Download - gagasan tertulis
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Infertilitas adalah keadaan di mana seseorang tidak dapat hamil secara alami atau tidak
dapat menjalani kehamilannya secara utuh. Infertilitas terbagi menjadi dua yaitu infertilitas
primer dan infertilitas sekunder. Infertilitas menimbulkan keputusasaan dan kesengsaraan ada
pasangan suami istri. Di Amerika Serikat, 1 Infertility affects approximately 15% of couples, and
approximately 1.3 million women.1Dalam World Cancer Report disebutkan bahwa pada tahun 2008
diperkirakan terjadi 12 juta pasien yang baru didiagnosa kanker dan lebih dari 7 juta pasien
meninggal akibat kanker. Pada tahun 2010, diprediksikan kanker akan menjadi penyebab utama
mortalitas di seluruh dunia. Pada tahun 2030 diestimasikan akan terjadi kasus kanker baru
sebanyak 20 hingga 26 juta pasien dan 13 hingga 17 juta pasien meninggal dunia akibat kanker.2
Salah satu jenis penyakit kanker yang memiliki insiden tinggi pada perempuan adalah
kanker payudara. Kanker payudara itu sendiri (Carcinoma mammae) didefinisikan sebagai suatu
penyakit neoplasma yang ganas yang berasal dari parenkim dan memperlihatkan proliferasi
keganasan sel epitel yang membatasi duktus atau lobus payudara. Penyakit ini oleh Word Health
Organization (WHO) dimasukkan ke dalam International Classification of Diseases
(ICD) dengan kode nomor 17. 3
Menurut Sistem Informasi RS 2007, kanker payudara merupakan kanker dengan angka
kejadian tertinggi di Indonesia setelah kanker leher rahim. Tetapi pada tahun 2009 dilaporkan
bahwa kanker payudara yang merupakan kanker tersering pada wanita di seluruh dunia telah
mencapai angka kejadian terendah. Dalam penelitian kanker di Inggris menunjukkan angka
kematian perempuan karena kanker ini mencapai tingkat terendah selama hampir 40 tahun.Pada
tahun 2007, ada 11.990 perempuan di Inggris tewas karena kanker payudara, hal ini jauh lebih
sedikit dibandingkan tahun 1971 yang mencapai 12.472 angka kematian akibat kanker payudara
ini.. Populasi usia bertambah tua yang semakin meningkat dan kenyataan bahwa terapi hormon
juga diagnosa awal mempunyai hubungan erat dalam penurunan angka kematian akibat penyakit
1
ini. Kendati terjadi penurunan angka kematian, angka kejadiannya terus meningkat, termasuk
Indonesia. Kenaikan angka kejadian tersebut karena makin banyaknya pasien yang terdeteksi
kanker pembunuh nomor dua setelah kanker paru ini. Insiden tertinggi terjadi pada wanita umur
45-66 tahun. 4-9
Motto yang mengatakan bahwa “Pencegahan lebih baik dari pada pengobatan” untuk
kanker payudara masih sulit untuk diterapkan saat ini yang dapat kita cegah mungkin dalam
aspek “life style” nya serta mengurangi faktor risiko yang memungkinkan timbul kanker
payudara. Kemampuan kita untuk mencegah kanker payudara masih terbatas. Penelitian
mengenai hal ini masih berlangsung.10
Penatalaksanaan kanker payudara saat ini dilakukan dengan serangkaian pengobatan
meliputi pembedahan, kemoterapi, terapi hormon, obat-obatan sitostatika, terapi radiasi dan yang
terbaru adalah terapi imunologi (antibodi). Kesemuanya mempunyai efek samping dan
keterbatasan. Terapi tersebut tidak mengeradikasi sel tumor dari dalam tubuh dan tidak
menjamin usia hidup yang lebih lama dari pasien.11 Obat-obatan sintetik yang tersedia sejauh ini
masih memiliki toksisitas yang tinggi terhadap system tubuh secara sistemik. Resistensi obat
juga dapat timbul pada pemakaian yang terus-menerus dalam waktu lama sehingga membatasi
keberhasilan pengobatan.9
Seiring dengan perkembangan teknologi kedokteran, saat ini telah ada kemungkinan
terapi gen untuk kanker payudara, dan telah banyak saat ini protocol penerapan teknik ini pada
pasien dengan kanker payudara. Ini disebabkan karena kanker payudara merupakan penyakit
yang melibatkan banyak gen jika dilihat dari segi molekuler.12 Terapi gen dapat diartikan sebagai
penggantian produk gen yang kurang baik atau perbaikan gen yang abnormal.13
Salah satu metode terbaru yang tengah marak dipelajari adalah penggunaan
antitelomerase sebagai terapi antikanker. Katalitik RNA sekuen yang disebut ribozim, akan
diekspresikan secara normal oleh sel kanker payudara untuk mengenal, menghancurkan dan
mengeliminasi kompleks telomerase. Ekspresi telomerase berhubungan dengan immortalitas dan
metastasis dari keganasan sel kanker payudara sehingga terapi antitelomerase ribozim diberikan
untuk mencegah pembelahan sel dan mengeliminasi metastasis dari sel kanker payudara.
2
Pemanfaatan antitelomerase ribozim sebagai terapi antikanker memiliki keuntungan dapat
mencegah pembelahan sel tanpa menganggu pembelahan sel normal sehingga bersifat spesifik.
Oleh karena itu, penulis tertarik untuk membahas tentang penggunaan antitelomerase
ribozim sebagai terapi kanker payudara. Melalui karya tulis ini penulis berharap dapat
memberikan sumbangan pemikiran mengenai karsinogenesis kanker payudara dan pemanfaatan
mekanisme antitelomerase ribozim dalam terapi kanker payudara.
1.2 Rumusan Masalah
Masalah yang ingin dikaji dalam karya tulis ini adalah, bagaimana mekanisme
antitelomerase ribozim sebagai terapi kanker payudara?
1.3 Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan karya tulis ini adalah untuk mengetahui mekanisme
antitelomerase ribozim sebagai terapi kanker payudara.
1.4 Manfaat Penelitian
a. Memberikan sumbangan pemikiran mengenai antitelomerase ribozim sebagai terapi
kanker payudara
b. Memberi informasi tentang antitelomerase ribozim, mekanisme kerjanya dan
pemanfaatannya dalam terapi kanker payudara.
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Aspek Epidemiologis Infertilitas
Kanker payudara (Carcinoma mammae) adalah kanker yang paling sering terjadi pada
wanita walaupun tidak tertutup kemungkinan bahwa laki-laki mampu mengidap penyakit ini.
