Download - gangguan cemas
I. IDENTITAS PASIEN
Nama : Tn.K
Usia : 62 tahun
Agama : Islam
Pendidikan : SMEA jurusan Adm. Pelabuhan
Pekerjaan : Pensiunan Karyawan RS. Sarjito
Alamat : Pondok Kopi
II. RIWAYAT PSIKIATRI
Anamnesis dilakukan secara autoanamnesis pada tanggal 5 Desember
2012 pukul 10.00 di Poliklinik Psikiatri RS Persahabatan.
A. Keluhan Utama
Pasien datang ke Poliklinik Psikiatri untuk kontrol dan meminta resep
karena obatnya sudah habis.
B. Riwayat Gangguan Sekarang
Pasien datang ke Poliklinik Psikiatri RS Persahabatan untuk meminta
resep karena obat habis. Pasien datang sendiri, tidak ditemani oleh anggota
keluarga naik kendaraan bermotor.
Pasien menyatakan jika tidak minum obat, dirinya selalu merasa
cemas dan tidak bisa tidur. Selain itu pasien juga merasa sering berdebar-
debar, leher terasa kaku, dan pusing. Namun, jika sudah mengkonsumsi obat-
obatan tersebut pasien merasa dapat kembali dengan tenang dan nyaman, serta 1
dapat tidur kembali. Keluhan pasien muncul sudah sekitar 20 tahunan. Karena
merasa cocok dengan obatnya maka pasien rutin sebulan sekali untuk kontrol
jika obat habis. Awalnya pasien datang berobat ke psikiater RS Persahabatan
oleh karena pasien merasa butuh sarana atau wadah untuk berbagi cerita keluh
kesah masalah kehidupan pasien dan butuh solusi atau jalan keluar untuk tiap
masalah yang dihadapi oleh pasien, sehingga pasien datang ke dokter jiwa.
Pasien merupakan anak pertama dari sepuluh bersaudara. Pasien
menceritakan jika ada masalah dalam keluarga besarnya, maka semua adik-
adiknya mengadu kepadanya dan pasien berusaha untuk mencari jalan keluar
yang terbaik secara musyawarah bersama-sama dalam keluarga. Ibu pasien
sudah meninggal, namun ayah pasien masih hidup sampai sekarang.
Pasien menceritakan terdapat berbagai masalah di dalam
pernikahannya. Pasien cerai dengan istri pertamanya dan tidak menghasilkan
keturunan. Pernikahan yang kedua dilakukan pada tahun 1987 dan
menghasilkan dua orang anak. Pasien menceritakan perpisahan atau
perceraian pada pernikahan yang kedua dikarenakan pasien merasa dituduh
selingkuh oleh mantan istrinya. Kemudian pasien juga tidak terlalu menuntut
tentang masalah pembagian harta gono-gini. Anak yang pertama diasuh oleh
pasien dan anak kedua diasuh oleh mantan istrinya yang kedua. Namun,
sampai sekarang pasien sangat kesulitan untuk menemui anak yang kedua
karena pasien merasa dihalang-halangi untuk bertemu ataupun tidak mau
memberikan informasi tentang kehidupan anak keduanya pasien tersebut oleh
keluarga besar mantan isterinya yang kedua sehingga pasien sudah tidak tahu
kabar terkahir tentang anaknya tersebut. Namun, hubungan dengan anak yang
pertama masih berjalan dengan baik sampai saat ini.
Akhirnya pasien menikah dengan istri ketiga ini yang berbeda 20
tahun dengan pasien pada tahun 1992. Pasien menceritakan mereka bertemu
pada saat keduanya sama-sama bekerja di RSUP Persahabatan. Pasien bekerja
2
di RSUP Persahabatan dari tahun 1976 sampai dengan tahun 1996, kemudian
pindah ke Jogjakarta dan bekerja di RS Sardjito sebagai staf rekam medik
pada tahun 1997 sampai tahun 2006, lalu pasien pindah lagi ke Jakarta. Dalam
hal pekerjaan pasien merasa selalu ingin mengerjakan tugas-tugas agar dapat
terselesaikan dengan cepat. Pasien merasa lebih nyaman tinggal di Jogjakarta
karena selain biaya hidup lebih murah dan suasana dan udaranya juga lebih
segar.
