Download - Fraud Audit
1
2
Kesulitan Kuantifikasi Fraud
Sulit mengidentifikasi dan membedakan ketidak hati-hatian (carelessness) dan kelemahan metode pencatatan (poor record keeping) dengan fraud itu sendiri.
Kecenderungan pimpinan organisasi cenderung menangani fraud secara diam-diam.
3
Pengertian Fraud
Cara melakukan tipu daya, secara tak wajar dan cerdik sehingga orang lain menjadi terpedaya, yang biasanya dilakukan oleh mereka yang tidak jujur penuh tipu daya.
4
Unsur Penting Fraud
Perbuatan tidak jujurNiat atau kesengajaaKeuntungan yang merugikan orang lain
5
Profil Pelaku FraudPenampilan atau profil seseorang yang berbeda dengan orang lain tidak dapat menggambarkan yang mana di antara mereka yang memiliki kecenderungan melakukan fraud
6
Like you and meNo specific psychological profile70% male, while females make up
30%OlderMore religiousLess substance abuse
FAKTOR PENDORONG FRAUD
7
GONEGG – Greed (Keserakahan)
OO – Opportunity (Kesempatan)
NN – Need (Kebutuhan)
EE – Exposure (Pengungkapan)
Faktor Generik
Faktor Individu
Pengertian Korupsi
Dari sudut bahasa:Menurut bahasa Yunani, Corrutio berarti perbuatan tidak baik, buruk, curang, dapat disuap, tidak bermoral, menyimpang dari kesucia, melanggar norma agama, materiil, mental dan umum.
8
Dalam arti hukum:Tingkah laku yang menguntungkan diri sendir dengan merugikan orang lain, yang dilakukan pejabat pemerintah, yang langsung melanggar batas-batas hukum. (Lubis dan Scott, 1993:19)
Pengertian Korupsi
Menurut pasal 2 UU No.31 tahun 1999, yang diubah dengan UU No.20 tahun 2001:
Suatu perbuatan melawan hukum, dengan maksud memperkaya diri sendiri atau orang lain atau korporasi, yang secara langsung maupun tidak langsung dapat merugikan keuangan atau perekonomian negara.
9
Substansi Korupsi Pada UU Tipikor
a. Tindak Pidana Korupsi
b. Keuangan Negara
c. Perekonomian Negara
10
Jenis Tindak Pidana Korupsi
Ada 30 jenis tipikor yang dikelompokkan:
a. Menyangkut kerugian keuneg (psl 2 & 3)
b. Suap menyuap (psl 5, 6, 11, 12, dan 13)
c. Penggelapan dalam jabatan (psl 8, 9, dan 10)
d. Pemerasan (psl 12)
e. Perbuatan curang (psl 7 dan 12)
f. Benturan kepentingan dlm pengadaan barang dan jasa (psl 12 huruf i)
g. Gratifikasi (psl 12 B jo psl 12 C
11
Tindak Pidana Lain Terkait Dengan Tindak Pidana Korupsia. Merintangi proses pemeriksaan perkara korupsi (psl
21)
b. Tidak memberi keterangan atau memberi keterangan yang tidak benar (psl 22 jo psl 28)
c. Bank tdk memberi keterangan rek tersangka (psl 22 jo psl 29)
d. Saksi ahli tdk memberi ket atau ket palsu (psl 22 jo psl 35)
e. Orang yg memegang rahasia jabatan tdk memberi ket atau ket palsu (psl 22 jo psl 36)
f. Saksi yg membuka identitas pelapor (psl 24 jo psl 31)
12
Korporasi Sebagai Subyek Tindak Pidana Korupsi
UU No.31 tahun 1999 mengatur bahwa korporasi juga dapat menjadi subyek tindak pidana korupsi.
13
Penanganan Kasus Tipikor Yg Sulit Pembuktiannya
Membentuk tim gabungan yg dikoordinasikan Jaksa Agung RI
Mengatur kewenangan penyidik, penuntut umum, dan hakim meminta keterangan tantang keadaan keuangan tersangka atau terdakwa kepada bank dengan mengajukannya melali Gubernur BI.