Kanker payudara adalah suatu penyakit neoplasma yang ganas yang berasal dari parenchyma.
Neoplasma payudara atau tumor payudara adalah suatu pertumbuhan baru dan abnormal pada
sel-sel di payudara yang biasa berbentuk benjolan, dimana multiplikasinya tidak terkontrol dan
progresif. Neoplasma ganas pada payudaralah yang disebut sebagai kanker payudara, dimana
keadaan ini memperlihatkan proliferasi keganasan sel epitel yang membatasi duktus atau lobus
payudara. Pada awalnya hanya terdapat hiperplasia sel dengan perkembangan sel-sel yang
atipikal, namun sel-sel ini kemudian berlanjut menjadi karsinoma in situ dan menginvasi stroma.
Kanker membutuhkan waktu 7 tahun untuk tumbuh dari satu sel menjadi massa yang cukup
besar untuk dapat dipalpasi (kira-kira berdiameter 1 cm). Pada ukuran itu, sekitar 25% kanker
payudara sudah mengalami metastasis.6
Kanker payudara oleh Word Health Organization (WHO) dimasukkan ke dalam
International Classification of Diseases (ICD) dengan kode nomor 174. Penyakit ini sering
ditemukan di seluruh dunia dengan insidens relatif tinggi, yaitu 20% dari seluruh keganasan.
Dari 600.000 kasus kanker payudara baru yang didiagnosis setiap tahunnya. Sebanyak 350.000
di antaranya ditemukan di negara maju, sedangkan 250.000 di negara yang sedang berkembang.7
Pada tahun 2007, Departemen Kesehatan Republik Indonesia menyatakan bahwa
berdasarkan data IARC tahun 2002, estimasi insidensi kanker leher rahim sebesar 16 per 100.000
wanita, sedangkan kanker payudara sebesar 26 per 100.000 wanita. Hal ini menjadikan kanker
4
payudara menempati urutan pertama penyebab kanker tersering pada wanita Indonesia saat ini.
Selain jumlah kasus yang banyak, lebih dari 70% penderita kanker payudara di Indonesia
ditemukan pada stadium lanjut (III dan IV).8,14
2.2 Patogenesis Kanker Payudara
Kanker adalah pertumbuhan tidak terkontrol sel tubuh yang dapat disertai dengan invasi
dan metastasis ke jaringan lain. Kanker disebabkan akibat kerusakan genetik seperti kelainan
kromosom, amplifikasi DNA, rearrangement maupun mutasi noktah, yang dapat menimbulkan
gangguan keseimbangan fisiologik pengaturan pembelahan sel dan diferensiasi yang berakibat
tumbuhnya tumor. Kerusakan genetik tersebut dapat disebabkan akibat pemaparan karsinogen
lingkungan yang terdapat pada makanan, air, udara, radiasi, sinar matahari, mutasi spontan
karena instabilitas gen, infeksi virus DNA atau RNA, inaktivasi gen, dan lain-lain. Elemen
genetik seperti onkogen, anti-onkogen, dan virus merupakan sumber proses terjadinya
transformasi keganasan.15,16,17
Kanker payudara merupakan penyakit yang multigen (melibatkan peran berbagai gen).
Mekanisme terjadinya kanker payudara merupakan mekanisme deregulasi siklus sel. Adanya
defek pada gen BRCA 1 dan BRCA 2 sebagai DNA repair gene oleh mutasi menyebabkan
hilangnya kemampuan sel untuk memperbaiki DNA dan menyebabkan terjadinya akumulasi
kerusakan yang menginduksi tumorigenesis pada payudara. Estrogen dan progesterone dalam
jumlah banyak dapat memacu terjadinya proliferasi sel yang berlebihan. Estrogen dapat
menginduksi ekspresi gen pada sel payudara untuk mengode factor pertumbuhan cyclin D1 dan
c-myc. Progesterone mempunyai efek pematangan sedangkan estrogen menyebabkan terjadinya
siklus pertumbuhan yang multiple. Studi saat ini menyatakan bahwa, amplifikasi cyclin D1,
inaktivasi p16, dan mutasi p53 yang merupakan gen supresor tumor, berperan menimbulkan
kanker payudara.8,15,18 Selain itu pada sebagian besar sel kanker payudara dapat dijumpai
kenaikan reseptor estrogen yang dapat menyebabkan produksi antiapoptosis jenis bcl-2 secara
berlebihan.19
Amplifikasi gen reseptor Epidermal growth factor (EGF) juga dijumpai pada tumor
payudara, reseptor ini dapat berikatan dengan transforming growth factor alpha (TGF alphar).5
Human Epidermal Growth factor Receptor 2 (HER 2) adalah salah satu anggota kelompok
5
reseptor EGF dan merupakan reseptor yang berperan penting dalam tumorigenesis kanker
payudara. Protein tirosin kinase setelah ada ikatan reseptor akan teraktivasi dan akan berperan
dalam regulasi pertumbuhan. Reseptor EGF dijumpai pada beberapa tipe epitel termasuk
payudara .18
Onkogen lain yang sering mengalami kelainan adalah c-erbB2 (neu), yang telah diketahui
letaknya pada kromosom 17q21. Data yang diperoleh menunjukkan bahwa dari 103 pasien yang
diteliti diperoleh amplifikasi c-neu sebesar 18%. Pada tumor payudara non-invasif terdapat 70%
pasien mengalami ekspresi neu onkogen yang lebih (overekspresi), overekspresi neu onkogen
disertai dengan overekspresi mRNA dan produk proteinnya.20,21
2.3 Terapi Kanker Payudara
Pada saat ini cara pengobatan kanker dapat digolongkan sebagai berikut: pembedahan
(operasi) yaitu mengambil jaringan tumor, radiasi untuk merusak sel kanker, kemoterapi terapi
menggunakan obat untuk membunuh sel kanker, terapi hormon, imunoterapi (menggunakan
kemampuan biologi tubuh yang alamiah untuk memerangi tumor). Pengobatan kanker
tergantung pada tahapan kanker, cara pengobatan dapat tunggal atau pun kombinasi dari jenis
pengobatan tersebut diatas. Kombinasi pun dapat berurutan misalnya: Operasi dilanjutkan
kemoterapi atau dapat pula bersamaan seperti kemoterapi disertai radiasi atau radiasi plus
hormonal terapi.
