Modul Mata Kuliah
INSTRUMEN GESEK
DISUSUN OLEH: Berlian Denada, S.Pd., M.Sn.
Abdul Rozak, S.Sn., M.Sn. Rico Gusmanto, S.Sn., M.Sn.
PRODI SENI KARAWITAN
INSTITUT SENI BUDAYA INDONESIA ACEH
Deskripsi Mata Kuliah
Mata kuliah ini adalah kategori mata kuliah praktik. Mahasiswa akan mempelajari
teknik dasar instrumen gesek pada Violin, Viola, Violoncello dan Contrabass. Teknik
yang dipelajari diantaranya: tata cara tuning, bowing pada senar lepas, memainkan
tangganada, legatto, stacatto, pizzicatto, memainkan lagu-lagu pendek, memaikan
lagu-lagu tradisonal Aceh, memainkan ritme dalam group band, bermain dalam format
quartet dan quintet. Matakuliah ini berhubungan dengan musik populer, praktek
instrumen modern, komposisi pendekatan musik modern dan tugas akhir.
Dosen Pengempu:
Berlian Denada, S,Pd.,M.Sn
Kode MK: MKK106
Semester II (2 SKS)
Tahun Ajaran 2018-2019
KATA PENGANTAR
Syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT. yang
memberikan rahmat dan hidayahnya serta memberikan pengetahuan sehingga
penulis dapat menyelesaikan modul “Instrumen Gesek”. Modul ini merupakan bahan
materi, buku rujukan, buku ajar, dan sumber bacaan.
Materi dalam modul ini berisi tentang penjelasan berbagai instrumen gesek
nusantara dan modern. Fokus isian pembelajaran dalam modul ini adalah
pemahaman umum tentang instrumen gesek, teori musik dasar yang berkaitan,
organologi, serta teknik-teknik permainan instrumen gesek.
Dalam penyusunan modul ini penulis menyadari bahwa masih banyak
kekurangan dan kesalahan, baik dari segi bahasa maupun penulisannya. Oleh
karena itu, kritikan dan saran sangat diharapkan guna perbaikan dan
penyempurnaan ke depan. Semoga tulisan ini bisa menjadi rujukan yang
bermanfaat.
Kota Jantho, Januari 2019
LEMBARAN KERJA
1. Kompetensi Dasar
- Instrumen musik gesek Nusantara secara umum.
- Teori-teori musik secara umum yang berkaitan dengan instrumen musik gesek.
- Organologi instrumen musik gesek.
- Teknik permainan instrumen musik gesek.
2. Tujuan
- Mahasiswa mampu mengidentifikasi ragam-ragam instrumen musik gesek
Nusantara secara umum.
- Mahasiswa mampu memahami berbagai teori musik secara umum guna dapat
mengaplikasikan pada instrument musik gesek.
- Mahasiswa mampu mengetahui dan memahami bagian-bagian dan fungsi dari
masing-masing bagian instrumen musik gesek itu sendiri.
3. Penilaian
Prosedur penilaian setelah proses belajar mengajar berlangsung dengan cara
pemberian tugas berupa ujian praktek.
BAB I
PENDAHULUAN
A. Pemahaman
1. Instrumen Musik Gesek
Instrumen musik gesek merupakan kelompok alat musik dari golongan
Chordophone, dimana sumber bunyi dari instrumen musik jenis ini berasal
dari dawai/senar. Alat musik gesek biasanya akan menghasilkan suatu
bunyi yang melodis jika terjadi gesekan antara dawai (senar) dan busurnya
(bow). Beberapa contoh instrumen musik gesek yang sering dijumpai ialah
sebagai berikut:
a. Violin (Biola)
Violin (biola) merupakan instrumen musik gesek yang sudah tidak asing
lagi bagi kita. Violin (biola) merupakan instrumen musik modern yang
biasanya dimainkan dalam pertunjukan musik orkestra, jazz, pop, dan
musik melayu. Violin (biola) memiliki 4 dawai dan sudah diatur
sedemikian rupa sehingga memiliki interval nada yang sempurna ketika
dimainkan, yaitu (G-D-A-E) yang berbeda satu sama lain dengan
interval sempurna kelima (P5). Nada yang paling rendah adalah G.
Orang yang memainkan Violin (biola) dikenal dengan sebutan Violinist.
Gambar 1
Violin (Biola)
b. Viola (Biola Alto)
Viola (Biola Alto) termasuk instrumen musik gesek dari keluarga biola.
Banyak orang yang menganggap Viola sama dengan Violin, akan tetapi
Viola merupakan instrumen musik gesek yang berbeda dengan Violin.
Perbedaan tersebut terletak pada ukuran dan nada yang dihasilkan.
Viola umumnya berukuran lebih besar dan menghasilkan nada yang
lebih berat (rendah/low) dibandingkan dengan Violin.
