Download - GAMBARAN HASIL PROGRESS TEST INSTITUSI …
LAPORAN HASIL PENELITIAN INTERNAL
GAMBARAN HASIL PROGRESS TEST INSTITUSI KEDOKTERAN AIPKI
WILAYAH 1 SEBAGAI EVALUASI PROSES PENDIDIKAN
Disusun Oleh :
dr. Henny Erina Saurmauli Ompusunggu, M.Biomed
NIDN: 0105068401
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS HKBP NOMMENSEN
MEDAN 2019
ABSTRAK
Latar Belakang: Standar Kompetensi Dokter Indonesia (SKDI) merupakan bagian dari
standar pendidikan dokter Indonesia yang disahkan oleh Konsil Kedokteran Indonesia
(KKI). Seorang mahasiswa kedokteran yang telah tamat menjadi dokter harus sudah
menguasai seluruh topik keilmuan yang tercakup pada SKDI. Proses evaluasi belajar
diharapkan dapat menilai kemampuan mahasiswa/i dalam menganalisis berbagai kasus
penyakit yang tercakup dalam SKDI. Salah satu proses evaluasi belajar adalah progress test,
merupakan suatu rangkaian uji berulang yang dapat digunakan untuk menilai
peningkatan kompetensi yang dicapai oleh mahasiswa/i.
Tujuan: Untuk mengetahui gambaran hasil Progress Test mahasiswa/i di 18 Institusi
Kedokteran AIPKI Wilayah 1 sebagai evaluasi proses belajar.
Metode: Sebanyak 1942 orang mahasiswa/i dari 18 Institusi Kedokteran diikutsertakan
sebagai subjek penelitian ini. Sebanyak 120 soal Progress Test disusun oleh AIPKI
wilayah1.
Hasil: Pada penelitian ini didapati nilai rerata Progress Test mahasiswa/i dari 18 institusi
kedokteran AIPKI Wilayah 1 adalah 40,10 dengan rentang nilai 12,50-79,17.
Kesimpulan: Secara keseluruhan kompetensi ilmu kedokteran pada mahasiswa/i di 18
institusi kedokteran AIPKI wilayah 1 masih rendah.
Kata kunci: Progress Test, AIPKI, Fakultas Kedokteran, mahasiswa kedokteran
ABSTARCT
Background: Standar Kompetensi Dokter Indonesia (SKDI) is part of the Indonesian
medical education standard wich is authorized by the Indonesian Medical Council. A
medical student who has graduated becoming a doctor must have mastered in all scientific
topics covered in SKDI. Learning evaluation process is expected to assess the ability of
students to analyze various cases of diseases covered in SKDI. One of the learning
evaluation processes is a progress test, which is a series of repeat test that can be used to
assess the improvement in competencies achieved by students.
Objective: To find the description progress test result of students in 18 Medical Institutions
AIPKI region 1 as an evaluation of learning process.
Method: 1942 students from 18 Medical Institutions were included as the subjects of this
study. 120 progress test questions were prepared by AIPKI region 1.
Result: In this study, the average progress test score of students in 18 Medical Institutions
AIPKI region 1 was 40,10 with range 12,50 to 79,17.
Conclusion: Overall medical science competence of students in 18 Medical Institutions
AIPKI region 1 is still low.
Keyword: Progress test, Faculty of Medicine, medical student.
i
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, yang telah
melimpahkan penelitian ini. Penelitian ini dilakukan sebagai bagian dari Tri Dharma
Perguruan Tinggi dalam mengembangkan fungsi kelembagaan Perguruan Tinggi. Dalam
pelaksanaan penelitian ini, penulis menerima bantuan dukungan dari berbagai pihak. Oleh
karena itu, perkenankanlah penulis menghaturkan rasa terima kasih kepada:
1. Bapak Prof. dr. Bistok Saing, SpA(K), selaku Dekan Fakultas Kedokteran Universitas
HKBP Nommensen
2. Bapak dr. Joseph Sibarani, MKed(PD), SpPD dan Ibu dr. Novreka Sipayung, MKT
selaku Ketua dan Sekretaris Program Studi Sarjana Kedokteran Universitas HKBP
Nommensen
3. Asosiasi Institusi Pendidikan Kedokteran Indonesia (AIPKI) Wilayah 1, terkhususnya 18
institusi yang ikut serta dalam Progress Test yaitu UNRI, UNIBA, UMSU, UHN, UISU,
UNAND, UNIB, USU, UNJA, UMP, UNIMETH, UNAYA, UNIRAB, UNSYIAH,
UNIMAL, UNSRI, UNBRAH, UNPRI.
Penulis menyadari bahwa laporan penelitian ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh
karena itu, dengan rendah hati penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun
untuk penyempurnaan laporan penelitian ini. Akhirnya, semoga Tuhan Yang Maha Esa
melimpahkan karuniaNya kepada kita semua dan hasil penelitian ini dapat bermanfat bagi
para pembacanya.
Medan, 22 Juli 2019
Ketua Penelitian,
dr. Henny E.S.Ompusunggu, M.Biomed
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ……………………………………………………….…................…… i
DAFTAR ISI ……………………………………………………………………................…… ii
BAB 1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang …………....................................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ………………………………………….……..……………………...… 4
1.3 Tujuan Penelitian ………..……………..………………………………………………..…. 4
1.4 Manfaat Penelitian ………………………………………..……………………………...… 5
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Standar Kompetensi Dokter Indonesia (SKDI)
2.1.1 Tujuan penyusunan SKDI …………………………………...………….............….. 6
2.1.2 Daftar Pokok Bahasan dalam SKDI ……………..…….........................................… 7
2.1.3 Daftar Masalah dalam SKDI ……………....….……..…………………………..…. 12
2.1.4 Daftar Penyakit dalam SKDI……………………………..................................…… 13
2.2 Evaluasi Belajar
2.2.1 Definisi dan Tujuan Evaluasi Belajar……...……………………...……………...… 15
2.2.2 Sistem Penilaian (Assessment) …………….…………..……………………….…... 16
2.3 Progress Test
2.3.1 Definisi Progress Test ...………...……………………..…………….…………....... 19
2.3.2 Tujuan Progress Test …………...…………………………………………….......... 20
2.3.3 Manfaat Progress Test …………….…………………….......................................... 20
BAB 3. METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian ………………………………………………………..……………………. 22
3.2 Lokasi dan Waktu ……………………………………………………………………..…… 22
iii
3.3 Populasi dan Sampel ………………………………………………………………..……… 22
3.4 Variabel Penelitian …………………………………………………………………..……... 22
3.5 Definisi Operasional ………………………………………………………………..……… 22
3.6 Alur Penelitian ………………………………………………………………………..……. 23
3.7 Pengolahan dan Analisis Data ………………………………………………………...……. 24
BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Penelitian
4.1.1 Gambaran nilai rerata Progress Test mahasiswa/i angkatan 2016 Fakultas
Kedokteran Universitas HKBP Nommensen Medan ……….………....…............... 25
4.1.2 Gambaran nilai rerata Progress Test mahasiswa/i angkatan 2016 dari 18 institusi
kedokteran AIPKI Wilayah 1 …………..…….......................................................… 26
4.1.3 Gambaran nilai rerata Progress Test mahasiswa/i angkatan 2016 dari 18 institusi
kedokteran AIPKI Wilayah 1 berdasarkan kategori soal ………………………..…. 26
4.1.4 Gambaran nilai rerata Progress Test mahasiswa/i angkatan 2016 dari 18 institusi
kedokteran AIPKI Wilayah 1 berdasarkan sistem tubuh ………………….......…… 27
4.2 Pembahasan ………………………………………………………………………………… 28
BAB 5. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan …………………………….……………………………..……………………. 32
5.2 Saran ……………….…………………………………………………………………..…… 32
DAFTAR PUSTAKA …………………………………………………………………..……… 33
1
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Standar Kompetensi Dokter Indonesia (SKDI) merupakan bagian dari standar
pendidikan profesi dokter Indonesia yang disahkan oleh Konsil Kedokteran Indonesia
(KKI). Setiap perguruan tinggi yang menyelenggarakan pendidikan profesi dokter,
dalam mengembangkan kurikulum harus menerapkan standar kompetensi tersebut, yang
artinya seorang yang telah tamat dokter harus sudah menguasai seluruh topik keilmuan
yang tercakup pada SKDI. Salah satu metode pembelajaran yang dapat diterapkan dalam
Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) adalah Problem Based Learning (PBL).1
Problem Based Learning merupakan metode pembelajaran inovatif dalam
kurikulum pendidikan dokter yang dinilai sesuai dengan tuntunan zaman dan kemajuan
ilmu pengetahuan dan teknologi khususnya dibidang kedokteran. Berbeda dengan metode
pembelajaran konvensional yang teacher centered dan menempatkan mahasiswa pada
posisi pasif, maka metode PBL ini dengan strategi pendekatan SPICES (student
centered, problem based, integrated teaching, community oriented, early clinical
exposures dan self directed learning) menuntut keaktifan dari mahasiswa untuk belajar
mandiri berdasarkan masalah secara terintegrasi dan berorientasi pada kebutuhan
komunitas,serta sedinimungkin terpapar dengan kasus - kasus klinis.2
Fakultas Kedokteran Universitas HKBP Nommensen sejak berdiri tahun 2009
telah menerapkan KBK dengan mengacu pada SKDI dan menggunakan metode PBL,
menggunakan sistem blok yang mengintegrasikan beberapa mata kuliah dalam satu blok
sistem organ. Dalam satu semester terdiri dari 2-3 blok sistem organ. Dalam satu blok
kegiatan pembelajaran yang dilakukan berupa kuliah umum, praktikum, tutorial dan skills
2
lab. Dengan metode ini maka keaktifan dan kemandirian mahasiswa untuk belajar menjadi
faktor yang sangat penting.