Pasien tinggal dirumah milik pribadi. Tinggal bersama seorang istri
dan seorang anak yang masih berumur 6 tahun. Pasien menceritakan bahwa
terkadang pasien memiliki konflik dengan mertua atau keluara besar dari istri
pasien. Namun, pasien selama ini hanya memendamnya dengan sabar dan
tidak mencoba untuk sharing atau bercerita kepada istrinya atau orang lain.
Biaya hidup sehari-hari di dalam keluarga didapatkan dari uang pensiunan
pasien dan biaya pengobatan didapatkan dari ASKES.
Kemudian masalah baru muncul lagi yang disebabkan oleh karena 3
minggu yang lalu pasien merasa dikhianati oleh istrinya. Pasien menemukan
buku diary milik istrinya yang menceritakan bahwa ada pria lain yang sedang
dekat dengan istrinya tersebut. Pasien merasa sangat kecewa dan sangat
terpukul. Namun, pasien mencoba bertahan dan memaafkan istrinya demi
mempertahankan kehidupan rumah tangganya dan terutama demi anaknya
yang masih kecil. Setelah itu kehidupan rumah tangganya berjalan seperti
biasa lagi yang seolah-olah tidak ada apa-apa. Seteah kejadian itu pasien
semakin merasa tidak ada yang dapat diajak untuk sharing lagi selain ke
dokter jiwa. Pasien sadar jika dirinya memiliki beban pikiran yang sangat
banyak dan berat sehingga pasien sangat butuh orang lain untuk berbagi cerita
dan memberikan jalan keluar yang terbaik untuk masalahnya tersebut. Pasien
merasa sangat lega dan beban terasa berkurang setelah bercerita tentang
semua masalahnya.
3
Pasien tidak merokok dan tidak minum alkohol. Pasien mengatakan
tidak pernah mengalami riwayat trauma sampai gegar otak. Pasien juga tidak
pernah menggunakan zat psikoaktif (NAPZA). Pasien mengatakan tidak
pernah mendengar suara atau bisikan-bisikan tanpa objek. Pasien tidak pernah
melihat adanya penampakan atau bayangan yang hanya dilihat oleh pasien.
Pasien juga tidak pernah menghidu bau-bauan yang hanya dihidu oleh pasien,
sedangkan lingkungan sekitarnya tidak menghidu bau yang dikeluhkan pasien.
Pasien mengatakan bahwa tidak pernah merasakan halusinasi pada indera
pengecapannya. Pasien menuturkan tidak pernah merasakan di sekujur
tubuhnya seperti ada yang merayapi. pasien mengatakan pikirannya tidak
pernah bisa dibaca oleh orang lain dan pikirannya disedot oleh makhluk asing.
Pasien tidak merasa dirinya adalah orang lain dan tidak merasa lingkungannya
berbah menjadi lebih besar atau lebih kecil daripada biasanya. Pasien
menyangkal adanya rasa sedih berlebihan, kehilangan minat, dan rasa mudah
lelah. Pasien juga menyangkal adanya rasa gembira berlebihan, aktivitas fisik
maupun mental yang berlebihan.
Hubungan pasien dengan lingkungan sekitar baik. Pasien mengaku
sudah jarang berolahraga. Aktivitas sehari-hari masih dapat dilakukan sendiri
seperti mandi, makan, minum, dan memakai pakaian. Penilaian terhadap
waktu, tempat, dan personal juga baik.
C. Riwayat Gangguan Sebelumnya
1. Riwayat Gangguan Psikiatri
Tidak ada keluhan yang sama sebelumnya.
2. Riwayat Gangguan Medik
Ada riwayat hipertensi.
3. Riwayat Penggunaan Zat Psikotropika/Alkohol
Tidak terdapat riwayat penggunaan zat psikotropika maupun
alkohol.
4
D. Riwayat Kehidupan Pribadi
1. Riwayat Pranatal
Pasien dilahirkan dalam proses persalinan normal dan tidak ada
penyulit selama masa kandungan dan proses persalinan.
2. Riwayat Masa Kanak-Kanak dan Remaja
Pasien tumbuh dan berkembang sesuai umur sebagaimana anak
seumurnya sehingga pasien tidak ada gangguan pertumbuhan dalam
masa perkembangannya. Pasien mengaku pernah menempuh
pendidikan dari tingkat SD sampai SMEA.