Gambar 2
Viola (Biola Alto)
c. Violoncello (Cello)
Violoncello (cello) juga merupakan instrumen musik yang masuk dalam
keluarga biola. Violoncello (cello) berukuran lebih besar dibandingkan
Violin dan Viola. Alat musik ini merupakan instrumen yang wajib ada
dalam pertunjukan musik klasik Eropa.
Gambar 3
Violoncello (Cello)
d. Contrabass (Double Bass)
Contrabass (double bass) merupakan instrumen musik keluarga biola
yang memiliki ukuran paling besar. Instrumen musik ini pada umumnya
juga dimainkan pada pertunjukan musik jazz, orkestra, musik bluegrass,
country, dan musik rockabilly. Sesuai dengan namanya, alat musik
gesek satu ini juga menghasilkan nada-nada rendah (low) saat
dimainkan. Selain digesek, Contrabass kadang juga dimainkan dengan
cara dipetik.
Gambar 4
Contrabass (Doublebass)
e. Arbab
Arbab merupakan instrumen musik tradisional gesek yang berasal dari
daerah Aceh. Instrumen ini kerap dimainkan saat pagelaran hiburan
rakyat. Arbab pernah populer dan berkembang di daerah Aceh Barat,
Aceh Tengah dan wilayah Piddie Jaya. Arbab sendiri dibuat dari
tempurung kelapa, yakni tempurungnya, sedangkan dawai geseknya
dibuat dari serat rotan atau kayu. Meskipun terlihat mudah, namun
dibutuhkan keahlian khusus untuk dapat menghasilkan nada yang
sesuai dengan keinginan.
Gambar 12
Arbab
f. Rebab
Rebab merupakan salah satu instrumen gesek yang berasal dari
Provinsi Riau. Berbeda dengan biola yang dimainkan dengan cara
disandarkan di pundak, instrumen musik Rebab dimainkan dengan cara
diletakkan di bawah seperti instrumen musik cello dan pemainnya dalam
posisi duduk. Di Persia terdapat rebab bertali satu yang digunakan untuk
mengiringi diklamasi yang disebut “rebab ul Shaer”. Rebab merupakan
cikal bakal biola dan cello. Di Kabupaten Kampar Provinsi Riau, lagu-
lagu yang diiringi oleh instrumen musik rebab banyak di antaranya
berjudul Batang Taunjam, Palayaran, Ulak Bangkinang dan lain
sebagainya. Di daerah ini rebab mendapatkan kedudukan yang tinggi di
antara alat musik lainnya, sebagaimana kedudukan biola pada alat
musik di kebudayaan Barat. Kedudukan yang tinggi ini, salah satunya,
ditunjukkan dalam teater tradisional Melayu yang disebut Makyong.
Sehubungan dengan tingginya kedudukan alat musik rebab tersebut,
maka seringkali rebab (disebut “kecopong”) maupun pada batangnya
(disebut “shaft”). Alat musik ini cukup unik berdasarkan penggunaan di
berbagai jenis kayu untuk menghasilkan rebab. Jenis kayu tersebut
seperti tembusu, nangka, sena, dan belimbing. Selain itu, keunikan
rebab ini dilihat dari sudut keindahan ukiran di bagian kepala rebab yang
bermotifkan mahkota.
Gambar 5
Rebab Riau
g. Rabab
Berbeda dengan rebab, Rabab Minangkabau memiliki karakteristik yang
unik baik dari segi bentuk maupun karakter bunyi. Di Minangkabau itu
sendiri terdapat beberapa jenis rabab yang dibedakan berdasar dari
daerah masing-masing. Rabab terbuat dari tempurung kelapa tua yang
dibelah dua, kemudian ditutup dengan kulit sapi. Pada bagian belakang
tempurung terdapat lubang untuk getaran suara. Batangnya dibuat dari
bambu. Pada ujungnya dibuat alat peregang tali dari kayu. Antara ujung
(peregang tali) dengan pangkalnya direntang dua tali melalui
permukaan kulit kambing tersebut. Diatas kulit dipasang kuda-kuda
sehingga tali yang direntang itu menjadi tegang. Alat penggesek yang
digunakan seperti alat penggesek biola. Bahannya bisa dibuat dari ekor
kuda maupun benang nilon. Alat penggesek dipasang pada sebatang
kayu yang dibentuk sedemikian rupa.
Gambar 6
Rabab Sumatera Barat
h. Tarawangsa
Tarawangsa merupakan salah satu instrumen musik tradisional Jawa
Barat. Alat ini memiliki dua dawai yang terbuat dari kawat baja atau besi.
Tarawangsa lebih tua keberadaannya daripada rebab dan instrumen
gesek yang lain. Setelah kemunculan rebab, tarawangsa biasa pula
disebut dengan nama rebab jangkung (rebab tinggi), karena ukuran
tarawangsa umumnya lebih tinggi daripada rebab. Sebagai instrumen
musik gesek, tarawangsa tentu saja dimainkan dengan cara digesek.