Mengatur penerapan pembuktian terbalik yang bersifat terbatas atau berimbang.
14
15
Penanggungjawab Pencegahan dan Pendekteksian Fraud
manajemen, pimpinan institusi Otoritas lain yang berkepentingan dalam
pencapaian tujuan suatu organisasi
16
Peran Auditor dalam Pencegahan dan Pendekteksian Fraud
Memberikan: kontribusi kepada manajemen berupa
peringatan dini terhadap potensi terjadinya fraud,
rekomendasi perbaikan terhadap kelemahan sistem pengendalian yang mengakibatkan perbuatan fraud terjadi
17
Tanggungjawab Manajemen dalam Pencegahan dan Pendeteksian Fraud Pengembangan lingkungan pengendalianPenetapan Tujuan dan Sasaran Organisasi yang
realistis. Menetapkan aturan perilaku (code of conduct) Mewujudkan dan memelihara kebijakan otorisasi yang
tepatKebijakan, praktik, prosedur, pelaporan dan
mekanisme lainnya untuk memonitor aktivitas dan menjaga asset khususnya yang memiliki tingkat risiko tinggi dan bernilai mahal.
Mekanisme komunikasi informasi-informasi yang dapat dipercaya serta berkesinambungan
18
Tanggungjawab Manajemen dalam Pencegahan dan Pendeteksian Fraud Pengembangan lingkungan pengendalianPenetapan Tujuan dan Sasaran Organisasi yang
realistis. Menetapkan aturan perilaku (code of conduct) Mewujudkan dan memelihara kebijakan otorisasi yang
tepatKebijakan, praktik, prosedur, pelaporan dan
mekanisme lainnya untuk memonitor aktivitas dan menjaga asset khususnya yang memiliki tingkat risiko tinggi dan bernilai mahal.
Mekanisme komunikasi informasi-informasi yang dapat dipercaya serta berkesinambungan
19
Peran Auditor dalam Memerangi Fraud
pencegahan fraud pendeteksian fraud melakukan investigasi fraud
20
Pengertian Upaya Pencegahan
Pencegahan fraud adalah upaya yang terintegrasi yang dapat menekan terjadinya faktor penyebab fraud (fraud triangle) yaitu :
Memperkecil peluang terjadinya kesempatan untuk berbuat kecurangan
Menurunkan tekanan kepada pegawai agar ia mampu memenuhi kebutuhannya
Mengeliminasi alasan untuk membuat pembenaran/rasionalisasi atas tindak kecurangan yang dilakukan.
21
Tujuan Pencegahan
a. prevention - dapat mencegah terjadinya fraud secara nyata pada semua lini organisasi;
b. deterence - menangkal pelaku potensial bahkan tindakan untuk yang bersifat coba-coba;
c. discruption - mempersulit gerak langkah pelaku fraud sejauh mungkin;
d. identification - mengidentifikasi kegiatan berisiko tinggi dan kelemahan pengendalian;
e. civil action prosecution - melakukan tuntutan dan penjatuhan sanksi yang setimpal atas perbuatan kecurangan kepada pelakunya.
22
Metode Pencegahan
a. Penetapan Kebijakan Anti Fraud
b. Prosedur Pencegahan Baku
c. Organisasi, yaitu adanya komite audit, akses audit internal ke komite audit, dan tanggungjawab audit internal setara eksekutif
d. Teknik Pengendalian
e. Kepekaan Terhadap Fraud pada staf terhadap sinyal fraud - SILA
23
Prosedur Pencegahan Baku1. Adanya pengendalian intern yang antara lain
terdapat pemisahan fungsi sehingga tercipta kondisi saling cek antar fungsi tersebut.
2. Adanya sistem reviu dan sistem operasi yang memadai bagi sistem komputer, sehingga memungkinkan komputer tersebut untuk mendeteksi fraud secara otomatis.
