Download - Gangguan Sistem Lakrimal
BAB I
PENDAHULUAN
1. LATAR BELAKANG
Sistem lakrimal terdiri dari dua bagian, yaitu sistem sekresi yang berupakelenjar
lakrimal dan sistem ekskresi yang terdiri dari punctum lakrimal,kanalikuli lakrimal, sakus
lakrimal, duktus nasolakrimal, dan meatus inferior.
Sistem eksresi lakrimal cenderung mudah terjadi infeksi dan inflamasi karena
berbagai sebab. Membran mukosa pada saluran ini terdiri dari dua permukaanyang saling
bersinggungan, yaitu mukosa konjungtiva dan mukosa nasal, di mana pada keadaan normal
pun sudah terdapat koloni bakteri. Tujuan fungsional darisistem ekskresi lakrimal adalah
mengalirkan air mata dari kelenjar air matamenuju ke cavum nasal. Tersumbatnya aliran air
mata secara patologismenyebabkan terjadinya peradangan pada sakus lakrimal yang biasa
disebutdengan dakriosistitis.
Dakriosistitis dapat berlangsung secara akut maupun kronis. Dakriosistitisakut
ditandai dengan nyeri yang muncul secara tiba-tiba dan kemerahan padaregio kantus medial,
sedangkan pada inflamasi maupun infeksi kronis dari sakuslakrimal ditandai dengan adanya
epifora, yaitu rasa nyeri yang hebat di bagiansakus lakrimal dan disertai dengan demam.
Selain dakriosistitis akut dan kronis,ada juga dakriosistitis kongenital yang merupakan
bentuk khusus daridakriosistitis. Patofisiologinya berhubungan erat dengan proses
embriogenesisdari sistem eksresi lakrimal.
Dakriosistitis umumnya terjadi pada dua kategori usia, yaitu anak-anak dan orang
dewasa di atas 40 tahun dengan puncak insidensi pada usia 60 hingga70 tahun. Dakriosistitis
pada bayi yang baru lahir jarang terjadi, hanya sekitar 1%dari jumlah kelahiran yang ada.
Kebanyakan penelitian menyebutkan bahwasekitar 70-83% kasus dakriosistitis dialami oleh
wanita, sedangkan padadakriosistitis kongenital jumlahnya hampir sama antara laki-laki dan
perempuan
1
2. RUMUSAN MASALAH
Berdasarakan latar belakang diatas adapun rumusan masalah adalah sebagai berikut :
1. Apa konsep dasar penyakit gangguan lakrimal ?
2. Apa konsep dasar Asuhan Keperawatan Gangguan Lakrimal ?
3. TUJUAN
1. Untuk mengetahui dan memahami konsep dasar penyakit gangguan Lakrimal.
2. Untuk mengetahui dan memahami Asuhan Keperawatan Gangguan Lakrimal.
4. MANFAAT
Menambah wawasan mengenai ilmu kedokteran pada umumnya dan ilmu penyakit mata
pada khususnya. .Sebagai proses pembelajaran bagi dokter muda yang sedang mengikuti
kepaniteraan klinik bagian ilmu penyakit mata.
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. KONSEP DASAR PENYAKIT
I. DEFINISI
DAKRIOSISTITIS
Sistem eksresi air mata mudah mengalami infeksi dan peradangan yang disebabkan
oleh berbagai factor. Tujuan fungsional dari system eksresi air mata adalah untuk
mengalirkan air mata dari mata ke dalam kavum nasal. Adanya hambatan air mata yang
patologis pada system drainase air mata dapat menyebabkan terjadinya dakriosistitis.
Dakriosistitis adalah suatu infeksi pada kantong air mata yang terletak di antara sudut
bagian dalam kelopak mata dengan hidung. Dakriosistitis biasanya disebabkan oleh karena
adanya blockade pada saluran yang mengalirkan air mata dari kantong air mata ke hidung.
Duktus yang terhalang menjadi terinfeksi. Dakriosistitis dapat berupa akut maupun kronik.
Hal ini dapat dihubungkan dengan suatu malformasi pada duktus lakrimalis, luka, infeksi
Pada mata,maupun trauma.
