BAB I
PENDAHULUAN
Pada BAB ini akan diuraikan mengenail latar belakang masalah, identifikasi
masalah, pembatasan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian.
A. Latar Belakang Masalah
Remaja adalah tahap umur yang datang setelah masa kanak- kanak berakhir,
ditandai oleh pertumbuhan fisik yang cepat. Pertumbuhan yang cepat pada tubuh remaja,
luar dan dalam itu, membawa akibat yang tidak sedikit terhadap sikap, perilaku,
kesehatan serta kepribadian remaja. Dalam masyarakat, dikenal remaja dengan berbagai
istilah yang menunjukkan kelompok umur yang tidak termasuk kanak- kanak tetapi juga
bukan pula dewasa, misalnya jaka-dara dan bujang-gadis. Sebutan itu diperuntukkan bagi
usia sekitar 13 tahun sampai 17 tahun. (smp1wonosari.wordpress.com)
Remaja berada dalam periode perkembangan yang paling optimal dibanding
periode kehidupan lainnya. Remaja punya cukup banyak energi untuk dipergunakan,
punya otot-otot fisik yang kuat. Secara psikis, kemampuan konsentrasi remaja ada dalam
kondisi prima. (likepurely.blogspot.com). dalam prosesnya remaja sedang berada di masa
pencarian identitas. Remaja secara potensial mempunyai sikap-sikap yang menunjukkan
kesadaran dan minat dalam mengembangkan kemampuannya. (riset unggulan remaja)
Menurut Piaget (dalam Santrock, 2001), seorang remaja termotivasi untuk memahami
dunia karena perilaku adaptasi secara biologis mereka. Dalam pandangan Piaget, remaja
secara aktif membangun dunia kognitif mereka, di mana informasi yang didapatkan tidak
1
langsung diterima begitu saja ke dalam skema kognitif mereka. Remaja sudah mampu
membedakan antara hal-hal atau ide-ide yang lebih penting dibanding ide lainnya, lalu
remaja juga menghubungkan ide-ide tersebut. Seorang remaja tidak saja
mengorganisasikan apa yang dialami dan diamati, tetapi remaja mampu mengolah cara
berpikir mereka sehingga memunculkan suatu ide baru.
Di era globalisasi ini remaja dituntut untuk aktif. Tidak hanya aktif dalam
akademis namun juga dalam ekstrakulikuler ataupun organisasi yang dapat memperluas
wawasan bagi remaja itu sendiri. Wawasan yang cukup merupakan salah satu syarat
untuk menjadi diri yang mampu menghadapi zaman yang semakin pesat berkembang.
remaja aktif merupakan cikal bakal dari sebuah generasi yang unggul. Berorganisasi
adalah salah satu yang menjadikan remaja dapat dikatakan aktif. Generasi muda sebagai
generasi penerus dari suatu bangsa merupakan faktor utama yang harus diperhatikan
dalam perkembangan kehidupan berbangsa dan bernegara, karena kesiapan generasi
muda sebagai generasi penerus.(http://www.unila.ac.id/Berita/berita_depan)
Dalam organisasi, peran individu sangat penting, karena organisasi terbentuk
dengan adanya sekelompok orang yang saling berinteraksi dalam mewujudkan tujuan
tertentu. Organisasi adalah sistem hubungan yang terstruktur yang mengoordinasikan
suatu usaha idividu atau kelompok orang untuk mencapai tujuan tertentu. Organisasi juga
dapat dipandang sebagai koordinasi rasional kegiatan sejumlah orang untuk mencapai
beberapa tujuan umum melalui pembagian pekerja dan fungsi berdasarkan hierarki
otoritas dan tanggung jawab. Dengan demikian, organisasi dapat dipandang sebagai
entitas sosial yang terkoordinasi dengan batas-batas yang relatif dapat diidentifikasi dan
relatif berfungsi secara kontinyu untuk mencapai tujuan bersama.
2
Dari beberapa pengertian tentang organisasi dapat diketahui bahwa dalam
organisasi terdapat interaksi atau hubungan antarindividu dan antarkelompok untuk
mencapai suatu tujuan yang telah ditetapkan bersama. Interaksi antar orang atau antar
kelompok yang memiliki nilai serta latar belakang yang berbeda-beda akan saling
memengaruhi satu sama lain sehingga membentuk suatu nilai baru yang akan melandasi
perilaku individu untuk bersama-sama mencapai tujuan organisasi. Dengan demikian,
etika organisasi dapat pula diartikan sebagai pola sikap dan perilaku yang diharapkan dari
setiap individu dan kelompok dalam organisasi, yang pada akhirnya akan membentuk
budaya organisasi yang sejalan dengan visi, misi, dan tujuan organisasi.
Remaja yang aktif dalam berorganisasi mengharapkan suatu masukan ilmu di luar
ilmu pendidikan. Dari berorganisasi remaja dapat lebih membuka diri dan lebih bias
beradaptasi daripada remaja yang hanya mementingkan akademis. Mereka berpandangan
bahwa ada beberapa hal yang tidak di dapat dati dunia pendidikan formal melainkan
didapat dari mulai mengeksplorasi keahlian mereka di organisasi dan belajar dari
organisasi.
Saat ini sudah banyak organisasi anak muda yang menjadikan remaja dapat
mengeksplorasi sesuai keahlian remaja. Organisasi biasanya mempunyai suatu cirri khas
dan spesifikasi khusus. Dalam studi kasus ini penulis mencoba menjadikan Solar
Generation sebagai sample karna mewakili organisasi untuk remaja.
Solar Generation adalah organisasi anak muda usia 15-25 tahun dari seluruh
dunia di bawah kampanye iklim dan energi Greenpeace yang memerangi perubahan iklim
dan menyerukan penggunaan energi bersih. Terdapat di 21 negara termasuk Indonesia.
(www.solargeneration.co.id)
3
Greenpeace adalah organisasi kampanye internasional independen yang
menggunakan konfrontasi kreatif tanpa kekerasan untuk menyoroti masalah-masalah
lingkungan global dan mendorong solusi yang penting bagi masa depan yang hijau dan
damai. Greenpeace juga memiliki kebijakan yang ketat mengenai keuangan dan hanya
menerima dana dari individu perorangan, tidak dari perusahaan ataupun pemerintah.
(www.greenpeace.or.id)
Melihat permasalahan dan hal-hal yang telah dijelaskan di atas, maka penulis
tertarik untuk mengetahui lebih dalam tentang manfaat remaja aktif berorganisasi,
bagaimana mereka menjalani kegiatan berorganisasi, bagaimana strategi pembagian
waktu bersekolah dengan keaktifan berorganisasi, serta bagaimana aktualisasi diri
terbentuk pada remaja yang aktif Konteks permasalahan dalam tulisan ini adalah
gambaran aktualisasi diri pada remaja yang aktif berorganisasi dengan studi kasus
dilakukan di Solar Generation, Greenpeace.
B. Identivikasi Masalah
Aktualisasi diri adalah kebutuhan naluriah pada manusia untuk melakukan yang
terbaik dari yang dia bisa. Istilah ini digunakan dalam berbagai teori psikologi, seperti
oleh Kurt Goldstein, Abraham Maslow, dan Carl Rogers. Goldstein adalah ahli yang
pertama melihat bahwa kebutuhan ini menjadi motivasi utama manusia, sementara
kebutuhan lainnya hanyalah manifestasi dari kebutuhan tersebut. Namun yang membuat
istilah ini lebih mengemuka adalah teori Maslow tentang hirarki kebutuhan, yang
menganggapnya sebagai tingkatan tertinggi dari perkembangan psikologis yang bisa
dicapai bila semua kebutuhan dasar sudah dipenuhi dan pengaktualisasian seluruh potensi
dirinya mulai dilakukan.(www.wikipedia.org)
4
Menurut Maslow, setiap orang harus berkembang sepenuh kemampuannya.
Kebutuhan manusia untuk bertumbuh, berkembang, dan menggunakan kemampuannya
disebut Maslow sebagai aktualisasi diri. Maslow juga menyebut aktualisasi diri sebagai
hasrat untuk makin menjadi diri sepenuh kemampuan sendiri, menjadi apa menurut
kemampuan yang dimiliki. Kebutuhan akan aktualisasi diri ini biasanya muncul setelah
kebutuhan akan cinta dan akan penghargaan terpuaskan secara memadai. (Lianto, 2008)
Kebutuhan akan aktualisasi diri ini merupakan aspek terpenting dalam teori
motivasi Maslow. Dewasa ini bahkan sejumlah pemikir menjadikan kebutuhan ini
sebagai titik tolak prioritas untuk membina manusia berkepribadian unggul. Belakangan
ini muncul gagasan tentang perlunya jembatan antara kemampuan majanerial secara
ekonomis dengan kedalaman spiritual. Manajer yang diharapkan adalah pemimpin yang
handal tanpa melupakan sisi kerohanian. Dalam konteks ini, piramida kebutuhan Maslow
yang berangkat dari titik tolak kebutuhan fisiologis hingga aktualisasi diri
diputarbalikkan. Dengan demikian perilaku organisme yang diharapkan bukanlah
perilaku yang rakus dan terus-menerus mengejar pemuasan kebutuhan, melainkan
perilaku yang lebih suka memahami daripada dipahami, memberi daripada menerima.
Dalam makalah ini, gagasan aktualisasi diri akan mendapat sorotan lebih luas dan dalam
sebelum masuk dalam pembahasan penerapan teori.
(http://prohumancapital.blogspot.com/2008/07/aktualisasi-teori-motivasi-abraham.html)
Rogers sangat percaya dan optimis terhadap sifat alami manusia. Dia yakin bahwa
dorongan paling dasar adalah aktualisasi, yaitu memelihara, menegakkan,
mempertahankan diri, dan meningkatkan diri sendiri. Dia percaya bahwa dengan
memberikan satu kesempatan, individu akan berkembang dalam gerak maju dan punya
5
car-cara untuk menyesuaikan diri. Namun, banyak nilai dan sikap bukan merupakan buah
dari pengalaman langsung diri sendiri, akan tetapi merupakan introyeksi dari orang tua,
guru, dan teman, dan menyebabkan terjadinya simbolisasi yang menyimpang atau yang
diputarbalikkan yang menyebabkan terjadinya intergrasi yang salah atau tidak wajar
dalam jati dirinya. Sebagai akibatnya, banyak individu terbelah, tidak bahagia, dan tidak
mampu merealisasikan secara penuh potensi-potensinya. Oleh karena itu, proses
penyuluhan non-direktif memungkinkan individu bisa menemukan perasaannya yang
sejati mengenai kehormatan dirinya yang positif serta kondisi-kondisi harga dirinya
(Naisaban, 2004).
Dalam hal ini motivasi mempengaruhi pola pikir remaja. Pola pikir yang luas dan
peduli terhadap lingkungan sekitarnya mempengaruhi pandangannya mengenai isu yang
sedang marak diperdebatkan seperti halnya isu dampak pemanasan global bagi
kelangsungan hidup seluruh mahluk yang ada di bumi. Remaja akan merasa lebih
bersemangat dan antusias apabila mempunyai motivasi dalam melakukan hal yang akan
ilakukannya.
Fokus penelitian ini adalah tentang gambaran aktualisasi diri pada remaja yang
berorganisasi. Serta ngengamati kelebihan remaja yang berorganisasi dan strategi yang
digunakan remaja untuk pembagian waktu bersekolah dengan keaktifan berorganisasi.
Penelitian ini akan mencoba untuk melihat gambaran aktualisasi diri pada remaja
yang aktif berorganisasi dengan studi kasus dilakukan di Solar Generation, Greenpeace.
Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah :
1. memahami manfaat apa saja yang didapat remaja aktif berorganisasi.
2. Bagaimana mereka menjalani kegiatan berorganisasi.
6
3. strategi apa yang digunakan remaja untuk pembagian waktu bersekolah dengan
keaktifan berorganisasi.
4. bagaimana aktualisasi diri terbentuk pada remaja yang aktif.
C. Pembatasan Masalah
Penelitian ini terbatas dalam pembahasan mengenai aktualisasi diri yang dimiliki
remaja yang aktif berorganisasi. Hanya pada sample yang diteliti yaitu remaja yang
masih bersekolah yang mengikuti organisasi di Solar Generation. Karena Solar
Generation dianggap dapat mewakili hal yang mau diteliti yaitu gambaran aktualisasi diri
pada remaja yang aktif berorganisasi.
D. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui manfaat remaja aktif berorganisasi,
bagaimana mereka menjalani kegiatan berorganisasi, bagaimana strategi pembagian
waktu bersekolah dengan keaktifan berorganisasi, serta bagaimana aktualisasi diri
terbentuk pada remaja yang aktif yang ada di Solar Generation (sebagai sample).
D. Manfaat Penelitian
a. Manfaat teoritis dari penelitian ini adalah sebagai masukan bagi pengembangan ilmu
psikologi khususnya psikologi sosial, psikologi perkembangan, dan psikologi
kepribadian, dan psikologi lingkungan karena penelitian ini merupakan kajian bagi
remaja teaktualisasi di Solar Generation. Serta dapat juga bermanfaat bagi penelitian-
penelitian yang akan di lakukan selanjutnya.
b. Adapun manfaat praktis dari penelitian ini adalah sebagai masukan untuk psikologi
remaja khususnya bagi remaja yang ingin mengaktualisasikan dirinya dengan cara
aktif berorganisas
7
BAB II
KERANGKA BERFIKIR
Pada bab ini akan diuraikan mengenai aktualisasi diri, pengertian penyesuaian
diri ,Ciri-ciri Pribadi Aktualisasi Diri, penertian organisasi, ciri organisasi, prinsip-prinsip
organisasi, jenis-jenis organisasi, manfaat berorganisasi, penjelasan singkat tentang Solar
Generation-Greenpeace.