3. Adanya prosedur mendeteksi fraud secara otomatis (built in) dalam sistem, mencakup: Prosedur yang memadai untuk melaporkan fraud
yang ditemukan. Prosedur yang memadai untuk mendeposisikan
setiap individu yang terlibat fraud. 24
Teknik Pengendalian
Pembagian tugas yang jelas, sehingga tidak ada satu orang pun yang menguasai seluruh aspek dari suatu transaksi.
Pengawasan memadai.
Kontrol yang memadai terhadap akses ke terminal komputer, terhadap data yang ditolak dalam pemrosesan, maupun terhadap program- program serta media pendukung lainnya.
Adanya manual pengendalian terhadap file-file yang dipergunakan dalam pemrosesan komputer ataupun pembuangan file (disposal) yang sudah tidak terpakai.
25
Kepekaan Terhadap FraudMembangun “SILA” (Suspicious, Inquisitive, Logical dan Analytical mind), sehingga staf peka terhadap sinyal–sinyal fraud:Kualifikasi calon pegawai harus mendapat perhatian khususImplementasikan prosedur grievance yang efektif, agar pegawai yang discontented mempunyai jalur mengajukan protes/ketidakpuasannyaSetiap pegawai selalu diingatkan dan didorong untuk melaporkan segala transaksi atau kegiatan pegawai lain yang mencurigakanPara karyawan tidak diperkenankan lembur secara rutin tanpa pengawasan yang memadaiKaryawan diwajibkan cuti tahunan setiap tahun26
Upaya Pencegahan Fraud oleh Audit Internal
1. Melakukan telaahan secara kritis sistem pengendalian manajemen
2. Menyimpulkan kekuatan dan kelemahan sistem pengendalian manajemen tersebut.
3. Mengidentifikasi kemungkinan kerugian yang mungkin timbul karena terjadinya kecurangan, dengan adanya kelemahan sistem pengendalian manajemen tersebut.
4. Mengidentifikasi berbagai transaksi dan kejadian yang tidak biasa.
27
Upaya Pencegahan Fraud oleh Audit Internal
1. Mampu membedakan antara kelalaian manusia (human errors) dan tindakan penyimpangan dari peraturan (Irregularities)
2. Mampu menelusuri arus dokumen dan arus dana yang berkaitan dengan transaksi-transaksi yang mencurigakan.
3. Mampu mendapatkan dakumen-dokumen yang terkait dengan transaksi tersebut.
4. Mengumpulkan dan menyusun bukti yang mendasari kecurangan tersebut.
5. Mendokumentasikan dan membuat laporan tindak kecurangan dengan tujuan untuk proses pemberian sanksi, penuntutan secara hukum, baik perdata maupun pidana, ataupun untuk mengajukan klaim kepada pihak lainnya. 28
Pengungkapan Fraud dan Standar Auditor Internal
Standar auditor internal terkait pelaksanaan due professional care:Auditor harus mampu menjawab keraguan profesional. Auditor harus mengumpulkan dan mengevaluasi bukti secara obyektif untuk menetapkan kecukupan dan keandalan bukti. Auditor tidak boleh memiliki asumsi bahwa manajemen tidak jujur ataupun tidak diragukan kejujurannya.
29
Tujuan Pendeteksian FraudDeteksi fraud adalah suatu persoalan untuk mengetahui : Bahwa tindakan fraud telah terjadi (ada). Apakah organisasi/perusahaan menjadi korban atau
sebagai pelaku fraud.Adanya kelemahan dalam pengendalian intern serta
moral pelaku yang menjadi penyebab terjadinya fraud Adanya kondisi lingkungan di organisasi/ perusahaan
yang menyebabkan terjadinya fraud. Adanya suatu kesalahan dan ketidak beresan
30
Cara Pendeteksian Fraud
1. Dengan penerapan pengendalian intern yang memadai yaitu adanya pemisahan tugas penyimpanan, otorisasi dan pencatatan.
2. Pelaksanaan audit finansial, operasional dan ketaatan.
3. Pengumpulan data intelijen terhadap gaya hidup dan kebiasaan pribadi pegawai.
4. Penerapan prinsip pengecualian (exception) di dalam pengendalian dan prosedur.
31
Cara Pendeteksian Fraud
5. Pelaksanaan review terhadap penyimpangan (variances) dalam kinerja operasi (standar, tujuan, sasaran, anggaran, rencana).