Akan tetapi yang digesek hanya satu dawai, yakni dawai yang paling
dekat kepada pemain. Sementara dawai yang satunya lagi dimainkan
dengan cara dipetik dengan jari telunjuk tangan kiri. Sebagai nama
salah satu jenis musik, tarawangsa merupakan sebuah ensambel kecil
yang terdiri dari sebuah tarawangsa dan sebuah alat petik tujuh dawai
yang menyerupai Kecapi, yang disebut Jentreng.
Gambar 7
Tarawangsa
i. Tehyan
Tehyan merupakan instrumen musik gesek tradisional Betawi yang
terbuat dari kayu jati dengan tabung resonansi yang terbuat dari batok
kelapa. Tehyan merupakan instrumen musik yang diadopsi dari
kebudayaan Tionghoa. Akan tetapi pada saat ini tehyan sudah mulai
jarang dijumpai. Tehyan memiliki bentuk yang tidak jauh berbeda dari
instrumen musik gesek lainnya yaitu berbentuk panjang dengan bagian
bawah yang melebar. Dalam permainannya, instrumen musik bertangga
nada diatonis ini lebih mengandalkan feeling atau perasaan.
Gambar 8
Tehyan
j. Arababu
Arababu adalah instrumen musik gesek tradisioal Maluku. Berbeda
dengan rebab, instrumen musik ini hanya mempunyai satu senar. Di luar
itu, Arababu mempunyai batang pegang dari bambu serta tabung
resonansi dari 1/2 sisi tempurung kelapa. Untuk nada, tentu tak kalah
merdu dengan rebab, hanya saja dalam segi bentuk instrumen musik ini
terlihat lebih kecil. Pada dasarnya alat gesek untuk membunyikan
Arababu ini sama juga dengan Rebab yang berupa busur serta bersenar
1, cuma untuk besarnya sesuaikan ukuran Arababu yang lebih kecil.
Gambar 9
Arababu
k. Haegeum
Haegeum adalah jenis instrumen musik gesek tradisional yang berasal
dari Korea ini hanya memiliki dua senar saja. Senar di depan disebut
apjul sedangkan senar di belakang disebut bakjul. Memainkan apjul
lebih mudah dibandingkan dengan bakjul. Cara memainkannya adalah
dengan digesek. Tiga jari dari jari tengah hingga kelingking memegang
pegangan alat gesek sedangkan jari telunjuk plus jempol bertugas
memegang bagian kayu pada alat gesek dengan posisi seperti
memegang pensil. Haegeum adalah jenis rebab yang diadaptasikan
dari rebab Cina. Dengan bentuk yang unik, sebuah silinder di bagian
bawah dengan bagian leher yang jenjang. Berbeda dengan biola,
haegeum dimainkan dengan meletakkannya di pangkuan si pemain.
Haegeum menghasilkan nada yang sambung menyambung,
memberikan kombinasi yang apik dengan instrumen petik seperti
gayageum dan geomungo.
Gambar 10
Haegeum
l. Erhu
Erhu adalah salah satu instrumen musik gesek tradisional Tiongkok.
Asal usulnya dapat dilacak sampai zaman Dinasti Tang pada abad ke-
7 sampai abad ke-10 Masehi. Pada masa itu, erhu populer di antara
rakyat etnis-etnis minoritas yang bermukim di bagian barat laut
Tiongkok. Dalam perkembangannya selama seribu tahun yang lalu,
erhu merupakan instrumen musik utama dalam pertunjukan opera
tradisional Tiongkok. Erhu berstruktur sederhana dengan panjangnya
hanya 80cm, memiliki dua dawai. Dalam pertunjukannya, pemusik
memegang erhu dengan tangan kiri, sedang tangan kanannya
memegang penggesek.
Gambar 11 Erhu
B. Teori Singkat Mengenai Musik
Seperti yang kita ketahui, musik adalah suatu susunan tinggi-rendah nada
yang berjalan dalam waktu. Hal ini dapat dilihat dari notasi musik yang
menggambarkan besarnya waktu dalam arah horizontal dan tinggi-rendah
nada dalam arah vertikal.
1. Tangga Nada
Tangga nada adalah susunan nada yang diatur menurut tinggi rendahnya
sesuai jarak tertentu. Didalam musik barat, tangga nada terbagi menjadi:
Tangga nada mayor berawal dari nada “do” dan berpola interval (jarak)
;1 – 1 – ½ – 1 – 1 – 1 – ½ .