Pendidikan pada fakultas kedokteran bertujuan menghasilkan lulusan dokter yang
kompeten dan mampu melayani masyarakat serta memajukan bidang kedokteran.
Kompetensi diperoleh melalui pengembangan dan integrasi dari tiga domain utama:
kognitif, afektif dan psikomotorik. Sebuah kurikulum yang dirancang dengan baik
harapannya dapat menjamin tercapainya kompetensi ini melalui penyediaan instruksi
efektif, sumber daya yang memadai dan student assessment yang tepat.3 Dengan demikian
evaluasi hasil belajar (student assessment) menjadi salah satu tolak ukur yang penting
untuk menjamin proses belajar mengajar yang telah dilaksanakan berjalan dengan baik.
Proses evaluasi hasil belajar diharapkan dapat menilai kemampuan mahasiswa/i
dalam menganalisis berbagai kasus penyakit yang tercakup dalam SKDI. Evaluasi hasil
belajar mahasiswa terdiri atas evaluasi formatif dan sumatif. Hasil evaluasi formatif tidak
mempengaruhi nilai mahasiswa, sedangkan evaluasi sumatif didasarkan pada nilai tugas,
nilai tutorial, nilai ujian praktikum, nilai ujian teori dan nilai OSCE.4 Evaluasi sumatif
masih menjadi metode evaluasi yang paling sering dipakai di berbagai institusi
pendidikan termasuk di Fakultas Kedokteran Universitas HKBP Nommensen, tetapi
evaluasi formatif juga diperlukan sebagai tolak ukur untuk mengarahkan mahasiswa
terhadap pengetahuan yang telah mereka peroleh serta dapat memperkuat motivasi
intrinsik mahasiswa untuk belajar dan menginspirasi mereka untuk menetapkan standar
yang lebih tinggi bagi mereka.5
Selama ini pelaksanaan ujian formatif kurang efektif karena terdapat beberapa
kendala dan kekurangan diantaranya adalah ujian formatif selama ini hanya mengukur
penguasaan materi blok tertentu misalnya dilakukan pre-test dan atau post-test sebelum
dan sesudah kuliah umum atau praktikum, akan tetapi posisi tempat duduk mahasiswa/i
3
yang sangat berdekatan memberi peluang untuk mencontek, ditambah lagi ujian formatif
tidak pernah dievaluasi.
Untuk itu perlu adanya alat ukur yang dapat mengevaluasi penguasaan materi
secara keseluruhan, tidak hanya satu blok tertentu saja. Progress test adalah evaluasi yang
dapat digunakan untuk mengukur kemampuan knowledge mahasiswa secara keseluruhan.
Progress test merupakan suatu rangkaian uji berulang yang dapat digunakan untuk
menilai kompetensi yang dicapai oleh mahasiswa/i. Pada ujian ini peserta akan
dihadapkan pada soal yang menguji kompetensi secara komprehensif, baik yang sudah
dipelajari maupun yang belum. Soal yang diujikan pada seluruh mahasiswa/i pada
berbagai tingkat adalah soal yang sama bobotnya pada periode ujian berikutnya.6-8
Mahasiswa/i tersebut akan diberikan soal dalam bentuk, jumlah, tingkat kesulitan dan
kompetensi yang sama. Institusi dapat mengevaluasi progres penguasaan ilmu kedokteran
dari setiap mahasiswa/i setiap angkatan di akhir semester genap dengan membandingkan
perubahan nilai-nilai progress test yang dicapai mahasiswa/i. Harapannya mahasiswa/i
benar-benar siap memasuki stase klinik (co-ass) dengan kualitas knowledge yang baik dan
dapat lulus Ujian CBT UKMPPD one shot.
Progress test dapat dijadikan alat untuk memonitor tingkat penguasaan keilmuan
dari setiap mahasiswa/i pada satu institusi dibandingkan dengan institusi lain pada bidang
keilmuan yang sama. Progress test antar institusi Kedokteran sangat baik dilakukan untuk
dapat membandingkan efektivitas kurikulum yang digunakan masing-masing institusi dan
menemukan masalah dalam proses pendidikan kedokteran, sehingga dapat meningkatkan
kualitas mahasiswa dan kualitas pendidikan yang diberikan.9
AIPKI wilayah 1 terdiri dari 18 institusi pendidikan kedokteran yang tersebar di 8
propinsi di Sumatera. Masing-masing institusi memiliki kurikulum yang berbeda-beda
namun tetap mengacu pada Standar Kompetensi Dokter Indonesia. Adanya keinginan
4
untuk sukses bersama dan menghasilkan lulusan dokter yang kompeten, maka akan
dilaksanakan kegiatan Progress Test pada 18 institusi kedokteran yang tergabung dalam
AIPKI Wilayah 1; UNRI, UNIBA, UMSU, UHN, UISU, UNAND, UNIB, USU, UNJA,
UMP, UNIMETH, UNAYA, UNIRAB, UNSYIAH, UNIMAL, UNSRI, UNBRAH,
UNPRI. Akan tetapi dikarenakan keterbatasan sarana dan prasarana, maka Progress Test
antar institusi hanya akan dilakukan pada mahasiswa/i kedokteran yang menjalani
pendidikan tahun ketiga yang tahun depan akan memasuki stase klinis, yaitu mahasiswa/i
kedokteran angkatan 2016. Peneliti tertarik untuk mengevaluasi gambaran hasil Progress
Test ini.
1.2 Rumusan Masalah
Dari latar belakang di atas, rumusan masalah penelitian ini adalah
bagaimanakah gambaran hasil Progress Test Institusi Kedokteran AIPKI Wilayah 1
sebagai evaluasi proses pendidikan ?
1.3 Tujuan Penelitian
a. Mengetahui gambaran nilai rerata Progress Test seluruh mahasiswa/i angkatan
2016 Fakultas Kedokteran Universitas HKBP Nommensen Medan.
b. Mengetahui gambaran nilai rerata Progress Test mahasiswa/i angkatan 2016
dari 18 institusi kedokteran AIPKI Wilayah 1.
c. Mengetahui nilai rerata Progress Test seluruh mahasiswa/i angkatan 2016 dari
18 institusi kedokteran AIPKI Wilayah 1 berdasarkan kategori soal.
d. Mengetahui nilai rerata Progress Test seluruh mahasiswa/i angkatan 2016 dari
18 institusi kedokteran AIPKI Wilayah 1 berdasarkan sistem tubuh.
5
1.4 Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat :
a. Sebagai bahan masukan kepada pihak institusi FK Universitas HKBP
Nommensen mengenai hasil evaluasi belajar mahasiswa.
b. Sebagai bahan masukan kepada pihak institusi FK Universitas HKBP
Nommensen untuk mengevaluasi efektivitas sistem kurikulum yang digunakan.
c. Menambah wawasan peneliti mengenai penelitian di bidang pendidikan
terutama mengenai evaluasi belajar mahasiswa.
6
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Standar Kompetensi Dokter Indonesia (SKDI)
2.1.1. Tujuan Penyusunan SKDI
Pendidikan kedokteran pada dasarnya bertujuan untuk menghasilkan dokter yang
profesional melalui proses yang terstandarisasi sesuai kebutuhan pelayanan kesehatan
masyarakat. SKDI merupakan standar minimal kompetensi lulusan dan bukan
merupakan standar kewenangan dokter layanan primer. SKDI pertama kali disahkan
oleh Konsil Kedokteran Indonesia (KKI) pada tahun 2006 dan telah digunakan sebagai
acuan untuk pengembangan Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK). SKDI juga
menjadi acuan dalam pengembangan uji kompetensi dokter yang bersifat nasional.