A. Aktualisasi Diri
1. Pengertian Aktualisasi Diri
Menurut konsep Hirarki Kebutuhan Individu Abraham Maslow (dalam
Schultz, 1991), manusia didorong oleh kebutuhan-kebutuhan universal dan dibawa
sejak lahir. Kebutuhan ini tersusun dalam tingkatan-tingkatan dari yang terendah
sampai tertinggi. Kebutuhan paling rendah dan paling kuat harus dipuaskan terlebih
dahulu sebelum muncul kebutuhan tingkat selanjutnya. Kebutuhan paling tinggi
dalam hirarki kebutuhan individu Abraham Maslow adalah Aktualisasi Diri
(forum.psikologi.ugm.ac.id). Jenis kebutuhan ini berkaitan erat dengan keinginan
untuk mewujudkan dan mengembangkan potensi diri.( www.e-psikologi.com)
“setiap orang harus berkembang sepenuh kemampuannya.” Pemaparan
tentang kebutuhan psikologis untuk menumbuhkan, mengembangkan dan
menggunakan kemampuan, oleh Maslow disebut aktualisasi diri, merupakan salah
satu aspek penting teorinya tentang motivasi pada manusia. Maslow juga melukiskan
kebutuhan ini sebagai “hasrat untuk makin mejadi diri sepenuh kemampuannya.”
8
Maslow menemukan bahwa kebutuhan akan aktualisasi diri ini biasanya muncul
sesudah kebutuhan akan cinta dan akan penghargaan terpuaskan secara memadai.
(Frank G. Goble, 1971,77)
Hierarki Kebutuhan Menurut Abraham Maslow
(www.restorativedementiacare.com/maslow.png)
Pada tingkat puncak hirarki kebutuhan ini, tidak banyak yang dapat
dikatakan tentang bagaimana cara memotivasi individu pada level ini. Bagi orang-
orang yang dikatakan telah mencapai kematangan psikologis ini, disiplin diri
relatif mudah sebab apa yang ingin mereka lakukan sejalan dengan apa yang
mereka yakini benar. Nilai-nilai dan tindakan mereka didasarkan pada apa yang
nyata bagi mereka, bukan pada apa yang dikatakan orang lain kepada mereka.
Bila pada level kebutuhan sebelumnya, individu biasa dimotivasi oleh
kekurangan, orang yang matang ini terutama dimotivasi oleh kebutuhannya untuk
mengembangkan serta mengaktualisasikan kemampuan-kemampuan dan
kapasitas-kapasitasnya secara penuh. Bahkan menurut Maslow, istilah motivasi
kurang tepat lagi untuk diterapkan pada kebanyakan orang yang berada di tahap
9
aktualisasi diri. Mereka itu amat spontan, bersikap wajar, dan apa yang mereka
lakukan adalah sekedar untuk mewujudkan diri; sekedar pemenuhan hidup
sebagai manusia. Seperti kata Luijpen: Being man is having to be man.
(Lianto,2008)
2. Ciri-ciri Pribadi Aktualisasi Diri
Dari hasil penelitian yang merupakan proses analisis panjang, Maslow
akhirnya mengidentifikasikan 19 karakteristik pribadi yang sampai pada tingkat
aktualisasi diri.
1. Persepsi yang jelas tentang hidup (realitas), termasuk kemampuan untuk
mendeteksi kepalsuan dan menilai karakter seseorang dengan baik. Berkat
persepsi yang tajam, mereka lebih tegas dan jitu dalam memprediksikan peristiwa
yang bakal terjadi. Mereka lebih mampu melihat dan menembus realitas-realitas
yang tersembunyi dalam aneka peristiwa; lebih peka melihat hikmah dari berbagai
masalah.
2. Pribadi demikian melihat hidup apa adanya dan bukan berdasarkan keinginan
mereka. Mereka lebih obyektif dan tidak emosional. Orang yang teraktualisasi diri
tidak akan membiarkan harapan-harapan dan hasrat-hasrat pribadi menyesatkan
pengamatan mereka. Sebaliknya kebanyakan orang lain mungkin hanya mau
mendengarkan apa yang ingin mereka dengar dari orang lain sekalipun
menyangkut hal yang tidak benar dan jujur.
3. Mempunyai spontanitas yang lebih tinggi. Mereka lebih peka terhadap inner life
yang kaya dan tidak konvensional, serta memiliki kemampuan untuk melihat
dunia dari sudut pandang baru dan menghargai keindahan dalam hal-hal yang
10
biasa. Biasanya mereka tidak merasa perlu menyembunyikan perasaan atau
pikiran mereka, atau bertingkah laku yang dibuat-buat. Pribadi teraktualisai punya
selera yang tinggi terhadap seni, musik, dan masalah-masalah politik dan filsafat.
4. Keterpusatan-pada-masalah. Mereka amat konsisten dan menaruh perhatian pada
pertanyaan dan tantangan dari luar diri, memiliki misi atau tujuan yang jelas
sehingga menghasilkan integritas, ketidakpicikan, dan tekun introspeksi. Mereka
mempunyai komitmen yang jelas pada tugas yang harus mereka kerjakan dan
mampu melupakan diri sendiri, dalam arti mampu membaktikan diri pada
pekerjaan, tugas, atau panggilan yang mereka anggap penting.
5. Merindukan kesunyian. Selain mencari kesunyian yang menghasilkan
ketenteraman batin, mereka juga dapat menikmatinya.
6. Mereka sangat mandiri dan otonom, namun sekaligus menyukai orang lain.
Mereka punya keinginan yang sehat akan keleluasaan pribadi yang berbeda dari
kebebasan neurotik (yang serba rahasia dan penuh rasa takut). Terkadang mereka
terlihat sangat otonom, karena mereka menggantungkan diri sepenuhnya pada
kapasitas sendiri. Inilah paradoksnya: mereka adalah orang yang paling
individualis sekaligus sosial dalam masyarakat. Bila mereka menaati suatu aturan
atau perintah, hal itu didasarkan pada pemahaman akan manfaat yang dapat
dicapai dari pemenuhan aturan yang bersangkutan, dan bukan karena ikut-ikutan.
7. Ada kalanya mereka mengalami apa yang disebut “pengalaman puncak” (peak
experience); saat-saat ketika mereka merasa berada dalam keadaan terbaik, saat
diliputi perasaan khidmat, kebahagiaan dan kegembiraan yang mendalam atau
ekstase. Hal ini berkaitan dengan kemampuan mereka untuk berkonsentrasi secara
11
luar biasa. Kadang-kadang kemampuan ini membuat mereka seolah linglung.
Tidak jarang mereka mengalami flow dalam kegiatan yang mereka lakukan.
8. Rasa kekeluargaan terhadap sesama manusia yang disertai dengan semangat yang
tulus untuk membantu sesama.
9. Pribadi unggul ini lebih rendah hati dan menaruh hormat pada orang lain. Mereka
yakin bahwa dalam banyak hal mereka harus belajar dari orang lain. Hal ini
membuat mereka mampu untuk mendengarkan orang lain dengan penuh
kesabaran. Keutamaan (virtue) ini lahir dari pemahaman yang lebih dalam tentang
diri sendiri. Sama seperti anak-anak, mereka mampu mendengarkan orang lain
tanpa apriori atau penilaian sebelumnya. Maslow menyebut keunggulan ini
sebagai “Being cognition” atau “B-cognition”; pengamatan yang pasif dan
reseptif.
10. Mereka memiliki etika yang jelas tentang apa yang baik dan apa yang jahat.
Namun bagi mereka, pertentangan antara yang baik dan yang buruk tidaklah
menjadi masalah. Secara konsisten, mereka akan memilih dan lebih menyukai
nilai-nilai yang lebih luhur.
11. Selera humor yang baik. Mereka tidak tertarik pada pelbagai lelucon yang
melukai atau menyiratkan inferioritas yang membuat orang lain merasa
dilecehkan. Mereka lebih menyukai humor yang filosofis, kosmik, atau yang nilai
humornya terkandung dalam logika kata-kata. Mereka juga menonjol dalam hal
toleransi terhadap kelemahan-kelemahan alamiah orang lain. Namun mereka
sangat anti terhadap ketidakjujuran, penipuan, kebohongan, kekejaman, dan
kemunafikan.
12
12. Kreatif dalam mengucapkan, melakukan, dan menyelesaikan sesuatu. Sifat ini
dikaitkan dengan fleksibelitas, tidak takut membuat sesuatu yang di kemudian
hari ternyata adalah kesalahan, dan keterbukaan. Seperti seorang anak yang lugu,
mereka tidak takut berkreasi karena cemoohan orang lain. Mereka kreatif dan
melihat aneka peristiwa secara segar tanpa prasangka. Menurut Maslow, hampir
setiap anak mampu membuat lagu, sajak, tarian, lakon, atau permainan secara
mendadak, tanpa direncanakan atau didahului oleh maksud tertentu sebelumnya.
Demikian jugalah kira-kira kreativitas orang yang teraktualisasi diri.
13. Mereka memiliki penghargaan yang sehat atas diri sendiri bertolak dari
pengenalan akan potensi diri mereka sendiri. Mereka bisa menerima pujian dan
penghargaan tetapi tidak sampai tergantung pada penghargaan yang diberikan
orang lain. Mereka tidak mendewakan kemasyhuran dan ketenaran kosong.
14. Ketidaksempurnaan. Mereka tentu juga mempunyai perasaan bersalah, cemas,
bersalah, iri dan lain-lain. Namun perasaan itu tidak seperti yang dialami orang-
orang yang neurotis. Mereka lebih dekat dengan cara pikir positif. Mereka tidak
selalu tenang, kadang-kadang bisa meledakkan amarah pula; bosan dengan
obrolan basa-basi , omong-kosong, dan hiruk-pikuk suasana pesta.
15. Mereka mempunyai “hirarki nilai” yang jelas. Mereka mampu melihat dan
membedakan mana yang lebih penting dan harus diprioritaskan dalam situasi
tertentu. Kadar konflik dirinya rendah. Mereka memiliki lebih banyak energi
untuk tujuan-tujuan yang produktif daripada menghabiskan waktu untuk
menyesali diri dan keadaan. Bagi mereka, pertentangan antara yang baik dan yang
buruk tidaklah menjadi masalah. Secara konsisten, mereka akan memilih dan
13
lebih menyukai nilai-nilai yang lebih luhur, dan dengan tulus mengikutinya. Bagi
orang-orang ini, disiplin diri relatif mudah sebab apa yang ingin mereka lakukan
sejalan dengan apa yang mereka yakini benar. Nilai-nilai mereka didasarkan pada
apa yang nyata bagi mereka, bukan pada apa yang dikatakan orang lain kepada
mereka.
16. Resistensi terhadap inkulturisasi. Mereka mampu melihat hal-hal di luar batasan
kebudayaan dan zaman. Maslow menyebut mereka mempunyai apa yang disebut
“kemerdekaan psikologis”. Hal itu tercermin dari keputusan-keputusan mereka
yang terkadang “melawan arus” pendapat khalayak ramai. Mereka tidak segan
menolak kebudayaan mereka jika memang tidak sejalan dengan akal sehat. Untuk
hal-hal kecil seperti sopan-santun, bahasa, dan pakaian, makanan, dan sebagainya
tidak dipermasalahkan. Tapi bila menyangkut hal-hal yang dirasa melawan
prinsip-prinsip dasar, mereka dapat bersikap bebas mandiri dan bertindak di luar
kebiasaan.
17. Mereka cenderung mencari persahabatan dengan orang yang memiliki karakter
yang sama, seperti jujur, tulus hati, baik hati dan berani, namun tidak
menghiraukan ciri-ciri superfisial seperti kelas sosial, agama, latar belakang ras,
dan penampilan. Dalam hal ini mereka tidak merasa terganggu oleh perbedaan-
perbedaan. Makin matang kepribadiannya, mereka makin tidak peduli dengan
penampilan ayu, tubuh tegap, badan montok, dan sebagainya. Sebaliknya mereka
amat menjunjung tinggi soal kecocokan, kebaikan, ketulusan, dan kejujuran.
18. Secara umum dapat dikatakan bahwa orang yang teraktualisasi diri cenderung
membina hidup perkawinan yang kokoh, bahagia, dan berlangsung seumur hidup.
14
Dalam pribadi yang sehat, perkawinan yang terbina memungkinkan kedua belah
pihak saling meningkatkan kepercayaan dan harga diri, saling memberikan
manfaat.
19. Mereka itu sangat filosofis dan sabar dalam menuntut atau menerima perubahan
yang perlu secara tertib. Sementara kebanyakan orang dalam masyarakat
cenderung bersikap sangat praktis atau sangat teoritis, orang yang teraktualisasi
diri lebih condong bersikap praktis sekaligus teoritis tergantung kondisi yang
bersangkutan. Mereka berusaha mencintai dunia apa adanya, dengan tetap
membuka mata pada kekurangan yang ada seraya berupaya memperbaikinya.