Tumor primer biasanya dihilangkan dengan pembedahan. Prosedur pembedahan yang
dilakukan pada pasien kanker payudara tergantung pada tahapan penyakit, jenis tumor, umur dan
kondisi kesehatan pasien secara umum. Ahli bedah dapat mengangkat tumor (lumpectomy),
mengangkat sebagian payudara yang mengandung sel kanker atau pengangkatan seluruh
payudara (mastectomy). Untuk meningkatkan harapan hidup, pembedahan biasanya diikuti
dengan terapi tambahan seperti radiasi, hormon atau kemoterapi. Terapi radiasi dilakukan
dengan sinar-X dengan intensitas tinggi untuk membunuh sel kanker yang tidak terangkat saat
pembedahan.
6
Kemoterapi merupakan pengobatan sistemik, sebagian besar diberikan dengan cara
injeksi kedalam pembuluh baik vena, sebagian kecil dapat berupa tablet atau kapsul dan kadang-
kadang ada yang diberikan subcutan atau suntik dibawah kulit, serta intratekal (diinjeksikan
kedalam system syaraf), jarang sekali yang disuntikan ke otot. Kemoterapi diindikasikan untuk
pasien dengan penyakit visceral dan pasien-pasien dengan tumor refrakter serta tumor yang
insensitif terhadap terapi hormon. Kemoterapi terutama diaplikasikan sebagai pengobatan yang
sifatnya ajuvan, neoajuvan, dan paliatif. Obat-obat dalam kemoterapi dapat diberikan dalam
dosis tunggal maupun kombinasi. Kemoterapi anti kanker akan menyebabkan sel kanker serta
beberapa jenis sel sehat yang juga sedang membelah atau tumbuh mengalami kerusakan. Namun
sel kanker akan mengalami kerusakan lebih parah dibanding kerusakan pada sel sehat. Setelah
beberapa periode 1-3 minggu sel sehat pulih dan sel kanker juga akan pulih kembali namun
mengalami kerusakan berarti, sehingga atas dasar inilah obat anti kanker dipergunakan. Secara
umum obat anti kanker mempunyai akibat terhadap sel kanker, namun sel sehat yang cepat
membelah pun terpengaruh oleh anti kanker tersebut. Bila sel-sel darah terkena pengaruh, maka
penderita akan mudah terkena infeksi, mudah memar dan serta mudah mengalami pendarahan.
Demikian pula badan terasa lemah karena kurang energi yang dibakar oleh oksigen. Sel-sel pada
saluran cerna juga cepat membelah, sehingga akibat gangguan saluran cerna, pasien akan merasa
tidak nafsu makan, mual muntah serta sariawan dan diare akibat rontoknya selaput lender mulut
dan usus. Rambut yang sedang tumbuh pun akan rontok, pertumbuhan terhenti, sementara haid
menjadi tidak ada dan laki-laki sementara mengalami sterilisasi.22
Terapi hormonal dapat menghambat pertumbuhan tumor yang peka hormon dan dapat
dipakai sebagai terapi pendamping setelah pembedahan atau pada stadium akhir.
Sekitar 15-25% tumor payudara menunjukkan adanya protein pemicu pertumbuhan atau
HER2 secara berlebihan dan untuk pasien seperti ini, trastuzumab, antibodi yang secara khusus
dirancang untuk menyerang HER2 dan menghambat pertumbuhan tumor, bisa menjadi pilihan
terapi. Pasien harus menjalani tes HER2 untuk menentukan kelayakan terapi dengan
trastuzumab.23
7
2.4 Telomer
Telomer adalah bagian paling ujung dari DNA linear. Meskipun termasuk dalam untai
DNA, telomer tidak mengkode protein apapun, sehingga bukan merupakan gen. Telomer
berperan penting dalam menjaga kestabilan genom tiap sel. Dengan adanya telomer,
penggandaan DNA yang berlangsung sebelum pembelahan sel dapat dilakukan secara komplit.
Telomer tersusun dari urutan basa-basa nukleotida tertentu yang berulang-ulang ratusan
hingga ribuan kali. Pada manusia, urutan basa nukleotida telomer adalah TTAGGG. Selain
nukleotida yang menyusun untai DNA telomer, terdapat pula berbagai protein yang bersama-
sama menjalankan fungsi telomer. Untuk memelihara telomer, diperlukan enzim khusus yang
disebut telomerase.
Sebelum sel membelah diri, sel akan menjalani beberapa fase. Salah satunya adalah fase
S (sintesis) di mana seluruh untai DNA yang menyusun genom digandakan. Penggandaan DNA
pada umumnya dilakukan oleh enzim DNA polimerase. Tetapi sistem sintesis DNA yang dianut
oleh DNA polimerase tidak memungkinkan penggandaan pada bagian ujung DNA linar. Dengan
adanya struktur telomer yang khas dan enzim telomerase penggandaan untai DNA dapat
dilakukan secara menyeluruh.
Bila suatu sel tidak memiliki enzim telomerase, sel tersebut tidak mampu menggandakan
bagian paling akhir dari untai DNA-nya, walaupun tetap dapat membelah diri. Hal tersebut
menyebabkan untai DNA pada sel anakan menjadi lebih pendek dari sel awal. Bila keadaan ini
berlanjut terus-menerus seiring dengan pembelahan sel, untai DNA menjadi terlalu pendek dan
kestabilan genom terganggu. Keadaan ini mengancam kelanjutan hidup sel, dan dapat
mengaktifkan program bunuh diri sel (apoptosis), atau sel berhenti membelah dan memasuki
tahap "senescent “. Pemendekan telomer seiring dengan pembelahan sel telah berhasil
dihubungkan secara ilmiah dengan penuaan.
Sel-sel dewasa pada manusia tidak memiliki aktivitas telomerase. Telomerase hanya
ditemukan pada sel induk, yang menyebabkan sel induk dapat membelah diri berkali-kali tanpa
mengalami pemendekan telomer (atau mengalami pemendekan telomer tetapi jauh lebih lambat
daripada pemendekan telomer pada sel biasa). Tanpa adanya aktivitas telomerase, sel akan
mengalami pemendekan setiap membelah diri, sehingga organ dan jaringan yang sering
8
membelah (misalnya kulit, jaringan pencernaan) akan mengalami pemendekan telomer yang jauh
lebih cepat daripada sel-sel yang jarang membelah diri (misalnya sel otak).
Berdasarkan penelitian laboratorium, sel dengan telomer yang terlalu pendek akan berhenti
membelah diri, kemudian memasuki tahap "senescence” atau mengalami kematian apoptosis.
Diperkirakan hal semacam ini juga terjadi pada tubuh manusia, di mana sel-sel yang sudah
terlalu pendek telomernya berhenti memperbarui diri, sehingga manusia mengalami penuaan.