SKDI memerlukan revisi berkala, mengingat perkembangan yang ada terkait
sinergisme sistem pelayanan kesehatan dengan sistem pendidikan dokter,
perkembangan yang terjadi di masyarakat serta perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi kedokteran.1
Salah satu tantangan terbesar bagi institusi pendidikan kedokteran dalam
melaksanakan Kurikulum Berbasis Kompetensi adalah menerjemahkan standar
kompetensi ke dalam bentuk bahan atau tema pendidikan dan pengajaran. Daftar
Pokok bahasan disusun berdasarkan masukan dari pemangku kepentingan yang
kemudian dianalisis dan divalidasi menggunakan metode focus group discussion (FGD)
dan nominal group technique (NGT) bersama dengan konsil kedokteran, institusi
pendidikan kedokteran, organisasi profesi, dan perhimpunan. 1
7
2.1.2. Daftar Pokok Bahasan dalam SKDI
Daftar pokok bahasan dalam SKDI ditujukan untuk membantu institusi
pendidikan kedokteran dalam penyusunan kurikulum, dan bukan untuk membatasi
bahan atau tema pendidikan dan pengajaran. Daftar Pokok Bahasan disusun
berdasarkan masing-masing area kompetensi. Ada 7 area kompetensi yaitu1 :
a. Area Kompetensi 1: Profesionalitas yang Luhur
a.1. Agama sebagai nilai moral yang menentukan sikap dan perilaku manusia
a.2. Aspek agama dalam praktik kedokteran
a.3. Pluralisme keberagamaan sebagai nilai sosial di masyarakat dan toleransi
a.4. Konsep masyarakat (termasuk pasien) mengenai sehat dan sakit
a.5. Aspek-aspek sosial dan budaya masyarakat terkait dengan pelayanan
kedokteran (logiko sosio budaya)
a.6. Hak, kewajiban, dan tanggung jawab manusia terkait bidang kesehatan
a.7. Pengertian bioetika dan etika kedokteran (misalnya pengenalan teori-teori
bioetika, filsafat kedokteran, prinsip-prinsip etika terapan, etika klinik
a.8. Kaidah Dasar Moral dalam praktik kedokteran
a.9. Pemahaman terhadap KODEKI, KODERSI, dan sistem nilai lain yang terkait
dengan pelayanan kesehatan
a.10. Teori-teori pemecahan kasus-kasus etika dalam pelayanan kedokteran
a.11. Penjelasan mengenai hubungan antara hukum dan etika (persamaan dan
perbedaan)
a.12. Prinsip-prinsip dan logika hukum dalam pelayanan kesehatan
a.13. Peraturan perundang-undangan dan peraturan-peraturan lain di bawahnya yang
terkait dengan praktik kedokteran
a.14. Alternatif penyelesaian masalah sengketa hukum dalam pelayanan kesehatan
8
a.15. Permasalahan etikomedikolegal dalam pelayanan kesehatan dan cara
pemecahannya
a.16. Hak dan kewajiban dokter
a.17. Profesionalisme dokter (sebagai bentuk kontrak sosial, pengenalan terhadap
karakter profesional, kerja sama tim, hubungan interprofesional dokter
dengantenaga kesehatan yang lain)
a.18. Penyelenggaraan praktik kedokteran yang baik di Indonesia (termasuk aspek
kedisiplinan profesi)
a.19. Dokter sebagai bagian dari masyarakat umum dan masyarakat profesi (IDI dan
organisasi profesi lain yang berkaitan dengan profesi kedokteran)
a.20. Dokter sebagai bagian Sistem Kesehatan Nasional
a.21. Pancasila dan kewarganegaraan dalam konteks sistem pelayanan kesehatan
b. Area Kompetensi 2: Mawas Diri dan Pengembangan Diri
b.1. Prinsip pembelajaran orang dewasa (adult learning)
Belajar mandiri, berpikir kritis, umpan balik konstruktif dan refleksi diri
b.2. Dasar-dasar keterampilan belajar
Pengenalan gaya belajar (learning style), pencarian literatur (literature
searching), penelusuran sumber belajar secara kritis, mendengar aktif (active
listening), membaca efektif (effective reading), konsentrasi dan memori
(concentration and memory), manajemen waktu (time management), membuat
catatan kuliah (note taking), persiapan ujian (test preparation)
b.3. Problem based learning
b.4. Problem solving
b.5. Metodologi penelitian dan statistika
9
Konsep dasar penulisan proposal dan hasil penelitian, konsep dasar pengukuran,
konsep dasar disain penelitian, konsep dasar uji hipotesis dan statistik inferensial,
telaah kritis, prinsip-prinsip presentasi ilmiah.
c. Area Kompetensi 3: Komunikasi Efektif
c.1. Penggunaan bahasa yang baik, benar, dan mudah dimengerti
c.2. Prinsip komunikasi dalam pelayanan kesehatan
Metode komunikasi oral dan tertulis yang efektif, metode untuk memberikan
situasi yang nyaman dan kondusif dalam berkomunikasi efektif, metode untuk
mendorong pasien agar memberikan informasi dengan sukarela, metode
melakukan anamnesis secara sistematis, metode untuk mengidentifikasi tujuan
pasien berkonsultasi, melingkupi biopsikososiokultural spiritual
c.3. Berbagai elemen komunikasi efektif
Komunikasi intrapersonal, interpersonal dan komunikasi masa, gaya dalam
berkomunikasi, bahasa tubuh, kontak mata, cara berbicara, tempo berbicara, tone
suara, kata-kata yang digunakan atau dihindari, keterampilan untuk mendengarkan
aktif, teknik fasilitasi pada situasi yang sulit, misalnya pasien marah, takut, atau
kondisi khusus, teknik negosiasi, persuasi, dan motivasi.
c.4. Komunikasi lintasbudaya dan keberagaman
Perilaku yang tidak merendahkan atau menyalahkan pasien, berssabar, dan sensitif
terhadap budaya
c.5. Kaidah penulisan dan laporan ilmiah
c.6. Komunikasi dalam public speaking
10
d. Area Kompetensi 4: Pengelolaan Informasi
d.1. Teknik keterampilan dasar pengelolaan informasi
d.2. Metode riset dan aplikasi statistik untuk menilai kesahihan informasi ilmiah
d.3. Keterampilan pemanfaatan evidence-based medicine (EBM)
d.4. Teknik pengisian rekam medis untuk meningkatkan mutu pelayanan keseha
d.5. Teknik diseminasi informasi dalam bidang kesehatan baik lisan maupun tulisan
dengan menggunakan media yang sesuai
e. Area Kompetensi 5: Landasan Ilmiah Ilmu Kedokteran
e.1. Struktur dan fungsi
Struktur dan fungsi pada tingkat molekular, selular, jaringan, dan organ; prinsip
homeostasis; koordinasi regulasi fungsi antarorgan atau sistem: integumen,
skeletal, kardiovaskular, respirasi, gastrointestinal, reproduksi, tumbuh-kembang,
endokrin, nefrogenitalia, darah dan sistem imun, saraf pusat-perifer dan indra.
e.2. Penyebab penyakit
Lingkungan (biologis, fisik, dan kimia), genetik; psikologis dan perilaku, nutrisi,
degeneratif.
e.3. Patomekanisme penyakit
Trauma, inflamasi, infeksi, respons imun, gangguan hemodinamik (iskemik,
infark, thrombosis, syok, proses penyembuhan/ tissue repair and healing),
neoplasia, pencegahan secara aspek biomedik, kelainan genetik, nutrisi,
lingkungan, dan gaya hidup.