(Frank G. Goble, 1971, 50)
B. Organisasi
1. Pengertian Organisasi
Organisasi berasal dari kata organon dalam bahasa Yunani yang berarti
alat. Pengertian organisasi telah banyak disampaikan para ahli, tetapi pada
dasarnya tidak ada perbedaan yang prinsip, dan sebagai bahan perbandingan akan
disampaikan beberapa pendapat sebagai berikut :
a. Chester I. Barnard (1938) dalam bukunya “The Executive Functions”
mengemukakan bahwa : “ Organisasi adalah system kerjasama antara dua
orang atau lebih” (I define organization as a system of cooperatives of two
more persons)
b. James D. Mooney mengatakan bahwa : “Organization is the form of every
human association for the attainment of common purpose” (Organisasi adalah
setiap bentuk kerjasama untuk mencapai tujuan bersama)
15
c. Menurut Dimock, organisasi adalah : “Organization is the systematic bringing
together of interdependent part to form a unified whole through which
authority, coordination and control may be exercised to achive a given
purpose” (organisasi adalah perpaduan secara sistematis daripada bagian-
bagian yang saling ketergantungan/berkaitan untuk membentuk suatu
kesatuan yang bulat melalui kewenangan, koordinasi dan pengawasan dalam
usaha mencapai tujuan yang telah ditentukan).
Dari beberapa pengertian organisasi di atas, dapat disimpulkan bahwa setiap
organisasi harus memiliki tiga unsur dasar, yaitu :
a. Orang-orang (sekumpulan orang),
b. Kerjasama,
c. Tujuan yang ingin dicapai,
Dengan demikian organisasi merupakan sarana untuk melakukan
kerjasama antara orang-orang dalam rangka mencapai tujuan bersama, dengan
mendayagunakan sumber daya yang dimiliki.
2. Ciri Organisasi
Seperti telah diuraikan di atas bahwa organisasi memiliki tiga unsur dasar, dan
secara lebih rinci organisasi memiliki ciri-ciri sebagai berikut :
a. Adanya suatu kelompok orang yang dapat dikenal dan saling mengenal,
b. Adanya kegiatan yang berbeda-beda, tetapi satu sama lain saling berkaitan
(interdependent part) yang merupakan kesatuan kegiatan,
c. Tiap-tiap orang memberikan sumbangan atau kontribusinya berupa; pemikiran,
tenaga, dan lain-lain,
16
d. Adanya kewenangan, koordinasi dan pengawasan,
e. Adanya tujuan yang ingin dicapai.
3. Prinsip-Prinsip Organisasi
Prinsip-prinsip organisasi banyak dikemukan oleh para ahli, salah satunya A.M.
Williams yang mengemukakan pendapatnya cukup lengkap dalam bukunya
“Organization of Canadian Government Administration” (1965), bahwa prinsip-
prinsip organisasi meliputi :
1) Organisasi Harus Mempunyai Tujuan yang Jelas.
Organisasi dibentuk atas dasar adanya tujuan yang ingin dicapai, dengan
demikian tidak mungkin suatu organisasi tanpa adanya tujuan. Misalnya,
organisasi pelayanan kesehatan seperti rumah sakit dan puskesmas sebagai suatu
organisasi, mempunyai tujuan yang ingin dicapai antara lain, memberikan
pelayanan kesehatan yang berkualitas dan lain lain.
2) Prinsip Skala Hirarkhi.
Dalam suatu organisasi harus ada garis kewenangan yang jelas dari
pimpinan, pembantu pimpinan sampai pelaksana, sehingga dapat mempertegas
dalam pendelegasian wewenang dan pertanggungjawaban, dan akan menunjang
efektivitas jalannya organisasi secara keseluruhan.
3) Prinsip Kesatuan Perintah.
Dalam hal ini, seseorang hanya menerima perintah atau bertanggung
jawab kepada seorang atasan saja.
4) Prinsip Pendelegasian Wewenang.
17
Seorang pemimpin mempunyai kemampuan terbatas dalam menjalankan
pekerjaannya, sehingga perlu dilakukan pendelegasian wewenang kepada
bawahannya. Pejabat yang diberi wewenang harus dapat menjamin tercapainya
hasil yang diharapkan. Dalam pendelegasian, wewenang yang dilimpahkan
meliputi kewenangan dalam pengambilan keputusan, melakukan hubungan
dengan orang lain, dan mengadakan tindakan tanpa minta persetujuan lebih
dahulu kepada atasannya lagi.
5) Prinsip Pertanggungjawaban.
Dalam menjalankan tugasnya setiap pegawai harus bertanggung jawab
sepenuhnya kepada atasan.
6) Prinsip Pembagian Pekerjaan.
Suatu organisasi, untuk mencapai tujuannya, melakukan berbagai aktivitas
atau kegiatan. Agar kegiatan tersebut dapat berjalan optimal maka dilakukan
pembagian tugas/pekerjaan yang didasarkan kepada kemampuan dan keahlian
dari masing-masing pegawai. Adanya kejelasan dalam pembagian tugas, akan
memperjelas dalam pendelegasian wewenang, pertanggungjawaban, serta
menunjang efektivitas jalannya organisasi.
7) Prinsip Rentang Pengendalian.
Artinya bahwa jumlah bawahan atau staf yang harus dikendalikan oleh
seorang atasan perlu dibatasi secara rasional. Rentang kendali ini sesuai dengan
bentuk dan tipe organisasi, semakin besar suatu organisasi dengan jumlah
pegawai yang cukup banyak, semakin kompleks rentang pengendaliannya.
8) Prinsip Fungsional.
18
Bahwa seorang pegawai dalam suatu organisasi secara fungsional harus
jelas tugas dan wewenangnya, kegiatannya, hubungan kerja, serta tanggung jawab
dari pekerjaannya.
9) Prinsip Pemisahan.
Bahwa beban tugas pekerjaan seseorang tidak dapat dibebankan tanggung
jawabnya kepada orang lain.
10) Prinsip Keseimbangan.
Keseimbangan antara struktur organisasi yang efektif dengan tujuan
organisasi. Dalam hal ini, penyusunan struktur organisasi harus sesuai dengan
tujuan dari organisasi tersebut. Tujuan organisasi tersebut akan diwujudkan
melalui aktivitas/ kegiatan yang akan dilakukan. Organisasi yang aktivitasnya
sederhana (tidak kompleks) contoh ‘koperasi di suatu desa terpencil’, struktur
organisasinya akan berbeda dengan organisasi koperasi yang ada di kota besar
seperti di Jakarta, Bandung, atau Surabaya.
11) Prinsip Fleksibilitas
Organisasi harus senantiasa melakukan pertumbuhan dan perkembangan
sesuai dengan dinamika organisasi sendiri (internal factor) dan juga karena
adanya pengaruh di luar organisasi (external factor), sehingga organisasi mampu
menjalankan fungsi dalam mencapai tujuannya.
12) Prinsip Kepemimpinan.
Dalam organisasi apapun bentuknya diperlukan adanya kepemimpinan,
atau dengan kata lain organisasi mampu menjalankan aktivitasnya karena adanya
proses kepemimpinan yang digerakan oleh pemimpin organisasi tersebut.
19
Organisasi (Yunani: ὄργανον, organon - alat) adalah suatu kelompok orang yang
memiliki tujuan yang sama. Baik dalam penggunaan sehari-hari maupun ilmiah,
istilah ini digunakan dengan banyak cara.
4. Jenis-jenis Organisasi
Pengelompokan jenis organisasi dapat dilakukan dengan menggunakan kriteria
sebagai berikut :
1. Berdasarkan jumlah orang yang memegang pucuk pimpinan.
(1) bentuk tunggal, yaitu pucuk pimpinan berada ditangan satu orang, semua
kekuasaan dan tugas pekerjaan bersumber kepada satu orang. (2) bentuk komisi,
pimpinan organisasi merupakan suatu dewan yang terdiri dari beberapa orang,
semua kekuasaan dan tanggung jawab dipikul oleh dewan sebagai suatu kesatuan.
2. Berdasarkan lalu lintas kekuasaan.
Bentuk organisasi ini meliputi; (1) organisasi lini atau bentuk lurus, kekuasaan
mengalir dari pucuk pimpinan organisasi langsung lurus kepada para pejabat yang
memimpin unit-unit dalam organisasi, (2) bentuk lini dan staff, dalam organisasi
ini pucuk pimpinan dibantu oleh staf pimpinan ahli dengan tugas sebagai
pembantu pucuk pimpinan dalam menjalankan roda organisasi, (3) bentuk
fungsional, bentuk organisasi dalam kegiatannya dibagi dalam fungsi-fungsi yang
dipimpin oleh seorang ahli dibidangnya, dengan hubungan kerja lebih bersifat
horizontal.
3. Berdasarkan sifat hubungan personal, yaitu ;
(1) organisasi formal, adalah organisasi yang diatur secara resmi, seperti :
organisasi pemerintahan, organisasi yang berbadan hukum (2) organisasi
20
informal, adalah organisasi yang terbentuk karena hubungan bersifat pribadi,
antara lain kesamaan minat atau hobby, dll.
4. Berdasarkan tujuan.
Organisasi ini dapat dibedakan, yaitu : (1) organisasi yang tujuannya mencari
keuntungan atau ‘profit oriented’ dan (2) organisasi sosial atau ‘non profit
oriented ‘
5. Berdasarkan kehidupan dalam masyarakat, yaitu ;
(1) organisasi pendidikan, (2) organisasi kesehatan, (3) organisasi pertanian, dan
lain lain.
6. Berdasarkan fungsi dan tujuan yang dilayani, yaitu :
(1) Organisasi produksi, misalnya organisasi produk makanan, (2) Organisasi
berorientasi pada politik, misalnya partai politik (3) Organisasi yang bersifat
integratif, misalnya serikat pekerja (4) Organisasi pemelihara, misalnya organisasi
peduli lingkungan, dan lain lain.
7. Berdasarkan pihak yang memakai manfaat.
Organisasi ini meliputi; (1) Mutual benefit organization, yaitu organisasi yang
kemanfaatannya terutama dinikmati oleh anggotanya, seperti koperasi, (2) Service
organization, yaitu organisasi yang kemanfaatannya dinikmati oleh pelanggan,
misalnya bank, (3) Business Organization, organisasi yang bergerak dalam dunia
usaha, seperti perusahaan-perusahaan, (4) Commonwealth organization, adalah
organisasi yang kemanfaatannya terutama dinikmati oleh masyarakat umum,
seperti organisasi pelayanan kesehatan, contohnya rumah sakit, Puskesmas, dll
21
5. Manfaat Berorganisasi
1. Menambah pengalaman
Dengan menjadi anggota panitia suatu kegiatan, mendapat pengalaman
berorganisasi. Bagaimana bekerja dalam komunitas yang terdiri dari individu-
individu majemuk, beraneka ragam latar belakang dan pola pikir. Dengan
kesibukan tambahan ini, mau tidak mau kita harus belajar strategi menyatukan
visi, membagi kerja, dan menjalankan tugas. Istilah kerennya, job description
masing-masing tugas harus jelas. Berbagai benturan yang mungkin terjadi saat
menyatukan visi, tentu akan menjadi tambahan pengalaman tersendiri. Begitu
pula saat pembagian kerja, menjadi terbiasa untuk bekerja secara team work,
saling membahu, mendukung satu dengan lainnya.
Selain memperoleh pengalaman berorganisasi, pengalaman dan
menambah wawasan dalam bidang yang kita kerjakan. Bergabung dengan
kepanitiaan suatu kegiatan tentu membuat kita harus berinteraksi dengan
banyak orang. Proses interaksi ini membuat kita menjadi kenal dan dikenal
banyak orang.
2. Sikap mental
berorganisasi juga membentuk sikap mental positif, misalnya
kedisiplinan, ketekunan, kejujuran, dan percaya diri. Setiap kerja pasti ada
target waktu (deadline) yang harus dicapai. Selain kedisiplinan, ketekunan
kita juga terasah. Tidak semua tugas yang menjadi tanggung jawab, mudah
dilaksanakan. Kadangkala ada tugas yang membutuhkan ketekunan, seperti
22
mewawancarai orang penting yang sulit ditemui. Bila tidak tekun tugas kita
tidak terselesaikan.
Jabatan menjadikan individu bersikap jujur, tidak menyalahgunakan
kepercayaan yang telah diberikan. Hal ini membutuhkan keberanian untuk
melawan keinginan negatif dan melatih kejujuran kita.
Dengan pengalaman berorganisasi, secara sadar maupun tidak, tingkat
kepercayaan diri juga meningkat. Kepercayaan diri yang tinggi ini amat
berguna saat harus melangkah dan menentukan sesuatu. Maka akan terbentuk
individu yang lebih berani dalam menghadapi segala situasi.
C. Solar Generation-Greenpeace
Greenpeace adalah organisasi kampanye internasional independen yang
menggunakan konfrontasi kreatif tanpa kekerasan untuk menyoroti masalah-masalah
lingkungan global dan mendorong solusi yang penting bagi masa depan yang hijau dan
damai. Greenpeace juga memiliki kebijakan yang ketat mengenai keuangan dan hanya
menerima dana dari individu perorangan, tidak dari perusahaan ataupun pemerintah.