Penuaan pada manusia salah satunya disebabkan oleh memendeknya telomer, namun hal ini
bukan merupakan sebab satu-satunya pada mekanisme penuaan.24
2.5 Telomerase
Telomerase adalah kompleks ribonukleoprotein yang menambahkan pengulangan
telomer pada setiap ujung kromosom. Pada kebanyakan sel manusia normal selain sel gamet dan
sel stem, kromosom memperpendek telomernya dengan cepat pada setiap sel karena
telomerasenya tidak aktif. Tahap seluler “senescence” terjadi ketika sel dengan pemendekan
kromosom kritis, menuju ke pertumbuhan yang permanen.
Kebanyakan sel somatik tidak mengekspresi cukup banyak telomerase untuk memelihara
telomer yang konstan selama proses replikasi kromosom. hal ini menyebabkan beberapa sel
somatik dapat memendek telomernya yang memacu stadium ireversibel seluler “senescence”.
Ekspresi ektopik dari telomerase mengacu pada pembatasan ini dan di persimpangan dengan
onkogen spesifik dapat mentransformasi sel kepada karsiogenesis.namun, studi terbaru
mempertanyakan apakah stabilitas ujung kromosom seluruhnya menjelaskan aktivitas telomerase
untuk memacu tumorigenesis dan dihasilkan hipotesis bahwa telomerase memiliki fungsi
sekunder yang mendukung pembelahan sel. Ekspresi telomerase pada human mammary
epithelial cell (HMECs) menghasilkan kebutuhan akan mitogen eksogen dan menunjukkan
bahwa hubungan ini dengan induksi antitelomerase dependet mampu memacu pertumbuhan sel.
Lebih lanjut, penghambatan ekspresi pada satu dari gen-gen ini, the epidhermal growth factor
receptor (EGFR), sebaliknya meningkatkan proliferasi yang disebabkan oleh telomerase.
Telomerase dapat mempengaruhi proliferasi sel epitel tidak hanya membuat telomer stabil, tetapi
juga dengan mempengaruhi ekspresi gen pemacu pertumbuhan. 25
9
Pada keadaan normal, telomerase diekspresikan di sel stem dan sel gamet. Namun,
telomerase juga dapat muncul pada keadaan sel somatik yang memiliki tingkatan proliferase
yang terbatas. Akibatnya, setiap siklus duplikasi kromosom menyebabkan kenaikan DNA
telomerase, yang menyebabkan sintesis kromosom yang tidak dilindungi ujungnya oleh
telomere yang fungsional. Hal ini menyebabkan kelainan ujung kromosom. Aktivitas jalur
respon kerusakan DNA menurunkan viabilitas sel sehinga sel masuk keadaan ireversibel yang
tidak membelah. Keadaan ini disebut ‘senescense’.
Pada pengamatan invitro, kompleks telomerase dibutuhkan untuk pembelahan sel kanker.
Aktivitas telomerase telah dapat dideteksi di beberapa jenis kanker pada manusia, termasuk
kanker payudara. Ekpresi telomerase diasosiasikan dengan immortalitas dan metastasis
keganasan sel kanker payudara. Aktivitas telomerase telah berhasil terdeteksi pada 90% sel
kanker namun sedikit ataupun tidak terdeteksi di sel normal. Oleh karena itu, telomerase adalah
target yang sangat baik untuk terapi kanker dan mampu mencegah pembelahan sel.26
Penulis menyarankan telomerase yang merupakan kompleks ribonukleoprotein dapat
menjadi target molekuler penting untuk pencegahan kanker payudara.
2.6 Antitelomerase
Telomer DNA secara progresif dierosi pada setiap pembelahan sel yang tidak dapat
mengekspresi telomerase sehingga dibutuhkan transkriptase reverse khusus untuk menduplikasi
ujung kromosom. Telomerase diekspresi pada sel tumor tetapi tidak pada kebanyakan sel
somatik. Jadi, telomer dan telomerase dapat menjadi target yang spesifik untuk agen antikanker
yang potensional.
Aktivitas telomerase telah berhasil terdeteksi pada 90% sel kanker namun sedikit ataupun
tidak terdeteksi di sel normal. Oleh karena itu, telomerase adalah target yang sangat baik untuk
terapi kanker dan mampu mencegah pembelahan sel kanker tanpa efek samping pada populasi
sel normal.
Terdapat bermacam-macam mekanisme yang menggunakan telomerase sebagai target
untuk sel kanker dan telomerase inhibitor sebagai agen antikanker.
10
Penelitian menujukkan adanya mekanisme untuk menghambat aktivitas telomerase
dengan interaksi antara telomer ataupun komponen asam nukleat telomerase dengan penekanan
khusus terhadap ligands quadruplex .25
Jenis antitelomerase yang banyak digunakan adalah komplemen oligonukleotida.
Komplemen oligonukleotida mencegah aktivitas telomerase dengan menempel pada regio dari
komponen RNA telomerase. Namun, terapi ini membutuhkan jangka waktu yang lama untuk
mengeradikasi sel kanker secara sempurna.
Selain itu, jenis antitelomerase lain adalah telomerase inhibitor GNI163L. Ttelomerase
inhibitor GRN163L adalah lipid terkonjugasi sintetik, 13-mer oligonucleotide N3' P5-thio-
phosphoramidate dengan aktivitas antineoplastik yang potensial. Komplemen dengan regio
template dari telomerase RNA (hTR). Telomerase inhibitor GRN163L bekerja sebagai enzim
kompetitif inhibitor yang mengikat dan memblok sisi aktif dari enzim (antagonis template
telomerase). Mekanisme kerjanya berbeda dari penghambatan antisense yang dimediasi
oligonukleotida melalui pengikatan mRNA. Penghambatan aktivitas telomerase pada sel tumor
dengan telomerase inhibitor GRN163L menyebabkan pemendekan telomer yang membuat
penghentian siklus sel (apoptosis).28
Pada perkembangannya, antitelomerase yang berasal dari urutan katalitis RNA ribozim
akan diekspresi pada kanker payudara garis sel, untuk mengenali dengan spesifik, dan
mengeliminasi telomere kompleks. Terapi ribozim ini didiesain untuk mencegah pembelahan sel
tumor dan mengeliminasi metastasis yang potensial dari kanker payudara. Hal ini menyebabkan
terapi gen dengan menggunakan ribozim untuk mengeliminasi sel kanker payudara adalah
strategi yang menjanjikan untuk terapi keganasan kanker payudara.