e.4. Etika kedokteran
e.5. Prinsip hukum kedokteran
e.6. Prinsip-prinsip pelayanan kesehatan (primer, sekunder, dan tertier)
11
e.7. Prinsip-prinsippencegahan penyakit
e.8. Prinsip-prinsip pendekatan kedokteran keluarga
e.9. Mutu pelayanan kesehatan
e.10 Prinsip pendekatan sosio-budaya
f. Area Kompetensi 6: Keterampilan Klinis
f.1. Prinsip dan keterampilan anamnesis
f.2. Prinsip dan keterampilan pemeriksaan fisik
f.3. Prinsip pemeriksaan laboratorium dasar
f.4. Prinsip pemeriksaan penunjang lain
f.5. Prinsip keterampilan terapeutik (lihat daftar keterampilan klinik6.6. Prinsip
kewaspadaan standar (standard precaution)
f.7. Kedaruratan klinik
g. Area Kompetensi 7: Pengelolaan Masalah Kesehatan
g.1. Prinsip dasar praktik kedokteran dan penatalaksanaan maakut, kronik,
emergensi, dan gangguan perilaku pada beusia dan jenis kelamin (Basic Medical
Practice). Terdiri dari pendokumentasian informasi medik dan nonmedik; prinsip
dasar berbagai pemeriksaan penunjang diagnosis sederhana, USG, EKG,
radiodiagnostik, biopsi jaringan); clinical reasoning; prinsip keselamatan pasien;
dasar-dasar penatalaksanaan penyakit (farmakologis dan non farmakologi),
prognosis; pengertian dan prinsip evidence based medicine; critical appraisal
dalam diagnosis dan terapi; rehabilitasi; lima tingkat pencegahan penyakit
g.2. Kebijakan dan manajemen kesehatan
g.3. Standar Pelayanan Minimal (SPM)
12
g.4. Sistem Kesehatan Nasional (SKN) termasuk sistem rujukan
g.5. Pembiayaan kesehatan
g.6. Penjaminan mutu pelayanan kesehatan
g.7. Pendidikan kesehatan
g.8. Promosi kesehatan
g.9. Konsultasi dan konseling
g.10. Faktor risiko masalah kesehatan
g.11. Epidemiologi
g.12. Faktor risiko penyakit
g.13. Surveilans
g.14. Statistik kesehatan
g.15. Prinsip pelayanan kesehatan primer
g.16. Prinsip keselamatan pasien (patient safety dan medication safety)
g.17. Prinsip interprofesionalisme dalam pendidikan kesehatan
g.18. Jaminan atau asuransi kesehatan masyarakat
2.1.3. Daftar Masalah dalam SKDI
Dalam melaksanakan praktik kedokteran, dokter bekerja berdasarkan keluhan atau
masalah pasien/ klien, kemudian dilanjutkan dengan penelusuran riwayat penyakit,
pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang. Dalam melaksanakan semua kegiatan
tersebut, dokter harus memperhatikan kondisi pasien secara holistik dan komprehensif,
juga menjunjung tinggi profesionalisme serta etika profesi di atas kepentingan/
keuntungan pribadi. Selama pendidikan, mahasiswa perlu dipaparkan pada berbagai
masalah, keluhan/gejala tersebut, serta dilatih cara menanganinya. Setiap institusi harus
menyadari bahwa masalah dalam pelayanan kedokteran tidak hanya bersumber dari
13
pasien atau masyarakat, tetapi juga dapat bersumber dari pribadi dokter. Perspektif ini
penting sebagai bahan pembelajaran dalam rangka membentuk karakter dokter Indonesia
yang baik. Daftar Masalah ini bersumber dari lampiran Daftar Masalah SKDI 2006 yang
kemudian direvisi berdasarkan data hasil kajian dan masukan pemangku kepentingan.1
Daftar Masalah ini disusun dengan tujuan untuk menjadi acuan bagi institusi
pendidikan dokter dalam menyiapkan sumber daya yang berkaitan dengan kasus dan
permasalahan kesehatan sebagai sumber pembelajaran mahasiswa.
Daftar Masalah ini terdiri atas 2 bagian sebagai berikut1:
a. Bagian I
Memuat daftar masalah kesehatan individu dan masyarakat. Daftar Masalah
individu berisi daftar masalah/ gejala/ keluhan yang banyak dijumpai dan
merupakan alasan utama yang sering menyebabkan pasien/klien datang menemui
dokter di tingkat pelayanan kesehatan primer. Sedangkan Daftar Masalah
kesehatan masyarakat berisi masalah kesehatan di masyarakat dan permasalahan
pelayanan kesehatan.
b. Bagian II
Berisikan daftar masalah yang seringkali dihadapi dokter terkait dengan
profesinya, misalnya masalah etika, disiplin, hukum, dan aspek medikolegal yang
sering dihadapi oleh dokter layanan primer.
2.1.4. Daftar Penyakit dalam SKDI
Daftar Penyakit ini disusun bersumber dari lampiran Daftar Penyakit SKDI 2006,
yang kemudian direvisi berdasarkan hasil survei dan masukan dari para pemangku
kepentingan. Data yang terkumpul kemudian dianalisis dan divalidasi dengan metode
focus group discussion (FGD) dan nominal group technique (NGT) bersama para dokter
14
dan pakar yang mewakili pemangku kepentingan. Daftar Penyakit ini penting sebagai
acuan bagi institusi pendidikan dokter dalam menyelenggarakan aktivitas pendidikan
termasuk dalam menentukan wahana pendidikan.1
Daftar penyakit ini disusun dengan tujuan untuk menjadi acuan bagi institusi
pendidikan dokter agar dokter yang dihasilkan memiliki kompetensi yang memadai
untuk membuat diagnosis yang tepat, memberi penanganan awal atau tuntas, dan
melakukan rujukan secara tepat dalam rangka penatalaksanaan pasien. Tingkat
kompetensi setiap penyakit merupakan kemampuan yang harus dicapai pada akhir
pendidikan dokter.
Penyakit dikelompokkan menurut sistem tubuh manusia disertai tingkat
kemampuan yang harus dicapai pada akhir masa pendidikan. Tingkat kemampuan yang
harus dicapai, yaitu1 :
a. Tingkat Kemampuan 1: mengenali dan menjelaskan
Lulusan dokter mampu mengenali dan menjelaskan gambaran klinik penyakit, dan
mengetahui cara yang paling tepat untuk mendapatkan informasi lebih lanjut
mengenai penyakit tersebut, selanjutnya menentukan rujukan yang paling tepat
bagi pasien. Lulusan dokter juga mampu menindaklanjuti sesudah kembali dari
rujukan.
b. Tingkat Kemampuan 2: mendiagnosis dan merujuk
Lulusan dokter mampu membuat diagnosis klinik terhadap penyakit tersebut
dan menentukan rujukan yang paling tepat bagi penanganan pasien
selanjutnya. Lulusan dokter juga mampu menindaklanjuti sesudah kembali dari
rujukan.
15
c. Tingkat Kemampuan 3: mendiagnosis, melakukan penatalaksanaan awal,
dan merujuk
3A. Bukan gawat darurat
Lulusan dokter mampu membuat diagnosis klinik dan memberikan terapi
pendahuluan pada keadaan yang bukan gawat darurat. Lulusan dokter mampu
menentukan rujukan yang paling tepat bagi penanganan pasien selanjutnya.
Lulusan dokter juga mampu menindaklanjuti sesudah kembali dari rujukan.
3B. Gawat darurat
Lulusan dokter mampu membuat diagnosis klinik dan memberikan terapi
pendahuluan pada keadaan gawat darurat demi menyelamatkan nyawa atau
mencegah keparahan dan/atau kecacatan pada pasien. Lulusan dokter mampu
menentukan rujukan yang paling tepat bagi penanganan pasien selanjutnya.
Lulusan dokter juga mampu menindaklanjuti sesudah kembali dari rujukan.
d. Tingkat Kemampuan 4: mendiagnosis, melakukan penatalaksanaan secara
mandiri dan tuntas
Lulusan dokter mampu membuat diagnosis klinik dan melakukan
penatalaksanaan penyakit tersebut secara mandiri dan tuntas.
4A. Kompetensi yang dicapai pada saat lulus dokter
4B. Profisiensi (kemahiran) yang dicapai setelah selesai internsip dan/atau
Pendidikan Kedokteran Berkelanjutan (PKB)
2.2. Evaluasi Belajar
2.2.1. Definisi dan Tujuan Evaluasi Belajar
Evaluasi belajar mahasiswa merupakan bagian yang penting dalam proses
pendidikan. Pengertian evaluasi belajar mahasiswa secara luas adalah suatu proses
16
penyediaan informasi untuk membuat keputusan terhadap mahasiswa, kurikulum dan
program studi, serta kebijakan dalam pendidikan. Metode penilaian belajar mahasiswa
mempertimbangkan prinsip-prinsip penilaian, yaitu harus sejalan dengan tujuan
pembelajaran, komprehensif, berkesinambungan, dan dapat digunakan untuk tujuan
sumatif dan formatif. Evaluasi belajar mahasiswa harus memiliki beberapa karakteristik,
yaitu sahih, handal, mampu laksana, diterima oleh pemangku kepentingan dan
mengarahkan mahasiswa agar memiliki perilaku belajar yang baik.10
Tujuan evaluasi belajar adalah11 :
a. Standar kompetensi : Menunjukkan hal-hal esensi yang harus diketahui
mahasiswa
b. Kompetisi/ kolaborasi : Mendorong semangat belajar
c. Evalusi formatif : Identifikasi kelemahan mahasiswa yang memerlukan perbaikan
d. Evaluasi sumatif : Penentuan kelulusan
e. Jaga mutu : identifikasi kelemahan kurikulum dan proses pendidikan.