3. Riwayat Masa Akhir Anak-Anak
Pasien tumbuh dengan baik tidak ada masalah dalam
kehidupan sosial.
4. Riwayat Pendidikan
Pasien mengaku pernah menempuh pendidikan dari tingkat SD
sampai SMEA.
5. Riwayat Pekerjaan
Pasien mengaku saat ini sudah pensiun dari pekerjaannya
sebagai staf rekam medik di RS. Sarjito.
6. Riwayat Agama
Pasien menganut agama Islam dan taat beribadah.
7. Hubungan dengan Keluarga
Pasien memiliki hubungan yang kurang baik dengan
keluarganya.
8. Aktivitas Sosial
Pasien tidak mempunyai masalah dalam berinteraksi dengan
orang lain. Pasien dapat bersosialisasi dengan tetangga dan teman-
teman di lingkungan sekitarnya dengan baik.
5
E. Riwayat Keluarga
Di keluarga pasien tidak ada yang mengalami hal yang sama
seperti pasien.
F. Riwayat Situasi Sosial Sekarang
Pasien saat ini berumur 62 tahun, tinggal dirumah milik pribadi
bersama seorang istri dan seorang anak yang masih berumur 6 tahun.
Pasien menceritakan bahwa biasanya pasien menggunakan kendaraan
bermotor untuk pergi ke RSUP Persahabatan karena dekat dengan
rumahnya. Selama ini pemenuhan kebutuhan sehari-hari di dalam
keluarga berasal dari gaji pensiunan pasien. Biaya pengobatan pasien
menggunakan ASKES. Pasien berhasil menamatkan pendidikannya
sampai SMA jurusan Administrasi Pelabuhan. Saat ini pasien tidak
bekerja, hanya di rumah saja.
G. Persepsi Pasien Terhadap Dirinya
Pasien mengatakan sangat berharap dapat sembuh. Pasien
berharap dapat panjang umur. Serta pasien menginginkan melihat
anaknya tumbuh menjadi dewasa.
I. STATUS MENTAL
A. Deskripsi Umum
1. Penampilan
Perempuan berusia 62 tahun, penampilan pasien tampak sesuai
dengan usianya, berpakaian cukup rapi, perawatan diri cukup baik, warna
kulit sawo matang.
2. Kesadaran Umum : Compos Mentis.
3. Kontak Psikis : Dapat dilakukan, cukup wajar.
4. Perilaku dan Aktivitas Psikomotor
a. Cara berjalan : Baik.
6
b. Aktifitas psikomotor : Pasien kooperatif, kontak mata baik, tidak ada
gerakan involunter dan dapat menjawab pertanyaan dengan baik.
5. Pembicaraan
a. Kuantitas : Baik, pasien dapat menjawab pertanyaan dokter dan
dapat mengungkapkan isi hatinya dengan jelas.
b. Kualitas : Bicara spontan, volume bicara normal, artikulasi jelas
dan pembicaraan terarah dan dapat dimengerti.
6. Sikap terhadap Pemeriksa : Kooperatif.
B. Keadaan Afektif
1. Mood : Biasa-biasa saja.
2. Afek : Luas.
3. Keserasian : Mood dan afek serasi.
4. Empati : Pemeriksa dapat merasakan perasaan pasien saat ini.
C. Fungsi Intelektual/Kognitif
1. Taraf pendidikan, pengetahuan umum dan kecerdasan
a. Taraf Pendidikan
Pasien mengaku pernah menempuh pendidikan dari tingkat
SD sampai SMA.
b. Pengetahuan Umum
Baik, pasien dapat menjawab dengan tepat ketika diberikan
pertanyaan seputar presiden Indonesia pertama dan saat ini.
2. Daya konsentrasi
Baik, pasien dapat mengikuti wawancara dengan baik dari awal
sampai akhir sampai selesai.
3. Orientasi
a. Waktu : Baik, pasien dapat mengetahui waktu saat
berobat menjelang siang hari
7
b. Tempat : Baik, pasien dapat mengetahui sedang berada di RS
Persahabatan Poliklinik Psikiatri.
c. Orang : Baik, pasien mengetahui pemeriksa adalah dokter.
d. Situasi : Baik, pasien mengetahui bahwa dia sedang
berkonsultasi dan wawancara.