BAB III
METODE PENULISAN
3.1 Sumber dan Jenis Data
Data-data yang dipergunakan dalam karya tulis ini bersumber dari berbagai referensi atau
literature yang relevan dengan topic permasalahan yang dibahas. Validitas dan relevansi
11
referensi yang digunakan dapat dipertanggungjawabkan. Jenis data yang diperoleh berupa data
sekunder yang bersifat kualitatif maupun kuantitatif.
3.2 Pengumpulan Data
Dalam penulisan karya ilmiah ini digunakan metode studi pustaka yang didasarkan atas
hasil studi terhadap berbagai literature yang telah teruji validitasnya, berhubungan satu sama
lain, relevan dengan kajian tulisan serta mendukung uraian atau analisis pembahasan.
3.3 Analisis Data
Setelah data yang diperlukan terkumpul, dilakukan pengolahan data dengan menyusun
secara sistematis dan logis. Teknik analisa data yang dipilih adalah analisa deskriptif
argumentative, dengan tulisan yang bersifat deskriptif, menggambarkan tentang mekanisme anti
telomerase ribozim sebagai terapi pada kanker payudara.
3.4 Penarikan Kesimpulan
Setelah proses, dilakukan proses sintesis dengan menghimpun dan menghubungkan
rumusan masalah, tujuan penulisan serta pembahasan yang dilakukan. Selanjutnya ditarik
kesimpulan yang bersifat umum kemudian direkomendasikan beberapa hal sebagai upaya
transfer gagasan.
BAB IV
PEMBAHASAN
4.1. Ribozim sebagai Antikanker Potensial
Telomerase pada manusia adalah suatu ribonukleoprotein yang menggandakan unit basa
berulang TTAGGG sampai ke ujung telomere. Aktivitas telomerase telah ditemukan pada
12
hampir semua sel tumor manusia tetapi tidak pada sel-sel normal yang berdekatan. Korelasi ini
mengarah pada hipotesis bahwa pengaktifan kembali telomerase diperlukan untuk proliferasi sel
pada sel tumor sehingga telomerase dapat menjadi target yang luar biasa bagi agen kemoterapi
yang bertindak melalui mekanisme yang belum dikenal secara luas.
Telomere pada DNA terkikis pada setiap putaran proses pembelahan sel dalam sel-sel
yang tidak melibatkan telomerase, berkebalikan dengan adanya pelibatan telomerase yang dapat
menyebabkan suatu sel immortal. Telomerase dinyatakan dalam sel tumor tapi tidak dalam
sebagian besar sel somatik dan dengan demikian telomere dan telomerase dapat diusulkan
sebagai sasaran menarik untuk penemuan agen antikanker baru.
Penemuan terkait aktivitas potensial telomerase sebagai terapi antikanker melibatkan
penggunaan senyawa kimia nukleotida yang berinteraksi dengan struktur spesifik asam
deoksiribonukleat (DNA) atau asam ribonukleat (RNA). Senyawa ini berguna dalam pengobatan
kanker, dimana senyawa ini bertindak sebagai agen penghambat telomerase atau akan lebih
dikenal sebagai antitelomerase.
Antitelomerase memiliki banyak keuntungan, dari sudut pandang terapis, antitelomerase
berperan untuk memblokir telomerase. Seperti yang kita ketahui, secara biologis telomerase
memungkinkan penambahan sekuens DNA berulang dari tipe TTAGGG. Melalui tindakan ini,
telomerase dapat menjadikan suatu sel immortal. Memang, dengan tidak adanya aktivitas enzim
ini, sel kehilangan pada setiap divisinya sekitar 100-150 basa karena penerjemah sekuens dengan
cepat menjadi pikun. Namun hal tersebut dapat ditolerir mengingat pada sel-sel kanker, ternyata
sel-sel ini memiliki telomere yang dipertahankan pada panjang yang stabil selama pembelahan
sel di mana telomerase diaktifkan dan bahwa hal itu memungkinkan penambahan motif berulang
sekuens telomere pada ujung telomere dan karenanya diperbolehkan konservasi panjang telomer
pada sel-sel kanker. Hal tersebut muncul untuk beberapa waktu lama dan lebih dari 85% dari sel-
sel kanker memang menunjukkan tes positif keberadaan telomerase.29
Telomerase adalah sasaran yang sangat didambakan untuk mengobati sel-sel kanker.
Pendekatan pertama antitelomerase untuk memblokir telomerase adalah penggunaan struktur
nukleotida.30 Sedangkan pada non-senyawa nukleotida yang telah digunakan dalam penelitian
sebelumnya, disebutkan diaminoanthraquinones atau diethyloxadicarbocyanins.31-32
13
Telomerase akan menjadi target yang sangat menantang untuk pengembangan obat
kanker karena periode lag panjang yang diharapkan terjadi sebelum telomerase, cukup untuk
menghasilkan efek merugikan pada pertumbuhan sel.
Penemuan potensi telomerase sebagai target terapi manusia memerlukan pengembangan
ampuh dan pemilihan selektif suatu inhibitor sebagai antitelomerase dalam penelitian. Untuk
mendapatkan konfirmasi positif mekanisme antitelomerase pada telomerase, antitelomerase
harus memenuhi kriteria sebagai berikut: (i) antitelomerase harus mengurangi aktivitas
telomerase, tetapi tidak mempengaruhi tingkat pertumbuhan sel, (ii) penambahan antitelomerase
akan menyebabkan pemendekan progresif telomere pada masing-masing sel, (iii) penambahan
antitelomerase harus menyebabkan sel mati atau mengalami penghentian pertumbuhan; (iv)
waktu yang diperlukan untuk mengamati penurunan proliferasi harus bervariasi, tergantung pada
panjang telomer awal, dan (v) terkait kimiawi molekul yang tidak menghalangi telomerase.
Aktivitas seharusnya tidak menyebabkan proliferasi sel berkurang atau pemendekan telomere.33
Ribozim sebagai salah satu antitelomerase adalah molekul RNA dengan kemampuan
untuk pemutusan urutan efek pembelahan khusus transkrip lainnya. Sejak awal ditemukan
ribozim, 20 tahun lalu, ribozim terus-menerus dikembangkan sebagai terapi gen, khususnya di
bidang kanker. Ribosom adalah agregat besar berisi 3 (4 pada eukariota) rRNA molekul dan
molekul protein. Tiga-dimensi struktur yang besar (50S) subunit ribosom bakteri ditemukan pada
bulan Agustus 2000. Jelas menunjukkan bahwa pembentukan ikatan peptida yang
menghubungkan masing-masing asam amino ke rantai polipeptida yang tumbuh dikatalisis oleh
RNA 23S molekul dalam subunit besar. 31 subunit protein dalam mungkin menyediakan
perancah yang diperlukan untuk mempertahankan struktur tersier RNA.34
Ribozim memiliki kemampuan untuk mengenali dan memotong molekul RNA spesifik
sehingga ribozim merupakan calon yang menarik untuk terapi pada manusia khususnya pada
terapi kanker, dalam hal ini kanker payudara juga merupakan target potensial. Ribozim, sebuah
sekuens RNA katalitik, akan diekspresikan dalam baris sel kanker payudara, untuk secara khusus
mengenali, memotong dan menghilangkan telomerase kompleks. Terapi ribozim ini dirancang
untuk mencegah pembelahan sel tumor dan menghilangkan potensi metastasis kanker payudara.