2.2.2. Sistem Penilaian (Assessment)
Para pendidik dapat menggunakan berbagai macam format tes untuk menilai
pemahaman mahasiswa tentang suatu topik misalnya multiple choice question, trues false,
fill in the blank, short answer, essay.12 Seorang dosen harus mempunyai pengetahuan
tentang learning outcome, metode assessment, proses assessment, penggunaan alat
assessment, serta memahami bagaimana mengevaluasi kekuatan dan kelemahan serta
aplikasinya dalam berbagai pembelajaran.13
Istilah assessment ini berasal dari bahasa latin yaitu assidere yang berarti “to sit
by (in judgement)”. Pada abad ke-20 kata assess sudah mulai dikembangkan oleh
ahli pendidikan dan psikologi “to judge the extend of student’s learning”. Banyak
17
istilah yang berkaitan dengan assessment atau penilaian yaitu tes, measurement dan
evaluasi tetapi istilah tersebut berbeda pengertian, kita harus dapat membedakan istilah-
istilah tersebut. Menurut Nitko (1996) mengenai pengertian assessment, measurement, tes
dan evaluasi. Assessment adalah pengertian yang luas yaitu proses untuk memperoleh
infomasi yang digunakan untuk membuat keputusan tentang mahasiswa, kurikulum, dan
kebijakan pendidikan. Tes adalah suatu alat atau prosedur sistematik untuk mengamati
satu atau lebih karakteristik dari mahasiswa dengan menggunakan skala angka.
Sedangkan measurement (pengukuran) sebagai suatu prosedur menentukan angka
terhadap sesuatu yang diukur. Evaluasi adalah proses membuat keputusan tentang hasil
performan dari mahasiswa.14
Terdapat dua tujuan dasar assessment 14,15 :
a. Formatif assessment yaitu membantu dosen memantau pembelajaran mahasiswa
saat masih dalam proses. Membantu dosen mengenali kekuatan dan kelemahan
mahasiswa, karakteristik pembelajaran dan karakter mahasiswa, mendiagnosis
kebutuhan belajar mahasiswa, membantu dosen untuk mendisain pembelajaran
dan instruksional disain.
b. Summatif assessment yaitu mengevaluasi pembelajaran mahasiswa setelah proses
pembelajaran selesai. Untuk mengkomunikasikan hasil pembelajaran mahasiswa
kepada orang tua atau pihak lainnya, menentukan tingkat perkembangan
pembelajaran mahasiswa, untuk mereview keberhasilan proses pembelajaran.
Program pendidikan dokter pada umumnya terdiri dari dua fase yaitu fase
pendidikan Sarjana Kedokteran dan fase pendidikan Profesi Dokter.
18
Sistem penilaian pada fase pendidikan Sarjana Kedokteran berupa:
a. Penilaian yang bersifat sumatif, terdiri dari 10:
a.1. Ujian Blok
Ujian blok terdiri dari ujian teori dan ujian praktikum. Ujian teori terdiri dari
Ujian Tengah Blok (UTB), Ujian Akhir Blok (UAB), Ujian Remedial Akhir Blok
(URAB) dan Ujian Remedial Akhir Semester (URAS). Ujian berupa MCQs
dengan menggunakan metode Computerized-based Testing (CBT).
a.2. Ujian yang bersifat longitudinal yang meliputi: Objective Structured Clinical
Examination (OSCE), penilaian perilaku profesional, dan progress test.
a.3. Ujian OSCE komprehensif di akhir fase pendidikan Sarjana Kedokteran
b. Penilaian yang bersifat formatif, dilakukan dalam berbagai kegiatan pembelajaran
sebagai umpan balik tentang kekuatan dan kelemahan mahasiswa. Umpan balik
ini dapat berupa umpan balik secara lisan maupun tertulis (contoh: di akhir
tutorial memberikan umpan balik tentang pencapaian learning objective, di akhir
kegiatan skills lab instruktur memberikan umpan balik pemeriksaan yang telah
dilakukan dengan benar dan yang perlu diperbaiki, setelah progress test
mahasiswa diberikan hasil penilaian berdasar kompetensi yang diujikan)
Sistem penilaian pada fase pendidikan profesi dokter terdiri atas:
a. Penilaian yang bersifat sumatif, terdiri dari:
a.1. Ujian rotasi klinik di setiap tempat rotasi
a.2. Uji kompetensi yang berstandar nasional, berupa MCQs dengan metode
Computerized-based Testing (CBT) dan OSCE, yang diikuti mahasiswa setelah
lulus dari semua rotasi klinik.
19
b. Penilaian formatif, yang dilakukan dalam berbagai kegiatan pembelajaran klinik
untuk umpan balik tentang kekuatan dan kelemahan mahasiswa (contoh: setelah
bed-side teaching, pembimbing klinik menunjukkan ketrampilan yang telah
dikuasai dengan baik oleh dokter muda dan yang perlu diperbaiki dengan
melakukan demonstrasi).
2.3. Progress test
2.3.1. Definisi Progress test
Progress test merupakan suatu rangkaian uji berulang yang menilai kompetensi
dari suatu bidang atau profesi. Pada uji ini peserta akan dihadapkan pada soal yang
menguji kompetensi, baik yang sudah dipelajari maupun belum. Seluruh mahasiswa,
meski dari berbagai tingkat semester, diberikan soal yang sama. Pada periode
berikutnya, mahasiswa tersebut akan diberikan kembali soal dengan bentuk, jumlah,
tingkat kesulitan, dan kompetensi yang sama.6-8
Progress test pertama sekali diperkenalkan pada tahun 1991, di Universitas
McMaster. Pada Progress test ini peserta akan dihadapkan pada soal yang menguji
kompetensi secara komprehensif untuk menilai perkembangan pencapaian kompetensi.
Institusi dapat mengevaluasi progres penguasaan ilmu kedokteran dari setiap mahasiswa/i
setiap angkatan di akhir semester genap dengan membandingkan perubahan nilai-nilai
progress test yang dicapai mahasiswa/i. Progress test dapat dijadikan alat untuk
memonitor tingkat penguasaan keilmuan dari setiap mahasiswa/i pada satu institusi
dibandingkan dengan institusi lain pada bidang keilmuan yang sama. Progress test antar
institusi Kedokteran sangat baik dilakukan untuk dapat membandingkan efektivitas
kurikulum yang digunakan masing-masing institusi dan menemukan masalah dalam
20
proses pendidikan kedokteran, sehingga dapat meningkatkan kualitas mahasiswa dan
kualitas pendidikan yang diberikan.9
2.3.2. Tujuan Progress test
Tujuan utama diadakannya Progress test adalah untuk menilai perkembangan
pencapaian kompetensi mahasiswa, tanpa menghilangkan adanya tujuan yang lain.
Tujuan spesifik yang ingin dicapai sangat bergantung pada hasil atau informasi apa
yang ingin didapat institusi. Perbedaan tujuan ini akan menyebabkan berbagai
perbedaan metode uji, indikator, instrumen, dan hasil/informasi yang didapatkan.
Ranah kompetensi yang menjadi target uji juga bergantung tujuan yang ingin
dicapai masing-masing institusi. Awalnya sebagian besar institusi
menyelenggarakan progress test untuk menguji kompetensi kognitif. Namun dalam
beberapa tahun terakhir progress test telah berkembang juga untuk menguji kompetensi
psikomotor. Oleh karena itu tidak dapat dikatakan bahwa progress test hanya untuk
menilai perkembangan kognitif.
2.3.3. Manfaat Progress test
Informasi yang didapat dari progress test akan sangat kompleks. Setiap analisis
data akan menghasilkan fakta tersendiri. Semakin baik perencanaan dan pelaksanaan,
maka akan semakin banyak dan kompleks hasil analisis yang didapat, sehingga dapat
memetakan perkembangan pencapaian kompetensi dengan lebih baik. Secara umum
manfaat yang didapat dari progress test antara lain:
21
a. Dapat mengukur perkembangan dan efektivitas akuisisi keilmuan.
Melalui progress test kita dapat memperoleh informasi sudah sejauh mana
pencapaian masing-masing mahasiswa pada jangka waktu tertentu. Kita dapat
memantau kesesuaian pencapaian dengan proses yang sudah dijalani.
b. Dapat memberikan informasi diagnostik dan prognostik terkait penyelenggaraan
kegiatan akademik, sehingga institusi dapat mempertimbangkan intervensi yang
akan diberikan.