Tangga nada minor berawal dari nada “la” dan berpola interval (jarak)
;1 – ½ – 1 – 1 – ½ – 1 – 1
2. Ritme dan Ketukan
Ritme ditentukan oleh panjang atau lama waktu dari suatu bunyi. Panjang
pendeknya bunyi digambarkan dengan simbol-simbol yang disebut dengan
not (pitch), dan panjang pendeknya diam juga digambarkan dengan simbol-
simbol yang disebut dengan tanda istirahat (rest). Pada umumnya orang
mengartikan ketukan sebagai sesuatu yang benar-benar teratur seperti
detik jarum jam. Ritme adalah kata yang kita pakai untuk sesuatu yang lebih
rumit, bukan hanya menyangkut ketukan detik yang teratur, namun juga
pola yang teratur dengan beberapa not yang lebih panjang dan beberapa
yang lain lebih pendek. Dengan kata lain, ritme adalah campuran berbagai
not. Pada kenyataanya tidak semua orang menggunakan kedua kata
tersebut secara jelas. Dalam percakapan sehari-hari, perbedaan diantara
keduanya tidak terlalu jadi masalah. Oleh karena itu, penggunaannyapun
jadi agak samar.
3. Akor
Akor adalah perpaduan tiga nada atau lebih yang dibunyikan secara
bersamaan. Akor pokok ada 3, yaitu:
a. Akor tingkat I yang disebut Tonika
b. Akor tingkat IV yang disebut Sub Dominant
c. Akor tingat V yang disebut Dominant
Tingkatan akor yang akan kita pelajari dari tingkat I sampai dengan tingkat
VII, yang di dalamnya termasuk akor mayor dan minor. Untuk
memudahkan dalam menentukan nada pada akor tingkat I s.d. VII, sesuai
dengan nada dasarnya, perhatikan tabel berikut:
TINGKATAN NAMA
SUSUNAN
NADA
PADA NOT
ANGKA
SUSUNAN NADA MENURUT NADA
DASARNYA
Do = C Do = Bes Do = D
I Tonika 1-3-5 c-e-g bes-d-f d-fis-a
II Super
Tonika 2-4-6 d-f-a c-es-g e-g-b
III Mediant 3-5-7 e-g-b d-f-a fis-a-cis
IV Sub
Dominant 4-6-1 f-a-c es-g-b g-b-d
V Dominant 5-7-2 g-b-d f-a-c a-cis-e
VI Sub Mediant 6-1-3 a-c-e g-bes-d b-d-fis
VII Introduktor/
Leading not 7-2-4 b-d-f a-c-es cis-e-g
Selain dengan nama-nama akor tersebut, kita akan mengenal akor Mayor
dan akor Minor. Akor Mayor dan minor berbeda dalam susunan nada dan
jarak antar nadanya. Bila akor Mayor jarak nadanya 2 dan 1 ½, sedangkan
akor minor berjarak 1 ½ dan 2. Akor tersebut dapat kita susun dengan
mudah, setelah kita pahami benar dengan membuat urutan nada pada
masing-masing tangga nada. Selanjutanya jika dalam nada dasar yang
berbeda, maka susunan nada pada akor itu menyesuaikan dengan urutan
nada pada tangga nada tersebut.
C. Organologi Instrumen Musik Gesek
Organologi dalam dunia seni musik adalah bidang ilmu yang mempelajari
tentang alat musik. Dalam arti kata, organologi adalah ilmu yang mempelajari
mengenai bagian-bagian atau tubuh alat musik itu sendiri. Seperti yang kita
ketahui, instrument musik dibagi dalam beberapa kelompok bedrasarkan
sumber bunyi, cara memainkan, dan fungsinya.
a. Idiophone, yaitu alat musik yang memiliki sumber bunyi berasal dari alat
musik itu sendiri atau dari bahan dasar dari alat musik tersebut. Contoh;
Angklung, Triangle, Gambang, dll.
b. Aerophone, yaitu alat musik yang memiliki sumber bunyi berasal dari
getaran udara pada alat musik tersebut. Contoh; Saluang, Flute, Clarinet,
Seurune Kalee, dll..
c. Chordophone, yaitu alat musik yang memiliki sumber bunbyi berasal dari
dawai. Contoh; Rebab, Biola, Gitar, dll.
d. Membranophone, yaitu alat musik yang memiliki sumber bunyi berasal dari
selaput membran pada alat musik tersebut. Contoh; Rapa’i, Timpani,
Marwas, Gendang, dll.
e. Elektrophone, yaitu alat musik yang memiliki sumber bunyi berasal dari
rangkaian atau kumparan elektronik pada alat musik tersebut. Contoh;
Keyboard, Synthesizer, Wind Controller, Launchpad, dll.
Dalam modul ini, akan dijabarkan secara rinci organologi beberapa
instrument musik gesek yang tergolong sebagai instrumen musik jenis
Chordophone. Sebagai contoh yaitu organologi instrumen musik Biola.