14
Sel-sel kanker payudara yang mengekspresikan ribozim anti-telomerase telah diamati
dapat mengurangi tingkat hTERT (human telomerase reverse transcriptase komponen) mRNA,
penurunan aktivitas telomerase, dan penghambatan proliferasi sel terbatas. Selain itu, ribozim
yang menghancurkan pengodean mRNA reseptor endotel dari Vaskular Growth Factor (VEGF)
memiliki makna klinis yang sedang dikembangkan. VEGF adalah stimulan utama dari
angiogenesis, dan menghalangi tindakan yang dapat membantu mengurangi nutrisi jaringan pada
kanker.35
4.2. Cara Kerja Ribozim sebagai Anti Kanker
Banyak penelitian dilakukan untuk menemukan terapi baru untuk melawan enzim
telomerase yang dibutuhkan dalam pembelahan sel kanker. RNA katalitik yang disebut ribozim
akan diekspresikan ke sel kanker payudara untuk mengenali, memotong, dan mengeliminasi
secara spesifik komplek telomerase. Terapi ribozim ini diciptakan untuk mencegah pembelahan
sel tumor dan metastasis dari sel kanker. Sel kanker payudara yang diterapi anti telomerase
ribozim akan menurunkan jumlah hTERT mRNA, suatu komplek telomerase , yang
menggambarkan reduksi dari aktivitas dari telomerase dan pembelahan sel. Penelitian lebih jauh
dibutuhkan untuk mengetahui apakah ribozim, yang merupakan terapi gen, dapat digunakan
untuk terapi sel kanker payudara yang agresif.36
RNA molekul ribozim sebenarnya telah ditemukan 20 tahun yang lalu. Ribozim
ditemukan dapat mengkatalisasi reaksi kimia di sistem biologi. Menurut penelitian akhir-akhir
ini, ternyata ribozim dapat berfungsi sebagai antikanker yang mempunyai beberapa kelebihan
mempunyai beberapa kelebihan sebagai anti kanker yaitu mempunyai spesifitas yang tinggi ke
target dan bekerja sebelum translasi protein. Antitelomerase ribozim juga bersifat nontoksik dan
beraksi sinergis dengan terapi yang lain.
Berlawanan dengan agen antiproliferatif tradisional yang membunuh sel kanker dalam
hitungan jam maupun hari setelah pemberian, antitelomerase membutuhkan waktu mingguan
sebelum efeknya terlihat tergantung panjang telomere. Ini disebabkan karena telomer dari sel
kanker manusia terdiri dari ratusan sampai ribuan panjang basa.37
15
Ribozim, ribonuklease yang spesifik, mempunyai target pada transkripsi gen. Ribozim dapat memotong mRNA yang mengkode protein target. Ribozim
mempunyai potensial dalam pengembangannya untuk menginhibisi ekspresi gen spesifik. Ribozim juga telah terbukti berhasil dalam menghambat ekspresi “growth
factor” atau reseptornya pada sel kultur.38
Menurut suatu penelitian, 30% persen sel kanker payudara menunjukkan adanya
overekspresi dari HER-2/neu onkogen. Overekspresi dari onkogen ini menunjukkan prognosis
yang buruk . Overekspresi HER-2/neu juga telah diketahui dapat mempercepat metastasis kanker
dan menginduksi kemoresistensi pada beberapa obat anti kanker dan represi dari ekspresi HER-
2/neu dapat mereduksi keganasan sel kanker. Oleh karena itu, overekspresi HER-2/neu
merupakan target yang bagus dalam pengembangan terapi sel kanker. Ribozim telah dilaporkan
berhasil dalam mengontrol ekspresi gen. Ribozim dapat menginduksi gen bunuh diri seperti
toksik gen yang nantinya akan diekspresikan secara spesifik ke sel kanker payudara dengan
overekspresi HER-2/neu dan menyebabkan kematian sel tersebut secara spesifik. Telah
dilakukan penelitian pada sel kanker payudara dengan kandungan mRNA HER-2/neu yang
tinggi maupun rendah dan telah dibuktikan berhasil.39
Ribozim dapat memotong hTERT ( human telomerase ) mRNA secara in vitro.