Hasil progress test juga dapat memetakan sumber masalah pendidikan dan
memprediksi kemungkinan pencapaian dalam periode selanjutnya. Hasil ini
dapat menjadi bahan pertimbangan institusi untuk perbaikan selanjutnya atau
perencanaan upaya-upaya preventif.
c. Sebagai upaya penjaminan mutu.
Hasil progress test dapat menjadi salah satu indikator dalam penjaminan mutu
pelaksanaan pendidikan. Salah satu informasi penting yang bisa didapat institusi
adalah kesesuaian pencapaian mahasiswa dengan tujuan pendidikan, sehingga
institusi dapat memantau arah perkembangan dan pencapaian tujuan pendidikan.
d. Dapat memberikan umpan balik untuk dosen dan mahasiswa.
Hasil analisis data dari progress test dapat digunakan sebagai umpan balik, tidak
hanya untuk fakultas, namun juga untuk dosen dan mahasiswa. Dosen akan
dapat mengetahui sejauh mana akuisisi keilmuan oleh mahasiswa dan
mengidentifikasi kelemahan pelaksanaan pendidikan, sehingga dapat merancang
strategi untuk memperbaikinya. Dosen juga akan mengetahui efektivitas
pengajaran yang dilakukannya. Mahasiswa dapat mengetahui sejauh mana
pencapaian yang telah didapatnya dalam suatu periode tertentu.
22
BAB 3
METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan metode analisis hasil Progress
Test 18 institusi AIPKI Wilayah 1.
3.2 Lokasi dan Waktu
Penelitian ini telah dilakukan di Fakultas Kedokteran Universitas HKBP
Nommensen Medan pada bulan Maret – Juli 2019.
3.3 Populasi dan Sampel
Populasi penelitian ini adalah semua hasil Progress Test mahasiswa/i dari 18
institusi AIPKI Wilayah-1. Sampel penelitian ini adalah semua hasil Progress Test
mahasiswa/i angkatan 2016 dari 18 institusi AIPKI Wilayah 1.
3.4. Variabel penelitian
Variabel pada penelitian ini adalah hasil Progress Test mahasiswa/i angkatan
2016 dari 18 institusi AIPKI Wilayah 1.
3.5 Definisi Operasional
a. Progress test adalah suatu rangkaian uji berulang yang menilai kompetensi dari
suatu bidang atau profesi, dimana pada periode berikutnya, mahasiswa tersebut akan
diberikan kembali soal dengan bentuk, jumlah, tingkat kesulitan, dan koompetensi
yang sama.8
23
b. Institusi AIPKI Wilayah-1 adalah 18 institusi yang tergabung dalam Asosiasi
Institusi Pendidikan Kedokteran Indonesia (AIPKI) Wilayah 1 yang terdiri dari
UNRI, UNIBA, UMSU, UHN, UISU, UNAND, UNIB, USU, UNJA, UMP,
UNIMETH, UNAYA, UNIRAB, UNSYIAH, UNIMAL, UNSRI, UNBRAH,
UNPRI.
c. Kategori soal adalah penggolongan soal yang dirumuskan oleh AIPKI wilayah 1
yang terdiri dari Kedokteran Klinis (etiologi, patofisiologi, pemeriksaan fisik,
pemeriksaan penunjang, diagnosis, terapi, komplikasi), Kedokteran Dasar
(Anatomi, Fisiologi, Biokimia, Histologi, Imunologi, Biologi, Patologi Anatomi,
Patologi Klinik, Parasitologi, Mikrobiologi), Farmakologi dasar, Penunjang
Praktek Kedokteran (Etika Profesi Kesehatan dan Hukum Kedokteran; Sistem
Kesehatan Nasional; Metodologi Penelitian, Statistik dan Epidemiologi;
Kedokteran Forensik dan Medikolegal).
d. Soal berdasarkan sistem tubuh adalah soal yang digolongkan pada 12 sistem
organ tubuh yang disesuaikan dengan SKDI.1
3.6 Alur Penelitian
Alur penelitian ini adalah sebagai berikut :
a. Mengumpulkan data sekunder berupa data hasil Progress Test mahasiswa/i
angkatan 2016 dari 18 institusi AIPKI Wilayah 1.
b. Mengevaluasi data secara deskriptif.
c. Menyusun laporan penelitian.
24
3.7 Pengolahan dan analisis data
Data yang dianalisis adalah data sekunder berupa berupa data hasil Progress
Test mahasiswa/i angkatan 2016 dari 18 institusi AIPKI Wilayah 1. Analisis masing-
masing variabel dilakukan menggunakan aplikasi komputer. Hasil penelitian akan
ditampilkan secara deskriptif dalam bentuk tabel.
25
BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Penelitian
Progress Test AIPKI Wilayah 1 diikuti oleh 18 institusi kedokteran yang
tergabung dalam AIPKI Wilayah 1; UNRI, UNIBA, UMSU, UHN, UISU, UNAND,
UNIB, USU, UNJA, UMP, UNIMETH, UNAYA, UNIRAB, UNSYIAH, UNIMAL,
UNSRI, UNBRAH, UNPRI dengan total peserta sebanyak 1942 orang mahasiswa/i
angkatan 2016, yang dilaksanakan di institusi masing-masing dengan waktu pelaksanaan
ditentukan oleh institusi masing-masing dalam rentang waktu 18 Maret – 6 April 2019.
Fakultas Kedokteran Universitas HKBP Nommensen melaksanakan Progress Test pada
hari Selasa 19 Maret 2019 di Fakultas Kedokteran Universitas HKBP Nommensen yang
diikuti oleh 51 orang mahasiswa/i angkatan 2016.
4.1.1 Gambaran nilai rerata Progress Test mahasiswa/i angkatan 2016 Fakultas
Kedokteran Universitas HKBP Nommensen Medan
Tabel 4.1. Gambaran nilai rerata Progress Test mahasiswa/i angkatan 2016 Fakultas
Kedokteran Universitas HKBP Nommensen Medan
MAHASISWA/IFK UHN
JUMLAHSOAL
JAWABANBENAR
NILAIRERATA
RENTANGNILAI
Angkatan 2016 120 43.53 36.27 17.50 - 56.67
26
4.1.2 Gambaran nilai rerata Progress Test mahasiswa/i angkatan 2016 dari 18
institusi kedokteran AIPKI Wilayah 1
Tabel 4.2. Gambaran nilai rerata Progress Test mahasiswa/i angkatan 2016 dari 18
institusi kedokteran AIPKI Wilayah 1
4.1.3 Gambaran nilai rerata Progress Test mahasiswa/i angkatan 2016 dari 18
institusi kedokteran AIPKI Wilayah 1 berdasarkan kategori soal
Tabel 4.3. Gambaran nilai rerata Progress Test mahasiswa/i angkatan 2016 dari 18
institusi kedokteran AIPKI Wilayah 1 berdasarkan kategori soal
NO. KATEGORIJUMLAH
SOAL
JUMLAHJAWABAN
BENAR
NILAIRERATA
SELURUHPESERTA
NILAIRERATA
MAHASISWA/IFK UHN
KEDOKTERAN KLINIS 78 32.17 41.24 37.61
1 ETIOLOGI 11 5.16 46.94 45.28
2 PATOFISIOLOGI 8 3.21 40.12 32.84
3 PEMERIKSAAN FISIK 6 2.59 43.15 33.99
4 PEMERIKSAAN PENUNJANG 6 2.63 43.77 43.14
No INSTITUSI KEDOKTERAN AIPKI WILAYAH 1JUMLAH
PERSERTARENTANG
NILAIRERATA
NILAI
1 FK. UNIVERSITAS METHODIST 46 55.00 - 79.17 64.332 FK. UNIVERSITAS ANDALAS 240 23.33 - 66.67 46.693 FK. UNIVERSITAS SRIWIJAYA 228 22.50 - 73.33 45.894 FK. UNIVERSITAS UNSYIAH 143 24.17 - 65.00 45.655 FK. UNIVERSITAS BENGKULU 50 24.17 - 65.00 45.076 FK. UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 226 12.50 - 70.83 43.487 FK. UNIVERSITAS MALIKUSSALEH 48 19.17 - 65.00 43.168 FK. UNIVERSITAS RIAU 126 20.00 - 65.00 43.129 FK. UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PALEMBANG
ANGKAT 201683 26.67 - 63.33 41.21