Berbicara mengenai instrumen musik ini, biasanya kita langsung terbayang
pada salah satu pertunjuka orchestra, dimana pertunjukan musik ini identik
menggunakan instrument musik Biola.. Tidak hanya itu saja, dalam
pertunjukan orchestra juga kerap dijumpai instrumen musik Alto, Cello dan
Contrabass. Instrument-instrumen musik tersebut masih tergolong keluarga
Biola yang merupakan instrumen musik barat dan dari segi wujud terlihat
sangat persis, namun memiliki ukuran dan nada dasar yang berbeda. Berikut
penjabaran mengenai instrumen musik gesek dari keluarga Biola:
Gambar 12
Organologi Violin
1. Scroll
Scroll merupakan bagian biola yang berada di ujung kepala Biola, Alto Cello
dan Conrabass. Scroll tidak terlalu berpengaruh dalam playability kita ketika
menggesek instrument ini. Fungsinya yaitu sebagai tampat bersandarnya
tangan anda ketika menyetem Biola, Alto, Cello dan juga Contrabass agar
lebih nyaman. Bentuk dari Scroll ini dirancang sedemikian rupa dengan
mengutamakan unsur estetika agar terkesan elegan sesuai dengan
karakter instrument gesek itu sendiri.
2. Pegbox
Pegbox merupakan bagian keseluruhan kepala Biola, Alto, Cello dan
Contrabass, dimana pegbox ini terdiri dari scroll dan pegs. Pegbox Biola,
Alto, Cello dan Contrabass ukurannya berbeda-beda tergantung dengan
instrumen gesek itu sendiri.
3. Pegs
Pegs atau Tuning Pegs berfungsi sebagai tuning Biola, Alto, Cello dan
Contrabass. Terletak dibagian kepala dan diselipkan diantara lobang-
lobang. Ukuran pegs Biola, Alto, Cello dan Contrabass biasanya berbeda
beda mengikuti ukuran snar masing-masing. Pada umumnya, tuning pegs
berjumlah 4 dan terbuat dari kayu.
4. Nut
Nut Berfungsi menjaga jarak setiap senar. Biasanya terbuat dari bahan
plastik keras. Nut terletak pada bagian leher (antara pegbox dan
fingerboard).
5. Neck
Neck adalah bagian leher biola yang berfungsi untuk menahan fingerboard
dan tempat meletakkan telapak tangan anda ketika bermain biola.
6. Fingerboard
Fingerboard adalah papan jari yang berfungsi sebagai tempat jari menahan
senar ketika digesek. Fingerboard pada Biola, Alto, Cello dan Contrabass
tidak mempunyai fret layaknya pada gitar dan instrumen musik
Chordophone lainnya. Ukuran fingerboard Biola, Alto, Cello dan Contrabass
berbeda-beda tergantung dengan ukuran instrumen itu sendiri.
7. String
String merupakan sebutan untuk senar Biola, Alto, Cello dan Contrabass.
Umumnya senar instrument gesek ini berjumlah 4 senar, yaitu:
- pada senar Biola: E, A, G dan D
- pada senar Alto: A, G, D dan C
- pada senar Cello: A, G, D dan C
- pada senar Contrabass: A, D, G dan E
-
8. Upper Bout
Upper Bout adalah bagian atas badan Biola, Alto, Cello dan Contrabass
yang lebih slim dibandingkan dengan badan bagian bawah. Bentuknya
melengkung kedalam seperti instrumen musik gitar.
9. Lower Bout
Lower Bout merupakan kebalikan dari upper bout. Lower Bout merupakan
bagian bawah badan Biola, Alto, Cello dan Contrabass yang lebih lebar
dibanding upper bout. Bentuknya melengkung kedalam seperti instrumen
musik gitar.
10. Waist (C Bout)
Waist atau C bout merupakan bagian pinggang pada instrument gesek
Biola, Alto, Cello dan Contrabass. Waist atau C bout terletak antara upper
bout dan lower bout.
11. F Hole
F hole adalah lubang yang berbentuk menyerupai huruf F dan berada di
bagian perut Biola, Alto, Cello dan Contrabass. F hole berfungi untuk
menstabilkan tune pada Biola, Alto, Cello dan Contrabass agar lebih
maksimal.
12. Bridge
Bridge merupakan bagian terpenting biola karena berpengaruh penting
dalam produksi suara yang bagus. Berfungsi untuk menahan tekanan
senar.
13. Tailpiece
Tailpiece adalah benda yang berfungsi sebagai penahan pangkal senar
agar stabil dan pas dengan posisi bridge.
14. Fine Tuner
Fine tuner adalah benda menyerupai baut yang berfungsi sama seperti
pegs sebagai kendali menyetem tuning senar. Berbeda dengan pegs, fine
tuner terletak dibagian pangkal senar Biola, Alto, Cello dan Contrabass
yaitu di diletakkan pada badan tailpiece.
15. Chinrest
Chinrest adalah alat untuk membantu pemain biola untuk menahan biola
dengan dagu dan rahang. berbeda dengan Cello dan Contrabass, chinrest
hanya terdapat pada Biola dan Alto saja.
16. Soundpost
Soundpost merupakan sebatang tiang kecil yang berada di dalam badan
biola yaitu dibelakang posisi bridge sebelah kanan. Dapat dilihat dari F hole.