4. Daya ingat
a. Daya ingat jangka panjang
Baik, pasien dapat mengingat dengan baik hal-hal tentang
pekerjaan pasien 10 tahun yang lalu.
b. Daya ingat jangka pendek
Baik, pasien dapat mengetahui arah ke RS Persahabatan dari
rumahnya tanpa ditemani orang lain.
c. Daya ingat segera
Baik, pasien dapat dengan segera menyebutkan kembali lima
nama benda yang diucapkan pemeriksa.
d. Akibat hendaya daya ingat pasien
Tidak terdapat hendaya daya ingat pasien saat ini.
e. Pikiran Abstrak
Baik, pasien mengerti makna peribahasa dari “air susu dibalas
dengan air tuba” yang diberikan oleh pemeriksa.
f. Bakat Kreatif
Pasien merupakan pernah menjadi staf rekam medik di RSUP
Persahabatan.
g. Kemampuan Menolong Diri Sendiri
Baik, pasien mengerjakan segala sesuatunya sendiri dan
mampu mengurus dirinya sendiri tanpa bantuan orang lain.
8
D. Gangguan Persepsi
1. Halusinasi dan ilusi
Halusinasi : Tidak terdapat halusinasi auditorik, visual,
olfaktorik, gustatorik, taktil.
Ilusi : Tidak terdapat ilusi.
2. Depersonalisasi dan derealisasi
Depersonalisasi : Tidak terdapat depersonalisasi.
Derealisasi : Tidak terdapat derealisasi.
E. Proses Pikir
1. Arus Pikir
a. Produktifitas : Baik, pasien dapat menjawab dengan spontan
bila diajukan pertanyaan oleh dokter.
b. Kontinuitas : Baik, koheren.
c. Hendaya bahasa : Tidak terdapat hendaya bahasa pada pasien ini.
2. Isi Pikiran
a. Preokupasi : Tidak terdapat preokupasi.
b. Gangguan pikiran : Tidak terdapat waham maupun gagasan mirip
waham.
F. Pengendalian Impuls
Baik, pasien dapat mengendalikan dirinya dan melakukan wawancara
dengan baik.
G. Daya Nilai
1. Norma Sosial
Baik, pasien dapat bersosialisasi dengan lingkungan sekitarnya
dengan baik.
9
2. Uji Daya Nilai
Baik, karena ketika diberikan perumpamaan jika pasien bertemu
anak kecil yang sedang terpisahkan dengan ibunya maka pasien akan
membantu anak tersebut dan melaporkan ke kantor polisi terdekat supaya
dapat dikembalikan kepada orang tuanya.
3. Penilaian Realitas
Baik, tidak terdapat halusinasi.
H. Persepsi Pasien terhadap Diri dan Kehidupannya
Menurut penilaian pemeriksa sebagai dokter terhadap pasien yaitu saat
ini pasien sadar bahwa dia sakit dan memiliki keinginan untuk sembuh
sehingga pasien rutin kontrol ke dokter untuk mendapatkan pengobatan.
Pasien mempunyai hubungan yang kurang baik dengan keluarga. Namun,
hubungan terhadap lingkungan sekitar baik-baik saja.
I. Tilikan/Insight
Tilikan derajat 5, pasien sadar bahwa dirinya sakit dan gejala-gejala
yang dideritanya disebabkan oleh perasaan irasionalnya atau gangguan
sendiri, tanpa menerapkan pengetahuan hal ini untuk masa yang akan datang.
J. Taraf Dapat Dipercaya
Pemeriksa memperoleh kesan bahwa jawaban pasien dapat dipercaya
karena konsistensi dalam menjawab pertanyaan yang diajukan.
II. PEMERIKSAAN FISIK
A. Status Generalis
1. Keadaan Umum : Baik, Compos Mentis.
2. Tanda Vital : TD = 130/70 mmHg; N = 80 x/min
RR = 20 x/min; S = afebris
3. Sistem Kardiovaskular : Tidak ditemukan kelainan.
10
4. Sistem Muskuloskeletal : Tidak ditemukan kelainan.
5. Sistem Gastrointestinal : Tidak ditemukan kelainan.
6. Sistem Urogenital : Tidak ditemukan kelainan.
7. Gangguan Khusus : Hipertensi.
B. Status Neurologis
1. Saraf Kranial : Kesan dalam batas normal.
2. Saraf Motorik : Kesan dalam batas normal.
3. Sensibilitas : Kesan dalam batas normal.
4. Susunan Saraf Vegetatif : Tidak ditemukan kelainan.
5. Fungsi Luhur : Tidak ditemukan kelainan.
6. Gangguan Khusus : Tidak ada.
III. IKHTISAR PENEMUAN BERMAKNA
Pasien laki-laki usia 62 tahun datang untuk kontrol obatnya sudah habis.