Transfeksi yang stabil dalam klon sel kanker payudara MCF-7 dan sel payudara immortal HBL-
100 oleh ribozim menghasilkan penurunan dari mRNA hTERT dan menghambat aktivitas
telomerase. Keadaan ini akan memperpendek telomer, menghambat pertumbuhan dan
menginduksi apoptosis. Aktivitas telomerase yang melemah akan menyebabkan pemendekan
telomer. Pemendekan telomer ini akan meningkatkan sensitivitas sel kanker terhadap agen
kemoterapi yang lain. Von Zglinicki dkk. Telah menemukan bahwa aktivitas antitelomerase oleh
ribozim dengan target sasaran hTERT dapat meningkatkan sensitivitas sel kanker payudara
terhadap doksorubisin, suatu inhibitor topoisomerase. Hal ini menimbulkan dugaan bahwa akan
adanya pengaruh yang sinergis antara antitelomerase ribozim dengan kemoterapi topoisomerase
sebagai antikanker. 37,40
Salah satu jenis dari ribozim, yaitu hammerhead ribozim targeting human telomerase
RNA (hTR) terbukti dapat menjadi agen penghambat aktivitas katalistik dari telomerase dan
proliferasi dari sel tumor. hTR didesain untuk melawan 7NUC sequences. Ekspresi ribozim pada
16
kanker payudara manusia MCF-7 cells menunjukkan penurunan aktivitas telomerase pada MCF-
7 cell. Lebih lanjut, Ribozim R1 menunjukkan aktivitas pemendekan telomere dan penurunan
laju proliferasi sel parental. Hal ini membuat hTR dapat menjadi stategi yang menjanjikan untuk
menghambat pertumbuhan sel kanker payudara pada manusia.41
4.3. Perkembangan Antitelomerase Ribozim
Perkembangan penelitian mengenai aplikasi ribozim menunjukkan hasil yang positif
bahwa ribozim adalah agen yang poten untuk mengeradikasi tumor melalui mekanisme
penghambatan aktivitas telomerase. Pada penelitian invivo, ribozim mampu menghambat
aktivitas telomerase pada jaringan tumor dan merangsang apoptosis dari sel tumor. Penelitian in
vivo secara signifikan menunjukkan penurunan ukuran tumor pada kelompok mencit yang
diberikan p(XJ-neo-teloRZ) saat dibandingkan dengan kelompok mencit kontrol. Lebih jauh lagi,
efek in vivo dari p(XJ-neo-teloRZ) adalah dose-dependent. Ini menunjukkan bahwa ribozim
dalam menunjukkan efeknya tergantung dosis yang diberikan. 42
Ribozim adalah trans-acting RNA khusus. Mekanisme kerja dari ribozim adalah dengan
mempengaruhi aktivitas spesifik dari endoribonuklease dan mengatalisis hidrolisis dari jembatan
fosfodiester molekul RNA yang menyebabkan pemecahan urutan dari target RNA. Dengan cara
kerja ini, ribozim tidak hanya untuk sel kanker payudara tapi juga telah diujicobakan pada sel
tumor nasofaring, sel tumor pankreas.41,43,44
BAB V
PENUTUP
5.1. Kesimpulan
a. Ribozim merupakan antitelomerase yang potensial sebagai antikanker, khusunya kanker
payudara. Hal ini karena spesifitas dari mekanisme kerja ribozim kepada gen target. Ribozim
17
memiliki kemampuan untuk mengenali, memotong, dan menghancurkan telomerase kompleks
secar spesifik. Ribozim mampu mengurangi tingkat hTERT mRNA, menurunkan aktivitas
telomerase dan penghambatan proliferasi sel.
b. Ribozim mempunyai beberapa cara kerja sebagai antikanker yaitu :
1. Ribozim mempunyai spesifitas yang tinggi ke target dan bekerja sebelum terjadi
translasi protein
2. Antitelomerase ribozim juga bersifat nontoksik dan beraksi sinergis dengan terapi yang
lain
3. Berlawanan dengan agen antiproliferatif tradisional yang membunuh sel kanker dalam
hitungan jam maupun hari setelah pemberian, antitelomerase membutuhkan waktu mingguan
sebelum efeknya terlihat tergantung panjang telomere
4. Ribozim bekerja dengan memotong mRNA yang mengkode protein target
5. Ribozim juga telah terbukti berhasil dalam menghambat ekspresi “growth factor” atau
reseptornya pada sel kultur
6. Ribozim telah dilaporkan berhasil dalam mengontrol ekspresi gen dan dapat
menginduksi gen bunuh diri
7. Aktivitas antitelomerase oleh ribozim dengan target sasaran hTERT dapat
meningkatkan sensitivitas sel kanker payudara terhadap doksorubisin, suatu inhibitor
topoisomerase. Hal ini menimbulkan dugaan bahwa akan adanya pengaruh yang sinergis antara
antitelomerase ribozim dengan kemoterapi topoisomerase
c. Penelitian mengenai ribozim terus dilakukan. Peneltian terkini telah mengujicobakan ribozim
secara in vivo pada mencit dan menunjukkan aktivitas yang baik. Aktivitas dari ribozim
tergantung dengan dosis yang diberikan. Ribozim juga telah dibutikkan aman karena bekerja
secara spesifik. Ribozim juga telah dibuktikan tidak hanya sebagai terapi kanker payudara tetapi
juga sel tumor nasofaring , sel tumor pancreas, dll dengan cara kerja yang berbeda.
5.2. Saran18
Perlu ada penelitian lebih lanjut mengenai pemanfaatan ribozim pada kanker, khususnya
kanker payudara. Sebab dari sumber data yang kami dapatkan, penelitian mengenai ribozim
masih terbatas. Hal ini perlu dilakukan dengan tujuan mendapatkan protocol terpai gen pada
kanker payudara dengan efikasi yang setinggi-tingginya.
Diharapkan adanya suatu uji klinis yang lebih massif, mengenai penerapan ribozim
sebagai agen terapeutik sehingga diharapkan ribozim dapat menjadi terapi konvensional.
\
DAFTAR PUSTAKA
1. Mosher W, Pratt W. Facundity and infertility in the United States, 1965-88. Adv. Data.
199-;192-12
2. Anonymous. Kanker Payudara pada Perempuan [online]. 2008 [cited 5 Oktober 2009].
Available from : http:www.conectique.com
19
3. Price AS, Wilson LM. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Jakarta : EGC,
2005 : 1303-1307.
4. Kalbe. Kegiatan Nasional Deteksi Dini Kanker Leher Rahim dan Kanker Payudara [online].
21 April 2008 [cited 5 Oktober 2009]. Available from : URL : http ://www.kalbe.co.id
5. Departemen Kesehatan Indonesia. Deteksi Kanker Leher Rahim dan Kanker Payudara
[online]. 21 April 2008 [cited 5 Oktober 2009]. Available from : http://www.depkes.go.id
6. Yayasan Kesehatan Payudara Jakarta [online]. 30 Januari 2007 [cited 5 Oktober 2009].
Available from : http://www. Indonesiaindonesia.com
7. A-Z woman health concern. A-Z Kanker Payudara pada Perempuan [online]. 2008 [cited 5
Oktober 2009]. Available from : http://www.conectique.com/
8. Udadi Sadhana. Kanker Payudara Wanita : Ekspresi Reseptor Estrogen, Reseptor Progesteron
dan HER-2. Media Medika Muda No.3 Juli-Desember 2006.
9. Sekretariat Negara Republik Indonesia. Ibu Negara Canangkan Program Nasional Deteksi
Dini Kanker [online]. 21 April 2008 [cited 5 Oktober 2009]. Available from :
http://www.setneg.go.id
10. Sutjipto. Permasalahan Deteksi Dini dan Pengobatan Kanker Payudara. 2008 [cited 5
Oktober 2009]. Available from : http://www.dharmais.go.id
11. Ogan D Abaan, Wayne E Criss. Gene Therapy in Human Breast Cancer [online]. 1 April
2002 [cited 5 Oktober 2009]. Available from : http://www. journals.tubitak.gov.tr
12. Kingston HM. ABC of clinical genetics. 3rd ed. London, UK. BMJ. 2002.
13. Turnpenny P, Sian E. Emery’s elements of medical genetics. 12th ed. Elsevier Inc.2007.
14. Pandyra A A, Berg R, Vincent M, Koropatnick J.. Combination Silencer RNA. Pharmacol
Rev 2007.