10 FK. UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUMATERA UTARA 126 24.17 - 69.17 39.7211 FK. UNIVERSITAS JAMBI 94 23.33 - 59.17 38.2612 FK. UNIVERSITAS HKBP NOMMENSEN 51 17.50 - 56.67 36.2713 FK. UNIVERSITAS ABDURRAB 59 21.67 - 54.17 35.7514 FK. UNIVERSITAS ISLAM SUMATERA UTARA 41 20.83 - 55.83 35.3715 FK. UNIVERSITAS BAITURRAHMAH 143 16.67 - 51.67 31.9916 FK. UNIVERSITAS ABULYATAMA 81 15.00 - 52.50 31.8817 FK. UNIVERSITAS BATAM 80 15.00 - 45.83 29.90
18 FK. UNIVERSITAS PRIMA INDONESIA 77 19.17 - 35.83 24.04
TOTAL 1942 12.50 - 79.17 40.10
27
5 DIAGNOSIS 23 9.48 41.21 38.53
6 TERAPI 17 5.82 34.23 29.07
7 KOMPLIKASI 7 3.28 46.88 47.06
KEDOKTERAN DASAR 24 8.88 37.02 32.84
8 ANATOMI 2 0.84 42.24 24.51
9 FISIOLOGI 4 1.40 34.97 30.88
10 BIOKIMIA 2 1.02 51.09 66.67
11 HISTOLOGI 2 0.75 37.33 32.35
12 IMUNOLOGI 2 0.41 20.71 12.75
13 BIOLOGI 1 0.51 50.68 56.86
14 PATOLOGI ANATOMI 2 0.77 38.64 25.49
15 PATOLOGI KLINIK 5 1.74 34.74 35.69
16 PARASITOLOGI 3 1.05 35.13 26.14
17 MIKROBIOLOGI 1 0.39 38.72 27.45
18 FARMAKOLOGI DASAR 6 2.50 41.64 33.66
PENUNJANG PRAKTEKKEDOKTERAN
12 4.57 38.05 35.78
19 ETIKA PROFESI KESEHATAN &HUKUM KEDOKTERAN
3 0.82 27.50 16.34
20 SISTEM KESEHATAN NASIONAL 3 1.11 36.96 33.99
21 METODELOGI PENELITIAN,STATISTIK, DAN EPIDEMIOLOGI
3 1.19 39.72 26.80
22 KEDOKTERAN FORENSIK DANMEDIKOLEGAL
3 1.44 48.03 66.01
4.1.4 Gambaran nilai rerata Progress Test mahasiswa/i angkatan 2016 dari 18
institusi kedokteran AIPKI Wilayah 1 berdasarkan sistem tubuh
Tabel 4.4. Gambaran nilai rerata Progress Test mahasiswa/i angkatan 2016 dari 18
institusi kedokteran AIPKI Wilayah 1 berdasarkan sistem tubuh
No SISTEM TUBUHJUMLAH
SOAL
JUMLAHJAWABAN
BENAR
NILAIRERATA
SELURUHPESERTA
NILAI RERATAMAHASISWA/I
FK UHN
1 SARAF 9 4.21 46.75 49.24Kedokteran Klinis 7 3.23 46.10 49.58Kedokteran Dasar 2 0.98 49.02 48.04
2 INDRA 9 3.80 42.25 37.25Kedokteran Klinis 7 2.99 42.67 40.34Kedokteran Dasar 2 0.82 40.78 26.47
3 GINJAL DAN SALURANKEMIH
8 3.31 41.42 37.25Kedokteran Klinis 6 2.56 42.74 42.48Kedokteran Dasar 2 0.75 37.46 21.57
4 GASTROINTESTINAL,HEPATOBILIER, PANKREAS
9 3.70 41.12 33.55
Kedokteran Klinis 7 2.67 38.14 24.93
28
Kedokteran Dasar 2 1.03 51.56 63.73
5 REPRODUKSI 9 3.68 40.91 34.64Kedokteran Klinis 7 3.13 44.69 41.18Kedokteran Dasar 2 0.55 27.68 11.76
6 ENDOKRIN METABOLIKDAN NUTRISI
8 3.26 40.73 40.93
Kedokteran Klinis 6 2.44 40.65 40.20Kedokteran Dasar 2 0.82 40.99 43.14
7 HEMATOIMUNOLOGI 8 3.25 40.61 39.46
Kedokteran Klinis 6 2.48 41.27 37.91Kedokteran Dasar 2 0.77 38.63 44.12
8 RESPIRASI 8 3.22 40.28 33.09Kedokteran Klinis 6 2.34 38.94 30.07Kedokteran Dasar 2 0.89 44.33 42.16
9 PSIKIATRI 9 3.60 39.99 38.78
Kedokteran Klinis 7 2.89 41.31 38.94Kedokteran Dasar 2 0.71 35.36 38.24
10 INTEGUMEN 9 3.51 38.99 37.91Kedokteran Klinis 7 3.08 44.02 46.78Kedokteran Dasar 2 0.43 21.37 6.86
11 MUSKULUSKELETAL 8 2.79 34.89 29.17Kedokteran Klinis 6 2.20 36.75 29.41Kedokteran Dasar 2 0.59 29.32 28.43
12 KARDIOVASKULER 8 2.72 33.95 25.00Kedokteran Klinis 6 2.16 36.03 26.80Kedokteran Dasar 2 0.55 27.69 19.61
4.2 Pembahasan
Berdasarkan hasil Progress Test yang diadakan pada tanggal 19 Maret di
Fakultas Kedokteran Universitas HKBP Nommensen, yang diikuti oleh 51 orang
mahasiswa/i angkatan 2016, didapati dari 120 soal yang diujikan rerata jawaban benar
hanya sebanyak 43 soal dengan nilai rerata 36,27 dan rentang nilai 17,50-56,67. Bila
dibandingkan dengan nilai rerata keseluruhan peserta progress test sebanyak 1942
orang dengan nilai rerata 40,10 dan rentang nilai 12,50-79,17 rentang nilai
mahasiswa/i Fakultas Kedokteran Universitas HKBP Nommensen masih berada di
dalam rentang nilai keseluruhan peserta, akan tetapi nilai rerata nya berada di bawah
nilai rerata keseluruhan peserta. Hal ini menunjukkan bahwa penguasaan ilmu
kedokteran mahasiswa/i Fakultas Kedokteran Universitas HKBP Nommensen
angkatan 2016 masih lebih rendah, di bawah nilai rerata mahasiswa/i kedokteran di 18
29
institusi AIPKI wilayah 1. Sementara itu bila dilihat dari keilmuan yang sudah
diberikan selama 2,5 tahun, penguasaan ilmu mahasiswa/i angkatan 2016 harusnya
sudah mencapai sekitar 65-70%. Hal ini menjadi evaluasi bagi institusi dan
mahasiswa/i Fakultas Kedokteran Universitas HKBP Nommensen untuk memikirkan
strategi dan membuat metode belajar yang lebih efektif dalam mengejar
ketertinggalan.
Berdasarkan hasil Progress Test yang diikuti oleh 18 institusi kedokteran
AIPKI wilayah 1, didapati nilai rerata seluruh 40,10 dengan rentang nilai 12,50-79,17.
Nilai rerata tertinggi diperoleh pesarta dari Fakultas Kedokteran Universitas
Methodist yaitu 64,33 dan nilai rerata terendah diperoleh peserta dari Fakultas
Kedokteran Universitas Prima Indonesia yaitu 24,04. Sementara itu peserta dari
Fakultas Kedokteran Universitas HKBP Nommensen berada di urutan ke-12 dari 18
institusi yaitu dengan nilai rerata 36,27. Dari hasil keseluruhan dapat terlihat bahwa
capaian belajar mahasiswa/i angkatan 2016 di 18 institusi kedokteran AIPKI wilayah
1 hanya mencapai 40,10%. Bila dilihat dari keilmuan yang sudah diberikan selama
2,5 tahun, penguasaan ilmu mahasiswa/i angkatan 2016 harusnya sudah mencapai
sekitar 65-70 %. Akan tetapi bila dilihat dari rentang nilai yang diperoleh, masih ada
mahasiswa yang bahkan hanya mendapat nilai 12,50, walaupun di satu sisi ada juga
mahasiswa yang mendapat nilai 79,17.
Bila dievaluasi, rentang nilai rerata hasil Progress Test sangat lebar, dimana
tertinggi 79,17 dan terendah 12,50. Banyak faktor yang mempengaruhi capaian
belajar mahasiswa yang sangat variatif ini, baik faktor eksternal maupun faktor
internal. Faktor eksternal meliputi sistem belajar yang diterapkan institusi masing-
masing, lingkungan pertemanan, dukungan keluarga dan sebagainya. Sementara
faktor internal sangat dipengaruhi oleh minat, bakat, intelektual dan motivasi dari diri
30
sendiri. Walaupun materi yang diberikan kepada setiap mahasiswa/i kedokteran sama,
akan tetapi hasil capaian belajar nya bisa sangat jauh berbeda. Untuk itu mahasiswa/i
perlu dimotivasi untuk mengoptimalkan belajar mandiri dimana Fakultas Kedokteran
saat ini menggunakan sistem kurikulum berbasis kompetensi yang memang di desain
agar mahasiswa/i kedokteran lebih banyak belajar mandiri diluar jam kuliah.
