memandu halaqah dengan lebih muntijah agar lahir pula kader dakwah yang

muntijah kelak.

Wallahu a’lam bish shawab.

15

Page 17: Halaqah muntijah penghasil kader muntijah

DAFTAR REFERENSI

http://www.dakwatuna.com/2011/11/16689/siapakah-insan-rabbani-itu/#ixzz2G1NhFqV5, (tanggal akses 25/12/2012)

http://pksrancah.blogspot.com/2011/06/langkah-langkah-operasional-pengelolaan.html (tanggal akses 25/12/2012)

http://www.islamedia.web.id/2011/06/halaqoh-usbuiyah-muntijah-majlis.html (tanggal akses 25/12/2012)

http://www.bersamadakwah.com/2010/05/menggairahkan-perjalanan-halaqah.html (tanggal akses 25/12/2012)

http://tiyapoenya.blogspot.com/2010/01/halaqah-muntijah.html (tanggal akses 25/12/2012)

http://www.egyptwindow.net/Details.aspx?Kind=19&News_ID=1413 (tanggal akses 25/12/2012)

http://www.penamujahid.com/?m=201012 (tanggal akses 25/12/2012)

16


Top Related