Dakriosistitis akut ditandai dengan gejala mendadak berupa nyeri dan kemerahan
pada daerah kantus medialis. Adanya epifora merupakan karakteristik pada peradangan
kronik pada duktus lakrimalis.
II. EPIDEMIOLOGI
Infeksi pada sakus lakrimalis umumnya ditemukan pad 2 katagori usia pada infant dan orang dewasa yang berusia lebih dari 40 tahun. Daktriostitisnakut pada bayi baru lahir jarang ditemukan terjadi pada kurang dari 1% dari semua kelahiran. Dakriostistis didapat secara primer terjadi pada wanita dan lebih sering pada pasien dengan usie diatas 40 tahun, dengan puncek insidensi pada usia 60-70 th. Kebanyakan penelitian mendemostrasikan sekitar 70-83% kasus daktriosititis terjadi pada wanita, sementara itu Dektriosititis congenital memiliki frekuensi yang sama pada pria dan wanita.
Pada individu dengan kepala terbentuk brachycepalic memiliki insden tinggi yang tinggi mengalami dekriosititis dibandingkan dengan individu dolicepalic/ mesosepalic. Hal ini disebabkan pada tengkorak berbentuk brachycepalic memiliki diameter lubang yang lebih sempit kedalam duktus nasolakrimalis , duktus nasolakrimalis lebih panjang dan fosa lakrimalis yang lebih sempit. Pada pasien dengan hidung pesek dan muka kecil memiliki resiko lebih tinggi mengalami dakriosistitis di duga karena kanalis osseus yang lebih sempit.
3
III. ETIOLOGI
Penyebab dakriosistitis adalah penyumbatan yang terjadi pada duktus nasolakrimalis
yaitu saluran yang mengalirkan air mata ke hidung. Faktor alergilah yang menyebabkan
terjadinya sumbatan pada saluran tersebut. Akibatnya adalah infeksi di sekitar kantung air
mata yang menimbulkan nyeri, warna merah dan bengkak, bahkan bisa sampai mengeluarkan
nanah dan penderita mengalami demam. Infeksi yang ringan biasanya akan cepat sembuh
walau tetap ada pembengkakan. Sementara yang tergolong parah dapat menyebabkan
kemerahan dan penebalan di atas kantung air mata. Jika terus berlanjut akan terbentuk
kantung nanah. Pada Dakriosistitis Kongenital, kanalisasi yang tidak lengkap dari duktus
nasolakrimalis memiliki peran yang penting dari pathogenesis yang terjadi. Infeksi neonatal
merupakan faktor penting lainnya dari perkembangan Dakriosistitis Kongenital.
Bakteri aerob dan non aerob bisa didapatkan pada kultur dari anak-anak dan orang
dewasa dengan Dakriosistitis. Organisme yang umumnya didapatkan pada anak-anak dengan
Dakriosistitis adalah Staphylococcus Aureus, Haemophilus Influenzae, Beta Hemolitik
Streptokokkus, dan pneumokokkus.
Obstruksi dari bagian bawah duktus nasolakrimalis seringkali ditemukan pada orang
dewasa yang terkena Dakriosistitis. Karena hubungan yang erat antara duktus nasolakrimalis
dengan hidung dan sinus paranasal, struktus ini seringkali berhubungan dengan etiologi
terjadinya Dakriosistitis. Beberapa penyakit hidung yang bisa menyebabkan terjadinya
Dakrisistitis antara lain Sinusitis (maksilaris, ethmoidalis), Rinitis Vasomotor, Rinitis
Hipertrofi, Rinitis Ozaena, trauma hidung, tumor cavum nasi, dan masih banyak lainnya.
IV. FAKTOR PREDISPOSISI
1. Lingkungan yang kurang bersih2. Trauma 3. Demam 4. Iritasi
V. PATOFISIOLOGI
Awal terjadinya peradangan pada sakus lakrimalis adalah adanya obstruksi pada
duktus naso lakrimalis. Obstruksi duktus nasolakrimalis pada anak-anak biasanya akibat tidak
terbukanya membrane nasolakrimalis . sedangkan pada orang dewasa akibat adanya
penekanan pada salurannya misalnya ada polip hidung.