(www.greenpeace.or.id)
Solar Generation adalah organisasi anak muda usia 15-25 tahun dari seluruh dunia
di bawah kampanye iklim dan energi Greenpeace yang memerangi perubahan iklim dan
menyerukan penggunaan energi bersih. Terdapat di 21 negara termasuk Indonesia. Di
Indonesia Solar Generation lahir dari sebuah program kampanye Perubahan Iklim &
Energi yang dilakukan Greenpeace South East Asia, dimana Greenpeace melakukan
pembangunan kesadaran publik tentang Revolusi Energi ke berbagai kampus dan
sekolah, serta mengajak anak – anak muda untuk melakukan aksi nyata, dan baru-lah
23
pada 1 Desember 2007 organisasi yang gawangi oleh kaum muda ini melakukan
launching sekaligus mengkampanye-kan pemanasan global dan penggunaan energi yang
ramah lingkungan di Pantai Kuta, Bali dengan tagline “Kyoto Just Do It, Youth Act
Now!”. Acara yang di gelar selama 2 hari itu juga sebagai respon terhadap konferensi
internasional perserikatan bangsa-bangsa (PBB) untuk perubahan iklim (UNFCCC). .
(www.solargeneration.co.id)
Organisasi ini menang dikhususkan bagi anak muda yang ingin berperan aktif
melawan dapak dari perubahan iklim. Beberapa yang telah dilakukan antara lain
membangun komunitas di setiap sekolah dengan sebutan Student Action For Climate,
melakukan kampanye energi efisiensi dan renewable energy.
D. Kerangka Berfikir
Menurut Piaget (dalam Santrock, 2001), seorang remaja termotivasi untuk
memahami dunia karena perilaku adaptasi secara biologis mereka. Dalam pandangan
Piaget, remaja secara aktif membangun dunia kognitif mereka, di mana informasi yang
didapatkan tidak langsung diterima begitu saja ke dalam skema kognitif mereka. Remaja
sudah mampu membedakan antara hal-hal atau ide-ide yang lebih penting dibanding ide
lainnya, lalu remaja juga menghubungkan ide-ide tersebut. Seorang remaja tidak saja
mengorganisasikan apa yang dialami dan diamati, tetapi remaja mampu mengolah cara
berpikir mereka sehingga memunculkan suatu ide baru.
Perkembangan kognitif adalah perubahan kemampuan mental seperti belajar,
memori, menalar, berpikir, dan bahasa. Piaget (dalam Papalia & Olds, 2001)
mengemukakan bahwa pada masa remaja terjadi kematangan kognitif, yaitu interaksi dari
struktur otak yang telah sempurna dan lingkungan sosial yang semakin luas untuk
24
eksperimentasi memungkinkan remaja untuk berpikir abstrak. Piaget menyebut tahap
perkembangan kognitif ini sebagai tahap operasi formal (dalam Papalia & Olds, 2001).
Tahap formal operations adalah suatu tahap dimana seseorang sudah mampu
berpikir secara abstrak. Seorang remaja tidak lagi terbatas pada hal-hal yang aktual, serta
pengalaman yang benar-benar terjadi. Dengan mencapai tahap operasi formal remaja
dapat berpikir dengan fleksibel dan kompleks. Seorang remaja mampu menemukan
alternatif jawaban atau penjelasan tentang suatu hal. Berbeda dengan seorang anak yang
baru mencapai tahap operasi konkret yang hanya mampu memikirkan satu penjelasan
untuk suatu hal. Hal ini memungkinkan remaja berpikir secara hipotetis. Remaja sudah
mampu memikirkan suatu situasi yang masih berupa rencana atau suatu bayangan
(Santrock, 2001). Remaja dapat memahami bahwa tindakan yang dilakukan pada saat ini
dapat memiliki efek pada masa yang akan datang. Dengan demikian, seorang remaja
mampu memperkirakan konsekuensi dari tindakannya, termasuk adanya kemungkinan
yang dapat membahayakan dirinya.
Pada tahap ini, remaja juga sudah mulai mampu berspekulasi tentang sesuatu,
dimana mereka sudah mulai membayangkan sesuatu yang diinginkan di masa depan.
Perkembangan kognitif yang terjadi pada remaja juga dapat dilihat dari kemampuan
seorang remaja untuk berpikir lebih logis. Remaja sudah mulai mempunyai pola berpikir
sebagai peneliti, dimana mereka mampu membuat suatu perencanaan untuk mencapai
suatu tujuan di masa depan (Santrock, 2001). Dibanding pada masa kanak-kanak, remaja
lebih banyak melakukan kegiatan di luar rumah seperti kegiatan sekolah, ekstra kurikuler
dan bermain dengan teman (Conger, 1991; Papalia & Olds, 2001).
25
Dengan demikian remaja dapat dikatagorikan sedang tahap pencarian identitas.
Dalam proses pencarian identitas remaja mulai menampilkan ciri-ciri aktualisasi diri yang
terbentuk karena proses kognitifnya. Fenomena remaja yang aktif dalam berorganisasi
menunjukan perilaku yang berbeda daripada remaja yang hanya berkutat di sekolah
(akademis) dan rumah.
Prasyarat untuk mencapai aktualisasi diri adalah memuaskan empat kebutuhan
yang berada dalam tingkat yang lebih rendah: 1. Kebutuhan-kebutuhan fisiologis, 2.
kebutuhan-kebutuhan akan rasa aman 3. kebutuhan-kebutuhan akan memiliki dan cinta 4.
kebutuhan-kebutuhan penghargaan. Kebutuhan-kebutuhan ini harus sekurang-kurangnya
sebagian dipuaskan dalam urutan ini, sebelum timbul kebutuhan akan aktualisasi diri.
(forum.psikologi.ugm.ac.id)
Dalam aktualisasi diri individu dipengaruhi oleh beberapa factor-faktor yang
bersumber dari dalam dan luar dirinya.faktor-faktor yang berasal dari dalam dan luar
individu tersebut diantaranya berupa :
1. Faktor pertama yaitu berupa aktivitas, kegemaran atau hobi yang dilakukan
individu untuk membantu individu dalam mengaktualisasi dirinya. Dalam hal ini
dimana remaja yang aktif dalam berorganisasi dapat mengembangkan
kemampuannya dalam wadah organisasi.
2. faktor kedua, remaja yang teraktualisasi dirinya menginginkan sesuatu yang baru
dan berbeda. Remaja akan berfikir untuk lebih kreatif dalam mengucapkan,
melakukan, dan menyelesaikan sesuatu. Sifat ini dikaitkan dengan fleksibelitas,
tidak takut membuat sesuatu yang di kemudian hari ternyata adalah kesalahan,
dan keterbukaan. Dimana remaja menginginkan ide-ide kreatifnya dapat berguna
26
bagi kepentingan orang banyak. Oleh karena itu remaja memilih mengikuti
organisasi.
3. faktor ketiga yaitu remaja yang mudah dalam menyesuaikan diri dengan baik
akan berusaha mencari tantangan baru. Remaja yang ingin tantangan dalam
hidupnya akan mencoba banyak hal untuk menggali potensi dalam dirinya.
Remaja yang berfikir positif kebanyakan akan memilih aktif dalam berorganisasi,
menggali kemampuannya dalam minat yang diinginkannya.
4. faktor keempat yaitu sumber yang berupa impian yang diwujudkan dalam cita-
cita, tujuan hidup, ideologi atau persepsi dan sikap individu mengenai dirinya
sendiri dimana impian memberikan tujuan, kekuatan dan ketahanan dalam dalam
menghadapi berbagai rintangan. Dimana ketika remaja berorganisasi memiliki
tujuan dan cita-cita untuk mengembangkan potensinya untuk bias menjadi orang
yang berguna.
5. faktor kelima yaitu memiliki kemampuan berinteraksi dengan baik dengan orang
banyak. Dan dalam interaksi antar individu dengan lainnya akan saling
mempengaruhi satu sama lain. Apabila remaja berada dalam lingkungan yang
terdiri dari orang-orang yang ingin mengaktualisasi diri akan memacu motivsinya
dalam hal yang sama.
Maka ketika remaja memilih untuk aktif berorganisasi remaja tersebut dapat
dipengaruhi beberapa fakor di atas. Fakor-faktor tersebut mempengaruhi munculnya
aktualisasi diri pada remaja yang berorganisasi.
27
BAB III
METODE PENELITIAN
Dalam bab ini akan diuraikan mengenai metode penelitian yang akan digunakan
dalam penelitian ini. Untuk mendapatkan gambaran yang jelas, lengkap, menyeluruh
serta mendalam, baik secara langsung maupun tidak langsung mengenai penelitian ini.
Maka metode yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian
kualitatif, studi kasus.
A. Rancangan Penelitian
Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode pendekatan kualitatif dengan
tipe penelitian studi kasus yang berupa kata-kata dari orang atau perilaku yang diamati.
Seperti yang Bodgan dan Taylor definisikan (dalam Yin 1997,5) bahwa metodologi
kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata
dari orang-orang dan perilaku yang diamati. Pendekatan ini diarahkan pada latar belakang
individu secara holistic (utuh). Jadi dalam hal ini tidak boleh mengisolasikan individu
atau organisasi ke dalam variable atau hipotesis, tetapi perlu memandangnya sebagai
bagian dari suatu keutuhan. Dasar penelitian kualitatif adalah berupaya untuk memahami
sudut pandang dan konteks subjek penelitian secara mendalam.
Studi kasus adalah studi yang menggambarkan atau menjelaskan pengalaman
dalam bahasa pengalaman. Bahasa pengalaman adalah konkret bukan abstrak, kosa
katanya diambil dari kata-kata yang dipakai sehari-hari bukan istilah-istilah teknis atau
kata-kata baru (Hall dan Linzey 2005:199). Dalam penelitian ini peneliti juga berusaha
28
memahami arti peristiwa atau kaitan-kaitannya terhadap orang-orang biasa dalam situasi
tertentu. (Moleong 200:9).
Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini berupa kata-kata, gambar, dan bukan
angka-angka. Hal ini disebabkan oleh adanya penerapan metode kualitatif. Selain itu,
semua yang dikumpulkan memungkinan menjadi kunci terhadap apa yang sudah diteliti.
Dengan demikian, laporan penelitian akan berisi kutipan-kutipan data untuk memberikan
gambaran penyajian laporan tersebut.
B. Prosedur Pengambilan Subjek
Penelitian kualitatif memiliki dasar filosofis yang berbeda dari pendekatan kuantitatif.
Penelitian kualitatif tidak menekankan upaya generalisasi (jumlah) melalui perolehan
sample acak, melainkan berupaya memahami sudut pandang dan konteks subjek
penelitian secara mendalam. Menurut Sarantakos (dalam Poerwandari 2005:95) bahwa
prosedur penentuan subjek atau sumber data dalam penelitian kualitatif umumnya
manampilkan karakteristik :
1. diarahkan tidak pada jumlah sample yang besar.
2. tidak ditentukan secara kaku sejak awal, tetapi dapat berubah baik dalam hal
jumlah maupun karakteristik sampelnya, sesuai dengan pemahaman konseptual
yang berkembang dalam penelitian.
3. tidak diarahkan pada keterwakilan dalam arti jumlah atau peristiwa acak
melainkan pada kecocokan konteks.
Jumlah sample tidak selamanya diperlukan dalam jumlah besar, yang diutamakan
adalah kekhasan sample. Maka, dalam penelitian ini, jumlah responden yang diambil
adalah sebanyak 2 orang. Pada penelitian ini pengambilan subjek dilakukan berdasarkan
29
teori atau konstruk operasional (theory based/ operational contruct sampling). Dalam hal
ini dilakukan agar subjek penelitian sungguh-sungguh mewakili (bersifat representatif)
terhadap kasus yang dipelajari. Hanya individu yang memenuhi criteria penelitian dan
yang dapat dijumpai saja yang diteliti atau diwawancara. Disini penulis menentukan
sendiri responden yang sesuai dengan cirri umum dan kualitas yang diharapkan pada
manusia sebagai subjek penelitian (Moleong:200,12). Subjek penelitian ini adalah remaja
yang aktif berorganisasi, yang telah diungkapkan definisinya pada bagian tinjaun pustaka.
Penelitian ini menggunakan pengambilan sample berdasarkan teori remaja berorganisasi.
Adapun yang termasuk karakteristik subjek adalah :
1. responden terbatas hanya pada remaja menengah yang masih duduk di bangku
SMA.
2. remaja mengikuti organisasi di sekolah maupun di luar sekolah. Dan dalam studi
kasus ini menjadikan member Solar Generation sebagai sample.
3. dapat berkomunikasi dengan baik dan lancar hal ini dikarenakan agar pada saat
penelitian berlangsung komunikasi berjalan dengan lancar antara subjek dan
peneliti.
C. Metode Pengumpulan Data
Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan cara wawancara, observasi dan
dokumen-dokumen tertulis. (Patton,1990). Masing-masing metode pengumpulan data
adalah sebagai berikut :
1. wawancara
Instrument utama dalam metode kualitatif adalah wawancara. Metode
wawancara ini diambil sebagai usaha untuk mendapatkan pengetahuan akan
30
makna-maknasubjektif yang dipahami individu berkenaan dengan topic yang
tidak dapat dilakukan melalui pendekatan lain.
Wawancara sendiri didefinisikan sebagai percakapan Tanya jawab yang
diarahkan untuk mencapai tujuan tertentu (Poerwandari, 2001). Jenis
wawancara yang akan digunakan oleh peneliti untuk membantu ketepatan
penelitian adalah wawancara dengan pedoman umum. Dengan menggunakan
cara ini maka peneliti akan memiliki pedoman wawancara yang sangat umum,
yang mencantumkan isu-isu yang harus diliputi tanpa menentukan urutan
pertanyaan.