Pasien mengeluhkan merasa cemas, tidak tenang, tidak bisa tidur, berdebar-
debar, berjalan mondar-mandir tak tentu arah, leher terasa kaku, dan pusing.
Keluhan muncul sejak 20 tahun yang lalu.
Tidak ada riwayat trauma pada kepala atau gangguan fungsi otak
Pasien menyangkal riwayat penggunaan zat psikoaktif dan alkohol.
Pasien menyangkal mendengar suara-suara aneh
Pasien menyangkal mencium bau-bauan
Pasien tidak pernah melihat adanya penampakan atau bayangan yang hanya
dilihat oleh pasien.
Pasien menuturkan tidak pernah merasakan di sekujur tubuhnya seperti ada
yang merayapi.
Pasien mengatakan pikirannya tidak pernah bisa dibaca oleh orang lain dan
pikirannya disedot oleh makhluk asing.
Pasien tidak merasa dirinya adalah orang lain
Pasien tidak merasa lingkungannya berbah menjadi lebih besar atau lebih
kecil daripada biasanya.
11
Pasien menyangkal adanya rasa sedih berlebihan, kehilangan minat, dan rasa
mudah lelah.
Pasien juga menyangkal adanya rasa gembira berlebihan, aktivitas fisik
maupun mental yang berlebihan.
Fungsi kognitif (orientasi waktu, tempat, orang, dan situasi) pada pasien
masih baik, begitu pula dengan pengendalian impuls masih baik.
Tilikan pasien saat ini derajat 5.
Pasien berpendidikan dari SD sampai SMEA.
Pasien dapat bekerja sebagai staf rekam medik di RSUP Persahabatan dan
RS Sardjito.
Pasien selalu ingin menyelesaikan pekerjaannya dengan cepat.
Terdapat riwayat hipertensi yang terkontrol.
Status neurologik dalam batas normal
Pasien tinggal bersama 1 orang anaknya dan istri. Anak yang paling kecil
masih berumur 6 tahun. Hubungan dengan keluarga kurang baik dan
hubungan dengan lingkungan sekitar baik.
Pasien merasa sangat membutuhkan teman berbagi cerita karena pasien tidak
bisa sharing oleh keluarga ataupun orang lain.
Terdapat banyak masalah dalam kehidupan rumah tangga pasien, seperti
perceraian dengan istri pertama dan keduanya serta perselingkuhan istri
ketiganya.
Pada pasien ini didapatkan gejala ringan dan menetap, disabilitas ringan
dalam fungsi, secara umum masih baik.
IV. FORMULASI DIAGNOSIS
Berdasarkan hasil anamnesis dan pemeriksaan pada pasien terdapat
kelainan pola perilaku dan psikologis yang secara klinis bermakna yang dapat
menyebabkan timbulnya distress dan disabilitas dalam fungsi sehari-hari maka
pasien dikatakan menderita gangguan jiwa
a. Diagnosis Aksis I
12
Pada pasien ini tidak memiliki riwayat trauma kepala yang menyebabkan
adanya disfungsi otak, shingga pasien ini bukan gangguan mental
organik (F.0).
Dari anamnesis tidak didapatkan riwayat penggunaan zat psikoaktif dan
alkohol. Maka pasien ini bukan menderita gangguan mental dan
perilaku akibat zat psikoaktif atau alkohol (F.1).
Pada pasien ini tidak ditemukan adanya gangguan dalam menilai realitas
yang ditandai adanya halusinasi dan waham, sehingga pasien ini
dikatakan bukan menederita gangguan psikotik (F.2).
Pada pasien ini tidak ditemukan mood yang meningkat, aktivitas fisik dan
pembicaraan meningkat, maka pasien ini bukan pasien mania. Pasien juga
tidak mengalami mood yang menurun, kehilangan minat dan
kegembiraan, penurunan aktivitas fisik, maka pasien ini bukan menderita
gangguan depresi. Karena pasien ini bukan menderita mania dan depresi,
maka pasien ini bukan menderita gangguan perasaan (F.3).