Pada 120 soal Progress Test yang diujikan bila dievaluasi berdasarkan kategori
soal, maka ada 78 soal kedokteran klinis, 24 soal kedokteran dasar, 6 soal farmakologi
dasar, dan 12 soal penunjang praktek kedokteran. Dari hasi Progress Test didapati nilai
rerata seluruh peserta pada semua kategori soal sangat rendah yaitu untuk kategori
kedokteran klinis 41,24, kedokteran dasar 37,02 , farmakologi dasar 41,64, dan
penunjang praktek kedokteran 38,05. Dari hasil ini dapat dilihat bahwa penguasaan
keilmuan kedokteran klinis dan farmakologi dasar lebih baik dibandingkan penguasaan
ilmu kedokteran dasar dan penunjang praktek kedokteran. Hal ini dipengaruhi oleh
kurikulum yang diterapkan pada Fakultas Kedokteran saat ini adalah kurikulum berbasis
kompetensi dimana dari total sks yang diajarkan lebih banyak sks kuliah kedokteran
klinis dibandingkan kuliah kedokteran dasar dan penunjang praktek kedokteran.
Pada soal-soal kedokteran klinis, didapati peserta Progress Test paling baik
dalam hal pengetahuan etiologi penyakit dengan nilai rerata 46,94 dan paling lemah
dalam hal pengetahuan terapi penyakit dengan nilai rerata 34,23. Sementara bila dilihat
dari evaluasi soal-soal farmakologi dasar, pengetahuan peserta tidak terlalu buruk dengan
capaian nilai rerata 41,64. Hal ini menunjukkan bahwa peserta dapat memahami
mekanisme kerja obat, bila dilihat dari hasil farmakologi dasar akan tetapi masih lemah
dalam penentuan terapi untuk pasien, baik dari segi pilihan jenis obat sesuai indikasi,
dosis obat, dan cara pakai obat. Pada soal-soal kedokteran dasar, didapati peserta
Progress Test paling baik dalam hal pengetahuan Biokimia dan Biologi dengan nilai
31
rerata masing-masing 51,09 dan 50,08, serta paling lemah dalam hal pengetahuan
Imunologi dengan nilai rerata 20,71. Pada soal–soal penunjang praktek kedokteran
didapati peserta progress test paling baik dalam hal pengetahuan kedokteran forensik dan
medikolegal dengan nilai rerata 48,03 dan paling lemah dalam hal pengetahuan etika
profesi kesehatan dan hukum kedokteran dengan nilai rerata 27,50.
Pada 120 soal Progress Test yang diujikan bila dievaluasi berdasarkan sistem
tubuh, maka ada 9 soal saraf, 9 soal psikiatri, 9 soal indra, 8 soal respirasi, 8 soal
kardiovaskuler, 9 soal gastrointestinal-hepatobilier-pankreas, 8 soal ginjal dan saluran
kemih, 9 soal reproduksi, 8 soal endokrin metabolik, 8 soal hematoimunologi, 8 soal
muskuloskeletal, dan 9 soal integumen. Berdasarkan sistem tubuh nilai rerata tertinggi
diperoleh dari soal saraf yaitu 46,75 dan nilai rerata terendah diperoleh dari soal
kardiovaskuler yaitu 33,95.
Pada hasil Progress Test ini terlihat bahwa penguasaan ilmu kedokteran pada
mahasiswa/i angkatan 2016 di 18 institusi kedokteran AIPKI wilayah 1 secara
keseluruhan masih rendah, di bawah 50%. Hasil ini menjadi masukan bagi institusi
masing-masing, terkhusus nya bagi Medical Education Unit (MEU) untuk mendesain
sistem belajar mengajar yang lebih efektif dan juga bagi dosen pengampuh mata
kuliah agar lebih kreatif dalam menyampaikan bahan ajar sehingga mudah dimengerti
dan menarik. Selain institusi, mahasiswa/i perlu dimotivasi untuk lebih
mengoptimalkan belajar mandiri nya dan menemukan metode belajar yang efektif
untuk meningkatkan penguasaan ilmu kedokteran nya.
32
BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 KESIMPULAN
a. Nilai rerata Progress Test mahasiswa/i angkatan 2016 Fakultas Kedokteran
Universitas HKBP Nommensen Medan adalah 36,27 dengan rentang nilai
17,50-56,67.
b. Nilai rerata Progress Test mahasiswa/i angkatan 2016 dari 18 institusi
kedokteran AIPKI Wilayah 1 adalah 40,10 dengan rentang nilai 12,50-79,17.
c. Nilai rerata Progress Test mahasiswa/i angkatan 2016 dari 18 institusi
kedokteran AIPKI Wilayah 1 berdasarkan kategori soal adalah 41,24 untuk
Kedokteran Klinis, 37,02 untuk Kedokteran Dasar, 41,64 untuk Farmakologi
Dasar, dan 38,05 untuk Penunjang Praktek Kedokteran.
d. Berdasarkan sistem tubuh nilai rerata Progress Test seluruh mahasiswa/i
angkatan 2016 dari 18 institusi kedokteran AIPKI Wilayah 1 paling tinggi nilai
rerata ilmu Saraf yaitu 46,75 dan paling rendah nilai rerata ilmu kardiovaskuler
yaitu 33,95.
5.2 SARAN
a. Dilakukan progress test secara berkala 1x/semester sebagai evaluasi baik bagi
institusi maupun bagi mahasiswa/i dan sebagai motivasi untuk meningkatkan
kualitas belajar mengajar.
33
DAFTAR PUSTAKA
1. Konsil Kedokteran Indonesia. Standar Kompetensi Dokter Indonesia. Jakarta:
Konsil Kedokteran Indonesia. 2012.
2. Kusumawati W. Problem Based Learning: Alternatif Metode Pembelajaran
Inovatif Pendidikan Dokter, Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah
Yogyakarta.
3. Al Awan I, Al-Moamary M, Al-Attas N, Al Kushi A, AlBanyan E, Zamakhshary M,
et al. The Progress Test as a Diagnostic Tool for a New PBL Curriculum. Education
for Health. 2011. 24:1-10.
4. Mirfat M, Yuhernita Y. Pemanfaatan Progress Test sebagai Tolak Ukur Keberhasilan
Belajar Mengajar. Jurnal Pendidikan Kedokteran Indonesia: The Indonesian Journal
of Medical Education.;3(3):170-6.
5. Vleuten CV, Verwijnen GM, Wijnen WH. Fifteen years of experience with progress
testing in a problem-based learning curriculum. Medical Teacher. 1996 Jan
1;18(2):103-9.
6. Heeneman S, Schut S, Donkers J, van der Vleuten C, Muijtjens A. Embedding of the
progress test in an assessment program designed according to the principles of
programmatic assessment. Medical teacher. 2017 Jan 2;39(1):44-52.
7. Tio RA, Schutte B, Meiboom AA, Greidanus J, Dubois EA, Bremers AJ. The
progress test of medicine: the Dutch experience. Perspectives on medical education.
2016 Feb 1;5(1):51-5.
8. Plessas A. Validity of Progress Testing in Healthcare Education. Int J Human Social
Sci Educ. 2015;2:23-33.
34
9. Soliman MM, Al-Shaikh GK, Alnassar SA. Use of cross-institutional progress test as
a predictor of performance in a new medical college. Advances in medical education
and practice. 2016;7:197.
10. Emilia O, Wijayanti M.A, Rahayu G.R, dkk. Peraturan penilaian belajar mahasiswa
program pendidikan dokter Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada,
Yogyakarta. 2014.
11. Asosiasi Institusi Pendidikan Kedokteran Indonesia. Prosedur pembuatan soal pilihan
ganda. Jakarta: Item Bank Administrator. 2017.
12. Shimkin MG, Kuechler W. Multiple choice test and student understanding what is the
connection? Decicion Sciences Journal of Innovation Education. USA. 2005; 3(1).
13. Shumway J, Harden R. The assessment of learning outcomes for the competent and
reflective physician. Taylor and francis health sciences. 2003; 25(60) : 569-584.
14. Nitko Anthony J. Educational Asessment of Student. 2nd edition. New Jersey. 1996.
15. Rika Lisiswanti R. Dasar-dasar pemilihan assessment di pendidikan kedokteran.
Bagian Pendidikan Kedokteran Fakultas Kedokteran, Universitas Lampung, Jurnal
Kedokteran. 2012;2(2).