Pedoman wawancara yang dimiliki peneliti digunakan untuk
mengingatkan peneliti mengenai aspek-aspek yang harus dibahas, sekaligus
sebagai daftar untuk melihat apakah semua aspek yang penting telah dibahas
atau ditanyakan. (Banister dkk, 1994 dalam Poerwandari, 2005)
Sebuah kegiatan wawancara didefinisikan sebagai proses komunikasi
interaksional antar dua pihak bersangkutan dimana setidaknya salah satu pihak
memiliki sebuah tujuan yang serius dan telah direncanakan sebelumnya, dan
biasanya melibatkan kegiatan memberi pertanyaan dan menjawab pertanyaan.
(Stewart and Cash, 2000)
Interaksional mengacu pada pertukaran peran, tanggung jawab, perasaan,
kepercayaan, motif, dan informasi. Proses menunjukan kedinamisan, interaksi
yang selalu berubah, dengan banyak variable yang beroprasi satu sama lain, dan
tingkat system dan struktur. Dua pihak yang bersangkutan menunjukan bahwa
sebuah proses wawancara akan selalu melibatkan dua pihak terkait yaitu
31
pewawancara dan orang yang diwawancara.dalam sebuah wawancara juga
sudah pasti adanya tujuan yang telah ditentukan sebelumnya sebelum dicapai,
dan tujuan tersebut dapat dicapai dengan cara menanyakan pertanyaan yang
akan nantinya akan membantu proses wawancara untuk mendapatkan jawaban
yang dituju.
Pada penelitian ini tipe wawancara yang akan digunakan adalah tipe
information gathering, dimana fungsi utama dari sebuah wawancara adalah
untuk mendapatkan sebuah fakta, pendapat, data, perasaan, sikap, kepercayaan,
reksi, dan umpan balik (Stewart and Cash, 2000).
2. observasi
Selain menggunakan metode wawancara, penelitian ini juga menggunakan
metode observasi sebagai metode panunjang dan pelengkap. Observasi
bertujuan untuk mendeskripsikan setting yang dipelajari, aktivitas-aktivitas
yang berlangsung, orang yang terlibat dalam kejadian yang diamati tersebut.
Istilah observasi diartikan sebagai kegiatan memperhatikan secara akurat untuk
mencatat fenomena yang akan muncul, dan mempertimbangkan hubungan antar
aspek dalam fenomena tersebut. Tujuan observasi dalam penelitian ini adalah
untuk mendeskripsikan setting dan situasi limgkungan dan juga
menggambarkan sikap dan tingkah laku subjek penelitian.
Tujuan melakukan observasi adalah untuk mendeskripsikan dan
menjelaskan situasi yang diamati, aktivitas-aktivitas yang akan dilakukan pada
situasi tersebut, orang-orang yang berpartisipasi dalam situasi tersebut, dan
makna dari apa yang telah diobservasi berdasarkan perspektif dari mereka yang
32
terlibat dalam situasi yangdiamati tersebut. Deskripsi harus bersifat factual,
akurat, dan tidak dipengaruhi oleh hal lain yang tidak relevan. (Patton, 1990)
Pentingnya data dari kegiatan observasi :
- peneliti dapat memperoleh pemahaman lebih tentang konteks dalam mana
hal yang diteliti.
- Memungkinkan peneliti untuk bersikap terbuka, berorientasi pada penemuan
daripada pembuktian, dan mempertahankan pilihan untuk mendekati masalh
secara induktif.
- Mengingat bahwa individu yang bersangkutan sering mengalami kesulitan
merefleksikan pemikiran tentang pengalaman mereka. Observasi
memungkinkan peneliti untuk melihat hal-hal yang kurang disadari oleh
subjek sendiri.
- Memungkinkan peneliti untuk memperoleh data tentang hal-hal yang karena
berbagai sebab tidak diungkapkan oleh subjek penelitian secara terbuka
dalam wawancara.
- Jawaban yang diberikan oleh subjek sering diwarnai oleh persepsi selektif
individu, sehingga memungkinkan peneliti untuk bergerak lebih jauh dari
persepsi selektif yang ditampilkan subjek penelitian atau pihak lain.
- Memungkinkan peneliti untuk merefleksikan dan bersikap instrospektif
terhadap penelitian yang dilakukan. Impresi dan perasaan pengamat akan
menjadi bagian dari data yang dapat dimanfaatkan untuk memahami
fenomena yang diteliti.
33
3. dokumentasi
Penggunaan dokumentasi dalam studi ini adalah untuk menambah bukti
dan rincian spesifik dari sumber-sumber lain guna mendukung data yang
diperoleh dari sumber-sumber yang lain. Dalam penelitian ini penulis
menggunakan tape recorder untuk merekam pembicaraan selama proses
wawancara. Selain itu digunakan juga dokumentasi berupa foto-foto untuk
menambah bukti pada penelitian.
D. Kredibilitas Penelitian
Teknik yang dilakukan untuk kredibilitas penelitian disini adalah dengan metode
triangulasi. Triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan
sesuatu yang lain diluar data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding
terhadap data tersebut. Teknik triangulasi yang paling banyak digunakan ialah
pemeriksaan melalui sumber lainnya. Denzim (dalam Moleong, 2001:178) membedakan
empat macam triangulasi sebagai teknik pemeriksaan yang memanfaatkan penggunaan
sumber, metode, penyidik, dan teori. Pada penelitian ini digunakan triangulasi dengan
pemanfaatan sumber yang berarti membandingkan dan mengecek balik
derajatkepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui waktu dan alat yang berbeda
dalam metode kualitatif (Patton, dalam Moleong, 2001: 178).
Hal tersebut dapat dicapai dengan jalan :
6. membandingkan data hasil pengamatan dengan hasil wawancara.
7. membandingkan apa yang dikatakan orang di depan umum dengan apa yang
dikatakan secara pribadi.
E. Tahapan Penelitian
34
Dalam tahapan penelitian, penulis memulai dari menentukan topic permasalahan,
mengumpulkan sumber-sumber kepustakaan dan menghubungi pihak-pihak yang terkait
dalam pelaksanaan proses penelitian ini. Adapun rinciannya adalah sebagai berikut :
1. tahap persiapan pelaksanaan
Pada tahap ini penulis menyusun alat penelitian berupa pedoman
wawancara yang berisi daftar pertanyaan dan juga pedoman observasi yang
terdapat pada tinjauan pustaka. Penulis menyusun pertanyaan dan pedoman
observasi yang dapat memungkinkan penulis untuk mendapatkan informasi yang
dibutuhkan sesuai dengan permasalahan dan tujuan penelitian. Setelah penyusun
tersebut selesai, penulis menyerahkan pedoman tersebut untuk diperiksa dan
direvisi kepada pembimbing skripsi. Kemudian penulisan menguji pedoman
tersebut kepada subjek, untuk melihat apakah pedoman tersebut telah mampu
untuk menggali informasi yang dibutuhkan.
Setelah pedoman wawancara dan observasi telah dianggap cukup, maka
penulis pun mencari sendiri atau dengan bantuan orang lain untuk mencari dan
mendapatkan subjek yang sesuai dengan kriteria yang telah ditentukan. Apabila
telah menentukan subjek yang sesuai dengan karakteristik sample maka penulis
harus terlebih dahulu membangun rappot yang baik dengan subjek melalui
telepon dan kemudian meminta kesediaan subjek untuk diwawancara secara
langsung. Setelah subjek mengatakan setuju, berulah kemudian penulis dan
subjek bersama-sama menentukan tempat dan waktu wawancara.
35
2. Tahap Pelaksanaan
Yang pertama kali dilakukan dalam tahap pelaksanaan adalah
menghubungi subjek dan menjelaskan segala sesuatu dengan detil agar subjek
mengerti dan tidak terjadi kesalahanpahaman, serta menanyakan kesediaan untuk
menjadi subjek penelitian. Selanjutnya pada kontak telepon yang kedua baru
kemudian membuat janji untuk bertemu dan mengadakan wawancara serta
observasi.
Peneliti akan berbincang-bincang dahulu setelah itu memasuki topik
wawancara, hal ini dimaksudkan agar subjek tidak merasa sebagai bahan
penelitian serta membuat rappot yang baik pada kedua belah pihak. Peneliti akan
merekam semua wawancara dengan tape recorder, tentunya atas persetujuan dari
subjek. Selain observasi terhadap subjek pada saat proses wawancara,
pengamatan partisipasi berlangsung pada saat subjek melakukan aktivitas di
dalam rumah dan pada saat jalan-jalan ke luar rumah. Pengamatan ini dilakukan
pada hari yang berbeda. Hambatan yang mingkin akan ditemui selama
pelaksanaan penelitian adalah masalah waktu untuk bertemu, tempat, atau mood
serta keadaan emosi subjek yang tidak dapat diperkirakan oleh peneliti.
F. Prosedur Analisis Data
Prosedur dalam menganalisis hasil data :
1. Mengubah hasil wawancara menjadi bentuk verbatim (menuliskan hasil wawancara
secara verbal kata per kata)
2. memilih data yang relevan dengan topic penulisan, yaitu gambaran aktualisasi diri
pada remaja yang aktif berorganisasi.
36
3. menganalisis hasil dari data yang telah didapatkan dan diperbandingkan dengan
teori yang telah dikumpulkan. Analisis kasus akan dilakukan pada tiap subjek
secara individual sehingga khusus menjabarkan satu nalisis untuk satu subjek.
Setelah itu akan dilakukan analisis antar subjek, yaitu membandingkan jawaban
tiap subjek untuk masing-masing kategori.
4. Pembuatan kesimpulan umum tentang gambaran aktualisasi diri pada remaja yang
aktif berorganisasi.
37
BAB IV
DESKRIPSI PENELITIAN
Pada bab ini akan menguraikan tentang hasil penelitian yang didapat oleh peneliti.
Adapun yang dijelaskan menyangkut identitas subjek, hasil wawancara dan observasi
langsung.
A. Gambaran Umum Responden
1. RESPONDEN I
Waktu wawancara dan observasi : 11 Juni 2009 – 12 Juni 2009
Tempat wawancara : kantor Greenpeace
a. Identitas subjek
Nama : IL
Tempat tanggal lahir : Australia, 1 Mei 1992
Anak ke- : 1 dari 2 bersaudara
Agama : Kristen
Pendidikan Terakhir : SMP St. Theresia, Jakarta
Suku Bangsa : Jawa- Manado
Status : belum menikah
b. gambaran umum responden 1
IL adalah seorang wanita yang berusia 17 tahun yang dilahirkan di
australia dan saat ini ia tinggal di Jakarta. IL adalah anak ke-1 dari 2 bersaudara.
38
Ia mempunyai adik laki-laki berumur 8 tahun. Ia kini tinggal bersama ibu dan
adiknya. Ayah dan ibunya sudah bercerai sejak ia berumur 8 tahun. Ibunya
adalah anita karir yang selalu tak ada di rumah. Oleh sebab itu IL sering sekali
menyibukan diri dengan aktivitas di luar rumah karena ketika siang hari rumah
selalu kosong tak ada orang. Adiknya ketika siang hari dititipkan di rumah
neneknya.
Rutinitas yang menyibukannya di luar rumah sudah dilakukannya sejak ia
berumur 8 tahun. IL mengikuti beberapa les, olah raga, organisasi di sekolah dan
diluar sekolah. IL terbiasa dengan aktivitas yang padat namun hal ini tidak
menurunkan prestasi belajarnya, hal ini terlihat dari nilai-nilai pelajaran di
sekolah yang bagus dan bahkan beberapa kali dipercayai sekolahnya untuk
mengikuti kompetisi dan menjadi duta sekolahnya.
IL adalah remaja yang tegas dan banyak berbicara. Ia juga banyak
bertanya ketika ada yang dirasa kurang ia pahami. Berpenampilan santai, senang
memakai celana pendek dan kaos. Berperawakan tinggi dan gendut, berwajah
oriental, berkulit putih. Sangat dekat dengan orang-orang yang ia anggap sebagai
kakaknya dan terlihat sombong terhadap orang-orang baru.
c. wawancara
wawancara berlangsung 2 kali, yang dilakukan di kantor Greenpeace.
Menurutnya kantor Greenpeace adalah tempat yang paling sering dia datangi
untuk berorganisasi dan berkumpul dengan teman-temannya yang sudah ia
anggap sebagai keluarganya. “disini aku punya banyak kakak yang pintar-pintar
yang saya sayangi”
39
wawancara berlangsung selama 1 jam sekitar 2 jam berikutnya digunakan
peneliti untuk mengobservasi tingkah laku, dan aktivitas IL di organisasi. Hasil
wawancara yang didapat akan dikelompokan dan dibagi kedalam 4 pokok
bahasan. Hal ini dilakukan untuk memudahkan dan menjawab pertanyaan-
pertanyaan penelitian yang telah diajukan dalam rumusan masalah.
1. Manfaat apa saja yang didapat remaja aktif berorganisasi.
IL adalah remaja yang berada di keluarga yang sibuk. Ibu IL bekerja
hingga malam hari menyebabkan IL tidak betah berada di rumah yang selalu sepi.
IL juga mencoba untuk mengalihkan masalah keluarganya dengan cara yang
positif yaitu dengan aktif berorganisasi “dari pada terlalu musingin masalah
keluarga yang udah aku harus hadapi di umur yang masih belia waktu 8 tahun,
lebih baik aku menyibukan diri”. Untuk menghabiskan waktu dengan hal-hal
yang berguna dan bisa membanggakan orang-orang disekitarnya merupakan salah
satu tujuannya.