15. Issam Makhoul. Breast Cancer [online]. 30 September 2006 [cited 20 Oktober 2008].
Available from URL : http://www. emedicine.com/
20
16. Kumar V, Abbas Ak, Fausto N. Buku Ajar Patologi. Edisi 7.2007.
17. Wikipedia. Carcinogenesis [online]. 12 Oktober 2008 [cited 20 Oktober 2008]. Available
from URL : http://en.wikipedia.org
18. MayoClinic. Breast Cancer [online]. 26 September 2007 [cited 5 Oktober 2009]. Available
from URL : http://www.mayoclinic.com
19. Xiaoxian Li; Michael T. Lewis; Jian Huang; Carolina Gutierrez; C. Kent Osborne; Meng Fen
Wu; Susan G. Hilsenberg; Anne Pavlick; Xiaomei Zhang; Gary C. Chamness; Helen Wong;
Jeffrey Rosen; Jenny C. Chang. Intrinsic Resistance of Tumorigenic Breast Cancer Cells to
Chemotherapy [online]. 7 Juli 2008 [cited 7 Oktober 2009]. Available from: URL:
http://www.medscape.com/
20. . Barnes DM, Laramie GA, Millis RR, Gullick WL, Allen DS, Altman G. An
Immunohistochemical evaluation of c-erbB-2 expression in human breast carcinoma, Br. J.
Cancer 1988; 58: 448.
21. Gusterson BA dick. Immunohistochemical localization of c-erbB-2 in human breast
carcinomas. Mol. Cell. Probes, 1988; 2: 383
22. Dharmais. Akibat dan Manfaat Kemoterapi [online]. 15 September 2009. [cited 5 Oktober
2009]. Available from: URL: http://www.dharmais.com/
23. Kalbe. Terapi Kanker Payudara Hingga Kini [online]. 15 September 2009. [cited 5 Oktober
2009]. Available from : URL: http//www.kalbe.co.id/
24. Alberti, Patrizia et all. Nucleic Acids as Targets for Antitelomerase Agents. Mini Reviews in
Medicinal Chemistry, Vol.3, No. 1, 2003 ,
25. Greider CW, Blackburn EH. Identification of a specific telomere terminal transferase activity
in Tetrahymena extracts. Cell 1985; 43(2 pt 1): 405-13
21
26. Anonymous. Definition of Telomere. [cited 30 September 2009]. Available from :
http://www.medterms.com.
27. Hnatysxyn, Harry. Design of a Rybozyme to Inactive Telomerase Activity in Breast Tumor.
Telomerase modulates expression of growth-controlling genes and enhances cell proliferation.
Published online: 2003; DOI: 10.1038/ncbxxx
28. National Cancer Institute. Telomerase inhibitor GRN163L. [online 6 Oktober 2009].
Available from : http://www.cancer.gov.
29. Johnston W, Unrau P, Lawrence M, Glasner M, Bartel D (2001). " RNA-catalyzed RNA
polymerization: accurate and general RNA-templated primer extension "
(PDF). Science292 (5520): 1319–25
30. Chen et al., Proc. Natl. Acad. Sci. USA 93 (7), 2635-2639
31. Sun et al., J. Med. Chem. 40 (14), 2.113-6
32. Ruang kemudi RT et al ., J. Am. Chem. Soc. 1998 (120), 3261-2).
33. Marzia Pennati, Mara Binda, Gennaro Colella, Monica Zoppe, Marco Folini, Sara Vignati,
Alessandra Valentin, Lorenzo Citti, Michelandrea De Cesare, Graziella Pratesi,
Mauro Giacca, Maria Grazia Daidone and Nadia Zaffaroni. “Ribozim-mediated inhibition of
survivin expression increases spontaneous and drug-induced apoptosis and decreases the
tumorigenic potential of human prostate cancer cells”.
34. Harry J. Hnatyszyn; Gunter Kraus. “Design of a Ribozim to Inactivate Telomerase Activity
in Breast Cancer Tumors”.
35. Gasparini G. Prognostic value of vascular endothelial growth factor in breast cancer.
Oncologist. 2000; 5 Suppl 1:3
22
36. : Harry, Gunter K. Design of a Ribozim to Inactivate Telomerase Activity in Breast Cancer
Tumors [online]. 2006 [cited 5 Oktober 2009]. Available from : http ://www.stormingmedia.us
37. Corey DR. Telomerase Inhibition, Oligonukleotida, and Clinical Trials [online]. 21 Januari
2006 [cited 5 Oktober 2009]. Available from : http://www.nature.com
38. Chatterton J, Hu X, Wong F. Ribozims in gene identification, target validation and drug
discovery [online]. 21 Februari 2004 [cited 5 Oktober 2009]. Available from : http
://www.sciencedirect.com
39. Hung M, Anderson MD. Targetting HER-2/neu Overexpresion By Suicide Ribozim In Breast
Cancer [online]. 2006 [cited 5 Oktober 2009]. Available from :
http://www.stormingmedia.com
40. Antje Ludwig, Gabriele Saretzki dkk. Ribozim Cleavage of Telomerase mRNA Sensitizes
Breast Epithelial Cells to Inhibitors of Topoisomerase [online]. 2001 [cited 5 Oktober 2009].
Available from : http://www.newdesign.breast-cancer-research.com
41. Yeo M, et all. Attenuation of telomerase activity by hammerhead ribozim targeting human
telomerase RNA induces growth retardation and apoptosis in human breast tumor cells.
International Journal of Cancer 2005; 114(3): 484-9
42. Qu Y, Liu S, Zhang C, Bai S, Ouyang S, Liu B. Study on the inhibition of nude mice
transplantation tumor growth by telomerase ribozim. Chinese journal of medical genetics
2000; 16(6):368-70
43. Zhao YH, Chen XY, R Arrand J. Construction and screening of a ribozim targeting
telomerase RNA and effects of telomerase ribozim on proliferation and apoptosis of CNE-2Z
cells. [cited 14 oktober 2009]. Available from: URL: http://www.pubmedcentral.nih.gov/
23
44. Hayashidani Y, Hiyama E, Murakami Y, Sueda T. Attenuation of Telomerase Activity by
Hammerhead Ribozim Targeting Human Telomerase RNA and Telomerase Reverse
transcriptase in Pancreatic Carcinoma Cells. Hiroshima J. Med. Sci 2005; 54(1): 21-7
24