4
Obstruksi pada duktus nasolakrimalis ini dapat menimbulkan penumpukan air mata
debrisepitel dan cairan mucus sakus lakrimalis yang merupakan media pertumbuhan yang
baik untuk pertumbuhan bakteri . Ada 3 tahapan terbentuknya secret pada dekriosititis.
Antara lain; tahap obstruksif pada sakus lakrimalis, sehingga yang keluar adalah air mata
yang berlebihan. Kemudian ada tahap infeksi ; tahap ini yang keluar adalah cairan yang
bersifat mucus mukopurlent atau purulent tergantung pada organism penyebabnya. Yang
terakhir adalah tahap sikatrik ; pda tahap ini sudah tidak ada regurgitasi air mata maupun
pulsagi. Itu karena secret yang terbentuk tertahan di dalam sakus sehingga membentuk suatu
kista.
Sistem sekresi air mata atau lakrimal terletak di daerah temporal bola mata. Sistem
eksresi mulai pada punctum lakrimal, kanalikuli lakrimal, sakus lakrimal, duktus
nasolakrimal, meatus inferior.
Sistem lakrimal terdiri atas dua bagian, yaitu: 6Sistem produksi atau glandula
lakrimal. Glandula lakrimal terletak di temporo antero superior rongga orbita. Sistem eksresi,
yang terdiri atas punctum lakrimal, kanalikuli lakrimal, sakus lakrimal, dan duktus
nasolakrimal. Sakus lakrimal terletak di bagian depan rongga orbita. Air mata dari duktus
lakrimal akan mengalir ke dalam rongga hidung di dalam meatus inferior.
Film air mata sangat berguna untuk kesehatan mata. Air mata akan masuk ke dalam
sakus lakrimal melalui punctum lakrimal. Bila punctum lakrimal tidak menyinggung bola
mata, maka air mata akan keluar melalui margo palpebra yang disebut epifora. Epifora juga
akan terjadi akibat pengeluaran air mata yang Berlebihan dari kelenjar lakrimal.
Untuk melihat adanya sumbatan pada duktus nasolakrimal, maka sebaiknya
dilakukan penekanan pada sakus lakrimal. Bila terdapat penyumbatan yang disertai
Dakriosistitis, maka cairan berlendir kental akan keluar melalui punctum lakrimal.Infeksi
menyebabkan nyeri di daerah sekitar kantong air mata yang tampak merah dan membengkak.
Mata menjadi merah dan berair serta mengeluarkan nanah.
Jika kantong air mata ditekan secara perlahan, akan keluar nanah dari lubang di sudut
mata sebelah dalam (dekat hidung). Penderita juga mengalami demam. Jika infeksi yang
ringan atau berulang berlangsung lama maka sebagian besar gejala mungkin menghilang
hanya pembengkakan ringan yang menetap. Kadang infeksi menyebabkan tertahannya air
mata di dalam kantong air mata sehingga terbentuk kantong yang berisi cairan (mukokel di
5
bawah kulit. Infeksi berulang bisa menyebabkan penebalan dan kemerahan diatas kantong air
mata. Bisa terbentuk kantong nanah (abses) yang kemudian pecah dan mengeluarkan
nanahnya.
Pathway
PP
VI. GAMBARAN KLINIK
Dakriosistitis dapat terjadi dalam 3 bentuk, yaitu : akut, kronik dan congenital. Gejala utama
dakriosistitis adalah mata berair dan kotoran mata berlebih. Pada dakriosistitis berbentuk
akut, di daerah sakkus lakrimalis terdapat gejala radang, sakit, bengkak , nyeri tekan. Materi
purulen dapat diperas dari sakkus. Peradangan berupa pembengkakan, merah dan nyeri ,
6
Alergi
Bakteri aerob / anaerobStaphylococcus aureus, haemophilus
influenza beta hemolitik streptokokus, pneumokokus
DakriosistitisKurang informasi
Infeksi
Peningkatan suhu tubuh
Oedem iritasiPenebalan di atas kantung air mata
Kemerahan
BengkakDemam Kantong nanah
Hipertermi Nyeri akut Gangguan integritas kulitGgn. Penglihatan
Intoleransi aktivitas
Kurang pengetahuan
biasanya disertai dengan pembengkakan kelenjar pre aurikuler, submandibuler dan disertai
peningkatan suhu tubuh. Kadang-kadang kelopak mata dan daerah sisi hidung membengkak.
ada stadium lanjut dapat terjadi komplikasi berupa fistula. Pada dakriosistitis kronik , tanda
satu-satunya adalah keluar air mata berlebih.