Manfaat yang didapat pun cukup banyak. “dari mulai aku tau lho masalah
apa yang terjadi di sekitar aku, kayak sekarang niy aku jadi bagian dari Solar
Generation, di sini aku bisa tau apa siy yang sedang terjadi pada iklim kita, dan
tau posisi anak muda terhadap dampak perubahan iklim. dari aku mulai gabung
SG waktu aku SMP dulu sampe sekarang banyak banget yang udah aku dapat.
Misalnya ya aku bisa kenal orang-orang yang punya wawasan lebih dari aku dari
dalam negri sampe yang import, bisa menyalurkan apa yang aku mau
salurkan.yah pokoknya aku jadi ga kejebak dengan rutinitas dan pikiran yang
segiti-gitu aja. Yah pokoknya mengasyikan deh berorganisasi itu bukan Cuma di
40
sekolah, atau di GP ini aja, tapi disemua organisasi yang aku ikutin ada
kesenangan dan manfaat masing-masing didalamnya”
2. Bagaimana menjalani kegiatan berorganisasi.
Seperti yang dikatakan IL sebelumnya bahwa ia merasa senang
berorganisasi, jadi ia menganggap berorganisasi adalah hobi serta kebiasaan yang
wajib dilakukannya untuk mengisi kekosongan waktu yang ada. Waktu sehabis
pulang sekolah diisi dengan kegiatan berguna seperti berorganisasi. “di sekolah
aku mengenyam pendidikan formal yaitu belajar yang harus saya dapatkan di
sekolah. Namun disitu saya juga bisa dapat manfaat dari organisasi. Saya wakil
ketua osis yang dituntut untuk aktif dalam berorganisasi di sekolah. Selain itu di
sekolah saya juga mengurus komunitas saya yang saya bangun sendiri di sekolah
untuk bagian dari kegiatan saya menyelamatkan bumi dari dampak perubahan
iklim.”
Lalu dalam satu minggu ia membagi jadwalnya sebaik mungkin untuk
berorganisasi “setiap hari saya pasti ada di salah satu organisasi yang saya ikuti.
Seperti Solar Generation yang memang dekat rumah saya, klo yang satu ini
hampir setiap ada waktu kosong pasti saya kesana untuk diskusi dengan kakak-
kakak saya yang berwawasan”
3. strategi apa yang digunakan remaja untuk pembagian waktu bersekolah
dengan keaktifan berorganisasi.
Sesuai dengan aktivitasnya sebagai pelajar IL membagi waktu organisasi
sebaik mungkin dengan tetap memprioritaskan pendidikan formal di sekolah. Hal
ini terlihat dari nilai hasil belajar yang baik. Selain itu IL juga sering dipercaya
41
mengikuti kompetisi yang membawa nama sekolah. “buat saya prioritas utama
adalah sekolah, sejak dulu saya diajarkan untuk unggul dalam semua hal jadi
saya terbiasa untuk berusaha sebaik mungkin untuk jadi yang terbaik di semua
tempat termasuk sekolah. Lagi pula dengan saya berorganisasi banyak pelajaran
yang saya dapat ambil yang berhubungan dengan tugas saya sebagai pelajar.
Lagi pula menurut saya tugas pelajar bukan hanya belajar di akademik saja,
tetapi juga sebagai penyeimbang bagi beberapa masalah sosial. Masalah
pembagian waktu saya mah fleksibel aja sama semua yang menurut saya lebih
prioritas pada waktunya.”
4. bagaimana aktualisasi diri terbentuk pada remaja yang aktif.
Dalam kesehariannya IL terbiasa untuk mengenal dunia luar dan
memahaminya secara luas. Sejak SMP IL terbiasa bergaul dan berteman dengan
orang yang umurnya lebih diatasnya. IL juga berteman dengan beberapa member
Solar Generation Internasional. Ia terbiasa untuk mengeksplor dirinya dengan
banyak bertanya dan spontan. Di umurnya yang bari 17 tahun IL sudah dipercayai
beberapa tanggung jawab seperti pernah menjadi wakil Solar Generation
Indonesia mengikuti Skill share di Bangkok, mengikuti kongres IPCC di
Bangkok, bagian dari youth environment wakil dari Solar Generation di kongres
UNFCCC di Bali, duta TRAX Radio, wakil dari sekolahnya dalam Youth Science
Internasional di Bali dll. Hal ini membuktikan bahwa IL adalah anak remaja yang
aktif dan mampu mengaktualisasi dirinya. Dan IL menyatakan “menurut saya
saat ini masih harus terus mengembangkan diri saya untuk terus berkarya selagi
42
saya masih hidup dan menjadi manusia yang babas. Cita-cita saya adalah
menjadi presiden .”
d. Observasi
observasi langsung dilakukan peneliti pada saat wawancara dan ketika IL
beraktivitas di organisasi di Solar Generation. IL menganggap teman-teman di
Solar Generation adalah keluarganya dengan sebutan keluarga merah. IL
mempunyai kakak yang memang sudah dewasa dengan umur antara 21-27 tahun.
IL terlihat sangat apa adanya pada orang-orang yang dianggapnya sebagai
keluarga merah, namun kurang leluasa pada orang-orang baru hal ini terlihat dari
perlakuannya terhadap member baru SG yang belum ia kenal. IL terkesan akan
sinis terhadap orang baru.
IL sangatlah spontan dan cepat tanggap terhadap suatu masalah. Ketika
rapat SG ia termasuk orang yang sering bertanya dan cepat memberi tanggapan
dan memberikan solusi. Ide-idenya kebanyakan diterima dan dijadikan masukan
yang diperhitungkan.
Penampilan IL datang ke kantor Greenpeace cukup samtai, dengan
menggunakan celana pendek, kaos, sepatu sandal, dan membawa tas ransel.
Dengan perawakan tinggi dan gendut, wajah yang oriental dan berkulit kuning
langsat, rambut sebahu.
Dari pembicaraan dengan temannya IL senang menulis dan membaca
karya sastra.
43
1. RESPONDEN II
Waktu wawancara dan observasi : 14 Juni 2009 – 15 Juni 2009
Tempat wawancara : kantor Greenpeace
a. Identitas subjek
Nama : SRA
Tempat tanggal lahir : Jakarta, 13 Mei 1992
Anak ke- : 1 dari 3 bersaudara
Agama : Islam
Pendidikan Terakhir : SMP 216, Jakarta
Suku Bangsa : Jawa
Status : belum menikah
b. gambaran umum responden 1
SRA adalah remaja perempuan berumur 17 tahun yang lahir dan besar di
Jakarta. Saat ini bersekolah di SMA 27 Jakarta kelas 3 IPS. Merupakan remaja
yang aktif dan cerewat. Anak ke-1 dari 3 bersaudara. Saat ini tinggal bersama
neneknya, dan setiap sabtu dan minggu menginap di rumah orang tuanya di
Bekasi. Alasan ia tinggal bersama neneknya karena jarak yang dekat dengan
sekolahnya.
SRA berperawakan sedang dan kurus, berwajah indonesia, berkulit hitam,
merambut panjang dengan poni lulus ke depan. Selalu tampil ceria dan selalu
tersenyum. SRA merupakan remaja yang modis dan feminim yang terlihat dari
pakaiannya.
44
SRA juga sangat akrab dengan teman-temannya di Solar Generation.
Menganggap seluruh orang di Greenpeace sebagai kakaknya yang memberi dia
inspirasi banyak tentang segala hal.
SRA dekat dengan keluarganya walaupun tidak tinggal bersama.
Menganggap orang tuanya dan adik-adiknya adalah keluarga yang seru. Selain
keluarga biologis yang menyenangkan ia memiliki keluarga di Solar Generation
yang dia sebut dengan keluarga merah.
SRA termasuk remaja yang aktif dalam berorganisasi di sekolah dan di
luar sekolah. Ia mengikuti beberapa organisasi dan juga sering dipercaya
mewakili sekolahnya mengikuti kompetisi.
c. wawancara
wawancara berlangsung 2 kali, yang dilakukan di kantor Greenpeace.
Menurutnya kantor Greenpeace dan berkumpul dengan Solar Generatin
merupakan kegiatan paling menarik sehingga jadi tempat yang paling sering dia
datangi untuk berorganisasi dan berkumpul dengan teman-temannya yang sudah
ia anggap sebagai keluarganya. “paling engga seminggu aku dateng ke kantor
walapun lagi engga ada rapat atau kegiatan”
wawancara berlangsung selama 1 jam sekitar 2 jam berikutnya digunakan
peneliti untuk mengobservasi tingkah laku, dan aktivitas SRA di organisasi. Hasil
wawancara yang didapat akan dikelompokan dan dibagi kedalam 4 pokok
bahasan. Hal ini dilakukan untuk memudahkan dan menjawab pertanyaan-
pertanyaan penelitian yang telah diajukan dalam rumusan masalah.
1. Manfaat apa saja yang didapat remaja aktif berorganisasi.
45
SRA adalah anak yang aktif dan mengaku paling malas berada di rumah
lama-lama. Menurutnya di umurnya yang sekarang dianggap paling produktif
untuk melakukan sesuatu. Jadi ia terbiasa melakukan sesuatu untuk mengisi
kekosongan waktu. Menurutnya organisasi merupakan wadah yang cukup positif
untuk mengeksplorasi kamampuan, bakatnya. SRA merasa harus memiliki
wawasan lebih dari teman-teman sebayanya agar dapat mengenal hidup.
“menurut aku berorganisasi penting bgt, karena pengalaman yg didapat sama
remaja umuran aku yg biasa aja yg idupnya cuma haha hihi jelas beda banget
sama hidup aku sbg volunteer solgen, jelaslah wawasan aku mungkin lebih
banyak dan cara berpikiran aku juga gak mentok disatu sisi aja, itu juga
mempengaruhi pola pikirku yg mandang masalah dari banyak sudut yang unik”
Selain dapat melihat dari sudut pandang yang lebih luas, SRA juga
menganggap cukup penting untuk bergaul tidak hanya pada teman sebaya “dan
gak hanya wawasan yang nambah, relasi yang banyak itu juga sangat
menguntungkan, jadinya kita juga terbiasa beradaptasi sama dunia baru diluar
sana. intinya dewasa sebelum waktunya! tapi positif! Hahah”
2. Bagaimana menjalani kegiatan berorganisasi.
Seperti yang dikatakan sebelumnya manfaat yang didapat cukup
bermanfaat bagi kehidupannya maka ia bertekat untuk bahwa organisasi adalah
penting untuk diikuti. SRA juga didukung oleh orang tua yang memberi
kebebasan untuk dia menggali kemampuannya tidak hanya di sekolah tetapi di
organisasi seperti Solar Generation. Tetapi orang tuanya medukung dan juga
selalu mengontrol batasan SRA dalam berorganisasi. Orang tuanya akan
mengingtkan SRA untuk tetap memprioritaskan sekolah. Walaupun ia
menganggap bahwa ia biasa-biasa saja dalam akademik namun ia berusaha
menunjukan bahwa dengan berorganisasi malah menjadikan dia lebih pintar.
46
Selain itu strategi yang dilakukan dengan mengatur jadwal sebaik-
baiknya. Dengan membuat timetable. “menurut aku setiap remaja harus punya
timetable!”
3. strategi apa yang digunakan remaja untuk pembagian waktu bersekolah
dengan keaktifan berorganisasi.
Strategi yang dibuat SRA hanyalah dengan menjalani semuanya sesuai
dengan aturannya. Dan menganggap semuanya sebagai rutinitas yang
menyenangkan. SRA mengatakan “santai aja, semua pasti berjalan lancar kalau
kita bisa menempatkan posisi yang tapat.”
Seperti yang sudah SRA bilang sebelumnya cara termudahnya adalah
mengatur jadwal dalam timetable. “jadi dia bisa mengkotak2kan mana waktunya
belajar, ekskul, osis, organisasi bahkan waktu bermain. jadi menumbuhkan
pribadi yg disiplin dan profesional.”
4. bagaimana aktualisasi diri terbentuk pada remaja yang aktif.
Organisasi merupakan wadah untuk berdisiplin dan belajar untuk jadi
profesional. Sejak SMA kelas 1 SRA memilih untuk juga aktif berorganisasi. Saat
ini SRA mengikuti beberapa ekstrakulikuler di sekolah tari saman, modern dance,
mading, english club, komunitas hijau, clouds cheerleaders squad. Selain
ekstrakulikuler SRA juga aktif di OSIS dan juga bergabung dengan Solar
Generation. Seperti yang sudah ia katakan di awal bahwa semua organisasi pasti
akan memberikan wawasan agar ia bisa melihat suatu hal dari berbagai sudut. Ia
menambahkan “karena lingkungan sekitar itu hal utama yg ngebentuk orang
apalagi remaja jadi kalo lingkungannya negatif dia juga pasti ikuan, begitu juga
kebalikannya”. Jadi aktualisasi diri dibentuk karena kemauan dari diri sendiri
untuk mengembangkan lingkup pergaulannya ke arah yang positif.
d. Observasi
observasi dilakukan pada wawancara dan saat ia sedang berkumpul
dengan member Solar Generation. Dari hasil pengamatan, SRA adalah sosok
47
periangyang cerewet, tidak bisa diam. Ketika menjawab ertanyaan SRA
menjawab dengan penuh antusiasdan tidak ragi-ragu menjawab pertanyaan.