6. Adanya pengaduan dan keluhan dari karyawan.
7. Intuisi atasan pegawai.
8. Adanya kecurigaan (suspicion).
32
Tanggungjawab Internal Auditor1. Memiliki pengetahuan yang memadai tentang
kecurangan dalam rangka mengidentifikasi indikasi-indikasi yang mungkin terjadi dan dilakukan oleh anggota organisasi
2. Memiliki sensitivitas yang berkaitan dengan kemungkinan adanya kesempatan terjadinya fraud, seperti kelemahan-kelemahan dari pengendalian yang memungkinkan terjadinya kecurangan
3. Melakukan evaluasi terhadap indikator-indikator yang mungkin dapat memberikan peluang terjadinya kecurangan dan menentukan apakah perlu dilakukan investigasi lanjutan.
33
Tanggungjawab Internal Auditor4. Menentukan adanya predikasi/dugaan awal terjadinya
suatu tindak kecurangan, berdasarkan indikator-indikator yang diperoleh selama melakukan audit dan pengawasan serta bukti-bukti yang ada,
5. Melakukan penilaian kembali terhadap pelaksanaan pengendalian di lingkungan dimana terjadinya tindak kecurangan tersebut
34
Indikator Terjadinya Kecurangan
1. Transaksi yang tidak terotorisasi 2. Pengendalian yang tidak dipatuhi. 3. Kerugian yang sangat mencolok berkaitan
dengan adanya kerugian. 4. Motivasi yang ada di manajemen.
35
Langkah-Langkah Deteksi Fraud
Pemahaman Atas Tugas Pokok dan Fungsi Instansi
Identifikasi Kelemahan Pengendalian Intern
36
Teknik Pendeteksian Fraud
a. Critical point auditing Critical point auditing adalah suatu teknik
pendeteksian fraud melalui audit atas catatan pembukuan yang mengarah pada gejala atau kemungkinan terjadinya fraud yang mengarahkan auditor untuk melakukan penyelidikan yang lebih rinci.
b. Job Sensitivity AnalysisTeknik ini merupakan analisis dengan memandang
“pelaku potensial”. Sehingga pencegahan terhadap kemungkinan terjadinya fraud dapat dilakukan misalnya dengan memperketat audit internal pada posisi-posisi yang rawan fraud
37
IDENTIFIKASI FRAUD YANG MERUGIKAN KEUANGAN NEGARA
Identifikasi Fraud adalah:
menetapkan penyimpangan dipandang dari aspek hukum yakni apakah kasus tersebut merupakan kasus pidana, kasus perdata atau kasus tuntutan untuk penyelesaian kerugian negara/daerah
38
Identifikasi Kasus Tindak Pidana KorupsiBerdasarkan ketentuan dalam Undang-Undang No. 31 Tahun 1999 disebutkan:
a. Pasal 2 ayat (1) bahwa setiap orang yang :Melawan hukum. Melakukan perbuatan memperkaya diri sendiri atau orang lain atau suatu korporasi. Dapat merugikan keuangan negara atau perekonomian negara
39
Identifikasi Kasus Tindak Pidana KorupsiBerdasarkan ketentuan dalam Undang-Undang No. 31 Tahun 1999 disebutkan:
b. Pasal 2 ayat (2) bahwa setiap orang yang : Melawan hukum. Melakukan perbuatan memperkaya diri sendiri atau orang lain atau suatu korporasi. Dapat merugikan keuangan negara atau perekonomian negara. Diancam pidana mati.
40
Identifikasi Kasus Tindak Pidana KorupsiBerdasarkan ketentuan dalam Undang-Undang No. 31 Tahun 1999 disebutkan:
c. Pasal 3 disebutkan bahwa setiap orang yang :Dengan tujuan menguntungkan diri sendiri atau orang lain atau suatu korporasi. Menyalahgunakan kewenangan, kesempatan atau sarana yang ada padanya karena jabatan atau kedudukan. Dapat merugikan keuangan negara atau perekonomian negara.