Soundpost ini berfungsi untuk menghantarkan getaran dari bridge ke ruang
resonansti biola.
Untuk menunjang permainan instrumen musik gesek, biasanya
membutuhkan salah satu alat penggesek yang disebut dengan Bow. Selain dari
beberapa penjabaran mengenai organologi Biola, Alto, Cello dan Contrabass
diatas, berikut merupakan penjabaran mengenai bagian-bagian dari Bow:
Gambar 13 Bow
1. Head
Head merupakan bagian kepala bow yang berfungsi sebagai tempat
meletakan ivary tip agar tetap kokoh.
2. Ivary Tip
Ivary Tip merupakan bagian kepala bow yang berfungsi menahan pangkal
bowhair.
3. Bowhair
Bowhair merupakan bagian yang biasanya terbuat dari ekor kuda atau serat
nilon halus yang di rancang sedemikian rupa untuk membantu Biola, Alto,
Cello dan Contrabass mengeluarkan suara yang baik.
4. Wrapping
Wrapping biasanya terbuat dari kawat tipis yang dililitkan dibagian pangkal
bow.
5. Leather Thumbgrip
Terbuat dari karet sebagai pangkal dari wrapping.
6. Ferrule
Berupa pin besi yang didesain khusus sebagai peregang bowhair dari
pangkalnya.
7. Frog
Terbuat dari kayu berbentuk persegi yang berfungsi sebagai rumah bagi
furrule yang berfungsi untuk mengencangkan dan mengendorkan bowhair.
8. Pastille
Berupa bulatan ditengah frog yang didesign khusus untuk menambah nilai
estetika pada bow.
9. Mother Of Pearl Coating
Pembatas yang memisahkan antara frog kiri dan frog kanan.
10. Stick
Stick merupakan gagang kayu berbentuk silinder panjang yang didesain
khusus (panjang-lebarnya) sesuai dengan kebutuhan si pemain instrumen
musik tersebut.
11. Sterling Silver Hell
Merupakan bagian belakang dari mother of pearl coating.
12. Button/Endscrew
Kendali yang berbentuk seperti baut dan berfungsi untuk mengatur
kekencangan hairbow.
Selain bow, ada salah satu alat penunjang bow agar bias berfungsi
dengan baik saat digesekkan ke senar Biola, Alto, Cello dan Contrabass. Benda
ini disebut dengan rosin. Rosin berfungsi untuk membuat hairbow menjadi lebih
kesat dan “menggigit” terhadap gesekan senar dengan cara menggesekkannya
ke hairbow. Biasanya rosin terbuat dari getah yang telah dibekukan dan
dibentuk sedemikian rupa sehingga mudah digunakan untuk hairbo.
Gambar 14
Rosin
Selajanjutnya ada shoulderest, yaitu alat bantu untuk mempernyaman pemain
menahan biola dan Alto di bagian bahu badan.
Gambar 15 Shoulderest
BAB II
PEMBELAJARAN
A. Teknik Dasar Permainan Instrumen Musik Gesek
Sebelum kita mempraktikkan bagaimana cara memainkan sebuah
instrumen musik dengan baik dan benar, terlebih dahulu kita harus mengetahui
beberapa teknik memainkan atau teknik memegang instrumen musik itu
sendiri. Pada dasarnya cara memainkan instrumen Violin, Viola, Violoncello,
dan Contrabass adalah sama-sama menggunakan bow sebagai alat untuk
membantu mengeluarkan suara dari instrumen musik itu sendiri atau dengan
cara dipetik dengan jari. Violin dan Viola sama-sama dimainkan dengan cara
dijepit pada bagian leher (antara dagu dan bahu). Sedangkan Violoncello, dan
Contrabass dimainkan dengan cara diletakkan saja pada penumpu yang
sengaja diarahkan ke lantai. Hal ini dikarenakan instrumen musik Violoncello,
dan Contrabass memiliki badan yang lebih besar dibandingkan dengan Violin
dan Viola.
a. Teknik Permainan Pada Instrumen Violin (Biola) dan Viola (Biola Alto)
Secara fisik, ukuran Viola nampak lebih besar dari Violin. Pattern desain di
bagian belakangnya pun berbeda. Selain itu, tunning di Violin dari senar 4
sampai 1 adalah: G-D-A-E, sedangkan tunning di Viola dari senar sampai
1 adalah C-G-D-A. Tetapi dalam hal teknik permainan, keduanya tidak
terlalu berbeda.
Postur dan teknik memegang instrumen Violin dan Viola:
1. Posisi Tubuh
Badan
Pastikan posisi panggung badan tegak baik dalam keadaan
duduk maupun berdiri.
Pastikan tidak mendorong perut keluar pada saat berdiri.
Kaki
Posisi kaki kanan sedikit ke belakang, tetapi tidak terlalu dibuka lebar.