Penampilan SRA modis dengan menggunakan sepatu sendal, hotpants,
tanktop putih yang dipadu cardigan biru tua, dan menggunakan tas yang ia buat
sendiri. Perawakannya sedang dan kurus, wajah yang eksotis dan berkulit coklat
gelap, rambut panjang lurus sepinggang dengan poni menutupi dahinya.
Saat rapat SRA adalah peserta rapat yang tidak terlalu banyak bicara
namun ketika ditanya pemimpin rapat tetang ide, SRA memberikan ide yang
kreaif dan unik. SRA juga sangat membantu Solar Generation dengan cara
mengumpulkan banyak teman-temannya unutk ikut kegiatan Solar Generation
yang sedang dibicarakan di rapat. Bahkan SRA telah membuat komunitas yang
merupakan project Solar Generation di Sekolahnya.
48
BAB V
ANALISIS DAN PEMBAHASAN
Dalam bab ini akan diuraikan mengenai analisis dan pembahasan dari kedua
penelitian terhadap subjek yang dilakukan mengenai mamahami manfaat apa saja yang
didapat remaja aktif berorganisasi, bagaimana mereka menjalani kegiatan berorgaisasi,
strategi apa yang digunakan remaja untuk pembagian waktu bersekolah dengan keaktifan
berorganisasi, dan bagaimana aktualisasi diri terbentuk pada remaja yang aktif. Analisis
yang dilakukan penulis adalah analisis berdasarkan wawancara dan observasi yang
dilakukan penulis terhadap kedua subjek dan kesemuanya didukung dengan keterangan
dari orang terdekat subjek yang mengetahui kegiatan subjek selama di Solar Generation.
A. ANALISIS
1. RESPONDEN I (IL)
a. manfaat apa saja yang didapat remaja aktif berorganisasi.
Dalam suatu kegiatan yang positif pasti terdapat manfaat yang dapat
diambil. IL sudah sejak kecil terbiasa untuk aktif dan produktif, ini tentu
mempengaruhi perkembangan dan kemampuannya dalam berfikir dan menilai.
Organisasi memberikan pengaruh yang cukup signifikan terhadap pola pikir IL
yang luas. Ia mampu menilai hal dari sudut pandang yang luas bahkan lebih dari
remaja seumurannya.
IL juga lebih cepat tanggap terhadap masalah dan dapat menyelesaikan
masalahnya sebaik mungkin sesuai cara yang ia pilih hal ini terlihat dari ia dapat
memposisikan dirinya secara positif di masalah keluaga yang sidah ia hadapi
sejak umur 8 tahun. Ia juga dapat memilih dan mempertanggungjawabkan
pilihannya seperti yang ia tunjukan ketika harus meniggalkan sekolah selama 2
minggu untuk menghadiri skill Share di Thailand, nilai-nilai di sekolahnya tetap
baik. IL juga spontan dalam bertindak. Ketidakpuasan IL juga merupakan
pengaruh ia mengikuti organisasi di banyak tempat.
IL juga sangat mendapat dukungan dari orang sekitarnya dalam mengikuti
organisasi. Orang tuanya mendukung sepenuhnya kegiatannya baik moril dan
49
materil. Dan juga ia mempunyai teman-teman dan juga guru yang membantu dia
menggali kemampuannya di semua bidang.
b. Bagaimana menjalani kegiatan berorganisasi.
Menjalani kegiatan berorganisasi dianggapnya menyenangkan karena
mengisi waktu dengan hal-hal yang berguna dan baru. Menurut IL organisasi
adalah wadah untuk menyalurkan kemampuannya dan menggali potensi yang
tidak ia dapatkan dari sekolah formal. Dan ia menganggap bahwa tugas anak
muda tidak hanya belajar di pendidikan formal tapi juga sebagai penyeimbang
keadaan sosial seperti melawan dampak perubahan iklim yang ia perjuangkan di
Solar Generation. Menurutnya anak muda seharusnya wajib untuk berorganisasi
karena remaja adalah masa yang paling produkti dan mampu mengubah dunia.
Dengan beberapa organisasi yang ia ikuti ia jalani sebisa mungkin tanpa
mengganggu kegiatan belajarnya.
c. strategi apa yang digunakan remaja untuk pembagian waktu bersekolah
dengan keaktifan berorganisasi.
Sesuai dengan aktivitasnya sebagai pelajar IL membagi waktu organisasi
sebaik mungkin dengan tetap memprioritaskan pendidikan formal di sekolah. Hal
ini terlihat dari nilai hasil belajar yang baik. Selain itu IL juga sering dipercaya
mengikuti kompetisi yang membawa nama sekolah. Pendidikan di sekolah tetap
jadi prioritas. Namun ia menganggap organisasi adalah strategi untuk menghadapi
masa depan dan pendidikan yang sedang ia jalani sekarang. Pendidikan formal
tidaklah cukup untuk belajar. Jadi sekolah dan organisasi selalu berjalan
berkesinambungan.
d. bagaimana aktualisasi diri terbentuk pada remaja yang aktif.
Ia terbiasa untuk mengeksplor dirinya dengan banyak bertanya dan
spontan. Di umurnya yang bari 17 tahun IL sudah dipercayai beberapa tanggung
jawab seperti pernah menjadi wakil Solar Generation Indonesia mengikuti Skill
50
share di Bangkok, mengikuti kongres IPCC di Bangkok, bagian dari youth
environment wakil dari Solar Generation di kongres UNFCCC di Bali, duta
TRAX Radio, wakil dari sekolahnya dalam Youth Science Internasional di Bali
dll. Hal ini membuktikan bahwa IL adalah anak remaja yang aktif dan mampu
mengaktualisasi dirinya. IL merupakan salah satu anak muda yang mau
berkembang dan selangkah lebih maju dari remaja seumurannya. Hal ini
merupakan beberapa ciri yang ada dari orang-orang yang teraktualisasi diri.
2. RESPONDEN II (SRA)
a. Manfaat apa saja yang didapat remaja aktif berorganisasi.
Di umur SRA yang 17 tahun, ia adalah bagian anak remaja yang produktif.
Masa dimana ia harus mengeksplorasi dirinya untuk membuat suatu hal yang
berguna. Mengisi kekosongan waktu dengan hal yang berguna merupakan cara
yang sangat bermanfaat. Ia tidak ingin menjadi anak remaja yang hanya bisa
bersenang-senang tanpa berbuat sesuatu. Dengan berorganisasi membentuk pola
perilaku yang unik an berbeda dari remaja seumurannya karena ia bertemu dan
sering berdiskusi dengan orang-orang yang lebih tua dan lebih banyak tau. Dan
tidak hanya wawasan yang luas yang ia dapat dalam berorganisasi, SRA juga
mendapatkan relasi yang banyak dan juga menguntungkan bagi masa depannya
kelak. Adaptasi yang baik juga dapat terbentuk dari berorganisasi.
b. Bagaimana menjalani kegiatan berorganisasi.
SRA sangat mendapat dukungan dari orang tuanya dalam melakukan hal
yang positif. Disertai kemauan yang kuat untuk menggali kemampuan SRA
menjalani kegiatan organisasi dengan semaksimal mungkin tanpa mengganggu
51
pendidikan formalnya. SRA juga mendapat kontrol dari orang tua yang tetap
memprioritaskan pendidikan formal jadi apabila SRA mengabaikan sekolah orang
tuanya akan mengingatkan dia. Walaupun ia menganggap bahwa ia biasa-biasa
saja dalam akademik namun ia berusaha menunjukan bahwa dengan berorganisasi
malah menjadikan dia lebih pintar.
c. strategi apa yang digunakan remaja untuk pembagian waktu bersekolah
dengan keaktifan berorganisasi.
Strategi yang dibuat SRA hanyalah dengan menjalani semuanya sesuai
dengan aturannya. Dan menganggap semuanya sebagai rutinitas yang
menyenangkan. Dengan mampu menempatkan diri di posisi yang epat pasti
semuanya akan berjalan lancar. SRA dalam mengatur jadwalnya ia membuat
timetable dengan mengkotak-kotakan waktu belajar, ekskul, OSIS, Solar
Generation dll. Itu menurutnya cara yang efektif untuk mengatur jadwal. Dengan
cara itu ia juga belajar untuk berdisiplin dan pofesional. Lagipula orang
terdekatnya yang mendukung pasti akan mengingatkan dia untuk tetap
menprioritaskan pendidikan.
d. bagaimana aktualisasi diri terbentuk pada remaja yang aktif.
Organisasi merupakan wadah untuk berdisiplin dan belajar untuk jadi
profesional. Sejak SMA kelas 1 SRA memilih untuk juga aktif berorganisasi.
SRA adalah remaja yang kreatif dalam memunculkan ide-ide, spontan dalam
mengambil tindakan yang dianggapnya tepat, mau menggali kemampuannya
dengan tidak pernah puas dalam mengikuti organisasi yang menurutnya masih
belum menunjang dirinya di masa depan kelak, tidak mudah putus asa hal ini
ditunjukan ketika ia membangun sendiri kominitas di sekolahnya walau harus
berhadapan dengan tema-teman yang kurang tertarik dan birokrasi yang sulit.
52
Jadi aktualisasi diri dibentuk karena kemauan dari diri sendiri untuk
mengembangkan lingkup pergaulannya ke arah yang positif.
B. PEMBAHASAN
1. manfaat apa saja yang didapat remaja aktif berorganisasi
Remaja yang aktif dalam berorganisasi memiliki banyak manfaat bila
dapat mengaturnya dengan sebaik-baiknya. Manfaat yang didapat tentu akan
mempengaruhi pola pikir yang berkesinambungan dengan terbentuknya
aktualisasi diri pada diri remaja. Manfaat yang sudah dijelaskan di awal jelas
terbukti pada respoden yang aktif dalam berorganisasi. Dari hasil wawancara
yang dilakukan terhadap kedua responden manfaat yang di dapat cukup beragam
dan banyak. Seperti mengisi waktu luang dengan hal-hal yang bermanfaat dan
berguna, mengalihkan pikiran dari masalah keluarga ke hal-hal yang bermanfaat,
menambah relasi, belajar bertanggung jawab, disiplin, dan profesional,
mengumpulkan dan menggali keahlian, selain itu juga menambah wawasan.
Kedua subjek menggap bahwa dengan berorgonisasi di Solar Generation
khususnya, mereka mendapatkan pengetahuan yang lebih dari organisasi lainnya
yang mereka ikuti, hal ini dikarenakan di Solar Generation memiliki ragam umur
yang tidak sama, dan kedua subjek merupakan member yang terhitung paling
muda. Kakak-kakak yang ada di Solar generation sering mengingatkan dan
mengajarkan mereka banyak hal yang mempengaruhi pola pikir mereka secara
sadar maupun tidak sadar.
Maka dari hasil penelitian yang dilakukan dan berdasarkan fakta-fakta
yang didapat oleh peneliti melalui wawancara dan observasi membuktikan bahwa
53
organisasi memang memberikan manfaat yang cukup banyak dan berdampak baik
apabila mampu dalam mengontrol waktu.
Dari beberapa pengertian tentang organisasi dapat diketahui bahwa dalam
organisasi terdapat interaksi atau hubungan antarindividu dan antarkelompok
untuk mencapai suatu tujuan yang telah ditetapkan bersama. Interaksi antar orang
atau antar kelompok yang memiliki nilai serta latar belakang yang berbeda-beda
akan saling memengaruhi satu sama lain sehingga membentuk suatu nilai baru
yang akan melandasi perilaku individu untuk bersama-sama mencapai tujuan
organisasi. Dengan demikian, etika organisasi dapat pula diartikan sebagai pola
sikap dan perilaku yang diharapkan dari setiap individu dan kelompok dalam
organisasi, yang pada akhirnya akan membentuk budaya organisasi yang sejalan
dengan visi, misi, dan tujuan organisasi.
Remaja yang aktif dalam berorganisasi mengharapkan suatu masukan ilmu
di luar ilmu pendidikan. Dari berorganisasi remaja dapat lebih membuka diri dan
lebih bias beradaptasi daripada remaja yang hanya mementingkan akademis.
Mereka berpandangan bahwa ada beberapa hal yang tidak di dapat dati dunia
pendidikan formal melainkan didapat dari mulai mengeksplorasi keahlian mereka
di organisasi dan belajar dari organisasi.
2. Bagaimana mereka menjalani kegiatan berorganisasi
Dalam menjalani kegiatan di organisasi dilakukan dengan sepenuh hati
karena menurut kedua subjek menganggap organisasi merupakan kegiatan yang
mengasyikan. Organisasi sudah menjadi kebiasaan untuk mengisi waktu, apa lagi
di Solar Generation yang sudah dianggap keduanya sebagai kelarga mereka
54
sendiri, jadi ketika tidak ada kegiatan pun mereka tetap datang untuk berkumpul.
Menurut keduanya berkumpul di Solar Generation tidak hanya berbincang-
bincang hal yang tidak berguna, mereka mengatakan bahwa mereka sering
berdiskusi dan bertukar pikiran mengenai masalah sosial, sastra, dan lingkungan.
Oleh sebab itu kedua subjek merasa mendapatkan banyak sekali manfaat
dari berorganisasi yang belum tentu didapat dari kegiatan lain yang juga
bermanfaat. Organisasi merupakan keharusan untuk menunjang semua sisi
kehidupan, baik sebagai penyeimbang, maupun pelengkap dari pendidikan formal
dan informal. Hal yang sama juga di ungkapkan keduanya ketika membahas
bahwa sebagai anak muda di wajibkan ambil bagian dari perubahan karena semua
perubahan berawal dari pergerakan khususnya anak muda.