VII. PEMERIKSAAN FISIK
Untuk menentukan adanya gangguan pada system eksresi air mata dilakukan :
• Inspeksi pada posisi punctum
• Palpasi daerah sakkus lakrimal, apakah mengeluarkan cairan bercampur nanah
• Irigasi melalui punctum dan kanalikuli lakrimal, bila cairan mencapai rongga hidung , maka
system eksresi berfungsi baik (tes anel).
• Probing yaitu memasukkan probe Bowman melalui jalur anatomic system eksresi lakrimal.
tindakan probing didahului oleh dilatasi pungtum dengan dilatators.
a b
Gambar : Pertama punctum dilatasi dengan memutar suatu probe berbentuk kerucut,
kemudian dibilas dengan larutan salin fisiologis
Dikutip dari kepustakaan 7
VIII. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
1. Pemeriksaan Radiologi
2. Pemeriksaan Laboraturium
3. Dll.
IX. THERAPY
Pencegahan dapat dilakukan dengan melakukan higienitas pada palpebra ,termasuk
melakukan kompres air hangat dan membersihkan silia. Selain itu, higienitas nasal dengan
spray salin dapat mencegah obstruksi aliran lakrimal bagian distal.
7
Dan berikan:
*Antibiotik tetes topical seperti trimetorim/polymixin
*Kompres air hangat dan massase di bawah area kantus
*Pemberian analgesic seperti acetaminophen bila perlu
*Insisi dan drainase pada abses
*Koreksi dengan pembedahan dapat dipertimbangkan berupa dacryocystorhinostomy setelah
episode akut sembuh, khususnya pada pasien dengan dakriosistitis kronik.
X. PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan dakriosistitis tergantung pada manifestasi klinik penyakit.
Antibiotic sistemik dengan regimen sebagai berikut :
o Anak-anak
Pasien tidak demam, keadaan umum baik, kasus ringan, diberikan amoxicillin/clavulanate
20-40mg/kg/hari peroral yang dibagi dalam tiga dosis.
Pasien demam, akut, kasus sedang hingga berat dirawat di rumah sakit dan diterapi dengan
cefuroxime 50-100 mg/kg/hari iv dalam 3 dosis.
o Dewasa
Pasien tidak demam, keadaan umum baik, kasus ringan diberikan cephalexin 500 mg peroral
tiap 6 jam.Terapi alternative berupa amoxicillin /clavulanate 500 mg peroral tiap 8 jam
Pasien demam dan akut dirawat di rumah sakit dengan penanganan cefazolin 1gr iv tiap 8
jam.Terapi antibiotic diberikan berdasarkan respon klinik dan hasil kultur dan sensitivitas.
Antibiotik intravena dapat diganti dengan antibiotic oral dengan dosis yang sebanding
tergantung dari tingkat perbaikan, tetapi terapi antibiotic harus tetap dilakukan selama 10-14
hari.
XI.KOMPLIKASI
Dakriosistorinostomi bila dilakukan dengan baik merupakan prosedur yang cukup
aman dan efektif. Namun, seperti pada semua prosedur pembedahan, komplikasi berat dapat
terjadi. Perdarahan merupakan komplikasi tersering dan dilaporkan terjadi pada 3% pasien.
Selain itu, infeksi juga merupakan komplikasi serius dakriosistorinostomi. Beberapa ahli
menyarankan pemberian antibiotic drop spray pada hidung setelah pembedahan.
Kegagalan dakriosistorinostomi paling sering disebabkan oleh osteotomi atau
penutupan fibrosa pada pembedahan ostium yang tidak adekuat. Kebanyakan kasus kemudian
8
diterapi dengan dilatasi ostium menggunakan probing Bowman berturut-turut.
B. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN
1. PENGKAJIAN
1. Identitas
2. Status Kesehatan
1. Status kesehatan saat ini
9
2. Status kesehatan masa lalu
3. Pola kebutuhan dasar (Data Bio-Psiko-Sosio-Kultural-Spiritual)
a.Pola Bernafas
b. Pola Makan dan Minum
c. Pola Eliminasi
d. Pola Gerak dan Aktivitas
e. Pola Istirahat dan Tidur
f. Pola Kebersihan Diri
g. Pola Pengaturan Suhu Tubuh
h. Pola Rasa Nyaman
i. Pola Rasa Aman
j. Pola Sosialisasi
k. Pola Ibadah
l. Pola Rekreasi
m. Pola Produktivitas
n. Kebutuhan Belajar
4. Pengkajian Fisik
a. Keadaan Umum
b. Tanda-tanda vital
c. Keadaan Fisik
• Inspeksi pada posisi punctum
• Palpasi daerah sakkus lakrimal, apakah mengeluarkan cairan
bercampur nanah.
• Irigasi melalui punctum dan kanalikuli lakrimal, bila cairan mencapai
rongga hidung , maka system eksresi berfungsi baik (tes anel).
• Probing yaitu memasukkan probe Bowman melalui jalur anatomic
system eksresi lakrimal.
1. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan Laboratorium
2. Pemeriksaan Radiologi
10
II Diagnosa keperawatan
1. Nyeri berhubungan dengan proses inflamasi ditandai dengan oedem.
2. Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi ditandai dengan peningkatan suhu
tubuh.
3. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan perubahan kondisi metabolik kulit
ditandai dengan kerusakan lapisan kulit (dermis).
4. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan pada penglihatan ditandai
dengan tidak mampu mobilisasi sendiri.
5. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi ditandai dengan
pasien bertanya-tanya.
III. RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN
No.
Dx
Rencana Keperawatan
Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi Rasional
1 Setelah diberikan Askep 1. Kaji skala nyeri 1. Mengetahui tingkat nyeri pada
11
selama 3x24 jam diharapkan
nyeri akut akibat inflamasi
pada mata berkurang
dengan k.h :
-Ekspresi wajah klien
tampak tenang/tidak gelisah
-Dan pasien tidak tampak
meringis kesakitan lagi.
2. Beri Kompres air
hangat
3. Ajarkan tehnik
relaksasi
4. Kolaborasi
Pemberian analgetik
pasien
2. Mengurangi nyeri,
mempercepat penyembuhan,
membersihkan mata
3. Mengurangi rasa nyeri
4. Memberikan individu pereda
rasa nyeri yang optimal dengan
analgesik dapat menurunkan rasa
nyeri
2 Setelah diberikan Askep
selama 3x24 jam diharapkan
peningkatan suhu tubuh
akibat penyakit atau trauma
berkurang dengan k.h :
Kulit tidak memerah dan
panas tubuh mulai turun
1.Kaji suhu pasien
2. Beri kompres air
hangat
3. Anjurkan pasien
menggunakan pakaian
tipis
4. Kolaborasi dalam
pemberian paracetamol
1. Mengetahui perubahan suhu
yang terjadi pada pasien
2. Menurunkan suhu pada psien
3. Mengurangi peningkatan suhu
tubuh dan memperlancar sirkulasi
udara dalam tubuh
4. Membantu menurunkan panas
3 Setelah diberikan Askep
selama 3x24 jam diharapkan
Kerusakan integritas kulit
akibat perubahan kondisi
metabolik kulit berkurang
dengan k.h :
Kerusakan lapisan kulit
(dermis) mulai berkurang-
sembuh
1.Observasi keadaan
kulit
2. Berikan perawatan
kulit sering untuk
meminimalkan dengan
kelembapan dan tidak
ada infeksi lagi
3. Anjurkan pasien
untuk melakukan
perawatan kulit mata
dan kebersihan mata
4. Kolaborasi dalam
pemberian axyclofir
1. Mengetahui keadaan kulit
pasien
2. Terlalu kering atau lembab
dapat merusak kulit dan
mempercepat kerusakannya
3. Mencegah terjadinya iritasi
4. merujuk pada faktor
predisposisi
4 Setelah diberikan Askep
selama 3x24 jam diharapkan
klien dapat beraktivitas
1. bantu klien
melakukan aktivitas
yang tidak dapat
1. memenuhi kebutuhan aktivitas
klien.