41
Identifikasi Kasus Perdata
Suatu kasus perdata baru timbul bila pihak yang merasa dirugikan (penggugat mengajukan gugatan. Kebenaran formil merupakan hal yang sangat dominan pada kasus perdata
42
43
Audit investigatif
Sebuah kegiatan sistematis dan terukur untuk mengungkap kecurangan sejak diketahui atau diidikasikannya sebuah peristiwa/ kejadian/ transaksi yang dapat memberikan cukup keyakinan; serta dapat digunakan sebagai bukti yang memenuhi pemastian suatu kebenaran dalam menjelaskan kejadian yang telah diasumsikan sebelumnya dalam rangka mencapai keadilan (search of the truth).
44
Tujuan Audit investigatif
Untuk menentukan kebenaran permasalahan melalui suatu proses pengujian, pengumpulan dan pengevaluasian bukti-bukti yang relevan dengan perbuatan fraud, dan untuk mengungkapkan fakta-fakta fraud
Mencakup:Adanya perbuatan fraud (Subyek)Mengidentifikasi pelaku fraud (Obyek)Menjelaskan modus Operandi fraud (Modus)Mengkuantifikasi nilai kerugian dan dampak yang ditimbulkannya.
45
TAHAPAN AUDIT INVESTIGATIF
1. Penelaahan Informasi Awal. 2. Perencanaan
3. Pelaksanaan
4. Pelaporan
5. Tindak Lanjut
46
Penelaahan Informasi Awal
1. Sumber Informasi
2. Mengembangkan Hipotesis AwalSIADIBIBAG
3. Menyusun Hasil Telaah Informasi Awal
4. Keputusan Pelaksanaan Audit Infestigatif
47
PERENCANAAN AUDIT INVESTIGATIF
1. Penetapan Sasaran, Ruang Lingkup dan Susunan Tim
2. Penyusunan Program Kerja
3. Jangka Waktu dan Anggaran Biaya
4. Perencanaan Audit Investigatif Dengan Metode SMEAC
48
Metode SMEAC
1. S = Situation (Situasi)
2. M = Mission (Misi)
3. E = Execution (Pelaksanaan)
4. A = Administration & Logistics
5. C = Communication/ Komunikasi
49
PELAKSANAAN AUDIT1. Pembicaraan Pendahuluan
2. Pelaksanaan Program Kerja
3. Penerapan Teknik Audit Investigatif
4. Melakukan Observasi dan Pengujian fisik
5. Mendokumentasikan Hasil Pengujian Observasi dan Pengujian fisik
6. Melakukan Wawancara7. Penandatanganan Berita Acara8. Pendokumentasian dan Evaluasi
Kecukupan Bukti
50
MENETAPKAN JENIS PENYIMPANGAN DAN KERUGIAN NEGARA1. Menegaskan apakah penyimpangan yang
diindikasikan telah memenuhi unsur TPK atau hanya terjadi pelanggaran bersifat administratif atau bahkan tidak ada penyimpangan sama sekali
2. Menetapkan nilai kerugian negara yang dianggap definitif berdasarkan bukti-bukti yang tersedia
51
KONSULTANSI DENGAN PENEGAK HUKUM
Sebelum laporan final audit investigatif disusun, materi hasil audit investigasi tersebut perlu dikonsultasikan terlebih dahulu dengan aparat penegak hukum untuk mendapatkan pendapat hukum apakah langkah dan prosedur audit, predikasi, bukti audit yang telah dikumpulkan sesuai peraturan hukum yang berlaku.
52
53
LAPORAN HASIL AUDIT INVESTIGATIF
Laporan Hasil Audit Investigatif atas dugaan penyimpangan yang merugikan keuangan negara menyajikan temuan dan informasi penting lainnya dengan maksud untuk disampaikan kepada pihak-pihak yang berkepentingan guna keperluan tindak lanjut, monitoring tindak lanjut atau untuk keperluan penanganan lebih lanjut.