Di era globalisasi ini remaja dituntut untuk aktif. Tidak hanya aktif dalam
akademis namun juga dalam ekstrakulikuler ataupun organisasi yang dapat
memperluas wawasan bagi remaja itu sendiri. Wawasan yang cukup merupakan
salah satu syarat untuk menjadi diri yang mampu menghadapi zaman yang
semakin pesat berkembang. remaja aktif merupakan cikal bakal dari sebuah
generasi yang unggul. Berorganisasi adalah salah satu yang menjadikan remaja
dapat dikatakan aktif. Generasi muda sebagai generasi penerus dari suatu bangsa
merupakan faktor utama yang harus diperhatikan dalam perkembangan kehidupan
berbangsa dan bernegara, karena kesiapan generasi muda sebagai generasi
penerus.(http://www.unila.ac.id/Berita/berita_depan)
55
3. strategi apa yang digunakan remaja untuk pembagian waktu bersekolah
dengan keaktifan berorganisasi
Untuk beberapa remaja dalam mengatur jadwal sekolah dan kegiatan di
luar akademik sepeti ekstrakulikuler, organisasi, bermain dirasa sulit karena
terkadang siswa sulit memilih mana yang lebih prioritas. Namun bagi kedua
subjek ini merupakan suatu tanggung jawab yang harus mereka terima karena
memilih berorganisasi. Menurut mereka disini justru salah satu tantangan dari
berorganisasi karena mereka harus mampu memilah-milah mana yang lebih
prioritas. IL mengatakan bahwa dalam mengatur waktu harus fleksibel dan
bertanggung jawab. Sedangkan SRA memilih untuk membuat timetable. Keluarga
mereka pun memberikan mereka kebebasan sekaligus batasan untuk mengontrol
anaknya dalam berorganisasi.
4. bagaimana aktualisasi diri terbentuk pada remaja yang aktif
Organisasi merupakan wadah untuk berdisiplin dan belajar untuk jadi
profesional. Sejak SMA kelas 1 SRA memilih untuk juga aktif berorganisasi.
SRA adalah remaja yang kreatif dalam memunculkan ide-ide, spontan dalam
mengambil tindakan yang dianggapnya tepat, mau menggali kemampuannya
dengan tidak pernah puas dalam mengikuti organisasi yang menurutnya masih
belum menunjang dirinya di masa depan kelak, tidak mudah putus asa hal ini
ditunjukan ketika ia membangun sendiri kominitas di sekolahnya walau harus
berhadapan dengan tema-teman yang kurang tertarik dan birokrasi yang sulit.
Jadi aktualisasi diri dibentuk karena kemauan dari diri sendiri untuk
mengembangkan lingkup pergaulannya ke arah yang positif.
Rogers sangat percaya dan optimis terhadap sifat alami manusia. Dia
yakin bahwa dorongan paling dasar adalah aktualisasi, yaitu memelihara,
menegakkan, mempertahankan diri, dan meningkatkan diri sendiri. Dia percaya
56
bahwa dengan memberikan satu kesempatan, individu akan berkembang dalam
gerak maju dan punya car-cara untuk menyesuaikan diri. Namun, banyak nilai
dan sikap bukan merupakan buah dari pengalaman langsung diri sendiri, akan
tetapi merupakan introyeksi dari orang tua, guru, dan teman, dan menyebabkan
terjadinya simbolisasi yang menyimpang atau yang diputarbalikkan yang
menyebabkan terjadinya intergrasi yang salah atau tidak wajar dalam jati dirinya.
Sebagai akibatnya, banyak individu terbelah, tidak bahagia, dan tidak mampu
merealisasikan secara penuh potensi-potensinya. Oleh karena itu, proses
penyuluhan non-direktif memungkinkan individu bisa menemukan perasaannya
yang sejati mengenai kehormatan dirinya yang positif serta kondisi-kondisi harga
dirinya (Naisaban, 2004).
Dari penjelasan Kerangka Berfikir pada Bab II dikatakan terdapat 19
karakteristik manusia yang teraktualisasi diri. Dari hasil penelitian tergambar
bahwa subjek sedang mengaktualisasi dirinya dengan aktif di organisasi.
C. ANALISA PATTERN MATCHING
Data yang ditemukan oleh peneliti selama penelitian telah dijelaskan pada sub bab
di atas. Data tersebut merupakan fakta yang terdapat di lapangan atauun dalam kehidupan
nyata. Pada sub bab ini, peneliti meringkas fakta apa saja yang ditemukan pada penelitian
yang sesuai dengan teori-teori yang telah dijelaskan pada bab sebelumnya. Untuk
memudahan pengecekan, peneliti menggunakan analisis perjodohan. Data yang diperoleh
dalam bentuk deskriptif akan dilanjutkan dengan analisa yang menggunakan pettern
57
matching (analisa perjodohan) yng berorientasi pada perbandingan dua pola yang
berdasarkan konsep teoretik yang digunakan (Yin, 2002:140)
Data pertama yang disajikan berikut adalah tentang manfaat apa saja yang didapat remaja
aktif berorganisasi.
Tabel 1.1
manfaat apa saja yang didapat remaja aktif berorganisasi
No. manfaat apa saja yang didapat remaja
aktif berorganisasi Subjek 1 Subjek 2
1. mengisi waktu luang dengan hal-hal yang
bermanfaat dan berguna, X X
2. mengalihkan pikiran dari masalah
keluarga ke hal-hal yang bermanfaat X -
3. menambah relasi, X X
4. belajar bertanggung jawab, X X
5. Belajar Disiplin, - X
6. Belajar profesional, X X
7. Mengumpulkan dan menggali keahlian X X
8. menambah wawasan. X X
Dari tabel 1.1 dapat dilihat bahwa kedua subjek mendapat manfaat yang hampir sama
dalam berorganisasi. Manfaat tersebut pasti akan berpengaruh pada perilaku dan
psikologis mereka.
58
Selanjutnya Bagaimana mereka menjalani kegiatan berorganisasi apakah mereka
mempunyai pandangan khusus tentang kegiatan yang ia lakukan.
Tabel 1.2
Bagaimana mereka menjalani kegiatan berorganisasi
No. Bagaimana mereka menjalani
kegiatan berorganisasi
Subjek 1 Subjek 2
1. Menganggap organisasi merupakan
kegiatan yang mengasyikan
X X
2. Mendapat menfaat yang belum tentu
didapat dari kegiatan lain
X X
3. Menganggap organisasi merupakan
penunjang pendidikan formal
X -
4. Penting menjadi anak muda yang
ambil bagian dari perubahan.
X X
Dari tabel 1.2 dapatdilihat bahwa mereka menjalani dengan alasan-alasan yang hampir
sama. Sehingga karaker yang terbentuk didapatkannya di organisasi.
59
1.3
strategi apa yang digunakan remaja untuk pembagian waktu bersekolah dengan keaktifan
berorganisasi
No. strategi apa yang digunakan remaja
untuk pembagian waktu bersekolah
dengan keaktifan berorganisasi
Subjek 1 Subjek 2
1. Mampu memilah mana yang prioritas X X
2. Fleksibel X -
3. Timetable - X
4. Pendidikan dan organisasi saling
berkesinambungan
X X
5. Orang tua mengingatkan - X
Dari tabel 1.3 dapat dilihat strategi yang digunakan remaja untuk pembagian waktu
bersekolah dengan keaktifan berorganisasi pertama adalah dengan mampu memilahmana
yang lebih prioritas dan pendidikan dan organisasi saling bekesinambunan. Sedangkan
srtategi yang lain seperti pengaturan waktu yang fleksibel pada IL dan menggunakan
timetable pada SRA. Orang tua SRA juga sering mengingatkan ketimbang orang tua IL.
60
Kedua subjek memiliki ciri dan gambaran aktualisasi yang berbeda-beda. Serta apa yang
terbentuk dalam akualisasi diri masing-masing subjek.
1.4
bagaimana aktualisasi diri terbentuk pada remaja yang aktif dan ciri aktualisasi apa yang
terbentuk
No. bagaimana aktualisasi diri terbentuk pada remaja
yang aktif dan ciri aktualisasi apa yang terbentuk
Subjek 1 Sunjek 2
1. Bergaul dan berteman dengan semua golongan X X
2. Memiliki persepsi yang jelas tentang hidup X -
3. Spontan X -
4. Keterpusatan pada masalah - X
5. Mandiri X X
6. Memiliki pengalaman puncak X X
7. Memiliki rasa kekeluargaan X X
8. Mau belajar X X
9. Kreatif X X
10. Memahami kemampuan diri X -
11. Merasa tidak puas X -
12. Mampu membedakan yang prioritas - X
13. Bersahabat - X
14. Idealis X X
15. Mau mengambil risiko X X
61
Dari ciri-ciri yang dijabarkan diatas tentang aktualisasi diri terbukti bahwa kedua subjek
yang masih remaja memiliki kecenderungan untuk mengakualisasi dirinya. Aktualisasi
diri tersebut terbentuk dari proses kognisi dan persepsi mereka. Proses tersebut terbentuk
dari lingkungan sekitarnya yang dalam konteks ini tempat oeganisasi mereka juga
berpengaruh membentuk perilaku mereka seperti yang terlihat saat ini.
62
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
Dalam bab ini akan dibahas mengenai kesimpulan dan sarn-saran pada masing-masing
subjek yang brkaitan dengan hasil penelitian, dengan mengacu pada hasil wawancara,
observasi dan teknik triangulasi.
A. Kesimpulan Persubjek
1. Subjek 1
Pada subjek pertama dapat disimpulkan bahwa IL adalah seorang remaja
yang sedang mengaktualisasi diri. Proses ini sudah dilakukannya sejak kecil yang
pada awalnya bertujuan untuk mengalihkan pikirannya dari masalah keluarga.
Selain itu IL juga sudah terbiasa untuk dididik untuk jadi yang unggul dan terus
berusaha untuk mencapai yang paling baik. Kita dapat lihat ketika ia berkata cita-
citanya adalah menjadi presiden atau sekjen PBB.
Dapat disimpulkan pula bahwa kegiatan berorganisasi yang dilakukan IL
sejak dulu mempengaruhi perilaku serta perkembangan pola pikirnya yang
menuju aktualisasi diri. Dilihat dari ciri-ciri yang orang yang teraktualisasi
terbukti bahwa terdapat banyak ada pada IL yang juga teraktualisasi.
2. subjek 2.
Pada subjek kedua dapat disimpulkan bahwa SRA adalah remaja aktif
dengan tekat awal ingin menyibukan diri dan memulainya dengan jalan
berorganisasi dan menjadi volunteer di Solar Generation. hingga saat ini tekatnya
63
adalah remaja yang mau ambil bagian dari suatu anak muda yang menuntut
perubahan. dengan perubahan visi awal tersebut membuktikan bahwa sadar atau
tidak sadar SRA membentuk sudut pandang baru yang lebih luas dan terbuka
menuju aktualisasi diri.
SRA sudah menunjukan beberapa ciri orang yang teraktualisasi diri.
menurutnya apa yang sudah ia dapatkan sekarang kebanyakan ia dapat dari
berorganisasi.
B. kesimpulan keseluruhan
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui manfaat remaja aktif
berorganisasi, bagaimana mereka menjalani kegiatan berorganisasi, bagaimana
strategi pembagian waktu bersekolah dengan keaktifan berorganisasi, serta
bagaimana aktualisasi diri terbentuk pada remaja yang aktif yang ada di Solar
Generation (sebagai sample).
Dari hasil wawancara dan observasi langsung yang dilakukan peneliti
dapat disimpulkan bahwa kedua subjek yang saat ini aktif berorganisasi mendapat
banyak manfaat dari mengikuti organisasi karena sampai saat ini mereka dapat
mengatur waktu dan kebutuhan yang lebih prioritas antara akademik,
ekstrakulikuler, dan berorganisasi. Karena pilihan mereka untuk berorganisasi,
maka mereka belajar untuk disiplin dan bertanggung jawab. Dari berorganisasi
mereka juga mendapatkan pemahaman yang lebih dan dapat beradaptasi dengan
baik di situasi baru dan siap mengkadapi masalah-masalah yang terjadi di
organisasi. Karena proses ini maka akan terbentuk proses aktualisasi diri.
64
C. Sarn Penelitian
Sebagi langkah awal, penelitian ini masih kurang dan masih banyak yang harus
dilakukan untuk penyempurnaan. Oleh karena itu, hal-hal yang sebaiknya dilakukan
apabila ingin melanjutkan penelitian berikutnya adalah :
1. pada penelitian selanjutnya juga bisa menggunakan variabel psikologis yang
lain misalnya meneliti motivasi dalam berorganisasi, pola komunikasi dalam
sebuah organisasi, dan lain-lain.
2. pada penelitian selanjutnya bisa juga digunakan alat tes psikologis seperti
TAT agar dapat mengetahui lebih dalam tentang kepribadian subjek juga
bisa menggunakan tes Grafis untuk mengetahui lebih banyak tentang pribadi
subjek.
3. mungkin juga dilakukan dengan metode pendekatan lain seperti metode
kuantitatif jika memungkinkan karena menurut sumber dan pengalaman
yang didapat peneliti bahwa ada banyak organisasi anak muda.
65
Tugas Metode Penelitian Kualitatif
Proposal
Ajeng Noviandini0724090051
Kamis, 11:10 – 12:50, AC5004Psikologi YAI (2009)
66