Tujuannya untuk menjaga keseimbangan pada saat bermain lagu, dan
membaca not.
Tangan kiri
Gambar 16
Posisi Tangan Kiri
Pastikan pergelangan tangan kiri tetap tegak, hal ini berguna
supaya posisi badan biola tidak terlalu menurun ke bawah.
Pastikan pangkal ibu jari dan pointer tidak menyentuk leher biola
untuk mempermudah perpindahan posisi jari.
Tempatkan ibu jari sedikit ke kiri dari pointer.
Lengan kanan
Gambar 17
Posisi Lengan Kanan point bow pada Violin
Gambar 18
Posisi Lengan Kanan point bow pada Viola
Menjelaskan bahwa pada saat bermain pada point bow (dawai
bagian paling ujung) pastikan berhati-hati untuk tidak menarik siku lebih
jauh ke belakang.
Gambar 19
Posisi Lengan Kanan bottom bow pada Violin
Gambar 20
Posisi Lengan Kanan point bow pada Viola
Menjelaskan apabila bermain pada bottom bow (bagian bawah
setelah middle bow) siku lengan diharuskan untuk diangkat ke atas.
2. Peletakan Instrumen
Gambar 21 Teknik memegang Violin
Gambar 22
Teknik memegang Viola
Seperti yang sudah dijabarkan di atas, instrumen musik Violin dan
Viola dimainkan dengan cara:
Letakkan instrumen pada tulang selangka/leher kiri.
Biola diletakkan kira-kira 45 derajat ke kiri.
Posisi bahu tidak boleh diangkat, kemudian beri tekanan ringan
pada chin rest.
Kepala sedikit dimiringkan ke kiri agar pandangan sejajar dengan
scroll dan biola tidak merosot atau turun.
Menarik dagu biola/chin rest sedekat mungkin terhadap tubuh.
3. Memegang Bow (Holding the bow)
Gambar 23
Posisi Lengan Kiri Memegang Bow
Pada tahapan ini merupakan tahapan yang memerlukan waktu lebih
untuk melakukan penyesuaian atau adaptasi dikarenakan adanya berat
dan keseimbangan tangan.
Melengkungkan ibu jari dan jari tengah sedikit sehingga kedua
ujung berhadapan satu sama lain.
Letakkan jari ke busur/bow, tempatkan jari kelingking di atas
tongkat.
b. Teknik Permainan Pada Instrumen Violoncello (Cello)
Ukuran Violincello lebih besar dari Violin ataupun Viola namun lebih kecil
daripada Contrabass. Seperti anggota lainnya dari keluarga String Section,
Cello mempunyai empat dawai yang dari dawai 4 sampai 1 adalah: C-G-D-
A. Sama seperti pada Viola namun satu oktaf lebih rendah.
1. Posisi Bermain
Cara duduk
Gambar 24
Posisi duduk ideal saat bermain Cello
Cara duduk yang ideal adalah ketika badan dalam keadaan
seimbang dan tidak ada bagian tubuh yang kaku.
Duduk di bagian depan kiri (sepertiga bagian depan).
Pandangan lurus ke depan.
Berat badan dibuang di ujun tulang ekor belakang.
Kaki kanan tegak lurus ke depan.
Kaki kiri sedikit lebih maju dari kaki kanan dan membentuk sudut
45-60 derajat. Hal ini penting dibentuk untuk menjaga
keseimbangan tubuh terutama untuk menopang Cello.
Cara memegang Cello
Gambar 25
Cara memegang Cello
Berikut adalah langkah-langkah yang perlu diperhatikan dalam
memegang Cello. Langkah-langkah ini perlu dilatih terutama bagi pemula
agar Cello menjadi nyaman ketika dimainkan.
Ambil Cello dan letakkan sudut lekukan bagian belakang pada
bagian dalam lutut kaki kiri.
Sandarkan bagian belakang badan Cello di dada.
Tempelkan kaki kanan pada sisi kanan Cello namun tidak
menjepit.
Setelah itu, atur panjang pendeknya tongkat penyangga (end pin).
Setelah nyaman baru mainkan Cello.
Cara memegang penggesek (bow)
Gambar 26
Cara memegang penggesekk (bow) Cello
Pegang penggesek (bow) dengan tangan kanan dan letakkan di
atas dawai D/G.
Tangan kanan diletakkan di sisi badan dengan rileks.
Kemudian, angkat pelan-pelan tangan kanan dan pegang pangkal
penggesek dengan 3 jari saja, yaitu ibu jari, jari telunjuk, dan jari
tengah. Dua jari lainnya (jari manis dan kelingking) hanya
ditempelkan saja pada pangkal penggesek.
Selanjutnya, pelan-pelan lepas tangan kiri sambil tangan kanan
menarik dan menekan penggesek pada dawai. Lakukan ini
berulang-ulang sambil mengontrol 3 jari yang memegang
penggesek.