54
TUJUAN PELAPORAN HASIL AUDIT INVESTIGATIF
Menunjang pelaksanaan kerja sama antara unit pengawasan internal dengan lembaga penegakan hukum, dan mudah dipahami oleh penggunanya dalam hal ini para staf lembaga penegakan hukum yang terkait.
Memudahkan pejabat yang berwenang dan atau pejabat obyek yang diperiksa dalam mengambil tindakan sesuai dengan peraturan yang berlaku.
55
BENTUK LAPORAN HASIL AUDIT INVESTIGATIF
Bentuk bab Bentuk surat
56
FORMAT LAPORAN HASIL AUDIT INVESTIGATIF BENTUK BAB
Bab I : Simpulan dan Saran
Bab II : Umum1. Dasar Audit 2. Tujuan Audit 3. Sasaran dan Ruang Lingkup Audit 4. Data Umum
57
FORMAT LAPORAN HASIL AUDIT INVESTIGATIF BENTUK BAB
Bab III : Uraian Hasil Audit Investigatif, yang memuat:
1. Dasar Hukum Auditee2. Temuan Hasil Audit
2.1. Sistem Pengendalian Intern
2.2. Materi Temuan 2.2.1. Jenis penyimpangan 2.2.2. Modus operandi penyimpangan 2.2.3. Dampak penyimpangan 2.2.4. Sebab Penyimpangan 2.2.5. Unsur kerja sama 2.2.6. Pihak yang diduga terlibat
2.3. Tindak lanjut
3. Rekomendasi
4. Lampiran58
Penyampaian Laporan Hasil Audit Investigatif
Menyampaikan hasil audit investigatif, baik kepada pimpinan instansi maupun lembaga penegakan hukum, merupakan tahapan berikutnya dalam rangkaian kegiatan audit.
Penanganan kasus yang berindikasi tindak pidana korupsi, tidak selesai sampai di unit pengawasan saja, namun harus diteruskan dengan proses penyelidikan, penyidikan dan penuntutan yang dalam hal ini dilakukan oleh lembaga penegakan hukum. Lembaga pengawasan internal pada umumnya telah membuat kesepakatan kerja sama dengan Kejaksaan Agung, Kepolisian maupun KPK dalam hal menindaklanjuti kasus-kasus yang berindikasi Korupsi, Kolusi dan Nepotisme.
59
PELAKSANAAN TINDAK LANJUT HASIL AUDIT INVESTIGATIFLangkah Penanganan Temuan
Berindikasi Tindak Pidana Korupsi
Instansi yang berwenangEkspose Hasil Audit InvestigatifPersiapan Sebagai
Saksi/Pemberi Keterangan Ahli
60
POTENSI TUNTUTAN HUKUM TERHADAP AUDITOR1. Tuntutan Pidana
a. dapat dituntut berdasarkan Pasal 242 KUHP karena telah memberikan keterangan yang tidak benar (sumpah palsu).
b. Jika ternyata keterangan yang diberikan adalah merupakan fitnah, maka terhadap Fraud Auditor tersebut dapat diancam pidana berdasarkan Pasal 317 KUHP (penistaan).
c. kemungkinan ancaman pidana berdasarkan Pasal 322 KUHP (membuka rahasia) jika ternyata Fraud Auditor tersebut dengan sengaja tidak mengindahkan adanya Pasal 170 KUHAP atau Pasal 145 Ayat (3) HIR (mengenai pengunduran diri dari kewajiban sebagai Saksi atau Ahli karena jabatan, martabat ataupun kewajiban untuk menyimpan rahasia)
61
POTENSI TUNTUTAN HUKUM TERHADAP AUDITOR2. Tuntutan Perdata
Seorang Fraud Auditor yang memberikan keterangan sebagai Saksi maupun sebagai Ahli terbuka kemungkinan untuk dituntut secara perdata berdasarkan Pasal 1365 KUH Perdata (perbuatan melanggar hukum yang mengakibatkan kerugian pihak lain).
Tuntutan secara perdata terhadap Fraud Auditor ini dapat diajukan oleh pihak yang merasa dirugikan, baik secara bersamaan atau terpisah dengan pengajuan tuntutan secara pidana
62