Pada pasien ini terdapat kecemasan, terdapat jantung berdebar-debar yaitu
overaktivitas otonom, dan pusing yaitu ketegangan motorik. Maka pada
aksis I didapatkan gangguan cemas menyeluruh (F41.1).
b. Diagnosis Aksis II
Pada masa kanak – kanak hingga dewasa pasien tumbuh dan
berkembang dengan baik sebagaimana seumurannya, dapat bersosialisasi dan
dapat menempuh jenjang karier yang baik pula sehingga pasien bukan
mengalami retardasi mental. Terdapat ciri kepribadian anankastik,
dikarenakan pasien selalu ingin menyelesaikan pekerjaannya dengan cepat.
Maka pada aksis II dapat didiagnosis pasien dengan ciri kepribadian
anankastik.
c. Diagnosis Aksis III
Pada pemeriksaan fisik terdapat tekanan darah 130/70 mmHg dan
status neurologis dalam batas normal. Maka pada aksis III terdapat
diagnosis riwayat hipertensi yang terkontrol.
13
d. Diagnosis Aksis IV
Pasien tinggal bersama 1 orang anaknya dan istri. Anak yang paling
kecil masih berumur 6 tahun. Saat ini pasien sudah pensiun dari pekerjaannya
sebagai staf rekam medic di RSUP Persahabatan dan RS Sardjito. Pasien
mengatakan telah bercerai istri pertama dan keduanya dan saat ini pasien
merasa sangat kecewa dan terpukul dengan istri ketiganya karena telah
berselingkuh. Hubungan dengan keluarga besar istri ketiga kurang baik.
Maka pada aksis IV pada pasien ini terdapat masalah perselingkuhan
dari istrinya yang ketiga sehingga terdapat masalah sosial.
e. Diagnosis Aksis V
Pada pasien ini didapatkan gejala minimal, berfungsi baik, cukup puas,
tidak lebih dari masalahharian yang biasa. Maka aksis V didapatkan GAF
Scale 90-81.
V. EVALUASI MULTIAKSIAL
Aksis I : Gangguan Cemas Menyeluruh dalam Remisi (F.41.1).
Aksis II : Ciri kepribadian anankastik (F60.5).
Aksis III : Riwayat hipertensi terkontrol.
Aksis IV: : Terdapat masalah sosial yaitu perselingkuhan dari istri
ketiganya.
Aksis V : GAF Scale 90 – 81.
VI. DAFTAR PROBLEM
Organobiologik : Hipertensi yang terkontrol.
Psikologis : Terdapat kecemasan
Sosioekonomi : Terdapat masalah sosial.
VII. PROGNOSIS
a. Prognosis ke Arah Baik
Pasien mempunyai keinginan untuk sembuh.
14
Respon terhadap pengobatan baik.
Pasien menuruti nasehat dokter agar memiliki hobi.
b. Prognosis ke Arah Buruk
Perjalanan penyakit sudah berlangsung 20 tahunan.
Terdapat masalah dengan sosial karena perselingkuhan istri ketiganya.
Keluarga kurang mendukung untuk kesembuhan pasien.
c. Berdasarkan data-data di atas, dapat disimpulkan prognosis pasien adalah:
Ad vitam : bonam.
Ad functionam : dubia ad bonam.
Ad sanationam : dubia ad malam.
VIII. TERAPI
a. Psikofarmaka
Ludionil 1 x 10 mg
Frixitas 1 x 0.5 mg
Clobazam 1 x 10 mg
Cardiovask 1 x 5 mg
Neurodex 1 x 1 mg
b. Psikoterapi
Pada pasien :
Edukasi pentingnya minum obat secara teratur dan kontrol rutin setiap
bulan.
Bila pada saat keluhan datang dan pasien merasa terganggu segera kontrol
ke dokter.
Pasien dianjurkan untuk lebih rileks.
Lebih mendekatkan diri kepada Tuhan.
DAFTAR PUSTAKA
1. Maslim, Rusdi. Dr. SpKJ. Buku Saku Diagnosis Gangguan Jiwa. Cetakan
pertama. PT Nuh Jaya. Jakarta. 2001.
15
2. Maslim, Rusdi. Dr. SpKJ. Penggunaan Klinis Obat Psikotropik. Edisi ketiga. PT
Nuh Jaya. Jakarta. 2007.
16