Jika tangan kanan tidak nyaman memegang penggesek, maka
ulangi langkah 4.
Cara menggesek
Setelah itu, mulai lagi menggesek dawai D kemudian G dan C,
kemudian A. Sebaiknya urutan latihan ini perlu diperhatikan terutama
bagi pemula. Apabila langsung menggesek dawai C, maka akan
mengalami kesulitan karena belum terbiasa.
Cara menekan dawai
Gambar 27 Cara menekan dengan memukul dawai Cello
Gambar 28 Cara menekan dengan memetik dawai Cello
Menekan dengan memukul.
Menekan dengan memetik.
c. Teknik Permainan Pada Instrumen Musik Contrabass (Doublebass).
Instrumen contrabass (doublebass) merupakan instrumen gesek
yang memiliki ukuran paling besar dan nada yang paling rendah dibanding
violin, viola, dan cello. Instrumen ini juga memiliki empat dawai yang jika
diurutkan dari dawai 1 hingga 4 adalah G-D-A-E.
1. Posisi Bermain
Cara duduk
Instrumen contrabass biasa dimainkan dengan posisi duduk di kursi,
namun pada kondisi tertentu, pada format band misalnya, contrabass
juga sering dimainkan dengan posisi berdiri. Posisi duduk yang ideal
adalah pemain duduk di kursi khusus untuk bermain contrabass
(doublebass chair). Kursi ini didesain khusus karena memiliki tempat
meletakkan kaki pemain (foot rest).
Gambar 29 Kursi dan posisi kaki
Sikap atau posisi kaki seperti gambar di atas bertujuan untuk
menahan beban instrumen contrabass serta menahan posisi instrumen.
Pada dasarnya sikap/posisi bermain contrabass serupa dengan cara
bermain instrumen cello, hanya saja karena instrumen contrabass
memiliki ukuran yang besar, maka tidak bisa diapit seperti cello, maka
dari itu diperlukan salah satu kaki (lutut) untuk menahan instrumen.
Gambar 30 Posisi memainkan contrabass (tampak belakang)
Seperti dilihat dari gambar di atas, tubuh instrumen bagian belakang
ditahan menggunakan salah satu kaki pemain, sedangkan kaki lainnya
tetap lurus ke arah lantai. Kaki yang lurus ini bertujuan untuk menahan
sisi dari instrumen contrabass. Sama seperti cello, contrabass juga
memiliki end pin yang berfungsi untuk mengatur rendah tingginya
instrumen guna disesuaikan dengan tinggi pemain.
Gambar 31
Posisi memainkan contrabass (tampak depan)
Cara Memegang Penggesek (Holding the Bow)
Gambar 32 Cara memegang penggesekk (bow) Contrabass
Pegang penggesek (bow) dengan tangan kanan seperti gambar
di atas.
Tangan kanan dalam keadaan rileks.
Kemudian, angkat pelan-pelan tangan kanan dan letakan di atas
dawai.
Selanjutnya, tarik sembari menekan penggesek pada dawai
secara perlahan. Lakukan ini berulang-ulang sambil mengontrol
jari tangan.
Cara menggesek
Seperti instrumen dawai lainnya, cara menggesek contrabass tidak
jauh berbeda, yang membedakannya hanya teknik memegang bow.
Untuk latihan menggesek, lakukan secara perlahan dan dalam keadaan
konstan. Pertama, letakkan pangkal hair bow di salah satu dawai, lalu
tarik perlahan hingga ujung hair bow berada di dawai tersebut. Lalu
lakukan gerakan membalas gesekan dari ujung menuju pangkal hair
bow. Lakukan hal ini di semua dawai hingga menemukan kualitas suara
yang diharapkan.
Gambar 33
Cara menggesek instrumen Contrabass
Dalam bermain contrabass, tangan kiri berfungsi untuk menekan
dawai seperti permainan pada instrumen dawai lainnya. Jari-jari tangan
kiri tersebut berguna untuk menentukan nada dari hasil tekanan dawai di
fingerboard.
Gambar 34
Cara menekan dawai instrumen Contrabass
Selain digesek, instrumen contrabass juga sering dimainkan dengan
cara dipetik (pizzicato). Teknik ini serupa dengan teknik petik pada
instrumen cello, seperti gambar berikut:
Gambar 35
Cara Pizicatto instrumen Contrabass
DAFTAR PUSTAKA
Butarbutar Yohana Theresia. 2016. Skripsi S1 Jurusan Musik: Proses Pembelajaran
Biola di Sekolah Musik Indonesia Yogyakarta. Institut Seni Indonesia
Yogyakarta: Yogyakarta.
Suzuki Sinichi. 1978. Suzuki Violin School, Violin Part Volume 1-5. Summy-Bichard Inc.:
USA.
Zebua Suwarta. 2007. Modul Pembelajaran: Diktat PIM I – Cello. Universitas Negeri
Yogyakarta: Yogyakarta.