12
secara mandiri.
Dengan k.h : Kebutuhan
aktivitas klien terpenuhi.
dilakukan.
2. latih klien dalam
melakukan aktivitas
sesuai kemampuan.
2. agar klien dapat melakukan
aktivitas yang sederhana secara
mandiri.
5 Setelah diberikan Askep
selama 2x12 jam
diharapkan pengetahuan
tentang penyakit meningkat
dengan k.h :
Pasien mulai mengetahui
dan memahami tentang
penyakit yang diderita dan
mengetahui cara
penanggulangannya.
1.Kaji sejauh mana
tingkat pengetahuan
pasien tentang
penanggulangan
penyakitnya
2. Beri pendidikan
kesehatan tentang
penyakit dan perawatan
klien
3. Beri informasi dalam
bentuk belajar yang
bervariasi
1. Mengetahui tingkat
pengetahuan pasien
2. Memberikan kesempatan pada
klien untuk mencakup informasi
yang lebih luas
3. Menggunakn metode belajar
yang bermacam-macam
meningkatkan penyerapan materi
IV. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Implementasi keperawatan sesuai dengan intervensi keperawatan.
V. EVALUASI KEPERAWATAN
No
Dx
Evaluasi
1 Ekspresi wajah klien tampak tenang/tidak gelisah
-Dan pasien tidak tampak meringis kesakitan lagi.
2 Kulit tidak memerah
panas tubuh mulai turun
3 Kerusakan lapisan kulit (dermis) mulai berkurang-sembuh
4 Kebutuhan aktivitas klien terpenuhi.
13
5 Pasien mulai mengetahui dan memahami tentang penyakit yang diderita dan
mengetahui cara penanggulangannya
PENUTUP
Kesimpulan
Dakriosistitis adalah suatu infeksi pada kantong air mata (sakus lakrimalis).
Dakriosistitis terbagi atas akut dan kronik. Bentuk spesial dari inflamasi pada saccus
lacrimalis adalah Dakriosistitis Kongenital, dimana patofisiologinya terkait erat dengan
embryogenesis sistem eksresi lakrimal. Pada orang dewasa, perempuan lebih sering terkena
dakriosistitis. Umumnya dakriosistitis mengenai umur lebih dari 40 tahun, dan tertinggi pada
usia 60-70 tahun.
Pada Dakriosistitis Kongenital, kanalisasi yang tidak lengkap dari duktus
nasolakrimalis memiliki peran yang penting dari pathogenesis yang terjadi. Obstruksi dari
bagian bawah duktus nasolakrimalis seringkali ditemukan pada orang dewasa yang terkena
Dakriosistitis. Bakteri aerob dan non aerob bisa didapatkan pada kultur dari anak-anak dan
orang dewasa dengan Dakriosistitis.
14
Infeksi menyebabkan nyeri di daerah sekitar kantong air mata yang tampak merah
dan membengkak. Mata menjadi merah dan berair serta mengeluarkan nanah.
Penderita juga mengalami demam. Jika infeksi yang ringan atau berulang berlangsung lama
maka sebagian besar gejala mungkin menghilang hanya pembengkakan ringan yang menetap.
Dakriosistitis akut biasanya berespons terhadap antibiotika sistemik yang memadai, dan
bentuk menahun sering dapat dipertahankan agar laten dengan tetesan antibiotika. Kompres
dengan menggunakan desinfektan juga berpengaruh positif terhadap gangguan klinis.
Meskipun begitu, menghilangkan obstruksi adalah penyembuhan satu-satunya.
DAFTAR PUSTAKA
Brunner and Suddarth. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Edisi 8. Vol 2. Jakarta
: EGC
Ilyas Sidarta. Ilmu Penyakit Mata. Edisi 3. Jakarta: Balai Penerbit FKUI; 2008. P.2, P. 89-
104, P.105-6
James B.; Chew, C. Bron, A. eds. Oftalmologi. Edisi 9. Jakarta: Erlangga; 2006. P. 60
15
16